Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga...

76
Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Transcript of Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga...

Page 1: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 2: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami oleh

seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Kebutuhan

minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan dan non makanan yang minimal harus

dipenuhi, meliputi rumah, penerangan, bahan bakar, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan

transportasi. Kebutuhan ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, tergantung

faktor kebiasaan, pola konsumsi, dan letak geografis.

Kemiskinan perkotaan seringkali merupakan kemiskinan perdesaan yang beralih dari

desa ke kota, juga merupakan kaum migran akibat dari cepatnya laju pertumbuhan penduduk

dan lingkungan ekonomi dan umumnya mereka bekerja di sektor informal. Tenaga kerja

sektor informal di perkotaan diidentikkan dengan penduduk miskin di perkotaan yang

kehadirannya dipandang dari sisi positif dan negatif.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

kepala rumah tangga, sumberdaya ekonomi rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga

secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap miskin atau bukan

miskinnya rumah tangga di perkotaan.

Tingkat pendidikan kepala rumah tangga miskin berbeda nyata dengan tingkat

pendidikan kepala rumah tangga bukan miskin. Tingkat pendidikan kepala rumah tangga

miskin pada umumnya tamat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar, sedangkan

kepala rumah tangga bukan miskin pada umumnya menamatkan Sekolah Menengah Atas.

Tingkat pendidikan memberikan pengaruh terhadap pendapatan perkapita rumah tangga.

Rumah tangga miskin di perkotaan pada umumnya merupakan kaum migran dengan

presentase jumlah rumah tangga sekitar 59,46 persen. Alasan utama melakukan migrasi

adalah mencari rumah sewa yang harganya lebih murah. Rumah tangga miskin cenderung

bekerja di sektor informal dan rumah tangga bukan miskin di sektor formal.

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 3: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

DAFTAR I S I

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

2. Perumusan Masalah ........................................................................................ 6

3. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

4. Manfaat Penelitian . ......................................................................................... 7

5. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 7

a. Pengertian Kemiskinan ......................................................................... 7

b. Jenis dan Ciri-Ciri Kemiskinan ............................................................ 14

c. Konsep Penelitian ................................................................................. 18

6. Metode Penelitian . ................................................... ..................................... 26

A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................. ..................................... 26

B. Populasi dan Sampel ........................................... ..................................... 27

a. Populasi .......................................................... ..................................... 27

b. Sampel ............................................................ ..................................... 28

C. Jenis dan Sumber Data ............................................ ..................................... 29

D. Metode Pengumpulan Data ..................................... ..................................... 30

E. Analisis Data ........................................................... ..................................... 30

BAB II IDENTIFIKASI MASALAH

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ................... ..................................... 31

a. Letak dan Geografis ....................................... ..................................... 31

b. Luas Wilayah ................................................. ..................................... 32

c. Jumlah Penduduk ........................................... ..................................... 33

d. Struktur Perekonomian .................................. ..................................... 38

i

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 4: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

BAB III PEMBAHASAN

a. Pendapatan Rumah Tangga dan Pendapatan Perkapita ....................... 40

b. Kepemilikan Rumah ............................................................................ 44

c. Pendidikan ........................................................................................... 46

d. Sumber Daya Ekonomi ........................................................................ 49

e. Jurnlah Anggota Rumah Tangga ......................................................... 51

f. Kependudukan dan Kualitas Lingkungan ............................................ 58

g. Kesehatan Lingkungan ........................................................................ 62

h. Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin ................................................ 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan .......................................................................................... 68

b. Saran .................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 5: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh manusia, khususnya di negara-negara

yang sedang berkembang adalah masalah kemiskinan. Sejak dahulu berbagai upaya telah

ditempuh dan berbagai kebijakan telah dilakukan untuk memerangi kemiskinan, namun

sampai sekarang belum memberikan hasil yang menggembirakan baik dari segi kualitas

maupun kuantitas. Kemiskinan tetap ada mengiringi derap pembangunan baik di Wilayah

pedesaan maupun perkotaan.

Di Indonesia masalah kemiskinan mulai mendapat perhatian serius sejak tahun 1993,

yaitu sejak pidato Presiden RI di depan anggota DPR pada tahun 1992 tentang masalah

kemiskinan. Kesadaran akan dampak negatif dari pembangunan semakin meningkat dan

masyarakat miskin kembali menjadi sorotan dan sasaran berbagai proyek pembangunan.

Akibat kebijakan pembangunan yang berorientasi pertumbuhan ekonomi, pada

kenyataannya tidak membuat keadaan yang lebih baik, bahkan yang terjadi di negara-negara

berkembang sebaliknya yaitu pembangunan yang terdistorsi. Kemiskinan semakin

meningkat, terjadinya kesenjangan dalam struktur masyarakat, munculnya krisis lingkungan

1

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 6: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

hidup dan lainnya. Hal ini menyebabkan timbulnya konsep pembangunan social sebagai

upaya untuk mengatasi keterbelakangan dan permasalahan-permasalahan di negara yang

sedang berkembang (Rajuminropa, 2002:2).

Menurut Sarman dan Sajogyo (2000) kebijakan pembangunan sampai Pelita III

terlalu cenderung berorientasi pada upaya-upaya pertumbuhan ekonomi daripada pemerataan

pembangunan. Pertumbuhan ekonomi menuntut adanya efisiensi dalam aktifitas

mengeksploitasi segala sumber daya yang ada. Semnetara pemerataan pembangunan lebih

berorientasi pada aspek keadilan sosial dan perhatian kepada kepentingan seluruh rakyat,

tentu saja tidak selalu dapat memegang teguh prinsip efisiensi.

Melihat dari kecendrungan-kecendrungan yang ada dalam proses pembangunan pada

saat ini, pada tahun-tahun mendatang kemiskinan akan menggeser dari daerah pedesaan ke

daerah perkotaan. Hal ini didukung laju industrialisasi yang berskala besar seperti

pertambangan dan perkebunan besar yang akan menambah tekanan pada penduduk di

pedesaan untuk melepaskan tanah mereka untuk digunakan sebagai lahan industri. Akibatnya

penduduk desa akan meninggalkan desa menuju kota (urbanisasi) yang mengakibatkan akan

menjadi konsentrasi besarbesaran orang miskin di perkotaan (Soetrisno, 1997: 42).

2

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 7: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Kondisi kemiskinan di perkotaan sudah tentu berbeda dengan kemiskinan di

pedesaan baik secara struktur dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta jumlah

penduduk miskin. Menurut Amar Syamsul (1999 : 36) kemiskinan sekelompok masyarakat

di pedesaan diawali dari keterbatasan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Secara

spesifik faktor tersebut antara lain : luas lahan pertanian, tingkat pendidikan, ketrampilan,

kesehatan dan aksebilitas dalam memanfaatkan kelembagaan ekonomi maupun tekhnologi

kepemilikan lahan yang kecil.

Dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat atau rumah tangga sering

didengarkan beberapa indikator sosial ekonomi. Indikator ini dapat disembunyikan dengan

jelas keadaan dan kondisi tentang suatu hai yang terjadi di masyarakat. Dengan adanya

indikator ini juga dapat memberikan arah kebijakan kepada Pemerintah atau instansi terkait

dalam upaya untuk memulai menghapus dan memberikan perhatian khusus terhadap

kemiskinan yang terjadi di perkotaan. Beberapa indikator yang umumnya dapat

menggambarkan kondisi sosial ekonomi rumah tangga antara lain jumlah penduduk, tingkat

pendidikan, banyaknya anggota rumah tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga dan

faktor lainnya.

Faktor-faktor penyebab kemiskinan di perkotaan sampai saat ini jarang diperhatikan

dan dijadikan objek penelitian, sehingga penulis mengalami kesulitan untuk mendapatkan

referensi dari hasil penelitian sejenis. Apakah memang faktor- faktor kemisikinan di

perkotaan memiliki

3

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 8: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

karakteristik yang khusus atau hampir serupa dengan pedesaan kecuali faktor produksi lahan

pertanian yang merupakan ciri khas masyarakat pedesaan. Kondisi di atas menyebabkan

penulis tertarik untuk menganalisis kemiskinan di perkotaan dengan didasari suatu asumsi

bahwa kemiskinan di perkotaan merupakan perpindahan kemiskinan yang datangnya dari

pedesaan dikarenakan adanya migrasi penduduk dari desa ke kota.

Adapun yang menjadi kota pilihan penulis adalah kota Pematang Siantar dengan

didasari dari beberapa publikasi yang diterbitkan dari BPS, bahwa kota tersebut memiliki

indicator sosial ekonomi yang cukup tinggi dibanding dengan daerah kabupaten/kota lainnya

di Propinsi Sumatera Utara. Indikator meliputi tingkat pendidikan, kesehatan, pertumbuhan

ekonomi, dan lain sebagainya. Hal ini juga didukung dengan paling tingginya batas garis

kemiskinan Kota Pematang Siantar di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 yaitu

sebesar 153.000/kapita /bulan.

Keberhasilan yang dicapai Kota Pematang Siantar yang tertuang dalam berbagai

indikator tersebut, temyata belum mampu untuk menghilangkan kemiskinan. Kemiskinan

tetap ada dan selalu ada meskipun keberhasilan pembangunan di berbagai bidang atau sektor

perekonomian telah mencapai sasaran yang dituju. Jumlah penduduk miskin di Kota

Pematang Siantar pada tahun 2004 menurut BPS adalah sebesar 27.100 orang atau presentase

penduduk miskin sebesar 12,15

4

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 9: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

persen. Oleh karena itu penulis mencoba untuk melihat fenomena di atas dengan melakukan

penelitian ini.

Selama ini upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan, cendrung

dilakukan melalui pemberian kredit usaha berupa bantuan modal dan dana bergulir berupa

seperti IDT, Tabungan Keluarga Sejahtera (Tahkesra), dan Kredit Keluarga Sejahtera

(Kukesra). Hasil yang diperoleh temyata tidak dapat memberikan konstribusi yang berarti

terhadap perubahan kesejahteraan masyarakat miskin. Hal ini dikarenakan pemberdayaan

ekonomi masyarakat miskin tidak diikuti dengan pemberdayaan sumber daya masyarakat

miskin itu sendiri, sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengelolah bantuan yang telah

diberikan oleh karena tingkat pengetahuan, pendidikan, dan ketrampilan yang rendah.

Pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan meningkatkan

ketrampilan manusia.. Ketrampilan dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan

informal. Perberdayaan masyarakat miskin melalui upaya perbaikan tingkat pendidikan yang

dimulai sejak usia dini, akan memberikan suatu harapan agar mereka nantinya akan memiliki

kualitas sumber daya manusia yang siap bersaing dengan produktifitas yang tinggi sehingga

akan memiliki pendapatan yang tinggi. Menurut Malasis dan Amar Syamsul (1999 : 37)

tinggi rendahnya pendapatan memiliki dampak terhadap variabel-variabel lainnya.

5

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 10: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Rendahnya pendapatan berakibat terhadap rendahnya pendapatan perkapita.

2. Penrmusan Masalah

Adapun beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian berkaitan dengan

latar belakang penelitian adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga seperti perumahan, lama

perkawinan, pendidikan, kepemilikan sumber daya ekonomi dan jumlah rumah

tangga terhadap kemiskinan di perkotaan?

b. Bagaimana keadaan status rumah tangga (miskin dan bukan miskin) dengan status

migrasi rumah tangga (migran dan nonmigran) di perkotaan?

3. Tujuan Penelitian.

a. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi rumah tangga terhadap

kemiskinan.

b. Untuk mengetahui status rumah tangga (miskin dan bukan miskin) dengan status

migrasi rumah tangga (migran dan non migran) di perkotaan.

6

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 11: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan di instansi terkait dan pemerintah

kota dalam menentukan kebijakan untuk mengatasi masalah kemiskinan dan

memberdayakan kemampuan rumah tangga miskin.

b. Sebagai bahan masukan bagi peneiiti untuk melakukan penelitian sejenis ataupun

lanjutan.

c. Memberikan manfaat bagi pembaca baik untuk kepentingan akademis maupun

kepentingan pribadi.

5. Tinjauan Pustaka

a. Pengertian Kemiskinan

Secara umum pengertian kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang

untuk memenuhi kebutuhan primer kehidupannya. Menurut Poerwadarminto (1976)

secara harfiah kata miskin berarti tidak berharta benda. Kemiskinan merupakan suatu

kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu

memenuhi kebutuhan minimal kehidupannya. Standar minimal kebutuhan hidup ini

berbeda antara satu daerah dengan daerah lain,

7

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 12: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

karena sangat bergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak

geografisnya.

Kebutuhan minimal tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi

kalori sehingga kemungkinan seseorang bias bekerja untuk memperoleh pendapatan.

Menurut BPS patokan tingkat kecukupan kalori yang dijadikan acuan adalah sebesar 2.100

kalori setiap orang per hari (untuk makanan). Selain kebutuhan makanan juga diperlukan

kebutuhan lain yang minimal harus dipenuhi, yaitu meliputi tempat perlindungan (rumah)

termasuk fasilitas penerangan, bahan bakar dan pemeliharaannya, pakaian termasuk alas kaki,

pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan perawatan pribadi serta transportasi.

Menurut Radwan dan Alfthan dalam Mulyanto S dan Dieter E (1982 : 2) bahwa

keperluan minimum dari seseorang individu atau rumah tangga adalah sebagai berikut:

1. makan

2. pakaian

3. perumahan

4. kesehatan

5. pendidikan

6. air dan sanitasi

7. transportasi dan

8. partisipasi

8

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 13: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sundoyo Pitomo dalam Mulyanto S

dan Hans-Dieter E. (1982 : 43) mengenai kebutuhan dasar kelompok berpenghasilan rendah

di Jakarta, urutan jenis kebutuhan rumah tangga yang dianggap penting adalah sebagai

berikut :

1. Pangan

2. Perumahan

3. Kesehatan

4. Sandang

5. Transportasi

6. Pendidikan dll

Kuncoro (1997 : 103) menyatakan bahwa kemiskinan didefinisikan sebagai

ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup atau dengan kata lain ketidakmampuan

individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang

sangat penting guna kelangsungan hidup manusia , baik yang terdiri dari kebutuhan atau

konsumsi individu (makan, perumahan dan pakaian) maupun keperluan pelayanan sosial

tertentu (air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan).

Lebih jauh dari pada itu , masalah lingkungan dengan manifestasinya yang paling

menonjol masalah pencemaran seperti

9

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 14: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

pencemaran udara dan air, hal tersebut ditambah lagi dengan tekanan penduduk.

Sebelum beranjak lebih jauh dalam membicarakan masalah lingkungan, ada baiknya

kita tedebih dahulu mendefinisikan apa yang disebut dengan lingkungan hidup. Lingkungan

hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang

tempat manusia atau makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhinya.

Adapun menurut pengertian Yuridis, yang tercantum di dalam Pasal 1 (satu)

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolan Lingkungan Hidup adalah

lingkungan hidup diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Otto Soemarwoto (1976:100) mengartikan lingkungan hidup sebagai semua benda

dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam

ruang dan tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup dan kesejahteraan manusia dan

jasad hidup lainnya.

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Aktivitasnya

mempengaruhi lingkungannya, sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya.

Hubungan timbal balik demikian terdapat

10

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 15: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

antara manusia sebagai individu atau kelompok atau masyarakat dan lingkungan alamnya.

Dalam lingkungan hidup yang baik , interaksi antar berbagai komponen akan selalu terdapat

keseimbangan. Keseimbangan demikian dapatlah disebut tergantung pada kepentingan

manusia. Mengapa dikatakan tergantung pada kepentingan manusia, karena pada hakekatnya

lingkungan hidup adaiah bersifat “antrophocentris” artinya lingkungan hidup itu dipelihara,

dibangun atau dikelola dengan sebaik-baiknya tidak lain hanya sebagai untuk kepentingan

manusia saja. Selama interaksi manusia lingkungannya berada dalam batas-batas

keseimbangan dan dapat pulih seketika dalam keseimbangan , maka selama itu pula

lingkungan disebut harmonis (serasi).

Masyarakat merupakan sumber daya penting bagi kepentingan pengelolaan

lingkungan. Bukan saja diharapkan sebagai sumber daya yang bisa didayagunakan untuk

perubahan lingkungan akan tetapi lebih dari itu komponen masyarakat bisa memberikan

altemative -alternative penting bagi pembangunan lingkungan hidup seutuhnya. Lothar

Grandlling, dengan karyanya yang berjudul “Public Participation in Environmental Decision

Making” mengemukakan beberapa dasar bagi partisipasi masyarakat dalam rangka tindakan

perlindungan lingkungan yaitu dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Memberikan informasi kepada pemerintah

11

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 16: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

2. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan

3. Membantu perlindungan hukum

4. Mendememokrasikan pengambilan keputusan

Sadar akan peranan masyarakat dalam pembinaan tata lingkungan sebagaimana yang

dikemukakan Grindling di atas, di dalam UU No23 tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, partisipasi masyarakat mendapat tempat pengaturan yang layak dalam

versi pengelolaan lingkungan. Dalam Bab III tentang hak dan kewajiban serta wewenang dari

UU No 23 Tahun 1997, ditentukan beberapa hal dan kewajiban masyarakat atas lingkungan

hidup. Hak dan kewajiban serta yang berkenaan dengan peran serta masyarakat diatur mulai

dari pasal 5 s/d pasal 9 UU tentang Pengelolaan Lingkungan hidup.

Secara terperinci dapat dikemukakan berikut ini :

A. setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta

berkewajiban untuk memelihara lingkungan, mencegah serta menanggulangi kerusakan

dan pencemarannya (pasal 5)

B. setiap orang berhak dan berkewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan

lingkungan hidup (pasal 6).

12

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 17: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

C. Setiap orang yang menjalankan usaha wajib memelihara pengembangan kemampuan

lingkungan hidup yang serasi dan seimbang (pasal 7).

D. Pemerintah menggariskan kebijaksanaan dalam melakukan tindakan yang mendorong

ditingkatkannya upaya-upaya pembinaan lingkungan (pasal 8)

E. Pemerintah wajib menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat atas

tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyuluhan ,

bimbingan, pendidikan, dan penelitian tentang lingkungan hidup. (Pasal 9)

Nampak dan jelaslah dari butur-butir di atas bahwa urusan lingkungan hidup bukan

hanya merupakan beban dan tanggung jawab pemerintah namun merupakan tugas bersama

setiap orang sebagaimana dijelaskan dalam UU no 23 tentang pengelolaan lingkungan hidup

bahwa kewajiban demikian tidak terlepas dari kedudukannya sebagai anggota masyarakat

yang mencerminkan harkat manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Dengan peran serta

masyarakat , masyarakat memiliki motivasi yang kuat untuk secara kolektif mengatasi

masalah ekologi dan selalu berupaya agar kegiatan pengelolaan lingkungan berhasil. Untuk

ituah pemerintah senantiasa berupaya merangsang masyarakat berupa

13

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 18: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

pemberian penghargaan seperti “kalpataru” dan intensif lainnya bagi anggota masyarakat

yang berhasil dalam pembinaan lingkungan. Sebaliknya tepat pula kebijaksanaan berupa

“disentif” terutama bagi pihak pemilik industri sebagai pihak yang sangat potensial bagi

timbulnya pencemaran lingkungan.

c. Jenis clan Ciri-ciri Kemiskinan:

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material, baik

kebutuhan penting maupun yang dianggap tidak penting. Hal ini sudah pasti disesuaikan dan,

dibatasi oleh tingkat kemampuan pendapatannya. Keterbatasan pendapatan suatu rumah

tangga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari merupakan suatu ciri dari rumah tangga

miskin.

Adapun ciri-ciri penduduk / rumah tangga miskin menurut BPS, didasarkan pada

keterbatasan kebutuhan hidup yang mencakup :

a. Keterbatasan penghasilan

b. Keterbatasan kepemilikan

c. Keterbatasan tempat tinggal

d. Keterbatasan ketrampilan

e. Keterbatasan pendidikan

f. Tingkat kesehatan yang rendah

14

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 19: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

g. Kehidupan normative yang kurang dihargai

h. Keterbatasan lingkungan sosial

Emit Salim dalarn Ala (1981:8-9) menjelaskan bahwa ada 5 ciri dari kemiskinan

yaitu:

a. Pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi sendiri dan kurang memadai

(tanah, modal, dan ketrampilan) sehingga pendapatan menjadi terbatas.

b. Tidak memiliki kemungkinan untuk memiliki asset produksi dengan kekuatan

sendiri.

c. Tingkat pendidikan rendah.

d. Banyak hidup di pedesaan dengan pekerjaan sebagai buruh petani atau pekerja

kasar di luar pertanian.

e. Bagi mereka di perkotaan umumnya berusia muda, tidak memiliki ketrampilan atau

pendidikan sehingga kota tidak mampu untuk menampung gerak/arus urbanisasi

penduduk dari pedesaan.

Cid-ciri rumah tangga miskin di Indonesia berdasarkan hasil penelitian oleh

Tjiptohedjanto dalam lbnusallam (2002) adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya memiliki jumlah anggota rumah tangga yang besar.

15

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 20: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

2. Kepala rumah tangga merupakan pekerja rumah tangga.

3. Tingkat pendidikan kepala dan anggota rumah tangga rendah.

4. Sering berubah pekerjaan.

5. Sebagian besar mereka yang telah bekerja namun masih menerima tambahan

pekerjaan lain bila ditawarkan.

6. Sumber penghasilan utama dari sektor pertanian.

Beragamnya ciri-ciri penduduk/rumah tangga miskin di suatu wilayah apakah

pedesaan atau perkotaan, menyebabkan kerniskinan dapat digolongkan berdasarkan ciri, sifat

dan karakteristiknya. Hal ini penting dalam upaya pemberdayaan dan pemberantasan

kemiskinan pada suatu wilayah tertentu dengan mengetahui sebelumnya jenis kemiskinan

yang terjadi.

Selanjutnya Soegijoko dalam lbnusallam (2002) membedakan kemiskinan dalam tiga

pengertian, yaitu:

a. Kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh terbatas jumlahnya

sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya pembangunan lainnya

atau karena perkembangan teknologi yang rendah sehingga mereka tidak dapat

berperan aktif dalam pembangunan.

16

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 21: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

b. Kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang disebabkan kurang meratanya hasil

pembangunan, sehingga kepemilikan sumber daya tidak merata, kemampuan tidak

seimbang dan ketidaksamaan kesempatan berakibat keikutsertaan masyarakat dalam

pembangunan tidak merata.

c. Kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh pencarian suatu sikap,

kebiasaan hidup dan budaya seseorang atau masyarakat yang merasa berkecukupan

dan tidak merasa kekurangan. Kelompok ini tidak mudah diajak untuk berpartisipasi

dalam pembangunan dan cenderung tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat

kehidupannya. Secara absolute mereka miskin, namun mereka tidak merasa dan tidak

mau disebut miskin.

Konsep kemiskinan di Indonesia menganut konsep kemiskinan absolute,

sebagaimana yang tercantum dalam GBHN 1993 yang berbunyi sebagai berikut:

“ Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan dari penduduk yang

terwujud antara lain oleh terbatasnya modal yang dimiliki, rendahnya

pengetahuan dan ketrampilan, rendahnya produktifitas, rendahnya

pendapatan, lemahnya nilai tukar hasil produksi orang miskin, dan

keterbatasan kesempatan peran serta dalam

17

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 22: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

pembangunan. Rendahnya pendapatan orang miskin mengakibatkan

rendahnya pendidikan dan kesehatan sehingga mempengaruhi

produktivitas mereka yang sudah rendah dan meningkatkan beban

ketergantungan bagi masyarakat Penduduk yang berada di bawah garis

kemiskinan mencakup mereka yang berpendapatan sangat rendah, tidak

berpendapatan tetap, atau tidak berpendapatan sama sekali”

c. Konsep Penelitian

Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan yang dialami

seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Kebutuhan dasar

hidup tersebut berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, hal ini tergantung pada

kebiasaan pola konsumsi, fasilitas transportasi dan distribusi kebutuhan serta letak

geografisnya.

Metode penghitungan penduduk miskin yang dilakukan oleh BPS menggunakan

pendekatan yang disebut basic need approach, dimana penduduk miskin diartikan sebagai

penduduk yang secara ekonomi tidak

18

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 23: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

mampu memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan yang paling mendasar seperti

sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan aspek sosial. Dengan kata lain kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya

atau pengeluarannya lebih kecil dari garis kemiskinan.

Wilayah perdesaan lebih dicirikan oleh kemiskinan dan keterbelakangan

dibandingkan dengan wilayah perkotaan, namun tidak menutup kemungkinan adanya

kemiskinan di perkotaan, mengingat kebutuhan dasar manusia adalah sama baik di kota

maupun di desa.

Dalam memenuhi kebutuhan dasamya sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan

rumah tangga, semakin besar pendapatan semakin terpenuhi pula kebutuhan dasar rumah

tangga. Rumah tangga di perkotaan dapat dilihat tingkat kesejahteraan dan penghidupannya

yang layak dari beberapa kondisi sosial ekonomi yaitu : perumahan, lama perkawinan, lama

pendidikan, lama kepemilikan sumber daya ekonomi dan juga anggota rumah tangga. Kelima

indikator di atas dapat memberikan suatu kondisi apakah suatu rumah tangga tergolong

rumah tangga miskin atau bukan miskin.

Perumahan dan permukiman dalam kehidupan manusia memiliki fungsi dan peranan

penting serta arti dan makna yang dalam. Keadaan

19

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 24: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

perumahan mencerminkan taraf hidup, kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban manusia

penghuninya, masyarakat atau suatu bangsa.

Fungsi perumahan dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu

lingkungan yang mempunyai pra sarana dan sarana yang diperlukan manusia untuk

memasyarakatkan dirinya. Rumah juga merupakan sarana pengamanan, ketentraman hidup,

pusat budaya dan fungsi ekonomi. Dalam jangka panjang merupakan sebuah investasi untuk

jaminan hari depan sebagai bagian dari peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan.

Semakin tingginya laju pertambahan penduduk dan areal kota sudah tidak dapat

seimbang lagi menyebabkan harga tanah semakin membumbung tinggi. Hal demikian

membuat kebutuhan akan perumahan di perkotaan menjadi masalah yang semakin pelik

untuk dipecahkan. Bagi rumah tangga miskin memiliki rumah sendiri dengan ukuran dan

fasilitas perumahan yang layak bukanlah hal yang mudah, sebaliknya porsi dan peluang

rnasyarakat miskin semakin terbatas.

Menurut Suyanto (1995 : 82) peningkatan penghasilan warga kota dari tahun ke

tahun nampaknya belum dapat mengimbangi laju peningkatan biaya pengadaan dan

perumahan yang sangat tinggi. Jika semula ukuran rumah terkecil untuk masyarakat miskin

adalah 36 meter persegi, kemudian turun menjadi 21 meter persegi, maka sekarang ini

ukuran rumah layak untuk mereka menjadi hanya 12 meter persegi saja.

20

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 25: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Dalam GBHN ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha

sadar untuk mengembangkan pribadi dan kemampuan seseorang baik di dalam maupun di

luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Adapun bentuk pendidikan yang kita kenal

adalah pendidikan formal dan informal atau non formal.

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah secara

teratur, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat serta waktu tertentu

lamanya. Sedangkan pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar

sekolah oleh badan-badan pemerintah ataupun swasta secara teratur dalam waktu relative

singkat yang lebih menekankan kepada ketrampilan tertentu.

Berdasarkan penelitian UNESCO tentang anak-anak putus sekolah disimpulkan

bahwa putus sekolah lebih banyak terjadi pada sekolah-sekolah di desa daripada di kota.

Faktor utama yang menyebabkan anak-anak putus sekolah adalah kemiskinan dan

ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anak-anaknya. (Vembriarto, 1978 dalam

Sumardi dan Hans). Menurut hasil penelitian Daan Dimara dalam Sumardi dan Hans (1982 :

339) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang dapat membantu golongan

berpenghasilan rendah dalam mengatasi anak yang putus sekolah adalah melalui program

pendidikan informal.

Adanya keterbatasan dalam melakukan kegiatan ekonomi di perdesaan dan adanya

daya tarik dari kota membuat terjadinya migrasi

21

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 26: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

atau urbanisasi penduduk dari pedesaan menuju daerah perkotaan, sehingga kemiskinan dari

desa dipindahkan ke perkotaan dengan harapan dapat mengubah kehidupan atau keluar dari

lingkaran kemiskinan. Badan Pusat Statistik (BPS) membagi migrasi melalui 3 pendekatan,

yaitu :

a. Migran semasa hidup (Life time migrant) adalah mereka yang pindah dari tempat lahir ke

tempat tinggal sekarang, atau mereka yang tempat tinggalnya sekarang bukan di wilayah

propinsi tempat kelahirannya.

b. Migran Risen (Recent migrant) adalah mereka yang pindah melewati batas propinsi

dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sebelum pencacahan.

c. Migran total (Total migrant) adalah mereka yang pemah pindah antar kabupaten/kota

tanpa memperhatikan kapan pindahnya, sehingga propinsi tempat tinggal sebelumnya

berbeda dengan propinsi tempat tinggal sekarang.

Berbagai macam alasan bagi penduduk untuk melakukan migrasi, baik alasan ekonomi

maupun non ekonomi. Faktor ekonomi umumnya berkaitan dengan alasan pekerjaan dan usaha

sedangkan faktor non ekonomi berupa alasan sosial, budaya, pendidikan, politik, keamanan

dan komunikasi. Alasan ekonomi merupakan alasan utama melakukan migrasi seperti mencari

pekerjaan di kota lebih berpeluang dan untuk memperoleh

22

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 27: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

pendapatan yang lebih layak, khususnya bagi mereka yang memiliki ketrampilan.

Secara demografi migrasi mempunyai dampak yang luas pada perubahan jumlah dan

struktur kependudukan. Semakin bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah perkotaan

akan memberikan pengaruh terhadap aspek ketenagakerjaan. Migran yang berusaha mencari

lapangan pekerjaan di perkotaan pada umumnya melirik bekerja di sektor informal.

Kemiskinan perkotaan seringkali merupakan kemiskinan perdesaan yang beralih dari

desa dengan cepatnya laju pertumbuhan penduduk dan lingkungan ekonomi. Menurut

Wiriana (1999:2) tenaga kerja sektor informal di perkotaan sering diidentikkan dengan

penduduk miskin di perkotaan, penduduk marginal atau pengangguran tersembunyi.

Kehadiran mereka dipandang dari sisi positif dan sisi negatif. Pada sisi positif,

kehadiran mereka memberikan kontribusi positif dalam perkembangan ekonomi lokal

perkotaan, karena menghasilkan nilai tambah dan pendapatan asli daerah. Sedangkan sisi

negatifnya keberadaan mereka memberikan dampak negatif seperti timbulnya kemacetan,

pencemaran lingkungan serta kesadaran hukum yang rendah.

Bertumpuknya para migran di sektor informal adalah karena mudahnya sektor ini

menyerap para migran yang baru dan tidak tertampung di sektor formal.

23

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 28: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Sektor formal merupakan sektor yang mencakup sektor pemerintah dan

perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan ijin resmi dari

pemerintah, umumnya berskala besar, sedangkan sektor informal merupakan sistem yang

ditangani rakyat.

Sektor informal terdid dari unit usaha berskala kecil yang memproduksi serta

mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan

pendapatan bagi dirinya masing-masing sekalipun ada keterbatasan modal dan ketrampilan

(Forbes dalam Janianton). Menurut ILO, sektor informal adalah sektor yang mudah dimasuki

oeh pengusaha pendatang baru, menggunakan sumber energi dalam negeri, dimiliki oleh

keluarga berskala kecil, menggunakan tekbologi padat karya dan teknologi yang telah

disesuaikan, ketrampilan yang dibutuhkan diperoleh di luar bangku sekolah, tidak diatur oleh

pemerintah dan bergerak dipasar yang penuh persaingan (Tjiptoherijanto, 1977).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Zahrah (2003) menyatakan bahwa sebagian besar

rumah tangga pekerja sektor informal di kota Medan telah mampu memenuhi kebutuhannya

dengan tingkat pengeluaran lebih dari 360 Kg senilai tukar beras. Hal ini berarti pekerja

sektor informal berdasarkan garis kemiskinan Sayogyo sudah tidak tergolong rumah tangga

miskin. Namun hal ini hanya dari sudut pangan

24

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 29: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

saja, karena kebutuhan non makanan dewasa ini tetap menjadi ukuran kemampuan rumah

tangga untuk lepas dari kategori rumah tangga miskin.

Secara analisis deskriptif juga dilihat kondisi tingkat pendidikan rumah miskin

dibandingkan dengan rumah tangga bukan miskin. Dengan mengetahui kondisi tingkat

pendidikan rumah tangga miskin akan memberikan suatu alternatif kebijakan bagi

pengentasan dan pemberdayaan kemiskinan melalui peningkatan pendidikan rumah tangga

miskin sehingga diharapkan dalam jangka panjang mampu merubah status rumah tangga

menjadi rumah tangga bukan miskin.

Tingkat pendidikan di perkotaan akan mempengaruhi dalam penentuan upah/gaji,

sehingga peningkatan pendidikan diharapkan mampu untuk meningkatkan pendapatan rumah

tangga. Adanya pendapatan yang memadai akan membuat rumah tangga mampu untuk

memenuhi kebutuhan dasarnya dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan

hidupnya.

Secara analisa deskriptif juga dapat dilihat apakah penduduk atau ruimah tangga miskin

di perkotaan merupakan penduduk asli atau pendatang dari pedesaan. Hal ini didekati dari

status migrasi rumah tangga migran atau non migran. Disamping itu melihat kondisi sosial

ekonomi rumah tangga miskin yang dibedakan antara pekerjaan kepala rumah tangga yang

bekerja di sektor formal dan informal.

25

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 30: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

6. Metode Penelitian

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar,

Propinsi Sumatera Utara. Adapun dasar pemilihan lokasi ini secara purposive sampling

(sengaja), dikarenakan jumlah rumah tangga miskin di Kota Pematangsiantar paling banyak

berada di Kecamatan Siantar Timur bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya.

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kota Pematangsiantar Tahun 2004.

No Kecamatan Rumah Tangga Miskin Persentase

1 Siantar Marihat 1.564 17,9

2 Siantar Selatan 754 8,29

3 Siantar Barat 849 9,33

4 Siantar Utara 1.890 20,77

5 Siantar Timur 2.204 22,25

6 Siantar Martoba 2.017 22,17

Jumlah 9.908 100,00

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar, 2004

26

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 31: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Pada tabel 1 terlihat bahwa jumlah rumah tangga miskin di Kecamatan Siantar Timur

sebanyak 2.204 atau sekitar 22,25 persen dari jumlah seluruh rumah tangga miskin yang ada

di Kota Pematangsiantar.

Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yang dimulai pada awal

bulan Juli sampai akhir bulan Agustus 2005.

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Bukan Miskin di Kecamatan Siantar Timur,

Kota Pematangsiantar Tahun 2004

No Kelurahan Rumah Tangga Rumah Tangga

Miskin Bukan Miskin

1 Asuhan 270 698

2 Kebun Sayur 452 536

3 Merdeka 296 546

4 Pahlawan 93 403

5 Pardomuan 245 694

6 Siopat Suhu 292 1.654

7 Tomuan 376 1.449

Jumlah 2.204 5.980

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar, 2004

27

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 32: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di Kecamatan

Siantar Timur. Rumah tangga ini berjumlah 8.004, yang tersebar di 7 (tujuh) kelurahan.

Jumlah rumah tangga miskin sebanyak 2.204 dan yang bukan miskin sebanyak 5.980 rumah

tangga.

Jumlah rumah tangga miskin dan bukan miskin diperoleh dari hasil pendataan rumah

tangga miskin yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan Badan

Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Pematangsiantar Tahun 2003.

b. Sampel

Penarikan sampel dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama adalah penentuan sampel

kelurahan dan tahap kedua penentuan sampel rumah tangga. Penentuan sampel kelurahan

dengan menggunakan Metode Cluster Random Sampling. Kelurahan yang berada di

Kecamatan Siantar Timur dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan letak geografis, yaitu

kelurahan yang berbatasan dengan pusat kota dan kelurahan yang berbatasan dengan

pinggiran kota (berbatasan dengan Kabupaten Simalungun).

Kelurahan yang berbatasan dengan pusat kota terdiri dari Kelurahan Asuhan,

Kelurahan Pardomuan, Kelurahan Merdeka dan Kelurahan Pahlawan. Sedangkan yang

berbatasan dengan pinggiran kota

28

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 33: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

adalah Kelurahan Siopat Suhu, Kelurahan tomuan dan Kelurahan Kebun Sayur.

Pada masing-masing bagian kelurahan dipilih secara sengaja (purposive) satu

kelurahan yang merupakan sampel wilayah dengan didasarkan kepada letak geografis

keiurahan yang berada di pusat kecamatan, yaaitu Kelurahan Merdeka, dan yang berada di

daerah pinggiran kota, yaitu kelurahan Kebun Sayur.

Tabel 3. Jumlah Sampel Rumah Tangga Miskin dan Bukan Miskin

No Kelurahan Sampel (n) RT Miskin RT Bukan

Miskin

1 Merdeka 42 16 27

2 Kebun Sayur 49 22 27

Jumlah 91 37 54

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dari lokasi penelitian

dan data sekunder dari dinas/badan dan instansi terkait.

29

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 34: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden

berdasarkan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari badan atau instansi atau lembaga terkait seperti BPS, Kantor

Kelurahan, dan Kantor Kecamatan Siantar Timur.

E. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis melalui beberapa tahapan, yaitu :

a. Deskripsi Data

Data primer yang diperoleh dari lapangan tedebih dahulu disajikan dalam bentuk

tabel distribusi dan dianalisa dengan statistik deskriptif. Hal ini akan sangat berguna dalam

memberikan gambaran mengenai masing-masing kondisi sosial ekonomi kitannya dengan

kemiskinan yang terjadi di perkotaan.

30

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 35: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Merdeka dan Kelurahan Kebun Sayur di

wilayah administrasi Kecamatan Siantar Timur, yang merupakan salah satu

kecamatan di Kota Pematangsiantar, Propinsi Sumatera Utara. Selain itu masih

terdapat 5 kecamatan lagi, yaitu : Kecamatan Siantar Marihat, Kecamatan Siantar

Selatan, Kecamatan Siantar Barat, Kecamatan Siantar Utara dan Kecamatan Siantar

Martoba. Kecamatan Siantar Timur terbagi atas 6 kelurahan, yaitu : Kelurahan

Asuhan, Merdeka, Pardomuan, Pahlawan, Tomuan, kebun sayur dan Siopat Suhu.

a. Letak dan Geografis

Kecamatan Siantar timur terletak antara 3.01’.09” - 2.54’.40” Lintang Utara dan

99.06’.23” - 99.01’ Bujur Timur. Wilayah ini berbatasan dengan Kecamatan Siantar

Utara di sebelah utara. Kecamatan Siantar

31

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 36: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Marihat di sebelah Selatan, Kecamatan Siantar Barat di sebelah Barat dan di sebelah timur

berbatasan dengan Kabupaten Simalungun.

b. Luas Wilayah

Luas wilayah Kecamatan Siantar Timur sebesar 4.520 Km2 atau sekitar 20.04 persen

dari luas wilayah Kota Pematangsiantar. Kelurahan Siopat Suhu merupakan wilayah yang

terluas, yaitu 1,870 Km2 atau sekitar 41,37 persen, sedangkan yang terkecil adalah Kelurahan

Merdeka seluas 0,230 Km2 atau sekitar 5,09 peersen dari luas wilayah Kecamatan Siantar

Timur. Adapun rincian luas wlayah per kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut :

32

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 37: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Tabel 4: Luas Wilayah Kecamatan Siantar Timur Kota Pematangsiantar Menurut

Kelurahan Tahun 2004.

No Kelurahan Luas (Km)2 Persentase Terhadap

Luas Kecamatan (%)

1 Asuhan 0,460 10,18

2 Merdeka 0,230 5,09

3 Pardomuan 0,255 5,64

4 Pahlawan 0, 420 9,29

5 Tomuan 0,910 2013

6 Kebun Sayur 0,375 8,30

7 Siopat Suhu 1,870 41,37

Jumlah 4,520 37

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar Tahun 2004

c. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Siantar Timur sebanyak 38.482 orang dengan perincian

berdasarkan jenis kelamin sebanyak 18.835 orang laki-laki dan 19.647 orang perempuan.

Jumlah penduduk perempuan ternyata lebih banyak dibandingkan dengan jumlah laki-laki,

yaitu dengan seks ratio 1,04. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin per kelurahan

dapat dilihat pada tabel berikut ;

33

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 38: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelurahan Di Kecamatan

Siantar Timur Tahun 2004

No Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Seks

Ratio

1 Asuhan 2.302 2.398 4.700 0.96

2 Merdeka 4.220 4.739 8.959 0.89

3 Pardomuan 1.092 1.129 2.221 0.97

4 Pahlawan 4.424 4.698 9.122 0.94

5 Tomuan 1.952 2.003 3.955 0.97

6 Kebun Sayur 2.321 2.258 4.579 1.03

7 Siopat Suhu 2.524 2.422 4.946 1.04

Jumlah 18.835 19.647 38.482 0.96

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar Tahun 2004

Perbandingan populsi perempuan dengan laki-laki di Kecamatan Siantar Timur

relatif berimbang sebagaimana diperlihatkan oleh angka seks ratio sebesar 0,96. Angka ini

berarti bahwa setiap 96 orang laki-laki berbanding dengan 100 orang perempuan. Kelurahan

yang memiliki jumlah penduduk perempuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

penduduk laki-laki adalah Asuhan, Merdeka, Pardomuan, Pahlawan dan Tomuan, sedangkan

Kelurahan Kebun Sayur dan Siopat Suhu jumlah

34

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 39: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

penduduk laki-laki masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.

Tabel 6. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan

Siantar Timur Tahun 2004

Jumlah

No Kelurahan Luas (Km2) Penduduk Kepadatan

Penduduk

1 Asuhan 0,460 4.700 10.217

2 Merdeka 0,230 8.959 38.952

3 Pardomuan 0,255 2.221 8.710

4 Pahlawan 0,420 9.122 21.719

5 Tomuan 0,910 3.955 4.346

6 Kebun Sayur 0,375 4.579 12.211

7 Siopat Suhu 1,870 4.946 2.645

Jumlah 8.514

4,520 38.482

Sumber : BPS Kota Pematangsiantar Tahun 2004

Jumlah penduduk bila dihubungkan dengan luas lahan yang ada, dapat diketahui

kepadatan penduduk per Km2. Kepadatan penduduk Kecamatan Siantar Timur sebesar 8.514

orang per kilometer persegi. Kelurahan Merdeka memiiiki kepadatan penduduk tertinggi di

kecamatan Siantar Timur, yaitu sebanyak 38.952 orang per kilo meter persegi, sedangkan

Kelurahan Siopat Suhu memiliki kepadatan penduduk terendah, yaitu 2.345 orang per kilo

meter persegi.

35

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 40: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Kelurahan Merdeka merupakan areal pemukiman penduduk dan merupakan gerbang

dari Kota Pematangsiantar. Banyaknya penduduk yang bermukin, dikarenakan letaknya

secara geografis terletak ditengah kota dengan fasilitas sosial ekonomi yang lengkap dan

adanya industri rokok terbesar di Sumatera Utara, yaitu STTC. Sedangkan Kelurahan Siopat

Suhu yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Simalungun masih memiliki areal kosong

dan areal persawahan dan kolam ikan sehingga tingkat kepadatan penduduk lebih rendah

dibandingkan dengan kelurahan lain di Kecamatan Siantar Timur.

Bila ditinjau jumlah penduduk dengan tingkat umur dapat diketahui komposisi

penduduk kedalam angkatan kerja dan rasio beban tanggungan. Jumlah penduduk Kecamatan

Siantar Timur pada tahun 2003 yang berada pada usia 14 tahun kebawah (usia belum

produktif) sebanyak 12.284 orang atau sekitar 31,92 persen. Jumlah penduduk yang berusia

15 - 64 tahun (usia produktif) sebanyak 24.793 orang atau sekitar 64,43 persen, sedangkan

jumlah penduduk yang berusia di atas 64 tahun (usia tidak produktif) sebanyak 1.405 orang

atau sekitar 3,65 persen.

36

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 41: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Kecamatan Siantar Timur Tahun 2004

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 3.770 0 - 4 1.918 1.852 3.962 5 - 9 2.069 1.893 4.552 10 -14 2.272 2.280 5.924 15 -19 3.162 2.762 2.963 20 - 24 1.406 1.557 2.993 25 - 29 1.343 1.650 2.978 30 - 34 1.400 1.578 2.602 35 - 39 1.323 1.279 2.187 40 - 44 1.067 1.120 ' 1.703 45 - 49 817 886 1.394 50 - 54 672 722 1.073 55 - 59 510 563 975 60 - 64 460 514 567 65 - 69 257 311 838 70 + 329 509 Jumlah 19.005 19.477 38.482

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar Tahun 2004

Dengan membandingkan jumlah penduduk usia belum dan kurang produktif dengan

usia produktif diperoleh ratio beban tanggungan sebesar 55,22 persen. Angka ini berarti

bahwa setiap 100 orang usia produktif

37

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 42: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

menanggung sebanyak 55,22 orang usia yang belum dan tidak produktif. Angka beban

tanggungan ini tergolong relatif rendah dan ini memberikan indikasi keberhasilan program

Keluarga Berencana dalam mengendalikan angka kelahiran dan masih rendahnya angka

harapan hidup, yang tercermin dari rendahnya penduduk yang berumur 64 tahun ke atas bila

dibandingkan dengan jumlah penduduk keseluruhan. Pada tahun 2003 menurut Badan Pusat

Statistik Angka harapan Hidup di Kota Pematangsiantar sebesar 72 tahun.

d. Struktur Perekonomian

Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar

terhadap pembentukan pendapatan Regional Bruto Kota Pematangsiantar meskipun

peranannya menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1993

kontribusinya sebesar 46,90 persen dan pada tahun 1998 sebesar 43,65 persen dan pada

tahun 2002 menjadi 35,14 persen.

Dilain pihak sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa

menunjukkan peranan yangh lebih besar dilihat dari kontribusinya yang semakin besar dari

tahun ke tahun. Adanya peningkatan kedua sektor ini memberikan indikasi bahwa adanya

hubungan yang positif antara kedua sektor tersebut. Meningkatnya sektor

38

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 43: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

perdagangan, hotel dan restoran membuat sektor jasa jasa baik perorangan maupun bentuk

perusahaan secara otomatis semakin berkembang dalam memberikan kontribusi terhadap

pembentukan PDRB. Sektor-sektor lainnya cenderung menunjukkan kontribusi yang relatif

konstan.

Tabel8. Distribusi Sektor-Sektor Perekonomian Terhadap Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Kota Pematangsiantar Berdasarkan Harga Berlaku Tahun

1993, 1998 dan 2002.

Lapangan Usaha 1993 1998 2002

1. Pertanian 3,16 2,95 3,89

2. Pertambangan clan Galian 0,18 0,10 0,13

3. Industri Pengolahan 46,90 43,65 35,14

4. Listrik clan Air Minum 1,24 1,84 2,04

5. Bangunan 4,83 5,44 6,13

6. Perdagangan, Hotel clan Restoran 16,68 18,38 23,40

7. Pengangkutan clan Komunikasi 10,96 10,45 9,64

8. Bank clan Lembaga Keuangan Lainnya 8,42 7,32 7,02

9. Jasa-Jasa 7,62 9,87 12,60

Jumlah 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Sumatera Utara Tahun 1993, 1998, 2002

39

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 44: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

BAB III

PEMBAHASAN

a. Pendapatan Rumah Tangga dan Pendapatan Perkapita

Pendapatan Rumah Tangga dihitung dengan menggunakan pendekatan

pengeluaran. Pengeluaran teridi dari pengeluaran bahan makanan dan non makanan.

Pendapatan rumah tangga pada daerah penelitian seperti yang terlihat pada tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Golongan Pendapatan dan Status

Kemiskinan RT di Kecamatan Siantar Timur Tahun 2004.

Golongan Status Rumah Tangga

Pendapatan Miskin Bukan Jumlah Persentase

(Rp/Bulan) Miskin

< 500.000 7 - 7 7,7

500.001 -1.000.000 24 26 50 54,9

1.000.001 - 1.500.000 6 22 28 30,8

> 1.500.000 - 6 6 6,6

Jumlah 37 54 91 100,0

Sumber : Diolah dari data primer

40

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 45: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Dari tabel di atas terlihat bahwa persentase rumah tangga terbesar adalah pada

golongan pendapatan 500.000 - 1.000.000, yaitu sebanyak 54,9 persen atau dari 91 rumah

tangga yang dijadikan sampel penelitian ada sebanyak 50 rumah tangga. Bila dikaitkan

dengan kemiskinan yang terjadi di perkotaan, pada golongan pengeluaran ini distribusi

rumah tangga lebih merata, yaitu sebanyak 24 tergolong rumah tangga miskin dan sebanyak

26 rumah tangga bukan miskin.

Selanjutnya ada sebanyak 7 rumah tangga atau sekitar 7,7 persen berpenghasilan

dibawah Rp. 500.000 per bulan dan seluruhnya tergolong pada rumah tangga miskin dan

sebanyak 6 rumah tangga atau sekitar 6,6 persen memiliki pendapatan di atas Rp. 1.500.000

per bulan dan semuanya tergolong rumah tangga bukan miskin. Sedangkan sisanya sebanyak

28 rumah tangga atau sekitar 30,8 persen mempunyai pendapatan antara Rp. 1.000.000

sampai Rp. 1.500.000 per bulan dengan perincian ada 6 rumah tangga miskin dan 22 rumah

tangga bukan miskin.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa suatu rumah tangga yang memiliki

pendapatan dibawah Rp. 500.000 tergolong rumah tangga bukan miskin. Hasil analisis

deskriptif tentang pendapatan rumah tangga di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

41

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 46: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Tabel10. Hasil Analisis Deskriptif Pendapatan Rumah Tangga di Kecamatan Siantar

Timur Tahun 2004.

N Range Minimum Maximum Mean Std

Deviation

Pendapatan 91 2746900 300240 3047140 949691.04

RT 467485.69

Sumber : Diolah daridata primer

Pendapatan rata-rata rumah tangga di daerah penelitian sebanyak Rp. 949.691

dengan nilai pendapatan minimum sebesar Rp. 300.240 per bulan dan pendapatan

maksimum Rp. 3.047.140 per bulan. Besarnya nilai pendapatan yang diperoleh rumah

tangga belum bisa dijadikan sebagai patokan dari garis kemiskinan. Pendekatan yang

dipakai adalah pendapatan perkapita rumah tangga, yaitu nilai pendapatan rumah tangga

dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga.

42

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 47: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Tabel 11. Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Golongan Pendapatan Perkapita dan

Status Kemiskinan RT di Kecamatan Siantar Timur Tahun 2004.

Golongan Status Rumah Tangga

Pendapatan Miskin Bukan Jumlah Persentase

(RpBulan) Miskin

< 150.000 34 - 34 37,4

150.001 - 300.000 3 37 40 44,0

1.000.001 -1.500.000 - 11 11 12,1

> 1.500.000 - 6 6 6,6

Jumlah 37 54 91 100,0

Sumber : Diolah daridata primer

Dari 91 rumah tangga yang diteliti sebanyak 34 rumah tangga atau sekitar 37,4

persen, memiliki pendapatan perkapita Rp. 150.000 kebawah dan semuanya tergolong

rumah tangga miskin. Pendapatan perkapita rumah tangga terbanyak ada di antara Rp.

150.000 sampai Rp. 300.000 per bulan yaitu sebanyak 40 rumah tangga atau sekitar 44

persen yang terdiri dari 3 rumah tangga miskin dan 37 rumah tangga bukan miskin.

Pendapatan perkapita rumah tangga Rp. 300.000 seluruhnya tergolong rumah tangga bukan

miskin dan ada sebanyak 17 rumah tangga atau sekitar 18,7 persen.

43

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 48: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Pendapatan perkapita rata-rata rumah tangga di Kecamatan Siantar Timur sebesar Rp.

219.361 per bulan, dengan pendapatan perkapita minimum sebesar Rp. 80.595 per bulan dan

maksimum Rp. 609.428 per bulan. Dari angka ini diperoleh secara rata-rata rumah tangga di

daerah penelitian tergolong rumah tangga bukan miskin bila dibandingkan dengan batas garis

kemiskinan BPS yaitu sebesar Rp. 153.000 perkapita per bulan untuk daerah perkotaan di

Kota Pematangsiantar.

b. Kepemilikan Rumah

Perumahan pada saat ini merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk yang

cukup vital disamping kebutuhan pangan dan sandang. Rumah tempat tinggal yang layak

menggambarkan akan keberhasilan seseorang atau rumah tangga dalam hidupnya. Demikian

juga bagi pemerintah menjadi tolak ukur sampai seberapa jauh program perumahan nasional

dapat menjangkau golongan masyarakat bawah yang sangat memerlukan perumahan. Hal ini

makin berat dirasakan oleh masyarakat atau rumah tangga yang berdomisili di perkotaan

yang berkenaan dengan harga tanah dan bahan bangunan yang melambung tinggi membuat

kehilangan harapan untuk memiliki rumah sendiri baik permanen maupun bangunan non

permanen.

44

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 49: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Pada umumnya rumah tangga di perkotaan dalam memenuhi kebutuhan akan

perumahan untuk rumah tangga miskin dilakukan dengan cara menyewa atau mengontrak

rumah. Hal ini mengakibatkan mobilitas penduduk di perkotaan tinggi mengingat

banyaknya penduduk yang pindah mencari rumah yang biaya sewa/kontrak terjangkau.

Dari hasil penelitian status kepemilikan rumah oleh rumah tangga miskin dan bukan miskin

di daerah perkotaan dapat dilihat pada tabel 15 berikut :

Tabel12. Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Status Kepernilikan Rumah Tempat

Tinggal dan Status Kemiskinan RT di Kecamatan Siantar Timur Tahun

2004.

Status Rumah Tangga

Status Kepemilikan Miskin Bukan Jumlah Persentase

Rumah Miskin

Milik Sendiri 7 41 48 52,75

Bukan Milik Sendiri 30 13 43 47,25

Jumlah 37 54 91 100,0

Sumber : Diolah daridata primer

Status kepemilikan tempat tinggal rumah tangga miskin di perkotaan pada

umumnya bukan milik sendiri yaitu sekitar 30 rumah tangga atau 81,08 persen, sedangkan

rumah tangga bukan miskin sebesar 13 rumah tangga atau 24,07 persen. Rumah tangga

yang kepemilikan rumahnya bukan milik sendiri biasanya memperoleh tempat tinggal

dengan cara menyewa/mengontrak dan rumah yang ditempati merupakan rumah

45

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 50: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

milik keluarga (bebas sewa). Rumah tangga miskin yang memiliki rumah milik sendiri

sebanyak 7 rumah tangga atau 18,92 persen dan rumah tangga bukan miskin sebanyak 41

rumah tangga atau sekitar 75,93 persen dari jumlah rumah tangga bukan miskin. Bila dilihat

dari jumlah rumah tangga, sebanyak 48 rumah tangga status tempat tinggalnya merupakan

milik sendiri atau sekitar 52,75 persen, sedangkan yang bukan milik sendiri sebanyak 43

rumah tangga atau sekitar 47,25 persen.

Sebagai perbandingan dari hasil sensus perumahan 2000 yang dilaksanakan oleh BPS

diperoleh hasil untuk Kota Pematangsiantar persentase rumah tangga yang rumahnya bukan

milik sendiri di lokasi penelitian memberikan indikasi bahwa Kecamatan Siantar Timur

memiliki rumah tangga miskin yang relatif lebih banyak dan harga sewa rumah yang relatif

rendah dibandingkan dengan Kecamatan lainnya di Kota Pematangsiantar, sehingga banyak

penduduk yang datang untuk bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Siantar Timur.

c. Pendidikan

Pembangunan nasional bidang pendidikan antara lain diarahkan pada

program-program dan upaya perluasan dan pemerataan kesempatan bagi seluruh rakyat

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Pendidikan telah dipandang sebagai salah satu

investasi manusia yang

46

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 51: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa

mendatang, khususnya untuk memerangi dan menghapus kemiskinan.

Tingkat pendidikan di perkotaan berpengaruh terhadap penggolongan upah

terutama bila bekerja di sektor formal, dengan tingginya tingkat pendidikan yang

ditamatkan akan semakin besar tingkat upah yang diperoleh. Adapun tingkat pendidikan

yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga dapat dijelaskan pada tabel 13 berikut :

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga Sampel di Kecamatan Siantar

Timur Tahun 2004.

Tingkat Status Rumah Tangga

Pendidikan Miskin Bukan Jumlah Persentase

Miskin

Tidak tamat SD 3 1 4 4.40 SD 11 6 17 18.68 SMP 11 10 21 23.08 SMU 12 23 35 38.46 DI - DIII 0 6 6 6.59 DIV - S1 0 8 8 8.79 Jumlah 37 54 91 100,0

Sumber : Diolah daridata primer

47

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 52: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Tingkat pendidikan kepala rumah tangga cukup bervariasi yaitu dari kepala rumah

tangga yang berpendidikan tidak tamat SD sampai yang berpendidikan tamat Sarjana.

Tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki oleh kepala rumah tangga di daerah

perkotaan adalah tamat SMU, yaitu sebanyak 35 rumah tangga dad 91 rumah tangga atau

sekitar 38,46 persen. Bila dibandingkan dengan daerah pedesaan, tingkat pendidikan rumah

tangga di perkotaan relatif lebih tinggi. Menurut penelitian yang diiakukan oleh Amar

Syamsul (1999 :159) tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki oleh rumah tangga

pedesaan di Sumatera Barat adalah Sekolah Dasar, yaitu sekitar 75,70 persen dan sekitar

47,72 persennya tidak menamatkan jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Sedangkan di

perkotaan rumah tangga yang berpendidikan Sekolah Dasar sebanyak 23,06 persen dan hanya

sekitar 4,40 persen yang tidak menamatkannya.

Bila dikaitkan antara tingkat pendidikan kepala rumah tangga dengan status

kemiskinan rumah tangga terlihat bahwa golongan rumah tangga miskin memiliki tingkat

pendidikan yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan rumah tangga bukan miskin.

Dari 4 rumah tangga yang berpendidikan tidak tamat SD sebanyak 3 kepala rumah tangga

atau 75,00 persen berasal dari rumah tangga miskin dan dari 17 rumah tangga yang

berpendidikan Sekolah Dasar, sebanyak 11 rumah tangga atau sekitar 64,71 persen

merupakan rumah tangga miskin. Dernikian juga halnya rumah tangga yang berpendidikan

SMU dari 35 rumah tangga

48

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 53: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

sebanyak 12 rumah tangga atau sekitar 34,28 persen merupakan rumah tangga miskin. Untuk

jenjang pendidikan yang lebih tinggi, terlihat bahwa rumah tangga miskin tak satupun kepala

rumah tangga yang memiliki pendidikan sampai perguruan tinggi.

Dari penjelasan di atas bahwa proporsi rumah tangga miskin di perkotaan cenderung

lebih banyak berada pada jenjang pendidikan rendah, sedangkan rumah tangga bukan miskin

lebih banyak berada pada jenjang pendidikan yang relatif lebih tinggi.

d. Sumberdaya Ekonomi

Sumberdaya ekonomi rumah tangga adalah kepemilikan rumah tangga terhadap

sesuatu benda atau kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan lainnya di luar pekerjaan

utamanya. Pendapat lainnya ini dapat diperoleh secara berkala atau periodek maupun pada

waktu tertentu sesuai dengan kemauan si pemilik (sewaktu-waktu dapat diperjualbelikan).

Adapun contoh dari sumberdaya ekonomi rumah tangga yaitu : memiliki lahan,

warung/kedai, bengkel, salon kecantikan, harta benda (perhiasan emas) dan lainnya.

Tabel 14. Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Status Kepemilikan Sumberdaya

Ekonomi dan Status Kemiskinan RT di Kecamatan Siantar Timur Tahun

2004.

49

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 54: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Status Kepemilikan Status Rumah Tangga

Sumberdaya Ekonomi Miskin Bukan Jumlah Persentase

Miskin

Memiliki 3 36 39 42,86 Tidak Memiliki 34 18 52 57,14 Jumlah 37 54 91 100,0

Sumber : Diolah daridata primer

Dari 91 rumah tangga yang diteliti sebanyak 39 rumah tangga atau sekitar 42,86 persen

yang memiliki sumberdaya ekonomi dalam menunjang perekonomian rumah tangga dan

sebanyak 52 rumah tangga atau sekitar 57,14 persen yang tidak memiliki sumberdaya

ekonomi.Bila dilihat dari status kemiskinan rumah tangga terlihat bahwa rumah tangga miskin

sedikit sekali yang memiliki sumberdaya ekonomi, yaitu hanya 3 rumah tangga dari 37 sampel

rumah tangga miskin atau sekitar 8,11 persen. Sedangkan rumah tangga bukan miskin yang

tidak memiliki sumberdaya ekonomi ada 18 rumah tangga dari 54 sampel rumah tangga atau

sekitar 33,33 persen.

Jenis sumberdaya ekonomi rumah tangga cukup beragam, yaitu antara lain : memiliki

lahan, memiliki toko/kedai/warung, bengkel dan perhiasan dan beberapa rumah tangga bukan

miskin yang memiliki sumberdaya ekonomi lebih dari satu.

50

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 55: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

e. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Banyaknya anggota rumah tangga juga merupakan suatu indikator untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semakin kecil anggota rumah tangga maka semakin

kecil pula kebutuhan-kebutuhan yang harus dikeluarkan setiap satuan waktu, misalnya

kebutuhan rumah tangga berupa pangan, kesehatan dan pendidikan. Jumlah pemenuhan

kebutuhan yang rendah akan memperbesar kelebihan pendapatan.Pada akhimya kelebihan

pendapatan ini akan digunakan untuk masa yang akan datang. Hal ini juga masih

tergantung kepada pola konsumsi masyarakat itu sendiri.

Tabel 15. Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga dan

Status Kemiskinan RT di Kecamatan Siantar Timur Tahun 2004.

Jumlah Anggota Status Rumah Tangga

Rumah Tangga Miskin Bukan Jumlah Persentase

Miskin

1 - 4 orang 11 36 47 51,65 5 - 8 orang 21 17 38 41,76 > 8 orang 5 1 6 6,59 Jumlah 37 54 91 100,0

Sumber : Diolah daridata primer

51

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 56: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Sebagian besar rumah tangga di daerah penelitian yaitu sekitar 51,65 persen

mempunyai jumlah anggota rumah tangga sebanyak 4 orang, yang pada umumnya terdid dari

Ayah, lbu dan 2 orang anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa program Keluarga Berencana di

Kecamatan Siantar Timur dapat dikatakan berhasil dengan mengikuti slogan yang populer

dengan kalimat cukup 2 anak saja. Jumlah anggota rumah tangga yang kecil ini didominasi

oleh anggota: rumah tangga bukan miskin, yaitu sekitar 76,60 persen. Rumah tangga miskin

umumnya memiliki anggota rumah tangga sebanyak 5 - 8 orang, yaitu sekitar 56,76 persen.

Berdasarkan penjelasan di atas terlihat indikasi bahwa rumah tangga miskin

cenderung memiliki jumlah anggota rumah tangga yang besar dan rumah tangga bukan

miskin cenderung memiliki jumlah anggota rumah tangga yang relatif lebih sedikit.

f. Migrasi

Migrasi merupakan proses mobilitas sosial dimana sejumlah penduduk melakukan

perpindahan tempat tinggal melintasi suatu batas wilayah administrasi atau geografis seperti

desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, propinsi dan batas negara. Dalam penelitian ini

yang dipakai sebagai konsep migrasi adalah migrasi risen adalah mereka yang pindah

melewati batas wilayah administrasi dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (BPS, 1997).

52

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 57: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Banyaknya orang yang masuk untuk menetap di suatu wilayah tujuan dipengaruhi

besarnya faktor penarik (pull faktor) daerah tersebut dan juga besarnya faktor pendorong

(push faktor) daerah asal. Semakin maju kondisi sosial ekonomi suatu daerah khususnya

perkotaan akan menciptakan berbagai macam faktor penarik seperti industrialisasi,

perdagangan, jasa, pendidikan, perumahan dan lingkungan hidup. Adanya perpindahan

psnduduk ini terutama dari pedesaan menuju perkotaan menyebabkan jumlah penduduk di

perkotaan bertambah. Berdasarkan data BPS persentase penduduk daerah perkotaan di

Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1980 sebesar 25,45 persen, meningkat menjadi 35,48

persen pada tahun 1990 dan pada tahun 1995 bertambah menjadi 41,09 persen. Berdasarkan

data SUSENAS BPS Tahun 2003 persentase penduduk di perkotaan sekitar 43,16 persen.

Bertambahnya penduduk di perkotaan menimbulkan masalah karena para migran dari

pedesaan mayoritas berpendidikan rendah dan tidak terampil, sehingga mereka yang gagal

menembus sektor formal akan terserap pada sektor informal. Sebagian dari mereka akan

memiliki masalah dalam hal tempat tinggal, sehingga akan menciptakan pemukiman kumuh

atau paling buruk tinggal dan tidur di emperan toko. Menurut Zahrah (2003) kemiskinan

perkotaan seringkali merupakan kemiskinan pedesaan yangberalih dari desa dengan cepatnya

laju pertumbuhan penduduk dan lingkungan ekonomi yang memberikan

53

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 58: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

pengaruh secara langsung dalam proses pembangunan. Kaitan antara status kemiskinan rumah

tangga dengan status migrasi rumah tangga dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16. Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

dan Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga Sampel di Kecamatan

Siantar Timur Tahun 2004.

Jenis Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

Miskin Bukan Miskin Jumlah

Status Migrasi Frekw % Frekw % Frekw %

Rumah Tangga

Migran 22 59,46 14 25,93 36 39,56 Non Migran 15 40,54 40 74,07 55 60,44 Jumlah 37 100,00 54 100,00 91 1100,00

Sumber : Diolah dari data primer

Dari 91 rumah tangga yang diteliti sebanyak 36 rumah tangga atau sekitar 39,56

persen merupakan penduduk pendatang atau migran dan 55 rumah tangga atau sekitar 60,44

persen merupakan penduduk asli di daerah penelitian dan sudah bermukim lebih dari 5 tahun.

Bila dikaji dari status kemiskinan rumah tangga berdasarkan status migrasi rumah tangga,

terdapat 22 rumah tangga atau sekitar 59,46 persen merupakan

54

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 59: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

rumah tangga miskin migran dan 14 rumah tangga atau sekitar 25,93 persen merupakan

rumah tangga bukan miskin migran. Dilihat dari jumlah rumah tangga migran sebanyak 36

rumah tangga dapat dikatakan bahwa rumah tangga yang berhasil di daerah tujuan sebanyak

14 rumah tangga atau sekitar 38,89 persen dan yang belum berhasil atau dengan kata lain

masih di bawah garis kerniskinan sebanyak 22 rumah tangga atau sekitar 61,11 persen, atau

dengan kata lain dari 10 orang rumah tangga yang melakukan migrasi peluang untuk berhasil

hidup di atas garis kerniskinan adalah sekitar 4 orang dan yang berada di bawah garis

kemiskinan sebanyak 6 orang.

Rumah tangga melakukan migrasi dikarenakan adanya suatu alasan sehingga mereka

rela meninggalkan tempat kediaman semula dan mencari suatu daerah tujuan baru yang pada

dasarnya adalah alasan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga. Adapun

alasan dan jumlah rumah tangga yang melakukan migrasi.

Sebanyak 13 rumah tangga atau sekitar 36,11 persen alasan utama rumah tangga

melakukan migrasi adalah dikarenakan sewa rumah yang mahal dan seluruhnya merupakan

rumah tangga tergolong miskin. Alasan mengembangkan usaha sebanyak 7 rumah tangga

atau sekitar 19,44 persen dan selanjutnya alasan pekerjaan kepala rumah tangga sebanyak 5

rumah tangga atau sekitar 13,89 persen. Sewa rumah yang mahal dan setiap tahun selalu

mengalami kenaikan sehingga rumah tangga miskin

55

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 60: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

tidak mampu untuk membayar sewa dan berusaha untuk mencari rumah lain yang

sewanya lebih murah.

Tabe1 17 Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Melakukan migrasi dan Status

Kemiskinan Rumah Tangga di Kecamatan Siantar Timur Tahun 2004.

Status Rumah

Alasan Migrasi Tangga Jumlah Persentase

Miskin Bukan

Miskin

1. Mengembangkan Usaha. 2 5 7 19.44

2. Pekerjaan 3 2 5 13.89

3. Memiliki Rumah sendiri 0 3 3 8.33

4. Sewa Rumah Mahal 13 0 13 36.11

5. Lingkungan 3 1 4 11.11

6. Status Perkawinan 2 1 3 8.33

7. Keluarga 0 1 1 2.78

8. Kerusuhan 0 1 1 2.78

Jumlah 22 14 36 100,0

Sumber : Diolah dari data primer

56

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 61: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa alasan utama perpindahan penduduk ke daerah

penelitian adalah masalah pemukiman dan bila dikaitkan dengan status kepemilikan rumah

tangga yang telah dijelaskan pada awal bab ini, yaitu sebanyak 81,08 persen rumah tangga

miskin menempati rumah tempat tinggat dengan cara menyewa atau mengontrak dapat

dijadikan sebagai pedoman bahwa sudah seharusnyalah program pemerintah dalam upaya

pemberdayaan dan penghapusan kemiskinan mengupayakan pembangunan-pembangunan

perumahan murah kepada rumah tangga miskin melalui kerjasama antara pemerintah, dinas

atau instansi terkait dengan developer untuk mewujudkan perumahan sederhana yang

harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Ketiga alasan utama yang menyebabkan migrasi ke Kecamatan Siantar Timur

memberikan indikasi bahwa daerah ini memiliki suatu potensi ekonomi yang tinggi dan

layak untuk dikembangkan. Hal ini bila dilihat dari sewa runah atau tanah/lahan yang relatif

murah dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Pematangsiantar, adanya prospek

yang baik dalam pengembangan dan perluasan usaha dan tersedianya sumber daya manusia

atau pencari kerja sehingga akan membuat iklim investasi semakin bergairah dan akan

menunjang gerakan perekonomian daerah kearah yang lebih baik.

57

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 62: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

g. Kependudukan Dan Kualitas Lingkungan

Dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar dalam Ilmu Hukum Lingkungan

Universitas Padjajaran, St Munadjat Danusaputro mengemukakan identifikasi penyebab

masalah lingkungan dalam “empat K” atau “the 4” yaitu kemiskinan (pouerty),

kependudukan (population), kekotoran dan kerusakan (pollution) dan kebijaksanaan

(politice).

Keempat regu persoalan yang dikemukakan itu tidak kurang sebagai kendala yang

tidak terluputkan dari perhatian, lebh-lebih untuk mencari pemecahannya dalam waktu

relative singkat. Akan tetapi kalau kita mau membedakan keempat faktor di atas, maka soal

yang lebih intensif dan hampir menuju pada kadar yang dilemmatis dengan disebutkan

disini berupa faktor kemiskinan yang kemudian menyatu dengan masalah ledakan

penduduk. Kedua faktor ini menduduki rangking paling sentral dan justru masalah inilah

yang kemudian menimbulkan komplikasi tidak sehat pada lingkungan hidup.

Kemiskinan berarti sebuah kondisi yang kebutuhan dasarnya pun tidak mencukupi

dari hari kehari. Pangan yang sulit dicapai, gizi yang tidak memadai, air yang tidak sesuai

dengan syarat kualitas kesehatan, sulitnya perumahan, rendahnya tingkat pendidikan ,

pengangguran, pelayanan-pelayanan sosial yang jauh tidak memadai, transportasi yang

tidak lancar dan lain-lain.

58

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 63: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Untuk memperjelas gambaran dan ciri kemiskinan baik untuk kiranya diketahui

dengan ciri-ciri di bawah ini :

• Ciri pertama : sebagian besar masyarakat hidup dipedesaan, yang terdiri dari buruh

tani(petani penyewa tanah)

• Ciri kedua : sebagian pengangguran atau setengah penganggur, andaikan pun

kelihatan bekerja tetapi sifatnya tidak teratur dan tidak mencukupi bagi

kebutuhan hidup yang wajar, biasanya dapat dijumpai di daerah pedesaan

maupun perkotaan.

• Ciri ketiga : berusaha sendiri dan dengan menyewa peralatan orang lain dapat modal

yang kecil dan serba terbatas, banyak didapati di kota dan ada juga di

pedesaan.

Ketiadaan lapangan kerja dan timbulnya pengangguran massal tidak kalah

pentingnya bagi sebab musabab menurunnya mutu tata lingkungan. Sekilas lintas kiranya

diilustrasikan lewat angka-angka dimana kenaikan angkatan kerja selalu mengikuti

pertumbuhan penduduk yang karena ketiadaan lapangan pekerjaan yang tetap tidak

mencukupi hidupnya terpaksa akan menentukan pilihan pada penilaian yang bertentangan

dengan kehendak umum. Katakanlah pencurian , penodongan , copet misalnya dari segi

kriminalitas, tetapi tekanannya

59

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 64: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

pada linkungan hidup cukup terasa sekali, misainya akan menimbulkan gelandangan di

kota. Gelandangan-gelandangan kemudian menciptakan ekosistemnya masing-masing

berupa gubuk-gubuk di sepanjang rel kereta api, sepanjang aliran-aliran sungai atau

emperan-emperan bangunan kota. Seterusnya keadaan ini akan meruwetkan ekosistem

lingkungan. Sungai yang melintasi kota menjadi mampet, sampah-sampah yang tadinya

ditimbun rapi kemudian berserakan karena diobrak-abrik para tunawisma, gubuk-gubuk

yang dibangun para gelandangan membuat pemandangan tidak sedap dan merusak

keindahan kota.

Dampak lain masalah pengangguran adalah secara sosiologis akan merupakan

potensi bagi timbulnya kerawanan sosial dan menjadi beban sosial lainnya. Apa yang

disinggung di sini jelas bahwa manusia sebagai salah satu komponen (subsistem) dari

ekosistem, hidup dan berkembangnya pada hakikatnya tergantung dan dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan hidupnya. Ia hidup karena ditopang dan disupply secara kontinue dan

berimbang oleh komponen dan sub sistem yang lain. Keseimbangan dan stabilitas kondisi

setiap subsistem menjadi tali-temali harmoni (keserasian) lingkungan.

Berdasarkan inilah apabila manusia sebagai subsistem mengalami tingkat massa

(populasi) yang melampui supply atau daya dukung subsistem yang lain maka dalam waktu

tertentu kebutuhan pokok manusia yang bersumber dari ekosistemnya akan mengalami

kemerosotan.

60

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 65: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Masalah pertumbuhan penduduk sesungguhnya tidaklah terlalu elementer

dipersoalkan andaikata semua faktor-faktor kebutuhan selalu siap (tumbuh) mengikuti

perkembangan laju pertumbuhan penduduk. Faktor-faktor pangan, air minum, lahan,

pemukiman/perumahan, pendidikan, angkatan kerja dan lain-lain, pertumbuhannya terlalu

terbatas terutama bagi mereka yang hidup di negara-negara yang sedang berkembang.

Lebih-lebih lagi bila dihubungkan dengan pengadaan energi alam seperti minyak, gas bumi,

barang-barang tambang mineral yang lain bahkan lebih terbatas lagi karena yang disebut

terakhir sifatnya non renewable, tidak dapat bertumbuh baharu seperti sumber-sumber

kebutuhan yang disebut pertama.

Seperti dimuka telah disebut, setiap jumlah pertumbuhan penduduk selalu menuntut

pertumbuhan faktor-faktor persediaan kebutuhan (supply). Karenanya kecenderungan

pertumbuhan penduduk yang kian pesat akan pula diikuti pengkurasan

kemampuan-kemampuan alam, pengorbanan sumber-sumber daya serta tersiratnya

sumber-sumber daya lingkungan.

Bila kita menyaksikan kemerosotan ekosistem di suatu tempat misalnya DAS (daerah

aliran sungai) Ciliwung atau kali Brantas yang kondisinya sudah mengalami penurunan

debit, tercemar dan jorok. Maka ini salah satu dampak kecenderungan pertumbuhan

penduduk yang begitu cepat.

61

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 66: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Benturan ekologi semacam ini bersumber dari kenyataan ekosistem dimana sekitar

DAS itu bermukim penduduk secara illegal karena tidak tertampungnya lagi

dipemukiman-pemukiman yang layak dan sehat. Masyarakat disekitarnya banyak

memanfaatkan sungai secara tidak wajar, membuang sampah, mengeruk pasir dan kerikil ,

menebang pepohonan dan sebagainya.

Disinilah nampak jelas betapa sentralnya persoalan kependudukan bagi berbagai

dimensi kehidupan. Menurut Lester R.Brown seorang ahli pertanian dari Departemen

Pertanian Amerika Serikat, berhasil mengetengahkan benturan kependudukan dalam 22 (dua

puluh dua) masalah, antara lain berupa polusi, penyakit lingkungan, kelaparan , ancaman

terhadap cadangan pertambangan, pengangguran, pemukiman yang berdesakan, terancamnya

spesies-spesies flora dan fauna, urbanisasi, inflasi sampai pada dampaknya berupa sengketa

politik.

h. Kesehatan Lingkungan

Menurut Gordon , kesehatan seseorang tergantung pada proses yang dinamis timbal

balik antara lingkungan (environmental) , penjamu (host) dan bibit penyakit (agent). Blume

menyampaikan bahwa seseorang amat dipengaruhi oleh lingkungan , tingkah laku

(behavior), pelayanan kesehatan (health care sytem) dan keturunan (heredity). Lingkungan

sangat

62

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 67: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

luas artinya antara lain menyangkut lingkungan fisik (alamiah ataupun perbuatan manusia).

Definisi lingkungan menurut D.L Slamet Rujadi adalah tempat pemukiman dengan

segala sesuatunya dimana organisme itu hidup beserta segala keadaan dan kondisinya yang

secara langsung maupun tidak langsung dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan

maupun kesehatan dari organisme itu.

Sedangkan pengertian kesehatan lingkungan itu sendiri menurut WHO (World Health

Organization) adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan

lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia yang tidak hanya sehat frsik

saja tetapi juga sehat mental dan sosial yang optimal dalam lingkungannya.

Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan secara langsung akibatnya timbul

dengan segera, misalnya udara yang beracun maupun secara tidak langsung sesudah

tenggang waktu yang agak lama, misalnya kekurangan gizi akan menyebabkan penduduk

lemah, sakit-sakitan.

Penyusuaian diri manusia terhadap perubahan-perubahan alam sekitamya terlihat

antara lain melalui proses budaya yang lama misalnya kemampuan manusia untuk

menciptakan teknologi air, melindungi dirinya dari pengaruh alam yang buruk bahkan

manusia memperlihatkan kemampuan terbang ke angkasa, menyelam jauh ke dasar laut dan

kegiatan-kegiatan lain tanpa mengubah sifat-sifat biologisnya.

63

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 68: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Lebih jauh dari pada itu, masalah lingkungan dengan manifestasinya yang saling

menonjol mengenai masalah pencemaran , seperti pencemaran udara dan air di negara-negara

industri, pencemaran lingkungan karena kemiskinan di negara-negara yang sedang

berkembang, hal tersebut ditambah lagi dengan tekanan penduduk, keterbatasan sumber daya

alam yang tersedia dan akibat sampingan dari penggunaan sumber daya alamnya,

pemborosannya yang terus berlangsung. Pencemaran oleh industri yang bersifat toksis, akibat

atau kerusakan yang tidak dapat dipulihkan (irreversible) serta kerusakan ekologis yang luas

dapat mengancam ekosistem bumi sebagai system pendukung kehidupan di planet ini.

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Aktivitasnya

mempengaruhi lingkungannya sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya.

Hubungan timbal balik demikian terdapat antara manusia sebagai individu atau kelompok

atau masyarakat dan alam lingkungannya. Dalam lingkungan hidup yang baik, interaksi antar

berbagai komponen akan selalu terdapat keseimbangan. Keseimbangan demikian dapatlah

disebut tergantung pada kepentingan manusia.

Pada hakekatnya keseimbangan lingkungan berproses melalui interaksi yang

didasarkan pada hukum-hukum keseimbangan dan keteraturan. Keseimbangan ini dapat

digambarkan berikut ini secara

64

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 69: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

siklus, yaitu berupa pohon dan burung serta mata rantai komponen lainnya. Burung

mendasarkan hidupnya dengan makanan yang terdiri dari ulat-ulat yang terdapat di pohon.

Burung membuang kotorannya dan jatuh ke tanah dekat pohon yang selanjutnya berubah

menjadi bahan organis dalam tanah kemudian dikonsumsi oleh cacing-cacing tanah. Cacing-

cacing tanah berfungsi untuk menggemburkan tanah disekitar pohon dan pohon-pohon pun

tumbuh dengan subur, demikian seterusnya.

Jadi setiap kegiatan manusia baik dalam riak yang kecil maupun dalam riak yang

lebih besar, dalam langkah insedental ataupun rutin, selalu akan mempengaruhi

lingkungannya. Sebaiknya manusia tidak akan lepas pula dari pengaruh lingkungan, baik

yang datang dari alam sekitarnya (fisik maupun non fisik), dari hubungan antar individu atau

pun antar masyarakat.

Sebenarnya masalah lingkungan telah nyata ada di hadapan kita , berkembang

sedemikian cepatnya, baik di tingkat nasional maupun intenasional (global dan regional)

sehingga tidak ada suatu Negara pun dapat terhindar dari padanya.

i. Pemberdayaan Rumah Tangga Miskin

Menurut Karsidi dalam Yustina (2003:170) mengatakan bahwa upaya pemberdayaan

masyarakat seharusnya mampu berperan

65

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 70: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan

mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang lebih berkualitas.

Pemberdayaan masyarakat dengan cara memberikan motivasi dan dorongan kepada

masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani bertindak memperbaiki kualitas

hidupnya antara lain melalui pendidikan. Menurut Harun dalam BPS (2004) pendidikan

merupakan salah satu upaya untuk dapat menjadi bekal dalam: menghadapi kehidupan masa

kini dan masa yang akan datang. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh seseorang

semakin besar juga harapan untuk memperoleh penghidupan yang layak.

Di daerah perkotaan jenis pekerjaan di sektor formal lebih memperhatikan tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh seseorang dalam penentuan struktur upah/gaji yang diterima

oleh pekerjanya bila dibandingkan dengan sektor informal. Upah/gaji yang tinggi akan

mencerminkan pada status rumah tangga untuk tergolong ke dalam rumah tangga miskin

atau bukan miskin. Hubungan antara tingkat pendidikan yang dimiliki kepala rumah tangga

dengan tingkat pendapatan yang diterima.

Pendidikan merupakan modal dasar untuk dapat memperbaiki kualitas kehidupan,

sehingga program atau upaya pemerintah dalam menghapus atau memberantas kemiskinan

hendaklah dimulai dari perbaikan sistem pendidikan dan lebih konsentrasi terhadap

pendidikan

66

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 71: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

anak kurang mampu khususnya pada anak usia sekolah. Program wajib belajar 9 tahun dan

adanya jenjang pendidikan yang lebih tinggi tentu akan menambah ketrampilan dan wawasan

seseorang, yang akan menambah ketrampilan dan wawasan berpikir sehingga akan

membentuk SDM yang kreatif , trampil dan siap menghadapi tantangan. Dengan tingkat

pendidikan yang tinggi dibarengi pendapatan yang memadai kemiskinan lambat laun akan

dapat ditekan sekecil mungkin walau mustahil untuk dapat dihilangkan seluruhnya.

Tujuan yang mulia itu tentu akan melalui proses yang panjang dan tidak semudah

membalikkan telapak tangan. Semuanya tak lepas dari usaha dan upaya yang dilakukan

pemerintah dengan melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi, lembaga

pemerintah dan swasta serta orang-orang yang berkepentingan dalam memerangi dan

memberantas kemiskinan. Sesuai dengan yang disebutkan oleh Sumodiningrat dalam

Sulistyowati (2002:387) upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat

dan keberpihakan penduduk bukan miskin terhadap penduduk miskin serta ditentukan

sejauhmana pemerintah secara aktif melibatkan organisasi lokal di samping pemaksimalan

kebersamaan antar lembaga pemerintah yang secara bersama-sama diarahkan untuk

menunjang pelaksanaan program.

67

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 72: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga seperti kepemilikan rumah, lama perkawinan,

pendidikan, sumberdaya ekonomi dan jumlah anggota rumah tangga secara

bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap terhadap lingkungan

sekitarnya.

Tingkat pendidikan kepala rumah tangga miskin berbeda nyata dengan tingkat

pendidikan kepala rumah tangga bukan miskin di perkotaan. Persentase jumlah rumah

tangga dengan tingkat pendidikan kepala rumah tangga miskin SD ke bawah sebesar

37,80 persen dan SMU ke atas sebesar 32,4 persen, sedangkan kepala rumah tangga

bukan miskin yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 13,00 persen dan SMU ke atas

sebesar 68,50 persen.

2. Rumah tangga miskin di perkotaan pada umumnya merupakan kaum migran dengan

persentase jumlah rumah tangga sebesar 59,46 persen dengan alasan utama melakukan

migrasi adalah mencari rumah sewa/kontrakan yang harganya lebih murah dibandingkan

dengan rumah yang dihuni sebelumnya. Kecamatan Siantar Timur merupakan daerah

tujuan migrasi dikarenakan harga sewa rumah yang relatif lebih

68

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 73: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

murah dibandingkan dengan daerah lain di wilayah Kota Pematangsiantar.

Jenis pekerjaan kepala rumah tangga (formal dan informal memiliki hubungan yang

signifikan dengan status kemiskinan (miskin dan bukan miskin) rumah tangga di perkotaan.

Rumah tangga miskin di perkotaan cenderung bekerja di sektor informal, yaitu sekitar 67,6

persen, sedangkan rumah tangga bukan miskin bekerja di sektor formal, yaitu sebesar 79,6

persen.

69

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 74: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Saran

1. Program pembangunan rumah sederhana yang diperuntukkan khusus bagi rumah

tangga miskin di perkotaan akan sangat membantu bagi rumah tangga yang

berpenghasilan rendah dan kaum migran untuk dapat memiliki rumah. Program ini

harus dibarengi dengan pengawasan dan peraturan yang ketat terhadap siapa-siapa

yang berhak untuk dapat memilikinya. Dengan memiliki rumah yang memiliki

standar kesehatan tertentu nantinya akan membuat rumah tangga miskin dapat hidup

dengan layak dan bersanding dengan rumah tangga bukan miskin.

2. Program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah dan mencapai jenjang

pendidikan yang lebih tinggi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

penghapusan kemiskinan khususnya di perkotaan. Untuk itu perlu bagi pemerintah

untuk selalu memberikan subsidi bagi anak-anak yang berasal dari golongan tidak

mampu agar dapat bersekolah sebagaimana lazimnya anak-anak pada usia sekolah.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya,

khususnya menyangkut penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai dampak

kemiskinan terhadap pembangunan wilayah perkotaan.

70

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 75: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Ala, Bayo, Andre, 1981, Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan, Penerbit Liberty,

Yogyakarta.

Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, 2004, Hasil Pendataan Rumah

Tangga Miskin di Kota Pematanggsiantar Tahun 2004, BPS Kota Pematangsiantar.

Bintarto, R. 1986, Urbanisasi dan Permasalahannya, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Biro Pusat Statistik, 1997, Permindahan Penduduk dan Urbanisasi di Indonesia, Hasil Survei

Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1995, Jakarta.

Brown, Lester, R.et all, 1976, Twenty Two Dimentions of The Population Problem,

Washington.

Danusaptro, St. Munadjat, 1980, Pembangunan Hukum Lingkungan, Pidato Penyuluhan

Guru Besar Ilmu Lingkungan pada Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran (11

Oktober 2980).

Ehrlich, Paul R, 1978, Populations Bomb, Ballatine Books, New York.

Hardjasoemantri, Koesnadi, 1994, Hukum Tata Lingkunqan, Gajah Mada University Press,

Edisi Ketujuh, Cetakan Kelima Belas, Yogyakarta.

Ibnussalam, 2002. Analisa Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan Masyarakat Desa (Suatu

Studi pada Desa Bulucina, Tarutung Sihoda-Hoda dan Desa Gontong Jae Kecamatan

Barumun Tengah Kabupaten Tapanuli Selatan), Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara, Medan (Tidak dipublikasikan).

Kusumaatmadja Mochtar, 1974, Pengaturan Hukum Masalah Lingkungan Hidup Manusia.

Beberapa Pikiran dan Saran, Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi, Fakultas

Hukum Universitas Padjadjaran, Bandung.

Nugroho, Heru, 1995. Kemiskinan. Ketimpangan dan Kebijakan dalam Kemiskinan dan

Kesenjangan di Indonesia. Aditya Mulia, Yogyakarta.

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006

Page 76: Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga ...library.usu.ac.id/download/fh/06005192.pdf · Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa kepemilikan rumah, pendidikan

Rajuminropa, 2002, Pemberdayaan Anak dari Keluarga Miskin, Suatu Studi pada Yayasan

Bhakti Nusantara Isafat (YBNI) di Kota Padang, Tesis pada Program Pascasarjana

Universitas Indonesia, Jakarta, (Tidak dipublikasikan).

Sajogja, 1977, Golongan Miskin dan Partisipasi dalam Pembangunan Desa, Prisma No. 3

Tahun VI. LP3ES, Jakarta.

Salim, Emil, 1974. Pada Pengukuhan Guru Besar Universitas Indonesia (11 Februari 1976)

dengan judul, Perencanaan pembangunan dan pemerataan pendapatan, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Sarman, Mukhtar dan Sajogyo, 2000, Masalah Penanggulangan Kemiskina Refleksi dari

Kawasan Timur Indonesia, Puspa Swara, Jakarta.

Siahaan, NHT, 1982, Peranan Hukum Agraria dalam Situasi Kepadatan Penduduk,

Hukum-Hukum Pembangunan No. 3 Tahun 1982.

Siahaan, NHT, 1983, Beberapa Upaya Kearah Pembinaan Lingkungan Hidup , Hukum dan

Pembangunan No. 4 Tahun 1983.

Siahaan, NHT, 1987, Prinsip-Prinsip Masalah Perencanaan Lingkungan, Ghalia Indonesia,

Jakarta.

Soejono, 1995, Hukum Lingkungan dan Peranannya dalam Pembangunan, Rineka Cipta,

Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1985, Teori Sosiologi Tentang Pribadi dalam Masyarakat, Ghalia

Indonesia.

Soemarwoto, Otto, 1997, Permasalahan Lingkungan Hidup dalam Seminar Segi – Segi

Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bina Cipta, Jakarta.

Yuanita Harahap : Analisis Sosial Ekonomi Rumah Tangga Kaitannya dengan Kemiskinan di Perkotaan…, 2006 USU Repository © 2006