Aspal buk atooooooooon

14
Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, danvisoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} [1] atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair. Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar. Perencanaan Campuran Aspal Metode Bina Marga Perencanaan campuran diperlukan untuk mendapatkan resep campuran yang memenuhi spesifikasi., menghasilkan campuran yang memenuhi kinerja yang baik dari agregat yang tersedia. Metode perencanaan campuran yang umum dipergunakan di Indonesia adalah: Metode Bina Marga, bersumber dari BSS94 dan dikembangkan untuk kebutuhan di Indonesia oleh CQCMU (Central Quality Control & Monitoring Unit), Bina marga sehingga lebih dikenal dengan nama metode CQCMU. Metode Asphalt Institut Metode Bina Marga (metode CQCMU) Perencanaan campuran dengan menggunakan metode Bina Marga dimulai dari kadar aspal efektif yang tetap sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam spesifikasi. Pencampuran agregat yang tersedia dilokasi divariasi untuk dapat memenuhi syarat rongga udara, tebal film aspal dan stabiliasi. Jadi pada metode ini rongga udara dalam campuran merupakan kriteria pokok bersama dengan kadar aspal efektif yang akhirnya menentukan tebal film aspal yang terjadi. Karena bertitik tolak dari rongga udara dan film aspal, maka campuran dengan menggunakan metode ini mempunyai sifat durabilitas yang tinggi dan karenanya sering disebut sebagai campuran aspal dengan durabilitas yang tinggi. 3 jenis campuran aspal dengan durabilitas yang tinggi yang dapat dihasilkan dengan mempergunakan metode ini yaitu HRS kelas A, untuk jalan dengan lalu lintas rendah, HRS kelas B, untuk jalan dengan lalu lintas tinggi, ATB dan ATBL

Transcript of Aspal buk atooooooooon

Aspal ialah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, danvisoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasan lentur. Aspal berasal dari aspal alam (aspal buton} [1] atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi). Berdasarkan konsistensinya, aspal dapat diklasifikasikan menjadi aspal padat, dan aspal cair.

Aspal atau bitumen adalah suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang dan bersifat cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbonyang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% hydrogen, 6%belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

Perencanaan Campuran Aspal Metode Bina MargaPerencanaan campuran diperlukan untuk mendapatkan resep campuran yang memenuhispesifikasi., menghasilkan campuran yang memenuhi kinerja yang baik dari agregat yang tersedia. Metode perencanaan campuran yang umum dipergunakan di Indonesia adalah: Metode Bina Marga, bersumber dari BSS94 dan dikembangkan untuk kebutuhan di Indonesia oleh CQCMU (Central Quality Control & Monitoring Unit), Bina marga sehingga lebih dikenal dengan nama metode CQCMU. Metode Asphalt InstitutMetode Bina Marga (metode CQCMU)Perencanaan campuran dengan menggunakan metode Bina Marga dimulai dari kadar aspal efektif yang tetap sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam spesifikasi. Pencampuran agregat yang tersedia dilokasi divariasi untuk dapat memenuhi syarat rongga udara, tebal film aspal dan stabiliasi. Jadi pada metode ini rongga udara dalam campuran merupakan kriteria pokok bersama dengankadar aspal efektif yang akhirnya menentukan tebal film aspal yang terjadi. Karena bertitik tolak dari rongga udara dan film aspal, maka campuran dengan menggunakan metode ini mempunyai sifat durabilitas yang tinggi dan karenanya sering disebut sebagai campuran aspal dengan durabilitas yang tinggi. 3 jenis campuran aspal dengan durabilitas yang tinggi yang dapat dihasilkan dengan mempergunakan metode ini yaitu HRS kelas A, untuk jalan dengan lalu lintas rendah, HRS kelas B, untuk jalan dengan lalu lintas tinggi, ATB dan ATBL

sebagai lapis pondasi. Prosedure perencanaan campuran dengan metode CQCMU sebagai berikut : 1. Pemilihan agregat dan penentuan sifat-sifatnya yang harus sesuai dengan spesifikasi material. Parameter perencanaan adalah : Gradasi butir dari masing-masing kelompok agregat kasar, agregat sedang, pasirdan abu batu yang biasanya digambarkan dalam amplop gradasi yang ditetapkan. Karena perencanaan campuran mempergunakan matrix 3 x 3, maka agregat kasar danagregat sedang dikelompokkan pada kelompok “agregat kasar”, yang proporsi pencampuran harus ditentukan terlebih dahulu. Berat jenis agregat, yang akan dipergunakan dalam perhitungan sifat campuranNilai absorbsi air dari agregat yang dapat dipergunakan sebagai indikator penentuan besar absorbsi aspal. Sifat-sifat agregat yang umumnya harus dipenuhi untuk lapis perkerasan jalan.2. Penentuan campuran nominal berdasarkan sifat-sifat yang diperoleh pada langkah 1 dan dari kadar aspal efektif yang ditentukan dalam spesifikasi. Rencana campura nominal ini diperlukan sebagai : saringan tingkat pertama, apakah agregat yang tersedia dapat dipergunakan atautidak. Resep awal untuk campuran percobaan di laboratorium yang memenuhi persyaratan gradasi campuran dari kadar aspal seperti yang diberikan pada spesifikasi. Komponen agregat campuran dinyatakan dalam fraksi rencana yang terdiri dari:CA = Fraksi agregat kasar = persen berat material yang tertahan saringan no. 8terhadap berat total campuran. FA = Fraksi agregat halus = persen berat material yang lolos saringan no. 8 dan tertahan saringan no. 200 terhadap berat total campuran. FF = Fraksi bahan pengisi = persen berat material yang lolos saringan no. 200 terhadap berat total campuran. Sedangkan proporsi dari bahan mentah dinyatakan dalam proporsi penakaran (batch proportion). Setiap penakaran adalah penyumbang untuk masing-masing fraksi. Proporsi pemakaian A : B : C Fraksi rencana CA : FA : FF CA + FA + FF + b = 100%, dimana b = kadar aspal total. Campuran nominal direncanakan sedemikian rupa sehingga merupakan nilai tengan dari batas yang diberikan pada spesifikasi. 

3. Pemeriksaan sifat campuran di laboratorium tahap pertama. Resep campuran nominal yang ditentukan hanya berdasarkan gradasi dan absorbsi air harus diperiksa sifat campurannya untuk selanjutnya dikoreksi sehingga dapat merupakan resep akhir dari rencana campuran. Pemeriksaan sifat campuran tahap pertama ini dengan mengambil kadar aspal tetap yaitu kadar aspal efektif + persen absorbsi aspal yang diperkirakan ± 40 % absorbsi air. Untuk dapat menggambarkan sifat campuran sehubungan dengan variasi campuran agregat pada kondisi kadar aspal tetap, maka dibuatkan variasi campuran agregat dengan

basis campuran nominal. Umumnya dibuatkan untuk 3 proporsi agregat kasar yaitu: Proporsi agregat kasar campuran nominal Proporsi agregat kasar untuk campuran nominal + 10 % Proporsi agregat kasar untuk campuran nominal – 10 %Masing-masing proporsi agregat kasar dicoba untuk minimum 3 macam campuran pasir dan abu batu yang dinyatakan dalam perbandingan pasir : abu batu. Dengandemikian terdapat 9 macam campuran yang diperiksa di laboratorium. Dari hasil pemeriksaan Marshall kesembilan macam gradasi campuran tersebut digambarkan hubungan antara sifat campuran dan proporsi agregat kasar. Dengan memperhatikan sifat campuran yang diperoleh untuk masing-masing contoh pemeriksaan dan membandingkan dengan sifat campuran yang diinginkan serta kondisi lingkungan maka dapat dipilih/ditentukan 1 proporsi agregat kasar dan perbandingan pasir dan abu batu terbaik. Dalam pemilihan ini perlu dipertimbangkan juga : Pasokan abu batu dan pasir yang dapat dihasilkan pada lokasi tsb ikut menentukan pilihan perbandingan pasir dan abu batu. Kondisi cuaca dilokasi yang mungkin menuntut makro tekstur campuran yang berbeda. Lokasi yang sering turun hujan menuntut gaya gesek yang lebih baik, berarti makro tekstur yang lebih kasar. Hal ini dapat dipenuhi dengan memilih proporsi agregat kasar lebih tinggi. Kelandaian jalan juga dapat merupakan suatu pertimbangan dalam memilih proporsi agregat kasar terbaik. Dari hasil pemeriksaan laboratorium tahap pertama ini diperoleh proporsi agregat kasar dan perbandingan pasir dan abu batu yang terbaik dan berdasarkan hasil ini pemeriksaan dilanjutkan kepemeriksaan campuran di laboratorium tahap kedua.4. Pemeriksaan sifat campuran di laboratorium tahap kedua bertujuan untuk menentukan kadar aspal optimum dan persentase pwnambahan bahan pengisi jika diperlukan terhadap proporsi agregat kasar dan perbandingan pasir dan abu batuterbaik yang merupakan hasil pemeriksaan tahap pertama. Untuk itu perlu direncanakan 6 gradasi campuran lagi dengan varaisi kadar aspal dan bahan pengisi, sedangkan proporsi agregat kasar dan perbandingan pasir dan abu batu konstan sebesar hasil yang diperoleh pada tahap pertama. Kadar aspal divariasi± 1 % dan ± 2 % dari kadar aspal pada campuran nominal. Jika dirasakan perlu menambahkan bahan pengisi maka dicoba dengan penambahan 2 % sampai 4 % bahan pengisi. Hasil pemeriksaan Marshall dilaboratorium dari variasi gradasi akibatdibuatnya variasi kadar aspal dan bahan pengisi terbaik sesuai dengan sifat campuran yang diinginkan pada spesifikasi. 

5. Korelasi hasil perencanaan campuran di laboratorium dengan mesin pencampur AMP. Hasil perencanaan campuran di laboratorium harus dapat diterapkan di mesin pencampur. Ketepatan pengaturan dari bagian-bagian AMP sangat menentukankwalitas produksi. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah : Kalibrasi dan pengaturan bin dingin (coldbin)sesuai dengan hasil perencanaan campuran di laboratorium. 

Penentuan proporsi penakaran agregat panas pada bin panas (jika ada). Kalibrasi dan pengaturan bin panas sesuai dengan hasil perencanaan.6. Pemeriksaan percobaan produksi mesin pencampur. Sifat dari campuran yang diproduksi seringkali berbeda dengan sifat yang diperoleh di laboratorium. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan produksi sebelum mesin pencampur berproduksi penuh. Dengan demikian rencana campuran dapat dikoreksi sehingga menjadi resep campuran akhir.

Berdasarkan cara mendapatkannya

Aspal Alam:

Aspal Gunung (Rock Asphalt)

ex : Aspal P. Buton

Aspal Danau (Lake Asphalt)

ex : Aspal Bermudez, Trinidad

Aspal Buatan :

Aspal MinyahMerupakan hasil destilasio minyak bumi

TarMerupakan hasil penyulingan batu bara dan kayu (tidak umumdugunakan, peka terhadap perubahan temperatur dan beracun)

Berdasarkan jenis bahan dasarnya: 

Asphaltic base crude oil: Bahan dasar dominan aspaltic Parafin base crude oil: Bahan dasar dominan parafin

Mixed base crude oil: Bahan dasar campuran asphaltic danparafin

Proses Penyulingan minyak bumi untuk menghasilkan aspal:

Skema Proses Pembuatan aspal Minyak: 

Komposisi aspal: 

Aspal merupakan unsur hydrocarbon yang sangat komplek,sangat sukar memisahkan molekul-molekul yang memberntuk aspal tersebut Secara umum komposisi dari aspal terdiri dari asphaltenes dan maltenes Asphaltenes merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang larut dalam heptane. Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resin dan oils, dan larut dalam heptanes Resins adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan. Oils adalah media dari asphaltenes dan resin, berwarna lebih muda

Proporsi dari asphaltenes, resin, oils berbeda tergantung dari banyak faktor seperti kemungkinan beroksidasi, proses pembuatan dan ketebalan aspal dalam campuran

Ilustrasi Komposisi Aspal Minyak:

kegiatan pengaspalan:

A. PENYAJIAN

Aspal beton campuran panas merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksiperkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Untuk mengeringkan agregat dan mendapatkan tingkat kecairan yang cukup dari aspal sehingga diperoleh kemudahan untuk mencampurnya, maka kedua material harus dipanaskan dulu sebelum dicampur. Karena dicampur dalam keadaan panas maka seringkali disebut sebagai “ hot mix “.pekerjaan pencampuran dilakukan di pabrik pencampur , kemudian dibawa ke lokasi dan dihampar dengan mempergunakan alat penghampar (paving machine) sehingga diperoleh lapisan lepas yang seragam dan merata untuk selanjutnya dipadatkan dengan mesin pemadat dan akhirnya diperoleh lapisan padat aspal beton. 

B. KLASIFIKASI ASPAL BETON 

B.1. Berdasarkan fungsinya aspal beton campuran panas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Sebagai lapis permukaan yang tahan terhadap cuaca, gaya geser, dan tekanan roda serta memberikan lapis kedap air yang dapat melindungi lapis dibawahnya dari rembesan air. 2. Sebagai lapis pondasi atas 

3. Sebagai lapis pembentuk pondasi, jika dipergunakan pada pekerjaan peningkatan atau pemeliharaan. Sesuai dengan fungsinya maka lapis aspal beton mempunyai kandungan agregat dan aspal yang berbeda. Sebagai lapis aus, maka kadar aspal yang dikandungnya haruslah cukup sehingga dapat memberikan lapis yang kedap air. Agregat yang dipergunakan lebih halus dibandingkan dengan aspal beton yang berfungsi sebagai lapis pondasi. 

B.2. Berdasarkan metode pencampurannya, aspal beton dapat dibedakan atas: 

1. Aspal beton Amerika, yang bersumber kepada Asphalt Institute. 2. Aspal beton durabilitas tinggi, yang bersumber pada BS 594, Inggris, dan dikembangkan oleh CQCMU, Bina Marga, Indonesia. 

C. KARAKTERISTIK CAMPURAN 

Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton campuran panas adalah : 1. Stabilitas 2. Durabilitas 3. Fleksibilitas 4. Tahanan geser (skid resistance) 5. Kedap air 6. Kemudahan pekerjaan (workability) 7. Ketahanan kelelehan (fatique resistance) 

S t a b i l i t a s Stabilitas lapisan pekerjaan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur ataupun bleeding. Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan memakai jalan tersebut. Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dansebagian besar merupakan kendaraan berat menuntut stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan jalan dengan volume lalu lintas yang hanya terdiri dari kendaraan penumpang saja. Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan itu menjadi kaku dan cepat mengalami retak, disamping itu karena volume antar agregat kurang, mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan rendah. Hal ini menghasilkan film aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya rendah. 

Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat yang baik dari lapisan aspal. Dengan demikian stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan mengusahakan penggunaan : 1. agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded) 2. agregat dengan permukaan yang kasar 3. agregat berbentuk kubus 4. aspal dengan penetrasi rendah 5. aspal dengan jumlah yang mencukupi untuk ikatan antar butir 

Agregat bergradasi baik, bergradasi rapat memberikan rongga antar butiran agregat (voids in mineral agregat = VMA) yang kecil. Keadaan ini menghasilkan stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah untuk mengikat agregat. VMA yang kecil mengakibatkan aspal yang dapat menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis. Film aspal yang tipis mudah lepas yang mengakibatkan lapis tidak lagi kedap air, oksidasi mudah terjadi, dan lapis perkerasan menjadi rusak.

Pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan aspal tidak lagi dapat menyelimuti agregat dengan baik ( karena VMA kecil) dan juga menghasilkan rongga antar campuran (voids in mix = VIM ) yang kecil. Adanya beban lalu lintas yang menambah pemadatan lapisan mengakibatkan lapisan lapisan aspal meleleh keluar yang dinamakan bleeding. 

Durabilitas ( keawetan / daya tahan ) Durabilitas diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu ataupun keausan akibat gesekan kendaraan. 

Faktor yang mempengaruhi durabilitas lapis aspal beton adalah : 1. Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspalbeton yang berdurabilitas yang tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya bleeding menjadi tinggi. 2. VIM kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam campuran yang menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi rapuh / getas. 3. VMA besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan VIM kecil serta kadar aspal tinggi kemungkinan terjadinya bleeding besar. Untuk mencapai VMA yang besar ini dipergunakan agregat bergradasi senjang. 

Fleksibilitas (kelenturan) Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan volume. Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan : 1. Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang besar. 2. Penggunaan aspal lunak (aspal dengan penetrsi yang tinggi) 3. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil. 

Skid resistance (tahanan geser / kekesatan) Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga kendaraan tidakmengalami slip baik di waktu hujan atau basah maupun diwaktu kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien geser antar permukaan jalan dan ban kendaraan. Tahanan geser tinggi jika : 1. penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tak terjadi bleeding. 2. Penggunaan agregat dengan permukaan kasar 3. Penggunaan agregat berbentuk kubus 4. Penggunaan agregat kasar yang cukup 

Ketahanan kelelehan (fatique resistance) Ketahanan kelelehan adalah ketahanan dari lapis aspal beton dalam menerima beban berulang tanpa terjadinya kelelehan yang berupa alur (ruting) dan retak. Faktor yang mempengaruhi ketahanan terhadap kelelehan adalah : 1. VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan kelelahan yang lebihcepat. 2. VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis perkerasan menjadi fleksibel. Kemudahan pelaksanaan (workability) Yang dimaksud dengan kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan. Faktor yang mempengaruhi kemudahan dalam pelaksanaan adalah : 

1. Gradasi agregat, agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari pada agregatbergradasi lain. 2. Temperatur campuran, yang ikut mempengaruhi kekerasan bahan pengikat yang bersifat termoplastis. 3. Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi menyebabkan pelaksanaan lebih sukar. 

D. PERENCANAAN CAMPURAN 

Jika agregat dicampur dengan aspal maka : 1. Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal 2. Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara 3. Terdapat rongga antar butir yang terisi udara 4. Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dari kadar aspal yang dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat. Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 syarat yaitu stabilitas, durabilitas, fleksibilitas dan tahanan geser seperti penjelasan pada bab 7.2. diatas, tetapi jika memakai gradasi rapat (dense graded) akan menghasilkan kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas yang baik, tetapi mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan kelenturan (fleksibilitas) yang kurang baik dan akibat tambahan pemadatan dari beban lalu lintas berulang serta aspal yang mencair akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang kecil. Sebaiknya jika menggunakan gradasi terbuka, akan diperoleh kelenturan yang baik, tetapi stabilitas yang kecil. Kadar aspal yang terlalu sedikit akan mengakibatkan lapisan pengikat antar butir kurang, lebih-lebih jika kadar rongga yang dapat diresapiaspal besar. Hal ini akan mengakibatkan lapisan pengikat aspal cepat lepas dan durabilitas berkurang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa haruslah ditentukan campuran antara agregat dan aspal seoptimal mungkin sehingga dihasilkan lapisan perkerasan dengan kwalitas yang seoptimal mungkin. Dengan kata lain haruslah direncanakan campuran yang meliputi gradasi agregat (dengan juga memperhatikan mutu agregat) dan kadar aspal sehingga dihasilkan lapisan perkerasan yang dapat memenuhi ke-4 syarat diatas yaitu : 1. Kadar aspal cukup memberikan kelenturan 2. Stabilitas cukup memberikan kemampuan memikul beban sehingga tak terjadi deformasi yang merusak. 3. Kadar rongga cukup memberikan kesempatan untuk pemadatan tambahan akibat beban berulang dan flow dari aspal. 4. Dapat memberikan kemudahan kerja sehingga tak terjadi segregasi. 5. Dapat memberikan campuran yang akhirnya menghasilkan lapis perkerasan yang sesuai dengan persyaratan dalam pemilihan lapis perkerasan pada tahap perencanaan. Dengan demikian faktor yang mempengaruhi kualitas dari aspal beton adalah: 1. Absorbsi aspal 2. Kadar aspal efektif 3. Rongga antar butir (VMA) 4. Rongga udara dalam campuran (VIM) 5. Gradasi agregat 

E. Pemeriksaan dengan alat Marshall 

Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa dengan menggunakan alat pemeriksaan

Marshall. Pemeriksaan ini pertama kali diperkenalkan oleh Bruce Marshall, selanjutnya dikembangkan oleh U.S Corps of Engineer. Saat ini pemeriksaan Marshall mengikuti prosedure PC-0201-76 atau AASHTO T 245-74, atau ASTM D 1559-62T. Pemeriksaan dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01”. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 pon. Proving ring dilengkapi dengan arloji pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis (flow). Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 7,5 cm dipersiapkan di laboratorium, dalam cetakan benda uji dengan mempergunakan hammer (penumbuk) dengan berat 10 pon (4,536 kg) dan tinggi jatuh 18 inch (45,7 cm), dibebani dengan kecepatan tetap 50 mm/menit. Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan dengan alat Marshall, diperoleh data-data sebagai berikut : 

1. Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka dibelakang koma. 2. Berat volume, dinyatakan dalam ton/m3 3. Stabilitas, dinyatakan dalam bilangan bulat. Stabilitas menunjukkan kekuatan, ketahanan terhadap terjadinya alur (ruting). 4. Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam mm atau 0,01 inch. Flow dapat merupakan indikator terhadap lentur. 5. VIM, persen rongga dalam campuran, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka belakang koma. VIM merupakan indikator dari durabilitas, kemungkinan bleeding. 6. VMA, persen rongga terhadap agregat, dinyatakan dalam bilangan bulat. VMA bersama dengan VIM merupakan indikator dari durabilitas. 7. Hasil bagi Marshall (kuosien Marshall, merupakan hasil bagi stabilitas dan flow. Dinyatakan dalam kN/mm. Merupakan indikator kelenturan yang potensial terhadap keretakan. 8. Penyerapan aspal, persen terhadap berat campuran, sehingga diperoleh gambaran berapa kadar aspal efektifnya. 9. Tebal lapisan aspal (film aspal), dinyatakan dalam mm. Film aspal merupakan petunjuk tentang sifat durabilitas campuran. 10. Kadar aspal efektif, dinyatakan dalam bilangan desimal satu angka dibelakang koma.

F. Spesifikasi campuran 

Dapat diketahui bahwa sifat campuran sangat ditentukan dari gradasi agregat , kadar aspal total dan kadar aspal efektif, VIM, VMA, dan sifat bahan baku sendiri. Variasi dari hal tersebut diatas akan menghasilkan kwalitas dan keseragaman campuran yang berbeda-beda. Untuk itu agar dapat memenuhi kwalitas dan keseragaman jenis lapisan yang telah dipilih dalam perencanaan perlu dibuatkan spesifikasi campuran yang menjadidasar pelaksanaan dilapangan. Dengan spesifikasi itu diharapkan dapat diperoleh sifat campuran yang memenuhi syarat teknis dan keawetan yang diharapkan. 

Spesifikasi campuran berbeda-beda, dipengaruhi oleh : - Perencanaan tebal perkerasan, yang dipengaruhi oleh metode apa yang dipergunakan.- Ekspresi gradasi agregat, yang dinyatakan dalam nomor saringan. Nomor-nomor saringanmana saja yang umum dipergunakan dalam spesifikasi. - Kadar aspal yang umum dinyatakan dalam persen terhadap berat campuran seluruhnya. 

- Komposisi dari campuran, meliputi agregat dengan gradasi yang bagaimana yang akan dipergunakan. - Sifat campuran yang diinginkan, dinyatakan dalam nilai stabilitas, flow, VIM, VMA, tebal film aspal. - Metode rencana campuran yang dipergunakan. 

G. Perencanaan campuran

Perencanaan campuran diperlukan untuk mendapatkan resep campuran yang memenuhi spesifikasi., menghasilkan campuran yang memenuhi kinerja yang baik dari agregat yang tersedia. Metode perencanaan campuran yang umum dipergunakan di Indonesia adalah: 1. Metode Bina Marga, bersumber dari BSS94 dan dikembangkan untuk kebutuhan di Indonesia oleh CQCMU (Central Quality Control & Monitoring Unit), Bina marga sehingga lebih dikenal dengan nama metode CQCMU. 2. Metode Asphalt Institut 

Jenis-jenis AspalSecara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan prosespembentukannya adalah sebagai berikut :

a. Aspal AlamAspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau buton, dan adapula yang diperoleh di pulau Trinidad berupa aspal danau. Aspal alam terbesar di duniaterdapat di Trinidad, berupa aspal danau.Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton(Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalantelah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbutonmerupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitusaja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendahsampai tinggi.

b. Aspal MinyakAspal minyak bumi adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang mengandung banyak aspal, parafin base crude oil yang mengandung banyak parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran aspal dengan parafin. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan asphaltic base crude oil.Hasil destilasi minyak bumi menghasilkan bensin, minyak tanah, dan solar yang diperoleh pada temperatur berbeda-beda, sedangkan aspal merupakan residunya. Residu aspal berbentuk padat, tetapi dapat pula berbentuk cair atau emulsi pada temperatur

ruang. Jadi, jika dilihat bentuknya pada temperatur ruang, maka aspal dibedakan atas beberapa bagian, yaitu :

1. Aspal padat adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang danmencair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement).Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakansebagai bahan pengikat agregat.

2. Aspal cair (asphalt cut-back) yaitu aspal yang berbntuk cair pada suhu ruang. Aspalcair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulinganminyak bumi seperti minyak tanah, bensin, atau solar. Bahan pencair membedakan aspalcair menjadi tiga bagian, yaitu Slow Curing dengan bahan pencair solar, Medium Curingdengan bahan pencair minyak tanah, dan Rapid Curing dengan bahan pencair bensin.

3. Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%) dengan air (35%-45%) dan bahanpengemulsi 1% sampai 2% yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebihcair daripada aspal emulsi. Dimana dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalamair. Untuk menghindari butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir yang lebihbesar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik.