adsorpsi diklorometana pada adsorben - Repository - UNAIR
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of adsorpsi diklorometana pada adsorben - Repository - UNAIR
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
ADSORPSI DIKLOROMETANA PADA ADSORBEN GRANULAR ACTIVATED CARBON (GAC) MENGGUNAKAN
SISTEM BATCH
SKRIPSI
MACHRULIAWATI FAMUJI PUTRI
PROGRAM STUDI S1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2016
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
iv SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI
Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam
lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai refrensi
kepustakaan, tetapi harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya
sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik Universitas
Airlangga.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
v SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya, penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Adsorpsi
Diklorometana pada Adsorben Granular Activated Carbon (GAC)
Menggunakan Sistem Batch”. Naskah skripsi ini dibuat dengan tujuan memenuhi
persyaratan akademis pendidikan sarjana sains dalam program studi S1 Kimia,
Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
Penyusunan naskah skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Dr. rer.nat Ganden Supriyanto, M.Sc. selaku dosen pembimbing I
dan dosen wali yang telah meluangkan waktu atas bimbingan, saran,
nasihat, dan memotivasi dalam penyusunan naskah skripsi ini.
2. Mochamad Zakki Fahmi, M.Si.,P.hD selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu atas bimbingan, saran, dan nasihat dalam
penyusunan naskah skripsi ini.
3. Bapak Yanuardi Raharjo, S.Si., M.Sc selaku dosen penguji I yang telah
memberikan saran dan masukkan dalam penyusunan naskah skripsi ini.
4. Bapak Dr. Purkan, M.Si selaku dosen penguji II dan Ketua Departemen
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga yang telah
memberikan saran dan masukkan dalam penyusunan serta banyak
memberikan informasi dan memotivasi dalam penyusunan naskah skripsi
ini.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Airlangga atas ilmu, bimbingan dan saran yang telah diberikan.
6. Kedua orang tua Ibu Yeti Setiyawati dan Bapak Mujiono serta seluruh
keluarga yang telah memberikan semangat, doa, dukungan moral dan materi
demi terselesaikanya skripsi ini.
7. Mohamad Husen Nafis atas kerja sama, dukungan, motivasi dan sudah
berbagi demi terselesaikannya skripsi ini.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
8. Pak Giman, Pak Kamto, Mas Rochadi dan Mbak lik atas saran dan
dukungan selama penyusun bekerja di laboratorium.
9. Teman se-bimbingan yang sudah berbagi dalam suka duka demi
terselesaikannya skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman dari Program Studi Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Airlangga dan semua pihak yang telah membantu
penyelesaian naskah skripsi ini yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi.
Penyusun menyadari atas keterbatasan dalam penyelesaian proposal skripsi
ini, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat dibutuhkan untuk
membangun perbaikan proposal skripsi ini. Semoga proposal skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya, 17 juli 2016
Penyusun
Machruliawati Famuji Putri
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
vii SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Putri, M.F,. 2016, Adsorpsi Diklorometana dengan Karbon Aktif menggunakan Sistem Batch. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr. rer.nat Ganden Supriyanto, M.Sc. dan Mochamad Zakki Fahmi, M.Si., P.hD, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya
ABSTRAK
Diklorometana adalah senyawa volatil yang merupakan salah satu komponen limbah yang dihasilkan dalam industri farmasi, adanya limbah diklorometana melebihi 17220 ppm dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan (Lee et all,. 2005). Adsorpsi diklorometana menggunakan karbon aktif sebagai adsorben merupakan metode yang sederhana, akurat dan selektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas metode Adsorpsi dengan karbon aktif menggunakan system Batch dalam mengadsorpsi diklorometana pada perairan. Parameter utama dalam penelitian ini adalah waktu, jumlah adsorben dan pH larutan diklorometana yang akan diadsorpsi oleh karbon aktif. Karakteristik karbon aktif dan kinetika adsorpsi karbon aktif menjadi parameter efektifitas adsorpsi diklorometana pada penelitian ini. Pada kondisi optimum yaitu pada pH larutan 5, massa adsorben 40 mg dan waktu optimum adsorpsi 75 menit karbon aktif dapat mengadsorpsi diklorometana secara optimum dan proses adsorpsi diklorometana dengan karbon aktif ini mengikuti metode Langmuir yang mana karbon aktif memiliki kapasitas adsorpsi maksimum 108, 6956 mg/g dan berdasarkan kinetika adsorpsinya berorde 1,5 dengan nilai konstanta laju reaksinya adalah 8×10-4 (mg/g)/s.
Kata kunci : Diklorometana, karbon aktif, adsorpsi, kinetika, adsorpsi isoterm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
viii SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Putri, M.F,. 2016, Adsorption Dichloromethane with Activated Carbon using Batch System. This thesis under the guidance of Dr. rer.nat Ganden Supriyanto, M.Sc. and Mochamad Zakki Fahmi, M.Si., P.hD, Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology, Airlangga University, Surabaya
ABSTRACT
Dichloromethane is volatile compounds which is one component of the waste produced in the pharmaceutical industry, the amount of waste that exceeds 17220 ppm dichloromethane may be harmful to the environment and health (Lee et al ,. 2005). Dichloromethane adsorption using activated carbon as adsorbent was proved as a method that is simple, accurate and selective. This study aims to determine the effectiveness of the activated carbon adsorption method using Batch system in dichloromethane adsorb on the water. The main parameters in this study were the time, the amount of adsorbent and dichloromethane solution pH to be adsorbed by activated carbon. Characteristics of activated carbon and activated carbon adsorption kinetics become effective adsorption dichloromethane parameters in this study. At the optimum conditions, that is at pH solution 5, the mass of adsorbent 40 mg and optimum time adsorption 75 minutes, activated carbon can adsorb dichloromethane and adsorption dichloromethane by activated carbon follows the method of Langmuir which activated carbon has a maximum adsorption capacity 108, 6956 mg / g and the adsorption kinetics followed order about 1,5 and a constant value reaction rate is 8 × 10-4 (mg/g)/s.
Key word : Dichloromethane, activated carbon, kinetics, isotherm adsorption
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ix SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI ...................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan ............................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diklorometana ..................................................................................... 5 2.2 Penanganan Limbah Diklorometana ................................................... 6 2.3 Adsorpsi .............................................................................................. 8
2.3.1 Adsorpsi isoterm ....................................................................... 9 2.3.2 Kinetika adsorpsi ...................................................................... 10 2.3.3 Termodinamika adsorpsi .......................................................... 10
2.4 Granular Karbon Aktif ....................................................................... 11 2.5 Analisis Diklorometana ...................................................................... 12 2.6 Metode BET ........................................................................................ 13
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 15 3.2 Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 15
3.2.1. Bahan penelitian ....................................................................... 15 3.2.2. Alat penelitian .......................................................................... 15
3.3 Diagram Alir Penelitian ...................................................................... 16 3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................ 17
3.4.1 Pembuatan larutan diklorometana ............................................ 17 3.4.1.1.Pembuatan larutan induk diklorometana .................... 17 3.4.1.2.Pembuatan larutan kerja diklorometana ...................... 17 3.4.1.3.Pembuatan larutan standar diklorometana .................. 17
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
x SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
3.4.1.4.Pembuatan larutan buffer asetat pH 3, 4 dan 5 ........... 18 3.4.1.5.Pembuatan larutan buffer fosfat pH 6 dan 7 ............... 18 3.4.1.6.Pembuatan larutan induk isopropil alkohol ................ 19 3.4.1.7.Pembuatan larutan kerja isopropil alkohol ................. 19 3.4.1.8.Pembuatan larutan standar isopropil alkohol .............. 20 3.4.1.9. Pembuatan larutan induk trietanolamin ..................... 20 3.4.1.10. Pembuatan larutan kerja trietanolamin .................... 20 3.4.1.11. Pembuatan larutan standar trietanolamin ................. 20
3.4.2 Pembuatan kurva standar diklorometana.................................. 21 3.4.3 Preparasi adsorben (Granular karbon aktif) ............................. 21 3.4.4 Evaluasi adsorpsi granular karbon aktif menggunakan
sistem batch .............................................................................. 22 3.4.4.1.Penetuan waktu optimum ............................................ 22 3.4.4.2.Penetuan pH optimum ................................................. 22 3.4.4.3.Penentuan massa optimum granular karbon aktif ....... 23 3.4.4.4.Adsorpsi Isoterm ......................................................... 24 3.4.4.5.Kinetika Adsorpsi ....................................................... 25
3.4.5 Penentuan parameter adsorpsi .................................................. 25 3.4.5.1.Kapasitas adsorpsi ....................................................... 25 3.4.5.2.Adsorpsi isoterm ......................................................... 26 3.4.5.3.Kinetika adsorpsi ........................................................ 26
3.4.6. Uji inteferensi .......................................................................... 27 3.4.6.1.Pembuatan kurva standar isopropil alkohol ................ 27 3.4.6.2.Adsorpsi diklorometana dengan penambahan larutan
Pengganggu isopropil alkohol ..................................... 28 3.4.6.3.Pembuatan kurva standar trietanolamin ...................... 29 3.4.6.4.Adsorpsi diklorometana dengan penambahan larutan
pengganggu trietanolamin ........................................... 29 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kurva standar diklorometana ............................................................. 31 4.2. Aktivasi karbon aktif .......................................................................... 33
4.2.1. Hasil uji adsorpsi-desorpsi nitrogen ......................................... 33 4.3. Optimasi variable ............................................................................... 35
4.3.1. Optimasi waktu ......................................................................... 35 4.3.2. Optimasi pH.............................................................................. 37 4.3.3. Optimasi massa granular karbon aktif ...................................... 38
4.4. Kinetika adsorpsi ............................................................................... 40 4.5. Adsorpsi isotherm .............................................................................. 42 4.6. Uji inteferensi ..................................................................................... 45
4.6.1. Kurva standar isopropil alkohol ............................................... 45 4.6.2. Adsorpsi diklorometana dengan penambahan isopropil
alkohol .................................................................................... 46 4.6.3. Kurva standar trietanolamin ................................................... 48 4.6.4. Adsorpsi diklorometana dengan penambahan trietanolamin ... 49
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xi SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 52 5.2. Saran ................................................................................................. 53
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 54 LAMPIRAN
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xii SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Halaman 3.1. Pembuatan larutan buffer asetat dalam pH 3, 4 dan 5 ......................... 18 3.2. Komposisi larutan buffer fosfat dalam pH 6 dan 7 ............................. 19 3.3. Perbandingan volume dan konsentrasi DCM dan IPA ....................... 29 3.4 Perbandingan volume dan konsentrasi DCM dan TEA ...................... 30 4.1 Data Absorbansi larutan standar diklorometana ................................. 32 4.2. Data luas permukaan, volume pori dan diameter pori karbon aktif .... 33 4.3. Data regresi, kolerasi dan laju dari grafik hubungan antara waktu dan
kapasitas adsorpsi ................................................................................ 36 4.4. Nilai koefisien kolerasi (R2) untuk adsorpsi diklorometana pada
karbon aktif ......................................................................................... 41 4.5. Konstanta isoterm untuk adsorpsi diklorometana pada karbon aktif .. 44 4.6. Data Absorbansi larutan standar isopropil alkohol ............................. 45 4.7. Hasil uji inteferensi diklorometana dengan isopropil alkohol ............ 47 4.8. Data Absorbansi larutan standar trietanolamin ................................... 49 4.9. Hasil uji inteferensi diklorometana dengan trietanolamin .................. 50
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiii SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Halaman 2.2. Struktur Diklorometana ..................................................................... 5 4.1. Kurva standar diklorometana menggunakan spektrofotometer UV-
Vis ....................................................................................................... 32 4.2. Profil adsorpsi-desorpsi nitrogen untuk karbon aktif .......................... 34 4.3. Grafik hubungan antara waktu terhadap kapasitas adsorpsi karbon
aktif pada larutan diklorometana konsentrasi 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm .............................................................................................. 35
4.4. Grafik hubungan antara pH terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif pada larutan diklorometana dengan konsentrasi 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm ........................................................................................ 38
4.5. Grafik hubungan antara massa GAC terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif pada larutan diklorometana dengan konsentrasi 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm ............................................................... 39
4.6. Grafik hubungan antara waktu terhadap kapasitas adsorpsi diklorometana pada karbon aktif......................................................... 41
4.7. Grafik kinetika orde 1,5 untuk adsorpsi diklorometana pada karbon aktif ..................................................................................................... 42
4.8. Grafik hubungan antara konsentrasi awal terhadap kapasitas adsorpsi diklorometana pada permukaan karbon aktif ....................... 43
4.9. Plot Langmuir untuk adsorpsi diklorometana pada karbon aktif ........ 44 4.10. Kurva standar isopropil alkohol menggunakan spektrofotometer
UV-Vis ................................................................................................ 46 4.11. Pengaruh isopropil alkohol terhadap kapasitas adsorpsi
diklorometana ..................................................................................... 47 4.12. Kurva standar trietanolamin menggunakan spektrofotometer UV-
Vis ....................................................................................................... 49 4.13. Pengaruh trietanolamin terhadap kapasitas adsorpsi diklorometana .. 50
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
xiv SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran 1. Perhitungan larutan induk, kerja dan standar 2. Perhitungan pembuatan larutan buffer 3. Data hasil pengukuran kurva standar dan optimasi 4. Data hasil pengukuran kinetika adsorpsi dan perhitungan orde 5. Data hasil pengukuran isotherm adsorpsi dan perhitungan model 6. Data hasil pengukuran dan perhitungan uji inteferensi 7. Hasil karakterisasi BET dan BJH pada karbon aktif
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
1 SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Menurut PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun, limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya) adalah limbah yang
mengandung bahan pencemar bersifat beracun dan berbahaya. Bahan berbahaya
dan beracun (B3) merupakan bahan yang memiliki sifat, konsentrasi, dan
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari,
merusak, serta dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya.
Sering kali yang menjadi masalah di Indonesia adalah keberadaan limbah
cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri, salah satu diantaranya adalah industri
farmasi, dimana limbah diolah tidak maksimal atau limbah dibuang ke lingkungan
dan dapat menurunkan kualitas lingkungan. Salah satu limbah yang berbahaya dan
beracun yang ada di lingkungan adalah limbah organik.
Kontaminasi air tanah oleh senyawa organik telah diakui sebagai isu penting
yang berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Senyawa tersebut bersifat
beracun, karsinogenik, mengiritasi, dan mudah terbakar (Lee, et al., 2005).
Senyawa organik volatil (VOC) memiliki dampak bahaya seperti iritasi mata dan
tenggorokan, kerusakan hati dan sistem saraf pusat, hal tersebut dapat terjadi karena
kontak yang terlalu lama dengan VOC (Das et al., 2004). Senyawa organik terlebih
VOC dapat menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon, pembentukan asap
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
fotokimia, dan berbahaya untuk manusia (J. Pires et al., 2001). Senyawa organik
volatil chlorinated (CVOCs) membentuk sub kelompok VOC yang mengandung
klorin seperti diklorometana (DCM) (Bansode et al., 2003).
Diklorometana adalah salah satu senyawa klorin organik volatil (VOC)
yang mencemari perairan yang biasanya digunakan sebagai pelarut dalam industri
farmasi, yang kemudian dilarutkan dalam air limbah dengan kelarutan jenuh kurang
lebih 17.220 mg/L (Lee et al., 2005). Diklorometana (DCM) /CH2Cl2 merupakan
senyawa organik yang tidak berwarna dan beraroma manis. (Zeinali et al., 2010).
Setelah digunakan oleh industri tentu diklorometana akan dibuang sebagai limbah.
Limbah diklorometana yang dibuang baik pada perairan maupun pada tanah akan
mengurai membentuk klor, klor yang terbentuk akan menghambat pertumbuhan
organisme air, menginduksi kanker pada hewan dan berpotensi karsinogenik bagi
manusia (Edwards et al., 1982).
Untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh diklorometana beberapa
peneliti telah mengembangkan beberapa metode untuk mengurangi dan
menghilangkan diklorometana, diantaranya adalah metode adsorpsi dan
pervaporasi, dimana masing-masing memiliki efisiensi 90% dan 80% (Shestakova
and Sillanpää., 2013). Metode fotoiradiasi TiO2 (Torimoto et al., 1997) dan proses
foto Fenton 80% (Rodríguez et al., 2005) juga berperan dalam mengurangi dan
menghilangkan diklorometana. Selain itu beberapa peneliti juga mengembangkan
metode biologi untuk pengolahan air menggunakan bakteri aerobik dapat
menghilangkan diklorometana mencapai 95% (Osuna et al., 2008) dan anaerobik
yang dapat menghilangkan diklorometana mencapai 99% (Stromeyer et al,. 1991).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Sedangkan untuk menghilangkan diklorometana dengan metode aerobik dan
anaerobik memiliki efisiensi keberhasilan yang cukup tinggi (Chan et al., 2009).
Namun dalam skala besar penggunaannya sangatlah kurang efektif dikarenakan
senyawa diklorometana sangat toksik dan bakteri yang digunakan bisa mati, selain
itu pemeliharaannya pun sangat sulit, biaya operasional untuk pembuatannya yang
cukup mahal. Penghapusan diklorometana dari limbah diteliti secara teoritis dalam
kisaran konsentrasi 0-10,000 ppm (Diks and Ottengraf., 1991).
Salah satu metode yang paling efektif untuk mengendalikan senyawa
organik volatil (VOC) seperti diklorometana adalah menggunakan karbon aktif
sebagai adsorben (Ruhil, M. J., 1993). Khan et al, (2010) melakukan
pengembangan metode yang lebih sederhana, akurat, dan selektif untuk
menghilangkan diklorometana (DCM) yaitu dilakukan dengan menggunakan
beberapa granular karbon aktif yaitu coconut granular activated carbon (CGAC),
wood granular activated carbon (WGAC), dengan proses batch (Khan et al., 2010).
Keunggulan menggunakan metode karbon aktif yaitu prosesnya mudah dan karbon
aktif yang telah digunakan dapat di desorp agar dapat digunakan adsorpsi kembali.
1.2. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Berapakah waktu optimum, pH optimum larutan dan massa adsorben
optimum pada adsorpsi diklorometana oleh granular karbon aktif dalam
larutan ?
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
2. Bagaimana pengaruh senyawa pengganggu (isopropil alkohol dan
trietanolamin) pada adsorpsi diklorometana oleh karbon aktif ?
3. Bagaimana karakterisasi adsorpsi diklorometana oleh granular karbon
aktif dalam larutan ditinjau dari jenis dan kinetika adsorpsinya ?
4. Apakah metode adsorpsi yang dikembangkan dapat diaplikasikan untuk
mereduksi kandungan diklorometana?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitianini adalah :
1. Menentukan waktu optimum, pH optimum larutan diklorometana dan
massa adsorben optimum pada adsorpsi diklorometana oleh karbon
aktif pada larutan.
2. Mengetahui pengaruh senyawa pengganggu (isopropil alkohol dan
trietanolamin) pada adsorpsi diklorometana oleh karbon aktif.
3. Mengetahui karakterisasi adsorpsi diklorometana oleh karbon aktif
dalam larutan ditinjau dari jenis dan kinetika adsorpsinya.
4. Mengaplikasikan metode adsorpsi yang dikembangkan untuk
mereduksi kandungan diklorometana.
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh metode untuk
menghilangkan diklorometana yang sederhana, akurat, selektif dan murah.
Dengan demikian, metode ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengurangi kandungan diklorometana.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5 SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diklorometana
Diklorometana (DCM) atau metilena klorida adalah senyawa organik
dengan rumus kimia CH2Cl2 (Hsiao et al., 1983). Senyawa ini merupakan senyawa
mudah menguap dan beracun yang ditemukan dalam air tanah dan air limbah.
Diklorometana merupakan senyawa tak berwarna beraroma manis yang banyak
digunakan sebagai pelarut dalam industri farmasi, kimia, tekstil, logam dan industri
minyak bumi (Zeinali et al., 2010). Diklorometana dapat menghambat
pertumbuhan organisme air, menginduksi kanker pada hewan dan berpotensi
karsinogenik bagi manusia (Shestakova and Sillanpää., 2013).
Diklorometana bersifat semi polar sehingga tidak larut sempurna dengan
air, tapi dapat larut dengan pelarut organik lainnya. Struktur diklorometana
ditunjukkan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Struktur Diklorometana
Diklorometana adalah salah satu senyawa organik volatil terklorinasi
(CVOCs) yang mencemari perairan (Bansode et al., 2003).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Menurut MSDS (Material Safety Data Sheet) diklorometana memiliki titik
didih 39.75°C, titik leleh -96.7°C, berat molekul 84.93 g/mol, dan massa jenis
1.3266 gram/mL. Diklorometana mudah larut dalam pelarut organik seperti
metanol, dietil eter dan aseton.
2.2. Penanganan Limbah Diklorometana
Beberapa peneliti mengembangkan metode untuk menangani adanya
diklorometana di lingkungan. Beberapa metode yang dikembangkan oleh peneliti
diantaranya adalah foto iradiasi TiO2 (Torimoto et al., 1997) dan proses foto-Fenton
(Rodríguez et al., 2005) yang menyebabkan dekomposisi diklorometana (Andayani
and Sumartono., 2007). Pengolahan secara aerobik (Osuna et al., 2008) dan
anaerobik (Stromeyer et al,. 1991), Ozonisasi (Ward et al., 2005) dan oksidasi
persulfat (Huang et al., 2005).
Ozonasi dilakukan dengan mengubah diklorometana menjadi
diklorometana padat. Dalam prosesnya ozonasi tidak mengubah nilai pH dalam
perairan namun proses ozonasi sangat berbahaya bagi setiap mikroorganisme yang
ada di dalam air. Namun proses ozonasi sangatlah kurang efektif dalam proses
penghilangan diklorometana yang memiliki kadar rendah dan penggunaannya perlu
pengawasan yang sangat ketat sehingga ozonasi dalam penghilangan diklorometana
sangat kurang efektif dalam segi keamanan dan proses kerjanya (Ward et al., 2005).
Penanganan limbah diklorometana juga dapat dilakukan secara adsorpsi. Karbon
aktif dan polimer resin adalah adsorben yang paling sering digunakan dalam
pengolahan air limbah (Das et al., 2004; Moreno-Castilla, 2004; Bhatnagar et al.,
2013) Adsorpsi diklorometana menggunakan resin polimer hidrofobik (XAD-
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
1600) tanpa mengubah gugus fungsi. Selain itu adsorpsi diklorometana dapat
dilakukan dengan menggunakan resin polimer hidrofilik (XAD-7) dan karbon aktif
(DY-GAC) (Lee, et al., 2005).
Adsorpsi diklorometana juga dapat dilakukan dengan menggunakan karbon
aktif (GACs) untuk menghilangkan diklorometana (DCM) (Zeinali et al., 2010).
Berbagai parameter seperti termodinamika, kinetika, pH, konsentrasi adsorbat, dan
ion pengganggu menjadi parameter utama pada metode ini. Proses adsorpsi DCM
dengan GAC berlangsung pada kondisi eksotermis (Khan et al., 2010).
Diklorometana (DCM) yang telah teradsorp ke dalam karbon aktif dapat dipisahkan
dengan proses heating, dimana granular karbon aktif yang telah mengadsorp
diklorometana akan dipanaskan pada ruang tertutup. Sehingga, diklorometana yang
memiliki titik didih cukup rendah yaitu 39.75°C akan menguap dan akan
terkondensasi di dalam ruangan yang tertutup tersebut.
Penanganan diklorometana juga dapat dilakukan secara elektrolisis. Pada
penerapan elektrolisis sangat menguntungkan, hal tersebut dikarenakan limbah
yang dielektrolisis akan terdekomposisi secara sempurna. Elektrolisispun sangat
mudah dalam penerapannya. Namun elektrolisis diklorometana kurang
menguntungkan terlebih dalam pemisahan hasil elektrolisis karena terjadi
pengendapan bersama antara produk reaksi dengan elektrolit pendukung
(Sonoyama et al., 2001). Produk dekomposisi DCM adalah metana yang diproduksi
dengan efisiensi 92% (Kotsinaris et al., 1998)
Acoustic cavitation merupakan salah satu metode untuk menghilangkan
diklorometana dalam metode penghilangan diklorometana ini dilakukan dengan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
memineralisasikan limbah diklorometana. Reaksi dekomposisi berlangsung secara
cepat. Tidak ada bahan kimia yang digunakan dalam metode ini (González-García
et al., 2010). Degradasi VOC terjadi di dalam gelembung kavitasi melalui
pembelahan thermolytic obligasi C-Cl sebagai gelembung runtuh (Cheung et al.,
1991; Hung and Hoffmann, 1999; Destaillats et al., 2001). Namun metode acoustic
cavitation kurang selektif dan hasil dekomposisi diklorometana sangat sedikit
(Shestakova and Sillanpää,. 2013).
2.3. Adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika
suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat
penyerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis (zat terserap,
adsorbat) pada permukaannya (Saragih, 2008). Berbeda dengan absorpsi yang
merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan.
Adsorpsi secara umum merupakan proses penggumpalan substansi
terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada lapisan
permukaan atau antar fasa, di mana molekul dari suatu materi terkumpul pada
permukaan bahan pengadsorpsi atau adsorben (Masamune and Smith., 1964).
Sedangkan absorpsi merupakan suatu peristiwa penyerapan adsorbat oleh adsorben,
sehingga adsorbat tekumpul sampai ke dalam dasar dan permukaan adsorben.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
2.3.1. Adsorpsi isoterm
Adsorpsi isoterm merupakan interaksi antara adsorbat dan adsorben yang
digunakan untuk menghilangkan polutan organik. Kapasitas adsopsi (q) jumlah
adsorbat yang teradsorb atau terikat pada karbon aktif yang dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
qe=[(Co-Ce)] VW
.............................................................................................. (1)
Dengan ketentuan qe adalah kapasitas adsorpsi (mg /g), Co adalah konsentrasi analit
sebelum proses adsorpsi (mg/L), Ce adalah konsentrasi analit sesudah proses
adsorpsi (mg /L), V adalah volume larutan (L), W adalah massa adsorben (g) (Liu,
et al., 2010).
Model adsorpsi isoterm diklorometana pada permukaan karbon aktif dapat
diketahui dengan cara mengaplikasikan persamaan Langmuir dan Freundlich.
Model Langmuir didasarkan pada struktur permukaan adsorben yang homogen,
dimana semua sisi serapan setara dan serupa. Persamaan Langmuir dapat dituliskan
sebagai berikut :
Ce
qe= 1
KLqm+ 1
qmCe ......................................................................................... (2)
Dengan ketentuan Ce adalah konsentrasi kesetimbangan analit dalam larutan (mg
/L). qe adalah jumlah analit yang teradsorb pada saat kesetimbangan (mg/g). KL
adalah konstanta adsorpsi Langmuir (L/mg). qm adalah kapasitas adsorpsi
maksimum (mg/g). Nilai KL dan qm dapat ditentukan oleh hubungan grafik antara
Ce dengan Ce/qe (Hu et al., 2011).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Model Freundlich menjelaskan bahwa proses adsorpsi terjadi pada
permukaan yang herterogen dan kapasitas adsorpsi berhubungan dengan
konsentrasi adsorbat. Persamaan umum Freundlich dapat dijelaskan dengan
persamaan berikut
log qe= log Kf+1n
log Ce .................................................................................. (3)
Dengan ketentuan Ce adalah konsentrasi analit pada saat kesetimbangan (mg/L),
qe adalah kapasitas adsorpsi pada saat kesetimbangan (mg/g), Kf dan 1/n adalah
konstanta Freundlich dan faktor heterogenitas. Kf menunjukkan kapasitas adsorpsi
adsorben. n adalah ukuran penyimpangan linearitas dari adsorpsi. Nilai Kf dan 1/n
dapat diperoleh melalui plot antara log Ce dengan log qe (Zakaria et al., 2009).
2.3.2. Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
adsorben dalam fungsi waktu. Pada umumnya untuk menetukan kinetika adsorpsi
digunakan orde kinetika adsorpsi dengan menggunakan persamaan berikut
Ce –(n-1) = (n-1) kt + Co –(n-1) .......................................................................... (4)
Dengan ketentuan k adalah konstanta laju adsorpsi, t adalah waktu dan n adalah
orde kinetika adsorpsi, Co dan Ce adalah konsentrasi analit sebelum dan sesudah
proses adsorpsi. Nilai k diperoleh dari plot antara t dengan Ce (Chrisnandari.,
2015).
2.3.3. Termodinamika adsorpsi
Termodinamika adsorpsi dilakukan untuk mengetahui apakah proses
adsorpsi berjalan secara spontan atau tidak. Parameter termodinamika seperti
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
perubahan energi bebas (ΔGo), perubahan entalpi (ΔHo) dan standar perubahan
entropi (ΔSo) dihitung dari Persamaan :
∆𝐺° = −𝑅𝑇 𝑙𝑛 𝐾𝑐 ........................................................................................ (5)
∆𝐺° = ∆𝐻° − 𝑇∆𝑆° ..................................................................................... (6)
ln Kc = ∆S°R
- ∆H°RT
.......................................................................................... (7)
Dengan ketentuan Kc adalah konstanta kesetimbangan termodinamika (L/g) yang
nilainya diperoleh dari intersep grafik hubungan qe dengan ln (qe/Ce). R adalah
konstanta gas (8,314 J mol-1 K-1) dan T adalah suhu absolut (K). Nilai ΔHo dan ΔSo
diperoleh dari slope dan intersep dari grafik hubungan antara 1/T dengan ln Kc
(Surikumaran et al., 2014).
2.4. Granular Karbon Aktif
Granular karbon aktif (GAC) adalah padatan amorf yang dimanfaatkan
dalam berbagai aplikasi industri dan lingkungan karena luas permukaan internal
yang besar dan memilik pori yang berukuran mikropori (diameter < 2nm) dan
mesopori diameter 2 – 50 nm (Zeinali et al., 2010). Menurut IUPAC (Internasional
Union of Pure and Applied Chemical) ada beberapa klasifikasi pori yaitu mikropori
(diameter < 2nm), mesopori diameter 2 – 50 nm, makropori diameter > 50 nm.
Karbon aktif bubuk ukuran diameter butirannya kurang dari atau sama dengan 325
mesh. Sedangkan karbon aktif granular ukuran diameter butirannya lebih besar dari
325 mesh (Astuti dan Kurniawan., 2015).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Granular karbon aktif (GAC) digunakan adsorpsi secara rutin sebagai
proses pengolahan air limbah dalam industri . Potensi GAC untuk menghilangkan
pestisida (Yu et al., 2008). Selain itu adsorpsi pada GAC juga dapat menghilangkan
kontaminan organik. (Hernández-Leal et al., 2011).
Karbon aktif adalah adsorben yang paling fleksibel dan umum digunakan
karena luas permukaan yang sangat tinggi dan volume mikropori, kapasitas besar
adsorpsi, kinetika adsorpsi cepat, dan relatif mudah regenerasi (Prahas et al., 2008).
Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan dalam dua metode yang berbeda yaitu dengan
metode aktivasi fisik dan kimia. Aktivasi dengan metode kimia menggunakan asam
fosfat sebagai agen mengaktifkan. Keuntungan dari aktivasi kimia adalah biaya
energi yang rendah, karena aktivasi kimia biasanya terjadi pada suhu yang lebih
rendah daripada menggunakan aktivasi fisik, dan hasil dari aktivasi kimia lebih
tinggi daripada aktivasi fisik (Hu et al., 2001).
2.5. Analisis Diklorometana
Adanya diklorometana dapat dianalisis secara spektrofotometri.
Spektrofotometri merupakan metode dalam kimia analitik yang berguna untuk
menentukan komposisi baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada
interaksi antara materi dengan cahaya. (Day., 1986). Prinsip kerja spektrofotometri
berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melalui suatu media
(larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan,dan
sebagian lagi dipancarkan. Daerah UV tidak nampak oleh mata, panjang
gelombang180 – 380 nm. Daerah Visibel (nampak) terlihat oleh mata, berupa
warna, panjang gelombang 380 – 760 nm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Diklorometana dapat dianalisis secara spektrofotometer UV-Vis.
Dikarenakan adanya Cl pada diklorometana yang merupakan gugus auksokrom,
senyawa diklorometana dapat teranalisa pada spektrofotometer UV-Vis (Gainza.,
1986). Sesuai dengan persamaan lambert-beer
A= a.b.c atau A= ε. b. c
Dengan ketentuan A adalah serapan, a adalah absorptivitas (g−1 cm−1), b adalah
ketebalan (cm) , c adalah konsentrasi (g l−1), ε adalah absorptivitas molar (M−1
cm−1).
2.6. Metode BET
Metode BET (Brunauer-Emmet-Teller) merupakan metode yang digunakan
untuk menentukan luas permukaan suatu padatan berpori, serta ukuran dan volume
pori-porinya dengan menggunakan alat autosorb. Prinsip kerjanya berdasarkan
proses adsorpsi dan desorpsi gas N2 pada permukaan padatan berpori (Nurhayati.,
2008).
Karakteristik struktur pori pada karbon dapat ditentukan dengan adsorpsi
nitrogen pada suhu -196 oC oleh Quadrasorb SI. Sebelum pengukuran adsorpsi gas,
karbon dipanaskan pada kondisi vakum 200 oC dalam jangka waktu minimal 24
jam. Adsorpsi isoterm nitrogen diukur melalui tekanan relatif (P / Po). Luas
permukaan BET ditentukan dengan cara persamaan BET. Pada tekanan relatif ini
semua pori-pori diisi dengan gas nitrogen. DFT distribusi ukuran pori semua
sampel karbon diperoleh berdasarkan adsorpsi isoterm nitrogen (Prahas et al.,
2008).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Luas permukaan pori dapat ditentukan dengan mengekstrapolasi kurva dan
menggunakan persamaan BET sebagai berikut :
𝑃
𝑉𝑎𝑑𝑠(𝑃0 − 𝑃)=
1
𝑉𝑚𝐶+
𝐶 − 1
𝑉𝑚𝐶𝑥
𝑃
𝑃0
Dengan ketentuan P adalah tekanan, Vads adalah volume gas yang diadsorpsi
pada tekanan P, P0 adalah tekanan jenuh (sekitar 200 – 400 Torr), Vm adalah volume
gas yang diadsorpsi pada lapisan monolayer, dan C adalah tetapan BET. Dengan
grafik hubungan antara P/P0 dengan [P/Vads (P0-P)] (Nurhayati., 2008).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15 SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik dan
Laboratorium Penelitian, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
bulan Juni 2016.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1. Bahan penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah granular karbon
aktif (GAC), akuades (H2O), diklorometana murni pro analisis (CH2Cl2), metanol
(CH3OH), asam fosfat (H3PO4) natrium asetat (CH3COONa), asam asetat
(CH3COOH), dinatrium hidrogen fosfat (Na2HPO4), natrium dihidrogen fosfat
(NaH2PO4), isopropil alkohol (C3H7OH), trietanolamin (C6H15NO3) dan sampel
limbah sintesis yang mengandung diklorometana (CH2Cl2). Bahan kimia yang
digunakan memiliki derajat kemurnian pro analisis. Air yang digunakan adalah
akuades.
3.2.2. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lemari pendingin
(Sanyo), Oven (Philips), pH meter atau pH universal, timbangan analitik, pipet
mikro (fisher scientific), spektrofotometer UV-Vis, desikator, pengaduk magnetik
dan seperangkat alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
3.3. Diagram Alir Penelitian
Persiapan alat dan bahan penelitian
Pembuatan larutan 1. Larutan induk diklorometana 1000 ppm 2. Larutan kerja diklorometana 100 ppm 3. Larutan standar diklorometana 10, 20,
30, 40, 50, 60 dan 70 ppm 4. Pembuatan buffer asetat, buffer fosfat
dan buffer ammonia 5. Pembuatan Larutan Pengganggu
Penyiapan dan pengaktifan adsorben (granular karbon aktif)
Evaluasi adsorpsi menggunakan sistem batch
Spektrofotometer UV-Vis
Analisis data
Parameter adsorpsi
1. Optimasi - Waktu - pH
2. Kinetika 3. Isoterm 4. Uji Inteferensi
1. Kapasitas adsorpsi 2. Kinetika adsorpsi 3. Adsorpsi isoterm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Pembuatan larutan diklorometana
3.4.1.1.Pembuatan larutan induk diklorometana 1000 ppm
Larutan induk diklorometana 1000 ppm dibuat dengan melarutkan 0,750
mL diklorometana murni (massa jenis diklorometana 1,33 gram/mL) menggunakan
pipet mikro ke dalam 10 mL metanol di dalam gelas beker. Kemudian larutan
tersebut dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 1000 mL, dan
diencerkan dengan pelarut metanol hingga tanda batas dan dikocok hingga
homogen. Perhitungan pembuatan larutan induk diklorometana 1000 ppm
tercantum pada lampiran 1.
3.4.1.2.Pembuatan larutan kerja diklorometana 100 ppm
Larutan kerja diklorometana 100 ppm dibuat dengan cara mempipet 10 mL
larutan induk diklorometana 1000 ppm dengan menggunakan pipet volum lalu
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan
dengan pelarut metanol hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
Perhitungan pembuatan larutan induk diklorometana 100 ppm tercantum pada
lampiran 1.
3.4.1.3.Pembuatan larutan standar diklorometana 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70
ppm Larutan standar diklorometana 10, 20, 30, 40, 50, 60 dan 70 ppm dibuat
dengan cara mempipet berturut – turut 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 mL larutan kerja
diklorometana 100 ppm menggunakan pipet volum dan dipindahkan secara
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
kuantitatif ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian diencerkan dengan menggunakan
metanol hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
3.4.1.4.Pembuatan larutan buffer asetat pH 3, 4 dan 5
Larutan buffer asetat pH 5 sebanyak 250 mL dibuat dengan cara mengambil
larutan CH3COONa 0,1 M sebanyak 161,4 mL kemudian dipindahkan ke dalam
gelas beker 500 mL. setelah itu ditambahkan 88,6 mL larutan CH3COOH 0.1 M
dan diaduk menggunakan pengaduk magnetik sambil diukur pH-nya menggunakan
pH meter. Bila pH larutan masih di atas 5, maka ditambahkan CH3COOH 0,1 M
tetes demi tetes hingga pH larutan menjadi 5 bila pH larutan di bawah 5, maka
ditambahkan larutan CH3COONa 0,1 M tetes demi tetes hingga pH larutan menjadi
5. Hal yang sama dilakukan untuk membuat buffer asetat pH 3 dan 4 dengan
komposisi larutan pada Tabel 3.1. Perhitungan perbandingan volume larutan untuk
membuat larutan buffer asetat tercantum pada lampiran 2.
Tabel 3.1 Komposisi larutan buffer asetat dalam pH 2, 3, 4 dan 5
pH Buffer asetat V CH3COONa (mL) V CH3COOH (mL)
3 4,4 245,6
4 38,1 211,9
5 161,4 88,6
3.4.1.5.Pembuatan larutan buffer fosfat pH 6 dan 7
Larutan buffer fosfat 250 mL pH 7 dibuat dengan cara mencampurkan
larutan Na2HPO4 0,1 M sebanyak 87,3 mL dengan larutan 162,7 mL NaH2PO4 0,1
M dalam gelas beker 500 mL. setelah itu campuran diaduk menggunakan pengaduk
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
magnetik sambil diukur pH-nya menggunakan pH meter. Bila pH larutan masih
diatas 7 maka ditambahkan NaH2PO4 0,1 M, tetes demi tetes hingga pH larutan
menjadi 7. Bila pH larutan dibawah 7 maka ditambahkan larutan Na2HPO4 0,1 M
tetes demi tetes hingga pH larutan menjadi 7. Hal yang sama dilakukan untuk
membuat buffer fosfat pH 6 dengan komposisi larutan pada Tabel 3.2. Perhitungan
perbandingan volume larutan untuk membuat larutan buffer fosfat tercantum pada
lampiran 2.
Tabel 3.2 Komposisi larutan buffer fosfat dalam pH 6 dan 7
pH Buffer fosfat V Na2HPO4 (mL) V NaH2PO4 (mL)
6 12,7 237,3
7 87,3 162,7
3.4.1.6.Pembuatan larutan induk isopropil alkohol 1000 ppm
Larutan induk isopropil alkohol 1000 ppm dibuat dengan melarutkan 1,282
mL isopropil alkohol dengan massa jenis 0,78 gram/mL ke dalam labu ukur 1000
mL, dan diencerkan dengan aquades hingga tanda batas dan dikocok hingga
homogen. Perhitungan pembuatan larutan induk isopropil alkohol 1000 ppm
tercantum pada lampiran 1.
3.4.1.7.Pembuatan larutan kerja 100 ppm isopropil alkohol
Larutan kerja 100 ppm isopropil alkohol dibuat dengan cara mempipet 10
mL larutan induk isopropil alkohol 1000 ppm menggunakan pipet volume dan
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan
dengan menggunakan aquades hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
3.4.1.8.Pembuatan larutan standar isopropil alkohol 10, 30, 40, 50 dan 60 ppm
Larutan standar isopropil alkohol dibuat pada konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan
50 ppm. Larutan kerja dibuat dengan cara mempipet berturut-turut 1,0 ; 3,0 ; 4,0 ;
5,0 dan 6,0 mL larutan kerja isopropil alkohol 100 ppm menggunakan pipet volume
dan dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian diencerkan
dengan menggunakan aquades hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
3.4.1.9. Pembuatan larutan induk trietanolamin 1000 ppm
Larutan induk trietanolamin 1000 ppm dibuat dengan melarutkan 0,893 mL
trietanolamin dengan massa jenis 1,12 gram/mL ke dalam labu ukur 1000 mL, dan
diencerkan dengan metanol hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
Perhitungan pembuatan larutan induk trietanolamin 1000 ppm tercantum pada
lampiran 1.
3.4.1.10. Pembuatan larutan kerja 100 ppm trietanolamin
Larutan kerja 100 ppm trietanolamin dibuat dengan cara mempipet 10 mL
larutan induk trietanolamin 1000 ppm menggunakan pipet volume dan dipindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian diencerkan dengan
menggunakan metanol hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
3.4.1.11. Pembuatan larutan standar trietanolamin 45, 50, 55, 60 dan 70 ppm
Larutan standar trietanolamin dibuat pada konsentrasi 45, 50, 55, 60 dan 70
ppm. Larutan kerja dibuat dengan cara mempipet berturut – turut 4,5 ; 5,0 ; 5,5 ; 6,0
dan 7,0 mL larutan kerja trietanolamin 100 ppm menggunakan pipet volume dan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 10 mL, kemudian diencerkan
dengan menggunakan metanol hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
3.4.2. Pembuatan kurva standar diklorometana
Kurva standar untuk larutan diklorometana dibuat dengan cara menganalisis
larutan standar 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 ppm menggunakan spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang 278 nm dengan pelarut metanol:air (v/v, 55:45).
Selanjutnya data yang diperoleh dari analisis menggunakan spektrofotometer UV-
Vis digunakan untuk membuat kurva hubungan antara konsentrasi dengan
absorbansi diklorometana. Tujuan pembuatan kurva baku ini untuk menentukan
konsentrasi larutan kerja diklorometana yang tidak teradsorp pada permukaan
granular karbon aktif.
3.4.3. Preparasi adsorben (granular karbon aktif)
Granular karbon aktif (GAC) dipreparasi secara kimia menggunakan
aktivator H3PO4. Sebelum diaktivasi menggunakan H3PO4, karbon dihaluskan dan
diayak menggunakan pengayak berukuran 20 mesh. Kemudian karbon
dicampurkan pada H3PO4 10% (b/v) sampai terendam. Campuran didiamkan pada
suhu ruang selama 24 jam (Darmawan et al., 2009), kemudian disaring dan
dipanaskan dengan menggunakan penangas. Kemudian granular karbon aktif
didingankan pada suhu ruang dan dicuci dengan akuades hingga sisa H3PO4 hilang,
lalu dilakukan uji sisa H3PO4 menggunakan larutan AgNO3 dimana akan terbentuk
endapan putih (Ag3PO4) jika masih mengandung H3PO4 pada granular karbon aktif.
Selanjutnya granular karbon aktif dikeringkan dalam oven pada suhu 110 oC selama
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
24 jam (Prahas et al., 2008). Granular karbon aktif (GAC) disimpan dalam desikator
untuk digunakan pada prosedur lebih lanjut. Granular karbon aktif yang telah
diaktivasi juga dianalisis menggunakam metode BET untuk mengetahui luas
permukaan dan ukuran pori pada granular karbon aktif.
3.4.4. Evaluasi adsorpsi granular karbon aktif menggunakan sistem batch
3.4.4.1.Penentuan waktu optimum
Penentuan waktu optimum adsorpsi diklorometana dengan menggunakan
granular karbon aktif dilakukan dengan menyiapkan 5 larutan kerja diklorometana
dengan konsentrasi 300 ppm masing masing sebanyak 10 mL. Kemudian larutan
tersebut dipindahkan ke dalam botol berpenutup, dan pada masing-masing botol
ditambahkan granular karbon aktif 40 mg. setelah itu untuk setiap gelas beker
dilakukan satu variasi waktu. Variasi waktu yang digunakan adalah 30, 45, 60, 75
dan 90 menit. Adsorpsi dilakukan pada pH 7 dan suhu ruang (30 oC). Setelah
dilakukan adsorpsi dengan variasi waktu yang telah ditentukan, larutan disaring
dengan menggunakan kertas saring dan filtrat dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dari analisis spektrofotometer UV-
Vis digunakan untuk membuat grafik hubungan antara waktu dan kapasitas
adsorpsi. Waktu optimum ditentukan dari titik grafik yang stasioner. Hal ini sama
juga dilakukan untuk konsentrasi larutan kerja diklorometana 400 ppm dan 500
ppm.
3.4.4.2.Penentuan pH optimum
Penentuan pH optimum adsorpsi diklorometana pada permukaan granular
karbon aktif dilakukan dengan cara menyiapkan 5 seri larutan kerja diklorometana
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
300 ppm dengan pH yang berbeda-beda yaitu 3, 4, 5, 6 dan 7. Untuk konsentrasi
300 ppm dengan pH 3 dibuat dengan cara memipet 3 mL larutan induk
diklorometana 1000 ppm ke dalam labu ukur 10 mL. kemudian ditambahkan
larutan buffer asetat pH 3 sebanyak 2 mL, lalu diencerkan dengan akuades hingga
tanda batas. Hal yang sama juga dilakukan untuk membuat larutan kerja
diklorometana 300 ppm dengan pH 3, 4, 5, 6 dan 7. Setelah itu masing-masing
laruatn dipindahkan ke dalam botol berpenutup, dan masing-masing botol
ditambahkan dengan granular karbon aktif sebanyak 40 mg. Adsorpsi dilakukan
menggunakan waktu optimum yang diperoleh dari prosedur 3.4.4.1 dan pada suhu
ruang. Kemudian larutan disaring dan filtrat dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dari analisis spektrofotometer UV-
Vis digunakan untuk membuat grafik hubungan antara pH dan kapasitas adsorpsi.
Nilai pH yang memberikan kapasitas adsorpsi tertinggi digunakan sebagai pH
optimum. Perlakuan yang serupa juga dilakukan untuk konsentrasi larutan kerja
diklorometana 400 dan 500 ppm.
3.4.4.3.Penentuan massa optimum granular karbon aktif
Penentuan massa optimum granular karbon aktif untuk adsorpsi
diklorometana dilakukan dengan menyiapkan 5 larutan kerja diklorometana dengan
konsentrasi 300 ppm masing masing sebanyak 10 mL. Kemudian larutan tersebut
dipindahkan ke dalam botol berpenutup, dan pada masing-masing botol
ditambahkan granular karbon aktif dengan variasi massa 20, 30, 40, 50 dan 60 mg.
Adsorpsi dilakukan pada waktu optimum yang diperoleh dari prosedur 3.4.4.1,
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
pada pH optimum yang diperoleh dari prosedur 3.4.4.2 dan suhu ruang (30 oC).
Setelah dilakukan adsorpsi dengan waktu dan pH optimum, larutan disaring dengan
menggunakan kertas saring dan filtrat dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Data yang diperoleh dari analisis spektrofotometer UV-Vis digunakan
untuk membuat grafik hubungan antara massa granular karbon aktif dan kapasitas
adsorpsi. Massa optimum ditentukan dari titik grafik yang stasioner. Hal ini sama
juga dilakukan untuk konsentrasi larutan kerja 400 ppm dan 500 ppm.
3.4.4.4.Adsorpsi isoterm
Adsorpsi isoterm diklorometana pada permukaan granular karbon aktif
dapat diketahui dengan cara menyiapkan larutan kerja diklorometana dengan
konsentrasi 100, 200, 300, 400 dan 500 ppm dengan pH optimum yang diperoleh
dari prosedur 3.4.4.2 masing-masing 10 mL. kemudian masing-masing larutan
dipindahkan ke dalam botol berpenutup dan masing-masing botol ditambahkan
granular karbon aktif sebanyak 40 mg. kemudian proses adsorpsi dilakukan pada
waktu optimum yang diperoleh dari prosedur 3.4.4.1 dan suhu ruang. Setelah itu
larutan disaring dengan menggunakan kertas saring dan filtrat dianalisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dari analisis
spektrofototmeter UV-Vis digunakan untuk membuat kurva hubungan antara
kapasitas adsorpsi dengan konsentrasi larutan kerja diklorometana. Setelah itu
dapat juga dibuat grafik Langmuir dan Freundlich berdasarkan persamaan (3.3) dan
(3.4). Grafik yang memberikan nilai koefisien kolerasi (R2) tertinggi menunjukan
bilamana adsorpsi tersebut mengikuti model Langmuir dan Freundlich.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
3.4.4.5.Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi diklorometana dengan menggunakan granular karbon
aktif dapat diketahui dengan cara menyiapkan 5 larutan kerja diklorometana
konsentarsi 500 ppm dengan pH 5 masing-masing 10 mL. Kemudian masing-
masing larutan dipindahkan ke dalam botol berpenutup dan masing-masing botol
berpenutup ditambahkan granular karbon aktif sebanyak 40 mg. Setelah itu untuk
setiap botol dilakukan variasi waktu 30, 45, 60, 75 dan 90 menit. Setelah melakukan
adsorpsi dengan waktu yang telah ditentukan, larutan disaring dan dianalisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dari analisis
spektrofotometer UV-Vis diolah dan digunakan untuk membuat grafik orde
berdasarkan persamaan (3.2). Grafik yang memberikan nilai koefisien kolerasi (R2)
tertinggi menunjukkan orde adsorpsi diklorometana pada permukaan granular
karbon aktif.
3.4.5. Penentuan parameter adsorpsi
3.4.5.1.Kapasitas adsorpsi
Kapasitas adsopsi (qe) jumlah adsorbat yang teradsorb yang terikat pada
granular karbon aktif yang dapat dihitung menggunakan persamaan berikut
qe = V(C0- - Ce)
W (3.1)
Keterangan :
qe = Kapasitas adsorpsi (mg/g)
V = Volume larutan (L)
Co = Konsentrasi analit sebelum proses adsorpsi (mg/L)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Ce = Konsentrasi analit sesudah proses adsorpsi (mg/L)
W = Massa granular karbon aktif yang digunakan (g)
3.4.5.2.Adsorpsi isoterm
Model adsorpsi isoterm diklorometana pada permukaan granular karbon
aktif dapat diketahui dengan cara mengaplikasikan persamaan Langmuir dan
Freundlich. Persamaan Langmuir dituliskan sebagai berikut
Ce
qe= 1
qmKl+ Ce
qm (3.3)
Sedangkan persamaan Freundlich ditulis sebagai berikut
Log q = log KF + (1/n) log Ce (3.4)
Bila isoterm mengikuti metode Langmuir maka dibuat plot antara Ce/qe dengan Ce
memberikan hasil yang linier. Sedangkan bila mengikuti model Freundlich maka
plot antara qe dengan log Ce menghasilkan hasil yang linier.
Keterangan:
Ce = konsentrasi kesetimbangan analit dalam larutan (mg/L)
qe = kapasitas adsorpsi pada saat kesetimbangan (mg/g)
KL = kapasitas adsorpsi Langmuir (L/mg)
qm = kapasitas adsoprsi maksimum (mg/g)
KF = konstanta Freundlinch (mg/g) (L/mg)1/n
1/n = faktor heterogenitas
3.4.5.3.Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi dapat ditentukan dengan orde dengan persamaan sebagai
berikut
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Ce –(n-1) = (n-1)kt + Co –(n-1) (3.2)
Kemudian dibuat plot antara Ce dengan t untuk masing-masing orde menghasilkan
persamaan linier. Orde kinetika adsopsi ditentukan dari nilai koefisien korelasi (R2)
yang paling besar.
Keterangan
k = Konstanta laju reaksi
t = waktu (s)
n = orde kinetika reaksi
Co = konsentrasi analit sebelum diadsorpsi (mg/L)
Ce = konsentrasi analit sesudah diadsorpsi (mg/L)
3.4.6. Uji inteferensi
3.4.6.1.Pembuatan kurva standar isopropil alkohol
Kurva standar untuk larutan isopropil alkohol dibuat dengan cara
menganalisis larutan standar 10, 20, 30, 40 dan 50 ppm menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 220 nm dengan pelarut
metanol:air (v/v, 55:45). Selanjutnya data yang diperoleh dari analisis
menggunakan spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk membuat kurva
hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi isopropil alkohol. Tujuan
pembuatan kurva baku ini untuk menentukan konsentrasi larutan kerja isopropil
alkohol yang tidak teradsorp pada permukaan granular karbon aktif.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
3.4.6.2.Adsorpsi diklorometana dengan penambahan larutan pengganggu
isopropil alkohol
Pemberian larutan pengganggu pada adsorpsi diklorometana dilakukan
dengan menyiapkan 4 larutan kerja diklorometana dan isopropil alkohol dengan
perbnadingan mol 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 . Untuk perbandingan mol diklorometana
dengan isopropil alkohol 1:1 dibuat dengan cara mengambil larutan diklorometana
500 ppm sebanyak 5 mL kemudian dipindahkan ke dalam botol berpenutup. setelah
itu ditambahkan 10 mL larutan isopropl alkohol 180 ppm. Selanjutnya adsorpsi
dilakukan pada waktu optimum yaitu 75 menit dan pada pH optimum yaitu pada
pH 5, dan penambahan massa optimum granular karbon aktif yaitu 40 mg. Setelah
dilakukan proses adsorpsi, larutan disaring dengan menggunakan kertas saring dan
filtrat dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dari
analisis spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk membuat hubungan antara
perbandingan mol diklorometana dan isopropil alkohol dengan kapasitas adsorpsi.
Hal yang sama dilakukan untuk membuat larutan kerja diklorometana dan isopropil
alkohol dengan perbnadingan mol 1:2, 1:3 dan 1:4 dengan komposisi larutan pada
Tabel 3.3. Perhitungan perbandingan konsentrasi dan volume larutan untuk
membuat larutan kerja diklorometana (DCM) dan isoprpil alkohol (IPA) pada uji
inteferensi tercantum pada lampiran 1.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Tabel 3.3. perbandingan volume dan konsentrasi DCM dan IPA
Perbandingan
DCM : IPA
Konsentrasi
DCM (ppm)
Volume
DCM (mL)
Konsentrasi
IPA (ppm)
Volume
IPA (mL)
1 : 1 500 5 180 10
1 : 2 500 5 360 10
1 : 3 500 5 540 10
1 : 4 500 5 720 10
3.4.6.3.Pembuatan kurva standar trietanolamin
Kurva standar untuk larutan trietanolamin dibuat dengan cara menganalisis
larutan standar 45, 50, 55, 60 dan 70 ppm menggunakan spektrofotometer UV-Vis
pada panjang gelombang 268 nm dengan pelarut metanol:air (v/v, 55:45).
Selanjutnya data yang diperoleh dari analisis menggunakan spektrofotometer UV-
Vis digunakan untuk membuat kurva hubungan antara konsentrasi dengan
absorbansi trietanolamin. Tujuan pembuatan kurva baku ini untuk menentukan
konsentrasi larutan kerja trietanolamin yang tidak teradsorp pada permukaan
granular karbon aktif.
3.4.6.4.Adsorpsi diklorometana dengan penambahan larutan pengganggu
trietanolamin
Pemberian larutan pengganggu pada adsorpsi diklorometana dilakukan
dengan menyiapkan 4 larutan kerja diklorometana dan trietanolamin dengan
perbnadingan mol 1:1, 1:2, 1:3, 1:4 . Untuk perbandingan mol diklorometana
dengan trietanolamin 1:1 dibuat dengan cara mengambil larutan diklorometana 500
ppm sebanyak 5 mL kemudian dipindahkan ke dalam botol berpenutup. setelah itu
ditambahkan 20 mL larutan trietanolamin 179 ppm. Selanjutnya adsorpsi dilakukan
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
pada waktu optimum yaitu 75 menit dan pada pH optimum yaitu pada pH 5, dan
penambahan massa optimum granular karbon aktif yaitu 40 mg. Setelah dilakukan
proses adsorpsi, larutan disaring dengan menggunakan kertas saring dan filtrat
dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Data yang diperoleh dari
analisis spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk membuat hubungan antara
perbandingan mol diklorometana dan trietanolamin dengan kapasitas adsorpsi. Hal
yang sama dilakukan untuk membuat larutan kerja diklorometana dan trietanolamin
dengan perbnadingan mol 1:2, 1:3 dan 1:4 dengan komposisi larutan pada Tabel
3.4. Perhitungan perbandingan konsentrasi dan volume larutan untuk membuat
larutan kerja diklorometana (DCM) dan trietanolamin (TEA) pada uji inteferensi
tercantum pada lampiran 1.
Tabel 3.4. perbandingan volume dan konsentrasi DCM dan TEA
Perbandingan
DCM : TEA
Konsentrasi
DCM (ppm)
Volume
DCM (mL)
Konsentrasi
TEA (ppm)
Volume
TEA (mL)
1 : 1 500 5 179 20
1 : 2 500 5 358 20
1 : 3 500 5 537 20
1 : 4 500 5 716 20
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31 SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Kurva standar diklorometana
Kurva standar diklorometana dibuat dengan menganalisis larutan standar
diklorometana dengan variasi konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, 60, dan 70 ppm dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 278 nm. Blanko
yang digunakan adalah metanol dan air karena diklorometana bersifat semi polar
sehingga hanya larut sebagian di dalam air, maka dari itu perlu dicampurkan
metanol agar diklorometana dapat larut sempurna. Hasil yang diperoleh dari
pengukuran larutan standar dengan menggunaka spektrofotometer UV-Vis adalah
absorbansi. Absorbansi yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan standar. Semakin tinggi konsentrasi larutan standar diklorometana maka
semakin tinggi pula absorbansi yang dihasilkan. Data absorbansi diklorometana
ditampilkan pada Tabel 4.1 dan kurva standar hubungan antara konsentrasi
diklorometana dengan absorbansi ditampilkan pada Gambar 4.1. Tujuan pembuatan
kurva standar ini adalah untuk menentukan konsentrasi diklorometana yang tersisa
dalam larutan kerja diklorometana setelah proses adsoprsi oleh permukaan karbon
aktif. Persamaan regresi linier kurva standar diklorometana adalah y = 0,0009x +
0.0019 dengan koefisien korelasi sebesar R2 = 0,9967.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Tabel 4.1 Data Absorbansi larutan standar diklorometana
Konsentrasi larutan diklorometana (ppm)
Absorbansi
10 0,012
20 0,020
30 0,028
40 0,036
50 0,046
60 0,057
70 0,065
Gambar 4.1 Kurva standar diklorometana menggunakan spektrofotometer UV-Vis
y = 0.0009x + 0.0019R² = 0.9967
0.000
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
0.070
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Abs
orba
nsi
Konsentrasi diklorometana (ppm)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
4.2. Aktivasi karbon aktif
Karbon aktif diperoleh dengan aktivasi kimia menggunakan asam fosfat
sebagai agen yang memiliki kompetensi yang tinggi dan dapat mengaktifkan
karbon (Teng et al., 1998). Aktivasi atau karbonisasi dilakukan pada suhu tinggi
bertujuan agar membebaskan sebagian besar unsur-unsur non karbon, terutama
hidrogen, oksigen dan nitrogen dalam bentuk cair dan gas agar meninggalkan
kerangka karbon (Rodriguez-Reinoso dan Molina-sabio., 1992). Bahan kimia asam
fosfat adalah mineral anorganik yang digunakan sebagai pengaktif melalui proses
pemutusan rantai karbon dari senyawa organik. Unsur-unsur mineral dari asam
fosfat yang ditambahkan akan meresap ke dalam karbon dan membuka permukaan
karbon sehingga volume dan diameter pori bertambah besar (Kurniawan et al.,
2014)
4.1. Hasil uji adsorpsi-desorpsi nitrogen
Analisis adsorpsi-desorpsi nitrogen digunakan untuk menentukan luas
permukaan, volume pori dan diameter pori. Luas permukaan spesifik karbon aktif
dievaluasi menggunakan metode Brunauer-Emmett-Teller (BET), sedangkan
volume pori dan diameter pori dievaluasi menggunakan metode Barret-Joyner-
Halenda (BJH). Data luas permukaan, volume dan diameter pori dapat dilihat pada
Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Data luas permukaan, volume pori dan diameter pori karbon aktif Luas permukaan
(m2/g) Volume pori
(cm3/g) Diameter pori
(nm) Karbon aktif 246,4026 0,041980 4,7717
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Profil isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen untuk karbon aktif dapat dilihat
pada Gambar 4.2. Bentuk isoterm adsorpsi-desorpsi nitrogen karbon aktif
mengikuti isoterm tipe IV , hal ini dibuktikan dengan adanya hysteresis loop.
Terjadinya hysteresis loop disebabkan jumlah gas yang terdesorpsi tidak sama
dengan jumlah gas yang teradsorpsi awal. Pada tekanan yang sama, jumlah gas
yang tertinggal di permukaan material ketika desorpsi masih lebih banyak
dibandingkan ketika adsorpsi. Isoterm tipe IV menunjukkan bahwa material
memiliki ukuran mesopori (2 nm – 50nm). Selain itu pada umumnya karbn aktif
memiliki luas permukaan berkisar 100 m2/g – 600 m2/g (Apriliani., 2010). Sehingga
berdasarkan data luas permukaan dan hasil isoterm memiliki struktur mesopori.
Luas permukaan karbon aktif yang semakin besar dapat meningkatkan kapasitas
adsorpsi.
Gambar 4.2 Profil adsorpsi-desorpsi nitrogen untuk karbon aktif
0
20
40
60
80
100
120
140
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Kua
ntita
s Te
rser
ap (c
m3 /g
)
Tekanan Relatif (P/PO)
GAC Adsorpsi
GAC Desorpsi
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
4.3. Optimasi variabel
4.3.1. Optimasi waktu
Optimasi waktu bertujuan untuk menentukan waktu optimum yang
dibutuhkan oleh karbon aktif untuk dapat mengadsorp diklorometana hingga batas
maksimum. Optimasi dilakukan muai menit ke 30 hal tersebut dikarenakan pada
waktu yang lebih kecil kapasitas adsorpsinya terlalu rendah sehingga proses
optimasi waktu langsung dilakukan pada menit ke 30. Grafik hubungan antara
waktu dengan besarnya kapasitas adsorpsi (qe) oleh karbon aktif dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara waktu terhadap kapasitas adsorpsi karbon
aktif pada larutan diklorometana konsentrasi 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm
Berdasarkan Gambar 4.3 grafik adsorpsi karbon aktif meningkat secara
linier seiring dengan bertambahnya waktu kontak yaitu pada selang waktu kurang
lebih 60 menit pertama, namun pada diklorometana konsentrasi 300 ppm pada
0
20
40
60
80
100
120
20 40 60 80 100
kapa
sita
s ads
orps
i (m
g/g)
t (menit)
500 ppm
400 ppm
300 ppm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
menit ke-45 telah mengalami perlambatan kenaikan kapasitas, hal tersebut terjadi
karena hampir seluruh analit teradsorp pada waktu tersebut. Kemudian pada
diklorometana konsentrasi 400 ppm dan 500 ppm mengalami perlambatan
peningkatan kapasitas dari menit ke-60 menuju menit ke-75 karena mulai
mengalami fasa jenuh dan mulai mengalami fasa kesetimbangan antara menit ke-
75 menuju menit ke-90. Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pada konsentrasi 500
ppm laju reaksinya lebih cepat dibandingkan diklorometana konsetrasi 300ppm dan
400 ppm.
Tabel 4.3. Data regresi, kolerasi dan laju dari grafik hubungan antara waktu dan kapasitas adsorpsi
Konsentrasi DCM Persamaan Regresi Kolerasi Laju reaksi (mg/g) /s
300 ppm y = 1,0451x + 29,972 0,788 0,01532
400 ppm y = 0,8342x – 1,1759 0,8342 0,01824
500 ppm y = 0,4259x + 34,843 0,8021 0,02518
Waktu pada fasa kesetimbangan merupakan waktu optimum yang
dibutuhkan untuk adsorpsi dengan kapasitas adsorpsi maksimum, dimana analit
teradsorp ke seluruh permukaan adsorben sehingga adsorpsinya tetap konstan
karena sisi aktif adsorben telah terisi oleh analit. Dari hal tersebut dapat dinyatakan
bahwa seiring dengan bertambahnya waktu kontak, sisi aktif adsorben semakin
berkurang sehingga menyebabkan penurunan laju adsorpsi dan pada akhirnya akan
mencapai keadaan kesetimbangan (Kamel, 2013). Pada grafik diatas dapat dilihat
semakin bertambahnya konsentrasi adsorbat, maka semakin meningkat kapasitas
adsorpsinya karena jika konsentrasi adsorbat dinaikkan maka terjadi peningkatan
jumlah molekul diklorometana yang terikat pada adsorben sehingga kapasitas
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
adsorpsinya meningkat (Sulistyawati., 2008). Berdasarkan grafik diatas maka
digunakan waktu optimum pada 75 menit dimana terjadi keadaan kesetimbangan.
4.3.2. Optimasi pH
pH merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi proses adsorpsi.
Adsorpsi dilakukan pada variasi pH 3, 4, 5, 6 dan 7. Variasi pH tersebut digunakan
untuk mengetahui pada pH berapa karbon aktif dapat mengadsorp analit secara
maksimum. Grafik pengaruh pH terhadap kapasitas adsorpsi diklorometana oleh
karbon aktif dapat dilihat pada Gambar 4.4. Berdasarkan Gambar 4.4, pH 5
memiliki kapasitas adsorpsi paling besar, hal ini menunjukan bahwa adsorpsi
maksimum terjadi pada kondisi asam, yaitu pada pH 5. Pada pH yang lebih rendah
yaitu pH 3 dan 4 menunjukan nilai kapasitas adsorpsi lebih rendah dari pH 5.
Begitu pula pada pH yang lebih tinggi yaitu pH 6 dan 7 memiliki nilai kapasitas
adsorpsi yang lebih rendah dari pH 5.
Peningkatan pH atau penurunan pH lebih dari 5 menyebabkan penurunan
kapasitas adsorpsi, karena pada pH yang terlalu rendah (asam) yaitu dibawah pH 5,
jumlah proton (H+) melimpah, mengakibatkan peluang terjadinya pengikatan
adsorbat oleh adsorben yang relatif kecil atau kapasitas adsorpsi menurun (Taty et
al., 2003). Selain itu dalam kondisi terlalu asam dapat menyebabkan adsorben
menjadi bermuatan positif, sehingga dapat menyebabkan tolakan antara permukaan
adsorben dengan adsorbat yang dapat menyebabkan kapasitas adsorpsinya rendah
(Nurhasni et al., 2010). Pada pH netral yaitu pada pH 7 kapasitas adsorpsi juga
semakin menurun, hal tersebut dikarenakan ion-ion molekul mengalami reaksi
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
hidrolisis dalam larutan sehingga menjadi tidak stabil dalam bentuk ion molekul
semula yang dapat menurunkan kapasitas adsorpsinya (Aprilani., 2010). Sedangkan
pada pH basa atau di atas pH 7, jumlah proton (H+) relatif kecil dan menyebabkan
peluang terjadinya ion-ion molekul dapat membentuk endapan hidroksida sehingga
kapasitas adsorpsinya sukar ditentukan (Cordero et al., 2004). Maka dari itu pada
penelitian kali ini tidak dilakukan pada pH basa.
Gambar 4.4 Grafik hubungan antara pH terhadap kapasitas adsorpsi karbon aktif
pada larutan diklorometana dengan konsentrasi 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm
4.3.3. Optimasi massa granular karbon aktif
Optimasi massa bertujuan untuk menentukan massa optimum yang
dibutuhkan oleh karbon aktif untuk dapat mengadsorp diklorometana hingga batas
maksimum. Massa karbon aktif yang digunakan untuk optimasi massa adalah pada
0
20
40
60
80
100
120
2 3 4 5 6 7 8
kapa
sita
s ads
orps
i (m
g/g)
pH
500 ppm
400 ppm
300 ppm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
rentan 20 mg - 60 mg. Grafik hubungan antara massa dengan besarnya kapasitas
adsorpsi oleh karbon aktif dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Grafik hubungan antara massa GAC terhadap kapasitas adsorpsi
karbon aktif pada larutan diklorometana dengan konsentrasi 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm
Berdasarkan Gambar 4.5 pada rentan massa karbon aktif 20 mg – 40 mg,
semakin bertambahnya massa karbon aktif maka semakin meningkat pula kapasitas
adsorpsi diklorometana oleh karbon aktif. Hal tersebut dikarenakan semakin
banyak jumlah adsorben, semakin bertambah pula sisi aktif adsorben. Proses
adsorpsi berlangsung pada lapisan permukaan sel adsorben yang bersifat hidrofobik
yang berinteraksi dengan molekul adsorbat yang bersifat hidrofobik juga, sehingga
interaksi pasif dan relative cepat (Hughes and Poole., 1984). Namun pada rentang
massa karbon aktif antara 50 mg – 60 mg mulai konstan dan sedikit ada penurunan,
hal tersebut dikarenakan karbon aktif dalam larutan telah lewat jenuh. Hal ini
diperkuat oleh Barros et al., (2003) yang menyatakan bahwa pada saat peningkatan
01020304050607080
0 20 40 60 80
Kap
asita
s ads
orps
i (m
g/g)
massa GAC (mg)
500 ppm
400 ppm
300 ppm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
massa adsorben, maka ada peningkatan kapasitas adsorpsi, yang kemudian akan
mengalami penurunan kapasitas adsorpsi.
4.4. Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi dilakukan untuk mengetahui laju penyerapan adsorbat ke
dalam permukaan adsorben. Laju adsorpsi diklorometana pada permukaan karbon
aktif diukur sebagai fungsi waktu. Adsorpi dilakukan pada kondisi optimum yaitu
pada pH 5 dan dilakukan pada suhu ruang dengan rentang waktu 30 - 90 menit.
Konsentrasi diklorometana yang digunakan sebesar 500 ppm. Hasil studi kinetika
ditunjukan pada Gambar 4.6. Laju penyerapan diklorometana di awal cukup cepat
dan semakin melambat ketika mencapai keadaan setimbang. Hal ini terjadi karena
pada fase awal masih banyak permukaan pori atau sisi aktif karbon aktif yang belum
terpakai, sehingga molekul diklorometana dapat masuk ke dalam sisi aktif karbon
aktif dengan mudah dan cepat. Namun dalam keadaan setimbang sisi aktif kabon
aktif kemungkinan telah menjadi jenuh, sehingga adsorpsi berjalan lambat
(Surikumaran, 2014). Kapasitas adsorpsi karbon aktif pada saat kesetimbangan
yaitu 101,1759 mg/g. Karbon aktif memiliki efisiensi adsorpsi dikorometana 80%
- 90%
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Gambar 4.6. Grafik hubungan antara waktu terhadap kapasitas adsorpsi
diklorometana pada karbon aktif
Orde reaksi digumakan untuk menganalisis kinetika adsorpsi dan hasilnya dapat
disajikan dalam Tabel 4.4. Berdasarkan nilai koefisien kolerasi (R2), Adsorpsi
diklorometana pada karbon aktif mengikuti kinetika orde 1,5 dengan nilai R2
tertinggi yaitu 0,9296. Kinetika dalam adsorpsi bergantung pada luas permukaan
partikel adsorben. Semakin luas permukaan partikel adsorben maka laju akan
semakin cepat. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai k (konstanta laju reaksi) yang
diperoleh. Nilai k diperoleh dari nilai slope pada grafik yang ditampilkan pada
Gambar 4.7. adsorpsi diklorometana pada karbon aktif memiliki nilai k sebesar
8×10-4 (mg/g)/s. Faktor – faktor yang kemungkinan juga mempengaruhi kinetika
adsorpsi adalah perubahan sifat larutan, ukuran partikel adsorben dan suhu (Yusof,
et al., 2010)
Tabel 4.4. Nilai koefisien kolerasi (R2) untuk adsorpsi diklorometana pada karbon aktif
Orde 0 0,5 1 1,5 2 R2 0,8817 0,9060 0,9222 0,9296 0,9288
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
20 30 40 50 60 70 80 90 100
kapa
sita
s ads
orps
i (m
g/g)
t (menit)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Gambar 4.7. Grafik kinetika orde 1,5 untuk adsorpsi diklorometana pada karbon
aktif 4.5. Adsorpsi isoterm
Adsorpsi isoterm dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar
jumlah material teradsorp sebagai fungsi konsentrasi pada suhu konstan. Tipe
isoterm adsorpsi dapat digunakan untuk mempelajari mekanisme adsorpsi.
Adsorpsi fase padat-cair pada umumnya menganut tipe isoterm Freundlich dan
Langmuir (Atkins, 1999).
Pada penentuan tipe isoterm, adsorpsi dilakukan pada kondisi optimum
yaitu pada pH 5, waktu adsorpsi 75 menit dan pada suhu ruang (30 oC). Konsentrasi
larutan kerja diklorometana yang digunakan bervariasi mulai dari 100, 200, 300,
400 dan 500 ppm. Hasil studi isoterm adsorpsi ditunjukkan pada Gambar 4.8.
y = 0.0008x + 0.0331R² = 0.9296
0.0000
0.0200
0.0400
0.0600
0.0800
0.1000
0.1200
0 20 40 60 80 100
Ce-0
,5
t (min)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Gambar 4.8. Grafik hubungan antara konsentrasi awal terhadap kapasitas adsorpsi
diklorometana pada permukaan karbon aktif
Berdasarkan Gambar 4.8 diketahui bahwa nilai kapasitas adsorpsi
meningkat seiring dengan kenaikan konsentrasi larutan diklorometana, namun pada
konsentrasi tertentu grafiknya akan mendatar yang menunjukkan bahwa adsorben
mengalami kejenuhan pada konsentrasi tertentu. Kapasitas adsorpsi yang diperoleh
berdasarkan eksperimen adalah sebesar 94,1389 mg/g. Data isoterm yang diperoleh
dianalisis menggunakan model Langmuir dan Freundlich, Hasilnya dapat dilihat
pada Tabel 4.5. Bila dibandingkan dengan Freundlich, plot Langmuir memiliki
koefisien kolerasi lebih besar. Sehingga adsorpsi diklorometana pada permukaan
karbon aktif dalam penilitian ini lebih cocok mengikuti model Langmuir daripada
model Freundlich. Nilai qm menunjukkan nilai kapsitas adsorpsi maksimum karbon
aktif untuk mengadsorp diklorometana. Karbon aktif memiliki nilai kapasitas
adsorpsi maksimum 108,6956 mg/g. Nilai KL menunjukkan kapasitas adsorpsi
Langmuir berdasarkan perhitungan, yaitu sebesar 0,0601 L/mg.
0.010.020.030.040.050.060.070.080.090.0
100.0
0 100 200 300 400 500 600
kapa
sita
s ads
orps
i (m
g/g)
Co (ppm)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Tabel 4.5. Konstanta isoterm untuk adsorpsi diklorometana pada karbon aktif Model Persamaan R2 qm KL n KF
Langmuir y= 0,0092x + 0,1530 0,9779 108,6956 0,0601 - - Freundlich y= 0,4283 + 1,1623 0,7647 - - 2,3348 14,5311
Gambar 4.9. Plot Langmuir untuk adsorpsi diklorometana pada karbon aktif
Jika tipe isoterm yang dianut adalah isoterm Langmuir, maka adsorpsi
berlangsung secara kemisorpsi monolayer. Jika isoterm yang dianut adalah isoterm
Freundlich maka adsorpsi yang terjadi adalah fisisorpsi multilayer
(Anggraningrum, 1996). Adsorpsi monolayer terjadi karena ikatan kimia yang
biasanya spesifik, sehingga adsorben mampu mengikat adsorbat dengan ikatan
kimia antara diklorometana dengan permukaan karbon aktif. Sedangkan fisisorpsi
multilayer terjadi ikatan Van der Waals antara adsorbat dan adsorben, dimana
ikatan Van der Waals bersifat lemah. Hal ini memungkinkan adsorbat bergerak
leluasa hingga menyebabkan proses adsorpsi banyak lapisan (multilayer).
y = 0.0092x + 0.153R² = 0.9779
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0
Ce/
qe
Ce (ppm)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
4.6. Uji inteferensi
4.6.1. Kurva standar isopropil alkohol
Kurva standar isopropil alkohol dibuat dengan menganalisis larutan standar
isopropil alkohol dengan variasi konsentrasi 10, 30, 40, 50 dan 60 ppm dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 220 nm. Blanko
yang digunakan adalah metanol dan air. Hasil yang diperoleh dari pengukuran
larutan standar dengan menggunaka spektrofotometer Uv-Vis adalah absorbansi.
Absorbansi yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi larutan standar.
Semakin tinggi konsentrasi larutan standar diklorometana maka semakin tinggi
pula absorbansi yang dihasilkan. Data absorbansi diklorometana ditampilkan pada
Tabel 4.6 dan kurva standar hubungan antara konsentrasi diklorometana dengan
absorbansi ditampilkan pada Gambar 4.10. Tujuan pembuatan kurva standar ini
adalah untuk menentukan konsentrasi isopropil alkohol yang tersisa dalam larutan
kerja isopropil alkohol setelah proses adsoprsi oleh permukaan karbon aktif.
Persamaan regresi linier kurva standar diklorometana adalah y = 0,0032x + 0,0063
dengan koefisien korelasi sebesar R2 = 0,9977.
Tabel 4.6 Data Absorbansi larutan standar isopropil alkohol
Konsentrasi larutan isopropil alkohol (ppm)
Absorbansi
10 0,041
30 0,097
40 0,133
50 0,165
60 0,199
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Gambar 4.10. Kurva standar isopropil alkohol menggunakan spektrofotometer UV-Vis
4.6.2. Adsorpsi diklorometana dengan penambahan isopropil alkohol
Isopropil alkohol merupakan alkohol sekunder yang paling sederhana,
dimana atom karbon yang mengikat gugus alkohol juga mengikat 2 atom karbon
lain (CH3)2CHOH. Merupakan isomer struktur dari 1-propanol (Green,. 2003).
Isopropil alkohol (IPA) seringkali digunakan dalam industri farmasi, sehingga
dalam proses akhir seringkali Isopropil alkohol bersama diklorometana terbuang
bersama. Sehingga adanya isopropil alkohol pada proses adsorpsi diklorometana
sangatlah mempengarui kapasitas adsorpsi karbon aktif terhadap adsorpsi
dikorometana. Pada percobaan pebandingan mol anatara diklormetana dengan
isopropil alkohol yang di uji berturut-turut sebagai berikut 1:1 , 1:2 , 1:3 dan 1:4.
Hasil kapasitas adsorpsi diklorometana dengan panambahan isopropil alkohol pada
proses adsorpsi diklorometana dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.11
y = 0.0032x + 0.0063R² = 0.9977
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0 10 20 30 40 50 60 70
abso
rban
si
konsentrasi isopropil alkohol (ppm)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Tabel 4.7. Hasil uji inteferensi diklorometana dengan isopropil alkohol
DCM (ppm)
IPA (ppm)
Kapasitas adsorpsi (mg/g)
diklorometana
500
0 108 120 59,8 240 57,7 360 57,1 860 53,4
Gambar 4.11. Pengaruh isopropil alkohol terhadap kapasitas adsorpsi
diklorometana
Dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.11 semakin banyak isopropil alkohol yang
ditambahkan kapasitas adsorpsi diklorometana mengalami penurunan. Hal tersebut
dikarenakan dengan adanya penambahan larutan pengganggu isopropil alkohol
yang konsentrasinya semakin besar dari diklorometana dapat meningkatkan
peluang isopropil alkohol untuk bertumbukan dengan diklorometana yang telah
teradsorpsi, sehingga diklorometana yang menempel pada permukaan adsorben
mengalami desorpsi, diklorometana yang terdesorpsi tersebut akan bervibrasi,
berotasi, bertumbukan dan berkompetisi kembali dengan isopropil alkohol untuk
53.0
54.0
55.0
56.0
57.0
58.0
59.0
60.0
61.0
0 1 2 3 4 5
kapa
sita
s ads
orps
i (m
g/g)
Perbandingan mol DCM : IPA ( 1 : X)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
dapat berinteraksi kembali di permukaan adsorben (Lailiyah et al., 2013). Namun
peluang keteserapan diklorometana pada sisi aktif adsorben sangat kecil karena
posisi aktif adsorben telah ditempati molekul lain yaitu isopropil alkohol. Selain itu
kompetisi kedua molekul untuk menempati sisi aktif karbon tersebut juga
dipengaruhi oleh nilai momen dipol dari diklorometana 1,6 dan isoprpil alkohol
1,66 yang hampir berdekatan sehingga tingkat kepolaranya hampir sama.
4.6.3. Kurva standar trietanolamin
Kurva standar trietanolamin dibuat dengan menganalasis larutan standar
trietanolamin dengan variasi konsentrasi 45, 50, 55, 60 dan 70 ppm dengan
menggunakan instrument Spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 265
nm. Blanko yang digunakan adalah metanol dan air. Hasil yang diperoleh dari
pengukuran larutan standar dengan menggunaka spektrofotometer Uv-Vis adalah
absorbansi. Absorbansi yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan standar. Semakin tinggi konsentrasi larutan standar trietanolamin maka
semakin tinggi pula absorbansi yang dihasilkan. Data absorbansi trietanolamin
ditampilkan pada Tabel 4.8 dan kurva standar hubungan antara konsentrasi
trietanolamin dengan absorbansi ditampilkan pada Gambar 4.12. Tujuan
pembuatan kurva standar ini adalah untuk menentukan konsentrasi trietanolamin
yang tersisa dalam larutan kerja trietanolamin setelah proses adsoprsi oleh
permukaan karbon aktif. Persamaan regresi linier kurva standar trietanolamin
adalah y = 0,0042x + 0,1777 dengan koefisien korelasi sebesar R2 = 0,9964.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Tabel 4.8 Data absorbansi larutan standar trietanolamin
Konsentrasi larutan trietanolamin (ppm)
Absorbansi
45 0,369
50 0,393
55 0,409
60 0,430
70 0,477
Gambar 4.12. Kurva standar trietanolamin menggunakan spektrofotometer UV-
Vis
4.6.4. Adsorpsi diklorometana dengan penambahan trietanolamin
Trietanolamin, (TEA), (C6H15NO3) adalah senyawa organik amina tersier
dengan sebuah triol. Triol adalah molekul dengan tiga alcohol (Frauenkron et al,.
2012). Sama halnya dengan Isopropil alkohol (IPA) seringkali Trietanolamin
digunakan dalam industri farmasi, sehingga dalam proses akhir seringkali
Trietanolamin bersama diklorometana terbuang bersama. Sehingga adanya
trietanolamin pada proses adsorpsi diklorometana sangatlah mempengarui
kapasitas adsorpsi karbon aktif terhadap adsorpsi dikorometana. Pada percobaan
y = 0.0042x + 0.1777R² = 0.9964
0.30.320.340.360.38
0.40.420.440.460.48
0.5
30 40 50 60 70 80
abso
rban
si
Konsentrasi Trietanolamin (ppm)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
pebandingan mol anatara diklormetana dengan trietanolamin yang di uji berturut-
turut sebagai berikut 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4. Hasil kapasitas adsorpsi diklorometana
dengan panambahan trietanolamin pada proses adsorpsi diklorometana dapat dilihat
pada Tabel 4.9 dan Gambar 4.13
Tabel 4.9. Hasil uji inteferensi diklorometana dengan trietanolamin
DCM (ppm)
TEA (ppm)
Kapasitas adsorpsi (mg/g)
diklorometana
500
0 108 120 55,1 240 48,5 360 46,7 860 41,7
Gambar 4.13. Pengaruh trietanolamin terhadap kapasitas adsorpsi diklorometana
Dari Tabel 4.9 dan Gambar 4.13 semakin banyak trietanolamin yang
ditambahkan kapasitas adsorpsi diklorometana mengalami penurunan. Hal tersebut
sama seperti saat ditambahkan larutan pengganggu isopropil alkohol, dikarenakan
dengan adanya penambahan larutan pengganggu trietanolamin yang konsentrasinya
semakin besar dari diklorometana dapat meningkatkan peluang trietanolamin untuk
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0
55.0
60.0
0 1 2 3 4 5
kapa
sita
s ads
orps
i (m
g/g)
perbandingan mol DCM : TEA ( 1 : X)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
bertumbukan dengan diklorometana yang telah teradsorpsi, sehingga
diklorometana yang menempel pada permukaan adsorben mengalami desorpsi,
diklorometana yang terdesorpsi tersebut akan bervibrasi, berotasi, bertumbukan dan
berkompetisi kembali dengan trietanolamin untuk dapat berinteraksi kembali di
permukaan adsorben (Lailiyah et al., 2013). Namun peluang keteserapan
diklorometana pada sisi aktif adsorben sangat kecil karena posisi aktif adsorben
telah ditempati molekul lain yaitu trietanolamin. Selain itu kompetisi kedua
molekul untuk menempati sisi aktif karbon tersebut juga dipengaruhi oleh nilai
momen dipol dari diklorometana 1,6 dan trietanolamin 0,8 yang mana trietanolamin
lebih non polar dan mudah terperangkap di sisi aktif karbon.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan :
1. Efektivitas kerja karbon aktif dalam mengadsorpsi diklorometana pada
konsentrasi 300-500 ppm sangat dipengaruhi oleh waktu adsorpsi, pH
larutan dan massa karbon aktif. Karbon aktif dapat mengadsorpsi
diklorometana secara optimum pada waktu 75 menit, pH 5 dan massa
adsorben granular karbon aktif sebanyak 40 mg.
2. Adanya senyawa pengganggu isopropil alkohol dan trietanolamin pada
adsorpsi diklorometana dapat menurunkan kapasitas adsorpsi
diklorometana dengan seiring meningkatnya konsentrasi senyawa
pengganggu isopropil alkohol dan trietanolamin.
3. Berdasarkan kinetika adsorpsinya, adsorpsi diklorometana menggunakan
karbon aktif mengikuti kinetika orde 1,5 dengan nilai kolerasi tertinggi
yaitu R2 = 0,9296 dan nilai konstanta laju reaksinya adalah 8×10-4 (mg/g)/s.
Berdasarkan adsorpsi isotermnya, proses adsorpsi pada penelitian ini
mengikuti model Langmuir dengan memiliki koefisien kolerasi yaitu
0,9779. Dari model Langmuir dapat ditentukan kapasitas maksimum
adsorpsi qm sebesar 108,6956 mg/g dan konstanta Langmuir 0,0601 L/mg.
4. Metode adsorpsi dengan karbon aktif dapat diterapkan dalam
menghilangkan diklorometana dalam air dengan efisiensi antara 80% - 90%.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
5.2. Saran
Proses adsorpsi bekerja untuk mengadsorpsi sampel senyawa
organik sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dalam penerapan
metode adsorpsi pada limbah farmasi, limbah rumah tangga, limbah rumah
sakit dan sampel limbah organik lainnya.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, W., & Sumartono, A. (2010). TiO2 and TiO2 active carbon
photocatalysts immobilized on titanium plates. Indonesian Journal of Chemistry, 7(3), 238-242.
Anggraningrum, I.T., 1996. Model Adsorpsi Ion Kompleks Koordinasi Nikel (II) pada Permukaan Alumina. Tesis. Jakarta : Megister Sains Ilmu Kimia Universitas Indonesia.
Apriliani, A., 2010, Pemanfaatan Arang Ampas Tebu sebagai Adsorben Ion Logam Cd, Cr, Cu dan Pb dalam Air Limbah. Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Astuti, W., & Kurniawan, B. (2015). Adsorpsi Pb2+ dalam Limbah Cair Artifisial Menggunakan Sistem Adsorpsi Kolom dengan Bahan isian Abu Layang Batubara Serbuk dan Granular. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 4(1), 27-33.
Atkins,P.W. 1999. Kimia fisika 2. Jakarta : Erlangga
Bansode, R. R., Losso, J. N., Marshall, W. E., Rao, R. M., & Portier, R. J. (2003). Adsorption of volatile organic compounds by pecan shell-and almond shell-based granular activated carbons. Bioresource Technology, 90(2), 175-184.
Barros Júnior, L. M., Macedo, G. R., Duarte, M. M. L., Silva, E. P., & Lobato, A. K. C. L. (2003). Biosorption of cadmium using the fungus Aspergillus niger. Brazilian Journal of Chemical Engineering, 20(3), 229-239.
Bhatnagar, A., Hogland, W., Marques, M., & Sillanpää, M. (2013). An overview of the modification methods of activated carbon for its water treatment applications. Chemical Engineering Journal, 219, 499-511.
Chan, Y. J., Chong, M. F., Law, C. L., & Hassell, D. G. (2009). A review on anaerobic–aerobic treatment of industrial and municipal wastewater. Chemical Engineering Journal, 155(1), 1-18.
Cheung, H. M., Bhatnagar, A., & Jansen, G. (1991). Sonochemical destruction of chlorinated hydrocarbons in dilute aqueous solution. Environmental science & technology, 25(8), 1510-1512.
Chrisnandari, R.D., 2015, Adsorpsi Kloramfenikol Pada Adsorben Berbasis Moleculary Imprinted Polymer (MIP) Menggunakan Sistem Batch, Tesis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Cordero, B., Lodeiro, P., Herrero, R., de Vicente, S., & Esteban, M. (2004). Biosorption of cadmium by Fucus spiralis. Environmental Chemistry, 1(3), 180-187.
Darmawan, S., Pari, G., dan Sofyan, K., 2009. Optimasi Suhu dan Lama Aktivasi dengan Asam Fosfat dalam Produksi Arang Aktif Tempurung Kemiri. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan., 2 (2) : 51-56
Das, D., Gaur, V., & Verma, N. (2004). Removal of volatile organic compound by activated carbon fiber. Carbon, 42(14), 2949-2962.
Day Jr, A., & Underwood, A. L. (1986). Analisis Kimia Kuantitatif, terjemahan Pujaatmaka. Edisi V, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Destaillats, H., Lesko, T. M., Knowlton, M., Wallace, H., & Hoffmann, M. R. (2001). Scale-up of sonochemical reactors for water treatment. Industrial & engineering chemistry research, 40(18), 3855-3860.
Diks, R. M. M., & Ottengraf, S. P. P. (1991). Verification studies of a simplified model for the removal of dichloromethane from waste gases using a biological trickling filter (part II).
Edwards, P. R., Campbell, I., & Milne, G. S. (1982). Impact of chloromethanes on the environment. Pt. 2: methyl chloride and methylene chloride. Chemistry and industry, 619-22.
Frauenkron, M., Melder, J. P., Ruider, G., Rossbacher, R., & Höke, H. (2002). Ethanolamines and propanolamines. Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry.
Gainza, A. H., & Jimenez, L. P. (1987). Interaction between bromothymol blue and antipyrine in dichloromethane. Canadian journal of chemistry, 65(9), 2286-2290.
González-García, J., Sáez, V., Tudela, I., Díez-Garcia, M. I., Deseada Esclapez, M., & Louisnard, O. (2010). Sonochemical treatment of water polluted by chlorinated organocompounds. A review. Water, 2(1), 28-74.
Green, W.M.M., 2003. Organic Chemistry Principle and Industrial Practice, Wiley VCH, Weinheim Germany
Hernández-Leal, L., Temmink, H., Zeeman, G., & Buisman, C. J. N. (2011). Removal of micropollutants from aerobically treated grey water via ozone and activated carbon. Water Research, 45(9), 2887-2896.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Hsiao, C. Y., Lee, C. L., & Ollis, D. F. (1983). Heterogeneous photocatalysis: degradation of dilute solutions of dichloromethane (CH2Cl2), chloroform (CHCl3), and carbon tetrachloride (CCl4) with illuminated TiO2 photocatalyst. Journal of Catalysis, 82(2), 418-423.
Hu ,X.J., Wang ,J.S., Liu ,Y.G., Li ,X,. Zeng ,G.M., Bao ,Z.L., Zeng ,X.X., Chen ,A.W., and Long, F., (2011) , Adsorption of chromium (VI) by ethylenediamine-modified cross-linked magnetic chitosan resin: Isotherms, kinetics and thermodynamics, Journal of Hazardous Materials., 185 : 306–314
Hu, Z., Srinivasan, M. P., & Ni, Y. (2001). Novel activation process for preparing highly microporous and mesoporous activated carbons. Carbon, 39(6), 877-886.
Huang, K. C., Zhao, Z., Hoag, G. E., Dahmani, A., & Block, P. A. (2005). Degradation of volatile organic compounds with thermally activated persulfate oxidation. Chemosphere, 61(4), 551-560.
Hughes, M.N dan Poole, R.K., 1984. Metals and Microorganism. London : Chapman and Hall
Hung, H. M., & Hoffmann, M. R. (1999). Kinetics and mechanism of the sonolytic degradation of chlorinated hydrocarbons: frequency effects. The Journal of Physical Chemistry A, 103(15), 2734-2739.
Kamel, A. H. (2013). Preparation and characterization of innovative selective imprinted polymer for the removal of hazardous mercury compounds from aqueous solution. Life Sci. J., 10(4), 1657-1664.
Khan, M. A., Kim, S. W., Rao, R. A. K., Abou-Shanab, R. A. I., Bhatnagar, A., Song, H., & Jeon, B. H. (2010). Adsorption studies of Dichloromethane on some commercially available GACs: Effect of kinetics, thermodynamics and competitive ions. Journal of hazardous materials, 178(1), 963-972.
Kotsinaris, A., Kyriacou, G., & Lambrou, C. (1998). Electrochemical reduction of dichloromethane to higher hydrocarbons. Journal of applied electrochemistry, 28(6), 613-616.
Kurniawan, R., Lutfi, M., & Nugroho, W. A. (2013). Karakterisasi Luas Permukaan Bet (Braunanear, Emmelt Dan Teller) Karbon Aktif Dari Tempurung Kelapa Dan Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Aktivasi Asam Fosfat (H3PO4). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 2(1).
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Lailiyah, N, (2013). Pengaruh Modifikasi Permukaan Selulosa Nata De Coco dengan Anhidrida Asetat Dalam Mengikat Ion Logam Berat Cd2+ Dalam Campuran Cd2+ dan Pb2+. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang. Malang
Lee, J. W., Jung, H. J., Kwak, D. H., & Chung, P. G. (2005). Adsorption of dichloromethane from water onto a hydrophobic polymer resin XAD-1600. Water research, 39(4), 617-629.
Liu, Q. S., Zheng, T., Wang, P., Jiang, J. P., & Li, N. (2010). Adsorption isotherm, kinetic and mechanism studies of some substituted phenols on activated carbon fibers. Chemical Engineering Journal, 157(2), 348-356.
Masamune, S., & Smith, J. M. (1964). Adsorption rate studies—significance of pore diffusion. AIChE Journal, 10(2), 246-252.
Moreno-Castilla, C., (2004). Adsorption of organic molecules from aqueous solutions on carbon materials. Carbon, 42(1), 83–94.
Nurhasni., Hendrawati., dan Saniyyah, N. 2010. Penyerapan Ion Logam Cd dan Cr dalam Air Limbah Menggunakan Sekam Padi. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Nurhasni, N., Hendrawati, H., & Saniyyah, N. (2010). Penyerapan Ion Logam Cd Dan Cr Dalam Air Limbah Menggunakan Sekam Padi. Jurnal Kimia VALENSI, 1(6).
Osuna, M. B., Sipma, J., Emanuelsson, M. A., Carvalho, M. F., & Castro, P. M. (2008). Biodegradation of 2-fluorobenzoate and dichloromethane under simultaneous and sequential alternating pollutant feeding. Water research, 42(14), 3857-3869..
Pires, J., Carvalho, A., & de Carvalho, M. B. (2001). Adsorption of volatile organic compounds in Y zeolites and pillared clays. Microporous and Mesoporous Materials, 43(3), 277-287.
Prahas, D., Kartika, Y., Indraswati, N., & Ismadji, S. (2008). Activated carbon from jackfruit peel waste by H3PO4 chemical activation: pore structure and surface chemistry characterization. Chemical Engineering Journal, 140(1), 32-42.
Rodriguez-Reinoso, F., & Molina-Sabio, M. (1992). Activated carbons from lignocellulosic materials by chemical and/or physical activation: an overview. Carbon, 30(7), 1111-1118.
Rodríguez, S. M., Gálvez, J. B., Rubio, M. I. M., Ibáñez, P. F., Gernjak, W., & Alberola, I. O. (2005). Treatment of chlorinated solvents by TiO 2 photocatalysis and photo-Fenton: Influence of operating conditions in a solar pilot plant. Chemosphere, 58(4), 391-398.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Ruhl, M. J. (1993). Recover VOCs via adsorption on activated carbon. Chemical Engineering Progress;(United States), 89(7).
Saragih, S. A. (2008). Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Batubara Riau Sebagai Adsorben. Laporan Tesis Program Studi Teknik Mesin Program Pasca Sarjana Bidang Ilmu Teknik Fakultas Teknik Universitas Indonesia Jakarta. Kimia Universitas Jenderal Soedirman, 31(1), 33-41.
Shestakova, M., & Sillanpää, M. (2013). Removal of dichloromethane from ground and wastewater: a review. Chemosphere, 93(7), 1258-1267.
Smitha, B., Suhanya, D., Sridhar, S., & Ramakrishna, M. (2004). Separation of organic–organic mixtures by pervaporation—a review. Journal of Membrane Science, 241(1), 1-21.
Sonoyama, N., Ezaki, K., & Sakata, T. (2001). Continuous electrochemical decomposition of dichloromethane in aqueous solution using various column electrodes. Advances in Environmental Research, 6(1), 1-8.
Stromeyer, S. A., Winkelbauer, W., Kohler, H., Cook, A. M., & Leisinger, T. (1991). Dichloromethane utilized by an anaerobic mixed culture: acetogenesis and methanogenesis. Biodegradation, 2(2), 129-137.
Sulistyawati, S. 2008. Modifikasi Jagung sebagai Adsorben Logam Berat Pb (II). Skripsi. Bogor : FMIPA IPB.
Surikumaran, H., Mohamad, S., & Sarih, N. M. (2014). Molecular imprinted polymer of methacrylic acid functionalised β-cyclodextrin for selective removal of 2, 4-dichlorophenol. International journal of molecular sciences, 15(4), 6111-6136.
Taty-Costodes, V. C., Fauduet, H., Porte, C., & Delacroix, A. (2003). Removal of Cd (II) and Pb (II) ions, from aqueous solutions, by adsorption onto sawdust of Pinus sylvestris. Journal of Hazardous Materials, 105(1), 121-142.
Teng, H., Yeh, T. S., & Hsu, L. Y. (1998). Preparation of activated carbon from bituminous coal with phosphoric acid activation. Carbon, 36(9), 1387-1395.
Torimoto, T., Okawa, Y., Takeda, N., & Yoneyama, H. (1997). Effect of activated carbon content in TiO 2-loaded activated carbon on photodegradation behaviors of dichloromethane. Journal of Photochemistry and Photobiology A: Chemistry, 103(1), 153-157.
Ward, D.B., Tizaoui ,C., and Slater , M.J., 2005, Continuous extraction and destruction of chloro-organics in wastewater using ozone-loaded VolasilTM245 solvent, Journal of Hazardous Materials., 125 : 65–79
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Yu, Z., Peldszus, S., & Huck, P. M. (2008). Adsorption characteristics of selected pharmaceuticals and an endocrine disrupting compound—Naproxen, carbamazepine and nonylphenol—on activated carbon. Water Research, 42(12), 2873-2882.
Yusof, N. A., Beyan, A., Haron, M. J., & Ibrahim, N. A. (2010). Synthesis and characterization of a molecularly imprinted polymer for Pb2+ uptake using 2-vinylpyridine as the complexing monomer. Sains Malaysiana, 39(5), 829-835.
Zakaria, N. D., Yusof, N. A., Haron, J., & Abdullah, A. H. (2009). Synthesis and evaluation of a molecularly imprinted polymer for 2, 4-dinitrophenol. International journal of molecular sciences, 10(1), 354-365.
Zeinali, F., Ghoreyshi, A.A., and Najafpour G.D., (2010), Adsorption of Dichloromethane from Aqueous Phase Using Granular Actived Carbon: Isotherm and Breakthrough Curve Measurement. Middle-East Journal of Scientific Research., 5 (4) : 191-198
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
LAMPIRAN 1. Perhitungan larutan induk, kerja dan standar
1. Pembuatan larutan induk diklorometana 1000 ppm
Massa jenis (ρ) diklorometana = 1,33 gram/mL
1000 ppm = 1000 mg/L
Massa diklorometana yang dilarutkan untuk membuat larutan induk 1000
ppm dalam labu ukur 1000 mL adalah 1,000 gram. Sehingga volume
diklorometana murni yang ditambahkan ke dalam labu ukur adalah sebagai
berikut :
ρ = massa
volume
volume = massa
ρ
volume = 1,0 gram
1,33 gram/mL
volume = 0,752 mL = 752 μL
2. Pembuatan larutan induk isopropil alkohol 1000 ppm
Massa jenis (ρ) isopropil Alkohol = 0,78 gram/mL
1000 ppm = 1000 mg/L
Massa isopropil alkohol yang dilarutkan untuk membuat larutan induk 1000
ppm dalam labu ukur 1000 mL adalah 1,0000 gram. Sehingga volume
isopropil alkohol yang ditambahkan ke dalam labu ukur adalah sebagai
berikut :
ρ = massa
volume
volume = massa
ρ
volume = 1,0000 gram
0,78 gram/mL
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
volume = 1,282 mL = 1282 μL
3. Menghitung perbandingan konsentrasi diklorometana (DCM) dan isopropil alkohol (IPA) pada uji inteferensi
Menghitung mol Diklorometana yang digunakan :
Kosentrasi (ppm) = 500 ppm
Kosentrasi (mg/L) = 500 mg
L
Jika nilai volume diklorometana yang digunakan adalah 5 ml dan massa
molekul relatif diklorometana adalah 85 g/mol maka nilai mol dari
diklorometana adalah :
Mol (mmol) = Kosentrasi (mg/L)
Mr (g/mol) x Volume DCM
Mol (mmol) = 500 mg/L85 g/mol)
x 5 mL
Mol (mmol) = 500 mg/ 1000mL
85 mg/mmol) x 5 mL
Mol (mmol) = 0,03 mmol
Menghitung nilai isopropil alkohol (IPA) yang akan digunakan :
Kosentrasi (ppm) = mol
Volume IPA × Mr
Jika volume yang digunakan adalah 10 mL, nilai mol Isopropil alkohol
adalah 0,03 mol dan nilai massa molekul relatif Isopropilalkohol adalah 60
g/mol maka kosentrasi isopropil alkohol adalah :
Kosentrasi (ppm) = 0,03 mmol
10 ml × 60 g/mol
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Kosentrasi (ppm) = 0,03 mmol
10 ml × 60
1000 mg1000 mmol
Kosentrasi (ppm) = 0,03 × 60 mg
0,01 L
Kosentrasi (ppm) = 180 mgL
Kosentrasi (ppm) = 180 ppm
Perbandingan
DCM : IPA
Konsentrasi
DCM (ppm)
Volume
DCM (mL)
Konsentrasi
IPA (ppm)
Volume
IPA (mL)
1 : 1 500 5 180 10
1 : 2 500 5 360 10
1 : 3 500 5 540 10
1 : 4 500 5 720 10
4. Pembuatan larutan induk trietanolamin 1000 ppm
Massa jenis (ρ) trietanolamin = 1,12 gram/mL
100 ppm = 1000 mg/L
Massa trietanolamin yang dilarutkan untuk membuat larutan induk 1000
ppm dalam labu ukur 1000 mL adalah 1,0000 gram. Sehingga volume
trietanolamin yang ditambahkan ke dalam labu ukur adalah sebagai berikut:
ρ = massa
volume
volume = massa
ρ
volume = 1 gram
1,12 gram/mL
volume = 0,893 mL = 893 μL
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
5. Menghitung perbandingan konsentrasi diklorometana (DCM) dan trietanolamin (TEA) pada uji inteferensi
Menghitung mol Diklorometana yang digunakan :
Kosentrasi (ppm) = 500 ppm
Kosentrasi (mg/L) = 500 mg
L
Jika nilai volume diklorometana yang digunakan adalah 5 ml dan massa
molekul relatif diklorometana adalah 85 g/mol maka nilai mol dari
diklorometana adalah :
Mol (mmol) = Kosentrasi (mg/L)
Mr (g/mol) x Volume DCM
Mol (mmol) = 500 mg/L85 g/mol)
x 5 mL
Mol (mmol) = 500 mg/ 1000mL
85 mg/mmol) x 5 mL
Mol (mmol) = 0,03 mmol
Menghitung nilai trietanolamin (TEA) yang akan digunakan :
Kosentrasi (ppm) = mol
Volume TEA × Mr
Jika volume yang digunakan adalah 25 mL, nilai mol trietanolamin adalah
0,03 mol dan nilai massa molekul relatif trietanolamin adalah 149,19 g/mol
maka kosentrasi trietanolamin adalah :
Kosentrasi (ppm) = 0,03 mmol
25 ml × 149,19 g/mol
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Kosentrasi (ppm) = 0,03 mmol
10 ml × 149,19
1000 mg1000 mmol
Kosentrasi (ppm) = 0,03 × 149,19 mg
0,025 L
Kosentrasi (ppm) = 179 mgL
Kosentrasi (ppm) = 179 ppm
Perbandingan
DCM : TEA
Konsentrasi
DCM (ppm)
Volume
DCM (mL)
Konsentrasi
TEA (ppm)
Volume
TEA (mL)
1 : 1 500 5 179 25
1 : 2 500 5 358 25
1 : 3 500 5 537 25
1 : 4 500 5 716 25
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
LAMPIRAN 2. Perhitungan pembuatan larutan buffer
1. Pembuatan larutan CH3COONa 0,1 M
Pembuatan 1000 ml larutan CH3COONa 0,1 M dilakukan dengan cara,
padatan CH3COONa ditimbang sebanyak 8,6 g. Selanjutnya dipindahkan dalam
gelas beker 250 ml dan ditambahkan aquades. Larutan tersebut diaduk hingga
homogeny, kemudian dipindahkan dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian
ditambahkan akuades hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
2. Pembuatan larutan NaH2PO4
Pembuatan 1000 ml larutan NaH2PO4 0,1 M dilakukan dengan cara, padatan
NaH2PO4 ditimbang sebanyak 12 g. Selanjutnya dipindahkan dalam gelas beker
250 ml dan ditambahkan akuades. Larutan tersebut diaduk hingga homogen,
kemudian dipindahkan dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambahkan akuades
hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
3. Pembuatan larutan Na2HPO4
Pembuatan 1000 ml larutan Na2HPO4 0,1 M dilakukan dengan cara, padatan
Na2HPO4 ditimbang sebanyak 14.2 g. Selanjutnya dipindahkan dalam gelas beker
250 ml dan ditambahkan akuades. Larutan tersebut diaduk hingga homogen,
kemudian dipindahkan dalam labu ukur 1000 ml. Kemudian ditambahkan akuades
hingga tanda batas dan dikocok hingga homogen.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Perhitungan
a. Perhitungan massa CH3COONa 0,1 M
V = 1000 mL = 1L
n(CH3COONa) = M (CH3COONa) x V(CH3COONa)
n(CH3COONa) = 0,1 M x 1 L
n(CH3COONa) = 0,1 mol
Maka perhitungan massa CH3COONa 0,1 M sebagai berikut
Massa (CH3COONa) = n(CH3COONa) x Mr(CH3COONa)
Massa (CH3COONa) = 0,1 mol x 86 g/mol
Massa (CH3COONa) = 8,6 gram
b. Perhitungan massa NaH2PO4 0,1 M
V = 1000 mL = 1L
n(NaH2PO4) = M (NaH2PO4) x V(NaH2PO4)
n(NaH2PO4) = 0,1 M x 1 L
n(NaH2PO4) = 0,1 mol
Maka perhitungan massa NaH2PO4 0,1 M sebagai berikut
Massa (NaH2PO4) = n(NaH2PO4) x Mr(NaH2PO4)
Massa (NaH2PO4) = 0,1 mol x 120 g/mol
Massa (NaH2PO4) = 12 gram
c. Perhitungan massa Na2HPO4 0,1 M
V = 1000 mL = 1L
n(Na2HPO4) = M (Na2HPO4) x V(Na2HPO4)
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
n(Na2HPO4) = 0,1 M x 1 L
n(Na2HPO4) = 0,1 mol
Maka perhitungan massa Na2HPO4 0,1 M sebagai berikut
Massa (Na2HPO4) = n(Na2HPO4) x Mr(Na2HPO4)
Massa (Na2HPO4) = 0,1 mol x 142 g/mol
Massa (Na2HPO4) = 14,2 gram
d. Perhitungan massa NH4Cl 0,1 M
V = 1000 mL = 1L
n(NH4Cl) = M (NH4Cl) x V(NH4Cl)
n(NH4Cl) = 0,1 M x 1 L
n(NH4Cl) = 0,1 mol
Maka perhitungan massa NH4Cl 0,1 M sebagai berikut
Massa (NH4Cl) = n(NH4Cl) x Mr(NH4Cl)
Massa (NH4Cl) = 0,1 mol x 535 g/mol
Massa (NH4Cl) = 53,5 gram
e. Perhitungan massa NH3 0,1 M
V = 1000 mL = 1L
n(NH3) = M (NH3) x V(NH3)
n(NH3) = 0,1 M x 1 L
n(NH3) = 0,1 mol
Maka perhitungan massa NH3 0,1 M sebagai berikut
Massa (NH3) = n(NH3) x Mr(NH3)
Massa (NH3) = 0,1 mol x 17 g/mol
Massa (NH3) = 1,7 gram
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
f. Perhitungan buffer asetat pH 3
Perhitungan pH untuk bufer asetat menggunakan persamaan sebagai berikut :
pH = pKa + log aseptor protondonor proton
Nilai pKa asam asetat adalah 4,74 maka perbandingan volume CH3COONa
0,1 M dan CH3COOH 0,1 M untuk pH 3 adalah sebagai berikut :
pH = pKa + log CH3COONaCH3COOH
pH = pKa + log n (CH3COONa)/V totaln (CH3COOH)/ V total
pH = pKa + log [CH3COONa]xV CH3COONa[CH3COOH]x V CH3COOH
pH = pKa + log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
3,0 = 4,74 + log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
-1,74 = log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
0,018 = V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
0,018 x (250 − V [CH3COONa]) = V [CH3COONa]
1,018 V [CH3COONa] = 4,5
V [CH3COONa] = 4,4 mL
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membuat
larutan buffer asetat dengan pH 3 dibutuhkan larutan [CH3COONa] 0,1 M
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
sebanyak 4,4 mL maka larutan [CH3COOH] yang diperlukan adalah 245,6
mL.
g. Perhitungan buffer asetat pH 4
Nilai pKa asam asetat adalah 4,74 maka perbandingan volume CH3COONa
0,1 M dan CH3COOH 0,1 M untuk pH 4 adalah sebagai berikut :
pH = pKa + log CH3COONaCH3COOH
pH = pKa + log n (CH3COONa)/V totaln (CH3COOH)/ V total
pH = pKa + log [CH3COONa]xV CH3COONa[CH3COOH]x V CH3COOH
pH = pKa + log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
4,0 = 4,74 + log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
-0,74 = log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
0,18 = V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
0,18 x (250 − V [CH3COONa]) = V [CH3COONa]
1,18 V [CH3COONa] = 45
V [CH3COONa] = 38,1 mL
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membuat
larutan buffer asetat dengan pH 4 dibutuhkan larutan [CH3COONa] 0,1 M
sebanyak 38,1 mL maka larutan [CH3COOH] yang diperlukan adalah 211,9
mL.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
h. Perhitungan buffer asetat pH 5
Nilai pKa asam asetat adalah 4,74 maka perbandingan volume CH3COONa
0,1 M dan CH3COOH 0,1 M untuk pH 5 adalah sebagai berikut :
pH = pKa + log CH3COONaCH3COOH
pH = pKa + log n (CH3COONa)/V totaln (CH3COOH)/ V total
pH = pKa + log [CH3COONa]xV CH3COONa[CH3COOH]x V CH3COOH
pH = pKa + log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
5,0 = 4,74 + log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
0, 26 = log V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
1,82 = V [CH3COONa]
250- V [CH3COONa]
1,82 x (250 − V [CH3COONa]) = V [CH3COONa]
455 =2,82 V [CH3COONa]
V [CH3COONa] = 161,4 mL
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membuat larutan
buffer asetat dengan pH 5 dibutuhkan larutan [CH3COONa] 0,1 M sebanyak 161,4
mL maka larutan [CH3COOH] yang diperlukan adalah 88,6 mL.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
i. Perhitungan buffer fosfat pH 6
Nilai pKa untuk fosfat adalah 7,27 maka perbandingan volume Na2HPO4
0,1 M dan NaH2PO4 0,1 M untuk pH 6 adalah sebagai berikut :
pH = pKa + log Na2HPO4
NaH2PO4
pH = pKa + log n (Na2HPO4)/V totaln (NaH2PO4)/ V total
pH = pKa + log [Na2HPO4]xV Na2HPO4
[NaH2PO4]x V NaH2PO4
pH = pKa + log V [Na2HPO4]
250- V [NaH2PO4]
6 = 7,27 + log V [Na2HPO4]
250- V [Na2HPO4]
-1,27= log V [Na2HPO4]
250- V [Na2HPO4]
0,0537 = V [Na2HPO4]
250- V [Na2HPO4]
0,0537 x (250- V [Na2HPO4]) = V [Na2HPO4]
1,0537 V [Na2HPO4] = 13,42
V [Na2HPO4] = 12,7 mL
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membuat larutan
buffer asetat dengan pH 6 dibutuhkan larutan [Na2HPO4] 0,1 M sebanyak 12,7 mL
maka larutan [NaH2PO4] yang diperlukan adalah 237,3 mL.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
j. Perhitungan buffer fosfat pH 7
Nilai pKa untuk fosfat adalah 7,27 maka perbandingan volume Na2HPO4
0,1 M dan NaH2PO4 0,1 M untuk pH 7 adalah sebagai berikut :
pH = pKa + log Na2HPO4
NaH2PO4
pH = pKa + log n (Na2HPO4)/V totaln (NaH2PO4)/ V total
pH = pKa + log [Na2HPO4]xV Na2HPO4
[NaH2PO4]x V NaH2PO4
pH = pKa + log V [Na2HPO4]
250- V [NaH2PO4]
7 = 7,27 + log V [Na2HPO4]
250- V [Na2HPO4]
-0,27= log V [Na2HPO4]
250- V [Na2HPO4]
0,537 = V [Na2HPO4]
250- V [Na2HPO4]
0,537 x (250- V [Na2HPO4]) = V [Na2HPO4]
1,537 V [Na2HPO4] = 134,25
V [Na2HPO4] = 87,3 mL
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk membuat larutan
buffer asetat dengan pH 7 dibutuhkan larutan [Na2HPO4] 0,1 M sebanyak 87,3 mL
maka larutan [NaH2PO4] yang diperlukan adalah 162,7 mL.
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
LAMPIRAN 3. Data hasil pengukuran kurva standar dan optimasi
1. Data kurva standar diklorometana
No. Konsentrasi Diklorometana (ppm) Absorbansi
1 10 0,012 2 20 0,020 3 30 0,028 4 40 0,036 5 50 0,046 6 60 0,057 7 70 0,065
Regresi : y = 0,0009x + 0,0019 Keterangan : Astd = Absorbansi larutan standar diklorometana diukur menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis
2. Data hasil pengukuran optimasi waktu
Co (ppm) t (min) Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm)
qe (mg/g)
300 30 0,114 0,117 0,124 0,1183 129,370 42,6574 45 0,078 0,070 0,067 0,0717 77,519 55,6204 60 0,032 0,035 0,027 0,0313 32,704 66,8241 75 0,025 0,026 0,020 0,0237 24,185 68,9537 90 0,028 0,031 0,023 0,0273 28,259 67,9352
Co (ppm) t (min) Aads1 Aads2 Aads3 Āads Ce
(ppm) qe
(mg/g) 400 30 0,287 0,292 0,300 0,2930 323,444 19,1389
45 0,182 0,189 0,190 0,1870 205,667 48,5833 60 0,103 0,100 0,085 0,0960 104,556 73,8611 75 0,062 0,068 0,069 0,0663 71,593 82,1019 90 0,075 0,081 0,069 0,0750 81,222 79,6944
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Co (ppm) t (min) Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm) q (mg/g)
500 30 0,287 0,289 0,276 0,2840 313,444 46,6389 45 0,147 0,150 0,130 0,1423 156,037 85,9907 60 0,065 0,072 0,073 0,0700 75,667 106,0833 75 0,049 0,043 0,040 0,0440 46,778 113,3056 90 0,050 0,055 0,048 0,0510 54,556 111,3611
Ket :
Aads :Absorbansi diklorometana setelah proses adsorpsi, diukur
menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
Āads : Absorbansi rata-rata diklorometana setelah proses adsorpsi
Persamaan regresi : y = 0,0009x + 0,0019
Y = Absorbansi (A)
X = konsentrasi (C)
Diketahui : Āads = 0,0413
V = 10 mL = 0,01 L (volume larutan diklormetana)
w = 40 mg = 0,04 g (massa adsorben)
Co = 300 ppm (konsentrasi awal larutan diklorometana)
Ditanya : Ce = .............. ? (konsentrasi diklorometana yang tertinggal)
qe = ............... ? (kapasitas adsorpsi)
Jawab :
1. Menentukan konsentrasi diklorometana yang tertinggal (Ce)
Persamaan regresi : y = 0,0009x + 0,0019
Āads Ce
Ce = Āads- 0,0019
0,0009
Ce = 0,0413- 0,00190,0009
= 43,815 ppm
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
2. Menentukan kapasitas adsorpsi (qe)
qe = V(C0 - Ce)
W
qe = 0,01 L (300 ppm - 43,815 ppm)
0,04 g = 64,0463 mg/g
Digunakan cara yang sama untuk menghitung semua data pengukuran
menggunakan spektrofotometer Uv-Vis baik untuk optimasi, kinetika dan
isoterm adsorpsi.
3. Data hasil pengukuran optimasi pH
Co (ppm) Ph Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm)
qe (mg/g)
300 3 0,094 0,097 0,117 0,1027 111,963 47,0093 4 0,083 0,082 0,083 0,0827 89,741 52,5648 5 0,040 0,040 0,042 0,0407 43,074 64,2315 6 0,049 0,055 0,069 0,0577 61,963 59,5093 7 0,171 0,168 0,159 0,1660 182,333 29,4167
Co (ppm) pH Aads1 Aads2 Aads3 Āads Ce
(ppm) qe
(mg/g) 400 3 0,060 0,041 0,086 0,0623 67,148 83,2130
4 0,050 0,081 0,052 0,0610 65,667 83,5833 5 0,021 0,027 0,021 0,0230 23,444 94,1389 6 0,040 0,055 0,043 0,0460 49,000 87,7500 7 0,083 0,083 0,090 0,0853 92,704 76,8241
Co (ppm) pH Aads1 Aads2 Aads3 Āads Ce
(ppm) qe
(mg/g) 500 3 0,092 0,094 0,103 0,0963 104,926 98,7685
4 0,088 0,086 0,089 0,0877 95,296 101,1759 5 0,062 0,063 0,068 0,0643 69,370 107,6574 6 0,085 0,087 0,105 0,0923 100,481 99,8796 7 0,152 0,155 0,156 0,1543 169,370 82,6574
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
4. Data hasil pengukuran optimasi massa
Co (ppm)
massa (mg) Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm)
qe (mg/g)
300 20 0,210 0,252 0,223 0,2283 251,593 24,2037 30 0,168 0,184 0,167 0,1730 190,111 36,6296 40 0,076 0,082 0,040 0,0660 71,222 57,1944 50 0,021 0,020 0,027 0,0227 23,074 55,3852 60 0,010 0,011 0,012 0,0110 10,111 48,3148
Co (ppm)
massa (mg) Aads1 Aads2 Aads3 Āads Ce
(ppm) qe
(mg/g) 400 20 0,380 0,252 0,271 0,3010 332,333 33,8333
30 0,216 0,210 0,250 0,2253 248,259 50,5802 40 0,120 0,134 0,127 0,1270 139,000 65,2500 50 0,074 0,080 0,077 0,0770 83,444 63,3111 60 0,027 0,033 0,028 0,0293 30,481 61,5864
Co (ppm)
massa (mg) Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm)
qe (mg/g)
500 20 0,371 0,375 0,380 0,3753 414,926 42,5370 30 0,281 0,288 0,299 0,2893 319,370 60,2099 40 0,210 0,167 0,220 0,1990 219,000 70,2500 50 0,167 0,117 0,134 0,1393 152,704 69,4593 60 0,076 0,076 0,082 0,0780 84,556 69,2407
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
LAMPIRAN 4. Data hasil pengukuran kinetika adsorpsi dan perhitungan orde
Co (ppm) t (min) Aads1 Aads2 Aads3 Āads Ce
(ppm) qe (mg/g)
500 30 0,281 0,285 0,281 0,2823 311,593 47,1019 45 0,200 0,199 0,202 0,2003 220,481 69,8796 60 0,115 0,129 0,123 0,1223 133,815 91,5463 75 0,082 0,094 0,087 0,0877 95,296 101,1759 90 0,090 0,087 0,092 0,0897 97,519 100,6204
Perhitungan
t (min) Co (ppm) Ce Orde 0
Ce Orde 0,5
Ce0,5 Orde 1 ln Ce
Orde 1,5 Ce-0,5
Orde 2 Ce-1
30 500 311,593 311,593 17,6520 5,7417 0,0567 0,0032 45 500 220,481 220,481 14,8486 5,3958 0,0673 0,0045 60 500 133,815 133,815 11,5678 4,8965 0,0864 0,0075 75 500 95,296 95,296 9,7620 4,5570 0,1024 0,0105 90 500 97,519 97,519 9,8751 4,5800 0,1013 0,0103
Plot antara t versus Ce untuk masing-masing orde menghasilkan persamaan linier
yang dapat dituliskan dalam tabel sebagai berikut
Orde Persamaan R2 0 y = -3,6889x + 393,07 0,8817
0,5 y = -0,1376x + 20,997 0,9060 1 y = -0,0211x + 6,2991 0,9222
1,5 y = 0,0008x + 0,0331 0,9296 2 y = 0,0001x - 0,0008 0,9288
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
LAMPIRAN 5. Data hasil pengukuran isotherm adsorpsi dan perhitungan model
Co (ppm) Aads1 Aads2 Aads3 Āads Ce
(ppm) qe
(mg/g) 100 0,0110 0,0040 0,0100 0,0083 7,1481 23,2130 200 0,0040 0,0080 0,0170 0,0097 8,6296 47,8426 300 0,0440 0,0190 0,0270 0,0300 31,2222 67,1944 400 0,0190 0,0420 0,0530 0,0380 40,1111 89,9722 500 0,1110 0,1080 0,1200 0,1130 123,4444 94,1389
Co (ppm) Ce qe Ce/ qe log qe log Ce 100 7,1481 23,2130 0,3079 1,3657 0,8542 200 8,6296 47,8426 0,1804 1,6798 0,9360 300 31,2222 67,1944 0,4647 1,8273 1,4945 400 40,1111 89,9722 0,4458 1,9541 1,6033 500 123,4444 94,1389 1,3113 1,9738 2,0915
a. Model Langmuir
Plot antara Ce versus Ce/qe menghasilkan persamaan y= 0,0092x + 0,1530
untuk mengetahui nilai qm digunakan nilai slope sedangkan nilai KL digunakan nilai
intersep, kemudian diaplikasikan ke persamaan berikut
Ce
qe=
1KLqm
+1
qmCe
Sehingga diperoleh, 1
qm = 0,0092
1KLqm
= 0,153
qm = 1/0,0092 KL = 1
0,1530 × 108,6956
qm = 108,6956 KL = 0,0601
b. Model Freundlich
Plot antara log Ce versus log qe menghasilkan persamaan y= 0,4283 +
1,1623. Untuk mengetahui nilai n digunakan nilai slope sedangkan nilai KF
digunakan nilai intersep, kemudian diaplikasikan ke persamaan berikut
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
Log qe = log KF + (1/n) log Ce
Sehingga diperoleh,
1/n = 0,4283 log KF = 1,1623
n = 1/ 0,4283 KF = 14,5311
n = 2,3348
Model Persamaan R2 qm KL n KF Langmuir y= 0,0092x + 0,1530 0,9779 108,6956 0,0601 - - Freundlich y= 0,4283 + 1,1623 0,7647 - - 2,3348 14,5311
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
LAMPIRAN 6. Data hasil pengukuran dan perhitungan uji inteferensi
1. Data kurva standar isopropil alkohol
No. Konsentrasi Diklorometana (ppm) Absorbansi
1 10 0,041 2 30 0,097 3 40 0,133 4 50 0,165 5 60 0,199
Regresi : y = 0,0032x + 0,0063 Keterangan : Astd = Absorbansi larutan standar diklorometana diukur menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis
2. Konsentrasi diklorometana yang tersisa ketika uji inteferensi diklorometana dengan isopropil alkohol
Co (ppm)
DCM:IPA 1:x Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm)
qe (mg/g)
500 1 0,018 0,024 0,022 0,0213 21,593 59,8009 2 0,035 0,036 0,039 0,0367 38,630 57,6713 3 0,043 0,032 0,046 0,0403 42,704 57,1620 4 0,063 0,073 0,067 0,0677 73,074 53,3657
3. Konsentrasi isoprpil alokohol yang tersisa ketika uji inteferensi diklorometana dengan isopropil alkohol
Co (ppm)
DCM:IPA 1:x Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm)
qe (mg/g)
180 1 0,056 0,056 0,040 0,0507 13,865 83,0677 360 2 0,082 0,078 0,089 0,0830 23,969 168,0156 540 3 0,092 0,093 0,108 0,0977 28,552 255,7240 720 4 0,117 0,125 0,126 0,1227 36,365 341,8177
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
4. Data kurva standar Trietanolamin
No. Konsentrasi Diklorometana (ppm) Absorbansi
1 45 0,369 2 50 0,393 3 55 0,409 4 60 0,430 5 70 0,477
Regresi : y = 0,0042x + 0,1777 Keterangan : Astd = Absorbansi larutan standar diklorometana diukur menggunakan
spektrofotometer Uv-Vis
5. Konsentrasi diklorometana yang tersisa ketika uji inteferensi
diklorometana dengan trietanolamin
Co (ppm)
DCM:TEA 1:x Aads1 Aads2 Aads3 Āads Ce
(ppm) qe
(mg/g) 500 1 0,044 0,078 0,044 0,0553 59,370 55,0787
2 0,107 0,100 0,101 0,1027 111,963 48,5046 3 0,102 0,122 0,123 0,1157 126,407 46,6991 4 0,156 0,151 0,147 0,1513 166,037 41,7454
6. Konsentrasi trietanolamin yang tersisa ketika uji inteferensi
diklorometana dengan trietanolamin
Co (ppm)
DCM:TEA 1:x Aads1 Aads2 Aads3 Āads
Ce (ppm)
qe (mg/g)
179 1 0,247 0,238 0,232 0,2390 14,595 41,1012 358 2 0,317 0,324 0,316 0,3190 33,643 81,0893 537 3 0,321 0,347 0,376 0,3480 40,548 124,1131 716 4 0,411 0,414 0,435 0,4200 57,690 164,5774
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI ADSORPSI DIKLOROMETANA … MACHRULIAWATI F.P.
LAMPIRAN 7. Hasil Karakterisasi BET dan BJH pada Karbon Aktif