Wulan

4
CANDI CANDI DI INDONESIA Nama : Putri Wulan Ramadhani Kelas : IV A No. Abs : 28 Sekolah : SDN Kendangsari 1 / 276

description

daad

Transcript of Wulan

CANDI – CANDI DI INDONESIA

Nama : Putri Wulan Ramadhani

Kelas : IV A

No. Abs : 28

Sekolah : SDN Kendangsari 1 / 276

CANDI – CANDI DI INDONESIA

1. CANDI PLAOSAN

Candi Plaosan adalah sebutan untuk kompleks percandian yang terletak

di DukuhPlaosan, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa

Tengah,Indonesia. Candi ini terletak kira-kira satu kilometer ke arah timur-laut dari Candi

Sewuatau Candi Prambanan. Adanya kemuncak stupa, arca Buddha, serta candi-candi

perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut

adalah candi Buddha. Kompleks ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri

Kahulunan pada zaman Kerajaan Medang, atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Mataram

Kuno. Kompleks Candi Plaosan terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul.

2. CANDI SEWU

Candi Sewu adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks candi Prambanan (hanya beberapa

ratus meter dari candi utama Roro Jonggrang). Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun pada saat

kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784). Candi Sewu merupakan komplek candi

Buddha terbesar setelah candi Borobudur, sementara candi Roro Jonggrang merupakan candi bercorak Hindu.

Menurut legenda rakyat setempat, seluruh candi ini berjumlah 999 dan dibuat oleh seorang tokoh sakti

bernama, Bandung Bondowoso hanya dalam waktu satu malam saja, sebagai prasyarat untuk bisa memperistri

dewi Roro Jonggrang. Namun keinginannya itu gagal karena pada saat fajar menyingsing, jumlahnya masih

kurang satu.

3. CANDI NGAWEN

Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan

dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa

yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi

masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.

Candi Ngawen adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah

Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh

wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini

kemungkinan besar adalah yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.

4. CANDI BRAHU

Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Buddha, didirikan abad 15 Masehi. Pendapat lain, candi

ini berusia jauh lebih tua ketimbang candi lain di sekitar Trowulan. Menurut buku Bagus Arwana, kata Brahu

berasal dari kata Wanaru atau Warahu. Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci seperti disebutkan

dalam prasasti Alasantan, yang ditemukan tak jauh dari candi brahu. Dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok

pada tahun 861 Saka atau 9 September 939,

Candi Brahu merupakan tempat pembakaran (krematorium) jenazah raja-raja Brawijaya. Anehnya

dalam penelitian, tak ada satu pakarpun yang berhasil menemukan bekas abu mayat dalam bilik candi. Lebih

lebih setelah ada pemugaran candi yang dilakukan pada tahun 1990 hingga 1995.

5. CANDI MUARA TAKUS

Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Riau, Indonesia. Kompleks candi ini

tepatnya terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau jaraknya kurang lebih

135 kilometer dari Kota Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus

sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai Kampar Kanan.

Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya terdapat pula tembok

tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan.

Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka.

Bahan bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Menurut sumber tempatan, batu bata

untuk bangunan ini dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas

galian tanah untuk batu bata itu sampai saat ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk.

Untuk membawa batu bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini

walaupun belum pasti kebenarannya memberikan gambaran bahwa pembangunan candi itu secara bergotong

royong dan dilakukan oleh orang ramai.