Analisis Kesalahan Berbahasa pada Cerpen Rubah yang Jahil
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Analisis Kesalahan Berbahasa pada Cerpen Rubah yang Jahil
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa
Indonesia yang digunakan sesuai dengan kaidah atau
aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa
Indonesia itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan
kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan
paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika ejaan
digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata
diperhatikan dengan saksama, dan penataan penalaran
ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia
dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa
itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap
tidak benar.
Pada pelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan pada
kelas VIII SMP Unggulan Al Amin dalam materi menulis
karangan masih ditemukan kesalahan siswa dalam menulis
yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia.
Kesalahan berbahasa itu bisa terjadi disebabkan oleh
kemampuan pemahaman siswa atau pembelajar bahasa.
Artinya, siswa memang belum memahami sistem bahasa yang
digunakan. Kesalahan biasanya terjadi secara
sistematis. Kesalahan jenis ini dapat berlangsung lama
bila tidak diperbaiki. Perbaikannya biasanya dilakukan
1
2
oleh guru. Misalnya, melalui pengajaran remidial,
pelatihan, praktik, dan sebagainya. Kadangkala sering
dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap
pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang
dipelajari. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem
bahasa yang dipelajari ternyata kurang, kesalahan akan
sering terjadi. Kesalahan akan berkurang bila tahap
pemahamannya semakin baik.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa
Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu
berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan
kebahasaannya. Apabila penggunaan bahasa, secara lisan
maupun tertulis menyimpang dari faktor-faktor penentu
berkomunikasi dan kaidah bahasa, maka terjadilah
kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor
pemahaman, kemampuan atau kompetensi. Apabila pelajar
belum memahami sistem linguistik bahasa yang sedang
dipelajari, dia sering membuat kesalahan tatkala
menggunakan bahasa tersebut. Kesalahan ini selalu
berulang dan terjadi secara sistematis dan konsisten.
Hal ini berlaku umum, artinya terjadi pada beberapa
pelajar. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru
melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik
berbahasa. Ada beberapa pengklasifikasian dalam
kesalahan berbahasa. Pada makalah ini akan dibahas
hasil analisis kesalahan berbahasa dalam karangan siswa
3
kelas VIII dari SMP Unggulan Al Amin yang berjudul
“Rubah yang Jahil” karya Dika Maulana Akbar.
B. Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kesalahan berbahasadalam karangan
siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil” karya Dika
Maulana Akbar berdasarkan Teori Analisis
Kesalahan?
2. Bagaimanakah tingkat kesalahan berbahasa dalam
karangan siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil”
karya Dika Maulana Akbar berdasarkan Teori
Analisis Kesalahan?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam
karangan siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil”
karya Dika Maulana Akbar berdasarkan Teori
Analisis Kesalahan,
2. Mengetahui tingkat kesalahan berbahasa dalam
karangan siswa yang berjudul “Rubah yang Jahil”
karya Dika Maulana Akbar berdasarkan Teori
Analisis Kesalahan.
BAB II
4
KAJIAN TEORETIS
A. Teori Analisis Kesalahan
1. Pengertian
Dalam makalah ini, landasan teori yang digunakan
adalah Teori Analisis Kesalahan (Anakes) dalam
berbahasa (error analysis). “Analisis Kesalahan adalah
suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para
peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan
sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat
dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut,
pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan
penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf
keseriusan kesalahan itu” (Ellis, 196: 296).
Analisis kesalahan berbahasa berasumsi bahwa
pengajaran bahasa hendaknya lebih difokuskan pada
frekuensi terbesar kesalahan berbahasa pembelajar.
Penelusuran faktor-faktor penyebab kesalahan serta
jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar
jauh lebih penting karena dapat dipergunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki kesalahan belajar dan kesalahan
berbahasa pembelajar.
Ada dua macam kesalahan yang dibuat oleh peserta
didik, yaitu :
5
(1) bentuk-bentuk kesalahan berbahasa yang
menunjukkan adanya transitional competence yang
disebut error;
(2)kesalahan-kesalahan yang sifatnya random, tidak
sistematis yang disebut mistake (S.P.Corder,
1981:10).
Selanjutnya, Corder menyebutkan bahwa kesalahan dalam
kategori error mempunyai arti yang penting, yaitu:
(1) bagi instruktur dapat digunakan sebagai
petunjuk seberapa banyak penguasaan bahasa
peserta didik dan aspek apa yang belum dikuasai
(2) bagi peneliti, sebagai petunjuk bagaimana
peserta didik menguasai aspek-aspek tertentu dan
strategi apa yang digunakan dalam pemerolehan
bahasa
(3) bagi peserta didik sendiri, kesalahan itu
merupakan bagian penting dari proses belajarnya,
karena kesalahan dapat dipakai sebagai alat
untuk belajar (S. P. Corder, 1981:10-11).
Corder juga membedakan kesalahan dalam beberapa
pengertian kesalahan berbahasa berdasarkan sebab-
sebabnya, yaitu: Mistakes (keliru) lapses (selip) dan errors
(salah). Mistakes adalah penyimpangan pemakaian bahasa
(penyimpangan struktur lahir) yang terjadi karena
penutur tidak menetukan pilihan penggunaan ungkapan
secara tepat dan sesuai dengan situasi yang ada. Lapses
adalah penyimpangan pemakaian bahasa (struktur lahir)
6
yang terjadi karena beralihnya pusat perhatian terhadap
topik pembicaraan secara sesaat, dan errors adalah
penyimpangan pemakaian bahasa (struktur lahir) dari
struktur baku yang terjadi karena pemakai belum
menguasai sepenuhnya kaidah bahasa (Corder, 1981:18)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 ; 43)
”Analisis adalah: 1, penyelidikan terhadap suatu
peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab musabab,
duduk perkaranya) 2. Penjabaran sesudah dikaji sebaik-
baiknya. 3. Pemecahan persoalaan yang di mulai dengan
dugaan akan kebenarannya”
2. Metodologi Analisis Kesalahan
Anakes adalah suatu prosedur kerja. Sebagai prosedur
kerja, Anakes mempunyai langkah-langkah tertentu.
Langkah-langkah tertentu inilah yang dimaksud dengan
“metodologi” Anakes. Adapun langkah-langkah kerja
Anakes hasil modifikasi adalah:
a. mengumpulkan data kesalahan,
b. mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan,
c. memperingkat kesalahan,
d. menjelaskan kesalahan,
e. memprakirakan daerah rawan kesalahan, dan
f. mengoreksi kesalahan.
B. Kesalahan Berbahasa
7
1. Pengertian
Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk
tuturan berbagai unit kebahasaan yang meliputi kata,
kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah
bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda
baca yang menyimpang dari sistem ejaan dan tanda baca
yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).
Piet Corder dalam bukunya Introducing Applied Linguistik
menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah
pelanggaran terhadap kode bahasa. Pelanggaran ini
disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan
pengetahuan terhadap kode. Kesalahan berbahasa tidak
hanya dibuat oleh siswa yang mempelajari B2 (bahasa
yang dipelajari siswa), tetapi juga dibuat siswa yang
belajar B1 (bahasa ibu).
Kesalahan berbahasa biasanya ditentukan berdasarkan
ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran atau
tulisan) si pembelajar bahasa itu berterima atau tidak
bagi penutur asli atau pengajarnya. Jika pembelajar
bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka ukuran yang
digunakan adalah apakah kata atau kalimat yang
digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur
asli bahasa Indonesia. Jika kata atau kalimat yang
digunakan pembelajar bahasa tadi salah, dikatakan
pembelajar bahasa membuat kesalahan. Ukuran berbahasa
yang baik ini adalah ukuran intrabahasa atau
8
intralingual. Ukuran kesalahan dan ketidaksalahan
intrabahasa adalah ukuran kebahasaan. Ukuran kebahasaan
meliputi :
a. Fonologi(tata bunyi)
b. Morfologi(tata kata)
c. Sintaksis(tata kalimat)
d. Semantik (tata makna)
Seorang pakar linguistik Noam Comsky membedakan
antara kesalahan berbahasa (error) dengan kekeliruan
berbahasa (mistake), keduanya memang sama-sama pemakaian
bentuk tuturan yang menyimpang, akan tetapi kesalahan
berbahasa terjadi secara sistematis karena belum
dikuasainya kaidah bahasa yang benar. Sedangkan
kekeliruan berbahasa bukan terjadi secara sistematis,
melainkan dikarenakan gagalnya merealisasikan kaidah
bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan dalam berbahasa disebabkan karena
faktor performansi, sedangkan kesalahan berbahasa
disebabkan faktor kompetensi. Faktor performansi
meliputi keterbatasan ingatan atau kelupaan sehingga
menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa,
kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat.
Kekeliruan ini bersifat acak, maksudnya dapat terjadi
pada berbagai tataran linguistik. Kesalahan berbahasa
akan sering terjadi apabila pemahaman siswa tentang
sistem bahasa kurang. Kesalahan berbahasa dapat
berlansung lama apabila tidak diperbaiki. Guru dapat
9
melakukan perbaikan dengan melalui remedial, latihan,
praktik, dan lain sebagainya.
Sebab-sebab terjadinya kesalahan berbahasa adalah
sebagai berikut:
a. Pengertian kacau
b. Interferensi
c. Logika yang belum masak
d. Analogi
e. Sembrono
2. Proses Terjadinya Kesalahan Berbahasa
Proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan
erat dengan proses belajar bahasa, oleh karena itu
untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa
diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar
bahasa. Belajar bahasa terdiri atas proses penguasaan
bahasa pertama dan penguasaan kedua. Proses penguasaan
pertama disebut pemerolehan bahasa (language acquisition).
Proses ini bersifat ilmiah dan tampak adanya suatu
perencanaan terstruktur. Setiap anak yang normal secara
fisik psikis, dan sosiologis pasti mengalami proses
pemerolehan bahasa pertama melalui kehidupan sehari-
hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Proses
ini berlangsung tanpa disadari anak dan anakpun tidak
menyadari motivasi apa yang mendorongnya untuk
menguasai bahasa tersebut.
10
Proses berbahasa kedua terjadi setelah penguasaan
bahasa pertama dan disebutbelajar bahasa (language
learning) proses ini umumnya berlangsung secara
terstruktur dan siswa menyadari bahwa dia sedang
belajar bahasa dan juga menyadari motivasi apa yang
mendorongnya untuk menguasai bahasa tersebut.
Dalam proses belajar bahasa kedua, seorang
pembelajar bahasa akan mempelajari intrabahasa yang
dipelajarinya atau B2, sedangkan pelajar itu sendiri
telah menguasai kaidah intrabahasa sendiri atau B1,
selama belajar inilah si pembelajar akan menggunakan
seperangkat ujaran dalam sistem bahasa tersendiri, yang
bukan atau belum mempunyai model dalam dua bahasa
tersebut ( B1 dan B2). Sistem bahasa pembelajar ini
disebut oleh Larry Salinker dengan nama interlanguage
(bahasa antara). Istilah lain untuk menyebut
interlanguage adalah ideosynratic dialect (Piet Corder, 1971),
approximative system (William Nemser, 1971) atau tradisional
competence (Richard, 1971).
Untuk memperkenalkan bahasa antara, Salinker
memperkenalkan pula konsep bahasa warisan atau bahasa
ibu (B1) dan bahasa ajar (B2). Berikut proses belajar
bahasa:
Bahasa warisan → bahasa antara → bahasa ajaran
Sebagian dari unsur-unsur interlanguage (bahasa
antara) ini sama dengan unsur bahasa kedua yang
dipelajari dan sebagian yang lain tidak sama. Kesalahan
11
berbahasa terjadi pada sistem interlanguage ini, yaitu
unsur-unsur atau bentuk tuturan pada interlanguage yang
tidak sama dengan bentuk-bentuk tuturan pada bahasa
kedua yang dipelajari. Secara teoretis, unsur-unsur
sistem interlanguage itu terdiri atas pembauran antara
unsur-unsur bahasa pertama dan bahasa kedua yang di
pelajari. kesalahan-kesalahan ini bersifat sistematik
dan terjadi pada setiap orang yang belajar bahasa.
3. Klasifikasi Kesalahan Berbahasa
Ada empat taksonomi yang perlu diketahui mengenai
kesalahan berbahasa, yaitu:
a. Taksonomi kategori linguistik
b. Taksonomi siasat permukaan
c. Taksonomi komparatif
d. Taksonomi efek komuniktif
1) Taksonomi Kategori linguistik
Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan
kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik
atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh
kesalahan, ataupun berdasarkan kedua-duanya.
Kita telah sama-sama mengetahui bahwa komponen-
komponen bahasa mencakup fonologi (ucapan), termasuk
tanda baca dan huruf kapital, sintaksis dan morfologi
(tata bahasa; gramatika), semantik, dan leksikon
(makna dan kosa kata), dan wacana (gaya).
2) Taksonomi siasat permukaan
12
Taksonomi siasat permukaan (surface strategy taxonomy)
menyoroti bagaimana caranya struktur-struktur
permukaan berubah. Para pelajar mungkin saja:
a) Menghindarkan/ mengilangkan butir-butir penting,
b) Menambah sesuatu yang tidak perlu,
c) Salah memformasikan butir-butir,
d) Salah menyusun butir-butir tersebut.
3) Taksonomi komparatif
Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi
komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan
antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipe-tipe
kontruksi tertentu lainnya. Dalam kepustakaan riset,
kesalahan-kesalahan B2 sudah sangat sering
dibandingkan dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai
B1 mereka dan mengekuivalen sikan frada-frasa atau
kalimat-kalimat dalam bahasa ibu pelajar.
Berdasarkan perbandingan tersebut dalam taksonomi
komparatif dapat dibedakan:
a) Kesalahan interlingual disebut juga kesalahan
interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber
(akibat) dari pengaruh bahasa pertama (B1)
terhadap bahasa kedua (B2).
b) Kesalahan intralingual adalah kesalahan akibat
perkembangan. Kesalahan berbahasa bersumber dari
penguasaan bahasa kedua (B2) yang belum memadai.
13
c) Kesalahan ambigu adalah kesalahan berbahasa yang
merefleksikan kesalahan interlingual dan
intralingual. Kesalahan ini diakibatkan kesalahan
pada interlingual dan intralingual.
d) Kesalahan unik adalah kesalahan bahasa yang tidak
dapat dideskripsikan berdasarkan tataran kesalahan
interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak
dapat dilacak dari B1 maupun B2. Misalnya: anak
kecil yang mulia belajar berbicara dalam suatu
bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau
kalimat) yang tidak dapat dijelaskan dari B1
maupun B2.
e) Kesalahan perkembangan (development errors) adalah
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak
yang belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka.
f) Kesalahan antarbahasa atau kesalahan interlingual
sebagai kesalahan yang semata-mata mengacu pada
kesalahan B2 yang menncerminkan struktur bahasa
asli atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-
proses internal atau kondisi-kondisi eksternal
yang menimbulkannya. Perlu dipahami benar-benar
bahwa kesalahan antar bahasa merupakan kesalahan
yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa
yang berequivalen secara semantik dalam bahasa ibu
sang pelajar.
g) Kesalahan taksa atau ambiuous errors adalah
kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagai
14
kesalahan perkembangan ataupun kesalahan
antarbahasa. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa kesalahan-kesalahan tersebut mencerminkan
struktur bahasa asli sang pembelajar, dan juga
sekaligus merupakan tipe yang terdapat dalam
ujaran anak-anak yang sedang memperoleh B1.
h) Kesalahan lain bila berbagai taksonomi sudah
dianggap lengkap tanpa adanya suatu wadah
penampung bagi butir-butir yang tidak dapat
dimasukan ke dalam suatu kategori lainnya.
4) Taksonomi Efek Komunikatif
Kalau taksonomi siasat permukaan dan taksonomi
komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek
kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek
komnikatif memandang serta menghadapi kesalahan-
kesalahan dari perspektif terhadap penyimak atau
pembaca. Pusat perhatian tertuju pada pembedaan
antara kesalahan-kesalahan yang seolah-olah
menyebabkan salah komunikasi.
Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi
karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah
dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu
(1) Kesalahan global
(2) Kesalahan lokal
Kesalahan global adalah kesalahan yang
mempengaruhi keseluruhan organisasi kalimat
sehingga benar-benar mengganggu komunikasi.
15
Kesalahan-kesalahan global yang sistematis
mencakup:
(a) Salah menyusun unsur pokok
(b) Salah menempatkan atau tidak memakai kata
sambung
(c) Hilangnya ciri kalimat pasif
Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi
sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak
mengganggu komunikasi secara signifikan
4. Model Analisis Kesalahan berbahasa Indonesia
Dari keempat taksonomi kesalahan berbahasa maka
taksonomi kategori linguistik dipergunakan sebagai
dasar. Unsur-unsur yang termasuk ke dalam kategori
linguistik itu meliputi:
a. Fonologi yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan,
dan ejaan bagi bahasa tulis.
b. Morfologi yang mencakup morfem, prefiks, infiks,
sufiks, konfiks, simulfiks, perulangan kata.
c. Sintaksis yang mencakup frasa, klausa, kalima.
Bagan 1 Model Analisis Kesalahan berbahasa Indonesia
Jenis taksonomi
lainTaksonomi siasat permukaan
Taksonomi
komparatif
Taksonomi
efek
komunikati
fTaksonomi
kategori
linguistik
penghi-
langan
Penam-
bahan
Salah
formas
i
Salah
susun
perke
mbang
an
Antar
bahas
a
taksa globalloka
l
16
Fonolog
i
Ucapan
Ejaan ,
Morfolo
gi
Perfiks
Sufiks
infiks
Perulangan
kata
Sintaks
is
Frasa
Klausa
Kalimat
Leksiko
n
Keterangan
1. Fonologi adalah kesalahan mengucapkan kata
sehingga menyimpang dari ucapan baku atau bahkan
menimbulkan perbedaan makna
2. Kesalahan ejaan
Kesalahan ejaan ialah kesalahan yang menuliskan
kata atau kesalahan menggunakan tanda baca.
3. Kesalahan morfologi
kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai
bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah
menggunakan kata ulang, salah menyusun kata
majemuk, dan salah memilih bentuk kata.
4. Kesalahan sintaksis
5. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau
penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat,
serta ketidak tepatan pemakaian partikel.
17
6. Kesalahan leksikon
Kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata
yang tidak atau kurang tepat..
7. Penghilangan (omission) adalah kesalahan-kesalahan
yang bersifat penghilangan ini ditandai oleh
ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada
dalam ucapan yang baik dan benar.
8. Penambahan (addition) hadirnya suatu butir atau
unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan
yang baik dan benar.
9. Salah formasi (misformation) pemakaian bentuk morfem
atau struktur yang salah.
10. Salah susun (misodering) penempatan yang tidak
benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam
suatu ucapan atau ujaran
11. Kesalahan perkembangan (development errors)
kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat
oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai
B1 mereka.
12. Kesalahan antar bahasa (interlingual errors)
adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata
mengacu pada kesalahan B2 yang mencerminkan
struktur bahasa asli atau bahasa ibu tanpa
menghiraukan proses-proses internal atau kondisi-
kondisi eksternal yang menimbulkannya.
13. Kesalahan taksa (ambiguous errors) adalah
kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagai
18
kesalahan perkembangan ataupun kesalahan
antarbahasa.
14. Kesalahan global (global errors) adalah
kesalahan yang mempengaruhi kesalahan organisasi
kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi.
15. Kesalahan lokal (local errors) kesalahan yang
mempengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang
biasanya tidak mengganggu komunikasi secara
signifikan.
Bagan 2 Model Analisis Kesalahan berbahasa
Indonesia
No Data TL TSP TK TEK Perbaikan
F M S LP
-P+ SF SS PK AB T G L
Keterangan
TL = Taksonomi Linguistik
TSP = Taksonomi Siasat Permukaan
TK = Taksonomi Komunikatif
TEK = Taksonomi Efek Komunikatif
F = Fonologi
M = Morfologi
S = Sintaksis
L =Leksikon
P+ = Penambahan
P- = Pengurangan
SF =Salah Formasi
19
SS = Salah Susun
PK = Perkembangan
AB = Antarbahasa
T = Taksa
G = Global
L = Lokal
BAB III
PEMBAHASAN
A. Bahan Analisis Kesalahan Berbahasa
Data yang dijadikan bahan Analisis Kesalahan
adalah sebuah karangan hasil karya Dika Maulana Akbar.
Ia adalah siswa kelas VIII dari SMP Unggulan Al Amin.
Berikut ini adalah karangan hasil karyanya:
Rubah yang Jahil
Di dalam sebuah hutan yang lebat, hiduplah seekor
kelinci bernama Cici dengan temannya, Tupi, yaitu
seekor tupai. Tak lupa, di hutan itu juga terdapat tiga
ekor rubah bersaudara yang banyak dibenci
oleh para hewan lain, yaitu Ruru, Ruba,
dan Baba. Alasannya yaitu karena
kebiasaan jahil mereka yang setiap hari
mereka lakukan. Bukan hanya hewan lain,
Baba juga menjahili saudara-saudaranya.
Suatu hari, Cici dan Tupi pergi menuju
sungai yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat
20
tinggal mereka. Airnya sungguh jernih, dan juga
udaranya yang sejuk. Perlahan Cici mendekat pada sisi
sungai, lalu meminum air sungai itu.
“Ah… Air sungai ini benar-benar segar. Rasa lelahku
menjadi hilang seketika. Benar ‘kan, Tupi?” ucap Cici
diiringi dengan tanya. Tupi tersenyum dan mengiyakan
pertanyaan Cici.
“Cici, kurasa aku akan berteduh di bawah
pohon untuk sementara. Aku ingin tidur
siang,” ucap Tupi polos. Senyumannya belum
terhapuskan dari wajah manisnya.
“Baiklah,” jawab Cici singkat. Setelah itu,
dengan cepat Tupi memanjat pohon dan tertidur dengan
pulas. Tetapi tak lama kemudian, munculah dua dari tiga
rubah bersaudara. Yaitu Baba dan Ruba. Keduanya diam-
diam mendekati Cici yang sedang bermain-main dengan
air.
Setelah berada tepat di belakang Cici, dengan perlahan
Baba berbisik kepada Ruba, “Sst… Ayo cepat, dorong
dia!”
“Oke…,” bisik Ruba menuruti kemauan Baba. Setelah itu
Ruba mendorong Cici, membuatnya tercebur ke sungai.
Byuur! Percikan air mengenai tubuh kedua rubah
bersaudara, dan berhasil membuat Cici terjatuh dan
basah kuyup di sungai. Namun, Baba berkata pada Ruba,
“Kamu bodoh! Apa bisa kamu mendorong lebih kuat!? Biar
kutunjukkan bagaimana caranya mendorong.”
21
Buk! Dengan sekuat mungkin Baba mendorong Ruba ke dalam
sungai. Hingga akhirnya Ruba terjatuh dengan percikan
air yang mengiringinya. Baba tertawa terbahak-bahak,
lalu pergi meninggalkan Ruba dan Cici. Ruba terdiam di
tempat dengan rasa marah sambil memasang wajah cemberut
seraya mengatakan, “Heh, ini yang terakir kalinya! Aku
tidak akan membiarkannya lolos!”
Tiba-tiba terlintas sebuah ide cemerlang di pikiran
Cici. Ia mendekati Ruba lalu membisikkan sesuatu
kepadanya. Ruba tersenyum lebar dan menyetujuinya. Lalu
mereka membangunkan Tupi dan mencari Ruru, si rubah
bungsu.
Tak lama mereka mencari, ditemukanlah Ruru sedang
cemberut di bawah pohon besar. Cici, Tupi, dan Ruba
menghampirinya.
“Ada apa Ruru? Apa yang terjadi? Mengapa kamu
cemberut?” berbagai pertanyaan keluar dari mulut Cici.
Tapi Ruru hanya menjawabnya dengan satu nama, “Baba.”
“Ckckck… kamu mau-maunya ngikutin perintah dia, padahal
dia ‘kan sering jahilin kamu.” ujar Tupi. Tanpa
disadari Cici, Tupi, dan Ruba yang sedang saling
berpandangan, dengan tak sadar Ruru terus memikirkan
ucapan Tupi tadi. Tak lama setelah itu, Ruba
menghampiri Ruru, dan membisikkan sesuatu kepadanya.
“Psst… Psst… Psst… Bagaimana? Ini adalah ide Cici. Kamu
mau melakukannya?”
“Baiklah, dengan senang hati!”
22
Setelah itu mereka berpencar mencari semua hewan di
hutan untuk menjalankan ide Cici. Detik berganti menit,
menit berganti jam, dan juga jam yang berganti hari.
Keesokan harinya, Baba terbangun dari tidurnya yang
nyenyak tanpa ganguan suara saudara-saudaranya. Tapi
setelah dilihat-lihat, ternyata saudara-saudaranya
tidak ada disana. Dia bingung. Ia memutuskan untuk
mencari mereka.
Setelah beberapa lama, dia mengeluh kelelahan sambil
berkata, “Ruru, carikan aku makanan!”
Tetapi tidak ada respon dari perintahnya tersebut. Dan
dia sekarang sadar Ruru tidak ada disana. Dan anehnya
lagi, semua hewan disana juga tak ada yang terlihat.
Dengan wajah murung, dia berkata, “Kali ini aku baru
sadar kalau semua hewan membenciku dan lalu menjauhiku.
Andai saja mereka masih ada disini, aku ingin meminta
maaf kepada semuanya atas kesalahanku. Tapi kali ini
semuanya sudah terlambat….”
“Ini belum terlambat saudaraku,” kedua saudaranya
datang menghampirinya dengan membawa banyak makanan.
“Minta maaflah kepada seluruh hewan dengan tulus.”
“Ah, kalian… Ya, aku ingin. Tapi semuanya menghilang…”
“Ah, tidak juga. Semuanya masih disini… Keluarlah
kawan-kawan!” ucap Ruba seraya memerintahkan semua
hewan untuk keluar dari persembunyiannya. Dengan
serentak, semua hewan keluar. Termasuk Cici dan Tupi.
23
Ada yang berada di atas pohon, bersembunyi di semak
semak, dan masih banyak lagi.
Wajah murung Baba kini berganti menjadi senyuman. Dan
kesedihannya berubah menjadi kegembiraan. Dia meminta
maaf kepada semua hewan atas kesalahannya, dan kini
menjadi hewan yang banyak disegani hewan lain. Baba dan
saudara-saudaranya juga kini menjadi teman baik Cici
dan Tupi.
~ Happy Ending ~
Karya asli Dika Maulana Akbar
B. Identifikasi Kesalahan Berbahasa
No DataTL TSP TK TEK Perbaikan
F M S L P- P+ SF SS PK AB T G L
1
Tak lupa, di hutan
itu juga terdapat
tiga ekor rubah
bersaudara yang
banyak dibenci oleh
para hewan lain,
yaitu Ruru, Ruba,
dan Baba.
v v v v v
Di hutan itu juga
ada tiga ekor rubah
bersaudara yang
banyak dibenci oleh
para hewan lain,
yaitu Ruru, Ruba,
dan Baba.
2
Alasannya yaitu
karena kebiasaan
jahil mereka yang
setiap hari mereka
lakukan.
v v v v v v
Mereka dibenci
karena kebiasaan
jahil yang setiap
hari mereka
lakukan.
3
Bukan hanya hewan
lain, Baba juga
menjahili saudara-
saudaranya.
v v v
Bukan hanya kepada
hewan lain, Baba
juga menjahili
saudara-saudaranya.
4
Airnya sungguh
jernih, dan juga
udaranya yang sejuk.
v v v v
Airnya sangat
jernih dan udaranya
sejuk.
24
5
Perlahan Cici
mendekat pada sisi
sungai, lalu meminum
air sungai itu.
v v v
Perlahan Cici
mendekat ke sisi
sungai, lalu
meminum air sungai
itu.
6
“Cici, kurasa aku
akan berteduh di
bawah pohon untuk
sementara. Aku ingin
tidur siang,” ucap
Tupi polos.
v v v v v
“Cici, aku mau
berteduh di bawah
pohon itu. Aku
ingin tidur siang,”
ucap Tupi polos.
7
Tetapi tak lama
kemudian, munculah
dua dari tiga rubah
bersaudara. Yaitu
Baba dan Ruba.
v v v v v v
Tetapi tak lama
kemudian muncullah
dua dari tiga rubah
bersaudara, yaitu
Baba dan Ruba.
8
Percikan air
mengenai tubuh kedua
rubah bersaudara,
dan berhasil membuat
Cici terjatuh dan
basah kuyup di
sungai.
v v v v v v
Percikan air
mengenai tubuh
kedua rubah
bersaudara. Mereka
berhasil membuat
Cici terjatuh dan
basah kuyup di
sungai.
9
Namun, Baba berkata
pada Ruba, “Kamu
bodoh! Apa bisa kamu
mendorong lebih
kuat!? Biar
kutunjukkan
bagaimana caranya
mendorong.”
v v v v v
Baba berkata pada
Ruba, “Kamu bodoh!
Apa bisa kamu
mendorong lebih
kuat!? Biar
kutunjukkan
bagaimana caranya
mendorong.”
No DataTL TSP TK TEK
PerbaikanF M S L P- P+ SF SS PK AB T G L
25
10
Dan dia sekarang
sadar Ruru tidak ada
disana.
v v v v v v v
Sekarang dia sadar
bahwa Ruru tidak
ada di sana.
11
Dan anehnya lagi,
semua hewan disana
juga tak ada yang
terlihat.
v v v v v
Dan anehnya lagi,
semua hewan di sana
juga tak ada yang
terlihat.
12
“Kali ini aku baru
sadar kalau semua
hewan membenciku dan
lalu menjauhiku.
v v v v v
“Kali ini aku baru
sadar kalau semua
hewan membenciku
dan menjauhiku.
13
Andai saja mereka
masih ada disini,
aku ingin meminta
maaf kepada semuanya
atas kesalahanku.
v v v v v
Andai saja mereka
masih ada di sini,
aku ingin meminta
maaf kepada
semuanya atas
kesalahanku.
14Semuanya masih
disini.v v v v v
Semuanya masih di
sini.
15
Dan kesedihannya
berubah menjadi
kegembiraan.
v v v v v
Kesedihannya
berubah menjadi
kegembiraan.
C. Hasil Analisis Kesalahan Berbahasa
No Data PerbaikanDeskripsi Hasil
Analisis
26
1
Tak lupa, di hutan
itu juga terdapat
tiga ekor rubah
bersaudara yang
banyak dibenci oleh
para hewan lain,
yaitu Ruru, Ruba,
dan Baba.
Di hutan itu juga
ada tiga ekor
rubah bersaudara
yang banyak
dibenci oleh para
hewan lain, yaitu
Ruru, Ruba, dan
Baba.
Penggunaan kata “tak
lupa” kurang efektif
dan tidak tepat.
No Data PerbaikanDeskripsi Hasil
Analisis
2
Alasannya yaitu
karena kebiasaan
jahil mereka yang
setiap hari mereka
lakukan.
Mereka dibenci
karena kebiasaan
jahil yang setiap
hari mereka
lakukan.
Struktur kalimatnya
kurang tepat.
3
Bukan hanya hewan
lain, Baba juga
menjahili saudara-
saudaranya.
Bukan hanya
kepada hewan
lain, Baba juga
menjahili
saudara-
saudaranya.
Kurang kata
penggunaan kata
depan.
27
4
Airnya sungguh
jernih, dan juga
udaranya yang
sejuk.
Airnya sangat
jernih dan
udaranya sejuk.
Penggunaan kata
“sangat” lebih
tepat. Tanda koma
diikuti kata “dan”
lalu “juga” kurang
efektif, cukup
memilih satu
diantaranya.
5
Perlahan Cici
mendekat pada sisi
sungai, lalu
meminum air sungai
itu.
Perlahan Cici
mendekat ke sisi
sungai, lalu
meminum air
sungai itu.
Kata depan “pada”
lebih tepat untuk
menunjukkan waktu.
Sedangkan untuk
menunjukkan arah
digunakan kata depan
“ke”.
6
“Cici, kurasa aku
akan berteduh di
bawah pohon untuk
sementara. Aku
ingin tidur siang,”
ucap Tupi polos.
“Cici, aku mau
berteduh di bawah
pohon itu. Aku
ingin tidur
siang,” ucap Tupi
polos.
Pemilihan kata yang
tepat dan efektif
akan lebih mudah
memaknai suatu
pembicaraan.
7
Tetapi tak lama
kemudian, munculah
dua dari tiga rubah
bersaudara. Yaitu
Baba dan Ruba.
Tetapi tak lama
kemudian
muncullah dua
dari tiga rubah
bersaudara, yaitu
Baba dan Ruba.
Penggunaan partikel
“lah” tidak mengubah
kata dasarnya.
28
No Data PerbaikanDeskripsi Hasil
Analisis
8
Percikan air
mengenai tubuh
kedua rubah
bersaudara, dan
berhasil membuat
Cici terjatuh dan
basah kuyup di
sungai.
Percikan air
mengenai tubuh
kedua rubah
bersaudara.
Mereka berhasil
membuat Cici
terjatuh dan
basah kuyup di
sungai.
Pemenggalan kalimat
yang tepat akan
berpengaruh terhadap
makna kalimatnya.
9
Namun, Baba berkata
pada Ruba, “Kamu
bodoh! Apa bisa
kamu mendorong
lebih kuat!? Biar
kutunjukkan
bagaimana caranya
mendorong.”
Baba berkata pada
Ruba, “Kamu
bodoh! Apa bisa
kamu mendorong
lebih kuat!? Biar
kutunjukkan
bagaimana caranya
mendorong.”
Penggunaan kata
namun kurang tepat
pada kalimat
tersebut.
10 Dan dia sekarang
sadar Ruru tidak
ada disana.
Sekarang dia
sadar bahwa Ruru
tidak ada di
sana.
Kata “dan” sebaiknya
tidak digunakan pada
antar kalimat. Kata
depan “di”
menunjukkan tempat
harus dipisahkan
29
dengan kata
berikutnya.
11
Dan anehnya lagi,
semua hewan disana
juga tak ada yang
terlihat.
Dan anehnya lagi,
semua hewan di
sana juga tak ada
yang terlihat.
Kata depan “di” yang
menunjukkan tempat
harus dipisahkan
dengan kata
berikutnya.
12
“Kali ini aku baru
sadar kalau semua
hewan membenciku
dan lalu
menjauhiku.
“Kali ini aku
baru sadar kalau
semua hewan
membenciku dan
menjauhiku.
Pemborosan kata “dan
lalu”, sebaiknya
gunakan salah satu.
No Data PerbaikanDeskripsi Hasil
Analisis
13
Andai saja mereka
masih ada disini,
aku ingin meminta
maaf kepada
semuanya atas
kesalahanku.
Andai saja mereka
masih ada di
sini, aku ingin
meminta maaf
kepada semuanya
atas kesalahanku.
Kata depan “di” yang
menunjukkan tempat
harus dipisahkan
dengan kata
berikutnya.
14Semuanya masih
disini.
Semuanya masih di
sini.
Kata depan “di” yang
menunjukkan tempat
harus dipisahkan
dengan kata
berikutnya.15 Dan kesedihannya Kesedihannya Kata “dan” sebaiknya
30
berubah menjadi
kegembiraan.
berubah menjadi
kegembiraan.
tidak digunakan pada
antar kalimat.
Hasil analisis terhadap karangan karya Dika Maulana
Akbar siswa dari SMP Unggulan Al Amin Kelas VIII yang
berjudul ”Rubah yang Jahil” dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Jumlah kata yang ditulis dalam karangan ”Rubah yang
Jahil” adalah 664 kata.
2. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa “Rubah yang
Jahil” ada 15 kalimat. Sedangkan jumlah kalimat dalam
karangan tersebut adalah 60 kalimat. Presentase
kesalahan berbahasa pada karangan siswa tersebut adalah
25%.
3. Kesalahan tertinggi terjadi pada penulisan kata depan
”di” yang menunjukkan tempat tidak dipisahkan dengan
kata berikutnya.
BAB IV
PENUTUP
31
A. Simpulan
Kesalahan berbahasa masih sering dijumpai pada
bahasa tulis yang dibuat oleh siswa. Hal ini perlu
menjadi perhatian bagi guru Bahasa Indonesia untuk
memberikan bimbingan dan kejelian dalam mengoreksi
tugas-tugas siswa.
Dalam analisis kesalahan berbahasa dibahas masalah
tentang kesalahan bahasa (error) dan kekhilafan atau
kekeliruan (mistake). Kesalahan bahasa mengacu pada
penyimpangan kaidah (struktur atau tata bahasa) bahasa
yang baku.Kekhilafan atau kekeliruan mengacu pada
penyimpangan tataran strategi performasi bahasa. Ukuran
atau parameter penyimpangan untuk bahasa Indonesia
terjadi apabila penggunaan bahasa Indonesia itu tidak
baik dan tidak benar. Kekhilafan atau kekeliruan
(mistake) selalu terjadi pada anak (siswa) yang berada
dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
Kekhilafan itu memiliki sifat yang acak, tidak
sistematis, tidak permanen (temporer) dan bersifat
individual. Itu merupakan wujud kreativitas anak dalam
mengonstruksi kemampuan berbahasanya. Apabila dibedakan
berdasarkan sumber kekhilafannya maka kekhilafan
(kesalahan) itu terjadi pada (1) kategori linguistik,
(2) kategori strategi performasi, (3) strategi
komparatif, dan (4) kategori efek komunikasi. Diakui
bahwa interferensi dan intralingual bahasa pertama pada
bahasa kedua merupakan penyebab utama terjadinya
32
keadaan atau kekhilafan berbahasa. Dalam hal ini,
kekhilafan atau kesalahan dalam bahasa Indonesia antara
lain disebabkan oleh interferensi dan intralingual
bahasa pertama (B1 = bahasa daerah). Kontak bahasa yang
terjadi dalam diri dwibahasawan menyebabkan saling
pengaruh antara bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua
(B2).
Pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran
bahasa kedua atau setelah bahasa pertama (B1).
Kesulitan dan kesalahan (kekhilafan) penggunaan bahasa
Indonesia dalam proses pembelajaran adalah masalah.
Oleh karena itu, analisis kesalahan berbahasa dapat
diimplementasikan sebagai salah satu solusi alternatif
untuk pengajaran bahasa Indonesia. Dengan analisis
kesalahan berbahasa, kesulitan dan kesalahan siswa
dalam berbahasa Indonesia dapat diketahui, kemudian
hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki pengajaran
bahasa tersebut.
Berdasarkan hasil analisis kesalahan berbahasa pada
karangan “Rubah yang Jahil” karya Dika Maulana Akbar
siswa Kelas VIII dari SMP Unggulan Al Amin terdapat 15
kesalahan dari 60 kalimat yang terdiri dari 664 kata.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa karangan
tersebut dinilai baik.
33
B. Saran
Pekerjaan menganalisis kesalahan berbahasa secara
rinci sebagaimana dalam makalah ini sangat sulit
dilakukan untuk menilai karangan siswa di sekolah yang
memiliki siswa yang banyak dalam satu kelasnya.
Walaupun demikian kiranya seorang guru harus menjunjung
tinggi norma-norma penilaian yang adil dan objektif.
Sehubungan dengan hal tersebut kami menyarankan
agar dalam memberikan penilaian terhadap karangan
siswa, guru harus memiliki kompetensi menganalisis
kesalahan berbahasa dengan menggunakan teori-teori
menganalisa kesalahan berbahasa sehingga penilaian yang
dilakukan lebih akurat, objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
.
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.