ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI...
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai cabang dari
manajemen juga merupakan seni dan ilmu,hanya perbedaannya jika
manajemen menitik beratkan perhatiannya pada soal-soal manual
dalam hubungan kerja dengan tidak melupakan faktor-faktor
produksi lainnya, maka manajemen sumber daya manusia khusus
menitikberatkan perhatiannya kepada faktor produksi lainnya,
maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan
perhatiannya kepada faktor produksi tenaga kerja dalam
prakteknya manajamen sumber daya manusia dikenal juga dengan
sebutan manajemen personalia. Sasaran manjemen personalian
adalah bagaimana atau usaha-usaha apa yang harus diambil untuk
menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan pekerjaan dengan
perkataan lain mengusahakan agar terdapat suatu bentuk kerja
yang harmonis diantara manusia-manusia yang bekerja dalam
pekerjaan itu sendiri.
1
Berkembangnya pembangunan dewasa ini, ditandai oleh
kemajuan disektor industri dan jasa yang telah mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional secara menyeluruh dan memberikan
dampak yang besar dalam perluasan kesempatan kerja. Peranan
dunia usaha atau sekotor swasta ini tidak terlepas dari
permanfaatan sumber daya manusia atau tenaga kerja karena
tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting untuk
kegiatan usaha tersebut, maka dari itu perusahaan dituntut
untuk memberikan dan menyediakan fasilitas kesehatan dan
keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan tujuan supaya
tenaga kerja merasa adanya jaminan keselamata dan kesehatan
dalam bekerja.
Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari
kecelakaan di tempat kerja. Sedangkan kesehatan merujuk kepada
kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik dan mental.
Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja adalah aktifitas
yang dilakukan karyawan di perusahaan yang menimbulkan
kecelakaan kerja. Kecelakaan adalah tindakan yang tidak
terduga dan tidak diharapkan karena di belakang peristiwa itu
2
tidak terdapat unsur kesengajaan terlebih-lebih dalam bentuk
perencanaan. Kecelakaan kerja tidak hanya terbatas pada
Insiden-insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja,
tetapi juga meliputi kerugian fisik dan materiil sebab-sebab
terjadinya kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan selalu
disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari yang paing
ringan sampai yang paling berat dan bahkan ada yang tewas,
oleh karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu dilakukan
tindakan-tindakan pencegahan atau keselamatan.
Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi,dapat
menimbulkan kerugian yang dialami oleh perusahaan yaitu
mengeluarkan berupa biayaa pengobatan, hilangnya tenaga kerja
yang terampil, kurangnya produktivitas dan terbuangnya
sebahagian waktu yang produktif disamping kerugian yang di
alami oleh karyawan yang bersangkutan, berupa kerugian fisik
yang diderita dan kekurangan sumber penghasilan untuk
kebutuhan hidupnya. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan
karyawan, apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan yang
3
telah ditentukan, atau karena terjadinya kesalahan dalam
mempergunakan peralatan-peralatan yang ada.
Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan
dan tidak diharapkan bukanlah suatu peristiwa kebetulan saja,
tetapi ada sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu perlu diketahui
dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan dapat
diambil, sehingga kecelakaan tidak terulang kembali dan
kerugian akibat kecelakaan dapat dihindarkan. Untuk itu perlu
tindakan penyelamatan atau yang dikenal dengan program
keselamatan kerja.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan
mesin,pesawat, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat
kerja dan lingkungan, serta cara-cara untuk melakan
perkerjaan. Maksud dan tujuan keselamatan kerja secara umum
adalah untuk menunjang tercapainya rencana produksi dengan
peralatan, lingkungan dan pekerjaan selamat. Agar tindakan
lebih efektif, maka perlu dibuat program keselamatan kerja.
Program tersebut dapat kompleks dapat pula sederhana.
4
Disamping usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
perusahaan perlu juga memelihara kesehatan karyawannya baik
fisik maupun mental apakah itu disebabkan oleh penyakit,
ketegangan/stress, maupun karena kecelakaan. Dalam hal ini
pengetahuan lingkungan kerja adalah faktor utama yang perlu
diperhatikan, utnuk itulah pemeriksaan yang berkesinambungan
terhadap kondisi kerja dan kesehatan karyawan perlu
diperhatikan.
Meningkatkan kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan
bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang
telah menyebabkan berkembang luasnya usaha-usaha/program
kesehatan kerja dalam perusahaan. Kadang-kadang program
kesehatan ini disalurkan dalam program keselamatan kerja.
Kepentingan perusahaan menyediakan fasilitas keselamatan
dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja adalah dimaksudkan
sebagai usaha untuk menghindari atau mencegah kecelakaan,
cacat, dan kematian akibat kerja. Dimana keselamatan dan
kesehatan kerja yang baik dapat memberikan perlindungan dan
keamanan bagi tenaga kerja itu sendiri.
5
Tersedianya fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja bagi
tenaga kerja pada hakekatnya memberikan keuntungan bagi tenaga
kerja itu sendiri dan perusahaan karena dengan tidak
terdapatnya kecelakaan kerja dari karyawan makan target
produksi dapat dicapai dan juga biaya dalam mengatasi
kecelakaan yang terjadi dapat dihinari.
Disampng ini pula pimpinan perusahaan bukan saja
memperhatikan labour turn over, tetapi juga harus
memperhatikan kecelakaan kerja yang terjadi di dalam
perusahaan pada waktu karyawan melaksanakan pekerjaannya.
Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan
kerugian yang dialami oleh perusahaan yaitu mengeluarkan biaya
pengobatan, hilangnya tenaga kerja yang terampil, kurangnya
produktivitas dan terbuangnya sebahagian waktu yang produktiv
disamping kerugian yang dialami oleh karyawan yang
bersangkutan, berupa kerugian fisik yang di derita dan
kekurangan sumber penghasilan untuk kebutuhan hidupnya. Untuk
pekerjaan yang dilaksanankan karyawan, apakah pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan yang telah ditentukan, atau karena
6
terjadinya kesalahan dalam memperguanakan peralatan-peralatan
yang ada.
PT. Meridan Sejati Suryaplantation merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit. Di dalam melakukan aktivitasnya perusahaan ini
memounyai kebun seluas 2.573 Ha. Perkebunan sawit tersebut
membutuhkan banyak tenaga kerja baik itu yang bersifat tetap,
harian maupun tenaga kerja honoran. Adapun pemakaian tenaga
kerja tersebut digunakan untuk pembersihan area, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Hal yang paling penting
dalam kelangsungan hidup perusahaan sangat bergantung daripada
hasil output yang dihasilkan. Semakin kecil hasil output yang
dihasilkan akan mengakibatkan kemacetan atau mengurangi
kelancaran perusahaan, begitu juga apabila kondisi perusahaan
sebaliknya. Dalam 5 tahun terakhir ini, bagian tanaman
berhasil meningkatkan produktivitas kerjanya, hal ini dapat
dilihat pada tabel 1:
Tabel 1 Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pabrik padaPT. Meridan Sejati Suryaplantation Tahun 2010 - 2014
7
ThnLuasAreal(Ha)
Tenaga Kerja (Orang) JumlahProduksi CPO(Ton)
ProduktivitasKerja
Karyawan(Ton/Org
)
PerBahan(%)
Tetap Harian TotalJumlah
2010 150 32 25 57 11.530,76 202,29 0
2011 648 38 18 56 15.501,81 276,82 36,84
2012 1.820 42 25 67 13.137,46 196,08 (29,17
)
2013 2.575 58 22 80 11.372,01 142,15 (27,50
)
2014 2.575 62 18 80 13.760,81 172,01 21,01
Sumber : Bagian Pabrik Pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Dari tabel 1 dia atas secara umum terlihat dari tahun ke
tahun produktivitas tenaga kerja karyawan pabrik perusahaan
PT.Meridian Sejati Suryaplantation mengalami fluktuasi.
Berfluktuasinya tingkat produksi CPO (Crude Palm Oil)
perusahaan karena penggunaan alat berat yang membantu kegiatan
produksi perkebunan sawit. Dalam kegiatannya, perusahaan ini
melaksanakan kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
17.00 WIB selama 6 hari dalam seminggu.
Dengan adanya jam kerja yang telah ditentukan oleh
peusahaan, maka setiap karyawan harus mengikuti jadwal yang
telah ditentukan. Masing-masing karyawan hanya melakukan
8
tugasya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, dan
bilamana karyawan kurang berhati-hati dalam menggunakan
peralatan yang ada, akan dapat menimbulkan terjadinya
kecelakaan. Dalam pelakasanaan tugas dan untuk keselamatan
kerja karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation menggunakan
alat-alat pengaman sebagai berikut : kacamata, safety belt,
helm, safety shoes, sarung tangan, masker hidung,penutup
telinga, dan baju kerja. Perusahaan ini belum mempunyai klinik
sendiri untuk mengantisipasi timbunya kecelakaan kerja pada
lingkungan perusahaan namun perusahaan telah menyediakan kotak
P3K untuk keperluan pertolongan pertama bagi karyawan yang
mengalami kecelakaan di tempat kerja dan jika tidak
memungkinkan ditangani oleh obat-obatan dalam P3K maka
perusahaan membawa ke rumah sakit terdekat.
Pekerjaan yang dilaksanakan pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation cukup berbahaya, yang dapat membahayakan jiwa
seseorang, maka hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan
kerja perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Kurangnya
perhatian perusahaan akan menyebabkan terjadinya kecelakaan
9
kerja, yang berarti akan menyebabkan timbulnya kerugian
material dan penderitaan bagi karyawan dan keluarganya yang
mengalami kecelakaan tersebut.
Agar mengecilnya kemungkinan terjadinya kecelakaan
tersebut dibentuklah Enviromental Health & Safety (EHS) di lingkungan
PT. Meridan Sejati Suryaplantation, yang mana berarti
Enviromental Health & Safety (EHS) adalah orang-orang/team yang
diberi tugas oleh perusahaan dalam mengidentifikasikan dan
mengevaluasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
serta merekomendasikan prioritas. Adapun tugas-tugas dari
Enviromental Health & Safety (EHS) adalah sebagai berikut :
mengembangkan program-program penanggulangan kecelakaan
kebakaran dan pencemaran lingkungan hidup secara efektif,
mencegah kecelakaan dan pernyakit akibat kerja serta
memelihara kondisi kerja yang selamat dan sehat serta dan cara
kerja yang aman, memelihara tata rumah tangga yang baik, sebab
tata rumah tangga (house keeping) yang baik adalah indikasi dari
departemen yang efisien, mendorong agar karyawan mau
memberikan sumbang saran tentang EHS dan sumbang saran
10
tersebut hendaknya diperhatikan dengan seksama, menegakkan
peraturan EHS perusahaan dengan tegas dan melaporkan
kecelakaan, pemakaian obat-obatan dari kotak P3K dan memeriksa
kecelakaan baik berat,sedang dan ringan,menemukan penyebabnya
untuk mencegah kecelakaan serupa dimasa mendatang (tidak
terulang lagi).
Mewujudkan suasana kerja yang menggembirakan salah satu
faktor penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan bekerja
pada pegawai,sehingga dapat mempertinggi mutu pekerjaan,
meningkatkan produksi perusahaan dan prestasi kerja,
mempersiapkan karyawan untuk dapat bekerja secara aman dengan
jalan memberikan bimbingan sebelum bekerja dan bimbingan harus
menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti serta berguna.
Kecelakaan kerja merupakan suatu kecelakaan yang terjadi
pada seseorang karena hubungan kerja dan kemungkinan disebabka
oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaan atau pada
waktu melaksanakan pekerjaan. Data-data mengenai kecelakaan
kerja tersebut dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi dan Jumlah Kecelakaan Karyawan PabrikPada PT.Meridan Sejati Suryaplantation Periode Tahun 2010 – 2014
11
Tahun
JumlahTenagaKerjaPabrik
Klasifikasi KecelakaanJumlah
Tenaga KerjaMengalamiKecelakaan
Persentase (%)
R B M.D2010 57 5 2 - 7 12,282011 56 8 1 - 9 16,072012 67 10 3 - 13 19,402013 80 12 3 - 15 18,752014 80 16 2 - 18 22,50
Jumlah 51 11 - 62 100,00Sumber : PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Keterangan :
R : Ringan
B : Berat
MD : Meninggal Dunia
Dari tabel atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2010
sampai dengan tahun 2014 tersebut terjadi kecelakaan kerja
yang meningkat pada perusahaan yang bersangkutan. Dimana
dilihat dari total jumlah kecelakaan yang terjadi dalam kurun
waktu 5 tahun yakni 62 orang, tampak ada peningkatan dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2010 dengan jumlah karyawan pabrik
sebanyak 57 orang maka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak
7 orang dengan perincian 5 orang kecelakaan ringan dan 2 orang
diklasifikasikan kecelakaan berat. Dan persentase kecelakaan
yang terjadi sebesar 11,29% dan dari tahun ke tahun jumlah
12
kecelakaan kerja mengalami peningkatan sampai tahun 2014
dengan jumlah karyawan sebanyak 80 orang dan karyawan yang
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 18 orang dengan kategori
16 orang kecelakaan ringan dan 2 orang kecelakaan berat.
Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi di PT.
Meridan Sejati Suryaplantion memnunjukkan klasifikasi
kecelakaan yang terdiri dari ringan dan berat, sedangkan
karyawan yang menyebabkan meninggal dunia tidak ada. Di sini
dikatakan kecelakaan ringan yaitu karyawan yang mengalami
kecelakaan dapat ditangani langsung oleh P3K yang ada di
perusahaan, sedangkan kecelakaan berat adalah karyawan yang
mengalami kecelakaan dimana karyawan tidak bisa ditangani
langsung oleh P3K yang ada di Perusahaan, karena keadaannya
yang cukup parah dan fasilitas serta pengobatan di P3K tidak
memadai sehingga si korban langsung dibawa ke rumah sakit
untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Kecelakaan yang
menimbulkan cacat fisik bagi si korban, yang menyebabkan
meninggal dunia disebabkan oleh kecelakaan yang menimpa
dirinya sewaktu karyawan tersebut bekerja belum ada.
13
Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis
tertarik untuk meneliti dan menganalisa lebih lanjut tentang
pengawasan keselamatan kerja karyawan pada perusahaan ini
dengan judul : “ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI
SURYAPLANTATION”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang maka dirumuskan masalah
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh keselamatan kerja terhadap kepuasan
kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?
2. Bagaimanakah pengaruh kesehatan kerja terhadap kepuasan
kerja pada pT. Meridan Sejati Suryaplantation?
3. Bagaimanakah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja
secara bersamaan terhadap kepuasan kerja PT. Meridan
Sejati Suryaplantion?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
14
a. Untuk mengetahui pengaruh variabel keselamatan kerja
terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation.
b. Unruk mengetahui pengaruh variabel kesehatan kerja
terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation.
c. Untuk mengetahui pengaruh variabel keselamatan dan
kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation.
2. Manfaat penelitian ini adalah :
a. Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan
program keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Menambah pengalamanpenulis dalam mengembangkan wawasan
dan menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama
di bangku kuliah.
c. Sebagai bahan kajian dan acuan bagi para peneliti
berikutnya serta pihak-pihak yang membutuhkannya.
15
D. Sistimatika Penulisan
Dalam penulisan ini penulis akan membaginya kedalam 6
bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini terlebih dahulu penulis mengemukakan
tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian dan seistimatika
penulisan.
BAB II : TELAAH PUSTAKA & HIPOTESA
Dalam bab ini mencakup pembahasan mengenai
pengertian keselamatan dan kesehatan kerja,
peneyebab kecelakaan kerja, tujuan program
keselamatan dan kesehatan kerja, pengertian
produktivitas kerja, metode penilaian produktivitas,
penelitian terdahulu serta hipotesa dan variabel
penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang lokasi
penelitian, jenis dan sumber data, teknik
16
pengumpulan data,analisa data dan variabel
penelitian.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Dalam bab ini dijelaskan secara singkat tentang
sejarah berdirinya perusahaan,struktur organisasi
perusahaan, aktivitas perusahaan.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai
kebijaksanaan perusahaan dalam menyediakan fasilitas
keselamatan dan kesehatan kerja untuk tenaga kerja.
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan bab terakhir, dimana penulis
mengemukakan suatu kesimpulan dari uraian yang telah
dikemukakan sebelumnya kemudian penulis mencoba
memberikan saran-saran yang dihadapi oleh
perusahaan.
17
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESA
A.Telaah Pustaka
1. Konsep Keselamatan Kerja
Dahulu, bidang kesehatan kerja disebut dengan istilah
“perlindungan buruh”, namun istilah itu tidak lagi dianggap
tepat digunakan untuk kondisi saat ini. Semua bidang dalam
hukum perburuhan bertujuan elindungi buruh dari pihak ekonomi
kuat. Dengan demikian, kesehatan kerja bukanlah satu-satunya
bidang yang berbicara menegnai perlindungan buruh,karena
sesungguhnya perlindungan tersebut merupakan hakikat dari
hukum perburuhan secara keseluruhan. Sementara itu, bidang
keselamatan kerja, dahulu lebih ditujukan untuk menyelamatkan
kepentingan ekonomis perusahaan karena kecelakaan, untuk
selanjutnya menyelamatkan para pekerja di tempat kerja.
Prof. Iman Soepomo dalam bukunya “ Pengantar Hukum
Perburuhan” yang dikutip oleh Helena Poerwanto dan Syaifulla
18
(2005:18) membagi hukum perburuhan mejadi 5 bidang sebagai
berikut.
a. Bidang pengerahan dan penempatan tenaga kerja
b. Bidang hubungan kerja
c. Bidang kesehatan kerja
d. Bidang keselamatan/keamanan kerja
e. Bidang jaminan sosial
Kelima bidang yang dikenal sebagai sistematika panca
warna tersebut didasarkan pada pembagian materi perundang-
undangan yang mengatur mengenai perburuhan.
Penerapan K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan
landasan hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum
tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang
menentukan bagaimana K3 harus diterapkan. Di Indonesia,
sumber-sumber hukum yang menjadi dasar penerapan K3 adalah
sebagai berikut.
a. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja
19
b. Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
c. Peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang
Penyelanggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
d. Keputusan presiden nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit
yang Timbul Karena Hubungan Kerja
e. Peraturan menteri tenaga kerja nomor per-05/MEN/1993
tentang Petunjuk Teknis Pendafaran Kepesertaan,
f. Pembayaran Iuran, pembayaran santunan, dan Pelayanan
Sosial Tenaga Kerja.
Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif,
sebagaimana terlihat pada daftar perundang-udangangan K3.
Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah undang-
undang no. 1/1970 tentang kesalamatan kerja. Undang-undang ini
meliputi semua tempat kerja dan menekankan pentinganya upaya
atau tindakan pencegahan primer.
Undang-Undang no.23/1992 tentang kesehatan memberikan
ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam pasal 23 yang
menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua
20
pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa
membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya
mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja merka sesuai
dengan program perlindungan tenga kerja. Adapun 3 (tiga)
alasan yang paling mendasar perusahaan memerlukan manajemen
keselamatan kerja,diantaranya :
a. Alasan hukum (Legal Complience). Pemerintah Republik
Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja di
perusahaan tertuang kepada UU No. 1 tahun 1970. Undang-
undang ini merupakan dasar pengolahan keselamatan kerja.
Di samping itu, juga tertuang dalam keputusan meteri
pertambangan no.555k/26/M.PE/1995. Keputusan ini lebih
jauh mengatur keslamatan kerja di tambang. Kedua
peraturan di atas, disamping peraturan lainnya, menuntut
para pemimpin perusahaan memenuhi peraturan tersebut.
b. Alasan Ekonomi (Business Reason). Semua perusahaan bisnis
adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan
bahaya berarti mengurangi resiko kecelakaan, dan ini
berarti membantu menaikkan profit perusahaan.
21
c. Alasan moral (Moral Complience). Dalam undang-undang
dasar tahun 1945 (UUD 1945), dikatakan bahwa “tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini berarti lingkungan
kerja yang nyaman, bersih, sehat dan hygiene adalah
tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan
suasana pekerjaan bagi karyawan.
Menurut Moenir (1999:5):
Keselamatan kerja adalah suatu usaha yang dapat mendorong
terciptanya keadaan yang aman dan sehat di tempat kerja, baik
bagi tenaga kerja maupun lingkungan kerja itu sendiri.
Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi
untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih,
menggunakan peralatan kesalamatan.
Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur
tentang hak dan kewajiban tenaga kerja terhadap keselamatan
kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;
22
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan diragukan
f. Olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat
dipertanggungjawabkan.
Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 adalah suatu
sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha
sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan
kerja atau penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja, dan tindakan antisipasif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya
23
perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat
hubungan kerja. Namun, patut disayangkan tidak semua
perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan bagaimana
implementasinya dalam lingkungan perusahaan. Menurut Suma’mur
(2000:1):
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa
keselamatan kerja memegang pernaan penting dalam lingkungan
kerja. Keselamatan kerja diperukan tenaga kerja untuk
memberikan jaminan atas kenyamanan dan keselamatan diri dalam
lingkungan kerja. Selain tiu juga keselamatan kerja berkaitan
berkaitan erat dengan produktivitas perusahaa. Dengan
keselamatan kerja yang tinggi, maka kecelakaan kerja dapat
berkurang, sehingga tenaga kerja yang tinggi, maka kecelakaan
dapat berkurang, sehinggan tenaga kerj adapat lebih produktif
bekerja. Oleh karena itu, keselamatan kerja bukan hanya
24
tanggung jawab perusahaan saja, tetapi juga kesadaran dan
tanggung jawab tenaga kerja dengan disertai pengawasan yang
bai dari pemerintah.
Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah
sebagi berikut:
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman
dan efisien.
Pasal 3 ayat (1) Undang-undang nomor 1 tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja, yaitu:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah,mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
25
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang
berbahaya;
e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca,sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja, baik fisik maupun psikis,peracunan, infeksi dan
penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Meneyelenggarakan peneygaran udara yang cukup;
k. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;
l. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
26
o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penympanan barang;
p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
Dari tujuan pemerintah tersebut terlihat bahwa esensi
dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah
pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,
pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja,
serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk
teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan adanya aturan tersebut,
potensi bahaya kecelakaan kerja dapat dieliminasi atau
setidaknya direduksi.
Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja, pasal 3 ayat 1. Penyelanggaran K3, yaitu:
a. Seberapa serius K3 hendak diimplementasikan dalam
perusahaan;
27
b. Pemebentukan konsep budaya malu dari masing-masing
pekerja bila tidak melaksanakan K3 serta keterlibatan
berupa dukungan serikat pekerja dalam pelaksanaan program
K3 di tempat kerja; dan
c. Kualitas program pelatihan K3 di tempat kerja sebagai
sarana sosialisasi.
Hal lain yang lain juga diperlukan dalam rangka mendukung
terlaksananya program K3 adalah adanya suatu komite K3 yang
bertindak sebagai penilai efektivitas dan efisiensi program
serta melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja
untuk dan atas nama pekerja yang terkena musibah kecelakaan
kerja. Apabila terjadi peristiwa demikian, maka hal-hal yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Lingkungan kerja terjadinya kecelakaan.
b. Pelatihan, Intruksi, informasi dan pengawasan kecelakaan
kerja
c. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja
28
d. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan
perlatan sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang
telah dilakukan
e. Perlindungan bagi bekerja lain sebagai tindakan preventif
f. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi)
g. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja
h. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja
i. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan
kecelakaan kepada pihak yang berwenang
j. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang
berkompeten dalam penanganan kecelakaan di area terjadi
kecelakaan kerja
Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan
pada umumnya tidak sama sekali terbebas dari resiko bahaya.
Hal ini harus menjadikan perhatian dari pihak manajemen dan
unit-unti teknis dan secara khusus bertanggungjawab terhadap
keselamatan kerja. Dengan demikian keselamatan kerja akan
merupakan bagian yang selalu dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan dan penetapan kebijakan sehigga upaya pencegahan
29
kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah dimulai sejak
perencanaan. Pada setiap perusahaan diharuskan berdiri panitia
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), berdasarkan
pada undang-undang nomor 1 tahun 1970.
Inti dari terlaksannya K3 dalam perusahaan adalah adanya
kebijakan standar berupa kombinasi aturan, sanksi, dan
keuntungan dilaksanakannya K3 oleh perusahaan bagi pekerja dan
perusahaan, atau dengan kata lain adanya suatu kebijakan mutu
K3 yang dijadikan pedoman bagi pekerja dan pengusaha.
b. Konsep Kesehatan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi
karena tindakan yang slaah atau kondisi yang tidak aman.
Kelalaian sebagi sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri
dari teknik keselamatan. Hal tersebut menunjukkan cara yang
lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan
memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan
pabrik. Di antara kondisi yang kurang aman salah satunya
adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas,
layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja,
30
pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak,
peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan
gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman
slaah satunya diklasifikasikan deperti latihan sebagi
kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan
pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai
kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil
analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka
lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu
saja.
Menurut Silalahi (1999:22) : Kecelakaan kerja dapat
terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja
atau perbuatan yang tidak selama. Dengan kata lain kecelakaan
kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang
dapat mengakibatkan kecelakaan.
Menurut Suma’mur (2000:5) : Kecelakaan akibat kerja
adalah kecelakaan yang berhubungan dengan dunia krja pada
perusahaan.
31
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilu kesehatan
atau ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
bekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-setingginya baik fisik, mental, maupun sosial,
dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit
atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,serta terhadap penyakit-
penyakit umum.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa
kesehatan kerja berpusat pada manusia dan bersifat medis.
Sebagai pelaksana kegiatan produksi, manusia harus selalu
dalam keadaan sehat baik fisik maupun mental. Dengan demikian
tenaga kerja dapat bekerj adengan tenang tanpa gangguan
apapun.
Kesehatan kerja berkaitan dengan aspek-aspek kesehatan
kerja dan lingkungannya. Kesehatan kerja dilaksanakan pada
komunitas tenaga kerja melalui upaya pencegahan penyakit umum
maupun penyakit akibat kerja, pengobatan tenaga kerja yang
sakit serta rehabilitasi tenaga kerja yang cacat akibat
32
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan
kerja. Sumber-sumber bahaya ini berasal dari bangunan,
peralatan, instalasi, bahan baku, proses dan cara kerja, serta
lingkungan kerja, yang terdiri dari faktor lingkungan fisik,
kimia, biologi, fasal kerja atau ergonomo dan psikologi.
Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan
terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini, kecelakaan yang terjadi
merupakan akibat langsung dari pekerjaan atau terjadi pada
saat pekerjaan sedang dilakukan. Ruang lingkup kecelakaan
akibat kerja kadang-kadang diperluas, sehingga melingkupi juga
kecelakaan yang terjadi saat perjalanan atau transport ke dan
dari tempat kerja. Secara umum kecelakaan kerja dapat
disebabkan oleh :
a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan
b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman
ILO mengklasifikasikan kecelakaan kaibat kerja sebagai
berikut :
33
a. Kalsifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan
1. Orang jatuh
2. Terpukul benda jatuh
3. Tersentuh/ terpukul benda yang tidak bergerak
4. Terjepit di antara dua benda
5. Gerakan yang dipakasakan
6. Terkena suhu yang ekstrem
7. Tersengat arus listrik
8. Terkena bahan-bahan berbahaya atau radiasi
9. Lain-lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini
b. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda
1) Mesin
Penggerak utama terkecuali motor listrik
Gigi transmisi mesin
Mesin pemotong/ pembentuk logam
Mesin kayu
Mesin pertanian
Mesin pertambangan
Lain-lain mesin yang tidak termasuk klasifikasi ini
34
2) Alat pengangkat dan sarana angkutan
Mesin dan perlengkapan pengangkat
Pengangkut di atas rel
Alat pengangkut lainnya selain di atas rel
Pengangkut udara
Pengangkut perairan
Lain-lain sarana angkutan
3) Perlengakapan lainnya
Bejana bertekanan
Dapur, oven, pembakaran
Pusat-pusat pendingin
Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi
tidak termasuk peralatan listrik
Alat-alat listrik tangan
Alat-alat listrik tangan
Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik
Tangga, jalur landai (ramp)
Perancah
4) Material, bahan dan radiasi
35
Bahan peledak
Serbuk, gas, cairan dan kimia
Pecahan terpelanting
Radiasi
Lain-lain
5) Lingkungan kerja
Di luar gedung
Di dalam gedung
Di bawah tanah
6) Lain-lain
Hewan
Lain-lain
c. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka
Fraktur/retak
Diskolasi
Terkilir
Geger otak dan luka di dalam lainnya
Amputasi dan enukleasi
Luka-luka lainnya
36
Luka-luka ringan
Memar dan remuk
Terbakar
Keracunan akut
Pengaruh cuaca
Sesak nafas
Akibat arus listrik
Akibat radiasi
Lain-lain luka
d. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka pada
bagian
Kepala
Leher
Badan
Tangan
Tungkai
Aneka lokasi
Luka-luka lainnya
37
Analisa sebab kecelakaan adalah upaya untuk mencari sebab
kecelakaan. Analisa ini dilakukan dengan mengadakan
penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaa.
Kecelakaan diselidiki dengan maksud untuk menentukan siapa
yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan dan mencegah
terulangnya peristiwa yang serupa. Untuk mengurangu terjadinya
kecelakaan kerja harus dilakukan segala upaya untuk mencegah
kecelakaan kerja, natara lain dengan:
a. Peraturan, yaitu ketentuan yang diwajibka mengenai
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kostruksi,
perawatan dan pemeliharaa, pengawasan, pengujian dan cara
kerja perlaatan industri, tugas-tugas pengawas dan
buruh, latihan, supervisi medis, pertolongan pertama pada
kecelakaan dan pemeriksaan dan pemeriksaan keselamatan.
b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi,
setengah resmi atau tidak resmi misalnya mengenai
kontruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-
jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
38
keselamatan dan hygiene umum, atau alat-alat perlindungan
diri.
c. Pengawasan, yaitu pengawasan yang bertujuan agar
dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang
diwajibkan.
d. Penelitian yang bersifat teknik, yang meliputi sifat dan
ciri-ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang
pagar tanaman, pengujian alat-alat perlindungan
diri,penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan
debu, atau pemilihan tentang bahan dan desain paling
tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan
pengangkat lainnya.
e. Riset medis, yang meliputi penelitian tentang efek-efek
fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan
teknologis, serta keadaa-keadaan fisik yang mengakibatkan
kecelakaan
f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-
pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
39
g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis
kecelakaan yang terjadi, banyaknya kecelakaan, mengenai
siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa penyebabnya
h. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja,
khususnya tenaga kerja-kerja yang baru dalam keselamatan
kerja
i. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan untuk menumbuhkan sikap untuk selamat
j. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatakan
pencegahan kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan
premi yang dibayar oleh perusahaa, jika tindakan-tindakan
keselamatan sangat baik
k. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan
ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan
kerja. Kecelakaan terjadi pada perusahaan, sedangkan
pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat
tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan
kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
40
Tujan utama dari kesehatan kerja adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kesehatan kerja dalam
hal ini berguna sebagai:
a. Alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang
setinggi-setingginya
b. Hal ini dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja
c. Alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan
kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas
faktor manusia dalam produksi.
Kesehatan kerja juga mencegah penyakit yang timbul karena
hubungan kerja atau disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja. Adapun yang menjadi faktor penyebab penyakit akibat
kerja adalah sebagai berikut:
a. Golongan fisik, seperti :
1) Getaran atau suara yang terlalu tinggi dapat
meneybabkan ketulian
2) Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar radioaktif dapat
menyebabkan kelainan darah,kelainan kulit dan kelainan
mata
41
3) Suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke,
heat cramps atau hyperpyrexia, sedangkan suhu terlalu
rendah dapat menimbulkan frostbite
4) Tekanan udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
ketulian permanent dan penyakit Caisson
5) Penerangan lampu yang kurang baik dapat mengganggu
indera penglihatan, sedangkan yang terlalu silau dapat
memudahkan terjadinya kecelakaan.
b. Golongan kimia, seperti :
1) Debu yang dapat menimbulkan penyakit saluran
pernafasan, misalnya silika dan asbes
2) Uap yang dapat menimbulkan keracunan dan penyakit
kulit
3) Kabut yang dapat menimbulkan keracunan. Misalnya racun
serangga atau insektisida
4) Gas, misalnya keracunan karbon monoksida dan lain-lain
5) Larutan atau cairan beracun
c. Golongan biologis, seperti:
42
1) Tumbuhan yang beracun atau yang dapat menimbulkan
alergi
2) Bibit penyakit anthrax atau brucella pada pekerja
penyamak kulit
d. Golongan Fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan
konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, kesalahan
cara melakukan pekerjaan dan lain-lain, yang dapat
menimbulkan keletihan dan kelelahan fisik
e. Golongan mental-psikologis, yang dpat disebabkan oleh
pekerjaan yang rutin dan membosankan serta hubungan kerja
yang tidak baik.
Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut:
a. Substitusi, bahwa yang berbahaya atau yang terbukti dapat
menyebabkan penyakit secara tepat atau lambat harus
ditukar dengan yang lebih aman.
b. Isolasi, yaitu mengisolasi proses yang bising atau
pencampuran bahan atau larutan yang menimbulkan gas
berbahaya.
43
c. Ventilasi penyedotan, dengan menggunakan kipas penyedot
atau exhaust fan agar gas yang berbahaya dapat keluar dan
ditukar dengan udara bersih.
d. Ventilasi umum, pada tempat kerja untuk memudahkan
pertukaran udara.
e. Alat perlindungan diri, yaitu alat yang melindungi tubuh
atau sebagian dari tubuh yang wajib dipakai untuk
mencegah terjadinya kecelakaan misalnya helm pengaman,
sepatu, masker, sarung tangan dan lain-lain.
f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, merupakan
pemeriksaan kesehatan calon pekerja untuk mengetahui
apakah pekerjaan yang akan diberikan sesuai dengan
keadaan fisik dan mental calon pekerja.
g. Pemeriksaan kesehatan berkala, untuk mengetahui apakah
faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit dan kecelakaan
akibat kerja tersebut telah menimbulkan gangguan atau
kelainan dalam tubuh pekerja atau tidak.
h. Pemeriksaan kesehatan khusus, pemeriksaan ini dilakukan
pada pekerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada
44
kaitannya dengan lingkungan kerjanya. Pekerja tersebut
harus dikirim ke poliklinik spesialis untuk menjalani
pemeriksaan khusus.
i. Penerangan sebelum kerja, yaitu karyawan yang bekerja
terlebih dahulu harus menjalani induksi atau pengenalan
lingkungan pekerjaan dan semua peraturan kesalamatan dan
kesehatan kerja, sehingga nantinya mereka lebih berhati-
berhati dan dapat meningkatkan kewaspadaan dalam
melaksanakan pekerjaannya.
j. Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja diberikan
kepada setiap tenaga kerja secara berlanjut, agar pekerja
tetap waspada dalam menjalankan pekerjaan dan bekerja
dalam keadaan sehat dan selamat.
3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Menurut peraturan menteri tenaga kerja NO. PER
04/MEN/1987, panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
(P2K3) adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan
wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja, untuk
45
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi
efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Adapun yang merupakan syarat pembentukan panitia pembina
keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 500
orang wajib membentuk P2K3, dengan jumlah anggota 12
orang. Jumlah tersebut terdiri dari 6 orang mewakili
unsur pengusaha dan 6 orang mewakili unsur tenaga kerja.
Jumlah tersebut termasuk 2 orang yang ditunjuk sebagai
sekretaris.
b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja antara 100 orang
sampai dengan 500 orang wajib membentuk P2K3, dengan
jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3
orang mewakili unsur pengusaha dan 3 ornag mewakili unsur
tenaga kerja. Jumlah termasuk 1 orang yang ditunjuk
sebagai sekretaris.
c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 50
orang sampai dengan 100 orang dengan:
46
1) Tingkat bahaya tinggi wajib membentuk P2K3 dengan
jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3
orang mewakili unsur pengusaha dan 3 orang mewakili
unsur tenaga kerja. Jumlah tersebut termasuk 1 orang
yang ditunjuk sebagai sekretaris.
2) Tingkat baha rendah wajib mempunyai 1 orang ahli
keselamtan dan kesahatan kerja.
d. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50
orang dengan:
1) Tingkat bahaya tinggi wajib mempunyai 1 orang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.
2) Tingkat bahaya rendah wajib mempunyai 1 orang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.
Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga
kerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan
anggota. Sekretaris P2K3 adalah ahli keselamatan dan kesehatan
kerja atau petugas keselamatan dan kesehatan kerja. Ketua P2K3
adalah pimpinan perusahaan atau salah satu petugas yang
ditunjuk khusus untuk kelompok sentra industri.
47
4. Tahap Pembentukan P2K3
a. Tahap persiapan
1) Kebijakan perusahaan. Kebijakan P2K3 perusahaan harus
terlebih dahulu menggariskan dan menjalankan pokok-
pokok pikrian mengenai pelaksanaan K3 serta membentuk
P2K3. Kebijakan ini biasa disebut Safety and Health
Policy, yang isinya antara lain menegaskan bahwa:
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
faktor yang tidak dapat diabaikan dalam kelancaran
produksi.
Pimpinan perusahaan brtanggung jawab atas
pelaksanaan usaha K3.
Semua karyawan harus memahami dan ikut dalam
kegiatan K3.
Pengawasan atas terlaksananya semua ketentuan
tentang K3.
Penyediaan anggaran. P2K3 sebagai koordinator
pelaksana kegiatan K3.
48
2) Inventarisasi calon anggota. Pimpinan perusahaan
menyusun daftar calon anggota P2K3 yang digariskan
oleh unit masing-masing dan memutuskan diantara calon
tersebut yang akan menjadi calon anggota P2K3. Setelah
itu, calon anggota dikumpulkan dan diberi pengarahan
tentang kebijaksanaan pimpinan perusahaan dalam hal
keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Konsultasi ke Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk teknis
yang diperlukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
pembentukan P2K3.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Perusahaan membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan
Kerja setelah susunan calon anggota P2K3 terbentuk.
2) Perusahaan melaporkan ke Departemen Tenaga Kejra
setempat dan membuat permohonan tertulis untuk
pengesahan secara resmi. Pada waktu melaporkan
pembentukan P2K3 dapat sekaligus mengajukan permohonan
49
pembentukan P2K3 dapat sekaligus mengajukan permohonan
secara tertulis untuk mendapatkan pengesahan.
Secara umum tugas pokok dari Pembina Panitia Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (P2K3) adalah sebagai badan pertimbangan
di tempat kerja, yaitu badan yang memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta atau tidak kepada pengusaha atau
pengurus di tempat kerja yang bersangkuran, mengenai masalah-
masalah keselamatan keselamatan dan kesehatan kerja. Fungsi
dari Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 04/MEN/1987
adalah menghimpun dan mengolah segala data dan permasalahan
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang
bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan,
pengawasan, pelatihan dan penelitian keselamatan dan kesehatan
kerja.
5. Konsep Kepuasan Kerja
Jika membicarakan tentang produk barang/jasa yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan maka tidak akan terlepas dari
50
permasalahan kepuasan kerja. Menurut Kartono (1999:32)
pengertian kepuasan kerja:
Kondisi dimana karyawan dalam menjalankan tugas dan
pencapaian standar keberhasilan yang telah ditentukan oleh
instansi kepada karyawan sesuai dnegan job yang diberikan
kepada masing-masing karyawannya.
Menurut Siagian (2003:195) penegrtian dari kepuasan kerja
adalah cara pandang seorang baik yang bersifat positif maupun
negatif tentang pekerjaannya.
Pengertian kepuasan kerja menurut T.Hani Handoko
(2000:76) adalah sebagai berikut : kepuasan kerja adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan
kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadapt pekerjaannya.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang
bersifat individual. Setiap individu memiliki kepuasan yang
berbeda-beda sesuai degan sistem nilai yang berlaku pada
dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan
sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi
51
kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian,
kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas
perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak
puas dalam bekerja. Adapun teori kepuasan kerja yang cukup
dikenal adalah :
1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory). Teori ini
mengukur kepuasan kerja seseorang dengan mnghitung
selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan
yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh
melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi
lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi
merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja
seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang
dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
2. Teori Keadilan (Equity Theory). Teori ini mengemukakan bahwa
orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung pada
ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi,
khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama
dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan
52
ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan
yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan,
pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau
perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan
pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap
bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari
pekerjaannya, seperti : upah/gaji, keuntungan sampingan,
symbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk berhasil
atau aktualisasi diri. Sedangkan ornag selalu
membandingkan dapat berupa seorang diperusahaan yang
sama, atau ditempat lain atau bisa pula dengan dirinya
sendiri di masa lalu. Menurut teori ini setiap karyawan
akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio
input hasil orang lain. Bila pertandingan itu dianggap
cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila
pertandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa
menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila
perbandingan itu tidak seimbang akan timbul
ketidakpuasan.
53
3. Teori dua faktor (Two Factor Theory). Menurut teori ini
kepuasankerja dan ketidakpuasan kerja ini merupakan hal
ang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori
ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua
kelompok yaitu satisfies atau motivator dan dissatisfies.
Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang
dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri
dari : pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada
kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh
penghargaan dan promosi. Terpenuhi faktor tersebut akan
menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini
tidak selalu megakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies (hygiene
factors) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber
ketidakpuasan yang terdiri dari : upah/gaji, pengawasan,
hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor
ini diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta
kebutuhan dasar karyawan. Jika todak terpenuhi faktor
ini, karyawan tidak akan puas. Namun jika besarnya faktor
54
ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan
tidak akan kecewa meskipun belum terpuaskan.
Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kepuasan kerja adalah keadaan, kondisi ataupun cara
pandang seseorang pada saat ia melakukan pekerjaan baik itu
sisi positif maupun sisi negatifnya.
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya
kepemimpinan, produktivitas kerja, locus of control, pemenuhan
harapan penggajian dan efektifitas kerja. Menurut Job Descriptive
Index (JDI), faktor-faktor penyebab kepuasan kerja menrut
Veithzal (2004:45) ialah :
a. Bekerja pada tempat yang tepat
b. Pembayaran yang sesuai
c. Organisasi dan manajemen
d. Supervise pada pekerjaan yang tepat dan,
e. Orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat.
55
Pendapat Siagian menyatakan bahwa dalam menilai tentang
kepuasan kerja maka perlu dilakukan analisis kepuasan kerja
dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kemangkiran,
keinginan pindah, usia pekerja, tingkat jabatan dan besar
kecilnya organisasi.
Selanjutnya Siagian (2003:201) menambahkan bahwa ada
empat faktor yang mempengaruhi terhadapt kepuasan kerja
seseorang yaitu:
a. Pekerjaan yang penuh tantangan
b. Penerapan sistem penghargaan yang adil
c. Kondisi yang sifatnya mendukung
d. Sikap rekan sekerja
Berikut ini uraian tentang faktor yang perlu mendapat
perhatian dalam menganalisis kepuasan kerja seseorang menurut
pendapat Siagian (2003:1208):
a. Kepuasan Kerja dan Prestasi
Pada umumnya orang berpendapat bahwa terdapat korelasi
positif antara kepuasan kerja dan prestasi kerja
seseorang. Pada hal berbagai penelitian membuktikan bahwa
56
seorang karyawan yang puas tidak dengan sendirinya
merupakan karyawan yang berprestasi tinggi, melainkan
sering hanya berprestasi biasa-biasa saja. Jika demikian
halnya dapat pula dikatakan bahwa kepuasan kerja tidak
selalu menjadi faktor motivasional kuat untuk
berprestasi. Seorang karyawan yang puas belum tentu
mendorong untuk berprestasi karena kepuasannya tidak
terletak pada motivasinya akan tetapi terletak pada
faktor-faktor lain misalnya imbalan.
b. Kepuasan Kerja dan Kemangkiran
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para
ahli serta pengalaman organisasi terlihat bahwa korelasi
kuat antara kepuasan kerja dengan tingakt kemangkiran.
Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat
kepuasan kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya.
c. Kepuasan Kerja dan Keinginan Pindah
Salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pindah
adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Sebab-
sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam seperti
57
penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi
kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi,
baik dengan atasan maupun dengan para rekan sekerja,
pekerjaan yang tidak sesaui dan berbagai faktor lainnya.
d. Kepuasan Kerja dan Usia
Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara
oraganisasi dengan para anggoatnya. Kaitan antara usia
karyawan dengan kepuasan kerja perlu mendapat perhatian.
Berbagai alasan sering dikemukakan terhadap fenomena ini
yaitu:
1) Bagi karyawan yang sudah agak lanjut usia makin sulit
memulai karir baru ditempat lain
2) Sikap yang dewasa dan amatang mengenai tujuan hidup,
harapan, keinginan dan cita-cita
3) Gaya hidup yang sudah mapan
4) Sumber penghasilan yang relatif terjamin
5) Adanya ikatan abin dan tali persahabatan antara yang
bersangkutan dengan rekan-rekannya dalam organisasi.
e. Kepuasan Kerja dan Tingkat Jabatan
58
Umumnya tingkat kepuasan cenderung lebih tinggi pada
karyawan dengan jabatan yang tinggi. Alasannya antara
lain :
1) Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak
2) Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan
kemampuas kerjanya
3) Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar
organisasi
Alasan tersebut bertalian erat dengan prospek bagi
seseorang untuk dipromosikan, perencanaan karir dan
pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi
f. Kepuasan kerja dan Besar Kecilnya Organisasi
Kehidupan di dunia kerja tidak hanya digunakan oleh
manusia untuk memuaskan kebutuhan materiil saja, akan
tetapi juga untuk memenuhi berbagai kebutuhan lainnya
seperti mental, psikologikal, sosial dan spiritual. Maka
besar kecilnya organisasi turut berpengaruh terhadap
kepuasan kerja. Artinya jika karena besar kecilnya
organisasi karyawan terbenam dalam masa pekerja yang
59
jumlahnya besar sehingga jati diri dan identitasnya
menjadi kabur karena hanya dikenal dengan nomor pegawai,
hal tersebut dapat menjadi dampak negatif pada kepuasan
kerjanya.
Oleh karena itu organisasi yang besar perlu mencari cara
pengelompokan para karyawan sedemikian rupa sehingga
masing0masing karyawan tetap merasa mendapat perlakuan dan
perhatian individual sesaui jati diri masing-masing dan tidak
sekedar alat produksi yang diberi nomor pegawai sebagai
peunjuk identitasnya. Seseorang mempunyai arti cukup besar
dalam meningkatkan instansinya. Tingkat efisiensi kerja dapat
tercapainya didukung oleh manajemen yang mapan. Kelemahan
manajemen dapat menimbulkan kesalahan dalam menetapkan tenaga
kerjanya.
Hal tersebut dapat berakibat timbulnya keresahan kerja,
turunnya seangan dan gairah kerja, kekeliruan dalam
melaksanakan tugas, turunnya produktivitas kerja. Akibat dari
timbulnya masalah di atas akan dapat membawa pengaruh terhadap
kualitas dan kuantitas yang diharapkan.
60
Untuk memelihara kondisi ini karyawan/pekerja harus
mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari instansinya.
Program pelatihan dan pendidikan serta fasilitas kerja
mempunyai dampak yang cukup besar, karena kemampuan dan
keterampilan serta skill para karyawan/pekerja perlu didukung
oleh instansinya melalui pendidikan, latihan dan pengembangan.
Sleain itu efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang telah
dirancang secara efisien mendorong para karyawan yang
mempunyai kemampuan dan termotivasi untuk mencapai
keberhasilan.
7. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu diantaranya adalah:
a. Noor Eva Koesumawati, Tahun 2004 dari Universitas Widya
Dharma Klaten dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan
kerja dan jaminan keselamatan kerja terhadap
produktivitas kerja karyawan pada PT Kusumatex
Yogyakarta”. Metode analisis data dengan regresi linier
berganda dan analisis korelasi berganda, dan
menyimpulkan ada pengaruh signifikan antara jaminan
61
kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas
kerja karyawan pada perusahaan tekstil PT Kusumatex
Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya untuk
jaminan kesehatan dan keselamatan berpengaruh secara
bersama-sama yaitu nilai F hitung > F tabel, yaitu 6,448
> 2,021.
b. Dewi Muthmainah tahun 2004 dari Universitas Muhamadiyah
Surakarta dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan dan
kesejahteraan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan
bagian produksi pada CV Agung Klaten”. Metode analisis
data dengan regresi berganda, uji signifikan dan
determinasi, dan menyimpulkan ada pengaruh secara
bersama-sama jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja
terhadapproduktivitas kerja karyawan di bagian produksi
pada CV Agung Klaten, F hitung > F tabel yaitu 6,362
>4,17. Serta secara individu jaminan kesehatan dan
jaminan kesejahteraan berpengaruh terhadap produktivitas
kerja karyawan pada CV Agung Klaten, untuk variabel
independent jaminan kesehatan kerja nilai t hitung > t
62
tabel yaitu 2,215 > 2,048 dan kesejahteraan kerja nilai t
hitung > t tabel yaitu 2,104 > 2,048. Jadi variabel
independent yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas
adalah jaminan kesehatan kerja. Posisi penelitian yang
dilakukan oleh peneliti, peneliti mengambil judul
“Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat di
Klaten”, tempat penelitian yang dilakukan adalah
diperusahaan percetakan dan penerbitan sedangkan dua dari
peneliti terdahulu adalah di perusahaan percetakan dan
penerbitan sedangkan dua dari peneliti terdahulu dari
perusahaan konveksi dan mebel. Dan metode penilaian yang
dilakukan adalah validitas dan reliabilitas utnuk
mengukur questionaire, regresi berganda, uji statistik
yaitu uji F dan uji t, dan menggunakan sample 30
responden dengan hasil variabel program keselamatan kerja
dan kesehatan kerja berpengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Hal ini terbukti dengan hasil
perhitungan SPSS yang menyatakan bahwa nilai F hitung
63
7,485 yaitu lebih besar dari nilai F tabel 4. Variabel
program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh
secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan.
Niali t hitung untuk program keselamatan kerja (X) 2,102
> t tabel 2,048. Nilai t hitung untuk program kesehatan
kerja (X2) 2,494 > t tabel 2,048. Dan variabel yang
dominant kesehatan kerja (X2).
64
B. Hipotesis
Bertitik tolak dari perumusan maslah dan dikaitka dengan
teori maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Diduga keselamatan kerja berpengaruh terhadap keputusan
kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?
2. Diduga kesehatan kerja berpengaruh terhadap kepuasan
kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?
3. Diduga keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara
simultan terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation?
C. Variabel Penelitian
Berdasarkan hipotesis di atas variabel penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
Variabel Dependen/Terikat (Y) : Kepuasan Kerja
Variabel Independen?Bebas (X)
1. Keselamatan kerja (X1)
2. Kesehatan kerja (X2)
65
BABIII
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah pada Perkebunan Kelapa Sawit
(PKS) PT.Meridan Sejati Suryaplantation yang terletak di Desa
Kerinci kiri Kabupaten Siak-Riau.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi :
1. Data primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh dari para responden
yang berhubungan dengan obyek penelitian pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantaion berupa kebijaksanaan dalam
penyelidikan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan
seperti jumlah karyawan, kasus kecelakaan, sejarah
perusahaan, struktur organisasi dan lain-lain.
66
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah karyawan lapangan pada
bagian produksi di PT. Meridan Sejati Plantation tahun 2007
berjumlah 80 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan
metode Slovin (Husein Umar,2005), yaitu:
n= N
1 + Ne2
Dimana :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih
dapat ditolerir atau diinginkan, diambil contoh 10%
Rumus pengambilan sampel yang diambil adalah :
80 = 80 = 44,44 orang
1 + (80 . (0,102)) 1,80
Sampel yang diambil sebanyak 45 orang. (Pembulatan)
D. Teknik Pengumpulan Data
67
1. Metode Quesioner. Metode yang dilakkan untuk memperoleh
data primer yaitu dengan membuat suatu daftar pertanyaan
secara sistematik dengan tujuan mendapat data yang
diinginkan. Daftar pertanyaan yang dibuat diedarkan pada
responden yaitu karyawan yang menjadi sampel penelitian.
2. Interview (wawancara). Metode ini dilakukan dengan
wawancara pihak perusahaan dan karyawan yang berkaitan
langsung dengan objek penelitian.
E. Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Keselamatan kerja(Variabel X1) Keselamatan kerjaadalah suatu usaha yangdapat mendorongterciptanya keadaanyang aman dan sehat ditempat kerja, baik bagitenaga kerja maupunlingkungan kerja itusendiri.(Moenir, 1999:5)
KeselamatanKerja
a. Kelengkapan alat pengamankeselmatan kerja
b. Petunjuk tentang caramenggunakan alat pengamankeselamatan kerja
c. Frekuensi penggunaan alatpengaman keselamatan kerja
d. Kerusakan alat pengamankeselamatan kerja
e. Alat penerangan yangdisediakan oleh perusahaan
Kesehatan Kerja(Variabel X2)Kesehatan kerja adalahspesialisasi dalam ilmukesejatan ataukedokteran besertaprakteknya yangbertujuan, agar pekerjaatau masyarakat pekerjamemperoleh derajatkesehatan yangsetinggi-tingginya baik
KesehatanKerja
a. Waktu istirahat yangdisediakan perusahaan
b. Tingkat kebisingan lokasikerja
c. Keadaan atau lingkungan tempatkerja
d. Hubungan karyawan dengankaryawan atau hubungankaryawan dengan atasan padatempat kerja
e. Kebijaksanaan jam kerja yangditerapkan oleh perusahaan
68
fisik, mental, maupunsosial, dengan usahapreventif dan kuratif,terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yangdiakibatkan faktor-faktor pekerjaan danlingkungan kerja, sertaterhadap penyakit-penyakit umum.(Suma’mur,2000:5)
kepada karyawan
Kepuasan Kerja(Variabel Y)Kepuasan Kerja adalahkeadaan emosional yangmenyenangkan atau tidakmenyenangkan denganmana para karyawanmemandang pekerjaanmereka. Kepuasan kerjamencerminkan perasaanseseorang terhadappekerjaannnya.(T. HaniHandoko,2000:76)
Faktor-faktorkepuasankerja yangmendukungProgramKeselamatandan KesehatanKerja
a. Tingkat kedisiplinan dalambekerja
b. Ketetapan masuk kerjac. Kualitas hasil kerja sesuai
dengan standartd. Kualitas hasil kerja sesuai
perintah pimpinane. Lama penyelesaian pekerjaan
sesuai standart perusahaanf. Jarang terjadi keterlambatan
penyelesaian pekerjaan
F. Metode Analisa Data
Dalam membahas hasil penelitian penulis menggunakan
metode analisis deskriptif, yaitu suatu cara penulisan yang
mengumpulakn, mengklasifikasikan data-data serta selanjutnya
menganalisa data sedemikian rupa dihubungkan dengan teori-
teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas untuk
mengambil kesimpulan.
69
Untuk menilai pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation maka penulis
menggunakan formula regresi berganda sebagai beikut :
(J.Supranto : 278)
Y =
Dimana : Y = Kepuasan kerja karyawan
βo = Bilangan konstan yang merupakan titik
potong dengan sumbu vertikal
pada gambar kalau dilihat nilai x=0
β = Slop, yaitu kecondongan
X1 = Keselamatan kerja
X2 = Kesehatan kerja
e = Epsilon/variabel pengganggu
Sebelumnya penulis telah menetapkan bobot atau nilai dari
masing-masing jawaban yang dipilih oleh responden menurut
Skala Likert adalah sebagai berikut :
a. Jika jawaban yang dipilih adalah A maka mempunyai bobot
nilai 5
70
b. Jika jawaban yang dipilih adalah B maka mempunyai bobot
nilai 4
c. Jika jawaban yang dipilih adalah C maka mempunyai bobot
nilai 3
d. Jika jawaban yang dipilih adalah D maka mempunyai bobot
nilai 2
e. Jika jawaban yang dipilih adalah E maka mempunyai bobot
nilai 1
Setelah dilakukan tabulasi terhadap hasil penghitungan
masing-masing variabel pada questionaire yang disebarkan pada
45 orang responden maka data-data tersebut dimasukkan/diproses
ke dalam Program SPSS for Windows versi 12.00 untuk melihat
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh
masing-masing variabel. Dengan menggunakan regresi berganda
akan dibahas mengenai :
1. Uji F
Kriteria penolakan untuk uji F
Jika F-hitung > F tabel,maka Ho ditolak
Jika F-hitung < F tabel,maka Ho diterima
71
Untuk menghitung Fhitung digunakan rumus sebagai berikut:
Dimana
RJK Regresi = Rata-rata jumlah kuadrat regresi
RJK Residu = Rata-rata jumlah kuadrat residu
Lalu untuk F-Tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut
:
Dimana:
F α = Diperoleh dari tabel F dengan dk pembilang k-1 dan dk
penyebut nk
n = ukuran sampel
k = jumlah variabel independent + 1
2. Uji t
Selanjutnya dilakukan uji t (Analysis Test of Significant). Uji t
sendiri dilaukan untuk menguji tingkat signifikasi variabel
bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas.
72
F – Hitung = RJK Rregresi
F – tabel = Fα : (k-1),
Berdasarkan nilai t signifikan bila probabilita > 0,05 maka Ho
diterima dan bila probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
Kemudian setelah uji t, penulis akan menguji kembali
melalui uji F, uji F sendiri digunakan untuk menguji pengaruh-
pengaruh variabel-variabel bebas. Dengan tingkat spesifikasi
(α) sebesar 5% atau 0,05. Pengolahan data untuk analisa di
atas menggunakan program pengolahan data statistik SPSS for
Windows versi 11.
Kriteria Penolakan Hipotesis untuk uji t :
Jika t-hitung > t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho ditolak
Jika t-hitung < t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho diterima
Untuk menghitung-hitung digunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
b= koefisien regresi
Sb= simpangan baku koefisien regresi
73
F – hitung = b
sb
Lalu untuk t-tabel sendiri menggunakan rumus sebagai
berikut :
3. Pengujian Keeratan Hubungan (Korelasi)
Untuk menguji keeratan hubungan variabel beas (X)
terhadap variabel terikat (Y),maka dilakukan dengan cara
melihat nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan bahwa
keeratan hubungan nilai koefisien korelasi dinyatakan dengan
interval sebagai berikut :
Tabel 3 Keeratan hubungan nilai koefisien korelasi denganinterval
Interval Coefficient Indication
+/- 0,80 to +/- 1,00
+/- 0,60 to +/- 0,79
+/- 0,40 to +/- 0,59
+/- 0,20 to +/- 0,39
High correlation (Sangat Kuat)
Moderately high correlation (Kuat)
Moderate correlation (Sedang)
Low correlation (Lemah)
Sumber : Muhammad Teguh, 2001, Metodologi Penelitian Ekonomi,Edisi Pertama,
Cetakan kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 76
74
F – tabel = bα/2;(n-2)
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Meridan Sejati Suryaplantation didirikan pada tanggal
4 November 1992
Berdasarkan akta nomor 2 oleh Notaris Esther Liliansari, SH.
Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-
6634.HT.01.01.TH.93 tanggal 27 Juli 1993. Anggaran dasar
perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir
dengan akta Nomor 26 tanggal 24 Oktober 1997 oleh Notaris P.
Sutrisno A. Tambolon,SH mengenai peningkatan mdal dasar dan
modal ditempatkan perseroan dan perubahan seluruh anggaran
dasar perusahaan berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas. Erubahan anggaran dasar tersebut
telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-
25.178.HT.01.04.Th.1998 tanggal 16 November 1998.
75
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Perkebunan, pertanian dan kehutanan;
2. Industri pengolahan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan
kehutanan;
3. Memperdagangkan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan
kehutanan baik dalam maupun di luar negeri.
Kegiatan perusahaan saat ini adalah perkebunan sawit yang
terletak di Kabupaten Kampar dan Bengkalis. Sampai tanggal 31
Desember 2000 luas areal hak guna usaha perusahaan adalah
10.882 Ha. Areal yang telah ditanami sampai dengan tanggal 31
desember 2000 adalah sejumlah 7.833 Ha dari seluruh areal yang
telah ditanami terdapat 4.310 Ha yang telah menghasilkan.
Perusahaan ini memulai kegiatan usahanya secara komersial
bulan Juli 1999.
Berdasarkan rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang
diaktakan pada akta Notaris Ira Widya Sari Juwono, SH Nomor 2
tanggal 8 Maret 1999, susunan Dewan Komisaris dan Direksi
ditetapkan sebagai berikut:
76
Dewan Komisaris
Komisaris Utama: Martias
Komisaris : Nurhandy
Komisaris : Meryani
Komisaris : Bambang Ari Priambodo
Sedangkan susunan Direksi adalah sebagai berikut :
Direktur Utama : Sifan Triyono
Direktur : Wirastuty Fangiono
Direktor : Sucitho
B. Struktur Organisasi
Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian dalam
rincian tugas operasional dari dewan direksi perusahaan ini
adalah meliputi :
1. Mempersiapkan dan menyusulkan rencana tahunan berupa
rencana anggaran biaya tahunan.
2. Mengatur pembinaan dan mengalokasikan serta penyaluran
pembiayaan.
77
3. Menentukan kebijakan/pengarahan baik yang bersifat umum
maupun khusus, menyelenggarakan pengendalian pelaksanaan
kegiatan proyek fisik maupun keuangan.
4. Menetapkan susunan personalia dan mengukuhkan dengan
menerbitkan surat keputusan.
5. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan dan
berhasilnya rencana proyek fisik maupun keuangan.
6. Menerima, menilai laporan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan fisik dan keuangan dari pelaksanaan lapangan.
Untuk ebih jelasnya berikut ini adalah tugas dan wewenang
masing-masing bagian antara lain :
1. Direktur
a. Bertanggung jawab terhadap direksi dan komisaris
jalannya perusahaan.
b. Mengkoordinir kegiatan perusahaan baik untuk intern
dan ekstern.
c. Mengaur dan mengawasi jalannya operasional perusahaan.
2. Inspektur
a. Bertanggung jawab terhadap Direktur atas pekerjaannya.
78
b. Mengawasi dan mengadakan inspeksi terhadap kegiatan
yang dilakukan administrasi perkebunan
c. Mengkoordinir kegiatan rencana dan merealisasi
pekerjaan di perkebunan.
3. Manajer Umum/Divisi Perkebunan dan Pengembangan Unit
Usaha
a. Melaksanakan, mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan
operasional sehari-hari.
b. Membantu tugas direktur sehari-hari baik untuk tugas
intern maupun ekstern.
c. Memberikan masukan dan rencana kerja.
d. Bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan
Direktur.
4. Manager Eksekutif/Divisi Trading, Kontraktor, Supplier
dan Jasa
a. Melaksanakan, mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan
operasional sehari-hari.
b. Membantu tugas direktur sehari-hari untuk intern
maupun ekstern.
79
c. Meningkatkan usaha dan volume hasil.
d. Memberikan masukan dan rencana kerja.
e. Bertanggung jawab terhadap terhadap tugas yang
diberikan Direktur.
5. Sekretaris
a. Melaksanakan tugas sebagai sekretaris.
b. Membuat laporan hasil kerja kepada Direktur.
c. Membuat agenda hasil kerja dan program kerja dan
arsip.
d. Menjalankan kegiatan administrasi lainnya.
e. Melaksanakan tugas yang diperintahkan Direktur.
f. Bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan atasan.
6. Kepala Bagian Tanaman
a. Bertanggung jawab kepada Direksi mengenai segala
sesatunya yang terjadi dalam bidang tanaman
perkebunan.
b. Mengawasi dan mengkoordinir semua bagian-bagian yang
di perkebunan.
80
c. Menjalankan personel manajemen sesuai dengan tujuan
perusahaan.
d. Meningkatakan produksi tanaman perkebunan dan sumber
lainnya.
e. Memelihara kerjasama yang baik dengan pimpinan
organisasi karyawan yang ada di perusahaan.
f. Mengusahakan agar perkebunan itu dapat memelihara
kemanfaatan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.
7. Kasie tanaman dan Produksi
a. Melakasanakan kegiaan bagian dan mengkoordinir semua
bagian yang ada di perkebunan.
b. Meningkatkan produksi tanaman perkebunan dan sumber
lainnya.
c. Memelihara kerjasama yang baik dengan pimpinan
organisasi karyawan yang ada di perusahaan.
d. Membuat laporan dan kegiatan tanaman kepada manager.
e. Melaksanakan tugas dalam bidang perkebunan.
8. Kasie Keuangan
81
a. Membuat anggaran permintaan keuangan harian untuk
kebun dan kantor.
b. Mengawasi dan melaksanakan pengeluaran keuangan.
c. Membuat adiministrasi pembukuan keuangan.
d. Melaksanakan tugas bagian keuangan yang telah
diberikan.
e. Membukukan uang masuk dan uang keluar
f. Membuat laporan bulanan.
g. Membuat atau mengajukan Rencana Anggaran Keuangan.
h. Mengeluarkan keuangan yang telah disetujui Direktur.
i. Melaksanakan tugas yang diberikan Direktur.
j. Tunduk dan patuh terhadap atasan dan bertanggung jawab
atas pekerjaannya.
9. Kasie Administrasi dan Pembukuan.
a. Melaksanakan tugas administrasi yang telah diberikan.
b. Melayani dan menerima tamu perusahaan.
c. Membuat/menegetik surat yang diperintahkan.
d. Menyimpan dan mengagendakan surat keluar perusahaan.
e. Membuata pembukuan kas harian.
82
f. Menjaga Administrasi Kantor.
g. Admnistrasi Upah.
h. Administrasi laporan bulanan perkebunan.
i. Administrasi pergudangan/distribusi.
j. Administrasi umum perkebunan.
k. Melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh direktur.
l. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
atasan.
10. Kasie pemasaran dan penjualan
a. Melaksanakan tugas pemasaran dan penjualan yang
diberikan Direktur.
b. Memberikan masukan tentang pemasaran dan penjualan.
c. Melakukan transaksi pembayaran penjualan.
d. Membuat laporan Penjualan dan Pemasaran.
e. Menyimpan dan mengagendakan bukti penjualan dan
pemasaan
f. Tunduk dan patuh terhadap atasan dan bertanggung jawab
dalam pekerjaan yang diberikan atasan.
11. Kasie Pembelian dan Pengadaan
83
a. Melaksanakan tugas pemebelian dan pengadaan barang
yang diberikan Direktur.
b. Mengajukan rencana pembelian dan pengadaan barang.
c. Melengkapi data yang berkenaan dengan pembelian dan
pengadaan.
d. Membuat laporan yang berkenaan dengan pembelian dan
pengadaan barang.
e. Bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan
atasan.
C. Aktivitas Perusahaan
Maksud dan tujuan perusahaan Direksi PT. Meridan Sejati
Suryaplantation Pekanbaru sebagaimana disebutkan dalam akta
pendiriannya adalah menjalankan usaha dalam bidang antara lain
: Land Clearing, Bidang Perkebunan, Pertanian, Peternakan,
Perdagangan Umum, Kontraktor, Industri Pengelolaan, Jasa
Angkutan, Real Estate, Pengadaan Barang dan Lain-lain.
84
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Untuk memperoleh gambaran mengenai analisis Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation, penulis mengumpulkan data dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada 45 orang responden yang juga
merupakan karyawan perusahaan ini untuk mengetahui tanggapan
tentang Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation.
1. Umur
Umur merupakan faktor yang menentukan seseorang dalam
pengambilan keputusan. Semakin dewasa umur seseorang maka
semakin banyak pertimbangan yang akan dilakukannya sebelum
mengambil keputusan. Tabel 3 berikut ini menunjukkan keadaan
tingkat umur karyawan yang menjadi responden pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantaion.
86
Tabel 3 Tingkat Umur Responden KaryawanPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tingkat Umur (tahun) Jumlah responden Persentase (%)20-30 8 17,78%31-40 24 53,33%41-50 11 24,44%
50- keatas 2 4,44%Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa berdasarkan umur
karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation maka dari 45
orang yang diambil sebagai responden maka paling banyak 24
orang atau 53,33% berumur antara 31-40 tahun dan paling
sedikit 2 orang atau 4,44% berumur diatas 50 tahun. Dengan
demikian responden yang terbanyak adalah karyawan yang berusia
di antara 31-40 tahun.
2. Jenis Kelamin
Untuk melihat lebih jauh jenis kelamin karyawan yang
menjadi responden pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4Berdasarkan Jenis Kelamin
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Jenis Kelamin Jumlah responden Persentase (%)Laki-laki 34 75,56%
87
Perempuan 11 24,44%Jumlah 45 100,00%
Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk jenis kelamin
konsumen, PT. Meridan Sejati Suryaplantation Pekanbaru
diketahui 34 orang atau sebesar 75,56% berjenis kelamin laki-
laki sedangkan 11 orang atau 2444% adalah perempuan.
3. Tingkat Pendidikan Responden
Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation Pekanbaru ini dapat dilihat
dalam tabel berikut :
Tabel 5Tingkat Pendidikan Responden
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Pendidikan Terakhir Jumlah responden Persentase (%)Sarjana 11 24,44%SMA 26 57,78%SMP 8 17,78%
Jumlah 45 100,00%
Responden yang diminta untuk mengisi questionaire
sebanyak 45 orang dan tingkat pendidikan responden karyawan
PT. Meridan Sejati Suryaplantation ini, paling banyak 26 orang
atau 57,78% tamatan SMA dan paling sedikit 8 orang atau 17,78%
memiliki tingkat SMP.
88
4. Masa Kerja Responden di Perusahaan
Tabel 6Identitas Umum Responden
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Lama Bekerja Jumlah responden Persentase (%)0-5 tahun 23 51,11%6-11 tahun 18 40,00%12 - keatas 4 8,89%
Jumlah 45 100,00%
Dari segi lama bekerja, sebagian besar responden telah
bekerja di perusahaan ini dalam kurun waktu 0 sampai dengan 5
tahun yaitu sebanyak 23 orang atau sekitar 51,11% dari jumlah
responden. Masa kerja yang paling sedikit adalah responden
yang telah bekerja dalam kurun waktu 12 tahun ke atas hanya
sebanyak 4 orang atau sekitar 8,89%. Selebihnya adalah
responden yang telah bekerja dalam kurun waktu 6 sampai 11
tahun sebanyak 18 orang atau sekitar 40% dari jumlah
responden.
B. Tanggapan Responden
1. Keselamatan Kerja
89
Keselamatan kerja dapat membantu mengendalikan bahaya-
bahaya yang timbul akibat penggunaan bahan dan mekanisasi
dalam aktifitas perusahaan. Dengan pendekatan demikian, maka
diharapkan manajemen perusahaan mengambil sikpa nyata yang
menckaup menidentifikasi setiap proses dan peralatan
pengendalian kerugian sebagai sumber resiko bahaya,
mengestimasi rencana program pengendalian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, menyusun rencana program pengendalian
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menyusun sitem
komunikasi yang diperlukan, dan menyiapkan sarana dan
peralatan beserta personil yang terlatih dan profesional.
Berikut hasil jawaban Questionaire dari 45 orang karyawan pada
PT. Meridan Sejati SuryaPlantation yang diambil sebagai
sampel.
Tabel 7Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Alat Pengaman
Keselamatan PadaPT. Meridan Sejati Suryaplantation
90
Tanggapan Jumlah respondenPersentase
(%)Sangat memuaskan 9 20,00%
Memuaskan 11 24,44%Cukup 22 48,89%
Kurang memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang memuaskan 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 7 dapat dilihat tanggapan responden mengenai
kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Meridan
sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak
22 orang atau 48,89% menyatakan cukup memuaskan mengenai
kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3 orang atau
6,67% menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan
mengenai kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup memuaskan.
Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga pekerja
itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah
disepakati oleh Pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja
Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :
91
a. Safety Helmet. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari
benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
b. Tali keselamatan (safety belt). Berfungsi sebagai alat
pengaman ketika menggunaan alat transportasi ataupun
peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat,
dan lain-lain).
c. Sepatu Karet (Sepatu Boot). Berfungsi sebagai alat
pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk
melindungi kaki dari benda tajam atau benda berat, benda
panas, cairan kimia dan seterusnya.
d. Sepatu pelindung ( safety shoes0. Seperti sepatu biasa,
tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari
karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan
fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia dan seterusnya.
e. Sarung tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan
pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung
92
tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing
pekerjaan.
f. Tali Pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai
pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan
menggunaka alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
g. Penutup telinga (Ear Plug/Ear muff). Berfungsi sebagai
pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising.
h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai
pelindung mata ketika bekerja ( misalnya mengelas).
i. Masker (Respirator/. Berfungsi sebagai penyaring udara
yang dihirup saat bekerja dengan kualitas udara buruk
(misal berdebu, beracun, dsb).
Semua jenis Alat Pelindung Diri ( APD) harus digunakan
sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai
dengan standar keselamatan kerja. Keselamatan Kerja pada
umumnya berupa pedoman atau petunjuk-petunjuk sebagai penuntun
agar para pekerja dapat bekerja dengan metoda-metoda yang
baik, benar dan aman, selalu waspada terhadap segala
93
kemungkinan atau bahaya sehingga dapat mengambil tindakan
secara tepat dalam keadaan mendesak dan yang tidak terduga.
Tabel 8Tanggapan Responden Tentang Cara Menggunakan Alat Pengaman
KeselamatanPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Jelas 12 26,67%
Jelas 11 24,44%Cukup 18 40,00%
Kurang Jelas 4 8,89%Sangat Kurang Jelas 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 8 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman
keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.
Dari 45 orang responden, yang paling banyak yaitu 18 orang
atau 40% menyatakan cukup jelas mengenai petunjuk tentang cara
menggunakan alat pengaman keselamatan kerja ada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau
8,89% menyatakan kurang jelas. Dpaat diambil kesimpulan
mengenai petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman
keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
aalah cukup jelas.
94
Alat pengaman diperlukan agar kemungkinan timbulnya ahaya
dapat diperkecil. Alat pengaman dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu pengaman alat berbahaya dan pengaman manusia
yang melayani alat itu. Proses produksi barang dan jasa dapat
mengakibatkan kondisi kritis yang membahayakan sehingga timbul
malapetaka major accident dengan dampak yang luas dan sulit
ditanggulangi.
Dikenal Istilah 5K akibat kecelakaan, yaitu :
a. Kerusakan dan kerugian materi.
b. Kekacauan dan diorganisasi.
c. Keluahan dan kesedihan.
d. Kelainan dan cact.
e. Kematian.
Suatu varietas yang besar bagi peralatan perlindungan
bagi pekerja yang dibutuhkan pekerja pada pekerjaannya. Untuk
tingkat kecelakaan yang tinggi dapat digunakan penutup muka
dan lengkap. Perlindungan dengan helm sangat diperlukan dimana
sering terjadi maslaah terhadap benda-benda yang jatuh,
penutup rambut yang digunakan wanita untuk mencegah masuknya
95
rambut ke roda gigi, bar, tau tiang yang berputar. Penutup
telinga dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan. Sarung
tangan dapat digunakan untuk melindungi tangan dari melepuh.
Terpotong, terkilir dan zat kimia. Secara umum peralatan
perlindungan pekerja harus digunakan tujuan akhir. Lebih baik
mengurangi resiko kecelakaan agar para pekerja terhindar dari
bahaya. Jika tidak memakai topi atau pelindungan tubuh.
Bagaimana sebagai perlaatan supelemental, poin-pin ini dapat
tak berarti.
Tabel 9Tanggapan Responden Tentang Frekuensi Penggunaan Alat Pengaman
KeselamatanPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sering 9 20,00%
Sering 19 42,22%Cukup 14 31,11%
Kurang Sering 3 6,67%Sangat Kurang Sering 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 9 dilihat tanggapan responden mengenai
frekuensi penggunaan alat penggunaan keselamatan kerja PT.
96
Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang
paling banyak yaitu 19 orang atau 42,22% menyatakan sering
mengenai frekuensi penggunaan lat pengaman keselamatan kerja
pada PT. Meridan Sejati Suryaplantion dan paling sedikit yaitu
3 orang atau 6,67% menyatakan kurang sering. Dapat diambil
kesimpulan mengenai frekuensi penggunaan alat pengaman
keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
adalah sering.
Tabel 10Tanggapan Responden Tentang Frekuensi Kerusakan Alat Pengaman
KeselamatanPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sering 7 15,56%
Sering 15 33,33%Cukup 21 46,67%
Kurang Sering 2 4,44%Sangat Kurang Sering 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 10 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja
pada PT. Meridan Sejati Suryaplantaion. Dari 45 orang
responden, yang paling banyak yaitu 21 orang atau 46,67%
menyatakan cukup sering mengenai frekuensi kerusakan alat
97
pengaman keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantationdan paling sedikit yaitu 2 orang yaitu 4,44%
menyatakan kurang sering. Dapat diambil kesimpulan mengenai
frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup sering.
Tabel 11Tanggapan Responden Tentang Alat Penerangan yang disediakan oleh
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sering 10 22,22%
Sering 13 28,89%Cukup 19 42,22%
Kurang Sering 3 6,67%Sangat Kurang Sering 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 11 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan pada
PT. Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,
pling banyak yaitu 19 orang atau 42,22% menyatakan cukup
sering mengenai alat penerangan yang disediakan oleh
perusahaan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan paling
sedikit yaitu 3 orang atau 6,67% menyatakan kurang sering.
Dapat diambil kesimpulan mengenai alat penerangan yang
disediakan oleh perusahaan pada PT. Meridan Sejati
98
Suryaplantation adalah cukup sering. Kualitas Pencahayaan
(penting mengenali jenis cahaya).
a. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja
yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs
Meter)
b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna,
dekorasi dll.
c. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja
dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat
terjadinya kelelahan mata).
d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam
ruang.
e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan
memperhatikan warna yang digunakan.
f. Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap
tangga.
Segala perlengkapan instalasi, perlatan dan alat-alat
potong yang terletak di bengkel telah direncanakan untuk
99
memotong, membentuk atau mencetak bentuk yang diinginkan,
walaupun semua benda-benda tersebut mati dan tidak dapat
berpikir sendiri, tetpi dapat berfungsi jika dikendalikan,
maka sebagai pedoman keselamatan kita harus berpikir, bahwa
penyebab kecelakaan terbesar dengan mudah dapat diambil
kesimpuan : ujung, sisi yang tajam akan bsia memotong, panas
dan api bisa membakar, asam akan bisa merusak roda gigi, roda
penggerak, benda berputar akan menjepit tangan atau menjambret
pakaian suatu benda bergerak, atau yang berat akan
membahayakan aliran listrik akan membakar dan merusak, jatuh
akan menyebabkan luka dan celaka sesuatu yang tidak disangga
atau diajaga akan bsia jatuh.
Berikut ini dapat dilihat tabulasi jawaban responden
mengenai keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation adalah sebagai berikut :
Tabel 12 Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Keselamatan Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Pertanyaan Alternatif Jawaban5 4 3 2 1
Kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja
9 11 22 3 0
100
Cara Menggunakan alat pengaman keselamatan kerja
12 11 18 4 0
Frekuensi Penggunaan alat pengaman keselamatan kerja
9 19 14 3 0
Frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja
7 15 21 2 0
Alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan
10 13 19 3 0
Jumlah 47 69 94 15 0Rata-rata 9 14 19 3 0
Jumlah Rata-rata 45
Persentase 20,00%
31,11%
42,22%
6,67%
0,00%
Berikut dapat dilihat penjelasan tabel di atas mengenai
keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
adalah rata-rata sebanyak 9 orang atau 20% menyatakan sangat
baik, 14 orang atau 31,11% menyatakan baik, 19 orang atau
42,22% menyatakan cukup baik dan 3 orang atau 6,67% menyatakan
kurang baik.
Berikut ini dapat disajikan rekapitulasi tanggapan
responden mengenai keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation :
Tabel 13Tabulasi Skor Jawaban Mengenai Keselamatan Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Bobot Frekuensi Persentase (%) Skor
101
Sangat Baik 5 47 20,89% 235Baik 4 69 30,67% 276Cukup 3 94 41,78% 282
Kurang Baik 2 15 6,67% 30Sangat Kurang Baik 1 0 0,00% 0
Jumlah 225 100,00% 823
Untuk mendapatkan gambaran responden secara umum dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Skor Ideal adalah = Jumlah Responden x Nilai Kategori x
Indikator
Skor Tertinggi = 45 x 5 x 5 = 1.125
Skor terendah = 45 x 5 x 1 = 225
Rentang Skor adalah = (1.125 – 225)/5 = 180
Berdasarkan rentang skor sebesar 180 maka dapat
digambarkan tanggapan responden mengenai keselamatan kerja
pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah sebagai berikut
:
102
Berdasarkan tabulasi jawaban responden mengenai
keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
dengan jumlah buti pertanyaan adalah 5 pertanyaan maka
diperoleh jumlah skor jawaban responden adalah 823 maka dapat
diambil kesimpulan bahwa responden menyatakan baik mengenai
keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.
2. Kesehatan Kerja
Suatu kecelakaan sering terjadi oleh beberapa sebab,
kecelakaan dapat dicegah dengan melalui penyebabnya untuk
mendapatkan sebab-sebab terjadinya kecelakaan adalah sangat
penting, ini dapat membantu dalam rencana bagaimana mencegah
terjadinya kecelakaan yang sama. Penyebab kecelakaan adalah
antara lain:
a. Sikap dan kondisi yang tidak baik. Seseorang mendapat
luka tidak selalu disebabkan karena kecelakaan tetapi
kecelakaan dapat disebabkan oleh sikap pribadi yang tidak
baik atau kondisi yang tidak baik. Contoh tentang
perbuataan yang tidak baik tersebut adalah : penggunaan
103
perlengkapan alat tanpa mendapat latihan sempurna dalam
penggunaannya pemakaian alat-alat atau perlengkapan
dengan cara yang salah kelalaian seseorang menggunakan
peralatan pelindung seperti kacamata las, bila pekerjaan
itu memerlukan alat itu tidak bersungguh-sungguh dan
bermain-main tergesa-gesa dan melalaikan luka yang kecil
perkerjaan yang kacau atau pribadi yang tidak
tenang/kacau. Kecelakaan dapat dicegah dengan
menghindarkan kemungkinan sebab-sebabnya, orang yang
paling baik bekerja adlaah dengan pertimbangan yang hati-
hati, berjaga-jaga dan bertanggung jawab. Kita akan
mendapat hasil seperti orang yang telah berhasil. Selain
itu petunjuk ini akan membantu kita dalam latihan
mencegah kecelakaan. Laporan semua kecelakaan atau
kerusakan peralatan baik yang kecil maupun yang besar,
kerusakan kecil dapat menjadi besar jika tidak segera
dilaporkan atau diperbaiki.
Ada tiga dasar penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu:
104
a. Terjadi secara kebetulan. Dianggap sebagai kecelakaan
dalam arti asli (genuine accident) sifatnya tidak dapat
diramalkan dan berada di luar kendali manajemen
perusahan. Misalnya, seorang karyawan tepat berada di
depan jendela kaca ketika tiba-tiba seseorang melempar
jendela kaca sehingga mengenainya.
b. Kondisi kerja yang tidak aman. Kondisi kerja yang tidak
aman merupakan salah satu penyebab utama terjadinya.
Kondisi ini meliputi faktor-fator sebagai berikut:
1. Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.
2. Perlatan yang rusak.
3. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar
mesin atau peralatan gudang yang tidak aman (sumpek
dan terlalu penuh).
4. Cahay tidak memadai, surahm, dan kurang penerangan.
5. Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak
cukup, atau sumber udara tidak murni.
Pemulihan terhadap faktor-faktor ini adalah dengan
meminimalkan kondisi yang tidak aman, misalnya dengan cara
105
membuata daftar kondisi fisik dan mekanik yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pembuatan checklist ini
akan membantu dalam menemukan masalah yang menjadi penyebab
kecelakaan.
Meskipun kecelakaan dapat terjadi di mana saja dan kapan
saja, akan tetapi ada tempat-tempat tertentu yang mempunyai
tingkat kecelakaan kerja tinggi. Kira-kira sepertiga dari
kecelakaan industri maupun laboratorium terjadi di sekitar
truk Forklift, kereta dorong, dan tempat-tempat angkat junjung
barang. Di samping kondisi kerja yang tidak aman masih ada
tiga faktor lain yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut yaitu sifat dari
kerja itu sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di
tempat kerja.
a. Sifat kerja. Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat
kerja mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sebagi contoh,
karyawan yang bekerja sebagai operator crane (derek) akan
memiliki resiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi
106
dibandingkan mereka yang bekerja sebagai
supervisor/penyelia.
b. Jadwal kerja. Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga
mempengaruhi kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja
biasanya stabil pada jam 6-7 jam pertama di hari kerja.
Akan tetapi pada jam-jam setelah itu, tingkat kecelakaan
kerja akan lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena
karyawan atau tenaga kerja sudah melampaui tingkat
kelelahan tinggi. Kenyataan di lapangan juga membuktikan
bahwa kerja malam mempunyai resiko kecelakaan lebih
tinggi dari pada kerja pada siang hari.
c. Iklim psikologis tempat kerja. Iklim psikologis di tempat
kerja juga berpengaruh pada kecelakaan kerja. Karyawan
atau tenaga kerja yang bekerja di bawah tekanan stress
atau yang merasa pekerjaan mereka terancam atau yang
merasa tidak aman akan mengalami lebih banyak kecelakaan
kerja dari pada mereka yang tidak mengalami tekanan.
Tabel 14Tanggapan Responden Tentang Waktu Istirahat yang Disediakan
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
107
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memadai 6 13,33%
Memadai 14 31,11%Cukup 23 51,11%
Kurang Memadai 2 4,44%Sangat Kurang Memadai 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 14 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai waktu istirahat yang disediakan perusahaan pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,
paling banyak yaitu 23 orang atau 51,11% menyatakan cukup
memadai mengenai waktu istirahat yang disediakan perusahaan
pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation da paling sedikit
yaitu 2 orang atau 4,44% menyatakan kurang memadai. Dapat
diambil kesimpulan mengenai waktu istirahat yang disediakan
perusahaan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah
cukup memadai.
Tabel 15Tanggapan Responden Tentang Tingkat Kebisingan Lokasi Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 8 17,78%
Memuaskan 11 24,44%Cukup 22 48,89%
Kurang Memuaskan 4 8,89%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
108
Dari tabel 15 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai tingkat kebisingan lokasi kerja pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak
yaitu 22 orang atau 48,89% menyatakan cukup memuaskan mengenai
tingkat kebisingan lokasi kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 8,89%
menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan mengenai
tingkat kebisingan lokasi kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation adalah cukup memuaskan.
Beberapa aspek kebisingan mempengaruhi adanya kebisingan
yang spesifik yang tidak menyenangkan. Intensitas kebisingan
diukur dengan disibel (dB), skalanya berbentuk garis
nonlinear. Untuk setiap 10dB, Intensitas kebisingan bertamabh
10 kali. Kantor bisnis yang normal memiliki level kebisingan
kira-kira 50 dB, sementara menekan pembicaraan hanya 40dB.
Umumnya berbicara memiliki level 100 dB – 120 dB sangat
berbahaya bagi orang di daerah terbuka. Frekuensi kebisingan
juga penting dalam menentukan perasaan yang subjektif
Frekuensi tertinggi adalah suara, suara terkeras adalah suara
109
yang intensitas tingkatan yang spesifik. Suara dengan
kebisingan 40 dB berasal dari 300 putaran/detik sama dengan
30dB pada 1000 putaran/detik. Tempat terbuka yang lebih
panjang, lebih kuat dari pada pendek dan pulsa kebisingan
umumnya lebih tidak sesuai dari pada kebisingan tetap dengan
intensitas rata-rata. Bahaya pada area kebisingan yang
tersebar juga tergantung pada sumber kebisingan, karenanya ada
variasi diantara kebisingan-kebisingan tersendiri.
Tabel 16Tanggapan Responden Tentang Keadaan atau Lingkungan Tempat Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Baik 13 28,89%
Baik 10 22,22%Cukup 19 42,22%
Kurang Baik 3 6,67%Sangat Kurang Baik 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 16 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai keadaan atau lingkungan tempat kerja pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang paling
banyak yaitu 19 orang atau 42,22% menyatakan cukup baik
mengenai keadaan lingkungan tempat kerja pada pT. Meridan
Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3 rang atau
110
6,67% menyatakan kurang baik. Dapat diambil kesimpulan
mengenai keadaan atau lingkungan tempat kerja pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation adalah cukup baik.
Tabel 17Tanggapan Responden Tentang Hubungan Karyawan dengan Karyawan
atau Hubungan Karyawan dengan Atasan Pada Tempat KerjaPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Baik 11 24,44%
Baik 17 37,78%Cukup 13 28,89%
Kurang Baik 4 8,89%Sangat Kurang Baik 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 17 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai hubungan antara karyawan dengan karyawan atau
hubungan karyawan dengan atasan pada tempat kerja PT. Meridan
Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang paling
banyak yaitu 17 orng atau 37,78% menyatakan baik mengenai
hubungan karyawan dengan karyawan atau hubungan antara
karyawan dengan atasan pada tempat kerja PT. Meridan Sejati
Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 8,89%
menyatakan kurang baik. Dapat diambil kesimpulan menegnai
hubungan antara karyawan dengan karyawan atau hubungan
111
karyawan dengan atasan pada tempat kerja pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation adalah baik.
Tabel 18Tanggapan Responden Tentang Kebijaksanaan Jam Kerja yang
diterapkan olehPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Baik 9 20,00%
Baik 14 31,11%Cukup 20 44,44%
Kurang Baik 2 4,44%Sangat Kurang Baik 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 18 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai kebijaksanaan jam kerja yang diterapkan oleh
perusahaan kepada karyawan pada pT. Meridan Sejati
Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak yaitu
20 orang atau 44,44% menyatakan cukup baik mengenai
kebijaksanaan jam kerja yang diterapkan oleh perusahaan kepada
karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan paling
sedikit yaitu 2 orang atau 4,44% menyatakan kurang baik. Dapat
diambil kesimpulan mengenai kebijaksanaan jam kerja yang
diterapkan oleh perusahaan kepada karyawan pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation adalah cukup baik.
112
Setelah mencermati sebab-sebab terjadinya kecelakaan di
tempat kerja, maka dalam prakteknya, pencegahan kecelakaan
kerja dapat dilakukan dengan dua aktivitas dasar yaitu :
a. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman. Mengurangi
kondisi kerja yang tidak aman menjadi lini depan
perusahaan atau laboratorium dalam mencegah kecelakaan
kerja. Penanggung jawab keselamatan kerja harus merancang
tugas sedemikian rupa untuk menghilangkan atau mengurangi
bahaya fisik. Gunaka risk assesment atau checklist
inspeksi alat untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
bahaya-bahaya yang potensial.
b. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman. Tindakan-
tindakan karyawan yang tidak aman (atau tidak sesuai
prosedur kerja) dapat dikurangi dengan berbagai
aktivitas/cara yaitu :
1. Seleksi dan penempatan.
2. Propaganda, kampanye, atau mengenai keselamatan kerja.
3. Pelatihak mengenai prosedur kerja dan keselamatan
kerja serta dorongan positif ( positive reinforcement).
113
4. Komitmen dari manajer tingkat atas (top management).
Berikut ini dapat dilihat tabulasi jawaban responden
mengenai kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation adalah sebagai berikut :
Tabel 19Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Kesehatan Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Pertanyaan Alternatif Jawaban5 4 3 2 1
Waktu Istirahat yangdisediakan perusahaan 6 14 23 2 0
Tingkat kebisingan lokasikerja 8 11 22 4 0
Keadaan atau LingkunganTempat Kerja 13 10 19 3 0
Hubungan Karyawan dengankaryawan atau hubungan
karyawan dengan atasan padatempat kerja
11 17 13 4 0
Kebijaksanaan jam kerja yangditerapkan oleh perusahaan
kepada karyawan9 14 20 2 0
Jumlah 47 66 97 15 0Rata-rata 9 13 19 3 0
Jumlah Rata-rata 44
114
Persentase 20,45%
29,55%
43,18% 6,82% 0,00%
Berikut dapat dilihat penjelasan tabel di atas mengenai
kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah
rata-rata sebanyak 9 orang atau 20,45% menyatakan sangat baik,
13 orang atau 29,55% menyatakan baik, 19 orang atau 43,18%
menyatakan cukup baik dan 3 orang atau 6,82% menyatakan kurang
baik.
Berikut ini dapat disajikan rekapitulasi tanggapan
responden mengenai kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation.
Tabel 20Tabulasi Skor Jawaban Mengenai Kesehatan Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Bobot Frekuensi Persentase (%) SkorSangat Baik 5 47 20,89% 235
Baik 4 66 29,33% 264Cukup 3 97 43,11% 291
Kurang Baik 2 15 6,67% 30Sangat Kurang Baik 1 0 0,00% 0
Jumlah 225 100,00% 820
Untuk mendapatkan gambaran responden secara umum dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
115
Skor ideal adalah = Jumlah responden x Nilai Kategori x
Indikator
Skor tertinggi = 45 x 5 x 5 = 1.125
Skor terendah = 45 x 5 x 1 =225
Rentang skor adalah = (1.125 – 225)/5 = 180
Berdasarkan rentang skor sebesar 180 maka dapat
digambarkan tanggapan responden mengenai kesehatan kerja pada
pT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah sebagai berikut :
Berdasarkan tabulasi jawaban responden mengenai kesehatan
kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dengan jumlah
butir pertanyaan adalah 5 pertanyaan maka diperoleh jumlah
skor jawaban responden adalah 820 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa responden menyatakan baik mengenai kesehatan
kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.
116
3. Kepuasan Kerja
Tabel 21Tanggapan Responden Tentang Tingkat kedisiplinan dalam Bekerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 11 24,44%
Memuaskan 17 37,78%Cukup 14 31,11%
Kurang Memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 21 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai tingkat kedisiplinan dalam bekerja pada pT. Meridan
Sejati Suryaplantatio. Dari 45 orang responden, yang paling
banyak yaitu 17 orang atau 37,78% menyatakan bahwa memuaskan
mengenai tingkat kedisiplinan dalam bekerja pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3 orang atau
6,67% menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan
mengenai tingkat kedisiplinan dalam bekerja pada pT. Meridan
Sejati Suryaplantation adalah memuaskan.
Tabel 22Tanggapan Responden Mengenai Ketepatan Masuk Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Tepat Waktu 9 20,00%
Tepat Watu 13 28,89%Cukup 19 42,22%
117
Kurang Tepat Waktu 4 8,89%Sangat Kurang Tepat Waktu 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 22 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai ketepatan masuk kerja pada PT. Meridan Sjeati
Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak yaitu
19 orang atau 42,22% menyatakan cukup tepat waktu mengenai
ketepatan masuk kerja PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan
paling sedikit yaitu 4 ornag atau 8,89% menyatakan kurang
tepat waktu. Dapat diambil kesimpulan mengenai ketepatan masuk
kerja pada pT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup
tepat waktu.
Tabel 23Tanggapan Responden Tentang Kualitas Hasil Kerja Sesuai dengan
StandartPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 11 24,44%
Memuaskan 21 46,67%Cukup 10 22,22%
Kurang Memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 23 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai kualitas hasil kerja sesuai dengan standart pada PT.
118
Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,
paling banyak yaitu 21 orang atau 46,67% menyatakan memuaskan
mengenai kualitas hasil kerja sesuai dengan standart pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3
orang atau 6,67% menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil
kesimpulan mengenai kualitas hasil kerja sesuai dengan
standart pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup
memuaskan.
Tabel 24Tanggapan Responden Tentang Kualitas Hasil Kerja Sesuai Perintah
PimpinanPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 5 11,11%
Memuaskan 22 48,89%Cukup 15 33,33%
Kurang Memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%Dari tabel 24 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai kualitas hasil kerja sesuai perintah pimpinan pada
PT. Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,
yang paling banyak yaitu 22 orang atau 48,89% menyatakan
memuaskan mengenai kualitas hasil kerja sesuai perintah
pimpinan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan paling
119
sedikit yaitu 3 orang atau 6,67% menyatakan kurang memuaskan.
Dapat diambil kesimpulan mengenai kualitas hasil kerja sesuai
perintah pimpinan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
adalah memuaskan.
Tabel 25Tanggapan Responden Tentang Lama Penyelesaian Pekerjaan sesuai
StandartPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sesuai 8 17,78%
Sesuai 15 33,33%Cukup 18 40,00%
Kurang Sesuai 4 8,89%Sangat Kurang Sesuai 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 25 di atas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai lama penyelesaian pekerjaan sesuai dengan standart
perusahaan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45
orang responden, paling banyak yaitu 18 orang atau 40 %
menyatakan cukup sesuai mengenai lama penyelesaian pekerjaan
sesuai dengan standart perusahaan pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 8,89%
menyatakan kurang sesuai. Dapat diambil kesimpulan mengenai
120
lama penyelesaian pekerjaan sesuai standart perusahaan pada
PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup sesuai.
Tabel 26Tanggapan Responden Tentang Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat baik 10 22,22%
Baik 9 20,00%Cukup 21 46,67%
Kurang Baik 5 11,11%Sangat Kurang Baik 0 0,00%
Jumlah 45 100,00%
Dari tabel 26 diatas dapat dilihat tanggapan responden
mengenai keterlambatan penyelesaian pekerjaan pada PT. Meidan
Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang paling
banyak yaitu 21 orang atau 46.67% menyatakan cukup baik
mengenai keterlambatan penyelesaian pekerjaan pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 5 orang atau
11,11% menyatakan kurang baik. Dapat diambil kesimpulan
mengenai keterlambatan penyelasaian pekerjaan pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation adalah cukup memuaskan.
Berikut ini dapat dilihat tabulasi jawaba responden
mengenai kepuasan kerja karyawan pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation adalah sebagai berikut :
121
Tabel 27Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Pertanyaan Alternatif Jawaban5 4 3 2 1
Tingkat kedisiplinan dalambekerja 11 17 14 3 0
Ketepatan masuk kerja 9 13 19 4 0Kualitas hasil kerja sesuai
dengan standart 11 21 10 3 0
Kualitas hasil kerja sesuaidengan perintah pimpinan 5 22 15 3 0
Lama penyelesaian pekerjaansesuai dengan standart
perusahaan8 15 18 4 0
Keterlambatan penyelesaianpekerjaan 10 9 21 5
Jumlah 54 97 97 22 0Rata-rata 9 16 19 4 0
Jumlah Rata-rata 45
Persentase 20,00%
35,56%
42,22% 8,89% 0,00%
Berikut dapat dilihat penjelasan tabel diatas mengenai
kepuasan kerja karyawan pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation adalah rata-rata sebanyak 9 roang atau 20%
menyatakan sngat baik, 16 orang atau 35,56% menyatakan baik,
16 orag atau 35,56% menyatakan cukup baik dan 4 orang atau
8,89% menyatakan kurang baik.
122
Berikut ini dapat disajikan rekapitulasi tanggapan
responden mengenai kepuasan kerja karyawan pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation.
Tabel 28Tabulasi Skor Jawaban Mengenai Kepuasan Kerja Karyawan
PT. Meridan Sejati Suryaplantation
Tanggapan Bobot Frekuensi Persentase (%) SkorSangat Baik 5 54 20,00% 270
Baik 4 97 35,93% 388Cukup 3 97 35,93% 291
Kurang Baik 2 22 8,15% 44Sangat Kurang Baik 1 0 0,00% 0
Jumlah 225 100,00% 993
Untuk mendapatkan gambaran responden secara umum dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Skor ideal adalah = Jumlah Responden x Nilai Kategori x
Indikator
Skor tertinggi = 45 x 6 x 5 = 1.350
Skor terendah = 45 x 6 x 1 = 270
Rentang skor adalah = (1.350-270)/5 = 216
Berdasarkan rentang skor sebesar 216 maka dapat
digambarkan tanggapan responden mengenai kepuasan kerja
123
karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah sebagai
berikut:
Gambar 4. Garis Kontinum Tentang Kepuasan Kerja KaryawanPT. Meridan Sejati Suryaplantation
Berdasarkan tabulasi responden mengenai kepuasan kerja
karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dengan jumlah
butir pertanyaan adalah 5 pertanyaan maka diperoleh jumlah
skor jawaban responden adalah 930 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa responden menyatakan baik mengenai kepuasan
kerja karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation
C. Analisis Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation
Analisis regresi adalah teknik statistika yang berguna
untuk memeriksa dan memodelkan hubungan di antara variabel-
variabel. Penerapannya dapat dijumpai secara luas di banyak
bidang seperti teknik, ekonomi, manajemen, ilmu-ilmu biologi,
ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu pertanian. Pada saat ini,
124
analisis regresi berguna dalam menelaah hubungan dua variabel
atau lebih dan trutama untuk menelusuri pola hubungan yang
modelnya belum diketahui dengan sempurna, sehingga dalam
penerapannya lebih bersifat eksploratif. Sebagai salah satu
alat dalam statistika inferensial-parametrk, sebeluma analisis
regresi ini dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pengujian
linearitas yaitu uji normalitas data dan bebas dari asumsi
klasik yang meliputi multikolinearitas, autokolerasi dan
heteroskedastisitas. Nugroho (2005) menjelaskan, bahwa uji
linearitas ini hanya dapat diterapkan pada regresi berganda.
1. Persamaan garis regresi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Program SPSS for
Windows versi 12.00 diperoleh koefisien-koefisien pada
persamaan Regresi Linear Berganda sebagaimana tabel berikut :
Tabel 29 : Nilai-nilai Koefisien Pada Persamaan RegresiLinear Berganda Coefficients a
Model
UnstandarizedCoefficients
StandarizedCoefficient
s T Sig.
B Std.Error Beta
(Constant) 0.532 1.068 0 0.498 0.621KeselmatanKerja (X1) 0.536 0.039 0.707 13.83
3 0.000
Kesehatan 0.491 0.029 0.852 16.66 0.000
125
Kerja (X2) 3a Dependent Variabel : Y
Sumber : Hasil Perhitungan dengan program SPSS for windows
versi 12.00
Maka Persamaan garis regresi antara keselamatan kerja
(X1) dan Kesehatan Kerja (X2) dan Variabel dependennya adlaah
kepuasan kerja karyawan (Y) pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation dapat disusun sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + e
Y = 0,532 + 0,707 X1 + 0,852 X2 + e
Dimana : Y = Kepuasan kerja karyawan
β0 = Bilangan konstan yang merupakan titik
potong dengan sumbu vertikal pada gambar
kalau dilihat nilai x = 0
β = Slop, yaitu kecondongan
X1 = keselmatan kerja
X2 = Kesehatan Kerja
e = Epsilon/Variabel pengganggu
126
1. Nilai a = 0,532 menunjukkan bahwa apabila ilai dimensi
keselamatan dan kesehatan kerja 1% maka tingkat kepuasan
kerja karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation akan
turun sebesar 0,532 satuan.
2. Nilai b1 = 0,707 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel
keselamatan kerja naik 1 % maka variabel tingkat kepuasan
kerja karyawan PT. Meridian Sejati Suryaplantation akan
mengenai kenaikan sebesar 0,707 satuan dengan asumsi
variabel X2 tetap atau konstan.
3. Niali b2 = 0,852 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel
kesehatan kerja naik 1 % maka variabel tingkat kepuasan
kerja karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation akan
mengalami kenaikan sebesar 0,852 satuan dengan asumsi
variabel X1 tetap atau konstan.
2. Analisis Koefisien Korelasi Berganda (R) dan Koefisien
Determinasi (R2)
Koefisien korelasi disimbolkan dengan R yang merupakan
ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat dengan semua
variabel bebas secara bersama-sama. Sedangkan koefisien
127
determinasi berganda, disimbolkan R2 merupakan ukuran
kesesuaian garis linear berganda terhadap suatu data. Niali R
atauR2 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 30Model Summary
Model R R.Square AdjustedR.Square
Std. Errorof The
EstimateDurbin-Watson
1 0,948 0,898 0,893 0,34513 1,94Sumber : Hasil penghitungan dengan Program SPSS for Windows
versi 12.00
a. Predictors : (Constant), X
b. Dependent Variabel : Y
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel
bebas yaitu variabel Keselamatan Kerja (X1) dan Kesehatan
Kerja (X2) mempunyai hubungan denganvariabel terikat, yaitu
kepuasan kerja karyawan (Y) hal ini dapat dibuktikan melalui
nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,948.
Pada tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa nilai koefisien
determinasi berganda (R2) sebesar 0,898. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel bebas tersebut memberikan sumbangan terhadap
kepuasan kerja sebesar = 0,898 x 100% = 89,80%
128
3. Uji F (Uji Serentak/Simultan)
Uji-F atau Anova digunakan untuk menguji apakah dimensi
keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation. Sebelum melakukan pengujian,
perlu dirumuskan formulasi hipotesis sebagai berikut :
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikanantara
keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2)
terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation.
Hi : Ada pengaruh signifikan antara keselamatan kerja
(X1) dan kesehatan krja (X2) terhadap kepuasan kerja
pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.
Ho dapat diterima apabila F-hitung kecil atau sama dengan
F-tabel dan Hi diterima apabila F-hitung lebih besar daripada
F-tabel. Melalui bantuan program SPSS for Windows versi 12.00
diperoleh hasil uji F sebagaimana yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 31Nilai F-Hitung (ANOVA)
129
Model Sum ofSquare df Mean
Square F Sig.
Regression 44,197 2 22,099 185,523 0,000a
Residual 5,003 42 0,199 Total 49,2 44
a. Predictors : (Constant),X1,X2
b. Dependent Variabel : Y
Sumber : Hasil penghitungan dengan program SPSS for Windows
versi 12.00
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F-hitung
yaitu sebesar 185,523 sedangkan F-tabel pada tingkat keyakinan
(α) 5% dengan derajat bebas pembilang
= (k-1) : (n-k)
= (3-1) : (42-3)
= 2 : 39
Dari F-tabel dilihat hasilnya adalah 7,57. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai F-hitung lebih besar daripada F-tabel
dengan signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil daripada nilai α
sebesar 5 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel
keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) mempunyai
130
pengaruh yang signifiakn terhadap kepuasan kerja pada PT.
Meridan Sejati Surya Plantation.
4. Uji-t (Korelasi Parsial)
Uji-t digunakan untuk mengetahui pegaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara individual dengan mengukur
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Ketentuan uji t adalah Ho dapat diterima jika F-hitung lebih
kecil atau sama dnegan t-tabel dan Hi diterima apabila t-
hitung lebih besar daripada t-tabel. Berdasarkan tabel
distribusi t-student dapat dilihat rumus sebagai berikut :
= α/2 : n-2
= 0,05/2 : 45-2
= 0,025 : 43
Dan pada t-tabel hasilnya adalah : 2,02. Hasil uji
parsial (t) atas variabel bebas tersebut adalah sebagai
berikut :
Coefficients(a)
ModelUnstandarizedCoefficients
Standarized
coefficients
t Sig.
B Std.Error Beta
131
(Constant) 0,532 1,068 0,498 0,621X1 0,536 0,039 0,707 13,833 0,000X2 0,491 0,029 0,852 16,663 0,000
a. Dependent Variable ; Y
a. Keselamatan kerja (X1)
Ho : Variabel keselamatan kerja (X1) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
(Y).
Hi : Variabel keselamatan kerja (X1) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
(Y)
Pada variabel keselamatan kerja (X1), nilai t-hitung
yaitu 13,833 dengan taraf signifikasi 0,000 lebih kecil
daripada tingkat keyakinan 5%. Nilai ini lebih besar
daripada t-tabel yaitu 2,02. Hal ini menyebabkan Ho
ditolak dan Hi diterima sehingga variabel keselamatan
kerja (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan kerja (Y).
b. Kesehatan kerja (X2)
132
Ho : Variabel Kesehaan Kerja (X2) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
(Y).
Hi : Variabel Kesehatan kerja (X2) tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan
(Y)
Pada variabel kesehatan kerja (X2), nilai t-hitung yaitu
16,663 dengan taraf signifikasi 0,000 lebih kecil daripada
tingkat keyakinan 5%. Nilai ini lebih besar daripada t-tabel
yaitu 2,02. Hal ini menyebabkan Ho ditolak dan Hi diterima
sehingga variabel kesehatan kerja (X2) berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan (Y).
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai
pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation terhadap kepuasan kerja
karyawan mempunyai hubungan atau korelasi yang kuat hal ini
dapat dibuktikan melalui nilai koefisien korelasi berganda (R)
sebesar 0,948. Secara statistik besarnya pengaruh program
133
keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation terhadap kepuasan kerja Karyawan adalah
sebesar 89,80%.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu diantaranya
adalah Noor Eva Koesumawati (2004) yang menyimpulkan ada
pengaruh signifikan antara jaminan kesehatn dan keselamatan
kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada perusahaan
tekstil PT. Kusumatex Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan
diperolehnya untuk jamian kesehatan dan keselamatan
berpengaruh secara bersama-sama yaitu nilai F-hitung > F-
tabel, yaitu 6,448 > 2,201.
Dewi Muthmainah (2004) menyimpulkan ada pengaruh secara
bersama-sama jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja
terhadap produktivitas kerja karyawan dibagian produksi pada
CV Agung di Klaten, F-hitung > F-tabel yaitu 6,362 > 4,17.
Serta secara individu jaminan kesehatan dan jaminan
kesejahteraan berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan pada CV Agung di Klaten.
134
Dari pokok bahasan teknik keselamatan kerja yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik
beberpaa kesimpulan seperti :
a. Keselamatan kerja pada suatu perusahaan adalah sangan
penting demi kemajuan perusahaan dan kesejahteraan
karyawan
b. Keselamatan kerja pada suatu perusahaan harus didukung
oleh berbagai faktor seperti tempat kerja yang baik,
tingkat kebisingan yang rendah, suasana kerja yang nyaman
dan lain-lain.
c. Perlengkapan keselamatan kerja pada sebuah perusahaan
hendaknya dipergunakan secara optimal untuk menghindari
resiko kecelakaan.
d. Tingkat keselamatan kerja pada pabrik kecil lebih rendah
dibandingkan dengan tingkat keselamatan pada pabrik besar
karena tingkat spesialisasi para pekerja yang tidak
seimbang dengan teknologi yang dipergunakan.
Keselamatan kerja haruslah dipandang sebagi upaya teknis
manajerial yang sangat besar fungsi dan peranannnya dalam :
135
a. Mengamankan investasi.
b. Memelihara kelestarian dan kontinuitas usaha.
c. Mengembangkan potensi ekonomi.
d. Meningkatkan manfaat perangkat produksi.
e. Memelihara dan meningkatkan daya produktivitas kerja dari
tenaga kerja.
Pekerja harus selalu waspada pada waktu bekerja, karena
tidak akan ada seorangpun yang celaka atau mesin rusak tanpa
sebab-sebab. Pekerja harus mentaati peraturan dan instruksi,
memperhatikan instruksi untuk bekerja secara betul dan aman,
bertindak benar, tepat pada waktu terjadi kecelakaan, segera
lapor kepada instruktur bila terjadi kecelakaan, menerangkan
penyebab ternjadinya kecelakaan dan kerusakan. Keamanan
bekerja sebagian besar tergantung dari tempat dan suasana
sekitarnya karena : tempat selalu dibutuhkan semua benda dan
benda terletak pada suatu tempat dan penyusun/suasana tempat
bekerja itu adalah relatif tetapi kita harus mempunyai pedoman
: jalan yang menghubungkan antara tempat satu dengan yang lain
136
Perlindungan untuk bagian-bagian dari mesin yang bergerak
atau yang berputar. Jangan duduk, meletakkan tangan atau
menginjakkan kaki pada tempat yang membahayakan, mebiarkan
benda kerja, alat-alat potong, berserakan di tempat kerja.
Meletakkan peralatan pembantu yang mudah dijangkau misalnya
pemadam kebakaran, kotak P3K, bel bahaya dan lain-lain yang
sangat dibutuhkan pada keadaan gawat, sehingga orang dapat
dengan mudah menemukannya. Juga harus diingat bahwa pada
tempat bekerja, peralatan harus bersih dan tidak berlumuran
dengan minyak, karena bilaman terjai suatu kecelakaan/keadaan
yang gawat dan membutuhkan pertolongan yang segera, tidak
merintangi/menyebabkan penolong jatuh terpeleset. Tanda
larangan atau tanda bahaya pada dasarnya sama dengan tanda
lalu lintas jalan raya, sehingga bentuknya pun juga mirip
misalnya: tulisan/perintah atau larangan.
138
BAB IV
PENUTUP
Dari hasil pembahasan di bab-bab sebelumnya maka pada bab
ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ;
A. Kesimpulan
1. Tanggapan responden mengenai keselamaan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation berada dalam kategori
“baik” dengan skor 823 dari jumlah skor 1.125
2. Tanggapan responden mengenai kesehatan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryplantation berada dalam kategori
“baik” dengan skor 820 dari jumlah skor 1.125
3. Tanggapan responden mengenai kepuasan kerja pada PT.
Meridan Sejati Suryaplantation berada dalam kategori
“puas” dengan skor 993 dari jumlah skor 1.125
4. Pengaruh keselamatan kerja terhadap kepuasan kerja secara
parsial adalah positif dan signifikan.
5. Pengaruh kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja secara
parsial adalah positif dan signifikan.
139
6. Variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantatio. Diperoleh nilai koefisien determinasi
berganda (R2) sebesar 0,898. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua variabel bebas tersebut secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar 89,90%.
B. Saran
1. Untuk mempertahankan Keselamatan Kerja pada PT. Meridan
Sejati Suryaplantation pada masa yang akan datang perlu
memperhatikan kelengkapan alat pengaman keselamatan
kerja, Petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman
keselamatan kerja, Frekuensi penggunaan alat pengaman
keselamatan kerja, Kerusakan alat pengaman keselamatan
kerja, Alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan
2. Untuk mempertahan Kesehatan Kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation pada masa yang akan datang perlu
memperhatikan waktu istirahat yang disediakan perusahaan,
tingkat kebisingan lokasi kerja, keadaan atau lingkungan
140
tempat kerja, hubungan karyawan dengan karyawan atau
hubungan karyawan dengan atasan pada tempat kerja,
Kebijaksanaan jam kerja yang diterpakan oleh perusahaan
kepada karyawan.
3. Untuk memperthan Kepuasan Kerja pada PT. Meridan Sejati
Suryaplantation pada masa yang akan datang perlu
memperhatikan Tingkat kedisiplinan dalam bekerja,
ketetapan masuk kerja, kualtas hasil kerja sesuai dengan
standart, Kualitas hasil kerja sesaui perintah pimpinan,
lama penyelesaian pekerjaan sesuai standart perusahaan,
Jarang terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
4. Keselamatan kerja memberikan jaminan akan kenyamanan dan
keselamatan diri dalam lingkungan kerja sehingga ke depan
perlu dipertahankan. Dengan keselamatan kerja yang
tinggi, maka kecelakaan kerja dapat berkurang, sehingga
tenaga kerja dapat lebih produktif bekerja.
5. Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif sehigga dimasa yang
akan datang perlu dipertahankan.
141
6. Variabel keselamatan dan kesehatan kerja secara simultan
memiliki pengaruh yang signifikan sehingga di masa yang
akan datang perlu dipertahankan dengan memperhatikan
pelaksana program keselamatan dan kesehatan kerja pada
perusahaan.
142
DAFTAR PUSTAKA
AS, Moenir, 1999, Pendekatan Manusia dan Organisasi
Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta.
Cornel Naibaho, 2000, Keteknikan Pabrik dalam Suatu
Sistim Management Industri, CV. Akademi Pressindo,
Jakarta.
Fraid Harianto, 1999, Manajemen Unsur Manusia dan
Kecelakaan Kerja, Penerbit Yayasan Kerja.
Handoko, Hani, T., 2000, Manajemen Personalia dan Sumber
Daya Manusia, PFE, Yogyakarta.
Helena Poerwanto dan Syaifullah, 2005, Hukum perburuhan
Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.
Husen Umar, 2005, Riset Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
J.Supranto, 2001, Statistik Teori dan Aplikasi, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
143
Kartono, 1999, Psikologi Sosial Perusahaan dan Industri,
Penerbit Rajawali Press, Jakarta.
Muhammad Teguh, 2001, Metodologi Penelitian Ekonomi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
P.K., Suma’mur, 2000, Keselamatan Kerja dan Pencegahan
Kecelakaan, CV Haji Masagung, Jakarta.
Siagian, Sondang P., 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia,
Bumi Akasara, Jakarta
Silalahi, Bennet N.B. dan Rumondang B. Silalahi, 1999,
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
Siswanto Sastrohadiwiryo, DR. B., 2001, Manajemen Tenaga
Kerja Indonesia, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Veithzal, Rivai, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia
untuk Perusahaan, PT. Raja Graffindo Persada.
Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga
Kerjaan, CV. Puri Karyawan Utomo, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja.
144
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Keputusan Presiden Nomor 22. Tahun 1993 tentang Penyakit
yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
Kumpulan Skripsi dan Jurnal Penelitian,
Pustakaonline.Wordpress.com, 2008
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-05/ MEN/ 1993.
Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO. :PER.05/ MEN/ 1996.
Departemen Tenaga Kerja RI.
Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1997 tentang Asuransi
Sosial Tenaga Kerja.
Departemen Tenaga Kerja RI, 1994, Petunjuk Pelakasanaan
Keselamatan dan esehatan Kerja, B.P. Panca Bakti,
Jakarta.
145
Departemen Tenaga Kerja, 1990, Manual Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Proyek Pengembangan
Hubungan Ketenagakerjaan Kondisi dan Lingkungan Kerja.
Direktorat Operasi dan Kepesertaan ASTEK, 1998, Buku
Pedoman Pelaksanaan Program ASTEK, Cetakan Keempat,
Jakarta.
Himpunan Petunjuk Peraturan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di Indonesia, Departemen Tenaga Kerja RI,
1989/1990, Jakarta.
146