3 Tugas Akhir Surianti ACC

33
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan tebu di Indonesia masih sangat baik. Dari sisi pasar, permintaan gula dari dalam negeri masih terbuka sekitar 1,4 juta per ton per tahun. Selain itu, industri gula nasional juga mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Tahun 2005 konsumsi gula nasional mencapai 3.372.790 ton sedangkan produksi gula hanya 2.441.758 ton sehingga terdapat kekurangan sebesar 931.032 ton dan untuk mencukupi kebutuhan tersebut, pemerintah melakukan impor gula pasir (BPS, 2006). Kondisi tersebut berlanjut sampai 2012 dengan jumlah impor gula mencapai 600.000 ton. Salah satu penyebab rendahnya produksi gula di Indonesia adalah produktifitas lahan tebu yang masih rendah. Rendahnya produktifitas ini antara lain disebabkan oleh penerapan teknis budidaya tanaman tebu belum dilaksanakan dengan baik khususnya pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu aspek penting di dalam teknis budidaya tanaman tebu. Melalui pemupukan, nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik bisa tercukupi. Namun

Transcript of 3 Tugas Akhir Surianti ACC

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prospek pengembangan tebu di Indonesia masih sangat baik.

Dari sisi pasar, permintaan gula dari dalam negeri masih

terbuka sekitar 1,4 juta per ton per tahun. Selain itu,

industri gula nasional juga mempunyai potensi yang cukup

besar untuk dikembangkan di masa yang akan datang.

Tahun 2005 konsumsi gula nasional mencapai 3.372.790

ton sedangkan produksi gula hanya 2.441.758 ton sehingga

terdapat kekurangan sebesar 931.032 ton dan untuk mencukupi

kebutuhan tersebut, pemerintah melakukan impor gula pasir

(BPS, 2006). Kondisi tersebut berlanjut sampai 2012 dengan

jumlah impor gula mencapai 600.000 ton.

Salah satu penyebab rendahnya produksi gula di

Indonesia adalah produktifitas lahan tebu yang masih rendah.

Rendahnya produktifitas ini antara lain disebabkan oleh

penerapan teknis budidaya tanaman tebu belum dilaksanakan

dengan baik khususnya pemupukan. Pemupukan merupakan salah

satu aspek penting di dalam teknis budidaya tanaman tebu.

Melalui pemupukan, nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman

untuk dapat tumbuh dengan baik bisa tercukupi. Namun

2

mahalnya harga pupuk yang diperparah oleh kelangkaan jenis

pupuk tertentu di pasaran, menjadi kendala bagi petani dan

perusahaan perkebunan untuk menerapkan pemupukan secara

berimbang.

Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, alternatif

lain yang dapat ditempuh adalah pemanfaatan simbiosis alami

antara mikroorganisme (fungi atau cendawan) dengan akar

tanaman yang dapat meningkatkan serapan hara bagi tanaman

dan melindungi tanaman dari serangan penyakit.

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) adalah salah satu tipe

cendawan pembentuk miktoriza yang dapat diaplikasikan di

dunia pertanian. Cendawan ini mempunyai kemampuan untuk

berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman, serta telah

banyak dibuktikan mampu memperbaiki nutrisi dan meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Seperti dijelaskan oleh Laei et al

(2011) bahwa FMA yang menginfeksi sistem perakaran tanaman

inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga

tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya

dalam menyerap unsur hara dan air. FMA terbukti meningkatkan

penyerapan unsur hara terutama fosfor dan unsur-unsur hara

3

lain seperti Kalium, Calsium, Magnesium dan Sulfur (Yaseen

et al, 2011). Fosfat adalah salah satu unsur esensial yang

diperlukan dalam jumlah relatif banyak oleh tanaman, tetapi

ketersediaannya terutama pada tanah-tanah masam menjadi

terbatas, sehingga seringkali menjadi pembatas utama dalam

meningkatkan produktivitas tanaman. Untuk mengurangi

penggunaan pupuk kimia, maka aplikasi FMA dapat dijadikan

salah satu alternatif yang perlu dicoba dan dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan percobaan

penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) untuk melihat

pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman tebu.

B. Tujuan dan kegunaan

Percobaan ini bertujuan mengetahui pengaruh mikoriza

terhadap pertumbuhan tanaman tebu. Hasil percobaan ini

bermanfaat bagi industri pabrik gula atau usaha tebu rakyat

untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman

tebu.  

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi Tanaman Tebu

4

Tanaman tebu dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam

industri gula. Bagian lainnya dapat pula dimanfaatkan dalam

industri jamur dan sebagai hijauan pakan ternak.

Tanaman tebu merupakan tanaman perkebunan semusim yang

mempunyai sifat tersendiri, yaitu di dalam batangnya

terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan

(graminae) seperti halnya padi, glagah, jagung, bambu dan

lain-lain. Tanaman tebu mengandung unsur gula mulai dari

pangkal sampai ujung batang tebu, sehingga hal ini menjadi

alasan untuk membudidayakan tanaman tebu (Farid, 2003).

1. Batang

Batang tanaman tebu beruas-ruas (gambar 1), dari bagian

pangkal sampai pertengahan, ruasnya panjang-panjang,

sedangkan di bagian pucuk ruasnya pendek. Tinggi batang

antara 2 sampai 5 meter, tergantung baik buruknya

pertumbuhan, jenis tebu maupun keadaan iklim. Pada pucuk

batang tebu terdapat titik tumbuh yang mempunyai peranan

penting untuk pertumbuhan meringg. Batang dengan mata tunas

pada ruas, di bawah ruas berlilin (Steenis et al, 2005).

2. Akar

5

Akar tanaman tebu adalah serabut, hal ini sebagai salah satu

tanda bahwa tanaman ini termasuk kelas Monocotyledone. Akar

tebu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akar stek dan akar

tunas. Akar stek disebut pula akar bibit yang masa hidupnya

tidak lama. Akar ini tumbuh pada cincin akar dari stek

batang. Sedangkan akar tunas merupakan pengganti akar bibit.

Pertumbuhan akar ada yang tegak lurus ke bawah, ada yang

mendatar dekat permukaan tanah (Steenis et al, 2005).

3. Daun

Daun tanaman tebu adalah daun tidak lengkap, karena terdiri

dari helai daun dan pelepah daun saja, sedang tangkai

daunnya tidak ada. Kedudukan daun berpangkal pada buku.

Panjang helaian daun adalah antara 1 sampai 2 meter,

sedangkan lebarnya 4-7 cm, ujungnya meruncing, tepinya

seperti gigi dan mengandung kersik yang tajam. Diantara

pelepah daun dan helaian daun terdapat sendi segitiga dan

pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi

antara helaian daun dan pelepah daun. Ukuran lebar daun

sempit kurang 4 cm, sedang antara 4-6 cm dan lebar 6 cm

(Steenis et al, 2005).

4. Bunga

6

Bunga tebu merupakan malai yang bentuknya piramida,

panjangnya antara 70- 90 cm. Bunga tebu biasanya muncul pada

bulan April-Mei. Bunganya terdiri dari tenda bunga yaitu 3

helai daun tajuk bunga. Bunga tebu mempunyai 1 bakal buah

dan 3 benang sari, kepala putiknya berbentuk bulu (Steenis

et al, 2005).

B. Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

1. Tanah

Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan

tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah,

namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah yang

dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik

untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung,

baik yang berpasir dan lempung liat. Derajat keasaman (pH)

tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara

5,5 – 7,0. Tanah dengan pH di bawah 5,5 kurang baik bagi

tanaman tebu karena dengan keadaan lingkungan tersebut sistem

perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan

baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (di atas 7,0) sering

mengalami kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur

fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “chlorosis” daunnya

7

karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak

cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah

dengan kandungan Cl tinggi (Sobir, 2000).

2. Iklim

Beberapa faktor iklim yang sangat penting bagi pertumbuhan

tanaman tebu antara lain curah hujan, sinar matahari,

temperatur dan angin.

a. Curah Hujan

Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan

vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang

berakhirnya masa petumbuhan vegetatif agar proses pemasakan

(pembentukan gula) dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan

kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara

ideal curah hujan yang diperlukan adalah 200 mm per bulan

selama 5 – 6 bulan berturutan, 2 bulan transisi dengan curah

hujan 125 mm per bulan, dan 4 – 5 bulan berturutan dengan curah

hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah

dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran

hujan yang sesuai dengan pertumbuhan dan kemasakan tebu

merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan tanaman tebu

(Sobir, 2000).

8

b. Sinar matahari

Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu

untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis

yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya

di suatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi

sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun malam hari

bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca

berawan menghambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam

hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi

gula karena meningkatnya proses pernafasan (Sobir, 2000).

c. Angin

Angin dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik

bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar

CO2 di sekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap

berlangsung dengan baik. Kecepatan angin yang lebih dari 10

km/jam disertai hujan lebat, bisa menyebabkan robohnya

tanaman tebu yang sudah tinggi (Sobir, 2000).

C. Deskripsi Varietas Tebu

Varietas PS851 merupakan varietas unggul yang dilepas oleh

menteri kehutanan dan perkebunan pada tahun 1998 yang

sebelumnya dikenal dengan nomor seleksi PS85-21460 dan

9

merupakan hasil persilangan varietas PS57 dengan B37172.

Varietas PS851 memiliki perkecambahan baik dengan sifat

pertumbuhan awal dan pembentukan tunas yang serempak,

berbatang tegak, diameter sedang dan kadar serabut sekitar

13%. Daun tua mudah diklentek dengan tanaman tegak

memberikan tingkat rendemen yang tinggi. Kondisi tanah yang

subur dengan kecukupan air sangat membantu dalam pertumbuhan

dan pemanjangan batang yang normal. Pada kondisi kekeringan

atau sebaliknya kekurangan air yang drainasenya terganggu

akan terjadi pemendekan ruas batang. Pada lahan yang

drainasenya terganggu akan mudah terserang penyakit

bakteriosis. Pada kondisi sehat dan perkecambahan mata

tunas sangat cepat. Respon terhadap pupuk N yang sangat

tinggi mempunyai pengaruh bahwa apabila kekurangan N akan

mudah berbunga. Oleh karena itu dosis N yang memadai dengan

aplikasi yang tepat waktu sangat diinginkan varietas ini

(BPS, 2006).

D. Mikoriza

Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang

tertentu sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualistis

antara cendawan (Myces) dan perakaran (Rhiza) tumbuhan

10

tingkat tinggi. Berdasarkan struktur tumbuh dan cara

infeksinya pada sistem perakaran inang (host), mikoriza

dikelompokkan kedalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza

dan endomikoriza. Di dalam kelompok ektomikoriza terdapat

enam sub tipe yaitu mikoriza arbuskular, ectendo, arbutoid,

monotropoid, ericoid. Akhir-akhir ini tipe arbuskular menjadi

perhatian para ahli lingkungan dan biologis (Setiadi, 2006).

Cara aplikasi pupuk mikoriza terbaik dengan dicampur

dengan pupuk dasar . takaran pupuk mikoriza adalah 8 ku / ha

ditanah dengan P yang tersedia rendah dan 4 kw/ha ditanah

dengan P tersedia tinggi . Pemakaian pupuk mikoriza daapt

mengurangi aras takaran pupuk SP-36 sebesar 25-50 %

(Adinurani et al, 2008).

Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) adalah salah satu

cendawan yang dapat dibuat sebagai pupuk biologi dan telah

terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan

mengurangi penggunaan pupuk an organik. Berdasarkan

kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman pada

kondisi lahan-lahan tidak produktif, maka aplikasi pupuk

biologis ini sangatlah cocok diarahkan untuk membantu

program pemerintah dalam merehabilitasi lahan-lahan kritis

11

dan marginal seperti lahan-lahan pasca pertambangan terbuka

daerah semi arid (curah hujan rendah), tanah-tanah gundul

dan yang utama adalah wilayah padang alang-alang sebagai

zona reboisasi terbesar di Indonesia.

Fungi mikoriza yang menginfeksi perakaran tanaman ini

mempunyai peranan yang cukup penting sebagai berikut:

1. Peningkatan Ketahanan terhadap Kekeringan

Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap kekeringan

dari pada yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks

akibat kekeringan dan matinya akar tidak akan permanen

pengaruhnya pada akar yang bermikoriza. Setelah periode

kekurangan air (water stress), akar yang bermikoriza akan

cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa

cendawan mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah

saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyebaran

hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air

yang diambil meningkat (Anas, 1997).

Jaringan hifa ekternal dari mikoriza akan memperluas

bidang serapan air dan hara. Disamping itu ukuran hifa yang

lebih halus dari bulu-bulu akar memungkinkan hifa bisa

menyusup ke pori-pori tanah yang paling kecil (mikro)

12

sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah

yang sangat rendah. Serapan air yang lebih besar oleh

tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah

larut dan terbawa oleh aliran masa seperti N, K dan S.

sehingga serapan unsur tersebut juga makin meningkat (Anas,

1997).

Tanaman mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan

karena pemakaian air yang lebih ekonomis. Pengaruh tidak

langsung karena adanya miselin eksternal menyebabkan

mikoriza efektif dalam mengagregasi butir-butir tanah

sehingga kemampuan tanah menyimpan air meningkat. Aplikasi

mikoriza akan membantu proses penyerapan air yang terikat

cukup kuat pada pori mikro tanah, sehingga panjang musim

tanam tanaman pada lahan kering diharapkan dapat terjadi

sepanjang tahun (Anas, 1997).

2. Lebih Tahan terhadap Serangan Patogen Akar.

Akar yang bermikoriza lebih tahan terhadap patogen akar

karena lapisan mantel (jaringan hyfa) menyelimuti akar dapat

melindungi akar. Terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza

menyebabkan akar terhindar dari serangan hama dan penyakit,

infeksi patogen akar terhambat. Tambahan lagi mikoriza

13

menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar

lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi

patogen. Dilain pihak, cendawan mikoriza ada yang dapat

melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen

(Anas,1997).

3. Perbaikan Struktur Tanah.

FMA merupakan salah satu dari jenis yang dapat memantapkan

struktur tanah. fungi mikoriza melalui jaringan hifa

eksternal dapat memperbaiki dan memantapkan struktur tanah.

Perbaikan dari struktur tanah juga akan berpengaruh langsung

terhadap perkembangan akar tanaman. Pada lahan kering dengan

makin baiknya perkembangan akar tanaman, akan lebih

mempermudah tanaman untuk mendapatkan unsur hara dan air,

karena memang pada lahan kering faktor pembatas utama dalam

peningkatan produktivitasnya adalah kahat unsur hara dan

kekurangan air. Akibat lain dari kurangnya ketersediaan air

pada lahan kering adalah kurang atau miskin bahan organik.

Kemiskinan bahan organik akan memburukkan struktur tanah,

lebih-lebih pada tanah yang bertekstur kasar sehubungan

dengan taraf pelapukan rendah. Jamur super ini berperan

terutama dalam memperbaiki struktur tanah dengan menyelimuti

14

butir-butir tanah, stabilitas agregat meningkat dengan

adanya gel polisakarida yang dihasilkannya dan pupuk ini

aman bagi lingkungan (Anas, 1997).

4. Peningkatan penyerapan hara oleh tanaman

Infeksi FMA pada perakaran tanaman meningkatkan kemampuan

tanaman dalam menyerap unsur hara terutama unsur hara

fosfat. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan cendawan

mikoriza untuk menyerap fosfat dari dalam tanah melalui hifa

dan ekstension hifa dari FMA dan ditransfer ke sistem

perakaran tanaman (Yaseen et al. 2011). Beberapa hasil

penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang bermikoriza

menyerap unsur hara Ca, K, Mg, P, Fe dan S lebih tinggi

dibandingkan dengan tanpa mikoriza. Peningkatan juga terjadi

pada bobot kering tanaman dan kecepatan berbunga serta

pembuahan (Avis et al. 2008; Yaseen et al. 2011).

15

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Percobaan dilaksanakan di lahan percobaan jurusan Budidaya

Tanaman Perkebunan, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep pada

Januari 2012 sampai Maret 2012 .

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, skop, ayakan,

ember, polybag, wajan, timbangan, mistar, jangka sorong dan

alat tulis menulis.

16

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanah,

pasir, air, Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) jenis campuran

gygaspora dan glomus merek mycofer yang diperoleh dari Institut

Pertanian Bogor (IPB) dan stek tanaman tebu varietas PS851.

C. Metode Percobaan

Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

empat perlakuan yaitu tanpa mikoriza (V0), FMA dengan dosis

5 gram/polybag (V1), FMA dengan dosis 10 gram/polybag (V2)

dan FMA dengan dosis 15 gram/polybag (V3). Setiap perlakuan

diulang sebanyak tiga kali (tiga kelompok) dan setiap

perlakukan dalam setiap kelompok terdiri atas tiga polybag

(unit pengamatan).

D. Pelaksanaan Percobaan

1. Persiapan media

Tanah dan pasir terlebih dahulu diayak kemudian disangrai

dan dicampur hingga rata dengan perbandingan tanah dan pasir

17

(3:1) kemudian dimasukkan ke dalam polybag berukuran 25 cm x

30 cm dan selanjutnya diatur dengan rapi sesuai dengan

rancangan percobaan (lampiran 1).

2. Persiapan bibit

Bibit yang digunakan adalah stek batang tebu yang bermata

tunas satu. Setek ditanam di bedengan berukuran 2 m x 1 m

selama 2 minggu.

3. Perlakuan FMA

Sebelum dilalukan penanaman terlebih dahulu media tanam

dalam polybag disiram dengan air kemudian ditaburi fungi

mikoriza sesuai dengan dosis, yaitu 5, 10, 15 gram/polybag

dan control kemudian ditutup dengan tanah agak tipis.

4. Penanaman bibit

Bibit tebu yang telah berumur dua minggu kemudian di

pindahkan ke polybag yang telah diberi fungi mikoriza.

5. Pemeliharaan bibit

Pemeliharaan bibit dilakukan dengan penyiraman 2 - 3 kali

dalam seminggu atau tergantung kondisi media. Pemberian

pupuk Urea, KCl dan SP36 masing-masing 5 gram per polybag

dilakukan pada saat bibit telah tumbuh. Penyiangan gulma

18

dilakukan dengan mencabut rumput yang tumbuh dalam polybag

dan dilakukan penggemburan tanah.

E. Parameter pengamatan

Pengukuran dilakukan pada akhir pengamatan yaitu ketika

tanaman berumur 9 minggu (± 2 bulan), adapun parameter yang

diukur adalah:

1. Tinggi tanaman (cm): tinggi tanaman diukur mulai dari

permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi.

2. Jumlah daun (helai): jumlah daun dihitung dengan cara

menghitung semua daun yang terbentuk sampai akhir

percobaan.

3. Diameter batang (cm): Diameter batang diukur pada bagian

pertengahan batang ± 5 cm dr permukaan tanah.

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengukuran tinggi tanaman tebu pada berbagai dosis FMA

dan sidik ragamnya terdapat pada Tabel Lampiran 2a dan 2b.

Sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian FMA berpengaruh

sangat nyata terhadap tinggi tanaman tebu.

Hasil uji BNT0,01 pada tabel 1 menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan antar perlakuan dosis FMA.

20

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman tebu pada berbagai dosisfungi mikoriza

Perlakuan Rata-rataNP BNT0,01

Dosis FMA 15 gram 83,91

4,89

Dosis FMA 10 gram 74,21b

Dosis FMA 5 gram 64,51c

Kontrol 63,93c

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yangtidak sama menunjukkan

hasil yang berbeda nyata pada taraf uji BNT 0,01

2. Jumlah Daun (helai)

Hasil perhitungan jumlah daun tanaman dan sidik ragamnya

disajikan pada Tabel Lampiran 3a dan 3b. Sidik ragam

menunjukkan bahwa inokulasi FMA terhadap tanaman tebu

berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun. Rata-rata

jumlah daun tanaman tebu pada setiap perlakuan dapat dilihat

pada Gambar 1.

21

V0 V1 V2 V30

1

2

3

4

5

6

Perlakuan

4,22

5,34

5,44 5,66

Juml

ah D

aun

(hel

ai)

Gambar 1. Rata-rata jumlah daun tanaman tebu pada berbagaidosis FMA

Gambar 1 menjelaskan bahwa pemberian 15 gr FMA

menghasilkan rata-rata jumlah daun paling banyak pada

varietas PS 851. Perlakuan 5 gr dan 10 gr FMA menghasilkan

rata-rata jumlah daun yang sama sementara tanaman tanpa

mikoriza menghasilkan jumlah daun yang paling rendah (4,22

helai).

3. Diameter batang (cm)

Hasil pengukuran diameter batang tanaman tebu dengan

perlakuan berbagai dosis FMA dan sidik ragamnya disajikan

pada Tabel Lampiran 4a dan 4b. Sidik ragam menunjukkan bahwa

22

inokulasi FMA terhadap tanaman tebu berpengaruh nyata

terhadap diameter batang tanaman.

Hasil uji BNT0,05 menunjukkan bahwa perlakuan dosis FMA

15 gr tidak berbeda nyata dengan perlakuan FMA 10 gr dan FMA

5 gr namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 2. Rata-rata diameter batang tanaman tebu padaberbagai dosis fungi   mikoriza

Perlakuan Rata-rata

NP BNT (0,05)

Dosis FMA 15 gram 0,51

0,08

Dosis FMA 10 gram 0,43a

Dosis FMA 5 gram 0,41a

Kontrol 0,37b

Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yangsama menunjukkan

          hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf ujiBNT0,05

B. Pembahasan

Aplikasi FMA pada tanaman tebu dengan dosis yang berbeda

memberikan hasil yang berbeda terhadap tinggi tanaman,

23

jumlah daun dan diameter batang. Hasil percobaan secara umum

memperlihatkan bahwa pemberian FMA pada tanaman tebu

menghasilkan pertumbuhan vegetatif tanaman lebih baik

dibandingkan dengan tanaman tebu tanpa mikoriza. Hal ini

membuktikan bahwa FMA yang berasosiasi dengan perakaran tebu

berpengaruh baik terhadap penyerapan unsur hara oleh tanaman

sehingga menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun dan

diameter batang tanaman tebu lebih baik dibandingkan dengan

tanaman yang tidak bermikoriza.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pada tanaman tebu

yang diberi FMA dengan dosis 15 gr menghasilkan tinggi

tanaman, jumlah daun dan diameter batang yang lebih baik

dibandingkan tanaman dengan dosis FMA lebih rendah dan

berbeda secara signifikan dengan tanaman tanpa mikoriza.

Hasil tersebut serupa dengan penelitian oleh Budiatmoko

(2007) yang menemukan bahwa inokulasi FMA meningkatkan

tinggi tanaman dan diameter batang tanaman Jati secara

signifikan. Hasil penelitian Trisilawati (2007) juga

memperlihatkan peningkatan jumlah daun, berat basah dan

berat kering tanaman Nilam secara signifikan dibandingkan

dengan tanaman tanpa mikoriza.

24

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pupuk

mikoriza mampu meningkatkan kadar P nira sebesar 38,84 % -

71,65 %. Pengingkatan kadar P nira dikuti dengan peningkatan

rendeman tebu sebesar 4,76 % - 21,15 % dan meningkatkan

produktivitas gula sebesar 13,66 % - 67,90 %. Kenaikan

produktivitas hablur pada tanah dengan fosfor tersedia

rendah, lebih tinggi sebesar 27,80 % - 40,11 %, lebih tinggi

dibanding pada tanah yang memiliki Phosphor tersedia sangat

tinggi (Adinurani et al, 2008).

Jumlah inokulasi sangat menentukan aktivitas FMA untuk

tumbuh dan berkembang. Peranan FMA bagi tanaman yaitu

membantu penyerapan unsur hara dan air terutama unsur N, P,

dan K yang dibutuhkan tanaman. FMA mengambil zat makanannya

berupa karbohidrat dari tanaman inang, sehingga terjadi

simbiosis mutualisme antara tanaman dengan FMA yang

menginfeksi perakaran tanaman. Tanaman inang menyediakan FMA

karbohidrat (hasil fotosíntesis) dan hasil metabolisme

lainnya yang dimanfaaatkan sebagai sumber energi untuk

pertumbuhan dan perkembangan FMA (Truk et al, 2006).

25

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

a. Inokulasi FMA menghasilkan pertumbuhan vegetatif tanaman

tebu yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman tebu

tanpa mikoriza.

b. Pemberian FMA dengan dosis 15 gram per tanaman

menghasilkan pertumbuhan vegetatif tanaman tebu yang

terbaik.

B. Saran

Disarankan pengujian menggunakan dosis FMA di atas 15 gram

per tanaman tebu untuk mengetahui peningkatkan pertumbuhan

tanaman akibat inokulasi FMA.

26

DAFTAR PUSTAKA

Adinurani PG., Mulyati M. dan Hendroko R 2008. PengaruhCendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) pada Tebu di TanahMineral Masam PGTolongohula,Gorontalo. Majalah Penelitian Gula XXXV (2).

Anas I. 1997.Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah.Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB.

Biro Pusat Statistik. 2006. Kebutuhan gula nasional, Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Avis TJ., Gravel V., Antoun H., Tweddell RJ. 2008. Multifaceted beneficial effects of rhizosphere

27

microorganisms on plant health and productivity. Soil Biology & Biochemistry 40: 1733–1740.

Budiatmoko SD. 2007. Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskulaterhadap Pertumbuhan Tanaman Jati (Tectona grandis) diLapangan. Prosiding: Seminar Nasional Mikoriza II.Seameo Biotrop Bogor: 132-135.

Farid. B. 2003. Perbanyakan Tebu (Saccharum officinarum L.) Secara In Vitro Pada Berbagai Konsentrasi IBA dan BAP. J. Sains dan Teknologi. 3:103-109.

Laei G., Khajehzadeh MH., Afshari H., Ebadi AG., AbbaspourH,. 2011 Effect of mycorrhiza symbiosis on the NaClsalinity in Sorghum bicolor. African Journal ofBiotechnology 10 (40): 7796-7804.

Setiadi Y. 2006 Pengembangan Cendawan Mikoriza Arbuskularuntuk Merehabilitasi Lahan Marginal. ProsidingWorkshop Mikoriza Teknologi Baru Bekerja denganCendawan Mikoriza. Bogor.

Sobir. 2000. Buku pintar budidaya tanaman buah unggulindonesia. Redaksi Agromedia. Jakarta.

Steenis VCGGJ., Den Hoed G. dan Eyma PJ. 2005. Flora. PTPradnya Paramita. Jakarta.

Trisilawati O. 2007. Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskuladan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Nilam(Pogostemon cablin). Prosiding: Seminar Nasional MikorizaII. Seameo Biotrop Bogor: 45-51.

Truk MA, Assaf TA, Hameed KM, Al-Tawaha AM. 2006.Significance of mycorrhizae . World J. of Agriculturalsci. 2:16-20.

Yaseen T., Burni T., Hussain F. 2011. Effect of arbuscularmycorrhizal inoculation on nutrient uptake, growth andproductivity of cowpea (Vigna unguiculata) varieties.African Journal of Biotechnology 10 (43): 8593-8598.

28

L

A

M

P

I

R

A

N

29

Lampiran 1. Denah Percobaan Rancangan Acak Kelompok.

I II

III

Keterangan :

V0 = Kontrol/Tanpa

V1 = 5 gram fungi mikoriza

V2 = 10 gram fungi mikoriza

V3       = 15 gram fungi mikoriza

Lampiran 2a. Tabel Data Tinggi Tanaman Tebu yang berumur ± 2bulan

Perlakua Ulangan Jumla Rata-

V1 V

V3 V

V0 V

V2 V

V1

V3

V2

V0

V2 V2

V0 V0

V1 V1

V3 V3

V0

V2

V1

V3

V3 V3

V0

V1

V2

V0 V0

V2

V1

V3

V1

V2

30

n h rata1 2 3

V0 61,83 63,63 66,33 191,79

63,93

V1 62,53 65,37 65,63 193,53

64,51

V2 73,33 74,17 75,13 222,63

74,21

V3 84,43 80,77 86,53 251,73

83,91

Total 282,1 283,9 293,6 859,68

71,64

Lampiran 2b. Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman

SK DB JK KT Fhit F Tabel0,05 0,01

Perlakuan

3 802,316

267,439

102,298**

4,76 9,78

Kelompok

2 19,105 9,553 3,654

Acak 6 15,686 2,614Total 11 837,10

8

Keterangan : ** = Sangat Nyata

KK = 19%

Lampiran 3a. Tabel Data Jumlah Daun Umur ± 2 Bulan

Perlakuan

Ulangan Jumlah Rata-rata1 2 3

VO 4.33 5.00 3.33 12.66 4.22

31

V1 5.67 4.67 5.67 16.01 5.34V2 7.33 4.00 5.00 16.33 5.44V3 5.33 5.33 6.33 16.99 5.66

Total 22.7 19.0 20.3 61.99 5.17

Lampiran 3b. Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun

SK DB JK KT Fhit F Tabel0.05 0.01

Perlakuan

3 3.745 1.248 1.090tn 4.76 9.78

kelompok

2 1.716 0.858 0.749

Acak 6 6.869 1.145Total 11 12.330

Keterangan : tn = Tidak Nyata

KK = 44%

Lampiran 4a. Tabel Data Diameter Batang

Perlakuan

Ulangan Jumlah

Rata-rata1 2 3

V0 0.33 0.40 0.37 1.10 0.37V1 0.37 0.43 0.43 1.23 0.41V2 0.43 0.43 0.43 1.29 0.43V3 0.57 0.47 0.50 1.54 0.51

Jumlah 1.7 1.7 1.7 5.16 0.43

32

Lampiran 4b. Tabel Sidik Ragam Diameter Batang

SK DB JK KT Fhit F Tabel0.05 0.01

Perlakuan

3 0.034 0.011 6.825*

4.76 9.78

Kelompok

2 0.000 0.000 0.045

Acak 6 0.010 0.002Total 11 0.044

Keterangan : * = Nyata

KK = 6%

Lampiran 5. Gambar Cara Pengukuran Tinggi Batang (A), JumlahDaun (B) dan Diameter Batang Tanaman Tebu (C).

33

(A)

(B)

(C)