~WRL0978.tmp

26
SKENARIO Saat berenang, tanpa sengaja telinga kiri Nori kemasukan air.Pendengaran Nori menjadi terganggu. Nori lalu ingin memeriksakan fungsi pendengaran dan keseimbangan ke dokter.Apa yang terjadi pada Nori? I. Klasifikasi istilah - Telinga : organ tubuh yang berfusi untuk alat pendengaran dan keseimbangan - Pendengaran : proses untuk mempersepsikan (bunyi) sehingga menjadi (terdengar) - Keseimbangan : kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika posisi tegak, juga kemampuan relatif untuk mengkontrol masa tubuh II. Identifikasi masalah 1. Saat berenang, tanpa sengaja telinga (kiri) nori kemasukan air 2. Pendengaran nori menjadi terganggu 3. Nori takut keseimbangannya pun terganggu 4. Nori ingin memeriksakan fungsi pendengarannya ke dokter III. Analisis masalah a. Analisis masalah pertama 1. Anatomi telinga Gambar telinga Bagian-bagian telinga (luar, tengah, dalam) Auris externa Auricula o Helix o Anti helix o Tragus o Anti tragus

Transcript of ~WRL0978.tmp

Page 1: ~WRL0978.tmp

SKENARIO

Saat berenang, tanpa sengaja telinga kiri Nori kemasukan air.Pendengaran Nori menjadi terganggu. Nori lalu ingin memeriksakan fungsi pendengaran dan keseimbangan ke dokter.Apa yang terjadi pada Nori?

I. Klasifikasi istilah

- Telinga : organ tubuh yang berfusi untuk alat pendengaran dan

keseimbangan

- Pendengaran : proses untuk mempersepsikan (bunyi) sehingga menjadi

(terdengar)

- Keseimbangan : kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang

tumpu terutama ketika posisi tegak, juga kemampuan relatif untuk mengkontrol

masa tubuh

II. Identifikasi masalah

1. Saat berenang, tanpa sengaja telinga (kiri) nori kemasukan air

2. Pendengaran nori menjadi terganggu

3. Nori takut keseimbangannya pun terganggu

4. Nori ingin memeriksakan fungsi pendengarannya ke dokter

III. Analisis masalah

a. Analisis masalah pertama

1. Anatomi telinga

Gambar telinga

Bagian-bagian telinga (luar, tengah, dalam)

Auris externa

Auricula

o Helix

o Anti helix

o Tragus

o Anti tragus

o lobulus

Meatus acusticus externus

Auris media

Cavitas tympanica

Membrana tympanica

Page 2: ~WRL0978.tmp

Ossicula auditus

Tuba auditiva

Auris interna

Labyrinthus membranaceus

o Labyrinthus vestibularis

o Labyrinthus cochlearis

Labyrinthus osseus

o Vestibulum

o Canales semicirculares

o Cochlea

o Meatus acusticus internus

Vaskularisasi

Otot/musculus (telinga luar)

Persarafan telinga

2. Histologi pada telinga

b. Analisis masalah kedua

1. Organ-organ pendengaran telinga (telinga luar, telinga tengah, koklea {anatomi

mikros detail})

2. Fisiologi pendengaran

3. Mengapa pendengaran nori menjadi terganggu?

4. Apa saja (kelainan/gangguan) pada pendengaran

5. Sumber arah pendengaran? Identifikasi arah sumber suara

c. Analisis masalah ketiga

1. Organ-organ keseimbangan pada telinga

Kanalis semisirkularis

Urtikulus

Sakulus

2. Jenis-jenis pemeriksaan pada keseimbangan?

3. Fisiologi keseimbangan

4. Apakah ada hubungan antara (kasus) telinga nori kemasukan air (terganggu

pendengaran) dengan “keseimbangannya? Ya atau tidak? Jelaskan!

d. Analisis masalah keempat

1. Cara pemeriksaan fungsi pendengaran

Rinne

Page 3: ~WRL0978.tmp

Schwabah

Webber

2. Cara penilaian/interpretasi fungsi pendengaran?

IV. Hipotesis

Terjadi perubahan atau gangguan pada telinga kiri nori akibat kemasukan air di ruang

telinga luar

V. Kerangka konsep

VI. Sintesis

1. Anatomi telinga

Anatomi telinga luar

Telinga luar yang terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Telinga terletak

pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekata pada

sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak

dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu

pengumpulan gelombang suara dan perjalanya sepanjang kanalis auditorius

eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi

temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakan

ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup

mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 centimeter.

Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana

kulit terlekat. Duapertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.

Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam

kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang

mensekresikan serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong

sel kulit tua dan serumen ke bagian luar telinga. Serumen tampaknya sifat

antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Anatomi telinga tengah dan dalam

Telinga tengah tersusun atas membran timpani di sebelah lateral dan kapsul

optik di sebelah medial celah telinga terletak diantara kedua membrana

timpani terletak pada akhiran kanalis auditorius eksternus dan menandai

batas lateral telinga, membrana ini sekitar 1 cm dan selapu tipis normalnya

berwarna kelabu mutiara dan translulen. Telinga tengah merupakan rongga

Page 4: ~WRL0978.tmp

berisi udara merupakan rumah bagi osikuli dihubungkan tuba eustachii ke

nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid

tulang temporal.

Telinga tengah mengandung telinga terkecil yaitu malleus,inkus,stapes.

Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen,

yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval) dan

dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telingah tengah dengan

telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana

suara di hantar telinga tengah. Jendela oval memberikan jalan getaran

suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana yang sangat tipis, dan dataran

kaki stapes ditahan oleh agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Anulus

jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini

terjadi, cairan dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi

inidinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm panjangnya sekitar 35 mm,

menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,

namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan

manuver valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai

drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah

dengan tekanan atmosfer. Anatomi telinga dalam tertanam jauh di tulang

temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis

semisirkularis), begitu juga kranial nervus facial dan nervus

kokleavestibularis semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.

Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirin. Ketiga

kanalis semisirkularis posterior, superior dan lateral terletak membentuk

sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan

dengan keseimbangan. Organ reseptor ini di stimulasi oleh perubahan

kecepatan dan arah gerakan seseorang.

Koklea terbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan

dua setengah lingkaran spiral dan menganndung organ akhir untuk

pendengaran, dinamakan organ corti. Di dalam lubang labirin, namun tidak

sempurna mengisinya. Labirin membranosa terendam dalam cairan yang

dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan

serebrospinal dalam otak melaui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa

Page 5: ~WRL0978.tmp

tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis ,

dan organo corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan

endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimpe dan

endolimpe dalam telinga dalam;banyak kelainan telinga dalam terjadi bila

keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan

dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel rambut

labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan

sepanjang cabang vestibular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi

kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga

mengakibatkan aktivitas elektris yang akan di hantarkan ke otak oleh nervus

kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis, yang

muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari

kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis. Yang

bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah

nervus facialis. Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan

asupan darah ke batang otak.

Bagian-bagian telinga (luar, tengah, dalam)

Auris externa

Auricula

o Helix

o Anti helix

o Tragus

o Anti tragus

o lobulus

Meatus acusticus externus

Page 6: ~WRL0978.tmp

Auris media

Cavitas tympanica

Membrana tympanica

Ossicula auditus

Tuba auditiva

auris interna

Labyrinthus membranaceus

o Labyrinthus vestibularis

o Labyrinthus cochlearis

Labyrinthus osseus

o Vestibulum

o Canales semicirculares

o Cochlea

o Meatus acusticus internus

Page 7: ~WRL0978.tmp

2. Histology telinga

TELINGA LUAR

Terdir i dari:

Daun telinga:

- Tulang rawan elastis

- Jaringan kulit tipis, posterior lebih tebal darianterior

- Folikel rambut, glandula sudorifera

- Lobus auricula

- jaringan adiposa

Meatus Acusticus Externus:

- Panjang ± 25 mm, terarah ke jurusan medio inferior

- Dinding luar: kartilago elastis

- Dinding dalam: os temporal

- Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea,glandula serumen (modifikasi glandula sudorifera -

tubuler bergelung, apokrin)

- Sekret glandula serumen bercampur dengan sekretglandula sebacea disebut serumen (earwax) yang -

sifatnya bakterisid, berbentuk seperi malam, danberwarna kecoklatan.

Membrana timpani:

- Oval, semi transparan

- Luar: epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar

- Dalam: epitel selapis gepeng/kuboid, jaringanpengikat kolagen, jaringan pengikat

elastis,fibroblas

- Pars flaccid/membran Shrapnell: kuadrananterosuperior, daerah segitiga kecil yang lunak,tidak

terdapat serat kolagen.

- Pars tensa: bagian terbesar di luar pars flaccid

TELINGA TENGAH

Terdiri dari:

- Kavum timpani:

- Isi : udara

- Posterior: berhubungan dengan ruangan-ruanganprocessus mastoideus

- Anterior: berhubungan dengan tuba Eustachii

- 3 tulang yang menghubungkan membrana timpanidengan foramen ovalis: os maleus, os incus,

os stapes.

Page 8: ~WRL0978.tmp

- Memiliki fungsi meneruskan getaran dari membranatimpani ke cairan di telinga dalam.

- Dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapisgepeng/kuboid, lamina propria tipis, dan periosteum.

Tuba Eustachii:

- Merupakan saluran antara bagian anterior kavumtimpani dan bagian latero posterior nasofaring

- Lumen sempit, gepeng

- 2/3 bagian kartilago elastis

- 1/3 bagian tulang

- Epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris

- terdapat Lamina propria tipis

- Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, selgoblet, limfosit

TELINGA DALAM

Terdiri dari:

- Labirin tulang:

- Vestibulum

- Saluran semisirkularis tulang

- Cochlea

- Labirin membanosa:

- Utriculus

- Sacculus

- Saluran semisirkularis membranosa

- Ductus dan saccus endolimfaticus

- Ductus reuniens

- Ductus cochlearis

- cochlea

Scala vestibuli: dinding dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng.

Scala media/ductus cochlearis dengan membranavestibularis Reissner.

Scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikattipis dengan epitel selapis gepeng.

Page 9: ~WRL0978.tmp
Page 10: ~WRL0978.tmp

3. Fisiologi pendengaran

Proses mendengar diawali denngan ditangkapnya energi bunyi oleh daun

telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

koklea. Getaran tersebut membran timpani di teruskan ke telinga tengah

melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran

melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas

membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini

akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga

perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diterukan melalui membran

reissner yang mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif

anatara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan

rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stero cilia sel-sel

rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan

listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut,

sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus

auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.

Page 11: ~WRL0978.tmp

4. Fisiologi keseimbangan

Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya

tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual

dan propioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan

diolah di sistem saraf pusat sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh

pada saat itu.

Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan

pelebaran labirin membran yag terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada

tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel

reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis

dimana setiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus

disebut ampula. Di dalamnya terdapat crista ampularis yang terdiri dari sel-sel

reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin

yang disebut kupula.

Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan

cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya cilia sel rambut akan menekuk.

Tekukan cilia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion

kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebaabkan terjadinya proses

depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang

selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalu saraf afferen ke pusat

keseimbangan di otak. Sewaktu berkas cilia terdorong ke arah berlawanan maka

terjadi hiperpolarisasi.

Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik

akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfe di dalam kanalis semisirkularis

menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai

perubahan posisi tubuh akibat percepatan linear atau percepatan sudut. Dengan

demikian dapat memberikan informasi mengenai semua gerak tubuh yang

sedang berlangsung.

Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya

dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul

dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi

atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.

5. Gangguan pendengaran

- Tuli

Page 12: ~WRL0978.tmp

a. Tuli hantaran (konduktif)

Terjadi jika gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui bagian luar

dan tengah telinga untuk menggetarkan cairan telinga dalam telinga. Kemungkinan

penyebabnya adalah penyumbatan fisik saluran telinga oleh serumen, pecahnya

gendang telinga, infeksi telinga tengah disertai penimbunan cairan atau restriksi

gerakan osikulus akibat perlekatan tulang antara stapes dan jendela oval.

b. Tuli sensori neural

Gelombang suara ditransmisikan ke telinga dalam, tetapi tidak diterjemahkan

menjadi sinyal saraf yang dapat diintrepetasikan oleh otak sebagai sensasi suara

6. Kelainan auris eksterna

a. Ototitis eksterna

Radang pada meatus akustikus eksternus akut maupun kronis yang disebabkan oleh

infeksi bakteri, jamur, dan virus

b. Hematoma

Terdapoatnya kumpulan darah diantara perikondrium dan tulang rawan di auricular

atau daun telinga

7. Kelainan auris media

a. Otitis media

Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga, tuba auditiva eustachi, antrum

mastoideum dan sel-sel mastoid.

b. Otosklerosis

Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah basis

stapes sehingga basis stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran

suara ke labirin dengan baik. Otosklerosis merupakan penyebab tuli konduksi pada

dewasa umumnya.

c. Barotrauma (aerotritis)

Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah

sewaktu naik pesawat terbang, menyelam, naik gunung, yang menyebabkan tuba

gagal untuk membuka.

6. Gangguan keseimbangan

1. Tinnitus

Merupakan salah bentuk gangguan pendengaran biasanya berupa bunyi mendenging,

menderu, mendesis, dll. Tinnitus dibagi atas 2 jenis :

Page 13: ~WRL0978.tmp

1. Tinnitus subyektif

Bila suara dapat didengar oleh pemeriksa dan penderita

2. Tinnitus obyektif

Pada umumnya disebabkan oleh kelainan vaskuler

2. Vertigo

Perasaan berputar dimana penderita merasa dia berputar terhadap sekelilingnya atau

sebaliknya.

3. Nistagmus

Merupakan gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari fase lambat dan fase cepat. Fase

cepat merupakan reaksi sistem vestibular, sedangkan fase lambat merupakan reaksi

kompensasinya.

7. cara pemeriksaan

Alat yang diperlukan :

1. Garpu Tala

2. Kapas untuk menyumbat telinga

A. Cara Rinne

Page 14: ~WRL0978.tmp

1. Getarkan penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya

ke telapak tangan.

Jangan sekali – kali memukul pada benda yang keras.

2. Tekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang

percobaan.

3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala mendengung

di telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus segera memberi

tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.

4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari proc.

Mastoideus orang percobaan dan kemudian ujung jari

penala ditempatkan sedekat – dekatnya di depan liang telinga

yang sedang diperiksa itu.

5. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :

Positif :bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal atau Tuli Sensorineural

Negatif : bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran

aerotimpanal. (tuli Konduktif)

Page 15: ~WRL0978.tmp

B. Cara Weber

1. Getarkan penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.

2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.

3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi penala

sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.

4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan

lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi

pemeriksaanya.

zzz

-

C. Cara Schwabach

1. Getarkan panala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor

A.1.

Page 16: ~WRL0978.tmp

2. Tekanlah ujung tangkai penala pada proc. Mastoideus salah satu telinga orang

percobaan.

3. Suruh orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi

menghilang.

4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari proc. Mastoideus

orang percobaan proc, mastoideusnya sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si

pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti

oleh orang percobaan masih dapat dedengar oleh si pemeriksa maka hasil

pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK(tuli sensorineural).

5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga

tidak dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin

SCHWABACH NORMAL.

Bila SCHWABACH MEMANJANG(tuli konduktif) maka untuk

memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula – mula ditekankan ke

processeus mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi,

kemudian ujung tangkai penala segera ditekankan ke processus

mastoideus orang percobaan.Bila dengungan (setelah dinyatakan

berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat di dengar oleh orang

percobaan, hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMANJANG.Bila dengungan dinyatakan berhenti

oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh orang percobaan maka hasil pemeriksaan ialah

SCHWABACH NORMAL.

CARA PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

A. Percobaan dengan kursi Barany

a. Nistagmus :

1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan tangannya

memegang erat tangan kursi.

2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukan kepalanya 30o ke depan.

Page 17: ~WRL0978.tmp

3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba – tiba.

5. Bukalah saputangan dan suruhlah orang percobaan melihat jauh ke depan.

6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetap arahkan komponen lambat dan cepat

nistagmus tersebut.

b. Tes penyimpangan penujukan (past poiting test of Barany).

1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya

dengan saputangan.

2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kirinya ke

arah orang percobaan.

3. Suruhlah orang percobaan meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat

menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnnya.

4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian

dengan cepat menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa

lagi. Tindakan no 1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai

berikut :

5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat

tangan kursi, menundukkan kepala 30o ke depan.

6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.

7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba – tiba, suruhlah orang

percobaan menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan

seperti diatas.

8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh orang percobaan. Bila

terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah tes

tersebut sampai orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.

c. Tes jatuh.

1. Suruhlah orang percobaan duduk dikursi Barany dengan kedua tangannya

memegang erat tangan kursi. Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan

Page 18: ~WRL0978.tmp

bungkukkan kepala dan badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 120o

dari posisi normal.

2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.

3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba – tiba, suruhlah orang

percobaan menegakkan kembali kepala dan badannya.

4. Perhatikan kemana dia akan jatuh dan tanyakan kepada orang percobaan kemana

rasanya ia akan jatuh.

5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan lain dengan:

a. Memiringkan kepala ke arah bahun kanan sehingga kepala miring 90o terhadap

posisi normal.

b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60o.

6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolinfe pada

kanalis semisirkularis yang terangsang.

a. Kesan ( sensasi )

1. Gunakan orang percobaan yang lain.

Suruhlah orang percobaan duduk dikursi Barany dan tutuplah kedua

matanya dengan saputangan.

2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur – angsur

bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarnya secara berangsur

– angsur pula sampai berhenti.

3. Tanyakan kepada orang percobaan arah perasaan berputar :

Sewaktu kecepatan berputar masih bertambah

Sewaktu kecepatan putar menetap

Sewaktu kecepatan putar dikurangi

Sewaktu kecepatan kursi dihentikan

4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan

berputaryang dirasakan oleh orang percobaan.

b. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis.

1. Suruhlah orang percobaan, dengan mata tertutup dan kepala tertunduk 30o,

berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum

jam, sebanyak 10 kali dalam 30 detik.

Page 19: ~WRL0978.tmp

2. Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan

berjalan lurus ke muka.

3. Perhatikan apa yang terjadi.

4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan

dengan arah jarum jam.

Page 20: ~WRL0978.tmp

DAFTAR PUSTAKA

Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. Buku Ajar Telinga, Hidung, tenggorok, Kepala dan Leher FK UI, 6th

edition. 2007. Jakarta : Gaya Baru.

Gray. H. 1997. Grays Anatomi, 32th edition, Longmans, Green dan Co Ltd

Guyton, Arthur C, dkk. Fisiologi Pendengaran dan Penghidu. Buku Ajar Fisioloogi Kedokteran edisi 11.

2006. Jakarta : EGC.

Leeson, C. Roland, dkk, Jaringan Dasar. Buku Ajar Histologi. 1996. Jakarta : EGC.

Sherwood, Laralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2011. Jakarta : EGC.

Junqueira, Luiz Carloz, dkk. Histologi Dasar Teks dan Atlas. 2007. Jakarta : EGC.

Snell, Richard S. Anatomi Klinik, edisi 6. 2006. Jakarta : EGC