VI V V V V I V I I VF F V F F IV I V V I II I I V V IF F I I I FV F F V F FI F I V I FF F F V V
A nderson-Darling N ormality Test A -S quared P -V alue
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of A nderson-Darling N ormality Test A -S quared P -V alue
1
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Pendahuluan
Wilayah Indonesia yang berada pada jalur pertemuan tiga lempeng tetonik
utama yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik
dan mengakibatkan daerah tersebut mempunyai kerawanan gempabumi
yang sangat tinggi. Daerah sepanjang pantai Barat Sumatera, daerah pantai
selatan pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Irian dan Sulawesi
merupakan daerah-daerah yang rawan akan bencana gempabumi dan
tsunami. Kejadian gempabumi Desember 2004 di Aceh yang diikuti oleh
tsunami yang menyebabkan korban yang sangat banyak telah membuka
kesadaran bagi masyarakat dan pemerintah Indonesia tentang pentingnya
mengkaji dan menghadapi bencana gempabumi dan tsunami.
Sesar Cimandiri adalah sesar yang memanjang dari timur laut – barat daya
ini belum sepenuhnya diketahui karakternya seperti halnya sesar Sumatera.
Data regional geologi menunjukkan bahwa sesar Cimandiri berarah barat
daya. Ke arah timur laut melalui Rajamandala berhubungan dengan Sesar
Lembang yang mempunyai (slip rate 2 mm/tahun (Haresh & Boen,1996).
Sesar Cimandiri lebih mengarah sebagai sesar normal dengan komponen
sesar geser (Kertapati & Koesoemadinata, 1983). Sesar berarah timur laut –
barat daya ini bertanggung jawab terhadap beberapa gempabumi merusak di
sepanjang lembah Cimandiri dan sekitarnya, seperti gempabumi Gunung
Gede 5 Januari 1699, Oktober 1997 dan 12 Juli 2000, gempabumi Sukabumi
28 November 1879 dan 14 Januari 1900, gempabumi Cianjur 15 Februari
1844 dan Rajamandala 15 Des 1910 (Wichmann,1918). Terakhir kali sesar
ini giat kembali dan menimbulkan gempabumi Sukabumi 12 Juli 2000 serta
menimbulkan kerusakan yang cukup parah di beberapa lokasi di kabupaten
Sukabumi antara lain di kecamatan Sukaraja (Engkon Kertapati, 2006).
2
1.2. Pokok Permasalahan
Mengingat semakin banyaknya gempabumi yang disebabkan oleh sesar
Cimandiri tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang microgravity antar
waktu (4D microgravity) dan gradient vertikal untuk mengetahui karakteristik
anomali microgravity yang muncul akibat pergerakan lempeng sebagai
penyebab gempabumi khususnya di daerah Sesar Cimandiri - Jawabarat.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian yang akan dicapai khususnya untuk penelitian tahun I
(2012) adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui karakteristik repson 4D microgravity dan gardient vertical
microgravity antar waktu berdasarkan pemodelan matematik akibat
proses sesar.
2. Mengetahui karakter kontras densitas pada sesar Cimandiri yang
membentang dari Pelabuhan Ratu sampai Bandung.
3. Melakukan pemetaan dan pemodelan (2D dan 3D) sesar Cimandiri
berdasarkan data Microgravity dan gardient vertical microgravity.
Tujuan utama jangka panjang dari penelitian ini adalah menggunakan
metode 4D microgravity dan gradient vertikal microgravity antar waktu untuk
mengamati pergerakan sesar Cimandiri sebagai proses pergerakan lempeng
penyebab gempabumi dengan mengetahui karakteristiknya. Penelitian ini
diharapakan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk prediksi (percusor)
gempabumi.
3
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a) Mengetahui karakteristik anomali microgravity dan gradient
microgravity akibat struktur sesar, sehingga dapat digunakan untuk
menganalisis struktur bawah permukaan sesar Cimandiri.
b) Mengetahui secara detail struktur bawah permukaan sesar Cimadiri
dari hasil interpretasi 3D anomali microgravity.
c) Pengembangan metode microgravity dengan teknik gradient untuk
analisis anomali microgravity sehingga dapat mengurangi ambiguitas
pada interpretasi anomali microgravity.
d) Meningkatkan kemampuan tenaga ahli di Indonesia dalam bidang
geofisika khususnya analisis data microgravity untuk daerah sesar.
e) Merupakan upaya mitigasi untuk mengetahui potensi bencana
disekitar sesar Cimandiri.
1.5. Metodologi Pelaksanaan
1.5.1. Lokus Kegiatan
Kawasan penelitian ini berlokasi pada sesar Cimandiri yang memanjang dari
Pelabuhan Ratu – Sukabumi – Lembang di Jawa Barat dan berarah timur laut
- barat daya.
1.5.2. Fokus Kegiatan
Fokus kegiatan ini diarahkan pada upaya mitigasi untuk mengetahui potensi
bencana di sekitar sesar Cimandiri. Sebagai pendukung sains dasar pada
program IPKPP Kemenristek 2012.
1.5.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup terdiri dari: 3 tahap, yaitu: Persiapan, Pelaksanaan, Monev
dan penyusunan laporan.
4
1. Persiapan: penyusunan tim, penajaman rencana kerja, koordinasi
dengan narasumber, dan penyiapan peralatan survey.
2. Pelaksanaan :
Secara teknis, pada tahap pelaksanaan terdiri dari: survey lokasi, studi
pustaka, pengumpulan data pengukuran gravitasi tahap I dan II,
pengolahan dan analisa data pengukuran tahap I dan II. Plot peta
lokasi pemantauan 4D gradient microgravity dan kontur gradient
microgravity di sekitar sesar Cimandiri, dan diskusi hasil
Secara non teknis, terdiri dari: koordinasi tim internal BMKG, koordinasi
dengan instansi terkait.
3. Monev dan pen
4. yusunan laporan:
Kendala pengumpulan data, penyusunan laporan berkala, monev
internal I dan II, penyusunan laporan akhir, monev internal akhir dan
monev eksternal.
1.5.4. Bentuk Kegiatan
Bentuk kegiatan ini merupakan kajian eksperimental dan pemodelan 4D
gradient microgravity dan kontur microgravity disekitar sesar Cimandiri.
5
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
2.1. Perkembangan Kegiatan
A. Studi Geologi Pada Sesar Cimandiri
Penelitian sesar Cimandiri telah banyak dilakukan oleh para peneliti dari
dalam dan luar negeri. Sesar Cimandiri pertama kali diperkenalkan oleh Van
Bemmelen (1949) yang mengatakan bahwa dari sekian banyak struktur sesar
yang berkembang di Jawa Barat ada tiga struktur sesar yang memiliki
peranan penting yaitu sesar Cimandiri, Baribis dan Lembang yang dihipotesa
sebagai sesar yang masih aktif hingga sekarang. Sesar Cimandiri merupakan
sesar paling tua umurnya berupa kapur yang membentang mulai dari teluk
Pelabuhan Ratu menerus ke Timur melalui lembah Cimadiri, Cipatat -
Rajamandala, Gunung Tangkuban Perahu, dan diduga menerus ke Timur
Laut menuju Subang (Ibrahim, dkk. 2010). Secara keseluruhan jalur sesar ini
berarah timur laut – barat daya dengan jenis sesar mendatar hingga miring
dan dikelompokan sebagai pola Meratus (Martodjojo dkk, 1986).(gambar 2.1)
Gambar 2.1. Interpretasi geologi sesar Cimandiri
(Hall et. al, 2007; Clements et.al, 2009).
6
B. Studi Aktivitas Sesar Cimandiri menggunakan Teknologi GPS
Pada akhir tahun 2006, Kelompok Keahlian (KK) Geodesi bekerjasama
dengan Kementrian Lingkungan Hidup mulai meneliti kembali aktivitas
sesar Cimandiri dengan memanfaatkan Teknologi GPS. Sebelumnya melalui
kerjasama dengan Universitas di Jepang pernah dilakukan penelitian yaitu
pada tahun 1994-1998 dan 2000. Seperti diketahui bahwa
Sesar Cimandiri melewati beberapa daerah yang cukup sarat penduduk,
seperti Pelabuhan ratu, Sukabumi, Cianjur, dan Padalarang. Oleh karena itu,
penelitian mengenai aktivitas sesar ini jelas sekali diperlukan, karena daerah
sesar Cimandiri mempunyai potensi kegempaan yang cukup besar.
Teknologi GPS dapat melihat karakteristik dinamika geometrik di sekitar
sesar, kemudian selanjutnya dapat dijadikan parameter dalam penentuan
model aktivitas sesar.(gambar 2.2)
Gambar 2.2. Penelitian Sesar Cimandiri dengan GPS (KK Geodesi ITB).
Prinsip penentuan aktivitas sesar dengan menggunakan metode survei GPS
adalah dengan cara menempatkan beberapa titik di beberapa lokasi yang
dipilih, secara periodik ditentukan koordinatnya secara teliti dengan
menggunakan metode survei GPS. Dengan mempelajari pola dan kecepatan
perubahan koordinat dari titik-titik tersebut dari survei yang satu ke survei
berikutnya, kemudian bersama dengan beberapa data penunjang lainnya
dimodelkan secara matematis, sehingga karakteristik aktivitas sesar dapat
7
dilihat dan dipelajari lebih lanjut untuk membuat model potensi bencana alam
gempabumi.(gambar 2.3)
Gambar 2.3. Hasil pengukuran GPS pada sesar Cimandiri (KK Geodesi ITB).
C. Desain Titik Pengukuran
Pengambilan data microgravity dilakukan pada jaringan titik pemantauan
GPS yang tersebar di sepanjang sesar Cimandiri dari Pelabuhan Ratu
sampai ke Lembang. Sebagai titik kontrol dari pengukuran akan digunakan
titik Bakosurtanal Pusat, Pelabuhan Ratu dan DG-0 Bandung. Adapun
distribusi titik pemantauan GPS yang sudah ada dan akan digunakan sebagai
titik pemantauan microgravity, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Disamping titik-titik diatas akan dilakukan juga penambahan titik-titik diantara
titik GPS yang sudah ada sekarang sehingga akan diperoleh data yang relatif
terdistribusi dengan baik.
8
Gambar 2.4. Distribusi titik pengukuran gravitasi pada pemodelan 4D
microgravity.
D. Pengambilan data
Pada penelitian pemantauan deformasi sesar Cimandiri untuk mengetahui
karakterisitik respon anomali 4D microgravity dan gardient vertical
microgravity antar waktu akibat proses gempabumi. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Gravimeter scintrex autograv CG-5 dan pengukuran gardient vertical
(Gambar 2.5). Peralatan ini digunakan untuk pengukuran medan gaya
berat di tiap-tiap titik pantau gaya berat yang ada di daerah penelitian.
Alat ini mempunyai ketelitian 1 microGal atau 10-8 m/s-2. Pengukuran
gradientt vertical mengunakan Tripod dengan ketinggian tertentu.
9
Gambar 2.5. Gravimeter scintrex autograv CG-5 dan pengukuran gardient
vertical.
2. GPS Garmin 60 CSX, Peralatan ini ini digunakan untuk mencari titik-
titik yang akan diukur nilai gravimeter.
3. Peralatan pendukung yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
kendaraan roda 4 (empat) untuk transportasi secara mobil pada tiap-
tiap titik pengukuran, beberapa software untuk processing data gaya
berat dan untuk interpretasi data gaya berat.
10
Pengambilan data mikrogravity pada tahap I dan II Telah diselesaikan pada
bulan Agustus 2012 untuk menentukan variasi nilai gravitasi terhadap waktu
sepanjang sesar Cimandiri telah selesai dilakukan. Diperoleh variasi nilai
gravitasi (beserta koordinat tambahan) disepanjang sesar Cimandiri untuk
dilakukan penelitian awal mengenai variasi gardient vertical gravitasi dan
kontur anomali Bouguer disekitar sesar Cimandiri.(lampiran gambar)
2.2. Kendala dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan
Jumlah personil tim survey dan jumlah hari dalam melakukan survey
pengukuran nilai gravitasi di sekitar 75 titik yang seharusnya dilakukan
sebanyak 3 (tiga) kali periode pengukuran dengan interval antar pengukuran
adalah kurang lebih 3 (tiga) sampai 4 (empat) bulan, tetapi hanya dapat
dilakukan sebanyak 2 (dua) kali pengukuran, karen terbatasnya dana
perjalanan untuk melakukan survey tersebut.
2.3. Pengelolaan Administrasi Manajerial
A. Perencanaan Anggaran
Dana yang diberikan pada termin I adalah Rp. 66.818.182,- , dana yang
terserap pada termin I sebesar Rp. 61.699.250,-, Dana yang diberikan pada
termin II adalah Rp. 125.000.000,- , dana yang terserap pada termin II
sebesar Rp. 122.823.932,-.
B. Mekanisme Pengelolaan Anggaran
Diberikan Pada tabel 1 dan tabel 2 pengelolaan anggaran sampai dengan
pencairan dana termin II yang akan dipertanggungjawabkan pada bulan
September 2012.
11
Tabel 1. Laporan keuangan dana hibah IPKPP Kemenristek untuk Termin I
Kegiatan Interpretasi Mikrogravity Antar Waktu Sebagai Upaya Memprediksi
(Prekursor) Terjadinya Gempabumi (Studi Kasus : Sesar Cimandiri Jawa
Barat).
Tabel 2. Laporan keuangan dana hibah IPKPP Kemenristek untuk Termin II
Kegiatan Interpretasi Mikrogravity Antar Waktu Sebagai Upaya Memprediksi
(Prekursor) Terjadinya Gempabumi (Studi Kasus : Sesar Cimandiri Jawa
Barat).
12
C. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset
Pengembangan pemodelan variasi nilai gravitasi dengan automatisasi untuk
memperlihatkan anomali sebelum terjadinya gempabumi yang dapat
dipergunakan sebagai prediksi (prekursor) dan mitigasi gempabumi. Namun
untuk mengautomatisasi model dari hasil intepretasi gravitasi secara otomatis
pada sistem untuk memberikan informasi akan terjadinya gempabumi masih
perlu dilakukan penelitian secara kontinu pada 2013 dan 2014. Karena
Interpretasi untuk menentukan anomali gravitasi sebagai prekursor
gempabumi, diperlukan pengalaman riset dan pengukuran gravitasi secara
kontinu dari tahun ke tahun. Peta anomali gravitasi terhadap waktu di
sepanjang sesar Cimandiri di Jawa Barat sebagai outcome penelitian ini,
akan dijadikan acuan/validasi dalam melakukan penelitian lanjutan secara
berkesinambungan untuk periode selanjutnya. Acuan tersebut dapat
mendukung akurasi prekursor dan interpretasi terhadap gempabumi.
D. Kendala dan Hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial
1. Perjalanan survey pada penelitian baru dapat dilakukan setelah dana
per termin telah diberikan.
2. Besaran nominatif yang seharusnya dikelola tuntas pada termin I
harus dibagi 2 (dua) pengelolaannya, karena masih harus menunggu
dana termin ke II agar nominatif perjalanan survey penelitian tercukupi.
3. Penelitian belum dianggap selesai, akan tetapi harus tetap dilakukan
pelaporan menutup anggaran.
Sehingga secara garis besar, sistem pelaporan anggaran per termin yang
dilakukan bertahap selama 8 (bulan) terlalu singkat waktunya untuk sebuah
riset atau penelitian.
13
BAB III
METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA
3.1. Metode Pencapaian Target Kinerja
Tahapan metode alur penelitian yang dilakukan ditunjukkan oleh gambar 3.1
merupakan beberapa langkah – langkah pemodelan gravitasi, diantaranya :
Studi Pustaka, pengukuran variasi nilai gravitasi, pengolahan data, analisa
dan pemodelan, interpretasi struktur sesar Cimandiri.
Gambar 3.1. Diagram alur metode Penelitian dari pemodelan 4D
microgravity.
14
3.1.1. Kerangka - Rancangan Metode Penelitian
Adapun alur pengolahan data gravitasi yang diperoleh dari hasil pengukuran
adalah sebagai berikut :
1. Data gravitasi dari alat CG-5 telah terkoreksi tide secara otomatis,
namun masih perlu dilakukan koreksi drift untuk menghilangkan efek
apungan karena sistem pegas pada alat.
2. Kemudian dilakukan koreksi Free Air Anomaly dengan faktor
ketinggian, yang diperoleh dari alat GPS.
3. Anomali Bouguer dilakukan dengan memasukan nilai densitas rata-
rata 2.65 gr/cc
4. Untuk pemisahan anomali regional dan residual dilakukan dengan
metode second vertical derivative (SVD) dengan menggunakan
operator Elkins (1951).(gambar 3.2)
Gambar 3.2. Operator Elkins
5. Pemodelan dan inversi 3D anomali Bouguer untuk memperoleh
struktur bawah permukaan.
3.1.1.1. Gravitasi
Terhadap seluruh benda di permukaan bumi bekerja sebuah gaya dengan
arah vertikal ke bawah. Gaya tersebut dikenal sebagai gaya berat. Gaya
berat pada tiap tempat di permukaan bumi ternyata berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti letak geografis, ketinggian tempat
dan adanya variasi densitas bawah permukaan. Dalam mengamati gaya
berat sebenarnya merupakan pengamatan percepatan gaya berat di
15
permukaan bumi, yang diakibatkan oleh gaya berat. Dan jika gaya berat
diterjemaahkan kedalam bahasa inggris menjadi Gravity. Hal ini didasarkan
pada pendekatan bahwa gravity berasal dari kata gravis yang mempunyai arti
berat (heavy). Sedangkan gravimetry adalah pengukuran gaya berat.
3.1.1.2. Anomali Gravitasi
Anomali gaya berat/gravitasi yang diukur di permukaan adalah merefleksikan
besar tarikan benda anomali bawah permukaan dengan arah ke pusat bumi
dan merupakan turunan dari gaya yang dihasilkan sesuai dengan hukum
Newton. Sehingga gaya berat ini adalah percepatan gaya berat dan
mempunyai satuan ms-1 dalam Sistem Internasional, namun hasil
pengukuran biasa dinyatakan dalam satuan :
1 µms-2 = 10-6 ms-2 dan 1 nms-2 = 10-9 ms-2 …(2.1)
Di dalam studi geodesi dan geofisika satuan gaya berat biasa dinyatakan
dalam:
1 mGal = 10-5 ms-2 dan 1 µGal = 10-8 ms-2 …(2.2)
Satuan Gal digunakan sebagai penghormatan kepada Galileo atas jasanya
dalam pengukuran percepatan gravity pertama yang dilakukan dalam
eksperimennya di Pisa. ( 1 Gal = 1 cm s-2).(gambar 3.3)
Gambar 3.3. Ilustrasi satuan anomali gaya berat.
16
Dari gambar 2.1 diketahui bahwa :
20 ggg obs …(2.3)
dimana g2 adalah gaya berat yang berhubungan dengan adanya benda
anomali m2 dan sebagai objek yang dicari dalam analisisnya. Karena massa
adalah perkalian volume dengan densitas (density), jika volume m0 dan m2
adalah V0 dan V2, kemudian kondisi normal (tidak ada anomali) adalah :
2
0
00)(r
VGrgn
…(2.4)
sedangkan gobs adalah :
2
2
02
2
2
22
2
0
00
20 )()()(r
V
r
V
r
VGrgrgrgobs
…(2.5)
dimana r0 dan r2 adalah jarak dari stasiun di permukaan ke titik massa m0 dan
m2, anomali gaya beratnya adalah :
2
0
00
2
2
02
2
2
22
2
0
00)()()(r
V
r
V
r
V
r
VGrgrgrg nobs
2
2
02
22
2
02
2
2
22
rGV
r
V
r
VG
...(2.6)
jika = 2 - 0 , maka anomalinya menjadi :
2
2
2)(r
GVrg
...(2.7)
Dari persamaan ini didapat bahwa anomali gaya berat tergantung pada
kontras densitas dan fungsi Green yang berhubungan dengan volume dan
bentuk dari benda anomalinya. Hubungan anomali g pada stasiun di
permukaan dan bendanya diberikan pada gambar 2.1.Sesuai dengan
persamaan diatas bahwa harga anomali g(r) berhubungan langsung dengan
kontras densitasnya, sehingga jika benda anomali mempunyai densitas relatif
17
besar atau kecil terhadap lingkungannya, maka kontras densitasnya adalah
positif ( (+)) atau negative ( (-)), vektor g.
Persamaan-persamaan diatas diturunkan dengan menggunakan pendekatan
benda berupa titik massa, untuk benda anomali sembarang dengan kontras
densitas ( , , ) pada selang waktu t, anomali pada stasion (x,y,z)
diberikan oleh :
0
2/3222..
,,,),,,( ddd
zyx
ztGtzyxg (2.8)
dimana , , adalah variabel untuk mendefinisikan benda pada arah x,y,z.
Persamaannya dapat dituliskan kembali dalam bentuk persamaan konvolusi
sbb :
),,(),,,(),,,( zyxKtzyxtzyxg …(2.9)
dimana K adalah gravity Green’s function. Untuk benda prisma rectangular
(rectangular prism), gaya beratnya diberikan oleh :
),,,,,().(),,,( cbazyxKttzyxg …(2.10)
Gravity Green’s function K menghubungkan gaya berat pada stasion di
permukaan terhadap kontras densitas dari prisma tunggal yang
mempunyai lokasi pusatnya di ( , , ) dan dimensi (a,b,c). Dalam aplikasinya,
anomali g didapat dari selisih dua (2) pengukuran gaya berat g pada waktu t
dan t‟ yang diberikan oleh :
),,,()',,,(),,,( tzyxgtzyxgtzyxg …(2.11)
dimana t = t’ – t. Karena anomali diturunkan untuk selang waktu tertentu,
maka anomali ini disebut juga sebagai anomali „time lapse‟.
18
3.1.1.3. Perkembangan Metode 4D microgravity
Metode microgravity merupakan pengembangan dari metode gravitasi yaitu
dengan melakukan pengukuran berulang pada satu titik ukur dengan interval
waktu tertentu, sehingga didapatkan selisih hasil pengukuran antara
pengukuran pertama dan pengukuran berikutnya dan biasanya mendapatkan
respon gravitasi yang dihasilkan sangat kecil dalam orde microGal, sehingga
biasa disebut 4D microgravity.
Dengan akurasi alat yang cukup tinggi hingga orde microGal dan kemudahan
operasional memungkinkan metode gaya berat mikro antar waktu untuk
memonitor perubahan anomali yang cukup kecil untuk mengetahui dinamika
bawah permukaan. Kelebihan dari metode gaya berat mikro antar waktu atau
4D ini dibandingkan dengan metode geofisika monitoring lain, seperti seismik
4D misalnya, metode gravitasi ini memiliki kemudahan dalam akuisi dan
pemrosesan data serta biaya operasional yang relatif lebih murah (Biegert
dkk., 2008).
3.1.1.4. Gradient Vertical Microgravity
Teknik gradient – microgravity dikembangkan dari besaran gradient
diferensial, dimana gradient ditentukan dari suatu interval ketinggian alat
pada data gaya berat di lapangan. Gambar 3.4 mengilustrasikan konsep
finite-difference untuk menentukan gradient - microgravity. Skema struktur
untuk pengukuran gradient - microgravity vertical dibuat dari dua buah kotak
dengan ketinggian kotak masing-masing 1 meter, sehingga variasi finite-
difference atau interval besaran dari gardient vertical dapat ditentukan. Untuk
pengukuran gaya berat dengan tiga beda tinggi yaitu h(i-1)
, h(i)
, dan h(i+1)
,
maka turunan tegak pertama pengukuran dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
19
...(2.12)
Gradientt vertikal hasil pengukuran langsung ini berbeda dengan gradient
vertikal microgravity yang diturunkan dari gravitasi normal dengan tidak
memperhitungkan adanya massa di sekitar titik amat.(gambar 3.4)
Gambar 3.4. Gardient vertical dari gravitasi normal
Gradient vertical gaya berat yang dihitung dari persamaan gaya berat normal
bumi dengan bentuk ellipsoid sering disebut dengan koreksi udara bebas,
seperti pada persamaan dibawah ini:
…(2.13)
Perubahan densitas yang ditimbulkan oleh rekahan relatif kecil sehingga
diperlukan teknik aquisisi yang dapat mereduksi pengaruh-pengaruh lain.
Salah satu teknik aquisisi dalam metode gaya berat adalah gradient vertical
(Efendi dkk, 2011). Teknik aquisisi ini memiliki akurasi dan resolusi yang
20
tinggi dalam memetakan anomali-anomali dangkal. Teknik ini lebih sensitif
dibandingkan gaya beratnya sendiri kususnya dalam menentukan batas-
batas struktur-struktur geologi yang dangkal (Marson dan Klingele, 1993;
Kadir. 1996).
3.1.1.5. Sesar
Sesar pada batuan atau biasa disebut sesar (fault) terjadi karena adanya
pergerakan sesar akibat adanya beberapa gaya yang bekerja berbeda arah
sehingga terjadi pergeseran pada tahan tersebut. Keberadaan sesar dapat
ditemui pada batasan lempeng tektonik, contohnya sesar akibat dari proses
subduksi adalah sesar Sumatera dan beberapa sesar di Pulau Jawa serta
Papua.
Keberadaan sesar tidak selalu dapat terlihat di permukaan karena telah
tertutup oleh lapisan sedimen atau terjadinya jauh di bawah permukaan.
Namun demikian sesar dapat dikenali melalui adanya kelurusan dari citra
satelit INSAR, Adanya gawir, sungai dan pergeseran yang terlihat pada
morfologinya. Sedangkan di lapangan keberadaan sesar dari gambaran fisik
di lapangan terlihat adanya kelurusan gawir juga adanya mata air panas dan
kelurusan mata air, hancuran batuan, adanya rekahan, bidang sesar, dan
pada zona sesar sering ditemukan batuan lebih tua menumpang di atas
batuan yang lebih muda (Ibrahim.G dkk, 2010).
Sesar dapat terjadi dengan arah gerakan horizontal maupun vertikal atau
gabungan keduanya. Sesar dapat dibedakan berdasarkan gerakan relatif dari
blok sepanjang bidang sesar, seperti pada gambar 3.5 berikut.
21
Gambar 3.5. Tiga jenis sesar utama
Gambar 3.6. Model terjadinya sesar dalam skala laboratorium.
Dari model diatas dapat diketahui bahwa sesar normal terjadi karena blok
atas relatif turun terhadap blok bawah yang diakibatkan oleh stress yang
bersifat tarikan (tension), sedangkan sesar naik (reverse fault) terjadi karena
blok atas relatif naik terhadap blok bawah yang diakibatkan oleh stress yang
bersifat kompresi.(gambar 3.6)
3.1.1.6. Tektonik Sesar Cimandiri
Sesar Cimandiri merupakan salah satu bagian dari sistem sesar yang ada di
Pulau Jawa. Selain sesar Cimandiri masih terdapat beberapa sesar seperti :
sesar Baribis yang memanjang dari Cilacap sampai Majalengka, sesar Opak
di Yogyakarta, dan lain-lain seperti tampak pada Gambar 3.7.
22
Gambar 3.7. Beberapa sesar besar yang ada di Pulau Jawa
(Natawidjaja dkk, 2006)
Sesar Cimandiri adalah sesar aktif yang terdapat di Sukabumi selatan. Sesar
yang memanjang dari timur laut – barat daya ini belum sepenuhnya diketahui
karakternya seperti halnya sesar Sumatera (Supartoyo, 2008). Sesar ini
dipotong oleh beberapa sesar lain yang cukup besar seperti sesar Citarik,
sesar Cicareuh dan sesar Cicatih (Gambar 3.8).
Gambar 3.8. Keberadaan sesar Cimandiri yang membentang
dari Pelabuhan Ratu sampai Bandung.
23
Sesar Cimandiri sulit di jumpai tanda-tandanya dengan jelas di lapangan, dan
diperkirakan sifat gerakannya berbeda-beda dari satu tempat ke tempat
lain. Lebih lanjut lagi dengan menggunakan teknik analisis struktur geologi
yang dilakukan dengan metoda statistik yang diperkenalkan oleh J. Angelier,
1979, yaitu metoda analisis populasi sesar dan metoda hidrogen tegak lurus,
menyimpulkan bahwa tegasan terbesar yang mempengaruhi sesar Cimandiri
daerah timur sekitar Padalarang - Cipatat, berarah utara - selatan, dan sesar
Cimandiri timur merupakan jenis sesar geser merigi. (Gambar 3.9).
Sesar Cim
andiri
Gambar 3.9. Peta Insar dan keberadaan sesar Cimandiri (J. Angelier, 1979).
3.1.1.7. Respon gravitasi pada model sesar
Metode second vertical derivative (SVD) dapat digunakan untuk membantu
interpretasi jenis struktur terhadap data anomali Bouguer yang diakibatkan
oleh adanya struktur sesar turun atau sesar naik. Formula dasar diturunkan
dari persamaan Laplace untuk anomali gaya berat di permukaan, yaitu :
…(2.14)
Selanjutnya, untuk suatu penampang (1-D), anomali second vertical
derivative (SVD) diberikan oleh :
24
…(2.15)
Berdasarkan persamaan di atas, tampak bahwa untuk suatu penampang (1-
D), anomali second vertical derivative dapat dihitung dari turunan satu
kali terhadap data first horizontal derivative (FHD) . Sedangkan
kriteria untuk menentukan jenis struktur sesar adalah sebagai berikut :
untuk sesar turun …(2.16)
untuk sesar naik …(2.17)
Contoh perbandingan respon anomali SVD untuk berbagai model sesar
dengan berbagai kemiringan bidang sesar (200, 450, 700 dan 1350).
a) Gambar 3.10, Gambar 3.11, Gambar 3.12 dan Gambar 3.13
menunjukkan model sintetik kurva penampang anomali Bouguer dari
suatu bidang sesar dengan kemiringan tertentu beserta kurva
penampang hasil turunan pertama dari first horizontal derivative (FHD)
dan turunan keduanya second vertical derivative (SVD).
b) Sedangkan Gambar 3.13 menunjukkan perbedaan pola anomali
Bouguer beserta kurva FHD & SVD untuk kemiringan bidang sesar (α)
= 200 , 450 , 700 dan 1350.
Berdasarkan gambar tampak bahwa interpretasi batas kontak antara bidang
yang tersesarkan dapat diidentifikasi dari nilai anomali SVD yang memiliki
nilai 0 (nol). Selanjutnya, interpretasi jenis struktur sesar dapat dilakukan
berdasarkan kurva penampang SVD tersebut dengan menggunakan kriteria
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
25
Gambar 3.10. Respon first horizontal derivative (FHD) dan second vertical
derivative (SVD) yang diturunkan dari anomali Bouguer untuk model sesar
dengan α = 200.
26
Gambar 3.11. Respon first horizontal derivative (FHD) dan second vertical
derivative (SVD) yang diturunkan dari anomali Bouguer untuk model sesar
dengan α = 450.
27
Gambar 3.12. Respon first horizontal derivative (FHD) dan second vertical
derivative (SVD) yang diturunkan dari anomali Bouguer untuk model sesar
dengan α = 700.
28
Gambar 3.13. Perbedaan respon first horizontal derivative (FHD) dan second
vertical derivative (SVD) yang diturunkan dari anomali Bouguer untuk model
dengan kemiringan bidang sesar (α) = 200 , 450, 700 dan 1350.
3.1.2. Indikator Keberhasilan Pencapaian
Penelitian prediksi gempabumi dengan metode microgravity di Indonesia
telah mulai dilakukan sejak tahun 2005 seiring dengan perkembangan
ketelitian alat microgravity yang telah mencapai orde microGall. Penelitian
dengan menggunakan metode ini merupakan topik yang masih baru dengan
29
mengamati aktivitas sesar tiap-tiap lokasi terjadinya gempabumi yang
mempunyai karakteristik respon microgravity yang berbeda-beda (Yoshida
dkk, 1999). Penelitian 4D microgravity dan gardient vertical microgravity antar
waktu untuk pemantauan proses gempabumi di Indonesia ini merupakan
aplikasi metode sebagai proses pemantauan gempabumi di Indonesia dan
diharapkan dapat menjadi titik awal dalam usaha melakukan langkah prediksi
(precursor) gempabumi.
3.1.3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian
3.1.3.1. Pemetaan Sesar Cimadiri
Untuk mengetahui lokasi sesar Cimandiri dengan menggunakan metode
microgravity, dilakukan pengukuran pada bulan Maret dan Agustus 2012.
Dan data ketinggian diambil dari situs internet http://topex.ucsd.edu/cgi-
bin/get_data.cgi, dengan interval 1 (satu) menit grid, dibawah ini adalah
kontur topografi daerah penelitian.(gambar 3.14)
Gambar 3.14. Peta topografi daerah penelitian, Point hitam Lokasi
pemantauan 4D microgravity dan garis hitam lokasi sesar Cimandiri.
30
Gambar 3.15. Peta Topografi 3D area garis merah lokasi perkiraan sesar
berdasarkan topografi.
Topografi daerah penelitian berikisar antara 0 sampai dengan 2600 meter.
Berdasarkan peta Topografi daerah penelitian, kita dapat memperkirakan
lokasi sesar Cimandiri. Lokasi Sesar tepatnya berada di areah lembah dari 2
(dua) struktur topografi yang relatif jauh lebih tinggi. Lokasi sesar Cimandiri
dimulai dari Pelabuhanratu, Jampang tengah, Sukabumi, Padalarang sampai
Lembang.(gambar 3.15)
3.1.3.2. Anomali Bouguer
Gambar 3.16. Peta anomali Bouguer daerah penelitian, point hitam Lokasi
pemantauan 4D microgravity dan garis hitam lokasi sesar Cimandiri.
31
Gambar 3.17. Peta Anomali Bouguer 3D. Area pada bidang garis merah
putus-putus merupakan lokasi perkiraan sesar berdasarkan Anomali
Bouguer.
Peta anomali Bouguer daerah penelitian berkisar antara -40 sampai dengan
300 miliGal. Anomali Bouguer relative lebih tinggi (180 s/d 300 miliGal)
berasosiasi dengan batuan berdensitas lebih tinggi, tepatnya berada di Barat
Daya daerah penelitian. Anomali Bouguer relatif lebih rendah (-40 s/d 80
miliGal) bersosiasi dengan batuan berdensitas lebih rendah, tepatnya berada
di Timur Laut daerah penelitian. Anomali Bouguer (80 s/d 180 miliGal) berada
di antara anomali tinggi dan rendah.(gambar 3.17)
3.1.3.3. Second Vertical Derifative (SVD)
Untuk memetakan sesar Cimandiri secara detail di daerah penelitian
dilakukan pemfilteran anomali Bouguer dengan menggunakan metode
second vertical derivative (SVD) dengan menggunakan operator Elkins
(1951).
32
(a)
(b)
Gambar 3.18. (a) Peta anomali SVD daerah penelitian dan plot episenter
gempabumi (b) Peta anomali SVD 3D, Area pada bidang garis biru putus-
putus merupakan lokasi perkiraan sesar berdasarkan topografi.
Anomali SVD dapat memperjelas daerah sesar pada daerah penelitian.
Sesar Cimandiri dapat dicirikan dengan anomali tinggi (+) yang berhimpit
dengan anomali rendah (-). Pada peta residual SVD juga diperoleh informasi
m
33
bahwa gempa terjadi pada daerah dengan nilai svd positif (0 s/d 35), Svd
pada daerah penelitian dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemetaan
daerah sesar yang rawan bencana gempabumi. Berdasarkan hasil SVD
sesar cimandiri dan sesar lembang terpisah pada daerah Cipatat.(gambar
3.18)
3.1.3.4. Pemodelan 3D
Interpretasi kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan pemodelan inversi
3D anomali residual pada topografi. Penelitian ini menggunakan software
Grav3D versi 2.0 (UBC-Geophysical Inversion Facility). Pemodelan 3D
merupakan proses pembuatan model distribusi densitas bawah permukaan.
Data input berupa file mesh (*.txt) dengan ukuran 200x100x30, file topografi
(*.dat) dan file anomali Bouguer (*.grv). Hasil inversi 3D berupa model
distribusi densitas bawah permukaan. Harga distribusi densitas model 3D
bawah permukaan ditunjukkan dengan kontras warna. Harga densitas antara
rendah - tinggi ditunjukkan dengan spektrum warna ungu - merah. Harga
densitas sebenarnya dapat diketahui dengan melakukan penjumlahan antara
angka pada kontras densitas dengan nilai densitas Bouguer (2.6 gr/cm3 ).
Gambar 3.19. Peta episenter daerah penelitian. Garis hitam merupakan area
pemodelan 3D.
34
Gambar 3.20. Inversi 3D anomali residual pada topografi untuk Model 3D.
3.1.3.5. Pemantauan 4D Microgravity dan Gradient Microgravity
Pemantauan 4D microgravity dibagi menjadi dua lokasi. Lokasi pertama
berada di sekitar sesar Lembang dengan nilai microgravity berkisar antara 4
s/d 38 miliGal. Lokasi kedua berada di sekitar sesar Cimandiri dengan nilai
microgravity berkisar antara 40 s/d 200 miliGal. Pemantauan 4D microgravity
untuk pemantauan perubahan deformasi daerah penelitian untuk periode I
dan periode II diukur pada titik yang sama.(gambar 3.21)
Gr/cm3
35
Gambar 3.21. Peta lokasi pemantauan 4D microgravity dan kontur
microgravity periode I pada daerah sesar Cimandiri. Dilakukan overlay
dengan peta hasil pengukuran GPS pada sesar Cimandiri oleh Kelompok
Keahlian Geodesi ITB.
36
Gambar 3.22. Peta lokasi pemantauan 4D microgravity dan kontur
microgravity periode I pada daerah Lembang. Dilakukan overlay dengan peta
hasil pengukuran GPS pada sesar Cimandiri oleh Kelompok Keahlian
Geodesi ITB.
Pemantauan 4D gradient microgravity dibagi menjadi dua lokasi. Lokasi
pertama berada di sekitar sesar Lembang dengan nilai gradient microgravity
berkisar antara 0.23 s/d 0.335 miliGal/meter. Lokasi kedua berada di sekitar
sesar Cimandiri dengan nilai gradient microgravity berkisar antara 0.2 s/d
0.44 miliGal/meter. Pemanatauan 4D gradient microgravity untuk
pemantauan perubahan deformasi daerah penelitian untuk periode II dan
perioke ke-n diukur pada titik yang sama. Berdasarkan gradient microgravity
periode I kita dapat mengetahui area sesar pada daerah pelabuhan ratu
berasosiasi dengan nilai gradient microgravity tinggi yang diapit dua area
dengan nilai gradient microgravity rendah. (gambar 3.22)
37
(a)
Gambar 3.23. Peta lokasi pemantauan 4D gradient microgravity dan kontur
gradient microgravity periode II pada daerah sesar Cimandiri. Dilakukan
overlay dengan peta hasil pengukuran GPS pada sesar Cimandiri oleh
Kelompok Keahlian Geodesi ITB.
Gambar 3.24. Peta lokasi pemantauan 4D gradient microgravity dan kontur
gradient microgravity periode II pada daerah sesar Lembang. Dilakukan
overlay dengan peta hasil pengukuran GPS pada sesar Cimandiri oleh
Kelompok Keahlian Geodesi ITB.
38
3.1.3.6. Anomali 4D Microgravity
Gambar 3.25. Anomali 4D Microgravity daerah Cimandiri. Dilakukan
overlay dengan peta hasil pengukuran GPS pada sesar Cimandiri oleh
Kelompok Keahlian Geodesi ITB.
Gambar 3.26. Anomali 4D Microgravity daerah Lembang. Dilakukan overlay
dengan peta hasil pengukuran GPS pada sesar Cimandiri oleh Kelompok
Keahlian Geodesi ITB.
39
Anomaly 4D microgravity berkisar antara -240 s/d 120 microGal. Berdasarkan
anomaly 4D Microgravity daerah Cimandiri, pada daerah penelitian terdiri dari
3 bagian blok sesar. Dimana pada bagian tengah daerah penelitian
mempunyai nilai perubahan positif yang mencerminkan peningkatan densitas
pada bagian tersebut yang diakibatkan adanya pemapatan /kompaksi. Pada
bagian timur dan barat daerah penelitian mempunyai nilai perubahan
negative yang mencerminkan penurunan densitas pada bagian tersebut yang
diakibatkan adanya peregangan. (Gambar 3.25 dan Gambar 3.26)
Anomaly 4D microgravity berkisar antara -60 s/d 210 microGal. Berdasarkan
anomaly 4D Microgravity daerah Lembang, dengan nilai positif berasosiasi
dengan pergerakan blok yang saling bertumbukan yang memungkinkan
terjadinya kompaksi pada bagian tersebut. Anomaly 4D microgravity dengan
nilai negatif berasosiasi dengan pergerakan blok yang searah yang
memungkinkan terjadinya peregangan blok . (Gambar 3.27)
Gambar 3.27. Anomali 4D Gradient microgravity daerah sesar Cimandiri.
40
Gambar 3.28. Anomali 4D Gradient microgravity daerah Lembang.
Dilakukan overlay dengan peta hasil pengukuran GPS pada sesar
Cimandiri oleh Kelompok Keahlian Geodesi ITB.
Anomaly 4D gradient microgravity daerah Cimandiri berkisar antara -18 s/d
16 microGal/meter, sedangkan daerah Lembang berkisar antara -8 s/d 14
microGal/meter. (Gambar 3.28)
Gambar 3.29. Grafik perubahan nilai gravitasi pada titik pengukuran daerah Cimandiri.
41
1000-100-200
Median
Mean
0-20-40-60-80-100
A nderson-Darling Normality Test
V ariance 7186.194
Skewness -0.067953
Kurtosis -0.110112
N 25
Minimum -234.080
A -Squared
1st Q uartile -104.215
Median -54.020
3rd Q uartile 8.360
Maximum 108.060
95% C onfidence Interv al for Mean
-77.366
0.25
-7.382
95% C onfidence Interv al for Median
-93.174 1.102
95% C onfidence Interv al for StDev
66.192 117.930
P-V alue 0.710
Mean -42.374
StDev 84.771
95% Confidence Intervals
Anomali 4D grav (microGal)
Gambar 3.30. Histogram perubahan nilai gravitasi.
Dari grafik dan histogram diatas diperoleh bahwa perubahan nilai gravitasi
hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 memiliki nilai rata-rata – 42.37 µGal dengan
nilai minimum -234.08 µGal dan nilai maksimum 108.06 µGal.(gambar 3.30)
3.2. Potensi Pengembangan Kedepan
3.2.1. Automatisasi Monitoring Variasi Nilai Gravitasi
Pengengembangan pemodelan variasi nilai gravitasi dengan automatisasi
untuk memperlihatkan anomali sebelum terjadinya gempabumi yang dapat
dipergunakan sebagai prediksi (prekursor) dan mitigasi gempabumi. Namun
untuk mengautomatisasi model dari hasil intepretasi gravitasi secara otomatis
pada sistem untuk memberikan informasi akan terjadinya gempabumi masih
perlu penelitian secara kontinu pada 2013 dan 2014. Karena Interpretasi
untuk menentukan anomali gravitasi sebagai prekursor gempabumi,
diperlukan pengalaman riset gravitasi secara kontinu dari tahun ke tahun.
42
3.2.2. Menitikberatkan Penelitian Gravitasi Untuk Time Lepse
Microgravity dan Geodetic Lumpur Sidoarjo
Mengingat kontras perubahan variasi nilai gravitasi dan densitas hanya dapat
diukur pada interval tahunan antara periode tiap pengukuran, maka
pengamatan nilai gravitasi pada sesar Cimandiri belum dapat dilakukan pada
tahun 2013, sehingga agar kegiatan penelitian gravitasi tidak berhenti, maka
pada tahun 2013 diprioritaskan pada pengukuran gravitasi untuk lumpur
Lapindo di Sidoarjo, setelah itu pengukuran gravitasi dilanjutkan kembali
pada sesar Cimandiri di tahun 2014. Melalui penyesuaian orde dari interval
pengukuran terhadap waktu dapat memberikan interpretasi anomali variasi
nilai gravitasi secara akurat untuk prekursor gempabumi.
Penelitian gravitasi untuk mitigasi bencana dirasakan lebih aplikatif dan
sangat perlu dilakukan pada tahun 2013. Dalam hal ini prioritas pengukuran
gravitasi dibutuhkan untuk meneliti banjir lumpur panas di Sidoarjo atau lebih
dikenal sebagai “bencana lumpur Lapindo”. Bencana tersebut merupakan
peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo
Brantas Inc di dusun Balongnongo desa Renokenongo , Kecamatan Porong,
kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Semburan
lumpur panas selama beberapa bulan bahkan tahun ini menyebabkan
tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga
kecamatan di sekitarnya, serta memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa
Timur.
3.2.3. Kerangka Pengembangan Ke Depan
Melakukan beberapa langkah penelitian gravitasi secara lebih aplikatif, dalam
hal ini bencana lumpur di Sidoarjo, dengan melakukan pengumpulan data
lokasi, prakiraan penyebab kejadian, perhitungan volume lumpur, dampak
semburan lumpur, upaya penanggulangan awal dan koordinasi awal dengan
tim nasional penanggulangan semburan lumpur. Untuk selanjutnya
43
melakukan tinjauan pustaka terhadap penelitian dan referensi penelitian
sebelumnya dijadikan acuan dalam penelitian ini, tinjauan pustaka ini
dijadikan referensi untuk memberikan informasi mengenai penelitian gaya
berat. Garis besar referensi yang diperlukan dari penelitian terdahulu untuk
dijadikan acuan penelitian selanjutnya adalah beberapa hal berikut :
1. Perkembangan eksplorasi gaya berat
2. Perkembangan eksplorasi gaya berat-mikro antar waktu
3. Anomali gaya berat mikro antar waktu
3.2.4. Strategi Pengembangan Ke Depan
Output penelitian variasi nilai gravitasi dengan pengamatan dalam interval
tahunan dimasa mendatang dapat memperkuat hasil interpretasi dan
pengamatan. Karena kekosongan pengamatan dalam rentang tahunan dapat
melemahkan daya dukung data untuk memberikan informasi perubahan nilai
gravitasi secara kontinu di Jawa Barat (lokal dan regional). Karena itu
dirasakan perlunya kontinuitas pengukuran microgravity pada 2013, atau
secara garis besar adalah gambaran pentingnya dilakukan pengukuran
variasi nilai gravitasi dari tahun ke tahun.
44
BAB IV
SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
4.1.1. Kerangka Sinergi
Koordinasi melakukan pengukuran pada “Titik dasar geodesi” (benchmark)
disepanjang sesar Cimandiri yang telah dilakukan oleh kelompok keahlian
geodesi ITB pada lokasi di sekitar Bandung – Lembang – Pelabuhan Ratu
melalui Studi Deformasi Kerak di Jawa (Indonesia) menggunakan GPS”.
4.1.2. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi
Diperoleh ijin, kerjasama dan sharing data secara tertulis untuk melakukan
pengukuran mikrogravity pada “Titik dasar geodesi” (benchmark) disepanjang
sesar Cimandiri.
4.1.3. Perkembangan Sinergi Koordinasi
Koordinasi dan sharing data masih berjalan secara up-to-date dari pihak ITB.
Kerjasama dilanjutkan pada pengamatan titik ketinggian dari unsur geodetik.
Sehingga analisa data pada variasi gradient gravitasi dapat lebih akurat.
4.2. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
4.2.1. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan
Hasil interpretasi untuk dapat diperoleh informasi penting pemodelan struktur
2D dan 3D yang dapat menjadi precursor saat akan terjadi gempabumi dan
setelah terjadi gempabumi berdasarkan pemodelan data sintetik (Sesar,
Subduksi dan Vulkanik).
4.2.2. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan
1. Validasi dapat dilakukan dengan referensi penelitian terdahulu untuk
mendukung hasil penelitian interpretasi prekursor gempabumi yang
45
telah dilakukan disepanjang sesar Cimandiri, Bandung – Lembang –
Pelabuhan Ratu.
2. Disusun perencanaan algoritma untuk automatisasi metode gravitasi
dan magnet dalam upaya prekursor gempabumi.
3. Dilakukan penyusunan proposal secara kontinu pada 2013 dan 2014,
strategi untuk melengkapi kekosongan data pengamatan perubahan
variasi nilai gravitasi terhadap waktu untuk interval pengamatan dalam
periode tahunan.
4. Tersedia peneliti ahli dalam bidang : gravitasi, magnet, seismic, geologi,
geodesi, matematika dan computer.
4.2.3. Perkembangan Pemanfaatan
Untuk mendukung strategi pembangunan daerah dengan membuat
rancangan strategi pemanfaatan hasil litbangyasa dalam bentuk output
penelitian berupa karakteristik respon 4D microgravity dan gradient vertikal
microgravity beserta peta anomali bouguer dan struktur sesar Cimandiri yang
diturunkan dari peta anomali bouguer. Output tersebut bermanfaat untuk
memetakan zona lemah dan struktur batuan disepanjang sesar Cimandiri
dengan memetakan sesarnya.
46
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1. Kesimpulan Penelitian
Beberapa kondisi perubahan nilai gravitasi pada beberapa titik pengukuran
yang berhubungan dengan pola anomali dan perubahan nilai gradient
microgravity dan densitas diinterpretasikan sebagai indikasi prekursor
sebelum terjadinya gempabumi. Akurasi prekursor yang diperoleh pada
penelitian ini akan maksimal dengan daya dukung data penelitian yang
kontinu dari tahun ke tahun. Sehingga perlunya penelitian variasi nilai
microgravity pada 2013 untuk mendukung akurasi hasil interpretasi anomaly
gravitasi dan densitas yang diperoleh.
1. Terdapat perubahan nilai gravitasi pada sesar Cimandiri dan lembang
yang berhubungan dengan pergerakan lempeng. Anomaly 4D
microgravity berkisar antara -240 s/d 120 microGal. Dan Anomaly 4D
microgravity di sesar lembang berkisar antara -60 s/d 210 microGal.
2. Perubahan nilai gravitasi yang lebih besar disebelah selatan sesar
Cimandiri menunjukan adanya pemapatan massa sehingga densitasnya
menjadi lebih besar.
3. Berdasarkan gradient microgravity diperoleh area sesar pada daerah
pelabuhan ratu berasosiasi dengan nilai gradient microgravity tinggi
yang diapit dua area dengan nilai gradient microgravity rendah.
5.1.2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran
Dana yang terserap pada termin I sebesar Rp. 61.699.250,-, Dana yang
terserap pada termin II sebesar Rp. 122.823.932,-. Total nana yang terserap
sampai dengan 30 agustus 2012 pada Termin II adalah sebesar Rp.
189.642.114,- dari Total dana yang diberikan sebesar Rp. 222.727.273,-
47
5.1.3. Metode Pencapaian Target Kinerja
Pengembangan pemodelan variasi nilai gravitasi dengan automatisasi untuk
memperlihatkan anomali sebelum terjadinya gempabumi yang dapat
dipergunakan sebagai prediksi (precursor) dan mitigasi gempabumi. Namun
untuk mengautomatisasi model dari hasil interpretasi gravitasi secara
otomatis pada sistem untuk memberikan informasi akan terjadinya
gempabumi masih perlu penelitian secara kontinu pada 2013 dan 2014.
Interpretasi untuk menentukan anomali gravitasi sebagai prekursor
gempabumi diperlukan pengalaman riset gravitasi secara kontinu dari tahun
ke tahun, karena perbedaan nilai gravitasi antar waktu tersebut yang dapat
memberikan informasi penting mengenai pergerakan dari sesar. Maka
Informasi mengenai aktivitas sesar itu yang kemudian dapat digunakan
sebagai prekursor gempabumi.
5.1.4. Potensi Pengembangan Kedepan
Mendukung pengembangan ilmu-metode dengan membuat rancangan
strategi pemanfaatan hasil litbangyasa dalam bentuk output penelitian berupa
karakteristik respon 4D microgravity dan gradient vertical microgravity beserta
peta anomali bouger dan struktur sesar Cimandiri yang diturunkan dari peta
anomal bouguer.
5.1.5. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program
Koordinasi melakukan pengukuran pada “Titik dasar geodesi” (benchmark)
disepanjang sesar Cimandiri yang telah dilakukan oleh kelompok keahlian
geodesi ITB, tergabung bersama LIPI pada lokasi di sekitar Bandung –
Lembang – Pelabuhan Ratu melalui Studi Deformasi Kerak di Jawa
(Indonesia) menggunakan GPS”.
48
5.1.6. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbangyasa
1. Melakukan validasi dan acuan dari referensi lain untuk mendukung hasil
penelitian interpretasi prekursor gempabumi yang telah dilakukan
disepanjang sesar Cimandiri, Bandung – Lembang – Pelabuhan Ratu.
2. Melakukan desain algoritma untuk automatisasi metode gravitasi dan
magnet dalam upaya prekursor gempabumi.
3. Mengajukan proposal kontinuitas penelitian yang wajib dilakukan dalam
pengamatan variasi nilai gravitasi terhadap waktu untuk interval
pengamatan dalam periode tahunan.
5.2. Saran
5.2.1. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan
Output Anomali 4D microgravity yang telah diperoleh pada penelitian ini
bermanfaat untuk memetakan zona lemah dan struktur batuan disepanjang
sesar Cimandiri dengan memetakan sesarnya. Hasil interpretasi dari
pemetaan sesar tersebut dapat mendukung strategi pembangunan daerah
dengan memberikan informasi prediksi (prekursor) terhadap bencana
gempabumi dalam suatu kawasan atau wilayah pembangunan.
5.2.2. Keberlanjutan Dukungan Program Ristek
Output anomali 4D microgravity yang telah diperoleh pada penelitian ini
membutuhkan keberlanjutan penelitiannya pada tahun 2014 yaitu berselang
pada orde pengamatan tahunan untuk menghindari kekosongan data
pengukuran pengamatan gravitasi dalam interval tahunan, sehingga dapat
memperkuat daya dukung data untuk memberikan informasi perubahan nilai
gravitasi secara kontinu di Jawa Barat. Action plan kedepan untuk penelitian
gravitasi pada tahun 2013 ini diprioritaskan pemetaan anomali gravitasi pada
lumpur Lapindo di Sidoarjo. Mengingat kontras perubahan variasi nilai
gravitasi dan densitas hanya dapat diukur pada interval tahunan antara
49
periode tiap pengukuran. Sehingga penelitian pada tahun 2013 diprioritaskan
pada pengukuran gravitasi di Sidoarjo, setelah itu dilanjutkan pengukuran
gravitasi pada sesar Cimandiri pada tahun 2014.
Berikut ini merupakan action plan pada metoda penelitian gravitasi ditujukan
untuk penelitian lumpur di Sidoarjo pada proposal penelitian 2013. Dengan
menyesuaikan metode penelitian gravitasi dengan kondisi lokasi bencana
dan persiapan dilapangan maka ada beberapa langkah desain metode
penyesuaian yang dilakukan. Diantaranya adalah metode gradient vertical
dari beberapa respon anomali dengan koreksi atau beberapa pengaruh
respon anomali akibat dinamika air tanah, topografi, pengurangan air tanah
dan imbuhan air tanah.
1. Respon Gaya berat-mikro Akibat Dinamika Air Tanah
2. Respon Gaya berat akibat Perubahan Topografi
3. Tanggap Fisis Respon Gaya berat-mikro akibat Dinamika Air Tanah
4. Tanggap Fisis Respon Gaya berat akibat Dinamika Air Laut
5. Model Sintetik Respon Gaya berat-Mikro akibat Dinamika Air Tanah di
Daerah Semarang
6. Karakteristik Gardient vertical Gaya berat-mikro Antar Waktu akibat
Dinamika Air Tanah
7. Karakteristik Gardient vertical Gaya berat-mikro Antar Waktu akibat
Pengurangan Air Tanah
8. Karakteristik Gardient vertical Gaya berat-mikro Antar Waktu akibat
Imbuhan Air Tanah
50
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H. Z., dkk (2009).Crustal Deformation Studies in Java (Indonesia)
Using GPS, Journal of Earthquake and Tsunami, Vol. 3, No. 2 (2009)
77–88
Ibrahim, G., Subardjo., dan Sendjaja, P (2010). Tektonik dan Mineral di
Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Jakarta.
Kadir, W.G.A., (1996), Dekonvolusi Anomali Gaya berat Bouguer dan
Derivatif Vertikal Orde Dua dengan Menggunakan Persamaan
Dasar Potensial Studi Kasus : Pulau sumatera, Disertasi, Institut
Teknologi Bandung.
Klingele, E. E., Marson, I., Kahke, H. G., (1991). Automatic Interprtetation of
Gravity Gradiometric data in two dimention vertical gradientt,
Geophysical Prospecting, 39, 4007-434,
Supartoyo, 2008. Tektonik Aktif Sesar Cimandiri, Kabupaten Sukabumi,
Propinsi Jawa Barat. Thesis S2 Teknik Geologi ITB, 2008.