~WRL0978.tmp
-
Upload
franze-tambunan -
Category
Documents
-
view
27 -
download
2
Transcript of ~WRL0978.tmp
SKENARIO
Saat berenang, tanpa sengaja telinga kiri Nori kemasukan air.Pendengaran Nori menjadi terganggu. Nori lalu ingin memeriksakan fungsi pendengaran dan keseimbangan ke dokter.Apa yang terjadi pada Nori?
I. Klasifikasi istilah
- Telinga : organ tubuh yang berfusi untuk alat pendengaran dan
keseimbangan
- Pendengaran : proses untuk mempersepsikan (bunyi) sehingga menjadi
(terdengar)
- Keseimbangan : kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang
tumpu terutama ketika posisi tegak, juga kemampuan relatif untuk mengkontrol
masa tubuh
II. Identifikasi masalah
1. Saat berenang, tanpa sengaja telinga (kiri) nori kemasukan air
2. Pendengaran nori menjadi terganggu
3. Nori takut keseimbangannya pun terganggu
4. Nori ingin memeriksakan fungsi pendengarannya ke dokter
III. Analisis masalah
a. Analisis masalah pertama
1. Anatomi telinga
Gambar telinga
Bagian-bagian telinga (luar, tengah, dalam)
Auris externa
Auricula
o Helix
o Anti helix
o Tragus
o Anti tragus
o lobulus
Meatus acusticus externus
Auris media
Cavitas tympanica
Membrana tympanica
Ossicula auditus
Tuba auditiva
Auris interna
Labyrinthus membranaceus
o Labyrinthus vestibularis
o Labyrinthus cochlearis
Labyrinthus osseus
o Vestibulum
o Canales semicirculares
o Cochlea
o Meatus acusticus internus
Vaskularisasi
Otot/musculus (telinga luar)
Persarafan telinga
2. Histologi pada telinga
b. Analisis masalah kedua
1. Organ-organ pendengaran telinga (telinga luar, telinga tengah, koklea {anatomi
mikros detail})
2. Fisiologi pendengaran
3. Mengapa pendengaran nori menjadi terganggu?
4. Apa saja (kelainan/gangguan) pada pendengaran
5. Sumber arah pendengaran? Identifikasi arah sumber suara
c. Analisis masalah ketiga
1. Organ-organ keseimbangan pada telinga
Kanalis semisirkularis
Urtikulus
Sakulus
2. Jenis-jenis pemeriksaan pada keseimbangan?
3. Fisiologi keseimbangan
4. Apakah ada hubungan antara (kasus) telinga nori kemasukan air (terganggu
pendengaran) dengan “keseimbangannya? Ya atau tidak? Jelaskan!
d. Analisis masalah keempat
1. Cara pemeriksaan fungsi pendengaran
Rinne
Schwabah
Webber
2. Cara penilaian/interpretasi fungsi pendengaran?
IV. Hipotesis
Terjadi perubahan atau gangguan pada telinga kiri nori akibat kemasukan air di ruang
telinga luar
V. Kerangka konsep
VI. Sintesis
1. Anatomi telinga
Anatomi telinga luar
Telinga luar yang terdiri dari aurikula dan kanalis auditorius eksternus,
dipisahkan dari telinga tengah oleh membrana timpani. Telinga terletak
pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekata pada
sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak
dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu
pengumpulan gelombang suara dan perjalanya sepanjang kanalis auditorius
eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi
temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakan
ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup
mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 centimeter.
Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana
kulit terlekat. Duapertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam
kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresikan serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong
sel kulit tua dan serumen ke bagian luar telinga. Serumen tampaknya sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
Anatomi telinga tengah dan dalam
Telinga tengah tersusun atas membran timpani di sebelah lateral dan kapsul
optik di sebelah medial celah telinga terletak diantara kedua membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis auditorius eksternus dan menandai
batas lateral telinga, membrana ini sekitar 1 cm dan selapu tipis normalnya
berwarna kelabu mutiara dan translulen. Telinga tengah merupakan rongga
berisi udara merupakan rumah bagi osikuli dihubungkan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid
tulang temporal.
Telinga tengah mengandung telinga terkecil yaitu malleus,inkus,stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen,
yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval) dan
dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telingah tengah dengan
telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana
suara di hantar telinga tengah. Jendela oval memberikan jalan getaran
suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana yang sangat tipis, dan dataran
kaki stapes ditahan oleh agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Anulus
jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini
terjadi, cairan dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi
inidinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,
namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
manuver valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai
drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer. Anatomi telinga dalam tertanam jauh di tulang
temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis
semisirkularis), begitu juga kranial nervus facial dan nervus
kokleavestibularis semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.
Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirin. Ketiga
kanalis semisirkularis posterior, superior dan lateral terletak membentuk
sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan
dengan keseimbangan. Organ reseptor ini di stimulasi oleh perubahan
kecepatan dan arah gerakan seseorang.
Koklea terbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan
dua setengah lingkaran spiral dan menganndung organ akhir untuk
pendengaran, dinamakan organ corti. Di dalam lubang labirin, namun tidak
sempurna mengisinya. Labirin membranosa terendam dalam cairan yang
dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan
serebrospinal dalam otak melaui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa
tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis ,
dan organo corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan
endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimpe dan
endolimpe dalam telinga dalam;banyak kelainan telinga dalam terjadi bila
keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan
dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merangsang sel-sel rambut
labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan
sepanjang cabang vestibular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi
kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga
mengakibatkan aktivitas elektris yang akan di hantarkan ke otak oleh nervus
kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis, yang
muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari
kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis. Yang
bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah
nervus facialis. Kanalis auditorius internus membawa nervus tersebut dan
asupan darah ke batang otak.
Bagian-bagian telinga (luar, tengah, dalam)
Auris externa
Auricula
o Helix
o Anti helix
o Tragus
o Anti tragus
o lobulus
Meatus acusticus externus
Auris media
Cavitas tympanica
Membrana tympanica
Ossicula auditus
Tuba auditiva
auris interna
Labyrinthus membranaceus
o Labyrinthus vestibularis
o Labyrinthus cochlearis
Labyrinthus osseus
o Vestibulum
o Canales semicirculares
o Cochlea
o Meatus acusticus internus
2. Histology telinga
TELINGA LUAR
Terdir i dari:
Daun telinga:
- Tulang rawan elastis
- Jaringan kulit tipis, posterior lebih tebal darianterior
- Folikel rambut, glandula sudorifera
- Lobus auricula
- jaringan adiposa
Meatus Acusticus Externus:
- Panjang ± 25 mm, terarah ke jurusan medio inferior
- Dinding luar: kartilago elastis
- Dinding dalam: os temporal
- Jaringan kulit tipis, folikel rambut, gladula sebacea,glandula serumen (modifikasi glandula sudorifera -
tubuler bergelung, apokrin)
- Sekret glandula serumen bercampur dengan sekretglandula sebacea disebut serumen (earwax) yang -
sifatnya bakterisid, berbentuk seperi malam, danberwarna kecoklatan.
Membrana timpani:
- Oval, semi transparan
- Luar: epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar
- Dalam: epitel selapis gepeng/kuboid, jaringanpengikat kolagen, jaringan pengikat
elastis,fibroblas
- Pars flaccid/membran Shrapnell: kuadrananterosuperior, daerah segitiga kecil yang lunak,tidak
terdapat serat kolagen.
- Pars tensa: bagian terbesar di luar pars flaccid
TELINGA TENGAH
Terdiri dari:
- Kavum timpani:
- Isi : udara
- Posterior: berhubungan dengan ruangan-ruanganprocessus mastoideus
- Anterior: berhubungan dengan tuba Eustachii
- 3 tulang yang menghubungkan membrana timpanidengan foramen ovalis: os maleus, os incus,
os stapes.
- Memiliki fungsi meneruskan getaran dari membranatimpani ke cairan di telinga dalam.
- Dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapisgepeng/kuboid, lamina propria tipis, dan periosteum.
Tuba Eustachii:
- Merupakan saluran antara bagian anterior kavumtimpani dan bagian latero posterior nasofaring
- Lumen sempit, gepeng
- 2/3 bagian kartilago elastis
- 1/3 bagian tulang
- Epitel selapis silindris/epitel bertingkat silindris
- terdapat Lamina propria tipis
- Mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, selgoblet, limfosit
TELINGA DALAM
Terdiri dari:
- Labirin tulang:
- Vestibulum
- Saluran semisirkularis tulang
- Cochlea
- Labirin membanosa:
- Utriculus
- Sacculus
- Saluran semisirkularis membranosa
- Ductus dan saccus endolimfaticus
- Ductus reuniens
- Ductus cochlearis
- cochlea
Scala vestibuli: dinding dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng.
Scala media/ductus cochlearis dengan membranavestibularis Reissner.
Scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikattipis dengan epitel selapis gepeng.
3. Fisiologi pendengaran
Proses mendengar diawali denngan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut membran timpani di teruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diterukan melalui membran
reissner yang mendorong endolimfe, sehingga menimbulkan gerak relatif
anatara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stero cilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pengelepasan ion bermuatan
listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis.
4. Fisiologi keseimbangan
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya
tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual
dan propioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di sistem saraf pusat sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh
pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yag terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada
tiap pelebarannya terdapat makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel
reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri dari tiga kanalis semisirkularis
dimana setiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus
disebut ampula. Di dalamnya terdapat crista ampularis yang terdiri dari sel-sel
reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin
yang disebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya cilia sel rambut akan menekuk.
Tekukan cilia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion
kalsium akan masuk ke dalam sel yang menyebaabkan terjadinya proses
depolarisasi dan akan merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang
selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalu saraf afferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas cilia terdorong ke arah berlawanan maka
terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfe di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai
perubahan posisi tubuh akibat percepatan linear atau percepatan sudut. Dengan
demikian dapat memberikan informasi mengenai semua gerak tubuh yang
sedang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh lain, sehingga kelainannya
dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul
dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi
atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.
5. Gangguan pendengaran
- Tuli
a. Tuli hantaran (konduktif)
Terjadi jika gelombang suara tidak secara adekuat dihantarkan melalui bagian luar
dan tengah telinga untuk menggetarkan cairan telinga dalam telinga. Kemungkinan
penyebabnya adalah penyumbatan fisik saluran telinga oleh serumen, pecahnya
gendang telinga, infeksi telinga tengah disertai penimbunan cairan atau restriksi
gerakan osikulus akibat perlekatan tulang antara stapes dan jendela oval.
b. Tuli sensori neural
Gelombang suara ditransmisikan ke telinga dalam, tetapi tidak diterjemahkan
menjadi sinyal saraf yang dapat diintrepetasikan oleh otak sebagai sensasi suara
6. Kelainan auris eksterna
a. Ototitis eksterna
Radang pada meatus akustikus eksternus akut maupun kronis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri, jamur, dan virus
b. Hematoma
Terdapoatnya kumpulan darah diantara perikondrium dan tulang rawan di auricular
atau daun telinga
7. Kelainan auris media
a. Otitis media
Peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga, tuba auditiva eustachi, antrum
mastoideum dan sel-sel mastoid.
b. Otosklerosis
Penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami spongiosis di daerah basis
stapes sehingga basis stapes menjadi kaku dan tidak dapat menghantarkan getaran
suara ke labirin dengan baik. Otosklerosis merupakan penyebab tuli konduksi pada
dewasa umumnya.
c. Barotrauma (aerotritis)
Keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu naik pesawat terbang, menyelam, naik gunung, yang menyebabkan tuba
gagal untuk membuka.
6. Gangguan keseimbangan
1. Tinnitus
Merupakan salah bentuk gangguan pendengaran biasanya berupa bunyi mendenging,
menderu, mendesis, dll. Tinnitus dibagi atas 2 jenis :
1. Tinnitus subyektif
Bila suara dapat didengar oleh pemeriksa dan penderita
2. Tinnitus obyektif
Pada umumnya disebabkan oleh kelainan vaskuler
2. Vertigo
Perasaan berputar dimana penderita merasa dia berputar terhadap sekelilingnya atau
sebaliknya.
3. Nistagmus
Merupakan gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari fase lambat dan fase cepat. Fase
cepat merupakan reaksi sistem vestibular, sedangkan fase lambat merupakan reaksi
kompensasinya.
7. cara pemeriksaan
Alat yang diperlukan :
1. Garpu Tala
2. Kapas untuk menyumbat telinga
A. Cara Rinne
1. Getarkan penala (frekuensi 256) dengan cara memukulkan salah satu ujung jarinya
ke telapak tangan.
Jangan sekali – kali memukul pada benda yang keras.
2. Tekan ujung tangkai penala pada processus mastoideus salah satu telinga orang
percobaan.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar bunyi penala mendengung
di telinga yang diperiksa, bila demikian orang percobaan harus segera memberi
tanda bila dengungan bunyi itu menghilang.
4. Pada saat itu pemeriksa mengangkat penala dari proc.
Mastoideus orang percobaan dan kemudian ujung jari
penala ditempatkan sedekat – dekatnya di depan liang telinga
yang sedang diperiksa itu.
5. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebagai berikut :
Positif :bila orang percobaan masih mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal atau Tuli Sensorineural
Negatif : bila orang percobaan tidak lagi mendengar dengungan secara hantaran
aerotimpanal. (tuli Konduktif)
B. Cara Weber
1. Getarkan penala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor A.1.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada dahi orang percobaan di garis median.
3. Tanyakan kepada orang percobaan apakah ia mendengar dengungan bunyi penala
sama kuat di kedua telinganya ataukah terjadi lateralisasi.
4. Bila pada orang percobaan tidak terdapat lateralisasi, maka untuk menimbulkan
lateralisasi secara buatan, tutuplah salah satu telinganya dengan kapas dan ulangi
pemeriksaanya.
zzz
-
C. Cara Schwabach
1. Getarkan panala (frekuensi 256) dengan cara seperti nomor
A.1.
2. Tekanlah ujung tangkai penala pada proc. Mastoideus salah satu telinga orang
percobaan.
3. Suruh orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat dengungan bunyi
menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera pemeriksa memindahkan penala dari proc. Mastoideus
orang percobaan proc, mastoideusnya sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga si
pemeriksa dianggap normal. Bila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti
oleh orang percobaan masih dapat dedengar oleh si pemeriksa maka hasil
pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMENDEK(tuli sensorineural).
5. Apabila dengungan penala setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan juga
tidak dapat didengar oleh si pemeriksa maka hasil pemeriksaan mungkin
SCHWABACH NORMAL.
Bila SCHWABACH MEMANJANG(tuli konduktif) maka untuk
memastikan hal ini maka dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula – mula ditekankan ke
processeus mastoideus si pemeriksa sampai tidak terdengar lagi,
kemudian ujung tangkai penala segera ditekankan ke processus
mastoideus orang percobaan.Bila dengungan (setelah dinyatakan
berhenti oleh si pemeriksa) masih dapat di dengar oleh orang
percobaan, hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH MEMANJANG.Bila dengungan dinyatakan berhenti
oleh si pemeriksa juga tidak dapat didengar oleh orang percobaan maka hasil pemeriksaan ialah
SCHWABACH NORMAL.
CARA PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
A. Percobaan dengan kursi Barany
a. Nistagmus :
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dengan tangannya
memegang erat tangan kursi.
2. Tutup kedua matanya dengan saputangan dan tundukan kepalanya 30o ke depan.
3. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
4. Hentikan pemutaran kursi dengan tiba – tiba.
5. Bukalah saputangan dan suruhlah orang percobaan melihat jauh ke depan.
6. Perhatikan adanya nistagmus. Tetap arahkan komponen lambat dan cepat
nistagmus tersebut.
b. Tes penyimpangan penujukan (past poiting test of Barany).
1. Suruhlah orang percobaan duduk tegak di kursi Barany dan tutuplah kedua matanya
dengan saputangan.
2. Pemeriksa berdiri tepat di muka kursi Barany sambil mengulurkan tangan kirinya ke
arah orang percobaan.
3. Suruhlah orang percobaan meluruskan lengan kanannya ke depan sehingga dapat
menyentuh jari tangan pemeriksa yang telah diulurkan sebelumnnya.
4. Suruhlah orang percobaan mengangkat lengan kanannya ke atas dan kemudian
dengan cepat menurunkannya kembali sehingga dapat menyentuh jari pemeriksa
lagi. Tindakan no 1 s/d 4 merupakan persiapan untuk tes yang sesungguhnya sebagai
berikut :
5. Suruhlah sekarang orang percobaan dengan kedua tangannya memegang erat
tangan kursi, menundukkan kepala 30o ke depan.
6. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur tanpa sentakan.
7. Segera setelah pemutaran, kursi dihentikan dengan tiba – tiba, suruhlah orang
percobaan menegakkan kepalanya dan melakukan tes penyimpangan penunjukan
seperti diatas.
8. Perhatikan apakah terjadi penyimpangan penunjukan oleh orang percobaan. Bila
terjadi penyimpangan, tetapkanlah arah penyimpangannya. Teruskanlah tes
tersebut sampai orang percobaan tidak salah lagi menyentuh jari tangan pemeriksa.
c. Tes jatuh.
1. Suruhlah orang percobaan duduk dikursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi. Tutuplah kedua matanya dengan saputangan dan
bungkukkan kepala dan badannya sehingga posisi kepala membentuk sudut 120o
dari posisi normal.
2. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 10 detik secara teratur dan tanpa sentakan.
3. Segera setelah pemutaran kursi dihentikan dengan tiba – tiba, suruhlah orang
percobaan menegakkan kembali kepala dan badannya.
4. Perhatikan kemana dia akan jatuh dan tanyakan kepada orang percobaan kemana
rasanya ia akan jatuh.
5. Ulangi tes jatuh ini, tiap kali pada orang percobaan lain dengan:
a. Memiringkan kepala ke arah bahun kanan sehingga kepala miring 90o terhadap
posisi normal.
b. Menengadahkan kepala ke belakang sehingga membuat sudut 60o.
6. Hubungkan arah jatuh pada setiap percobaan dengan arah aliran endolinfe pada
kanalis semisirkularis yang terangsang.
a. Kesan ( sensasi )
1. Gunakan orang percobaan yang lain.
Suruhlah orang percobaan duduk dikursi Barany dan tutuplah kedua
matanya dengan saputangan.
2. Putarlah kursi tersebut ke kanan dengan kecepatan yang berangsur – angsur
bertambah dan kemudian kurangilah kecepatan putarnya secara berangsur
– angsur pula sampai berhenti.
3. Tanyakan kepada orang percobaan arah perasaan berputar :
Sewaktu kecepatan berputar masih bertambah
Sewaktu kecepatan putar menetap
Sewaktu kecepatan putar dikurangi
Sewaktu kecepatan kursi dihentikan
4. Berikan keterangan tentang mekanisme terjadinya arah perasaan
berputaryang dirasakan oleh orang percobaan.
b. Percobaan sederhana untuk kanalis semisirkularis horisontalis.
1. Suruhlah orang percobaan, dengan mata tertutup dan kepala tertunduk 30o,
berputar sambil berpegangan pada tongkat atau statif, menurut arah jarum
jam, sebanyak 10 kali dalam 30 detik.
2. Suruhlah orang percobaan berhenti, kemudian membuka matanya dan
berjalan lurus ke muka.
3. Perhatikan apa yang terjadi.
4. Ulangi percobaan ini dengan berputar menurut arah yang berlawanan
dengan arah jarum jam.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. Buku Ajar Telinga, Hidung, tenggorok, Kepala dan Leher FK UI, 6th
edition. 2007. Jakarta : Gaya Baru.
Gray. H. 1997. Grays Anatomi, 32th edition, Longmans, Green dan Co Ltd
Guyton, Arthur C, dkk. Fisiologi Pendengaran dan Penghidu. Buku Ajar Fisioloogi Kedokteran edisi 11.
2006. Jakarta : EGC.
Leeson, C. Roland, dkk, Jaringan Dasar. Buku Ajar Histologi. 1996. Jakarta : EGC.
Sherwood, Laralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2011. Jakarta : EGC.
Junqueira, Luiz Carloz, dkk. Histologi Dasar Teks dan Atlas. 2007. Jakarta : EGC.
Snell, Richard S. Anatomi Klinik, edisi 6. 2006. Jakarta : EGC