Yos sutiyoso : Catatan Penting Hidroponik
-
Upload
belajar-bareng-hidroponik -
Category
Education
-
view
8.039 -
download
306
description
Transcript of Yos sutiyoso : Catatan Penting Hidroponik
Catatan Yos Sutiyoso https://www.facebook.com/yos.sutiyoso disusun oleh https://www.facebook.com/fadjar.nurswanto HIDROPONIK, Hidro=air, ponos=daya, hidroponik = memberdayakan air. Jangan ditulis dan diucapkan sebagai HIDROPHONIK, karena phonos = suara, sehingga menjadi suara air. Ngilu mendengarnya! Definisi=nya ruparupa ! Soilless culture, Budidaya dalam greenhouse, Budidaya anorganik, accchhh, peduli amat, sich, yang penting hasilnya unggul dalam kualitas dan kuantitas, hemat air, hemat energi, versatility/kelincahannya tinggi, bersahabat dengan lingkungan, tidak ada pencemaran oleh bakteri E. Coli, dan menghasilkan produk yang sehat, hygienis, aromatis, dengan protein dan vitamin yang melimpah, dan berpenampilan yang menarik dan menimbulkan selera untuk mengkonsumsinya. Memang diakui memerlukan pemodalan yang besar, managerial skill yang tinggi, marketing network yang canggih, dan sumber daya manusia yang handal! Kerjakan ! BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA HIDROPONIK. 1. Menggunakan media, misalnya : a) Tanah. Kelemahannya ialah banyak mengandung bibit penyakit cendawan dan bakteri atau cyste/kistanya, yang setelah beberapa bulan akan meledak penyakitnya. Juga banyak mengandung benih gulma, yang sewaktuwaktu akan muncul. Kadang mengandung bibit hama, misalnya ulat tanah Agrotis, dan beberapa jenis nematoda, a.l. Meloidogyne. b) Pasir. Sudah ditinggalkan, karena mahal, sukar didapat, mahal transportasinya, tinggi biaya penyebarannya di kebun, berat, padat, kecil rongga udaranya, kompak padat menyulitkan pertumbuhan akar. c) Humus, Kompos. Hanya baik bagi tanaman yang ditumbuhkan secara vegetatif saja, misalnya sayuran daun : bayam, caysim, kangkung, pakchoy, kailan, selada. d) Cocopeat, gambut bubuk sabut kelapa. Kandungan saponinnya tinggi, kadang2 > EC 3,0 mS/cm, sehingga kurang peluang untuk memberi pupuk, tanpa melampaui batas phytotoksisitas. Harus dicuci dgn air mengalir, hingga EC saponinnya 0,0 0,5, tergantung tanaman yang akan ditanam apakah tanamannya sukulen atau berkayu.
e). Arang sekam. Bila tidak musim panen padi, maka sekam sukar didapat. Bila dibuat sendiri, karena teknologi pe,buatannya mudah. 2. Menggunakan media air. a) NFT – Nutrient Film Technic – Hidroponik Talang Landai. Menyontek NFT dan greenhouse, buatan Belgia, yang diimpor siappakai, milik almarhum Ir Sunarto di Jln Semboja, Margonda, Depok, thn 1983, saya membuat versi lokal dengan menggunakan talang hujan rumah tangga. Talang dengankelandaian tangens 5 %, larutan nutrisi mengalir dengan ketebalan 3 – 4 mm, menjadikannya kaya oksigenterlarut, karena riak yang bergulunggulung berhubungan langsung dengan udara. Sistem NFT ini sangat populer! b) DFT – Deep Flow Technic – Hidroponik Talang Datar. Kedalaman air dipertahankan pada kedalaman tidak lebih dari 8 cm, supaya beban tidak terlampau berat bagi talang. Air masuk pada ujung yang satu dan keluar melalui lubang pada ketinggian 8 cm pada ujung yang lain. Aerasi pada sistem ini kurang sempurna, sehingga sulit untuk mencapai produksi yang tinggi. Antara styrofoam yang dipasang pada ketinggian 10 cm, dengan permukaan air pada ketinggian 8 cm, ada rongga udara setebal 2 cm, untuk aerasi. c). Floating Raft Technic – Hidroponik Rakit Apung. Kolam dengan kedalaman 40 cm, diisi larutan nutrisi setebal 30 cm, diapungi styrofoam tebal 3 cm, diberi berpuluh lubang tanam, ditanami anak semai sayuran daun, dengan akarnya menjuntai ke dalam larutan nutrisi. Dengan blower ditambahkan udara ke dalam tandon, untuk meningkatkan kadar oksigenterlarut. Pengelolaan instalasi sangat mudah. 3. Menggunakan media air dan tanah/lumpur. a) Hidroponik Pasang Surut – Ebb and Flood. Biasanya digunakan dalam produksi tanaman hias dalam pot. Pot diletakkan dalam bak dan kaki pot digenang oleh larutan nutrisi setinggi 4 – 8 cm, selama beberapa menit, kemudian larutan dialirkan keluar kembali secara gravitasi, dilakukan sekali dalam beberapa hari. Pot berisi media, biasanya tanah bercampur bahan organis. Tinggi larutan perendaman harus dibatasi, untuk mencegah media mengapung dan merubuhkan tanaman. b) Hidroponik perendaman. Sawah adalah suatu sistem hidroponik perendaman, dengan air mengalir lambatlambat, didorong oleh debit air pada inlet sebesar 1 liter/hektar/detik, suatu jumlah yang besar. (Dikecualikan : Sawah tadah hujan, yang mendapat pasokan air dari hujan, dan air dipertahankan di lahan itu selama mungkin.) 4. Menggunakan udara sebagai media Aeroponik . Anak semai yang ditancapkan ke dalam lubang tanam, yang dibuat pada sehelai styrofoam, akarnya bergelayutan bebas ke bawah. Diliput oleh kabut butiran halus larutan nutrisi, melalui sprinklers yang digerakkan oleh pompa tekanan tinggi, secara terus menerus tanpa
henti, akar bermandikan butiran halus, yang kandungan oksigenterlarutnya sangat tinggi, yang sangat menunjang proses respirasi. Larutan yang tidak mengenai akar dikumpulkan dan dialirkan kembali ke tandon/reservoir larutan nutrisi, untuk resirkulasi. Dihari depan sistem aeroponik akan banyak diterapkan unuk memproduksi bibit induk kentang, dan karenanya kita sudah harus mulai fokus pada teknik aeroponik. Percobaan yang berhasil baik telah pula dilakukan terhadap aeroponik produksi bunga potong Chrysanthemum/krisan dan Lily. Umur tanaman dapat direduksi dari 12 minggu menjadi 8 minggu. Jumlah kuntum bunga yang mekar serempak dapat ditingkatkan dari dua menjadi tiga kuntum. Kecerahan warna dan aroma dapat pula ditingkatkan sedikit. GARAM ANORGANIS UNTUK MERAMU PUPUK HIDROPONIK. Garam anorganis yang dipakai dalam meramu pupuk hidroponik dipilih yang mengandung unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg, S, yang esensial, mutlak dibutuhkan dalam jumlah banyak, untuk membentuk tubuh tanaman, dalam rangka produksi yang tinggi kuantitas dan kualitasnya. Diperlukan pula unsur hara mikro Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, yang juga esensial, mutlak dibutuhkan walau dalam jumlah kecil, dan kebanyakan berperan sebagai enzym. Deretan unsur itu ditambah Na, Si, dan Cl, dan dianggap sebagai “beneficial elements”, unsur yang menguntungkan. Na dapat menjadi pengganti K, pada lahan yang miskin K, dengan gejala pelepah daun kelapa terkulai. Petani memupuknya dengan garam dapur NaCl, supaya pelepah yang berikutnya tegak. Si, silikat, memperkuat jaringan tumbuhan, sehingga penyakit cendawan tidak bisa menyerang. Cl, chlor, patut ditakuti dan dihindari, karena dapat mengganggu rumahtanggaair jaringan tanaman, terbentuknya selsel raksasa, penuh dengan air, merusak konsistensi sel, menyebabkan produk hambar tanpa rasa. Unsurunsur hara itu setelah masuk ke dalam tubuh tanaman, selalu berubah bentuk, menjadi protein, lemak, dsbnya, dan jangan disangka mereka bergentayangan lepas sebagai unsur individual. Biasanya unsurunsur itu dikumpulkan di vakuola didalam sel, menanti diproses oleh ribosom yang juga berada dalam sel, untuk menjadi protein, jaringan/tissue, organ/alat tubuh, dsbnya. JENIS BAHAN KIMIA YANG DIPAKAI SEBAGAI SUMBER UNSUR HARA MAKRO Yang paling populer ialah konsep AB mix, dengan membuat pekatan/konsentrat A dan B, untuk kemudian diencerkan dengan perbandingan 1 : 100, untuk menjadi larutan pupuk AB mix yang siap pakai. Di grup A ada unsur kation kalsium Ca + +, dan di grup B ada anion sulfat SO4 dan anion fosfat PO4 . Dalam keadaan pekat Ca tidak boleh bertemu dengan sulfat, karena terbentuknya gips CaSO4, yang mengendap dan praktis tidak larut, sehingga unsur Ca, maupun sulfatnya, tidak dapat diserap oleh akar. Juga dalam keadaan pekat Ca tidak boleh bertemu dengan fosfat, karena terbentuknya triple super fosfat TSP, yang mengendap dan praktis tidak
larut, sehingga unsur Ca maupun fosfatnya, tidak dapat diserap olah akar. Tetapi dalam keadaan diencerkan, misalnya 1 : 100, maka Ca + sulfat, maupun Ca + fosfat, bisa larut dengan baik. Kemudian Ca, sulfat, dan fosfat, bisa diserap dengan leluasa oleh akar. Gips CaSO4 walau rendah sekali, masih mempunyai daya larut, walau hanya sebesar1.25 %. TSP Ca3(PO4)2 walau rendah sekali, juga masih mempunyai daya larut, walau hanya sebesar 1,75 %. Itulah sebabnya, dalam keadaan encer, Ca boleh bertemu dengan sulfat, maupun fosfat, tanpa kekhawatiran akan terjadi endapan. Inilah siasat untuk memasukkan unsur Ca dalam ramuan pupuk hidroponik, mengingat pentingnya peran Ca dalam percaturan pemupukan hidroponik. BAHAN KIMIA KOMPONEN PUPUK HIDROPONIK AB MIX Garamgaram, bahan kimia komponen pupuk hidroponik, semuanya anorganis yang merupakan elektrolit, yang bila dilarutkan akan terurai menjadi kation dan anion, seingga bisa diserap oleh tanaman. Dipilihkan bahan kimia yang mudah didapat, secara umum banyak dipakai, miring harganya, gradenya teknis, tidak terlalu hygroskopis, dan sebaiknya easy to handle. Angka persen kandungan unsurunsur utama dinyatakan sebagai N, dan P, K, Ca, Mg, S. Hal ini harus dibedakan dengan pupuk tabur untuk pertanian konvensional, yang menggunakan sebutan P2O5, K2O, CaO, MgO, SO2. Para pelaku hidroponik memerlukan “mental switch” dalam perhitungan membuat formula pupuk hidroponik. Digunakan konsep kerja pekatan/konsentrat A dan B, untuk kemudian disatukan menjadi AB mix. Untuk menjadikannya larutan siap pakai, dilakukan pengenceran 1 : 100. Sebagai contoh ialah group A, yang terdiri atas 3 komponen, jumlah bobot 1250 g. Group B, yang terdiri atas 4 komponen, jumlah bobot dibuat juga sama, yaitu 1250 g, sehingga jumlah bobot total A + B = 2.500 g. Nanti semua komponen group A dimasukkan ke dalam kontainer A kapasitas 5 liter dan ditambahi air, hingga volumenya mencapai 5 liter. Hal yang sama diperlakukan terhadap group B, hingga tercapai pekatan B yang juga 5 liter. Dalam mempersiapkan larutan siap pakai, maka sediakanlah kontainer yang diisi 1.000 liter air bersih, dituangi 5 liter pekatan A, diaduk semenit hingga rata, dan ditambahi lagi 5 liter pekatan B, diaduk lagi. Tersiapkanlah sekitar 1.000 liter larutan siap pakai AB mix, dengan kepekatan sesuai dengan EC (electro conductivity) sekitar 2,5 mS/cm.
ISI PEKATAN GROUP A DAN GROUP B Sudah diterangkan di atas bahwa pupuk hidroponik AB mix, terdiri atas group A dengan kandungan Ca + +, dan group B dengan kandungan SO4 dan PO4 , dan tidak boleh dipertemukan dalam keadaan pekat, karena kekhawatiran terjadinya endapan kalsium sulfat, gips, CaSO4, dan tripple super fosfat, TSP, Ca3(PO4)2. Kandungan group A, a.l. ialah kalsium nitrat 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O, dan merupakan sumber Ca sebesar 19 %, yang mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman. Dikandung pula Nnitrat sebesar 14,4 % dan Namonium 1,1 %. Karena kecilnya Namonium, maka kompon ini disebut kalsium nitrat saja, dan kata amonium ditelan, karena ukurannya kecil. Group A juga mengandung kompon kalium nitrat, KNO3, dengan kandungan K sebesar 38 % dan Nnitrat 13 %. Group A juga dimuati unsurunsur mikro esensial, yang sebagian dalam bentuk chelate/kelat, yaitu FeEDTA, MnEDTA, CuEDTA, ZnEDTA, dan asam borat H3BO3, serta Namolybdat, yang terutama berperan sebagai enzym. Kandungan group B ialah monokalium phosphat, MKP, KH2PO4, dengan K sebesar 28 % dan P 23 %. MKP ini dapat berperan sebagai buffer, untuk menstabilkan pH pada suatu angka tertentu, dengan bersifat asam dalam kondisi basa, dan bersifat basa dalam kondisi asam. Juda ada amonium sulfat, ZA (zwavel amonicus, bahasa Belanda), (NH4)2SO4, dengan kandungan Namonium sebesar 21 % dan sulfur S 24 %. Yang ketiga adalah kalium sulfat, ZK, K2SO4, dengan kandunga K 45 % dan sulfur S 18 %. Yang keempat ialah magnesium sulfat, garam Inggris, Epsom salt (Inggris), bitterzout (Belanda), bittersalz (Jerman) MgSO4.7H2O. FORMULA PUPUK HIDROPONIK AB MIX UNTUK SEMUA STADIA Menurut teori, persemaian memerlukan formula yang berbeda dengan masa vegetatif/pertumbuhan dan berdeda pula dengan masa generatif/pembungaan/pembuahan. Dalam praktek di lapangan, hal ini sulit dilaksanakan, karena lahan berproduksi dan tandon larutan pupuknya hanya sebuah, jadi tidak bisa dibedabedakan. Diambillah kebijaksanaan untuk menggunakan satu formula saja, dan membedakan kepekatan dan volume pemberiannya untuk stadiastadia persemaian, vegetatif, dan generatif. Misalnya, untuk persemaian digunakan EC 1,0 mS/cm, untuk masa vegetatif 2,0 mS, dan untuk generatif 3,0. Yang dimaksud EC ialah “Electro Conductivity”, pengantaran listrik, dan datuannya untuk berhidroponik ialah mS/cm, karena katoda dan anodanya berjarak 1 cm, sedangkan mS dibacanya milli Siemens, milli berarti seribu, dengan S ditulis dengan huruf besar.
Kalau melakukan fertigasi, misalnya menanam melon pada polybag dengan kapasitas arang sekam 5 liter, dengan sistem irigasi tetes/drip irrigation, ketika kecil aplikasi adalah 2 X 200 = 400 ml/hari; medium besar 3 X 300 = 900 ml/hari; stadia produksi 4 X 300 = 1.200 ml/hari. Kalau satu tanaman dijadikan dua cabang, maka pada stadia produksi harus 4 X 400 = 1.600 ml/hari. Kalau menggunakan polybag berkapasitas 7 liter arang sekam, diisi 2 tanaman/polybag, satu tanaman diduacabangkan, sehingga ada 4 cabang, maka diperlukan 5 X 400 = 2.000 ml/polybag/hari. FORMULA PUPUK HIDROPONIK UNTUK TIAP GROUP TANAMAN Diyakini formula pupuk untuk tanaman yang dibudidayakan untuk mendapatkan hasil panen berupa daun, misalnya bayam, akan berbeda dengan formula untuk tanaman dengan hasil panen berupa buah, misalnya tomat. Kalau dibulakbalik, akan mendapatkan hasil yang mengecewakan. Bila pupuk bayam digunakan pada tanaman tomat, maka akan tercipta daun tomat yang panjang dan lebar, melengkung karena beratnya yang besar. Tetapi mana bunga, pentil, dan buah tomatnya? Terbukti tanaman terus menerus tumbuh secara vegetatif, dan tidak ada tandatanda beralih ke fase generatif. Sebaliknya menanam bayam dengan pupuk khusus tomat, maka akan menghasilkan tanaman yang serba pendek dan kompak, kecilkecil sudah mulai berbunga, dan daun yang diharapkan hijau rimbun, terbukti tidak banyak terlihat. Tidak terlampau sulit untuk mengatur perumusan formula pupuk hidroponik, bila kita kuasai fisiologi tumbuhan. Tentunya beberapa ilmu dan ketrampilan lainnya harus diketahui pula, terutama kimia anorganis. Untuk memudahkan kerja, maka tanaman yang dihidroponikkan dibagi dalam 5 gugusan, yaitu : 1. Sayuran daun : Bayam, Caysim, dsbnya. 2. Sayuran daun dan batang : Kangkung, Kailan, dsbnya. 3. Sayuran bunga : Brocolli, Bloemkool, dsbnya. 4. Sayuran buah : Tomat, Cabai, dsbnya, dimasukkan juga Melon. 5. Sayuran umbi : Biet, Radish dsbnya. Formula untuk no.1, tidak banyak berbeda dengan no. 2. Formula no. 3, tidak banyak berbeda dengan no. 4. Masingmasing jenis tanaman dapat pula dibuatkan formula khas untuk jenis tanaman tersebut saja.
REKAYASA FORMULASI PUPUK HIDROPONIK KHAS TANAMAN TERTENTU. Ambil contoh tanaman tomat. Disamping persyaratan umum bahwa produksinya tinggi, penampilannya baik, rasanya nikmat, diinginkan pula syarat tambahan seebagai berikut :
1. Bebas gejala BER (blossom end rot), gejala defisiensi kalsium, Ca. Disebabkan pasokan Ca memang kurang, berat atom Ca yang memang tinggi, sehingga mobilitasnya payah, tanaman kurang mempunyai “power”, karena selama seminggu intensitas cahaya matahari rendah, “exposure time”nya pendek, sehingga asimilasi karbohidratnya hanya sekedarnya
2. Disyaratkan, tanaman tidak menunjukkan gejala serangan penyakit cendawan Alternaria, Phytophthora, Fusarium, yang dapat menghancurkan produksi.
3. Karena jenis tomat ini adalah tomatbuah dan bukan tomatsayur, maka derajat sweetness/kemanisannya harus lebih menonjol dari derajat accidityfreshness/kesegarannya.
Untuk menjawab tantangan itu, maka kegiatan tambahan dalam meramu pupuk hidroponik AB mix, adalah :
1. Meningkatkan kadar Ca > 150 ppm, sehingga BER dapat tercegah. Peran matahari ditingkatkan untuk menambah energi bagi tanaman, supaya Ca dapat terangkat dan terangkut ke pentil buah.
2. Meningkatkan kadar Ca > 150 ppm (seperti di atas), untuk memperkuat dinding sel, supaya lebih toleran terhadap serangan penyakit cendawan. Disamping Ca, juga asupan P ditingkatkan, untuk meningkatkan dan memperkuat “crude fiber”/serat kasarnya pada inding sel.
3. Manis disenafaskan dengan karbohidrat, dengan fotosintesa, dengan kesanggupan P merubah gelombang cahaya menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat, gula yang manis. Asupan hara P perlu ditingkatkan, dan paling cocok ialah dengan peningkatan MKP, monokalium phosphat, KH2PO4, di mana penambahan unsur K dapat membantu perbaikan distribusi, transportasi dan penumpukan hasil asimilat.
Komentar selanjutnya adalah : Literatur luar negeri, entah mengapa, jarang berani membahas interaksi antara pupuk/meramu pupuk, EC dengan angka yang besar, volume yang tinggi, dengan pencegahan serangan penyakit cendawan. Interaksinya kuat, sehingga dapat digunakan untuk mengatasi banyak masalah yang ditimbulkan oleh penyakit cendawan.
PENTINGNYA NILAI AMBANG PHYTOTOKSISITAS TIAP JENIS TANAMAN Kita bernafsu untuk menggunakan EC yang tinggi untuk punjulnya produksi, kualitas, dan penampilan hasil panen. Di lain fihak kita dihadang batas ambang keracunan tanaman, phytotoksisitas, yang sering muncul dalam bentuk “malformasi”, “ngaco”nya bentuk tanaman sehingga lain dari biasanya, gosong daunnya sebelah, terlalu lama berada dalam fase vegetatif tanpa memperlihatkan akan beralihnya ke fase generatif, dsbnya. Pada sayuran yang sukulen/berairbanyak, misalnya Bayem, Caysim, Pakchoy, batasnya pada budidaya hidroponik ialah EC 3,0 mS/cm. Jadi kita beroperasinya sampai EC 2,5 saja. Bila tibatiba temperatur udara naik, realative humidity/kelembaban nisbah udara turun, tanaman berkeringat dan menguap lebih banyak, sehingga EC larutan meningkat, ada “keleluasaan” sebesar EC 0,5 untuk meredam gejolak EC, hingga terhindarlah tanaman dari keracunan. Dilain fihak, perlu disadari bahwa bila kita menaikkan EC, maka semakin tinggi EC yang dicapai, semakin berkuranglah efisiensi penyerapannya oleh tanaman, karena faktor jenuh kemudian muncul. Hukum “Law of deminishing return” muncul, dan derajat pertumbuhan tanaman mendekati stagnasi/mandek! Memang akan aman, bila kita main di angka rendah, jauh dari nilai ambang phytotoksisitas, tetapi tanaman tumbuhnya lambat, rasa dan aroma produk menurun, “shelflife” pendek, berada di fase vegetatif terlalu lama tanpa ada tandatanda akan beralih ke fase generatif, dan sayuran timbangannya enteng, sehingga usaha kurang menguntungkan. MENGUKUR KEPEKATAN LARUTAN PUPUK HIDROPONIK Mengukur kepekatan larutan pupuk, dilakukan dengan mengukur pengantaran listrik di antara dua kutub, yaitu Katoda dan Anoda, yang berjarak satu cm, dari suatu alat yang disebut EC meter, Electro Conductivity meter, alat ukur pengantaran listrik. Satuannya ialah mS/cm, dituliskannya m kecil, dan S besar, milli Siemens per cm, karena jarak katoda dan anoda ialah satu cm. Beberapa pabrik menambahkan suatu alat kecil di dalamnya, yang membaca satuan pengantaran listrik itu, mengkonversinya untuk menjadi ppm (parts per million), pengukurannya terhadap TDS, total dissolved solids, jumlah bahan padat yang terlarutkan. Penambahan alat kecil ini tentunya meningkatkan biaya produksi sedikit.
Rumitnya ialah bahwa tiap pabrik memakai angka faktor konversi sendirisendiri, dan tidak ada yang mau mengalah untuk hanya memakai satu angka saja. Angka faktor konversi yang pernah terlihat ialah 500, 630, 640, 650, 670, 700. Hal ini membingungkan, dan kadang menimbulkan prasangka dan pertentangan, karena setiap pemakai bebas memakai angka konversi yang diinginkannya. Saya pribadi memilih menggunakan EC, yang angka satuannya hanya semacam, jadi tidak membingungkan. KETRAMPILAN MENGGUNAKAN EC METER. Kalau menanam cabe merah besar dengan sistem hidroponik, maka digunakan petunjuk : Persemaian : menggunakan EC 1,0 mS/cm. Fase vegetatif : EC 2,0 mS. Fase generatif : EC 3,0. (Cara menulis tanpa menyebutkan lagi satuannya, kawankawan sudah dapat mengerti kepekatan pupuk yang dimaksud). EC meter bertenaga baterei kancing, bila sudah lama dan banyak dipakai, tenaganya berkurang, menunjukkan angka secara “erratik”, naikturun terus menerus, seolah tidak ada hentinya. Baterei yang sudah lemah, harus diganti dengan yang segar. Setelah membuka tutupnya, ujung EC meter dicelup ke dalam larutan yang akan diukur kepekatannya, sedalam garis batas. Setelah selesai, hendaknya dioffkan sesegera mungkin untuk menghemat batereinya. EC meter juga sangat berguna untuk mencegah kita melampaui nilai ambang phytotoksisitas, misalnya bila kita melihat pada monitor, bahwa angka EC sudah sangat tinggi, sehingga besar kemungkinan batas keracunan akan terlewati, maka dengan segera kita bisa bertindak menurunkan kepekatan larutan pupuk. Terhindarlah kita dari gejala gosong pada tanaman, karena EC yang terlampau tinggi itu. Pun EC meter bisa dipakai untuk mensegerakan peralihan fase vegetatif ke generatif, dengan menaikkan angka EC, tetapi tetap jangan nyerempetrempet nilai ambang phytotoksisitas, karena terkandung bahaya jatuhnya produksi. PENTINGNYA PENGERTIAN MENGENAI pH DAN PEMILIKAN pH METER. pH digunakan untuk menggambarkan derajat keasaman suatu larutan, dan kisarannya adalah dari angka 0 hingga 14, dengan angka 7 sebagai derajat asam yang netral. Pada titik itu, kation H + ada satu, dan di fihak lain anion OH – juga ada satu, sehingga muatan listriknya seri. Di bawah angka 7, jumlah kation H + bertambah banyak semakin kita bergerak ke kiri, angka pH semakin
mengecil, dan dinamakan asam sekali. Di atas angka 7, jumlah anion OH – bertambah banyak, semakin kita bergerak ke kanan, angka pH semakin membesar, dan dinamakan alkalis atau basa sekali. Biasanya kita berhidroponik dengan kisaran pH antara minimum 5,5 – maksimum 6,5, dengan optimum 6,0. Di bawah pH 5,5 beberapa unsur mulai mengendap, tidak dapat diserap oleh akar, menunjukkan gejala defisiensi unsur tertentu. Di atas pH 6,5, beberapa unsur mulai pula mengendap, tidak dapat diserap oleh akar, menunjukkan gejala defisiensi unsur tertentu pula. Sebaiknya kita berada pada pH optimum, di mana semua unsur berada dalam kelarutan yang sempurna, semua unsur mudah diserap oleh akar, dan tidak akan terlihat gejala defisiensi unsur yang manapun. Kisaran tetap diperlukan, karena misalnya oleh peningkatan temperatur udara, maka pH larutan akan naik, tetapi masih dapat diliput oleh kisaran tersebut. Apalagi kita selalu memasukkan bahan kimia anorganis yang bersifat buffer, semisal MKP, monokalium phosphat, KH2PO4, yang dapat menstabilkan pH larutan, jadi bersifat basa dalam kondisi asam, dan bersifat asam dalam kondisi basa. Semua unsur berada dalam keadaan larut sempurna, tidak akan menunjukkan gejala defisiensi unsur hara manapun, sehingga produksi tinggi kuantitas dan kualitasnya. BAHAN KIMIA UNTUK MENURUNKAN DAN MENAIKKAN pH. Pertumbuhan tanaman pada budidaya hidroponik yang baik dapat dicapai bila air atau larutan derajat asamnya, atau pH, berada antara pH 5,5 – 6,5, dengan optimal pH 6,0. Kisaran pH ialah antara 0 hingga 14, dengan angka netral 7,0. Dibawah angka 7,0 disebut asam. Di atas angka 7,0 disebut basa atau alkalis. Untuk menurunkan pH air diperlukan asam anorganis kuat, sedangkan untuk menaikkan diperlukan basa atau alkali kuat. Untuk menurunkan pH tidak dianjurkan menggunakan asam organis, misalnya cuka CH3COOH, atau asam semut HCOOH, karena asam organis adalah asam lemah, yang diperlukan dalam jumlah besar untuk menurunkan pH sedikit, jadi jatuhnya mahal. Lagi pula daya kerjanya tidak lama, dalam beberapa jam pH sudah naik kembali, seolaholah asam organis tersebut tidak pernah ditambahkan. Pilihan berkisar antara asamasam anorganis kuat. Ambil contoh asam nitrat HNO3, yang digunakan pada budidaya sayuran daun, mengingat unsur Nnya, walau hanya sedikit, lumayan
dapat menyumbang untuk pertumbuhan sayuran daun. Asam fosfat H3PO4 digunakan pada budidaya sayuran buah, mengingat unsur Pnya, walau hanya sedikit, lumayan dapat menyumbang untuk perkembangan generatif sayuran buah. Dapat pula menggunakan asam sulfat H2SO4, yang dapat dibeli di pompa bensin SBPU, dalam botol plastik warna merah. Unsur Snya, walaupun hanya sedikit, lumayan untuk menunjang pembentukan protein. Bahaya mengancam, misalnya uap asam nitrat, yang dapat membutakan mata. Untuk mengurangi bahayanya, asam nitrat harus diencerkan menjadi hanya 10 %. Begitu pula dengan asam fosfat. Baju bolong, kulit melepuh, kerongkongan kering, sering dialami pekerja yang kecipratan atau menghirup uap asam kuat. PENGUKURAN EC, Electro Conductivity, PENGANTARAN LISTRIK. Kepekatan larutan nutrisi diukur dengan menggunakan EC meter, yang mengukur electro conductivity, pengantaran listrik, dengan satuan mS/cm, karena katoda dan anodanya berjarak 1 cm. Beberapa pabrik EC meter menambahkan padanya suatu alat tambahan kecil yang menterjemahkan mS/cm menjadi satuan ppm (parts per million), dan alatnya berubah nama menjadi TDS meter (Total Dissolved Solids). Penambahan alat itu tentunya meningkatkan biaya produksi alat. Digunakanlah faktor konversi, dan setiap pabrik menggunakan faktor konversinya sendirisendiri, a.l. 500, 630, 640, 650, 670, dan 700 ppm, untuk tiap mS/cm. Hal ini membingungkan, hingga diambil keputusan untuk menggunakan EC saja, dengan satu satuan, yaitu mS/cm. Untuk persemaian digunakan EC 1,0 mS/cm, fase pertumbuhan vegetatif EC 2,0 mS, dan fase generatif EC 3,0. Tiga cara menulis satuan EC ini, sering kita dapati dalam tulisan di majalah atau di Facebook. Di lain fihak, angka EC juga digunakan untuk membatasi kita supaya tidak semenamena menaikkan EC, karena ada batas “phytotoksisitas”, kebanyakan dengan gejala gosong. Misalnya caysim, bayam, dan beberapa sayuran daaun lainnya terlihat mulai gosong bila > EC 3,0, tetapi untuk kangkung, kailan, yang sedikit lebih kuat, mungkin angka keracunan > EC 3.5. Untuk tomat, terong, paprika, yang bisa dianggap tanaman perennial, tahunan, dan berkayu, “phytotoxicity level” diduga > EC 7,0. Hal ini membuka kemungkinan untuk menggunakan EC yang tinggi, yang banyak berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, a.l. perpendekan umur hingga layak panen, perpanjangan umur “shelf life” di supermarket, meningkatkan produktivitas, penampilan, rasa, aroma, kadar protein dan vitamin.
KEBUTUHAN NUTRISI SESUAI PERTUMBUHAN TANAMAN. Tanaman tumbuh makin lama makin besar, dan pertumbuhannya mengikuti deret ukur dan bukan deret hitung. Pemupukan hendaknya juga mengikuti deret tersebut, supaya semua kebutuhannya dapat terpenuhi, produksi tinggi, hasil panen berkualitas, harga jual tinggi, menempati market share yang unggul. Sayuran buah, misalnya tomat, ketimun, terong, mengalami 3 masa pertumbuhan, yaitu : persemaian, masa vegetatif/pertumbuhan, dan masa generatif/pembungaan & pembuahan. Formula pupuk hidroponik AB mixnya, menurut teori, seyogyanya berbeda untuk masingmasing stadia. Dalam prakteknya, kebun hanya satu blok, satu instalasi NFT, satu tandon/reservoir larutan pupuk, satu sistem irigasi, sehingga tidak memungkinkan membuat 3 sistem sebagaimana disyaratkan. Maka "dimainkan"lah EC, electro conductivity, dan dipilih angka yang bisa "all round" melayani ketiga sistem, tanpa "melukai" ketiga anggota sistem tersebut. Dipilihlah angka EC 2,5 mS/cm, yang sebenarnya "makanan orang tua", tetapi menurut pengalaman masih ditolerir oleh persemaian atau tanaman yuvenil/kecil,muda. Dengan dalih : "Lebih baik si anak kecil diberi makanan orang tua, daripada kakeknenek diberi makanan anak kecil, lalu tidak beranak!". Akhirnya tercapailah suatu stadia kerja, di mana persemaian, tanaman kecil baru pindah tanam, tanaman yang sedang tumbuh pesat, tanaman yang mulai beralih dari masa vegetatif ke generatif, atau sedang berbuah lebat, semuanya hanya memakai satu formula generatif saja, dengan satu ukuran kepekatan saja, yaitu dengan EC 2 1/2 mS/cm. Titik! Pada awalnya memang ketarketir, apakah tanaman akan phytotoxic, atau tidak? Terbukti : Tidak! Kemudian hal itu menjadi SOP, standard operating procedure dan kebiasaan, hingga sekarang, tanpa pernah mengalami kegagalan secuilpun. KEBUTUHAN AIR OLEH TANAMAN. Hidroponik terkenal sebagai pengguna air yang sangat efisien, Hanya sebatas yang dibutuhkan untuk proses hidup tanaman dan yang diuapkan oleh tanaman. Ditambah dengan yang dibuang sedikit, ketika sebulan sekali tandon larutan pupuk dikuras. Itupun tidak dibuang percuma, tetapi disiramkan ke tanaman hias, tanaman buahbuahan yang tumbuh di pekarangan, atau dialirkan ke sawah, untuk penambahan pupuk menanam padi. Penggunaan air tergantung pada :
Jenis tanaman yang dibudidayakan.
Ukuran tanaman, persemaian membutuhkan air sedikit, tanaman dewasa membutuhkan air sangat banyak.
Radiasi matahari; semakin terik, semakin banyak air dibutuhkan. Temperatur; semakin tinggi, semakin banyak membutuhkan air. Kelembaban nisbi; semakin rendah RH, relative humidity, semakin banyak diperlukan air. Angin; semakin keras tiupan angin, semakin banyak diperlukan air.
EBB AND FLOOD, HIDROPONIK PASANG SURUT, Hidroponik pasang surut jarang disebut, padahal mempunyai beberapa sifat yang baik, a.l. oksigenasi yang lancar, dengan mengalirnya udara segar ke ronggarongga yang ditinggal oleh larutan AB mix, yang sebelumnya menggenang pot beserta mediatanamnya sedalam 4 8 cm, selama 5 20 menit, 1 4 hari/1 2 X, sesuai dengan ketinggian dan umur tanaman, yang ditanam dalam bakbak datar waterpas, dalam media tanam yang tidak mengambang. Satu hal yang dikhawatirkan, adalah bila satu tanaman akarnya sakit terserang suatu penyakit cendawan, penyakit itu akan menyebar meluas, dengan disirkulasi larutan hara, dari bak tanam ke tangki/tandon/reser voir, bolakbalik. Dalam kenyataannya hal ini jarang terjadi, karena ramuan AB mix yang jitu, dengan EC yang tinggi, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit cendawan yang menyebar melalui aliran air. Bakbak tanam yang diletakkan lebih tinggi dari pompa dan tandon larutan hara, bila larutan yang menggenangnya secara gravitasi dialirkan kembali ke tandon, maka udara segar akan memasuki ronggarongga udara dalam media, membawa oksigen segar untuk respirasi akar. PENYERBUKAN TEPUNG SARI KE BAKAL BUAH DALAM GREENHOUSE. Karena ketiadaan lebah penyerbuk dalam greenhouse yang tertutup, maka pada pertanaman tomat dilakukan pemukulan dengan tongkat kecil pada batang tomat, dan getaran yang ditimbulkannya sudah cukup untuk menyebabkan tepung sari dari kepala sari berterbangan dan mendarat di kepala putik. Pada Cucurbitaceae, misalnya melon, ketimun, bunga jantan terpisah dari bunga betina, sehingga ketukan pada batang belum tentu menjamin setiap bunga betina akan terpolinasi oleh tepung sari yang terlepas dari bunga jantan.
Biasanya disewa neneknenek yang setiap pagi berkeliling dan dengan kwas kecil yang dicocolkan ke tepung sari di bunga jantan, dan mencocolkannya kembali ke kepala putik pada bunga betina. Bunga betina yang sudah diserbuk kemudian dirusak helai bunga mahkotanya, sebagai pertanda sudah diserbuki. Tanpa kwas pun bisa mengadakan polinasi, yaitu dengan memetik bunga jantan dan mencocolkan kepala sarinya ke kepala putik bunga betina. Satu bunga jantan dapat digunakan untuk menyerbuk 2 3 bunga betina. Perbandingannya boleh pula dijadikan 1 : 1, karena bunga jantan banyak jumlahnya. Tetapi hati2!. Bila temperatur greenhouse terlampau tinggi, kadang yang keluar bunga jantan melulu, dan tidak satupun ada bunga betina! Itu memang salah urus, membuat greenhouse tanpa memikirkan temperatur tinggi yang bisa timbul untuk waktu lama. REKAYASA PEMUPUKAN DAPAT MERUBAH WARNA BUAH. Tanaman melon yang warna asli buahnya merah, dapat dibuat berwarna pucatpasi, bila diberi pupuk amonium yang banyak, misalnya yang berasal dari pupuk ZA, amonium sulfat, (NH4)2SO4, atau dari pupuk Urea, CO(NH2)2. Bila banyak diberi fosfat, misalnya dalam bentuk MKP, monokalium phosphat, KH2PO4, yang juga kaya akan kandungan K, kalium, maka warna merah melon akan semakin semarak dan menarik. Jumlah pemberian harus benarbenar banyak, supaya perubahan warna itu semakin kontras. AMONIUM BERLEBIH MEMUDARKAN WARNA MERAH MELON.
Amonium, NH4 +, adalah kation yang ringan, dan karenanya diserap banyak sekali oleh akar, beserta mantel air yang menyelimuti tiap ion dari elektrolit yang terurai.
Berat atom N = 14, dan H = 1, menyebabkan kation NH4 + bobotnya menjadi 14 + (4 X 1) = 18. Lho, beratnya sama dengan molekul air H2O, yang (2 X 1 ) + 16 = 18 juga.
Pantaslah, bahwa ringannya kation NH4 + menyebabkan ia diserap banyakbanyak oleh akar melon. Air juga turut terserap sangat banyak, sehingga terjadi selsel raksasa, dan buah melon
terlihat besar. Tetapi, yah tetapi, sel raksasa konsistensi selnya amburadul, rasa manis buah melon menjadi encer, sehingga hambar rasanya.
Warna merah yang seyogyanya berwarna pekat, karena sekarang banyak diencerkan oleh air, warna merahnya akan memudar, hilang daya tariknya, dan turun harga jualnya.
Solusinya ? NNH4 + gunakan sedikit saja. Kebutuhan tanaman akan N dialihkan dengan memberi NNO3 , Nnitrat, misalnya dari kalium nitrat KNO3, Canitrat, kalsium nitrat Ca(NO3)2.4H2O atau kalau ia terlalu hygroskopis, alihkan ke kalsium amonium nitrat, dengan nama dagang Calcinit, dan rumus kimia 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O.
AMBANG KERACUNAN PHYTOTOXICITY LEVEL. Di awal perkembangan perhidroponikan, banyak yang menggunakan media dan fertigasi. Nutrisi yang tidak terserap oleh akar akan berakumulasi, fertigasi yang dilakukan beberapa kali per hari akan menyebabkan akumulasi dengan cepat. EC masuk biasanya 1,5 mS/cm, tetapi EC hasil akumulasi bisa mencapai angka 5,0. Padahal, misalnya untuk tanaman melon yang sukulen, nilai ambang keracunan adalah EC 3,5, di atas angka tersebut daun akan mulai gosong! Untuk menghindari terlampauinya nilai ambang keracunan biasanya digunakan patokan kerja EC 2,5, cukup aman terhadap kegosongan. Memang ada yang berani meningkat hingga EC 2,8, tetapi semakin tinggi, semakin mendekati kejenuhan, sehingga kita harus ingat "law of deminishing return", semakin mendekati titik jenuh, semakin tidak efisien penyerapan hara. Lagi pula kita harus ingat, bahwa bila tibatiba RH (relative humidity) turun, evapotranspirasi meningkat pesat, tanaman banyak kehilangan air, EC tibatiba melonjak, melampaui nilai ambang phytotoksisitas, dan tanaman gosong separuh daunnya. Jadi, berhatihatilah! Karena dengan EC 2,5, kemungkinan terlampauinya nilai ambang keracunan, akan lebih cepat tercapai dibandingkan pada EC 1,5. Sebentar2 dicheck EC, bila matahari terik, dan bersiapsiap membuka kran air, untuk menurunkan EC larutan nutrisi di tandon. KELAT/CHELATE EDTA, DTPA, EDDHA. Ferrum, dengan kode Fe, dapat hadir sebagai Fe ++, ferro, dapat pula terdapat sebagai Fe +++, ferri, yang mengendap. Ferro sering jahil, colakcolek unsur mikro lainnya, dan mengfiksasinya dengan mengendapkannya, dengan akibat tanaman menjadi korban, akan menunjukkkan gejala "chlorosis", pucat. Untuk mengurangi kejahilannya, muatan dua ++ itu diberangus dengan suatu "chelating agent", bernama EDTA, ethylene diamin tetra acetic acid. Setelah terjinakkan unsur Fe tersebut, untuk
pertama kalinya petani dapat berproduksi dengan baik, tanpa harus ada gejala klorosis. Tetapi keadaan yang membahagiakan itu berlangsung mulai pH 5,5. Kesulitan timbul, ketika angka pH naik karena pertumbuhan yang pesat, yang menyebabkan persentase kelat tidak lagi 100 %, terjadi presipitasi atau endapan, yang menghasilkan gejala klorosis, disusul dengan tersumbatnya dripper penetes. Dengan perkembangan teknologi, sekarang diciptakan FeEDTA yang dapat stabil antara pH 4 9. Beberapa pekebun Belanda menggunakan kelat ferrum yang nilai biologisnya lebih unggul, dan stabil pada pH yang tinggi, yang bernama DTPA, dan cukup menggunakan 1 2 ppm, dan bukan 3 5 ppm, untuk tiap 1.000 l larutan AB mix. Tetapi harga kelatnya dobel. Di masa pertumbuhan sangat pesat, di mana pH kadang naik dan mencapai angka 7,0, maka 30 50 % dari DTPA diganti dengan kelat EDDHA, yang lebih canggih lagi, misalnya untuk menghadapi pH 10, tetapi sayangnya tidak disebutkan untuk budidaya macam dan jenis tanaman apa! Dan harga kelatnya, ala Mak! EC METER dengan mS/cm atau TDS METER dengan ppm ? (Saduran dari Catatan Kecil no. 7, Revised edition) Duaduanya bisa digunakan ! Yaitu untuk mengukur kepekatan nutrisi melalui penghantaran listrik, antara katoda + dan anoda , dan dipasang dengan jarak 1 cm. Parameternya ialah mS/cm, yang dapat dibaca pada monitornya. Alatnya bernama "electro conductivity meter", "EC meter", daan kedua huruf ditulis dengan huruf besar. Ada pabrik yang menambahkan suatu mekanisme di dalam EC meter itu, yang menterjemahkan parameter mS/cm menjadi ppm, dan dapat dibaca pada monitornya. Alat ini diberi nama TDS meter, "Total dissolved solids" meter. Tetapi beda pabrik, beda angka konversinya, a.l. 500, 630, 640, 650, 670, 700. Satu larutan AB mix saya, bisa terbaca dengan berbagai angka ppm! Terpaksa saya mengadakan pilihan. Saya kemudian menganut mashab EC dengan mS/cm, dan meninggalkan TDS dengan ppmnya! Boleh, dong! PENGGUNAAN pH DAN EC YANG MANTAP SEPANJANG WAKTU. (Saduran dari Catatan Kecil no. 8, Revised Edition). Budidaya hidroponik dengan media, misalnya polybag kapasitas 5 liter arang sekam, diisi dengan tanaman melon, dijajarkan sepanjang kiri kanan slang polyethylene 19 mm, dengan jarak tanam 60 cm, ditancapi "nipple", yang disambung dengan "spaghetty tube" ke "regulating stick", dan secara irigasi tetes diteteskanlah larutan AB mix dengan EC 3,0 mS/cm, pH 5,8, dan curah, "flowrate" 1 liter/jam, dijalankan pompa "submersible" beberapa kali/hari, dengan total pemberian 1 liter/polybag/hari. Tandon AB mixnya dipendam di dalam tanah, supaya airnya
tetap dingin 25 oC, dilengkapi pompa sub, dan larutan diteteskan ke dalam polybag yang ditanami melon. Satu cm di atas dasar polybag dilubangi, untuk mengeluarkan kelebihan larutan yang diteteskan, dan dinamakan "throw to waste", limbah atau kelebihan larutan dibuang! Jadi air yang diteteskan selamanya berEC 3,0, dan berpH 5,8, tanpa berubah. Apa di polybag ada perubahan? Ada! Yaitu AKUMULASI, penumpukan larutan yang berlebihan hari demi hari. Malahan ini bisa menjadi "blessing", karena semakin tanaman berumur, ia memerlukan pupuk yang extra banyak, untuk berbunga, berpentil, pembesaran buah, pemasakan buah. Pun tanaman semakin kuat terhadap EC yang tinggi, tidak akan terjadi gosong. Pokoknya tanaman selalu mendapat tetesan larutan AB mix yang mantap EC dan pHnya! AKUMULASI EKSUDAT TANAMAN YANG MENJADI TOKSIN Topik yang akan dibicarakan ini belum saya temui di buku fisiologi tumbuhan manapun; karenanya hanya merupakan teorema dari saya yang hanya berdasarkan logika, dan tidak dilatar belakangi angkaangka hasil penelitian, sehingga terserah pada Anda untuk mempercayainya! Manusia tiap hari berak dan kencing, dan toilet/kakus itu di"flush", disebor, hilang lenyaplah "eksudat" tadi ke dalam septiktank. Beres! Tanaman di hidroponik (ataupun di tanah) tiap waktu juga berak dan kencing, tetapi pada NFT (Nutrient Film Technic, Hidroponik Talang Landai), ada sirkulasi, yaitu larutan itu berulang kembali disuapkan pada tanaman itu juga, dengan tiap kali ada peningkatan kadar eksudat. Ada yang mengatakan sirkulasi itu berlangsung tiap 15 menit, dan ada yang mengatakan diperlukan waktu 2 jam untuk larutan itu dijejalkan kembali pada tanaman yang sama. Pokoknya, dalam waktu satu minggu saja akumulasi eksudat telah mencapai suatu konsentrasi yang amat tinggi, dan yang sudah merupakan racun bagi pertumbuhan tanaman pokok. Tanaman stagnan derajat pertumbuhannya, bentuk dan penampakannya amorf (tanpa bentuk), atau malformasi (bentuknya menyimpang dari seharusnya), berlekuk dan keriting, kerdil, dan akhirnya gagal jual. Kalau tandon atau reservoir larutan pupuknya kecil, maka hanya dalam seminggu sudah harus dibuang larutan pupuk itu dan harus diganti dengan yang baru. Kalau tandonnya besar, mungkin baru dua bulan kemudian pengurasan harus dilakukan. Singkatnya : Tandon harus besar. Pengurasan harus dilakukan sesering mungkin. Limbah larutan pupuk itu masih bisa dimanfaatkan untuk menyiram sawah atau pohon pisang yang tumbuh didekatnya.
USAHA MENETRALKAN EKSUDAT. Ketika kecil, kalau Ibu melihat saya garukgaruk, Ibu langsung menanya apakah gatal? Kemudian dengan cepat membuka lemari obat dan mengambil "kalk tablet", tablet kapur/kalsium, dan saya disuruh menelannya sebutir. Tidak lama kemudian rasa gatal itu lenyap. Ruparupanya kalsium mengikat racun/toksin, atau menetralkannya, sehingga rasa gatal langsung hilang. Suatu literatur pernah saya jumpai yang menyatakan, bahwa salah satu peran Ca, kapur, dalam fisiologi tumbuhan, ialah menetralkan toksin/eksudat yang berada dalam tanaman, sehingga tidak bisa lagi mengganggu pertumbuhan tanaman. Andai kata pendapat itu benar, maka kita pakai saja Calcium ammonium nitrate, 5Ca(NO3)2.NH4NO3.10H2O, yang kandungan unsur Canya 19 %, misalnya sebanyak 1.000 g untuk tiap 1.000 l larutan AB mix, sehingga kandungan Canya menjadi 190 ppm, dan dianggap cukup untuk menetralkan racun/toksin yang berada dalam larutan AB mix yang Anda sedang gunakan. Itu kalau teori ini benar adanya! Patut dicoba, untuk memperpanjang umur pakai larutan AB mix dalam tandon larutan pupuk.