analisis kecacatan produk hpl pada pt. aica indonesia dengan ...

102
ANALISIS KECACATAN PRODUK HPL PADA PT. AICA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen Diajukan Oleh: Hadi Susilo NIM : 111510486 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PELITA BANGSA BEKASI – 2019

Transcript of analisis kecacatan produk hpl pada pt. aica indonesia dengan ...

ANALISIS KECACATAN PRODUK HPL PADA PT. AICA

INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN

TOOLS

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Manajemen

Diajukan Oleh:

Hadi Susilo

NIM : 111510486

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PELITA BANGSA

BEKASI – 2019

ii

SURAT PERNYATAAN

Bersama-ini saya,

Nama : HADI SUSILO

NIM : 111510486

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah

hasil karya sendiri yang belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada

program sarjana ini ataupun pada program lain. Karya ini adalah milik Saya,

karena itu pertanggung jawabanya berada dipundak Saya. Apabila di kemudian

hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka Saya bersedia untuk ditinjau dan

menerima sanksi sebagaimana mestinya.

Bekasi, 24 November 2019

HADI SUSILO

NIM : 111510486

iii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI BISNIS UNIVERSITAS

PELITA BANGSA

Nama : HADI SUSILO

NIM : 111510486

Kelas : MA 15 D1

Konsentrasi : PRODUKSI / OPERASIONAL

Judul Proposal : ANALISIS KECACATAN PRODUK HPL PADA

PT. AICA INDONESIA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS

iv

v

ABSTRAK

ANALISIS KECACATAN PRODUK PADA HPL PT. AICA

INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN

TOOLS

Oleh

HADI SUSILO

NIM 111.510.486

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan produk di PT. Aica

Indonesia, Jenis Kecacatan Produk, serta mengetahui penyebab kerusakan produk

PT. Aica Indonesia. Target kecacatan produk adalah dibawah 1% untuk semua

produk PT. Aica indonesia dalam satu tahun, akan tetapi yang terjadi di PT Aica

Indonesia kerusakan produk mencapai 3,9% setiap bulannya.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Prosedur penelitian menggunakan teori spradley. Pengambilan data dilakukan dengan observasi, wawancara dokumentasi dan studi

pustaka.

Jenis kecacatan produk di PT Aica Indonesia ada 13 jenis dari 3 bagian produksi,

hasil penelitian menggunakan seven tools, diperoleh kerusakan tertinggi pada PM

atau Pattern Miss , Maka penelitian ini fokus pada PM yang mencapai 4.2% dari

rata-rata per bulan 2019 atau sekitar 3.9% perbulan dihitung dari bulan Juli tahun

2018.

Sebagian besar penyebab kecacatan PM ini dipengaruhi oleh GSM yang kurang

pada Material awal, kemudian kerja yang terlalu buru-buru dari operator setting di

Setroom maupun Press, kurangnya pengawasan menduduki tingkat ketiga dari

hasil pengujian NGT pada Fishbone, kemudian pada Vacum mati termasuk dalam

kategori yang memperngaruhi dengan nilai korelasi mencapai 0.950. Berdasarkan

analisa control chart didapat Porporsi maksimal yang mencapai angka 0.0203.

Kata Kunci : seventools, Defect produk

vi

ANALISIS KECACATAN PRODUK HPL PADA PT. AICA

INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN

TOOLS

ABSTRACT

.

This research was conducted to determine the level of product damage at PT.

Aica Indonesia, Types of Product Disputes, as well as knowing the cause of

damage to PT. Aica Indonesia. Product disability target is below 1% for all PT.

Aica Indonesia in one year, but what happened at PT Aica Indonesia product

damage reached 3.9% every month.

The research method used is a qualitative research method with a case study

approach. The research procedure uses the Spradley theory. Data is collected by

observation, documentation interviews and literature study.

There are 13 types of product defects in PT Aica Indonesia from 3 parts of

production, the results of research using seven tools, obtained the highest damage

in PM or Pattern Miss, so this study focuses on PM reaching 4.2% of the average

per 2019 or around 3.9 % per month is calculated from July 2018.

Most of the causes of PM disability are influenced by GSM which is lacking in the

initial material, then too hasty work of the operator settings in the Setroom and

Press, lack of supervision occupies the third level of NGT test results on

Fishbone, then the dead Vacum is included in the category that affect the

correlation value reaches 0.950. Based on the analysis of control diagrams, it is

found that the maximum proportion is 0.0203.

Keywords: seventools, product defects.

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul β€œ.ANALISIS KECACATAN PRODUK HPL

PADA PT. AICA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE

SEVEN TOOLS”, skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas pengajuan ujian

skripsi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Erdi,S.pd.,MM selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, ilmu dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Hamzah Muhammad M., S.K.M., MM. Selaku Rektor Universitas

Pelita Bangsa.

3. Ibu Yunita Ramadhani, S.E., M.Sc Selaku Kepala Prodi Manajemen

Universitas Pelita Bangsa.

4. Ibu Aminah yang tidak pernah berhenti mendoakan penulis.

5. PT Aica Indonesia yang telah memberikan izin dan informasi untuk

kelancaran skripsi.

6. Keluarga yang selalu memberi dukungan dan doa kepada penulis.

7. Erlin Listiani seorang Istri yang tidak ada hentinya memberi dukungan kepada

penulis.

8. Teman-teman MA.15.E1 yang selama ini menjadi semangat dan motivasi

untuk penulis.

9. Teman-teman D1.Produksi yang sudah banyak memotivasi.

10. Penulis menyadari banyaknya kekurangan pada penyelesaian skripsi ini yang

disebabkan oleh adanya keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki penulis.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

menyempurnakan penyelesaian penulisan pada skripsi ini. Akhir kata penulis

viii

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi

siapapun yang memerlukannya.

Cikarang, 24 November 2019

Hadi Susilo

ix

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI ....................... iii

LEMBAR PENGUJIAN .................................................................................. iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 7

1.3 TUJUAN PENELITIAN ...................................................................... 8

1.4 MANFAAT PENELITIAN .................................................................. 8

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI ............................................ 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................ 11

2.1 LANDASAN TEORI ........................................................................... 11

2.1.1 Produk Jadi ................................................................................. 13

2.1.2 Produk Rusak .............................................................................. 13

2.1.3 Pengertian Kualitas ..................................................................... 14

2.1.4 Manajemen Kualitas / Manajemen Mutu .................................... 15

2.2 HASIL PENELITIAN TERDAHULU ................................................ 17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 21

3.1 JENIS PENELITIAN ........................................................................... 21

3.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITLAN ........................................... 21

3.3 KERANGKA KONSEP ....................................................................... 22

3.3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 22

3.4 POPULASI DAN SAMPEL ................................................................ 25

x

3.5 METODE PENGUMPULAN DATA .................................................. 25

3.6 METODE ANALISIS DATA .............................................................. 27

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ............................................. 41

4.1 TENTANG PT AICA INDONESIA .................................................... 41

4.2 VISI DAN MISI ................................................................................... 42

4.2.1 Visi Perusahaan .......................................................................... 42

4.2.2 Misi Perusahaan .......................................................................... 42

4.3 LOKASI PERUSAHAAN ................................................................... 42

4.4 DISTRIBUSI DAN PEMASARAN ..................................................... 43

4.5 STRUKTUR ORGANISASI DAN SISTEM MANAJEMEN ............. 43

BAB V

HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 45

5.1 ANALISIS DATA ................................................................................ 45

5.2 INTERPRESTASI DATA/PEMBAHASAN ....................................... 55

5.2.1 Check Sheet ................................................................................ 56

5.2.2 Flow Chart .................................................................................. 58

5.2.3 Diagram Pareto ........................................................................... 59

5.2.4 Histogram .................................................................................... 60

5.2.5 Fish Bone .................................................................................... 63

5.2.6 Diagram Tebar ............................................................................ 67

5.2.7 Control Chart .............................................................................. 73

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 74

6.1 KESIMPULAN .................................................................................... 74

6.2 SARAN ................................................................................................ 75

6.3 KAIZEN/IDE PERBAIKAN ............................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 87

LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Diagram Alir ................................................................................ 24

Gambar 3.2 Contoh Diagram Pareto ................................................................ 29

Gambar 3.3 Contoh Diagram Histogram ......................................................... 31

Gambar 3.4 Contoh Check Sheet ..................................................................... 32

Gambar 3.5 Contoh Fishbone Diagram ........................................................... 35

Gambar 3.6 Contoh Scaner Diagram ............................................................... 36

Gambar 3.7 Contoh Diagram Alur Proses (Flowchart) ................................... 38

Gambar 3.8 Contoh Control Chart ................................................................... 40

Gambar 5.1 Alur Proses Kerja (Flow Chart) PT Aica Indonesia ..................... 58

Gambar 5.2 Diagram Pareto Kecacatan Produk HPL ...................................... 59

Gambar 5.3 Diagram Histogram Kecacatan Keseluruhan ............................... 61

Gambar 5.4 Diagram Histogram Pattern Miss (PM) ....................................... 62

Gambar 5.5 Fish Bone PM ............................................................................... 63

Gambar 5.6 Diagram Tebar Pengaruh GSM kurang Terhadap PM ................. 67

Gambar 5.7 Diagram Tebar Terlalu Buru-buru Terhadap PM ........................ 68

Gambar 5.8 Diagram Tebar Kurangnya Pengawasan Terhadap PM ............... 70

Gambar 5.9 Diagram Tebar Pengaruh Vacum Mati Terhadap PM. ................ 71

Gambar 5.10 Control Chart pada defect PM .................................................... 79

Gambar 6.1 Pemberian tabel takaran penggunaan bahan baku........................ 85

Gambar 6.2 Penambahan pengawasan oleh CE ............................................... 86

Gambar 6.3 Metode Penyapuan Bagian Dryer dan Press ................................ 86

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laporan Kerusakan Produk 2018-2019 ........................................... 6

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 22

Tabel 3.2 Simbol dalam penyusunan Flowchart ............................................ 37

Tabel 5.1 Hasil Wawancara. ............................................................................ 46

Tabel 5.2 Hasil Wawancara (Lanjutan) ........................................................... 51

Tabel 5.3 Data Defect Tertinggi....................................................................... 56

Tabel 5.4 Data Defect Periode 2018-2019 ....................................................... 57

Tabel 5.5 Perhitungan Data Kecacatan Keseluruhan ....................................... 61

Tabel 5.6 Perhitungan Data Kecacatan Pattern Miss ....................................... 62

Tabel 5.7 Perhitungan NGT ............................................................................. 66

Tabel 5.8 Analis data GSM Kurang Terhadap PM.. ........................................ 67

Tabel 5.9 Analis data Terlalu Buru-buru Terhadap PM .................................. 69

Tabel 5.10 Analis data Kurangnya Pengawasan Terhadap PM ....................... 71

Tabel 5.11 Analis data Vacum Mati Terhadap PM.......................................... 72

Tabel 5.12 Data Produksi dan defect PM......................................................... 72

Tabel 5.13 Perhitungan batas kendali proses produksi .................................... 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini pelaku bisnis dalam industri di Indonesia menyadari akan

semakin berubahnya orientasi pelanggannya terhadap kualitas. Dalam persaingan

dunia industri yang semakin ketat, perusahaan harus dapat bertahan dan bersaing

dengan perusahaan sejenis. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat memenuhi

keinginan pelanggan dan berusaha untuk dapat mempertahankan pelanggan.

Komitmen dari perusahaan untuk terus mempertahankan kualitas dan keinginan

pelanggan adalah dengan diterapkannya berbagai sistem manajemen mutu ISO

9001 : 2015 dalam perusahaan, perusahaan telah mengalami perubahan dalam

bidang kualitas. Namun perusahaan tidak dapat berhenti begitu saja karena pada

kenyataannya masih terdapat produk yang belum sesuai dengan spesifikasi yang

ditetapkan atau produk cacat (defect product). Sejalan dengan kemajuan

teknologi, dapat diketahui bahwa konsumen menghadapi lebih banyak alternatif

produk dengan harga dan pemasok yang berbeda. Hal ini menjadi sebuah

persoalan yang harus diperhatikan perusahaan, terutama dalam hal penentuan

pilihan produk yang akan dibeli konsumen. Pelanggan selalu mencari nilai yang

dianggap paling tinggi dari beberapa produk atau jasa yang ada. Mereka

membentuk harapan tentang nilai yang akan diperoleh (value expectation).

Berdasarkan nilai tersebut, dapat diukur besarnya tingkat kepuasan yang dimiliki

pelanggan.

2

Pada kenyataannya, apabila hasil produksi/barang itu tidak dapat mencapai

dengan tepat tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkan atau dipergunakan,

ini tidak selalu berarti bahwa konsumen atau pembeli akan membuat keluhan-

keluhan kepada produsen. Hal ini terjadi, karena seperti kita ketahui bahwa

terdapat rantai distribusi antara konsumen dan produsen yang dapat menghalangi

pemindahan informasi atau penyampaian keluhan-keluhan ini. Sehingga apabila

tidak terdapat kesesuaian/kecocokan akan tujuan yang diinginkan dari

penggunaan barang tersebut, maka biasanya konsumen atau pembeli akan pindah

membeli barang merek lain di pasar.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tidak mungkin dan tidaklah ada

gunanya apabila si produsen merasa dirinya sebagai konsumen atau orang yang

dapat menentukan kehendak/keinginan konsumen, terutama dalam menentukan

tujuan untuk apa barang tersebut dimaksudkannya. Hal ini perlu diperhatikan oleh

si produsen, karena ia menjual barang kepada pelanggan atau konsumen dan tidak

pada dirinya sendiri. Dengan demikian sudah tentu si produsen tidaklah dapat

menentukan begitu saja mutu yang bagaimana yang dibutuhkan dan yang akan

dihasilkannya. Yang sudah jelas adalah bahwa keinginan/selera antara pembeli

juga berbeda-beda, yang mungkin disebabkan karena perbedaan sifat daerah

asalnya atau tingkat sosialnya atau sebab lainnya. Akibat keadaan ini akan lebih

menyulitkan bagi pengusaha/produsen untuk memilih atau menentukan faktor

kualitas yang diminta oleh pembeli atau pelanggan. Hendaknya para produsen

selalu mengingat bahwa yang menjual barang-barang kepada pelanggan atau

3

konsumen tidak hanya dia sendiri, tetapi masih terdapat banyak produsen lain.

Oleh karena itu perlu adanya suatu dasar atas kebijakan yang diambilnya.

Dalam dunia bisnis, kualitas dapat ditempatkan sebagai alat yang sangat

ampuh dalam usaha mempertahankan bisnis suatu perusahaan. Kualitas pada

industri manufaktur selain menekankan pada produk yang dihasilkan, juga perlu

diperhatikan kualitas pada proses produksi. Bahkan, yang terbaik adalah apabila

perhatian pada kualitas bukan pada produk akhir, melainkan proses produksinya

atau produk yang masih ada dalam proses (work in process), sehingga apabila

diketahui ada cacat atau kesalahan masih dapat diperbaiki. Seperti halnya dalam

PT Aica Indonesia, kecacatan produk diketahui ketika produk tersebut telah

selesai di produksi atau dalam keadaan sudah di selesaikan (finished good),

dengan ini kecacatan terkadang masih bisa diperbaiki dan adapula yang tidak bisa

diperbaiki atau c-grade. Jika produk yang dicek merupakan produk yang sudah

dalam keadaan siap kirim ( finished good) maka biaya produksi, waktu dan tenaga

yang dihasilkan untuk melakukan rework akan lebih besar. Seharusnya produk

dapat diperhatikan dari mulai bahan baku atau sebelum produksi, ketika masih

dalam proses dan sebelum barang masuk finished good. Dengan demikian,

produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi

pemborosan yang harus dibayar mahal karena produk tersebut harus dibuang atau

dilakukan pengerjaan ulang. Hal ini dapat dicapai melalui penentuan metode-

metode yang dapat diterapkan, salah satunya adalah metode seven tools atau tujuh

alat perbaikan kualitas. Tujuh alat perbaikan kualitas (seven tools) merupakan

instrumen dari Total Quality Management untuk melengkapi usaha pencapaian

4

manajemen kualitas total (Total Quality Management). Alat perbaikan kualitas

tersebut diantaranya Rekaman Data(Check Sheet), Grafik antar Variabel (Scatter

Diagram), Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram), Alur Proses (Flow Chart),

Diagram Pareto (Pareto Diagram), Histogram (Histogram), dan Peta Kendali

(Control Chart).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerusakan produk di PT.

Aica Indonesia, Jenis Kercacatan Produk, serta mengetahui penyebab kerusakan

produk PT. Aica Indonesia. Target kecacatan produk adalah dibawah1% untuk

semua produk PT. Aica indonesia dalam satu tahun, akan tetapi yang terjadi di

PT Aica Indonesia kerusakan produk mencapai 4,9% setiap bulannya

Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik maka variasi yang

terjadi harus diperkecil. Untuk dapat menyelesaikan masalah cacat produk, tidak

semua penyebab dapat di atasi sekaligus, perusahaan harus mampu

mengidentifikasi masalah-masalah apa yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu.

Masalah kecacatan produk dalam PT Aica Indonesia merupakan hal yang paling

penting untuk diteliti, karena perusahaan tersebut sangat mendukung untuk

mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2015 yang merupakan sertifikat dalam sistem

manajemen kualitas. Pencapaian kesempurnaan kualitas perlu ditekankan di PT

Aica Indonesia. Banyak hal yang harus dipelajari oleh PT Aica Indonesia

mengenai pengendalian kualitas tersebut. Kepuasan pelanggan merupakan hal

yang diutamakan oleh perusahaan. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu

tujuan perusahaan. Salah satu bentuk kepuasan pelanggan adalah apabila kita

5

dapat memberikan pelayanan terbaik salah satunya yaitu kualitas terbaik. Kualitas

terbaik yang diberikan merupakan produk tanpa kecacatan (zero defect).

Pencapaian zero defect tidaklah mudah. Banyak hal yang harus

dipertimbangkan, terutama akar permasalahan sebuah produk. Angka Kerusakan

di PT Aica Indonesia masih dikatakan kurang dari sempurna dibandingkan dengan

produksi pada setiap bulannya. Angka kerusakan yang sangat besar dan masih

belum dikatakan sempurna, membuat penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai

kecacatan produk yang terdapat di PT Aica Indonesia.

Sebagaimana diketahui pada tabel dibawah ini bahwa data kerusakan

selama 2 bulan pada periodik Mei-Juni 2019, kerusakan semakin meningkat.

Jenis kerusakan bervariasi, mulai dari kerusakan yang disebabkan oleh Buram,

Melipat, yang disebabkan oleh bagian impregnating, PM,BH, PP pecah yang

disebabkan operator yang kurang perduli dalam proses setting.

6

Tabel 1.1 Laporan Kerusakan Produk September 2018 - Agustus 2019

To

tal P

rod

uct

ion

9

96

.648

s

hee

t

No

It

em Defect

Bu

lan

Tota

l

Defect

Sep

-18

Okt

-18

No

p-1

8 D

es-

18

Jan

-19

Feb

-19

Mar

-19

A

pr-

19

M

ei-

19

Jun

-19

Jul-

19

Agu

st-1

9

1

P.M

1

.60

1 1

.22

5 1

.37

8 1

.05

5 1

.20

1 1

.02

5 1

.42

5 1

.05

5 1

.22

5 1

.02

5 9

25

1,0

89

14

.23

0

2

Dek

ok/

Bjl

45

1 3

50

35

0 2

60

50

1 3

50

45

0 2

60

45

0 2

50

35

9 2

50

4.0

80

3

Dro

p p

hen

3

66

22

0 3

36

35

0 3

20

22

0 2

36

35

0 1

23

32

0 2

32

12

1 3

.16

4

4

BH

2

72

26

0 2

60

35

0 3

52

25

0 3

60

32

0 3

24

29

6 3

50

18

2 3

.47

6

5

BN

T 1

61

15

1 1

71

23

1 1

51

11

1 1

81

21

1 2

56

16

1 9

1 2

11

1.9

47

6

KO

1

22

12

7 1

26

18

3 1

42

10

1 1

22

18

3 1

33

12

1 1

21

18

9 1

.50

4

7

Bu

ram

1

67

10

3 1

32

14

5 1

37

12

3 1

24

14

5 1

34

93

13

3 1

19

1.4

66

8

DM

1

30

10

1 1

17

20

1 1

90

17

1 1

07

21

1 1

42

16

4 1

31

26

6 1

.72

1

9

PP

. pch

1

34

10

2 9

9 2

01

11

1 9

1 1

11

13

1 1

19

11

3 1

11

89

1.3

42

10

AP

L 1

28

10

8 9

2 2

08

10

5 9

8 1

82

10

8 1

17

99

97

10

2 1

.38

1

11

Pec

ah B

uka

1

17

90

70

13

0 1

09

10

0 1

20

90

12

5 1

10

11

0 1

18

1.2

04

12

PM

LP

12

4 1

27

99

17

4 1

20

12

4 1

12

15

4 1

61

13

4 1

34

99

1.4

86

13

M.K

1

02

15

5 8

4 1

64

16

4 1

24

11

4 1

64

11

0 1

06

15

4 1

35

1.5

04

3.8

74

3.1

18

3.3

13

3.6

51

3.6

02

2.8

87

3.6

43

3.3

81

3.4

18

2.9

91

2.9

47

2,9

70

39

.79

7

7

Dengan semakin meningkatnya tingkat kecacatan produk yang terjadi di

PT Aica Indonesia dalam setiap bulannya bahkan dalam setiap tahunnya, serta

dengan meningkatnya persaingan industri di mancanegara dan kepuasan

pelanggan yang sangat diutamakan dalam perusahaan, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengangkat judul ANALISIS KECACATAN

PRODUK HPL PADA PT AICA INDONESIA. MENGGUNAKAN METODE

SEVEN TOOLS.

Penelitian ini juga dilakukan untuk membantu perusahaan dalam mencari

penyebab kecacatan yang sangat tinggi dalam setiap bulannya, mengetahui jenis

kecacatan produk kain yang ada di PT Aica Indonesia serta memberikan solusi

terbaik atas permasalahan yang ada. Analisis mencari penyebab kecacatan produk

dilakukan dengan metode seven tool.

1.2 Rumusan Masalah

Dari fokus dan subfokus diatas, dapat ditarik pertanyaan dalam sebuah

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat kerusakan produk HPL yang terjadi di PT Aica

Indonesia?

2. Ada berapakah golongan kerusakan produk pada HPL di PT Aica Indonesia?

3. Jenis kerusakan manakah yang jumlahnya paling banyak di PT Aica

Indonesia?

4. Apa penyebab kerusakan sebuah produk HPL di PT Aica Indonesia?

8

Pertanyaan penelitian akan menjadi acuan bagi penentuan tujuan

penelitian, penyusunan teori, penggunaan metode penelitian, pembahasan hasil

penelitian dan kesimpulan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kerusakan produk dengan metode seven tools.

b. Untuk Mengetahui Penyebab kerusakan produk dengan metode Seven Tools.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian mengenai kecacatan produk yang terjadi di PT

Aica Indonesia, penulis berharap penelitian tersebut dapat berguna dan

bermanfaat baik kepada penulis ataupun perusahaan. Manfaat penelitian terbagi

menjadi dua yaitu Manfaat teoritis dan kegunaan praktis. Manfaat teoritis

merupakan bagaimana hasil penelitian menjadi bagian dari proses pengembangan

ilmu sedangkan Manfaat praktis adalah bagaimana hasil penelitian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis.

Berdasarkan teori diatas, maka penulis dapat menyimpulkan mengenai

Manfaat penelitian kecacatan produk yang terjadi di PT Aica Indonesia.

a. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk membantu penulis untuk

menambah ilmu dan wawasan mengenai kerusakan yang terjadi di dalam

perusahaan. Dengan wawasan yang luas dan pengalaman yang baik maka

penulis dapat memiliki ilmu yang bermanfaat untuk dijadikan pedoman

dikemudian hari. Selain itu dengan melakukan penelitian tersebut, penulis

9

akan dapat menjawab beberapa pertanyaan yang diutarakan di dalam skripsi

tersebut. Dengan melakukan penelitian pula, peneliti dapat memperluas

pergaulan dengan mengenal orang-orang disekitarnya.

b. Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu penelitian ini dapat dijadikan

pertimbangan dalam membuat suatu kebijakan khususnya dalam pengecekan

produk di perusahaan. Penelitian tersebut juga dapat menemukan jawaban

serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang sering terjadi di sebuah

perusahaan. Dengan hasil penelitian yang memuaskan, maka penelitian dapat

dijadikan pedoman perusahaan untuk melakukan perbaikan demi kemajuan

perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penelitian ini, pembahasan dan penyajian hasil penelitian akan

disusun dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan pengertian dan teori-teori yang mendasari dan

berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini yang digunakan sebagai pedoman

dalam menganalisis masalah. Teori-teori yang digunakan berasal dari literatur-

10

literatur yang ada, baik dari perkuliahan maupun sumber lain yang relevan dan

valid.

BAB III: METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan perihal jenis penelitian, sumber data, metode

pengumpulan data, jenis dan sumber data, serta metode analisis data yang akan

dipakai dalam melakukan penelitian.

BAB IV: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisikan gambaran umum perusahaan yang berisi tentang sejarah

singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi.

BAB V: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi penjelasan

tentang model analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah

dikumpulkan.

BAB VI: PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran-saran untuk pihak

perusahaan yang bersangkutan serta pihak lain yang berkepentingan dengan

penelitian

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Pengertian produk tidak dapat dilepaskan dengan kebutuhan atau need,

karena produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia,

Produk juga merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam kegiatan

suatu usaha, karena tanpa produk, suatu perusahaan tidak dapat melakukan

kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Banyaknya pesaing dalam dunia

bisnis memerlukan suatu produk yang berbeda satu sama lainnya dan atupun

sama. Produk suatu perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan ataupun

kelebihan dibandingkan produk yang dihasilkan perusahaan lain, dalam hal ini

perusahaan pesaing. Produk yang diharapkan oleh pembuatnya atau penjualnya

akan mampu memenuhi kebutuhan manusia itu ada yang berhasil akan tetapi tdak

jarang pula yang mengalami kegagalan.

Suatu produk tidak dapat dilepaskan dari namanya pemuasan kebutuhan

dan keinginan konsumen. Suatu produk juga tidak dapat dikatakan memiliki nilai

jual, jika produk tersebut tidak menarik bagi konsumen. Secara umumnya, produk

adalah sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya tercakup

warna, harga, kemasan, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta

pengecer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa

memuaskan keinginannya.

12

Produk merupakan sebuah kebutuhan untuk masyarakat yang disediakan

oleh produsen untuk memenuhi kebutuhan seorang pelanggan. Produk merupakan

barang yang bernilai yang dibuat sesuai dengan kebutuhan seorang pelanggan.

Produk harus diusahakan agar dapat menjadi cocok dengan pasar yakni orang atau

organisasi serta msyarakat luas, yang mana mereka memiliki berbagai macam

kebutuhan. Dalam pengertian sempitnya produk adalah sekumpulan sifat fisik dan

kimia yang berwujud yang dihimpun dalam suatu bentuk serupa dan yang telah

dikenal. Dalam pengertian secara luas produk adalah sekelompok sifat-sifat yang

berwujud dan tidak berwujud yang didalamnya sudah tercakup warna, harga,

kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan yang diberikan

kosumen dan pengecer yang dapat diterima konsumen sebagai kebutuhan. Dalam

buku Manajemen Pemasaran Edisi Kedua menerangkan bahwa produk adalah

segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia atau

masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produk

merupakan segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Produk

terbagi menjadi dua jenis ada produk yang berwujud dan produk yang tidak

berwujud. Kedua jenis produk tersebut merupakan segala kebutuhan konsumen

yang memiliki nilai tersendiri terhadap pemenuhan kebutuhan konsumen.

PT Aica Indonesia merupakan perusahaan jepang yang bergerak disektor

kimia juga kertas, berdiri tahun 1967 bertempat di Jl. Ir H Juanda No 318 Bekasi

Timur.

13

2.1.1 Produk Jadi

Menurut Mulyadi (2009: 7) Produk jadi adalah Produk hasil industri yang

sudah siap pakai untuk konsumsi akhir ataupun siap pakai sebagai alat produksi,

atau produk yang langsung dikonsumsi dan bukan dipergunakan untuk produksi

barang lain. Sebagai contoh, sebuah mobil yang dijual ke konsumen adalah

barang jadi; komponen seperti ban yang dijual pada produsen mobil bukan barang

jadi, melainkan barang setengah jadi yang digunakan untuk membuat barang jadi.

2.1.2 Produk Rusak

Menurut Mulyadi (2012: 302) produk rusak adalah produk yang tidak

memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat

diperbaiki menjadi produk yang baik. dan dengan mengeluarkan biaya tertentu,

tetapi biaya yang dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk

tersebut diperbaiki Pengendalian Seven Tools

1. Pengertian Seven Tools

Menurut Girish (2013), the seven tools adalah alat-alat bantu yang

bermanfaat untuk memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagram-

diagram agar lebih mudah untuk dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan

penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik

dalam suatu persoalan.

Kemampuan seven tools yang dahsyat dalam mengungkapkan fakta atau

fenomena inilah yang menyebabkan para pakar dalam setiap proses kegiatan mutu

tergantung pada alat-alat bantu. Meskipun demikian, keberhasilan dalam

14

menggunakan seven tools sangat dipengaruhi oleh seberapa pengetahuan

pengguna akan alat bantu yang dipakainya. Semakin baik pengetahuan yang

dimiliki, akan semakin tepat dalam memilih alat bantu yang akan digunakan.

Itulah sebabnya, ada 2 hal pokok yang perlu menjadi pedoman, sebelum

menggunakan seven tools, yaitu efektif dan efisien. (Sepsarianto, 2013)

2.1.3 Pengertian Kualitas

Secara harfiah, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memnuhi

atau melebihi harapan. Tjiptono dan Anastasia (2014) , Mendefinisikan kualitas

sebagai kesesuaian untuk digunakan (fitness untuk digunakan). Definisi lain yang

menekankan orientasi harapan pelanggan pertemuan.

Kualitas adalah tujuan yang sulit dipahami, karena harapan para konsumen

akan selalu berubah. Setiap standar baru ditemukan, maka konsumen akan

menuntut lebih untuk mendapatkan standar baru lain yang lebih baru dan lebih

baik. Dalam pandangan ini, kualitas adalah proses dan bukan hasil akhir

(meningkatkan kualitas kontinuitas).

Kualitas mengatakan mengandung banyak definisi dan makna, orang yang

berbeda akan menafsirkannya berbeda, tetapi dari beberapa definisi dapat

ditemukan untuk memiliki beberapa kesamaan, meskipun hanya cara pengiriman

biasanya ditemukan pada unsur-unsur berikut:

a. Kualitas meliputi usaha atau superioritas memenuhi harapan pelanggan.

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan

c. Kualitas adalah kondisi yang selalu berubah.

15

Kualitas Produk adalah kemampuan suatu produk untuk melaksanakan

fungsinya meliputi, daya tahan, kehandalan, kemudahan operasi dan

meningkatkan akurasi, serta atribut berharga lainnya. Kualitas menunjuk pada

pengertian pemenuhan standar atau persyaratan tertentu, kualitas juga mempunyai

pengertian sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan secara

terus-menerus dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan sehingga dapat

memuaskan pelanggan.

2.1.4 Manajemen Kualitas / Manajemen Mutu

Dalam kehidupan pasar, kualitas dapat ditentukan oleh pelanggan karena

produk yang diciptakan untuk pelanggan. Untuk meraih kualitas tersebut perlu

diterapkan suatu manajemen kualitas. Menurut Gazpers, manajemen kualitas

dapat dikatakan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara

keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan dan tanggung jawab

serta mengimplementasikannya melalui alat-alat manajemen kualitas, seperti

perencanaan kualitas, pengendalian kualitas, penjaminan kualitas dan peningkatan

kualitas.

Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari

manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management)

dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. Meskipun

manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada

dasarnya manajemen kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk

memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian manajemen kualitas

berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia,

16

pemasok-pemasok (supplier), dan para pelanggan (customers), di lingkungan

perusahaan (coporate environment). Hal ini berarti bahwa manajemen kualitas

merupakan kemampuan atau kapabilitas yang melekat dalam sumber daya

manusia serta merupakan proses yang dapat dikontrol dan bukan suatu kebetulan

belaka.

Dr. Joseph M. Juran salah seorang guru dalam manajemen kualitas, sangat

terkenal dengan konsep trilogi kualitas, yaitu:

a. perencanaan kualitas (quality planning)

b. pengendalian kualitas (quality control)

c. perbaikan atau peningkatan kualitas (quality improvement).

Pandangan Dr. Juran tentang isu-isu utama lain yang berkaitan dengan

manajemen kualitas adalah:

a. Siklus pengembangan produk seharusnya dipersingkat melalui perencanaan

partisipatif, rekayasa berbarengan dan pelatihan kepada perencana dalam

metode dan alat-alat manajemen kualitas.

b. Hubungan dengan pemasok seharusnya diperbaiki. Banyaknya pemasok

seharusnya dikurangi. Suatu hubungan kerja sam seharusnya ditetapkan

berdasarkan rasa saling percaya. Lama kontrak seharusnya diperpanjang

sehingga bersifat hubungan jangka panjang.

c. Pelatihan seharusnya berorientasi pada hasil dan bukan berorientasi pada alat.

Tujuan utama pelatihan seharusnya mengubah perilaku karyawan, bukan

sekedar melatih atau mendidik saja. Sebagai contoh: pelatihan dalam

peningkatan kualitas seharusnya didahului dengan tugas dalam suatu proyek

17

perbaikan. Misi pelatihan seharusnya membantu tim menyelesaikan proyek

itu. Dalam manajemen kualitas jasa, perlu diperhatikan juga strategi produk

jasa.

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

1. Ade Momon SE., Ir, MT (Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa

Karawang, 2012) melaukan penelitian yang berjudul "Implementasi

Pengendalian Kualitas dengan metode Seven Tools terhadap produk shotblas

pada proses Cast Wheel di PT. XYZ" dari hasil penelitian tersebut diperoleh

hasil Total produk yang mengalami repair model dengan jenis repair

tertinggiterjadi pada heat check sekitar 20% dari jumlah produk yang di repair.

Sampai saat ini perusahaanyang bersangkutan dalam pengendalian kualitas

produk selalu mengikuti saran baik dari pihak bawahan maupun dari pihak

yang lain yang sering mengeluh, akan tetapi masih banyak produk repair

ulang..

2. Wisnubroto dan Arya (Dosen Program studi Teknik Industri, FTI, IST

AKPRIND, Jurnal Teknologi Volume 8 Nomor 1, Juni 2015), melakukan

penelitian yang berjudul "Pengendalian Kualitas Produk Dengan Pendekatan

Six Sigma dan Analisis Kaizen Serta New Seven Tools Sebagai Usaha

Pengurangan Kecacatan Produk" dari hasil penelitian tersebut analisis New

Seven Tools bahwa masih tingginya kecacatan produk disebabkan oleh kurang

ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh jajaran manajemen, kurang telitinya

pekerja dalam melaksanakan tugasnya, kesulitan pola jahitan, dan terburu-buru

karena dikejar oleh target produksi yang tinggi.

18

3. Yoanna Fransisca Erna, Sugijopranoto (Universitas Atmajaya Yogyakarta,

2014), melakukan penelitian yang berjudul "Peningkatan Kualitas Kantong

Plastik dengan Metode Seven Steps Menggunakan Old dan New Seven Tools di

PT. Asia Cakra Ceria Plastik Surakarta" dari hasil penelitian ada lima faktor

yang mempengaruhi munculnya kecacatan afal, yaitu dari faktor metode,

mesin, material, manusia, dan lingkungan. Dari analisis matrik yang telah

dilaukan, penyebab utama tingginya persentase kecacatan afal dikarenakan

seringnya pergantian warna, banyaknya operator baru yang belum ahli, dan

kecepatan mesin yang melebihi kecepatan stabilnya.

4. Anis dan Widyaningrum (Universita Muhammadiyah Surakarta, 2013)

melakukan penelitian yang berjudul "Penggunaan Metode New Seven Tools

untuk Pengendalian Kualitas Produk" dari hasil penelitian melakukan

perbaikan dalam faktor material, yaitu menginspeksi botol dengan lebih ketat

yang dapat dilakukan dengan menyeleksi botol-botol yang telah berumur dan

melakukan pembersihan botol yang lebih maksimal, serta pengecekan keadaan

crown. Melakukan perbaikan kondisi peralatan dengan cara melakukan

maintenance sacara berkala terhadap alat kerja.

5. Ahmad Yunus Nasution, Sulis Yulianto, Nurul Ikhsan (Program Studi Teknik

Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta dalam jurnal

mesin teknologi, 2010) memberikan kesimpulan tentang penelitiannya

terhadap propeller shaft dari analisa menggunakan metode QCC (Quality

Control Circle) untuk meningkatkan kapasitas produksi propeller shaft 2 joint

dapat disimpulkan Cara untuk meningkatkan kapasitas produksi line propeller

19

shaft 2 joint adalah menggunakan delapan step QCC dan beberapa dari seven

tools diantaranya tools fishbone diagram dan pareto diagram, untuk

menemukan problem dominan yang akan di tanggulangi, agar kapasitas

produksi line propeller shaft 2 joint dapat ditingkatkan.

6. Hendra Marjuki Harahap (Universitas Sumatera Utara, 2018) dalam Jurnal

yang berjudul Evaluasi Perbaikan Kualitas dengan Menggunakan Metode

Seven Tools dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. Medisafe Technologies)

diketahui bahwa besarnya kontribusi dari masing-masing faktor yang

mempengaruhi kecacatan produk, dan diketahui faktor manusia yang paling

dominan dalam probabilitas kecacatan.

7. Bayu Tasman, Hendri Yulius (Fakultas Teknologi Industri, Universtas Putra

Indonesia YPTK, 2016) Jurnal Teknologi hal 51-63 dengan judul Analisis

Pengendalian Kualitas Kantong Semen Tipe Pasted Bag Menggunakan Metode

Seventools pada PT. Semen Padang. Dari hasil penelitian dari pengolahan data

dengancheck sheet diperoleh beberapa jenis reject produk, yaitu hasil proses

printing. hasil proses cutting. dan hasil proses Berdasarkan peta kontol p yang

dibuat terdapat data yang kontrol, diberikan peta usulan. Berdasarkan diagram

pareto prioritas perbaikan terhadap jenis reject produksi yang dominan adalah

hasil longitudinal glue (40,22%). hasil printing (30,319%), dan hasil cutting

(29,47%). Berdasarkan diagram tebur longitudinal glue. Batas itu keluar oleh

dari sebab kontrol p

8. 8. Varsha M Magar, Dr. Vilas B. Shinde (Mumbai, Univesity India, 2014)

International journal of Engineering Research and general Science Volume 2,

20

mengungkapkan Tujuh alat perbaikan sangat penting dalam meyakinkan bahwa

beberapa prosedur dan penyusunan pekerjaan tersedia untuk membuat statistik

quality control efektif dan efisien, meminimalisir resiko dari kesalahan dan

kelemaan dalam prosedur atau sistem atau dalam sumber material. Tujuh alat

perhaikan kualitas sangat lebih dalam yang dengan membantu permasalahan

berkaitan kualitas.Seluruh proses dibuat oleh faktor yang berbeda-beda dan

oleh karena itu alat tersebut dapat digunakan untuk beberapu proses.

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan kegiatan

penelitian lapangan (field research), observasi, wawancara dan dengan cara

mempelajari buku, jurnal, literature-literatur serta referensi-referensi lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

1. Menurut Gunawan (2014: 85)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan

mendiskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan

penelitian kuantitatif dengan positivismenya.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Aica Indonesia dan waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2019, dilakukan

Bimbingan Proposal dari bulan Maret dengan tabel sebagai berikut :

22

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Sumber: Peneliti

3.3 Kerangka Konsep

3.3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah

pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian kualitatif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam

masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan- hubungan,

No Uraian

Maret

2019

April

2019

Mei

2019

Juni

2019

Juli

2019

Agustus

2019

1 Bimbingan I

2 Kuisioner

3 Wawanmcara

4 Analisis Data

5 Pengolahan Data

6 Bimbingan II

7

Pengesahan

Penelitian

8 Ujian Skripsi

23

kegiatan, sikap, pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh

dari suatu fenomena (Nazir, 2013: 16).

Menurut Hasan (2012: 22) Metode kualitatif ini mempunyai tujuan:

a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada.

b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang

berlaku.

c. Membuat perbandingan dan evaluasi.

d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang

sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan

keputusan yang akan datang.

24

Membuat

Usulan

Tindakan

Perbaikan

Pengolahan Data

dengan seven

tools Check

sheet, flow chart,

histogram,

pareto, effect and

cause diagram,

control chart,

scatter diagram

Analisa Hasil

pengolahan

Data

Gambar 3.1 Diagram Alir

Mulai

Studi Pendahuluan

- Studi Pustaka

- Survey Lapangan

Identifikasi dan

Perumusan Masalah

Pengumpulan Data

Data Primer Wawancara langsung

Pengamatan Langsung

Data Sekunder

- Data Historis Produksi

Data Tidak

Ya

Kesimpulan dan Saran

Selesai

25

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2010 : 173) ” Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian.” Sedangkan menurut Sugiyono (2009 : 297) β€œ Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.”

Ada 13 jenis kerusakan yang terjadi di PT Aica Indonesia,sebagaimana

sudah terlampir di Tabel 1.1.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh penelitin

Menurut Sugiyono (2011:81) β€œSampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut”Sehingga sampel merupakan bagian dari

populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara

tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam

teknik pengambilan sampel ini penulis menggunakan teknik sampling purposive.

Sugiyono (2011:84) menjelaskan bahwa: β€œSampling Purposive adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Dari pengertian diatas agar

memudahkan penelitian. Sampel penelitian ini yaitu salah satunya PM atau

Pattern Miss, dimana menduduki angka tertinggi dari keseluruhan

kecacatan/penyebab kerusakan pada produk. Sampel ini akan dilakukan percobaan

untuk mengurangi tingkat kecacatan pada PM tersebut.

26

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang

dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Dalam penelitian ini memakai cara sebagai berikut :

1. Pengamatan (Observasi)

Menurut Indriantoro dan Supomo (2014: 157), observasi yaitu proses

pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda) dan kejadian yang

sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu.

Penelitian ini melakukan observasi dengan mengamati langsung proses transaksi

agar mendapatkan data yang objektif dan sistematis.

2. Wawancara

Menurut Herdiansyah (2013), wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.

Pada metode wawancara ini, peneliti menggali dan mengumpulkan data

penelitian dengan mengajukan pertanyaan semi-terstruktur secara lisan. Yang

menjadi subjek dan responden dalam penelitian ini adalah Manajer Perusahaan,

Manajer Produksi, Manajer pabrikasi. Selanjutnya peneliti mencatat apa yang

dijawab oleh responden (subjek penelitian) sebagai data penelitian.

27

3. Studi Pustaka

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan

terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang

ada hubunganya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2008: 111).

4. Dokumentasi.

Menurut Yusuf (2014: 391) menjelaskan dokumen merupakan catatan atau

karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen ini dapat berbentuk

teks tertulis, artifacts, gambar, maupun foto. Teknik dokumentasi adalah dengan

mencari fakta mengenai hal atau variabel yang berupa data produk cacatdan

produk rusak.

3.6 Metode Analisis Data

Manajemen kualitas adalah sebuah sistem manajemen strategis terpadu

yang melibatkan semua staf dan menggunakan metode-metode kualitatif dan

kuantitatif untuk terus meningkatkan proses-proses di dalam organisasi demi

memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan-harapan pelanggan. Secara

konseptual, manajemen kualitas dapat diterapkan baik pada barang maupun jasa,

karena yang ditekankan dalam penerapan manajemen kualitas adalah peningkatan

sistem kualitas. Manajemen total kualitas atau Total Quality Management

merupakan komitmen perusahaan untuk memberi yang terbaik bagi pelanggan-

pelanggannya. Penekanannya adalah untuk secara kontinyu melakukan perubahan

secara berkelanjutan (continuously improvement), yang merupakan tuntutan mutu

yang tidak pernah secara seratus persen dapat dipenuhi organisasi, sehingga

28

menjadi target berikutnya bagi manajemen operasional untuk mencapai ke tingkat

bebas kesalahan (zero defect).

Berdasarkan uraian diatas, maka penjelasan tentang tujuh alat perbaikan

kualitas sebagai instruksi dari manajemen kualitas total untuk melengkapi usaha

pencapaian Total Quality Management (Manajemen Kualitas Total) adalah

sebagai berikut :

1. Diagram Pareto

Diagram pareto disebut juga gambaran pemisah unsur penyebab yang

paling dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu masalah. Diagram

Pareto merupakan gambaran grafik yang mengidentifikasikan besaran frekuensi

permasalahan atau tingkat kesalahan di dalam proses produksi suatu produk.

Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto. Diagram

Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke

kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu

menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking

tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).

Selain itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan

kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelahdiambil

tindakan perbaikan terhadap proses.

Adapun Penyusunan Diagram Pareto meliputi 6 (enam) langkah, yaitu:

a. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya ber-

dasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

29

b. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan

karakteristik- karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit, dan

sebagainya.

c. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan.

d. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yaang

terbesar hingga yang terkecil.

e. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang digunakan.

f. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif

masing- masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk

mendapat perhatian.

Gambar 3.2 Contoh Diagram Pareto

2. Histogram

Histogram merupakan gambaran distribusi frekuensi dari akurasi variabel

dalam susunan balok. Misalnya : untuk melihat frekuensi dari waktu untuk

melakukan perbaikan. Menurut Yamit Z histogram merupakan salah satu metode

30

untuk membuat rangkuman tentang data sehingga data tersebut mudah dianalisis,

yang menyajikan data secara grafik tentang seberapa sering elemen – elemen

dalam proses muncul.

1) Karakteristik histogram adalah sebagai berikut :

a. Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan

rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil.

b. Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan oleh

data yang dikumpulkan melalui check sheet.

c. Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan apabila

memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan dengan

spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-rata.

d. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya observasi

tiap-tiap kelas.

2) Langkah – langkah Penyusunan Histogram adalah sebagai berikut :

a. Menentukan batas-batas observasi: perbedaan antara nilai terbesar dan

terkecil.

b. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Pedoman: banyaknya kelas = akar n,

dengan n = banyaknya data.

c. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas mempunyai

lebar yang sama. Lebar kelas = range / banyak kelas.

d. Menentukan batas-batas kelas. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang

tindih.

e. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.

31

Gambar3.3 Contoh Diagram Histogram

3. Lembar Isian ( Check Sheet )

Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan

menyederhanakan pencatatan data. Check sheet dapat didefinisikan sebagai

lembar pengamatan sederhana untuk memungkinkan penggunanya mencatat data

khusus dan dapat diobservasi mengenai satu atau beberapa variabel. Bentuk dan

isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada. Untuk

mempermudah proses pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian

(check sheet), dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Maksud pembuatan harus jelas

Dalam hal ini harus diketahui informasi yang jelas dan apakah data yang

nantinya diperoleh cukup lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan

atau tidak.

b. Stratifikasi harus sebaik mungkin

Dapat dipahami dan diisi serta memberikan data yang lengkap tentang apa

yang ingin diketahui.

c. Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa segera diananlisa.

Jika perlu dicantumkan gambar dan produk yang akan di check.

32

Tujuan pembuatan lembar pengecekan adalah menjamin bahwa data

dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh karyawan operasional untuk diadakan

pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam lembar pengecekan

tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah. Lembar

pengecekan ini memiliki beberapa bentuk kesalahanjumlah.

Ada beberapa jeis lembar isian yang dikenal dan dipergunakan untuk keperluan

pengumpulan data, yaitu antara lain: Production Process Distribution Check

Sheet. Lembar isian jenis ini dipergunakan untuk mengumpulkan data yang

berasal dari proses produksi atau proses kerja lainnya. Output kerja sesuai dengan

klasifikasi yang telah ditetapkan untuk dimasukkan dalam lembar kerja, sehingga

akhirnya akan dapat diperoleh pola distribusi yang terjadi. Seperti halnya dengan

histogram, maka bentuk distribusi data berdasarkan frekuensi kejadian yang

diamati akan menunjukkan karakteristik proses yang terjadi.

Gambar 3.4 Contoh Check Sheet

4. Diagram Tulang Ikan ( Fishbone Diagram )

Istilah lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa,

dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa seorang pakar kendali mutu. Sering kali

33

disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai tulang

ikan. Fishbone Diagram lahir karena adanya kebutuhan akan peningkatan mutu

atau kualitas dari barang yang dihasilkan. Seringkali dalam suatu proses produksi

dirasakan hasil akhir yang diperoleh tidak sesuai dengan ekspektasi, misalnya:

barang cacat terjadi lebih dari yang ditetapkan, hasil penjualan sedikit, mutu

barang kompetitor lebih baik dari barang kita, nasabah lebih memilih produk

kompetitor kompetitor, dan lain-lain. Dari sinilah timbul pemikiran untuk

melakukan analisa dan evaluasi terhadap proses yang sudah terjadi dalam rangka

untuk memperbaiki mutu. Fishbone Diagram merupakan salah satu alat

pengendali mutu yang fungsinya untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi

dalam suatu proses industri.

Fishbone Diagram dalam penerapannya digunakan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan. Diagram ini sangat praktis

dilakukan dan dapat mengarahkan satu tim untuk terus menggali sehingga

menemukan penyebab utama atau Akar suatu permasalahan. Akar penyebab

terjadinya masalah ini memiliki beragam variabel yang berpotensi menyebabkan

munculnya permasalahan. Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram

Sebab Akibat. Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Menyiapkan sesi sebab akibat

2. Mengidentifikasi akibat

3. Mengidentifikasi berbagai kategori.

4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.

34

5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Penggunaan diagram tulang ikan ini ternyata memiliki manfaat yang lain

yaitu bermanfaat sebagai perangkat proses belajar diri, pedoman untuk diskusi,

pencarian penyebab permasalahan, pengumpulan data, penentuan taraf teknologi,

penggunaan dalam berbagai hal dan penanganan yang kompleks.

Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka

tindakan (action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan

diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat

melihat semua kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan

sebenarnya. Jadi sangat jelas bahwa Fishbone Diagram ini akan menunjukkan dan

mengajarkan kita untuk melihat ke dalam dengan bertanya tentang permasalahan

yang sedang terjadi dan menemukan solusinya dari dalam juga.

Penyelesaian masalah melalui fishbone dapat dilakukan secara individu

top manajemen maupun dengan kerja tim. Seperti dengan cara mengumpulkan

beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai menyangkut

problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan dan pendapat

dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut terjadi.

Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan

pendapat dan pandangan setiap individu. Ini tentu bisa dimaklumi, manusia

mempunyai keterbatasan dan untuk mencapai hasil maksimal diperlukan

kerjasama kelompok yang tangguh. Analisa tulang ikan dipakai jika ada perlu

untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari satu masalah atau pokok

35

persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan rapi. Juga alat ini membantu

kita dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses. Yaitu

dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang berkaitan dengan

proses, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan dan sebagainya.

Gambar 3.5 Contoh Fishbone Diagram

5. Diagram Tebar ( Scattered Diagram )

Scatter diagram merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan

hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel atau untuk menentukan

korelasi antara penyebab yang diduga dengan akibat yang timbul dari suatu

masalah. Menurut Yamit diagram tebar merupakan alat yang bermanfaat untuk

menjelaskan apakah terdapat hubungan antara dua variabel tersebut dan apakah

hubungan tersebut positif ataukah negative Scatter diagram untuk memperlihatkan

hubungan (korelasi) antara dua faktor penyebab dan akibat. Juga disebut

correlation chart. Diagram tebar merupakan suatu grafik dari nilai satu

karakteristik VS karakteristik yang lain. Suatu gambar dari pengaruh seperti

perubahan mutu terhadap perubahan eksperimental dalam masukan proses. Scatter

36

diagram merupakan grafik yang dibuat untuk melihat variabel terikat dengan yang

bebas mempengaruhi misalnya : hubungan produktivias dengan semangat kerja

keryawan yang menyimpulkan bahwa semangat kerja pekerja yang rendah akan

emnurunkan produktivitas kerja karyawan.

Gambar 3.6 Contoh Scatter Diagram

6. Diagram Alur Proses (Flowchart Diagram)

Flowchart atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Diagram

Alur ini dipergunakan dalam industri manufakturing untuk menggambarkan

proses-proses operasionalnya sehingga mudah dipahami dan mudah dilihat

berdasarkan urutan langkah dari suatu proses ke proses lainnya. Flowchart atau

Diagram Alur sering digunakan untuk mendokumentasikan standar proses yang

telah ada sehingga menjadi pedoman dalam menjalankan proses produksi.

Disamping itu, Flowchart atau Diagram Alur ini juga digunakan untuk melakukan

Analisis terhadap proses produksi sehingga dapat melakukan peningkatan atau

perbaikan proses yang berkesinambungan (secara terus menerus).

Pada dasarnya, Flowchart (Diagram Alur) adalah alat yang digunakan

untuk melakukan Perencanaan Proses, Analisis Proses dan Mendokumentasikan

37

Proses sebagai standar Pedoman Produksi. Flowchart atau alur proses merupakan

gambaran alur kerja dengan menguraikan setiap langkah-langkah yang dilakukan

di dalam proses kerja. Confucius mengatakan bahwa sebuah gambar merupakan

rangkaian ribuan kata. Flowchart (Diagram Alur) merupakan alat (tool) dasar dan

mudah dipergunakan serta sangat bermanfaat bagi suatu perusahaan

Manufakturing dalam mengidentifikasikan proses operasionalnya terutama untuk

menjelaskan setiap langkah dalam menjalankan Proses Operasionalnya.

a. Simbol-simbol Flowchart (Diagram Alur)

Berikut ini adalah bentuk atau simbol standar yang sering ditemukan

dalam Flowchart (Diagram Alur Proses)

Tabel 3.2 Simbol dalam penyusunan flowchart.

Simbol Deskripsi

Simbol Terminal :

Mengidentifikasikan awal atau akhir dari sebuah proses.

Simbol Aktifitas :

Mengidentifikasikan Aktifitas sebuah proses.

Simbol Decision Point :

Biasanya memberikan keputusan Ya atau Tidak.

Simbol Dokumen :

Merupakan informasi tertulis yang berkenaan dengan proses.

Simbol Flow Line :

Anak Panah yang mengindikasikan arah aliran.

38

Simbol penyimpanan data :

Mengindikasikan sebuah data base elektronik yang disimpan.

Simbol penghubung :

Mengindikasikan dimana aliran proses berlanjut dari satu lini ke

lini yang lain

Flowchart atau diagram alur akan menjadi sebuah referensi yang mudah

dimengerti dan sangat dibutuhkan bagi seluruh tim dalam proses pengembangan.

Melalui flowchart, maka seluruh karyawan akan memahami prosedur dan alur

proses kerja dalam sebuah perusahaan. Contoh alur proses atau flowchart adalah

sebagai berikut :

Gambar 3.7 Contoh Diagram Alur Proses (Flowchart).

7. Grafik dan Peta Kendali (Control Chart)

Control Chart adalah grafik yang digunakan untuk mengkaji perubahan

proses dari waktu ke waktu. Peta kendali adalah sebuah grafik atau peta dengan

garis batas dan garis-garis itu disebut garis kendali. Terdapat tiga macam garis

39

kendali yaitu : batas kendali atas, garis pusat dan batas kendali bawah. Garis –

garis kendali itu ditulis sebagai UCL, x bar, dan LCL dengan urutan yang sama.

Merupakan salah satu alat atau tools dalam pengendalian proses secara statististik

yang sering kita kenal dengan SPC (Statistical Process Control), ada juga yang

menyebutnya dengan Seven Tools. Pembuatan control chart dalam SPC bertujuan

untuk mengidentifikasi setiap kondisi didalam proses yang tidak terkendali secara

statistik (out of control) karena pengendaliannya terhadap proses maka control

chart termasuk ke dalam aktivitas on line quality control.

Dalam proses pembuatan control chart sangat penting memperhatikan

jenis data yang kita miliki untuk menentukan jenis control chart yang tetap,

sehingga dapat memberikan informasi yang tetap terhadap kinerja proses.

Kesalahan pemilihan jenis control chart dapat berakibat fatal, karena tidak ada

informasi yang bisa tarik dari data yang sudah dikumpulkan bahkan dapat

memberikan gambaran yang salah terhadap kinerja proses.

Ciri khas dari control chart baik untuk dapat variabel maupun atribute

selalu di batas oleh batas kendali atas ( Upper Control Limit) dan batas kendali

bawah (Lower Control Limit). Peta kendali X-bar R sebenarnya lebih baik

digunakan dari pada X-bar S karena dalam menggambarkan variasi yang terjadi

didalam sample dari setiap sub group, sedangkan dalam X-bar R hanya

menunjukan rentang nilai sample dalam masing-masing sub grup.

P Chart digunakan untuk pengendalian proporsi produksi cacat, ukuran

sample yang dalam pembuatan P chart dapat berbeda antara suatu sub group

dengan sub group yang lainnya. Sedikit berbeda dengan NP chart, digunakan

40

untuk memonitor jumlah produk cacat dan ukuran sample sub group datanya

harus sama. P Chart dan NP chart dapat di dekati dengan distribusi binomial

dalam perhitungannya.

Jika yang ingin kita kembalikan kecacatan dari suatu produk, maka control

chart yang dapat digunakan C chart dan U chart. Untuk pengendalian terhadap

jenis cacat maka harus menggunakan C chart, sedangkan U Chart digunakan

untuk pengendalian terhadap jumlah cacat per unit. Kedua peta kendali ini, dalam

perhitungan capability proses di dekati dengan distribusi Poisson.

Gambar 3.8 Contoh Control Chart.

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

4.1 Tentang PT Aica Indonesia

PT Aica Indonesia didukung dengan teknologi Jepang dari Aica Kogyo Japan

selama lebih dari 45 tahun, Aica Kogyo Japan merupakan pemimpin pasar di

jepang dengan produk utama HPL dan perekat. Tujuan Dasar memperluas bisnis

di seluruh dunia, Aica Group telah maju ke pasar Cina, Korea, Taiwan, Malaysia,

Singapura, Indonesia dan telah memasok produk dan layanan dengan jaminan

kualitas dari Jepang. Terus mengembangkan produk yang berkualitas tinggi, PT

Aica Indonesia harus peka terhadap tren kontemporer dan pergerakan

masyarakat. Kami selalu menganalisis berbagai faktor yang mempengaruhi ruang

hidup kita, dan memutuskan tujuan pembangunan sehingga kami dapat

memenuhi kebutuhan pelanggan.

Dalam menghadapi pasar yang konΔ±petitif, PT Aica Indonesia memberikan

produk yang dipercaya sesuai standar yang telah dibakukan dengan menerapkan

motto DISIPLIN, MUTU, SUKSES. DISIPLIN meliputi disiplin waktu kerja dan

disiplin aturan. MUT0 menuju pada mutu kerja dan mutu produk yang tercermin

dalam keja yang terampil dan teliti sehingga mampu menghasilkan produk yang

mampu bersaing di pasar bebas. SUKSES diartikan sebagai hasil usaha masing -

masing karyawan yang berdisiplin dan kerjasama seluruh karyawan yang terampil

untuk mencapai target perusahaan, yaitu mampu memproduksi barang berkualitas

dalam jumlah besar, mampu masuk pasar dalam persaingan terbuka, dan

menghasilkan keuntungan yang ditargetkan.

42

4.2 Visi dan Misi

4.2.1 Visi Perusahaan

1) PT AICA Indonesia selalu berusaha memahami keinginan pelanggan agar

memenuhi kepuasan pembeli dengan memberikan pelayanan yang dapat

professional sesuai dengan persyaratan kontrak yang telah disetujui.

2) Untuk menjamin bahwa kebijakan ini telah dicapai dan dipelihara secara

konsisten, PT AICA Indonesia akan selalu mengembangkan, melaksanakan dan

memelihara suatu sistem manajemen mutu yang terdokumentasi sesuai dengan

persyaratan ISO 9001-2015 sehingga produk-produk PT AICA Indonesia dapat

dipercaya secara obyektif.

3) Dalam menghadapi pasar yang kompetitif PT AICA Indonesia menjamin

bahwa semua personil telah dilatih dan dididik sesuai dengan bidangnya untuk

meyakinkan bahwa PT AICA Indonesia selalu memberikan produk yang

dipercaya sesuai dengan standar yang telah dibakukan dengan menerapkan motto

DISIPLIN, MUTU,SUKSES.

4.2.2 Misi Perusahaan

PT AICA Indonesia bertekad untuk menghasilkan produk yang bemutu sesuai

dengan standard yang diinginkan pelanggan.

4.3 Lokasi Pabrik

Pabrik AlCA Indonesia didirikan di Bekasi Timur Jl. Ir. H. Juanda No.318,

Bekasi 17113 . Pemilihan daerah Bekasi Timur ditunjang oleh lokasinya yang

43

berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Priok dan pasar, sehingga mempermudah

pengangkutan bahan baku ataupun produk yang siap dipasarkan. Di samping itu,

Bekasi merupakan daerah tujuan bagi para pencari kerja sehingga Bekasi

memiliki tenaga kerja yang besar dan potensial.

4.4 Distribusi dan Pemasaran

PT AICA Indonesia sebagai produsen produk polimer mendistribusikan sebagian

besar produk cerarl dan HPL melamin ke luar negeri, seperti Jepang, Hongkong,

Singapura dan aibon ke pasar domestik. Distributor local dipercayakan kepada

PT Marga Bharata.

4.5 Struktur Organisasi dan Sistem Manajemen

Dengan makin berkembangnya peran dan tanggung jawab perusahaan, maka saat

ini kondisi organisasi di lingkungan PT AICA Indonesia semakin berkembang

pula sesuai dengan kebutuhan yang ada. Untuk mencapai efisiensi kerja yang

tinggi, maka diperlukan suatu struktur organisasi yang baik. Struktur organisasi

ini akan menentukan kelancaran aktifitas perusahaan sehari-hari untuk

memperoleh keuntungan yang maksimal. Dalam pengelolaannya, PT AICA

Indonesia menggunakan sistem Line and Staff Organization dengan bentuk

perusahaan Perseroan Terbatas (PT) dan modal pengelolaan pabrik berasal dari

saham gabungan Jepang dan Indonesia. Proses manajemen berdasarkan Total

Quality Control Management (TQM) yang melibatkan seluruh pimpinan dan

karyawan dalam rangka peningkatan mutu secara kontinyu. Organisasi PT AICA

Indonesia dipimpin oleh Presiden Direktur dan seorang Wakil Presiden Direktur.

44

Dalam kegiatan operasionalnya, Presiden Direktur dan Wakil Presiden Direktur

dibantu oleh kepala divisi dan staf Berdasarkan keputusan direksi tanggal 17

Maret 2015, PT AICA Indonesia terbagi dalam 3 divisi dan 6 subdivisi sebagai

berikut:

1) Divisi Operasi

Dalam pengoperasiannya dibagi menjadi 3 subdivisi, yaitu:

a) Subdivisi Produksi Kimia

b) Subdivisi Pemeliharaan

c) Subdivisi Produksi HPL

2) Divisi Jaminan Mutu dan Teknik Industri

3) Divisi General Manager Administrasi dan Keuangan

Divisi ini dibantu oleh 3 subdivisi, yaitu:

a) Subdivisi Keuangan dan Akunting

b) Subdivisi Personalia dan Umum

c) Subdivisi Perencanaan

Sistem jam kerja yang diterapkan di PT AICA Indonesia adalah long shift, Sistem

3 shift, dan non shift.

45

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Data

Untuk menganalisa seberapa besar tingkat kecacatan yang terjadi di PT Aica

Indonesia . Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi dan

kemudian daftar pustaka. Peneliti melakukan wawancara mengenai kecacatan

produk adalah sebagai berikut :

INTERVIEWER INTERVIEWEE PERTANYAAN JAWABAN

Peneliti Arief Maulana

Ilham

1. Apakah

kecacatan

produk selalu

meningkat

dalam setiap

bulannya ?

1. Ya benar

kecacatan produk

selalu meningkat

setiap bulannya.

Peneliti Arief Maulana

Ilham

2. Ada

berapakah

jenis

kecacatan

produk di PT

Aica

Indonesia?

2. Sebetulnya

banyak sekali

jenis kecacatan

yang ada mungkin

sekitar 15 jenis,

namun kami

hanya

memberikan

beberapa saja

yang sering

terjadi.

46

Tabel 5.1 Hasil Wawancara

Peneliti Arief Maulana

Ilham

4. Dari sekian

banyak jenis

kecacatan,

kecacatan

manakah yang

sering terjadi

disini?

4. Kecacatan PM

atau Pattern Miss

sering terjadi.

Peneliti Arief Maulana

Ilham

5. Mengapa

kecacatan PM

sering terjadi

disini ?

5. Kalau untuk hal

itu menurut saya

banyak hal ya,

terkadang

kelalaian

Peneliti Arief Maulana

Ilham

3. Mengapa

hanya

memberikan

sedikit

keterangan ?

3. Karena

keterbatasan

waktu dan

terkadang

kecacatan tersebut

tidak aktif dengan

artian tidak selalu

ada dalam setiap

bulannya. Tapi

kami masih Tetap

mencatatnya.

47

Petugas Setting

Pattern dalam

memeriksa

Kebersihan

Pattern dengan

standar, terkadang

juga karena

pecahan Pattern

yang

berterbangan, bisa

juga vacuum tidak

berfungsi dengan

baik.

Peneliti Arief Maulana

Ilham

6. Siapa Petugas

setting ?

6. Petugas Setting itu

orang yang berada

di bagian Setroom

yang menata

Pattern yang

dikelompokan

dengan Untuk

kemudian di

Press

48

Peneliti Arief Maulana

Ilham

7. Bagaimana

cara operator

mengetahui

bahwa barang

tersebut

adalah rusak

atau tidak

sesuai dengan

standar ?

7. Untuk memeriksa

barang yang sudah

jadi, quality

control terbagi

menjadi dua.

Yang pertama

adalah Finishing

Sortir. merupakan

karyawan yang

melakukan

pengecekan

kualitas HPL

terhadap PM. Jadi

HPL yang tidak

sesuai dapat di

defect istilah

Disini BS. Yang

kedua adalah tim

inspeksi. Tim

inspeksi adalah

tim yang bertugas

untuk melakukan

inspeksi atau

49

pemeriksaan HPL

secara

keseluruhan. HPL

tersebut diperiksa

keseluruhan

mengenai

kecacatan yang

terjadi misalnya

PM, Dekok, Drop

Phenol, BH,

Binatang, Kotor,

Buram, Drop

Melamin, PP

Pecah, APL

PMLP, Mk ,Pecah

Buka, maka

departemen

quality control

akan

mendiskusikan ke

bagian yang

bersangkutan

untuk selanjutnya

50

ditindaklanjuti.

Operator dapat

mengetahui jenis

kecacatan dan

dapat

memberitahukan

bahwa produk

tersebut ada

kecacatan, karena

kami selalu

memberikan

pelatihan khusus

terhadap karyawan

khusunya

karyawan baru.

Agar seluruh

karyawan faham

dan dapat

memeriksa dengan

lebih teliti.

51

Tabel 5.2 Hasil Wawancara (Lanjutan)

Peneliti Arief Maulana

Ilham

8. Pelatihan

seperti apa

yang

dilakukan

kepada

karyawan

bagian quality

control?

8. Pelatihan mengenai

teknik melakukan

pengecekan kain,

pelatihan mengenai

standar yang

diberikan oleh

pelanggan,

pelatihan mengenai

bagaimana prosedur

penanganan barang

yang tidak sesuai

(nonconforming

product), pelatihan

penanganan

komplen dari

pelanggan dan

pelatihan mengenai

jenis-jenis

kecacatan produk.

52

Peneliti Arief Maulana

Ilham

9. Bagaimana

prosedur

melakukan

pengecekan

HPL ?

9. HPL yang sudah

selesai diproses

akan selanjutnya

diberikan ke bagian

quality control.

Dibagian ini

pertama-tama HPL

akan diperiksa oleh

Cemical Engineer,

ketika HPL

diperiksa ternyata

ada ketidaksesuaian

dengan standar,

maka akan

dilakukan

pengecekan untuk

diperiksa secara

keseluruhan

dibagian Kamar Uji

. Kalau HPL ok

maka dilakukan

Informasi dibagian

Finishing

53

Peneliti Arief Maulana

Ilham

10. Bagaimana

mencatat HPL

yang tidak

sesuai tersebut

?

10. HPL yang sudah di

BS akan dicatat ke

dalam dokumen

berbentuk Microsoft

excel. Kain tersebut

dicatat berdasarkan

batch number,

Nomor PO, lalu

tipe, kemudian

banyaknya HPL,

dan tanggal pada

saat BS/defect.

Kemudian akan

dilaporkan ke

departemen yang

membutuhkan serta

top management.

Laporan tersebut

disajikan dalam

harian, mingguan

dan bulanan.

Peneliti Arief Maulana

Ilham

11. Lalu HPL

yang ok

dicatat juga

ataukah tidak

?

11. Ya tentu dicatat

untuk bukti dan

kebutuhan

pekerjaan.

Peneliti Arief Maulana

Ilham

12. Apa manfaat

melakukan

pencatatan

tersebut ?

12. Untuk mengetahui

masa depan

perusahaan serta

untuk melakukan

perbaikan

54

berkelanjutan.

Dengan pencatatan

kita juga sebagai

bukti bahwa HPL

yang bermasalah

ada sekian banyak.

Departemen lain

pun membutuhkan

untuk keperluan

masing-masing

Dedepartemen.

Peneliti Arief Maulana

Ilham

13. Bagian mana

saja yang

membutuhkan

data tersebut?

13. Biasanya bagian

GDBJ, Dryer,

Setroom, PPIC,

Finishing,

Accounting QA dan

seluruh manajer.

Seluruh bagian

tersebut

membutuhkan data

untuk kebutuhan

kelengkapan data

masing-masing.

Melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2019 di

ruang kantor bagian quality control bersama dengan Bapak Arief Maulana Ilham

selaku Cemical Engineer bagian quality control diperoleh beberapa data sebagai

bukti mengenai kecacatan produk yang terjadi di PT Aica Indonesia. Data primer

55

telah didapatkan melalui wawancara tersebut dan berikut adalah data sekunder

dari penelitian yang telah dilakukan mengenai kecacatan produk.

5.2 Interprestasi Data/Pembahasan

Data kecacatan produk melalui wawancara dan dokumentasi yang dilakukan

pada pagi hari, siang hari serta sore hari untuk meyakinkan bahwa data yang

diambil adalah data yang akurat. Dalam penelitian ini, data mengenai kecacatan

produk diambil dalam bentuk wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan

kepada narasumber bernama Bapak Arief Maulana Ilham selaku Cemical

Engineer bagian Quality Control. Peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu

kemudian melakukan pengambilan data tertulis.

Melalui proses wawancara, dapat diperoleh bahwa kecacatan di PT Aica

Indonesia meningkat pada setiap bulannya. Hal ini terbukti dari hasil data tertulis

yang ada di PT Aica Indonesia dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti

kepada narasumber. Jawaban yang diterima sama walaupun berbeda waktu.

Seperti yang terlihat pada Tabel 5.1- Tabel 5.2 (Lanjutan) kecacatan Pattern Miss

(PM) adalah kecacatan yang paling tertinggi terjadi setiap bulannya. kecacatan

Pattern Miss hingga 13.330 Sheet di PT Aica Indonesia. Melalui data kecacatan

produk dalam setiap bulan dapat disimpulkan bahwa kecacatan Pattern Miss

tertinggi ada pada bulan September 2018. Target kecacatan produk di PT Aica

Indonesia adalah dibawah 1% dalam setiap bulannya dan dalam setiap jenis

kecacatannya. Namun berdasarkan Tabel 5.4 ada yang dibawah 1% dan kecacatan

diatas 1% diduduki oleh Pattern Miss (PM) . Dalam hal ini dapat disimpulkan

bahwa PT Aica Indonesia belum mencapai target dalam kecacatan produk.

56

No Bulan Production

Defect PERSENTASE

Defect

All PM Dekok/Bjl BH

PM Dekok/Bjl BH

1 Sep-18 78922 3,874 1,601 451 272 4.91% 0.57% 0.34%

2 Oct-18 83552 3,118 1,225 350 260 3.73% 0.42% 0.31%

3 Nov-18 83111 3,313 1,378 350 260 3.99% 0.42% 0.31%

4 Dec-18 83558 3,651 1,055 260 350 4.37% 0.31% 0.42%

5 Jan-19 84414 3,602 1,201 501 352 4.27% 0.59% 0.42%

6 Feb-19 80122 2,887 1,025 350 250 3.60% 0.44% 0.31%

7 Mar-19 84992 3,643 1,425 450 360 4.29% 0.53% 0.42%

8 Apr-19 83558 3,381 1,055 260 320 4.05% 0.31% 0.38%

9 May-19 85123 3,418 1,225 450 324 4.02% 0.53% 0.38%

10 Jun-19 82902 2,991 1,025 250 296 3.61% 0.30% 0.36%

11 Jul-19 84058 2,947 925 359 350 3.51% 0.43% 0.42%

12 Aug-19 82336 2,970 1,089 250 182 3.61% 0.30% 0.22%

Average 3.99% 0.42% 0.35%

Tingkat kecacatan produk di PT Aica Indonesia sangat tinggi, hal ini terbukti dari

persentase data kecacatan pada Tabel 5.4 bahwa rata-rata kecacatan Pattern Miss

(PM) diatas 1%. Kecacatan tertinggi dalam analisa menggunakan check sheet ada

pada kecacatan Pattern Miss (PM). Kecacatan Pattern Miss (PM) ini terus

meningkat dan menurun tetap mengisi angka dalam setiap bulan, seperti yang

terlihat pada analisa Tabel 5.3 dan Tabel 5.4

5.2.1 Lembar Isian ( Check Sheet )

Tabel 5.3 Data Defect Tertinggi

57

Tota

l P

rod

uct

ion

9

966

48

sht

No

It

em

Rej

ect

Bu

lan

T

ota

l D

efec

t S

ep-1

8

Ok

t-1

8

No

p-1

8

Des

-18

Ja

n-1

9

Feb

-19

Ma

r-1

9

Ap

r-1

9

Mei

-19

J

un

-19

J

ul-

19

A

gu

st-

19

1

P.M

1

.601

1.2

25

1.3

78

1.0

55

1.2

01

1.0

25

1.4

25

1.0

55

1.2

25

1.0

25

92

5

1.0

89

14

.23

0

2

Dek

ok/B

jl

45

1

35

0

35

0

26

0

50

1

35

0

45

0

26

0

45

0

25

0

35

9

25

0

4.2

80

3

Dro

p p

hen

3

66

22

0

33

6

35

0

32

0

22

0

23

6

35

0

12

3

32

0

23

2

12

1

3.1

94

4

BH

2

72

26

0

26

0

35

0

35

2

25

0

36

0

32

0

32

4

29

6

35

0

18

2

3.5

76

5

BN

T

16

1

15

1

17

1

23

1

15

1

11

1

18

1

21

1

25

6

16

1

91

21

1

2.0

87

6

ko

1

22

12

7

12

6

18

3

14

2

10

1

12

2

18

3

13

3

12

1

12

1

18

9

1.6

69

7

Bura

m

16

7

10

3

13

2

14

5

13

7

12

3

12

4

14

5

13

4

93

13

3

11

9

1.5

54

8

DM

1

30

10

1

11

7

20

1

19

0

17

1

10

7

21

1

14

2

16

4

13

1

26

6

1.9

26

9

PP

. p

ch

13

4

10

2

99

20

1

11

1

91

11

1

13

1

11

9

11

3

11

1

89

1.4

10

10

AP

L

12

8

10

8

92

20

8

10

5

98

18

2

10

8

11

7

99

97

10

2

1.4

45

11

Pec

ah

Buka

11

7

90

70

13

0

10

9

10

0

12

0

90

12

5

11

0

11

0

11

8

1.2

89

12

PM

LP

1

24

12

7

99

17

4

12

0

12

4

11

2

15

4

16

1

13

4

13

4

99

1.5

61

13

M.K

1

02

15

5

84

16

4

16

4

12

4

11

4

16

4

11

0

10

6

15

4

13

5

1.5

76

3.8

74

3.1

18

3.3

13

3.6

51

3.6

02

2.8

87

3.6

43

3.3

81

3.4

18

2.9

91

2.9

47

2.9

70

39

.79

7

Tabel 5.4 Data Defect Periode 2018-2019

58

MSD

PPIC

GDBB

QC RESIN

DRYER

SETROOM

KAMAR UJI

PRESS

FINISHING

GUDANG

BAHAN

JADI

CUSTOMER SUPPLIER

PURCHASHING

HRD & GA

IT

ENGINEERING

ACCOUNTING

EKSPOR

IMPORT

5.2.2 Flow Chart

KAMAR UJI

Gambar 5.1 Alur Proses Kerja (Flow Chart) PT Aica Indonesia

Dengan menganalisa kecacatan yang terjadi selama tahun 2018-2019 di

PT Aica Indonesia, penulis dapat memberikan solusi untuk kecacatan yang terjadi

di PT Aica Indonesia melalui Diagram Tebar (Scatter Diagram) dan Alur Proses.

59

Melalui kedua diagram tersebut, penulis mengetahui permasalahan yang terjadi

dan bagaimana untuk mencegah demi masa depan perusahaan.Melalui alur proses

kerja diatas, dapat diketahui kecacatan dapat disebabkan dari tiga departemen

yaitu departemen Dryer, Setroom dan departemen Press. Dari keseluruhan

departemen, kecacatan produk disebabkan oleh kelalaian operator dalam

melakukan Pengecekan HPL. Ketika pekerjaan dilakukan tidak sesuai dengan

prosedur maka akan menghasilkan HPLyang tidak sesuai dengan standard, salah

satunya Pattern Miss

5.2.3 Diagram Pareto

Melalui Tabel 5.4 mengenai data kecacatan produk, peneliti akan mudah

untuk melihat data ringkas dari kecacatan produk dalam setiap bulannya di PT

Aica Indonesia. Maka akan dilihat dari diagram Pareto:

Gambar 5.1 Diagram Pareto Kecacatan Produk HPL Tahun 2018-2019

Dari data pada Tabel 5.2 kemudian dibuat diagram pareto pada Gambar

5.1 diperoleh Analisa kecacatan Pattern Miss berada pada angka tertinggi yaitu

Diagram Pareto

60

47,94% dalam Kurun waktu satu tahun atau bisa dikatakan 3,99% setiap

bulannya,ini menjadi usulan perbaikan dan menuai improvement yang di

fokuskan.

5.2.4 Histogram

Selanjutnya peneliti melakukan penghitungan untuk pembuatan diagram

histogram. Perhitungan tersebut dibagi menjadi dua yaitu Tingkat Kecacatan

Keseluruhan dan kecacatan Pattern Miss (PM)

1. Histogram Kecacatan Keseluruhan

a. Range Kecacatan Keseluruhan

Range =13.330 (Data Tertinggi) – 1.204 (Data Terendah)

Range = 12.126 (R)

K = 1+ 3,3 log 13

K = 1+ 3,3 (1,11)

K = 4,663

b. P = R/K

= 12.126 /4,663

P = 2.600,47

Maka akan dibuat 5 Kelas dengan Interval 2.600( Pembulatan dari 2.600,47)

61

Tabel 5.5 Perhitungan Data Kecacatan Keseluruhan

No Sheet Frekuensi

1 1204-3804 11

2 3805-6405 1

3 6406-9006 0

4 9007-11607 0

5 11608-14208 1

Gambar 5.3 Diagram Histogram Kecacatan Keseluruhan

Menurut Diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa Analisa

menggunakan diagram histogram kecacatan Keseluruhan Terlihat yang Bisa

dikatakan Paling tertinggi pada data 11608-14208 sheet dan mempunyai

frekuensi 1 itu berarti hanya kecacatan Pattern Miss (PM) yang ada diangka

tersebut, dan kemudian kita ukur tingkat histogram pattern Miss.

2. Kecacatan Pattern Miss (PM)

Range =1.601(Data Tertinggi) – 925(Data Terendah)

Range = 676 (R)

0

2

4

6

8

10

12

1204-3804 3805-6405 6406-9006 9007-11607 11608-14208

Kecacatan Keseluruhan

62

a. K = 1+ 3.3 log 12

K = 1+ 3.3 (1,07)

K = 4,531

b. P = R/K

= 676/4,531

P = 149,19

Maka akan dibuat 5 Kelas dengan Interval 149 ( Pembulatan dari 149,19)

Tabel 5.6 Perhitungan Data Kecacatan Pattern Miss

No Sheet Frekuensi

1 925 - 1074 5

2 1075 - 1224 2

3 1225 - 1374 2

4 1375 - 1524 2

5 1525 - 1674 1

Gambar 5.4 Diagram Histogram Pattern Miss (PM)

63

KELALAIAN OPERATOR

KURANGNYA

PELATIHAN

KURANGNYA

PENGAWASAN

CUTTER TIDAK TAJAM

VACUM MATI

GSM KURANG

SAPUAN

KURANG

BERSIH

TERLALU

BURU-

BURU

PECAHAN

PATTERN PAPER

BELUM ADA PENGGANTINYA BELUM ADA

TRAINER INTERNAL

Seperti yang telah dilihat diatas, Analisa menggunakan diagram histogram

bahwa kecacatan yang ada diangka 925 sheet – 1074 sheet adalah sebanyak 5,

Kemmudian dari data 1075 sheet – 1224 sheet adalah sebanyak 2, 1225 sheet –

1374 sheet sebanyak 2, 1375 sheet hingga 1524 sheet sebanyak 2, dan 1525 sheet

hingga 1674 sheet sebanyak 1.

5.2.5 Fish Bone

Untuk mengetahui penyebab kecacatan PM yang terjadi di PT Aica

Indonesia peneliti menggunakan diagram tulang ikan atau yang biasa disebut

dengan fishbone. Teori tersebut merupakan teori ishikawa dan digunakan ketika

zaman perang. Diagram tulang ikan ini untuk mengetahui sebab akibat dari

kecacatan PM yang terjadi di PT Aica Indonesia.

Berikut ini merupakan analisa kecacatan produk dengan menggunakan metode

diagram tulang ikan

Gambar 5.5 Fish Bone PM

MAN MACHINE

METHOD MATERIAL

PATTERN

MISS

KURANGNYA PENGETAHUAN

64

Analisa menggunakan diagram tulang ikan (fishbone) pada gambar 5.4

bahwa kecacatan warna disebabkan oleh hal – hal sebagai berikut :

a. Man (Tenaga Kerja)

Kelalaian dari tenaga kerja di PT Aica Indonesia disebabkan oleh

kurangnya pendidikan dan pelatihan yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut.

Pendidikan dan pelatihan yang kurang akan menyebabkan kurangnya ilmu

pengetahuan yang diperoleh oleh tenaga kerja PT Aica Indonesia. Pendidikan dan

pelatihan harus diberikan oleh leader dan supervisor dalam masing-masing

bagian. Selain pendidikan dan pelatihan, penyebab kecacatan disebabkan oleh

kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh leader dan supervisor. Kurangnya

pengawasan ini terkadang disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab yang

diberikan oleh manajer kepada leader dan supervisor sehingga terjadi kelalaian

yang dilakukan oleh para leader dan supervisor.

b. Material (Bahan Baku)

Bahan baku yang digunakan dalam pemrosesan kain terkadang

menggunakan bahan baku yang berkualitas kurang baik. GSM atau volume kertas

awal salah satu salah satu dari bahan baku sangant berpengaruh dalam ketebalan

dan kemattangan pada saat proses impragnating HPL.

c. Method (Cara Melakukan Pekerjaan)

Cara yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan selama proses kain

berlangsung terkadang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur sehingga

menyebabkan kecacatan pada produk di PT Aica Indonesia. Pemrosesan yang

65

tidak sesuai dengan standar operasional disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

dari para tenaga kerja di PT Aica Indonesia dan kelalaian leader dan supervisor

dalam memberikan pelatihan kepada karyawan.

d. Machine (Mesin Yang Digunakan)

Mesin yang digunakan dalam melakukan pemrosesan kain terkadang

memiliki hambatan yaitu kerusakan. Kerusakan mesin disebabkan oleh kurangnya

perawatan dari bagian engineering. Mesin yang digunakan harus melakukan

perawatan secara berkala agar tetap berjalan dengan baik dan lancar. Kerusakan

mesin akan menyebabkan Pattern Paper mudah pecah dan mengakibatkan

berterbangan ke selah-selah HPL.

e. Nominal Group Teknik (NGT)

Dari hasil analisis kecacatan terhadap Pattern Miss denganFish Bone,

kemudian dilakukan uji NGT dari 5 dengan bobot point setiap anggota1-5 sebagai

berikut:

Tabel 5.7 Perhitungan NGT

No

Faktor Penyebab

CE

QC

QA

STRM

PRS

DRYR

TOTAL

RANK

1

Kurangnya

Pengawasan

3

4

4

3

4

2

20

3

2

Belum ada Trainer

Internal

1

1

2

1

2

1

8

5

3

Belum ada pengganti

Vacum mati

2

2

1

2

1

3

14

4

4

Terlalu Buru-buru

4

3

3

5

5

4

24

2

5

GSM kurang

5

5

5

4

3

5

27

1

66

NGT = Β½ N + 1

= Β½ (5) + 1

= 2,5 + 1

=3,5 4 (N = Jumlah Faktor Penyebab)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji NGT dari 5 Faktor penyebab dominan, diperoleh 4 (empat)

faktor yang dianggap paling dominan yaitu :

1. Tingkat GSM sangat mempengaruhi Pattern Mudah Pecah

2. Terlalu Buru-buru dalam pengecekan Quality 100%

3. Kurangnya Pengawasan, kemungkinan besar ada faktor ketidak pedulian

terhadap kualitas

4. Belum ada pengganti Vacum mati, tugas engineering yang terlalu banyak

berpengaruh terhadap terbengkalainya mesin- mesin rusak.

5.2.6 Diagram Tebar

1. GSM Kurang

Melalui analisis menggunakan Fishbone terhadap Defect PM faktor paling

dominan yaitu GSM kurang, maka dilakukan pengujian

Indikator X : Tingkat GSM Kurang

Indikator Y : Tingkat Defect PM

67

No X Y

11 15 0,2

12 28 0,3

13 23 0,3

14 56 0,6

15 23 0,3

16 63 0,7

17 45 0,5

18 78 0,8

19 12 0,2

20 52 0,6

Tabel 5.8 Analis data Pengujian GSM Kurang Terhadap PM

Gambar 5.6 Diagram Tebar Pengaruh GSM kurang Terhadap PM

Kesimpulan : dari diagram tebar bahwa kurangnya GSM diketahui adanya

korelasi Positif Kuat. Nilai r = 0,994880554

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0 20 40 60 80 100

Scatter Diagram

N = 30

No X Y

21 63 0,7

22 61 0,7

23 52 0,6

24 42 0,5

25 29 0,3

26 78 0,8

27 56 0,6

28 24 0,3

29 23 0,3

30 86 0,9

r = 0,994880554

Jum

lah

Def

ect

PM

Tingkat GSM Kurang

r = 0,994880554

No X Y

1 33 0,4

2 23 0,3

3 43 0,5

4 26 0,3

5 15 0,2

6 56 0,6

7 23 0,3

8 24 0,3

9 22 0,3

10 16 0,2

68

2. Terlalu Buru-buru

Faktor selanjutnya adalah dari man power yang terlalu buru-buru,

Indikator X : Tingkat Terlalu Buru-buru

Indikator Y : Tingkat Defect PM

Tabel 5.9 Analis data Pengujian Terlalu Buru-buru Terhadap PM

Gambar 5.7 Diagram Tebar Pengaruh Terlalu Buru-buru Terhadap PM

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0 20 40 60 80 100

Scatter Diagram

N = 30

No X Y

1 23 0,4

2 47 0,3

3 26 0,5

4 54 0,3

5 58 0,2

6 72 0,6

7 55 0,3

8 41 0,3

9 32 0,3

10 22 0,2

No X Y

11 22 0,2

12 54 0,3

13 24 0,3

14 52 0,6

15 22 0,3

16 88 0,7

17 75 0,5

18 25 0,8

19 12 0,2

20 11 0,6

No X Y

21 23 0,7

22 45 0,7

23 41 0,6

24 69 0,5

25 29 0,3

26 78 0,8

27 45 0,6

28 23 0,3

29 36 0,3

30 74 0,9

r = 0,902874 Ju

mla

h D

efec

t P

M

r = 0,902874

69

Kesimpulan : dari diagram tebar bahwa bekerja terburu-buru diketahui adanya

korelasi Positif Kuat. Nilai r = 0,902874.

3. Kurangnya Pengawasan

Berikut table data tingkat pengawasan yang kurang

Tabel 5.9 Analis data Pengujian Kurangnya Pengawasan Terhadap PM

Indikator X : Tingkat Kurangnya Pengawasan

Indikator Y : Tingkat Defect PM

No X Y

1 34 0.4

2 22 0.3

3 55 0.5

4 26 0.3

5 22 0.2

6 60 0.6

7 29 0.3

8 23 0.3

9 36 0.3

10 21 0.2

No X Y

11 22 0.2

12 31 0.3

13 32 0.3

14 45 0.6

15 28 0.3

16 63 0.7

17 45 0.5

18 68 0.8

19 15 0.2

20 57 0.6

No X Y

21 62 0.7

22 66 0.7

23 52 0.6

24 42 0.5

25 22 0.3

26 77 0.8

27 56 0.6

28 25 0.3

29 33 0.3

30 77 0.8

r = 0.971

70

Gambar 5.8 Diagram Tebar Pengaruh Kurangnya Pengawasan Terhadap PM

Kesimpulan : dari diagram tebar bahwa bekerja kurangnya pengawasan diketahui

adanya korelasi Positif Kuat juga dengan nilai r = 0.971.

4. Belum ada pengganti Vacum mati

Faktor terakhir yang mempengaruhi dalam Analis FishBone terhadap Defect PM

diatas,

Indikator X : Tingkat Vacum Mati

Indikator Y : Tingkat Defect PM

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

0 20 40 60 80 100

Scatter Diagram

N = 30r = 0.971

71

Tabel 5.10 Analis data Pengujian Vacum Mati Terhadap PM

Gambar 5.9 Diagram Tebar Pengaruh Vacum Mati Terhadap PM

Dengan diadakan improvement perbaikan kemungkinan menurunkan tingkat

kecacatan pada Pattern Miss bisa terjadi, karena dilihat dari grafik dan

perubahan methode bahkan perbaikan kecil, tingkat Penurunanya lumayan

terlihat.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Scatter Diagram

N = 30

r = 0.950

No X Y

1 33 0.4

2 20 0.3

3 42 0.5

4 26 0.3

5 14 0.2

6 52 0.6

7 11 0.3

8 11 0.3

9 12 0.3

10 13 0.2

No X Y

11 24 0.2

12 20 0.3

13 28 0.3

14 51 0.6

15 18 0.3

16 58 0.7

17 39 0.5

18 71 0.8

19 20 0.2

20 48 0.6

No X Y

21 63 0.7

22 62 0.7

23 49 0.6

24 32 0.5

25 21 0.3

26 63 0.8

27 45 0.6

28 33 0.3

29 35 0.3

30 74 0.9

r = 0.950

72

Control Chart Gambar 5.9 Diagram Tebar Pengaruh Vacum Mati Terhadap

PM

Dengan diadakan improvement perbaikan kemungkinan menurunkan tingkat

kecacatan pada Pattern Miss bisa terjadi, karena dilihat dari grafik dan

perubahan methode bahkan perbaikan kecil, tingkat Penurunanya lumayan

terlihat.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Scatter Diagram

N = 30

r = 0.950

73

BULAN PRODUKSI DEFECT PM

Sep-18 78922 1601

Okt-18 80434 1225

Nop-18 83111 1378

Des-18 83558 1055

Jan-19 84414 1201

Feb-19 80122 1025

Mar-19 84992 1425

Apr-19 81558 1055

Mei-19 85223 1225

Jun-19 82902 1025

Jul-19 84058 925

Agust-19 82336 1089

JUMLAH 991630 14229

5.2.7 Control Chart

Tabel 5.12 Data Produksi dan defect PM

Diagram kontrol P-Chart ini digunakan untuk mengetahui apakah cacat

produk yang dihasilkan masih dalam batas yang ditentukan (control limit), data

diambil dari checksheet diatas bahwa jumlah produksi yang dihasilkan selama

periode penelitian sebanyak 34.480 pcs, dengan ditemukan produk cacat sebesar

1.149 pcs. Dari data diatas dapat dibuat diagram kontrol P-Charts dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menghitung garis pusat (Central Line), merupakan rata-rata (mean) kerusakan

produk (P) yaitu dengan rumus sebagai berikut :

𝐢𝐿 = 𝑃 ⬌ 𝐢𝐿 = βˆ‘ 𝑛𝑝

βˆ‘ 𝑛

74

Keterangan :

𝐢𝐿 = 𝑃 = Central Line rata-rata produk

Ξ£np = Jumlah sampel produk cacat (14.229 pcs)

Ξ£n = Jumlah sampel produk yang diteliti (927.416 pcs)

Maka, didapat hasil perhitungan sebagai berikut :

𝐢𝐿 = 𝑃 = 14.229

991.630

= 0,0143

2) Menghitung presentase produk cacat yang dihitung menggunakan rumus

berikut :

P = np

n

Keterangan :

P = Presentasi atau proporsi kerusakan produk.

np = Sampel produk cacat dalam periode tertentu.

n = Sampel produk yang diteliti dalam periode tertentu

Maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut :

Periode September 2018 didapat 𝑃 = 1.601 = 0, 0203

78922

Periode Oktober 2018 didapat 𝑃 = 1.222 = 0, 0152

80.434

Periode November 2018 didapat 𝑃 = 1.378 = 0, 0166

83.111

75

Periode Desember 2018 didapat 𝑃 = 1.055 = 0, 0126

83.558

Periode Januari 2019 didapat 𝑃 = 1.201 = 0, 0142

84.414

Periode Februari 2019 didapat 𝑃 = 1.025 = 0, 0128

80.122

Periode Maret 2019 didapat 𝑃 = 1.425 = 0, 0168

84.992

Periode April 2019 didapat 𝑃 = 1.055 = 0, 0129

83.558

Periode Mei 2019 didapat 𝑃 = 1.225 = 0, 0144

85.123

Periode Juni 2019 didapat 𝑃 = 1.025 = 0, 0124

82.902

Periode Juli 2019 didapat 𝑃 = 925 = 0, 0110

84.058

Periode Agustus 2019 didapat 𝑃 = 1089 = 0, 0132

82.336

3) Menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL), dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐢𝐿 (1- 𝐢𝐿)

π‘ˆπΆπΏ = 𝐢𝐿 +3 n

Maka, didapat hasil perhitungan sebagai berikut :

0,04(1-0,04)

September 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 78.922 = 0,0156

76

0,04(1-0,04)

Oktober 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 80.434 = 0,0156

0,04(1-0,04)

November 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 83.111 = 0,0156

0,04(1-0,04)

Desember 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 83.558 = 0,0156

0,04(1-0,04)

Januari 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 84.414 = 0,0156

0,04(1-0,04)

Februari 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 80.122 = 0,0156

0,04(1-0,04)

Maret 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 84.994 = 0,0156

0,04(1-0,04)

April 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 81.558 = 0,0156

0,04(1-0,04)

Mei 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 85.223 = 0,0156

0,04(1-0,04)

Juni 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 82.902 = 0,0156

77

0,04(1-0,04)

Juli 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 84.058 = 0,0156

0,04(1-0,04)

Agustus 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 + 3 82.336 = 0,0156

4) Menghitung batas kendali atas atau Lower Control Limit (LCL), dapat dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐢𝐿 (1- 𝐢𝐿)

LCL = 𝐢𝐿 - 3 n

Maka, didapat hasil perhitungan sebagai berikut :

0,04(1-0,04)

September 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 78.922 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Oktober 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 80.434 = 0,0131

0,04(1-0,04)

November 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 83.111 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Desember 2018, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 83.558 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Januari 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 84.414 = 0,0131

78

0,04(1-0,04)

Februari 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 80.122 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Maret 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 84.994 = 0,0131

0,04(1-0,04)

April 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 81.558 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Mei 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 85.223 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Juni 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 82.902 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Juli 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 84.058 = 0,0131

0,04(1-0,04)

Agustus 2019, π‘ˆπΆπΏ = 0,04 - 3 82.336 = 0,0131

Berdasarkan hasil pehitungan diatas, penulis membuat tabel hitung untuk

mempermudah langkah perhitungan selanjutnya dengan rincian tabel sebagai

berikut :

79

Tabel 5.13 Perhitungan batas kendali proses produksi

Sumber : Data sekunder yang diolah

Maka, selanjutnya dapat dibuat peta kendali P (Control P-Chart) dengan alat

bantu Microsoft Excel yang dapat dilihat pada gambar berikut ini :

BULAN PRODUKSI DEFECT

PM p CL UCL LCL

Sep-18 78922 1601 0,0203 0,0143 0,0156 0,0131

Okt-18 80434 1225 0,0152 0,0143 0,0156 0,0131

Nop-18 83111 1378 0,0166 0,0143 0,0156 0,0131

Des-18 83558 1055 0,0126 0,0143 0,0156 0,0131

Jan-19 84414 1201 0,0142 0,0143 0,0156 0,0131

Feb-19 80122 1025 0,0128 0,0143 0,0156 0,0131

Mar-19 84992 1425 0,0168 0,0143 0,0156 0,0131

Apr-19 81558 1055 0,0129 0,0143 0,0156 0,0131

Mei-19 85223 1225 0,0144 0,0143 0,0156 0,0131

Jun-19 82902 1025 0,0124 0,0143 0,0156 0,0131

Jul-19 84058 925 0,0110 0,0143 0,0156 0,0131

Agust-19 82336 1089 0,0132 0,0143 0,0156 0,0131

JUMLAH 991630 14229

80

Gambar 5.10 Control Chart pada defect PM

Berdasarkan grafik peta kendali P (Control P-Chart) diatas dapat dilihat bahwa

data yang diperoleh tidak seluruhnya berada di dalam batas kendali yang telah

ditetapkan. Namun ada sebagian data yang berada diluar batas kendali yang telah

ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian kualitas produk yang

dilakukan oleh perusahaan terhadap produk ini belum dilakukan secara optimal

sehingga diperlukan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan untuk

menurunkan tingkat kerusakan produk hingga mencapai nilai serendah-rendahnya

dengan target utama zero defect.

0,0000

0,0050

0,0100

0,0150

0,0200

0,0250

p

CL

UCL

LCL

Prop

orsi

Bata

s K

en

dali

Control Chart Proporsi Periode September 2018 - Agustus 2019

82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya di PT Aica

Indonesia mengenai kecacatan produk, peneliti menyimpulkan mengenai

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisa menggunakan diagram histogram kecacatan produk di

PT Aica Indonesia mengenai kecacatan PM tertinggi ada pada angka 1601

sheet. Berdasarkan hasil analisa menggunakan check sheet, kecacatan PM

merupakan kecacatan terbesar selama tahun 2018-2019. Berdasarkan hasil

analisa dengan kedua metode tersebut bahwa tingkat kecacatan produk,

meningkat dan menurun dan tidak berhubungan dengan produksi dalam

setiap bulannya.

2. Jenis kecacatan produk di PT Aica Indonesia adalah sebanyak 13 jenis

diantaranya kecacatan Pattern Miss (PM), Dekok/Benjol, Drop Phenol,

Bintik Hitam (BH), Binatang (BHT), Kotor (KO), Buram, Drop Melamin

(DM), Pattern Paper Pecah, APL, Pecah Buka, PMLP, MK.

3. Kecacatan terbanyak berdasarkan hasil analisa menggunakan diagram pareto

adalah kecacatan PM. Kecacatan PM berada pada angka bisa dikatakan rata-

rata 3,99% setiap bulannya.

4. Analisa menggunakan fishbone mengenai kecacatan PM bahwa kecacatan

PM tersebut disebabkan oleh :

83

a. Kelalaian dari tenaga kerja.

b. Bahan baku yang digunakan tidak sesuai dengan standar yang telah

ditentukan.

c. Cara yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan tidak sesuai dengan

standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.

d. Mesin yang digunakan kurang perawatan sehingga mengalami kerusakan atau

kemacetan ketika digunakan.

6.2 Saran

Rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya PT Aica Indonesia menganalisa menggunakan control chart dalam

setiap bulannya agar terlihat lebih jelas bahwa kecacatan yang terjadi

merupakan diluar batas kendali.

2. Diharapkan agar perusahaan dapat lebih memperhatikan mengenai analisa

kecacatan produk tersebut, agar dapat dikendalikan dengan mudah.

3. Quality control sebagai bidang pengawasan produk dan pengendalian produk

harus lebih teliti dan melakukan pemeriksaan lebih ketat terhadap produk

yang belum jadi bukan hanya produk yang sudah jadi.

4. Membutuhkan quality control dalam setiap departemen, untuk mencegah

terjadinya kain yang ditolak ketika selesai melakukan proses.

5. Sumber Daya Manusia harus diberikan ilmu pengetahuan serta pelatihan dan

pendidikan demi kelancaran proses produksi. Dengan sumber daya manusia

yang pandai, maka akan menghasilkan pekerjaan yang maksimal.

84

6. Diharapkan tidak terlalu sering melakukan penggantian pada bahan baku serta

bahan pendukung proses produksi agar menghasilkan produk yang maksimal

dengan waktu yang singkat. Di PT Aica Indonesia seringkali terjadi

melakukan penggantian bahan baku, sehingga harus dilakukan pemrosesan

ulang dan membutuhkan waktu yang sangat lama.

7. Bagian yang mendukung kelancaran proses produksi, harus memberikan

pelayanan yang terbaik untuk kelancaran proses produksi agar memperoleh

kelancaran produksi dan ketepatan waktu yang sesuai dengan permintaan

konsumen (customer).

8. Melakukan perawatan mesin secara rutin dan berkala. Mesin yang digunakan

dalam kelancaran proses produksi harus memenuhi standar dan harus

dilakukan kalibrasi pada mesin timbangan setiap tanggal yang telah

ditetapkan. Pemeliharaan dan perawatan mesin sangat dianjurkan untuk

mendukung kelancaran proses produksi. Berusaha untuk memberikan

pelatihan mengenai prosedur dan cara kerja yang baik dan benar untuk

kelancaran proses produksi.

6.3 Kaizen / Ide Perbaikan

1. Dari hasil GSM kurang pada Fish Bone, dapat kita antisipasi dengan

Pemberian Petunjuk Pemakaian Zat Adiktive agar Man Power tidak asal

menyampukan bahanbaku yang mengakibatkan Pattern Paper mudah Pecah

atau GSM kurang.

85

Gambar 6.1 Pemberian tabel takaran penggunaan bahan baku

2. Terlalu buru-buru dan kurangnya pengawasan, disini ada penambahan

pengawasan oleh tim Chemical Engineering (CE) untuk mengawasi kerja

dan metode yang dilakukan oleh operator Dryer dan Press, dan penambahan

metode sapu sebelum masuk bagian Press dan metode penyapuan dibagian

Press.

86

Gambar 6.2 Penambahan Pengawasan Oleh CE

Gambar 6.3 Metode Penyapuan Bag. Dryer dan Press

87

80

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Yunus et al (2018) Jurnal Mesin Teknologi (SINTEK Jurnal) Volume

12 No. 1 Juni 2018 p-ISSN : 2088-9038 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/sintek

e-ISSN : 2549-9645

Anis, M., dan Widyaningrum, R. (2013). Penggunaan metode new seven

tools untuk pengendalian kualitas produk. Jurnal tehnik industri, Universitas

Muhamadiyah Surakarat.

Fauzi, S., & Siregar, K. (2017). Perbaikan Kualitas Menggunakan Metode

Seven Tools dan Fault Tree Analysis (FTA) di PT. XYZ. Prosiding SNTI dan

SATELIT 2017 (pp. D110-117). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas

Brawijaya.

Gaspersz, V. (2005). Total quality management. PT Gramedia pustaka utama.

Jakarta.

Girish, B. (2013). The 7 qc tools. Diakses tanggal 15 Februari 2016 dari

http://productivity.in/knowledgebase/TQM/c.%20Tools%20and%20Techniq

ues/3.1.%207QC%20Tools/7%20QC%20TOOLS.pdf.

Gunawan, H. (2013). Implementasi pengendalian kualitas metode statistic pada

pabrik cat CV. X Surabaya. Jurnal Manajenen fakultas Bisnis dan Ekonomika

Universitas Surabaya vol.2 No.1

Gunawan, I. (2014). Metode penelitian kualitatif teori & praktik. Ed. 1, Cet. 2.

Jakarta: Bumi Aksara

Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi, dan focus group: Sebagai

instrument pengendali data kualitatif. Jakarta: Rajawali Press

Momon, A. (2011). Implementasi sistem pengendalian kualitas dengan metode

seven tools terhadap produk shotblas pada proses cast wheel di PT. XYZ. Jurnal

fakultas Tehnik, Universitas Singapurebangsa Karawang Vol.10 n0.21.

Muhammad Ragil Suryoputro et al 2017 IOP Conf. Ser.: Mater. Sci. Eng.

215012028

Nazir, M. (2003). Metode penelitian, Cet. Ke 5. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pande, P.S, Neuman, R.P, Cavanagh, R.R., (Alih Bahasa: Dwi Purbantini). (

2003). The seven tools way: bagaimana GE, motorola, dan Perusahaan terkenal

lainnya mengasah kinerja mereka. Andi Offset. Yogyakarta.

Parwati, C.I., dan Sakti, R.M. (2012). Pengendalian kualitas produk cacat

dengan pendekatan kaizen dan analisis masalah dengan seven tools. Jurnal prosiding

Seminar Nasional aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) periode III Yogyakarta, 3

November 2012.

Sepsarianto, R. (2013). Analisis masalah 7 tools. URL:

http://www.scribd.com/doc/189322119/Analisis-Masalah-7-Tools (13 juni 2016).

Supriyono, R.A. (2001). β€œAkuntansi manajemen (konsep dasar akuntansi

manajemen dan proses perencanaan)”, Yogyakarta: BEFE.

Tjiptono, F., dan Diana, A. (2001). Total quality manajemen edisi revisi.

Penerbit ANDI.Yogyakarta.

Wisnubroto, P. dan Arya. (2015). Pengendalian kualitas produk dengan

pendekatan six sigma dan analisis kaizen serta new seven tools sebagai usaha

pengurangan kecacatan produk. Jurnal Teknologi, Vol. 8 No. 1 Juni 2015, hal 65-74.

Yusuf, A.M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

LA

MP

IRA

N

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : HADI SUSILO

Tempat, Tgl Lahir : Pemalang, 20 November 1994

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Kawin

Alamat Sekarang : Perum Telaga Murni Blok D16 No 3

RT 02 RW 013 Kec.Cikarang Barat

Kab. Bekasi

Telephone : 087710154813

Email : [email protected]

PENDIDIKAN

2001 – 2007 SD Negeri 05 Petarukan

2007 – 2010 SMP Negeri 1 Petarukan

2010 – 2013 SMK Negeri 1 Petarukan

2015 – 2020 Universitas Pelita Bangsa

PENGALAMAN KERJA

Operator Casting - PT. AHM 2013 – 2015

Quality Control - PT. AICA Indonesia 2015 –

KEMAMPUAN

Komputerisasi

Microsoft Office Word, Exel, Power Point

Design Photoshop, Adobe Preimier, Corel Draw