10. LAPORAN PRAKTIKUM Kurva Sigmoid Pertumbuhan
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of 10. LAPORAN PRAKTIKUM Kurva Sigmoid Pertumbuhan
LAPORAN PRAKTIKUMANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN
Kurva Sigmoid Pertumbuhan
NAMA: NIA WIDYARSIHNIM : F05112062KELAS B REG A
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK
ABSTRAK
Jagung (Zea mays) merupakan tumbuhan lengkap, bagian-
bagian atau sel-selnya sehingga laju pertumbuhannya jika
digambarkan pada sebuah grafik dapat membentuk kurva
sigmoid. Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu untuk
mengukur laju tumbuh tanaman jagung minggu pertama hingga
tanaman jagung (Zea mays berbunga. Untuk memperoleh
kurva sigmoid dilakukan pengambilan sampel dengan 2
perlakuan berbeda yakni secara nondestruktif dan
destruktif. secara nondekstruktif, tumbuhan jagung
dilakukan pengukuran suhu tanah, suhu udara, kelembaban,
dry, wet, evaporasi, tinggi tanaman, dan jumlah daun.
Sedangkan pada destruktif , tumbuhan jagung diukur
pertumbuhannya dengan mengambil organ tanaman secara
lengkap, kemudian mengukur berat basah dan berat kering
dari tajuk tanaman (batang dan daun) serta
akar.disediakan. Alat yang digunakan pada praktikum ini
kertas milimeter blok, pisau, pot, penggaris, oven,
neraca analitik, termometer, dry and wet. Sedangkan bahan
yang digunakan yaitu biji jagung, pupuk serta media tanah
(pasir dan tanah bakar) dan air.. Dilakukan perbandingan
laju pertumbuhan antara tumbuhan yang diberi pupuk dan
tumbuhan yang tidak diberi pupuk, maka diperoleh laju
pertumbuhan paling cepat pada tumbuhan yang diberi pupuk.
Faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan adalah Faktor
internal dapat berupa faktor hereditas dan hormon,
sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan jagung antara lan air, tanah, dan mineral,
kelembaban udara, suhu, udara, suhu tanah, cahaya, dan
evaporasi, serta curah hujan.Kata kunci : Jagung (Zea mays), kurva sigmoid pertumbuhan, destruktif, nondestruktif, faktor
eksternal, faktor internal
PENDAHULUAN
Suatu hasil pengamatan pertumbuhan tanaman yang paling
sering dijumpai khususnya pada tanaman setahun adalah
biomassa tanaman yang menunjukkan pertambahan mengikuti
bentuk S dengan waktu, yang dikenal dengan model sigmoid.
Biomassa tanaman mula-mula (pada awal pertumbuhan)
meningkat perlahan, kemudian cepat dan akhirnya perlahan
sampai konstan dengan pertambahan umur tanaman. Liku
demikian dapat simetris,yaitu setengah bagian pangkal
sebanding dengan setengah bagian ujung jika titik belok
terletak diantara dua asimptot. Seorang ilmuan akan tidak
menerima begitu saja kenyataan tersebut, tetapi
mengajukan pertanyaan mengenai proses atau mekanisme yang
mengajukan pertanyaan mengenai proses atau mekanisme yang
membuat hubungan biomassa dengan waktu demikian, dan
faktor-faktor yang mengendalikannya.
Sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut
beberapa pertanyaan kemudian akan muncul seperti apakah
itu karena factor X,Y dan Z. Apakah itu karena hubungan
yang demikian di antara faktor-faktor tersebut. Faktor-
faktor dan proses atau hubungan diantara satu dengan
faktor lain, hipotatik akan dilahirkan yaitu yang
mendapatkan dukungan paling kuat (sesuai fakta yang
tersedia). Faktor dan hubungan yang ditempatkan tersebut
kemudian ditampilkan secara bersama dalam suatu bentuk
bahasa matematik yaitu model matematik.
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian
berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu
maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila
digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan
terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid
untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi
di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk
tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor
keturunan dan lingkungan (Tjitrosomo, 1999).
Beberapa cara tersedia dalam pendekatan kepada
sistem seperti sistem tanaman dengan produk biomassa yang
meningkat secara sigmoid dengan waktu untuk mendapatkan
faktor-faktor dan proses hipotetik. Menerapkan fenomena
yang sudah dikenal cukup baik kepada suatu sistem yang
sedang dipelajari merupakan suatu pendekatan yang umum
dilakukan.
Untuk sistem tanaman suatu kompertemen dapat
dianggap sebagai tempat substrat dan kompertemen lain
sebagai tempat produk yang dapat berupa senyawa organik
atau biomassa (berat kering) jaringan, organ atau
keseluruhan tumbuhan.
(Sitompul.S.M.1995)
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi
dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali,
yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada
fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat
pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar
organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase
penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun,
saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua
(Srigandono, 1991).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal
yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa
bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan,
Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara
eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti laju
kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi
kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan
organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia
tumbuh.
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate)
menunjukkan peningkatan berat kering dalam suatu interval
waktu dalam hubungannya dengan berat asal. Dalam situasi
praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung
dari pengukuran yang di ambil pada waktu t1 dan t2
(Susilo, 1991)
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya
berubah menurut waktu, oleh karena itu, bila laju tumbuh
digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh
ordinat dan waktu pada absisi. Maka grafik itu merupakan
suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva sigmoid. Kurva
sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap bagian-
bagiannya ataupun sel-selnya (Sujarwati, 2004).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal.
Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik,
fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik,
ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan
waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt)
lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada
fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara
konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan
yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan
mulai menua (Salisbury dan Ross, 1992).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
dan luar dan adalah penyesuaian diri antara genetik dan
lingkungan ( Mukherji and Ghosh, 2002 ). Faktor
lingkungan juga penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tidak hanya lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan, tetapi juga banyak faktor
seperti cahaya, temperatur, kelembaban, dan faktor
nutrisi mempengaruhi akhir morfologi dari tanaman. Cahaya
meliputi pada lekukan dari batang morfogenesis.
Temperatur, kelembaban,dan nutrisi mempunyai efek yang
lebih halus, tetapi juga mempengaruhi perubahan morfologi
( Ting, 1987).
Laju pertumbuhan tanaman jagung tentunya dipengaruhi
faktor luar dan dalam, maka akan diamati bagaimana laju
pertumbuhan dan perkembangan tanamnan jagung dari fase
logaritmik, linear dan penuaan yang nantinya dapat
terlihat pada kurva sigmoid pertumbuhannya, sehingga
dilakukan praktikum yang bertujuan untuk mengukur laju
tumbuh tanaman jagung (Zea mays).
Dari paparan beberapa teori, apabila pertumbuhan
digambarkan dalam bentuk grafik maka akan terbentuk kurva
sigmoid (bentuk S), dan umumnya laju pertumbuhan berjalan
lambat pada awalnya, kemudian konstan dan berangsur
mengalami penurunan.
METODELOGI
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah biji
jagung (Zea mays),dimulai dari tanggal 9 Mei 2014 sampai 4
juli 2014 menggunakan tanah bakar dan pasir dengan
perbandingan 2 : 1 sebagai media tanam, serta air untuk
menyiram tanaman. Alat yang digunakan adalah pot sebagai
wadah penanaman, meteran dan penggaris sebagai alat untuk
mengukur tinggi tanaman, label nama untuk menandai media
yang digunakan, pisau untuk memotong tanaman, oven untuk
mengeringkan tanaman, timbangan untuk menimbang berat
basah dan berat kering tanaman , buku serta alat tulis
untuk mencatat data.
Media tanah yang telah disiapkan diisi ke dalam pot,
setiap pot diberi label. Sementara biji jagung yang
hendak ditanam direndam terlebih dahulu agar proses
perkecambahannya lebih cepat. Biji jagung ditanam
sebanyak 5-9 biji pada setiap pot yang telah berisi media
tanah. Kemudian disiram secukupnya. Pot tersebut
diletakkan pada lapangan terbuka. Pertumbuhan dicek
setiap minggu dengan cara destruktif / nondestruktif.
Diukur tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, berat
basah,berat kering dari bagian atas (batang dan daun) dan
bagian bawah akar setelah dibersihkan terlebih dahulu.
Berat kering didapatkan dengan menimbang berat tanaman
yang telah dikeringkan dengan oven pada suhu 80ᵒC dimana
berat tidak berubah lagi minimal 3 hari. Dicatat
temperatur tanah dan udara, kelembaban relatif dan curah
hujan sebagai data pendukung setiap hari. Dibuat tabel
pengamatan untuk pertumbuhan dan faktor iklim. Setelah
pengamatan selesai, dibuat grafik rerata dari
pertumbuhan tanaman dan faktor iklim dengan waktu sebagai
absisa. Estimasi pertumbuhan dibuat dengan regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
DATA HASIL PENGAMATANTabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Destruktif dengan pupuk
Tabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat akar
Mingguke-
Tinggitanaman(cm)
Daun Akar Bagian Atas
Jumlah
Luas(cm2
)
BB(gr)
BK(gr)
BB(gr)
BK (gr)
1 5,19 2 16 0,19
0,04
0,23 0,06
2 22,68 3 74,12
0,35
0,21
1,23 0,72
3 35,21 4 126 0,58
0,27
2,18 0,93
4 59,69 5 172,71
1,51
1,02
3,54 2,16
5 75,73 6 202,23
2,07
1,37
7,78 4,27
6 89,96 6 337,18
2,51
1,41
8,69 5,12
7 97,13 7 365,2
2,67
1,43
10,72 5,83
8 101,21 7 393,72
3,89
1,72
13,34 6,12
Tabel suhu, kelembaban, curah hujan, dry and wet dan evaporasi
SuhuTanah
(C°)
SuhuUdara
(C°)
Dry
(C°)Wet(C°)
Kelembapan (%)
Curah
hujan
(mm)
Evaporasi
(ml)
35 32 38,14 27,71 53,57 0 1,83
36 34 37,56 25,89 53,85 0 1,62
34 32 37,24 27,56 54,52 0,28 2,02
32 36 38,37 26,63 51,67 0,42 1,83
33 36 37,56 25,89 51,82 0 1,73
33 32 38,14 27,71 55,36 0 1,76
32 30 37,54 25,57 57,35 0,42 1,83
33 34 38,29 26,56 53,57 0,42 1,73
1 2 3 4 5 6 7 8050100150200250300350400450
luas
cm
1 2 3 4 5 6 7 80
5
10
15
20
25
BAGIAN ATAS
BERAT (GR)
1 2 3 4 5 6 7 80123456
AKAR
BERAT (GR)
1 2 3 4 5 6 7 8020406080100120
Tinggi Tanaman
cm
Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung (Destruktif Non Pupuk)
Minggu ke-
TinggiTanaman (cm)
Jumlah
Daun(lembar)
Luas
Daun
(cm2
)
SuhuTanah(o)
SuhuUdara(o)
Kelembapan (%)
Curah
Hujan
(mm)
Evaporasi
Dry(o)
WetTemperature (o)
1 4.85 2 1431.59
30.93
60 5.14 3.91 30.86
29.43
2 11.39 3 1031.84
32.14
59 33.90
1.91 29.86
28.86
3 17.15 4 6230.72
29.43
72 3.57 3.83 26.29
28.79
4 22.54 5 9229.77
30.71
67 10.43
5.07 28.57
28.71
5 24.83 6 260 30.1 34.57
40 23.43
9.51 30.86
29.43
6 36.08 4 13431.21
30.86
48 0.14 7.13 30.43
28.79
7 45.15 5 209 32 35.14 48 0.23 8.71 31.
37 28.72
8 50.15 6 243 31 32.49 52 0s 7.53 28.
42 29.94
0 1 2 3 4 5 6 7 8 90
100
200
300
Jumlah dan Luas Daun
Jumlah Daun (lembar)Luas Daun (cm2)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 90102030405060
Tinggi tanaman
Tinggi Tanaman (cm)
Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Non Destruktif Pupuk
Minggu ke-
TinggiTanaman (cm)
JumlahDaun(Lemba
r)
Luas
Daun
(cm2
)
SuhuTanah
(oC)
SuhuUdara
(oC)
Kelembapan (%)
Curah
Hujan
(mm)
Evaporasi
Dry(oC)
Wet(oC)
1. 35.5 10 740 28.98
30.92 59.85 5.14 3.91 30.
8529.42
2. 45.5 23 1680
32.38
32.38 58.71 33.9 3.11 29.
8528.85
3. 63.38 30 4220
31.71
29.42 71.71 3,57 3.64 23.
1428.78
4. 85.9 37 5960
27.94
30.71 67.28 12.1
6 5.21 28.5 29
5. 98.4 40 348 33.28 34.6 40.3 23.4 9.5 30.
929.4
6. 116.2 43 890 31.12
31.47 50 1 10 29.
5 27
7. 117.41 43 730 31.63
35.14 47.5 0 8.7 31 28
8. 118.53 42 1240
31.56
32.49 51.6 0 7.5 28 29
1 2 3 4 5 6 7 80
2000400060008000
LUAS DAUN
LUAS DAUN
1 2 3 4 5 6 7 80
100
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi Tanaman (cm)
Tabel Pengamatan Pertumbuhan Jagung Non Destruktif Non Pupuk
Minggu ke-
Tinggi(cm)
Jumlah
Daun(lembar)
Luas
Daun
(cm2
)
SuhuTanah(o)
SuhuUdara(o)
Kelembapan (%)
Curah
Hujan
(mm)
Eva
Dry(o)
Wet(o)
1 1.98 64 18 33.56
30.93
60 5.14 3.91
30.86
29.43
2 11.12
187 54 32.39
32.14
59 33.90
1.91
29.86
28.86
3 16.72
219 38 31.76
29.43
72 3.57 3.83
26.29
28.79
4 20.81
250 72 33.09
30.71
67 10.43
5.07
28.57
28.71
5 26.32
240 180 33.18
34.57
40 23.43
9.51
30.86
29.43
6 35.89
255 130 32.69
30.86
48 0.14 7.13
30.43
28.79
7 42.95 221 125 31.6
335.14 48 0.23 8.
7131.37 28.72
8 49.13 238 118 31.5
632.49 52 0s 7.
5328.42 29.94
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9050100150200250300
Jumlah dan Luas Daun
Jumlah Daun (lembar)Luas Daun (cm2)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 90102030405060
Tinggi tanaman
Tinggi Tanaman (cm)
Percobaan kurva sigmoid pertumbuhan ini menggunakan jagung (Zea mays) yang bertujuan untuk mengukur laju tumbuh tanaman jagung. Laju pertumbuhan jagung nantinya akan digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat dan waktu pada absis maka grafik tersebut a kan membentuk suatu kurva berbentuk S yang disebut kurva sigmoid. Kurva sigmoid hanya dapat berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagian atau sel-selnya, dan jagung memenuhi syarat itu.Tanaman jagung (Zea mays) ditanam selama 2 bulan sampai menunggu organgeneratifnya berkembang. Dilakukan 2 macam perlakuan pada pengamatan laju pertumbuhannya yakni dengan cara nondekstruktif dan destruktif. secara nondekstruktif, tumbuhan jagung dilakukan pengukuran suhu tanah, suhu udara, kelembaban, dry, wet, evaporasi, tinggi tanaman,dan jumlah daun. Sedangkan pada destruktif , tumbuhan jagung diukur pertumbuhannya dengan mengambil organ tanaman secara lengkap, kemudian mengukur berat basah dan berat kering dari tajuk tanaman (batang dan daun) serta akar.disediakan. dengan adanya pencabutan tanamanpada perlakuan destruktif membuat tanaman yang lainnya lebih cepat tumbuh dibandingkan pertumbuhan tanaman secara nondestruktif. Hal ini dikarenakan saat tanaman dicabut dari pot, maka akan mengurangi persaingan tanaman dalam menyerap zat hara yang ada dalam pot.Berdasarkan pengamatan tinggi tanaman, jagung yang diberi pupuk memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dan batang yang lebih kokok dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi pupuk. karena pupuk memberikan tambahan nutrisi bagi tanaman untuk mengalami pertumbuhan. Diperoleh juga tinggi tanaman pada pengamatan kurva sigmoid mulai minggu pertama sampai minggu kesembilan pertumbuhan tunggi tanamannya logaritmik. Belum terjadi fase linier dan fase penuaan pada tahap ini. Tanaman belum menghasilkan buah. Hal
ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1996), Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil contoh tanaman jagung. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meingkat terus. Padafase linier pertambahan ukuran berlangsung konstan. Fase peuaan dicirakan oleh laju pertumnuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan. Dari data percobaan dapat dilihat bahwa jagung mengalami pertambahan tinggi dari minggu pertama rataanya awal hingga minggu kesembilan rataannya terjadi peningkatan. Semakin lama, tanaman semakin tinggi. Hal ini terjadi karena jagung melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel (cell division), pembesaran sel (cell enlargemen), dan diferensiasi (penggandaan) sel (cell differentiation). Terjadinya perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman bisa disebabkan beberapa faktor yakni volume, biomassa, dan diameter umur tanaman mengikuti bentuk ideal pertumbuhan. Pola pertumbuhan tegakan antara lain dapat dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, biomassa, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhanorganisme yaitu berbentuk kurva sigmoid.Pada pengamatanjumlah daun, terjadi juga pertumbuhan dan perkembangan . hal ini dapat kita lihat Jumlah daun, dari minggu pertama hanya 2- 3 daun, rataan akhir pada
minggu kesembilan menjadi 5-6. Fase vegetatif terjadi pada perkembangan akar, batang, daun dan batang yang baru, terutama saat awal pertumbuhan atau setelah massaberbunga dan berbuah. Terjadi penurunan jumlah daun dankenaikan jumlah daun merupakan suatu proses pertumbuhandan perkembangan. Pada fase pertumbuhan vegetatif ini ada tiga aspek penting yang perlu diketahui, yaitu pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi (penggandaan) sel. Terdapat juga perbedaan warna daun antara tanaman jagung yang diberi pupuk dan yang tidak.Tanaman yang diberi pupuk akan memiliki warna daun lebih hijau dan lebih banyak dibandingkan tanaman yag tidak diberi pupuk. Hal ini dikarenakan tanaman yang diberui pupuk memiliki nutrisi lebih banyak untuk melakukan metabolisme pertumbuhanPengamatan pada panjang daun juga dilakukan, terjadi kenaikan pemanjangan daun setiap minggunya. Meskipun begitu, terjadi perbedaan panjang daun antara pot 1 dengan yang lainnya, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kualitas biji benih2. Sulitnya pematahan dormansi3. Kurangnya unsur hara dalam tanah4. Kurangnya penyiraman atau pemberian air terhadap tanaman
Pada perlakuan destruktif, ditambah lagi pengamatan terhadap berat basah dan berat kering bagian atas tanaman dan bagian bawah tanaman(akar). Setelah diamatiselama 8 minggu terjadi peningkatan berat dari 0,21 menjadi 0,67. Tidak terlalu banyak perubahan berat dariminggu pertama – minggu terakhir.Untuk menghitung luas daunnya pada perlakuan destruktif dibantu dengan kertas HVS yang digunting
sesuai dengan bentuk daun sebenarnya dan dapat dimasukkan kedalam rumus sebagai berikut :
Luas= BeratkertasdaunBeratkertaspatokan
xLuaskertas
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan merupaka hasil interaksi antara dua faktor, yaiu faktor luar danfaktor dalam. Faktor dalam adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan sendiri yang berpengaruh terhadap pertumbuhan yang dapa dibedakan menjadi faktorintrasel dan intersel. Yang termasuk faktor intrasel adalah sifat menurun atau faktor hereditas, sedangkan yang termasuk faktor intersel adalah hormone. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah air tanah dan mineral, kelembaban udara, suhu tanah, cahaya, dan evaporasi, serta curah hujan .
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan laju
pertumbuhan tanaman jagung terus meningkat dari mulai
perkecambahan hingga menjadi tanaman dewasa. Dalam
proses pertumbuhan tersebut melalui 3 fase yaitu fase
logaritmik dimana pada awalnya laju pertumbuhan tanaman
jagung berjalan lambat pada awal minggu pertama hingga
awal minggu ke 2, kemudian memasuki fase linear dimana
laju pertumbuhan tanaman jagung teus meningkat dan
relative konstan yang berangsur memasuki fase penuaan
laju pertumbuhan mulai menurun, fase-fase tersebut
dapat terlihat pada gambaran laju pertumbuhan tanaman
jagung dalam grafik yang membentuk huruf S atau sering
disebut kurva sigmoid pertumbuhan. Bentuk kurva sigmoid
ini juga dipengaruhi faktor eksternal atau lingkungan
dan faktor internal, dalam pengamatan pengaruh
eksternal yang dapat terlihat dampaknya pada laju
pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) adalah pengamatan
yang dilakukan secara dekstruktif dan nondekstruktif
dimana tanaman yang diukur secara dekstruktif memiliki
ukuran akhir tinggi tanaman dan luas daun yang lebih
besar daripada tanaman yang diukur secara
nondekstrutif.
DAFTAR PUSTAKA
Elkawakib, dkk. 2008. Pertumbuhan dan Pembungaan Krisan pada
Berbagai Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Paclobuctrazol.
Jurnal Agrioigor 7(2)
Mukherji, S. and Glosh, A.K., 2002. Plant Fisiology. New
Delhi : Tata Mc-Graw Hill. Pradhan, S., 2001.
Plant Physiology. Har-Anand.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan.
Jilid Tiga Edisi Keempat.
Sitompul.S.M.1995.Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press :
Yogyakarta.
Srigandono, B. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press,Yogyakarta
Sujarwati,dkk . 2004. Perkecambahan dan Pertumbuhan Palem
Jepang akibat Perendaman Biji dalam Lumpur. Jurnal Natur
Indonesia. 6(2)
Susilo, W. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Tjitrosomo, G. 1991. Botani umum 2. Bandung : Angkasa.
Ting, I.P., 1987. Plant Physiology. California : Addision-
Wesley Publishing Company.