Analisis Kesalahan Berbahasa pada Cerpen Rubah yang Jahil

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata diperhatikan dengan saksama, dan penataan penalaran ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar. Pada pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan pada kelas VIII SMP Unggulan Al Amin dalam materi menulis karangan masih ditemukan kesalahan siswa dalam menulis yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan pemahaman siswa atau pembelajar bahasa. Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan 1

Transcript of Analisis Kesalahan Berbahasa pada Cerpen Rubah yang Jahil

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

          Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa

Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah atau

aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa

Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan

kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan

paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika ejaan

digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata

diperhatikan dengan saksama, dan penataan penalaran

ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia

dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa

itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap

tidak benar.

Pada pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan pada

kelas VIII SMP Unggulan Al Amin  dalam materi menulis

karangan masih ditemukan kesalahan siswa dalam menulis

yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia.

Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh

kemampuan pemahaman siswa atau pembelajar bahasa.

Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang

digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara

sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama

bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan

1

2

oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran remidial,

pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering

dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap

pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang

dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem

bahasa yang dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan

sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila tahap

pemahamannya semakin baik.   

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa

Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu

berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan

kebahasaannya. Apabila penggunaan bahasa, secara lisan

maupun tertulis menyimpang dari faktor-faktor penentu

berkomunikasi dan kaidah bahasa, maka terjadilah

kesalahan berbahasa.

Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor

pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila pelajar

belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang

dipelajari, dia sering membuat kesalahan tatkala

menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu

berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten.

Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa

pelajar. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru

melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik

berbahasa. Ada beberapa pengklasifikasian dalam

kesalahan berbahasa. Pada makalah ini akan dibahas

hasil analisis kesalahan berbahasa dalam karangan siswa

3

kelas VIII dari SMP Unggulan Al Amin yang berjudul

“Rubah yang Jahil” karya Dika Maulana Akbar.

B.  Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut,  rumusan masalah

dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kesalahan berbahasadalam karangan

siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil” karya Dika

Maulana Akbar berdasarkan Teori Analisis

Kesalahan?

2. Bagaimanakah tingkat kesalahan berbahasa dalam

karangan siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil”

karya Dika Maulana Akbar berdasarkan Teori

Analisis Kesalahan?

C. Tujuan

Tujuan  penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam

karangan siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil”

karya Dika Maulana Akbar berdasarkan Teori

Analisis Kesalahan,

2. Mengetahui tingkat kesalahan berbahasa dalam

karangan siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil”

karya Dika Maulana Akbar berdasarkan Teori

Analisis Kesalahan.

BAB II

4

KAJIAN TEORETIS

A. Teori Analisis Kesalahan

1. Pengertian

Dalam makalah ini, landasan teori yang digunakan

adalah Teori Analisis Kesalahan (Anakes) dalam

berbahasa (error analysis). “Analisis Kesalahan adalah

suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para

peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan

sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat

dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut,

pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan

penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf

keseriusan kesalahan itu” (Ellis, 196: 296).

Analisis kesalahan berbahasa berasumsi bahwa

pengajaran bahasa hendaknya lebih difokuskan pada

frekuensi terbesar kesalahan berbahasa pembelajar.

Penelusuran faktor-faktor penyebab kesalahan serta

jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar

jauh lebih penting karena dapat dipergunakan sebagai

dasar untuk memperbaiki kesalahan belajar dan kesalahan

berbahasa pembelajar.

Ada dua macam kesalahan yang dibuat oleh peserta

didik, yaitu :

5

(1) bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang

menunjukkan adanya transitional competence yang

disebut error;

(2)kesalahan-kesalahan yang sifatnya random, tidak

sistematis yang disebut mistake (S.P.Corder,

1981:10).

Selanjutnya, Corder menyebutkan bahwa kesalahan dalam

kategori error mempunyai arti yang penting, yaitu:

(1) bagi instruktur dapat digunakan sebagai

petunjuk seberapa banyak penguasaan bahasa

peserta didik dan aspek apa yang belum dikuasai

(2) bagi peneliti, sebagai petunjuk bagaimana

peserta didik menguasai aspek-aspek tertentu dan

strategi apa yang digunakan dalam pemerolehan

bahasa

(3) bagi peserta didik sendiri, kesalahan itu

merupakan bagian penting dari proses belajarnya,

karena kesalahan dapat dipakai sebagai alat

untuk belajar (S. P. Corder, 1981:10-11).

Corder juga membedakan kesalahan dalam beberapa

pengertian kesalahan berbahasa berdasarkan sebab-

sebabnya, yaitu: Mistakes (keliru) lapses (selip) dan errors

(salah). Mistakes adalah penyimpangan pemakaian bahasa

(penyimpangan struktur lahir) yang terjadi karena

penutur tidak menetukan pilihan penggunaan ungkapan

secara tepat dan sesuai dengan situasi yang ada. Lapses

adalah penyimpangan pemakaian bahasa (struktur lahir)

6

yang terjadi karena beralihnya pusat perhatian terhadap

topik pembicaraan secara sesaat, dan errors adalah

penyimpangan pemakaian bahasa (struktur lahir) dari

struktur baku yang terjadi karena pemakai belum

menguasai sepenuhnya kaidah bahasa (Corder, 1981:18)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 ; 43)

”Analisis adalah: 1, penyelidikan terhadap suatu

peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab,

duduk perkaranya) 2. Penjabaran sesudah dikaji sebaik-

baiknya. 3. Pemecahan persoalaan yang di mulai dengan

dugaan akan kebenarannya”

2. Metodologi Analisis Kesalahan

Anakes adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur

kerja, Anakes mempunyai langkah-langkah tertentu.

Langkah-langkah tertentu inilah yang dimaksud dengan

“metodologi” Anakes. Adapun langkah-langkah kerja

Anakes hasil modifikasi adalah:

a. mengumpulkan data kesalahan,

b. mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan,

c. memperingkat kesalahan,

d. menjelaskan kesalahan,

e. memprakirakan daerah rawan kesalahan, dan

f. mengoreksi kesalahan.

B. Kesalahan Berbahasa

7

1. Pengertian

Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk

tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata,

kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah

bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda

baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca

yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik

menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah

pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini

disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan

pengetahuan terhadap kode. Kesalahan berbahasa tidak

hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2 (bahasa

yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang

belajar B1 (bahasa ibu).

Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan

ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran atau

tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak

bagi penutur asli atau pengajarnya. Jika pembelajar

bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka ukuran yang

digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang

digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur

asli bahasa Indonesia. Jika kata atau kalimat yang

digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan

pembelajar bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa

yang baik ini adalah ukuran intrabahasa atau

8

intralingual. Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan

intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan

meliputi :

a. Fonologi(tata bunyi)

b. Morfologi(tata kata)

c. Sintaksis(tata kalimat)

d. Semantik (tata makna)

Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan

antara kesalahan berbahasa (error) dengan kekeliruan

berbahasa (mistake), keduanya memang sama-sama pemakaian

bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan

berbahasa terjadi secara sistematis karena belum

dikuasainya kaidah bahasa yang benar. Sedangkan

kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis,

melainkan dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah

bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.

Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena

faktor performansi, sedangkan kesalahan berbahasa

disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi

meliputi keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga

menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa,

kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat.

Kekeliruan ini bersifat acak, maksudnya dapat terjadi

pada berbagai tataran linguistik. Kesalahan berbahasa

akan sering terjadi apabila pemahaman siswa tentang

sistem bahasa kurang. Kesalahan berbahasa dapat

berlansung lama apabila tidak diperbaiki. Guru dapat

9

melakukan perbaikan dengan melalui remedial, latihan,

praktik, dan lain sebagainya.

Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa adalah

sebagai berikut:

a. Pengertian kacau

b. Interferensi

c. Logika yang belum masak

d. Analogi

e. Sembrono

2. Proses Terjadinya Kesalahan Berbahasa

Proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan

erat dengan proses belajar bahasa, oleh karena itu

untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa

diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar

bahasa. Belajar bahasa terdiri atas proses penguasaan

bahasa pertama dan penguasaan kedua. Proses penguasaan

pertama disebut pemerolehan bahasa (language acquisition).

Proses ini bersifat ilmiah dan tampak adanya suatu

perencanaan terstruktur. Setiap anak yang normal secara

fisik psikis, dan sosiologis pasti mengalami proses

pemerolehan bahasa pertama melalui kehidupan sehari-

hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Proses

ini berlangsung tanpa disadari anak dan anakpun tidak

menyadari motivasi apa yang mendorongnya untuk

menguasai bahasa tersebut.

10

Proses berbahasa kedua terjadi setelah penguasaan

bahasa pertama dan disebutbelajar bahasa (language

learning) proses ini umumnya berlangsung secara

terstruktur dan siswa menyadari bahwa dia sedang

belajar bahasa dan juga menyadari motivasi apa yang

mendorongnya untuk menguasai bahasa tersebut.

Dalam proses belajar bahasa kedua, seorang

pembelajar bahasa akan mempelajari intrabahasa yang

dipelajarinya atau B2, sedangkan pelajar itu sendiri

telah menguasai kaidah intrabahasa sendiri atau B1,

selama belajar inilah si pembelajar akan menggunakan

seperangkat ujaran dalam sistem bahasa tersendiri, yang

bukan atau belum mempunyai model dalam dua bahasa

tersebut ( B1 dan B2). Sistem bahasa pembelajar ini

disebut oleh Larry Salinker dengan nama interlanguage

(bahasa antara). Istilah lain untuk menyebut

interlanguage adalah ideosynratic dialect (Piet Corder, 1971),

approximative system (William Nemser, 1971) atau tradisional

competence (Richard, 1971).

Untuk memperkenalkan bahasa antara, Salinker

memperkenalkan pula konsep bahasa warisan atau bahasa

ibu (B1) dan bahasa ajar (B2). Berikut proses belajar

bahasa:

Bahasa warisan → bahasa antara → bahasa ajaran

Sebagian dari unsur-unsur interlanguage (bahasa

antara) ini sama dengan unsur bahasa kedua yang

dipelajari dan sebagian yang lain tidak sama. Kesalahan

11

berbahasa terjadi pada sistem interlanguage ini, yaitu

unsur-unsur atau bentuk tuturan pada interlanguage yang

tidak sama dengan bentuk-bentuk tuturan pada bahasa

kedua yang dipelajari. Secara teoretis, unsur-unsur

sistem interlanguage itu terdiri atas pembauran antara

unsur-unsur bahasa pertama dan bahasa kedua yang di

pelajari. kesalahan-kesalahan ini bersifat sistematik

dan terjadi pada setiap orang yang belajar bahasa.

3. Klasifikasi Kesalahan Berbahasa

Ada empat taksonomi yang perlu diketahui mengenai

kesalahan berbahasa, yaitu:

a. Taksonomi kategori linguistik

b. Taksonomi siasat permukaan

c. Taksonomi komparatif

d. Taksonomi efek komuniktif

1) Taksonomi Kategori linguistik

Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan

kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik

atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh

kesalahan, ataupun berdasarkan kedua-duanya.

Kita telah sama-sama mengetahui bahwa komponen-

komponen bahasa mencakup fonologi (ucapan), termasuk

tanda baca dan huruf kapital, sintaksis dan morfologi

(tata bahasa; gramatika), semantik, dan leksikon

(makna dan kosa kata), dan wacana (gaya).

2) Taksonomi siasat permukaan

12

Taksonomi siasat permukaan (surface strategy taxonomy)

menyoroti bagaimana caranya struktur-struktur

permukaan berubah. Para pelajar mungkin saja:

a) Menghindarkan/ mengilangkan butir-butir penting,

b) Menambah sesuatu yang tidak perlu,

c) Salah memformasikan butir-butir,

d) Salah menyusun butir-butir tersebut.

3) Taksonomi komparatif

Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi

komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan

antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe

kontruksi tertentu lainnya. Dalam kepustakaan riset,

kesalahan-kesalahan B2 sudah sangat sering

dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat

oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai

B1 mereka dan mengekuivalen sikan frada-frasa atau

kalimat-kalimat dalam bahasa ibu pelajar.

Berdasarkan perbandingan tersebut dalam taksonomi

komparatif dapat dibedakan:

a) Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan

interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber

(akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1)

terhadap bahasa kedua (B2).

b) Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat

perkembangan. Kesalahan berbahasa bersumber dari

penguasaan bahasa kedua (B2) yang belum memadai.

13

c) Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang

merefleksikan kesalahan interlingual dan

intralingual. Kesalahan ini diakibatkan kesalahan

pada interlingual dan intralingual.

d) Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak

dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan

interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak

dapat dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya: anak

kecil yang mulia belajar berbicara dalam suatu

bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau

kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1

maupun B2.

e) Kesalahan perkembangan (development errors) adalah

kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak

yang belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka.

f) Kesalahan antarbahasa atau kesalahan interlingual

sebagai kesalahan yang semata-mata mengacu pada

kesalahan B2 yang menncerminkan struktur bahasa

asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-

proses internal atau kondisi-kondisi eksternal

yang menimbulkannya. Perlu dipahami benar-benar

bahwa kesalahan antar bahasa merupakan kesalahan

yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa

yang berequivalen secara semantik dalam bahasa ibu

sang pelajar.

g) Kesalahan taksa atau ambiuous errors adalah

kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagai

14

kesalahan perkembangan ataupun kesalahan

antarbahasa. Hal ini disebabkan oleh kenyataan

bahwa kesalahan-kesalahan tersebut mencerminkan

struktur bahasa asli sang pembelajar, dan juga

sekaligus merupakan tipe yang terdapat dalam

ujaran anak-anak yang sedang memperoleh B1.

h) Kesalahan lain bila berbagai taksonomi sudah

dianggap lengkap tanpa adanya suatu wadah

penampung bagi butir-butir yang tidak dapat

dimasukan ke dalam suatu kategori lainnya.

4) Taksonomi Efek Komunikatif

Kalau taksonomi siasat permukaan dan taksonomi

komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek

kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek

komnikatif memandang serta menghadapi kesalahan-

kesalahan dari perspektif terhadap penyimak atau

pembaca. Pusat perhatian tertuju pada pembedaan

antara kesalahan-kesalahan yang seolah-olah

menyebabkan salah komunikasi.

Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi

karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah

dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu

(1) Kesalahan global

(2) Kesalahan lokal

Kesalahan global adalah kesalahan yang

mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat

sehingga benar-benar mengganggu komunikasi.

15

Kesalahan-kesalahan global yang sistematis

mencakup:

(a) Salah menyusun unsur pokok

(b) Salah menempatkan atau tidak memakai kata

sambung

(c) Hilangnya ciri kalimat pasif

Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi

sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak

mengganggu komunikasi secara signifikan

4. Model Analisis Kesalahan berbahasa Indonesia

Dari keempat taksonomi kesalahan berbahasa maka

taksonomi kategori linguistik dipergunakan sebagai

dasar. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam kategori

linguistik itu meliputi:

a. Fonologi yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan,

dan ejaan bagi bahasa tulis.

b. Morfologi yang mencakup morfem, prefiks, infiks,

sufiks, konfiks, simulfiks, perulangan kata.

c. Sintaksis yang mencakup frasa, klausa, kalima.

Bagan 1 Model Analisis Kesalahan berbahasa Indonesia

Jenis taksonomi

lainTaksonomi siasat permukaan

Taksonomi

komparatif

Taksonomi

efek

komunikati

fTaksonomi

kategori

linguistik

penghi-

langan

Penam-

bahan

Salah

formas

i

Salah

susun

perke

mbang

an

Antar

bahas

a

taksa globalloka

l

16

Fonolog

i

Ucapan

Ejaan ,

Morfolo

gi

Perfiks

Sufiks

infiks

Perulangan

kata

Sintaks

is

Frasa

Klausa

Kalimat

Leksiko

n

Keterangan

1. Fonologi adalah kesalahan mengucapkan kata

sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan

menimbulkan perbedaan makna

2. Kesalahan ejaan

Kesalahan ejaan ialah kesalahan yang menuliskan

kata atau kesalahan menggunakan tanda baca.

3. Kesalahan morfologi

kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai

bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah

menggunakan kata ulang, salah menyusun kata

majemuk, dan salah memilih bentuk kata.

4. Kesalahan sintaksis

5. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau

penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat,

serta ketidak tepatan pemakaian partikel.

17

6. Kesalahan leksikon

Kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata

yang tidak atau kurang tepat..

7. Penghilangan (omission) adalah kesalahan-kesalahan

yang bersifat penghilangan ini ditandai oleh

ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada

dalam ucapan yang baik dan benar.

8. Penambahan (addition) hadirnya suatu butir atau

unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan

yang baik dan benar.

9. Salah formasi (misformation) pemakaian bentuk morfem

atau struktur yang salah.

10. Salah susun (misodering) penempatan yang tidak

benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam

suatu ucapan atau ujaran

11. Kesalahan perkembangan (development errors)

kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat

oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai

B1 mereka.

12. Kesalahan antar bahasa (interlingual errors)

adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata

mengacu pada kesalahan B2 yang mencerminkan

struktur bahasa asli atau bahasa ibu tanpa

menghiraukan proses-proses internal atau kondisi-

kondisi eksternal yang menimbulkannya.

13. Kesalahan taksa (ambiguous errors) adalah

kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagai

18

kesalahan perkembangan ataupun kesalahan

antarbahasa.

14. Kesalahan global (global errors) adalah

kesalahan yang mempengaruhi kesalahan organisasi

kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi.

15. Kesalahan lokal (local errors) kesalahan yang

mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang

biasanya tidak mengganggu komunikasi secara

signifikan.

Bagan 2 Model Analisis Kesalahan berbahasa

Indonesia

No Data TL TSP TK TEK Perbaikan

F M S LP

-P+ SF SS PK AB T G L

Keterangan

TL = Taksonomi Linguistik

TSP = Taksonomi Siasat Permukaan

TK = Taksonomi Komunikatif

TEK = Taksonomi Efek Komunikatif

F = Fonologi

M = Morfologi

S = Sintaksis

L =Leksikon

P+ = Penambahan

P- = Pengurangan

SF =Salah Formasi

19

SS = Salah Susun

PK = Perkembangan

AB = Antarbahasa

T = Taksa

G = Global

L = Lokal

BAB III

PEMBAHASAN

A. Bahan Analisis Kesalahan Berbahasa

Data yang dijadikan bahan Analisis Kesalahan

adalah sebuah karangan hasil karya Dika Maulana Akbar.

Ia adalah siswa kelas VIII dari SMP Unggulan Al Amin.

Berikut ini adalah karangan hasil karyanya:

Rubah yang Jahil

Di dalam sebuah hutan yang lebat, hiduplah seekor

kelinci bernama Cici dengan temannya, Tupi, yaitu

seekor tupai. Tak lupa, di hutan itu juga terdapat tiga

ekor rubah bersaudara yang banyak dibenci

oleh para hewan lain, yaitu Ruru, Ruba,

dan Baba. Alasannya yaitu karena

kebiasaan jahil mereka yang setiap hari

mereka lakukan. Bukan hanya hewan lain,

Baba juga menjahili saudara-saudaranya.

Suatu hari, Cici dan Tupi pergi menuju

sungai yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat

20

tinggal mereka. Airnya sungguh jernih, dan juga

udaranya yang sejuk. Perlahan Cici mendekat pada sisi

sungai, lalu meminum air sungai itu.

“Ah… Air sungai ini benar-benar segar. Rasa lelahku

menjadi hilang seketika. Benar ‘kan, Tupi?” ucap Cici

diiringi dengan tanya. Tupi tersenyum dan mengiyakan

pertanyaan Cici.

“Cici, kurasa aku akan berteduh di bawah

pohon untuk sementara. Aku ingin tidur

siang,” ucap Tupi polos. Senyumannya belum

terhapuskan dari wajah manisnya.

“Baiklah,” jawab Cici singkat. Setelah itu,

dengan cepat Tupi memanjat pohon dan tertidur dengan

pulas. Tetapi tak lama kemudian, munculah dua dari tiga

rubah bersaudara. Yaitu Baba dan Ruba. Keduanya diam-

diam mendekati Cici yang sedang bermain-main dengan

air.

Setelah berada tepat di belakang Cici, dengan perlahan

Baba berbisik kepada Ruba, “Sst… Ayo cepat, dorong

dia!”

“Oke…,” bisik Ruba menuruti kemauan Baba. Setelah itu

Ruba mendorong Cici, membuatnya tercebur ke sungai.

Byuur! Percikan air mengenai tubuh kedua rubah

bersaudara, dan berhasil membuat Cici terjatuh dan

basah kuyup di sungai. Namun, Baba berkata pada Ruba,

“Kamu bodoh! Apa bisa kamu mendorong lebih kuat!? Biar

kutunjukkan bagaimana caranya mendorong.”

21

Buk! Dengan sekuat mungkin Baba mendorong Ruba ke dalam

sungai. Hingga akhirnya Ruba terjatuh dengan percikan

air yang mengiringinya. Baba tertawa terbahak-bahak,

lalu pergi meninggalkan Ruba dan Cici. Ruba terdiam di

tempat dengan rasa marah sambil memasang wajah cemberut

seraya mengatakan, “Heh, ini yang terakir kalinya! Aku

tidak akan membiarkannya lolos!”

Tiba-tiba terlintas sebuah ide cemerlang di pikiran

Cici. Ia mendekati Ruba lalu membisikkan sesuatu

kepadanya. Ruba tersenyum lebar dan menyetujuinya. Lalu

mereka membangunkan Tupi dan mencari Ruru, si rubah

bungsu.

Tak lama mereka mencari, ditemukanlah Ruru sedang

cemberut di bawah pohon besar. Cici, Tupi, dan Ruba

menghampirinya.

“Ada apa Ruru? Apa yang terjadi? Mengapa kamu

cemberut?” berbagai pertanyaan keluar dari mulut Cici.

Tapi Ruru hanya menjawabnya dengan satu nama, “Baba.”

“Ckckck… kamu mau-maunya ngikutin perintah dia, padahal

dia ‘kan sering jahilin kamu.” ujar Tupi. Tanpa

disadari Cici, Tupi, dan Ruba yang sedang saling

berpandangan, dengan tak sadar Ruru terus memikirkan

ucapan Tupi tadi. Tak lama setelah itu, Ruba

menghampiri Ruru, dan membisikkan sesuatu kepadanya.

“Psst… Psst… Psst… Bagaimana? Ini adalah ide Cici. Kamu

mau melakukannya?”

“Baiklah, dengan senang hati!”

22

Setelah itu mereka berpencar mencari semua hewan di

hutan untuk menjalankan ide Cici. Detik berganti menit,

menit berganti jam, dan juga jam yang berganti hari.

Keesokan harinya, Baba terbangun dari tidurnya yang

nyenyak tanpa ganguan suara saudara-saudaranya. Tapi

setelah dilihat-lihat, ternyata saudara-saudaranya

tidak ada disana. Dia bingung. Ia memutuskan untuk

mencari mereka.

Setelah beberapa lama, dia mengeluh kelelahan sambil

berkata, “Ruru, carikan aku makanan!”

Tetapi tidak ada respon dari perintahnya tersebut. Dan

dia sekarang sadar Ruru tidak ada disana. Dan anehnya

lagi, semua hewan disana juga tak ada yang terlihat.

Dengan wajah murung, dia berkata, “Kali ini aku baru

sadar kalau semua hewan membenciku dan lalu menjauhiku.

Andai saja mereka masih ada disini, aku ingin meminta

maaf kepada semuanya atas kesalahanku. Tapi kali ini

semuanya sudah terlambat….”

“Ini belum terlambat saudaraku,” kedua saudaranya

datang menghampirinya dengan membawa banyak makanan.

“Minta maaflah kepada seluruh hewan dengan tulus.”

“Ah, kalian… Ya, aku ingin. Tapi semuanya menghilang…”

“Ah, tidak juga. Semuanya masih disini… Keluarlah

kawan-kawan!” ucap Ruba seraya memerintahkan semua

hewan untuk keluar dari persembunyiannya. Dengan

serentak, semua hewan keluar. Termasuk Cici dan Tupi.

23

Ada yang berada di atas pohon, bersembunyi di semak

semak, dan masih banyak lagi.

Wajah murung Baba kini berganti menjadi senyuman. Dan

kesedihannya berubah menjadi kegembiraan. Dia meminta

maaf kepada semua hewan atas kesalahannya, dan kini

menjadi hewan yang banyak disegani hewan lain. Baba dan

saudara-saudaranya juga kini menjadi teman baik Cici

dan Tupi.

~ Happy Ending ~

Karya asli Dika Maulana Akbar

B. Identifikasi Kesalahan Berbahasa

No DataTL TSP TK TEK Perbaikan

F M S L P- P+ SF SS PK AB T G L

1

Tak lupa, di hutan

itu juga terdapat

tiga ekor rubah

bersaudara yang

banyak dibenci oleh

para hewan lain,

yaitu Ruru, Ruba,

dan Baba.

v v v v v

Di hutan itu juga

ada tiga ekor rubah

bersaudara yang

banyak dibenci oleh

para hewan lain,

yaitu Ruru, Ruba,

dan Baba.

2

Alasannya yaitu

karena kebiasaan

jahil mereka yang

setiap hari mereka

lakukan.

v v v v v v

Mereka dibenci

karena kebiasaan

jahil yang setiap

hari mereka

lakukan.

3

Bukan hanya hewan

lain, Baba juga

menjahili saudara-

saudaranya.

v v v

Bukan hanya kepada

hewan lain, Baba

juga menjahili

saudara-saudaranya.

4

Airnya sungguh

jernih, dan juga

udaranya yang sejuk.

v v v v

Airnya sangat

jernih dan udaranya

sejuk.

24

5

Perlahan Cici

mendekat pada sisi

sungai, lalu meminum

air sungai itu.

v v v

Perlahan Cici

mendekat ke sisi

sungai, lalu

meminum air sungai

itu.

6

“Cici, kurasa aku

akan berteduh di

bawah pohon untuk

sementara. Aku ingin

tidur siang,” ucap

Tupi polos.

v v v v v

“Cici, aku mau

berteduh di bawah

pohon itu. Aku

ingin tidur siang,”

ucap Tupi polos.

7

Tetapi tak lama

kemudian, munculah

dua dari tiga rubah

bersaudara. Yaitu

Baba dan Ruba.

v v v v v v

Tetapi tak lama

kemudian muncullah

dua dari tiga rubah

bersaudara, yaitu

Baba dan Ruba.

8

Percikan air

mengenai tubuh kedua

rubah bersaudara,

dan berhasil membuat

Cici terjatuh dan

basah kuyup di

sungai.

v v v v v v

Percikan air

mengenai tubuh

kedua rubah

bersaudara. Mereka

berhasil membuat

Cici terjatuh dan

basah kuyup di

sungai.

9

Namun, Baba berkata

pada Ruba, “Kamu

bodoh! Apa bisa kamu

mendorong lebih

kuat!? Biar

kutunjukkan

bagaimana caranya

mendorong.”

v v v v v

Baba berkata pada

Ruba, “Kamu bodoh!

Apa bisa kamu

mendorong lebih

kuat!? Biar

kutunjukkan

bagaimana caranya

mendorong.”

No DataTL TSP TK TEK

PerbaikanF M S L P- P+ SF SS PK AB T G L

25

10

Dan dia sekarang

sadar Ruru tidak ada

disana.

v v v v v v v

Sekarang dia sadar

bahwa Ruru tidak

ada di sana.

11

Dan anehnya lagi,

semua hewan disana

juga tak ada yang

terlihat.

v v v v v

Dan anehnya lagi,

semua hewan di sana

juga tak ada yang

terlihat.

12

“Kali ini aku baru

sadar kalau semua

hewan membenciku dan

lalu menjauhiku.

v v v v v

“Kali ini aku baru

sadar kalau semua

hewan membenciku

dan menjauhiku.

13

Andai saja mereka

masih ada disini,

aku ingin meminta

maaf kepada semuanya

atas kesalahanku.

v v v v v

Andai saja mereka

masih ada di sini,

aku ingin meminta

maaf kepada

semuanya atas

kesalahanku.

14Semuanya masih

disini.v v v v v

Semuanya masih di

sini.

15

Dan kesedihannya

berubah menjadi

kegembiraan.

v v v v v

Kesedihannya

berubah menjadi

kegembiraan.

C. Hasil Analisis Kesalahan Berbahasa

No Data PerbaikanDeskripsi Hasil

Analisis

26

1

Tak lupa, di hutan

itu juga terdapat

tiga ekor rubah

bersaudara yang

banyak dibenci oleh

para hewan lain,

yaitu Ruru, Ruba,

dan Baba.

Di hutan itu juga

ada tiga ekor

rubah bersaudara

yang banyak

dibenci oleh para

hewan lain, yaitu

Ruru, Ruba, dan

Baba.

Penggunaan kata “tak

lupa” kurang efektif

dan tidak tepat.

No Data PerbaikanDeskripsi Hasil

Analisis

2

Alasannya yaitu

karena kebiasaan

jahil mereka yang

setiap hari mereka

lakukan.

Mereka dibenci

karena kebiasaan

jahil yang setiap

hari mereka

lakukan.

Struktur kalimatnya

kurang tepat.

3

Bukan hanya hewan

lain, Baba juga

menjahili saudara-

saudaranya.

Bukan hanya

kepada hewan

lain, Baba juga

menjahili

saudara-

saudaranya.

Kurang kata

penggunaan kata

depan.

27

4

Airnya sungguh

jernih, dan juga

udaranya yang

sejuk.

Airnya sangat

jernih dan

udaranya sejuk.

Penggunaan kata

“sangat” lebih

tepat. Tanda koma

diikuti kata “dan”

lalu “juga” kurang

efektif, cukup

memilih satu

diantaranya.

5

Perlahan Cici

mendekat pada sisi

sungai, lalu

meminum air sungai

itu.

Perlahan Cici

mendekat ke sisi

sungai, lalu

meminum air

sungai itu.

Kata depan “pada”

lebih tepat untuk

menunjukkan waktu.

Sedangkan untuk

menunjukkan arah

digunakan kata depan

“ke”.

6

“Cici, kurasa aku

akan berteduh di

bawah pohon untuk

sementara. Aku

ingin tidur siang,”

ucap Tupi polos.

“Cici, aku mau

berteduh di bawah

pohon itu. Aku

ingin tidur

siang,” ucap Tupi

polos.

Pemilihan kata yang

tepat dan efektif

akan lebih mudah

memaknai suatu

pembicaraan.

7

Tetapi tak lama

kemudian, munculah

dua dari tiga rubah

bersaudara. Yaitu

Baba dan Ruba.

Tetapi tak lama

kemudian

muncullah dua

dari tiga rubah

bersaudara, yaitu

Baba dan Ruba.

Penggunaan partikel

“lah” tidak mengubah

kata dasarnya.

28

No Data PerbaikanDeskripsi Hasil

Analisis

8

Percikan air

mengenai tubuh

kedua rubah

bersaudara, dan

berhasil membuat

Cici terjatuh dan

basah kuyup di

sungai.

Percikan air

mengenai tubuh

kedua rubah

bersaudara.

Mereka berhasil

membuat Cici

terjatuh dan

basah kuyup di

sungai.

Pemenggalan kalimat

yang tepat akan

berpengaruh terhadap

makna kalimatnya.

9

Namun, Baba berkata

pada Ruba, “Kamu

bodoh! Apa bisa

kamu mendorong

lebih kuat!? Biar

kutunjukkan

bagaimana caranya

mendorong.”

Baba berkata pada

Ruba, “Kamu

bodoh! Apa bisa

kamu mendorong

lebih kuat!? Biar

kutunjukkan

bagaimana caranya

mendorong.”

Penggunaan kata

namun kurang tepat

pada kalimat

tersebut.

10 Dan dia sekarang

sadar Ruru tidak

ada disana.

Sekarang dia

sadar bahwa Ruru

tidak ada di

sana.

Kata “dan” sebaiknya

tidak digunakan pada

antar kalimat. Kata

depan “di”

menunjukkan tempat

harus dipisahkan

29

dengan kata

berikutnya.

11

Dan anehnya lagi,

semua hewan disana

juga tak ada yang

terlihat.

Dan anehnya lagi,

semua hewan di

sana juga tak ada

yang terlihat.

Kata depan “di” yang

menunjukkan tempat

harus dipisahkan

dengan kata

berikutnya.

12

“Kali ini aku baru

sadar kalau semua

hewan membenciku

dan lalu

menjauhiku.

“Kali ini aku

baru sadar kalau

semua hewan

membenciku dan

menjauhiku.

Pemborosan kata “dan

lalu”, sebaiknya

gunakan salah satu.

No Data PerbaikanDeskripsi Hasil

Analisis

13

Andai saja mereka

masih ada disini,

aku ingin meminta

maaf kepada

semuanya atas

kesalahanku.

Andai saja mereka

masih ada di

sini, aku ingin

meminta maaf

kepada semuanya

atas kesalahanku.

Kata depan “di” yang

menunjukkan tempat

harus dipisahkan

dengan kata

berikutnya.

14Semuanya masih

disini.

Semuanya masih di

sini.

Kata depan “di” yang

menunjukkan tempat

harus dipisahkan

dengan kata

berikutnya.15 Dan kesedihannya Kesedihannya Kata “dan” sebaiknya

30

berubah menjadi

kegembiraan.

berubah menjadi

kegembiraan.

tidak digunakan pada

antar kalimat.

Hasil analisis terhadap karangan karya Dika Maulana

Akbar siswa dari SMP Unggulan Al Amin Kelas VIII yang

berjudul ”Rubah yang Jahil” dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Jumlah kata yang ditulis dalam karangan ”Rubah yang

Jahil” adalah 664 kata.

2. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa “Rubah yang

Jahil” ada 15 kalimat. Sedangkan jumlah kalimat dalam

karangan tersebut adalah 60 kalimat. Presentase

kesalahan berbahasa pada karangan siswa tersebut adalah

25%.

3. Kesalahan tertinggi terjadi pada penulisan kata depan

”di” yang menunjukkan tempat tidak dipisahkan dengan

kata berikutnya.

BAB IV

PENUTUP

31

A. Simpulan

Kesalahan berbahasa masih sering dijumpai pada

bahasa tulis yang dibuat oleh siswa. Hal ini perlu

menjadi perhatian bagi guru Bahasa Indonesia untuk

memberikan bimbingan dan kejelian dalam mengoreksi

tugas-tugas siswa.

Dalam analisis kesalahan berbahasa dibahas masalah

tentang kesalahan bahasa (error) dan kekhilafan atau

kekeliruan (mistake). Kesalahan bahasa mengacu pada

penyimpangan kaidah (struktur atau tata bahasa) bahasa

yang baku.Kekhilafan atau kekeliruan mengacu pada

penyimpangan tataran strategi performasi bahasa. Ukuran

atau parameter penyimpangan untuk bahasa Indonesia

terjadi apabila penggunaan bahasa Indonesia itu tidak

baik dan tidak benar. Kekhilafan atau kekeliruan

(mistake) selalu terjadi pada anak (siswa) yang berada

dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa.

Kekhilafan itu memiliki sifat yang acak, tidak

sistematis, tidak permanen (temporer) dan bersifat

individual. Itu merupakan wujud kreativitas anak dalam

mengonstruksi kemampuan berbahasanya. Apabila dibedakan

berdasarkan sumber kekhilafannya maka kekhilafan

(kesalahan) itu terjadi pada (1) kategori linguistik,

(2) kategori strategi performasi, (3) strategi

komparatif, dan (4) kategori efek komunikasi. Diakui

bahwa interferensi dan intralingual bahasa pertama pada

bahasa kedua merupakan penyebab utama terjadinya

32

keadaan atau kekhilafan berbahasa. Dalam hal ini,

kekhilafan atau kesalahan dalam bahasa Indonesia antara

lain disebabkan oleh interferensi dan intralingual

bahasa pertama (B1 = bahasa daerah). Kontak bahasa yang

terjadi dalam diri dwibahasawan menyebabkan saling

pengaruh antara bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua

(B2).

Pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran

bahasa kedua atau setelah bahasa pertama (B1).

Kesulitan dan kesalahan (kekhilafan) penggunaan bahasa

Indonesia dalam proses pembelajaran adalah masalah.

Oleh karena itu, analisis kesalahan berbahasa dapat

diimplementasikan sebagai salah satu solusi alternatif

untuk pengajaran bahasa Indonesia. Dengan analisis

kesalahan berbahasa, kesulitan dan kesalahan siswa

dalam berbahasa Indonesia dapat diketahui, kemudian

hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki pengajaran

bahasa tersebut.

Berdasarkan hasil analisis kesalahan berbahasa pada

karangan “Rubah yang Jahil” karya Dika Maulana Akbar

siswa Kelas VIII dari SMP Unggulan Al Amin terdapat 15

kesalahan dari 60 kalimat yang terdiri dari 664 kata.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan

tersebut dinilai baik.

33

B. Saran

Pekerjaan menganalisis kesalahan berbahasa secara

rinci sebagaimana dalam makalah ini sangat sulit

dilakukan untuk menilai karangan siswa di sekolah yang

memiliki siswa yang banyak dalam satu kelasnya.

Walaupun demikian kiranya seorang guru harus menjunjung

tinggi norma-norma penilaian yang adil dan objektif.

Sehubungan dengan hal tersebut kami menyarankan

agar dalam memberikan penilaian terhadap karangan

siswa, guru harus memiliki kompetensi menganalisis

kesalahan berbahasa dengan menggunakan teori-teori

menganalisa kesalahan berbahasa sehingga penilaian yang

dilakukan lebih akurat, objektif dan dapat

dipertanggungjawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

.

Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

34

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan & Pedoman

Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: CV Pustaka Setia.

Tarigan, Henry Guntur, at all. 1994. Pengajaran

Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa.