Analisis Faktor Penyebab Kemiskinan dan Kriminalitas (Studi Kasus: Kampung Stren Kali Jagir Kota...

46

Transcript of Analisis Faktor Penyebab Kemiskinan dan Kriminalitas (Studi Kasus: Kampung Stren Kali Jagir Kota...

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan dan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Analisis Faktor Penyebab

Kemiskinan dan Kriminalitas (Studi Kasus: Kampung Stren Kali Jagir Kota Surabaya)

sebagai tugas dari mata kuliah Ekonomi Kota. Makalah ini berisi deskripsi tentang

pengertian kemiskinan dan kriminalitas, faktor penyebab kemiskinan dan kriminalitas di

perkotaan, serta bagaimana implikasi kemiskinan dan kriminalitas terhadap ekonomi kota.

Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam

proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya

kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Ekonomi Kota Dr Ir. Eko Budi Santoso. Lic.

Rer.Reg Dan Velly Kukinul Siswanto, ST. M.Sc. yang telah membimbing kami dalam

menyelesaikan makalah ini.

Demikian makalah ini yang kiranya masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan masukan

informasi serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Surabaya, 27 Mei 2015

Tim Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ·························································································· i

DAFTAR ISI ····································································································· ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ·················································································· 1

1.2 Rumusan Masalah ············································································· 2

1.3 Tujuan ····························································································· 2

1.4 Sistematika Penulisan········································································· 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan ······················································································· 3

2.2 Kriminalitas ······················································································· 6

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum ·············································································· 11

3.2 Metode Penelitian ·············································································· 16

3.3 Analisis Faktor dan Penyebab Kemiskinan dan Kriminalitas ······················· 17

3.4 Dampak ··························································································· 22

3.5 Konsep Penanganan ·········································································· 26

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan ······················································································· 30

4,2 Saran ······························································································ 30

DAFTAR PUSTAKA ·························································································· 31

LAMPIRAN PERTAMA ······················································································ 32

LAMPIRAN KEDUA··························································································· 34

1

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan sebuah kota sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk yang

hidup dan tinggal di kota tersebut (Sjafrizal, 2012). Perkembangan suatu kota juga

dipengaruhi oleh adanya urbanisasi yang sudah terjadi sejak era revolusi industri.

Masyarakat banyak yang memutuskan pindah dari desa ke kota untuk mendapatkan

kehidupan yang lebih baik dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun arus

urbanisasi seringkali memberikan konsukuensi, salah satunya memicu adanya kemiskinan

dan kriminalitas.

Menurut Schiller (1979) kemiskinan dalam suatu kota merupakan ketidaksanggupan

untuk mendapatkan barang dan pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan

sosial yang terbatas. Kemiskinan menyebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi standar

kebutuhan hidup di kota, keterbatasan dalam sumberdaya maupun aset , serta keterbatasan

akses untuk mendapatkan pelayanan dasar seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, dan

pekerjaan formal . Kemiskinan memicu suatu kelompok atau individu hidup serba terbatas,

sehingga mendorong sebagian dari mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan

segala cara. Hal inilah yang memicu terjadinya kriminalitas (Kompas).

Kriminalitas adalah Segala sesuatu perbuatan manusia yang melanggar aturan-

aturan, norma, bahkan hukum atau sebuah tindak kejahatan yang membuat resah banyak

orang. Kemiskinan diyakini dan diperlakukan sebagai anteseden atau bahkan determinan

perilaku jahat Sebenarnya, yang menjadi masalah dalam kriminalitas adalah adalah

kesenjangan, bukan kemiskinan.

Surabaya, sebagai kota terbesar kedua di Indonesai dan ibu kota dari provinsi Jawa

Timur, juga masih berkutan dalam permasalahan ekonomi kota seperti kemiskinan dan

kriminalitas. Kemiskinan saat ini menjadi proritas stakeholder untuk mengurangi tingkat

kemiskinan, sedangkan kriminalitas saat ini masih menjadi permasalahan tersendiri di

Surabata. Makalah ini membahas tentang analisa dari salah satu elemen kemiskinan atu

kriminalitas yang terjadi di Kota Surabaya.

2

1.2 Rumusan Masalah

Dari pembahasan latar belakang yang mendasari pembuatan makalah ini, maka

rumusan masalah yang akan menjadi landasan pembuatan makalah ini adalah:

Apa yang menyebabkan terjadinya fenomena kemiskinan/kriminalitas di Kota

Surabaya?

Bagaimana proses terjadinya kemiskinan/kriminalitas berdasarkan studi kasus di

Kota Surabaya?

Bagaimana cara yang paling tepat dalam meberikan jalan penyelesaian dari

fenomena kemiskinan/kriminalitas berdasarkan studi kasus di kota Surabaya?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

Mengetahui bagaimana proses terjadinya fenomena kemiskinan/kriminalitas di Kota

Surabaya berdasarkan studi kasus

Menganalisa penyebab dari fenomena kemiskinan/kriminalitas di Kota Surabaya

berdasarkan studi kasus

Mampu memberikan rekomendasi atas fenomena kemiskinan/kriminalitas di Kota

Surabaya berdasarkan studi kasus

1.4 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan: berisi latar belakang penulisan makalah, rumusan permasalahan,

tujuan, serta sistematika penulisan makalah

Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan dari literature-literatur terkait yang

membahas tentang fenomena kemiskinan/kriminalitas dalam suatu kota

Bab III Pembahasan, berisi pembahasan hasil studi kasus di kota Surabaya yang menelaah

fenomena kemiskinan/kriminalitas

Bab IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi dari adanya fenomena kemiskinan

dan kriminalitas

3

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemiskinan

2.1.1 Pengertian Kemiskinan

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi

standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan.

Bappenas (2004) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau

sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya

untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar

masyarakat desa antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup,

rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi

dalam kegiatan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun bagi laki-laki

Pada dasarnya kemiskinan dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:

a. Kemiskinan absolut

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan

yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang

memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur

dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang

dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan

perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bank dunia mendefinisikan

kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah USD $1/hari dan

kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2/hari. Sementara itu Deklarasi

Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai sebuah kondisi yang dicirikan

dengan kekurangan parah pada kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum

yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi

b. Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah

dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding

masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat

penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah

penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya

dengan masalah distribusi pendapatan.

4

Menurut Todaro (1997) menyatakan bahwa variasi kemiskinan di negara berkembang

disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

Perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan,

Perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan,

Perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya,

Perbedaan peranan sektor swasta dan negara,

Perbedaan struktur industri,

Perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain

Perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri.

Sedangkan menurut Jhingan (2000), mengemukakan tiga ciri utama negara

berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat yang saling terkait pada

kemiskinan. Pertama, prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memadai sehingga

menyebabkan tingginya jumlah penduduk buta huruf dan tidak memiliki ketrampilan ataupun

keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya

sebahagian kecil penduduk yang bisa menjadi tenaga kerja produktif dan yang ketiga adalah

penduduk terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan dengan metode produksi

yang telah usang dan ketinggalan zaman.

2.1.2 Faktor Kemiskinan

Berikut merupakan faktor-faktor penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000: 107):

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan

sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin

hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah.

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas

sumber daya manusia rendah yang berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun

rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan,

nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau karena keturunan.

3. Kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal.

Ketiga penyebab kemiskinan itu bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan

(vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidak-sempurnaan pasar, kurangnya

modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan

rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi

pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan berakibat pada

keterbelakangan dan seterusnya.

5

Gambar 2. 1 Lingkaran Kemiskinan Dari Segi Pasar Modal

Sumber : Google

Negara berkembang sampai kini masih saja memiliki ciri-ciri utama sulitnya

mengelola pasar dalam negerinya menjadi pasar persaingan yang lebih sempurna. Ketika

mereka tidak dapat mengelola pembangunan ekonomi, maka kecenderungan kekurangan

kapital dapat terjadi, diikuti dengan rendahnya produktivitas, turunnya pendapatan riil,

rendahnya tabungan, dan investasi mengalami penurunan sehingga mengakibatkan

keadaan kurangnya modal. Demikian seterusnya, berputar. Oleh karena itu, setiap usaha

dalam memerangi kemiskinan seharusnya diarahkan untuk memotong lingkaran dan

perangkap kemiskinan ini.

Selain dijelaskan dengan faktor pasar, lingkaran setan atau penyebab timbulnya

kemiskinan juga dapat dijelaskan seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. 2 Vicious Circle Of Poverty

Sumber : Google

6

Dari gambar diatas menjelaskan bahwa terjadinya kemiskinan dapat menimbulkan

suatu siklus, dimana faktor adanya kurang gizi, menurunnya kesehatan, produktivitas

rendah dan pendapatan rendah dapat mempengaruhi kemiskinan begitu pula sebaliknya.

Hal ini dapat dianalogikan yaitu ketika manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan

dapat mengakibatkan manusia kekurangan gizi. Dengan gizi yang kurang berpengaruh

terhadap kesehatannya sehingga produktivitas dan pendapatan menjadi rendah, inilah yang

nantinya menimbulkan kemiskinan ataupun sebaliknya. Siklus ini akan terus berulang

sampai salah satu rantainya terputus, misalnya dengan peningkatan kesehatan manusia.

Sementara itu Robert Chambers (1987) berpendapat bahwa inti dari masalah

kemiskinan sebenarnya terletakada apa yg disebut deprivation trap atau perangkap

kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri dari lima unsur yaitu:

1. Kemiskinan itu sendiri

2. Kelemahan fisik

3. Keterasingan atau kadar isolasi

4. Kerentanan

5. Ketidakberdayaan

Kelima faktor diatas dapat dijelaskan bahwa lilitan kemiskinan hilangnya hak atau

kekayaan disebabkan oleh desakan kebutuhan yang melampaui ambang batas

kekuatannya. Misalnya pengeluaran yang sudah diperhitungkan sebelumnya, namun

jumlahnya sangat besar atau tiba-tiba dihadapkan pada krisis yang hebat. Lazimnya

kebutuhan yang mendorong sesorang yang terlilit kemiskinan berkaitan dengan lima hal

yaitu kewajiban adat, musibah, ketidak mampuan fisik, pengeluaran tidak produktif dan

pemerasan.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya kemiskinan

adalah adanya faktor internal berupa kebutuhan yang segera harus terpenuhi namun tidak

memiliki kemampuan yang cukup dalam berusaha mengelola sumber daya yang dimiliki

(keterampilan tidak memadai, tingkat pendidikan yang minim dan lain-lain). Faktor ekstemal

berupa bencana alam seperti halnya krisis ekonomi ini, serta tidak adanya pemihakan

berupa kebijakan yang memberikan kesempatan dan peluang bagi masyarakat miskin.

2.2 Kriminalitas

2.2.1 Pengertian Kriminalitas

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang

merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam

negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat diartikan bahwa, tindak

kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar

norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. (Kartono, 1999: 122).

7

Tindakan kriminal umumnya dilihat bertentangan dengan norma hukum, norma

sosial dan norma agama yang berlaku di masyarakat. Bentuk-bentuk tindak kriminal seperti:

a. Pencurian ; Pencuri berasal dari kata dasar curi yang berarti sembunyi-sembunyi atau

diam-diam dan pencuri adalah orang yang melakukan kejahatan pencurian. Dengan

demikian pengertian pencurian adalah orang yang mengambil milik orang lain secara

sembunyi-sembunyi atau diam-diam dengan jalan yang tidak sah. (Poerwardarminta,

1984:217)

b. Tindak asusila ; Asusila adalah perbuatan atau tingkah laku yang menyimpang dari

norma-norma atau kaidah kesopanan yang saat ini banyak mengintai kaum wanita

c. Pencopetan ; Pencopetan memiliki pengertian yaitu kegiatan negatif mencuri barang

berupa uang dalam saku, dompet, tas, handpone dan lainnya milik orang lain atau

bukan haknya dengan cepat, tangkas dan tidak diketahui oleh korban maupun orang di

sekitarnya

d. Penjambretan ; Penjambretan merupakan perbuatan atau tindakan negatif dengan

merampas harta berharga milik orang lain secara paksa sehingga menimbulkan

kerugian materi bagi korban.

e. Penodongan dengan senjata tajam/api ; Bentuk kriminal merupakan perampasan harta

benda milik korban dilakukan dengan mengancam dengan melakukan penodongan

senjata api sehingga korban yang mengalami ketakutan menyerahkan harta benda

miliknya.

f. Pembunuhan ; Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut

nyawa seseorang. Pengertian pembunuhan seperti ini dimaknai bahwa perbuatan

pidana pembunuhan tidak diklasifikasi apakah dilakukan dengan sengaja, atau tidak

sengaja dan atau semi sengaja. (Wahbah Zuhali, 1989: 217).

g. Penipuan ; Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian

kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri

sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong

yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar.

(R. Sugandhi, 1980 : 396).

h. Korupsi ; Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang

menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan

kepentingan umum dan negara. korupsi dalam pengertian sosiologis sebagai:

Penggunaan yang korup dari kekuasaan yang dialihkan, atau sebagai penggunaan

secara diam-diam kekuasaan yang dialihkan berdasarkan wewenang yang melekat

pada kekuasaan itu atau berdasarkan kemampuan formal, dengan merugikan tujuan-

tujuan kekuasaan asli dan dengan menguntungkan orang luar atas dalih menggunakan

kekuasaan itu dengan sah Hamzah(1991).

8

2.2.2 Faktor Penyebab Kriminalitas

Faktor Penyebab Tindakan Kriminalitas Sebagai kenyataannya bahwa manusia

dalam pergaulan hidupnya sering terdapat penyimpangan terhadap norma-norma, terutama

norma hukum. Di dalam pergaulan manusia bersama, penyimpangan hukum ini disebut

sebagai kejahatan atau kriminalitas. Dan kriminalitas itu sendiri merupakan masalah sosial

yang berada di tengah-tengah masyarakat, dimana tindak kriminalitas tersebut mempunyai

faktor-faktor penyebab yang mempegaruhi terjadinya kriminalitas tersebut.

Menurut Andi Hamzah (1986:64), faktor penyebab kriminalitas dikelompokan menjadi

faktor dari dalam diri pelaku dan faktor dari luar diri prilaku.

1. Kriminalitas terjadi karena faktor dari dalam diri pelaku sendiri. maksudnya bahwa yang

mempengaruhi seseorang untuk melakukan sebuah kejahatan itu timbul dari dalam diri

si pelaku itu sendiri yang didasari oleh faktor keturunan dan kejiwaan (penyakit jiwa).

Faktor-faktor dari dalam tersebut antaralain:

a. Faktor Biologik secara Genothype dan Phenotype Stephen Hurwitz (1986:36)

menyatakan perbedaan antara kedua tipe tersebut bahwa Genotype ialah warisan

sesungguhnya, Phenotype ialah pembawaan yang berkembang. Sekalipun sutu

gen tunggal diwariskan dengan cara demikian hingga nampak keluar, namun masih

mungkin adanya gen tersebut tidak dirasakan. Perkembangan suatu gen tunggal

adakalanya tergantung dari lain-lain gen, teristimewanya bagi sifat-sifat mental. Di

samping itu, nampaknya keluar sesuatu gen, tergantung pula dari pengaruh-

pengaruh luar terhadap organism yang telah 22 atau belum lahir. Apa yang

diteruskan seseorang sebagai pewarisan kepada genrasi yang berikutnya semata-

mata tergantung dari genotype. Apa yang tampaknya keluar olehnya, adalah

phenotype yaitu hasil dari pembawaan yang diwaris dari orang tuanya dengan

pengaruh-pengaruh dari luar.

b. Faktor Pembawaan criminal Stephen Hurwitz (1986:39) setiap orang yang

melakukan kejahatan mempunyai sifat jahat pembawaan, karena selalu

adainteraksi antara pembawaan dan lingkungan. Akan tetapi hendaknya jangan

member cap sifat jahat pembawaan itu, kecuali bila tampak sebagai kemampuan

untuk melakukan susuatu kejahatan tanpa adanya kondisi-kondisi luar yang

istimewa dan luar biasa. Dengan kata lain, harus ada keseimbangan antara

pembawaan dan kejahatan

c. Umur Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih sekolah

dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-lahan sampai umur 40,

lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua.

Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama

kehidupan manusia.

9

2. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di luar diri

pelaku. Maksudnya adalah bahwa yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan

sebuah kejahatan itu timbul dari luar diri si pelaku itu sendiri. 23 Faktor-faktor dari luar

tersebut antaralain:

a. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang potensial yaitu mengandung

suatu kemungkinan untuk memberi pengaruh dan terujudnya kemungkinan tindak

kriminal tergantung dari susunan (kombinasi) pembawaan dan lingkungan baik

lingkungan stationnair (tetap) maupun lingkungan temporair (sementara). Menurut

Kinberg (dalam Stephen Hurwitz, 1986:38) menyatakan bahwa pengaruh

lingkungan yang dahulu sedikit banyak ada dalam kepribadian seseorang sekarang.

Dalam batas-batas tertentu kebalikannya juga benar, yaitu lingkungan yang telah

mengelilingi seseorang untuk sesuatu waktu tertentu mengandung pengaruh

pribadinya. Faktor-faktor dinamik yang bekerja dan saling mempengaruhi adalah

baik factor pembawaan maupun lingkungan.

b. Kemiskinan Kemiskinan menjadi salah satu faktor penyebab dari tindak kriminalitas

karena pasalnya dengan hidup dalam keterbatasaan maupun kekurangan akan

mempersulit seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya baik dari segi kebutuhan

sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (tempat tinggal) sehingga untuk

memenuhi segala kebutuhan tersebut seseorang melakukan berbagai cara guna

memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk dengan cara yang tidak sesuai dengan

ketentuan hukum.

c. Pendidikan Pendidikan adalah salah satu modal sosial seseorang dalam

pencapaian kesejahteraan. Dimana dengan pendidikan, syarat pekerjaan dapat

terpenuhi. 24 Dengan demikian seseorang yang mempunyai penghasilan dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi ekonomis. Sehingga apabila seseorang

memiliki pendidikan yang rendah hal tersebut dapat mendorong seseoang untuk

melakukan tindakan kriminal.

d. Bacaan, Harian-harian, Film Bacaan jelek merupakan faktor krimogenik yang kuat,

mulai dengan romanroman dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan

pornografik, bukubuku picisan lain dan akhirnya cerita-cerita detektif dengan

penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh

crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian ialah gambaran sesuatu

kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan suatu cara teknis tertentu

kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-harian yang mengenai

bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat dikatakan tentang koran-koran.

Di samping bacaan-bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap

10

menyebabkan pertumbuhan kriminalitas. Tentu saja ada keuntungan dan kerugian

yang dapat dilihat disamping kegunaan pokok bacaan, harian, dan film tersebut.

11

BAB III.

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum

3.1.1 Lokasi Studi

Kampung stren Kali Jagir berada di wilayah administrasi Kelurahan Ngagel Rejo,

Surabaya. Morfologi kampung ini membentuk koridor sepanjang ±1 Km dengan luas wilayah

1,23 Ha. Adapun batas lokasi studi Kampung stren Kali Jagir antara lain:

Sebelah Utara : PDAM Provinsi Jawa Timur

Sebelah Selatan : Kali Jagir

Sebelah Barat : Pintu air Kali Jagir

Sebelah Timur : Kelurahan Barata Jaya

Kampung Stren Kali Jagir memilki ketinggian tanah 7 meter dari permukaan air laut.

Adapun banyaknya curah hujan yang dimiliki yaitu 279 mm/tahun. Sedangkan topografi

kampung ini digolongkan kedalam topografi rendah dengan suhu udara rata-rata antara

230C hingga 340C. Untuk melihat batas lokasi studi Kampung stren Kali Jagir, dapat dilihat

pada Peta 3.1 .

Gambar 3.1 Lokasi Studi Kasus

Sumber : Hasil Analisis Peneliti

12

3.1.2 Jumlah Penduduk

Data kependudukkan Kampung stren Kali Jagir tidak tercatat di dalam Laporan Data

Monografi Kelurahan Ngagel Rejo, karena kampung ini merupakan sebuah kampung tempat

berdirinya permukiman kumuh illegal. Namun ketua paguyuban dari Kampung stren Kali

Jagir, Pak Warsito selalu melakukan pendataan penduduk setidaknya dua tahun sekali. Dari

sinilah diperoleh data jumlah penduduk Kampung stren Kali Jagir. Walaupun pendataan

data kependudukan yang dilakukan tidaklah spesifik, yaitu hanya menghitung jumlah KK

atau Kepala Keluarga yang berada di Kampung Stren Kali Jagir, ketua Paguyuban

melakukan pendataan penduduk pada tahun 2009, lalu melakukan pendataan lagi pada

tahun 2013. Dari pendataan tersebut diperoleh data sebagai berikut :

Dari data di atas, dapat kita ketahui bahwa jumlah penduduk Kampung stren Kali

Jagir mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, jumlah KK di Kampung stren Kali Jagir

sebesar 78 KK. Dan bertambah pada tahun 2013 menjadi 182 KK. Jumlah KK tersebut

didapatkan langsung dari wawancara dengan ketua paguyuban kampung Stren Kali Jagir

dan di dapatkan jumlah penduduk di kawasan ini sebesar 1092 jiwa penduduk. Menurut

hasil survei yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa mayoritas penduduk Kampung

stren Kali Jagir adalah pendatang. Mereka adalah pendatang dari luar Surabaya yang

datang ke Surabaya untuk mencari nafkah. Menurut hasil survey primer yang dilakukan,

kepadatan penduduk di Kampung stren Kali Jagir sebesar 910 jiwa/Ha. Angka ini didapat

2009 2013

Jumlah KK 78 182

0 20 40 60 80

100 120 140 160 180 200

JUMLAH KK KAMPUNG STREN KALI JAGIR, KELURAHAN NGAGEL REJO TAHUN

2009-2013

Gambar 3.2 Jumlah penduduk Kampung stren Kali Jagir tahun 2009 dan 2013

Sumber: Wawancara Narasumber

13

dari perbandingan data jumlah penduduk dan luas wilayah Kampung stren Kali Jagir,

dimana 1 KK terdiri dari 6 jiwa.

3.1.3 Pekerjaan Penduduk

Berdasarkan hasil wawancara, penduduk di Kampung Stren Kali Jagir kebanyakan

berprofesi di sektor informal, dengan berbagai pekerjaan yang bervariasi, mulai dari

pemulung, tukang bangunan, tukang batu, serta pembantu. Beberapa warga ada yang

melakukan usaha berskala kecil dengan membangun toko kelontong, warung makan, atau

warung kopi di sepanjang kawasan ini. Hanya segelintir penduduk saja yang berkerja di

sektor formal seperti tukang bersih bangunan atau sopir, itupun semuanya adalah pekerja

outsourching.

Penduduk di kawasan barat Kampung Stren Kali Jagir ada yang berprofesi sebagai

tukang pijat serta wanita penghibur. Kondisi lingkungannya yang sering dijadikan ‘pasar

malam’ (istilah warga Kampung Stren Kali Jagir untuk menyebutkan tempat prostitusi)

membuat di tempat tersebut terdapat kosentrasi PSK.

3.1.4 Penyediaan Sarana

Pendidikan

Selama ini, sarana pendidikan yang menunjang kegiatan belajar mengajar di

Kampung stren Kali Jagir menggunakan Balai Pertemuan Warga. Belum ada tempat khusus

sebagai sarana pendidikan di kampung ini. Balai pertemuan warga ini bersifat multifungsi.

Setiap minggu diadakan program belajar gratis untuk anak-anak di Kampung stren Kali Jagir

yang diadakan relawan mahasiswa di Surabaya, LSM, dan lain-lain.

Kesehatan

Pemenuhan pengobatan warga Kampung stren Kali Jagir juga diselenggarakan di

Balai Pertemuan Warga setempat. Di Balai Pertemuan Warga diadakan pengobatan gratis.

Pengobatan gratis ini atas usulan warga. Dari usulan warga ini, ketua paguyuban Kampung

baru meminta ke puskesmas terdekat untuk melakukan pengobatan gratis kepada

masyarakat setempat.

Peribadatan

Terdapat sebuah musholla di Kampung stren Kali Jagir yang letaknya di bagian timur.

Walaupun letaknya di bagian timur, masyarakat yang tinggal di bagian barat juga ikut

menggunakannya. Keadaan musholla juga cukup baik. Jalan di depan musholla juga sudah

terpaving.

14

Kebudayaan dan rekreasi

Di Kampung stren Kali Jagir terdapat sebuah Balai pertemuan warga. Balai

pertemuan warga ini terletak di sebelah rumah ketua paguyuban Kampung stren Kali Jagir.

Balai pertemuan warga ini bersifat multifungsi, karena segala jenis kegiatan seperti belajar

gratis, pengobatan gratis, penyuluhan dari mahasiswa atau LSM, dan lain-lain diadakan di

tempat ini. Selain itu, 2 bulan sekali warga berkumpul untuk pertemuan warga.

Dari pembahasan penyediaan sarana di Kampung Stren Kali Jagir tersebut dapat

kita lihat bahwa sarana rekreasi dan sarana peribadatan di wilayah ini sudah tercukupi

karena di wilayah ini sudah terdapat musholla dan balai pertemuan warga. Namun pada

sarana kesehatan dan sarana pendidikan masih belum bisa memenuhi kebutuhan

masyarakat. Sarana pendidikan yang tersedia masih berupa sarana pendidikan non-formal

yaitu adanya penyediaan sarana bimbingan belajar bersama dengan beberapa mahasiswa

yang berasal dari salah satu universitas di Surabaya.

Sedangkan untuk sarana pendidikan formal sendiri masih belum tercukupi. Belum

tercukupinya sarana pendidikan formal tersebut mengakibatkan masyarakat harus

Gambar 3.3 Foto musholla Baitus

Salam, Kampung stren Kali Jagir

Sumber: Survey Lapangan

Gambar 3.4 Foto Balai Pertemuan

Warga, Kampung stren Kali Jagir

Sumber: Survey Lapangan

15

mengandalkan sekolah formal yang berada di luar Kampung Stren Kali Jagir. Mereka tidak

bisa mengakses sekolah negeri dikarenakan status warga mereka sebagi penghuni illegal,

sehingga hanya bisa mengakses sekolah swsta yang harus membayar lebih mahal

ketimbang skeolah negeri.

Untuk sarana kesehatan di kampung Stren Kali Jagir masih belum terpenuhi karena

tidak adanya bangunan fasilitas kesehatan di wilayah ini. Masyarakat masih harus

mengandalkan bantuan dari LSM dan mengusulkan pengobatan gratis yang akhirnya

terlaksanakan di Balai Warga. Hal tersebut dilakukan karena tidak adanya praktek dokter

diwilayah ini. Warga di kawasan ini juga tidak mendapatkan bantuan BPJS, sekali lagi

dikarenakan status mereka di kawasan tersebut sebagai penghuni illegal.

3.1.5 Prasarana

Air Bersih

Di bagian timur, distribusi air bersih sudah masuk. Air bersih ini berasal dari PDAM.

Selain PDAM, sebagian kecil sumber air bersih masyarakat setempat didapat dengan cara

menggunakan pompa air listrik. Masing-masing rumah warga di wilayah bagian timur dari

kampung ini juga sudah terdapat MCK.

Sedangkan di bagian barat Kampung Stren Kali Jagir, untuk konsumsi kebutuhan

sehari-hari masih mengambil air dari kali Jagir. Kegiatan mandi, mencuci, memasak, dan

lain-lain mengambil air dari kali Jagir. Untuk kebutuhan air minum, warga membeli air dari

tukang air minum keliling. Selain itu setiap rumah warga di bagian barat ini belum terdapat

MCK di. Hal tersebut menyebabkan warga setiap kali mandi harus memanfaatkan kali Jagir

dan berada di tempat terbuka.

Listrik

Masyarakat Kampung Stren Kali Jagir menggunakan listrik prabayar untuk

memenuhi kebutuhan listrik mereka. Sebelum mendapatkan listrik prabayar, masyarakat

diwilayah ini mengalami kesulitan untuk menggunakan listrik karena adanya penolakan

pengajuan berkas untuk menjadi pelanggan listrik resmi. Karena penolakan tersebut

masyarakat Stren Kali Jagir harus mencuri listrik dari pusat listrik. Hal tersebut mereka

lakukan selama 7 tahun hingga akhirnya mendapatkan ijin untuk mempunyai listrik sendiri

dan secara resmi sebagai pemilik listrik prabayar di masing-masing rumah penduduk.

Sampah

Terdapat banyak sampah Kali Stren Jagir karena kebanyakan masyarakat di wilayah

ini terutama yang tinggal di bagian barat bermata pencaharian sebagai pemulung. Di

perbatasan wilayah bagian barat dan timur terdapat sampah berserakan. Bahkan banyak

ditemukan sampah-sampah yang tergeletak dipinggiran sungai. Beberapa sampah yang

16

ditemukan di pinggiran sungai adalah sampah sandal-sandal jepit yang sudah tidak terpakai.

Namun untuk masyarakat wilayah bagian timur, sampah-sampah tersebut sudah banyak

yang didaur ulang oleh ibu rumah tangga disana. Sampah organik telah diolah menjadi

pupuk dan digunakan sebagai penyubur tanaman di sekitar rumah mereka. Sampah-

sampah tersebut juga dijual oleh beberapa ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan

mereka.

3.2 Metode Penelitian

Dalam menganalisis faktor yang mempengaruhi kemiskinan dan kriminalitas di

Kampung Stren Kali Jagir, digunakan analisis data Linkert. Skala Likert digunakan untuk

membuat angket untuk mengetahui setuju atau tidaknya responden akan faktor-faktor

tersebut. Skala ini digagas oleh Rensis Likert, ahli psikologi dari Amerika Serikat.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan

diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau

pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Jenjang Skala Linkert terdiri dari

Sangat setuju

Setuju

Netral antara setuju dan tidak

Kurang setuju

Sama sekali tidak setuju.

Selain analisis Linkert, digunakan pula wawancara langsung ke stakeholder untuk

mengetahui apakah faktor yang telah disiapkan dari tinjauan pustaka telah sesuai dengan

fakta yang ada di lapangan. Stakeholder ini adalah mereka yang memiliki kapabilitas yang

Gambar 3.5 Foto Gang Jalan,

Kampung stren Kali Jagir

Sumber: Survey Lapangan

17

mumpuni dalam mengetahui kondisi lapangan di suatu tempat yang dijadikan sarana

penelitian.

3.3 Analisis Faktor dan Penyebab Kemiskinan dan Kriminalitas

3.3.1 Analisis Faktor Penyebab Kemiskinan

Dalam melakukan identifikasi faktor-faktor penyebab kemiskinan di Kampung Stren

Kali Jagir, maka kita melakukan wawancara kepada kepala paguyuban warga Kampung

Stren Kali Jagir Bapak Warsito beserta dengan kuesioner ke beberapa pihak yang berisi

faktor penyebab kemiskinan. Berdasarkan hasil dari penelitian dari tinjauan pustaka,

beberapa faktor-faktor kemiskinan yang bisa kita identifikasi di Kampung Stren Kali Jagir

adalah sebagai berikut:

Kualitas Sumber Daya Manusia (Kuncoro, 2000)

Kondisi Keluarga (Kuncoro, 2000)

Tingkat Pendidikan Rendah (Kuncoro, 2000)

Pendapatan Rendah (Kuncoro, 2000)

Aksesbilitas Fasilitas dan Birokrasi (Kuncoro, 2000)

Selain wawancara, dilakukan pula pembagian kuesioner Linkerd yang berisi tentang

faktor-faktor penyebab kemiskinan di Kampung Stren Kali Jagir. Kuesioner ini berisikan

tentang setuju atau tidaknya pihak narasumber terhadap kondisi kemiskinan di Kampung

Stren Kali Jagir.

Kualitas Sumber Daya Manusia

Dari hasil wawancara dan kuesioner, diketahui bahwa kualitas sumber daya manusia

di Kampung Stren Kali Jagir sangat rendah dan kalah bersaing dengan masyarakat lainnya

Gambar 3.6 Pak Warsito, Kepala

Paguyuban Warga Kampung stren

Kali Jagir

Sumber: Survey Lapangan

18

di kota Surabaya. Hal ini dikarenakan masyarakat di Kampung Stren Kali Jagir kebanyakan

adalah masyarakat pendatang yang berasal dari berbagai desa-desa di Jawa Timur yang

dating ke Surabaya tanpa adanya kemampuan sumber daya manusia yang memadai.

Alhasil ketika mereka datang ke Surabaya, banyak yang berkerja di sector informal, seperti

pengemis, tukang bangunan, pemulung, dan tukang batu, bahkan ada yang berkerja

sebagai pekerja seks komersial (PSK). Dalam kuesioner, semua responden dan informasi

dari Pak Warsito selaku kepala paguyuban warga Stren Kali Jagir juga setuju bahwa kualitas

sumber daya manusia ikut berperan dalam menciptakan kemiskinan di Kampung Stren Kali

Jagir.

Aksesbilitas Fasilitas dan Birokrasi

Aksesbilitas fasilitas dan birokrasi serta pendapatan yang rendah memilki peranan

yang lebih besar dalam menciptakan kemiskinan di Kampung Stren Kali Jagir. Masyarakat di

Kampung Stren Kali Jagir tidak memiliki akses fasilitas kesehatan yang memadai, bahkan

belum ada satupun warga Kampung Stren Kali Jagir yang memiliki kartu BPJS. Ketika

mereka mengakses fasilitas kesehatan, mereka dikategorikan sebagai pasien umum dan

harus membayar penuh uang kesehatan. Akibatnya, sangat sedikit warga Kampung Stren

Kali Jagir yang dapat mengakses fasilitas kesehatan milik pemerintah dan menggantungkan

batuan dari LSM dan gereja Bethany dalam penyediaan layanan kesehatan, dimana di kala

waktu tertentu LSM atau gereja Bethany memberikan layanan kesehatan langsung di

Kampung Stren Kali Jagir.

Untuk keperluan pengurusan surat-surat penting, warga Kampung Stren Kali Jagir

cenderung mengurus ke desa tempat mereka berasal, bagi mereka yang tidak memiliki KTP

Surabaya. Sebagian ada yang memiliki KTP Surabaya, namun dengan alamat yang berbeda

dengan tempat tinggal yang aslinya. Hal ini disebabkan status kampung mereka yang illegal

sehingga menghalangi mereka dalam mengakses birokrasi. Untuk layanan pendidikan,

warga mengharapkan pada bantuan bimbingan belajar yang diselenggarakan oleh LSM,

ada juga warga Kampung Stren Kali Jagir yang menyekolahkan anak mereka, meskpun

Gambar 3.7 Foto Rumah

Pemulung, Kampung Stren Kali

Jagir

Sumber: Survey Lapangan

19

hanya bisa di sekolah swasta. Untuk akses seperti air, mereka mengandalkan bantuan

penjual air keliling. Sedangkan listrik mereka terbantu dengan kebijakan PLN yang

memberikan aksesbilitas listrik ke semua rumah tangga tanpa perkecualian.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa dua responden setuju bahwa keterbatasan

akses fasilitas dan birokrasi juga ikut berperan dalam menciptakan kemiskinan di Kampung

Stren Kali Jagir, meskipun dua responden tersebut juga memberikan tanggapan bahwa

faktor ini tidak berperan secara langsung dalam menciptakan kemiskinan, melainkan ke

dampak lanjutannya.

Kondisi Keluarga

Semua ketiga responden mengatakan bahwa fakto kondisi keluarga tidak terlalu

memberikan kontribusi besar dalam menciptakan kemiskinan di Kampung Stren Kali Jagir.

Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat di sana yang sama-sama mengalami kemiskinan

sehingga tidak ada tanda-tanda kecemburuan sosial di kawasan tersebut. Hal ini membuta

kondisi internal keluarga cenderung stabil dalam menghadapi kemiskinan, dan tidak

berperan besar dalam menciptakan kemiskinan.

Tingkat Pendidikan Rendah

Dua dari tiga responden menyatakan setuju bahwa tingakt pendidikan ikut berperan

dalam menciptakan kemiskinan di Kampung Stren Kali Jagir. Hal ini dikarenakan tingkat

pendidikan yang rendah mengakibatkan warga tidak bisa berkerja di sektor formal dan

banyak yang berkerja di sektor informal. Sektor informal di Kampung Stren Kali Jagir berupa

pemulung, pengemis, tukang batu, serta tukang bangunan. Faktor ini juga terkait dengan

faktor kualitas usmber daya manusia, dimana tingkat pendidikan yang rendah akan menjadi

salah satu penyebab dari rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Menurut hasil wawancara dari Pak Warsito, diketahui bahwa saat ini warga sudah

mulai ada kesadaran untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah hingga ke tingkat

pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan adanya ajakan dari Pak Warsito yang

menekankan pentingnya pendidikan sebagai salah satu jalan pengentasan pendidikan.

Meski begitu, usia anak-anak yang masuk sekolah mengalami keterlambatan, dimana anak

yang seharusnya sudah masuk SMP masih berada di bangku SD.

Pendapatan Rendah

Semua responden setuju bahwa pendapatan yang rendah ikut berperan dalam

menyebabkan kemiskinan di Kampung Stren Kali Jagir. Pendapatan yang rendah akan

20

membuat penduduk Kampung Stren Kali Jagir tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup secara

keseluruhan dalam kesehariannya, sehingga tidak ada ruang finansial yang cukup untuk

bisa memperbaiki kualitas hidup warga di Kampung Stren Kali Jagir.

Wawancara dari Pak Warsito juga mengatakan bahwa warga di sini seringkali

terjerat hutang rentenir dikarenakan warga banyak yang menutupi kekurangan uang hidup

mereka dengan uang dari rentenir. Sejak dua tahun yang lalu, Kampung Stren Kali Jagir

mendapatkan bantuan dari Kementrian Sosial berupa KUB, dimana dana itu digunakan

untuk keperluan usaha kecil serta peningkatan kreatifitas masyarakat yang diharapkan

penghasilannya membantu pengentasan kemiskinan di sana. Namun dalam

implementasinya, KUB seringkali tidak digunakan untuk usaha kecil, namun digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup warga disana, tanda bahwa warga di sana belum bisa

memenuhi kebutuhan hidup secara keseluruhan dengan pendapatan mereka sendiri. Hal ini

sesuai dengan konsep lingkar setan kemiskinan, dimana warga di sana mengalami low

income akibat faktor berantai dari kemiskinan. Ini sekaligus menunjukkan kemiskinan

relative disana, dikarenakan banyaknya pendatang di sana.

3.3.2 Faktor Penyebab Kriminalitas

Sama seperti kemiskinan, dalam melakukan identifikasi faktor-faktor penyebab

kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir, maka kita melakukan wawancara kepada kepala

paguyuban warga Kampung Stren Kali Jagir Bapak Warsito beserta dengan kuesioner ke

beberapa pihak yang berisi faktor penyebab kriminalitas. Berdasarkan hasil dari penelitian

dari tinjauan pustaka, beberapa faktor-faktor kriminalitas yang bisa kita identifikasi di

Kampung Stren Kali Jagir adalah sebagai berikut:

Kemiskinan (Hamzah, 1997)

Keterdesakan Pemenuhan Kebutuhan Hidup (Hamzah, 1997)

Gambar 3.8 Warung makan di Kampung

stren Kali Jagir, beberapa warga ada yang

mebuka usaha kecil di kampung tersebut

Sumber: Survey Lapangan

21

Kondisi Lingkungan (Hamzah, 1997)

Selain wawancara, dilakukan pula pembagian kuesioner Linkerd yang berisi tentang

faktor-faktor penyebab kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir. Kuesioner ini berisikan

tentang setuju atau tidaknya pihak narasumber terhadap kondisi kemiskinan di Kampung

Stren Kali Jagir.

Kemiskinan

Semua responden setuju bahwa penyebab kemiskinan juga ikut berperan dalam

menciptakan kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir, meski beberapa responden

memberikan respon tambahan bahwa belum tentu kemiskinan mendorong kriminalitas

dikarenakan masih adanya proses dari individu itu sendiri yang mendorong kriminalitas atas

dasar kemiskinan.

Hasil wawancara Pak Warsito juga menuturkan bahwa sampai sekarang kampung ini

menjadi tempat aktifitas prostitusi terselubung, dimana adanya kosentrasi PSK yang tidak

terdata oleh Pemerintah Kota Surabaya. Hal ini berbahaya dikarenakan adanya pesebaran

penyakit menular seperti HIV/AIDS. Para PSK ini umumnya tidak memiliki skill yang

memadai dalam mengentaskan mereka dari kemiskinan.

Keterdesakan Pemenuhan Kebutuhan Hidup.

Semua responden sangat setuju bahwa faktor terdesaknya individu/kelompok akan

pemenuhan kebutuhn hidup juga ikut berperan dalam menyebabkan kriminalitas di

Kampung Stren Kali Jagir.. Responden juga memberikan tanggapan bahwa kriminalitas

seringkali dianggap sebagai satu-satunya jalan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup,

jika individu/kelompok tersebut tidak memiliki kemampuan lain yang setidaknya bisa

memnuhi kebutuhan primer hidup mereka.

Gambar 3.9 PSK Illegal di

Kampung stren Kali Jagir

Sumber: Survey Lapangan

22

Hasil wawancara dengan Pak Warsito juuga menuturkan, para PSK yang ada di

Kampung Stren Kali Jagir tidak punya kemampuan lain yang bisa digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan menjadi PSK illegal dianggap sebagai satu-

satunya jalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun rawan ditangkap pihak

berwajib atas aktivitas mereka yang dijalankan secara illegal. Faktor ini masih terkait dengan

faktor kemiskinan sebelumnya, dimana kemiskinan berdampak pada tidak terpenuhinya

semua atau sebagian dari kebutuhan hidup.

Kondisi Lingkungan

Semua responden sangat setuju bahwa kondisi lingkungan ikur berperan dalam

menciptakan kemiskinan di Kampung Stren Kali Jagir. Karena kondisi lingkungan Kampung

Stren Kali Jagir sebagai permukiman kumuh yang nyaris tidak tersentuh bantuan dan

aksesbilitas keamanan dan fasilitas dari pemerintah, hal ini membuat Kampung Stren Kali

Jagir menjadi lokasi yang seringkali digunakan untuk aktifitas kriminalitas dan

persembunyianorang yang menjadi buronan pihak berwajib. Wawancara dari Pak Warsito

juga mengkonfirmasi bahwa kondisi lingkungannya yang tidak ideal mengakibatkan

Kampung Stren Kali Jagir menjadi kosentrasi PSK illegal dan tempat persembunyian

buronan pihak berwajib.

3.4 Dampak

Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang menggambarkan adanya kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kesulitan yang dimaksud adalah kesulitan untuk

mendapatkan kehidupan yang layak, kesulitan mendapatkan makanan, minuman, pakaian,

pendidikan, dan lain sebagainya yang menyangkut kualitas hidup dan kehidupan sosial

seseorang. Kemiskinan yang terjadi di Kampung Baru, Strenkali Jagir juga menyebabkan

banyak dampak bagi masyarakat yang tinggal di wiliyah tersebut. Dampak kemiskinan

tersebut begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang berbeda memunculkan akibat

Gambar 3.10 Kondisi Lingkungan

Kampung stren Kali Jagir

Sumber: Survey Lapangan

23

yang berbeda juga. Adapun dampak – dampak yang ditimbulkan dari kemiskinan adalah

sebagai berikut.

1. Pengangguran

Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan

ketrampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk

berkembang dan mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan

sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan membuat pemenuhan kebutuhan sulit,

kekurangan nutrisi dan kesehatan, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan penting lainnya.

Misalnya saja harga beras semakin meningkat, orang yang pengangguran sulit untuk

membeli beras, maka mereka makan seadanya. Seorang pengangguran yang tidak dapat

memberikan makan pada anaknya akan menjadi dampak yang buruk bagi masa depan

sehingga akan mendapat kesulitan untuk waktu yang lama.

Pengangguran yang terjadi di Kampung Baru, Strenkali Jagir juga menunjukkan

angka yang tinggi. Banyak dari masyarakat disana tidak memiliki ketrampilan khusus untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai

pengemis, pengamen, PSK, dan pemulung. Pengangguran di kampung ini menyebabkan

masyarakatnya memilih untuk bekerja di sektor informal, karena untuk bekerja di sektor

formal sendiri merupakan hal yang harus mereka dapatkan dengan syarat pendidikan yang

tinggi.

2. Kriminalitas

Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah

mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan yang cepat tanpa memedulikan halal

atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja

perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih

banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu

semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan

lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Di era global dan materialisme

seperti sekarang ini tak heran jika kriminalitas terjadi dimanapun. Namun tidak semua

penduduk yang terperangkap dalam kemiskinan semuanya melakukan tindakan kriminalitas.

Pilihan untuk melakukan tindakan kriminalitas sebenarnya tergantung pada pribadi dan

moral masing-masing orang itu sendiri.

Kampung Baru, Strenkali Jagir merupakan pusat dimana banyak preman bertempat

tinggal. Adanya preman di kampung ini sudah menunjukkan bahwa kasus kriminalitas juga

24

terjadi di wilayah ini walaupun di kampung ini tidak didapati adanya pencurian ataupun

perampokan. Hal tersebut disebabkan karena dengan adanya preman yang menjaga

kampung ini, banyak para pencuri dan perampok yang takut untuk masuk ke kampung ini.

3. Tidak Adanya/Kurangnya Pendidikan

Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak

kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena

tidak lagi mampu membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan

akan menjadi penghambat rakyat miskin dalam menambah ketrampilan, menjangkau cita-

cita dan mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya

kesempatan untuk bersaing secara global dan hilangnya kesempatan mendapatkan

pekerjaan yang layak.

Pendidikan yang kurang juga dialami oleh masyarakat di kampung baru, terutama

oleh para penduduk dengan usia tenaga kerja. Mereka yang merupakan para imigran dari

desa tanpa mendapatkan pendidikan wajib belajar 12 tahun datang ke Surabaya dengan

tujuan untuk mendapatkan pekerjaan. Namun karena keterbatasan latar belakang

pendidikan, masyarakat tersebut hanya bekerja pada sektor informal bahkan ada yang

menjadi PSK. Kurangnya pendidikan para orang tua dikampung ini membuat mereka sadar

bahwa anak-anak mereka tidak boleh bernasib seperti mereka. Dengan bantuan para

mahasiswa, dan sumbangan sukarela dari yayasan, hampir seluruh anak-anak usia sekolah

bisa mendapatkan pendidikan wajib belajar di kampung ini.

4. Tingkat Kematian yang Tinggi

Hal ini terjadi karena kesehatan sulit untuk didapatkan karena kurangnya

pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga

kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatann yang mahal di klinik atau rumah sakit yang

tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya

penyakit yang menyebar dan apabila tidak segera ditangani akan banyak menyebabkan

kematian bagi masyarakat miskin yang tidak terpenuhi kebutuhan akan kesehatan tersebut.

Keterbatasan biaya untuk berobat ke rumah sakit menyebabkan masyarakat Stren

kali Jagir hanya bisa pasrah jika ada anggota keluarga atau tetangga mereka yang sakit.

Masyarakat yang sakit berat hanya dibiarkan begitu saja di dalam rumah tanpa adanya

penanganan. Banyak juga kasus masyarakat yang tiba-tiba meninggal didalam rumah

karena penyakit HIV/AIDS, hal ini disebabkan karena wilayah kampung merupakan area

25

lokalisasi yang masyarakatnya tidak memperhatikan dan kurang pedulu akan pentingnya

kesehatan.

5. Timbulnya Permukiman Kumuh (Slum Area)

Kemiskinan di kota-kota besar salah satu penyebabnya adalah urbanisasi, dimana

para urbanis yang tidak memiliki pendidikan yang cukup atau pendidikan yang didapatkan di

desa cenderung rendah kualitasnya menyebabkan para urbanis ini akhirnya jatuh miskin di

kota-kota karena tidak mampu bersaing dan menjadi penganggur. Kemiskinan didaerah

perkotaan menyebabkan kelompok masyarakat imigran yang berpenghasilan rendah/sangat

rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal dan akhirnya membuat

mereka membangun gubuk-gubuk liar diatas tanah kosong yang tidak diawasi oleh pemilik

atau penguasanya. Banyak diantara mereka menggunakan lahan kosong yang sengaja

digunakan untuk bantaran banir, jalur kereta api dan lokasi-lokasi lain terutama yang dekat

dengan tempat kerja mereka. Kegiatan yang mereka lakukan tersebut menghasilkan banyak

lingkungan perumahan kumuh (slums) yaitu lingkungan perumahan yang padat dan tidak

memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang memenuhi syarat teknis ataupun kesehatan.

Kampung Baru, Strenkali Jagir merupakan area permukiman kumuh dengan status

lahan dan bangunan ilegal. Masyarakat di kampung ini adalah penduduk bukan berasal dari

Sutbaya, mereka merupakan penduduk dari desa yang datang ke Surabaya untuk

mendapatkan pekerjaan namun karena keterbatasan pendidikan dan ketrampilan, akhirnya

mereka hanya bekerja di sektor informal dengan pendapatan yang sangat rendah.

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal masih menjadi kendala bagi

mereka karena tingginya harga untuk sebuah rumah dan lahan. Oleh karena itu, masyarakat

imigran tersebut mendirikan perkampungan ilegal di bantaran sungai Kali Jagir.

Perkampungan ini merupakan kampung ilegal dan tidak mempunyai RT maupun RW.

6. Konflik Sosial

Konflik sosial bernuansa SARA muncul sebagai akibat ketidakpuasan dan

kekecewaan atas kondisi miskin yang akut. Dalam kasus kemiskinan di Kampung Baru,

Strenkali Jagir, konflik sosial ini terjadi karena masyarakat miskin merasa tidak adanya

perhatian dari pemerintah untuk membantu mereka keluar dari garis kemiskinan.

Masyarakat miskin di kampung ini pernah melakukan demo kepada pemerintah, selain itu

masyarakat dikampung ini pernah iri dengan kampung sebelah mereka.

26

3.5 Konsep Penanganan

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) adalah program

penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Tujuan program P2KP adalah

mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan melalui (1) penyediaan dana pinjaman

untuk pengembangan kegiatan usaha produktif dan pembukaan lapangan kerja baru, (2)

penyediaan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana sosial ekonomi yang langsung

maupun tidak langsung, (3) peningkatan kemampuan perorangan dan keluarga miskin

melalui upaya bersama berlandaskan kemitraan, yang mampu menumbuhkan usaha-usaha

baru yang bersifat produktif dengan berbasis pada usaha kelompok, (4) penyiapan,

pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan untuk

dapat mengkoordinasikan dan memberdayakan masyarakat dalam melaksanakan program

pembangunan, dan (5) mencegah penurunan kualitas lingkungan, melalui upaya perbaikan

prasarana dan sarana fisik.

Ada pula program penanggulangan kemiskinan yang telah disusun oleh pemerintah

dalam Program Penanggulan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II, antara adalah

Instrumen Utama Penanggulangan Kemiskinan yang dibagi menjadi empat klaster, yaitu

1. Klaster I (Bantuan sosial terpadu berbasis keluarga), yang bertujuan

mengurangi beban rumah tangga miskin melalui peningkatan akses terhadap

pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi.

2. Klaster II (Penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat),

yang bertujuan mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas

kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang

didasarkan pada prinsip-prinsip.

3. Klaster III (Penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha

ekonomi mikro dan kecil), yang bertujuan memberikan akses dan penguatan

ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.

4. Adapun Klaster IV yaitu melalui upaya peningkatan dan perluasan program

pro rakyat yang dilakukan melalui program rumah sangat murah, program

kendaraan angkutan umum murah, program air bersih untuk rakyat, program

listrik murah dan hemat, program peningkatan kehidupan nelayan, dan

program peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan.

27

A. Program-program Penanggulangan Kemiskinan Kluster I

1. Program Keluarga Harapan (PKH); PKH adalah program perlindungan sosial

yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan dan

ketentuan yang telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan

mengurangi beban RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus

mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga generasi berikutnya dapat

keluar dari perangkap kemiskinan.

2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS); BOS adalah program pemerintah untuk

penyediaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah

pertama sebagai wujud pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. BOS

diprioritaskan untuk biata operasional nonpersonal, meskipun dimungkinkan

untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil

dan biaya investasi. Tujuan umum program BOS untuk meringankan beban

masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajat

sembilan tahun yang bermutu.

3. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM) ; Kebijakan BSM bertujuan agar siswa

dari kalangan tidak mampu dapat terus melanjutkan pendidikan di sekolah.

Program ini bersifat bantuan bukan beasiswa, karena jika beasiswa bukan

berdasarkan kemiskinan, melainkan prestasi.

4. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) ; Jamkesmas adalah

program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan

hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah meningkatkan akses terhadap

masyarakat miskin dan hampir miskin agar dapat memperoleh pelayanan

kesehatan.

5. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN) ; Program ini bertujuan untuk

mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran (RTS) melalui

pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras dan

mencegah penurunan konsumsi energi dan protein. Selain itu raskin bertujuan

untuk meningkatkan/membuka akses pangan keluarga melalui penjualan beras

kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang telah ditentukan.

28

B. Program-program Penanggulangan Kemiskinan Klaster II

1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) ; PNPM adalah program

nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan

program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat. PNPM dillaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan

sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan, dan

pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakar dalam

upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Program Perluasan dan Pengembangan Kesempatan Kerja/Padat Karya

Produktif ; Padat karya adalah suatu kegiatan produktif yang memperkerjakan

atau menyerap tenaga kerja penganggur dan setengah penganggur yang relatif

banyak. Secara teknis konsep program ini adalah untuk membangun masyarakat

melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat usaha-usaha produktif dengan

memanfaatkan potensi SDA, SDM dan Teknologi sederhana yang ada serta

peluang pasar. Kegiatan Padat Karya Produktif dilakukan untuk memberdayakan

masyarakat dalam rangka membangun ekonomi masyarakat melalui kegiatan-

kegiatan yang berdifat usaha produktif dengan memanfaatkan potensi Sumber

Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM) dan Teknologi sederhana yang

tersedia yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perdesaan

dan memperluasan kesempatan kerja.

C. Program-progran Penanggulangan Kemiskinan Klaster III

1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ; Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah dana pinjaman

dalam bentuk Kredit Modal Kerja (KMK) dan atau Kredit Investasi (KI) dengan

plafon kredit dari Rp. 5 Juta sampai dengan Rp. 500 juta. Agunan pokok KUR

adalah proyek/usaha yang dibiayai, namun Pemerintah membantu menanggung

melalui program penjaminan hingga maksimal 70% dari plafon kredit. Bantuan

berupa fasilitas pinjaman modal ini adalah untuk meningkatkan akses

pembiayaan perbankan yang sebelumnya hanya terbatas pada usaha berskala

besar dan kurang menjangkau pelaku usaha mikro kecil dan menengah seperti

usaha rumah tangga dan jenis usaha mikro lain yang bersifat informal,

mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM.

2. Kredit Usaha Bersana (KUBE) ; KUBE adalah program yang bertujuan

meningkatkan kemampuan anggota KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai dengan: meningkatnya pendapatan

29

keluarga; meningkatnya kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan, tingkat

pendidikan; Meningkatnya kemampuan anggota KUBE dalam mengatasi

masalah-masalah yang mungkin terjadi dalam keluarganya maupun dengan

lingkungan sosialnya; Meningkatnya kemampuan anggota KUBE dalam

menampilkan peranan-peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun

lingkungan sosialnya. Sasaran program KUBE adalah keluarga miskin produktif

(orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak

mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi

kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, tetapi

tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan; Keluarga

Miskin yang mengalami penurunan pendapatan dan kesejahteraannya atau

mengalami penghentian penghasilan.

Penanganan secara detail dari kemiskinan dan kriminalitas di Kampung Stren Kali

Jagir bisa kita rumuskan sebagai berikut:

Penyediaan dana bantuan berupa KUBE dari Kementrian Sosial tetap dipertahankan,

bahkan jika memungkinkan dana tersebut ditambah. Namun harus juga diiringi

dengan program peningkatan sumber daya manusia.

Perlu peran aktif Pemerintah Kota Surabaya dalam mengatasi kemiskinan dan

kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir dengan meningkatkan kualitas SDM dan

membuat program pengentasan kemiskinan.

Perlu peran aktif pula dari masyarakat dan organisasi dalam pengentasan

kemiskinan dan pencegahan kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir.

Adanya jaminan akses fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat

Kampung Stren Kali Jagir sebagai langkah untuk mengatasi kemiskinan dan

kriminalitas

Saat ini, penanganan kemiskinan dan kriminalitas di kemiskinan dan kriminalitas

Kampung Stren Kali Jagir dalam rumusan program penanganan kemiskinan baru di kluster

III. Namun ada baiknya agar penanganan kemiskinan di Kampung Stren Kali Jagir juga

mencakup kluster I dan kluster II agar warga disana bisa terbebas dari jerat kemiskinan dan

secara tidak langsung bisa membebaskan mereka dari kriminalitas.

30

BAB IV.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka bisa kita ambil

kesimpulan sebagai berikut:

Kemiskinan yang muncul di Kampung Stren Kali Jagir disebabkan oleh beberapa

faktor, yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia, tingkat pendidikan yang

rendah, pendapatan yang rendah, dan kesulitan masyarakat dalam mengakses

fasilitas dan birokrasi milik Pemerintah. Sedangkan kondisi lingkungan keluarga tidak

terlalu berperan menciptakan kemiskinan.

Kriminalitas yang muncul di Kampung Stren Kali Jagir disebabkan oleh kemiskinan,

keterdesakan individu/kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidup, serta kondisi

lingkungan.

Sampai saat ini, belum ada bantuan ataupun perubahan yang menonjol dari

Kampung Stren Kali Jagir dalam mengatasi kemiskinan dan kriminalitas

Dampak kemiskinan dan kriminalitas bagi perekonomian kota Surabaya menyebar

ke bebrapa sector, seperti pengangguran, rawan munculnya konflik sosial, tingkat

kematian yang tinggi, serta munculnya permukiman kumuh

5.2 Saran

Dalam mengatasi kemiskinan dan kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir,

perluadanya peran aktif dari Pemerintah Kotas Surabaya serta masyarakat agar punya

komitmen untuk mengentaskan kemiskinan dan kriminalitas di sana. Komitmen ini juga

bukan hanya untuk di Kampung Stren Kali Jagir, namun juga untuk tempat-tempat yang

menjadi kosentrasi kemiskinan dan kriminalitas di Kota Surabaya.

31

DAFTAR PUSTAKA

Kadji, Yulianto. Kemiskinan Dan Konsep Teoritisnya. Guru Besar Kebijakan Publik Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UNG

Program Penanggulangan Kemiskinankabinet Indonesia Bersatu II: Kementerian

Komunikasi Dan Informatika, Direktorat Jenderal Informasi Dan Komunikasi

Publik, 2011

PPT Mata Kulaih Ekonomi Kota, terkait Kemiskinan Perkotaan , dan Kriminaitas serta

Implikasinya terhadap Ekonomi Kota.

32

LAMPIRAN PERTAMA : RINGKASAN HASIL WAWANCARA DENGAN PAK WARSITO

(KEPALA PAGUYUBAN WARGA KAMPUNG STREN KALI JAGIR)

Kampung Stren Kali Jagir sudah mulai ada sejak 2001, dan saat ini membentuk

permukiman kumuh linier yang membentang di tanah milik PDAM Surabaya (sepanjang kali

Jagir). Warga yang berada di permukiman ini sebagian berkerja di sector informal, mulai dari

pengemis, pemulung, kuli bangunan, serta kuli batu. Ada juga yang membuka usaha kecil-

kecilan seperti tambal ban, warung makan, serta toko kelontong. Masyarakat di sini juga

kebanyakan merupakan pendatang dari desa-desa di beberapa daerah di Jawa Timur.

Kampung Stren Kali Jagir punya dua sisi wajah/kawasan yang berbeda karaktersitik

masyarakat, yaitu kawasan Barat dan kawasan Timur. Masyarakat kawasan barat adalah

masyarakat yang hampir semuanya merupakan pendatang, dan sebagian besar juga

berkerja di sector informal. Memiliki kondisi lingkungan yang memprihatinkan, kawasan

barat ini juga merupakan kawasan yang berubah menjadi ‘pasar malam’ (istilah masyarakat

setempat untuk penyebutan prostitusi terselubung), dan juga menjadi tempat mangkal bagi

PSK. Kawasan ini juga diduga sebagai tempat persembunyian para pelku kriminalitas yang

menjadi buronan polisi.

Kondisi berbeda terjadi di kawasan timur, dimana kondisi lingkungan di sini sedikit

lebih baik ketimbang kawasan di barat. Warga di kawasan timur, selain berkerja di sector

informal, juga ada yang mebuka usaha kecil-kecilan. Warga disini juga peduli akan kondisi

lingkungan serta punya keinginan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik (walaupun

kondisi keuangan mereka masih belum bisa mencukupi keseharian keluarga mereka).

Kampung Stren Kali Jagir dulunya merupakan tempat dengan tingkat kriminalitas

yang tinggi, dimana peredaran miras secara illegal, narkoba, serta pencurian. Tidak ingin

disandera oleh kriminalitas, warga memutuskan untuk melakukan penjagaan dan

pengawasan kawasan di sini secara komperhensif. Dengan semakin padatnya warga yang

bermukim di kawasan ini, maka keamanan di kawasan ini semakin meningkat (meskipun

kasus pencurian masih acapkali terjadi)

Kampung Stren Kali Jagir merupakan kawasan permukiman squatter, dimana

kawasan permukiman ini dikategori sebagai kawasan permukiman kumuh yang juga

berstatus illegal (menempati lahan milik PDAM). Konsekuensi dari status illegal tersebut

membuat kampun ini tidak memiliki status RT/RW. Akibatnya warga seringkali mengalami

kesulitan dalam pengurusan birokrasi, dan dalam beberapa kasus mereka tidak

mendapatkan sama sekali bantuan pemerintah yang seharusnya diapatkan oleh semua

orang (seperti bantuan kompor gas ataupun BPJS). Beberapa warga yang memiliki KTP

33

menggunakan alamat kerabat mereka untuk keperluan identitas KTP atau mengososngkan

detail alamat di KTP (hanya mencantumkan kelurahan dan kecamatan).

Untuk akses fasilitas kesehatan, mereka mengandalkan bantuan dari LSM atau

gereja Bethany yang menyediakan layanan kesehatan gratis bagi penduduk di Kampung

Stren Kali Jagir. Demikian pula dengan akses pendidikan, mereka juga mengharapkan pada

bantuan universitas dan LSM yang melakukan pengajaran di kawasan ini. Anak-anak di

kampong ini tidak bisa mengakses sekolah negeri karena status illegal kampong mereka,

dan hanya bisa masuk sekolah swasta yang harus membayar leih mahal ketimbang sekolah

negeri. Selain itu anak-anak di kawasan ini juga mengalami keterlambatan usia dalam

masuk sekolah, dikarenakan rendahnya kesadaran akan pendidikan.

Warga di kampung ini mendapatkan bantuan dana dari Kemensos, LSM, serta

bantuan-bantuan dari CSR yang dikelola dalam suatu organisasi pengelola keuangan di

kampung tersebut dengan nama KUB. KUB sejatinya dibuat untuk keperluan membuat

usaha kecil menengah di kampung ini, dengan harapan agra bisa mengentaskan mereka

dari kemiskinan. Namun warga lebih menginginkan dana tersebut dibagikan secara merata

untuk semua warga kampung tersebut secara tunai untuk memenuhi kebutuhan mereja. Jika

terjadi keterlambatan dalam pencairan KUB, maka seringkali tibul rasa curiga bahwa dana

KUB diselewengkan untuk keperluan tertentu. Sebelum ada KUB, warga meminjam uang

dengan menggunakan jasa rentenir, dengan bunga yang tinggi.

Kelengkapan fasilitas di kawasan ini juga memprihatinkan. Banyak dari rumah-rumah

warga tersebut tidak dilengkapi dengan fasilitas MCK. Bahkan ada warga yang mencuci dan

mandi di sungai. Jalan di kawasan ini juga hanya berupa tanah dan seringkali tergenang

ketika terjadi hujan. Beberapa rumah warga ada yang miring karena penyangga rumah yang

sudah mulai tidak mampu menahan beban rumah. Rumah warga berdiri tepat di pinggir

sungai dengan penyangga yang seadanya. Warga juga kerap membuang sampah ke sungai

sehingga berpotensi memicu pencemaran lingkungan.

34

LAMPIRAN KEDUA : KUISIONER LIKERT

Lampiran ini berisi kuisioner Linkert, ada tiga kuesioner yang akan ditampilkan, berdasarkan

jumlah responden yang telah kita himupun (khususnya yang mengetaui kondisi Kampung

Stren Kali Jagir)

35

LEMBAR KUESIONER STAKEHOLDER

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DAN KRIMINALITAS DI KAMPUNG

STREN KALI JAGIR

Bapak/Ibu yang kami hormati.

Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui nilai bobot pada tiap factor yang

menyebabkan keberadaan dari kemiskinan dan kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir.

Bobot ini sangat berguna untuk memberikan ukuran prioritas pada tiap faktor. Pembobotan

kriteria ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis Linkert. Analisis Linkert adalah

analisis yang dibuat untuk mengetahui pembobotan tingkat setuju atau tidak setuju dari

faktor yang diteliti. Dengan ini saya mengharap kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kolom

kriteria sesuai denngan persepsi anda. Terima kasih atas kesediaan Anda,

Hormat Kami,

Ketua Peneliti :

Wiratama Adi Nugraha

Telp : 085852283054

Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota

Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Identitas Responden

Nama :Warsito

Jabatan :Kepala Paguyuban Warga Kampung Stren Kali Jagir

No. Telpon : -

36

Faktor Kemiskinan (berdasarkan studi literatur)

Kualitas Sumber Daya Manusia (Kuncoro, 2000)

Kondisi Keluarga (Kuncoro, 2000)

Tingkat Pendidikan Rendah (Kuncoro, 2000)

Pendapatan Rendah (Kuncoro, 2000)

Aksesbilitas Fasilitas dan Birokrasi (Kuncoro, 2000)

Silahkan pilih salah satu nilai bobot pada masing-masing fakto dengan mencentang salah

satu dari faktor yang ada.

Faktor 1 2 3 4 5

KuaIitas

SDM V

Kondisi

Internal

Keluarga

V

Tingkat

Pendidikan

Rendah

V

Pendapatan

Rendah V

Aksesbilitas

Fasilitas

dan

Birokrasi

V

Keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju

3. Tidak Tahu

4. Setuju

5. Sangat Setuju

37

Faktor Kriminalitas (berdasarkan studi literatur)

Kemiskinan (Hamzah, 1997)

Keterdesakan Pemenuhan Kebutuhan Hidup (Hamzah, 1997)

Kondisi Lingkungan (Hamzah, 1997)

Silahkan pilih salah satu nilai bobot pada masing-masing fakto dengan mencentang salah

satu dari faktor yang ada.

Faktor 1 2 3 4 5

Kemiskinan V

Keterdesakan

Pemenuhan

Kebutuhan

Hidup

V

Kondisi

Lingkungan V

Keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju

3. Tidak Tahu

4. Setuju

5. Sangat Setuju

38

LEMBAR KUESIONER STAKEHOLDER

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DAN KRIMINALITAS DI KAMPUNG

STREN KALI JAGIR

Bapak/Ibu yang kami hormati.

Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui nilai bobot pada tiap factor yang

menyebabkan keberadaan dari kemiskinan dan kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir.

Bobot ini sangat berguna untuk memberikan ukuran prioritas pada tiap faktor. Pembobotan

kriteria ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis Linkert. Analisis Linkert adalah

analisis yang dibuat untuk mengetahui pembobotan tingkat setuju atau tidak setuju dari

faktor yang diteliti. Dengan ini saya mengharap kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kolom

kriteria sesuai denngan persepsi anda. Terima kasih atas kesediaan Anda,

Hormat Kami,

Ketua Peneliti :

Wiratama Adi Nugraha

Telp : 085852283054

Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota

Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Identitas Responden

Nama :Rizki Nur Thoyibag

Jabatan :Mahasiswa (Pernah terlibat dalam aktifitas sosial di Kampung Stren Kali

Jagir)

No. Telpon : -

39

Faktor Kemiskinan (berdasarkan studi literatur)

Kualitas Sumber Daya Manusia (Kuncoro, 2000)

Kondisi Keluarga (Kuncoro, 2000)

Tingkat Pendidikan Rendah (Kuncoro, 2000)

Pendapatan Rendah (Kuncoro, 2000)

Aksesbilitas Fasilitas dan Birokrasi (Kuncoro, 2000)

Silahkan pilih salah satu nilai bobot pada masing-masing fakto dengan mencentang salah

satu dari faktor yang ada.

Faktor 1 2 3 4 5

KuaIitas

SDM V

Kondisi

Internal

Keluarga

V

Tingkat

Pendidikan

Rendah

V

Pendapatan

Rendah V

Aksesbilitas

Fasilitas

dan

Birokrasi

V

Keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju

3. Tidak Tahu

4. Setuju

5. Sangat Setuju

40

Faktor Kriminalitas (berdasarkan studi literatur)

Kemiskinan (Hamzah, 1997)

Keterdesakan Pemenuhan Kebutuhan Hidup (Hamzah, 1997)

Kondisi Lingkungan (Hamzah, 1997)

Silahkan pilih salah satu nilai bobot pada masing-masing fakto dengan mencentang salah

satu dari faktor yang ada.

Faktor 1 2 3 4 5

Kemiskinan V

Keterdesakan

Pemenuhan

Kebutuhan

Hidup

V

Kondisi

Lingkungan V

Keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju

3. Tidak Tahu

4. Setuju

5. Sangat Setuju

41

LEMBAR KUESIONER STAKEHOLDER

ANALISA FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN DAN KRIMINALITAS DI KAMPUNG

STREN KALI JAGIR

Bapak/Ibu yang kami hormati.

Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui nilai bobot pada tiap factor yang

menyebabkan keberadaan dari kemiskinan dan kriminalitas di Kampung Stren Kali Jagir.

Bobot ini sangat berguna untuk memberikan ukuran prioritas pada tiap faktor. Pembobotan

kriteria ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis Linkert. Analisis Linkert adalah

analisis yang dibuat untuk mengetahui pembobotan tingkat setuju atau tidak setuju dari

faktor yang diteliti. Dengan ini saya mengharap kesediaan bapak/ibu untuk mengisi kolom

kriteria sesuai denngan persepsi anda. Terima kasih atas kesediaan Anda,

Hormat Kami,

Ketua Peneliti :

Wiratama Adi Nugraha

Telp : 085852283054

Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota

Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Identitas Responden

Nama :Virta Safitri Ramadhani

Jabatan :Mahasiswa (Pernah melakukan survey serupa di Kampung Stren Kali Jagir)

No. Telpon : -

42

Faktor Kemiskinan (berdasarkan studi literatur)

Kualitas Sumber Daya Manusia (Kuncoro, 2000)

Kondisi Keluarga (Kuncoro, 2000)

Tingkat Pendidikan Rendah (Kuncoro, 2000)

Pendapatan Rendah (Kuncoro, 2000)

Aksesbilitas Fasilitas dan Birokrasi (Kuncoro, 2000)

Silahkan pilih salah satu nilai bobot pada masing-masing fakto dengan mencentang salah

satu dari faktor yang ada.

Faktor 1 2 3 4 5

KuaIitas

SDM V

Kondisi

Internal

Keluarga

V

Tingkat

Pendidikan

Rendah

V

Pendapatan

Rendah V

Aksesbilitas

Fasilitas

dan

Birokrasi

V

Keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju

3. Tidak Tahu

4. Setuju

5. Sangat Setuju

43

Faktor Kriminalitas (berdasarkan studi literatur)

Kemiskinan (Hamzah, 1997)

Keterdesakan Pemenuhan Kebutuhan Hidup (Hamzah, 1997)

Kondisi Lingkungan (Hamzah, 1997)

Silahkan pilih salah satu nilai bobot pada masing-masing fakto dengan mencentang salah

satu dari faktor yang ada.

Faktor 1 2 3 4 5

Kemiskinan V

Keterdesakan

Pemenuhan

Kebutuhan

Hidup

V

Kondisi

Lingkungan V

Keterangan:

1. Sangat Tidak Setuju

2. Tidak Setuju

3. Tidak Tahu

4. Setuju

5. Sangat Setuju