Wrap Up Skenario I B-15

38
Skenario 1 DEHIDRASI Seorang anak perempuan umur 4 tahun, dibawa ke UGD RS karena mengalami mencret lebih sejak 3 hari sebelum ke RS, sehari lebih dari 10 kali, disertai dengan muntah dan kembung. Anak merasa haus dan jumlah kencingnya sedikit. Pemeriksaan fisik : anak tampak lemas, bibir dan lidah kering (tanda-tanda dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan tubuh). Sebelum dibawa ke rumah sakit, ibunya telah memberikan larutan gula garam dengan konsentrasi larutan dan cairan yang sesuai, berupa larutan padat cair. Sebagai seorang muslim, ibu penderita diwajibkan memenuhi hak dalam perawatan anak berupa segera membawa ke rumah sakit bila diare tidak berhenti dan memberi anaknya minuman sesuai dengan etika minum dalam islam. Di RS, penderita segera diberikan infus cairan kristaloid (elektrolit). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Kadar Natrium : 130 mEq/l, Kalium : 2,0 mEq/l dan Klorida : 95 mEq/l. 1

description

pbl

Transcript of Wrap Up Skenario I B-15

Page 1: Wrap Up Skenario I B-15

Skenario 1DEHIDRASI

Seorang anak perempuan umur 4 tahun, dibawa ke UGD RS karena mengalami mencret lebih sejak 3 hari sebelum ke RS, sehari lebih dari 10 kali, disertai dengan muntah dan kembung. Anak merasa haus dan jumlah kencingnya sedikit. Pemeriksaan fisik : anak tampak lemas, bibir dan lidah kering (tanda-tanda dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan tubuh). Sebelum dibawa ke rumah sakit, ibunya telah memberikan larutan gula garam dengan konsentrasi larutan dan cairan yang sesuai, berupa larutan padat cair. Sebagai seorang muslim, ibu penderita diwajibkan memenuhi hak dalam perawatan anak berupa segera membawa ke rumah sakit bila diare tidak berhenti dan memberi anaknya minuman sesuai dengan etika minum dalam islam. Di RS, penderita segera diberikan infus cairan kristaloid (elektrolit). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Kadar Natrium : 130 mEq/l, Kalium : 2,0 mEq/l dan Klorida : 95 mEq/l.

1

Page 2: Wrap Up Skenario I B-15

SASARAN BELAJAR

TIU 1 Memahami larutan dan cairan TIK 1.1 Definisi larutan dan cairanTIK 1.2 Klasifikasi larutan dan cairanTIK 1.3 Fungsi larutan dan cairan

TIU 2 Memahami larutan padat cairTIU 3 Memahami Keseimbangan Cairan Tubuh

TIK 3.1 Konsep Keseimbangan CairanTIK 3.2 Pendistribusian Air dalam TubuhTIK 3.3 Faktor-Faktor yang Diatur untuk Mempertahankan Keseimbangan Cairan

TubuhTIU 4 Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan (Dehidrasi)

TIK 4.1 Definisi DehidrasiTIK 4.2 Klasifikasi DehidrasiTIK 4.3 Etiologi DehidrasiTIK 4.4 Manifestasi klinikTIK 4.5 Penatalaksanaan

TIU 5 Memahami Mineral (Natrium, Kalium, Klorida, Kalsium)TIK 5.1 Definisi MineralTIK 5.2 Klasifikasi, Absorbsi, Kelainan, dan Sumber-sumber Mineral

TIU 6. Memahami Gangguan Keseimbangan Elektrolit dalam TubuhTIK 6.1 Gangguan Keseimbangan Natrium dalam TubuhTIK 6.2 Gangguan Keseimbangan Kalium dalam Tubuh

TIU 7 Memahami Dehidrasi AnakTIK 7.1 Etiologi Dehidrasi AnakTIK 7.2 Klasifikasi DehidrasiTIK 7.3 Manifestasi Klinik Dehidrasi AnakTIK 7.4 Penatalaksanaan Dehidrasi Anak

TIU 8 Memahami Etika Minum Dalam IslamTIK 8.1 Definisi Etika Minum dalam IslamTIK 8.2 Adab Minum Menurut Sunah Rasulullah SAW

2

Page 3: Wrap Up Skenario I B-15

TIU 1 Memahami larutan dan cairan

TIK 1.1 Definisi larutan dan cairanLarutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih macam zat terdiri dari :1. Zat yang terlarut (solute) yang berada dalam jumlah yang lebih sedikit.2. Zat pelarut (solvent) yang berjumlah lebih banyak.Dengan demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute)Secara teoritis bedasarkan definisi larutan maka ada sembilan kemungkinan macam larutan :1. Bila solven : suatu cairan

Solute : gas, zat padat atau cairan lain2. Bila solven : zat padat

Solute : gas, cairan, atau zat padat lain3. Bila solven : gas

Solute : cairan, zat padat atau gas lainCairan adalah zat tunggal yang jumlah energinya tak begitu besar, gaya tarik menarik antara molekul lebih besar dari energi kinetiknya sehingga pergerakan dari molekul cairan agak terbatas.

TIK 1.2 Klasifikasi larutan dan cairanKlasifikasi larutan:1. Berdasarkan kepekatannya

- Larutan encer : larutan yang mengandung relatif sedikit solute dalam larutan.- Larutan pekat : larutan yang mengandung banyak solute dalam larutan.

2. Berdasarkan kejenuhannya- Larutan jenuh : larutan dimana ada keseimbangan antara solute padat dan solute

dalam larutan. Qc < Ksp

- Larutan tak jenuh : larutan yang mengandung jumlah solute yang kurang dari larutan jenuh. Qc = Ksp

- Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) : larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Qc > Ksp

3. Berdasarkan daya hantar listrik- Larutan elektrolit : larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

Contoh : Na, K, Ca, Mg- Larutan non elektrolit : larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Contoh : glukosa, protein4. Berdasarkan kemampuan menyerap

- Larutan ideal : larutan yang memenuhi hukum Roult.- Larutan non ideal : larutan yang tidak memenuhi hukum Roult.

Klasifikasi cairan dalam tubuh:1. Cairan ekstrasel2. Cairan intraselJenis cairan yang dapat digunakan dalam terapi adalah:1. Cairan Kristaloid

Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF). Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama. Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya

3

Page 4: Wrap Up Skenario I B-15

seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit. Pemberian cairan kristaloid berlebihan dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intra kranial. Kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel.

Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.

2. Cairan KoloidDisebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut

“plasma substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar).

Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada “cross match”. Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:a. Koloid alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5

dan 2,5%). Pemberian infus dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.

b. Koloid sintesis yaitu: Dextran Hydroxylethyl Starch (Heta starch) Gelatin

Ada 3 macam gelatin, yaitu:- modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)- Urea linked gelatin- Oxypoly gelatin

TIK 1.3 Fungsi larutan dan cairanFungsi larutan:

Secara umum adalah untuk membentuk suatu zat baru antara solute dan solvent.Fungsi cairan

Sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat. Fungsi lainnya sebagai pelembab jaringan-

4

Page 5: Wrap Up Skenario I B-15

jaringan tubuh seperti mata, mulut & hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalammenjaga tekanan darah & konsentrasi zat terlarut. (jurnal pssplab.com)

5

Page 6: Wrap Up Skenario I B-15

TIU 2 Memahami larutan padat cairKonsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif,

larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:1. Cair - cair

Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver like” maknanya zat- zat cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama lain dalam segala perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol => H- OH dengan C2H5- OH.

Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut pengaruhnya tidak besar terhadap kelarutan. Contohnya: CH3Cl (polar) dengan CCl4 (non-polar). Larutan ini terjadi karena terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut di dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini terjadi peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikel-partikel pelarut menyelimuti (mengurung) partikel terlarut. Untuk kelarutan cair-cair dipengaruhi juga oleh ikatan Hidrogen.

2. Padat – cairLarutan padat cair adalah larutan yang dibuat dari padatan yang dilarutkan di dalam

cairan (Oxtoby, et. al. 2001). Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya tarik antar molekul zat padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat non-polar (sedikit polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah. Zat padat polar besar kelarutannya dalam zat cair yang polar.

Contohnya: DDT memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di dalam non-polar dan tidak mudah larut dalam air (polar); NaCl (garam) yang memiliki struktur polar mudah larut di dalam air yang polar. Proses kelarutan zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm akibatnya kenaikan temperatur menaikkan kelarutan.

3. Gas - cairAda 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, yaitu: Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar

molekulnya. Gas dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar. Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya sangat

mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.Proses kelarutan gas dalam cair berlangsung eksoterm akibatnya kenaikan temparatur menurunkan kelarutan.

Proses melarut dianggap proses kesetimbangan. Kelarutan dipengaruhi oleh: Suhu. Untuk larutan padat-cair pada umumnya semakin tinggi suhu, semakin tinggi

kelarutannya. Sifat solute dan solventnya. Berlaku aturan “Like disolve Like” Pengaruh ion sejenis. Adanya ion sejenis dalam larutan akan mengurangi kelarutan. Tekanan. Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada kelarutan gas dalam cair.

Hubungan ini dijelaskan dengan hukum henry, yaitu cg = k . Pg (tekanan berbanding lurus dengan konsentrasi). Untuk padat/cair, tekanan tidak berubah (konstan).

Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/ panas yang diserap atau dilepaskan jika suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut. Ada beberapa 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat, yaitu:1. Baik solute maupun solvent masih tetap molekul-molekulnya berikatan masing- masing.

Tahap ini memerlukan panas.

6

Page 7: Wrap Up Skenario I B-15

2. Molekul-molekul yang terdapat pada solute memisahkan diri sehingga hanya terdiri dari 1 molekul tanpa adanya ikatan lagi dengan molekul-molekul yang terdapat di dalamnya, begitu pula molekul-molekul yang terdapat pada solvent. Tahap ini memerlukan panas.

3. Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan molekul pada zat pelarut. Tahap ini menghasilkan panas.

Konsentrasi akan lebih eksak jika dinyatakan secara kuantitatif, menggunakan satuan-satuan konsentrasi: 1. Fraksi mol (X)2. Persentase : a. Persentase berat per berat (% b/b)

b. Persentase berat per volume (% b/v)c. Persentase volume per volume (% v/v)

3. Bagian per sejuta (part per million)4. Kemolaran atau molaritas (M)5. Kemolalan atau molalitas (m)

TIU 3 Memahami Keseimbangan Cairan

TIK 3.1 Konsep Keseimbangan Cairan

Homeostasis bergantung pada pemeliharaan keseimbangan antara masukan (input) dan keluaran (output). Sistem-sistem tubuh mempertahankan homoestasis 1. Ginjal, bersama dengan hormon-hormon

Bertanggung jawab untuk mempertahankan volume dan osmolaritas cairan ekstrasel (lingkungan internal)

2. Ginjal, bersama dengan sistem pernapasan dan sistem penyangga kimiawi dalam cairan tubuhMempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai

Pengaturan keseimbangan cairan melibatkan dua komponen terpisah : 1. Kontrol volume CES : ginjal mengontrol volume CES dengan mempertahankan

keseimbangan garam2. Kontrol osmolaritas plasma : ginjal mengontrol osmolaritas CES dengan

mempertahankan keseimbangan airPemasukan harus seimbang dengan pengeluaran agar keseimbangan dapat dipertahankan. Jika kuantitas suatu bahan akan dipertahankan stabil di dalam tubuh, pemasukannya harus diseimbangkan dengan pengeluarannya (konsep keseimbangan).

TIK 3.2 Pendistribusian Air dalam Tubuh

Air adalah komponen tubuh manusia yang paling banyak, menyusun 60% berat tubuh dengan kisaran antara 40%-80%. Air tubuh terdistribusi diantara dua kompartemen cairan utama : 1. Cairan intrasel ( CIS ) : membentuk sekitar dua pertiga dari H20 tubuh total2. Cairan ekstrasel (CES) : membentuk sekitar sepertiga dari H2O tubuh total.

Kompartemen CES dibagi lagi menjadi :a. Cairan intersisial (CIT) : cairan di sekitar sel, sama dengan kira-kira 8L pada orang

dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume intersisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.

7

Page 8: Wrap Up Skenario I B-15

b. Cairan intravaskuler (CIV) : cairan yang terkandung di dalam pembukuh darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6L, 3L dari jumlah tersebut adalah plasma. Sisanya 2-3L terdiri dari sel darah merah yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting.

c. Cairan transeluler: cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan serebrosponal, perikardial, pleural, sinovial,dan cairan intraokular,dan sekresi lambung. Pada waktu tertentu CTS mendekati jumlah 1L.

Plasma dan cairan interstisium dipisahkan oleh dinding pembuluh darah sedangkan CES dan CIS dipisahkan oleh membran plasma sel. H2O dan konstituen plasma lainnya, kecuali protein plasma, secara terus menerus dan bebas dipertukarkan antara plasma dan cairan interstisium melalui cara-cara pasif menembus dinding kapiler yang tipis dan berpori-pori. Dengan demikian komposisi plasma dan cairan interstisium hampir identik.

Na adalah kation utama CES dan K adalah kation utama pada CIS. Perpindahan H20 antara plasma dan cairan interstisium menembus dinding kapiler ditentukan oleh ketidakseimbangan relatif antara tekanan darah kapiler dan tekanan osmotik koloid. Sebaliknya perpindahan antara cairan interstisium dan CIS menembus membran plasma sel terjadi hanya akibat efek osmotik.

TIK 3.3 Faktor-Faktor yang Diatur untuk Mempertahankan Keseimbangan Cairan Tubuh

Cairan ekstrasel berfungsi sebagai perantara antara sel dan lingkungan eksternal. Semua pertukaran H2O dan konstituen lain antara CIS dan lingkungan eksternal harus melalui CES.

8

Page 9: Wrap Up Skenario I B-15

Faktor-faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan di tubuh adalah volume CES dan osmolaritas CES. Volume cairan ekstrasel diatur secara ketat untuk membantu mempertahankan tekanan

darah. Pemeliharaan keseimbangan garam sangat penting dalam mengatur jangka panjang volume CES

Osmolaritas cairan ekstrasel diatur secara ketat untuk mencegah pembekakan atau penciutan sel-sel. Pemeliharaan keseimbangan air sangat penting dalam pengaturan osmolaritas CES

Kontrol keseimbangan garam sangat penting dalam mengatur volume CESPengaturan volume CES terutama bergantung pada pengaturan keseimbangan garam. Begitu juga sebaliknya pengaturan keseimbangan garam bergantung pada pengaturan volume CES.

KESEIMBANGAN GARAM HARIANPEMASUKAN GARAM PENGELUARAN GARAMJalan Jumlah (g/hari) Jalan Jumlah (g/hari)

Ingesti 10,5Kehilangan Obligatorik melalui

keringat dan feses0,5

Ekskresi terkontrol melalui urin 10Pemasukan total 10,5 Pengeluaran total 10,5

Tabel 1. Keseimbangan Garam HarianDiambil dari Sherwood, L. 2004. Human Phsyology From Cells to Systems, 5 th ed . Singapore:

Thomson Learning.

Ginjal menyesuaikan jumlah garam yang diekskresi dengan mengontrol dua proses:1. Laju filtrasi glomerulus (GFR)

GFR diubah untuk mengubah jumlah garam dan cairan yang difiltrasi sebagai bagian dari respon refleks baroreseptor untuk mengubah tekanan darah Penurunan aliran darah ke glomerulus » GFR menurun » jumlah Na dan cairan yang

difiltrasi juga berkurang » ekskresi garam dan cairan berkurang, garam yang seharusnya difiltrasi dan diekskresi ditahan untuk membantu memperkecil reduksi volume cairan

Peningkatan volume CES » tekanan darah arteri meningkat akan dilawan secara refleks oleh respons refleks baroreseptor sehingga peningkatan GFR » peningkatan ekskresi garam dan cairan.

Baroreseptor bertanggung jawab untuk menyesuaikan jumlah Na yang difiltrasi dan pada akhirnya diekskresi.

2. Reabsorpsi Na di tubulusKontrol jumlah Na yang direabsorpsi melalui sistem renin-angiotensin-aldosteron.

Walaupun Na direabsorpsi diseluruh panjang tubulus, hanya reabsorpsi dibagian distal tubulus yang berada di bawah kontrol. Faktor utama yang mengontrol tingkat reabsorpsi Na di tubulus distalis dan saluran pengumpul adalah sistem renin-angiotensin-aldosteron yang sangat kuat » mendorong retensi Na » meningkatnya retensi osmotik H2O » ekspansi volume plasma » peningkatan tekanan darah arteri. Secara tepat, sistem konservasi Na ini diaktifkan oleh penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah arteri.

Secara spesifik penurunan tekanan darah arteri menimbulkan efek ganda pada penanganan Na oleh ginjal : Reduksi GFR secara refleks untuk menurunkan jumlah Na yang difiltrasi Peningkatan jumlah reabsorpsi Na yang dikontrol oleh hormon

9

Page 10: Wrap Up Skenario I B-15

Sebaliknya, peningkatan tekanan darah arteri menimbulkan Peningkatan jumlah Na yang difiltrasi Penurunan aktivitas renin-aldosteron, yang menurunkan reabsorpsi garam (dan cairan)

sehingga kelebihan cairan yang menyebabkan ekspansi volume plasma dan peningkatan tekanan darah dapat dikeluarkan

Jadi, tampak jelas bahwa kontrol GFR dan reabsorpsi Na sangat berkaitan satu sama lain dan keduanya berhubungan erat dengan pengaturan jangka panjang CES seperti yang tercermin oleh tekanan darah

Kontrol osmolaritas CES mencegah perubahan volume CISPemeliharaan keseimbangan cairan bergantung pada pengaturan volume CES (penting

untuk kontrol jangka panjang tekanan darah) maupun osmolaritas CES (penting untuk mencegah perubahan volume sel). Osmolaritas suatu cairan adalah ukuran konsentrasi partikel zat individual yang larut di dalamnya. Semakin tinggi osmolaritas » tinggi konsentrasi » rendah konsentrasi H2O.

Penambahan atau pengurangan H2O bebas (tidak dengan penambahan zat terlarut) menyebabkan perubahan osmolaritas CES. Jika terjadi defisit H2O bebas di CES, zat terlarut menjadi pekat, osmoalaritas CES

meningkat (hipertonik)Biasanya berkaitan dengan dehidrasi. Gejala yang ditemukan pada kasus dehidrasi

ringan: kulit kering, mencekungnya bola mata, lidah kering dan pecah-pecah. Apabila kompartemen CES menjadi hipertonik » H2O bergerak keluar dari sel melalui

osmosis ke dalam CES yang lebih pekat sampai osmolaritas CIS setara dengan CES » Sel menciut ketika H2O meninggalkannya. Penciutan neuron-neuron otak menyebabkan gangguan fungsi otak yang dapat bermanifestasi sebagai kebingungan mental ,kejang atau koma.

Jika terdapat kelebihan H2O bebas di CES, zat terlarut menjadi encer, osmolaritas CES menjadi terlalu rendah (hipotonik)

Biasanya berkaitan dengan overhidrasi yaitu terdapat kelebihan H2O bebas. Gejala-gejalanya mencangkup kebingungan,iritabilitas, letargi, nyeri kepala, muntah, mengantuk. Rasa lemah akibat pembengkakan sel-sel otot dan gangguan sirkulasi termasuk hipertensi dan edema akibat ekspansi volum plasma. Keadaan overhidrasi,hipotonisitas dan pembengkakan sel akibat retensi H2O yang berlebihan dikenal sebagai Intoksikasi air (keracunan air).

Retensi H20 bebas yang berlebihan mengencerkan kompartemen CES sehingga cairan ini menjadi hipotonik » perbedaan osmotik antara CES dan CIS » H2O berpindah melalui osmosis dari CES yang lebih encer masuk ke dalam sel » sel-sel membengkak karena kemasukan H2O

Kontrol keseimbangan air oleh vasopresin dan rasa haus sangat penting dalam mengatur osmolaritas CESPusat rasa haus terletak di hipotalamus dekat dengan sel penghasil vasopresin. Kontrol keseimbangan H2O penting untuk mengatur osmolaritas CES.

10

Page 11: Wrap Up Skenario I B-15

KESEIMBANGAN AIR HARIANPEMASUKAN AIR (input) PENGELUARAN AIR (output)

Jalan Jumlah (ml/hari) Jalan Jumlah (ml/hari)Asupan cairan 1250 Insensible Loss 900

H2O dalam makanan 1000 Keringat 100

H2O diproduksi secara metabolis 350Feses 100Urin 1500

Pemasukan Total 2600 Pengeluaran Total 2600Tabel 2. Keseimbangan Air Harian

Diambil dari Sherwood, L. 2004. Human Phsyology From Cells to Systems, 5 th ed . Singapore: Thomson Learning.

Kontrol pengeluaran air di urin diatur oleh vasopresin. Sekresi vasopresin dan rasa haus keduanya dirangsang oleh defisit H2O bebas dan ditekan oleh kelebihan H2O bebas. Sekresi vasopresin dan rasa haus datang dari osmoreseptor hipotalamus yang terletak dengan sel penghasil vasopresin dan pusat rasa haus.

Osmolaritas meningkat (H2O terlalu sedikit) sehingga kebutuhan untuk menahan H2O meningkat » terjadi perangsangan sekresi vasopresin dan rasa haus » reabsorpsi H2O di tubulus distal dan saluran pengumpil meningkat » sehingga pengeluaran urin berkurang dan H2O ditahan » sementara asupan H2O juga ditingkatkan. Tindakan-tindakan ini memulihkan kandungan H2O yang berkurang ,menghilangkan kondisi hipertonis.

Walaupun stimulus utama bagi sekresi vasopresin dan rasa haus adalah osmolaritas CES tetapi juga dipengaruhi oleh perubahan volume CES yang diperantarai oleh masukan dari reseptor volume atrium kiri. Reseptor-reseptor volume yang terletak di atrium kiri ini memantau tekanan darah yang merupakan pencerminan volume CES »Penurunan volume CES » penurunan tekanan arteri misalnya ketika pendarahan » reseptor volume atrium kiri secara refleks merangsang sekresi vasopresin dan rasa haus » sekresi vasopresin dan peningkatan rasa haus menyebabkan penurunan pengeluaran urin dan peningkatan asupan cairan. Penurunan volume CES dan tekanan darah dalam jumlah besar menimbulakan efek vasokonstrikstor kuat pada arteriol .

Vasopresin dan rasa haus hanya berperan menunjang. Pada kenyataannya, reabsorpsi Na yang dikontrol oleh aldosteron adalah faktor terpenting dalam mengatur volume CES. Volume CES/plasma dan tekanan darah arteri yang rendah meningkatkan sekresi aldosteron » peningkatan reabsorpsi Na » retensi osmotik H2O » ekspansi volume CES dan peningkatan tekanan darah arteri . peningkatan osmolaritas (H2O terlalu sedikit) bekerja langsung pada korteks adrenal » mengurangi sekresi aldosteron » reabsorpsi Na ginjal berkurang dan ekskresi Na di urin meningkat.

stimulus lain yang merangsang rasa haus dan sekresi vasopresin adalah angiotensin II. Mekanisme renin-angiotensin-aldosteron diaktifkan untuk manahan Na »merangsang sekresi aldosteron » timbul keinginan untuk minum dan merangsang vasopresin untuk meningkatkan reabsorpsi H2O oleh ginjal » peningkatan asupan H2O dan penurunan pengeluaran urin.

Sekresi vasopresin tetapi tidak mempengaruhi rasa haus : yang terkait dengan stress misalnya nyeri,rasa takut dan trauma. Mendorong rasa haus tetapi tidak menyebabkan sekresi vasopresin : efek langsung kekeringan pada mulut.

11

Page 12: Wrap Up Skenario I B-15

TIK 3.4 Pengaturan Keseimbangan Air dalam Tubuh

Pengaturan keseimbangan air di dalam tubuh dipengaruhi oleh dua sistem regulasi, yaitu:1. Regulasi Volume

Gambar 1. Diagram sederhana yang menggambarkan tindakan terpadu Aldosteron, Arginin Vasopresin (AVP) dan Atrium Natriuretic Peptide (ANP) dalam mengendalikan

keseimbangan garam dan airDiambil dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?

book=endocrin&part=A442&rendertype=box&id=A649Penjelasan gambar :Sistem Renin / sistem angiotensin merangsang sekresi aldosteron, dan angiotensin II melepasakan AVP dan merangsang rasa haus. Sekresi vasopresin juga langsung dirangsang oleh hipotalamus osmoreseptor dan volume reseptor pada sistem kardiovaskular. ANP

12

Page 13: Wrap Up Skenario I B-15

dilepaskan sebagai respons terhadap peregangan atrium dan juga menghambat sintesis dan pelepasan aldosteron, dan menghambat produksi dan AVP renin lepaskan.

2. Regulasi osmotik

Gambar 2. Mekanisme umpan balik negatif yang mengaturkonsentrasi osmotik cairan ekstraselular.

Diambil dari http://www2.kumc.edu/ki/physiology/course/seven/7_1.htm

13

Page 14: Wrap Up Skenario I B-15

TIU 4 Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Cairan (Dehidrasi)

Macam-macam gangguan keseimbangan cairan :1. Hipovolemia adalah suatu keadaan dimana berkurangnya cairan ekstrasel dimana air dan

natrium berkurang dalam jumlah yang sebanding.2. Dehidrasi adalah keadaan dimana berkurangnya volume air tanpa elektrolit (natrium) atau

berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel.3. Hipervolemia adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan volume cairan

ekstrasel khususnya intravaskular (volume overload)melebihi kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran intestinal, kulit.

4. Edema adalah suatu pembengkakan yang dapat diraba akibat penambahan volume cairan intersisium.

TIK 4.1 Definisi DehidrasiGangguan keseimbangan cairan tubuh (dehidrasi) adalah ketidakseimbangan antara air

yang masuk kedalam dan air yang keluar dari tubuh, ketidakseimbangan antara cairan intra dan ekstrasel serta ketidakseimbangan antara cairan interstisium dan intravaskular.

TIK 4.2 Klasifikasi Dehidrasi1. Berdasarkan tonisitas darah:

Dehidrasi isotonik = tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah Dehidrasi hipotonik = konsentrasi elektrolit darah turun Dehidrasi hipertonik = konsentrasi elektrolit darah naik, biasanya disertai rasa haus

dan gejala neurologis.2. Berdasarkan kadar natrium:

Dehidrasi isotonik = bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEq/1 disebut dehidrasi isonatremia

Dehidrasi hipotonik = bila kadar natrium dalam plasma kurang dari 130 mEq/1 disebut dehidrasi hiponatremia

Dehidrasi hipertonik = bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 130-150 mEq/1 disebut dehidrasi hipernatremia

3. Berdasarkan derajatnya : Dehidrasi ringan = bila kehilangan cairan mencapai 5% berat badan Dehidrasi sedang = bila kehilangan cairan antara 5% - 10% berat badan Dehidrasi berat = bila kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan

 TIK 4.3 Etiologi Dehidrasi1. Diare, muntah. Diare akut dan berat dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit

yang tinggi dalam waktu singkat. Jika diare disertai dengan muntah akan terjadi kehilangan lebih banyak cairan dan mineral.

2. Demam. Semakin tinggi demam maka semakin besar peluang terjadinya dehidrasi.3. Berkeringat yang berlebih. Kita akan kehilangan air ketika berkeringat. Jika terlibat

dalam aktivitas kuat dan tidak menggantikan cairan saat itu, dehidrasi dapat terjadi. Panas dan lembab dapat meningkatkan jumlah keringat dan jumlah cairan yang hilang.

4. Peningkatan buang air kecil. Terjadi paling sering akibat diabetes melitus yang tidak terdiagnosis atau tidak terkontrol yang mempengaruhi cara tubuh mengatur gula darah dan yang sering menyebabkan peningkatan rasa haus dan lebih sering buang air kecil. Jenis lain diabetes, diabetes insipidus, juga ditandai oleh rasa haus yang berlebihan dan buang air kecil, tetapi dalam kasus ini penyebabnya adalah kelainan hormonal yang

14

Page 15: Wrap Up Skenario I B-15

membuat ginjal tidak dapat menghemat air. Obat-obatan tertentu (diuretik, antihistamin, obat tekanan darah dan beberapa obat psikiatris) serta alkohol juga dapat menyebabkan dehidrasi, biasanya karena menyebabkan buang air kecil atau berkeringat lebih dari biasanya.

5. Luka bakar. Luka bakar tingkat ketiga yakni tingkat yang paling parah, menembus tiga lapisan kulit, merusak kelenjar keringat, folikel rambut dan ujung saraf. Orang-orang yang memiliki luka bakar atau luka bakar tingkat pertama atau kedua yang luas akan kehilangan cairan yang lebih, dan yang menyebabkan dehidrasi yang dapat mengancam jiwa.

TIK 4.4 Manifestasi klinik

Tanda dan GejalaDehidrasi

RinganDehidrasi Sedang Dehidrasi Berat

Kehilangan berat badan

3-5% 6-9% 10% atau lebih

Gejala pada anak-anak

Haus, sadar, gelisah

Haus, gelisah atau letargis tetapi iritabel bila dipegang atau mengantuk

Mengantuk, ekstremitas lemas, dingin, sianotik, lembab, bisa koma

Gejala pada orang dewasa

Haus, sadar, gelisah

Haus, sadar,hipotensi postural

Sadar, kuatir, ekstremitas dingin, lembab, sianotik, kulit jari tangan dan kaki berkerut, kejang otot

Nadi radialKecepatan dan tekanan normal

Cepat dan lemahCepat, sangat lemah, kadang tidak teraba

Respirasi NormalDalam, mungkin cepat

Dalam dan cepat

Fontanella anterior Normal Cekung Sangat cekungTekanan darah sistolik

NormalNormal/rendah, hipotensi ortostatik

Rendah, mungkin tidak terukur

Elastisitas kulitCubitan segera kembali

Cubitan kembali perlahan

Cubitan tidak segera kembali

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air mata AdaTidak ada/berkurang

Tidak ada

Membrana mukosa Lembab Kering Sangat kering

Keluaran kencing NormalJumlah berkurang dan pekat

Anuria/oliguria berat

Pengisian kembali kapiler

Normal 2 detik > 3 detik

Perkiraan defisit cairan

30-50 ml/kg 60-90 ml/kg 100 atau lebih

Tabel 3. Tanda-tanda dan Gejala DehidrasiDiambil dari Behrman RE, Kliegman EM, Jenson HB. 1999. Nelson Textbook of Pediatrics 15 th ed .

Philadelpia: Saunders

15

Page 16: Wrap Up Skenario I B-15

TIK 4.5 PenatalaksanaanPada dehidrasi ringan, terapi cairan dapat diberikan secara oral sebanyak 1500-2500

ml/24 jam (30ml/kg berat badan/24 jam). Cairan yang diberikan secara oral tergantung jenis dehidrasi. Dehidrasi hipertonik : cairan yang dianjurkan adalah air / minuman dengan kandungan

sodium rendah, jus buah seperti apel, jeruk, dan anggur. Dehidrasi isotonik: cairan yang dianjurkan adalah air dan suplemen yang mengandung

sodium (jus tomat), dan larutan isotonik yang ada di pasaran. Dehidrasi hipotonik : cairan yang dianjurkan seperti diatas tetapi dibutuhkan kadar

sodium yang lebih tinggi.Pada dehidrasi sedang sampai berat pasien tidak dapat minum per oral, selain pemberian cairan enteral, dapat diberikan  rehidrasi parenteral. Jika cairan tubuh yang hilang terutama adalah air maka jumlah cairan rehidrasi yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :Defisit cairan (liter) = cairan badan total (CBT) yang diinginkan – CBT saat ini

CBT yang diinginkan =

CBT saat ini (pria) = 50% x berat badan (kg)CBT saat ini (perempuan) = 45% x berat badan (kg)Pada dehidrasi isotonik diberikan cairan NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total per hari. Dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu diberikan cairan hipertonik.

TIU 5 Memahami Mineral (Natrium, Kalium, Klorida, Kalsium)

TIK 5.1 Definisi MineralMineral adalah setiap substansi padat nonorganik yang homogen. (Dorland Edisi 28)

TIK 5.2 Klasifikasi, Absorbsi, Kelainan, dan Sumber-sumber MineralMineral berdasarkan kesepakatan dibagi menjadi dua kelompok1. Makromineral:

Yang diperlukan dalam jumlah yang lebih besar daripada 100 mg/hari, yaitu: Natrium, Kalium, Klorida, Kalsium, Magnesium, Fosfor.

2. Mikromineral (unsur renik):Yang diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil daripada 100 mg/hari, yaitu: Kromium, Kobalt, Tembaga, Yodium, Besi, mangan, Molibdenum, Selenium, Silikon, Seng, Flourida.

Absorpsi mineralKebanyakan mineral (kecuali kalium dan natrium) membentuk garam-garam dan

senyawa-senyawa lain yang relatif sukar larut, sehingga sukar absorpsi, dan sebagian besar mineral yang dimakan, dieksresi dalam feses. Absorpsi mineral sering memerlukan protein pengemban spesifik (spesific carrier proteins), sintesis protein ini berperan sebagai mekanisme penting untuk mengatur kadar mineral dalam tubuh. Eksresi sebagian besar mineral dilakukan oleh ginjal, tetapi banyak mineral juga disekresi ke dalam getah pencernakan dan empedu dan hilang dalam feses.

16

Page 17: Wrap Up Skenario I B-15

Kelainan akibat kelebihan atau kekurangan mineralSindroma defisiensi mineral jarang terdapat pada orang yang mendapat berbagai macam

makanan yang cukup. Bila terjadi difisiensi, biasanya sekunder akibat malabsorpsi, pendarahan, berlebihan (besi), penyakit ginjal (kalsium), atau problem-problem klinis lain.

Kelebihan intake dari hampir semua mineral menyebabkan gejala toksik. Untuk mineral yang absorpsinya diatur, keracunan terjadi bila terjadi gangguan pengaturan absorpsi karena suatu sebab.

Sumber dan kebutuhan-kebutuhan mineral sehari-hariMineral-mineral esensial dan unsur runutan ditemukan ditemukan dalam sebagian besar

makanan, terutama biji-bijian utuh, buah dan sayuran, produk susu, daging dan ikan, tetapi unsur-unsur ini biasanya terdapat dalam makanan ini hanya dalam jumlah sedikit.

1. NatriumNatrium adalah kation Na utama cairan ekstrasel dan sebagian besar berhubungan dengan klorida dan bikarbonat dalam pengaturan keseimbangan asam-basa. Na juga penting dalam mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh dan dengan demikian melindungi tubuh terhadap kehilangan cairan yang berlebihan. Sumber-sumbernya antara lain garam meja atau garam dapur (NaCl). Metabolisme diatur oleh aldosteron. Defisiensi tidak dikenal pada diet normal, terjadi sekunder karena cedera atau sakit.

2. KaliumKalium adalah kation utama cairan intrasel. Sumber utama kalium adalah materi seluler yang kita makan sebagai bahan makanan. Defisiensi akibat makanan jarang terjadi kecuali pada malnutrisi protein kalori berat. Sumber lain kalium antara lain sayuran, buah, kacang-kacangan. Defisiensi terjadi sekunder karena sakit, cedera atau terapi diuretik, kelemahan otot, paralisis, kekacauan mental.

3. KloridaUnsur klor (sebagai ion klorida) penitng dalam keseimbangan air dan pengaturan tekanan osmotik serta keseimbangan asam-basa. Dalam getah lambung, klorida juga khusus penting dalam pembentukan asam hidroklorida. Sumbernya antara lain garam meja. Defisiensinya bayi yang disusui formula yang tidak mengandung garam, terjadi sekunder karena vomitus, terapi diuertik, penyakit ginjal.

4. KalsiumKalsium terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang lebih banyak daripada unsuru

mineral lainnya. kurang lebih 99% kalsium tubuh terdapat dalam rangka, di mana ia dipertahankan sebagai endapan kalsium fosfat dalam matriks yang lunak dan berserabut. Sumber

Susu dan keju tidak dapat diragukan lagi merupakan sumber kalsium terkaya dari makanan sehari-hari. Sebagian besar makanan lain mengandung jumlah yang lebih sedikit, misalnya kuning telur, kacang, miju-miju, buah not, ara, kol, lobak hijau, kembang kol, dan asparagus.Kebutuhan kalsium

Laki-laki dan perempuan setelah umur 18 tahun : 800 mg/hari. Selama trimester II dan III kehamilan dan laktasi : 1,2 gr/hari. Anak-anak dibawah 1 tahun : 360-540 gr/hari. Anak-anak 1-18 tahun : 0,8-1,2 gr/hari. Untuk menambah suplai kalsium, dapat diberikan garam-garam karbonat, laktat atau glikonat dan dikalsium fosfat.

17

Page 18: Wrap Up Skenario I B-15

DefisiensiGejala defisiensi kalsium termasuk tetani dan gangguan otot dan saraf yang

berhubungan. a. Hubungan dengan paratiroid : metaboolisme kalsium jelas dipengaruhi oleh

paratiroid.1) Pada hiperparatiroid yang disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang hiperaktif,

hiperplastik, atau adenomatosa, ditemukan gejala-gejala sebagai berikut : hiperkalsemia, penurunan fosfat serum, penurunan absorpsi ulang fosfat oleh tubulus ginjal, peningkatan aktivitas fosfatase, peningkatan kalsium dan fosfor urin yang berasal dari dekalsifikasi tulang dan dehidrasi serta hemokonsentrasi. Gejala ini disebabkan oleh peningkatan fosfor serum yang mengeluarkan banyak kalsium untuk mempertahankan perbandingan Ca : P.

2) Pada hipoparatiroidi, seperti yang terjadi setelah operasi pembuangan kelenjar paratiroid, konsentrasi kalsium serum dapat turun dibawah 7 mg/hari. Disini disertai peningkatan fosfat serum dan penurunan fosfat urin.

b. Osteoporosis : adalah penyakit tulang yang sering dianggap mempunyai hubungan dengan intake kalsium yang kurang.

c. Rakhitis : penyakit ini ditandai oleh gangguan klasifikasi tulang yang disebabkan oleh kadar vitamin D yang rendah dalam tubuh, defisiensi kalsium dan fosfor dalam makanan, atau kombinasi keduanya.

d. Renal richets (rakhitis ginjal) : rakhitis ginjal, lebih tepat dinamakan rakhitis hipofosfatemia familial diturunkan sebagai dominan yang berhubungan dengan X (X-linked dominant). Laki-laki yang dihinggapi menunjukkan hipofosfatemia dan rakhitis yang berat ; wanita heterozigot bila dibandingkan dengan laki-laki cenderung mempunyai konsentrasi fosfor serum yang lebih tinggi dan penyakit tulang yang lebih ringan.

e. Penurunan kalsium serum : pada penyakit ginjal yang berat, kalsium serum dapat menurun sebagian karena peningkatan pengeluaran ke dalam urin.

TIU 6. Memahami Gangguan Keseimbangan Elektrolit dalam Tubuh

TIK 6.1 Gangguan Keseimbangan Natrium dalam TubuhNatrium berperan dalam menentukan menentukan status volume air dalam tubuh. Lebih

dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium. Pemasukan dan pengeluaran natrium per hari mencapai 48 mEq-144 mEq (1,1-3,3 g). Ginjal merupakan organ terpenting dalam pengaturan konsentrasi natrium. Di cairan ekstrasel, konsentrasi natrium berkisar antara 136-142 mEq/L, sedangkan di cairan intrasel berkisar 10 mEq/L (FKUI, 2008). Bila Na diabsorbsi, maka absorbi Cl akan terhalang dan sebaliknya, dan bila K direabsorbsi makan absorbi Na dan Cl terhalang.Keseimbangannya diatur oleh dua mekanisme yakni: Kadar natrium yang sudah tetap pada batas tertentu (Set-Point) Keseimbangan antara natrium yang masuk dan yang keluar (Steady-State)Perubahan kadar natrium dalam cairan ekstrasel akan mempengaruhi kadar hormon terkait seperti hormon antidiuretik (ADH), sistem RAA (renin angiostensin aldosteron), atrial natriuric peptide (ANP), brain natriuric peptide (BNP). Hormon-hormon ini akan mempengaruhi ekskresi natrium di dalam urin. Gangguan keseimbangan natrium meliputi:

18

Page 19: Wrap Up Skenario I B-15

a. Hiponatremia1) Definisi

Hiponatremia adalah kondisi dimana kadar natrium dalam darah di bawah normal. Hiponatremia terjadi ketika natrium dalam darah turun hingga di bawah 135 mEq/L. (Mayo Clinic. 2009)

2) EtiologiBanyak kemungkinan kondisi dan faktor-faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: Mengkonsumsi air yang berlebihan selama latihan (exertional hyponatremia).

Karena kehilangan natrium melalui keringat, minum terlalu banyak air selama aktifitas ketahanan fisik, seperti maraton dan triathlon, dapat mengencerkan konten natrium darah.

Perubahan hormon akibat insufisiensi kelenjar adrenal (penyakit Addison). Kelenjar adrenal memproduksi hormon yang membantu menjaga keseimbangan natrium, kalium dan air dalam tubuh.

Perubahan hormonal karena tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme). Hipotiroidisme dapat mengakibatkan darah rendah natrium.

Pil Air (diuretik) (terutama thiazide diuretics). Diuretik bekerja dengan membuat tubuh anda mengeluarkan lebih banyak natrium dalam urin.

SIADH (syndrome of inappropriate ADH-secretion). Dalam kondisi ini, tingkat tinggi hormon ADH diproduksi, menyebabkan tubuh menahan air, bukan mengekskresikannya dalam urin.

Polidispsia primer. Dalam kondisi ini, rasa haus meningkat secara signifikan, menyebabkan keinginan untuk meminum cairan dalam jumlah berlebihan.

Obat-obatan tertentu. Beberapa obat, seperti antidepresan dan sebagian obat nyeri, dapat menyebabkan buang air kecil atau berkeringat lebih dari biasanya.

Penggunaan obat ekstasi. Menyebabkan efek riak pada ADH dan kadar air (terutama bila digabungkan dengan minum berlebihan) dapat meningkatkan risiko parah dan bahkan fatal untuk hiponatremia.

Muntah dan diare yang kronik dan berat. Hal ini menyebankan tubuh kehilangan cairan dan elektrolit seperti natrium.

Dehidrasi. Pada dehidrasi, tubuh kehilangan cairan dan elektrolit. Diet rendah natrium dan diet air tinggi dapat mengganggu keseimbangan yang

tepat antara natrium dan cairan dalam darah. Sirosis hati, dapat menyebabkan cairan dalam tubuh terakumulasi. Gagal ginjal dan penyakit ginjal lainnya dapat membuat tubuh tidak dapat

membuang kelebihan cairan dari tubuh secara efisien. Gagal jantung.(Mayo Clinic. 2009)

3) KlasifikasiHiponatremia dapat dikelompokan atas: Hiponatremia dengan ADH meningkat. Hiponatremia dengan ADH tertekan fisiologis. Hiponatremia dengan osmolalitas plasma normal atau tinggi.Berdasarkan waktu terjadinya, hiponatremia dibagi menjadi: Hiponatremia kronik, bila terjadinya berlangsung lambat lebih dari 48 jam. Tidak

terjadi gejala berat, hanya terjadi gejala ringan seperti lemas atau mengantuk. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremia asimptomatik.

19

Page 20: Wrap Up Skenario I B-15

Hiponatremia akut, bila terjadinya berlangsung cepat yaitu kurang dari 48 jam. Terjadi gejala berat seperti penurunan kesadaran dan kejang. Hal ini terjadi akibat adanya edema sel otak karena air dari ekstrasel masuk ke intrasel yang osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga sebgai hiponatremia simptomatik atau hiponatremia berat.

Ketidakseimbangan antara natrium dan air dalam darah Anda dapat terjadi dalam tiga cara utama: Hipervolemik hiponatremia. Pada kondisi ini air yang belebihan mengencerkan

konsentrasi natrium yang menyebabkan tingkat natrium rendah. Penyebab umumnya adalah gagal ginjal, gagal jantung, dan gagal hati.

Euvolemik hiponatremia. Pada kondisi ini, kadar air normal dan dikombinasikan dengan kadar natrium yang rendah. Penyebab umumnya adalah kondisi kesehatan kronis, kanker atau obat-obatan tertentu.

Hipovolemik hiponatremia. Pada kondisi ini, kadar air dan natrium keduanya rendah. Hal ini dapat terjadi, misalnya, saat berolahraga dalam panas tanpa rehidrasi cairan elektrolit.

4) Manifestasi KlinikManifestasi klinik hiponatremia dapat meliputi gangguan sistem saraf pusat dan

sistem muskular dan termasuk disorientasi, letargi, mual dan muntah, kelemahan, kegagalan respirasi, sakit kepala, kebingungan, kelelahan, kehilangan nafsu makan, gelisah dan mudah marah (iritabilitas), kelemahan otot, kejang atau kram, penurunan kesadaran atau koma.

Respons fisiologis dari hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus sehingga ekskresi urin meningkat oleh karena saluran air (AQP2) bagian apikal duktus koligents berkurang (osmolalitas urin rendah).(Siregar P. 2009) (Mayo Clinic. 2009) (Medica FK Unhas. 2009)

5) PenatalaksanaanLangkah pertama yang dilakukan adalah mencari sebab terjadinya hiponatremia dengan cara anamnesis,pemerikasaan fisis yang teliti, dan pemeriksaan lab. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengobatan yang tepat sasaran. Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia akut atau kronik.(Siregar P. 2009)

Jika memiliki hiponatremia kronis karena diet, diuretik atau konsumsi air yang berlebihan, direkomendasikan pemotongan sementara pemasukan cairan dan penyesuaian diuretik yang digunakan untuk meningkatkan kadar natrium dalam darah.Jika memiliki hiponatremia akut, diperlukan pengobatan lebih agresif. Pilihan

pengobatan meliputi: Infus cairan. Yakni pemberian solusi natrium melalui intravena (IV) untuk

meningkatkan kadar natrium dalam darah. Penderita biasanya harus menetap di rumah sakit. Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan secara perlahan-lahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk menghitung Na, serum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus:

Na= Na1 – Na0 x TBWNa = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkanNa0 = Na serum yang aktualTBW = total body water = 0,6 x BB (kg)

Obat-obatan. Obat yang dipakai bisa untuk mengendalikan tanda-tanda dan gejala hiponatremia, seperti sakit kepala, mual dan kejang.

20

Page 21: Wrap Up Skenario I B-15

Terapi hormon. Jika terjadi insufisiensi adrenal (penyakit Addison) adalah penyebab hiponatremia, penderita dapat diberikan hormon untuk menggantikan kekurangan.

(Mayo Clinic. 2009)b. Isonatremia

Isonatremia adalah suatu keadaan patologis yang tidak menyebabkan gangguan pada kadar natrium dalam plasma (osmalilitas plasma tetap berada dalam keadaan normal). Keadaan seperti ini dapat dijumpai pada:1) Turunnya kadar Na tbuh total diikuti oleh berkurangnya air tubuh total dalam jumlah

seimbang. Terjadi karena pemberian diuretik janga panjang (kronik) atau pada beberapa kondisi seperti muntah, diare, perdarahan, dan third space sequestration. (FKUI. 2008)

2) Kondisi normal (steady state)3) Peningkatan Na tubuh total diimbangi oleh peningkatan air tubuh total. Terjadi pada

pemberian natrium isotonik berlebihan (hipervolemia).c. Hipernatremia

1) DefinisiHipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.

2) EtiologiManusia dalam keadaan normal tidak akan pernah mengalami hipernatremia karena respon haus yang timbul akan dijawab dengan asupan air yang meningkat sehingga tidak terjadi hipernatremia. Hipernatremia terjadi bila kekurangan air tidak diatasi dengan baik. Hipernatremia bisa terjadi karena: Adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi natrium atau

asupan air yang kurang. Penambahan natrium yang melebihi jumlah cairan dalam tubuh. Hipernatremia

jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitasi cairan menggunakan larutan NaCl 0,9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar.

Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel.3) Manifestasi Klinik

Gejala utama dari hipernatremia merupakan akibat dari kerusakan otak. Timbul peningkatan natrium plasma akut hingga di atas 158 mEq/L, terjadi letargi, lemas, twitching, kejang, dan akhirnya koma. Kenaikan akut melebihi 180 mEq/L dapat menimbulkan kematian.

4) PenatalaksanaanLangkah pertama adalah menetapkan etiologi hipernatremia. Setelah itu, mencoba menurunkan kadar natrium dalam plasma ke arah normal. Koreksi cairan berdasarkan perhitungan jumlah defisit cairan.

TIK 6.2 Gangguan Keseimbangan Kalium dalam TubuhKeseimbangan elektrolit merupakan keadaan dimana pemasukan harus seimbang dengan

pengeluaran. Di dalam tubuh manusia terdapat Kalium sebagai salah satu kation utama cairan intra sel dan otot. Kalium berfungsi untuk aktivitas listrik saraf dan jaringan otot. Kalium mempertahankan osmolalitas di dalam sel dan juga penting dalam metabolisme selular. Aldosteron merupakan hormon yang mengendalikan pengaturan kadar Kalium darah. Selain aldosteron, insulin adan epinefrin merupakan hormon lain yang menstimulasi asupan selular Kalium. Kalium dapat kita konsumsi dari bahan makanan sehari-hari. Kalium mudah diserap

21

Page 22: Wrap Up Skenario I B-15

usus halus, dan di ekskresi oleh ginjal di dalam tubuh. Kadar normal kalium plasma berkisar antara 3,5-5 mEq/L.

Ketidakseimbangan kalium terjadi pada saat asupan tidak seimbang dengan pengeluaran dan juga sebaliknya. Gangguan keseimbangan Kalium terdiri dari :a. Hipokalemia

1) DefinisiHipokalemia adalah keadaan dimana tubuh mengalami pengeluaran kalium yang berlebihan tetapi asupan kalium yang kurang. Kadar kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/L.

2) Etiologi Asupan kalium yang kurang Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui:

Saluran Cerna Diare Selang naso-gastrik Muntah Asupan Na+ yang berlebih Pemakaian pencahar

Ginjal Penggunaan obat diuretik Kelebihan hormon mineralkortikoid primer/ hiperaldosteronisme primer Hipomagnesia Poluria Salt-wasting nephropathy

Keringat berlebihan Kalium masuk ke dalam sel

3) Manifestasi klinik Kelemahan pada otot, perasaan lelah, nyeri otot, restless legs syndrome Kembung Aritmia jantung, tekanan darah meningkat Gangguan pada ginjal Gangguan toleransi glukosa dan gangguan metabolisme protein Meningkatnya produksi NH4

4) PenatalaksanaanMengindikasikan koreksi kalium terlebih dahulu. Indikasi koreksi kalium ada tiga yaitu mutlak, kuat, dan sedang. Terapi yang dipakai yakni: Pemberian Kalium oral, bila perlu parenteral 3-10 mEq/kgbb/hari Parenteral per infus max 40 mEq/L (cairan rumat 10 mEq/kolf (500 mL)

b. Hiperkalemia1) Definisi

Hiperkalemia adalah keadaan dimana tubuh mengalami pengeluaran Kalium yang kurang tetapi asupan Kalium yang berlebihan. Kadar kalium plasma lebih dari 5 mEq/L.

2) Etiologi

22

Page 23: Wrap Up Skenario I B-15

Keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel. Terjadi pada keadaan asidosis metabolik, defisiensi insulinkatabolisme jaringan yang meningkat, pemakaian obat penghambat β-adrenegik

Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal. Terjadi pada keadaan hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, pemakain siklosporin

Intake yang berlebihan Luka bakar, trauma

3) Manifestasi klinik Meningkatnya kepekaan membran sel Kelemahan otot Sesak nafas Gangguan konduksi listrik jantung

4) Penatalaksanaan Mengatasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel dengan memberikan kalsium

intravena Memacu masuknya kembali kalium dari ekstrasel ke intrasel

- Pemberian infus insulin - Pemberian Na bikarbonat- Pemberian α2-agonis

Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh- Pemberian diuretik-loop dan tiasid- Pemberian resin-penukar- Hemodialisis

TIU 7 Memahami Dehidrasi Anak

TIK 7.1 Etiologi Dehidrasi AnakDehidrasi adalah keadaan dimana berkurangnya volume air tanpa elektrolit ( natrium )

atau berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium dari cairan ekstrasel. Akibatnya terjadi peningkatan natrium dalam ekstrasel sehingga cairan intrasel akan masuk ke ekstrasel ( volume cairan intrasel berkurang ). Dengan kata lain, dehidrasi melibatkan pengurangan cairan intra dan ekstrasel secara bersamaan.

Pada keadaan dehidrasi, akan terjadi hiponatremia karena cairan yang keluar atau hilang adalah cairan yang hipotonik. Dehidrasi dapat terjadi pada keadaan keluarnya air melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran intestinal, diabetes insipidus ( sentral dan nefrogenik ), diuresis osmotik, yang kesemuanya disertai oleh rasa haus dengan gangguan akses cairan.

TIK 7.2 Klasifikasi DehidrasiJenis-jenis dehidrasi dibagi berdasarkan tonisitas darah dan berdasarkan derajatnya.

Dehidrasi berdasarkan tonisitas darah ; Hipotonik atau hiponatremik, dimana kadar Na serum < 130 mEq/L Isotonik atau isonatremik, dimana kadar Na serum antara 130-150 mEq/L Hipertonik atau hipernatremik, dimana kadar Na serum > 150 mEq/LDehidrasi berdasarkan derajatnya ; Dehidrasi ringan, dimana kehilangan cairan < 5 % Dehidrasi sedang, dimana kehilangan cairan 5-10 % Dehidrasi berat, dimana kehilangan cairan > 10 %

23

Page 24: Wrap Up Skenario I B-15

Pada anak-anak, kehilangan cairan tubuh sebanyak 5 % saja sudah termasuk dalam dehidrasi berat.

TIK 7.3 Manifestasi Klinik Dehidrasi AnakGejala-gejala dehidrasi dapat berupa haus, berat badan menurun, dan kulit, bibir dan lidah

kering. Pada anak-anak terkadang dehidrasi terjadi melalui demam, diare, muntah dan aktivitas fisik. Terkadang anak menjadi apatis, gelisah, kadang disertai kejang, tekanan darah menurun, kesadaran menurun.

Jika anak mangalami demam, diare, muntah, dan keringat berlebihan maka dapat dicurigai dehidrasi yang diikuti gejala: Mulut kering atau pecah-pecah Saat menangis tidak mengeluarkan air mata atau sedikit sekali Mata terlihat redup Muncul fontanela (bintik samar) pada kening bayi Pada bayi baru buang air kecil setelah 6-8 jam atau buang air sedikit dan berwarna kuning

pekat Pada anak-anak baru buang air setelah 12 jam dalam jumlah sedikit dan berwarna kuning

pekat Kulit kering Mengalami letargi Badan pegal dan pusing

TIK 7.4 Penatalaksanaan Dehidrasi AnakPada beberapa penderita dehidrasi, terutama yang dengan dehidrasi berat, kolaps sirkulasi

dan syok, cairan intravena harus diberikan secara gawat darurat, bahkan sebelum dilakukan evaluasi lengkap terhadap penderita. Pada situasi yang tidak lebih mendesak, sebelum pemberian cairan, penderita harus dievaluasi teliti secara klinis, sedangkan jenis dan jumlah cairan harus dihitung teliti. Harus dipertimbangkan besarnya kehilangan air dan natrium.

Rehidrasi oral dapat berhasil digunakan pada penderita dengan dehidrasi ringan atau sedang. Terapi perenteral diindikasikan untuk penderita dehidrasi berat dan yang menolak pemberian peroral atau muntah-muntah persisten. Terapi pernteral mempunyai 3 fase, terapi inisial dan terapi lanjutan. Terapi inisial bertujuan untuk secara cepat mengembangkan volume cairan ekstraseluler, terutama volume plasma, untuk mencegah atau mengobati syok. Harus digunakan larutan elektrolit isotonik yang menyerupai komposisi plasma.

TIU 8 Memahami Etika Minum Dalam Islam

TIK 8.1 Definisi Etika Minum dalam IslamEtika minum adalah bersih dari kotoran-kotoran haram, syubhat, dan yang dihalalkan

Allah karena Allah Ta'ala berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, makan 7 minumlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian." (Al-Baqarah:172). Yang dimaksud rizki yang baik ialah halal yang tidak ada kotoran di dalamnya.

Orang Muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta'ala dengan maksimal. Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tetapi Allah juga melarang manusia untuk makan dan minum tidak berlebihan, firman Allah SWT:

24

Page 25: Wrap Up Skenario I B-15

”Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS: Al A’Raaf (7) : 31)

Didalam surat Al-Anbiya juga disebutkan bahwa:“Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup..“Jadi air sangat penting dalam kehidupan bagi makhluk hidup khususnya manusia.

TIK 8.2 Adab Minum Menurut Sunah Rasulullah SAW Jika akan makan atau minum, kita membaca basmallah dan ketika selesai

membaca hamdalah. Dan jika lupa membaca do'a, kita diajarkan Rasulullah SAW membaca do'a sebagai berikut "Bismillahi awwalahu wa akhiratu”, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah sangat meridhai seorang hamba yang apabila telah makan suatu makanan ia memuji-Nya dan apabila minum minuman ia pun memuji-Nya”. (HR. Muslim).

Hendaklah makan dan minum yang kamu lakukan diniatkan agar bisa dapat beribadah kepada Allah, agar kamu mendapat pahala dari makan dan minummu itu.

Hendaknya mencuci tangan sebelum makan jika tangan kamu kotor, dan begitu juga setelah makan untuk menghilangkan bekas makanan yang ada di tanganmu.

Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam haditsnya menuturkan: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia tinggalkan”. (Muttafaq’alaih).

Kita makan dan minum dengan tangan kanan, mengambil makanan yang terdekat, dan tidak mengambil makanan yang terlalu jauh

Kita tidak boleh berlebihan dengan makan dan minum, perut diisi sepertiga, minuman sepertiga dan udara sepertiga. Dalam keseharian Nabi mempraktekkan, “Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang, isilah perut kalian dengan 1/3 makanan, 1/3 minuman dan 1/3 udara. Orang yang paling disukai Alloh diantara kalian yang paling sedikit makannya dan paling ringan tubuhnya (HR. Al Bukhari)

Kita makan atau minum dengan posisi duduk, tidak tengkurap, tidak berdiri,dan tidak sambil berjalan. Karena ada hadist mengatakan: "Janganlah seorang diantara kamu yang minum sambil berdiri. Barang siapa lupa,Hendaklah menumpahkan apa yang telah diminumnya.”

Kita tidak boleh minum 1 gelas sekaligus, tetapi diminum 2 atau 3 kali Jika makan atau minum bersama orang yang lebih tua, sebaiknya kita

mempersilakannya terlebih dahulu. Jangan minum langsung dari bibir bejana, berdasarkan hadits Ibnu Abbas beliau berkata,

“Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum dari bibir bejana wadah air.” (HR. Al Bukhari)

Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur karena di dalam hadits Anas disebutkan “Bahwa sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri”. (HR. Muslim).

Tidak meniup makanan yang masih panas atau bernafas di saat minum. Tujuan dari larangan ini adalah menghindari jatuhnya kotoran dari hidung ke dalam air minum. Sedangkan larangan untuk meniup air minum adalah supaya air minum tersebut tidak berbau nafas, atau bercampur dengan zat karbon yang kita tiupkan. Anjuran untuk tidak bernafas dan meniup air minum ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW berikut: Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian minum

maka janganlah mengambil nafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 263)

25

Page 26: Wrap Up Skenario I B-15

Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk mengambil nafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

26

Page 27: Wrap Up Skenario I B-15

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Etika Makan dan Minum. (Diakses tanggal 25 Februari 2010). Tersedia dari: http://kaunee.com/index.php?option=com_content&view=article&id=400:etika-makan-dan-minum&catid=103:majlis-al-kauny&Itemid=82

Behrman RE, Kliegman EM, Jenson HB. 1999. Nelson Textbook of Pediatric 15th ed. Philadelpia: Saunders.

FKUI. 2008. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, edisi ke 2. Jakarta: FKUI.

FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Buku ke 3. Jakarta: FKUI.Mayo Clinic. 2009. Dehidration: Causes. (Diakses tanggal 24 Februari 2010). Tersedia dari: http://www.mayoclinic.com/health/dehydration/DS00561/DSECTION=causes

Hartanto, Widya W. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. (Diakses 24 Februari 2009). Tersedia dari: www.akademik.unsri.ac.id/.../ Cairan %20dan%20Elektrolit %20 Perioperatif 2.pdf

Irwan. 2008. Dehidrasi. (Diakses tanggal 25 Februari 2009). Tersedia dari: http://dokteranakku.com/?p=151

Juliantara, Ketut. 2009. Kimia Lariutan. (Diakses tanggal 26 Februari 2009). Tersedia dari: http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar/

Kamianti, Sukmariah. 1990. Kimia Kedokteran, edisi ke 2. Jakarta: Binarupa AksaraMartin D.W., et. al. 1985. Biokimia Harper 20th ed, ab. I. Darmawan. Jakarta: EGC.Mayo Clinic. 2009. Hyponatremia. (Diakses tanggal 24 Februari 2010). Tersedia dari:

http://www.mayoclinic.com/health/hyponatremia/DS00974Medica FK Unhas. 2009. Penatalaksanaan Gangguan Elektrolit yang Mengancam Jiwa.

(Diakses tanggal 24 Februari 2010). Tersedia dari: http://asramamedicafkunhas.blogspot.com/2009/06/penatalaksanaan-gangguan-elektrolit.html

Murray R.K., et. al. 2000. Biokimia Harper 25th ed, ab. A. Hartono. Jakarta: EGC.Semar, Ki. 2009. Etika Makan dan Minum. (Diakses tanggal 25 Februari 2010). Tersedia dari: http://sabdaislam.wordpress.com/2009/12/16/15-etika-makan-dan-minum/

Sherwood, L. 2004. Human Phsyology From Cells to Systems, 5th ed. Singapore: Thomson Learning.

Siregar, Parlindungan. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V Bab 24: Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Jakarta: InternaPublishing.

Taylor & Francis. 2001. The Adrenal Gland. (Diakses tanggal 25 februari 2010). Tersedia dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=endocrin&part=A442&rendertype=box&id=A649

27