Wr 313093

2
5 I ndonesia memiliki keragaman ha- yati terbesar kedua di dunia se- telah Brasil. Sebagai negara tropis, Indonesia juga memiliki berbagai komoditas atsiri yang potensial se- bagai bahan baku pestisida nabati. Ketersediaan bahan baku tersebut akan mendukung pengembangan industri minyak atsiri di dalam ne- geri sekaligus meningkatkan nilai tambah produk atsiri. Minyak atsiri sudah lama diketahui berkhasiat sebagai antibakteri dan antijamur pada manusia, hewan, maupun ta- naman. Untuk menunjang program pe- merintah Go Organik 2010, pada tahun 2008 Balai Penelitian Ta- naman Obat dan Aromatik (Balittro) meluncurkan dua produk pestisida nabati berbahan dasar minyak at- siri, yaitu CEKAM dan CEES. Kedua produk tersebut kini masih dalam pengujian yang cukup intensif di lapangan. CEKAM adalah formula pes- tisida nabati yang mengandung minyak atsiri cengkih dan kayu manis. Kedua jenis minyak atsiri tersebut, terutama minyak ceng- kih, telah banyak diperdagangkan di dalam negeri maupun manca ne- gara. Menurut data yang dilapor- kan Rizal dan Djazuli tahun 2006, Indonesia merupakan eksportir mi- nyak cengkih terbesar di dunia, yang mengekspor 63% minyak cengkih ke berbagai negara. Se- baliknya, minyak atsiri kulit kayu manis (burmani) belum banyak di- perdagangkan, walaupun khasiat- nya tidak kalah dibandingkan de- ngan minyak cengkih. Dalam pengujian pada tanaman jahe di lapangan, penyemprotan CEKAM dengan konsentrasi 3 ml dalam1 liter air (0,3% bahan aktif) setiap 2 minggu sekali selama 4-6 kali, dapat menekan serangan ber- cak daun yang disebabkan oleh ja- Pestisida nabati penting untuk mendukung program pemerintah Go Organik 2010. Indonesia memiliki keragaman hayati termasuk berbagai komoditas atsiri terbesar kedua di dunia yang berpotensi sebagai pestisida nabati. Pada tahun 2008, Balittro telah meluncurkan dua produk pestisida nabati berbahan dasar minyak aromatik yang efektif untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman dan serangga pada rumah tangga. CEKAM dan CEES: Efektif sebagai Antibakteri, Antijamur, Antinyamuk, dan Antirayap

description

bahan alam

Transcript of Wr 313093

Page 1: Wr 313093

5

Tabel 2. Nilai tambah yang diperoleh petani/kelompok dari tiga cara penangan-an pascapanen bawang merah per hektar, Oktober-November 2008.

Dikelola Dikelola sendiriUraian kegiatan Ditebaskan sendiri dengan

pengering-penyimpan

Produksi (kg) - 15 .000 15 .000Biaya proses: -

Panen (Rp) - 690 .000 690 .000Pengangkutan dari sawahke jalan (Rp) - 300 .000 300 .000Pengangkutan dari sawahke gudang (Rp) - 400 .000 400 .000Penjemuran (Rp) - 180 .000 100.000Pengikatan (Rp) - 300 .000 300 .000Sortasi tanah/umbi (Rp) - 240 .000 240 .000Perawatan penyimpanan (Rp) - - 992 .000

Total biaya proses (Rp) 0 2.110.000 3.022 .000Penyusutan proses 20% (kg) - 3 .000 3 .000Penyusutan penyim- panan 15% (kg) - - 1 .800Harga jual (Rp)1) 45 .000.000 60.000.000 76.500.000Nilai tambah (Rp)2) 0 12 .890.000 28.478.000

1) Harga jual: bila dikelola sendiri Rp5.000/kg, dan bila menggunakanpengering-penyimpan Rp7.500/kg

2) Nilai tambah = harga jual – (harga jual tebasan + biaya proses)

memperoleh nilai tambah. Bilapetani melakukan penangananpascapanen sendiri, mereka akanmendapat nilai tambah Rp12,95juta, dan bila petani melakukanpenanganan pascapanen denganpengering-penyimpan maka nilaitambah akan meningkat menjadiRp28,50 juta (Sigit Nugraha danYulianingsih).

Informasi lebih lanjut hubungi:

Balai Besar Penelitian danPengembangan PascapanenPertanianJalan Tentara Pelajar No. 12Bogor 16114Telepon : (0251) 8321762Faksimile : (0251) 8350920Email : bb_pascapanen@

litbang.deptan.go.id

Indonesia memiliki keragaman ha-yati terbesar kedua di dunia se-

telah Brasil. Sebagai negara tropis,Indonesia juga memiliki berbagaikomoditas atsiri yang potensial se-bagai bahan baku pestisida nabati.Ketersediaan bahan baku tersebutakan mendukung pengembanganindustri minyak atsiri di dalam ne-geri sekaligus meningkatkan nilaitambah produk atsiri. Minyak atsiri

sudah lama diketahui berkhasiatsebagai antibakteri dan antijamurpada manusia, hewan, maupun ta-naman.

Untuk menunjang program pe-merintah Go Organik 2010, padatahun 2008 Balai Penelitian Ta-naman Obat dan Aromatik (Balittro)meluncurkan dua produk pestisidanabati berbahan dasar minyak at-siri, yaitu CEKAM dan CEES. Kedua

produk tersebut kini masih dalampengujian yang cukup intensif dilapangan.

CEKAM adalah formula pes-tisida nabati yang mengandungminyak atsiri cengkih dan kayumanis. Kedua jenis minyak atsiritersebut, terutama minyak ceng-kih, telah banyak diperdagangkandi dalam negeri maupun manca ne-gara. Menurut data yang dilapor-kan Rizal dan Djazuli tahun 2006,Indonesia merupakan eksportir mi-nyak cengkih terbesar di dunia,yang mengekspor 63% minyakcengkih ke berbagai negara. Se-baliknya, minyak atsiri kulit kayumanis (burmani) belum banyak di-perdagangkan, walaupun khasiat-nya tidak kalah dibandingkan de-ngan minyak cengkih.

Dalam pengujian pada tanamanjahe di lapangan, penyemprotanCEKAM dengan konsentrasi 3 mldalam1 liter air (0,3% bahan aktif)setiap 2 minggu sekali selama 4-6kali, dapat menekan serangan ber-cak daun yang disebabkan oleh ja-

Pestisida nabati penting untuk mendukung program pemerintah GoOrganik 2010. Indonesia memiliki keragaman hayati termasuk berbagai

komoditas atsiri terbesar kedua di dunia yang berpotensi sebagaipestisida nabati. Pada tahun 2008, Balittro telah meluncurkan dua

produk pestisida nabati berbahan dasar minyak aromatik yang efektifuntuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman dan

serangga pada rumah tangga.

CEKAM dan CEES: Efektif sebagaiAntibakteri, Antijamur, Antinyamuk,

dan Antirayap

Page 2: Wr 313093

6

mur Phyllosticta sp. Rimpang jahedari tanaman yang disemprotCEKAM memiliki kualitas yang le-bih baik karena pestisida nabatitersebut dapat meminimalkan se-rangan hama rimpang seperti Aspi-diella hartii. Di samping sebagaiantijamur, CEKAM juga berpotensisebagai antibakteri. Pada perco-baan di rumah kaca, penyiramanCEKAM dengan konsentrasi 40 mldalam 1 liter air (4%) pada tanam-an jahe yang terserang penyakitlayu bakteri (Ralstonia solana-cearum), dapat menekan perkem-bangan penyakit tersebut.

CEKAM juga menunjukkan po-tensi yang cukup baik sebagaiantilarva (larvisida) untuk jentiknyamuk. Hasil percobaan menun-jukkan bahwa CEKAM dapat mem-bunuh jentik nyamuk Aedes aegyptidan Culex quinquefasciatus denganLC50 masing-masing 228,33 ppmdan 311,18 ppm pada paparan 24jam, sedangkan nilai LC95 masing-masing adalah 1.037,02 ppm dan563,16 ppm pada paparan 24 jam.Hal ini berarti dengan meneteskanformula CEKAM 1-2 ml sudahdapat membunuh jentik nyamukyang ada dalam 1-2 liter air ter-genang, seperti air comberan danair selokan yang tidak mengalir.

CEES adalah pestisida nabatiyang mengandung bahan aktif

minyak cengkih dan serai wangi.Khasiatnya tidak kalah baik diban-dingkan dengan CEKAM. CEESdapat menekan perkembanganpenyakit bercak daun (Phyllostictasp.) dan layu bakteri pada jahe,sama seperti CEKAM. Hasil pengu-jian menunjukkan, penyemprotanCEES 2 ml dalam 1 liter air (0,2%bahan aktif) 2 kali setiap minggusebanyak 4 kali pada bunga brokolidapat menekan serangan penyakitbusuk lunak yang disebabkan oleh

bakteri Erwinia sp. Penyakit busuklunak pada brokoli menyebabkanbunga mudah membusuk sehinggaharga jualnya rendah.

Satu potensi yang cukup men-janjikan dari CEES adalah kemam-puannya sebagai antirayap. Denganmenginjeksikan larutan CEES 10-20% sebanyak 50-100 ml ke da-lam lubang sarang rayap pada lan-tai rumah, gangguan rayap dapatdiatasi sehingga mencegah se-rangan rayap yang lebih luas. Kun-cinya adalah menemukan lubangrayap dan menginjeksinya denganlarutan CEES. Suatu cara pengen-dalian rayap yang ramah ling-kungan

Masih ada peluang untuk me-nemukan khasiat lain dari keduaformula pestisida nabati CEKAMdan CEES, karena penelitian untukmenggali manfaatnya masih terusdilakukan (Supriadi).

Informasi lebih lanjut hubungi:

Balai Penelitian Tanaman Obatdan AromatikJalan Tentara Pelajar No. 3Bogor 16111Telepon : (0251) 8321879Faksimile : (0251) 8327010E-mail : [email protected]

Pestisida nabati CEKAM dan CEES,efektif sebagai antibakteri, antijamur,antinyamuk, dan antirayap.

Tanaman hias yang memilikipenampilan cantik, unik, dan

menarik dengan kualitas yang primasenantiasa dituntut oleh konsumen.Namun, upaya memenuhi keinginankonsumen tersebut menghadapiberbagai masalah, terutama orga-nisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Biopestisida Pengendali Hama danPenyakit Tanaman Hias

Salah satu kendala utama dalam usaha tani tanaman hias adalahserangan hama dan penyakit. Penggunaan biopestisida merupakan salah

satu cara alternatif pengendalian yang potensial karena efektif,ekonomis, mudah diaplikasikan, dan ramah lingkungan. Biopestisida

dapat dibuat sendiri karena bahannya ada di sekitar kita.

seperti serangga hama, jamur, bak-teri, virus, dan nematoda. Hamadan penyakit dapat merusak ta-naman secara langsung atau meng-ganggu penampilan tanaman se-hingga kualitasnya menurun ataubahkan tidak layak jual.

Untuk menanggulangi seranganOPT, petani tanaman hias umum-nya menggunakan pestisida sintetisyang diaplikasikan secara intensifdan terjadwal. Cara ini tidak efisienkarena biayanya mahal dan berpe-ngaruh negatif terhadap kebera-daan musuh alami OPT dan ling-kungan. Munculnya tuntutan ma-syarakat dunia akan kelestarianlingkungan perlu menjadi perhatian,karena dapat menghalangi eksportanaman hias ke manca negara.Salah satu cara pengendalian OPTyang memenuhi tuntutan tersebutadalah dengan menggunakan bio-pestisida, baik berupa bahan nabatimaupun agens hayati.

Penggunaan biopestisida dalambudi daya tanaman hias belum ba-

Administrator
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31, No. 3 2009