1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi saat ...

22
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi saat ini berkembang secara drastis dan terus berevolusi. Perkembangan teknologi memiliki peranan penting terhadap berbagai aspek dalam kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak bergantung pada teknologi informasi dan komunikasi. Pelaku bisnis menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu tool yang penting dalam membangun suatu bisnis, terutama dalam bidang pemasaran mulai dari proses penyampaian informasi, mempromosikan produk dan jasa hingga transaksi jual beli. Hal ini sangat bertolak belakang dengan beberapa tahun sebelumnya, perusahaan dalam memasarkan produknya harus menunggu waktu yang lama untuk sebatas menyampaikan informasi produk mereka. Komunikasi pemasaran menjadi sarana dimana perusahaan berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual (Kotler&Keller 2009, p.89). Peralihan tren marketing pada saat ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan masyarakat sehingga teknik pemasaran yang digunakan berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, teknik pemasaran konvensional (offline) sudah mulai ditinggalkan karena dianggap lebih mahal dan kebanyakan tidak tepat sasaran. Para pemasar yang biasa memasarkan produk mereka melalui toko atau media konvensial kini mulai memasarkan produk menggunakan media internet (digital marketing). Digital marketing akan memudahkan interaksi antara produsen, perantara pasar/distributor, dan konsumen sehingga dapat membantu pemasaran produk dari perusahaan. Perusahaan besar maupun kecil hampir seluruh beralih dari pemasaran konvensional ke pemasaran digital. Karena pemasaran digital dianggap lebih hemat biaya dan mampu menjangkau pasar yang lebih luas tidak hanya pasar lokal bahkan pasar International. Berdasarkan grafik data hasil survei oleh Strongview/Selligent dapat dilihat bahwa banyak perusahaan saat ini menyediakan anggaran yang lebih besar untuk pemasaran digital dibandingkan pemasaran konvensional. Menurut grafik tersebut urutan pertama pada perencanaan pengeluaran biaya pemasaran terletak pada, e-mail marketing dan setelahnya social media marketing.

Transcript of 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi saat ...

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi saat ini berkembang secara drastis dan terus berevolusi.

Perkembangan teknologi memiliki peranan penting terhadap berbagai aspek dalam

kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak bergantung pada

teknologi informasi dan komunikasi. Pelaku bisnis menyadari bahwa teknologi

informasi merupakan salah satu tool yang penting dalam membangun suatu bisnis,

terutama dalam bidang pemasaran mulai dari proses penyampaian informasi,

mempromosikan produk dan jasa hingga transaksi jual beli. Hal ini sangat bertolak

belakang dengan beberapa tahun sebelumnya, perusahaan dalam memasarkan

produknya harus menunggu waktu yang lama untuk sebatas menyampaikan

informasi produk mereka.

Komunikasi pemasaran menjadi sarana dimana perusahaan berusaha

menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen, baik secara langsung

maupun tidak langsung tentang produk dan merek yang dijual (Kotler&Keller 2009,

p.89). Peralihan tren marketing pada saat ini terjadi seiring dengan perkembangan

teknologi dan meningkatnya kebutuhan masyarakat sehingga teknik pemasaran yang

digunakan berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, teknik pemasaran

konvensional (offline) sudah mulai ditinggalkan karena dianggap lebih mahal dan

kebanyakan tidak tepat sasaran. Para pemasar yang biasa memasarkan produk

mereka melalui toko atau media konvensial kini mulai memasarkan produk

menggunakan media internet (digital marketing).

Digital marketing akan memudahkan interaksi antara produsen, perantara

pasar/distributor, dan konsumen sehingga dapat membantu pemasaran produk dari

perusahaan. Perusahaan besar maupun kecil hampir seluruh beralih dari pemasaran

konvensional ke pemasaran digital. Karena pemasaran digital dianggap lebih hemat

biaya dan mampu menjangkau pasar yang lebih luas tidak hanya pasar lokal bahkan

pasar International. Berdasarkan grafik data hasil survei oleh Strongview/Selligent

dapat dilihat bahwa banyak perusahaan saat ini menyediakan anggaran yang lebih

besar untuk pemasaran digital dibandingkan pemasaran konvensional. Menurut

grafik tersebut urutan pertama pada perencanaan pengeluaran biaya pemasaran

terletak pada, e-mail marketing dan setelahnya social media marketing.

2

Gambar 1.1 Perencanaan Program Pengeluaran Biaya Pemasaran

Sumber: StrongView / Selligent (2016)

Untuk memperkuat statement sebelumnya, menurut data We Are Social

sebuah agensi social marketing (Januari 2017), pengguna internet Asia saat ini

mencapai 1,909 miliar jiwa dengan penetrasi 46 persen dari total populasi sebesar

4,153 miliar jiwa. Perkembangan dunia digital marketing di Indonesia dalam 5 tahun

terakhir meningkat sangat drastis, hal ini dikarenakan besarnya pengguna Internet di

Indonesia yang meningkat. Berdasarkan hasil survei Internet Worlds Stats (2015)

menyatakan bahwa pengguna internet Indonesia merupakan pengguna internet

terbesar ke 4 se- Asia setelah China, India, dan Jepang. Di level dunia, jumlah

pengguna internet Indonesia menduduki urutan ke-13.

Gambar 1.2 Data Pengguna Internet di Asia

Sumber: We Are Social (2017)

3

Gambar 1.3 Indonesia Peringkat 4 Pengguna Internet Asia

Sumber: Internet Worlds Stats (2015)

Berdasarkan grafik sebelumnya, dapat dilihat bahwa social media merupakan

alat pemasaran digital yang sedang diminati oleh perusahaan. Social media menurut

(Dailey, 2009, p. 3) adalah konten online yang dibuat menggunakan teknologi yang

mudah diakses dan terukur yang paling penting dari teknologi ini adalah terjadinya

perubahan cara orang membaca dan berbagi berita, serta mencari informasi dan

konten. Hal ini ditunjang dengan jumlah pengguna social media yang semakin

banyak.

Gambar 1.4 Data Pengguna Social Media di Indonesia

Sumber: We Are Social (2017)

Data diatas menunjukkan banyak dari masyarakat Indonesia yang dikatakan

‘kecanduan’ media sosial. Hal ini didukung dengan 40% dari total penduduk di

Indonesia adalah seorang ‘active social media users’. Media sosial kini mempunyai

4

fungsi lain sebagai media promosi. Melalui media sosial, para pelaku bisnis kini

dapat mengetahui respon pelanggan secara langsung atas setiap promosi atau

kegiatan bisnis yang dilakukan.

Media sosial yang paling diminati oleh para pelaku bisnis maupun personal

adalah, Facebook dan Instagram. Hal ini didasari oleh hasil survei yang dibuat oleh

Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) tahun 2016.

Gambar 1.5 Konten Media Sosial Yang Sering Di Kunjungi

Sumber: APJII (2016)

Survei DailySocial pada bulan Agustus 2016 lalu menyoroti Perubahan

Perilaku Konsumen Digital tahun 2016, melalui survei ini ditemukan bahwa iklan di

Facebook dan Instagram merupakan iklan yang paling mendorong keputusan

pembelian masyarakat Indonesia untuk berbelanja online. Iklan Facebook memiliki

persentase tertinggi dengan persentase mencapai 38 persen. Setelahnya menyusul

iklan Instagram dengan persentase 24 persen. Hasil survei juga menunjukkan bahwa

pemasaran konvensional seperti Billboard hanya menempati 11 persen.

5

Gambar 1.6 Iklan Yang Paling Mendorong Keputusan Pembelian Masyarakat

Sumber: DailySocial (2016)

Iklan sebagai salah satu alat komunikasi pemasaran bertumbuh sangat cepat

(Shavitt, Lowrey, & Haefner, 1998, p. 7). Iklan dimaksudkan untuk memotivasi

pembeli yang potensial dan mempromosikan penjualan suatu produk atau jasa untuk

mempengaruhi pendapat publik (Kotler & Armstrong, 2010). Sedangkan pengertian

periklanan menurut (Tjiptono, 2005, p. 226) mengatakan bahwa: “Iklan adalah

bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keunggulan

atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan

rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan

pembelian”.

“Iklan yang berbentuk konten berbasis internet kini dianggap lebih menarik.

Audiens dianggap lebih mudah dalam melihat dan mencerna iklan atau campaign

tersebut. Advertising digital media ini dianggap lebih efektif untuk pemasaran saat

ini karena lebih menargetkan konsumen dengan pesan yang tepat, ditempat yang

tepat dan waktu yang fleksibel karena target audiens dapat melihat iklan sesuai

dengan waktu yang mereka inginkan.” tutur Anthony Leong selaku CEO Menara

Digital Enterprise yang dijuluki media sebagai Pakar Digital Marketing Indonesia

(Tribunnews, 2016). Berbanding terbalik dengan iklan konvensional melalui iklan

televisi misalnya, audiens yang melihat iklan adalah seluruh masyarakat yang sedang

menonton televisi (non targeted), pesan dan waktu terkesan terbatas karena semakin

panjang durasi iklan akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan. Berbeda dengan

iklan melalui media digital mampu menganalisis data target audiens dengan lebih

detail sehingga para pelaku bisnis dapat mengevaluasi rencana iklan seperti apa yang

efisien dan sesuai sehingga hasil tepat sasaran dan tujuan tercapai.

6

Untuk membuktikan variabel yang digunakan peneliti melakukan survey

pretest yang berkaitan dengan sikap konsumen terhadap iklan yang dianggap

menarik untuk produk ban motor kepada 31 responden dengan pertanyaan “Contoh

iklan di media sosial bagaimana yang menarik anda untuk membeli ban motor?”

dimana dari 31 orang yang terdiri dari 21 laki-laki dan 10 perempuan serta dengan

latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda. Sebanyak 41.9% responden memiliki

profesi sebagai karyawan swasta, 38.7% merupakan pelajar/mahasiswa, 12.9%

merupakan wiraswasta, 3.2% berprofesi sebagai pegawai negeri / TNI, dan sisanya

3.2% memiliki profesi lainnya.

Gambar 1.7 Jenis Kelamin dan Profesi Responden

Sumber: Pretest Peneliti (2017)

Gambar 1.8 Iklan Media Sosial Yang Menarik Untuk Membeli Ban Motor

Sumber: Pretest Peneliti (2017)

Menurut gambar diatas, faktor yang paling menarik untuk melihat iklan di

media sosial sehingga membuat responden ingin membeli, 87.1% atau 27 orang

memilih bahwa mereka akan tertarik dengan informasi yang lengkap mengenai spek

7

ban motor, 64.5% atau 20 orang tertarik dengan konten yang mendidik (berisi

pengetahuan mengenai ban motor), 32.3% atau 10 orang tertarik dengan konten yang

menghibur / lucu, 25.8% atau 8 orang tertarik dengan adanya hadiah yang

ditawarkan / terpercaya.

Dikaitkan dengan teori yang ada menurut (Josephine, Devasenathipathi, &

Parameswaran, 2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Customers’ Attitude Toward

Advertisement with Special Reference to Airtel and Hutch Brand” mengungkapkan

bahwa iklan bukanlah merupakan bentuk dari seni, tujuan dari iklan bukan untuk

menghibur tetapi menciptakan penjualan, oleh karena itu pemahaman mengenai

efektivitas dari iklan dalam menciptakan penjualan sangat penting. Beliau juga

mengatakan bahwa meskipun iklan bukanlah bertujuan untuk hiburan, tetapi

pembuatan iklan yang mengandung unsur hiburan, akan meningkatkan penerimaan

konsumen terhadap iklan, karena konsumen cenderung menyukai segala sesuatu

yang mengandung unsur kreativitas dan menghibur.

Iklan yang dikatakan menarik adalah iklan yang memiliki daya tarik, yaitu

memiliki kemampuan untuk menarik pasar (audience) sasaran. Pesan-pesan yang

akan disampaikan dapat disajikan dalam gaya yang berbeda-beda, yaitu dengan

menampilkan cuplikan kehidupan individu atau kelompok, gaya hidup individu,

fantasi tentang produk, suasana hati (mood) atau seputar citra produk, musik untuk

lebih menghidupkan pesan, simbol kehidupan untuk menghidupkan karakter yang

mempersonifikasi produk, memamerkan keahlian dan pengalaman perusahaan dalam

menghasilkan produk, bukti bukti ilmiah kunggulan produk, bukti kesaksian dari

orang orang terkenal (Fandi Tjiptono, 1997 dalam (Nurhayati, 2012)). Konsumen

memiliki ketergantungan pada gambar dan informasi mengenai produk yang tertera

pada iklan. Informasi serta gambar dicari oleh konsumen sebagai evaluasi bagi

mereka sebelum melakukan proses pembelian apakah iklan memberi nilai positif

bagi konsumen hingga melakukan proses pembelian.

Berbagai penelitian telah mengungkapkan bahwa sikap konsumen terhadap

iklan (attitude toward advertising) merupakan hal yang penting karena akan

berpengaruh pada keefektifan iklan, sikap terhadap merek, dan niat untuk melakukan

pembelian (MacKenzie & Lutz, 1989). Niat beli akan tercipta ketika barang atau jasa

dianggap memiliki nilai oleh pelanggan (Alex & Thomas, 2011). Menurut (Wang &

Tsai, 2014) niat beli didefinisikan sebagai suatu kemungkinan bahwa seorang

konsumen akan membeli produk, dikatakan semakin tinggi niat dari konsumen

8

berarti kemungkinan untuk membeli suatu produk akan lebih tinggi meskipun belum

tentu konsumen benar-benar akan membeli produk tersebut. Para peneliti dapat

menggunakan niat pembelian oleh pelanggan sebagai indikator penting untuk

memperkirakan perilaku konsumen. Ketika konsumen telah mempunyai niat untuk

membeli yang positif ini bentuk komitmen pada sebuah merek, bahwa merek itu

positif dan baik. Hal tersebutlah yang mendorong pembelian yang pada akhirnya

akan dilakukan oleh konsumen (Fishbein dan Ajzen, 1975 dalam (Schiffman &

Kanuk, 2007)).

Berbagai alat ukur untuk menilai efektivitas dari iklan mengalami

perkembangan. Salah satu cara untuk mengukur efektivitas suatu iklan dapat dilihat

dari seberapa besar konsumen menghargai dan bersikap positif terhadap iklan

tersebut. Nilai iklan (advertising value) didefinisikan sebagai evaluasi subjektif dari

nilai relatif atau utilitas dari iklan kepada konsumen (Ducoffe, 1995). Yang mana

advertising value akan mempengaruhi strategi yang akan digunakan oleh para pelaku

bisnis dalam mempromosikan produknya. Advertising value akan melihat kegunaan

atau kepuasan yang dihasilkan suatu produk diukur secara subjektif. Dalam journal

of advertising yang berjudul “Social media advertising value: The case of

transitional economies in Southeast Asia” menjelaskan bahwa tiga keyakinan iklan

media sosial, yaitu keinformatifan (informativeness), hiburan (entertainment) dan

kredibilitas (credibility) memiliki efek pada persepsi nilai yang dirasakan konsumen

dari iklan media sosial, yang mana akan berpengaruh terhadap niat pembelian online

konsumen (dalam William Van-Tien Dao, Angelina Nhat Hanh Le, Julian Ming-

Sung Cheng & Der Chao Chen, 2014).

Informativeness adalah kemampuan iklan untuk menginformasikan

konsumen terhadap alternatif produk sehingga pembelian menghasilkan kepuasan

terbesar yang mungkin dapat dibuat. (Ducoffe 1996). Salah satu peran utama iklan

yang memiliki dampak besar pada mempengaruhi dan membentuk sikap konsumen

terhadap iklan adalah informasi yang disampaikan pada iklan (Petrovici & Marinov,

2007) dalam (Ashmawy & Sahn, 2014). Untuk memfasilitasi komunikasi yang

efektif antara konsumen dan pengiklan, iklan harus menyampaikan informasi dan

memberikan hiburan (Ducoffe 1996). Karena menurut (Petrovici & Paliwoda, 2007),

mayoritas konsumen sadar akan peran iklan yang informatif dan menghibur.

Kredibilitas didefinisikan sebagai iklan yang dapat menjadi petunjuk dan membantu

persepsi bagi pendengarnya sehingga mempengaruhi niat pembelian konsumen

9

(Adler dan Rodman (2000 dalam (Ling, Piew, & Chai, 2010)). Sebuah iklan harus

sesuai dengan produk yang dipasarkan, tidak boleh tidak sesuai dengan produk yang

dipasarkan (Ducoffe, 1996).

Dengan demikian, media sosial menyediakan platform bagi perusahaan untuk

terlibat pada waktu yang tepat dan langsung berhubungan dengan konsumen akhir

(Kaplan & Haenlein, 2010). Pada tahun 2011, perusahaan PR Burson-Masteller

merilis sebuah survei mengenai pengaruh media sosial dalam laporan “Global Social

Media Check Up 2011” yang membuktikan bahwa 25% perusahaan didunia memiliki

platform media sosial, yaitu seperti Facebook, Twitter, Youtube dan Blog, sedangkan

84% lainnya minimal menggunakan satu dari empat media sosial tersebut. Media

sosial dianggap sebagai perantara yang paling memberikan pengaruh yang kuat baik

bagi dunia bisnis maupun dalam masyarakat. Karena melalui media sosial dapat

memberikan konten yang bervariasi dalam sekali posting baik berupa gambar,

tulisan, video, maupun suara.

Direktur Utama PT Indo Menara Digital, Charlie M. Sianipar (2016) sebagai

agensi penyedia jasa pemasaran secara online. Beliau mengatakan, “Digital

marketing merupakan cara mudah untuk melakukan penetrasi pasar dengan cepat dan

tepat sasaran. Dibanding dengan cara konvensional yang konservatif, dan tidak

terukur, sehingga kegiatan pemasaran menjadi tidak efektif. Selain itu, pemasaran

online dengan digital marketing ini bekerja tanpa batas waktu, tanpa cuti, dan tanpa

lembur. Aksesnya pun sangat mudah bisa melalui mobile, atau laptop.”

“PT. Maxxis International Indonesia”, salah satu produsen ban terkemuka

asal Taiwan yang telah diakui oleh dunia dengan nama brand “Maxxis Tyre” yang

juga merupakan sponsor resmi salah satu football club ternama di dunia, Liverpool.

Perusahaan ban Taiwan ini menduduki rangking ke-sembilan dunia dan telah

tersebar dilebih dari 180 negara di Asia-Pasifik, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.

Melihat permintaan pasar ban di Indonesia tinggi, ditahun 2016, PT. Maxxis

International Indonesia dibawah nama Cheng Shin Rubber Ind.Co., Ltd mendirikan

pabriknya yang masih dalam proses pembangunan terletak di Cikarang, Jawa Barat.

Pabrik ini akan memproduksi ban kendaraan roda dua (dimulai tahun 2017) dan roda

empat yang akan dimulai tahun 2019 yang disesuaikan dengan permintaan pasar ban

di Indonesia. Pabrik Maxxis Indonesia direncanakan akan selesai pada kuartal

pertama di tahun 2017. Selama tahap pembangunan pabrik, Roland Liu, selaku Sales

Manager PT. Maxxis International Indonesia mengklaim bahwa perusahaan belum

10

melakukan aktivitas penjualan masih dalam tahap persiapan pabrik. Meski begitu,

peredaran ban Maxxis di Indonesia sudah ada sejak tahun 2008 melalui distributor

ban Maxxis Indonesia, PT. Atria Prima dan ditahun 2016, PT. Maxxis International

Indonesia mengangkat PT. Maxxindo Trisensa sebagai distributor resmi untuk

kategori ban motor.

Selama tahap persiapan pabrik, walaupun perusahaan mengklaim tidak

adanya aktivitas penjualan, PT. Maxxis International Indonesia tetap melakukan

aktivitas promosi baik secara offline maupun online. Aktivitas promosi offline yang

dilakukan PT. Maxxis International Indonesia ini dengan melakukan aksi

pembuktian ketahanan ban Maxxis pada kondisi jalan di Indonesia dengan

menempuh perjalanan 10.000 km yang dilakukan selama satu bulan penuh mulai dari

28 September 2016 sampai dengan 31 Oktober 2016 bekerja sama dengan Ikatan

Motor Indonesia (IMI) sebagai organisasi resmi dan independen dari penggemar

kendaraan bermotor di Indonesia dan dengan adanya pemasangan billboard Maxxis

di tol arah menuju Pluit, Jakarta Utara dekat dengan Bandara Soekarno Hatta, serta

membuka booth di event otomotif.

Gambar 1.9 Aksi Pembuktian Ketahanan Ban Maxxis

Sumber: Biz Kompas (2016)

11

Gambar 1.10 Billboard Maxxis

Sumber: Google (2016)

PT. Maxxis International Indonesia juga mengikuti perkembangan pemasaran

dengan menggunakan media digital. Melalui pemasaran digital PT. Maxxis

International Indonesia dapat menganalisis karakteristik target pasar di Indonesia

secara lebih detail serta dapat mengkomunikasikan merek dengan lebih efektif.

Komentar konsumen yang positif maupun negatif dapat dengan mudah diketahui

oleh pihak Maxxis Indonesia. Sehingga untuk menunjang aktivitas promosi secara

online, PT. Maxxis International Indonesia bekerjasama dengan PT. Indo Menara

Digital. PT. Indo Menara Digital merupakan salah satu digital marketing consultant

di Jakarta yang sudah berpengalaman sejak tahun 2008, dengan jasa social media

marketing yang ditawarkan dengan memanfaatan social media Facebook ads dan

Instagram ads.

Gambar 1.11 Booth di Event Otomotif

Sumber: Facebook Maxxis Indonesia (2016)

12

Gambar 1.12 Iklan Ban Maxxis di Facebook

Sumber: PT. Indo Menara Digital (2017)

Gambar 1.13 Iklan Ban Maxxis di Instagram

Sumber: Instagram Maxxis Indonesia (2017)

13

Gambar 1.14 Iklan Tips di Facebook Maxxis

Sumber: PT. Indo Menara Digital (2017)

Gambar 1.15 Iklan Ucapan Hari Raya di Instagram Maxxis

Sumber: PT. Indo Menara Digital (2016)

14

Gambar 1.16 Iklan Distributor di Facebook Maxxis

Sumber: PT. Indo Menara Digital (2016)

Bermacam-macam merek ban di Indonesia baik produsen lokal maupun luar

negeri telah menyerbu konsumen dengan berbagai penawaran menarik dan memiliki

spesifikasi yang sesuai dengan jenis sepeda motor yang digunakan, berikut

merupakan analisa competitor PT. Maxxis International Indonesia yang aktif dalam

pemasaran secara digital:

Tabel 1.1 Competitor Analysis

Brand Range Harga Target Social Media

Maxxis Rp 500.000 – Rp

1.100.000

Truck, car, 4x4,

motorcycle

Facebook: Maxxis

Indonesia

Instagram:

Maxxis.id

15

Iklan Maxxis di Facebook dengan 4.2k likes

Iklan Maxxis di Instagram dengan 52 likes

Bridgestone

Battlax

Rp 500.000 – Rp

1.500.000

Brands to cater to

SUVs, luxury,

passenger, heavy

vehicles, racing cars,

motorbike

Facebook: Battlax

Indonesia

Instagram:

Bridgestonebattlax

16

Iklan Bridgestone Battlax di Facebook dengan 32 likes

Iklan Bridgestone Battlax di Instagram dengan 537 likes

Michelin Rp 200.000 – Rp

2.100.000

2-wheeler, passenger,

luxury, SUVs. LT, HT,

trucks, bus, specialty

equipment

manufacturing

companies

Facebook:

Michelin

Indonesia

Instagram:

Michelin (pusat)

17

Iklan Michelin di Facebook dengan 94k likes

Pirelli Rp 500.000 – Rp

3.000.000

Cars, trucks, motorbike

manufacturing, service

companies

Facebook: Pirelli

TYRE Indonesia

Iklan Pirelli di Facebook dengan 21 likes

(Sumber: (Admin, 2017) , (SWOT Analysis, USP & Competitors )

Berdasarkan sumber diatas penulis menganalisa competitor dari merek ban

motor Maxxis diantaranya yaitu, Bridgestone Battlax, Michelin, dan Pirelli. Analisa

dibedakan berdasarkan range harga, target konsumen dan jumlah ‘likers’ mereka di

media sosial. Dilihat melalui pendekatan-pendekatan harga, target konsumen dan tipe

produk yang ditawarkan serta didukung dengan jumlah ‘ likers’ yang terbanyak

diantara pesaingnya, maka potensial competitor dari ban motor Maxxis adalah merek

ban motor Michelin. Pemasaran yang interaktif oleh Michelin melalui media sosial,

membuat interaksi dengan konsumen jauh lebih besar, hal ini ditinjau dari jumlah

‘ likers’ iklan Michelin di Facebook yang mencapai 94.000 orang.

18

Berikut salah satu contoh iklan Michelin yang memiliki unsur nilai iklan

(informativeness, entertainment, credibility) pada media sosial Facebook, adanya

penjelasan informasi yang jelas mengenai layanan jasa yang ditawarkan secara gratis

yaitu, pengecekan tekanan angin ban kendaraan dengan waktu dan lokasi yang

tertera, pemberian souvenir dan voucher, tampilan maskot berkarakter dengan

mencantumkan nama brand “Michelin”.

Gambar 1.17 Contoh Isu Facebook Yang Mengandung Unsur Informativeness,

Entertainment, Credibility

Sumber: Facebook Michelin Indonesia (2017)

Dengan ini, penulis ingin mengetahui seberapa efektivitas iklan yang sudah

dilakukan baik di Facebook maupun Instagram Maxxis Indonesia yang didasari atas

advertising value diukur melalui dimensi Informativeness, Entertainment, dan

Credibility dan bagaimana konsumen menilai iklan tersebut serta apakah sikap

konsumen mempengaruhi niat pembelian konsumen. Selain itu, penulis juga ingin

mengetahui apakah variabel gender yang memoderatori variabel sikap terhadap iklan

memiliki pengaruh terhadap niat pembelian konsumen.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Analisis

Pengaruh Informativeness, Entertainment, Credibility pada Advertising Value

terhadap Attitude Toward Advertising serta Dampaknya pada Consumers’ Purchase

Intention (Studi Kasus: Facebook dan Instagram Maxxis Indonesia)”.

19

1.2 Identifikasi Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan menjadi beberapa

hal antara lain:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara a) informativeness, b)

entertainment, dan c) credibility terhadap advertising value?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara advertising value

terhadap sikap konsumen terhadap iklan (attitude toward advertising)

pada Facebook dan Instagram Maxxis Indonesia?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap konsumen

terhadap iklan (attitude toward advertising) pada Facebook dan Instagram

Maxxis Indonesia terhadap consumers’ purchase intention?

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara advertising value

terhadap consumers’ purchase intention secara langsung?

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara advertising value

terhadap consumers’ purchase intention melalui sikap konsumen terhadap

iklan (attitude toward advertising) pada Facebook dan Instagram Maxxis

Indonesia?

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel gender dalam

memoderasi pengaruh dari sikap konsumen terhadap iklan (attitude

toward advertising) pada Facebook dan Instagram Maxxis Indonesia

terhadap consumers’ purchase intention?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh antara a) informativeness, b) entertainment,

dan c) credibility terhadap advertising value.

2. Untuk mengetahui pengaruh antara advertising value terhadap sikap

konsumen terhadap iklan (attitude toward advertising) pada Facebook

dan Instagram Maxxis Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh antara sikap konsumen terhadap iklan

(attitude toward advertising) pada Facebook dan Instagram Maxxis

Indonesia terhadap consumers’ purchase intention.

20

4. Untuk mengetahui pengaruh antara advertising value terhadap consumers’

purchase intention secara langsung.

5. Untuk mengetahui pengaruh antara advertising value terhadap consumers’

purchase intention melalui sikap konsumen terhadap iklan (attitude

toward advertising) pada Facebook dan Instagram Maxxis Indonesia.

6. Untuk mengetahui pengaruh antara variabel gender dalam memoderasi

pengaruh dari sikap konsumen terhadap iklan (attitude toward

advertising) pada Facebook dan Instagram Maxxis Indonesia terhadap

consumers’ purchase intention.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi perusahaan, yaitu PT. Indo Menara Digital, selaku tim pemasaran

digital PT. Maxxis International Indonesia, hasil penelitian ini dapat

dijadikan manfaat untuk menilai efektifitas dari iklan yang telah dilakukan

selama ini, seberapa besar konsumen menghargai dan bersikap positif

terhadap iklan, sehingga dapat menjadi pertimbangan dan evaluasi dalam

menentukan kebijakan strategi periklanan perusahaan dimasa yang akan

datang.

2. Bagi penulis, merupakan kesempatan untuk menambah pengetahuan dan

juga pengalaman untuk mengetahui advertising value yang dilihat dari

sikap konsumen terhadap iklan dan bagaimana dampaknya pada niat

pembelian konsumen. Penulis dapat mengintegrasikan teori-teori yang

telah didapat selama perkuliahan berlangsung sehingga penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan referensi atau dapat memberikan manfaat

lainnya bagi para pembaca.

3. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai referensi dan menambah

pengetahuan dari informasi yang diberikan melalui studi kasus pada

Facebook dan Instagram PT. Maxxis International Indonesia. Penelitian ini

juga dapat dijadikan referensi yang memiliki manfaat untuk penelitian

selanjutnya.

21

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai pengaruh informativeness, entertainment,

dan credibility terhadap nilai iklan Maxxis Indonesia pada Facebook dan Instagram

apakah berdampak pada niat pembelian konsumen yang dinilai melalui sikap

konsumen terhadap iklan. Sehingga objek dari penelitian ini adalah pengguna

Facebook dan Instagram di Indonesia yang mengikuti dan pernah melihat iklan

Maxxis Indonesia pada Facebook dan Instagram. Metode yang akan digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuisioner kepada objek

penelitian. Adapun data media sosial report bulanan dari PT Indo Menara Digital

yang digunakan pada penelitian ini digunakan sebagai pendukung untuk penelitian

yang lebih lanjut.

22