Wr 326106

2
Tanaman gadung dan umbinya (Sumber: Direktorat Budidaya Kacang-kacangan dan Umbi-umbian). T anaman gadung ( Dioscorea hispida Denust) berasal dari India bagian barat, kemudian me- nyebar luas sampai ke Asia Teng- gara. Gadung tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian hingga 850 m di atas permukaan laut (dpl), tetapi ditemukan pula sampai ke- tinggian 1.200 m dpl. Di Indonesia, tanaman gadung dikenal dengan beberapa nama daerah, yaitu sekapa, bitule, bati, dan kasimun. Gadung merupakan tanaman perdu memanjat dengan tinggi tanaman 5-10 m. Batangnya bulat, berbulu, dan berduri di sepan- jang batang dan tangkai daun. Umbinya bulat, diliputi rambut akar yang kaku. Kulit umbi berwarna gading atau coklat muda, daging umbi putih gading atau kuning. Umbi muncul di dekat permukaan tanah. Umbi gadung mengandung dioskorin yang dapat menimbulkan rasa pusing, tetapi dengan peng- olahan yang benar, umbi gadung aman dikonsumsi. Pada tahun 2002, menurut Gizi.net, akibat tidak mampu mem- beli beras, sebagian penduduk di daerah Bengkulu selama beberapa waktu mengonsumsi gadung seba- gai pengganti nasi. Keripik gadung, oleh Pemerintah Kabupaten Ku- ningan dinyatakan sebagai ma- Gadung, Manfaat dan Perbanyakannya secara In Vitro kanan khas daerah dan mempunyai pasar yang potensial. Setiap tahun, petani gadung di Kelurahan Citang- tu dapat menjual keripik gadung siap saji 100-150 ton tiap musim panen. Keripik gadung yang sepintas hanya sebagai makanan ringan, ternyata memiliki khasiat obat. Umbi gadung mengandung dios- korin (racun penyebab kejang), saponin, amilum, CaC 2 O 4 , anti- dotum, besi, kalsium, lemak, garam fosfat, protein, dan vitamin B1. Menurut pakar tanaman obat Prof. Hembing Wijayakusuma, dalam bu- kunya Tumbuhan Berkhasiat Obat, gadung dapat mengatasi penyakit rematik. Umbi gadung dapat digu- nakan sebagai obat luar maupun obat dalam. Untuk obat luar, umbi gadung diparut lalu ditempelkan pada bagian yang sakit. Untuk obat dalam, 15-30 g umbi segar atau 5 g umbi kering direbus lalu airnya diminum, atau umbi dijadikan keripik lalu dikonsumsi. Untuk mengatasi rematik, umbi gadung 30 g dan jahe merah 10 g direbus dengan air 600 cc hingga tersisa 300 cc lalu disa- ring dan airnya diminum. Umbi gadung mentah mengan- dung alkaloid yang dapat digunakan sebagai bahan racun hewan atau obat luka. Sisa pengolahan tepung- nya dapat digunakan sebagai in- sektisida. Pestisida nabati daun mimba dan umbi gadung efektif me- ngendalikan ulat dan hama peng- isap. Gadung biasanya dikonsumsi sebagai makanan ringan atau keripik. Namun, umbi gadung juga memiliki khasiat sebagai obat luka luar dan untuk rematik. Umbi gadung mengandung dioskorin yang berpotensi sebagai racun bagi hewan atau pestisida. Gadung biasanya diperbanyak dengan umbi, namun baru bertunas setelah 2-3 bulan. Dengan teknik kultur in vitro, gadung dapat diperbanyak lebih cepat.

Transcript of Wr 326106

Page 1: Wr 326106

±15 semaian. Kelembapan mediaperlu dijaga agar jangan sampaiberlebihan karena dapat menye-babkan semaian busuk. Pot dile-takkan pada tempat yang terlin-dung dari sinar matahari langsung.

Setelah tingginya 4-5 cm, se-maian dipindah ke pot yang lebihbesar yang berisi media tanah danpupuk kandang (1:1). Sebelumditanam, daun semaian dipotong

Tanaman gadung dan umbinya (Sumber: Direktorat Budidaya Kacang-kacangandan Umbi-umbian).

Tanaman gadung (Dioscoreahispida Denust) berasal dari

India bagian barat, kemudian me-nyebar luas sampai ke Asia Teng-gara. Gadung tumbuh baik padadaerah dengan ketinggian hingga850 m di atas permukaan laut (dpl),tetapi ditemukan pula sampai ke-tinggian 1.200 m dpl.

Di Indonesia, tanaman gadungdikenal dengan beberapa namadaerah, yaitu sekapa, bitule, bati,dan kasimun. Gadung merupakantanaman perdu memanjat dengantinggi tanaman 5-10 m. Batangnyabulat, berbulu, dan berduri di sepan-jang batang dan tangkai daun.Umbinya bulat, diliputi rambut akaryang kaku. Kulit umbi berwarnagading atau coklat muda, dagingumbi putih gading atau kuning.Umbi muncul di dekat permukaantanah. Umbi gadung mengandungdioskorin yang dapat menimbulkanrasa pusing, tetapi dengan peng-olahan yang benar, umbi gadungaman dikonsumsi.

Pada tahun 2002, menurutGizi.net, akibat tidak mampu mem-beli beras, sebagian penduduk didaerah Bengkulu selama beberapawaktu mengonsumsi gadung seba-gai pengganti nasi. Keripik gadung,oleh Pemerintah Kabupaten Ku-ningan dinyatakan sebagai ma-

Gadung, Manfaat dan Perbanyakannya secara In Vitro

kanan khas daerah dan mempunyaipasar yang potensial. Setiap tahun,petani gadung di Kelurahan Citang-tu dapat menjual keripik gadungsiap saji 100-150 ton tiap musimpanen.

Keripik gadung yang sepintashanya sebagai makanan ringan,ternyata memiliki khasiat obat.Umbi gadung mengandung dios-korin (racun penyebab kejang),saponin, amilum, CaC2O4, anti-dotum, besi, kalsium, lemak, garamfosfat, protein, dan vitamin B1.Menurut pakar tanaman obat Prof.Hembing Wijayakusuma, dalam bu-kunya Tumbuhan Berkhasiat Obat,gadung dapat mengatasi penyakitrematik. Umbi gadung dapat digu-nakan sebagai obat luar maupun

obat dalam. Untuk obat luar, umbigadung diparut lalu ditempelkanpada bagian yang sakit. Untuk obatdalam, 15-30 g umbi segar atau 5g umbi kering direbus lalu airnyadiminum, atau umbi dijadikan keripiklalu dikonsumsi. Untuk mengatasirematik, umbi gadung 30 g dan jahemerah 10 g direbus dengan air 600cc hingga tersisa 300 cc lalu disa-ring dan airnya diminum.

Umbi gadung mentah mengan-dung alkaloid yang dapat digunakansebagai bahan racun hewan atauobat luka. Sisa pengolahan tepung-nya dapat digunakan sebagai in-sektisida. Pestisida nabati daunmimba dan umbi gadung efektif me-ngendalikan ulat dan hama peng-isap.

Gadung biasanya dikonsumsi sebagai makanan ringan atau keripik. Namun, umbi gadung juga memiliki khasiatsebagai obat luka luar dan untuk rematik. Umbi gadung mengandung dioskorin yang berpotensi sebagai racunbagi hewan atau pestisida. Gadung biasanya diperbanyak dengan umbi, namun baru bertunas setelah 2-3bulan. Dengan teknik kultur in vitro, gadung dapat diperbanyak lebih cepat.

sepertiga bagian untuk mengurangipenguapan. Setiap pot diisi 3-4semaian. Setelah tingginya ±10cm, semaian ditanam secara tung-gal dalam polibeg berukuran 18 cmx 25 cm. Semaian siap ditanam dilapangan setelah tingginya ±30cm. Pertumbuhan vegetatif dangeneratif diamati untuk mendapat-kan sifat-sifat yang diinginkan (NiLuh Putu Indriyani dan Sri Hadiati).

Informasi lebih lanjut hubungi:

Balai Penelitian Tanaman BuahTropikaJalan Raya Solok-Aripan km 8,Kotak Pos 5Solok 27301Telepon : (0755) 20137Faksimile : (0755) 20592E-mail :[email protected]

Administrator
12 Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Page 2: Wr 326106

Tanaman gadung umumnyabelum dibudidayakan secara baik,kecuali di Jawa Barat, Jawa Ti-mur, dan Lampung. Perbanyakangadung biasanya dilakukan dengancara memotong umbi yang mempu-nyai mata tunas. Namun, umbi baruakan bertunas 2-3 bulan setelah di-panen sehingga perbanyakannyasangat lambat dibandingkan denganumbi-umbian lain.

Dengan teknik in vitro, masalahlaju pertumbuhan yang lambat ter-sebut dapat diatasi, antara lain de-ngan menggunakan formulasi me-dia tertentu yang mengandung ga-ram-garam mineral dan komponenorganik. Pada tahun 2000, Balai

Besar Penelitian dan Pengembang-an Bioteknologi dan SumberdayaGenetik Pertanian telah menelitiperbanyakan tanaman gadung se-cara in vitro. Bahan tanaman yangditeliti diambil dari berbagai lokasi,yaitu Bogor, Kuningan, Sumedang,Subang, dan Rembang. Ternyata,setiap bahan tanaman memberikanreaksi yang berbeda terhadap me-dia pertunasan. Gadung yang ber-asal dari Bogor dan Kuningan lebihresponsif daripada yang berasal daridaerah lain pada media Andersondan WPM. Umumnya, semua aksesigadung dapat ditumbuhkan dalamkultur in vitro. Oleh karena itu, tek-nik perbanyakan in vitro dapat digu-

Ekspresi suatu gen secara mo-lekuler dapat dideteksi pada

tahap transkripsi (mRNA) maupuntranslasi (protein). Deteksi ekspresigen pada tingkat mRNA lebih sulitdibandingkan pada tahap proteinkarena memerlukan tahapan isolasimRNA pada fase atau bagian yangmengekspresikan gen tersebut, se-lain memerlukan alat yang sensitif.

Real-Time PCR merupakan alatPCR yang paling sensitif untuk men-deteksi dan mengukur kuantitasmRNA. Real-Time PCR lebih ungguldibandingkan dengan analisisnorthern blot dan RNAse protectionassay, karena dapat digunakanuntuk mengukur kadar mRNA da-lam sampel yang berukuran kecil.Penggunaan alat tersebut memberibeberapa keuntungan, yaitu hasildapat diperoleh dengan cepat danhanya memerlukan sedikit sampeltanaman. Teknik Real-Time PCRtidak hanya dapat digunakan untukmelihat ekspresi transgen pada ta-naman transgenik, tetapi juga un-tuk mendeteksi produk transgenik,

Menguji Ekspresi Gen Menggunakan Real-Time PCR

baik secara kualitatif, semikuan-titatif maupun kuantitatif.

Real-Time PCR merupakan su-atu perangkat platform instru-mentasi, yang terdiri atas satu buahthermal cycler, satu buah kompu-ter, lensa untuk eksitasi fluoresendan pengumpul emisi, sertaperangkat lunak untuk akuisisi dananalisis data. Setiap perusahaanmemroduksi Real-Time PCRdengan standar perangkat platformyang sama, namun berbeda dalamhal kapasitas sampel, metode ek-sitasi, dan tingkat sensitivitas.

Prinsip kerja Real-Time PCRadalah mendeteksi dan menguan-tifikasi reporter fluoresen. Sinyalfluoresen akan meningkat seiringdengan bertambahnya produk PCRdalam reaksi. Dengan mencatatjumlah emisi fluoresen pada setiapsiklus, reaksi selama fase ekspo-nensial dapat dipantau. Peningkat-an produk PCR yang signifikan padafase eksponensial berhubungandengan jumlah inisiasi gen target.Makin tinggi tingkat ekspresi gen

target maka deteksi emisi fluoresenmakin cepat terjadi.

Untuk mendeteksi ada tidak-nya ekspresi gen partenokarpi padatanaman tomat transgenik, telahdilakukan pengujian menggunakanmesin Real-Time PCR. Galur tomattransgenik tersebut diperoleh me-lalui transformasi genetik meng-gunakan vektor Agrobacteriumtumefaciens yang disisipi genpartenokarpi DefH9-iaaM. Gen inidapat mengekspresikan senyawaprekursor IAA pada awal pembu-ngaan pada bagian ovul dan pla-senta. Ekspresi gen partenokarpisecara fenotipik ditandai denganterbentuknya buah tomat tanpamelalui penyerbukan dan/ataupembuahan. Buah partenokarpi inibiasanya tanpa biji atau sedikit biji.

Sampel mRNA dari tomattransgenik diisolasi dari bagiankuncup bunga dengan menggu-nakan dyna-bead kit, kemudian di-buat cDNA dari mRNA denganmenggunakan primer spesifik untukgen partenokarpi iaaM. Proses

Real-Time PCR merupakan salah satu alat dalam penelitian bioteknologi. Alat ini digunakan untuk mendeteksidan mengukur ekspresi gen. Dibanding alat sejenis, Real-Time PCR lebih unggul karena hasil dapat diperolehdengan cepat, memerlukan sedikit sampel tanaman, dan dapat digunakan untuk melihat ekspresi gen padatanaman transgenik maupun mendeteksi produk transgenik.

nakan untuk menyediakan bibitgadung dalam jumlah banyak danseragam (Widiati H. Adil).

Informasi lebih lanjut hubungi:

Balai Besar Penelitian danPengembangan Bioteknologi danSumberdaya Genetik PertanianJalan Tentara Pelajar No. 3ABogor 16111Telepon : (0251) 8337975

8339793Faksimile : (0251) 8338820E-mail :[email protected]

Administrator
Volume 32 Nomor 6, 2010 13