Selly Yuanita 2007

45
BAB I PENDAHULUAN Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan dalam perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan perusahaan. Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (pemilik atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan. Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas investasi, setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected return) dan risiko. Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau reinvestasi laba. Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen kepada pemegang saham. Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau dividen saham, atau secara tidak langsung melalui pembelian kembali saham. Pembayaran dividen (dividend payout) mengacu pada proporsi laba yang didistribusikan, yang sering dinyatakan dalam rasio atau prosentase, yaitu rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio). 1

Transcript of Selly Yuanita 2007

Page 1: Selly Yuanita 2007

BAB I

PENDAHULUAN

Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah metode yang digunakan

dalam perusahaan untuk mendapatkan uang guna membayar kebutuhan-kebutuhan

perusahaan. Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas

(pemilik atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Keputusan

tentang komposisi aktivitas pendanaan tergantung pada kondisi di pasar keuangan.

Pasar keuangan merupakan sumber potensial untuk pendanaan. Investor

menyediakan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas

investasi, setelah mempertimbangkan pengembalian yang diharapkan (expected

return) dan risiko.

Pengembalian (return) adalah bagian dari investor ekuitas atas laba atau

reinvestasi laba. Distribusi laba (earning distribution) adalah pembayaran dividen

kepada pemegang saham. Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk tunai atau

dividen saham, atau secara tidak langsung melalui pembelian kembali saham.

Pembayaran dividen (dividend payout) mengacu pada proporsi laba yang

didistribusikan, yang sering dinyatakan dalam rasio atau prosentase, yaitu rasio

pembayaran dividen (dividend payout ratio).

Reinvestasi laba (earnings reinvestment) atau laba ditahan mengacu pada

penahanan laba dalam perusahaan untuk digunakan dalam bisnis perusahaan; yang

disebut pula pendanaan internal (internal financing). Reinvestasi laba sering

diukur dengan rasio penahanan. Rasio laba ditahan (earnings retention ratio)

mencerminkan proporsi laba ditahan, yang didefinisikan sebagai satu dikurangi

dividend payout ratio.

Selain dari investor, perusahaan juga bias memperoleh pendanaan dari

kreditor. Terdapat dua jenis kreditor: (1) kreditor hutang, yang secara langsung

meminjamkan uang kepada perusahaan, dan (2) kreditor operas, yang

meminjamkan uang kepada perusahaan sebagai bagian dari operasinya.

1

Page 2: Selly Yuanita 2007

Pendanaan hutang sering terjadi melalui pinjaman (loan) atau melalui

penerbitan efek seperti obligasi. Pemberi hutang meliputi organisasi seperti bank,

institusi simpan pinjam, dan institusi keuangan atau non keuangan lainnya.

Pendanaan kreditor berbeda dengan pendanaan ekuitas dalam hal perjanjian atau

kontrak, yang umumnya mensyaratkan pembayaran kembali pinjaman dengan

bunga pada tanggal tertentu. Bunga tidak selalu dinyatakan dalam kontrak tersebut

melainkan secara implicit. Periode pinjaman bervariasi dan tergantung pada

keinginan kreditor dan perusahaan. Pinjaman dapat berjangka waktu 50 tahun atau

lebih, atau kurang dari seminggu.

Seperti investor ekuitas, kreditor berkepentingan atas pengembalian dan

risiko, namun berbeda dari investor ekuitas, pengembalian kreditor umumnya

ditentukan dalam kontrak pinjaman. Sedangkan pengembalian dari investor

ekuitas tidak dijamin dan tergantung pada tingkat laba di masa depan. Risiko

kreditor adalah kemungkinan kegagalan perusahaan untuk membayar kembali

pinjaman dan bunga.

2

Page 3: Selly Yuanita 2007

BAB II

ISI LAPORAN

I. KEWAJIBAN

A. Kewajiban Lancar

Kewajiban lancar adalah kewajiban yang pellunasannya

memerlukan penggunaan aset lancar atau munculnya kewajiban lancar

lainnya. Pada praktiknya, kewajiban lancar dicatat pada nilai jatuh

temponya, bukan pada nilai sekarangnya, karena pendeknya waktu

penyelesaian utang.

B. Kewajiban Tak Lancar

Kewajiban tak lancar atau jangka panjang merupakan kewajiban

jatuh temponya tidak dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasi,

mana yang lebih panjang. Kewajiban ini meliputi pinjaman, obligasi,

utang dan wesel bayar. Kewajiban tak lancar beagam bentuknya dan

penilaian serta pengukurannya memerlukan pengungkapan atas seluruh

batasan dan ketentuan. Pengungkapan meliputi tingkat bunga, tanggal

jatuh tempo, hak konversi, fitur penarikan, dan provisi subordinasi.

Pengungkapan meliputi pula jaminan , persyaratan penyisihan dana

pelunasan dan provisi kredit berulang.

C. Analisis Kewajiban

Analisis kita sering kali harus didasarkan pada catatan atas laporan

keuangan dan pada komentar menejemen dalam laporan tahunan, serta

dokumen-dokumen terkait. Keakuratan dan kewajaran jumlah utang

dapat dicek dengan merekonsiliasi jumlah utang dengan pengungkapan

utang bunga dan pembayaran bunga. Setiap perbedaan yang tidak dapat

dijelaskan memerlukan analisis lebih lanjut atau memerlukan penjelasan

manajemen.

3

Page 4: Selly Yuanita 2007

Berikut ketentuan, kondisi, dan batasannya pada saat menganalisis

penjelasan kewajiban :

Ketentuan utang, seperti tanggal jatuh tempo, tingkat bunga, pola

pembayaran dan jumlah.

Pembatasan pemakaian sumber daya dan pelaksanaan aktivitas

bisnis.

Kemampuan dan fleksibilitas untuk memperoleh pendanaan

selanjutnya.

Kewajiban untuk modal kerja, perbandingan utang terhadap ekuitas

dan ukuran keuangan lainnya.

Fitur konversi kewjiban yang bersifat difusi.

Larangan atas pembayaran-pembayaran seperti deviden.

II. SEWA

Sewa (leasea) merupakan perjanjian kontraktual antara pemilik (lessor)

dan penyewa (lessee). Perjanjian tersebut memberikan hak kepada lessee

untuk menggunakan aset yang dimiliki oleh lessor, selama masa sewa.

Sebagai batasannya, lessee membayar sewa yang disebut pembayaran sewa

minimum (minimum lease payment-MLP).

Dua metode alternatif untuk akuntansi sewa mencerminkan perbedaan

dalam kontrak sewa. Sewa yang mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan

secara substansial dicatat sebagai perolehan aset dan menimbulkan kewajiban

bagi lessee. Sama halnya dengan lessor yang mencatat sewa tersebut sebagai

penjualan dan transaksi pendanaan. Jenis sewa ini disebut sewa pendanaan

(capital lease). Jika klasifikasikan sebagai sewa guna modal usaha ini, baik

aset yang disewakan maupun kewajiban sewa diakui dalam neraca. Sewa

lainnya dicatat sebagai sewa operasi (operating lease). Dalam hal operating

lease, lessee (lessor) mencatat MLP sebagai beban (pendapatan) sewa, dan

tidak ada aset atau kewajiban yang diakui dalam neraca.

4

Page 5: Selly Yuanita 2007

A. Akuntansi dan Pelaporan Sewa

1. Klasifikasi dan Pelaporan Sewa

Jika sewa diklasifikasikan sebagai capital lease, lease

mencatatannya (baik aset maupun kewajiban) sejumlah nilai

sekarang MLP selama masa sewa, tidak termasuk biaya administrasi

seperti asuransi, perawatan dan pajak yang dibayar oleh lessor yang

termasuk dalam MLP. Aset sewa harus disusutkan selama masa

sewa dengan cara yang konsisten dengan kebijakan penyusutan

lessee yang normal. Sama halnya, beban bunga diakui sebagai

kewajiban sewa, seperti pada jenis kewajiban lainnya yang juga

sewa sebagai beban saat terjadinya, dan tidak ada aset atau

kewajiban yang diakui dalam neraca.

2. Akuntansi Sewa – sebuah ilustrasi

Secara khusus, kita melihat dampaknya pada laporan laba rugi

maupun neraca lease, berdasarkan informasi sebagai berikut :

Sebuah perusahaan memperoleh aset dengan cara sewa pada

tanggal 1 januari 2005. Perusahaan tersebut tidak memiliki aset

dn kewajiban lain.

Umur ekonomis aset tersebut diperkirakan 5 tahun tanpa nilai

sisa pada akhir tahun kelima. Perusahaan akan menyusutkan aset

tersebut berdasarkan garis lurus selama umur ekonomisnya.

Sewa berjangka waktu tetap selama 5 tahun tidak dapat

dibatalkan dengan MLP sebesar $ 2.505 per tahun yang

dibayarkan setiap akhir tahun.

Tingkat bunga sewa sebesar 8% per tahun.

Analisis ini dimulai dengan menyiapkan skedul amortisasi

untuk aset sewa. Dengan menggunakan tabel bunga diakhir buku ini,

maka nilai sekarangnya adalah $ 10.000 (dihitung dari 3,992 × $

2.505). kemudian hitung bunga dan amortisasi pokok untuk tiap

tahun. Cara mencari bunga adalah kewajiban di awal tahun dikalikan

5

Page 6: Selly Yuanita 2007

TahunKewajiban

Awal Tahun Bunga PokokKewajiban

Awal TahunJumlah

2005.....2006.....2007.....2008.....2009.....Total

$10.0008.2956.4544.4662.319

$800664517358186$2.525

$1.7051.8411.9882.1472.319$10.000

$2.5052.5052.5052.5052.505$12.525

$8.2956.4544.4662.3190

KOMPONEN POKOKDAN BUNGA DALAM MLP

Tahun Beban Sewa Bunga Pokok Jumlah

2005.....2006.....2007.....2008.....2009.....Total

$2.5052.5052.5052.5052.505$12.525

$800664517358186$2.525

$2.5052.5052.5052.5052.505$12.525

$2.8002.6642.5172.3582.186$12.525

OPERATINGLEASE CAPITAL LEASE

dengan tingkat bunga. Pokok sama dengan total pembayaran

dikurangi bunga.

DAFTAR AMORTISASI SEWA

Pertama-tama mari kita lihat dampaknya pada laporan laba

rugi. jika sewa dicatat sebagai operating lease, MLP dilaporkan

sebagai beban sewa periodik, yang mengaplikasikan beban sewa

sebesar $ 2.505 per tahun. Namun, jika dicatat sebagai capital lease,

perusahaan harus mengakui beban bunga periodik dan beban

penyusutan (sebesar $ 2.000 per tahun).

DAMPAK METODE AKUNTANSI SEWA TERHADAP

LAPORAN LABA RUGI

6

Page 7: Selly Yuanita 2007

Tahun Kas Aset Sewa Kewajiban sewa Ekuitas

2005.....2005.....2006.....2007.....2008.....2009.....

$0(2.505)(2.010)(7,515)(10.020)(12.525)

$10.0008.0006.0004.0002.0000

$10.0008.2956.4544.4662.3190

$0(2.800)(5.464)(7.981)(10.339)(12.525)

Saatnya mempelajari dampak metode capital lease terhadap

neraca. Hal yang paling terlihat adalah capital lease mengakui aset

dan kewajiban sebesar nilai sekarang sewa ( $ 10.000 ) pada saatnya

dimulainya sewa. Aset sewa akan menurun sebesar penyusutan ( $

2.000 per tahun ). Sedangkan kewajiban menurun sebesar amortisasi

pokok. Penurunan ekuitas tahun 2005 merupakan total penyusutan

dan beban bunga untuk periode bersangkutan.

DAMPAK CAPITAL LEASE TERHADAP NERACA

B. Analisis Sewa

Bagian ini melihat dampak operating lease dan capital lease

terhadap analisis laporan keuangan. Bagian ini memberikan petunjuk

yang spesifik tentang bagaimana menyesuaikan laporan keuangan untuk

operating lease yang seharusnya dicatat sebagai capital lease.

1. Dampak Operating Lease

Insentif bagi lessee untuk menstrukturkan sewa sebagai

operating lease terkait dengan dampak operating lease terhadap

neraca dan laporan laba rugi. Ringkasan dampak pada laporan

keuangan ini adalah sebagai berikut :

Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari

seharusnya dengan tidak menyajikan pendanaan sewa dalam

neraca. Selain menyembunyikan kewajiban dari neraca, hal

tersebut juga menaikkan rasio solvabilitas ( seperti debt to

equity ) yang sering digunakan dalam analisis kredit.

7

Page 8: Selly Yuanita 2007

Operating lease menyajikan aset lebih rendah dari seharusnya.

Hal ini dapat meningkatkan rasio tingkat pengembalian

investasi, terutama rasio perputaran aset ( assets turnover ratios )

Operating lease menunda pengakuan beban dibandingkan

dengan capital lease. Artinya, operating lease melaporkan laba

lebih tinggi di awal masa sewa dan melaporkan laba lebih

rendah di akhir masa sewa.

Operating lease menyajikan kewajiban lebih rendah dari

seharusnya dengan tidak menyajikan porsi pembayaran pokok

yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun dalam neraca. Hal

tersebut meningkatkan rasio lancar dan pengukuran likuiditas

lainnya.

Operating lease memasukkan bunga dalam beban sewa. Dengan

demikian, operating lease menyajikan lebih rendah dari yang

seharusnya laba operasi dan beban bunga. Hal tersebut

menaikkan coverage ratio seperti times interest earned.

2. Konversi Operating Lease Menjadi Capital Lease

Bagian ini menyediakan metode untuk mengonversi operating

lease menjadi capital lease. Antara lain :

Langkah pertama adalah menilai apakah klasifikasi operating

lease dapat diterima. Untuk mengonversi operating lease

menjadi capital lease, kita memerlukan estimasi nilai sekarang

kewajiban operating lease Best Buy. Proses ini dimulai dengan

estimasi tingkat bunga yang akan kita gunakan untuk

mendiskontokan proyeksi pembayaran sewa. Menentukan

tingkat bunga operating lease ini merupakan tantangan. Untuk

perusahaan yang melaporkan capital lease maupun operating

lease, kita dapat memperkirakan tingkat bunga implisit untuk

capital lease dan mengasumsikan tingkat bunga yang sama

untuk operating lease. Tingkat bunga implisit capital lease dapat

8

Page 9: Selly Yuanita 2007

dicari dengan cara coba-coba dan merupakan tingkat bunga

yang menghasilkan angka proyeksi pembayaran capital lease

sama dengan angka nilai sekarang capital lease, di mana

keduanya diungkapkan dalam catatan kaki sewa.

Langkah kedua dalam analisis kita adalah menghitung nilai aset

sewa. Ingat bahwa nilai aset capital lease selalu lebih rendah

dari kewajibannya, tetapi seberapa lebih rendah sulit untuk

diperkirakan karena hal tersebut tergantung pada lamanya masa

sewa, umur ekonomis aset, dan kebijakan penyusutan lessee.

Langkah ketiga adalah mengestimasi dampak reklasifikasi sewa

bentuk pada laba yang dilaporkan.

III. MANFAAT PASCA PENSIUN

Pemberi kerja sering menyediakan manfaat bagi pekerja pascapensiun.

Terdapat dua bentuk manfaat pascapensiun ini :

Manfaat pensiun ( pension benefit ), di mana pemberi kerja menjanjikan

manfaat moneter kepada pekerja pascapensiun.

Manfaat lain pascapensiun pekerja ( other postretirement employee

benefit ) di mana pemberi kerja menyediakan manfaat lain pascapensiun-

terutama pemeliharaan kesehatan dan asuransi jiwa.

A. Manfaat Pensiun

Akuntansi pensiun mensyaratkan pemahaman ekonomi yang

mendasari transaksi dan pristiwa pensiun. Dengan demikian, kita

membahas sifat transaksi dan peristiwa pensiun terlebih dahulu,

bersamaan dengan ekonomi yang mendasari akuntansi pensiun.

1. Sifat Kewajiban Pensiun

Perusahaan menginformasikan komitmen pensiun dalam

bentuk program pensiun. Program pensiun merupakan janji pemberi

kerja untuk menyediakan manfaat pensiun bagi pekerja.

9

Page 10: Selly Yuanita 2007

PemberiKerja

k

DanaPensiun

Pekerja

Kontribusi Manfaat(pengeluaran uang)

Investasi dan pengembalian

Elemen dari Proses Pensiun

Proses pensiun ini melibatkan tiga pihak, yaitu : pemberi kerja

yang memberikan kontribusi pada program pensiun; pekerja yang

menerima manfaat; dan dana pensiun. Dana pensiun ( pension fund )

tepisah dari pemberi kerja dan diadministrasikan oleh pihak yang

ditunjuk ( trustee ). Dana pensiun menerima kontribusi,

menginvestasi kontribusi tersebut dengan cara yang tepat, dan

membagikan manfaat pensiun kepada pekerja.

Program pensiun dapat dibagi menjadi dua kategori utama,

yaitu : (1) Program pensiun manfaat pasti (defined benefit),

menentukan jumlah pensiun yang dijanjikan oleh pemberi kerja

untuk disediakan bagi pensiunan. Dalam program ini, pemberi kerja

menanggung risiko kinerja dana pensiun. (2) Program Pensiun Iuran

Pasti (defined contribution), menentukan jumlah kontribusi pemberi

kerja pada program pensiun. Dalam kasus ini, jumlah manfaat

pensiun yang diterima pensiunan bergantung pada kinerja dana

pensiun. Dalam program ini, pekerja menanggung risiko kinerja

dana pensiun.

Pembayaran pensiun juga dipengaruhi provisi perolehan hak

(vesting). Vesting merupakan hak pekerja atas manfaat pensiun

terlepas dari apakah pekerja masih berada dalam perusahaan atau

tidak. Hak ini biasanya diberikan setelah pekerja memberikan jasa

kepada pemberi kerja selama periode minimum tertentu.

Setelah kewajiban pensiun ditentukan, beban pendanaan

menjadi keputusan manajemen untuk program pensiun manfaat

10

Page 11: Selly Yuanita 2007

pasti, yang dipengaruhi oleh pertimbangan legal dan pertimbangan

pajak. Hukum pajak menerapkan ketentuan pendanaan minimum

untuk menjamin keamanan manfaat pensiunan. Hukum pajak juga

menerapkan batasan pengurangan pajak untuk program pensiun yang

didanai terlalu tinggi. Ketentuan pendanaan minimum juga terdapat

dalam Employee Retirement Income Security Act (ERISA).

Perusahaan mempunyai pilihan mendanai program dalam jumlah

yang pas (dengan menyerahkan aset kepada trustee sebesar

kewajiban pensiun) atau mendanai terlalu tinggi atau mendanai

terlalu rendah.

2. Persyaratan Akuntansi Pensiun

Kerangka dasar akuntansi pensiun dijelaskan pertama kali

oleh GAAP dalam SFAS 87. Fokus SFAS 87 adalah tercapainya

ukuran biaya pensiun yang stabil dan permanen. Oleh karena itu,

beban pensiun yang termasuk laba rugi disebut biaya pensiun

periode bersih. Untuk menyelarasan neraca dengan laporan laba

rugi, SF87 87 hanya mengakui kumulatif biaya pensiun periode

bersih pada neraca dan bukannya pada status pendanaan dari

programnya.

Status yang diakui dalam neraca. Akuntansi pensiun terkini

(SFAS 158) mengakui status pendanaan bagi program pensiun pada

neraca. Dua penjelasan mendetail harus diperhatikan sehubungan

dengan status yang dilaporkan dalam neraca. Pertama, jumlah aset

dan kewajiban pensiun digabungkan satu sama lain (dan disebut

dengan: status pendanaan). Kedua, perusahaan tidak melaporkan

status pendanaan dari program pensiun dalam baris yang terpisah

dalam neraca.

11

Page 12: Selly Yuanita 2007

Amortisasi

Penangguhan

Tidak Berbeda

NERACA

DilaporkanEkonomi

AkumulasiLaba Komprehensif

lainnya

LAPORAN LABA RUGI

Jumlah belum diamortisasi terbawa

dari periode lalu (dalam akumulasi laba

komprehensif lainnya tahun lalu)

+

Penangguhan untuk tahun berjalan

-

Amortisasi untuk tahun berjalan

=

Saldo penutupan yang ditransfer ke dalam

akumulasi laba komprehensif lainnya

Biaya jasa+Biaya bunga

+

+

=Biaya pensiun

pengembalian aktual dari aset program Keuntungan/ kerugian aktuaria

Biaya jasa lalu

Biaya jasa+Biaya bungaPengembalian yang diharapkan dari aset program

+

+

=Biaya pensiun bersih periodik (termasuk dalam laba bersih)

Amortisasi : keuntungan/kerugian bersih sebelum biaya jasa untuk tahun berjalan

Ekonomi Mekanisme Peralatan Dilaporkan

Aset program-Kewajiban Pensiunan=Status Pendanaan

Aset program-Kewajiban Pensiunan=Status Pendanaan

RINGKASAN EKONOMI DAN AKUNTANSI PENSIUN

12

Page 13: Selly Yuanita 2007

Beban pensiun yang diakui. Seperti yang dikemukakan

sebelumnya, pengakuan biaya pensiun yang dimasukkan dalam laba

bersih adalah versi rata dari biaya pensiun ekonomi aktual untuk

periode tersebut. Proses perataan menangguhkan (yaitu menunda

pengakuan) pos volatilitas dan sesekali seperti keuntungan dan

kerugian aktuarial serta biaya jasa lalu. Pengakuan tingkat

pengembalian terhadap aset target – yang merupakan estimasi

tingkat pengembalian aset terget untuk jangka panjang – diakui

dalam beban pensiun yang dilaporkan. Perbedaan antara ekspektasi

tingkat pengembalian aktual dan ekspektasi juga ditangguhkan.

Jumlah yang ditangguhkan ini sedikit demi sedikit diakui dalam laba

melalui proses amortisasi. Oleh karena itu, biaya periode pensiun

bersih meliputi biaya jasa, biaya bunga, tingkat ekspektasi

pengembalian aset target dan amortisasi pos-pos yang ditangguhkan.

Artikulasi Sekuritas Neraca dan Laporan Laba Rugi. Oleh

karena semua perubahan atas suatu pendanaan (yang diakui dalam

neraca) tidak dimasukkan ke dalam biaya pensiun yang di akui.

Sekuritas pensiun dalam neraca dan laporan laba rugi tidak akan

diartikulasi. Untuk mengartikulasikan kedua sekuritas,

penangguhan bersih untuk periode tersebut (yaitu selisih antara

jumlah yang ditangguhkan dengan jumlah yang di amortisasi)

dimasukkan dalam laba komprehensif lainnya untuk periode yang

bersangkutan, sementara kumulatif penangguhan bersih

dimasukan dalam akumulasi laba komprehesif lainnya, yaitu

merupakan komponen ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu,

proses perataan yang diadopsi oleh aturan akuntasi pensiun (SFAS

158) mengizinkan komponen beban pensiun yang volatil (tidak

stabil) untuk langsung ditransfer ke ekuitas pemegang saham tanpa

mempengaruhi laba bersih periode.

13

Page 14: Selly Yuanita 2007

Akuntansi dalam SFAS 87. Perlakuan akuntansi dibawah

SFAS 87 dan SFAS 158 identik kecuali satu perbedaan mendasar.

Seperti SFAS 158, SFAS 87 juga mengakui perataan biaya periodik

pensiun bersih dalam laba. Namun, tidak seperti SFAS 158, SFAS

87 tidak mengakui status pendanaan dalam neraca. Bahkan, SFAS

hanya mengakui akumulasi biaya periodik pensiun bersih dalam

neraca sebagai akrual atau biaya pensiun dibayar di muka. Dengan

perkataan lain, penangguhan bersih yang dalam SFAS 158

dimasukkan kedalam akumulasi laba komprehesif lainnya, tetapi

dalam SFAS 87 dikeluarkan dalam neraca.

B. Manfaat Karyawan Pascapensiun Lainnya

Manfaat lain pascapensiun karyawan (other postretirement

employee benefit ) adalah manfaat yang diberikan oleh pemberi kerja

kepada pensiunan dan anggota keluarganya. Komponen dasar dari OPEB

adalah manfaat perawatan kesehatan. Sebagai tambahan, perusahaan

menyediakan asuransi jiwa dan bantuan perumahan.

Akuntansi OPEB sejujurnya sama dengan akuntansi pensiun.

Neraca mengakui status pendanaan, yaitu selisih antara kewajiban OPEB

dan aset program manapun yyang ditujukan khusus untuk memenuhi

kewajiban tersebut. Kewajiban OPEB disebut dengan akumulasi

kewajiban manfaat pascapensiun ( accumulated postretirement benefit

obligation – APOB ). Biaya OPEB termasuk dalam laba bersih dalam

term biaya pascapensiun periodik bersih dan meliputi biaya jasa, biaya

bunga, tingkat pengembalian yang diharapkan dari aset program dan

amortisasi pos-pos yang ditangguhkan.

C. Pelaporan Manfaat Pascapensiun

Ketentuan pelaporan manfaat pascapensiun (manfaat pensiun dan

OPEB) diatur dalam SFAS 132, yang mengharuskan format

14

Page 15: Selly Yuanita 2007

pengungkapan yang sama bagi OPEB dan manfaat pensiun. Perusahaan

jarang melaporkan secara terpisah baik antara status pendanaan dalam

neraca maupun biaya manfaat pascapensiun di dalam laporan laba rugi.

Namun, standar SFAS 132 ini meminta pengungkapan catatan kaki yang

panjang lebar, meliputi rincian tentang ekonomi dan jumlah yang

dilaporkan terkait dengan status pendanaan dan biaya manfaat

pascapensiun, rincian asumsi aktuaria dan informasi yang relevan

lainnya.

D. Analisis Manfaat Pascapensiun

Analisis pengungkapan manfaat pasca pensiun sering dilakukan,

karena besarnya kewajiban maupun karena kompleksitas aturan

akuntansi. Terdapat prosedur lima langkah untuk analisis manfaat

pascapensiun, antara lain :

Menentukan dan merekonsiliasi biaya dan kewajiban (atau aset)

manfaat ekonomis dan yang dilaporkan

Membuat penyesuaian yang diperlukan atas laporan keuangan.

Mengevaluasi asumsi aktuaria dan dampaknya pada laporan

keuangan.

Memeriksa paparan risiko pensiun.

Mempertimbangkan implikasi arus kas program manfaat

pascapensiun.

IV. KONTINJENSI DAN KOMITMEN

A. Kontinjensi

Kontinjensi (contingencies) merupakan keuntungan dan kerugian

potensial yang penyelesaiannya bergantung pada satu atau lebih peristiwa

di masa depan. Kerugian kotinjensi yang disebut kewajiban

kontinjen/bersyarat (contingent liability) merupakan klaim potensial

atas sumber daya perusahaan. Kewajiban kontinjen timbul dari perkara

hukum, pengancaman pengambilalihn, penagihan hutangklaim atas

15

Page 16: Selly Yuanita 2007

garansi produk atau kerusakan produk,garansi kinerja, perhitungan pajak,

resiko yang diasuransikan sendiri (self-insured risk), dan kerugian

property akibat bencana.

hukum

lingkungan

asuransi

pajak

pemerintah

lain - lain

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Frekuensi Kewajiban Kontinjensi

Persentase

Kerugian kontijensi harus memenuhi dua kondisi agar dapat dicatat

sebagai kerugian. Pertama, “besar kemungkinan” (probable) bahwa asset

akan turun nilainya atau kewajiban akan timbul. Secara implisit kondisi

inimensyaratkan besar kemungkinan terjadinya peristiwa kerugian

dimasa depan. Kondisi kedua adalah jumlah kerugian harus “dapat

diestimasikan dengan memadai” (reasonably estimable).

Contoh kedua kondisi ini adalah kerugian piutang tak tertagih dan

kewajiban garansi produk. Untuk kedua kasus tersebut, kerugian maupun

kewajiban diestimasi dicatat dalam laporan keuangan.

1. Analisis Kewajiban Kontinjen

Kewajiban kontinjen yang dilaporkan seperti garansi jasa dan

jaminan (warranties) merupakan estimasi. Keakuratan analisis kita

atas kewajiban ini bergantung pada keakuratan estimasi tersebut,

yang sering kali didasarkan pada pengalaman masa lalu perusahaan

atau harapan di masa depan.

Kita juga harus menganalisis pengungkapan atas seluruh

kerugian (keuntungan) kontinjensi. Sebagai contoh, penting untuk

menganalisis pengungkapan jaminan tidak langsung atas hutang,

16

Page 17: Selly Yuanita 2007

seperti dana diterima dimuka atau menutup beban tetap entitas lain.

Pengungkapan kontinjensi umumnya meliputi:

Deskripsi kewajiban kontinjen dan tingkat risiko.

Jumlah kontinjensi potensial dan bagaimana partisipasi pihak

lain diperlakukan dalam penentuan risiko.

pembebanan estimasi kerugian kontinjensi, jika ada.

Cadangan untuk kerugian di masa depan merupakan jenis

kontinjensi lainnya yang perlu diperiksa. Konservatisme dalam

akuntansi meminta perusahaan untuk mengakui kerugian saat

perusahaan dapat menentukannya atau dapat meramalkannya.

Namun demikian, perusahaan cenderung untuk menestimasi lebih

besar (overestimate) kerugian kontinjen mereka, khususnya di tahun

kinrja buruk. Perilaku ini disebut sebagai ‘mandi besar’(big bath)

dan sering meliputi pencatatan kerugian pelepasan asset, relokasi dan

penutupan pabrik. Overestimating kerugian ini menarik biaya masa

depan ke periode sekarang dan dapat digunakan oleh manajemen

sebagai alat untuk mengatur atau meratakan laba. Rincian estimasi

kerugian ini (disebut pula sebagai kerugian-loss reserve) terkadang

diungkapkan dalam laporan yang diserahkan kepada SEC, namun

tidak terdapat ketentuan untuk pengungkapan rinci.

Dua sumber informasi yang berguna adalah :

Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan dan

Informasi dalam bagian Management’s Discussion and Analysis

(MD&A).

Menurut internal Revenue Code Amerika Serikat, hanya

sedikit kategori kerugian diantisipasi yang dapat mengurangi pajak

(tax deductible). Dengan demikian informasi ketiga adalah analisis

pajak tangguhan. Kita juga ingat bahwa cadangan kerugian tidak

17

Page 18: Selly Yuanita 2007

menggantikan tekanan risiko, tidak memiliki konsekuensi arus kas

dan bukan merupakan pengganti asuransi.

Laporan auditor memberikan pada kita pandangan lain atas

kontinjensi. Auditor menunjukan ketidakmampuan untuk

menyatakan opini atas hasil kontinjensi.

Bank khususnya dihadapkan pada kerugian kontinjen yang

besar karena mereka sering kurang mengestimasi atau membatasi

pengungkapan. Satu contoh umum terkait dengan kerugian atas

pinjaman internasional dimana bukti menunjukkan adanya

penurunan nilai asset, namun bank dan auditor mereka gagal untuk

mengungkapkan dampaknya. Contoh lain adalah komitmen di luar

neraca ( off-balance-sheet commitment) bank. Komitmen ini meliputi

berbagai komitmen seperti surat utang (letters of credit), obligasi

dikeluarkan pemerintah kota (municipal bond) dan jaminan surat

berharga komersial (commercial paper guarantees), swap mata uang

(currency swaps), dan kontrak pertukaran mata uang asing. Tidak

seperti pinjaman, komitmen ini merupakan janji yang diharapkan

oleh bank (namun tidak pasti) untuk tidak ditanggung. Bank tidak

secara efektif melaporkan komitmen ini dalam laporan keuangan.

B. Komitmen

Komitmen (commitments) merupakan klaim potensial atas sumber

daya perusahaan berdasarkan kinerja dimasa depan sesuai kontrak.

Komitmen tidak diakui dalam laporan keuangan karna peristiwa seperti

penandatanganan kontrak atau penerbitan pesanan pembelian (purchase

order) bukan merupakan transaksi yang lengkap. Contoh tambahan

adalah kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan untuk

membeli barang atau jasa pada harga tertentu, dan kontrak pembelian

asset tetap yang harus dibayar selama masa konstruksi.

18

Page 19: Selly Yuanita 2007

komitmen pembelian

pengeluaran modal

pembatasan perjanjian utang

kontrak kepegawaian

terkait dengan perolehan

perjanjian penjualan

perjanjian lisensi

lain - lain

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Frekuensi Komitmen

Persentase

V. PENDANAAN DI LUAR NERACA

Pendanaan diluar neraca (off-balance-sheet financing) adalah tidak

tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu. Kita telah mempelajari transaksi

yang memenuhi pengertian ini-seperti operating lease yang tidak dapat

dibedakan dari capital lease. Selain sewa, terdapat rancangan pendanaan di

luar neraca lainnya, mulai dari yang sederhana sampai yang sangat kompleks.

Rancangan ini merupakan bagian dari tatanan yang selalu berubah, dimana

saat ketentuan akuntansi atas transaksi pendanaan di luar neraca diterapkan

untuk lebih mencerminkan kewajiban, diciptakan transaksi baru yang inovatif

untuk menggantikannya.

A. Contoh Pendanaan di Luar Neraca

Salah satu cara untuk mendanai property, pabrik, dan peralatan

adalah meminta pihak luar untuk mendapatkannya, dan perusahaan

sepakat untuk menggunakan asset tersebut serta menyediakan dana yang

cukup untuk melunasi utang. Contoh rencana ini adalah purchase

agreement dan trough-put dimana perusahaan sepakat untuk membeli

barang sejumlah tertentu melalui fasilitas pemprosesan , atau take-or-

payarrangement dimana perusahaan memberikan jaminan untuk

19

Page 20: Selly Yuanita 2007

membayar sejumlah tertentu barang, diperlukan atau tidak. Variasi dari

rancangan ini melibatkan penciptaan entitas terpisah dan kemudian

menyediakan pendanaantidak lebih dari 50% kepemilikan-seperti joint

venture atau persekutuan terbatas (limited partnership).

B. Entitas Bertujuan Khusus

Entitas Bertujuan Khusus atau EBK (special purpose entities-SPE),

yang sekarang menjadi tidak terkenal setelah bangkrutnya Enron, telah

menjadi mekanisme pendanaan yang sah selama lebih dari dua decade

dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keuangan perusahaan saat ini.

konsep SPE adalah:

SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan

investasi ekuitas, beberapa di antaranya harus berasal dari pihak

ketiga yang independen.

SPE meningkatkan invesatasi ekuitas ini dengan meminjam dari

pasar kredit dan membeli aset dari atau untuk perusahaan sponsor.

Arus kas dari aset digunakan untuk membayar utang dan

menyediakan pembelian bagi investor ekuitas.

Contoh :

Sebuah perusahaan menjual piutang usaha kepada SPE. Perusahaan

memindahkan piutang dari neraca dan menerima uang tunai yang dapat

diinvestasikan dalam aset lain. SPE juga menggunakan piutang tersebut

sebagai jaminan utang yang dijualnya di pasar kredit dan menggunakan

uang tunai untuk membeli piutang tambahan secara terus-menerus seiring

dengan pertumbuhan portofolio kartu kredit perusahaan. Proses ini

disebut sekuritisasi (securitization). Perusahaan pembiayaan konsumen

seperti Capital One merupakan penerbit utama obligasi yang dijamin

dengan piutang.

20

Page 21: Selly Yuanita 2007

Terdapat dua alasan untuk kepopuleran SPE :

SPE dapat menyediakan alternative pendanaan berbiaya rendah

daripada meminjam langsung dari pasar kredit .hal ini disebabkan

aktifitas SPE yang dibatasi dan sebagai akibatnya investor membeli

arus kas yang di jamin dengan baik ,yang tidak di hadapkan pada

resiko bisnis yang terdapat dalam penyediaan modal langsung

kepada perusahaan sponsor.

Dalam GAAP sekarang ,selain SPE distrukturkan dengan benar ,SPE

diperlakukan sebagai entitas terpisah, tidak di konsolidasikan dengan

perusahaan sponsor dengan demikian ,perusahaan dapat menggunaka

SPE untuk melakukan transaksi di luar neraca untuk memindhkan

aset ,kewajiban ,atau keduanya dari neraca. Oleh karena perusahaan

merealisasikan manfaat ekonomi transaksi tersebut ,rasio kinerja

operasi (seperti ROA ,asset turnover ratio ,leverage ratio ,dan

sebagainya) membaik secara signifikan.

Petunjuk GAAP tentang akuntansi untuk SPE dan aturan

konsolidasinya dengan perusahaan sponsor disediakan dalam SFAS 140

dan FIN 46R. masih dalam perdebatan mengenai istilah “kendali/control”

terhadap suatu entitas oleh entitas lain ,terutama ketika SPE tidak

mengeluarkan saham biasa.

Banyak SPE tidak berbentuk perusahaan dan tidak mempunyai

kepemilikan saham. Untuk perusahaan jenis ini, pengendalian

mewujudkan via dokumen legal dan bukannya kepemilikan

saham ,sehingga aturan batas 50% kepemilikan saham tidak berlaku .

FASB kini mengklasifikasikan jenis perusahaan ini sebagai “perusahaan

dengan berbagai kepentingan” (variable interest entitie- VIE ) jika

total ekuitas yang tidak di pertaruhkan tidak mampu membiayai

operasinya (biasanya kurang dari 10% aset) atau jika VIE kurang salah

satu dari kondisi berikut (1) kemampuan mengambil keputusan ,(2)

kewajiban unutk menyerap kerugian ,atau (3) hak untuk menerima

21

Page 22: Selly Yuanita 2007

tingkat pengembalian .dalam hal ini, VIE di konsolidasi dengan badan

yang mempunyai kemampuan mengambil keputusan ,kewajiban unutk

menyerap kerugian, dan hak untuk menerima tingkat pengembalian

(disebut “penerima utama/ primary beneficiary”). Hasil konsolidasi

adalah penggabungan laporan keuangan dari penerima utama dan

VIE ,sehingga mengeliminasi manfaat apapun yang di hasilkan dari

perlakuan di-luar-neraca oleh VIE.

VI. EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Ekuitas mengacu pada pendanaan oleh pemilik (pemegang saham)

perusahaan. Ekuitas dipandang klaim pemilik atat aset bersih perusahaan.

Klaim pemegang sekuritas ekuitas umumnya berada dibawah kreditor, yang

berarti klaim kreditor dipenuhi terlebih dahulu. Pemegang saham dihadapkan

pada resiko tertinggi perusahaan. Pada saat yang sama, pemegang saham

memiliki kemungkinan pengembalian maksimum karena mereka berhak atas

pengembalian setelah hak kreditor terpenuhi.

Analisis kita atas ekuitas harus mempertimbangkan pengukuran dan

pelaporan standar ekuitas pemegang saham. Analisis tersebut meliputi :

mengklasifikasikan dan memisahkan sumber utama pendanaan ekuitas.

Mempelajari hak untuk kelompok-kelompok pemegang saham dan

prioritas mereka dalam likuidasi.

Mengevaluasi pembatasan hukum untuk distribusi ekuitas.

Menelaah kontrak, ketentuan hukum, dal pembatasan-pembatasan

lainnya atas distribusi saldo laba.

Menilai ketentuan dan provisi sekuritas yang dapat dikonversi

(convertible securities), opsi saham, dan kesepakatan lainnya yang

berpotensi menerbitkan saham.

Penting bagi kita untuk membedakan antara instrument kewajiban dan

instrument ekuitas mengingat perbedaan risiko dan pengembaliankedua

22

Page 23: Selly Yuanita 2007

instrument tersebut. Pembedaa ini penting terutama jika instrument keuangan

memiliki karakteristik kewajiban dan karakteristik ekuitas.

A. Modal Saham

1. Pelaporan Modal Saham

Pelaporan modal saham meliputi penjelasan atas perubahan

jumlah lembar modal. Daftar berikut ini menunjukan alasan

perubahan modal saham, terpisah menurut kenaikan dan penurunan.

Sumber kenaikan modal saham yang beredar :

Penerbitan saham.

Konversi utang dan saham preferen

Penerbitan deviden saham dam pemecahan saham (stock split).

Penerbitan saham dalam akuisisi dan merger.

Penerbitan untuk opsi saham dan waran.

Sumber penurunan modal saham yang beredar :

Pembelian dan penghentian saham.

Pembelian kembali saham.

Pemecahan saham terbaik (reverse stock split).

2. Klasifikasi Modal Saham

Modal saham (capital stock) merupakan saham yang

diterbitkan kepada pemegang ekuitas sebagai pembayaran aset jasa.

Terdapat dua jenis saham: saham preferen dan saham biasa.

Saham preferen (preferred stock) adalah kelompok khusus

saham yang memikliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa.

Ciri-ciri umum saham preferen meliputi:

Prioritas atas distribusi dividen ,termasuk hak partisipasi dan

dividen kumulatif.

Prioritas atas likuidasi-terutama penting karena selisih antara

nilai nominal dan nilai likuidasi saham preferen bias

besar,sebagai contoh ,Johnson controls menerbitkan saham

23

Page 24: Selly Yuanita 2007

preferen dengan nilai nominal $1 dan nilai likuidasi sebesar

$51,20.

Dapat di koversi (di tarik) menjadi saham biasa –SEC men

syaratkan penyajian kedua jenis saham tersebut secara terpisah

bila saham preferen memiliki karakteristik utang (seperti

persyaratan untuk redemption).

Tidak memiliki hak suara –yang dapat berubah karena

perubahan hal hal seperti deviden yang tidak di bayarkan.

Harga pembelian kembali-biasanya untuk melindungi pemegang

saham preferen dari pembelian kembali yang terlalu awal (harga

pembelian kembali premium sering kali makin menurun).

Saham biasa. Saham biasa (common stock) merupakan

kelompok saham yang mencerminkan hak kepemilikan serta

memiliki risiko tinggi dan pengembalian tinggi atas kinerja

perusahaan. Saham biasa mencerminkan bunga sisa (residual

interest) tidak di prioritaskan ,namun mendapatkan laba bersih sisa

dan menyerap rugi bersih, saham biasa dapat memiliki nilai nominal:

jika tidak, biasanya memiliki nilai yang ditetapkan (state value).

Nilai nominal saham biasa merupakan masalah legal dan bersifat

historis –biasanya tidak penting bagi analisis laporan keuangan

modern.

3. Analisis Modal Saham

Akun akun dalam ekuitas pemegang saham umumnya tidak

mempengaruhi penentuan laba, sehingga tidak banyak

mempengaruhi analisis laba. Informasi yang lebih relevan bagi

analisis adalah komposisi pos modal dan pembatasn pembatasan

yang berlaku. Komposisis ekuitas penting karena dapat

mempengaruhi hak sisa atas saham biasa ,serta hak resiko dan

24

Page 25: Selly Yuanita 2007

pengembalian bagi investor ekuitas. Perubahan tersebut penting

untuk di susun ulang dan dijelaskan dalam akun modal.

B. Saldo Laba

Saldo laba (retained earnings) merupakan modal yang dihasilkan

sebuah perusahaan. Akun saldo laba mencerminkan akumulasi laba atau

rugi yang tidak dibagikan sejak berdirinya perusahaan. Saldo laba

merupakan sumber utama distribusi deviden. Walaupun beberapa Negara

memperoleh distribusi dari tambahan modal disetor, distribusi tersebut

mencerminkan distribusi modal, bukan distribusi laba.

1. Deviden Tunai dan Deviden Saham

Deviden tunai (cash dividend) merupakan distribusi kas

kepada pemegang saham. Deviden ini merupakan jenis deviden yang

paling umum dan saat diumumkan menjadi kewajiban bagi

perusahaan. Jenis deviden yang lain adalah deviden non-tunai, atau

deviden property. Deviden tersebut dinilai pada nilai pasar aset yang

didistribusikan.

Deviden saham (stock dividend) adalah distribusi saham

perusahaan itu sendiri kepada pemegang saham secara proporsional.

Deniden ini mencerminkan kapitalisasi laba secara permanent.

Akuntansi bagi deviden saham kecil (small stock dividend) atau

deviden saham sederhana (ordinary stock dividend), umumnya lebih

kecil dari 20% sampai 25% saham beredar, mensyaratkan penilaian

deviden saham pada nilai pasar pada tanggal pengumuman. Deviden

saham besar (large stock dividend atau split-up dalam bentuk

deviden), biasanya lebih dari 25% saham beredar, dinilai pada nilai

nominal saham yang diterbitkan.

2. Pembatasan Saldo Laba

Saldo laba dapat dibatasi pada pembayaran deviden sebagai

akibat kontrak perjanjian, seperti perjanjian pinjaman, atau melalui

25

Page 26: Selly Yuanita 2007

tindakan dari dewan direksi. Pembatasan atau persyaratan saldo

laba (restrictions or covenant of retained earings) merupakan

pembatasan atau ketentuan saldo laba sejumlah tertentu. Pembatasan

penting meliputi pembatasan distribusi deviden. Pembatasan ini

sama sekali bukan merupakan penyisihan kas, melainkan hanya

ditujukan sebagai peringatan bagi investor bahwa pembayaran

deviden di masa depan bagaimanapun juga akan dibatasi.

3. Spin-off dan Splin-off

Perusahaan sering melakukan divestasi anak perusahaan

dengan cara dijual langsung ataupun dibagikan kepada pemegang

sahamnya. Pembagian anak perusahaan kepada pemegang saham

dapat mengambil satu dari dua bentuk berikut:

Spin-off, yaitu distribusi saham anak perusahaan kepada

pemegang saham sebagai deviden: aset (investasi dalam anak

perusahaan) dikurangi sebagai saldo laba.

Split-off, yaitu pertukaran saham anak perusahaan yang

dimiliki perusahaan dengan saham yang dimiliki oleh para

pemegang saham: aset (investasi dalam anak perusahaan) dikurangi

dan saham diterima dari pemegang saham diperlukan sebagai saham

yang ditarik kembali (treasury stock).

Apabila transaksi ini mempengaruhi para pemegang saham

atas dasar pro rata (sama rata), investasi dalam anak perusahaan

dibagikan dengan nilai bukunya. Pada pembagian bukan pro-rata,

investasi pertama dinyatakan dalam nilai pasar, sehingga

menghasilkan keuntungan pada distribusi, kemudian investasi nilai

pasar ini dibagikan kepada para pemegang saham.

4. Penyesuaian Periode Lalu

Penyesuaian periode lalu (prior period adjustments) terutama

merupakan koreksi kesalahan di periode laporan keuangan lalu.

26

Page 27: Selly Yuanita 2007

Perusahaan tidak melaporkannya dalam laporan laba rugi, melainkan

melaporkannya sebagai penyesuaian (setelah pajak) atas saldo awal

saldo laba.

C. Nilai Buku Per Lembar Saham

1. Perhitungan Nilai Buku per Lembar Saham

Nilai buku perlembar saham (book value per share) adalah

angka per lembar yang berasal dari likuidasi perusahaan pada jumlah

yang dilaporkan dalam neraca. “nilai buku” merupakan istilah

konvensional yang mengacu kepada nilai aset – yaitu total aset

dikurangi dengan klaim terhadapnya. “Nilai buku saham biasa” sama

dengan total aset dikurangi kewajiban dan klaim sekuritas yg

diprioritaskan pada jumlah yang dilaporkan dalam neraca.

2. Relevansi Nilai Buku per Lembar Saham

Nilai buku memiliki nilai penting dalam analisis laporan

keuangan. Aplikasinya meliputi:

Nilai buku, dengan potensi penyesuaian, sering kali digunakan

dalam penilaian kesepakatan manajer.

Analisis perusahaan dengan komposisi besar aset likuid

(institusi keuangan, investasi, asuransi, dan bank) sangat

bergantung pada nilai buku.

Analisis obligasi kualitas utama dan saham preferen sangat

memerlukan penutupan aset (asset coverage).

Aplikasi tersebut harus mengakui pertimbangan akuntansi

dalam perhitungan nilai buku per lembar saham sebagai berikut:

Nilai tercatat aset, khususnya aset jangka panjang seperti

property, pabrik, dan peralatan, biasanya disajikan pada harga

perolehan yang dapat sangat berbeda dengan nilai pasar.

27

Page 28: Selly Yuanita 2007

Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal dan aset

kontinjen dengan kemungkinan terjadi yang tinggi sering kali

tidak tercermin dalam nilai buku.

D. Kewajiban pada ‘ujung’ Ekuitas

Bagian ini menjelaskan dua akun yang memiliki berada di antara

kewajiban dan ekuitas-“saham preferen yang dapat ditarik kembali”

(redeemable preferred stock) dan kepentingan minoritas.

Saham Preferen yang Dapat Ditarik Kembali

Analisis arus mewaspadai sekuritas ekuitas (umumnya preferen)

yang memiliki privasi penarikan kembali wajib, yang membuatnya lebih

mirip utang daripada ekuitas. Sekuritas tersebut mengharuskan

perusahaan untuk membayar dana pada tanggal tertentu.

SEC menyatakan bahwa saham preferen yang dapat ditarik kembali

berbeda dengan modal ekuitas konvensional dan bukan merupakan

ekuitas pemegang saham dan tidak digabungakan dengan sekuritas

ekuitas yang tidak dapat ditarik kembali. SEC juga mensyaratkan

pengungkapan ketentuan penarikan kembali dan data nilai jatuh tempo

selama lima tahun.

28

Page 29: Selly Yuanita 2007

DAFTAR PUSTAKA

http://sijenius.wordpress.com/2009/05/08/aktivitas-bisnis-dalam-laporan

keuangan-dasar-analisis-bisnis/

J. Wild Johan, Subramanyam, K.R. (2010). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

29