Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

28
Skenario 2 RUAM MERAH SELURUH TUBUH Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke RS dengan keluhan keluar ruam merah di tubuh sejak tadi pagi. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek, mata merah, buang air besar lembek 2x/ hari dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak lemah, suhu 39°C. Dalam rongga mulut terlihat Koplik’s spot dan terdapat ruam makulopapular di belakang telinga, wajah, leher, badan dan ekstremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium ditemukan leukopenia. Kata-kata sulit 1. Koplik’s spot : bercak merah terang, tak beraturan, kecil pada mukosa bukal dan lingual, dengan bercak putih terang kecil pada setiap bagian tengah; terlihat pada stadium prodromal campak 2. Makulopapular : Bintik/bercak berwarna merah yang ukurannya beragam. Tingginya diatas permukaan normal (diameter papula : <1cm, diameter makula : 1-3cm) Pertanyaan 1. Apa hubungan leukopenia dengan gejala-gejala yang dialami anak tersebut? 2. Apa diagnosis banding dari gejala di atas? 3. Apa etiologi dari gejala di atas? 4. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis? 5. Bagaimana penatalaksanaan gejala di atas? 6. Bagaimana cara transmisi penyakit pasien tersebut? Jawaban 1. Adanya invasi leukosit dalam sel hati 2. Diagnosis penyakit : campak (Koplik’s spot muncul setelah demam) Diagnosis banding : Rubella (ada demam, ruam makulopapupar, dan leukopeni) 3. Virus campak Famili : Paramyxovirus, Genus : Morbilli Virus campak jerman Famili : Togavirus, Genus : Rubella 4. Pemeriksaan serologi 5. Pencegahan a) Imunisasi 1

description

hello

Transcript of Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Page 1: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Skenario 2RUAM MERAH SELURUH TUBUH

Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa ibunya ke RS dengan keluhan keluar ruam merah di tubuh sejak tadi pagi. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek, mata merah, buang air besar lembek 2x/ hari dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak lemah, suhu 39°C. Dalam rongga mulut terlihat Koplik’s spot dan terdapat ruam makulopapular di belakang telinga, wajah, leher, badan dan ekstremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium ditemukan leukopenia.

Kata-kata sulit1. Koplik’s spot : bercak merah terang, tak beraturan, kecil pada mukosa bukal dan

lingual, dengan bercak putih terang kecil pada setiap bagian tengah; terlihat pada stadium prodromal campak

2. Makulopapular : Bintik/bercak berwarna merah yang ukurannya beragam. Tingginya diatas permukaan normal (diameter papula : <1cm, diameter makula : 1-3cm)

Pertanyaan1. Apa hubungan leukopenia dengan gejala-gejala yang dialami anak tersebut?2. Apa diagnosis banding dari gejala di atas?3. Apa etiologi dari gejala di atas?4. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis?5. Bagaimana penatalaksanaan gejala di atas?6. Bagaimana cara transmisi penyakit pasien tersebut?

Jawaban1. Adanya invasi leukosit dalam sel hati2. Diagnosis penyakit : campak (Koplik’s spot muncul setelah demam)

Diagnosis banding : Rubella (ada demam, ruam makulopapupar, dan leukopeni)3. Virus campak Famili : Paramyxovirus, Genus : Morbilli

Virus campak jerman Famili : Togavirus, Genus : Rubella4. Pemeriksaan serologi5. Pencegahan

a) Imunisasi- Imunisasi Aktif : imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan

untuk mengaktifkan antibodi dalam tubuh- Imunisasi Pasif : imunisasi dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan

serum konvalesen globulin plasenta, atau gamma globulin plasma (dengan immunoglobulin antibodi yang telah dibentuk ketika melawan virus)

b) Memperbaiki gizi masyarakatSebelum pengobatan harus dilakukan uji in vitro, in vivo, atau in ovoIn vitro : di laboratoriumIn vivo : dalam tubuh makhluk hidupIn ovo : dalam sel embrioPenanganan1. Tirah baring (paling utama)2. Rehidrasi3. Mempertahankan ruangan tetap hangat4. Menghindari paparan cahaya yang kuat5. Pemberian antimikroba antibiotik

6. Transmisi penyakit tersebut dapat melalui :

1

Page 2: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

- Droplet spray hembusan atau muncratan dan percikan batuk, bersin- Melalui darah, urin, feses

HIPOTESIS

Berbagai macam faktor seperti host yang rentan dan lingkungan yang buruk dapat menyebabkan individu terserang virus Morbilli sehingga menyebabkan demam tinggi mendadak, ruam makulopapular, serta Koplik’s spot yang merupakan gejala patognomonik campak, berbagai pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tersebut, kita bisa melakukan pencegahan seperti memberi vaksin, menjaga nutrisi, dan edukasi agar tidak terserang campak.

2

Page 3: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Sasaran Belajar

LI. 1. Memahami dan menjelaskan Paramyxovirus1.1 Definisi Paramyxovirus1.2 Struktur dan morfologi Paramyxovirus1.3 Siklus hidup Paramyxovirus

LI. 2. Memahami dan menjelaskan campak2.1. Definisi2.2. Etiologi2.3. Epidemiologi2.4. Patofisiologi 2.5. Manifestasi 2.6. Diagnosis dan Diagnosis banding 2.7. Tatalaksana 2.8. Pencegahan 2.9. Komplikasi 2.10. Prognosis

3

Page 4: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

LI. 1. Memahami dan menjelaskan Paramyxovirus1.1 Definisi Paramyxovirus

Paramyxovirus merupakan agen penting penginfeksi saluran pernafasan pada bayi dan anak kecil dan juga agen penyebab dari dua penyakit menular tersering pada anak-anak yaitu gondong dan campak. Semua anggota famili paramyxoviridae memulai infeksi dari saluran pernafasan. Replikasi pathogen pernapasan terbatas pada epitel pernapasan, dimana gondong dan campak merata ke seluruh tubuh dan menimbulkan penyakit generalisata. Virus Rubella, walaupun dapat di golongkan kedalam Togavirus karena sifat kimia dan fisikanya tapi dapat digolongkan sebagai paramyxovirus karena epidemiologinya,

1.2 Struktur dan morfologi ParamyxovirusMORFOLOGI PARAMYXOVIRUS

Virion Bulat, pleomorfik, berdiameter 150-300 nm (nukleopsid helix 18 nm)Komposisi RNA (1%), protein (73%), lemak (20%), karbohidrat (6%)

GenomRNA untai rantai tunggal, lurus, tidak bersegmen, negative-sense, 16-20

kbProtein 6 protein structural

AmplopMengandung peptidoglikan hemagglutinin virus(HN) (yang kadang-

kadang membawa aktivitas neuro mini dase) dan glikoprotein fusi (F); sangat ringkih

Replikasi Sitoplasma; partikel bertunas dari membrane plasmaCiri khas yang

menonjolStabil secara antigen, partikel labil juga sangat infeksius

Sebagian besar  Paramyxovirus mengandung 6 protein struktural:

a. 3 protein membentuk kompleks dengan RNA virus berfungsi untuk transkripsi dan replikasi RNA

b. 3 protein berpartisipasi dalam pembentukan selubung virus. Protein matriks (M) mendasari selubung virus, protein tersebut memiliki afinitas terhadap NP dan glikoprotein permukaan virus dan penting dalam perakitan virion.

4

Page 5: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Virus campak mempunyai 6 protein struktural, 3 di antaranya tergabungdengan RNA dan membentuk nukleokapsid yaitu; Pospoprotein (P), protein ukuran besar (L) dan nukleoprotein (N). Tiga protein lainnya tergabungdengan selubung virus yaitu; protein fusi (F), protein hemaglutinin (H) dan protein matrix (M).

Protein F dan H mengalami glikosilasi sedangkan protein M tidak. Protein F bertanggung jawab terhadap fusi virus dengan membran sel hospes, yang kemudian diikuti dengan penetrasi dan hemolisis. Protein H bertanggung jawab pada hemaglutinasi, perlekatan virus, adsorpsi dan interaksi dengan reseptor di permukaan sel hospes. Protein F dan H bersama-sama bertanggung jawab pada fusi virus dengan membran sel dan membantu masuknya virus. Sedangkan protein M berinteraksi dengan nukleo-kapsid berperan pada proses maturasi virus. Nukleokapsid dikelilingi oleh selubung lipid yang tertancap dengan duri dua glikoprotein transmembran yang berbeda ukuran (8 - 12 mm). Aktivitas glikoprotein permukaan ini yang membantu membedakan genus famili Paramyxoviridae.Glikoprotein dapat atau tidak dapat mengalami aktivitas hemaglutinasi dan neuraminidase serta berperan untuk perlekatan pada sel penjamu. Glikoprotein inidirakit sebagai tentramer di dalam virion yang matang.

Paramyxovirus mengalami replikasi di sitoplasama; partikel bertunas dari membran plasma, dan yang paling penting adalah ciri khas dari paramyxovirus ini stabil secara antigen,partikel labil juga sangat infeksius.Paramyxovirus merupakan virus penyebab penyakit gondongan(mumps). Adapun virus ini mencakup campak (measles), gondong (mumps),human respiratory syncytial virus, Newcastle disease virus, sendai virus, dan lain-lain yang merupakan agen dari banyak penyakit di manusia dan hewan.

1.3 Siklus hidup ParamyxovirusVirus menyerang sel inang dengan cara menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel inang. Sel yang terinfeksi memproduksi protein virus dan materi genetiknya lebih banyak dibandingkan protein tubuhnya sendiri. Ada beberapa tahap dari siklus hidup virus :

Tahap I disebut adsorbsi, ditandai dengan melekatnya virus pada dinding sel inangnya.

Tahap II disebut penetrasi, materi genetik virus disuntukkan kedalam sel inangnya.

Tahap III sintesis, merupakan tahap menggandakan komponen-komponen tubuh virus.

Tahap IV maturasi atau perakitan, berupa penyusunan tubuh-virus menjadi satu kesatuan yang utuh.

Tahap V adalah lisis. Partikel virus yang baru terbentuk memecah sel inang, dan siap menginfeksi sel inang berikutnya. mekanisme reproduksi virus seperti di atas disebut daur litik.

5

Page 6: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

LI. 2. Memahami dan menjelaskan campak2.1. Definisi

Campak adalah penyakit akut yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang umumnya menyerang anak.

Campak adalah suatu penyakit akut menular, ditandai oleh tiga stadium:1. Stadium kataral

Di tandai dengan enantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringansampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk.

2. Stadium erupsiDitandai dengan ruam makuler yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh,lengan dan kaki dan disertai oleh demam tinggi.

3. Stadium konvalesensiDitandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi hiperpigmentasi

2.2. EtiologiCampak disebabkan oleh paramyxovirus, virus dengan rantai RNA yang memiliki 1 tipe antigen. Manusia merupakan satu-satunya penjamu (host) dalam penyakit ini. Virus dapat ditemukan di sekret saluran pernafasan, urin, dan darah penderita. Virus dapat disebarkan melalui droplet berukuran besar dari saluran pernafasan atas dan memerlukan kontak yang erat. Penderita dapat menularkan virus selama 1-2 hari sebelum timbulnya gejala (sekitar 5 hari sebelum timbulnya ruam) sampai 4 hari setelah timbulnya ruam.

2.3. EpidemiologiVirus campak mudah menularkan penyakit. Virulensinya sangat tinggi terutama pada anak yang rentan dengan kontak keluarga,sehingga hampir 90% anak yang rentan akan tertular. Campak ditularkan melalui droplet di udara oleh penderita, kontak langsung, melalui secret hidung atau tenggorokan dari orang yang terinfeksi sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam.

6

Page 7: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Virus campak berada dalam lendir di hidung dantenggorokan orang yang terinfeksi. Penularan campak dapat terjadi ketika bersin atau batuk. Lendir yang terinfeksi dapat mendarat di hidung orang lain atau tenggorokan ketika mereka bernapas atau memasukkan jari-jari mereka di dalam mulut atauhidung setelah menyentuh permukaan yang terinfeksi. Virus tetap aktif dan menular pada permukaan yang terinfeksi sampai 2 jam. Transmisi campak terjadi begitu mudah kepada siapa pun yang tidak di imunisasi campak. Masa inkubasinya 10-12hariMasa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah timbulnya ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari.Ibu yang pernah menderita campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta, dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi diharapkan membentuk antibodinya sendiri yang secara aktif setalah menerima vaksinasi campak. Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak mencapai puncak titer sekitar 12 hari, IgM akan terbentuk dan cepat menghilang, hingga akhirnya digantikan oleh IgG. Adanya karier campak sampai sekarang tidak terbukti. Cakupan imunisasi campak yang lebih dari 90% akan menyebabkan kekebalan kelompok (herd community) dan menurunkan kasus campak di masyarakat.

2.4. PatofisiologiStadium InkubasiPerjalanan klinik di awali dengan infeksi epithel saluran napas bagian atas oleh virus, menyebar ke kelenjar lympha regional bersama makrofag. Setelah mengalami replikasi dikelenjar limfa regional, virus dilepas kedalam aliran darah, terjadilah viremia pertama. Sampailah virus ke sistem reticuloendothelial, dan disusul dengan proses replikasi. Viremia yg kedua akan mengantar virus sampai ke “ multiple tissue site “, terjadilah proses infeksi di endothelium pembuluh darah, epithelium saluran napas dan saluran cerna. Virus menempel pada receptor virus campak pada tempat tertentu, misalnya pada lapisan lendir saliran nafas , sel otak dan usus.

Stadium ProdromalSetelah inkubasi selama 10-11 hari, dalam 24 jam kemudian munculah gejala coryza / pilek, conjunctivitis / radang mata dan cough / batuk sebagai gejala periode prodromal.

Stadium Erupsi Semua gejala diatas makin hari makin memberat, mencapai puncaknya pada periode erupsi, saat mulai muncul ruam pada hari ke 4 sakit. koplik’s spot, bercak putih di depam M1 yang terletak di mukosa pipi, akan muncul dan menjadi tanda klinik yang pathognomonik. Gejala panas, cough, coryza dan conjunctivitis pada hari ke 4 akan disusul dengan keluarnya ruam erythro makulopapuler dengan perjalanan dan penyebaran yang khas, sehingga diagnosis klinik mudah dikenali.

Stadium Konvalescence Periode konvalescence ditandai dengan tersebarnya ruam pada seluruh tubuh, yang disertai turunnya temperatur tubuh secara lisis. Panas pada penyakit campak bersifat “ stepwise increase “, yang puncak panasnya terjadi pada hari ke 5 sakit,

7

Page 8: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

dan pada hari ke 6 sakit, bilamana ruam sudah tersebar pada seluruh tubuh, panas akan menurun dan kondisi klinik akan membaik.

2.5. ManifestasiGejala khas(patognomonik) adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Ruam eritematosa yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas lateraltengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak.

Dapat terjadi pula pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dantraktus digestivus.

Penyakit campak mempunyai masa inkubasi 10-14 hari, merupakan jangka waktu dari mulai mendapat paparan sampai munculnya gejala klinik penyakit. Jika ada,hanya sedikit gejala yang muncul pada periode ini. Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium :

Stadium Kataral (Prodromal)

Gejala prodromal pertama penyakit adalah demam ringan sampai sedang, lemas, malaise, disertai batuk, coryza, dan konjungtivitis. Gejala prodromal berakhir 3-5 hari. Selama periode ini, pada mukosa pipi muncul lesi punctat kecil berwarna putih,yang merupakan tanda diagnostik dini penyakit campak yang disebut Koplik’s spots. Bercak Koplik merupakan bintik putih keabu-abuan, biasanya sebesar butir pasir dengan tepi merah mengkilat. Bercak Koplik pertama muncul pada mukosa pipi yang berhadapan dengan molar bawah tetapi dapat menyebar secara tidak teratur padamukosa bukal yang lain. Bercak ini muncul dan menghilang dengan cepat, biasanya dalam 12-18 jam. Ketika menghilang, bintik-bintik perubahan warna merah mukosa mungkin tetap.

Konjungtivitis dan fotofobia dapat mengesankan campak sebelum muncul bercak koplik. Kadang-kadang fase prodromal dapat berat, ditunjukkan oleh demam tinggi mendadak, kadang-kadang dengan kejang-kejang dan bahkan pneumonia. Biasanya coryza, demam, dan batuk semakin bertambah berat sampai waktu ruam telah merata diseluruh tubuh.

Stadium Erupsi

Gejala prodromal berakhir pada saat munculnya ruam pada kulit. Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza dan batuk- batuk bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole. Suhu naik mendadak ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5oC. Ruam biasanya mulai sebagai makula tidak jelas pada bagian atas lateral leher, dibelakang telinga, sepanjang garis pertumbuhan rambut dan pada bagian posterior pipi. Lesi sendiri-sendiri menjadi semakin makulopapular, sebagai ruam yang menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian

8

Page 9: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar keseluruh punggung, abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ketika ruam akhirnya mencapai kaki pada hari ke 5-6, ruam mulai menghilang sesuai urutan terjadinya. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan pada daerah leher bagian belakang, dan splenomegali ringan dapat dicatat. Otitis media, bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diaredan muntah lebih sering pada bayi dan anak kecil (terutama anak malnutrisi) dari pada anak yang lebih tua. Pada penyakit yang tanpa komplikasi, penyembuhan secara klinis segera mulai setelah munculnya ruam pada kulit.

Stadium Konvalesens

Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang dalam 1-2 minggu. Selain hiperpigmentasi, pada anak Indonesia sering ditemukan kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Pada stadium ini suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

2.6. Diagnosis dan Diagnosis banding Untuk menegakkan diagnosis penyakit campak terutama pada penderita dengan gejala klinis yang klasik adalah sangat mudah. Dengan menemukan gejala klinis yang khas kita sudah dapat menegakkan diagnosis. Tetapi sebagian besar penderita campak menunjukkan gejala subklinis tanpa gejala yang khas, sehingga menegakkan diagnosis penderita hanya berdasarkan gejala klinis sangat sulit. Gejala klinik yang sangat khas dari penyakit campak klasik adalah demam, ruam makulopapular pada kulit, coryza/pilek, batuk, konjungtivitis, dan adanya enantem dimukosa pipi yang merupakan tanda patognomonik campak (Bercak Koplik).Umumnya dengan menemukan gejala-gejala ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis, terutama pada saat terjadinya wabah di masyarakat. Meskipun demikian menentukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus manifestasinya sama dan jelas. Sebagai contoh, pada pasien yang campak dan mengalami gizi buruk, ruam yang timbul bisa sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan pasien sudah meninggal sebelum ruamnya muncul, dan juga pada kasus ini, dapat terjadi diare yang berkelanjutan.Diagnosis laboratorium mungkin diperlukan pada kasus campak atipikal atau termodifikasi.

a.Deteksi Antigen Antigen campak dapat dideteksi langsung pada sel epitel dalam sekret respirasi dan urine. Antibodi terhadap nukleoprotein bermanfaat karena merupakan protein virus yang paling banyak ditemukan pada sel yangterinfeksi.

b.Isolasi dan identifikasi virusApusan nasofaring dan konjungtiva, sampel darah, sekret pernapasan, serta urine yang diambil dari pasien selama masa demam merupakan sumber yang sesuai untuk isolasi virus. Namun isolasi virus sulit secara teknik

9

Page 10: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

c.Serologi

Pemastian infeksi campak secara serologis bergantung pada peningkatan titer antibodi empat kali lipat antara serum fase akut dan fase konvalensi atau terlihatnya antiobdi IgM spesifik campak di dalam spesimen serum tunggal yang diambil antara 1 dan 2 minggu setelah awitan ruam. Yang dapat digunakan untuk mengukur antibodi campak: ELISA, uji HI, dan tes Nt, walaupun ELISA merupakan metode yang paling praktis. Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.

Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama munculnya ruam, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.

Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberiheparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jamsetelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar.

Diagnosis banding penyakit campak yang perlu dipertimbangkan adalah campak jerman, infeksi enterovirus, eksantema subitum, meningokoksemia, demam skarlantina, penyakit riketsia dan ruam kulit akibat obat, dapat dibedakan dengan ruam kulit pada penyakit campak.

1. Campak jerman.Pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

2. Infeksi enterovirusRuam kulit cenderung kurang jelas dibandingkan dengan campak. Sesuai dengan derajat demam dan berat penyakitnya.

3. Penyakit RiketsiaDisertai batuk tetapi ruam kulit yang timbul biasanya tidak mengenai wajah yang secara khas terlihat pada penyakit campak.

4. MeningokoksemiaDisertai ruam kulit yang mirip dengan campak, tetapi biasanya tidak dijumpai batuk dan konjungtivits.

5. Ruam kulit akibat obatRuam kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya ruam kulit timbul setelah ada riwayat penyuntikan atau menelan obat.

6. Demam skarlantina.

10

Page 11: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Ruam kulit difus dan makulopapuler halus, eritema yang menyatu dengan tekstur seperti kulit angsa secara jelas terdapat didaerah abdomen yang relatif mudah dibedakan dengan campak.

7. Exantema SubitumKelainan yang disebabkan karena infeksi virus inilah yang paling sering terjadi yang sering dianggap campak. Pada kelainan ini biasanya demam 1-3 hari setelah demam hilang baru timbul bercak kemerahan diseluruh tubuh yang mirip campak. Setelah timbul dalam 2-3 hari akan hilang tidak membekas. Bedanya pada campak bercak merah timbul demam masih terjadi, seminggu setelah itu timbul bekas kehitaman pada bercak merah yang ada. Kelainan ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.

8. DBDPada awal perjalanan penyakit DBD pada hari ke 1-4 kadang juga disertai bercak kemerahan yang mirip campak. Bercak merah ini biasanya akan hilang setelah hari ke 5-7. Manifestasi ini sering dialami pada penderita alergi dengan riwayat kulit yang sangat sensitif.

9. Infeksi mononukleosMononukleosis Infeksiosa adalah penyakit yang ditandai dengan demam, nyeri tenggorokan dan pembesaran kelenjar getah bening, yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, salah satu dari virus herpes. Setelah menyususp ke dalam sel-sel di Hidung dan tenggorokan, virus ini akan menyebar ke limfosit B (sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap pembentukan antibodi). Infeksi virus Epstein-Barr sering terjadi dan bisa menyerang anak-anak, remaja dan dewasa. Sekitar 50% anak-anak Amerika mengalami infeksi ini sebelum usia 5 tahun. Tetapi virus ini tidak terlalu menular. Remaja atau dewasa muda biasanya mendapatkan infeksi ini melalui ciuman atau hubungan intim lainnya dengan orang yang terinfeksi.

10. Penyakit KawazakiPenyakit Kawasaki juga dikenal sebagai sindrom kelenjar getah bening, penyakit simpul mukokutan, poliarteritis kekanak-kanakan. Sindrom Kawasaki adalah penyakit, sebagian besar bayi, yang mempengaruhi banyak organ, termasuk kulit, selaput lendir, kelenjar getah bening, dan dinding pembuluh darah, tetapi Efek yang paling serius adalah pada jantung mana ia dapat menyebabkan dilasi aneurismal parah. Tanpa pengobatan, kematian dapat mendekati 1%, biasanya dalam waktu 6 minggu onset. Dengan pengobatan, angka kematian kurang dari 0,01% di AS Sering ada infeksi yang sudah ada virus yang dapat memainkan beberapa peran dalam patogenesis. Mukosa konjungtiva dan oral, bersama dengan epidermis (kulit), menjadi erythmatous (merah dan inflammed). Edema sering terlihat di tangan dan kaki dan kelenjar getah bening leher sering diperbesar. Juga, beberapa derajat demam sering dicatat.

2.7. TatalaksanaTerapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:

11

Page 12: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

1. Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena demam.

2. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan adanya komplikasi

3. Suplemen nutrisi4. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder5. Anti konvulsi apabila terjadi kejang6. Anti piretik bila demam, yaitu non-aspirin misal acetaminophen.

7. Pemberian vitamin A Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara

berkembang terbukti berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan mortalitas.

Dosis 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal > 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan

oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A

8. Antivirus

Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan penderita dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini masih dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.

9. Medikamentosa : antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam,

dosismaksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic

antitussive(codein) tidak boleh digunakan Mukolitik bila perlu- Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada

stadium kataral sangatbermanfaat.

Pengobatan campak umumnya ringan, self limited, tidak tersedia anti viral spesifik, antibiotika tidak mempengaruhi perjalanan klinik penyakit, sehingga pengobatan campak adalah suportif. Pemberian Vitamin A dosis tinggi pada penyakit campak yang berat dan disertai mallnutrisi, akan mempercepat penyembuhan pneumonia dan gastroenteritis, memperpendek lama tinggal di rumah sakit, menurunkan angka kematian.

2.8. PencegahanPencegahannya dengan vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan(Attenuvax) harus diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella(M-M-R II)

12

Page 13: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Yang Divaksinasi :

A. Anak sehat di atas umur 15 bulan

B. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun

C. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup.

D. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.

E. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapatmenerima vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.

Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention)

Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :

a) Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.

b) Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu:

A. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.

B. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari

keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasienpasien dengan risiko tinggi lainnya.

13

Page 14: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

C. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

D. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

Pencegahan Tingkat Ketiga ( Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dankematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :

Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turunsecara

cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

Selain itu untuk pencegahan umunisasi terdiri dari imunisasi aktif dan imunisasi pasif serta isolasi. Untuk imunisasi aktif, imuniasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulqn tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit terjadi (endemik ) pada usia 9 bulan. Imunisasi aktif dilakukan dengan menggunakan strain Schwarz dan Moraten. Vaksin tersebut diberikan secara subcutan dan menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.sedangkan untuk imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Pada Isolasi ; Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakitcampak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

1.Imunisasi aktif.

Imunisasi aktif dapat dirangsang dengan memberikan virus campak hidup yangdilemahkan, yang tidak menyebar melalui kontak dengan individu yang divaksin. Imunisasi campak awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan tetapi mungkin diberikan lebih awal pada daerah dimana penyakit lebih sering terjadi. Imunisasi kedua terhadap campak biasanya diberikan sebagai campak-parotitis-rubella terindikasi. Dosis ini dapat diberikan ketika anak masuk sekolah dasar atau nanti padasaat masuk sekolah menengah. Program imunisasi campak secara luas baru dikembangkan pelaksanaannya pada tahun 1982.Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu :

Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan- Live Attenuated Measles Vaccine‖ (tipe Edmonstone B).

Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam aluminium).

14

Page 15: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Sebaliknya, vaksin campak yang berasal dari virus hidup yang dilemahkan, dikembangkan dari Edmonstone strainmenjadi strain Schwarz (1965) dan kemudian menjadi strain Moraten (1968).

Menurut WHO (1973) imunisasi campak cukup dilakukan dengan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan. Lebih baik lagi setelah ia berumur lebih dari 1 tahun.Karena kekebalan yang diperoleh berlangsung seumur hidup, maka tidak diperlukan revaksinasi lagi.

Di Indonesia keadaannya berlainan. Kejadian campak masih tinggi dan seringdijumpai bayi menderita penyakit campak ketika ia berumur antara 6-9 bulan, jadi pada saat sebelum ketentuan batas umur 9 bulan untuk mendapat vaksinasi campak seperti yang dianjurkan WHO. Dengan memperhatikan kejadian ini, sebenarnya imunisasi campak dapat diberikan sebelum bayi berumur 9 bulan, misalnya padaumur antara 6-7 bulan ketika kekebalan pasif yang diperoleh dari ibu mulai menghilang. Akan tetapi kemudian ia harus mendapat satu kali suntikan ulang setelah berumur 15 bulan.

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah 1.000TCID-50 atau 0,5 ml. Tetapi untuk vaksin hidup, pemberian dengan 20 TCID-50.Cara pemberian yang dianjurkan adalah subkutan. Pemberian vaksin Edmonstone Zagreb mendapatkan respon antibodi yang baik pada anak dibawah usia 9 bulan.Kombinasi vaksin dapat menghemat biaya.

Kegagalan vaksinasi dibedakan antara :

Kegagalan primer

: Tidak terjadi serokonversi stelah imunisasi

Kegagalan sekunder

: Tidak ada proteksi setelah terjadi serokonversi danvaksin yang kurang kuat sehingga respon imun tidak adekuat.Pada saat ini di negara yang berkembang, angka kejadian campak masih tinggi danseringkali dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan. Untuk negara maju imunisasi campak (MMR) dianjurkan pada anak berumur 12-15 bulan dan kemudian imunisasi kedua (booster) juga denganMMR dilakukan secara rutin pada umur 4-6 tahun, tetapi dapat juga diberikan setiap waktu semasa periode anak dengan tenggang waktu paling sedikit 4 minggu dari imunisasi pertama.

Imunisasi campak tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imnunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, merekayang mendapat pengobatan supresif jangka panjang atau anak imunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak yang terinfeksi HIV

15

Page 16: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bisa mendapat imunisasi campak.

Reaksi Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) campak yang banyak dijumpai pada imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,5oC yang terjadi pada 5-15% kasus, dan mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.

2.Imunisasi pasif.

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesens,globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif untuk pencegahan dan pelemahan campak. Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara intramuskuler dalam 5 hari sesudah pemajanan tetapi lebih baik sesegera mungkin. Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk kontak di bangsal rumah sakit anak.

3.Isolasi

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakitcampak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

2.9. Komplikasi Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:

1. BronkopnemoniaBronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus campak atau oleh pneumococcus, streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan tertentu perlu dilakukan pencegahan.

2. Komplikasi neurologisKompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optica dan ensefalitis.

3. Encephalitis morbili akutEncephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus,

16

Page 17: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

sedangkan ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000 dosis.

4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian.

Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit campak sebelum umur 2 tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi setelah vaksinasi campak didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.

5. Immunosuppresive measles encephalopathyDidapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.

6. Langritis akutLaringitis timbul karena adanya edema pada mukosa saluran nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya

7. Kejang demamKejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.

8. EnsefalitisMerupakan penyulit neurologik yang paling sering terjasi, biasanya terjadi pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Terjadinya ensefalitis ini dapat melalui mekanisme immunilogik maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis ini dapat beruppa kejang, letargi, koma dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat ditemukan.

9. Otitis mediaInvesi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinganya biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi.

10. KonjungtivitisAdanya komplikasi ini ditandai dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder

17

Page 18: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

oleh bakteri. Konjungtivitas dapat memperburuk keadaan dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan.

11. KebutaanTerjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan

12. Apenditis

13. Pada ibu hamil, dapat terjadi abortus, partus prematur dan kelainan kongenital pada bayi.

2.10. Prognosis

Prognosis juga baik pada anak dengan keadaan umum yang baik tetapi prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada komplikasi. Morbiditas campak dipengaruihi oleh beberapa faktor seperti :

o Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul. o Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orangtua penderita o Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang.Bayi dengan sindroma rubella spectrum komplit mempunyai prognosis yang buruk, terutama bila penyakit terus memburuk selama masa bayi. Prognosis jelas lebih baik pada penderita yang hanya mempunyai sedikit stigmata sindroma, kemungkinan pada mereka terinfeksi pada akhir kehamilan.

18

Page 19: Wrap Up Skenario 2 Blok Ipt

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Infeksi dan Pediatrik Tropis Edisi kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia : Jakarta

Gunawan, S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi kelima. Gaya Baru : Jakarta

Jawetz, Melnick, Adelberg. 2010. Mikrobiologi Kedokteran Edisi ke-25. EGC : Jakarta

Betrman, Kliegman dan Arwin. 1999. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-15, vol 2. EGC : Jakarta

Isselbachar, dkk. 2014. Harrison Ilmu Penyakit Dalam. EGC : Jakarta

19