BAB I

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan. Suatu sistem informasi yang baik tidak terlepas dari teknik dan langkah dalam membangunnya agar mampu memberikan kepuasan optimal kepada para penggunanya. Banyak teknik dan cara yang digunakan untuk membuat suatu sistem informasi. Untuk memahami dan mengetahui teknik dan langkah- langkah dalam membangun sebuah sistem informasi, diperlukan penjelesan lebih lanjut terhadap hal tersebut. Siklus Hidup Informasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk membangun sebuah sistem informasi dari tahap awal sampai pada akhirnya pada tahap penyelesaian serta pengaplikasiannya pada kehidupan nyata. Beberapa diantaranya dikenal dengan istilah Rapid Application Development, join application development, dan sistem development life cycle. Hal tersebut akan dipahami lebih lanjut pada paparan materi dibawah sehingga mampu memberikan pengetahuan bagi para pembaca dan memberikan sedikit gambaran dalam hal teknik atau langkah pembangunan sebuah sistem. 1.2 Rumusan Masalah Dari paparan latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, antara lain:

Transcript of BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Informasi adalah suatu sistem dalam suatu

organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi

harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan menyediakan

kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang

diperlukan. Suatu sistem informasi yang baik tidak terlepas

dari teknik dan langkah dalam membangunnya agar mampu

memberikan kepuasan optimal kepada para penggunanya. Banyak

teknik dan cara yang digunakan untuk membuat suatu sistem

informasi. Untuk memahami dan mengetahui teknik dan langkah-

langkah dalam membangun sebuah sistem informasi, diperlukan

penjelesan lebih lanjut terhadap hal tersebut.

Siklus Hidup Informasi adalah salah satu metode yang

digunakan untuk membangun sebuah sistem informasi dari tahap

awal sampai pada akhirnya pada tahap penyelesaian serta

pengaplikasiannya pada kehidupan nyata. Beberapa diantaranya

dikenal dengan istilah Rapid Application Development, join

application development, dan sistem development life cycle.

Hal tersebut akan dipahami lebih lanjut pada paparan materi

dibawah sehingga mampu memberikan pengetahuan bagi para

pembaca dan memberikan sedikit gambaran dalam hal teknik atau

langkah pembangunan sebuah sistem.

1.2 Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang diatas dapat dirumuskan

beberapa rumusan masalah, antara lain:

1.2.1 Apakah pengertian dari Rapid Application

Development, join application development, dan sistem

development life cycle?

1.2.2 Apakah persamaan dari Rapid Application Development,

join application development, dan sistem development

life cycle?

1.2.3 Apakah persamaan Rapid Application Development, join

application development, dan sistem development life

cycle?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalh ini antara lain:

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Rapid Application

Development, join application development, dan sistem

development life cycle?

1.3.2 Untuk mengetahui persamaan dari Rapid Application

Development, join application development, dan sistem

development life cycle?

1.3.3 Untuk mengetahui persamaan Rapid Application

Development, join application development, dan sistem

development life cycle?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rapid Application Development, Join Application

Development, dan System Development Life Cycle

2.1.1Pengertian Rapid Application Development

Rapid application development (RAD) atau rapid

prototyping adalah model proses pembangunan perangkat

lunak yang tergolong dalam teknik incremental

(bertingkat). RAD menekankan pada siklus pembangunan

pendek, singkat, dan cepat. Waktu yang singkat adalah

batasan yang penting untuk model ini. Rapid

application development menggunakan metode iteratif

(berulang) dalam mengembangkan sistem dimana working

model (modeln kerja) sistem dikonstruksikan di awal

tahap pengembangan dengan tujuan menetapkan kebutuhan

(requirement) pengguna. Model kerja digunakan hanya

sesekali saja sebagai basis desain dan implementasi

sistem akhir. Rapid Application Development (RAD)

adalah metodologi pengembangan perangkat lunak yang

berfokus pada membangun aplikasi dalam waktu yang

sangat singkat. Istilah ininmenjadi kata kunci

pemasaran yang umum menjelaskan aplikasi yang dapat

dirancang dan dikembangkan dalam waktu 6090 hari, tapi

itu awalnya ditujukan untuk menggambarkan suatu proses

pembangunan yang melibatkan application prototyping

dan iterativen development.

Menurut James Martin “Rapid Application

Development (RAD) merupakan pengembangan siklus yang

dirancang untuk memberikan pengembangan yang jauh

lebihcepat dan hasil yang lebih berkualitas tinggi

daripada yang dicapai dengan siklus hidup tradisional.

Hal ini dirancang untuk mengambil keuntungan maksimum

dari pengembangan perangkat lunak yang telah

berevolusi barubaru ini." 1 Profesor Clifford

Kettemborough dari College Whitehead, University of

Redlands, mendefinisikan Rapid Application Development

sebagai "pendekatan untuk membangun sistem komputer

yang menggabungkan ComputerAssisted Software

Engineering (CASE) tools dan teknik, userdriven

prototyping,. RAD meningkatkan kualitas sistem secara

drastis dan mengurangi waktu yang diperlukan untuk

membangun sistem." Sebagai gambaran umum, pengembangan

aplikasi berarti mengembangkan aplikasi pemrograman

yang bervariasi dari pemrograman umum dalam arti bahwa

ia memiliki tingkat yang lebih tinggi dari liabillity,

termasuk untuk kebutuhan capturing dan testing. Pada

1970an, Rapid Application Development muncul sebagai

respon untuk nonagile processes, seperti model

Waterfall. Pengembang perangkat lunak menghadapi

masalah waktu dengan metodologi sebelumnya sebagai

sebuah aplikasi yang begitu lama untuk membangun.

Dengan demikian, metodologi tersebut sering

mengakibatkan sistem tidak dapat digunakan.

UNSUR-UNSUR RAPID APPLICATION DEVELOPMENT

RAD memiliki banyak unsurunsur yang membuat sebuah

metodologi yang unik termasuk prototyping, iterative

development, time boxing, team members, management

approach, dan RAD tools.

a. Prototyping

Sebuah aspek kunci dari RAD adalah pembangunan

prototipe untuk tujuan membangkitkan kembali desain

untuk kebutuhan pengguna. Tujuannya adalah untuk

membangun sebuah fitur ringan yang hasil akhirnya dalam

jumlah pendek dengan waktu yang memugkinkan. Prototipe

awal berfungsi sebagai bukti konsep untuk klien, tetapi

lebih penting berfungsi sebagai titik berbicara dan

alat untuk kebutuhan pemurnian. Mengembangkan prototipe

cepat dicapai dengan Computer Aided Engineering CASE

tools Software yang berfokus pada menangkap

persyaratan, mengkonversi mereka ke model data,

mengubah model data ke database, dan menghasilkan kode

semua dalam satu alat. CASE tools populer di 80an dan

awal 90an, tetapi sebagai teknologi telah berubah (dan

COBOL telah menjadi usang) beberapa alat mengambil

keuntungan penuh dari potensi penuh dari teknologi

KASUS alat. Perusahaan rasional adalah yang paling

terkenal meskipun prototipe potensi pembangkitnya

terbatas. Pada Otomatis Arsitektur produk cetak biru

kami berfokus pada peningkatan tingkat aplikasi

enterprise web yang berfungsi sebagai prototipe karena

kecepatan yang mereka dapat diciptakan (dalam menit).

b. Iterative Development

Iterative Development berarti menciptakan versi yang

lebih fungsional dari sebuah sistem dalam siklus

pembangunan pendek. Setiap versi ditinjau dengan klien

untuk

menghasilkan persyaratan untuk membuat versi

berikutnya. Proses ini diulang sampai semua

fungsionalitas telah dikembangkan. Panjang ideal

iterasi adalah antara satu hari (yang lebih dekat

dengan Metodologi Agile) dan tiga minggu. Setiap siklus

pengembangan memberikan pengguna kesempatan untuk

memberikan umpan balik, memperbaiki persyaratan, dan

kemajuan melihat (dalam pertemuan sesi fokus grup). Hal

ini akhirnya pembangunan berulang yang memecahkan

masalah yang melekat dalam metodologi fleksibel dibuat

pada 1970an.

c. Time boxing

Time boxing adalah proses menunda fitur untuk versi

aplikasi di masa mendatang untuk melengkapi versi saat

ini sebagai ketepatan waktu.Ketepatan waktu merupakan

aspek penting dari RAD, karena tanpa itu ruang lingkup

dapat mengancam untuk memperpanjang iterasi

pembangunan, sehingga membatasi umpan balik dari klien,

meminimalkan manfaat dari pembangunan berulang, dan

berpotensi mengembalikan proses kembali ke pendekatan

metodologi air terjun.

d. Team Member

Metodologi RAD merekomendasikan penggunaan tim kecil

yang terdiri dari anggota

yang berpengalaman, serbaguna, dan motivasi yang mampu

melakukan peran ganda. Sebagai klien memainkan peran

penting dalam proses pembangunan, sumber daya klien

khusus harus tersedia selama awal Joint Application

Development (JAD) sesi serta Focus Group Sessions

dilakukan pada akhir siklus pengembangan.

Pengembangan tim (juga dikenal sebagai SWAT atau

Skilled Workers with Advance Tools) idealnya harus

memiliki pengalaman di Rapid Application Development

dan harus memiliki pengalaman dengan Computer Aided

Software Engineering. Pendekatan manajemen Aktif dan

manajemen yang terlibat sangat penting untuk mengurangi

risiko siklus pengembangan diperpanjang, kesalahpahaman

klien, dan melebihi tenggat waktu. Di atas manajemen

semua harus kuat dan konsisten dalam keinginan mereka

untuk menggunakan metodologi Rapid Application

Development. Selain menegakkan waktu yang ketat,

manajemen harus fokus pada pemilihan anggota tim,

motivasi tim, dan pada kliring hambatan birokrasi atau

politik.

e. RAD Tools

Salah satu tujuan utama dari metodologi Rapid

Application Development yang dikembangkan oleh James

Martin pada tahun 1980an adalah untuk memanfaatkan

teknologi terbaru yang tersedia untuk mempercepat

pembangunan. Jelas teknologi tahun 1980 sudah kuno,

tetapi fokus RAD tentang alat terbaru adalah sama

pentingnya hari ini seperti ketika metodologi awalnya

diciptakan.

2.1.2 Pengertian Join Application Development

Teknik Joint Application Development (JAD) merupakan

tahapan atau langkah-langkah dan merupakan salah satu

prinsip bagaimana agar pengembangan sistem informasi

sukses. Sedangkan teknik merupakan pendekatan atau

penerapan bagaimana menggunakan alat dan peraturan-

peraturan yang melengkapi satu atau lebih tahap-tahapan

(metode).

Teknik Join Application Development (membangun

sistem secara bersama-sama antara pengembang dengan

pemakai sistem informasi) merupakan:

Penerapan JAD jika pengembang dan user bekerja

bersama dalam satu tim akan sangat mendukung

penerapan prototyping.

Penentuan keperluan oleh sekumpulan pemegang

saham.

Melibatkan kerjasama tim projek, pengguna dan

pengurusan.

Dapat mengurangkan scope creep hingga 50%.

Teknik yang sangat berguna.

Metode JAD merupakan suatu kerjasama yang

terstruktur antara pemakai sistem informasi, manajer dan

ahli sistem informasi untuk menentukan dan menjabarkan

permintaan pemakai, teknik yang dibuthkan dan unsur

rancangan eksternal. Tujuan JAD adalah memberi

kesempatan kepada user dan manajemen untuk

berpartisipasi secara luas dalam siklus pengembangan

sistem informasi.

Ada beberapa alasan pentingnya keterlibatan user

dalam perancangan dan pengembangan sistem informasi

menurut Laela Dmodaran (1983) yaitu :

1. Kebutuahan user. user adalah orang dalam perusahaan.

Analisi sistem atau ahli sistem adalah orang diluar

perusahaan. Sistem informasi dikembangkan bukan untuk

pembuat sistem tapi untuk user agar sistem bisa

diterapkan, sistem tersebut harus bisa menyerap

kebutuhan user dan yang mengetahui kebutuhan user

adalah user sendiri, sehingga keterlibatannya dalam

pengembangan sistem informasi akan meningkatkan

tingkat keberhasilan pengembangan sistem informasi.

2. Pengetahuan akan kondisi lokal. Pemahaman terhadap

lingkungan dimana sistem informasi akan dioterapkan

perlu dimiliki oleh perancang sistem informasi, dan

untuk memperoleh pengetahuan tersebut perancang

sistem meminta bantuan user yang menguasai kondisi

lingkungan tempatnya bekerja.

3. Keengganan untuk berubah. Seringkali user merasa

bahwa sistem informasi yang disusun tidak dapat

dipergunakn dan tidak sesuai dengan kebutuhan. Untuk

mengurangi keengganan untuk berubah tersebut dapat

dikurangi bila user terlibat dalam proses perancangan

dan pengembangan sistem informasi.

4. User merasa terancam. Banyak user menyadari bahwa

penerpan sistem informasi komputer dalam organisasi

mungkin saja mengancam pekerjaannya, atau menjadikan

kemampuan yang dimilikinya tidak relevan dengan

kebutuhan organisasi. Keterlibatn user dalam proses

perancangan sistem informasi merupakan salah satu

cara menghindari kondisi yang tidak diharapkan dari

dampak penerapan sistem informasi dengan komputer.

5. Meningkatkan alam demokrasi. User terlibat secara

langsung dalam mengambil keputusan yang berdampak

terhadap mereka.

Peserta JAD

Fasilitator

Dilatih dengan teknik-teknik JAD

Menentukan agenda dan membantu mengumpulkan proses-

proses

Scribe(s) atau Catat

Merekam atau mencatat kandungan atau inti pada sesi

JAD

Pengguna dan pengurus yang berpengetahuan tinggi

dari unit bisnis

Sesi JAD

Komitmen masa– ½ hari hingga beberapa minggu

Pengurusan bersama-sama diperlukan untuk pelepasan

tugas

Perancangan teliti diperlukan

Agenda formal dan peraturan asas

Struktur atas-bawah paling efektif

Aktiviti fasilitator

Perjalanan sesi yang licin

Bantuan untuk istilah teknikal

Catat atau rekam kumpulan input

Neutral, tetapi bantu selesaikan isu

e-JAD boleh membantu mengurangkan kumpulan masalah

biasa

Laporan susulan selepas-sesi

Teknik JAD merupakan teknik yang melengkapi teknik

analisis dan perancangan sistem dengan menekankan

pengembangan partisipatif diantara system owners, users,

designers, and builders. Selama sesi JAD untuk perancangan

sistem, system designer akan mengambil peran sebagai

facilitator untuk beberapa workshop yang ditujukan untuk

menyelesaikan problem problem perancangan.

Memperkecil Masalah dalam sesi JAD

Kurangkan dominasi

Galakkan penglibatan menyeluruh

Agenda merry-go-round

Konflik tidak selesai

Hindari ketegangan

JAD (Joint Application Development/Design) merupakan salah

satu teknik manajemen dalam mengimplementasikan sebuah

sistem informasi (SI) dalam konteks proyek. Porsi

terbesar dan terumit dari proses implementasi SI adalah

justru pada proses transisinya, karena terkait banyak

aspek tidak hanya di sisi teknologi tapi harus memahami

sisi sosial, manajerial dan SDM.

Implementasi SI

Masalah terbesar dari implementasi SI adalah untuk

mengetahui kebutuhan dari user, apalagi dengan karakter

proyek :

Sistem yang melibatkan multi-organisasi/divisi

(penggunanya dari beberapa role dan divisi)

Bisnis proses yang kompleks

Kebutuhan yang sangat spesifik dan customized.

Dengan karakter proyek yang semacam ini, tidak cukup

bagi seorang system analyst (SA) menentukan kebutuhan hanya

dengan teknik wawancara, observasi ataupun kuesioner.

Banyak kasus ditemui, bahwa pada akhirnya apa yang kita

dapatkan dari proses analisa kebutuhan di awal proyek,

tidak match dengan kebutuhan sesungguhnya dari pengguna

sistem, sehingga sistem akhirnya tidak dapat digunakan

dengan baik.

Masalah lain adalah di sisi waktu. Teknik-teknik

seperti itu seringkali sangat time consuming, sangat

membutuhkan waktu yang lama. Sering juga tim developer

dihadapkan situasi bahwa tidak semua stakeholder proyek

memiliki kepedulian yang sama dengan yang lain. Seorang

manajer tidak mengetahui kebutuhan detail dari staf-staf

operasional, sementara itu staf operasional mungkin juga

tidak memahami sepenuhnya spirit, goal dari SI.

JAD merupakan sebuah teknik yang berfokus pada

keterlibatan dan komitmen pengguna dalam menentukan

kebutuhan dan merancang (desain) aplikasi. JAD biasanya

dilakukan dalam bentuk tim yang merupakan gabungan dari

seluruh stakeholder proyek, yang bekerja dalam bentuk

workshop-workshop atau forum diskusi.

Penggunaan workshop dikarenakan teknik JAD ini

bukanlah sekedar rapat-rapat yang biasa dilakukan dalam

sebuah proyek dan melibatkan seluruh stakeholder proyek.

JAD adalah tim yang nantinya akan membuat rancangan dan

mengawasi, memonitor bersama jalannya proyek.

Secara garis besar yang perlu terlibat adalah :

1. Sponsor. Sponsor ini berarti project owner, memiliki

kedudukan yang cukup tinggi dalam organisasi dan

sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam

pengelolaan sistem informasi. Satu hal yang penting

dilakukan oleh seorang project owner adalah komitmen

yang kuat akan implementasi SI yang dilakukan. Without

the executive sponsor's commitment, people do not show up for

workshops on time or sometimes at all. Schedules change and projects

are delayed. In short, without an executive sponsor, there is no project!

2. Business Users. Business User ini terdiri dari 2 jenis,

yaitu real end user dan representative end user. Real end user

adalah person yang melakukan pekerjaan real di

lapangan. Dalam kasus, ini adalah operator-operator.

Sedangkan representative end user adalah person yang

mengetahui seharusnya bisnis proses itu dilakukan,

memahami spirit dan goal dari sistem yang

dikelolanya. Biasanya ini adalah kepala bagian,

manajer, atau operator senior.

3. System Analyst (Tim Developer). Person/tim ini yang

akan in-charge dari sisi teknologi dan proses

engineeringnya.

4. System Experts. Tidak semua referensi mencantumkan

peran ini. Perannya lebih seperti konsultan yang

memahami seluk beluk bisnis proses dari sisi

konseptual dan berbasis pengalaman.

5. Facilitator. Seorang fasilitator berfungsi sebagai

moderator dan mengarahkan setiap aktivitas JAD yang

melibatkan banyak pihak, untuk menjadi efektif.

Seorang fasilitator harus memiliki kecakapan yang

baik dalam berkomunikasi, memberikan stimulus-

stimulus dan trik-trik agar diskusi bisa berjalan

dengan baik.

Tentu saja, setelah penyusunan tim JAD, diperlukan

strategi yang tepat dalam melakukan workshop-workshop,

sehingga proses dilakukan lebih efektif. Yang jelas,

teknik ini sudah terbuktif efektif dalam menyelesaikan

masalah-masalah implementasi SI.

Contoh JAD

Misalnya mengelola dan mengupdate content web dan SIG

penataan ruang PU agar tetap operasional dan

mengembangkan portal penataan ruang melalui pembuatan

aplikasi pelengkap untuk menjadi portal yang mempunyai

fungsi utama mengkomunikasikan data spasial kepada

stakeholder penataan ruang.

Dalam pelaksanaan pengembangan sistem ini, akan

dilakukan secara Joint Application Development (JAD), konsultan

akan bekerjasama dengan tim pengelola portal Penataan

Ruang, sehingga ahli teknologi kepada Ditjen Penataan

Ruang Departemen PU dapat dilakukan secara lancar.

Adapun urutan-urutan kegiatan JAD yang ditawarkan adalah

sebagai berikut:

1. Proyek diawali

2. Analisis Sistem

3. Perancangan Sistem

4. Review

5. Pengembangan Sistem

6. Pengujian Sistem (IT Test & User Acceptance Test)

7. Pelatihan

8. Implemenatsi Sistem

9. Proyek Selesai

2.1.3 Pengertian System Development Life Cycle

System Development Life Cycle (SDLC) yang merupakan

metodologi tertua dan terbanyak digunakan dalam

pengembangan perangkat lunak salah satu model yang

dipakai adalah Model Waterfall.

System Development Life Cycle

Tahapan aktifitas yang dilakukan dalam pengembangan

ini merupakan modifikasi dari model SDLC diatas. Meliputi

antara lain :

a. Tahapan Identifikasi Masalah

b. Tahapan Studi Kelayakan

c. Tahapan Analisis Sistem

d. Tahapan Perancangan Sistem

e. Tahapan Pengembangan/Implementasi

f. Tahapan penggunaan dan perawatan

Gambar diatas menunjukkan tahapan-tahapan aktifitas

yang dilakukan dalam pengembangan perangkat lunak ini.

Tahap terakhir dari desain pengembangan adalah tahapan

ujicoba perangkat lunak yang dilakukan hanya sampai pada

tahap pengunaan dan perawatan.

a. Tahapan Identifikasi Masalah

Mendefinisikan masalah-masalah yang ditemukan,

yang melatar belakangi pembangunan sistem.

b. Tahapan Studi Kelayakan

Merupakan tahapan untuk menentukan ruang lingkup

dan batasan-batasan pengembangan prototipe yang akan

dilakukan sesuai dengan alternatif-alternati solusi

yang telah ditemukan.

c. Tahapan Analisis Sistem

Melakukan analisis lebih lanjut terhadap masalah

yang dikaji serta mendefinisikan batasan-batasan

terhadap masalah tersebut. Kemudian menemukan solusi

untuk mengatasi masalah tersebut. Analisis tentang

kebutuhan perangkat lunak juga sangat diperlukan untuk

membangun suatu perangkat lunak.

1. Kebutuhan Perangkat Lunak

2. Tujuan Pengembangan Perangkat Lunak

3. Model fungsional Perangkat Lunak

4. Perancangan Perangkat Lunak

d. Tahapan Perancangan Sistem

Melakukan perancangan global terhadap perangkat

lunak yang akan dibangun. Perancangan meliputi

perancangan arsitektur, fungsional serta antar muka.

e. Tahapan Pengembangan/Implementasi

Mengimplementasikan rancangan perangkat lunak yang

telah dibuat. Menggunakan bahasa Pemrograman yang

sesuai pada tahap analisis sebelumnya.

f. Tahapan Penggunaan dan perawatan :

a. Menggunakan sistem.

b. Audit sistem.

c. Memelihara sistem, dilakukan untuk 3 alasan :

Memperbaiki kesalahan.

Menjaga kemutakhiran sistem.

Meningkatkan kinerja sistem.

2.2 Persamaan Dari Rapid Application Development, Join

Application Development, dan System Development Life Cycle

Setiap model yang dikembangkan mempunyai karakteristik

sendirisendiri. Namun secara umum ada persamaan dari model-

model ini, yaitu:

Kebutuhan terhadap definisi masalah yang jelas. Input

utama dari setiap model pengembangan perangkat lunak

adalah pendefinisian masalah yang jelas. Semakin jelas

akan semakin baik karena akan memudahkan dalam

penyelesaian masalah. Oleh karena itu pemahaman masalah

seperti dijelaskan pada, merupakan bagian penting dari

modelpengembangan perangkat lunak.

Tahapan-tahapan pengembangan yang teratur. Meskipun

model-model pengembangan perangkat lunak memiliki pola

yang berbeda-beda, biasanya model-model tersebut

mengikuti pola umum analysis – design – coding – testing

– maintenance.

Stakeholder berperan sangat penting dalam keseluruhan

tahapan pengembangan. Stakeholder dalam rekayasa

perangkat lunak dapat berupa pengguna, pemilik,

pengembang, pemrogram dan orang-orang yang terlibat dalam

rekayasa perangkat lunak tersebut.

Dokumentasi merupakan bagian penting dari pengembangan

perangkat lunak. Masing-masing tahapan dalam model

biasanya menghasilkan sejumlah tulisan, diagram, gambar

atau bentuk-bentuk lain yang harus didokumentasi dan

merupakan bagian tak terpisahkan dari perangkat lunak

yang dihasilkan.

Keluaran dari proses pengembangan perangkat lunak harus

bernilai ekonomis. Nilai dari sebuah perangkat lunak

sebenarnya agak susah dirupiah- kan. Namun efek dari

penggunaan perangkat lunak yang telah dikembangkan

haruslah memberi nilai tambah bagi organisasi. Hal ini

dapat berupa penurunan biaya operasi, efisiensi

penggunaan sumberdaya, peningkatan keuntungan organisasi,

peningkatan “image” organisasi dan lain-lain.

2.3 Perbedaan Dari Rapid Application Development, Join

Application Development, dan System Development Life Cycle

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam pembangunan sebuah sistem informasi diperlukan

metode metode sebagai acuannya antara lain: 1. Rapid

application development (RAD) atau rapid prototyping adalah

model proses pembangunan perangkat lunak yang tergolong dalam

teknik incremental (bertingkat). 2. Joint Application

Development (JAD) merupakan tahapan atau langkah-langkah dan

merupakan salah satu prinsip bagaimana agar pengembangan

sistem informasi sukses. 3. System Development Life Cycle (SDLC) yang

merupakan metodologi tertua dan terbanyak digunakan dalam

pengembangan perangkat lunak.

Persamaan ketiga metode tersebut antara lain:

1. Kebutuhan terhadap definisi masalah yang jelas.

2. Tahapan-tahapan pengembangan yang teratur.

3. Stakeholder berperan sangat penting dalam

keseluruhan tahapan pengembangan.

4. Dokumentasi merupakan bagian penting dari

pengembangan perangkat lunak.

5. Keluaran dari proses pengembangan perangkat lunak

harus bernilai ekonomis.

Sedangkan perbedaanya antara lain:

3.2. Saran

Metode diatas masih belum lengkap, baik dalam penyampaian

materi maupun kelengkapan metode-metode yang lain. Masih

banyak metode yang masih bisa dijelaskna sehingga semakin

memperkaya pengetahuan tentang teknik dan langkah membangun

sebuah sistem informasi yang baik.