Zuni Lbm 2-Tumbang
-
Upload
akhmad-ulil-albab -
Category
Documents
-
view
101 -
download
4
description
Transcript of Zuni Lbm 2-Tumbang
1. Bagaimana metabolism bilirubin?2. Apa saja kemungkinan yang menyebabkan kulit kuning?
Ikterus pada neonatus dapat bersifat fisiologis dan patologis.
Ikterusfisiologis adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kernicterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
Ikterus patologis ialah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
Ikterus Fisiologis
Dalam keadaan normal, kadar bilirubin indirek dalam serum tali pusat
adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari
5mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3,
biasanya mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl
untuk selanjutnyamenurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara
lain ke 5-7 kehidupan.Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus
“fisiologis” dan diduga sebagai akibat hancurnya sel darah merah janin yang
disertai pembatasan sementara padakonjugasi dan ekskresi bilirubin oleh
hati.Diantara bayi-bayi prematur, kenaikan bilirubin serum cenderung sama
atau sedikit lebih lambat daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih
lama, pada umumnya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya
dicapai antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung pada
waktu yang diperlukan oleh bayi preterm mencapai pematangan mekanisme
metabolisme ekskresi.
Ikterus Patologis
Ikterus patologis mungkin merupakan petunjuk penting untuk diagnosis
awal dari banyak penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36 jam pertama
kehidupan biasanya disebabkan oleh kelebihan produksi bilirubin, karena
klirens bilirubin yang lambat jarang menyebabkan peningkatan konsentrasi
diatas 10mg/dl pada umur ini. Jadi, ikterus neonatorum dini biasanya
disebabkan oleh penyakit hemolitik.Ada beberapa keadaan ikterus yang
cenderung menjadi patologik:
1.Ikterus klinis terjadi pada 24 jam pertama kehidupan
2.Peningkatan kadar bilirubin serum sebanyak 5mg/dL atau lebihsetiap 24
jam
3.Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatabilitas darah,defisiensi
G6PD, atau sepsis).
Ikterus yang disertai oleh:
oBerat lahir <2000 gram
oMasa gestasi 36 minggu
oAsfiksia, hipoksia, sindrom gawat napas pada neonates (SGNN)
oInfeksi
oTrauma lahir pada kepala
oHipoglikemia, hiperkarbia
oHiperosmolaritas darah5.Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia
>8 hari (pada NCB) atau >14 hari (pada NKB).
Sumber :
Neonatal Health Care Modules HSP
Kuliah mahasiswa tingkat IV FKUI. Ikterus Neonatorum
3. Apakah di scenario tjd ikterus pd bayi fisiologis/patologis? Ikterus patologis pd bayi premature?
4. Klasifikasi ikterus5. Faktor Resiko ikterus (etiologi)
KPDinfeksi menyebabkan hiperbilirubinemia?6. Px metode Kramer Intepretasi dari Kramer 1?
Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh (menurut
KRAMER)
− Kramer I Daerah kepala (Bilirubin total 5 7 mg)
− Kramer II daerah dada pusat (Bilirubin total 7 10 mg%)
− Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut (Bilimbin total 10 13
mg)
− Kramer IV lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d
pergelangan kaki (Bilirubin total 13 17 mg%)
− Kramer V s/d telapak tangan dan telapak kaki (Bilirubin total >17
mg%)
(Buku Ajar Neonatologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia 2008)
Kenapa ikterus paling ringan di mulai dari kepala lebih dulu?
7. Hubungan HbSAg ibu (-) dg imunisasi hepatitis B pd bayinya?
HBsAg: Hasil yang negatif mengindikasikan orang tersebut belum pernah
terpapar terhadap virus atau tengah pulih dari infeksi hepatitis akut dan telah
berhasil bebas dari virus (atau jika ada maka itu infeksi yang tersembunyi).
Nilai positif (reaktif) mengindikasikan sebuah infeksi aktif namun tidak
mengindikasikan apakah virus itu bisa ditularkan atau tidak.
Bayi yang terinfeksi virus hepatitis B berisiko mengalami penyakit hati
kronis. Namun, penularan virus dapat dicegah dengan vaksinasi segera,
maksimal 12 jam setelah dilahirkan.
Ibu dengan HBsAg positif berpeluang 90 persen menularkan virus hepatitis
B ke bayi. Sementara ibu dengan HBsAg negatif (hepatitis tersamar)
berpeluang menularkan sekitar 40 persen.
Pemberian imunisasi HB pada bayi berdasarkan
status HBsAg ibu pada saat melahirkan, sebagai
berikut:
1. Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAg yang tidak
diketahui.
Diberikan vaksin rekombinan (10 mg) secara
intramuskular, dalam waktu 12 jam sejak lahir.
Dosis ke dua diberikan pada umur 1-2 bulan dan
dosis ke tiga pada umur 6 bulan. Apabila pada
pemeriksaan selanjutnya diketahui HbsAg ibu
positif, segera berikan 0,5 ml imunoglobulin anti
hepatitis (HBIG) (sebelum usia 1 minggu).
2. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg positif.
Dalam waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan
diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan
secara intramuskular di sisi tubuh yang berlainan.
Dosis ke dua diberikan 1-2 bulan sesudahnya, dan
dosis ke tiga diberikan pada usia 6 bulan.
3. Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif.
Diberikan vaksin rekombinan secara intramuskular
pada umur 2-6 bulan. Dosis ke dua diberikan 1-2
bulan kemudian dan dosis ke tiga diberikan 6 bulan
setelah imunisasi pertama.
Bayi prematur, termasuk bayi berat lahir rendah, tetap dianjurkan untuk
diberikan imunisasi, sesuai dengan umur kronologisnya dengan dosis dan
jadwal yang sama dengan bayi cukup bulan. Memperlihatkan pola
pemberian imunisasi pada bayi prematur atau bayi berat lahir rendah.
Pemberian vaksin HB pada bayi prematur dapat juga dilakukan dengan cara
di bawah ini:
1. Bayi prematur dengan ibu HBsAg positif harus
diberikan imunisasi HB bersamaan dengan HBIG
pada 2 tempat yang berlainan dalam waktu 12 jam.
Dosis ke-2 diberikan 1 bulan kemudian, dosis ke-
3 dan ke-4 diberikan umur 6 dan 12 bulan.
2. Bayi prematur dengan ibu HBsAg negatif
pemberian imunisasi dapat dengan :
a. Dosis pertama saat lahir, ke-2 diberikan pada
umur 2 bulan, ke-3 dan ke-4 diberikan pada
umur 6 dan 12 bulan. Titer anti Hbs diperiksa
setelah imunisasi ke-4.
b. Dosis pertama diberikan saat bayi sudah
mencapai berat badan 2000 gram atau sekitar
umur 2 bulan. Vaksinasi HB pertama dapat
diberikan bersama-sama DPT, OPV (IPV)
dan Haemophylus influenzae B (Hib). Dosis
ke-2 diberikan 1 bulan kemudian dan dosis
ke-3 pada umur 8 bulan. Titer antibodi
diperiksa setelah imunisasi ke-3.
(Buku Ajar Neonatologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia 2008)
8. Intepretasi dari APGAR score 8-9-10?9. Mengapa terjadi kenaikan suhu bayi pada hari ke 3?
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
dapatdisebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus
neonatorumdapat dibagi :
1. Produksi yang berlebihanHal ini melebihi kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya, misalnya padahemolisis yang meningkat pada
inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darahlain, defisiensi enzim G-6-
PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat
disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar,akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoroniltransferase (sindrom
criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein.Protein Y dalam
hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke selhepar.
3. Gangguan transportasiBilirubin dalam darah terikat pada albumin
kemudian diangkat ke hepar.Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat
dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,sulfafurazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam
darah yang mudah melekat ke sel otak.
4. Gangguan dalam ekskresiGangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi
dalam hepar atau diluar hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan
oleh kelainan bawaan. Obstruksidalam hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.
Sumber :
Neonatal Health Care Modules HSP
Kuliah mahasiswa tingkat IV FKUI. Ikterus Neonatorum
10. Di ruang PERISTI bayinya di apain aja? Foto terapinya apa?
11. Adakah hub. Pemberian asi pd kondisi bayi?
Ikterus dan pemberian ASI
Ikterus yang berhubungan dengan pemberian ASI disebabkan oleh
peningkatan bilirubin indirek. Ada 2 jenis ikterus yang berhubungan dengan
pemberian ASI, yaitu :
(1) Jenis pertama: ikterus yang timbul dini (hari kedua atau ketiga) dan
disebabkan oleh asupan makanan yang kurang karena produksi ASI masih
kurang pada hari pertama,
(2) Jenis kedua: ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama, bersifat
familial disebabkan oleh zat yang ada di dalam ASI.
Ikterus dini
Bayi yang mendapat ASI eksklusif dapat mengalami ikterus. Ikterus ini
disebabkan oleh produksi ASI yang belum banyak pada hari hari pertama.
Bayi mengalami kekurangan asupan makanan sehingga bilirubin direk yang
sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan dan tidak dikeluarkan
melalui anus bersama makanan. Di dalam usus, bilirubin direk ini diubah
menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali ke dalam darah dan
mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik. Keadaan ini tidak
memerlukan pengobatan dan jangan diberi air putih atau air gula. Untuk
mengurangi terjadinya ikterus dini perlu tindakan sebagai berikut :
bayi dalam waktu 30 menit diletakkan ke dada ibunya selama 30-60 menit
posisi dan perlekatan bayi pada payudara harus benar
berikan kolostrum karena dapat membantu untuk membersihkan mekonium
dengan segera.
Mekonium yang mengandung bilirubin tinggi bila tidak segera dikeluarkan,
bilirubinnya dapat diabsorbsi kembali sehingga meningkatkan kadar
bilirubin dalam darah.
bayi disusukan sesuai kemauannya tetapi paling kurang 8 kali sehari.
jangan diberikan air putih, air gula atau apapun lainnya sebelum ASI keluar
karena akan mengurangi asupan susu.
monitor kecukupan produksi ASI dengan melihat buang air kecil bayi paling
kurang 6-7 kali sehari dan buang air besar paling kurang 3-4 kali sehari.
Ikterus karena ASI
Iketrus karena ASI pertama kali didiskripsikan pada tahun 1963.
Karakteristik ikterus karena ASI adalah kadar bilirubin indirek yang masih
meningkat setelah 4-7 hari pertama, berlangsung lebih lama dari ikerus
fisiologis yaitu sampai 3-12 minggu dan tidak ada penyebab lainnya yang
dapat menyebabkan ikterus. Ikterus karena ASI berhubungan dengan
pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul ikterus
pada setiap bayi yang disusukannya. Selain itu, ikterus karena ASI juga
bergantung kepada kemampuan bayi mengkonjugasi bilirubin indirek
(misalnya bayi prematur akan lebih besar kemungkinan terjadi ikterus).
(Buku Ajar Neonatologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia 2008)
12. Adakah hub. Dg ketuban pecah dini dg keadaan bayi?13. Komplikasi hiperubinemia?14. Apa yang dimaksud Kern ikterus?15. Patofisiologi infeksi16. Manifestasi klinis infeksi
Infeksi Neonatorum
Definisi
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu:
early infection (infeksidini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini
karena infeksi diperoleh darisi ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi
lambat adalah infeksi yangdiperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau
tertular dari orang lain.
Adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan ditandai dengan
ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan sumsum tulang atau
air kemih.
Etiologi
Pola kuman penyebab sepsis tidak selalu sama antara 1 RS dengan RS yang lain.
Perbedaan tersebut terdapat pula antar suatu negara dengan negara lain. Perbedaan
pola kuman ini akan berdampak terhadap pemilihan antibiotik yang dipergunakan
pada pasien. Perbedaan pola kuman mempunyai kaitan pula dengan prognosa serta
komplikasi jangka panjang yang mungkin diderita bayi baru lahir.
Hampir sebagian besar kuman penyebab di negara berkembang adalah kuman
gram negatif berupa kuman enterik seperti Enterobakter sp, Klebsiella sp dan Coli
sp. Sedangkan di Amerika utara dan eropa barat 40% penderita terurama
disebabkan oleh Streptokokus grup B. Selanjutnya kuman lain seperti Coli sp,
Listeria sp dan Enterovirus ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikt.
(Buku Ajar Neonatologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia 2008)
Patogenesis
Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih
seringditemukan pada bayi yang lahir dirumah sakit dibandingkan dengan bayi
yang lahir diluar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan atau imunitas
transplasenta terhadapkuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar
dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang
lain.Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam
3golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itumelalui
batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melaluisirkulasi
umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan
ini ialah :
a). Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,
cytomegalicinclusion ;(b). Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;(c).
Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan
listeriamonocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi
plasenta.Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin
mendapattuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang
lain.Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan
lahirnya bayilebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas danamnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih
utuh misalnya pada partuslama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi
janin terjadi dengan inhalasilikuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
kongenital selain itu infeksi dapatmenyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat
juga melalui kontak langsung dengankuman yang berasal dari vagina misalnya
blenorea dan ” oral trush ”.
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibatfatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atauakibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
silang. Infeksi pasacanatalini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting sekali karena mortalitassekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini
sangat tinggi. Seringkali bayi mendapatinfeksi dengan kuman yang sudah tahan
terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi
itusendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan
bayinya.Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang
terdapat bayi yang lebihtua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat
ditegakkan dengan observasi yangteliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang
teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisisdan laboratarium seringkali diagnosis
didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu
diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.Infeksi pada nonatus
cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejalainfeksi lokal tidak
menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalaukita
cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali
merupakantanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat
hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau
kelaianan kongenital tertentu, namuntiba – tiba tingkah lakunya berubah,
hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebutmungkin sekali disebabkan
oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranyaialah malas,
minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan
meningkat, berat badan tiba – tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare.
Selain itu dapat terjadiedema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus,
hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuhdapat meninggi, normal atau dapat
pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkaliterdapat hipotermia dan
sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” Not Doing Well ”kemungkinan
besar ia menderita infeksi.Pembagian infeksi perinatal.Infeksi pada neonatus dapat
dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat dan infeksi
ringan.1. Infeksi berat ( major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis,
pneumonia, diareepidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.2.
Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum,
infeksiumbilikus ( omfalitis ), moniliasis
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting,
terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan
menimbulkan angkakematian yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi pada
bayi tidak khas. Adapungejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :
- Malas minum
- Bayi tertidur
- Tampak gelisah
- Pernapasan cepat
- Berat badan turun drastic
- Terjadi muntah dan diare
- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas normal
- Pergerakan aktivitas bayi makin menurun
- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran
hepar, purpura (bercak darah dibawah kulit) dan kejang-kejang
- Terjadi edema
- sklerema
2.4. Patogenesis
Selama dalam kandungan janin relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena
terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion, dan
beberapa faktor anti infeksi dari cairan amnion.19
Infeksi pada neonatus dapat terjadi antenatal, intranatal dan pascanatal. Lintas
infeksi perinatal dapat digolongkan sebagai berikut:
2.4.1. Infeksi Antenatal.
Infeksi antenatal pada umumnya infeksi transplasenta, kuman berasal dari ibu,
kemudian melewati plasenta dan umbilikus dan masuk ke dalam tubuh bayi
melalui sirkulasi bayi. Infeksi bakteri antenatal antara lain oleh Streptococcus
Group B. Penyakit lain yang dapat melalui lintas ini adalah toksoplasmosis,
malaria dan sifilis. Pada dugaan infeksi tranplasenta biasanya selain skrining untuk
sifilis, juga dilakukan skrining terhadap TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes).
2.4.2. Infeksi Intranatal
Infeksi intranatal pada umumnya merupakan infeksi asendens yaitu infeksi yang
berasal dari vagina dan serviks. Karena ketuban pecah dini maka kuman dari
serviks dan vagina menjalar ke atas menyebabkan korionitis dan amnionitis.
Akibat korionitis, maka infeksi menjalar terus melalui umbilikus dan akhirnya ke
bayi. Selain itu korionitis menyebabkan amnionitis dan liquor amnion yang
terinfeksi ini masuk ke traktus respiratorius dan traktus digestivus janin sehingga
menyebabkan infeksi disana
Infeksi lintas jalan lahir ialah infeksi yang terjadi pada janin pada saat melewati
jalan lahir melalui kulit bayi atau tempat masuk lain. Pada umumnya infeksi ini
adalah akibat kuman Gram negatif yaitu bakteri yang menghasilkan warna merah
pada pewarnaan Gram dan kandida. Menurut Centers for Diseases Control and
Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum
pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama
melahirkan.
2.4.3. Infeksi Pascanatal
Infeksi pascanatal pada umumnya akibat infeksi nosokomial yang diperoleh bayi
dari lingkungannya di luar rahim ibu, seperti kontaminasi oleh alat-alat, sarana
perawatan dan oleh yang merawatnya. Kuman penyebabnya terutama bakteri, yang
sebagian besar adalah bakteri Gram negatif. Infeksi oleh karena kuman Gram
negatif umumnya terjadi pada saat perinatal yaitu intranatal dan pascanatal
Bila paparan kuman ini berlanjut dan memasuki aliran darah, akan terjadi respons
tubuh yang berupaya untuk mengeluarkan kuman dari tubuh. Berbagai reaksi tubuh
yang terjadi akan memperlihatkan pula bermacam gambaran gejala klinis pada
pasien. Tergantung dari perjalanan penyakit, gambaran klinis yang terlihat akan
berbeda. Oleh karena itu, pada penatalaksanaan selain pemberian antibiotika, harus
memperhatikan pula gangguan fungsi organ yang timbul akibat beratnya penyakit
1. penatalaksanaan
- suportif
monitoring cairan, elektrolit dan glukosa, berikan koreksi jika tjd hipovolemia,
hiponatremia, hipoglikemia.
Bila tjd SIADH (syndrom of inappropriate antidiuretic hormone), batasi cairan
- kausatif
antobiotik diberikan sebelum kuman peneyebab diketahui. Biasanya digunakan dg
golongan penisilin spt ampisilin ditambah aminoglikosida spt gentamisin.
Setelah didapatkan hasil biakan dan uji sensitivitas, diberikan antibiotik yg sesuai.
Terapi dilakukan selama 10-14 hr. Bila terjadi meningitis antibiotik diberikan
selamA 14-21 HR DG DOSIS SESUI MENINGITIS
(Kapita Selekta kedokteran, ed 2)