BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Struktur beton harus mampu menghadapi kondisi dimana dia direncanakan, tanpa
mengalami kerusakan (deteriorate) selama jangka waktu yang direncanakan.
Beton yang demikian disebut mempunyai ketahanan yang tinggi (durable).
Kurangnya ketahanan disebabkan oleh pengaruh luar seperti pengaruh fisik, kimia
maupun mekanis, misalnya pelapukan oleh cuaca, perubahan temperatur yang
drastis, abrasi, aksi elektrolis, serangan oleh cairan atau gas alami ataupun
industri. Besarnya kerusakan yang timbul sangat tergantung pada kualitas beton,
meskipun pada kondisi yang ekstrim beton yang terlindung dengan baik pun akan
mengalami kehancuran (Paul Nugraha & Antoni, 2007 : 207).
Beberapa parameter kualitas kekuatan mortar yaitu dapat ditinjau dari kuat tekan,
kuat lekat dan kuat lentur. Kuat tekan beton adalah kemampuan luasan permukaan
beton dalam menahan gaya tekan yang dibebankan secara aksial sumbu
penampang. Pembebanan dilakukan hingga beton pecah/hancur (Wang dan
Salmon, 1990).
Pada perlindungan (perbaikan) konstruksi beton tersedia banyak bahan. Bahan
mana yang dipilih tergantung pada kerusakan yang diserang, kualitas bahan dasar
yang dilindungi dan lokasi lingkungan (kering, lembab, agresif) (R. Sagel, P.
Kole & Gideon Kusuma, 1997:225).
Unsaturated Polyester resin (UPR) memiliki kekuatan mekanis yang baik,
ketahanan terhadap zat kimia, mudah dalam pengerjaan, kuat lekat yang baik,
permeabilitas yang rendah,pengerasan awal yang cepat, kuat lentur yang optimal,
mengurangi susut, dan ketahanan abrasi yang baik dan sebagainya. (Kruger dan
Penhall: 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2.2. LANDASAN TEORI
2.2.1. Beton
Bahan penyusun beton dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aktif dan pasif.
Kelompok bahan aktif yaitu semen dan air, sedangkan bahan yang pasif yaitu
pasir dan kerikil. Sifat – sifat dan karakteristik material penyusun beton akan
mempengaruhi kinerja dari beton yang dibuat.
Beton dapat didefinisikan sebagai suatu campuran yang tediri dari pasir, kerikil,
batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu
pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan.
Terkadang, satu atau lebih bahan aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton
dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability),
durabilitas, dan waktu pengerasan (McCormac, 2003).
2.2.2. Kerusakan Beton
Kerusakan beton pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Retak (Cracking)
Retak adalah timbulnya pecah dalam bentuk garis-garis memanjang dan
berukuran relatif sempit. Retak dapat ditimbulkan oleh beberapa sebab,
diantaranya pengaruh cuaca yang menyebabkan evaporasi air pada campuran
menjadi lebih cepat, proses curing yang tidak baik, reaksi kimia dan susut.
b. Spalling
Spalling adalah runtuhnya atau lepasnya sebagian beton yang berbentuk
butiran kecil atau bongkahan besar. Spalling dapat terjadi karena beberapa
sebab, diantaranya korosi tulangan, kebakaran, melekatnya material pada
permukaan bekisting, serangan kimia dan lain-lain.
c. Voids
Voids adalah lubang-lubang yang relatif dalam dan lebar pada beton. Voids
pada beton terjadi karena beberapa sebab, yaitu proses pemadatan beton yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kurang baik sehingga masih terdapat rongga di dalam beton, jarak tulangan
yang relatif rapat dan bocornya bekisting yang berakibat keluarnya pasta
semen. Voids yang berbentuk lubang-lubang tidak teratur juga bisa disebut
honey combing.
2.2.3. Metode Patch Repair
Metode patch repair adalah salah satu metode perbaikan pada beton yang
kualitasnya telah menurun dengan cara penambalan. Metode perbaikan secara
penambalan (patching repair method) adalah metode perbaikan yang paling tepat
direkomendasikan untuk perbaikan beton akibat laju korosi yang menyebabkan
pengelupasan selimut beton (JSCE, 2007). Salah satu jenis material yang dapat
digunakan dalam metode ini adalah mortar. Metode ini dapat digunakan pada
struktur beton gedung maupun perkerasan kaku pada jalan raya. Adapun syarat-
syarat material patch repair, antara lain :
1) Daya lekat yang kuat
Kelekatan antara material patch repair dengan beton yang akan
diperbaiki harus menyatu dengan baik sehingga menjadi satu kesatuan
beton yang utuh.
2) Deformable pada beton
Material repair harus menyesuaikan bentuk beton yang akan diperbaiki.
3) Tidak mengurangi kekuatan beton
Material patch repair yang akan digunakan untuk memperbaiki beton
mampu menahan beban yang sama pada beton yang akan diperbaiki.
4) Ukuran bentuk stabil/tidak susut dan susut
Material patch repair harus stabil terhadap ukuran bentuk (tidak
mengembang dan susut) supaya tidak terjadi kerusakan pada beton induk.
5) Durability (daya tahan) baik
Material patch repair harus memiliki daya tahan (durability) yang lebih baik
dari beton induknya.
6) Rapid Set (waktu setting yang cepat)
Material patch repair harus memiliki waktu setting yang cepat atau harus
cepat dalam proses penegerasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2.2.4. Material Patch Repair
Perkembangan teknologi mortar telah membagi mortar dalam 3 kelompok utama
seperti yang telah disebutkan oleh Emberson dan Mays, 1990; Cusson dan
Mailvaganam, 1996 yaitu :
2.2.4.1 Cementitious Mortar
Mortar semen (sering dikenal hanya sebagai mortar semen) dibuat dari semen
Portland dicampur dengan pasir dan air. Campuran semen dan air inilah yang
menjadi pasta sebagai bahan perekat/pengikat sekaligus pengisi pori-pori diantara
butiran-butiran agregat halus (pasir). Fungsi pasta inilah yang dapat menyebabkan
saling terekatnya butiran-butiran agregat dengan kuat sehingga terbentuklah suatu
massa yang kompak.
2.2.4.2 Polymer-modified Mortar
Polymer-modified mortar merupakan modifikasi mortar dengan tambahan polimer
dalam jumlah tertentu. Fungsi utama sebagai material pengikat masih dilakukan
oleh pasta semen dan air, sedang polimer ditambahkan untuk memodifikasi sifat
mortar. Penambahan polimer dapat meningkatkan sifat mortar, yaitu polimer
dapat mengurangi kecepatan penguapan air, meningkatkan workability, daya
lekat, kekuatan dan durability.
Modifikasi polimer dalam campuran mortar sebagai material perbaikan dapat
meningkatkan kekuatan tarik dan lentur pada komposit beton normal dengan
material perbaikan serta dapat mengurangi sifat rapuh. Penambahan polimer pada
material perbaikan akan memperkuat ikatan antara material perbaikan dengan
beton pada saat proses pelapisan atau penambalan.
2.2.4.3 Polymer Mortar
Polymer mortar (atau resin-based mortar) merupakan campuran antara binders,
agregat halus, dan bahan campur lainnya yang menggunakan polimer resin
sebagai pengikat. Pada awal reaksi, fungsi pengikat antara agregat halus dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
bahan campur lainnya sepenuhnya dilakukan oleh polimer, sedang binders bekerja
setelah dilakukan curing pada mortar.
Polymer mortar biasa digunakan untuk komponen struktur pada join dan struktur
yang berbentuk unik. Polymer mortar memberikan ketahanan korosi lebih besar
daripada bahan bangunan konvensional seperti semen Portland. Sehingga polimer
mortar maupun beton mortar banyak digunakan dan diaplikasikan pada beberapa
produk seperti material tahan abrasi, tahan serangan kimia, konduktif, beton serat,
castable, sprayable, maupun tahan air (waterproof). Produk lain memberikan
perlindungan terhadap keausan, korosi, atau electrostatic discharge (ESD).
Beberapa produk digunakan untuk shotcrete untuk membentuk dinding maupun
terowongan. Polymer mortar juga diaplikasikan untuk komponen penambalan
(patching) dan finishing.
Polymer mortar memiliki sifat serta perilaku yang berbeda satu dengan yang
lainnya karena sangat bergantung terhadap bahan polimer yang digunakan, hal ini
mendorong dilakukannya banyak penelitian untuk mempelajari sifat dan perilaku
polymer mortar. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui
formula yang akan digunakan sebagai desain campuran, dilakukan dengan
memberikan variasi terhadap persentase polimer serta membuat bahan penyusun
lainnya tetap. Lalu dilihat pengaruh water curing terhadap kuat tekan polimer.
Penelitian ini menggunakan Unsaturated Polyester Resin (UPR) yang dicampur
dengan semen OPC dan fly-ash sebagai binder serta agregat halus berupa pasir.
Bahan utama yang digunakan dalam ketiga jenis mortar yang telah disebutkan di
atas disajikan dalam Tabel 2.1 beserta dengan klasifikasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Tabel 2.1 Generic Systems for Concrete Patch Repair (setelah Emberson dan
Mays, 1990)
GENERIC SYSTEMS FOR CONCRETE PATCH REPAIR
Cementitious Mortars Polymer-Modified
Cementitious Mortars Resinous Mortars
Portland Cement (PC) Styrene Butadine Rubber Epoxy
High Alumina Cement (HAC) Vinyl Acetate Polyester
PC/HAC mixtures Magnesium Phospate Acrylic
Expansion Producing Grouts Acrylic Polyurethane
Dalam penelitian ini jenis mortar yang digunakan adalah resinous mortars dengan
jenis polimer resin yang digunakan adalah unsaturated polyester resin sehingga
mortar ini disebut dengan nama UPR-mortar. Adapun bahan penyusun UPR-
mortar yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Semen Portland
Semen Portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis
dengan gips sebagai bahan tambahan (PUBI 1982). Bahan utama semen adalah
batu kapur yang kaya akan kalsium karbonat dan tanah lempung yang banyak
mengandung silika (sejenis mineral berbentuk pasir), aluminium oksida (alumina)
serta oksida besi. Bahan-bahan itu kemudian dihaluskan dan dipanaskan pada
suhu tinggi (15500C) sampai terbentuk campuran baru. Selama proses pemanasan,
terbentuklah campuran padat yang mengandung zat besi. Agar tak mengeras
seperti batu, ramuan diberi bubuk gips dan dihaluskan hingga berbentuk partikel-
partikel kecil seperti bedak. Semen memiliki sifat adhesif maupun kohesif
sehingga mampu merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang
padat dan mampu mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat.
Bahan dasar pembentuk semen Portland terdiri dari kapur, silika, alumina dan
oksida besi. Oksida tersebut bereaksi membentuk suatu produk yang terbentuk
akibat peleburan. Unsur-unsur pembentuk semen dapat dilihat pada Tabel 2.2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tabel 2.2 Susunan Unsur Semen Portland
Oksida Persen (%)
Kapur (CaO) 60-65
Silika (SiO2) 17-25
Alumina (Al2O3) 8-Mar
Besi (Fe2O3) 0,5-6
Magnesium(MgO) 0,5-4
Sulfur (SO3) 2-Jan
Soda/ (Na2O+K2O) 0,5-1
Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996
Berdasarkan tujuan pemakaiannya, semen Portland di Indonesia dibagi menjadi
lima jenis seperti tertera pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Jenis-jenis Semen Portland
Jenis Semen KarakteristikUmum
Jenis I Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus
Jenis II Semen portland yang penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panashidrasi sedang
Jenis III Semen Portland yang penggunaannya memerlukan persyaratan
awalyangtinggi setelah terjadi pengikatan
Jenis IV Semen portland yang dalam penggunaannya menuntut panas
Hidrasiyangrendah
Jenis V Semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut ketahanan
yangkuat terhadap sulfat
Sumber : Kardiyono Tjokrodimuljo, 1996
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Pada penelitian ini digunakan semen tipe satu yang digunakan untuk tujuan
umum. Semen portland tipe satu atau Ordinary Portland Cement (OPC) adalah
semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling klinker semen dan gypsum.
Semen portland tipe satu memenuhi persyaratan SNI No. 15-2049-2004 Jenis 1
dan ASTM C 150-2004 tipe 1. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan
umumdengan kekuatan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus).
b. Agregat Halus
Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat halus adalah agregat dengan
besar butir kurang dari 4,75 mm. Agregat halus dalam campuran mortar sangat
menentukan kemudahan pengerjaan (workability), kekuatan (strength), dan
tingkat keawetan (durability) dari mortar yang dihasilkan. Oleh karena itu, pasir
sebagai agregat halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan yang telah
ditentukan.
Syarat – syarat agregat halus (pasir) sebagai bahan material pembuatan beton
sesuai dengan ASTM C 33 adalah:
1. Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal sehingga
kuat tekan beton besar.
2. Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material beton
lainnya.
3. Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang
dihasilkan padat dan awet.
4. Gradasi sesuai spesifikasi dan hindari gap graded aggregate karena akan
membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga.
5. Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika ada
bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total agregat.
6. Kadar lumpur agregat tidak lebih dari 5 % terhadap berat kering karena akan
berpengaruh pada kuat tekan beton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Air
Air merupakan bahan dasar penyusun mortar yang paling penting dan paling
murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen dan menyebabkan terjadinya
pengikatan antara pasta semen dengan agregat, sedangkan fungsi lain sebagai
bahan pelumas antara butir-butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.
Proporsi air yang sedikit akan memberikan kekuatan pada beton, tetapi kelemasan
atau daya kerjanya akan berkurang. Sedang proporsi yang besar akan memberikan
kemudahan pengerjaan, tetapi kekuatan hancur mortar menjadi rendah. Secara
umum air yang dapat digunakan dalam campuran adukan mortar adalah air yang
apabila dipakai akan menghasilkan mortar dengan kekuatan lebih dari 90 % dari
mortar yang memakai air suling. Air yang memenuhi syarat sebagai air minum,
memenuhi syarat pula untuk bahan campuran mortar. Tetapi tidak berarti air harus
memenuhi persyaratan air minum. Jika diperoleh air dengan standar air minum,
maka dapat dilakukan pemeriksaan secara visual yang menyatakan bahwa air
tidak berwarna, tidak berbau, dan cukup jernih.
d. Bahan Tambah (Admixture)
Bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat, dan semen yang
dicampurkan ke dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama
pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan
karakterisik dari beton atau mortar misalnya untuk dapat dengan mudah
dikerjakan, penghematan, atau untuk tujuan lain (ASTM C.125-1995). Dalam
penelitian ini digunakan fly ash dan UPR (Unsaturated Polyester Resin)
Unsaturated Polyester Resin yang digunakan dalam penelitian ini adalah seri
Yukalac 157® BQTN-EX Series. Spesifikasi sifat mekanis dari Unsaturated
Polyester Resin dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 2.4 Sifat mekanik unsaturated polyester resin Yukalac 157® BQTN 157-EX
Sifat Mekanis Satuan Nilai Catatan
Berat Jenis Kg/m3 1.215 pada suhu 25°C
Kekerasan - 40 Barcol/GYZJ 934-1
Suhu distorsi panas °C 70 -
Penyerapan air % 0,188 24 jam
% 0,466 7 hari
Kekuatan Flextural Kg/mm2 9,4 -
Modulus Elastisitas (E) Kg/mm2 300 -
Kekuatan Tarik statis Kg/mm2 5,5 -
Modulus Tarik Kg/mm2 300 -
Elongation % 2,1 -
Sumber: Justus Kimia Raya, 2001
UPR adalah jenis bahan tambahan baru yang dapat menghasilkan mortar dengan
kuat tekan yang tinggi. UPR mempunyai plastisitas yang baik, daya elastis yang
sempurna, daya tahan dan daya lekat yang baik.
UPR baik digunakan sebagai bahan tambahan (additive), hal ini karena beberapa
sifat karakteristik UPR yang menguntungkan. Sifat-sifat antara lain :
a. Mudah dalam pengerjaannya.
b. Tahan terhadap korosi.
c. Merupakan isolator panas yang baik.
d. Mempunyai sifat elastis dan plastis.
e. Meniliki viskositas yang rendah.
f. Bersifat keras namun tidak getas.
Dalam penelitian ini, jenis UPR yang digunakan adalah jenis produk resin dari
Justus Kimia Raya. UPR merupakan jenis polimer yang mempunyai daya rekat
sangat tinggi antara beton normal dengan material perbaikan serta memiliki sifat
permeabilitas yang rendah. Namun, sering kali material perbaikan tidak
kompatibel dengan beton normal, sehingga menghasilkan kegagalan di awal
perbaikan. Penggunaan agregat yang lebih besar dapat meningkatkan
kompatibilitas termal dengan beton dan mengurangi resiko debonding.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2.2.5. Efek Polimer
Beberapa efek polimer yang terjadi sebagai bahan tambah antara lain:
2.2.5.1. Efek Polimer terhadap Proses Hidrasi Semen
Larbi dan Bijen (1990) dan Chandra dan Flodin (1987) melaporkan bahwa ada
dua pemahaman yang ada mengenai mekanisme aksi polymer pada beton, dimana
teori yang pertama mengungkapkan bahwa tidak ada interaksi antara
polimer dengan beton, selama hidrasi bagian hidrofilik dari polimer
diorientasikan terhadap fase air sedangkan bagian hidrofobik mengarah kepada
fase udara dan kepada pengeringan dimana air dikeluarkan, partikel hidrofobik
bergabung bersama dan membentuk film.
Penundaan hidrasi semen tersebut dapat disebutkan satu persatu sebagai berikut:
a. Polimer mungkin membatasi akses air terhadap butiran semen dengan
membentuk (kulit) di atasnya dan hal ini mungkin juga menghambat
hilangnya produk hidrasi dari permukaan inti semen yang unhydrous.
b. Penyerapan deterjen diatas permukaan partikel semen dapat
mempengaruhi hidrasi semen.
c. Interaksi antara polimer dengan ion-ion Ca2+.
Kekuatan semen merupakan hasil proses hidrasi. Proses kimiawi ini berupa
rekristalisasi dalam bentuk interlocking crystals sehingga membentuk gel semen
yang mempunyai kekuatan desak yang tinggi apabila mengeras. ( Nawy, 1990 ).
Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton disebit faktor air
(water cement ratio) semen. Pada umumnya dipakai nilai antara 0,2 sampai 0,25
sesuai denagan mutu beton yang diinginkan. Semakin tinggi mutu beton yang
ingin dicapai maka digunakan nilai faktor air semen (water cement ratio) yang
rendah. Sebaliknya jika ingin menambah daya workabilty diperlukan nilai aktor
air (water cement ratio) yang tepat agar didapatkan beton dengan mutu yang baik
dan tingkat pengerjaan yang mudah ( Dipohusodo, 1994 : 4 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.2.5.2. Efek Polimer terhadap Sifat-sifat Adukan pada Material Perbaikan
Selain variabel yang mempengaruhi sifat-sifat adukan dan beton biasa, sifat beton
dan adukan yang baru dan hasil modifikasi polimer yang diperkeras dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor seperti jenis polimer, rasio antara polimer
dengan semen, rasio air dan semen, kandungan air dan kondisi perawatan.
Selain itu, Riley dan Razl [melaporkan] bahwa sifat-sifat campuran yang baru
akan sangat bervariasi tergantung pada urutan penambahan latex dan air. Mereka
menyatakan bahwa jika latex ditambahkan terlebih dahulu, maka campuran
tersebut akan kurang berfungsi daripada apabila air ditambahkan sebelum
latex. Mereka mengungkapkan bahwa efek ini disebabkan oleh fakta bahwa
latex mengembangkan karakteristik thiksotropik jika hal ini dikeringkan secara
tiba-tiba oleh penyerapan kedalam bahan-bahan kering. Maka dari itu,
mereka menganjurkan agar air campuran ditambahkan sebelum latex.
2.2.6. Kuat Tekan
Kuat tekan adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji
hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin uji.
Kuat tekan beton ditentukan oleh perbandingan semen dan agregat halus,.
Perbandingan air terhadap semen merupakan faktor utama dalam penentuan kuat
tekan beton.
Beton relatif kuat menahan tekan pada beton normal. Keruntuhan beton sebagian
disebabkan karena rusaknya ikatan pasta dan agregat. Besarnya kuat tekan beton
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Faktor air semen.
Hubungan faktor air semen dan kuat tekan secara umum adalah bahwa
semakin rendah nilai faktor air semen, semakin tinggi kuat tekan mortarnya.
Namun kenyataannya, pada suatu nilai faktor air semen semakin rendah,
maka beton semakin sulit dipadatkan. Dengan demikian, ada suatu nilai
faktor air semen yang optimal dan menghasilkan kuat tekan yang maksimal.
b. Jenis semen dan kualitasnya mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
mortar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Bahan tambah (adittive) yang dipakai pada mortar. Pada penelitian ini bahan
tambah yang dipakai yaitu UPR yang memiliki kekuatan awal yang tinggi.
d. Efisiensi dari perawatan (curing).
Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila pengeringan terjadi
sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting pada pekerjaan
di lapangan dan pada pembuatan benda uji.
e. Suhu.
Pada umumnya kecepatan pengerasan mortar bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk waktu
yang lama.
f. Umur pada keadaan yang normal.
Kekuatan mortar bertambah dengan bertambahnya umur, tergantung pada
jenis semen. Misalnya semen dengan kadar alumina tinggi menghasilkan
beton yang kuat hancurnya pada 24 jam, sama dengan semen portland biasa
pada 28 hari. Pengerasan berlangsung terus secara lambat sampai beberapa
tahun.
Pencatatan yang dilakukan saat pengujian kuat tekan adalah besarnya beban P
pada saat mortar hancur. Untuk mendapatkan besarnya tegangan hancur pada
benda uji digunakan Persamaan 2.1.:
fc’ = A
P max ……………………………………………………..………… (2.1)
dengan :
fc’ = kuat tekan mortar yang didapat dari benda uji (MPa)
Pmax = beban tekan maksimum (N)
A = luas permukaan benda uji (mm2)
2.2.7. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas merupakan suatu ukuran nilai yang menunjukkan kekakuan
dan ketahanan beton untuk menahan deformasi (perubahan bentuk). Hal ini
membantu untuk menganalisa perkembangan tegangan regangan pada elemen
struktur yang sederhana dan untuk menentukan analisa tegangan regangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
momen dan lendutan pada struktur yang lebih kompleks. Modulus elastisitas
merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan dalam arah aksial.
Pada beton terjadi perubahan bentuk mengikuti regangan elastis dan sebagian
mengalami regangan plastis. Hal ini digambarkan pada Gambar 2.1. yang
memperlihatkan kurva tegangan-regangan tipikal yang diperoleh dari percobaan
benda uji silinder beton dan dibebani tekan uniaksial selama beberapa menit.
Gambar 2.1. Kurva tegangan regangan beton yang diberi tekanan
(Nawy, 1990: 44)
Bagian kurva ini (sampai sekitar 40% fc’) pada umumnya dapat dianggap linier
untuk tujuan praktis. Setelah mendekati 70% tegangan hancur, material banyak
kehilangan kekakuannya sehingga kurva tidak linier lagi.
Modulus elastisitas yang besar menunjukkan kemampuan menahan tegangan
yang cukup besar dalam kondisi regangan yang masih kecil, artinya bahwa
beton tersebut mempunyai kemampuan menahan tegangan yang cukup besar
akibat beban-beban yang terjadi pada suatu regangan yang kecil.
Faktor yang mempengaruhi modulus elastisitas :
a. Kelembaban
Beton dapat mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu.
Akibatnya beton akan mengalami keretakan. Retak mengurangi kekuatan
elemen struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Agregat
Nilai modulus dan proporsi volume agregat dalam campuran mempengaruhi
modulus elastisitas beton. Semakin tinggi modulus agregat dan semakin besar
proporsi agregat dalam beton, semakin tinggi pula modulus elastisitas beton
tersebut.
c. Umur beton
Modulus elastisitas semakin besar seiring dengan bertambahnya umur beton
seperti kuat tekannya, namun modulus elastisitas bertambah lebih cepat
daripada kekuatan.
Menurut Murdock dan Brook (1991), modulus elastisitas yang sebenarnya atau
modulus pada suatu waktu tetentu dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan
2.2-2.5.
Modulus elastisitas (E)
………………….………………………………….…………..……...… (2.2)
Dimana :
Tegangan (σ) A
P
………………………………………………….……………………………………..(2.3)
Regangan (ε)l
l
…………………………………………………………….......…………...….......…… (2.4)
Dengan P = beban yang diberikan (ton)
A = luas tampang melintang (mm2)
Δl = perubahan panjang akibat beban P (mm)
l = panjang semula (mm)
Berdasarkan rekomendasi ASTM C 469-94, perhitungan modulus elastisitas beton
yang digunakan adalah modulus chord, adapun perhitungan modulus elastisitas
chord (Ec) dapat dilihat pada persamaan 2.5.
Ec00005,0
2
12
SS …...........................................................…….………………………….…………..……(2.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Dengan:
Ec = modulus elastisitas (MPa)
S2 = tegangan sebesar 40% x fc’ (MPa)
S1 = tegangan pada saat regangan arah longitudinal mencapai sebesar
0,00005, dalam MPa
2 = regangan longitudinal akibat tegangan S2
2.2.8. Scanning Electron Microscope SEM
Untuk melihat benda mikroskopis yang berukuran di bawah 200 nanometer,
diperlukan alat khusus yaitu mikroskop dengan panjang gelombang pendek. Alat
yang digunakan yaitu Scanning Electron Microscopy (SEM).
Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah mikroskop elektron yang
menggambarkan sampel dengan memindai seberkas elektron dalam pola scan
raster. Elektron berinteraksi dengan atom yang menyusun sampel dan
menghasilkan sinyal yang berisi informasi tentang topografi permukaan sampel,
komposisi dan sifat-sifat lainnya seperti konduktivitas listrik. Alat ini digunakan
untuk mengamati detail permukaan sel atau struktur mikroskopik lainnya, dan
mampu menampilkan pengamatan obyek secara tiga dimensi (Ramadhania, 2012).
(http://kreasiumbiku.blogspot.com/2013/01/sem-scanning-electron-
microscopy.html)
Prinsip kerja Scanning Electron Microscopy (SEM) dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan
anoda.
2. Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
3. Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai.
4. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan mengeluarkan elektron
baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke monitor (CRT).
Secara lengkap skema SEM dijelaskan oleh gambar dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 2.2. Prinsip kerja SEM
(Sumber: Lowa State University in Radiological & Enviromental Management ,
2012)
Aplikasi dari teknik Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah sebagai
berikut:
1. Topografi
Menganalisa permukaan dan teksture (kekerasan, reflektivitas dsb)
2. Morfologi
Menganalisa bentuk dan ukuran dari benda sampel
3. Komposisi
Menganalisa komposisi dari permukaan benda secara kuantitatif
dan kualitatif.