Wonogiri LQ Dan Mix Share Fix
-
Upload
della-ananto-kusumo -
Category
Documents
-
view
43 -
download
8
description
Transcript of Wonogiri LQ Dan Mix Share Fix
ANALISIS POTENSI SEKTOR EKONOMI TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN
WONOGIRI, JAWA TENGAH
Disusun oleh:
Della Ananto K. (0906514784)
Kinrizky Arintia (0906632902)
Wulansari Khairunisa (0906635381)
Departemen Geografi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2012
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
1.1 Gambaran Umum Kabupaten Wonogiri....................................................
1.2 Permasalahan Pembangunan yang dihadapi oleh Kabupaten Wonogiri.....
BAB II METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................
2.1 Metode Pengumpulan Data .........................................................................
2.2 Analisis Data .................................................................................................
2.2.1 Analisis Basis Ekonomi menggunakan Analisa Perhitungan LQ .....
2.2.2 Analisis Spesialisasi Ekonomi menggunakan Analisa Perhitungan Shift-
share
BAB III KONDISI WILAYAH .....................................................................
3.2 Kondisi Hidroklimatologi Kabupaten Wonogiri ..................................................
3.3 Kondisi Perekonomian Kabupaten Wonogiri ......................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................
4.1 Perhitungan Metode LQ ................................................................................
4.1.1 Analisis Perhitungan LQ ..................................................................
4.2 Perhitungan Metode Shift-Share ..................................................................
4.2.1 Analisis Perhitungan Shift-Share ....................................................
KESIMPULAN ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 182.236,02 Ha. Secara geografis Kabupaten Wonogiri
terletak pada garis lintang 7° 32' LS sampai 8° 15' LS dan garis bujur 110° 41' BT sampai
111° 18' dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatas dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : berbatas dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
(Jawa Timur).
Sebelah Selatan: berbatas dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timir) dan Samudra
Indonesia.
Sebelah Barat: berbatas dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten.
Secara umum daerah ini beriklim tropis, mempunyai 2 musim yaitu penghujan dan
kemarau dengan temperatur rata-rata 24° C hingga 32° C.
Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lain
membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar
tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya
lebih banyak merantau (boro).
Kabupaten Wonogiri menempati daerah perbukitan yang cukup luas, tersusun
sebagian besar oleh batugamping, batugamping pasiran dan sebagian lagi oleh produk
gunungapi. Perkembangan perkotaan umumnya menempati daerah-daerah lembah atau
dataran di kaki perbukitan, seperti terlihat di sekitar waduk Gajah Mungkur mulanya sebagai
dataran limpah banjir dan lembah antar bukit.
Kabupaten Wonogiri mempunyai Waduk buatan yaitu Gajah Mungkur yang selain menjadi
sumber mata pencaharian petani nelayan dan sumber irigasi persawahan dan sebagai sumber
3
penyimpanan cadangan air saat terjadi kekeringan juga merupakan aset wisata yang telah
banyak dikunjungi oleh para wisatawan domestik.
1.2 Permasalahan Pembangunan yang dihadapi oleh Kabupaten Wonogiri
Terbatasnya biaya pembangunan.
Terbatasnya pendapatan asli daerah membuat pembangunan infrastruktur dan teknologi-
teknologi yang akan digunakan untuk kemajuan kabupaten wonogiri menjadi terbatas pula.
Kesulitan air bersih
Kabupaten wonogiri yang sebagian besar merupakan wilayah karst dimana kebanyakan kasus
yang dialami di daerah karst yaitu kasus kesulitan air. Permasalah kesulitan air yang dihadapi
di Wonogiri seharusnya bisa sedikit terbantu dengan adanya waduk buatan yaitu Waduk
Gajah Mungkur yang dapat berfungsi sebagai sumber irigasi persawahan dan sebagai sumber
penyimpanan cadangan air saat terjadi kekeringan.
Waduk gajah mungkur dibangun dari tahun 1976 sampai dengan tahun 1981. Bentang alam
daerah Waduk Gajah Mungkur merupakan suatu cekungan lembah sungai Bengawan Solo
yang sangat luas yang tergenang air waduk. Di sebelah selatan waduk merupakan daerah
dataran yang secara administrasi termasuk wilayah Kec. Baturetno, Giriwoyo, Giritontro,
Pracimantoro, Eromoko dan Wuryantoro. Morfologi dataran tersebut terbentuk oleh endapan
anak-anak sungai Bengawan Solo. Di sebelah selatan dan timur waduk dibatasi oleh
morfologi perbukitan, yang tersusun oleh batuan volkanik (di sebelah selatan Wonogiri), dan
batugamping (di daerah Eromoko).
Namun, karena kurang optimalnya manajemen air pada pengoperasian waduk tersebut,
masalah kesulitan air yang terjadi di kabupaten tersebut masih tetap terjadi.
Masalah pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah di kawasan karst tidak bisa sembarangan, karena sampah-sampah yang
tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan polusi dan kerusakan lingkungan karst.
Kawasan karst sangat rentan terhadap zat-zat kimia organik maupun anorganik yang ada pada
sampah-sampah tersebut.
4
Transportasi
Beberapa kecamatan masih sulit untuk dijangkau kendaraan bermotor, salah satunya
Kecamatan Batuwarno.
Pertanian / perladangan
Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan
ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area
ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa
dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi
Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.
Daerah karst
Pemeritah dan masyarakat setempat belum bisa menegola dengan baik wilayah karstnya dan
teknologi yang modern juga belum berkembangan dalam mengusahakan pengambilan sumur
bawah tanah. Daerah karst sangat tergantung dengan cuaca terutama curah hujan, warga
menjadi kesulitan air besih karena curah hujan di Wonogiri relatif sedikit dan daerah yang
kering. Ada kecenderungan bahwa hidup di daerah karst akan tidak mempunyai
perekonomian yang baik bahkan cenderung buruk. Terdapatnya perbedaan sumberdaya yang
ada di masing-masing kecamatan mengakibatkan terjadinya ketimpangan wilayah sehingga
kecamatan-kecamatan tersebut terbagi menjadi kategori wilayah kaya, sedang dan miskin.
Ketimpangan yang disebabkan oleh ketersediaan fasilitas pelayanan sosial ekonomi
menyebabkan munculnya wilayah maju berkembang dan tertinggal. Dengan mensejajarkan
pengkategorian kecamatan-kecamatan berdasarkan potensi sumberdaya dan fasilitas ekonomi
tersebut diperoleh kecamatan-kecamatan yang harus mendapat prioritas dalam pembangunan
yaitu kecamatan yang termasuk wilayah potensial, strategis maupun wilayah kritis.
5
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pemilihan Teori / Metode Analisis
3.1.1 Teori Basis Ekonomi
Inti dari teori basis ekonomi menurut Arsyad (1999:166) dalam Sadau (2002:20)
menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan
industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk
diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation).
Pendekatan basis ekonomi sebenarnya dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu
dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi
tersebut secara efisien dan efektif (Suparno, 2008). Lebih lanjut model ini menjelaskan
struktur perekonomian suatu daerah atas dua sektor, yaitu:
Sektor basis, yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar domestik
maupun pasar luar daerah itu sendiri. Itu berarti daerah secara tidak langsung
mempunyai kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor tersebut ke daerah lain.
Sektor non-basis, yaitu sektor atau kegiatan yang hanya mampu melayani pasar
daerah itu sendiri. Berdasarkan teori ini, sektor basis perlu dikembangkan dalam
rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
3.1.2 Teori Spesialisasi Ekonomi
Perekonomian suatu wilayah dikatakan terspesialisasi jika suatu wilayah memprioritaskan
pengembangan suatu sektor ekonomi melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung terhadap
kemajuan sektor tersebut (Muzamil, 2001:38). Pengembangan sektor prioritas tersebut dapat
dilakukan melalui investasi dan peningkatan sumber daya manusia pada sektor tersebut.
Spesialisasi dalam perekonomian merupakan hal yang cukup penting dalam rangka
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dikatakan, jika suatu wilayah memiliki spesialisasi
pada sektor-sektor tertentu maka wilayah tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif dari
spesialisasi sektor tersebut (Soepono,1993:41).
6
Beberapa ahli ekonomi mulai memperhitungkan efek spesialisasi terhadap
perekonomian suatu wilayah. Menurut Kuncoro (2002:43), salah satu upaya yang dapat
ditempuh untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah adalah melalui proses pertukaran
komoditas antar daerah. Hal ini dapat ditempuh melalui penciptaan spesialisasi antar daerah.
Berbagai macam alat analisis telah dikembangkan untuk melihat tingkat spesialisasi regional.
Marquillas (dalam Soepono, 1993:48) memodifikasi analisis Shift Share klasik dengan
memasukkan efek alokasi untuk melihat spesialisasi suatu sektor dalam suatu wilayah.
Selanjutnya Kim (dalam Kuncoro, 2002:36) mengembangkan indeks krugman untuk melihat
spesialisasi regional di Amerika Serikat.
3.2 Relevansi dan Alasan Pemilihan Teori
1.Rasionalitas pemilihan teori dan/atau metode analisis (alasan pemilihan,
tingkat relevansinya dengan permasalahan, serta manfaatnya)
2. Konsep, pengertian, asumsi, dan rumusan dasar dari teori dan/atau
metode yang dipilih
3. Penjelasan mengenai data yang digunakan (jenis data, sumber data, dan
alasan pemilihan data)
Teori basis ekonomi digunakan untuk mengetahui sektor ekonomi mana saja yang
merupakan basis atau memiliki kekuatan ekspor yang kuat di Kabupaten Wonogiri.
Sedangkan shift-share analysis digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi
pada suatu wilayah, pada kasus ini Kabupaten Wonogiri. Shift-share analysis juga dapat
mengetahui sektor apa saja di Kabupaten Wonogiri yang merupakan sektor andalan maupun
yang menjadi “pecundang”, sehingga dapat menjadi pertimbangan prioritas pembangunan
suatu sektor sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk pengembangan wilayah tersebut.
Teori basis ekonomi menggunakan analisa LQ. Konsepnya adalah dengan
menghitung perbandingan dari sektor A secara regional (R) dengan nasional (N) atau tingkat
yang lebih tinggi. Rumus perhitungannya adalah:
7
Perhitungan LQ tersebut dihitung sampai semua sektor diketahui nilai LQ masing-masing.
Hasil perhitungan tersebut, jika hasilnya ≥1 maka sektor tersebut merupakan basis di wilayah
tersebut.
3.2 Relevansi dan Alasan Pemilihan Data
Pemilihan data PDRB disebabkan karena PDRB merupakan data yang cukup dapat
menggambarkan kondisi ekonomi wilayah yang akan dikaji. Selain itu data PDRB juga sudah
memiliki klasifikasi yang sama baik di tingkat regional, nasional, dan lokal sehingga
mempermudah dalam penentuan berbagai sektor yang akan dilihat dan dianalisis.
Pemilihan data PDRB yang memiliki time series selama 2 tahun dikarenakan metode
yang digunakan adalah analisis shift-share karena dalam metode perhitungannya memerlukan
data yang berbeda satuan waktu dan berbeda skala (regional-nasional).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah metode deskriptif dan
analisis antara variabel-variabel yang telah ada dalam wilayah penelitian.
3.3.1 Data dan Sumber Data
Untuk mengimplementasikan metode LQ dan metode Shift-Share dalam bahasan ini
digunakan data areal pertaninan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, listrik, gas,
air bersih, konstruksi, perdagangan, transportasi dan komunikasi, keuangan, jasa, dan PDRB
di daerah kabupaten Wonogiri.
3.3.2 Data Sekunder
Sumber data utama yang digunakan adalah data sekunder dari:
Statistik Indonesia di Kabupaten Wonogiri yang tersedia di BPS tahun 2005 –
2006.
Studi Literatur
8
Diperoleh melalui buku, jurnal serta media elektronik bertujuan untuk
mendapatkan data terhadap wilayah kajian selain dalam bentuk tabel.
3.4 Analisis Data
1. Analisa LQ
Analisa LQ digunakan untuk mengetahui TEORI BASIS EKONOMI. Analisis data
yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
a) Insert data
Insert data series menurut subsektor selama lima tahun terakhir ke dalam spreadsheet
dengan format kolom dan baris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun sedangkan baris
diisi nama jenis komoditas yang akan dianalisis.
b) Menghitung nilai rataan
Untuk jenis tanaman, dihitung rataan luas areal panen menurut tiap komoditas dari
seluruh subsektor. Hasil rataan diperoleh dan diberi notasi “pi”. Selanjutnya
jumlahkan nilai rataan masing-masing komoditas di tiap wilayah itu (penjumlahan
horizontal) menurut masing-masing subsektor. Hasilnya menunjukkan jumlah areal
panen subsektor.
c) Menjumlahkan luas areal panen (atau komoditas tertentu) dan atau populasi
ternak (atau komoditas tertentu).
Jumlahkan luas tersebut dari tiap komoditas secara vertikal menurut wilayah.
Penjumlahan ini akan menghasilkan total luasan ang selanjutnya diberi notasi “Pi”.
Selanjutnya umlahkan luas semua komoditas tiap subsektor atau jumlah populasi dari
semua wilayah yang kemudian diberi notasi “Pt”.
d) Menghitung LQ
Langkah terakhir dalam tahapan ini adalah menghitung nilai LQ, caranya dengan
memasukkan notasi-notasi yang diperoleh ke dalam formula LQ, yatu pi/pt sebagai
pembilang dan Pi/Pt sebagai penyebut.
e) Interpretasi nilai LQ
Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama dengan satu
sampai lebih besar dari angka 1, atau 1 ≥ LQ > 1. Besaran nilai LQ menunjukkan
besaran derajat spesialisasi atau konsentrasi dari komoditas itu di wilayah yang
bersangkutan relatif terhadap wilayah tersebut.
9
Pengolahan dan analisis data tersebut dilakukan secara sederhana menggunakan
spreadsheet dari Excel.
2. Analisa Shift Share
Analisa Shift-Share digunakan untuk mengetahui TEORI SPESIALISASI EKONOMI.
Analisis data yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut.
a) Klasifikasikan komponen
Dalam analisis Shift-share, perubahan ekonomi ditentukan oleh 3 komponen yaitu
pertumbuhan eknomi (national growth), bauran industri (industri mix) dan regional
share.
b) Pemberian notasi
Berikan norasi-notasi untuk mempermudah analisis,. Industri 1 sekotr 1 di tingkat
nasional, Industri 2 Sektor 2 di tingkat nasional, Industri 3 sektor 3 di tingkat
nasional, 1r sektor di Kabupaten r, 2r Sektor 2 di Kabupaten r, 3r Sektor 3 di
Kabupaten r.
c) Hitung Bauran Industri
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka Bauran Industri Sektor 1 dianalisis dengan
membandingkan Sektor 1 di Kabupaten r sebagai bagian dari perekonomian daerah dengan
Sektor 1 sebagai bagian dari perekonomian nasional. Apabila Sektor 1 adalah Sektor
Pertanian, maka pengaruh Bauran Sektor Pertanian Kabupaten r adalah perbandingan antara
nilai variabel regional Sektor Pertanian di Kabupaten r dibandingkan nilai variabel regional
Sektor Pertanian secara nasional.
Sementara itu, pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan differential shift atau
regional share. Differential Shift menjelaskan tingkat kompetisi suatu aktivitas/sektor tertentu
dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor tersebut secara nasional. Komponen ini
mengukur perubahan dalam suatu industri di suatu daerah karena adanya perbedaan antara
pertumbuhan industri di daerah tersebut dengan pertumbuhan industri tersebut secara
nasional. Differential Shift yang bernilai positif menunjukkan bahwa aktivitas sektor tersebut
10
kompetitif. Secara matematis, Regional Shares (differential shift) dapat diekspresikan sebagai
berikut.
Berdasarkan ilustrasi di atas, maka Regional Shares Sektor 1 dianalisis dengan
membandingkan variabel regional Sektor 1 di Kabupaten r dengan sektor yang sama di
tingkat nasional. Dengan demikian, analisis Shift-share akan dapat memberikan dua indikator
positif sebagai berikut.
1. suatu wilayah mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara
nasional (industry-mix effect).
2. sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat daripada rata-
rata nasional untuk sektor-sektor tersebut (competitive advantage effect).
11
BAB III
4.1 Kondisi Hidroklimatologi Kabupaten Wonogiri
Kota Wonogiri mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330
m dari permukaan laut. Kondisi iklim di Kota Wonogiri suhu rata-rata tiap bulan 26o C
dengan suhu terendah 21,8o C dengan suhu tertinggi 30,4o C. Kelembaban udara 70 %, Curah
hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500 – 4000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan
Desember dan Januari
4.2 Kondisi Sosial Dan Perekonomian Kabupaten Wonogiri
Menurut data Susenas 2005, jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri sebesar 3,80 juta
jiwa. Jumlah tersebut mendiami wilayah seluas 2.388,93 km2 sehingga secara rata-rata
kepadatan penduduk di Kabupaten Wonogiri adalah 1.549 jiwa per Km2. Jumlah penduduk
yang besar seringkali menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah.
Oleh sebab itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan, Pemerintah Kabupaten
Wonogiri harus secara terus-menerus melakukan upaya pengendalian jumlah penduduk,
dengan menciptakan tatanan keluarga kecil sehat dan berkualitas sebagai upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke depan.
Pembangunan
industri juga telah mampu mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi
penggerak perkembangan pembangunan daerah. Hal ini juga membuka peluang perluasan
kesempatan kerja bagi masyarakat. Pesatnya pertumbuhan industri ini tercapai berkat peran
serta masyarakat terutama dunia usaha. Kemajuan ini juga turut mendukung pertumbuhan
sektor-sektor lainnya seperti peningkatan agrobisnis dan agroindustri.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Metode LQ
Perhitungan dan analisa LQ, didasarkan pada perbandingan data PDRB Kabupaten Wonogiri
Tahun 2005 dengan data PDRB nasional Tahun 2005.
Tabel Nilai LQ Berdasarkan Data PDRB Kab.Wonogiri Tahun 2010
PDRB MENURUT SEKTOR USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU KAB. WONOGIRI Tahun 2010 Nilai LQ
1 Pertanian 3,263,454.80 2.60
2 Pertambangan dan Penggalian 35,498.28 0.57
3 Industri Pengolahan 354,104.68 0.17
4 Listrik, Gas, Air Minum 53,907.49 0.80
5 Bangunan 224,252.08 0.57
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 838,151.01 0.66
7 Pengangkutan & Komunikasi 535,109.25 1.40
8 Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan 250,369.41 1.09
9 Jasa 889,738.27 1.32
JUMLAH PDRB 6,444,585.27
LQ > 1 merupakan sektor basis/ unggulan untuk Kabupaten Wonogiri
Pertanian
Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan
Pengangkutan & Komunikasi
Jasa
Pertambangan dan Penggalian LQ < 1 bukan sektor basis/ unggulan untuk Kabupaten
Wonogiri
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Minum
Perdagangan,Hotel ,Restoran13
Bangunan
4.1.1 Analisis Perhitungan LQ
Sektor basis unggulan tahun 2010 di Kabupaten Wonogiri berdasarkan perhitungan
LQ dengan menggunakan indikator PDRB pertanian dengan nilai LQ sebesar 2,60. Hal
tersebut menandakan bahwa PDRB di pertanian merupakan pemberi muatan terbesar untuk
laju ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan untuk sektor non basis yang mempunyai
nilai LQ terkecil terdapat pada industri pengolahan, dimana nilai perhitungan LQ
pertambangan dan penggalian memiliki nilai 0,17. Nilai LQ<1 menandakan bahwa nilai
PDRB yang disumbangkan oleh industri pengolahan sangat kecil untuk pendapatan
Kabupaten Wonogiri.
Berdasarkan perhitungan LQ tahun 2010 Kabupaten Wonogiri, ternyata 4 sektor
memiliki nilai LQ>1 yang artinya sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki potensi
unggulan dimana sektor telah mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri juga untuk
memenuhi kebutuhan daerah lainnya dan cenderung berorientasi ekspor (economic base).
Sektor yang memiliki potensi unggulan pemberi kontribusi PDRB terbesar di Kabupaten
Wonogiri adalah sektor pertaniandenga nilai LQ sebesar 2,60. Kemudian disusul oleh
Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa dan Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan
Sektor penggerak perekonomian Kabupaten Wonogiri adalah pertanian dalam
pembentukan PDRB Rp 3,2 trilyun lebih. Besarnya nilai kontribusi tersebut karena
banyaknya lahan persawahan sekitar 30,913 ha di Kabupaten Wonogiri. Adapun konsentrasi
industri pengolahan terdapat di Kecamatan Wonogiri, Selogiri dan Baturetno. Padi sawah
banyak terdapat di Kecamatan Baturetno dan Wuryantoro. Padi ladang terdapat di Kecamatan
Girimarto. Untuk tanaman palawija seperti ubi kayu dan ubi jalar tersebar merata di semua
kecamatan. Sedangkan produksi jagung, kacang tanah dan kedelai hanya bersifat subsisten.
Untuk tanaman sayuran, kabupaten Wonogiri kaya akan kangkung, bayam, kacang panjang,
sawi dan mentimun. Sedangkan untuk hasil produksi buah-buahan, Kabupaten Wonogiri kaya
akan rambutan, pisang, pepaya dan dukuh.
Untuk peternakan, Kabupaten Wonogiri kaya akan binatang ternak. Semua jenis
ternak ada di sana. Mulai dari ternak besar seperti Sapi Potong, Kerbau dan kuda ada di sana.
Untuk ternak kecil seperti, Kambing, Domba, Babi, Anjing dan Kelinci ada di sana. Untuk
jenis unggas terdapat Ayam Buras, Ayam Petelur, Itik dan Puyuh. Ternak besar yang paling
diminanti adalah Kerbau dengan populasi 21.228 ekor. Kerbau banyak terdapat di Baturetno,
14
Wuryantoro dan Tirtomoyo sedangkan Sapi Potong (14.831 ekor) terkonsentrasi di
kecamatan Manyaran, Eromoko, dan Giriwoyo. Untuk peternakan kecil, Kambing dan
Domba lebih disukai oleh masyarakat kabupaten Wonogiri. Populasi Kambing mencapai
122.064 ekor dan tersebar merata di semua Kecamatan di Wonogiri sedangkan Domba
memiliki populasi mencapai 229.012 ekor dengan konsentrasi pengembangan di kecamatan
Jatipurno dan Pracimantoro. Untuk jenis ternak unggas, Ayam Buras dan Ayam Ras Petelur
lebih disukai oleh peternak setempat. Populasi ras petelur mencapai 3.533.007 ekor dan
banyak terdapat di Jatisrono sedangkan Ayam Buras mencapai 1.201.644 ekor banyak
tedapat di kecamatan Purwantoro dan Jatisrono.
Sektor kedua penyumbang gerak perekonomian Kabupaten Wonogiri adalah sektor
Pengangkutan dan Komunikasi. Kontribusi sektor ini pada pembentukan PDRB mencapai Rp
0,53 trilyun lebih. Hal ini didasarkan banyaknya migran keluar yang menuju kota besar. Para
perantau dari Wonogiri banyak bermukim di kota-kota besar macam Jakarta, Bandung, dan
Surabaya. Pergerakan daripara migran keluar inilah yang menyumbang PDRB Wonogiri di
sektor Pengangkutan dan Komunikasi.
4.2 Metode Perhitungan Shift-Share
Analisis Shift - Share merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
perubahan dan pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal.
Analisis Shift-share menggambarkan kinerja sektor-sektor disuatu wilayah dibandingkan
dengan perekonomian nasional. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan
kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat ditemukan adanya shift
(pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-
sektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional
beserta sektor-sektornya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi
sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut
keunggulan kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut (Soepono, 1993:44). Berikut
akan dijelaskan contoh penerapan analisis Shift-share, yaitu menganalisis
pergeseran perekonomian di Kabupaten Wonogiri dengan memperhatikan perekonomian
nasional (Indonesia).
15
Tabel 2. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Sektoral Provinsi Jawa Tengah, 2007 dan 2010
PDRB MENURUT SEKTOR USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU PROV. JAWA TENGAH
No. SektorTahun (Juta Rupiah)
Absolut Relatif (%)2007 2010
1 Pertanian 63.832.100,00
86.667.600,00
22.835.500,00 36
2 Pertambangan dan Penggalian 3.109.600,00
4.302.600,00
1.193.000,00
38
3 Industri Pengolahan 100.426.100,00
146.155.200,00
45.729.100,00 46
4 Listrik, Gas, Air Minum 3.416.300,00
4.645.500,00
1.229.200,00 36
5 Bangunan 18.113.000,00
27.124.600,00
9.011.600,00
50
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 62.278.000,00
86.998.300,00
24.720.300,00 40
7 Pengangkutan & Komunikasi 18.360.600,00
26.298.700,00
7.938.100,00
43
8 Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan 10.821.700,00
15.899.700,00
5.078.000,00 47
9 Jasa 32.071.400,00
46.599.900,00
14.528.500,00 45
JUMLAH PDRB 312.428.800,00
444.692.100,00
132.263.300,00 42
16
Tabel 3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektoral Kabupaten Wonogiri, 2007 dan
2010
PDRB MENURUT SEKTOR USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU KAB. WONOGIRI
No. SektorTahun (Juta Rupiah)
AbsolutRelatif
(%)2007 2010
1 Pertanian 2.277.683,87 3.263.454,80 985.770,93 43
2 Pertambangan dan Penggalian 27.310,36 35.498,28 8.187,92 30
3 Industri Pengolahan 245.338,05 354.104,68 108.766,63 44
4 Listrik, Gas, Air Minum 40.965,54 53.907,49 12.941,95 32
5 Bangunan 153.393,18 224.252,08 70.858,90 46
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 586.717,53 838.151,01 251.433,48 43
7 Pengangkutan & Komunikasi 441.062,28 535.109,25 94.046,97 21
8 Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan 184.800,09 250.369,41 65.569,32 35
9 Jasa 594.910,63 889.738,27 294.827,64 50
JUMLAH PDRB 4.551.726,35 6.444.585,27 1.892.403,74 42
Analisis Shift-share untuk perekonomian Kabupaten Wonogiri dilakukan
dengan menggunakan variabel regional PDRB sektoral Kabupaten Wonogiri dan PDB
sektoral Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 dan 2010. Pada Tabel, nilai PDRB sektoral
Kabupaten Wonogiri dihitung perubahannya, yaitu selisih antara nilai PDRB tahun dasar
dengan tahun analisis. Hal yang sama dilakukan juga pada nilai PDB sektoral Provinsi
Jawa Tengah, disajikan pada Tabel. Berdasarkan data tersebut, nilai PDRB sektoral
Kabupaten Wonogiri telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut
tumbuh sebesar 132 Triliyun. Sedangkan perekonomian nasional (Indonesia) tumbuh sebesar
1.892 Triliyun.
Tabel 4. Analisis Shift-Share untuk Kabupaten Wonogiri, 2005 dan 2006
No. Lapangan UsahaPDRB Tahun 2007
(X)N R (region) R-N
1 Pertanian2.277.683,87 964.232,44 985.770,93 21.538,49
2Pertambangan /penggalian
27.310,36 11.561,54 8.187,92 -3.373,62
3 Industri245.338,05 103.861,17 108.766,63 4.905,46
4 Listrik, gas, dan air40.965,54 17.342,31 12.941,95 -4.400,36
5 Bangunan153.393,18 64.937,32 70.858,90 5.921,58
17
6Perdagangan, hotel, dan restoran
586.717,53 248.380,42 251.433,48 3.053,06
7 Transportasi/komunikasi441.062,28 186.718,87 94.046,97 -92.671,90
8 Keuangan184.800,09 78.233,09 65.569,32 -12.663,77
9 Jasa-jasa594.910,63 251.848,88 294.827,64 42.978,76
Jumlah-34.519,60
Tabel di atas merupakan tabel lanjutan di mana pada kolom (N) menunjukkan
seberapa besar seharusnya besar perubahan tiap komponen jika menggunakan asumsi
pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 42 %. Kolom R (region) menunjukkan
angka perubahan yang nyata pada suatu daerah tertentu dan kolom R-N menunjukkan
penyimpangan yang terjadi antara perubahan yang nyata dengan perubahan yang seharusnya
terjadi. Dari tabel tersebut, nampak bahwa beberapa sektor di Kabupaten Wonogiri
mengalami perubahan negatif. Ini berbeda dengan pertumbuhan yang diharapkan. Sektor
yang mengalami penyimpangan terbesar adalah sektor Transportasi dan komunikasi. Sektor
tersebut seharusnya dapat mengalami peningkatan sebesar Rp. 186.718,87 juta tetapi hanya
mampu meningkat sebesar Rp 94.046,97
4.2.1 Analisis Perhitungan shift-Share
Tabel 6. Analisis Shift-Share untuk Kabupaten Wonogiri, 2007 dan 2010 (Akhir)
No Lapangan Usaha N M S
1 Pertanian964.232,44 136.661,03 -115.122,54
2Pertambangan /penggalian
11.561,54 1.092,41 -4.466,04
3 Industri Pengolahan103.861,17 -9.813,52 14.718,98
4 Listrik, gas, dan air17.342,31 2.457,93 -6.858,29
5 Bangunan64.937,32 -12.271,45 18.193,04
6Perdagangan, hotel, dan restoran
248.380,42 11.734,35 -8.681,29
7 Transportasi/komunikasi186.718,87 -4.410,62 -88.261,28
18
8 Keuangan78.233,09 -9.240,00 -3.423,76
9 Jasa-jasa251.848,88 -17.847,32 60.826,08
Tabel di atas menunjukkan proporsi tiap komponen terhadap total PDRB Kabupaten
Wonogiri dan PDB Provinsi Jawa Tengah pada tahun dasar 2010. Kolom deviasi
menunjukkan penyimpangan angka pertumbuhan tiap komponen lapangan usaha terhadap
angka pertumbuhan Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 42%. Kolom M (mix effect) yang
merupakan hasil perkalian angka penyimpangan dengan PDRB Kabupaten Wonogiri tahun
2010 menunjukkan regional industry mix effect (bauran industri). Angka regional industry
mix effect yang positif terjadi pada sektor pertanian, pertambangan/penggalian industri,
listrik, gas, air, perdagangan, hotel, restoran, keuangan, dan jasa-jasa. Sedangkan Angka
regional industry mix effect yang negatif terjadi pada sektor industri, bangunan,
transportasi/komunikasi, dan jasa-jasa. Hal ini disebabkan oleh sektor-sektor tersebut
memiliki kegatan yang lebih besar pada skala kabupaten namun pertumbuhannya lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan nasional.
Tabel di atas merupakan tabel kesimpulan dari suatu analisis shift-share, hal ini akan
menunjukkan hasil regional shares effect (S) yang merupakan bagian komponen dari
perubahan absolut (R), bersama dengan pertumbuhan nasional (N) dan industry mix effect
(M). Pertumbuhan regional (S) Kabupaten Wonogiri untuk tidak semua sektor bernilai negatif
berarti ada beberapa sektor yang dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
perekonomian Kabupaten Wonogiri sendiri yaitu Industri Pengolahan, Bangunan, dan Jasa.
Namun, ada pula beberapa keuntungan lokal pada masing-masing sektor-sektor yang tidak
terjadi yang ditunjukkan dari nilai Pertumbuhan regional (S) yang bernilai negatif seperti
pertanian, pertambangan/penggalian industri, listrik, gas, air, perdagangan, hotel, restoran,
keuangan dan Transportasi dan komunikasi. Hal ini dapat dikaitkan dengan penrencanaan tata
ruang yang tidak sesuai dengan tempatnya pada masing-masing sektor sehingga pada tiap-tiap
sektor tidak menjanjikan suatu keuntungan komperatif (keuntungan yang diperoleh dari
faktor-faktor produksinya).
Pada pengaruh bauran industri regional (M) juga memberikan kontribusi negatif.
Akan tetapi, terdapat sektor yang memberikan kontribusi positif, yaitu sektor pertanian,
pertambangan/penggalian industri, listrik, gas, air, perdagangan, hotel, restoran, keuangan,
19
dan jasa-jasa Hal ini berarti keempat sektor tersebut mendapat pengaruh baik dari luar
Kabupaten Wonogiri dan keempat sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor sejenis
di wilayah lain di luar Kabupaten Wonogiri. namun tidak mampu bersaing didalam
Kabupaten Wonogiri.
Setelah kita selesai melakukan analisis Shift-share sesuai tahap-tahap di atas kita
dapat mengetahui perubahan struktur perekonomian Kabupaten Wonogiri dengan
memperhatikan perkembangan perekonomian nasional. Selain itu, analisis Shift-share juga
dapat digunakan untuk membantu dalam perumusan berbagai kebijakan pembangunan
terrmasuk perumusan kebijakan anggaran.
Dengan analisis Shift-share, kedudukan perekonomian daerah terhadap
perekonomian daerah yang menjadi referensi atau diacu dapat diketahui. Analisis Shift-
share dapat digunakan untuk menghitung dan menganalisis variabel perekonomian
regional sampai tingkat terkecil, misalnya subsektor (tergantung data variabel regional yang
tersedia). Hasil analisis Shift-share tersebut dapat memberikan informasi kepada
pengambil kebijakan, misalnya mengenai sektor-sektor unggulan suatu daerah dan
tingkat spesialisasi suatu sektor.
Analisis Shift-share dapat digunakan untuk menentukan sektor-sektor prioritas suatu
daerah. Hal ini penting bagi perumusan kebijakan anggaran. Dengan menentukan sektor-
sektor prioritas, pemerintah daerah akan dapat menentukan alokasi dan prioritas anggaran
untuk sektor-sektor yang secara signifikan dapat memacu perkembangan atau
pertumbuhan perekonomian daerah. Selain itu alokasi anggaran yang tepat dapat mendorong
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
20
KESIMPULAN
Kabupaten Wonogiri memiliki 8 sektor yang nilai LQ>1 dimana merupakan sektor
yang memiliki potensi unggulan dimana sektor telah mampu untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lainnya dan cenderung
berorientasi ekspor (economic base). Sektor yang memiliki potensi unggulan pemberi
kontribusi PDRB terbesar di Kabupaten Wonogiri adalah sektor pertanian dengan
nilai LQ sebesar 2,60,. Kemudian disusul oleh Pengangkutan dan Komunikasi, Jasa
dan Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan, Listrik, Gas, Air Minum,
Pertambangan, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran dan terakhir Industri
Pengolahan. Hal ini juga membuka peluang perluasan kesempatan kerja bagi
masyarakat.
Pertumbuhan regional Kabupaten Wonogiri untuk semua sektor tidak bernilai negatif
artinya beberapa sektor mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
perekonomian Kabupaten Wonogiri sendiri yaitu Industri Pengolahan, Bangunan, dan
Jasa yang menunjukkan trend postitif dalam pertumbuhan regional dan patut diprioritaskan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Wonogiri untuk dikembangkan. Karena sektor yang
mempunyai pertumbuhan regional positif ini menunjukkan adanya keuntungan lokal
pada beberapa sektor tersebut. Namun, adanya kontribusi negatif pada beberapa sektor
seperti pertanian, pertambangan/penggalian industri, listrik, gas, air, perdagangan,
hotel, restoran, keuangan dan Transportasi dan komunikasi, hal ini dapat dikaitkan
dengan penrencanaan tata ruang yang tidak sesuai dengan tempatnya pada masing-
masing sektor sehingga pada tiap-tiap sektor tidak menjanjikan suatu keuntungan
komperatif (keuntungan yang diperoleh dari faktor-faktor produksinya).
21
DAFTAR PUSTAKA
Bendavid-Val, Avrom, Regional and Local Economic Analysis for
Practitioners,Wesport, Connecticut: Praeger, Fourth Edition, 1991.
Dinc, Mustafa, “Regional and Local Economic Analysis Tools”, The World Bank,
Washington DC, January 2002.
Soepono, Prasetyo “Analisis Shift-share: Perkembangan dan Penerapan” Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, September 1993.
Badan Pusat Statistik, Kabupaten Wonogiri dalam Angka 2005/2006
www. Wonogirikab .go.id
http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2007/06/analisis-shift-share-lq.pdf
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2356/1/A08mgh_abstract.pdf
22