ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI...

146
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai cabang dari manajemen juga merupakan seni dan ilmu,hanya perbedaannya jika manajemen menitik beratkan perhatiannya pada soal-soal manual dalam hubungan kerja dengan tidak melupakan faktor-faktor produksi lainnya, maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan perhatiannya kepada faktor produksi lainnya, maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan perhatiannya kepada faktor produksi tenaga kerja dalam prakteknya manajamen sumber daya manusia dikenal juga dengan sebutan manajemen personalia. Sasaran manjemen personalian adalah bagaimana atau usaha-usaha apa yang harus diambil untuk menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan pekerjaan dengan perkataan lain mengusahakan agar terdapat suatu bentuk kerja yang harmonis diantara manusia-manusia yang bekerja dalam pekerjaan itu sendiri. 1

Transcript of ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI...

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai cabang dari

manajemen juga merupakan seni dan ilmu,hanya perbedaannya jika

manajemen menitik beratkan perhatiannya pada soal-soal manual

dalam hubungan kerja dengan tidak melupakan faktor-faktor

produksi lainnya, maka manajemen sumber daya manusia khusus

menitikberatkan perhatiannya kepada faktor produksi lainnya,

maka manajemen sumber daya manusia khusus menitikberatkan

perhatiannya kepada faktor produksi tenaga kerja dalam

prakteknya manajamen sumber daya manusia dikenal juga dengan

sebutan manajemen personalia. Sasaran manjemen personalian

adalah bagaimana atau usaha-usaha apa yang harus diambil untuk

menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan pekerjaan dengan

perkataan lain mengusahakan agar terdapat suatu bentuk kerja

yang harmonis diantara manusia-manusia yang bekerja dalam

pekerjaan itu sendiri.

1

Berkembangnya pembangunan dewasa ini, ditandai oleh

kemajuan disektor industri dan jasa yang telah mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi nasional secara menyeluruh dan memberikan

dampak yang besar dalam perluasan kesempatan kerja. Peranan

dunia usaha atau sekotor swasta ini tidak terlepas dari

permanfaatan sumber daya manusia atau tenaga kerja karena

tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting untuk

kegiatan usaha tersebut, maka dari itu perusahaan dituntut

untuk memberikan dan menyediakan fasilitas kesehatan dan

keselamatan kerja bagi tenaga kerja dengan tujuan supaya

tenaga kerja merasa adanya jaminan keselamata dan kesehatan

dalam bekerja.

Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari

kecelakaan di tempat kerja. Sedangkan kesehatan merujuk kepada

kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik dan mental.

Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja adalah aktifitas

yang dilakukan karyawan di perusahaan yang menimbulkan

kecelakaan kerja. Kecelakaan adalah tindakan yang tidak

terduga dan tidak diharapkan karena di belakang peristiwa itu

2

tidak terdapat unsur kesengajaan terlebih-lebih dalam bentuk

perencanaan. Kecelakaan kerja tidak hanya terbatas pada

Insiden-insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja,

tetapi juga meliputi kerugian fisik dan materiil sebab-sebab

terjadinya kecelakaan tersebut. Kecelakaan akan selalu

disertai kerugian materiil maupun penderitaan dari yang paing

ringan sampai yang paling berat dan bahkan ada yang tewas,

oleh karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu dilakukan

tindakan-tindakan pencegahan atau keselamatan.

Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi,dapat

menimbulkan kerugian yang dialami oleh perusahaan yaitu

mengeluarkan berupa biayaa pengobatan, hilangnya tenaga kerja

yang terampil, kurangnya produktivitas dan terbuangnya

sebahagian waktu yang produktif disamping kerugian yang di

alami oleh karyawan yang bersangkutan, berupa kerugian fisik

yang diderita dan kekurangan sumber penghasilan untuk

kebutuhan hidupnya. Untuk pekerjaan yang dilaksanakan

karyawan, apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan yang

3

telah ditentukan, atau karena terjadinya kesalahan dalam

mempergunakan peralatan-peralatan yang ada.

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan

dan tidak diharapkan bukanlah suatu peristiwa kebetulan saja,

tetapi ada sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu perlu diketahui

dengan jelas agar usaha keselamatan dan pencegahan dapat

diambil, sehingga kecelakaan tidak terulang kembali dan

kerugian akibat kecelakaan dapat dihindarkan. Untuk itu perlu

tindakan penyelamatan atau yang dikenal dengan program

keselamatan kerja.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan

mesin,pesawat, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat

kerja dan lingkungan, serta cara-cara untuk melakan

perkerjaan. Maksud dan tujuan keselamatan kerja secara umum

adalah untuk menunjang tercapainya rencana produksi dengan

peralatan, lingkungan dan pekerjaan selamat. Agar tindakan

lebih efektif, maka perlu dibuat program keselamatan kerja.

Program tersebut dapat kompleks dapat pula sederhana.

4

Disamping usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan,

perusahaan perlu juga memelihara kesehatan karyawannya baik

fisik maupun mental apakah itu disebabkan oleh penyakit,

ketegangan/stress, maupun karena kecelakaan. Dalam hal ini

pengetahuan lingkungan kerja adalah faktor utama yang perlu

diperhatikan, utnuk itulah pemeriksaan yang berkesinambungan

terhadap kondisi kerja dan kesehatan karyawan perlu

diperhatikan.

Meningkatkan kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan

bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang

telah menyebabkan berkembang luasnya usaha-usaha/program

kesehatan kerja dalam perusahaan. Kadang-kadang program

kesehatan ini disalurkan dalam program keselamatan kerja.

Kepentingan perusahaan menyediakan fasilitas keselamatan

dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja adalah dimaksudkan

sebagai usaha untuk menghindari atau mencegah kecelakaan,

cacat, dan kematian akibat kerja. Dimana keselamatan dan

kesehatan kerja yang baik dapat memberikan perlindungan dan

keamanan bagi tenaga kerja itu sendiri.

5

Tersedianya fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja bagi

tenaga kerja pada hakekatnya memberikan keuntungan bagi tenaga

kerja itu sendiri dan perusahaan karena dengan tidak

terdapatnya kecelakaan kerja dari karyawan makan target

produksi dapat dicapai dan juga biaya dalam mengatasi

kecelakaan yang terjadi dapat dihinari.

Disampng ini pula pimpinan perusahaan bukan saja

memperhatikan labour turn over, tetapi juga harus

memperhatikan kecelakaan kerja yang terjadi di dalam

perusahaan pada waktu karyawan melaksanakan pekerjaannya.

Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan

kerugian yang dialami oleh perusahaan yaitu mengeluarkan biaya

pengobatan, hilangnya tenaga kerja yang terampil, kurangnya

produktivitas dan terbuangnya sebahagian waktu yang produktiv

disamping kerugian yang dialami oleh karyawan yang

bersangkutan, berupa kerugian fisik yang di derita dan

kekurangan sumber penghasilan untuk kebutuhan hidupnya. Untuk

pekerjaan yang dilaksanankan karyawan, apakah pekerjaan yang

dilakukan sesuai dengan yang telah ditentukan, atau karena

6

terjadinya kesalahan dalam memperguanakan peralatan-peralatan

yang ada.

PT. Meridan Sejati Suryaplantation merupakan perusahaan

yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa

sawit. Di dalam melakukan aktivitasnya perusahaan ini

memounyai kebun seluas 2.573 Ha. Perkebunan sawit tersebut

membutuhkan banyak tenaga kerja baik itu yang bersifat tetap,

harian maupun tenaga kerja honoran. Adapun pemakaian tenaga

kerja tersebut digunakan untuk pembersihan area, pembibitan,

penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Hal yang paling penting

dalam kelangsungan hidup perusahaan sangat bergantung daripada

hasil output yang dihasilkan. Semakin kecil hasil output yang

dihasilkan akan mengakibatkan kemacetan atau mengurangi

kelancaran perusahaan, begitu juga apabila kondisi perusahaan

sebaliknya. Dalam 5 tahun terakhir ini, bagian tanaman

berhasil meningkatkan produktivitas kerjanya, hal ini dapat

dilihat pada tabel 1:

Tabel 1 Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pabrik padaPT. Meridan Sejati Suryaplantation Tahun 2010 - 2014

7

ThnLuasAreal(Ha)

Tenaga Kerja (Orang) JumlahProduksi CPO(Ton)

ProduktivitasKerja

Karyawan(Ton/Org

)

PerBahan(%)

Tetap Harian TotalJumlah

2010 150 32 25 57 11.530,76 202,29 0

2011 648 38 18 56 15.501,81 276,82 36,84

2012 1.820 42 25 67 13.137,46 196,08 (29,17

)

2013 2.575 58 22 80 11.372,01 142,15 (27,50

)

2014 2.575 62 18 80 13.760,81 172,01 21,01

Sumber : Bagian Pabrik Pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Dari tabel 1 dia atas secara umum terlihat dari tahun ke

tahun produktivitas tenaga kerja karyawan pabrik perusahaan

PT.Meridian Sejati Suryaplantation mengalami fluktuasi.

Berfluktuasinya tingkat produksi CPO (Crude Palm Oil)

perusahaan karena penggunaan alat berat yang membantu kegiatan

produksi perkebunan sawit. Dalam kegiatannya, perusahaan ini

melaksanakan kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul

17.00 WIB selama 6 hari dalam seminggu.

Dengan adanya jam kerja yang telah ditentukan oleh

peusahaan, maka setiap karyawan harus mengikuti jadwal yang

telah ditentukan. Masing-masing karyawan hanya melakukan

8

tugasya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, dan

bilamana karyawan kurang berhati-hati dalam menggunakan

peralatan yang ada, akan dapat menimbulkan terjadinya

kecelakaan. Dalam pelakasanaan tugas dan untuk keselamatan

kerja karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation menggunakan

alat-alat pengaman sebagai berikut : kacamata, safety belt,

helm, safety shoes, sarung tangan, masker hidung,penutup

telinga, dan baju kerja. Perusahaan ini belum mempunyai klinik

sendiri untuk mengantisipasi timbunya kecelakaan kerja pada

lingkungan perusahaan namun perusahaan telah menyediakan kotak

P3K untuk keperluan pertolongan pertama bagi karyawan yang

mengalami kecelakaan di tempat kerja dan jika tidak

memungkinkan ditangani oleh obat-obatan dalam P3K maka

perusahaan membawa ke rumah sakit terdekat.

Pekerjaan yang dilaksanakan pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation cukup berbahaya, yang dapat membahayakan jiwa

seseorang, maka hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan

kerja perlu diperhatikan dan dipertimbangkan. Kurangnya

perhatian perusahaan akan menyebabkan terjadinya kecelakaan

9

kerja, yang berarti akan menyebabkan timbulnya kerugian

material dan penderitaan bagi karyawan dan keluarganya yang

mengalami kecelakaan tersebut.

Agar mengecilnya kemungkinan terjadinya kecelakaan

tersebut dibentuklah Enviromental Health & Safety (EHS) di lingkungan

PT. Meridan Sejati Suryaplantation, yang mana berarti

Enviromental Health & Safety (EHS) adalah orang-orang/team yang

diberi tugas oleh perusahaan dalam mengidentifikasikan dan

mengevaluasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

serta merekomendasikan prioritas. Adapun tugas-tugas dari

Enviromental Health & Safety (EHS) adalah sebagai berikut :

mengembangkan program-program penanggulangan kecelakaan

kebakaran dan pencemaran lingkungan hidup secara efektif,

mencegah kecelakaan dan pernyakit akibat kerja serta

memelihara kondisi kerja yang selamat dan sehat serta dan cara

kerja yang aman, memelihara tata rumah tangga yang baik, sebab

tata rumah tangga (house keeping) yang baik adalah indikasi dari

departemen yang efisien, mendorong agar karyawan mau

memberikan sumbang saran tentang EHS dan sumbang saran

10

tersebut hendaknya diperhatikan dengan seksama, menegakkan

peraturan EHS perusahaan dengan tegas dan melaporkan

kecelakaan, pemakaian obat-obatan dari kotak P3K dan memeriksa

kecelakaan baik berat,sedang dan ringan,menemukan penyebabnya

untuk mencegah kecelakaan serupa dimasa mendatang (tidak

terulang lagi).

Mewujudkan suasana kerja yang menggembirakan salah satu

faktor penting dalam memberikan rasa tentram, kegiatan bekerja

pada pegawai,sehingga dapat mempertinggi mutu pekerjaan,

meningkatkan produksi perusahaan dan prestasi kerja,

mempersiapkan karyawan untuk dapat bekerja secara aman dengan

jalan memberikan bimbingan sebelum bekerja dan bimbingan harus

menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti serta berguna.

Kecelakaan kerja merupakan suatu kecelakaan yang terjadi

pada seseorang karena hubungan kerja dan kemungkinan disebabka

oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaan atau pada

waktu melaksanakan pekerjaan. Data-data mengenai kecelakaan

kerja tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Klasifikasi dan Jumlah Kecelakaan Karyawan PabrikPada PT.Meridan Sejati Suryaplantation Periode Tahun 2010 – 2014

11

Tahun

JumlahTenagaKerjaPabrik

Klasifikasi KecelakaanJumlah

Tenaga KerjaMengalamiKecelakaan

Persentase (%)

R B M.D2010 57 5 2 - 7 12,282011 56 8 1 - 9 16,072012 67 10 3 - 13 19,402013 80 12 3 - 15 18,752014 80 16 2 - 18 22,50

Jumlah 51 11 - 62 100,00Sumber : PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Keterangan :

R : Ringan

B : Berat

MD : Meninggal Dunia

Dari tabel atas, dapat dilihat bahwa dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2014 tersebut terjadi kecelakaan kerja

yang meningkat pada perusahaan yang bersangkutan. Dimana

dilihat dari total jumlah kecelakaan yang terjadi dalam kurun

waktu 5 tahun yakni 62 orang, tampak ada peningkatan dari

tahun ke tahun. Pada tahun 2010 dengan jumlah karyawan pabrik

sebanyak 57 orang maka kecelakaan kerja yang terjadi sebanyak

7 orang dengan perincian 5 orang kecelakaan ringan dan 2 orang

diklasifikasikan kecelakaan berat. Dan persentase kecelakaan

yang terjadi sebesar 11,29% dan dari tahun ke tahun jumlah

12

kecelakaan kerja mengalami peningkatan sampai tahun 2014

dengan jumlah karyawan sebanyak 80 orang dan karyawan yang

mengalami kecelakaan kerja sebanyak 18 orang dengan kategori

16 orang kecelakaan ringan dan 2 orang kecelakaan berat.

Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi di PT.

Meridan Sejati Suryaplantion memnunjukkan klasifikasi

kecelakaan yang terdiri dari ringan dan berat, sedangkan

karyawan yang menyebabkan meninggal dunia tidak ada. Di sini

dikatakan kecelakaan ringan yaitu karyawan yang mengalami

kecelakaan dapat ditangani langsung oleh P3K yang ada di

perusahaan, sedangkan kecelakaan berat adalah karyawan yang

mengalami kecelakaan dimana karyawan tidak bisa ditangani

langsung oleh P3K yang ada di Perusahaan, karena keadaannya

yang cukup parah dan fasilitas serta pengobatan di P3K tidak

memadai sehingga si korban langsung dibawa ke rumah sakit

untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Kecelakaan yang

menimbulkan cacat fisik bagi si korban, yang menyebabkan

meninggal dunia disebabkan oleh kecelakaan yang menimpa

dirinya sewaktu karyawan tersebut bekerja belum ada.

13

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis

tertarik untuk meneliti dan menganalisa lebih lanjut tentang

pengawasan keselamatan kerja karyawan pada perusahaan ini

dengan judul : “ANALISIS PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PADA PT. MERIDAN SEJATI

SURYAPLANTATION”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang maka dirumuskan masalah

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaruh keselamatan kerja terhadap kepuasan

kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?

2. Bagaimanakah pengaruh kesehatan kerja terhadap kepuasan

kerja pada pT. Meridan Sejati Suryaplantation?

3. Bagaimanakah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja

secara bersamaan terhadap kepuasan kerja PT. Meridan

Sejati Suryaplantion?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian :

14

a. Untuk mengetahui pengaruh variabel keselamatan kerja

terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation.

b. Unruk mengetahui pengaruh variabel kesehatan kerja

terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation.

c. Untuk mengetahui pengaruh variabel keselamatan dan

kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation.

2. Manfaat penelitian ini adalah :

a. Sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menjalankan

program keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Menambah pengalamanpenulis dalam mengembangkan wawasan

dan menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama

di bangku kuliah.

c. Sebagai bahan kajian dan acuan bagi para peneliti

berikutnya serta pihak-pihak yang membutuhkannya.

15

D. Sistimatika Penulisan

Dalam penulisan ini penulis akan membaginya kedalam 6

bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini terlebih dahulu penulis mengemukakan

tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian dan seistimatika

penulisan.

BAB II : TELAAH PUSTAKA & HIPOTESA

Dalam bab ini mencakup pembahasan mengenai

pengertian keselamatan dan kesehatan kerja,

peneyebab kecelakaan kerja, tujuan program

keselamatan dan kesehatan kerja, pengertian

produktivitas kerja, metode penilaian produktivitas,

penelitian terdahulu serta hipotesa dan variabel

penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, teknik

16

pengumpulan data,analisa data dan variabel

penelitian.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini dijelaskan secara singkat tentang

sejarah berdirinya perusahaan,struktur organisasi

perusahaan, aktivitas perusahaan.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai

kebijaksanaan perusahaan dalam menyediakan fasilitas

keselamatan dan kesehatan kerja untuk tenaga kerja.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini merupakan bab terakhir, dimana penulis

mengemukakan suatu kesimpulan dari uraian yang telah

dikemukakan sebelumnya kemudian penulis mencoba

memberikan saran-saran yang dihadapi oleh

perusahaan.

17

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESA

A.Telaah Pustaka

1. Konsep Keselamatan Kerja

Dahulu, bidang kesehatan kerja disebut dengan istilah

“perlindungan buruh”, namun istilah itu tidak lagi dianggap

tepat digunakan untuk kondisi saat ini. Semua bidang dalam

hukum perburuhan bertujuan elindungi buruh dari pihak ekonomi

kuat. Dengan demikian, kesehatan kerja bukanlah satu-satunya

bidang yang berbicara menegnai perlindungan buruh,karena

sesungguhnya perlindungan tersebut merupakan hakikat dari

hukum perburuhan secara keseluruhan. Sementara itu, bidang

keselamatan kerja, dahulu lebih ditujukan untuk menyelamatkan

kepentingan ekonomis perusahaan karena kecelakaan, untuk

selanjutnya menyelamatkan para pekerja di tempat kerja.

Prof. Iman Soepomo dalam bukunya “ Pengantar Hukum

Perburuhan” yang dikutip oleh Helena Poerwanto dan Syaifulla

18

(2005:18) membagi hukum perburuhan mejadi 5 bidang sebagai

berikut.

a. Bidang pengerahan dan penempatan tenaga kerja

b. Bidang hubungan kerja

c. Bidang kesehatan kerja

d. Bidang keselamatan/keamanan kerja

e. Bidang jaminan sosial

Kelima bidang yang dikenal sebagai sistematika panca

warna tersebut didasarkan pada pembagian materi perundang-

undangan yang mengatur mengenai perburuhan.

Penerapan K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan

landasan hukum penerapan K3 itu sendiri. Landasan hukum

tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang

menentukan bagaimana K3 harus diterapkan. Di Indonesia,

sumber-sumber hukum yang menjadi dasar penerapan K3 adalah

sebagai berikut.

a. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja

19

b. Undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja

c. Peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang

Penyelanggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

d. Keputusan presiden nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit

yang Timbul Karena Hubungan Kerja

e. Peraturan menteri tenaga kerja nomor per-05/MEN/1993

tentang Petunjuk Teknis Pendafaran Kepesertaan,

f. Pembayaran Iuran, pembayaran santunan, dan Pelayanan

Sosial Tenaga Kerja.

Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif,

sebagaimana terlihat pada daftar perundang-udangangan K3.

Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah undang-

undang no. 1/1970 tentang kesalamatan kerja. Undang-undang ini

meliputi semua tempat kerja dan menekankan pentinganya upaya

atau tindakan pencegahan primer.

Undang-Undang no.23/1992 tentang kesehatan memberikan

ketentuan mengenai kesehatan kerja dalam pasal 23 yang

menyebutkan bahwa kesehatan kerja dilaksanakan supaya semua

20

pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik tanpa

membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya

mereka dapat mengoptimalkan produktivitas kerja merka sesuai

dengan program perlindungan tenga kerja. Adapun 3 (tiga)

alasan yang paling mendasar perusahaan memerlukan manajemen

keselamatan kerja,diantaranya :

a. Alasan hukum (Legal Complience). Pemerintah Republik

Indonesia mengatur masalah keselamatan kerja di

perusahaan tertuang kepada UU No. 1 tahun 1970. Undang-

undang ini merupakan dasar pengolahan keselamatan kerja.

Di samping itu, juga tertuang dalam keputusan meteri

pertambangan no.555k/26/M.PE/1995. Keputusan ini lebih

jauh mengatur keslamatan kerja di tambang. Kedua

peraturan di atas, disamping peraturan lainnya, menuntut

para pemimpin perusahaan memenuhi peraturan tersebut.

b. Alasan Ekonomi (Business Reason). Semua perusahaan bisnis

adalah profit yang menjadi target utama. Mengendalikan

bahaya berarti mengurangi resiko kecelakaan, dan ini

berarti membantu menaikkan profit perusahaan.

21

c. Alasan moral (Moral Complience). Dalam undang-undang

dasar tahun 1945 (UUD 1945), dikatakan bahwa “tiap-tiap

warga negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan”. Hal ini berarti lingkungan

kerja yang nyaman, bersih, sehat dan hygiene adalah

tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi dalam meningkatkan

suasana pekerjaan bagi karyawan.

Menurut Moenir (1999:5):

Keselamatan kerja adalah suatu usaha yang dapat mendorong

terciptanya keadaan yang aman dan sehat di tempat kerja, baik

bagi tenaga kerja maupun lingkungan kerja itu sendiri.

Keselamatan dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi

untuk tingkat efektivitas maksimum, pekerja harus dilatih,

menggunakan peralatan kesalamatan.

Semua produk perundang-undangan pada dasarnya mengatur

tentang hak dan kewajiban tenaga kerja terhadap keselamatan

kerja untuk:

a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh

pegawai pengawas dan atau ahli keselamatan kerja;

22

b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;

c. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan

kesehatan kerja yang diwajibkan;

d. Meminta pada pengurus agar melaksanakan semua syarat

keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;

e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat

keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat

perlindungan diri yang diwajibkan diragukan

f. Olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh

pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat

dipertanggungjawabkan.

Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 adalah suatu

sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha

sebagai upaya pencegahan (preventif) timbulnya kecelakaan

kerja atau penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan

kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi

menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan

kerja, dan tindakan antisipasif bila terjadi hal demikian.

Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya

23

perusahaan apabila timbul kecelakaan dan penyakit akibat

hubungan kerja. Namun, patut disayangkan tidak semua

perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan bagaimana

implementasinya dalam lingkungan perusahaan. Menurut Suma’mur

(2000:1):

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian

dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta

cara-cara melakukan pekerjaan.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa

keselamatan kerja memegang pernaan penting dalam lingkungan

kerja. Keselamatan kerja diperukan tenaga kerja untuk

memberikan jaminan atas kenyamanan dan keselamatan diri dalam

lingkungan kerja. Selain tiu juga keselamatan kerja berkaitan

berkaitan erat dengan produktivitas perusahaa. Dengan

keselamatan kerja yang tinggi, maka kecelakaan kerja dapat

berkurang, sehingga tenaga kerja yang tinggi, maka kecelakaan

dapat berkurang, sehinggan tenaga kerj adapat lebih produktif

bekerja. Oleh karena itu, keselamatan kerja bukan hanya

24

tanggung jawab perusahaan saja, tetapi juga kesadaran dan

tanggung jawab tenaga kerja dengan disertai pengawasan yang

bai dari pemerintah.

Adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah

sebagi berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan

meningkatkan produksi serta produktivitas nasional

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di

tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman

dan efisien.

Pasal 3 ayat (1) Undang-undang nomor 1 tahun 1970

tentang Keselamatan Kerja, yaitu:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;

b. Mencegah,mengurangi, dan memadamkan kebakaran;

c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;

25

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada

waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang

berbahaya;

e. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;

f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan

suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan

angin, cuaca,sinar atau radiasi, suara dan getaran;

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat

kerja, baik fisik maupun psikis,peracunan, infeksi dan

penularan;

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;

j. Meneyelenggarakan peneygaran udara yang cukup;

k. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;

l. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,

lingkungan, cara dan proses kerjanya;

m. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,

binatang, tanaman atau barang;

n. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;

26

o. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakuan dan penympanan barang;

p. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;

q. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan

yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dari tujuan pemerintah tersebut terlihat bahwa esensi

dibuatnya aturan penyelenggaraan K3 pada hakekatnya adalah

pembuatan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,

pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,pemasangan,

pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja,

serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk

teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan adanya aturan tersebut,

potensi bahaya kecelakaan kerja dapat dieliminasi atau

setidaknya direduksi.

Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan

kerja, pasal 3 ayat 1. Penyelanggaran K3, yaitu:

a. Seberapa serius K3 hendak diimplementasikan dalam

perusahaan;

27

b. Pemebentukan konsep budaya malu dari masing-masing

pekerja bila tidak melaksanakan K3 serta keterlibatan

berupa dukungan serikat pekerja dalam pelaksanaan program

K3 di tempat kerja; dan

c. Kualitas program pelatihan K3 di tempat kerja sebagai

sarana sosialisasi.

Hal lain yang lain juga diperlukan dalam rangka mendukung

terlaksananya program K3 adalah adanya suatu komite K3 yang

bertindak sebagai penilai efektivitas dan efisiensi program

serta melaksanakan investigasi bila terjadi kecelakaan kerja

untuk dan atas nama pekerja yang terkena musibah kecelakaan

kerja. Apabila terjadi peristiwa demikian, maka hal-hal yang

harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

a. Lingkungan kerja terjadinya kecelakaan.

b. Pelatihan, Intruksi, informasi dan pengawasan kecelakaan

kerja

c. Kemungkinan resiko yang timbul dari kecelakaan kerja

28

d. Perawatan bagi korban kecelakaan kerja dan perawatan

perlatan sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja yang

telah dilakukan

e. Perlindungan bagi bekerja lain sebagai tindakan preventif

f. Aturan bila terjadi pelanggaran (sanksi)

g. Pemeriksaan atas kecelakaan yang timbul di area kerja

h. Pengaturan pekerja setelah terjadi kecelakaan kerja

i. Memeriksa proses investigasi dan membuat laporan

kecelakaan kepada pihak yang berwenang

j. Membuat satuan kerja yang terdiri atas orang yang

berkompeten dalam penanganan kecelakaan di area terjadi

kecelakaan kerja

Proses produksi dengan mengoperasikan berbagai peralatan

pada umumnya tidak sama sekali terbebas dari resiko bahaya.

Hal ini harus menjadikan perhatian dari pihak manajemen dan

unit-unti teknis dan secara khusus bertanggungjawab terhadap

keselamatan kerja. Dengan demikian keselamatan kerja akan

merupakan bagian yang selalu dipertimbangkan dalam pengambilan

keputusan dan penetapan kebijakan sehigga upaya pencegahan

29

kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah dimulai sejak

perencanaan. Pada setiap perusahaan diharuskan berdiri panitia

pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), berdasarkan

pada undang-undang nomor 1 tahun 1970.

Inti dari terlaksannya K3 dalam perusahaan adalah adanya

kebijakan standar berupa kombinasi aturan, sanksi, dan

keuntungan dilaksanakannya K3 oleh perusahaan bagi pekerja dan

perusahaan, atau dengan kata lain adanya suatu kebijakan mutu

K3 yang dijadikan pedoman bagi pekerja dan pengusaha.

b. Konsep Kesehatan Kerja

Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi

karena tindakan yang slaah atau kondisi yang tidak aman.

Kelalaian sebagi sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri

dari teknik keselamatan. Hal tersebut menunjukkan cara yang

lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan

memperbaiki kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan

pabrik. Di antara kondisi yang kurang aman salah satunya

adalah pencahayaan, ventilasi yang memasukkan debu dan gas,

layout yang berbahaya ditempatkan dekat dengan pekerja,

30

pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak,

peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan

gudang yang kurang baik. Diantara tindakan yang kurang aman

slaah satunya diklasifikasikan deperti latihan sebagi

kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan

pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai

kecepatan penuh, menambah daya dan lain-lain. Dari hasil

analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka

lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu

saja.

Menurut Silalahi (1999:22) : Kecelakaan kerja dapat

terjadi karena kondisi yang tidak membawa keselamatan kerja

atau perbuatan yang tidak selama. Dengan kata lain kecelakaan

kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang

dapat mengakibatkan kecelakaan.

Menurut Suma’mur (2000:5) : Kecelakaan akibat kerja

adalah kecelakaan yang berhubungan dengan dunia krja pada

perusahaan.

31

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilu kesehatan

atau ilmu kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar

bekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan

yang setinggi-setingginya baik fisik, mental, maupun sosial,

dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit

atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-

faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,serta terhadap penyakit-

penyakit umum.

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa

kesehatan kerja berpusat pada manusia dan bersifat medis.

Sebagai pelaksana kegiatan produksi, manusia harus selalu

dalam keadaan sehat baik fisik maupun mental. Dengan demikian

tenaga kerja dapat bekerj adengan tenang tanpa gangguan

apapun.

Kesehatan kerja berkaitan dengan aspek-aspek kesehatan

kerja dan lingkungannya. Kesehatan kerja dilaksanakan pada

komunitas tenaga kerja melalui upaya pencegahan penyakit umum

maupun penyakit akibat kerja, pengobatan tenaga kerja yang

sakit serta rehabilitasi tenaga kerja yang cacat akibat

32

kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan

kerja. Sumber-sumber bahaya ini berasal dari bangunan,

peralatan, instalasi, bahan baku, proses dan cara kerja, serta

lingkungan kerja, yang terdiri dari faktor lingkungan fisik,

kimia, biologi, fasal kerja atau ergonomo dan psikologi.

Hubungan kerja di sini dapat berarti bahwa, kecelakaan

terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Dalam hal ini, kecelakaan yang terjadi

merupakan akibat langsung dari pekerjaan atau terjadi pada

saat pekerjaan sedang dilakukan. Ruang lingkup kecelakaan

akibat kerja kadang-kadang diperluas, sehingga melingkupi juga

kecelakaan yang terjadi saat perjalanan atau transport ke dan

dari tempat kerja. Secara umum kecelakaan kerja dapat

disebabkan oleh :

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan

b. Keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman

ILO mengklasifikasikan kecelakaan kaibat kerja sebagai

berikut :

33

a. Kalsifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan

1. Orang jatuh

2. Terpukul benda jatuh

3. Tersentuh/ terpukul benda yang tidak bergerak

4. Terjepit di antara dua benda

5. Gerakan yang dipakasakan

6. Terkena suhu yang ekstrem

7. Tersengat arus listrik

8. Terkena bahan-bahan berbahaya atau radiasi

9. Lain-lain kecelakaan yang tidak termasuk golongan ini

b. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda

1) Mesin

Penggerak utama terkecuali motor listrik

Gigi transmisi mesin

Mesin pemotong/ pembentuk logam

Mesin kayu

Mesin pertanian

Mesin pertambangan

Lain-lain mesin yang tidak termasuk klasifikasi ini

34

2) Alat pengangkat dan sarana angkutan

Mesin dan perlengkapan pengangkat

Pengangkut di atas rel

Alat pengangkut lainnya selain di atas rel

Pengangkut udara

Pengangkut perairan

Lain-lain sarana angkutan

3) Perlengakapan lainnya

Bejana bertekanan

Dapur, oven, pembakaran

Pusat-pusat pendingin

Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi

tidak termasuk peralatan listrik

Alat-alat listrik tangan

Alat-alat listrik tangan

Alat-alat, perkakas, perlengkapan listrik

Tangga, jalur landai (ramp)

Perancah

4) Material, bahan dan radiasi

35

Bahan peledak

Serbuk, gas, cairan dan kimia

Pecahan terpelanting

Radiasi

Lain-lain

5) Lingkungan kerja

Di luar gedung

Di dalam gedung

Di bawah tanah

6) Lain-lain

Hewan

Lain-lain

c. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka

Fraktur/retak

Diskolasi

Terkilir

Geger otak dan luka di dalam lainnya

Amputasi dan enukleasi

Luka-luka lainnya

36

Luka-luka ringan

Memar dan remuk

Terbakar

Keracunan akut

Pengaruh cuaca

Sesak nafas

Akibat arus listrik

Akibat radiasi

Lain-lain luka

d. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka pada

bagian

Kepala

Leher

Badan

Tangan

Tungkai

Aneka lokasi

Luka-luka lainnya

37

Analisa sebab kecelakaan adalah upaya untuk mencari sebab

kecelakaan. Analisa ini dilakukan dengan mengadakan

penyelidikan atau pemeriksaan terhadap peristiwa kecelakaa.

Kecelakaan diselidiki dengan maksud untuk menentukan siapa

yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan dan mencegah

terulangnya peristiwa yang serupa. Untuk mengurangu terjadinya

kecelakaan kerja harus dilakukan segala upaya untuk mencegah

kecelakaan kerja, natara lain dengan:

a. Peraturan, yaitu ketentuan yang diwajibka mengenai

kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kostruksi,

perawatan dan pemeliharaa, pengawasan, pengujian dan cara

kerja perlaatan industri, tugas-tugas pengawas dan

buruh, latihan, supervisi medis, pertolongan pertama pada

kecelakaan dan pemeriksaan dan pemeriksaan keselamatan.

b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi,

setengah resmi atau tidak resmi misalnya mengenai

kontruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan, jenis-

jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek

38

keselamatan dan hygiene umum, atau alat-alat perlindungan

diri.

c. Pengawasan, yaitu pengawasan yang bertujuan agar

dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang

diwajibkan.

d. Penelitian yang bersifat teknik, yang meliputi sifat dan

ciri-ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang

pagar tanaman, pengujian alat-alat perlindungan

diri,penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan

debu, atau pemilihan tentang bahan dan desain paling

tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan peralatan

pengangkat lainnya.

e. Riset medis, yang meliputi penelitian tentang efek-efek

fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan

teknologis, serta keadaa-keadaan fisik yang mengakibatkan

kecelakaan

f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-

pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan

39

g. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis

kecelakaan yang terjadi, banyaknya kecelakaan, mengenai

siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa penyebabnya

h. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja,

khususnya tenaga kerja-kerja yang baru dalam keselamatan

kerja

i. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau

pendekatan untuk menumbuhkan sikap untuk selamat

j. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatakan

pencegahan kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan

premi yang dibayar oleh perusahaa, jika tindakan-tindakan

keselamatan sangat baik

k. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan

ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan

kerja. Kecelakaan terjadi pada perusahaan, sedangkan

pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat

tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan

kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

40

Tujan utama dari kesehatan kerja adalah menciptakan

tenaga kerja yang sehat dan produktif. Kesehatan kerja dalam

hal ini berguna sebagai:

a. Alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang

setinggi-setingginya

b. Hal ini dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja

c. Alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan

kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas

faktor manusia dalam produksi.

Kesehatan kerja juga mencegah penyakit yang timbul karena

hubungan kerja atau disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan

kerja. Adapun yang menjadi faktor penyebab penyakit akibat

kerja adalah sebagai berikut:

a. Golongan fisik, seperti :

1) Getaran atau suara yang terlalu tinggi dapat

meneybabkan ketulian

2) Radiasi sinar-sinar Ro atau sinar radioaktif dapat

menyebabkan kelainan darah,kelainan kulit dan kelainan

mata

41

3) Suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan heat stroke,

heat cramps atau hyperpyrexia, sedangkan suhu terlalu

rendah dapat menimbulkan frostbite

4) Tekanan udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

ketulian permanent dan penyakit Caisson

5) Penerangan lampu yang kurang baik dapat mengganggu

indera penglihatan, sedangkan yang terlalu silau dapat

memudahkan terjadinya kecelakaan.

b. Golongan kimia, seperti :

1) Debu yang dapat menimbulkan penyakit saluran

pernafasan, misalnya silika dan asbes

2) Uap yang dapat menimbulkan keracunan dan penyakit

kulit

3) Kabut yang dapat menimbulkan keracunan. Misalnya racun

serangga atau insektisida

4) Gas, misalnya keracunan karbon monoksida dan lain-lain

5) Larutan atau cairan beracun

c. Golongan biologis, seperti:

42

1) Tumbuhan yang beracun atau yang dapat menimbulkan

alergi

2) Bibit penyakit anthrax atau brucella pada pekerja

penyamak kulit

d. Golongan Fisiologis, yang disebabkan oleh kesalahan

konstruksi mesin, sikap badan yang kurang baik, kesalahan

cara melakukan pekerjaan dan lain-lain, yang dapat

menimbulkan keletihan dan kelelahan fisik

e. Golongan mental-psikologis, yang dpat disebabkan oleh

pekerjaan yang rutin dan membosankan serta hubungan kerja

yang tidak baik.

Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah

penyakit akibat kerja adalah sebagai berikut:

a. Substitusi, bahwa yang berbahaya atau yang terbukti dapat

menyebabkan penyakit secara tepat atau lambat harus

ditukar dengan yang lebih aman.

b. Isolasi, yaitu mengisolasi proses yang bising atau

pencampuran bahan atau larutan yang menimbulkan gas

berbahaya.

43

c. Ventilasi penyedotan, dengan menggunakan kipas penyedot

atau exhaust fan agar gas yang berbahaya dapat keluar dan

ditukar dengan udara bersih.

d. Ventilasi umum, pada tempat kerja untuk memudahkan

pertukaran udara.

e. Alat perlindungan diri, yaitu alat yang melindungi tubuh

atau sebagian dari tubuh yang wajib dipakai untuk

mencegah terjadinya kecelakaan misalnya helm pengaman,

sepatu, masker, sarung tangan dan lain-lain.

f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, merupakan

pemeriksaan kesehatan calon pekerja untuk mengetahui

apakah pekerjaan yang akan diberikan sesuai dengan

keadaan fisik dan mental calon pekerja.

g. Pemeriksaan kesehatan berkala, untuk mengetahui apakah

faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit dan kecelakaan

akibat kerja tersebut telah menimbulkan gangguan atau

kelainan dalam tubuh pekerja atau tidak.

h. Pemeriksaan kesehatan khusus, pemeriksaan ini dilakukan

pada pekerja yang menunjukkan gejala yang dicurigai ada

44

kaitannya dengan lingkungan kerjanya. Pekerja tersebut

harus dikirim ke poliklinik spesialis untuk menjalani

pemeriksaan khusus.

i. Penerangan sebelum kerja, yaitu karyawan yang bekerja

terlebih dahulu harus menjalani induksi atau pengenalan

lingkungan pekerjaan dan semua peraturan kesalamatan dan

kesehatan kerja, sehingga nantinya mereka lebih berhati-

berhati dan dapat meningkatkan kewaspadaan dalam

melaksanakan pekerjaannya.

j. Pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja diberikan

kepada setiap tenaga kerja secara berlanjut, agar pekerja

tetap waspada dalam menjalankan pekerjaan dan bekerja

dalam keadaan sehat dan selamat.

3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Menurut peraturan menteri tenaga kerja NO. PER

04/MEN/1987, panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja

(P2K3) adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan

wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja, untuk

45

mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi

efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

Adapun yang merupakan syarat pembentukan panitia pembina

keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 500

orang wajib membentuk P2K3, dengan jumlah anggota 12

orang. Jumlah tersebut terdiri dari 6 orang mewakili

unsur pengusaha dan 6 orang mewakili unsur tenaga kerja.

Jumlah tersebut termasuk 2 orang yang ditunjuk sebagai

sekretaris.

b. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja antara 100 orang

sampai dengan 500 orang wajib membentuk P2K3, dengan

jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3

orang mewakili unsur pengusaha dan 3 ornag mewakili unsur

tenaga kerja. Jumlah termasuk 1 orang yang ditunjuk

sebagai sekretaris.

c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 50

orang sampai dengan 100 orang dengan:

46

1) Tingkat bahaya tinggi wajib membentuk P2K3 dengan

jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 3

orang mewakili unsur pengusaha dan 3 orang mewakili

unsur tenaga kerja. Jumlah tersebut termasuk 1 orang

yang ditunjuk sebagai sekretaris.

2) Tingkat baha rendah wajib mempunyai 1 orang ahli

keselamtan dan kesahatan kerja.

d. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50

orang dengan:

1) Tingkat bahaya tinggi wajib mempunyai 1 orang ahli

keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.

2) Tingkat bahaya rendah wajib mempunyai 1 orang ahli

keselamatan dan kesehatan kerja pembantu.

Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga

kerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan

anggota. Sekretaris P2K3 adalah ahli keselamatan dan kesehatan

kerja atau petugas keselamatan dan kesehatan kerja. Ketua P2K3

adalah pimpinan perusahaan atau salah satu petugas yang

ditunjuk khusus untuk kelompok sentra industri.

47

4. Tahap Pembentukan P2K3

a. Tahap persiapan

1) Kebijakan perusahaan. Kebijakan P2K3 perusahaan harus

terlebih dahulu menggariskan dan menjalankan pokok-

pokok pikrian mengenai pelaksanaan K3 serta membentuk

P2K3. Kebijakan ini biasa disebut Safety and Health

Policy, yang isinya antara lain menegaskan bahwa:

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu

faktor yang tidak dapat diabaikan dalam kelancaran

produksi.

Pimpinan perusahaan brtanggung jawab atas

pelaksanaan usaha K3.

Semua karyawan harus memahami dan ikut dalam

kegiatan K3.

Pengawasan atas terlaksananya semua ketentuan

tentang K3.

Penyediaan anggaran. P2K3 sebagai koordinator

pelaksana kegiatan K3.

48

2) Inventarisasi calon anggota. Pimpinan perusahaan

menyusun daftar calon anggota P2K3 yang digariskan

oleh unit masing-masing dan memutuskan diantara calon

tersebut yang akan menjadi calon anggota P2K3. Setelah

itu, calon anggota dikumpulkan dan diberi pengarahan

tentang kebijaksanaan pimpinan perusahaan dalam hal

keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Konsultasi ke Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

Hal ini bertujuan untuk mendapatkan petunjuk teknis

yang diperlukan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan

pembentukan P2K3.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Perusahaan membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan

Kerja setelah susunan calon anggota P2K3 terbentuk.

2) Perusahaan melaporkan ke Departemen Tenaga Kejra

setempat dan membuat permohonan tertulis untuk

pengesahan secara resmi. Pada waktu melaporkan

pembentukan P2K3 dapat sekaligus mengajukan permohonan

49

pembentukan P2K3 dapat sekaligus mengajukan permohonan

secara tertulis untuk mendapatkan pengesahan.

Secara umum tugas pokok dari Pembina Panitia Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (P2K3) adalah sebagai badan pertimbangan

di tempat kerja, yaitu badan yang memberikan saran dan

pertimbangan baik diminta atau tidak kepada pengusaha atau

pengurus di tempat kerja yang bersangkuran, mengenai masalah-

masalah keselamatan keselamatan dan kesehatan kerja. Fungsi

dari Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER 04/MEN/1987

adalah menghimpun dan mengolah segala data dan permasalahan

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang

bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan,

pengawasan, pelatihan dan penelitian keselamatan dan kesehatan

kerja.

5. Konsep Kepuasan Kerja

Jika membicarakan tentang produk barang/jasa yang

dihasilkan oleh suatu perusahaan maka tidak akan terlepas dari

50

permasalahan kepuasan kerja. Menurut Kartono (1999:32)

pengertian kepuasan kerja:

Kondisi dimana karyawan dalam menjalankan tugas dan

pencapaian standar keberhasilan yang telah ditentukan oleh

instansi kepada karyawan sesuai dnegan job yang diberikan

kepada masing-masing karyawannya.

Menurut Siagian (2003:195) penegrtian dari kepuasan kerja

adalah cara pandang seorang baik yang bersifat positif maupun

negatif tentang pekerjaannya.

Pengertian kepuasan kerja menurut T.Hani Handoko

(2000:76) adalah sebagai berikut : kepuasan kerja adalah

keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

dengan mana karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan

kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadapt pekerjaannya.

Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang

bersifat individual. Setiap individu memiliki kepuasan yang

berbeda-beda sesuai degan sistem nilai yang berlaku pada

dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan

sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi

51

kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian,

kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas

perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak

puas dalam bekerja. Adapun teori kepuasan kerja yang cukup

dikenal adalah :

1. Teori Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory). Teori ini

mengukur kepuasan kerja seseorang dengan mnghitung

selisih antara sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan

yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh

melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi

lebih puas lagi, sehingga terdapat discrepancy, tetapi

merupakan discrepancy yang positif. Kepuasan kerja

seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang

dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.

2. Teori Keadilan (Equity Theory). Teori ini mengemukakan bahwa

orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung pada

ada atau tidaknya keadilan (equity) dalam suatu situasi,

khususnya situasi kerja. Menurut teori ini komponen utama

dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan

52

ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan

yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan,

pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan atau

perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan

pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap

bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari

pekerjaannya, seperti : upah/gaji, keuntungan sampingan,

symbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk berhasil

atau aktualisasi diri. Sedangkan ornag selalu

membandingkan dapat berupa seorang diperusahaan yang

sama, atau ditempat lain atau bisa pula dengan dirinya

sendiri di masa lalu. Menurut teori ini setiap karyawan

akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio

input hasil orang lain. Bila pertandingan itu dianggap

cukup adil, maka karyawan akan merasa puas. Bila

pertandingan itu tidak seimbang tetapi menguntungkan bisa

menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila

perbandingan itu tidak seimbang akan timbul

ketidakpuasan.

53

3. Teori dua faktor (Two Factor Theory). Menurut teori ini

kepuasankerja dan ketidakpuasan kerja ini merupakan hal

ang berbeda. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap

pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinu. Teori

ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua

kelompok yaitu satisfies atau motivator dan dissatisfies.

Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi yang

dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri

dari : pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada

kesempatan untuk berprestasi, kesempatan memperoleh

penghargaan dan promosi. Terpenuhi faktor tersebut akan

menimbulkan kepuasan, namun tidak terpenuhinya faktor ini

tidak selalu megakibatkan ketidakpuasan. Dissatisfies (hygiene

factors) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber

ketidakpuasan yang terdiri dari : upah/gaji, pengawasan,

hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor

ini diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta

kebutuhan dasar karyawan. Jika todak terpenuhi faktor

ini, karyawan tidak akan puas. Namun jika besarnya faktor

54

ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut, karyawan

tidak akan kecewa meskipun belum terpuaskan.

Berdasarkan teori-teori di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kepuasan kerja adalah keadaan, kondisi ataupun cara

pandang seseorang pada saat ia melakukan pekerjaan baik itu

sisi positif maupun sisi negatifnya.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya

kepemimpinan, produktivitas kerja, locus of control, pemenuhan

harapan penggajian dan efektifitas kerja. Menurut Job Descriptive

Index (JDI), faktor-faktor penyebab kepuasan kerja menrut

Veithzal (2004:45) ialah :

a. Bekerja pada tempat yang tepat

b. Pembayaran yang sesuai

c. Organisasi dan manajemen

d. Supervise pada pekerjaan yang tepat dan,

e. Orang yang berada dalam pekerjaan yang tepat.

55

Pendapat Siagian menyatakan bahwa dalam menilai tentang

kepuasan kerja maka perlu dilakukan analisis kepuasan kerja

dikaitkan dengan prestasi kerja, tingkat kemangkiran,

keinginan pindah, usia pekerja, tingkat jabatan dan besar

kecilnya organisasi.

Selanjutnya Siagian (2003:201) menambahkan bahwa ada

empat faktor yang mempengaruhi terhadapt kepuasan kerja

seseorang yaitu:

a. Pekerjaan yang penuh tantangan

b. Penerapan sistem penghargaan yang adil

c. Kondisi yang sifatnya mendukung

d. Sikap rekan sekerja

Berikut ini uraian tentang faktor yang perlu mendapat

perhatian dalam menganalisis kepuasan kerja seseorang menurut

pendapat Siagian (2003:1208):

a. Kepuasan Kerja dan Prestasi

Pada umumnya orang berpendapat bahwa terdapat korelasi

positif antara kepuasan kerja dan prestasi kerja

seseorang. Pada hal berbagai penelitian membuktikan bahwa

56

seorang karyawan yang puas tidak dengan sendirinya

merupakan karyawan yang berprestasi tinggi, melainkan

sering hanya berprestasi biasa-biasa saja. Jika demikian

halnya dapat pula dikatakan bahwa kepuasan kerja tidak

selalu menjadi faktor motivasional kuat untuk

berprestasi. Seorang karyawan yang puas belum tentu

mendorong untuk berprestasi karena kepuasannya tidak

terletak pada motivasinya akan tetapi terletak pada

faktor-faktor lain misalnya imbalan.

b. Kepuasan Kerja dan Kemangkiran

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para

ahli serta pengalaman organisasi terlihat bahwa korelasi

kuat antara kepuasan kerja dengan tingakt kemangkiran.

Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat

kepuasan kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya.

c. Kepuasan Kerja dan Keinginan Pindah

Salah satu faktor penyebab timbulnya keinginan pindah

adalah ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Sebab-

sebab ketidakpuasan itu dapat beraneka ragam seperti

57

penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi

kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak serasi,

baik dengan atasan maupun dengan para rekan sekerja,

pekerjaan yang tidak sesaui dan berbagai faktor lainnya.

d. Kepuasan Kerja dan Usia

Dalam pemeliharaan hubungan yang serasi antara

oraganisasi dengan para anggoatnya. Kaitan antara usia

karyawan dengan kepuasan kerja perlu mendapat perhatian.

Berbagai alasan sering dikemukakan terhadap fenomena ini

yaitu:

1) Bagi karyawan yang sudah agak lanjut usia makin sulit

memulai karir baru ditempat lain

2) Sikap yang dewasa dan amatang mengenai tujuan hidup,

harapan, keinginan dan cita-cita

3) Gaya hidup yang sudah mapan

4) Sumber penghasilan yang relatif terjamin

5) Adanya ikatan abin dan tali persahabatan antara yang

bersangkutan dengan rekan-rekannya dalam organisasi.

e. Kepuasan Kerja dan Tingkat Jabatan

58

Umumnya tingkat kepuasan cenderung lebih tinggi pada

karyawan dengan jabatan yang tinggi. Alasannya antara

lain :

1) Penghasilan yang dapat menjamin taraf hidup yang layak

2) Pekerjaan yang memungkinkan mereka menunjukkan

kemampuas kerjanya

3) Status sosial yang relatif tinggi di dalam dan di luar

organisasi

Alasan tersebut bertalian erat dengan prospek bagi

seseorang untuk dipromosikan, perencanaan karir dan

pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi

f. Kepuasan kerja dan Besar Kecilnya Organisasi

Kehidupan di dunia kerja tidak hanya digunakan oleh

manusia untuk memuaskan kebutuhan materiil saja, akan

tetapi juga untuk memenuhi berbagai kebutuhan lainnya

seperti mental, psikologikal, sosial dan spiritual. Maka

besar kecilnya organisasi turut berpengaruh terhadap

kepuasan kerja. Artinya jika karena besar kecilnya

organisasi karyawan terbenam dalam masa pekerja yang

59

jumlahnya besar sehingga jati diri dan identitasnya

menjadi kabur karena hanya dikenal dengan nomor pegawai,

hal tersebut dapat menjadi dampak negatif pada kepuasan

kerjanya.

Oleh karena itu organisasi yang besar perlu mencari cara

pengelompokan para karyawan sedemikian rupa sehingga

masing0masing karyawan tetap merasa mendapat perlakuan dan

perhatian individual sesaui jati diri masing-masing dan tidak

sekedar alat produksi yang diberi nomor pegawai sebagai

peunjuk identitasnya. Seseorang mempunyai arti cukup besar

dalam meningkatkan instansinya. Tingkat efisiensi kerja dapat

tercapainya didukung oleh manajemen yang mapan. Kelemahan

manajemen dapat menimbulkan kesalahan dalam menetapkan tenaga

kerjanya.

Hal tersebut dapat berakibat timbulnya keresahan kerja,

turunnya seangan dan gairah kerja, kekeliruan dalam

melaksanakan tugas, turunnya produktivitas kerja. Akibat dari

timbulnya masalah di atas akan dapat membawa pengaruh terhadap

kualitas dan kuantitas yang diharapkan.

60

Untuk memelihara kondisi ini karyawan/pekerja harus

mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dari instansinya.

Program pelatihan dan pendidikan serta fasilitas kerja

mempunyai dampak yang cukup besar, karena kemampuan dan

keterampilan serta skill para karyawan/pekerja perlu didukung

oleh instansinya melalui pendidikan, latihan dan pengembangan.

Sleain itu efektivitas dan efisiensi pekerjaan yang telah

dirancang secara efisien mendorong para karyawan yang

mempunyai kemampuan dan termotivasi untuk mencapai

keberhasilan.

7. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diantaranya adalah:

a. Noor Eva Koesumawati, Tahun 2004 dari Universitas Widya

Dharma Klaten dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan

kerja dan jaminan keselamatan kerja terhadap

produktivitas kerja karyawan pada PT Kusumatex

Yogyakarta”. Metode analisis data dengan regresi linier

berganda dan analisis korelasi berganda, dan

menyimpulkan ada pengaruh signifikan antara jaminan

61

kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas

kerja karyawan pada perusahaan tekstil PT Kusumatex

Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan diperolehnya untuk

jaminan kesehatan dan keselamatan berpengaruh secara

bersama-sama yaitu nilai F hitung > F tabel, yaitu 6,448

> 2,021.

b. Dewi Muthmainah tahun 2004 dari Universitas Muhamadiyah

Surakarta dengan judul “Pengaruh jaminan kesehatan dan

kesejahteraan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan

bagian produksi pada CV Agung Klaten”. Metode analisis

data dengan regresi berganda, uji signifikan dan

determinasi, dan menyimpulkan ada pengaruh secara

bersama-sama jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja

terhadapproduktivitas kerja karyawan di bagian produksi

pada CV Agung Klaten, F hitung > F tabel yaitu 6,362

>4,17. Serta secara individu jaminan kesehatan dan

jaminan kesejahteraan berpengaruh terhadap produktivitas

kerja karyawan pada CV Agung Klaten, untuk variabel

independent jaminan kesehatan kerja nilai t hitung > t

62

tabel yaitu 2,215 > 2,048 dan kesejahteraan kerja nilai t

hitung > t tabel yaitu 2,104 > 2,048. Jadi variabel

independent yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas

adalah jaminan kesehatan kerja. Posisi penelitian yang

dilakukan oleh peneliti, peneliti mengambil judul

“Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat di

Klaten”, tempat penelitian yang dilakukan adalah

diperusahaan percetakan dan penerbitan sedangkan dua dari

peneliti terdahulu adalah di perusahaan percetakan dan

penerbitan sedangkan dua dari peneliti terdahulu dari

perusahaan konveksi dan mebel. Dan metode penilaian yang

dilakukan adalah validitas dan reliabilitas utnuk

mengukur questionaire, regresi berganda, uji statistik

yaitu uji F dan uji t, dan menggunakan sample 30

responden dengan hasil variabel program keselamatan kerja

dan kesehatan kerja berpengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Hal ini terbukti dengan hasil

perhitungan SPSS yang menyatakan bahwa nilai F hitung

63

7,485 yaitu lebih besar dari nilai F tabel 4. Variabel

program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh

secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan.

Niali t hitung untuk program keselamatan kerja (X) 2,102

> t tabel 2,048. Nilai t hitung untuk program kesehatan

kerja (X2) 2,494 > t tabel 2,048. Dan variabel yang

dominant kesehatan kerja (X2).

64

B. Hipotesis

Bertitik tolak dari perumusan maslah dan dikaitka dengan

teori maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga keselamatan kerja berpengaruh terhadap keputusan

kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?

2. Diduga kesehatan kerja berpengaruh terhadap kepuasan

kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation?

3. Diduga keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara

simultan terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation?

C. Variabel Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas variabel penelitian yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

Variabel Dependen/Terikat (Y) : Kepuasan Kerja

Variabel Independen?Bebas (X)

1. Keselamatan kerja (X1)

2. Kesehatan kerja (X2)

65

BABIII

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah pada Perkebunan Kelapa Sawit

(PKS) PT.Meridan Sejati Suryaplantation yang terletak di Desa

Kerinci kiri Kabupaten Siak-Riau.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, meliputi :

1. Data primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari para responden

yang berhubungan dengan obyek penelitian pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantaion berupa kebijaksanaan dalam

penyelidikan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan

seperti jumlah karyawan, kasus kecelakaan, sejarah

perusahaan, struktur organisasi dan lain-lain.

66

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah karyawan lapangan pada

bagian produksi di PT. Meridan Sejati Plantation tahun 2007

berjumlah 80 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan

metode Slovin (Husein Umar,2005), yaitu:

n= N

1 + Ne2

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih

dapat ditolerir atau diinginkan, diambil contoh 10%

Rumus pengambilan sampel yang diambil adalah :

80 = 80 = 44,44 orang

1 + (80 . (0,102)) 1,80

Sampel yang diambil sebanyak 45 orang. (Pembulatan)

D. Teknik Pengumpulan Data

67

1. Metode Quesioner. Metode yang dilakkan untuk memperoleh

data primer yaitu dengan membuat suatu daftar pertanyaan

secara sistematik dengan tujuan mendapat data yang

diinginkan. Daftar pertanyaan yang dibuat diedarkan pada

responden yaitu karyawan yang menjadi sampel penelitian.

2. Interview (wawancara). Metode ini dilakukan dengan

wawancara pihak perusahaan dan karyawan yang berkaitan

langsung dengan objek penelitian.

E. Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

Keselamatan kerja(Variabel X1) Keselamatan kerjaadalah suatu usaha yangdapat mendorongterciptanya keadaanyang aman dan sehat ditempat kerja, baik bagitenaga kerja maupunlingkungan kerja itusendiri.(Moenir, 1999:5)

KeselamatanKerja

a. Kelengkapan alat pengamankeselmatan kerja

b. Petunjuk tentang caramenggunakan alat pengamankeselamatan kerja

c. Frekuensi penggunaan alatpengaman keselamatan kerja

d. Kerusakan alat pengamankeselamatan kerja

e. Alat penerangan yangdisediakan oleh perusahaan

Kesehatan Kerja(Variabel X2)Kesehatan kerja adalahspesialisasi dalam ilmukesejatan ataukedokteran besertaprakteknya yangbertujuan, agar pekerjaatau masyarakat pekerjamemperoleh derajatkesehatan yangsetinggi-tingginya baik

KesehatanKerja

a. Waktu istirahat yangdisediakan perusahaan

b. Tingkat kebisingan lokasikerja

c. Keadaan atau lingkungan tempatkerja

d. Hubungan karyawan dengankaryawan atau hubungankaryawan dengan atasan padatempat kerja

e. Kebijaksanaan jam kerja yangditerapkan oleh perusahaan

68

fisik, mental, maupunsosial, dengan usahapreventif dan kuratif,terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yangdiakibatkan faktor-faktor pekerjaan danlingkungan kerja, sertaterhadap penyakit-penyakit umum.(Suma’mur,2000:5)

kepada karyawan

Kepuasan Kerja(Variabel Y)Kepuasan Kerja adalahkeadaan emosional yangmenyenangkan atau tidakmenyenangkan denganmana para karyawanmemandang pekerjaanmereka. Kepuasan kerjamencerminkan perasaanseseorang terhadappekerjaannnya.(T. HaniHandoko,2000:76)

Faktor-faktorkepuasankerja yangmendukungProgramKeselamatandan KesehatanKerja

a. Tingkat kedisiplinan dalambekerja

b. Ketetapan masuk kerjac. Kualitas hasil kerja sesuai

dengan standartd. Kualitas hasil kerja sesuai

perintah pimpinane. Lama penyelesaian pekerjaan

sesuai standart perusahaanf. Jarang terjadi keterlambatan

penyelesaian pekerjaan

F. Metode Analisa Data

Dalam membahas hasil penelitian penulis menggunakan

metode analisis deskriptif, yaitu suatu cara penulisan yang

mengumpulakn, mengklasifikasikan data-data serta selanjutnya

menganalisa data sedemikian rupa dihubungkan dengan teori-

teori yang berkaitan dengan masalah yang dibahas untuk

mengambil kesimpulan.

69

Untuk menilai pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan

Kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation maka penulis

menggunakan formula regresi berganda sebagai beikut :

(J.Supranto : 278)

Y =

Dimana : Y = Kepuasan kerja karyawan

βo = Bilangan konstan yang merupakan titik

potong dengan sumbu vertikal

pada gambar kalau dilihat nilai x=0

β = Slop, yaitu kecondongan

X1 = Keselamatan kerja

X2 = Kesehatan kerja

e = Epsilon/variabel pengganggu

Sebelumnya penulis telah menetapkan bobot atau nilai dari

masing-masing jawaban yang dipilih oleh responden menurut

Skala Likert adalah sebagai berikut :

a. Jika jawaban yang dipilih adalah A maka mempunyai bobot

nilai 5

70

b. Jika jawaban yang dipilih adalah B maka mempunyai bobot

nilai 4

c. Jika jawaban yang dipilih adalah C maka mempunyai bobot

nilai 3

d. Jika jawaban yang dipilih adalah D maka mempunyai bobot

nilai 2

e. Jika jawaban yang dipilih adalah E maka mempunyai bobot

nilai 1

Setelah dilakukan tabulasi terhadap hasil penghitungan

masing-masing variabel pada questionaire yang disebarkan pada

45 orang responden maka data-data tersebut dimasukkan/diproses

ke dalam Program SPSS for Windows versi 12.00 untuk melihat

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan pengaruh

masing-masing variabel. Dengan menggunakan regresi berganda

akan dibahas mengenai :

1. Uji F

Kriteria penolakan untuk uji F

Jika F-hitung > F tabel,maka Ho ditolak

Jika F-hitung < F tabel,maka Ho diterima

71

Untuk menghitung Fhitung digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana

RJK Regresi = Rata-rata jumlah kuadrat regresi

RJK Residu = Rata-rata jumlah kuadrat residu

Lalu untuk F-Tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut

:

Dimana:

F α = Diperoleh dari tabel F dengan dk pembilang k-1 dan dk

penyebut nk

n = ukuran sampel

k = jumlah variabel independent + 1

2. Uji t

Selanjutnya dilakukan uji t (Analysis Test of Significant). Uji t

sendiri dilaukan untuk menguji tingkat signifikasi variabel

bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas.

72

F – Hitung = RJK Rregresi

F – tabel = Fα : (k-1),

Berdasarkan nilai t signifikan bila probabilita > 0,05 maka Ho

diterima dan bila probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.

Kemudian setelah uji t, penulis akan menguji kembali

melalui uji F, uji F sendiri digunakan untuk menguji pengaruh-

pengaruh variabel-variabel bebas. Dengan tingkat spesifikasi

(α) sebesar 5% atau 0,05. Pengolahan data untuk analisa di

atas menggunakan program pengolahan data statistik SPSS for

Windows versi 11.

Kriteria Penolakan Hipotesis untuk uji t :

Jika t-hitung > t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho ditolak

Jika t-hitung < t tabel (tα/2 ; (n-2)),maka Ho diterima

Untuk menghitung-hitung digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

b= koefisien regresi

Sb= simpangan baku koefisien regresi

73

F – hitung = b

sb

Lalu untuk t-tabel sendiri menggunakan rumus sebagai

berikut :

3. Pengujian Keeratan Hubungan (Korelasi)

Untuk menguji keeratan hubungan variabel beas (X)

terhadap variabel terikat (Y),maka dilakukan dengan cara

melihat nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan bahwa

keeratan hubungan nilai koefisien korelasi dinyatakan dengan

interval sebagai berikut :

Tabel 3 Keeratan hubungan nilai koefisien korelasi denganinterval

Interval Coefficient Indication

+/- 0,80 to +/- 1,00

+/- 0,60 to +/- 0,79

+/- 0,40 to +/- 0,59

+/- 0,20 to +/- 0,39

High correlation (Sangat Kuat)

Moderately high correlation (Kuat)

Moderate correlation (Sedang)

Low correlation (Lemah)

Sumber : Muhammad Teguh, 2001, Metodologi Penelitian Ekonomi,Edisi Pertama,

Cetakan kedua, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal. 76

74

F – tabel = bα/2;(n-2)

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Meridan Sejati Suryaplantation didirikan pada tanggal

4 November 1992

Berdasarkan akta nomor 2 oleh Notaris Esther Liliansari, SH.

Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-

6634.HT.01.01.TH.93 tanggal 27 Juli 1993. Anggaran dasar

perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir

dengan akta Nomor 26 tanggal 24 Oktober 1997 oleh Notaris P.

Sutrisno A. Tambolon,SH mengenai peningkatan mdal dasar dan

modal ditempatkan perseroan dan perubahan seluruh anggaran

dasar perusahaan berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas. Erubahan anggaran dasar tersebut

telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik

Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-

25.178.HT.01.04.Th.1998 tanggal 16 November 1998.

75

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang

lingkup kegiatan perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Perkebunan, pertanian dan kehutanan;

2. Industri pengolahan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan

kehutanan;

3. Memperdagangkan hasil-hasil perkebunan, pertanian dan

kehutanan baik dalam maupun di luar negeri.

Kegiatan perusahaan saat ini adalah perkebunan sawit yang

terletak di Kabupaten Kampar dan Bengkalis. Sampai tanggal 31

Desember 2000 luas areal hak guna usaha perusahaan adalah

10.882 Ha. Areal yang telah ditanami sampai dengan tanggal 31

desember 2000 adalah sejumlah 7.833 Ha dari seluruh areal yang

telah ditanami terdapat 4.310 Ha yang telah menghasilkan.

Perusahaan ini memulai kegiatan usahanya secara komersial

bulan Juli 1999.

Berdasarkan rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham yang

diaktakan pada akta Notaris Ira Widya Sari Juwono, SH Nomor 2

tanggal 8 Maret 1999, susunan Dewan Komisaris dan Direksi

ditetapkan sebagai berikut:

76

Dewan Komisaris

Komisaris Utama: Martias

Komisaris : Nurhandy

Komisaris : Meryani

Komisaris : Bambang Ari Priambodo

Sedangkan susunan Direksi adalah sebagai berikut :

Direktur Utama : Sifan Triyono

Direktur : Wirastuty Fangiono

Direktor : Sucitho

B. Struktur Organisasi

Adapun uraian tugas dari masing-masing bagian dalam

rincian tugas operasional dari dewan direksi perusahaan ini

adalah meliputi :

1. Mempersiapkan dan menyusulkan rencana tahunan berupa

rencana anggaran biaya tahunan.

2. Mengatur pembinaan dan mengalokasikan serta penyaluran

pembiayaan.

77

3. Menentukan kebijakan/pengarahan baik yang bersifat umum

maupun khusus, menyelenggarakan pengendalian pelaksanaan

kegiatan proyek fisik maupun keuangan.

4. Menetapkan susunan personalia dan mengukuhkan dengan

menerbitkan surat keputusan.

5. Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan dan

berhasilnya rencana proyek fisik maupun keuangan.

6. Menerima, menilai laporan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan fisik dan keuangan dari pelaksanaan lapangan.

Untuk ebih jelasnya berikut ini adalah tugas dan wewenang

masing-masing bagian antara lain :

1. Direktur

a. Bertanggung jawab terhadap direksi dan komisaris

jalannya perusahaan.

b. Mengkoordinir kegiatan perusahaan baik untuk intern

dan ekstern.

c. Mengaur dan mengawasi jalannya operasional perusahaan.

2. Inspektur

a. Bertanggung jawab terhadap Direktur atas pekerjaannya.

78

b. Mengawasi dan mengadakan inspeksi terhadap kegiatan

yang dilakukan administrasi perkebunan

c. Mengkoordinir kegiatan rencana dan merealisasi

pekerjaan di perkebunan.

3. Manajer Umum/Divisi Perkebunan dan Pengembangan Unit

Usaha

a. Melaksanakan, mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan

operasional sehari-hari.

b. Membantu tugas direktur sehari-hari baik untuk tugas

intern maupun ekstern.

c. Memberikan masukan dan rencana kerja.

d. Bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan

Direktur.

4. Manager Eksekutif/Divisi Trading, Kontraktor, Supplier

dan Jasa

a. Melaksanakan, mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan

operasional sehari-hari.

b. Membantu tugas direktur sehari-hari untuk intern

maupun ekstern.

79

c. Meningkatkan usaha dan volume hasil.

d. Memberikan masukan dan rencana kerja.

e. Bertanggung jawab terhadap terhadap tugas yang

diberikan Direktur.

5. Sekretaris

a. Melaksanakan tugas sebagai sekretaris.

b. Membuat laporan hasil kerja kepada Direktur.

c. Membuat agenda hasil kerja dan program kerja dan

arsip.

d. Menjalankan kegiatan administrasi lainnya.

e. Melaksanakan tugas yang diperintahkan Direktur.

f. Bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan atasan.

6. Kepala Bagian Tanaman

a. Bertanggung jawab kepada Direksi mengenai segala

sesatunya yang terjadi dalam bidang tanaman

perkebunan.

b. Mengawasi dan mengkoordinir semua bagian-bagian yang

di perkebunan.

80

c. Menjalankan personel manajemen sesuai dengan tujuan

perusahaan.

d. Meningkatakan produksi tanaman perkebunan dan sumber

lainnya.

e. Memelihara kerjasama yang baik dengan pimpinan

organisasi karyawan yang ada di perusahaan.

f. Mengusahakan agar perkebunan itu dapat memelihara

kemanfaatan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya.

7. Kasie tanaman dan Produksi

a. Melakasanakan kegiaan bagian dan mengkoordinir semua

bagian yang ada di perkebunan.

b. Meningkatkan produksi tanaman perkebunan dan sumber

lainnya.

c. Memelihara kerjasama yang baik dengan pimpinan

organisasi karyawan yang ada di perusahaan.

d. Membuat laporan dan kegiatan tanaman kepada manager.

e. Melaksanakan tugas dalam bidang perkebunan.

8. Kasie Keuangan

81

a. Membuat anggaran permintaan keuangan harian untuk

kebun dan kantor.

b. Mengawasi dan melaksanakan pengeluaran keuangan.

c. Membuat adiministrasi pembukuan keuangan.

d. Melaksanakan tugas bagian keuangan yang telah

diberikan.

e. Membukukan uang masuk dan uang keluar

f. Membuat laporan bulanan.

g. Membuat atau mengajukan Rencana Anggaran Keuangan.

h. Mengeluarkan keuangan yang telah disetujui Direktur.

i. Melaksanakan tugas yang diberikan Direktur.

j. Tunduk dan patuh terhadap atasan dan bertanggung jawab

atas pekerjaannya.

9. Kasie Administrasi dan Pembukuan.

a. Melaksanakan tugas administrasi yang telah diberikan.

b. Melayani dan menerima tamu perusahaan.

c. Membuat/menegetik surat yang diperintahkan.

d. Menyimpan dan mengagendakan surat keluar perusahaan.

e. Membuata pembukuan kas harian.

82

f. Menjaga Administrasi Kantor.

g. Admnistrasi Upah.

h. Administrasi laporan bulanan perkebunan.

i. Administrasi pergudangan/distribusi.

j. Administrasi umum perkebunan.

k. Melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh direktur.

l. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan

atasan.

10. Kasie pemasaran dan penjualan

a. Melaksanakan tugas pemasaran dan penjualan yang

diberikan Direktur.

b. Memberikan masukan tentang pemasaran dan penjualan.

c. Melakukan transaksi pembayaran penjualan.

d. Membuat laporan Penjualan dan Pemasaran.

e. Menyimpan dan mengagendakan bukti penjualan dan

pemasaan

f. Tunduk dan patuh terhadap atasan dan bertanggung jawab

dalam pekerjaan yang diberikan atasan.

11. Kasie Pembelian dan Pengadaan

83

a. Melaksanakan tugas pemebelian dan pengadaan barang

yang diberikan Direktur.

b. Mengajukan rencana pembelian dan pengadaan barang.

c. Melengkapi data yang berkenaan dengan pembelian dan

pengadaan.

d. Membuat laporan yang berkenaan dengan pembelian dan

pengadaan barang.

e. Bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan

atasan.

C. Aktivitas Perusahaan

Maksud dan tujuan perusahaan Direksi PT. Meridan Sejati

Suryaplantation Pekanbaru sebagaimana disebutkan dalam akta

pendiriannya adalah menjalankan usaha dalam bidang antara lain

: Land Clearing, Bidang Perkebunan, Pertanian, Peternakan,

Perdagangan Umum, Kontraktor, Industri Pengelolaan, Jasa

Angkutan, Real Estate, Pengadaan Barang dan Lain-lain.

84

85

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Untuk memperoleh gambaran mengenai analisis Program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation, penulis mengumpulkan data dengan mengajukan

beberapa pertanyaan kepada 45 orang responden yang juga

merupakan karyawan perusahaan ini untuk mengetahui tanggapan

tentang Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation.

1. Umur

Umur merupakan faktor yang menentukan seseorang dalam

pengambilan keputusan. Semakin dewasa umur seseorang maka

semakin banyak pertimbangan yang akan dilakukannya sebelum

mengambil keputusan. Tabel 3 berikut ini menunjukkan keadaan

tingkat umur karyawan yang menjadi responden pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantaion.

86

Tabel 3 Tingkat Umur Responden KaryawanPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tingkat Umur (tahun) Jumlah responden Persentase (%)20-30 8 17,78%31-40 24 53,33%41-50 11 24,44%

50- keatas 2 4,44%Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa berdasarkan umur

karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation maka dari 45

orang yang diambil sebagai responden maka paling banyak 24

orang atau 53,33% berumur antara 31-40 tahun dan paling

sedikit 2 orang atau 4,44% berumur diatas 50 tahun. Dengan

demikian responden yang terbanyak adalah karyawan yang berusia

di antara 31-40 tahun.

2. Jenis Kelamin

Untuk melihat lebih jauh jenis kelamin karyawan yang

menjadi responden pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4Berdasarkan Jenis Kelamin

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Jenis Kelamin Jumlah responden Persentase (%)Laki-laki 34 75,56%

87

Perempuan 11 24,44%Jumlah 45 100,00%

Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk jenis kelamin

konsumen, PT. Meridan Sejati Suryaplantation Pekanbaru

diketahui 34 orang atau sebesar 75,56% berjenis kelamin laki-

laki sedangkan 11 orang atau 2444% adalah perempuan.

3. Tingkat Pendidikan Responden

Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation Pekanbaru ini dapat dilihat

dalam tabel berikut :

Tabel 5Tingkat Pendidikan Responden

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Pendidikan Terakhir Jumlah responden Persentase (%)Sarjana 11 24,44%SMA 26 57,78%SMP 8 17,78%

Jumlah 45 100,00%

Responden yang diminta untuk mengisi questionaire

sebanyak 45 orang dan tingkat pendidikan responden karyawan

PT. Meridan Sejati Suryaplantation ini, paling banyak 26 orang

atau 57,78% tamatan SMA dan paling sedikit 8 orang atau 17,78%

memiliki tingkat SMP.

88

4. Masa Kerja Responden di Perusahaan

Tabel 6Identitas Umum Responden

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Lama Bekerja Jumlah responden Persentase (%)0-5 tahun 23 51,11%6-11 tahun 18 40,00%12 - keatas 4 8,89%

Jumlah 45 100,00%

Dari segi lama bekerja, sebagian besar responden telah

bekerja di perusahaan ini dalam kurun waktu 0 sampai dengan 5

tahun yaitu sebanyak 23 orang atau sekitar 51,11% dari jumlah

responden. Masa kerja yang paling sedikit adalah responden

yang telah bekerja dalam kurun waktu 12 tahun ke atas hanya

sebanyak 4 orang atau sekitar 8,89%. Selebihnya adalah

responden yang telah bekerja dalam kurun waktu 6 sampai 11

tahun sebanyak 18 orang atau sekitar 40% dari jumlah

responden.

B. Tanggapan Responden

1. Keselamatan Kerja

89

Keselamatan kerja dapat membantu mengendalikan bahaya-

bahaya yang timbul akibat penggunaan bahan dan mekanisasi

dalam aktifitas perusahaan. Dengan pendekatan demikian, maka

diharapkan manajemen perusahaan mengambil sikpa nyata yang

menckaup menidentifikasi setiap proses dan peralatan

pengendalian kerugian sebagai sumber resiko bahaya,

mengestimasi rencana program pengendalian kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, menyusun rencana program pengendalian

kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menyusun sitem

komunikasi yang diperlukan, dan menyiapkan sarana dan

peralatan beserta personil yang terlatih dan profesional.

Berikut hasil jawaban Questionaire dari 45 orang karyawan pada

PT. Meridan Sejati SuryaPlantation yang diambil sebagai

sampel.

Tabel 7Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Alat Pengaman

Keselamatan PadaPT. Meridan Sejati Suryaplantation

90

Tanggapan Jumlah respondenPersentase

(%)Sangat memuaskan 9 20,00%

Memuaskan 11 24,44%Cukup 22 48,89%

Kurang memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang memuaskan 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 7 dapat dilihat tanggapan responden mengenai

kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Meridan

sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak

22 orang atau 48,89% menyatakan cukup memuaskan mengenai

kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3 orang atau

6,67% menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan

mengenai kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup memuaskan.

Alat pelindung diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib

digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga pekerja

itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah

disepakati oleh Pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja

Republik Indonesia. Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :

91

a. Safety Helmet. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari

benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.

b. Tali keselamatan (safety belt). Berfungsi sebagai alat

pengaman ketika menggunaan alat transportasi ataupun

peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat,

dan lain-lain).

c. Sepatu Karet (Sepatu Boot). Berfungsi sebagai alat

pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun

berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk

melindungi kaki dari benda tajam atau benda berat, benda

panas, cairan kimia dan seterusnya.

d. Sepatu pelindung ( safety shoes0. Seperti sepatu biasa,

tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari

karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan

fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau

berat, benda panas, cairan kimia dan seterusnya.

e. Sarung tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan

pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat

mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung

92

tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing

pekerjaan.

f. Tali Pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai

pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan

menggunaka alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.

g. Penutup telinga (Ear Plug/Ear muff). Berfungsi sebagai

pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang

bising.

h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai

pelindung mata ketika bekerja ( misalnya mengelas).

i. Masker (Respirator/. Berfungsi sebagai penyaring udara

yang dihirup saat bekerja dengan kualitas udara buruk

(misal berdebu, beracun, dsb).

Semua jenis Alat Pelindung Diri ( APD) harus digunakan

sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai

dengan standar keselamatan kerja. Keselamatan Kerja pada

umumnya berupa pedoman atau petunjuk-petunjuk sebagai penuntun

agar para pekerja dapat bekerja dengan metoda-metoda yang

baik, benar dan aman, selalu waspada terhadap segala

93

kemungkinan atau bahaya sehingga dapat mengambil tindakan

secara tepat dalam keadaan mendesak dan yang tidak terduga.

Tabel 8Tanggapan Responden Tentang Cara Menggunakan Alat Pengaman

KeselamatanPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Jelas 12 26,67%

Jelas 11 24,44%Cukup 18 40,00%

Kurang Jelas 4 8,89%Sangat Kurang Jelas 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 8 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman

keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.

Dari 45 orang responden, yang paling banyak yaitu 18 orang

atau 40% menyatakan cukup jelas mengenai petunjuk tentang cara

menggunakan alat pengaman keselamatan kerja ada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau

8,89% menyatakan kurang jelas. Dpaat diambil kesimpulan

mengenai petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman

keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

aalah cukup jelas.

94

Alat pengaman diperlukan agar kemungkinan timbulnya ahaya

dapat diperkecil. Alat pengaman dapat dibagi menjadi dua

kategori yaitu pengaman alat berbahaya dan pengaman manusia

yang melayani alat itu. Proses produksi barang dan jasa dapat

mengakibatkan kondisi kritis yang membahayakan sehingga timbul

malapetaka major accident dengan dampak yang luas dan sulit

ditanggulangi.

Dikenal Istilah 5K akibat kecelakaan, yaitu :

a. Kerusakan dan kerugian materi.

b. Kekacauan dan diorganisasi.

c. Keluahan dan kesedihan.

d. Kelainan dan cact.

e. Kematian.

Suatu varietas yang besar bagi peralatan perlindungan

bagi pekerja yang dibutuhkan pekerja pada pekerjaannya. Untuk

tingkat kecelakaan yang tinggi dapat digunakan penutup muka

dan lengkap. Perlindungan dengan helm sangat diperlukan dimana

sering terjadi maslaah terhadap benda-benda yang jatuh,

penutup rambut yang digunakan wanita untuk mencegah masuknya

95

rambut ke roda gigi, bar, tau tiang yang berputar. Penutup

telinga dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan. Sarung

tangan dapat digunakan untuk melindungi tangan dari melepuh.

Terpotong, terkilir dan zat kimia. Secara umum peralatan

perlindungan pekerja harus digunakan tujuan akhir. Lebih baik

mengurangi resiko kecelakaan agar para pekerja terhindar dari

bahaya. Jika tidak memakai topi atau pelindungan tubuh.

Bagaimana sebagai perlaatan supelemental, poin-pin ini dapat

tak berarti.

Tabel 9Tanggapan Responden Tentang Frekuensi Penggunaan Alat Pengaman

KeselamatanPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sering 9 20,00%

Sering 19 42,22%Cukup 14 31,11%

Kurang Sering 3 6,67%Sangat Kurang Sering 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 9 dilihat tanggapan responden mengenai

frekuensi penggunaan alat penggunaan keselamatan kerja PT.

96

Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang

paling banyak yaitu 19 orang atau 42,22% menyatakan sering

mengenai frekuensi penggunaan lat pengaman keselamatan kerja

pada PT. Meridan Sejati Suryaplantion dan paling sedikit yaitu

3 orang atau 6,67% menyatakan kurang sering. Dapat diambil

kesimpulan mengenai frekuensi penggunaan alat pengaman

keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

adalah sering.

Tabel 10Tanggapan Responden Tentang Frekuensi Kerusakan Alat Pengaman

KeselamatanPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sering 7 15,56%

Sering 15 33,33%Cukup 21 46,67%

Kurang Sering 2 4,44%Sangat Kurang Sering 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja

pada PT. Meridan Sejati Suryaplantaion. Dari 45 orang

responden, yang paling banyak yaitu 21 orang atau 46,67%

menyatakan cukup sering mengenai frekuensi kerusakan alat

97

pengaman keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantationdan paling sedikit yaitu 2 orang yaitu 4,44%

menyatakan kurang sering. Dapat diambil kesimpulan mengenai

frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup sering.

Tabel 11Tanggapan Responden Tentang Alat Penerangan yang disediakan oleh

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sering 10 22,22%

Sering 13 28,89%Cukup 19 42,22%

Kurang Sering 3 6,67%Sangat Kurang Sering 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 11 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan pada

PT. Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,

pling banyak yaitu 19 orang atau 42,22% menyatakan cukup

sering mengenai alat penerangan yang disediakan oleh

perusahaan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan paling

sedikit yaitu 3 orang atau 6,67% menyatakan kurang sering.

Dapat diambil kesimpulan mengenai alat penerangan yang

disediakan oleh perusahaan pada PT. Meridan Sejati

98

Suryaplantation adalah cukup sering. Kualitas Pencahayaan

(penting mengenali jenis cahaya).

a. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis

pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja

yang sehat dan aman. (secara berkala diukur dengan Luxs

Meter)

b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna,

dekorasi dll.

c. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja

dengan kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat

terjadinya kelelahan mata).

d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam

ruang.

e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan

memperhatikan warna yang digunakan.

f. Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap

tangga.

Segala perlengkapan instalasi, perlatan dan alat-alat

potong yang terletak di bengkel telah direncanakan untuk

99

memotong, membentuk atau mencetak bentuk yang diinginkan,

walaupun semua benda-benda tersebut mati dan tidak dapat

berpikir sendiri, tetpi dapat berfungsi jika dikendalikan,

maka sebagai pedoman keselamatan kita harus berpikir, bahwa

penyebab kecelakaan terbesar dengan mudah dapat diambil

kesimpuan : ujung, sisi yang tajam akan bsia memotong, panas

dan api bisa membakar, asam akan bisa merusak roda gigi, roda

penggerak, benda berputar akan menjepit tangan atau menjambret

pakaian suatu benda bergerak, atau yang berat akan

membahayakan aliran listrik akan membakar dan merusak, jatuh

akan menyebabkan luka dan celaka sesuatu yang tidak disangga

atau diajaga akan bsia jatuh.

Berikut ini dapat dilihat tabulasi jawaban responden

mengenai keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation adalah sebagai berikut :

Tabel 12 Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Keselamatan Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Pertanyaan Alternatif Jawaban5 4 3 2 1

Kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja

9 11 22 3 0

100

Cara Menggunakan alat pengaman keselamatan kerja

12 11 18 4 0

Frekuensi Penggunaan alat pengaman keselamatan kerja

9 19 14 3 0

Frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja

7 15 21 2 0

Alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan

10 13 19 3 0

Jumlah 47 69 94 15 0Rata-rata 9 14 19 3 0

Jumlah Rata-rata 45

Persentase 20,00%

31,11%

42,22%

6,67%

0,00%

Berikut dapat dilihat penjelasan tabel di atas mengenai

keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

adalah rata-rata sebanyak 9 orang atau 20% menyatakan sangat

baik, 14 orang atau 31,11% menyatakan baik, 19 orang atau

42,22% menyatakan cukup baik dan 3 orang atau 6,67% menyatakan

kurang baik.

Berikut ini dapat disajikan rekapitulasi tanggapan

responden mengenai keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation :

Tabel 13Tabulasi Skor Jawaban Mengenai Keselamatan Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Bobot Frekuensi Persentase (%) Skor

101

Sangat Baik 5 47 20,89% 235Baik 4 69 30,67% 276Cukup 3 94 41,78% 282

Kurang Baik 2 15 6,67% 30Sangat Kurang Baik 1 0 0,00% 0

Jumlah   225 100,00% 823

Untuk mendapatkan gambaran responden secara umum dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Skor Ideal adalah = Jumlah Responden x Nilai Kategori x

Indikator

Skor Tertinggi = 45 x 5 x 5 = 1.125

Skor terendah = 45 x 5 x 1 = 225

Rentang Skor adalah = (1.125 – 225)/5 = 180

Berdasarkan rentang skor sebesar 180 maka dapat

digambarkan tanggapan responden mengenai keselamatan kerja

pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah sebagai berikut

:

102

Berdasarkan tabulasi jawaban responden mengenai

keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

dengan jumlah buti pertanyaan adalah 5 pertanyaan maka

diperoleh jumlah skor jawaban responden adalah 823 maka dapat

diambil kesimpulan bahwa responden menyatakan baik mengenai

keselamatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.

2. Kesehatan Kerja

Suatu kecelakaan sering terjadi oleh beberapa sebab,

kecelakaan dapat dicegah dengan melalui penyebabnya untuk

mendapatkan sebab-sebab terjadinya kecelakaan adalah sangat

penting, ini dapat membantu dalam rencana bagaimana mencegah

terjadinya kecelakaan yang sama. Penyebab kecelakaan adalah

antara lain:

a. Sikap dan kondisi yang tidak baik. Seseorang mendapat

luka tidak selalu disebabkan karena kecelakaan tetapi

kecelakaan dapat disebabkan oleh sikap pribadi yang tidak

baik atau kondisi yang tidak baik. Contoh tentang

perbuataan yang tidak baik tersebut adalah : penggunaan

103

perlengkapan alat tanpa mendapat latihan sempurna dalam

penggunaannya pemakaian alat-alat atau perlengkapan

dengan cara yang salah kelalaian seseorang menggunakan

peralatan pelindung seperti kacamata las, bila pekerjaan

itu memerlukan alat itu tidak bersungguh-sungguh dan

bermain-main tergesa-gesa dan melalaikan luka yang kecil

perkerjaan yang kacau atau pribadi yang tidak

tenang/kacau. Kecelakaan dapat dicegah dengan

menghindarkan kemungkinan sebab-sebabnya, orang yang

paling baik bekerja adlaah dengan pertimbangan yang hati-

hati, berjaga-jaga dan bertanggung jawab. Kita akan

mendapat hasil seperti orang yang telah berhasil. Selain

itu petunjuk ini akan membantu kita dalam latihan

mencegah kecelakaan. Laporan semua kecelakaan atau

kerusakan peralatan baik yang kecil maupun yang besar,

kerusakan kecil dapat menjadi besar jika tidak segera

dilaporkan atau diperbaiki.

Ada tiga dasar penyebab terjadinya kecelakaan kerja yaitu:

104

a. Terjadi secara kebetulan. Dianggap sebagai kecelakaan

dalam arti asli (genuine accident) sifatnya tidak dapat

diramalkan dan berada di luar kendali manajemen

perusahan. Misalnya, seorang karyawan tepat berada di

depan jendela kaca ketika tiba-tiba seseorang melempar

jendela kaca sehingga mengenainya.

b. Kondisi kerja yang tidak aman. Kondisi kerja yang tidak

aman merupakan salah satu penyebab utama terjadinya.

Kondisi ini meliputi faktor-fator sebagai berikut:

1. Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.

2. Perlatan yang rusak.

3. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar

mesin atau peralatan gudang yang tidak aman (sumpek

dan terlalu penuh).

4. Cahay tidak memadai, surahm, dan kurang penerangan.

5. Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak

cukup, atau sumber udara tidak murni.

Pemulihan terhadap faktor-faktor ini adalah dengan

meminimalkan kondisi yang tidak aman, misalnya dengan cara

105

membuata daftar kondisi fisik dan mekanik yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pembuatan checklist ini

akan membantu dalam menemukan masalah yang menjadi penyebab

kecelakaan.

Meskipun kecelakaan dapat terjadi di mana saja dan kapan

saja, akan tetapi ada tempat-tempat tertentu yang mempunyai

tingkat kecelakaan kerja tinggi. Kira-kira sepertiga dari

kecelakaan industri maupun laboratorium terjadi di sekitar

truk Forklift, kereta dorong, dan tempat-tempat angkat junjung

barang. Di samping kondisi kerja yang tidak aman masih ada

tiga faktor lain yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya

kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut yaitu sifat dari

kerja itu sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di

tempat kerja.

a. Sifat kerja. Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat

kerja mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sebagi contoh,

karyawan yang bekerja sebagai operator crane (derek) akan

memiliki resiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi

106

dibandingkan mereka yang bekerja sebagai

supervisor/penyelia.

b. Jadwal kerja. Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga

mempengaruhi kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja

biasanya stabil pada jam 6-7 jam pertama di hari kerja.

Akan tetapi pada jam-jam setelah itu, tingkat kecelakaan

kerja akan lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena

karyawan atau tenaga kerja sudah melampaui tingkat

kelelahan tinggi. Kenyataan di lapangan juga membuktikan

bahwa kerja malam mempunyai resiko kecelakaan lebih

tinggi dari pada kerja pada siang hari.

c. Iklim psikologis tempat kerja. Iklim psikologis di tempat

kerja juga berpengaruh pada kecelakaan kerja. Karyawan

atau tenaga kerja yang bekerja di bawah tekanan stress

atau yang merasa pekerjaan mereka terancam atau yang

merasa tidak aman akan mengalami lebih banyak kecelakaan

kerja dari pada mereka yang tidak mengalami tekanan.

Tabel 14Tanggapan Responden Tentang Waktu Istirahat yang Disediakan

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

107

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memadai 6 13,33%

Memadai 14 31,11%Cukup 23 51,11%

Kurang Memadai 2 4,44%Sangat Kurang Memadai 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 14 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai waktu istirahat yang disediakan perusahaan pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,

paling banyak yaitu 23 orang atau 51,11% menyatakan cukup

memadai mengenai waktu istirahat yang disediakan perusahaan

pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation da paling sedikit

yaitu 2 orang atau 4,44% menyatakan kurang memadai. Dapat

diambil kesimpulan mengenai waktu istirahat yang disediakan

perusahaan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah

cukup memadai.

Tabel 15Tanggapan Responden Tentang Tingkat Kebisingan Lokasi Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 8 17,78%

Memuaskan 11 24,44%Cukup 22 48,89%

Kurang Memuaskan 4 8,89%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

108

Dari tabel 15 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai tingkat kebisingan lokasi kerja pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak

yaitu 22 orang atau 48,89% menyatakan cukup memuaskan mengenai

tingkat kebisingan lokasi kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 8,89%

menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan mengenai

tingkat kebisingan lokasi kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation adalah cukup memuaskan.

Beberapa aspek kebisingan mempengaruhi adanya kebisingan

yang spesifik yang tidak menyenangkan. Intensitas kebisingan

diukur dengan disibel (dB), skalanya berbentuk garis

nonlinear. Untuk setiap 10dB, Intensitas kebisingan bertamabh

10 kali. Kantor bisnis yang normal memiliki level kebisingan

kira-kira 50 dB, sementara menekan pembicaraan hanya 40dB.

Umumnya berbicara memiliki level 100 dB – 120 dB sangat

berbahaya bagi orang di daerah terbuka. Frekuensi kebisingan

juga penting dalam menentukan perasaan yang subjektif

Frekuensi tertinggi adalah suara, suara terkeras adalah suara

109

yang intensitas tingkatan yang spesifik. Suara dengan

kebisingan 40 dB berasal dari 300 putaran/detik sama dengan

30dB pada 1000 putaran/detik. Tempat terbuka yang lebih

panjang, lebih kuat dari pada pendek dan pulsa kebisingan

umumnya lebih tidak sesuai dari pada kebisingan tetap dengan

intensitas rata-rata. Bahaya pada area kebisingan yang

tersebar juga tergantung pada sumber kebisingan, karenanya ada

variasi diantara kebisingan-kebisingan tersendiri.

Tabel 16Tanggapan Responden Tentang Keadaan atau Lingkungan Tempat Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Baik 13 28,89%

Baik 10 22,22%Cukup 19 42,22%

Kurang Baik 3 6,67%Sangat Kurang Baik 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 16 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai keadaan atau lingkungan tempat kerja pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang paling

banyak yaitu 19 orang atau 42,22% menyatakan cukup baik

mengenai keadaan lingkungan tempat kerja pada pT. Meridan

Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3 rang atau

110

6,67% menyatakan kurang baik. Dapat diambil kesimpulan

mengenai keadaan atau lingkungan tempat kerja pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation adalah cukup baik.

Tabel 17Tanggapan Responden Tentang Hubungan Karyawan dengan Karyawan

atau Hubungan Karyawan dengan Atasan Pada Tempat KerjaPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Baik 11 24,44%

Baik 17 37,78%Cukup 13 28,89%

Kurang Baik 4 8,89%Sangat Kurang Baik 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 17 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai hubungan antara karyawan dengan karyawan atau

hubungan karyawan dengan atasan pada tempat kerja PT. Meridan

Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang paling

banyak yaitu 17 orng atau 37,78% menyatakan baik mengenai

hubungan karyawan dengan karyawan atau hubungan antara

karyawan dengan atasan pada tempat kerja PT. Meridan Sejati

Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 8,89%

menyatakan kurang baik. Dapat diambil kesimpulan menegnai

hubungan antara karyawan dengan karyawan atau hubungan

111

karyawan dengan atasan pada tempat kerja pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation adalah baik.

Tabel 18Tanggapan Responden Tentang Kebijaksanaan Jam Kerja yang

diterapkan olehPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Baik 9 20,00%

Baik 14 31,11%Cukup 20 44,44%

Kurang Baik 2 4,44%Sangat Kurang Baik 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 18 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai kebijaksanaan jam kerja yang diterapkan oleh

perusahaan kepada karyawan pada pT. Meridan Sejati

Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak yaitu

20 orang atau 44,44% menyatakan cukup baik mengenai

kebijaksanaan jam kerja yang diterapkan oleh perusahaan kepada

karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan paling

sedikit yaitu 2 orang atau 4,44% menyatakan kurang baik. Dapat

diambil kesimpulan mengenai kebijaksanaan jam kerja yang

diterapkan oleh perusahaan kepada karyawan pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation adalah cukup baik.

112

Setelah mencermati sebab-sebab terjadinya kecelakaan di

tempat kerja, maka dalam prakteknya, pencegahan kecelakaan

kerja dapat dilakukan dengan dua aktivitas dasar yaitu :

a. Mengurangi kondisi kerja yang tidak aman. Mengurangi

kondisi kerja yang tidak aman menjadi lini depan

perusahaan atau laboratorium dalam mencegah kecelakaan

kerja. Penanggung jawab keselamatan kerja harus merancang

tugas sedemikian rupa untuk menghilangkan atau mengurangi

bahaya fisik. Gunaka risk assesment atau checklist

inspeksi alat untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

bahaya-bahaya yang potensial.

b. Mengurangi tindakan karyawan yang tidak aman. Tindakan-

tindakan karyawan yang tidak aman (atau tidak sesuai

prosedur kerja) dapat dikurangi dengan berbagai

aktivitas/cara yaitu :

1. Seleksi dan penempatan.

2. Propaganda, kampanye, atau mengenai keselamatan kerja.

3. Pelatihak mengenai prosedur kerja dan keselamatan

kerja serta dorongan positif ( positive reinforcement).

113

4. Komitmen dari manajer tingkat atas (top management).

Berikut ini dapat dilihat tabulasi jawaban responden

mengenai kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation adalah sebagai berikut :

Tabel 19Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Kesehatan Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Pertanyaan Alternatif Jawaban5 4 3 2 1

Waktu Istirahat yangdisediakan perusahaan 6 14 23 2 0

Tingkat kebisingan lokasikerja 8 11 22 4 0

Keadaan atau LingkunganTempat Kerja 13 10 19 3 0

Hubungan Karyawan dengankaryawan atau hubungan

karyawan dengan atasan padatempat kerja

11 17 13 4 0

Kebijaksanaan jam kerja yangditerapkan oleh perusahaan

kepada karyawan9 14 20 2 0

Jumlah 47 66 97 15 0Rata-rata 9 13 19 3 0

Jumlah Rata-rata 44

114

Persentase 20,45%

29,55%

43,18% 6,82% 0,00%

Berikut dapat dilihat penjelasan tabel di atas mengenai

kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah

rata-rata sebanyak 9 orang atau 20,45% menyatakan sangat baik,

13 orang atau 29,55% menyatakan baik, 19 orang atau 43,18%

menyatakan cukup baik dan 3 orang atau 6,82% menyatakan kurang

baik.

Berikut ini dapat disajikan rekapitulasi tanggapan

responden mengenai kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation.

Tabel 20Tabulasi Skor Jawaban Mengenai Kesehatan Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Bobot Frekuensi Persentase (%) SkorSangat Baik 5 47 20,89% 235

Baik 4 66 29,33% 264Cukup 3 97 43,11% 291

Kurang Baik 2 15 6,67% 30Sangat Kurang Baik 1 0 0,00% 0

Jumlah   225 100,00% 820

Untuk mendapatkan gambaran responden secara umum dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

115

Skor ideal adalah = Jumlah responden x Nilai Kategori x

Indikator

Skor tertinggi = 45 x 5 x 5 = 1.125

Skor terendah = 45 x 5 x 1 =225

Rentang skor adalah = (1.125 – 225)/5 = 180

Berdasarkan rentang skor sebesar 180 maka dapat

digambarkan tanggapan responden mengenai kesehatan kerja pada

pT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabulasi jawaban responden mengenai kesehatan

kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dengan jumlah

butir pertanyaan adalah 5 pertanyaan maka diperoleh jumlah

skor jawaban responden adalah 820 maka dapat diambil

kesimpulan bahwa responden menyatakan baik mengenai kesehatan

kerja pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.

116

3. Kepuasan Kerja

Tabel 21Tanggapan Responden Tentang Tingkat kedisiplinan dalam Bekerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 11 24,44%

Memuaskan 17 37,78%Cukup 14 31,11%

Kurang Memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 21 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai tingkat kedisiplinan dalam bekerja pada pT. Meridan

Sejati Suryaplantatio. Dari 45 orang responden, yang paling

banyak yaitu 17 orang atau 37,78% menyatakan bahwa memuaskan

mengenai tingkat kedisiplinan dalam bekerja pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3 orang atau

6,67% menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan

mengenai tingkat kedisiplinan dalam bekerja pada pT. Meridan

Sejati Suryaplantation adalah memuaskan.

Tabel 22Tanggapan Responden Mengenai Ketepatan Masuk Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Tepat Waktu 9 20,00%

Tepat Watu 13 28,89%Cukup 19 42,22%

117

Kurang Tepat Waktu 4 8,89%Sangat Kurang Tepat Waktu 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 22 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai ketepatan masuk kerja pada PT. Meridan Sjeati

Suryaplantation. Dari 45 orang responden, paling banyak yaitu

19 orang atau 42,22% menyatakan cukup tepat waktu mengenai

ketepatan masuk kerja PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan

paling sedikit yaitu 4 ornag atau 8,89% menyatakan kurang

tepat waktu. Dapat diambil kesimpulan mengenai ketepatan masuk

kerja pada pT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup

tepat waktu.

Tabel 23Tanggapan Responden Tentang Kualitas Hasil Kerja Sesuai dengan

StandartPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 11 24,44%

Memuaskan 21 46,67%Cukup 10 22,22%

Kurang Memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 23 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai kualitas hasil kerja sesuai dengan standart pada PT.

118

Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,

paling banyak yaitu 21 orang atau 46,67% menyatakan memuaskan

mengenai kualitas hasil kerja sesuai dengan standart pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 3

orang atau 6,67% menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil

kesimpulan mengenai kualitas hasil kerja sesuai dengan

standart pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup

memuaskan.

Tabel 24Tanggapan Responden Tentang Kualitas Hasil Kerja Sesuai Perintah

PimpinanPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Memuaskan 5 11,11%

Memuaskan 22 48,89%Cukup 15 33,33%

Kurang Memuaskan 3 6,67%Sangat Kurang Memuaskan 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%Dari tabel 24 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai kualitas hasil kerja sesuai perintah pimpinan pada

PT. Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden,

yang paling banyak yaitu 22 orang atau 48,89% menyatakan

memuaskan mengenai kualitas hasil kerja sesuai perintah

pimpinan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dan paling

119

sedikit yaitu 3 orang atau 6,67% menyatakan kurang memuaskan.

Dapat diambil kesimpulan mengenai kualitas hasil kerja sesuai

perintah pimpinan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

adalah memuaskan.

Tabel 25Tanggapan Responden Tentang Lama Penyelesaian Pekerjaan sesuai

StandartPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat Sesuai 8 17,78%

Sesuai 15 33,33%Cukup 18 40,00%

Kurang Sesuai 4 8,89%Sangat Kurang Sesuai 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 25 di atas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai lama penyelesaian pekerjaan sesuai dengan standart

perusahaan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation. Dari 45

orang responden, paling banyak yaitu 18 orang atau 40 %

menyatakan cukup sesuai mengenai lama penyelesaian pekerjaan

sesuai dengan standart perusahaan pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 8,89%

menyatakan kurang sesuai. Dapat diambil kesimpulan mengenai

120

lama penyelesaian pekerjaan sesuai standart perusahaan pada

PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah cukup sesuai.

Tabel 26Tanggapan Responden Tentang Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Jumlah responden Persentase (%)Sangat baik 10 22,22%

Baik 9 20,00%Cukup 21 46,67%

Kurang Baik 5 11,11%Sangat Kurang Baik 0 0,00%

Jumlah 45 100,00%

Dari tabel 26 diatas dapat dilihat tanggapan responden

mengenai keterlambatan penyelesaian pekerjaan pada PT. Meidan

Sejati Suryaplantation. Dari 45 orang responden, yang paling

banyak yaitu 21 orang atau 46.67% menyatakan cukup baik

mengenai keterlambatan penyelesaian pekerjaan pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation dan paling sedikit yaitu 5 orang atau

11,11% menyatakan kurang baik. Dapat diambil kesimpulan

mengenai keterlambatan penyelasaian pekerjaan pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation adalah cukup memuaskan.

Berikut ini dapat dilihat tabulasi jawaba responden

mengenai kepuasan kerja karyawan pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation adalah sebagai berikut :

121

Tabel 27Tabulasi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Pertanyaan Alternatif Jawaban5 4 3 2 1

Tingkat kedisiplinan dalambekerja 11 17 14 3 0

Ketepatan masuk kerja 9 13 19 4 0Kualitas hasil kerja sesuai

dengan standart 11 21 10 3 0

Kualitas hasil kerja sesuaidengan perintah pimpinan 5 22 15 3 0

Lama penyelesaian pekerjaansesuai dengan standart

perusahaan8 15 18 4 0

Keterlambatan penyelesaianpekerjaan 10 9 21 5  

Jumlah 54 97 97 22 0Rata-rata 9 16 19 4 0

Jumlah Rata-rata 45

Persentase 20,00%

35,56%

42,22% 8,89% 0,00%

Berikut dapat dilihat penjelasan tabel diatas mengenai

kepuasan kerja karyawan pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation adalah rata-rata sebanyak 9 roang atau 20%

menyatakan sngat baik, 16 orang atau 35,56% menyatakan baik,

16 orag atau 35,56% menyatakan cukup baik dan 4 orang atau

8,89% menyatakan kurang baik.

122

Berikut ini dapat disajikan rekapitulasi tanggapan

responden mengenai kepuasan kerja karyawan pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation.

Tabel 28Tabulasi Skor Jawaban Mengenai Kepuasan Kerja Karyawan

PT. Meridan Sejati Suryaplantation

Tanggapan Bobot Frekuensi Persentase (%) SkorSangat Baik 5 54 20,00% 270

Baik 4 97 35,93% 388Cukup 3 97 35,93% 291

Kurang Baik 2 22 8,15% 44Sangat Kurang Baik 1 0 0,00% 0

Jumlah   225 100,00% 993

Untuk mendapatkan gambaran responden secara umum dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Skor ideal adalah = Jumlah Responden x Nilai Kategori x

Indikator

Skor tertinggi = 45 x 6 x 5 = 1.350

Skor terendah = 45 x 6 x 1 = 270

Rentang skor adalah = (1.350-270)/5 = 216

Berdasarkan rentang skor sebesar 216 maka dapat

digambarkan tanggapan responden mengenai kepuasan kerja

123

karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation adalah sebagai

berikut:

Gambar 4. Garis Kontinum Tentang Kepuasan Kerja KaryawanPT. Meridan Sejati Suryaplantation

Berdasarkan tabulasi responden mengenai kepuasan kerja

karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation dengan jumlah

butir pertanyaan adalah 5 pertanyaan maka diperoleh jumlah

skor jawaban responden adalah 930 maka dapat diambil

kesimpulan bahwa responden menyatakan baik mengenai kepuasan

kerja karyawan pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation

C. Analisis Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation

Analisis regresi adalah teknik statistika yang berguna

untuk memeriksa dan memodelkan hubungan di antara variabel-

variabel. Penerapannya dapat dijumpai secara luas di banyak

bidang seperti teknik, ekonomi, manajemen, ilmu-ilmu biologi,

ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu pertanian. Pada saat ini,

124

analisis regresi berguna dalam menelaah hubungan dua variabel

atau lebih dan trutama untuk menelusuri pola hubungan yang

modelnya belum diketahui dengan sempurna, sehingga dalam

penerapannya lebih bersifat eksploratif. Sebagai salah satu

alat dalam statistika inferensial-parametrk, sebeluma analisis

regresi ini dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan pengujian

linearitas yaitu uji normalitas data dan bebas dari asumsi

klasik yang meliputi multikolinearitas, autokolerasi dan

heteroskedastisitas. Nugroho (2005) menjelaskan, bahwa uji

linearitas ini hanya dapat diterapkan pada regresi berganda.

1. Persamaan garis regresi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan Program SPSS for

Windows versi 12.00 diperoleh koefisien-koefisien pada

persamaan Regresi Linear Berganda sebagaimana tabel berikut :

Tabel 29 : Nilai-nilai Koefisien Pada Persamaan RegresiLinear Berganda Coefficients a

Model

UnstandarizedCoefficients

StandarizedCoefficient

s T Sig.

B Std.Error Beta

(Constant) 0.532 1.068 0 0.498 0.621KeselmatanKerja (X1) 0.536 0.039 0.707 13.83

3 0.000

Kesehatan 0.491 0.029 0.852 16.66 0.000

125

Kerja (X2) 3a Dependent Variabel : Y

Sumber : Hasil Perhitungan dengan program SPSS for windows

versi 12.00

Maka Persamaan garis regresi antara keselamatan kerja

(X1) dan Kesehatan Kerja (X2) dan Variabel dependennya adlaah

kepuasan kerja karyawan (Y) pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation dapat disusun sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + e

Y = 0,532 + 0,707 X1 + 0,852 X2 + e

Dimana : Y = Kepuasan kerja karyawan

β0 = Bilangan konstan yang merupakan titik

potong dengan sumbu vertikal pada gambar

kalau dilihat nilai x = 0

β = Slop, yaitu kecondongan

X1 = keselmatan kerja

X2 = Kesehatan Kerja

e = Epsilon/Variabel pengganggu

126

1. Nilai a = 0,532 menunjukkan bahwa apabila ilai dimensi

keselamatan dan kesehatan kerja 1% maka tingkat kepuasan

kerja karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation akan

turun sebesar 0,532 satuan.

2. Nilai b1 = 0,707 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel

keselamatan kerja naik 1 % maka variabel tingkat kepuasan

kerja karyawan PT. Meridian Sejati Suryaplantation akan

mengenai kenaikan sebesar 0,707 satuan dengan asumsi

variabel X2 tetap atau konstan.

3. Niali b2 = 0,852 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel

kesehatan kerja naik 1 % maka variabel tingkat kepuasan

kerja karyawan PT. Meridan Sejati Suryaplantation akan

mengalami kenaikan sebesar 0,852 satuan dengan asumsi

variabel X1 tetap atau konstan.

2. Analisis Koefisien Korelasi Berganda (R) dan Koefisien

Determinasi (R2)

Koefisien korelasi disimbolkan dengan R yang merupakan

ukuran keeratan hubungan antara variabel terikat dengan semua

variabel bebas secara bersama-sama. Sedangkan koefisien

127

determinasi berganda, disimbolkan R2 merupakan ukuran

kesesuaian garis linear berganda terhadap suatu data. Niali R

atauR2 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 30Model Summary

Model R R.Square AdjustedR.Square

Std. Errorof The

EstimateDurbin-Watson

1 0,948 0,898 0,893 0,34513 1,94Sumber : Hasil penghitungan dengan Program SPSS for Windows

versi 12.00

a. Predictors : (Constant), X

b. Dependent Variabel : Y

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel

bebas yaitu variabel Keselamatan Kerja (X1) dan Kesehatan

Kerja (X2) mempunyai hubungan denganvariabel terikat, yaitu

kepuasan kerja karyawan (Y) hal ini dapat dibuktikan melalui

nilai koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,948.

Pada tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa nilai koefisien

determinasi berganda (R2) sebesar 0,898. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel bebas tersebut memberikan sumbangan terhadap

kepuasan kerja sebesar = 0,898 x 100% = 89,80%

128

3. Uji F (Uji Serentak/Simultan)

Uji-F atau Anova digunakan untuk menguji apakah dimensi

keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation. Sebelum melakukan pengujian,

perlu dirumuskan formulasi hipotesis sebagai berikut :

Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikanantara

keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2)

terhadap kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation.

Hi : Ada pengaruh signifikan antara keselamatan kerja

(X1) dan kesehatan krja (X2) terhadap kepuasan kerja

pada PT. Meridan Sejati Suryaplantation.

Ho dapat diterima apabila F-hitung kecil atau sama dengan

F-tabel dan Hi diterima apabila F-hitung lebih besar daripada

F-tabel. Melalui bantuan program SPSS for Windows versi 12.00

diperoleh hasil uji F sebagaimana yang dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 31Nilai F-Hitung (ANOVA)

129

Model Sum ofSquare df Mean

Square F Sig.

Regression 44,197 2 22,099 185,523 0,000a

Residual 5,003 42 0,199    Total 49,2 44      

a. Predictors : (Constant),X1,X2

b. Dependent Variabel : Y

Sumber : Hasil penghitungan dengan program SPSS for Windows

versi 12.00

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa F-hitung

yaitu sebesar 185,523 sedangkan F-tabel pada tingkat keyakinan

(α) 5% dengan derajat bebas pembilang

= (k-1) : (n-k)

= (3-1) : (42-3)

= 2 : 39

Dari F-tabel dilihat hasilnya adalah 7,57. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai F-hitung lebih besar daripada F-tabel

dengan signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil daripada nilai α

sebesar 5 %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel

keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) mempunyai

130

pengaruh yang signifiakn terhadap kepuasan kerja pada PT.

Meridan Sejati Surya Plantation.

4. Uji-t (Korelasi Parsial)

Uji-t digunakan untuk mengetahui pegaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat secara individual dengan mengukur

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Ketentuan uji t adalah Ho dapat diterima jika F-hitung lebih

kecil atau sama dnegan t-tabel dan Hi diterima apabila t-

hitung lebih besar daripada t-tabel. Berdasarkan tabel

distribusi t-student dapat dilihat rumus sebagai berikut :

= α/2 : n-2

= 0,05/2 : 45-2

= 0,025 : 43

Dan pada t-tabel hasilnya adalah : 2,02. Hasil uji

parsial (t) atas variabel bebas tersebut adalah sebagai

berikut :

Coefficients(a)

ModelUnstandarizedCoefficients

Standarized

coefficients

t Sig.

B Std.Error Beta

131

(Constant) 0,532 1,068 0,498 0,621X1 0,536 0,039 0,707 13,833 0,000X2 0,491 0,029 0,852 16,663 0,000

a. Dependent Variable ; Y

a. Keselamatan kerja (X1)

Ho : Variabel keselamatan kerja (X1) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan

(Y).

Hi : Variabel keselamatan kerja (X1) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan

(Y)

Pada variabel keselamatan kerja (X1), nilai t-hitung

yaitu 13,833 dengan taraf signifikasi 0,000 lebih kecil

daripada tingkat keyakinan 5%. Nilai ini lebih besar

daripada t-tabel yaitu 2,02. Hal ini menyebabkan Ho

ditolak dan Hi diterima sehingga variabel keselamatan

kerja (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap

kepuasan kerja (Y).

b. Kesehatan kerja (X2)

132

Ho : Variabel Kesehaan Kerja (X2) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan

(Y).

Hi : Variabel Kesehatan kerja (X2) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan

(Y)

Pada variabel kesehatan kerja (X2), nilai t-hitung yaitu

16,663 dengan taraf signifikasi 0,000 lebih kecil daripada

tingkat keyakinan 5%. Nilai ini lebih besar daripada t-tabel

yaitu 2,02. Hal ini menyebabkan Ho ditolak dan Hi diterima

sehingga variabel kesehatan kerja (X2) berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan (Y).

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai

pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation terhadap kepuasan kerja

karyawan mempunyai hubungan atau korelasi yang kuat hal ini

dapat dibuktikan melalui nilai koefisien korelasi berganda (R)

sebesar 0,948. Secara statistik besarnya pengaruh program

133

keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation terhadap kepuasan kerja Karyawan adalah

sebesar 89,80%.

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu diantaranya

adalah Noor Eva Koesumawati (2004) yang menyimpulkan ada

pengaruh signifikan antara jaminan kesehatn dan keselamatan

kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada perusahaan

tekstil PT. Kusumatex Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan

diperolehnya untuk jamian kesehatan dan keselamatan

berpengaruh secara bersama-sama yaitu nilai F-hitung > F-

tabel, yaitu 6,448 > 2,201.

Dewi Muthmainah (2004) menyimpulkan ada pengaruh secara

bersama-sama jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja

terhadap produktivitas kerja karyawan dibagian produksi pada

CV Agung di Klaten, F-hitung > F-tabel yaitu 6,362 > 4,17.

Serta secara individu jaminan kesehatan dan jaminan

kesejahteraan berpengaruh terhadap produktivitas kerja

karyawan pada CV Agung di Klaten.

134

Dari pokok bahasan teknik keselamatan kerja yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menarik

beberpaa kesimpulan seperti :

a. Keselamatan kerja pada suatu perusahaan adalah sangan

penting demi kemajuan perusahaan dan kesejahteraan

karyawan

b. Keselamatan kerja pada suatu perusahaan harus didukung

oleh berbagai faktor seperti tempat kerja yang baik,

tingkat kebisingan yang rendah, suasana kerja yang nyaman

dan lain-lain.

c. Perlengkapan keselamatan kerja pada sebuah perusahaan

hendaknya dipergunakan secara optimal untuk menghindari

resiko kecelakaan.

d. Tingkat keselamatan kerja pada pabrik kecil lebih rendah

dibandingkan dengan tingkat keselamatan pada pabrik besar

karena tingkat spesialisasi para pekerja yang tidak

seimbang dengan teknologi yang dipergunakan.

Keselamatan kerja haruslah dipandang sebagi upaya teknis

manajerial yang sangat besar fungsi dan peranannnya dalam :

135

a. Mengamankan investasi.

b. Memelihara kelestarian dan kontinuitas usaha.

c. Mengembangkan potensi ekonomi.

d. Meningkatkan manfaat perangkat produksi.

e. Memelihara dan meningkatkan daya produktivitas kerja dari

tenaga kerja.

Pekerja harus selalu waspada pada waktu bekerja, karena

tidak akan ada seorangpun yang celaka atau mesin rusak tanpa

sebab-sebab. Pekerja harus mentaati peraturan dan instruksi,

memperhatikan instruksi untuk bekerja secara betul dan aman,

bertindak benar, tepat pada waktu terjadi kecelakaan, segera

lapor kepada instruktur bila terjadi kecelakaan, menerangkan

penyebab ternjadinya kecelakaan dan kerusakan. Keamanan

bekerja sebagian besar tergantung dari tempat dan suasana

sekitarnya karena : tempat selalu dibutuhkan semua benda dan

benda terletak pada suatu tempat dan penyusun/suasana tempat

bekerja itu adalah relatif tetapi kita harus mempunyai pedoman

: jalan yang menghubungkan antara tempat satu dengan yang lain

136

harus terlihat jelas, rintangan yang menuju ke tempat bahaya

harus terlihat jelas.

137

Perlindungan untuk bagian-bagian dari mesin yang bergerak

atau yang berputar. Jangan duduk, meletakkan tangan atau

menginjakkan kaki pada tempat yang membahayakan, mebiarkan

benda kerja, alat-alat potong, berserakan di tempat kerja.

Meletakkan peralatan pembantu yang mudah dijangkau misalnya

pemadam kebakaran, kotak P3K, bel bahaya dan lain-lain yang

sangat dibutuhkan pada keadaan gawat, sehingga orang dapat

dengan mudah menemukannya. Juga harus diingat bahwa pada

tempat bekerja, peralatan harus bersih dan tidak berlumuran

dengan minyak, karena bilaman terjai suatu kecelakaan/keadaan

yang gawat dan membutuhkan pertolongan yang segera, tidak

merintangi/menyebabkan penolong jatuh terpeleset. Tanda

larangan atau tanda bahaya pada dasarnya sama dengan tanda

lalu lintas jalan raya, sehingga bentuknya pun juga mirip

misalnya: tulisan/perintah atau larangan.

138

BAB IV

PENUTUP

Dari hasil pembahasan di bab-bab sebelumnya maka pada bab

ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ;

A. Kesimpulan

1. Tanggapan responden mengenai keselamaan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation berada dalam kategori

“baik” dengan skor 823 dari jumlah skor 1.125

2. Tanggapan responden mengenai kesehatan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryplantation berada dalam kategori

“baik” dengan skor 820 dari jumlah skor 1.125

3. Tanggapan responden mengenai kepuasan kerja pada PT.

Meridan Sejati Suryaplantation berada dalam kategori

“puas” dengan skor 993 dari jumlah skor 1.125

4. Pengaruh keselamatan kerja terhadap kepuasan kerja secara

parsial adalah positif dan signifikan.

5. Pengaruh kesehatan kerja terhadap kepuasan kerja secara

parsial adalah positif dan signifikan.

139

6. Variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel kepuasan kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantatio. Diperoleh nilai koefisien determinasi

berganda (R2) sebesar 0,898. Hal ini menunjukkan bahwa

kedua variabel bebas tersebut secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar 89,90%.

B. Saran

1. Untuk mempertahankan Keselamatan Kerja pada PT. Meridan

Sejati Suryaplantation pada masa yang akan datang perlu

memperhatikan kelengkapan alat pengaman keselamatan

kerja, Petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman

keselamatan kerja, Frekuensi penggunaan alat pengaman

keselamatan kerja, Kerusakan alat pengaman keselamatan

kerja, Alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan

2. Untuk mempertahan Kesehatan Kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation pada masa yang akan datang perlu

memperhatikan waktu istirahat yang disediakan perusahaan,

tingkat kebisingan lokasi kerja, keadaan atau lingkungan

140

tempat kerja, hubungan karyawan dengan karyawan atau

hubungan karyawan dengan atasan pada tempat kerja,

Kebijaksanaan jam kerja yang diterpakan oleh perusahaan

kepada karyawan.

3. Untuk memperthan Kepuasan Kerja pada PT. Meridan Sejati

Suryaplantation pada masa yang akan datang perlu

memperhatikan Tingkat kedisiplinan dalam bekerja,

ketetapan masuk kerja, kualtas hasil kerja sesuai dengan

standart, Kualitas hasil kerja sesaui perintah pimpinan,

lama penyelesaian pekerjaan sesuai standart perusahaan,

Jarang terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan.

4. Keselamatan kerja memberikan jaminan akan kenyamanan dan

keselamatan diri dalam lingkungan kerja sehingga ke depan

perlu dipertahankan. Dengan keselamatan kerja yang

tinggi, maka kecelakaan kerja dapat berkurang, sehingga

tenaga kerja dapat lebih produktif bekerja.

5. Tujuan utama dari kesehatan kerja adalah menciptakan

tenaga kerja yang sehat dan produktif sehigga dimasa yang

akan datang perlu dipertahankan.

141

6. Variabel keselamatan dan kesehatan kerja secara simultan

memiliki pengaruh yang signifikan sehingga di masa yang

akan datang perlu dipertahankan dengan memperhatikan

pelaksana program keselamatan dan kesehatan kerja pada

perusahaan.

142

DAFTAR PUSTAKA

AS, Moenir, 1999, Pendekatan Manusia dan Organisasi

Terhadap Pembinaan Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta.

Cornel Naibaho, 2000, Keteknikan Pabrik dalam Suatu

Sistim Management Industri, CV. Akademi Pressindo,

Jakarta.

Fraid Harianto, 1999, Manajemen Unsur Manusia dan

Kecelakaan Kerja, Penerbit Yayasan Kerja.

Handoko, Hani, T., 2000, Manajemen Personalia dan Sumber

Daya Manusia, PFE, Yogyakarta.

Helena Poerwanto dan Syaifullah, 2005, Hukum perburuhan

Bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

Husen Umar, 2005, Riset Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta

J.Supranto, 2001, Statistik Teori dan Aplikasi, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

143

Kartono, 1999, Psikologi Sosial Perusahaan dan Industri,

Penerbit Rajawali Press, Jakarta.

Muhammad Teguh, 2001, Metodologi Penelitian Ekonomi, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

P.K., Suma’mur, 2000, Keselamatan Kerja dan Pencegahan

Kecelakaan, CV Haji Masagung, Jakarta.

Siagian, Sondang P., 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia,

Bumi Akasara, Jakarta

Silalahi, Bennet N.B. dan Rumondang B. Silalahi, 1999,

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. Pustaka

Binaman Pressindo, Jakarta.

Siswanto Sastrohadiwiryo, DR. B., 2001, Manajemen Tenaga

Kerja Indonesia, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Veithzal, Rivai, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia

untuk Perusahaan, PT. Raja Graffindo Persada.

Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga

Kerjaan, CV. Puri Karyawan Utomo, Jakarta.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan

Kerja.

144

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Keputusan Presiden Nomor 22. Tahun 1993 tentang Penyakit

yang Timbul Karena Hubungan Kerja.

Kumpulan Skripsi dan Jurnal Penelitian,

Pustakaonline.Wordpress.com, 2008

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-05/ MEN/ 1993.

Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO. :PER.05/ MEN/ 1996.

Departemen Tenaga Kerja RI.

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1997 tentang Asuransi

Sosial Tenaga Kerja.

Departemen Tenaga Kerja RI, 1994, Petunjuk Pelakasanaan

Keselamatan dan esehatan Kerja, B.P. Panca Bakti,

Jakarta.

145

Departemen Tenaga Kerja, 1990, Manual Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Proyek Pengembangan

Hubungan Ketenagakerjaan Kondisi dan Lingkungan Kerja.

Direktorat Operasi dan Kepesertaan ASTEK, 1998, Buku

Pedoman Pelaksanaan Program ASTEK, Cetakan Keempat,

Jakarta.

Himpunan Petunjuk Peraturan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja di Indonesia, Departemen Tenaga Kerja RI,

1989/1990, Jakarta.

146