yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
Transcript of yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
1/103
i
STRUKTUR DAN KOMPOSISI KOMUNITAS TUMBUHAN LANTAIHUTAN DI KAWASAN CAGAR ALAM ULOLANANG KECUBUNG
KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam IKIP PGRI Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pendidikan
Oleh :
Yuliana Eka Wijayanti
NPM. 06320146
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
IKIP PGRI SEMARANG
2011
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
2/103
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Kami selaku Pembimbing I dan Pembimbing II dari Mahasiswa IKIP PGRI
Semarang.
Nama : Yuliana Eka Wijayanti
NPM : 06320146
Jurusan : Pendidikan Biologi
Judul Skripsi : Struktur dan Komposisi Komunitas Tumbuhan
Lantai Hutan di Kawasan Cagar Alam Ulolanang
Kecubung Kecamatan Subah Kabupaten Batang
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut
di atas telah selesai dan siap diujikan.
Semarang, 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Ary Susatyo Nugroho, S.si,M.Si Dra. Mei Sulistyoningsih, M.Si
NIP. 19690826 199403 1 003 NPP. 9336701099
Mengetahui,
Dekan FPMIPA
Ary Susatyo Nugroho, S.Si., M.Si
NIP. 19690826 199403 1 003
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
3/103
iii
SKRIPSI
STRUKTUR DAN KOMPOSISI KOMUNITAS TUMBUHAN
LANTAI HUTAN DI KAWASAN CAGAR ALAM ULOLANANGKECUBUNG KECAMATAN SUBAH KABUPATEN BATANG
yang disusun dan diajukan oleh
Yuliana Eka Wijayanti
NPM. 06320146
telah di pertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal Februari 2011dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji
Ketua Sekretaris
Ary Susatyo Nugroho. S.Si, M. Si Endah Rita, S. D, S.Si, M. Si
NIP. 1969 0826 199403 1 003 NPP. 937001100
Penguji I
Ary Susatyo Nugroho. S.Si, M. Si (..............................)
NIP. 1969 0826 199403 1 003
Penguji II
Dra. Mei Sulistyoningsih, M. Si (...)
NPP. 936701009
Penguji IIIEndah Rita, S. D, S.Si, M. Si (...)
NPP. 937001100
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
4/103
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Hormatilah kedua orang tua kita awal keberhasilan,,,
Selalu mulailah dengan kata bisa.....!!!!
Kebahagian yang terindah adalah ketika kita selalu ada dihati seseorang
yang
kita sayangi.
Semua yang terjadi berawal dari mimpi.
Bacalah dengan (menyebut) Tuhanmu yang menciptakan. (Al-Alaq:1)
PERSEM H N
Skripsi ini ku persembahkan kepada :
1. Ayah dan ibu tercinta, yang telah menyelipkan harapan dan doa-doanya
untukku ketika berdoa kepada-Nya
2. Seseorang yang selalu dihati yang tak pernah letih mendukungku terima
kasih.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat padaku
4. Anak-anak Cah be Biologi 2006 yang aku kasihi..
5. Teman-temanku seperjuangan Biologi Angkatan 2006
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
5/103
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Struktur dan Komposisi Komunitas
Tumbuhan Lantai Hutan di Kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung
Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun
pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ary Susatyo Nugroho,S.Si,M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan saran dan bimbingan pada skripsi ini.
2. Dra. Mei Sulistyoningsih. M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan saran dan bimbingan pada skripsi ini.
3. Semua pihak yang turut membantu kelancaran pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu adanya saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca semua.
Semarang, 2011
Penulis
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
6/103
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
7/103
vii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ........................................................................ 6
F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Cagar Alam Ulolanang Kecubung ............................................. 9
B. Diversitas Spesies ...................................................................... 11
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diversitas ........................... 12
D. Tumbuhan Lantai Hutan ............................................................ 14
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
8/103
viii
E. Struktur dan Komposisi Komunitas Lantai Hutan...................... 18
F. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Struktur dan
Komposisi Komunitas Tumbuhan .............................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 26
B. Populasi dan Sampel ................................................................... 26
C. Variabel Penelitian ...................................................................... 26
D. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 27
E. Pengamatan Faktor Lingkungan ................................................. 28
F. Prosedur Penelitian ..................................................................... 28
G. Teknik Penyajian Data ............................................................... 30
H. Metode Analisis Data. 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 33
B. Pembahasan ................................................................................ 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 52
B. Saran ........................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
9/103
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 01. Kondisi Lingkungan pada Petak 54 ...................................... .... 34
Tabel 02. Jenis-Jenis Vegetasi lantai Hutan pada Petak 54....................... 34
Tabel 03. Kerapatan Relatif Vegetasi Lantai Hutan pada petak 54........... 37
Tabel 04. Frekuensi Relatif Vegetasi Lantai Hutan pada Peak 54............ 37
Tabel 05. Indeks Nilai Penting Vegetasi Lantai Hutan pada Petak 54...... 38
Halaman
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
10/103
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01. Struktur Vertikal Vegetasi Lantai Hutan...................................... 39
Gambar 02. Struktur Horisontal Vegetasi Lantai Hutan.............. 41
Halaman
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
11/103
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Individu Tiap Jenis Pada Tiap Tegakan. 54
Lampiran 2. Data Jumlah Individu tipa Jenis semua Tegakan 56
Lampiran 3. Kerapatan Relatif, Frekueni Relatif, dan Indeks
Nilai Penting tiap Tegakan. 65
Lampiran 4. Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, dan Indeks
Nilai Penting semua Tegakan. 73
Lampiran 5. Indeks Diversitas Shannon Wiener tiap Tegakan 74
Lampiran 6. Indeks Diversitas Shannon Wiener semua Tegakan 82
Lampiran 7. Alat-alat yang digunakan dalam Penelitian. 83
Lampiran 8. Gambar Spesies Vegetasi Penyusun Lantai Hutan.. 85
Lampiran 9. Foto dokumen Penelitian. 89
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
12/103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cagar Alam Ulolanang Kecubung diresmikan menjadi cagar alam
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan yang tertuang dalam Surat
Keputusan No.SK. 106/Menhut-II/2004 tanggal 14 April 2004. Menurut
wilayah administrasi pemerintahan terletak di Desa Gondang, Kecamatan
Subah, Kabupatan Batang. Cagar Alam Ulolanang Kecubung memiliki luas
69,70 hektar dan topografi lereng bergelombang, terletak pada ketinggian
165 m di atas permukaan laut dengan jenis tanah latosol dari bahan induk
batu bekuan basis dan intermedier dengan sifat tanah agak asam sampai
asam, warna kuning coklat atau merah dan peka terhadap erosi. Cagar alam
Ulolanang Kecubung menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson empunyai
tipe iklim B, curah hujan rata-rata 277,7 mm/tahun, kelembaban rata-rata
84%, dengan suhu 24,4C-29C (Balai KSDA 2010).
Tipe ekosistem yang ada di Cagar Alam Ulolanang Kecubung
adalah hutan lembab dataran rendah. Potensi khas yang dimiliki cagar alam
ini adalah adanya tumbuhan Pelalar (Dipterocarpus gracilis) yang sudah
semakin langka. Beberapa flora penyusun lainnya adalah Bayur
(Pterospermum sp.), Benda (Artocarpus elastic), Beringin (Ficus sp.),
Brosol (Chydenanthus excelsus), Flamboyan (Delonix regia), Gondang
1
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
13/103
2
(Ficus variegata), Jambu Mete (Anacardium occidentale), Jati (Tectona
grandis), Jengkol (Pithecolobium lobatum), Jrakah (Ficus superba),
Kedawung (Parkia roxburghii), Kedoya (Dysoxylum amooroides), Kemadu
(Laportes sp.), Kembang (Michelia sp.), Kemiri (Aleurites moluccana),
Kemuning (Murraya paniculata), Kenari (Canarium hirsutum), Kemloko
(Phyllanthus emblica), Kepel (Stelechocarpus burahol), Klampok (Eugenia
densiflora), Kluwih (Artocarpus sp.), dan Pasang (Quercus sundaica).
Sedangkan fauna penyusun cagar alam yaitu Elang cacing, Raja Udang
(Alcedinidae), Bangau Hitam (Ciconia episcopus), Tulangtumpuk
(Megalaima javensis), Landak (Hystrix brachyura), Lutung (Trachypithecus
auratus), Macan Tutul (Panthera pardus), Kancil (Tragulus sp.), Kijang
(Muntiacus muntjak), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Pelatuk Bawang
(Picidae), Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Kadalan (Phaenicophaeus sp.),
Cucak Hijau (Pycnonotus sp.), Kutilang Mas (Pycnonotus melanicterus),
Prenjak (Prinia sublava), Bubut (Centropus sp.), Blekok (Ardeola sp.),
Ayam Hutan (Gallus sp.), Burung Hantu (Strigiformes), Emprit, Walet,
Dlemikan, Cucak Coklat (Pycnonotus sp.), Trocokan (Pycnonotus goaivier),
Babi Hutan (Sus scrova), Ular Sanca (Phyton sp.), Monyet Ekor Panjang
(Maccaca fascicularis), Biawak (Varanus sp.), Linsang (Aonyx cinerea),
Garangan (Hiperpestes sp.), dan Bajing Terbang.
Kawasan cagar alam merupakan kawasan yang memiliki ciri khas
tertentu dan mempunyai fungsi sebagai kawasan pelestarian
keanekaragaman flora, fauna serta ekosistemnya. Cagar Alam Ulolanang
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
14/103
3
Kecubung mempunyai beberapa fungsi yang cukup besar, diantaranya
adalah sebagai tempat tumbuh dan berkembang biak bagi flora dan fauna
yang ada. Selain itu Cagar Alam Ulolanang Kecubung juga berfungsi
sebagai penahan erosi, penyerapan air tanah, penahan longsor, dan lain
sebagainya. Sebagai suatu kawasan cagar alam, perkembangan ekosistem
pada kawasan ini dijaga untuk tumbuh secara alami tanpa adanya campur
tangan manusia. Kurangnya pemahaman dan kesadaran dari sebagian warga,
kerusakan akibat eksploitasi jenis penyusun komunitasnyapun tidak dapat
dihindari. Adanya gangguan di Kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung
ini akan berpengaruh terhadap kelestarian hutan tersebut, terutama
komunitas biotik penyusunnya.
Cagar Alam Ulolanang Kecubung perlu dilestarikan dari adanya
gangguan, maka dalam rangka usaha pelestarian tersebut perlu adanya data
dasar tentang komponen penyusun ekosistemnya. Data dasar ini selanjutnya
dapat digunakan sebagai pedoman awal dalam usaha konservasi.
Ketersediaan informasi yang berupa data dasar mengenai struktur dan
komposisi komunitas penyusun hutan sangat penting artinya dalam usaha
konservasi. Data dasar ini diharapkan berisi informasi mengenai kodisi
hutan dan permasalahannya yang selanjutnya dapat digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan konservasi dan pengelolaan hutan secara baik
dan benar Suherman (2005). Kegagalan/kesalahan dalam melakukan
konservasi di suatu kawasan dapat mengakibatkan kerugian yang cukup
besar baik dari segi ekonomi maupun dari segi keseimbangan ekologi.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
15/103
4
Untuk mencegah terjadinya kesalahan perlu adanya suatu perencanaan yang
baik dalam usaha pelestarian kawasan tersebut.
Tumbuhan lantai hutan merupakan salah satu komuitas penyusun
ekosistem di Cagar Alam Ulolanang Kecubung. Salah satu hal yang akan
dikaji dalam penelitian ini adalah struktur dan komposisi komunitas
tumbuhan lantai hutan serta hubungan antara faktor lingkungan dengan
penyusun komunitas tersebut. Pemilihan masalah ini di dasarkan pada
kenyataan bahwa belum adanya data tentang kekayaan jenis khususnya
tumbuhan lantai hutan yang berada di kawasan Cagar Alam Ulolanang
Kecubung. Dipilihnya tumbuhan lantai hutan dilakukan dengan
pertimbangan bahwa golongan tumbuhan lantai hutan di kawasan Cagar
Alam Ulolanang Kecubung cukup melimpah sehingga dimungkinkan
memiliki peran yang cukup besar dalam mempengaruhi proses-proses
ekologis pada ekosistemnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur komunitas tumbuhan lantai hutan di kawasan
Cagar Alam Ulolanang Kecubung.
2. Bagaimana komposisi komunitas tumbuhan lantai hutan di kawasan
Cagar Alam Ulolanang Kecubung.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
16/103
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
17/103
6
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan pemahaman mengenai makna istilah
yang tercantum dalam judul penelitian, maka penulis memberikan
penegasan istilah sebagai berikut.
1. Struktur Komunitas Tumbuhan
Struktur komunitas tumbuhan merupakan hasil penataan ruang
oleh komponen penyusun tegakan dalam bentuk hidup, stratifikasi dan
penutupan vegetasi yang digambarkan melalui keadaan diameter,
tinggi, penyebaran dalam ruang, keanekaragaman tajuk serta
kesinambungan jenis Fachrul (2007). Struktur komunitas tumbuhan
dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kelimpahan dengan
menggunakan indeks nilai penting setiap jenis penyusun komunitas,
indeks keanekaragaman komunitas, indeks dominansi, kerapatan relatif
dan frekuensi relatif.
2. Komposisi Komunitas Tumbuhan
Komposisi jenis tumbuhan merupakan daftar floristik dari jenis
tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan dapat
diketahui dari pengumpulan atau koleksi secara periodik dan
identifikasi di lapangan Fachrul (2007). Komposisi komunitas
tumbuhan dalam penelitian ini merupakan daftar jenis penyusun
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
18/103
7
komunitas tumbuhan lantai hutan di kawasan Cagar Alam Ulolanang
Kecubung.
3. Tumbuhan Lantai Hutan
Kershaw (1973) menyatakan, stratifikasi hutan hujan tropika
dapat dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu : Lapisan A (lapisan pohon-
pohon yang tertinggi atau emergent), Lapisan B dan C (lapisan pohon-
pohon dibawahnya atau yang berukuran sedang), Lapisan D (lapisan
semak dan belukar), dan Lapisan E (merupakan lantai hutan).
Tumbuhan lapis bawah dalam penelitian ini adalah tumbuhan yang
termasuk dalam Lapisan E, yaitu tumbuhan penutup lantai hutan.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika skripsi dibagi menjadi 3 bagian awal, isi, dan akhir.
1. Bagian Awal skripsi terdiri dari halaman judul, halaman
persetujuan, halaman pengesahan, moto dan persembahan, kata
pengantar, abstrak, daftar isi, daftar table, daftar gambar, dan
lampiran.
2. Bagian Isi
Bagian ini mencakup lima bab yaitu
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
19/103
8
BAB I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika
skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi landasan teori yang mendukung penelitian ini
dan hipotesis.
BAB III Metode Penelitian
Berisi waktu dan tempat penelitian, populasi dan
sampel, variable penelitian, alat dan bahan
penelitian, rancangan penelitian,prosedur penelitian,
analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB V Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan penelitian dan saran yang perlu
dikemukakan berkaitan dengan penelitian ini.
3. Bagian Akhir
Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
mendukung penelitian skripsi.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
20/103
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Cagar Alam Ulolanang Kecubung
Cagar Alam Ulolanang Kecubung merupakan salah satu cagar alam
yang terletak di Desa Gondang, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang.
Cagar Alam Ulolanang Kecubung ditetapkan sebagai cagar alam
berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan yang tertuang dalam Surat
Keputusan No. SK 106/Menhut-II/2004 tanggal 14 April 2004. Cagar Alam
Ulolanang Kecubung terletak pada ketinggian 165 m di atas permukaan
laut dengan curah hujan rata-rata 277,7 mm/th. Topografi yang dimiliki
Cagar Alam Ulolanang Kecubung adalah topografi lereng bergelombang
dengan suhu 24,4C-29C. Tipe ekosistem Cagar Alam Ulolanang
Kecubung adalah hutan lembab dataran rendah dengan berbagai macam
flora penyusunnya.
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan tetap. Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokoknya
yaitu: hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Kawasan hutan
konservasi merupakan kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari: kawasan hutan
9
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
21/103
10
suaka alam, kawasan hutan pelestarian alam dan taman buru. Kawasan hutan
suaka alam yaitu hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi
pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga
kehidupan. Kawasan hutan pelestarian alam yaitu hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta
pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Sedangkan taman buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai
tempat wisata berburu Dephut (2008).
Kawasan cagar alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tubuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang
juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan Irwanto (2006).
Adapun kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan cagar
alam menurut Dephut (2008) adalah sebagai berikut.
1. Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe
ekosistem.
2. Mewakili formasi biota tertentu atau unit-unit penyusunnya.
3. Mempunyai kondisi alam,baik biota maupun fisiknya yang masih asli
dan tidak atau belum diganggu manusia.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
22/103
11
4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami.
5. Mempunyai ciri khas potensi dan merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi.
6. Mempunyai komunitas tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang
langka atau yang keberadaannya terancam punah.
Suatu kawasan cagar alam dikelola berdasarkan suatu rencana
pengelolaan yang disusun berdasarkan aspek-aspek ekologis, teknis,
ekonomi dan sosial budaya. Rencana pengelolaan cagar alam memuat
tujuan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan,
pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Upaya pelestarian Cagar Alam
Gebugan yang dapat dilakukan antara lain dalam bentuk kegiatan sebagai
berikut.
1. Perlindungan dan pengamanan kawasan.
2. Inventarisasi potensi kawasan.
3. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan.
B. Diversitas Spesies
Keanekaragaman jenis (diversity species) dapat diartikan sebagai
jumlah jenis tumbuhan atau hewan yang hidup pada sustu tempat tertentu.
Menurut Desmukh (1993) bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah
jenis dalam suatu komunitas dan disebut kekayaan jenis dalam bentuk dan
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
23/103
12
sifat Diversitas spesies merupakan kombinasi antara kekayaan jenis (species
richness) dan keseimbangan jenis (spesies evenness) atau ekuitabilitas
spesies (Barbouret al. 1987 dikutip oleh Purnomo, 2005). Diversitas spesies
mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-
beda terhadap faktor geografi, perkembangan atau fisik. Komponen utama
keanekaragaman jenis dalam komunitas yaitu kekayaan jenis dan
ekuitabilitas atau distribusi individu di antara jenis.
Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa dalam suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena dalam komunitas terjadi
interaksi spesies yang tinggi pula. Interaksi spesies akan melibatkan transfer
energi atau jaring makanan, predasi, pembagian relung yang secara teoritis
lebih kompleks. Keanekaragaman jenis digunakan untuk mengukur stabilitas
komunitas (yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap
stabil walaupun terdapat gangguan terhadap komponen-komponennya),
Soegianto (1994).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diversitas
Diversitas spesies atau keanekaragaman jenis memiliki komponen
yang terdiri dari komponen varietas dan komponen equitabilitas. Masing-
masing komponen tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
menyebabkan perbedaan kemelimpahan komposisi spesies pada daerah yang
berbeda. Faktor-faktor tersebut yaitu.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
24/103
13
1. Kekayaan Jenis
Kekayaan jenis adalah jumlah jenis yang sesungguhnya dalam
suatu komunitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi komponen
kekayaan jenis antara lain yaitu.
a. Pemisahan Jenis (Niche)
Niche (Relung) adalah peran ekologis suatu spesies dalam
komunitas atau konsep yang memandang sebagai suatu ruang
multi-dimensional yang mengkoordinasikan bermacam-macam
parameter yang menggambarkan kondisi kehidupan suatu spesies
yang dibatasi oleh hadirnya kompetitor atau mikro habitat dengan
faktor fisik, kimiawi, dan biologis yang diperlukan oleh suatu
spesies untuk tetap hidup, sehat dan mampu berkembang biak
(Lincolnet al, 1985 dikutip oleh Purnomo, 2005).
Secara umum dikatakan bahwa niche ekologi merupakan
konsep abstrak mengenai persyaratan hidup dan interaksi organism
dalam habitatnya. Dalam hal ini habitat merupakan penyedia
berbagai kondisi dan sumber daya yang dapat digunakan oleh
organism sesuai dengan persyaratan hidupnya. Pemisahan niche
dapat mengakibatkan terjadinya keseimbangan kekayaan jenis,
karena diduga bahwa jenis-jenis yang hidup bersama memiliki
niche yang berbeda.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
25/103
14
b. Perlindungan
Aktivitas perlindungan merupakan sumber daya bagi
propagula-propagula (calon individu baru) yang akan memencar
pada suatu habitat. Dengan demikian tiap individu dapat tumbuh
dengan baik. Apabila perlindungan dapat dipertahankan maka
keanekaragaman jenis akan bertambah besar.
c. Gangguan
Gangguan yang dialami suatu komunitas dapat
mempengaruhi komposisi dan kekayaan jenis dalam suatu
komunitas. Terjadinya gangguan dapat menyebabkan suatu
komunitas diinvasi oleh jenis lain. Gangguan ini dapat berupa
gangguan fisik, biologis, dan kimiawi. Besar kecilnya pengaruh
yang ditimbulkan tergantung pada frekuensi gangguan. Tingkat
gangguan yang sangat tinggi menyebabkan sedikitnya jumlah jenis
yang dapat beradaptasi sehingga kekayaan jenis menjadi rendah.
Sedangkan tingkat gangguan yang sangat rendah mengakibatkan
terjadinya pemusnahan karena kompetisi, dengan demikian
kekayaan jenis juga menjadi rendah.
2. Keseimbangan Jenis
Keseimbangan jenis atau equitabilitas merupakan distribusi
individu dintara jenis pada suatu komunitas. Keseimbangan jenis
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
26/103
15
dianggap maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang
sama. Keseimbagan jenis dapat terjadi jika beberapa jenis hidup
bersama-sama dalam suatu habitat. Hidup bersama dalam hal ini dapat
terjadi karena adanya.
a. Perbedaan Kebutuhan Nutrien Mineral
Kebutuhan mineral yang berbeda menyebabkan individu
dapat hidup bersama. Sebab masing-masing individu akan mencari
sumber daya sendiri yang dibutuhkannya untuk memenuhi
kebutuhan nutriennya untuk hidup. Adanya perbedaan ini maka
kompetisi dalam memperoleh sumber daya dapat dikurangi.
Secara umum nutrient mineral yang dibutuhkan oleh
organisme baik hewan maupun tumbuhan adalah sama, yang
membedakan adalah sumber nutrient tersebut. Nutrien mineral
tumbuhan diperoleh dalam tanah, sedangkan untuk hewan berasal
dan dalam air yaitu partikel yang terlarut dalam air.
b. Perbedaan Penyebab Kematian
Tiap individu memiliki ketahanan tubuh yang berbeda, oleh
karena itu bila salah satu individu dalam jenis karena suatu sebab
mengalami kematian maka kondisi tersebut tidak akan
mempengaruhi individu lainnya sehingga individu lain tetap dapat
hidup dan berkembang biak.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
27/103
16
c. Kepekaan Terhadap Racun
Perbedaan kepekaan terhadap racun merupakan salah satu
syarat agar organisme dapat hidup bersama dalam suatu habitat.
Ada organisme yang sangat peka terhadap racun ada juga yang
kurang peka bahkan ada yang sangat tidak peka terhadap racun.
Sehingga suatu saat bila racun masuk dalam habitat, spesies yang
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap racun bias tanggap dan
mengantisipasi bahaya yang mungkin terjadi. Apabila dalam suatu
komunitas kepekaan terhadap racun yang sama, maka suatu saat
apabila salah satu individu dalam komunitas mengalami kematian,
akan mempengaruhi individu yang lain, sehingga distribusi
individu di antara jenis tidak merata.
d. Perbedaan Waktu Pertumbuhan
Setiap individu memiliki waktu pertumbuhan yang berbeda.
Sebab proses metabolisme dalam tubuh individu juga berbeda.
Individu yang tumbuh bersama kemungkinan memerlukan
kebutuhan nutrient yang sama. Ini menyebabkan terjadinya
kompetisi di antara individu tersebut. Perbedaan waktu
pertumbuhan pada setiap individu dapat menghindari terjadinya
kompetisi yang kuat sehingga masing-masing individu dapat hidup
berdampingan dalam wilayah yang sama.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
28/103
17
D. Tumbuhan Lantai Hutan
Tumbuhan lapis bawah merupakan tumbuhan yang menutupi lantai
hutan yang berupa tumbuhan setrata semak, herba, dan beberapa jenis
tumbuhan penutup tanah yang lain. Tumbuhan semak adalah tumbuhan yang
tidak seberapa besar, batang berkayu, dan bercabang-cabang dekat
permukaan tanah atau terkadang berada di dalam tanah. Tumbuhan herba
adalah tumbuhan yang tidak seberapa besar dan berbatang basah
(herbaceous) yang tumbuh pada permukaan tanah (Tjitrosoepomo 1994).
Perdu dan semak yang mempunyai tinggi 1-4 meter, termasuk di dalamnya
adalah pohon-pohon muda, palma-palma kecil, herba besar dan paku-pakuan
besar. Tumbuh-tumbuhan penutup tanah atau lapisan lapangan merupakan
tumbuhan yang mempunyai tinggi 0-1 meter (Irwanto 2006).
Menurut Tjitrosoepomo (1994), secara morfologi tumbuhan lantai
hutan memiliki beberapa jenis batang, yaitu berbatang basah (herbaceous),
berbatang kayu (lignosus), berbatang rumput (calmus) dan batang mending
(calamus), batang basah (herbaceous) yaitu batang yang lunak dan berair
misalnya pada family Amarantaceae. Batang berkayu (lignosus) yaitu
batang yang biasanya kuat dan karas, karena sebagian besar terdiri atas
kayu, yang terdapat pada pohon-pohon dan semak-semak misalnya pada
Sida rambifolia. Batang rumput (calmus) yaitu batang yang tidak keras,
mempunyai ruas-ruas yang nyata dan sering kali berongga, misalnya pada
rumput-rumputan. Sedangkan batang mending (calamus) yaitu tumbuhan
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
29/103
18
yang memiliki batang sepertirumput tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih
panjang, misalnya pada tumbuhan sebangsa teki (Cyperaceae).
Pada umumnya tumbuhan lantai hutan hidup mengelompok
ataupun menyebar pada habitat yang lembab dan memiliki ketersediaan air
yang cukup. Beberapa spesies rumput-rumputan pada musim kemarau akan
membentuk umbi yang tersimpan di dalam tanah, dan akan membentuk
tunas pada musim hujan ketika kebutuhan akan air untuk melakukan
pertumbuhan tercukupi.
E. Struktur dan Komposisi Komunitas Lantai Hutan
Suatu organisme tidak dapat hidup sendiri tetapi harus hidup
bersama-sama dengan organisme sejenis atau dengan organisme lain jenis.
Kelompok tumbuhan dan hewan yang secara bersama telah menyesuaikan
diri dan menghuni suatu tempat alami disebut komunitas (Roesosoedarmo,
1984). Komunitas tumbuhan dapat diartikan sebagai kumpulan populasi
tumbuhan yang hidup dalam suatu daerah atau habitat tertentu.
Menurut Soedjiran (1984), komunitas adalah kumpulan tumbuhan
dan hewan dari berbagai jenis secara bersama telah menguasai diri dan
menghuni suatu tempat alami. Wirakusumah (2003), mendefinisikan
komunitas sebagai kesatuan dinamik dari hubungan fungsional di antara
populasi anggotanya berperan pada posisinya masing-masing menyebar
dalam ruang dan tipe habitatnya. Menurut Lincoln et al. (1985), dikutip oleh
Purnomo (2005) komunitas adalah kelompok organisme yang terdiri atas
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
30/103
19
sejumlah jenis yang berbeda, yang secara bersama-sama menempati habitat
atau area yang sama, dan tarjadi interaksi melalui hubungan trofik dan
spatial. Struktur dalam komunitas sering berubah, karena sebagian besar
dapat diganti dalam waktu dan ruang sehingga fungsional komunitas yang
serupa dapat memiliki komposisi jenis yang berbeda (Purnomo, 1991).
Komposisi komunitas adalah daftar jenis dan jumlah individu yang
menyusun suatu komunitas di suatu tempat.
Menurut Sutjipta (1994) ada tiga gagasan utama yang terlibat
dalam pengertian komunitas.
1. Sifat minimum komunitas adalah hadirnya beberapa spesies dalam
suatu daerah.
2. Komunitas merupakan kumpulan kelompok spesies yang sama, terjadi
berulang dalam ruang dan waktu.
3. Komunitas memiliki kecenderungan menuju kearah stabilitas dinamik
dan keseimbangan ini dapat dipulihkan jika komunitas terganggu.
Menurut Fachrul (2007), komposisi ekosistem tumbuhan dapat
diartikan variasi jenis flora yang menyusun suatu komunitas. Komposisi
jenis tumbuhan merupakan daftar floristik dari jenis tumbuhan yang ada
dalam suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang ada dapat diketahui dari
pengumpulan atau koleksi secara periodik dan identifikasi di lapangan.
Contoh jenis tumbuhannya dapat diperoleh dari pencatatan dalam sampling
unit, seperti petak-petak atau transek waktu dilakukan pengumpulan data
kuantitatif pada penelitian struktur vegetasi. Daftar floristik sangat berguna
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
31/103
20
karena dapat dipakai sebagai salah satu parameter vegetasi untuk
mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan dalam komunitas.
Komposisi atau susunan pokok hutan hujan tropis terdiri atas
banyak pohon dari berbagai jenis, bentuk, keliling batang, dan tinggi pohon.
Hutan itu sendiri menciptakan iklim dan lingkungan mikro yang didalamnya
hidup tumbuhan lain secara berlimpah seperti epifit, tumbuh-tumbuhan
menjalar (liana), perdu, dan herba serta berbagai jenis hewan dan jamur
(Fachrul, 2007).
Struktur ekosistem hutan merupakan hasil penataan ruang oleh
komponen penyusun tegakan dan bentuk hidup, stratifikasi dan penutupan
vegetasi yang digambarkan melalui keadaan diameter, tinggi, penyebaran
dalam ruang, keanekaragaman tajuk serta kesinambungan jenis. Sruktur
hutan dengan komposisinya tentu akan berbeda-beda sesuai dengan kondisi
lingkungan atau habitatnya.
Struktur komunitas memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh
setiap spesies sebagai komponen penyusunnya. Ada lima karakteristik
komunitas yang telah diukur dan dikaji yaitu bentuk dan struktur
pertumbuhan, dominansi, kelimpahan relative, struktur trofik dan
keanekaragaman atau diversitas spesies (Sutjipta, 1994).
Diversitas atau keanekaragaman jenis merupakan suatu keragaman
diantara anggota suatu komunitas (Supriatno dikutip oleh Purborini, 2006).
Sementara Deskhmukh (dikutip oleh Purborini, 2006) mengartikan
keanekaragaman sebagai gabungan antara jumlah jenis dan jumlah individu
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
32/103
21
masing-masing jenis dalam suatu komunitas atau sering disebut kekayaan
jenis.
Menurut Odum (1980), ada dua komponen keanekaragaman
komunitas, yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah
jumlah jenis dalam suatu komunitas. Keanekaragaman komunitas cenderung
kecil untuk komunitas yang baru dibentuk. Kesamarataan adalah pembagian
individu yang merata diantara jenis. Pada kenyataannya setiap spesies itu
mempunyai jumlah individu yang tidak sama.
Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman komunitas
yang rendah apabila dalam komunitas tersebut hanya terdapat jenis-jenis
spesies tertentu saja, sedangkan suatu komunitas yang tersusun oleh
berbagai macam jenis dikatakan sebagai komunitas yang memiliki tingkat
keanekaragaman yang tinggi. Keanekaragaman komunitas menyatakan
suatu ukuran yang menggambarkan variasi jenis tumbuhan dari suatu
komunitas yang dipengaruhi oleh jumlah jenis dan kelimpahan relative dari
setiap jenis.
Struktur komunitas tumbuhan merupakan susunan komunitas
tumbuhan yang ditentukan berdasarkan kelimpahan tiap jenis dengan
menggunakan indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman komunitas
(Purborini, 2006). Kershaw (1973) membagi struktur vegetasi dalam 3
komponen, yaitu.
1. Struktur vertikal berupa stratifikasi secara vertikal suatu vegetasi.
2. Struktur horizontal brupa distribusi spatial dan pengelompokan jenis.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
33/103
22
3. Kelimpahan (abundance) setiap jenis dalam komunitas.
Selanjutnya Kershaw (1973) menyatakan, stratifikasi hutan hujan
tropika dapat dibedakan menjadi 5 lapisan, yaitu Lapisan A (lapisan pohon-
pohon yang tertinggi atau emergent), Lapisan B dan C (lapisan pohon-pohon
yang berada dibawahnya atau yang berukuran sedang), lapisan D (lapisan
semak dan belukar), dan lapisan E (merupakan lantai hutan). Struktur suatu
masyarakat tumbuhan pada hutan hujan tropika basah dapat dilihat dari
gambaran umum stratifikasi pohon-pohon perdu dan semak.
Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang
membentuk tegakan dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari
sekelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-masing individu
mempertahankan sifatnya (Dansereau-Dumbois 1974). Secara garis besar
struktur vegetasi dibatasi oleh tiga komponen, yaitu sebagai berikut.
1. Stratifikasi yang merupakan diagram profil menggambarkan lapisan
(strata) pohon, tiang, sapihan, semai, perdu, dan herba sebagai
penyusun vegetasi tersebut.
2. Penyebaran horizontal dari jenis penyusun vegetasi tersebut, yang
menggambarkan letak dan kedudukan dari satu anggota terhadap
anggota yang lain. Bentuk penyebaran tersebut dapat digolongkan
menjadi tiga tipe yaitu acak (random), berkelompok (aggregated), dan
teratur (regular)
3. Kelimpahan atau banyaknya individu dari jenis tersebut.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
34/103
23
F. Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Struktur dan
Komposisi Komunitas Tumbuhan.
Lingkungan adalah suatu sistem yang kompleks yang berada di luar
individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.
Setiap organism hidup dalam lingkungannya masimg-masing begitu juga
jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama.
Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan
organism juga berinteraksi dengan sesama faktor tersebut, sehingga sulit
untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari
lingkungan itu.
Secara abstrak komponen faktor lingkungan adalah sebagai berikut.
1. Faktor Iklim (Klimatik)
Faktor iklim (klimatik) adalah sejumlah aspak kondisi cuaca
yang mempengaruhi biota suatu area. Faktor klimatik meliputi : cahaya
matahari (kualitas, kuantitas/intensitas, dan durasi), temperature udara,
kelembaban udara, angin, curah hujan, dan interaksi antar faktor
tersebut (Purnomo, 2007).
2. Faktor Tanah (Edafik)
Faktor tanah (edafik) adalah sifat fisik dan kemis tanah atau
substratum yang mempengaruhi asosiasi biota. Faktor edafik juga
diartikan sebagai suatu konsep yang menganggap tanah sebagai tempat
hidup bagi organism tanah (edaphon: flora dan fauna tanah), dan
tumbuhan. Sifat fisik dan kemis tanah yang cukup penting adalah:
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
35/103
24
tekstur, struktur, kesuburan, nutrient mineral, pH, tempat akar, air,
aerasi, dan temperatur (Purnomo, 2007).
3. Faktor Biotik
Faktor biotik adalah faktor lingkungan yang ditimbulkan oleh
aktivitas organisme, yang meliputi: keseluruhan flora dan fauna
(biota). Aktivitas organisme ada yang menguntungkan, dan ada yang
merugikan bagi kehidupan organisme lain, termasuk manusia.
Aktivitas yang merugikan (misalnya dalam produksi pangan) antara
lain aktivitas hama, penyebab penyakit, gulma dan parasit).
Komponen faktor biotik dapat dibedakan menjadi 3 kelompok.
a. Produsen
Produsen primer terdiri dari organism yang memperoleh energi
langsung dari matahari. Didalam lingkungan darat (terrestrial),
tumbuhan tingkat tinggi seperti tumbuhan berbunga, gymnosperma,
dan paku-pakuan paling banyak melakukan proses fotosintesis.
b. Konsumen
Konsumen primer memangsa spesies yang berfotosintesis.
c. Dekomposer / Pengurai
Dekomposer / Pengurai adalah spesies yang seringkali kurang
mencolok dibandingkan herbivore dan karnivora.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
36/103
25
Sebagai media pertumbuhan dan tempat penyedia hara bagi
pertumbuhan tanaman, kapasitas tanah relatif terbatas dan sangat
tergantung dari sifat dan ciri tanah tersebut. Tanah mempunyai
beberapa peranan yang sangat penting yang berkaitan dengan
pertumbuhan tanaman diantaranya adalah untuk pengaturan suhu
tanah, udara dan air tanah.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
37/103
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah kawasan Cagar Alam Ulolanang
Kecubung, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juni 2010.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tumbuhan lantai hutan
yang hadir pada petak 54 Cagar Alam Ulolanang Kecubung.
2. Sampel
Pada penelitian ini jumlah sampel sebanyak 80 kuadrat amatan
yang diperoleh dari 8 buah tegakan.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel utama
Variable utama dalam penelitian ini adalah struktur dan komposisi
tumbuhan lantai hutan.
26
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
38/103
27
2. Variabel pendukung
Variabel pendukung pada penelitian ini berupa faktor-faktor
lingkungan yang meliputi intensitas cahaya, kelembaban udara, suhu
udara, kelembaban tanah, dan pH tanah.
D. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Soil tester
b. Termohigrometer
c. Altimeter
d. Lux meter
e. Gunting
f. Pisau
g. Kompas
h. Tali rafia untuk membuat tegakan
i. Meteran untuk mengukur tegakan
j. Kamera untuk dokumentasi
k. Bambu untuk membuat tegakan
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tumbuhan
lantai hutan yang ada di kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
39/103
28
E. Pengamatan Faktor Lingkungan
Dalam penelitian ini selain mengamati tentang vegetasi lantai hutan,
juga dilakukan pengamatan faktor-faktor lingkungan,yaitu:
1. Klimatik, meliputi suhu udara, kelembaban udara, intensitas cahaya
matahari, kecepatan angin, dan arah angin.
2. Edafik, meliputi pH tanah, suhu tanah, kelembaban tanah.
3. Fisiografi, meliputi ketinggian tempat, keadaan permukaan tanah,
kemiringan lahan dan arah kemiringan
4. Biotik, meliputi tumbuhan dan hewan.
F. Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat.
Adapun langkah kerja yang yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Survai Lapangan
Kegiatan ini dilakukan sebagai studi pendahuluan untuk
memperoleh gambaran secara umum vegetasi lantai hutan, kondisi
tempat penelitian dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya di
Cagar Alam Ulolanang Kecubung.
2. Menentukan lokasi yang akan dijadikan tegakan
Pada area observasi ditentukan delapan buah tegakan masing-
masing berukuran 100 m2. Setiap tegakan dimasukkan 10 frame
quadrat dengan ukuran 1x1 m secara acak.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
40/103
29
3. Pengambilan Tumbuhan Lantain Hutan
a. Menentukan lokasi area untuk pengambilan data.
b. Menggunakan metode quadrat untuk pengambilan sampel.
c. Menentukan delapan buah tegakan berukuran 100 m secara
selektif.
d. Pengambilan sampel dilakukan disetiap stand. Pada setiap tegakan
dimasukkan 10 frame quadrat berukuran 1 x 1 m secara acak.
e. Menentukan jenis tumbuhan yang menjadi lantai hutan.
f. Menghitung jumlah tumbuhan lantai hutan yang terdapat pada
masing-masing quadrat.
g. Memasukkan semua data ke dalam table.
h. Pada setiap stand diukur kondisi faktor lingkungannya yaitu faktor
klimatik, faktor edafik, faktor fisiografi, dan faktor biotik.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
41/103
30
G. Teknik Penyajian Data
Hasil penelitian dapat disusun dalam table sebagai berikut
Tabel 1. Data pengukuran jumlah jenis dan jumlah individu tiap jenis di
hitung dengan metode quadrat.
Tanggal: ... Lokasi : stand .. Ukuran quadrat : ..
Quadrat
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
42/103
31
Jumlah individu tumbuha
Luas sampling area
H. Metode Analisis Data
Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini maka data
tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua data yaitu data kualitatif dan
data kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif didiskripsikan dengan kalimat
agar dapat diperoleh kesimpulan sedangkan data yang bersifat kuantitatif
dapat dianalisis dengan cara seperti dibawah ini.
1. Kerapatan (Density)
Kerapatan =
Jumlah individu satu jenisKerapatan Relatif = X 100%
Jumlah individu seluruh jenis
2. Frekuensi
Jumlah sampling unit yang mempunyai satu jeniFrekuensi =
Jumlah seluruh sampling un it
3. Nilai Kepentingan
Nilai Penting = KR + FR
4. Indeks Diversitas
Menurut Shannon-Wiener (1994) indeks diversitas dapat dihitung
dengan rumus :
Jumlah frekuensi satu jenisFrekuensi Relatif = X 100%
Jumlah nilai frekuensi seluruh jenis
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
43/103
32
E(H) = pi pi1ni = 1
- S - 1
2-
N
SS
2
( )( )pi pi1n2 ( )( )pi pi1ni = 1i = 1
-
H1 H2t =
v ar( ) + var ( )H H1 2
t =Var( ) / + var ( ) /H N H N1 2 2
2 2
1
v ar( ) + var ( )H H1 2
H = pi pi1ni = 1
-
S
Keterangan :
H = Angka indeks
S = Jumlah spesies
pi = Pemecahan desimal jumlah individu spesies ke-I dibagi total
individu
In = Logaritma natural (Log berbasis e)
Ekspektasi H atau E(H) =
Variasi H atau var (H) =
Uji t untuk membandingkan dua indeks keanekaragaman
Keterangan :
H1= Angka Indeks Keanekaragaman Stasiun 1
H2= Angka Indeks Keanekaragaman Stasiun 2
N1= Jumlah Total Individu 1
N2= Jumlah Total Individu 2
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
44/103
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Diskripsi Lokasi Penelitian
Cagar Alam Ulolanang Kecubung adalah salah satu kawasan
konservasi atau kawasan suaka alam yang berada dalam pengelolaan Balai
KSDA Jawa Tengah wilayah kerja seksi konservasi wilayah Batang. Luas
Cagar Alam Ulolanang Kecubung adalah 69,70 hektar.
Jenis tanah Cagar Alam Ulolanang Kecubung adalah latosol dari
bahan induk batu-batuan basis dan intermedier dengan sifat tanah agak asam
sampai asam, warna kuning coklat atau merah dan peka terhadap erosi.
Kawasan cagar alam Ulolanang Kecubung ini terdiri dari satu petak yaitu
petak 54 dengan topografi lereng bergelombang. Ketinggian Cagar Alam
Ulolanang Kecubung adalah 165 dpl.
Tipe iklim kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung adalah iklim
tipe iklim B menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson dengan curah hujan
rata-rata 277,7 mm/tahun dengan suhu rata-rata 24,4C-29C.
33
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
45/103
34
Pengukuran faktor abiotik pada area penelitian petak 54 dapat
dilihat pada Tabel 01.
Tabel 01. Kondisi Lingkungan pada petak 54
2. Jenis-Jenis Vegetasi Lantai Hutan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Cagar Alam Ulolanang
Kecubung yaitu pada petak 54 dari tanggal 2629 Juni 2010 didapatkan 30
jenis tumbuhan lantai hutan.
Tabel 02. Jenis-Jenis Vegetasi Lantai Hutan pada petak 54.
No Nama daerah Nama Ilmiah Familia
1 Krecean Urena lobata Malvaceae
2 Putri Malu Mimusa pudica Fabaceae
3 Kumis kucing Orthosiphon stamineus Lamiaceae
4 Blimbingan Oxalis barrelieri Oxalidaceae
5 Rumput merah Themeda arguens Poaceae
6 Bandotan Agregatum conyzoides Asteraceae
7 Ganyong Canna edulis Cannaceae
8 Senggani Melastoma trachypyllum Melastomataceae
9 Trompetan Crawfurdia trinervis Gentianaceae
No Faktor Lingkungan Komponen Keterangan
1 Faktor Klimatik Suhu 30 C
Kelembaban udara 37%
Intensitas Cahaya 616 lux
2 Faktor Edafik pH tanah 5,8Kelembaban tanah 6
3 Faktor Topografi Keadaan permukaan
tanah
Bergelombang
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
46/103
35
10 Pacar air Impatiens platipetala Platipetalaceae
11 Baru Cina Artemisia vulgaris Asteraceae
12 Tekelan Chromolaena odorata Asteraceae
13 Mangkrengan Digitaria bicornis Poaceae
14 Patikan Kebo Euphorbia hirta Euphorbiaceae
15 Rumput teki Cyperus kylligia Cyperaceae
16 Pandan Pandanus sp Pandanaceae
17 Tempuyung Sonchus arvensis Asteraceae
18 Daun sendok Plantago mayor Plantaginaceae
19 Bayam pasir Cyathula prostrate Amaranthaceae
20 Aur-aur Commelina diffusa Commelinaceae
21 Sambiloto Andrographis paniculata Acanthaceae
22 Gandarusa Justicia gandarussa Acanthaceae
23 Pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis Verbenaceae
24 Tapak liman Elephantopus scaber Compositae
25 Hiptis Hyptis capitata Lamiaceae
26 Sidagori Sida rhombifolia Malvaceae
27 Temu giring Curcuma heyneana Zingiberaceae
28 Sirih Piper betle Piperaceae29 Meniran Phyllantus ninuri Euphorbiaceae
30 Paku kawat Lygodium scandens Lygodiaceae
3. Komposisi dan Struktur Vegetasi Lantai Hutan
Dari hasil penelitian tentang komposisi dan struktur komunitas
tumbuhan lantai hutan yang di laksanakan di kawasan cagar alam Ulolanang
Kecubung kecamatan Subah Kabupaten Batang pada bulan Juni 2010 di
dapatkan 30 spesies vegetasi penyusun lantai hutan. Dari ke 30 spesies
vegetasi lantai hutan terdapat familia yang mendominasi di kawasan Cagar
Alam Ulolanang Kecubung, yaitu jenis dari familia Asteraceae.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
47/103
36
a. Komposisi Komunitas Tumbuhan Lantai Hutan di Kawasan Cagar
Alam Ulolanang Kecubung Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan yaitu tentang
komposisi komunitas lantai hutan di kawasan Cagar Ulolanang
Kecubung menunjukan bahwa Cagar Alam Ulolanang Kecubung
memiliki jenis vegetasi yang beranekaragam.
Hasil penelitian didapatkan 30 spesies yaitu : Urena lobata,
Mimusapudica, Orthosiphon stamineus, Oxalis barrelieri, Themeda
arguens, Agregatum conyzoides, Canna edulis, Melastoma
trachypyllum, Crawfurdia trinervis, Impatiens platipetala, Artemisia
vulgaris, Chromolaena odorata, Digitaria bicornis, Euphorbia hirta,
Cyperus kylligia, Pandanus sp, Sonchus arvensis, Plantago mayor,
Cyathula prostrata, Commelina diffusa, Andrographis paniculata,
Justicia gandarussa, Stachytarpheta jamaicensis, Elephantropus
scaber, Hyptis capitata, Sida rhombifolia, Curcuma heyneana, Piper
betle, Phyllantus ninuri, Lygodium scandens.
Komposisi vegetasi lantai hutan dapat dilihat dari
kerapatan, frekuensi, dan indeks nilai penting.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
48/103
37
Tabel 03. Kerapatan relatif vegetasi lantai hutan pada petak 54
Tegakan Tertinggi Nilai(%) Terendah Nilai(%)
1 Digitaria bicornis 62,17 Melastoma trachypyllum,
Commelina diffusa 0,38
2 Digitaria bicornis 74,81 Hyptis capitata 0,29
3 Justicia gendarussa 63,71 Mimosapudica 0,45
4 Justicia gendarussa 59,70 Orthosiphon stamineus 0,24
5 Commelina diffusa 54,26 Sonchus arvensis, Piper
betle 0,41
6 Justicia gendarussa 68,10 Agregatum conyzoides 0,17
7 Digitaria bicornis 58,80 Sonchus arvensis 0,25
8 Commelina diffusa 46,22 Oxalis barrelieri 0,60
Tabel 04. Frekuensi relatif vegetasi lantai hutan pada petak 54
Tegakan Tertinggi Nilai(%) Terendah Nilai(%)
1 Digitaria biconis 13,70 Themeda arguens,
Melastoma
trachypyllum, Sonchus
arvensis, Plantago
mayor, Commelina
diffusa, Sida
rhombifolia
2,73
2 Digitaria bicornis 18,86 Orthosiphon stamineus,
Stachytarphetajamaicensis
1,90
3 Digitaria bicornis,
Justicia gendarussa 28,57
Mimosapudica 2,85
4 Justicia gendarussa 21,73 Orthosiphon stamineus,
Sonchus arvensis,
Cyathula prostate,
Commelina diffusa,
Piper betle
2,17
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
49/103
38
5 Digitaria bicornis
Commelina diffusa
22,23 Sonchus arvensis,
Cyathula prostate,
Stachytarpethajamaicensis,
Elephantopus scaber,
Piper betle, Lygodium
scandens
2,23
6 Justicia gendarussa 20,84 Agregatum conzyoides,
Commelina diffusa 2,08
7 Digitaria bicornis 17,54 Sonchus arvensis 1,75
8 Commelina diffusa 24,00 Artemisia vulgaris 4,00
Tabel 05. Indeks nilai penting vegetasi lantai hutan pada petak 54
Tegakan Tertinggi Nilai(%) Terendah Nilai(%)
1 Digitaria bicornis 75,87 Melastoma
trachypyllum,
Commelina diffusa
3,11
2 Digitaria bicornis 93,67 Orthosiphon stamineus 2,33
3 Justicia gendarussa 92,28 Mimosapudica 3,30
4 Justicia gendarussa 81,43 Orthosiphon stamineus 2,41
5 Commelina diffusa 76,49 Sonchus arvensis, Piper
betle
2,64
6 Justicia gendarussa 88,94 Agregatum conzyoides 2,25
7 Digitaria bicornis 76,34 Sonchus arvensis 2,00
8 Commelina diffusa 70,22 Artemisia vulgaris 4,90
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
50/103
39
b. Struktur Komunitas Tumbuhan Lantai Hutan di Kawasan Cagar
Alam Ulolanang Kecubung Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
Struktur komunitas dibatasi oleh 3 komponen yaitu susunan
jenis tumbuhan secara vertikal atau stratifikasi vegetasi, susunan jenis
tumbuhan secara horizontal/ sebaran individu, dan kelimpahan tiap
jenis tumbuhan yang ada.
Struktur vegetasi lantai hutan secara vertikal dapat dilihat pada
gambar 01.
Gambar 01. Struktur vertikal vegetasi lantai hutan
Keterangan
1.Urena lobata
2.Mimusa pudica
3. Orthosiphon stamineus
4. Oxalis barrelieri
5. Themeda arguens
6. Agregatum conyzoides
7. Canna edulis
8. Melastoma trachypyllum
9. Crawfurdia trinervis
10. Impatiens platipetala
11. Artemisia vulgaris
12. Chromolaena odorata
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
51/103
40
13. Digitaria bicornis
14. Euphorbia hirta
15. Cyperus kylligia
16. Pandanus sp
17. Sonchus arvensis
18. Plantago mayor
19. Cyathula prostrate
20. Commelina diffusa
21. Andrographis paniculata
22. Justicia gandarussa
23. Stachytarpheta jamaicensis
24. Elephantopus scaber
25. Hyptis capitata
26. Sida rhombifolia
27. Curcuma heyneana
28. Piper betle
29. Phyllantus ninuri
30. Lygodium scandens
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
52/103
41
Sedangkan struktur vegetasi lantai hutan di kawasan Cagar Alam
Ulolanang Kecubung kabupaten Batang secara horisontal dapat dilihat
pada gambar 02.
Gambar 02. Struktur horisontal vegetasi lantai hutan
0.
1.
1.3.
3.
3. 3.
9.
9.
11.
11.
11.
18.
18.
19.
19.
22.
1.
1.
17.
17.17.
1.
1.
1.
3.
4.
4.
7.
5.
5.
9.
9.11.
11.16.
18.
18. 22.
26.
7.
17.
17.
17.
17.22.
22.
1.
1.
1.
4.
7.
7.5.6.
6.
8.
10.13.
14.
16.0.
21.
24.
25.
22.
1.
1.
3.
3.
9.
0.21.23. 23.
26.
27.
29.
27.
9.
1.
22.
1.
1.
1.
22.
1.1.
8.
10.12.13.
13.
14.
14.
21.
25.
8. 21.
13.
21.
17.17.
17.
17.28.
1.
1.
1.
1.
4.
5.
8.
10. 12.
14.15.
20.
5.
8.
2.
22.
1.
1.
4.
9.
21.23.
23.
24.
24.
25.
26.
29.
30.
2.
2.
2.
2.
2.
17.
17.
17.
22.
28.
1.
1. 7.12.
12.
15.
15.
16.21.
25.
27.
16.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
53/103
42
Keterangan :
:Crawfurdia trinervis
:Artemisia vulgaris
:Urena lobata
:Digitaria bicornis
:Orthosiphon stamineus
:Chromolaena odorata
:Justicia gandarussa
:Mimusa pudica
:Euphorbia hirta
:Elephantopusscaber
:Oxalis barrelieri
:Commelina diffusa
:Lygodium scandens
:Impatiens platipetala
: Pandanus
:Sida rhombifolia
:Themeda arguens
:Cyathula prostrate
:Phyllantus ninuri
:Melastoma trachypyllum
:Plantago mayor
:Piper betle
:Agregatum conyzoides
:Cyperus kylligia
:Hyptis capitata
:Curcuma heyneana:Sonchus arvensis
:Canna edulis
:Andrographis paniculata
:Stachytarpheta jamaicensis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
54/103
43
B. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian tentang komposisi dan struktur komunitas
tumbuhan lantai hutan di kawasan cagar alam ulolanang kecubung dapat
dibahas hal sebagai berikut.
a. Komposisi Komunitas Tumbuhan Lantai Hutan di kawasan Cagar
Alam Ulolanang Kecubung
Komposisi vegetasi lantai hutan dapat dilihat dari kerapatan
relatif, frekuensi relatif dan indeks nilai penting. Dari ke-30 spesies
lantai hutan ini memiliki pola penyebaran yang berbeda-beda.
Kerapatan relatif yang paling tinggi adalah tegakan 2 yaitu
Digitaria bicornis dengan kerapatan relatif 74,81%, sedangkan
kerapatan relatif yang paling rendah adalah tegakan 6 yaitu Agregatum
conzyoides dengan kerapatan relatif 0,17%. Spesies tumbuhan yang
mempunyai kerapatan relatif tinggi menunjukkan bahwa spesies
tumbuhan tersebut mendominasi suatu area. Nilai kerapatan relatif
tumbuhan yang tinggi akan mengakibatkan kompetisi yang tinggi antar
tumbuhan. Perbedaan kerapatan relatif vegetasi lantai hutan disebabkan
oleh faktor lingkungan. Tumbuhan yang mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan di hutan dan mampu merebutkan nutrisi, air
dan zat-zat lain yang dibutuhkan oleh tumbuhan maka akan dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mampu berkompetisi
dengan tumbuhan yang lain. Kerapatan relatif yang tinggi dari suatu
spesies tumbuhan dapat diketahui bahwa tanaman tersebut
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
55/103
44
mendominasi suatu area, sebaliknya spesies yang mempunyai kerapatan
relatif yang rendah maka akan jarang ditemukan pada area karena
spesies tersebut tidak dapat berkompetisi dengan tumbuhan yang lain.
Penyebaran (distribusi) suatu jenis diketahui berdasarkan
banyaknya jenis yang ditemukan, yang dinyatakan dengan frekuensi
jenis. Frekuensi relatif yang tertinggi adalah tegakan 3 yaitu Digitaria
bicornis dan Justicia gendarussa dengan frekuensi relatif 28,57%,
sedangkan frekuensi relatif terendah adalah tegakan 7 yaitu Sonchus
arvensis dengan frekuensi relatif 1,75%. Tumbuhan yang mempunyai
frekuensi relatif yang tinggi maka tumbuhan tersebut mempunyai
daerah penyebaran yang luas. Hal ini disebabkan karena tumbuhan
tersebut mempunyai kemampuan yang baik untuk beradaptasi dengan
lingkungan dan mampu menyesuaikan diri dengan faktor lingkungan,
sebaliknya frekuensi relatif yang rendah menunjukan bahwa tumbuhan
tersebut tidak bisa beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan dan
perkembangbiakan yang lambat sehingga daerah penyebarannya
sempit.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan vegetasi lantai hutan
dapat digunakan indeks nilai penting. Indeks nilai penting yang
tertinggi adalah tegakan 2 yaitu Digitaria bicornis dengan indeks nilai
penting 93,67%, sedangkan indeks nilai penting yang terendah adalah
tegakan 7 yaitu Sonchus arvensisdengan indeks nilai penting 2,00%.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
56/103
45
Tumbuhan yang mempunyai indeks nilai penting yang tinggi adalah
tumbuhan yang mendominasi atau menguasai vegetasi lantai hutan.
b. Struktur Komunitas Lantai Hutan di Kawasan Cagar Alam
Ulolanang Kecubung
Menurut Fachrul (2008), struktur ekosistem hutan merupakan
hasil penataan ruang oleh komponen penyusun tegakan dan bentuk
hidup, stratifikasi dan penutupan vegetasi yang digambarkan melalui
keadaan diameter tinggi, penyebaran dalam ruang, keanekaragaman
tajuk serta kesinambungan jenis. Struktur vegetasi dibatasi oleh 3
komponen, yaitu susunan jenis tumbuhan secara vertikal atau
stratifikasi vegetasi, susunan jenis tumbuhan secara horizontal atau
sebaran individu dan kelimpahan tiap jenis tumbuhan yang ada
(Keershaw, 1973).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur vertikal
vegetasi lantai hutan dikawasan cagar alam ulolanang kecubung
didominasi oleh tumbuhan Justicia gendarussa, tumbuhan ini memiliki
tajuk yang tinggi sehingga menjadi naungan tumbuhan lantai hutan
yang lainnya terutama bagi tumbuhan yang menjalar. Sedangkan
struktur horisontal vegetasi lantai hutan dikawasan cagar alam
ulolanang kecubung didominasi oleh tumbuhan Digitaria bicornis,
tumbuhan Digitaria bicornis mendominasi lantai hutan di kawasan
cagar alam ulolanang kecubung karena tumbuhan ini memiliki
kemampuan kecepatan perkecambahan biji dan pertumbuhan anakan,
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
57/103
46
hal ini merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan
spesies tumbuhan ini untuk menghadapi kompetisi. Sifat dari tumbuhan
ini yaitu tumbuh menyebar luas dibandingkan tumbuhan yang lain
sehingga Digitaria bicornis memperoleh cahaya matahari, air, dan
unsur hara tanah lebih besar dari tumbuhan yang lain dan mampu
memperebutkan ruang tumbuh di cagar alam tersebut, sebaliknya
tumbuhan lantai hutan yang lain akan mengalami kekurangan cahaya,
unsur hara dan air, sehingga pertumbuhan organ tumbuhan akan
terhambat.
Kemampuan tumbuhan untuk berkompetisi juga sangat
bergantung pada kecepatan pertumbuhan akar. Kecepatan pertumbuhan
akar bergantung pada kemampuan fotosintesis, hal ini menunjukkan
bahwa faktor diatas tanah yaitu berupa cahaya dan faktor di bawah
tanah yaitu unsur hara dalam tanah tidak dapat dipisahkan.
Ketidakmampuan tumbuhan untuk berkompetisi mendapatkan unsur
hara, air tanah, dan udara yang ada di dalam tanah berakibat dalam
pengurangan pertumbuhan pucuk (tunas). Sebaliknya kemampuan yang
besar suatu tumbuhan untuk berkompetisi dalam memperebutkan unsur
hara yang ada didalam tanah berakibat pertumbuhan tunas menjadi
bagus. Pertumbuhan tunas yang bagus menyebabkan kemampuan
tumbuhan berkompetisi untuk memperoleh cahaya sebagai energi
utama dalam proses fotosintesis dan akhirnya akan berpengaruh pada
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
58/103
47
semua pertumbuhan organ baik batang, daun, maupun pertumbuhan
akar.
c. Potensi Komunitas Tumbuhan Lantai Hutan di Kawasan Cagar
Alam Ulolanang Kecubung Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang telah
dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kecamatan
Subah Kabupaten Batang bahwa masyarakat sekitar belum
memanfaatkan tumbuhan lantai hutan secara konsumtif maupun
produktif.
Dari ke 30 spesies tumbuhan lantai hutan di kawasan cagar
alam Ulolanang Kecubung ada beberapa spesies yang dapat
dimanfaatkan berdasarkan studi pustaka diantaranya adalah.
Andrographis pani culata
Daunnya rasanya pahit, manfaat dari sambiloto yaitu untuk
mengobati diabetes atau kencing manis, tifus, dan ada juga yang
mengatakan daun sambilotom ini untuk penyakit gatal dan pencegah
kanker. Namun yang sudah banyak digunakan yaitu untuk mencegah
malaria.
Ar temisia vulgari s
Daun rasanya pahit, pedas, hangat, berbau aromatik, masuk
meridian ginjal, paru dan limpa, berkhasiat menghangatkan meridian,
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
59/103
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
60/103
49
M elastoma tr achypyll um
Rasanya pahit berkhasiat sebagai pereda demam (antipiretik),
penghilang nyeri (analgesik), peluruh kencing (diuretik),
menghilangkan pembengkakan, melancarkan aliran darah, dan
penghenti pendarahan (hemostatis) (Fauzi, 2009).
M imusa pudica
Kandungan zat kimia dalam putri malu yaitu tanin, mimosin,
dan asam pipekolinat. Rebusan putri malu telah diuji mampu mencegah
dan mengobati hepatitis. Khasiat yang lain yaitu dapat mengatasi
isomnia, batuk bronkitis, dan rematik.
Orthosipon stamineus
Orthosipon stamineus mengandung zat kimia seperti
genkosid orthosifonin, zat lemak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin,
dan sapofonin. Dapat dimanfaatkan sebagai tanaman hias selain itu
dipercaya bisa menyembuhkan berbagai keluhan organ saluran
reproduksi seperti infeksi kandung kemih, batu dalam kandung kemih,
bengkak kandung kemih, kencing batu, batu kandung empedu, encok,
infeksi saluran kencing hingga keputihan.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
61/103
50
Oxalis corniculata
Dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat yang berkhasiat
sebagai obat sakit perut, sariawan, dan batuk dengan menggunakan
seduhan daun atau sebagai obat tetes untuk menghilangkan rasa gatal
pada mata.
Phyllantus ninuri
Manfaatnya yaitu sebagai obat radang ginjal dengan protein
dalam air seni, digigit anjing gila, susah kencing, nyeri buang air, sakit
kuning, malaria, epilepsi, demam, luka bakar, disentri.
Piper betle
Mempunyai kandungan kimia yaitu minyak atsiri ( kadinen,
kavikol, sineol, eugenol, karvakol ). Bagian yang digunakan yaitu
getah, daun dan minyaknya.
Manfaatnya yaitu untuk obat bisul, hidung berdarah, radang selaput
lendir mata, mulut berbau, keputihan, gusi bengkak, radang
tenggorokan, encok, jantung berdebar, kepala pusing, batuk kering,
sariawan.
Plantago mayor
Berkhasiat sebagai anti radang, antiseptik, pereda demam
(anti piretik), peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak (ekspektoran),
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
62/103
51
obat batuk (antitusif), penghenti pendarahan (hemostatis), astrigen,
menerangkan penglihatan dengan menormalkan aktivitas organ hati
yang berlebihan, dan menghilangkan haus (Dalimartha, 2005).
Biji bersifat manis, dingin, masuk meredian ginjal, hati, usus halus dan
paru, berkhasiat sebagai diuretik, afrodisiak, menyehatkan paru,
ekspektoran, pencahar, meredakan panas hati dan menerangkan
penglihatan. Rebusan biji meningkatkan pengeluaran urea, asam urat,
dan sodium cloride (Fauzi, 2009).
Sonchus arvensis L
Kandungan kimia dalam Sonchus arvesis L yaitu a-
laktuserol, b-laktuserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid, dan
faraksasterol.
Rasanya pahit dan dingin. Berkhasiat menghilangkan panas
dan racun, peluruh, kencing (diuretik), penghancur batu ginjal
(lipotripik), antirotiliasis dan menghilangkan bengkak.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
63/103
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang Struktur dan Komposisi Komunitas
Tumbuhan Lantai Hutan di Kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung
Kecamatan Subah Kabupaten Batang dan pembahasan yang telah di uraikan
pada bab IV , maka dapat diikhtisarkan bahwa.
1. Di Kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung terdapat 30 spesies
penyusun vegetasi lantai hutan, diantaranya yang mendominasi
adalah Digitaria bicornis, Justicia gendarussa, Commelina diffusa,
Cyperus kylligia.
2. Keanekaragaman vegetasi lantai hutan di Kawasan Cagar Alam
Ulolanang Kecubung Kecamatan subah Kabupaten Batang
tergolong rendah dengan nilai Indeks Keanekaragaman antara
1.0826 sampai dengan 2.3865.
3. Jenis tumbuhan yang menaungi tumbuhan lainnya (struktur vertikal)
di kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung adalah tumbuhan
Justicia gendarussa. Sedangkan jenis tumbuhan yang
pertumbuhannya menyebar luas atau mendesak jenis yang lain
(struktur horizontal) yaituDigitaria bicornis.
52
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
64/103
53
4. Potensi yang bisa diambil manfaatnya dari vegetasi penyusun lantai
hutan adalah bahan baku pembuatan kompos, pakan ternak, kayu
bakar, tanaman obat dan bisa juga di manfaatkan sebagai tanaman
hias, hal ini juga dikuatkan oleh studi pustaka.
Berdasarkan fakta diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
vegetasi lantai hutan di kawasan Cagar Alam Ulolanang Kecubung terdapat
30 spesies vegetasi lantai hutan dengan tingkat keanekaragaman yang
tergolong rendah hal ini disebabkan faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhinya yaitu faktor klimatik, edafik, dan faktor biotik.
B. Saran
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk
penelitian selanjutnya dan juga dapat diketahui adanya vegetasi lantai hutan
yang beranekaragam sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Disarankan kepada pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) untuk bisa menginventarisasi keanekaragaman flora khususnya
vegetasi lantai hutan agar terjaga kelestariannya dan bisa memanfaatkannya.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
65/103
54
Daftar Pustaka
Afriastini JJ. 1984.Daftar Nama Tumbuhan. Bogor: Penerbit Swadaya.
Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus
Agriwidya.
Dephut. 2008.Kawasan Konservasi Cagar Alam Pager Wunung
Darupono. Kendal. On line at
http;//forestindonesia.wordpress.com/2008/01/09/konservasi-
ekosistem-cagar-alam-darupono/accessed28 April 2010.
Desmukh, E.P. 1992. Ekologi Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Ewusie, J.Y. 1990.Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB.
Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta:
Balai Pustaka.
Indriyanto. 2006.Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Indriawan. 2007.Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kershaw,J.Y. 1973. Quantitatif and Dinamic Plant Ecology Second
Edition. London; William Clowes and Sons.
LIPI. 1978.Tumbuhan Obat Lembaga Biologi Nasional. Bogor: LIPI.
Odum,E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono
Samingan. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Pres.
Purnomo,H. 2007. Petunjuk Praktikum Pengetahuan Lingkungan. IKIP
PGRI Semarang.
Roesosoedarmo RS, K Kartawinata & A Soegiarto. 1984. Pengantar
Ekologi. Bandung: CV. Remaja Karya.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan
Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional.
Soetjipta. 1994.Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Depdikbud.
Steenis CGGJ Van. 1983. Flora Pegunungan Jawa. Terjemahan Jenny
A. Kartawinata (2006). Bogor: LIPI.
54
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
66/103
55
Tjitrosoepomo G. 1994. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Wirakusumah S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan
Kominitas. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
67/103
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
68/103
56
LAMPIRAN 1
Jumlah Individu Tiap Jenis Pada Tiap Tegakan
Jumlah individu tiap jenis pada tegakan 1
Tanggal : 26 Juni 2010
NO Spesies
Quadrat JumlahIndividu1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Urena lobata 0 2 0 4 0 3 0 0 1 0 10
2 Mimusa pudica 0 0 2 0 1 0 0 0 0 4 7
3 Orthosiphon stamineus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Oxalis barrelieri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 05 Themeda arguens 3 0 0 0 5 0 0 0 0 0 8
6 Agregatum conyzoides 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Canna edulis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Melastoma trachypyllum 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 3
9 Crawfurdia trinervis 4 0 0 0 0 0 6 3 0 5 18
10 Impatiens platipetala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Artimisia vulgaris 0 1 0 4 0 3 0 0 3 0 11
12 Chromolaena odorata 2 0 5 0 1 0 7 0 0 4 19
13 Digitaria bicornis 43 65 71 56 64 52 30 56 18 25 480
14 Euphorbia hirta 0 7 0 2 0 8 0 0 11 0 28
15 Cyperus kylligia 6 2 0 0 3 1 2 0 6 1 21
16 Pandanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Sonchus arvensis 0 0 3 0 0 0 2 0 0 0 5
18 Plantago mayor 0 0 0 2 0 0 5 0 0 0 7
19 Cyathula prostrata 1 2 0 5 0 6 0 2 0 0 16
20 Commelina diffusa 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 3
21 Andrographis paniculata 12 9 7 11 0 10 16 6 0 0 71
22 Justicia gendarussa 5 0 8 4 6 0 0 0 0 23 46
23 Stachytarpheta jamaicensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Elephantopus scaber 0 4 0 0 0 0 3 0 0 4 11
25 Hyptis capitata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sida rhombifolia 0 0 0 5 0 3 0 0 0 0 8
27 Curcuma heyneana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Piper betle 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Phyllantus ninuri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Lygodium scandens 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 77 92 96 93 80 87 73 69 39 66 772
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
69/103
57
Jumlah individu tiap jenis pada tegakan 2
Tanggal : 26 Juni 2010
No Spesies
Quadrat JumlahIndividu1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Urena lobata 0 0 6 0 0 0 0 0 0 2 8
2 Mimusa pudica 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Orthosiphon stamineus 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3
4 Oxalis barrelieri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Themeda arguens 1 0 0 2 0 0 0 1 0 0 4
6 Agregatum conyzoides 0 2 0 0 0 3 0 0 0 0 5
7 Canna edulis 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 38 Melastoma trachypyllum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Crawfurdia trinervis 0 0 0 2 0 0 1 0 0 1 4
10 Impatiens platipetala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Artimisia vulgaris 6 0 2 0 0 4 0 0 8 0 20
12 Chromolaena odorata 4 0 6 0 2 0 0 1 0 0 13
13 Digitaria bicornis 47 65 37 53 78 62 92 35 26 19 514
14 Euphorbia hirta 0 3 0 0 5 0 0 1 0 0 9
15 Cyperus kylligia 2 0 0 5 0 0 9 0 0 0 16
16 Pandanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Sonchus arvensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Plantago mayor 1 0 3 0 0 0 0 0 2 0 6
19 Cyathula prostrate 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20 Commelina diffusa 0 1 0 0 0 1 0 0 2 0 4
21 Andrographis paniculata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Justicia gendarussa 12 17 11 0 0 9 15 0 0 0 64
23 Stachytarpheta jamaicensis 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 6
24 Elephantopus scaber 0 0 0 0 0 0 0 4 0 2 6
25 Hyptis capitata 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2
26 Sida rhombifolia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Curcuma heyneana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Piper betle 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Phyllantus ninuri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Lygodium scandens 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 73 89 68 63 85 79 124 42 39 24 687
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
70/103
58
Jumlah individu tiap jenis pada tegakan 3
Tanggal : 27 Juni 2010
No Spesies
Quadrat JumlahIndividu1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Urena lobata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Mimusa pudica 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2
3 Orthosiphon stamineus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Oxalis barrelieri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Themeda arguens 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Agregatum conyzoides 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Canna edulis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Melastoma trachypyllum 0 0 1 0 0 0 0 0 0 2 3
9 Crawfurdia trinervis 0 0 2 0 0 0 2 0 0 1 5
10 Impatiens platipetala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Artimisia vulgaris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Chromolaena odorata 1 0 4 0 0 7 0 0 0 0 12
13 Digitaria bicornis 11 7 25 6 4 16 9 15 14 2 109
14 Euphorbia hirta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Cyperus kylligia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 016 Pandanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Sonchus arvensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18 Plantago mayor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Cyathula prostrata 0 0 3 0 0 5 0 0 0 7 15
20 Commelina diffusa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
21 Andrographis paniculata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Justicia gendarussa 52 36 32 28 16 42 21 16 12 26 281
23 Stachytarpheta jamaicensis 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 4
24 Elephantopus scaber 0 0 0 6 0 4 0 0 0 0 10
25 Hyptis capitata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 Sida rhombifolia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Curcuma heyneana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Piper betle 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
29 Phyllantus ninuri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Lygodium scandens 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 64 43 67 44 20 74 32 31 28 38 441
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
71/103
59
Jumlah individu tiap jenis pada tegakan 4
Tanggal : 27 Juni 2010
No Spesies
Quadrat JumlahIndividu1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Urena lobata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Mimusa pudica 2 0 0 0 3 0 0 0 0 0 5
3 Orthosiphon stamineus 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
4 Oxalis barrelieri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Themeda arguens 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Agregatum conyzoides 2 2 0 0 0 3 1 0 0 1 9
7 Canna edulis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Melastoma trachypyllum 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2
9 Crawfurdia trinervis 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 4
10 Impatiens platipetala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Artimisia vulgaris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Chromolaena odorata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Digitaria bicornis 8 0 0 12 0 0 45 0 21 0 86
14 Euphorbia hirta 2 0 0 1 0 0 0 3 0 0 6
15 Cyperus kylligia 6 0 0 3 0 0 5 0 2 0 1616 Pandanus sp 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 3
17 Sonchus arvensis 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3
18 Plantago mayor 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 Cyathula prostrate 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 3
20 Commelina diffusa 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 6
21 Andrographis paniculata 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 3
22 Justicia gendarussa 32 45 26 18 34 28 16 9 12 20 240
23 Stachytarpheta jamaicensis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
24 Elephantopus scaber 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25 Hyptis capitata 0 0 0 5 2 0 0 0 0 0 7
26 Sida rhombifolia 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4 5
27 Curcuma heyneana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Piper betle 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3
29 Phyllantus ninuri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Lygodium scandens 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 52 51 31 41 39 34 70 21 37 26 402
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
72/103
60
Jumlah individu tiap jenis pada tegakan 5
Tanggal : 28 Juni 2010
No Spesies
Quadrat JumlahIndividu1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Urena lobata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Mimusa pudica 0 0 2 0 0 0 1 0 0 0 3
3 Orthosiphon stamineus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Oxalis barrelieri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Themeda arguens 0 3 0 0 0 1 0 0 0 0 46 Agregatum conyzoides 0 0 2 0 0 2 0 0 0 3 7
7 Canna edulis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Melastoma trachypyllum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Crawfurdia trinervis 0 1 3 0 0 2 0 0 0 0 6
10 Impatiens platipetala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Artimisia vulgaris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Chromolaena odorata 0 0 4 0 0 0 3 0 0 0 7
13 Digitaria bicornis 33 7 26 21 9 13 17 6 11 15 158
14 Euphorbia hirta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Cyperus kylligia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Pandanus sp 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Sonchus arvensis 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
18 Plantago mayor 0 0 5 0 0 0 0 1 0 0 6
19 Cyathula prostrata 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4
20 Commelina diffusa 14 35 18 28 21 27 36 25 45 12 261
21 Andrographis paniculata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 Justicia gendarussa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 Stachytarpheta jamaicensis 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3
24 Elephantopus scaber 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 6
25 Hyptis capitata 1 2 0 1 0 0 0 3 1 0 8
26 Sida rhombifolia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 Curcuma heyneana 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Piper betle 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
29 Phyllantus ninuri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 Lygodium scandens 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 4
JUMLAH 48 50 62 54 30 51 57 38 61 30 481
-
7/24/2019 yuliana-eka-wijayanti-06320146-_skripsi.pdf
73/103
61
Jumlah individu tiap jenis pada tegakan 6
Tanggal : 28 Juni 2010
No Spesies
Quadrat JumlahIndividu1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Urena lobata 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 3
2 Mimusa pudica 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2
3 Orthosiphon stamineus 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2
4 Oxalis barrelieri 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 3
5 Themeda arguens 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 3
6 Agregatum conyzoides 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
7 Canna edulis 0 4 0 0 6 0 0 0 9 0 19
8 Melastoma trachypyllum 0 0 1 0 0 0 4 0 0 0 5
9 Crawfurdia trinervis 0 2 0 0 6 0 0 0 4 0 12
10 Impatiens platipetala 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Artimisia vulgaris 0 0 2 0 0 0 4 0 0 0 6
12