word GE

64
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan- tindakan yang tepat. Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian.Penyakit gastroenteritis merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat 1

description

sistem pencernaan

Transcript of word GE

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangPenyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.Hal ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare, walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele, sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami kematian.Penyakit gastroenteritis merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami kematian.Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapatmengakibatkan kematian berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi dalam mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta perankeluarga dan warga sekitarnya sangat mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya penyakit gastrointeritis.Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golonganumur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita.

B. TujuanDalam penyusunan makalah ini kami sebagai penulis bertujuan secara umum untuk memenuhi dan melengkapi proses belajar mengajar pada system tutorial mengenai gastroenteritis.Selain itu kami bertujuan untuk mengembangkan ilmu dalam konteks keperawatan mengenai penyakit ini.

C. Rumusan masalah1. Apakah Pengertian gastroenteritis ?2. Apakah Etiologi gastroenteritis ?3. Apakah Manifestasi klinis gastroenteritis ?4. Apakah Patofisiologi gastroenteritis ?5. Apakah Woc / pathway gastroenteritis ?6. Apakah Pemeriksaan diagnostic gastroenteritis ?7. Apakah Komplikasi gastroenteritis?8. Apakah Derajat dehidrasi gastroenteritis ?9. Apakah Penatalaksanaan gastroenteritis ?10. Apakah Asuhan keperawatan gastroenteritis ?

BAB IIPEMBAHASANA. ANFISFISIOLOGI DAN ANATOMI KOLONFungsi utama kolon adalah (1) absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong. Gerakan Mencampur Haustrasi Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada kolon, 2.5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan lumen hampir tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon (taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi). Setiap haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu 30 detik, kemudian menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan ke depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar secara lambat diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat terlarut secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang dikeluarkan tiap hari. Gerakan Mendorong Pergerakan Massa.Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili. menghasilkan mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus mengandung ion bikarbonat yang diatur oleh rangsangan taktil , langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan n. pelvikus dari medulla spinalis yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga bagian distal kolon. Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling melekatkan bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan ion bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses. Mengenai ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100 ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada pasien diare berat

Absorpsi dalam Usus BesarSekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon penyimpanan)Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan AirMukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang kemudian menyebabkan absorbsi air. Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam usus besarKemampuan Absorpsi Maksimal Usus BesarUsus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare. Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai tambahan nutrisi), vitamin (K, B, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO, H, CH)Fisiologi buang Air Besar Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir (Pearce, 2002).Mekanisme Defekasi Jenis gelombang peristaltik yang terlihat dalam usus halus jarang timbul pada sebagian kolon, sebaliknya hampir semua dorongan ditimbulkan oleh pergerakan lambat kearah anus oleh kontraksi haustrae dan gerakan massa. Dorongan di dalam sekum dan kolon asenden dihasilkan oleh kontraksi haustrae yang lambat tetapi berlangsung persisten yang membutuhkan waktu 8 sampai 15 jam untuk menggerakkan kimus hanya dari katup ileosekal ke kolon transversum, sementara kimusnya sendiri menjadi berkualitas feses dan menjadi lumpur setengah padat bukan setengah cair. Pergerakan massa adalah jenis pristaltik yang termodifikasi yang ditandai timbulnya sebuah cincin konstriksi pada titik yang teregang di kolon transversum, kemudian dengan cepat kolon distal sepanjang 20 cm atau lebih hingga ke tempat konstriksi tadi akan kehilangan haustrasinya dan berkontraksi sebagai satu unit, mendorong materi feses dalam segmen itu untuk menuruni kolon. Kontraksi secara progresif menimbulkan tekanan yang lebih besar selama kira-kira 30 detik, kemudian terjadi relaksasi selama 2 sampai 3 menit berikutnya sebelum terjadi pergerakan massa yang lain dan berjalan lebih jauh sepanjang kolon. Seluruh rangkaian pergerakan massa biasanya menetap hanya selama 10 sampai 30 menit, dan mungkin timbul kembali setengah hari lagi atau bahkan satu hari berikutnya. Bila pergerakan sudah mendorong massa feses ke dalam rektum, akan timbul keinginan untuk defekasi (Guyton, 1997).Pewarnaan Pada Fases ManusiaNormalnya terdiri dari air dan padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-20% anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur kering dari pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja bakteri. Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih (tinja akolik). Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri merupakan penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses disebabkan produk kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide). Komposisi tinja relatif tidak terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.Berikut beberapa warna feses dan artinya1. Jika feses mengandung darah maka ia akan berwarna merah atau hitam.2. Sedangkan jika kantong empedu bermasalah atau ada infeksi pada hati maka feses yang keluar akan berwarna pucat atau putih.3. Jika feses yang keluar berwarna hijau maka kemungkinan besar itu diakibatkan oleh sayuran hijau gelap seperti bayam yang dikonsumsi.Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau.Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna.4. Warna feses yang merah biasanya mengindikasikan perdarahan di rektum.Tapi jika warna merahnya menyeluruh dan bukan berbentuk seperti garis-garis kemungkinan besar diakibatkan makanan.Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin5. Sedangkan feses berwarna hitam selain menunjukkan adanya darah bisa juga terjadi akibat pengaruh makanan atau obat.Mengonsumsi licorice (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis), mengonsumsi suplemen penambah zat besi atau obat yang mengandung bismuth bisa membuat feses berwarna hitam. Jika perubahan warna feses ini terjadi dalam jangka waktu lama dan tetap muncul meskipun sudah tidak mengonsumsi suatu makanan, sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk melihat apakah ada gangguan di usus atau infeksi yang membuat warna feses berubah.B. PENGERTIAN DEFEKASIDefekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.

Gerakan peristaltis dari otot-otot dinding usus besar menggerakkan tinja dari saluran pencernaan menuju ke rektum. Pada rektum terdapat bagian yang membesar (disebut ampulla) yang menjadi tempat penampungan tinja sementara. Otot-otot pada dinding rektum yang dipengaruhi oleh sistem saraf sekitarnya dapat membuat suatu rangsangan untuk mengeluarkan tinja keluar tubuh. Jika tindakan pembuangan terus ditahan atau dihambat maka tinja dapat kembali ke usus besar yang menyebabkan air pada tinja kembali diserap, dan tinja menjadi sangat padat. Jika buang air besar tidak dapat dilakukan untuk masa yang agak lama dan tinja terus mengeras, konstipasi dapat terjadi. Sementara, bila ada infeksi bakteri atau virus di usus maka secara refleks usus akan mempercepat laju tinja sehingga penyerapan air sedikit. Akibatnya, tinja menjadi lebih encer sehingga perut terasa mulas dan dapat terjadi pembuangan secara tanpa diduga. Keadaan demikian disebut dengan diare.Ketika rektum telah penuh, tekanan di dalam rektum akan terus meningkat dan menyebabkan rangsangan untuk buang air besar. Tinja akan didorong menuju ke saluran anus. Otot sphinkter pada anus akan membuka lubang anus untuk mengeluarkan tinja.

REKTUME MANUSIASelama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi.Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter yang lemah 20 cm dari anus pada perbatasan antar kolon sigmoid dan rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternusRefleks Defekasi Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat tekanan rectum mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg, maka sfingter ani internus dan eksternus melemas dan isi feses terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks intrinsic (diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic dalam kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu rectum teregangSebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai, defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan). Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengan sadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot abdomen.Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai relfeks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam rectum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis, kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum, dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter ani internus. Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi proses defekasi yang kuatSinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain, seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik

C. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah proses pengeluaran tinja yang tidak normal dan tidak seperti biasanya ( depkes, 2009 )Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasa (Sowdent, 2005).Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.Gastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).

Dari semua defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Gastroentritis (GE) adalah terjadinya peradangan pada lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen dimana gejala yang umum terjadi adalah diare (bentuk tinja yang encer) dalam frekuensi yang lebih banyak dari biasanya.D. KLASIFIKASIGastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :1). Berdasarkan lama waktu :a. Akut : berlangsung < 5 harib. Persisten : berlangsung 15-30 haric. Kronik : berlangsung > 30 hari2). Berdasarkan mekanisme patofisiologika. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminerb. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit3). Berdasarkan derajatnyaa. Diare tanpa dehidrasib. Diare dengan dehidrasi ringan/sedangc. Diare dengan dehidrasi berat4). Berdasarkan penyebab infeksi atau tidaka. Infektifb. Non infeksif5). Berdasarkan penyebab organik atau tidaka. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau toksikologik.b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.

Klasifikasi dehidrasiDehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu :1. Berdasarkan jumlah cairan tubuh yang hilang dan keadaan klinis pasien, dehidrasi dapat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu :a. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % bb)Gambaran kliniks : torgor kulit sudah mulai berkurang,suara serak, belum jatuh dalam persyok.b. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 %bb)Gambaran klinis : togor buruk, suara serak, nadi cepat, napas cepat dan dalam.c. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% bb)Gambaran klinis : kelanjutan dari tanda dehidrasi sedang, kesadaran menurun, otot-otot kaku., dan sianosis.2. Berdasarkan bj (berat jenis) plasmaa. Dehidrasi ringan, (bj plasma 1,032 -1,040)b. Dehidrasi sedang (bj plasma 1,028 -1,032)c. Dehidrasi berat (bj plasma 1,025 -1,028)

E. ETIOLOGIMenurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.b) Kurang kalori protein.c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:1. Faktor infeksia) Infeksi enteralMerupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.2. Faktor malaborsiMalaborsi karbohidrat, lemak dan protein.3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kutang matang.

4. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.(abdul latief 2007)31

F. MANIFESTASI KLINIS1. Cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.3. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.4. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. 5. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.6. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).7. Nyeri perut ( abdominal discomfort )8. Rasa perih di ulu hati9. Mual, kadang-kadang sampai muntah10. Nafsu makan berkurang11. Rasa lekas kenyang12. Diare13. Membran mukosa mulut dan bibir kering14. LemahG. PATOFISIOLOGIPendapat 1patifisiologi secara umumMekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.1. Kehilangan air (dehidrasi)Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.3. HipoglikemiaHipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.4. Gangguan giziTerjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh: Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik. 5. Gangguan sirkulasiSebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.Pendapat II patofisiologi secara khususPenyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan, dimana faktor makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas usus. Keempat, faktor psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas. Hipermotilitas akan menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air & elektrolit, sedangkan hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan & elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam hal ini timbul masalah yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala yang kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita merasakan nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal terjadi ketidakseimbangan nutrisi.H. WOC / PATHWAY

MalabsorbsiKH,lemak,proteinmakananpsikologiinfeksi

Mengkat tek osmotikToksin tak dpt diserapcemasBerkembang diusus

Hipersekresi air & elektrolithiperperistaltik

Pergeseran air & elektrolit ke ususPenyerapan makanan diusus menurun

Peningktn tekanan lumen usus halus

DIARE

Frek BAB meningkat

Distensi abdomen

Ggn intrgritas kulit perianal

Mual,muntahKhlangan cairan & elektrolit berlebhan

Asidosis metabolik

Nafsu makan menurun

sesakGgn keseimbangan cairan & elktrolit

Ggn perubahan nutrisi krg dr keb tubuh

Ggn pola nafas tidak efektifResiko hipovelemic syok

I. FAKTOR RESIKO Dalam tubuh 1. Gizi buruk2. Jika ibu menyusui tidak bisa memberikan asi3. Bayi dengan berat badan lahir rendah4. Anak-anak lebih berisiko karena sistem imun yang dimiliki belum cukup matang Lingkungan1. Jumlah penduduk yang padat atau ramai berisiko tinggi terkena gastrointeritis2. Sensasi lingkungan yang jelek

J. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Endoskopi Dewasa ini endoskopi merupakan pemeriksaan pertama yang dipilih oleh evaluasi pasien dengan dugaan PRGE. Namun harus diingat bahwa PRGE tidak selalu disertai kerusakan mukosa yang dapat dilihat secara mikroskopik dan dalam keadaan ini merupakan biopsi. Endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan, striktur, dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopi). 2. RadiologiPemeriksaan ini kurang peka dan seringkali tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Di samping itu hanya sekitar 25 % pasien PRGE menunjukkan refluks barium secara spontan pada pemeriksaan fluoroskopi. Pada keadaan yang lebih berat, gambar radiologi dapat berupa penebalan dinding dan lipatan mukosa, tukak, atau penyempitan lumen. 3. Tes Provokatifa. Tes Perfusi Asam (Bernstein) untuk mengevaluasi kepekaan mukosa esofagus terhadap asam. Pemeriksaan ini dengan menggunakan HCL 0,1 % yang dialirkan ke esofagus. Tes Bernstein yang negatif tidak memiliki arti diagnostik dan tidak bisa menyingkirkan nyeri asal esofagus. Kepekaan tes perkusi asam untuk nyeri dada asal esofagus menurut kepustakaan berkisar antara 80-90%.b. Tes EdrofoniumTes farmakologis ini menggunakan obat endrofonium yang disuntikan intravena. Dengan dosis 80 g/kg berat badan untuk menentukan adanya komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik esofagus secara manometrik untuk memastikan nyeri dada asal esofagus. 4. Pengukuran pH dan tekanan esofagusPengukuran pH pada esofagus bagian bawah dapat memastikan ada tidaknya RGE, pH dibawah 4 pada jarak 5 cm diatas SEB dianggap diagnostik untuk RGE. Cara lain untuk memastikan hubungan nyeri dada dengan RGE adalah menggunakan alat yang mencatat secara terus menerus selama 24 jam pH intra esofagus dan tekanan manometrik esofagus. Selama rekaman pasien dapat memeberi tanda serangan dada yang dialaminya, sehingga dapat dilihat hubungan antara serangan dan pH esofagus/gangguan motorik esofagus. Dewasa ini tes tersebut dianggap sebagai gold standar untuk memastikan adanya PRGE. 5. Tes Gastro-Esophageal ScintigraphyTes ini menggunakan bahan radio isotop untuk penilaian pengosongan esofagus dan sifatnya non invasif (Djajapranata, 2001).6. Pemeriksaaan EsofagogramPemeriksaan ini dapat menemukan kelainan berupa penebalan lipatan mukosa esofagus, erosi, dan striktur.7. Tes PPIDiagnosis ini menggunakan PPI dosis ganda selama 1-2 minggu pada pasien yang diduga menderita GERD. Tes positif bila 75% keluhan hilang selama satu minggu. Tes ini mempunyai sensitivitas 75%.8. Manometri esofagusTes ini untuk menilai pengobatan sebelum dan sesudah pemberian terapi pada pasien NERD. Pemeriksaan ini juga untuk menilai gangguan peristaltik/motilitas esofagus9. HistopatologiPemeriksaan untuk menilai adanya metaplasia, displasia atau keganasan. Tetapi bukan untuk memastikan NERD (Yusuf, 2009).

K. KOMPLIKASI1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).2. Renjatan hipovolemik.3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).4. Hipoglikemia.5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan ( ngastiyah, 1997 )

L. DERAJAT DEHIDRASIMenurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:a. Kehilangan berat badan1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%b. Skor Mavrice KingBagian tubuhYang diperiksaNilai untuk gejala yang ditemukan

012

Keadaan umum

Kekenyalan kulitMataUbun-ubun besarMulutDenyut nadi/mataSehat

Normal

NormalNormal

NormalKuat 40

Keterangan Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

c. Gejala klinisGejala klinisGejala klinis

Ringan SedangBerat

Keadaan umumKesadaranRasa hausSirkulasiNadiRespirasiPernapasanKulit

Baik (CM)+

N (120)

Biasa

Agak cekungAgak cekungBiasaNormalNormal Gelisah++

Cepat

Agak cepat

CekungCekungAgak kurangOliguriAgak keringApatis-koma+++

Cepat sekali

Kusz maull

Cekung sekaliCekung sekaliKurang sekaliAnuriKering/asidosis

M. PENATALAKSANAAN1. MedisDasar pengobatan diare adalah:a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.1) Cairan per oralPada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.2) Cairan parentralDiberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut: Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes). 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes). 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral. Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1 %.Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts). Untuk bayi berat badan lahir rendahKebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1 %).b. Pengobatan dietetikUntuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan: Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.c. Obat-obatanPrinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.2. KeperawatanMasalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.a. Rehidrasi cairan atau pengantian cairan dengan cara ; Minum air putih yang banyak karena sering buang air besar maka tubuh akan kehilangan cairan yang harus selalu digantikan dengan cairan baru. Memberikan oralit yang merupakan larutan gula garam untuk membentuk energi dan menahan diare.b. Makan makanan khusus atau yang dianjurkan dan hindari makanan yang berserat seperti agar-agar.c. Minta klien untuk istirahat dengan cukup karena tidak bisa dipungkiri orang-orang yang sering BAB akan terasa lemah, lesu dan kurang bergairah.Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.N. ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN1. Identitas Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. Registerasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal MR2. Riwayat Kesehatan SekarangMerupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien dirawat klien biasanya klien mengatakan sering haus, BAB kehijauan, badan terasa lemah, sering pipis, perut nyeri, tidak nafsu makan, sering mual dan muntah, perut tiba-tiba sesak, perut terasa penuh secara tiba-tiba setelah makan, sariawan dimulut, kulit terasa lebih kering, bagian anus terasa perih bila terkena kain, susah tidur, tidak dapat berkonsentrasi, takut, tubuh gemetaran, dan gelisah, nyeri ulu hati.3. Riwayat Kesehatan DahuluBiasanya klien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak. 4. Riwayat Kesehatan KeluargaAda salah satu keluarga yang mengalami diare ataupun tidak biasanya tidak berpengaruh besar.B. Pemeriksaan fisikInspeksi: Tubuh klien tampak lemah, BB turun , konsentrasi urine meningkat, membrane mukosa atau mulut kering, TTV meningkat, wajah klien terlihat meringis, terlihat gelisah dengan menekan area perut, TD dan nadi meningkat, anorexia porsi makan berkurang, diet hanya dihabiskan porsi, konjungtiva pucat dan mata terlihat cekung, kulit terlihat bersisik, Insomnia, kurang istirahat, terlihat gemetar dan sering melamun, tremor.Palpasi: kelemahan otot, kulit terasa kasarPerkusi: nyeri tekan, bunyi timpani, pekak pada area heparAuskultrasi: bising usus meningkatC. Pemeriksaan Penunjang

D. Analisa data NoData Masalah Etiologi

1.Ds: Biasanya 1. BAB kehijauan2. klien mengatakan lemah3. klien sering haus4. sering pipisDo: 1. klien lemah2. BB menurun tiba-tiba3. Konsentrasi urine meningkat4. Membrane mukosa atau mulut kering5. TTV meningkatDefisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktifOutput yang berlebihan

2.Ds:Biasanya 1. klien mengatakan perutnya nyeri2. nyeri dibagian ulu hatiDo:1. wajah klien kelihatan meringis2. klien terlihat gelisah dan menekan perut3. perubahan TD dan nadi4. nyeri tekan

Nyeri akut b,d kerusakan jaringanDistensi abdomen

3.Ds:Biasanya 1. klien mengatakan tidak nafsu makan 2. klien mengatakan ia mual dan muntah3. klien mengatakan perut sesak tiba-tiba4. klien mengatakan perut terasa penuh tiba-tiba setelah makan5. ada sariawan dibagian mulut

Do:1. BB menurun2. Anorexia porsi makan berkurang 3. Diet hanya dihabiskan porsi4. Kelemahan otot5. Bising usus berlebihan 6. konjungtiva pucat dan mata cekung7. timpani 8. Pada abdomen terdapat nyeri tekan9. pekak pada area hepar.10. Bising usus meningkat.

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makananIntake nutrisi tidak cukup

4.Ds:Biasanya 1. klien mengatakan kulitnya kering2. klien mengatakan perih saat kulit terkena kain dibagian anus (anus lecet )Do:1. kulit klien tampak seperti bersisik2. kulit kasarKerusakan integritas kulit b,d eksresiFrekuensi BAB yang berlebihan

5Ds Biasanya 1. klien mengatakan susah tidur2. klien mengatakan tidak bisa konsentrasi3. klien merasa selalu takut4. klien mengatakan tubuhnya gemetaran5. klien mengatakan gelisahDoBiasanya 1. Penururan TD dan denyut nadi2. Insomnia3. Kurang istirahat4. Gemetar5. Melamun6. TremorAnsietas b.d perubahan status kesehatanPerasaan gelisah yang tidak jelas

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif2. Nyeri akut b,d kerusakan jaringan3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan4. Kerusakan integritas kulit b,d eksresi5. Ansietas b.d perubahan status kesehatanF. INTERVENSI KEPERAWATANDiagnosa keperawatanTujuan & KHintervensiAktivitas

Defisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

NOC Fluid balance Hydration Nutrional status : food and fluid intakeKH : tanda-tanda dehidrasi teratasi mukosa mulut dan bibir lembab TTV normal cairannya seimbangNICManajmen cairan

Manajmen hipovolemia1. Pertahankan intake dan output yang akurat.2. Monitor vital sign.3. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake kalori harian.4. Kolaborasi pemberian cairan IV5. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.6. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)7. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan.8. Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan.9. Monitor berat badan

Nyeri akut b/d kerusakan jaringan Pain level Pain control Comfort levelKH : nyeri dapat dikontrol tingkat kenyamanan meningkat tingkat skala nyeri dalam batas normalManajmen nyeri1. Lakukan penilaian nyeri secara komprensif dimulai dari lokasi, karakterisitik, durasi, frekuensi, intensitas dan penyebab2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri3. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon pasien4. Anjurkan untuk istirahat tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri5. Cek riwayat alergi obat6. Pilih analgesik yang tepat atau kombinasi analgesik ketika lebih dari satu obat yang diresepkan7. Monitor TTV sebelum & sesudah pemberian obat analgesic

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan

NOC Weight controlTujuan Setelah dilakukan tindakan selama 24 jam diharapkan klien mampu memenuhi kebutuhan nutrisi dengan optimalKH : status gizi : asuhan makanan dan cairanManajmen nutrisi1. kaji adanya alergi makanan2. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering3. Kolaborasi dengan gizi untuk menentukan kompisisi diet (makanan berserat dan bergizi tinggi4. Pantau mual muntah5. Pantau pilihan makanan & aneka pilihan (protein dan vit C6. Sediakan makanan bernutrisi & cairan secara tepat7. Moniitor BB8. Monitor intake nutrisi9. Monitor rambut kering

Kerusakan integritas kulit b,d eksresi

NOC Tissue integrity skin and mucous membraneTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan integritas kulit klien baikKH ; tidak ada lesi kulit mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan kulitPressure manajmen1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar2. Hindari kerutan pada tempat tidur3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering4. Mobilisasi pasien setiap 2 jam5. Monitor kulit akan adanya kemerahan6. Monitor aktivitas dan mobolisasi klien7. Memandikan klien dengan sabun dan air hangat.

Ansietas b.d perubahan status kesehatan

NOC Anxiety control Coping Impuls controlKH Klien mampu mengidentifikasi dan menyebutkan gejala cemas Mengungkapkan teknik untuk mengontrol cemas

Anxiety reduction1. Gunakan pendekatan yang menenangkan2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien3. Pahami perspektif pasien terhadap situasi stress4. Temani pasien untuk mengurangi rasa takut5. Dorong keluarga untuk menemani klien6. Identifikasi tingkat kecemasan klien7. Instruksikan pasien dengan mengunakan teknik relaksasi8. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan klien

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanGastroenteritis adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).B. Saran Kami sebagai penulis menyaran kan kepada pembaca agar dapat memberikan masukan atau saran terhadap makalh ini.dan juga dengan makalah ini semoga pembaca dapat mempelajari dan mendapatkan sedikit ilmu tentang penyakit ini dan dapat menjaga kesehatan agar dapat terhindar dari penyakit gastroenteritis.

DAFTAR PUSTAKABates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. JakartaBrunner & Suddart, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGCNANDA NIC NOC