Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma ...
Transcript of Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma ...
Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma Dengan Metode Penginderaan Jauh Di Ujunggenteng
Ahmad Rayhan Kamil1, Supratna2 dan Tjiong Giok Pin2
1Mahasiswa Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424 2Dosen Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok 16424
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas tentang sebaran rumput laut berdasarkan kondisi fisik yang mencakup suhu permukaan laut, muatan padatan tersuspensi (MPT), arus, salintas, serta oksigen terlarut (DO) untuk menentukan wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Penelitian deskriptif ini menggunakan analisis spasial dengan menerapkan metode penginderaan jauh dan survey lapangan pada 15 lokasi untuk pengumpulan dan pengolahan datanya. Setelah data terkumpul dan terolah analisis selanjutnya yang digunakan adalah metode overlay peta. Hasil penelitian menunjukan sebaran rumput laut merata hampir di setiap karang dan menunjukan adanya kesesuaian kondisi fisik pantai dengan syarat budidaya rumput laut di Pantai Ujunggenteng. Berdasarkan sebaran dan kondisi fisik perairan inilah kemudian dapat ditentukan bahwa wilayah yang potensial adalah wilayah karang dan teluk serta bagian timur pantai dengan radius sampai 200 meter dari bibir pantai, wilayah yang cukup potensial adalah wilayah dengan radius 300-700 meter dari bibir pantai, sedangkan sisanya yang merupakan wilayah laut lepas adalah wilayah yang tidak potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut.
Potential Region for Development of Seaweed Genus Eucheuma Using
Remote Sensing Metho in Ujunggenteng Beach
Abstract
This research discusses the distribution of seaweed by the physical conditions that include sea surface temperature, total suspended solids, currents, salinity, and dissolved oxygen (DO) to determine areas of potential development seaweed cultivation in Ujunggenteng beach. This is a descriptive research which uses spatial by applying the method of remote sensing and field surveys in 15 locations for the collection and processing of data. Once the data is collected and processed further analysis is the method of overlaying a map. Based on the distribution and physical condition of the water is then determined that the potential area is the region of the reefs and bays along the east coast with a radius of up to 200 meters from the coast, an area of considerable potential is an area with a radius of 300-700 meters from the beach, while the rest which is an open sea area is the area that is not potential for the development of seaweed cultivation. Pendahuluan
Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang
sangat berlimpah, salah satu kekayaan alamnya adalah di wilayah pesisir. Wilayah
pesisir merupakan wilayah yang banyak memiliki fungsi bagi makhluk hidup.
Selain menjadi habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup, wilayah ini juga
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
menyediakan berbagai potensi-potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh
makhluk hidup yang hidup di wilayah ini dan sekitarnya.
Indonesia sebagai negara dengan wilayah pesisir yang luas, memiliki
potensi sumber daya kelautan yang berlimpah, sumber daya tersebut berupa
sumber daya perikanan maupun hasil laut lainnya. Dari beberapa sumber daya
yang berlimpah tersebut , salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah
rumput laut (Anggraini, 2006).
Rumput laut (seaweed), sebenarnya adalah jenis tumbuhan algae laut yang
termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta) di laut sehingga rumput laut
tidak memiliki akar, batang, dan daun. Rumput laut merupakan suatu komoditas
yang banyak diminati saat ini. Manfaatnya yang banyak menjadi alasan utama
untuk mengembangkan budidaya tanaman ini. Potensi dan kualitas yang
menjanjikan ini juga membuat rumput laut Indonesia diminati di berbagai belahan
dunia. Hampir kurang lebih 555 jenis rumput laut yang ada di Indonesia saat ini
menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan bagi Indonesia, baik rumput laut
kering maupun olahan dari rumput laut itu sendiri (Anggraini, 2006).
Atas dasar manfaat dan potensi yang dimiliki oleh rumput laut tersebut
maka perlu adanya budidaya rumput laut sebagai upaya untuk memenuhi
permintaan dan kebutuhan dari rumput laut itu sendiri, salah satunya adalah
dengan melakukan kegiatan budidaya. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), budidaya merupakan suatu usaha yang bermanfaat dan
memberikan hasil, jadi budidaya rumput laut merupakan suatu usaha dalam
memanfaatkan rumput laut agar mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi atau
lainnya.
Rumput laut yang memilki nilai ekonomis serta manfaat yang tinggi
adalah jenis Eucheuma. Rumput laut jenis ini banyak diolah dalam bentuk kering
setelah melalui proses penjemuran atau diolah menjadi makanan siap konsumsi,
seperti: dodol, manisan dan minuman. Kandungan dietary fiber dan nutrisinya
bermanfaat sebagai antioksidan, antimutagenic, anti koagulan, anti tumor, dan
metabolisme lipid. Rumput laut juga sebagai sumber iodium alami yang terbaik
(Zada, 2009).
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki ekosistem rumput laut jenis
Eucheuma terdapat di Pantai Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap. Pantai ini
memiliki tiga karang besar yang menjadi substrat bagi rumput laut untuk hidup.
Karang- karang ini juga menjadi penghalang ombak sehingga dapat menjaga
rumput laut dari terjangan ombak, sehingga banyak sekali rumput laut yang
tumbuh secara alami.
Tinjauan Teoritis
Rumput Laut Jenis Eucheuma. Eucheuma adalah rumput laut penghasil
karaginan (carragenophyte). Jenis karaginan yang dihasilkan dari rumput laut ini
adalah kappa karagenan (Winarno, dalam Kalaka, 2014). Ciri-ciri Eucheuma
cottonii yaitu thallus silinder; permukaan licin; cartilageneus (menyerupai tulang
rawan/muda); serta berwarna hijau terang, hijau olive dan cokelat kemerahan.
Percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, ditumbuhi nodulus (tonjolan-
tonjolan) dan duri lunak/tumpul untuk melindungi gametangia. Percabangan
bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (sistem percabangan
tiga-tiga). Habitat rumput laut Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari
untuk proses fotosintesis. Oleh karena itu, rumput laut ini hanya mungkin hidup
pada lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu
mencapainya (Anggadireja, 2006).
Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia
perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan
dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54-73 % tergantung pada jenis dan
lokasi tempat tumbuhnya (Atmadja, 2012). Karaginan merupakan getah rumput
laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut merah dengan menggunakan
air panas (hot water) atau larutan alkali pada temperatur tinggi dan penting untuk
pangan.
Syarat Tumbuh Rumput Laut. Sebagai suatu komoditi, rumput laut
tentunya perlu beberapa persyaratan agar dapat tumbuh secara optimal. Beberapa
persyaratannya antara lain :
a. Suhu
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Suhu mempunyai keterkaitan yang sangat erat dan sangat mempengaruhi
kehidupan rumput laut. Menurut SNI (2010), suhu perairan yang sesuai untuk
budidaya rumput laut adalah 26-32 oC. Suhu perairan dengan nilai tersebut
disesuaikan dengan perkembangan tetraspora yang berlangsung dengan baik pada
kisaran temperatur 25 – 30oC (Kadi dan Atmadja, 1988).
b. Muatan Padatan Tersuspensi (MPT)
Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) berkolerasi positif dengan kekeruhan.
Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, maka nilai kekeruhan juga semakin
tinggi. Namun, tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya
kekeruhan seperti halnya dengan air laut (Effendi 2009). Menurut Akbar dan
Sudaryanto (2002) dalam Sulma et al. (2005), nilai muatan padatan tersuspensi
yang sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut adalah 0-20 mg/l, sedangkan
yang cukup sesuai adalah 20-80 mg/l, dan yang tidak sesuai adalah lebih dari 80
mg/l.
c. Arus
Arus berhubungan dengan kekuatan pergerakan massa air yang berpengaruh
terhadap pelekatan spora pada subtratnya. Karakteristik spora dari rumput laut
yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat umumnya cepat tenggelam
dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sementara itu,
rumput laut yang tumbuh di perairan yang tenang memiliki karakteristik spora
yang mengandung lapisan lendir dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih
besar. Pergerakan massa air tersebut juga sangat berperan dalam mempertahankan
sirkulasi zat hara yang berguna untuk pertumbuhan.
d. Salintas
Salinitas yang tinggi, yaitu 30 – 35 ppt dapat menyebabkan kemandulan bagi
pertumbuhan rumput laut. Rumput laut Jenis Eucheuma dapat tumbuh maksimum
pada kisaran salinitas 15 – 30 ppt dan optimumnya di salinitas 25 ppt Menurut
Anggadiredja ,et.al. (2006)
e. DO (Oksigen Terlarut)
Nilai DO akan berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput laut karna pengaruhnya
terhadap proses fotosintesis. Menurut SNI (2010), nilai DO yang masuk ke dalam
kriteria sesuai yaitu sebesar 3-8 mg/l.
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Budidaya Rumput Laut. Menurut Bank Bumi Daya (1991), dalam melakukan
pembudidayaan rumput laut, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Penentuan Lokasi
Pemilihan lokasi yang sesuai merupakan hal yang penting karena akan sangat
menentukan berhasil atau tidaknya budidaya rumput laut ini. Oleh karena itu
perlu dipilih lokasi-lokasi yang sesuai dengan syarat tumbuh rumput laut.
Untuk menentukan lokasi budidaya rumput laut membutuhkan kondisi perairan
sebagai berikut :
a. Budidaya dengan sistem lepas dasar untuk jenis Eucheuma membutuhkan
dasar perairan pantai stabil yang dibentuk dari potonan-potonan karang yang
mati dan bercampur dengan pasir karang, sedangkan untuk Gracillaria, dasar
perairan tambak yang baik adalah lumpur berpasir.
b. Lokasi budidaya sebaiknya digenangi air pada waktu surut terendah dengan
kedalaman antara 30–60 cm.
c. Salinitas optimal untuk jenis Eucheuma sekitar 32–35 permil, sedangkan
Gracilliria sekitar 15–35 permil.
d. Suhu air jenis Eucheuma antara 27–30 celcius, sedangkan Gracilliria antara
20–28 celcius.
e. Perairan bebas dari pencemaran, jauh dari sumber air tawar/muara sungai.
f. Kondisi air harus jernih dengan tingkat transaransi sekitar 1,5 meter, tidak
berlumpur.
g. PH air yang dibutuhkan jenis Eucheuma antara 7,5–8,0, sedangkan jenis
Gracilliria antara 8,2–8,7
h. Mempunyai gerakan air yang sedang serta terlindung dari pengaruh gelombang
ombak yang besar dan bebas dari pengaruh angin topan.
i. Bebas dari hama seperti ikan dan hewan lainnya yang bersifat herbivora.
2) Penyediaan Bibit dan Bahan
Bibit rumput laut yang ditanam berupa stek dan dipilih dari tanaman yang
masih segar dan dapat diambil dari tanaman yang tumbuh secara alami atau dari
tanaman bekas budidaya, bibit–bibit rumput laut tersebut pada tali nylon.
Disamping itu bibit harus baru dan muda serta mempunyai cabang–cabang yang
banyak.
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Sebelum dilakukan penanaman, bibit yang dikumpulkan ditempatkan pada
keranjang atau jaring dengan dengan ukuran mata jaring yang paling kecil dan
bibit rumput laut tersebut jangan sampai terkena minyak, kehujanan atau
kekeringan, dan diusahakan kondisi bibit rumput laut tersebut selalu lembab.
Bahan konstruksi budidaya rumput laut digunakan jenis bahan yang tahan
terhadap air laut. Tali terbuat dari bahan sintetis, jangkar dibuat dari adukan
semen dan pasir (beton).
3) Metode Budidaya
Metode budidaya diperlukan untuk menentukan pertumbuhan rumput laut.
Terdapat empat metode budidaya berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar
perairan yang telah dikembangkan, yaitu :
a. Metode Lepas Dasar.
Metode ini merupakan metode dengan cara melakukan penanaman dengan cara
mengikat bibit tanaman Eucheuma pada karang lalu disebar, sedang untuk jenis
Gracillia langsung ditanam dengan berat bibit rumput rata – rata 100 gram.
Keuntungan dari metode ini adalah penanaman mudah dilakukan dengan biaya
yang relatif rendah, sedangkan kerugiannya adalah hasil produksi kurang baik,
mudah terserang penyakit dan banyak yang hilang terbawa arus air.
b. Metode Dekat Dasar
Bibit diikat dengan tali rafia, kemudian diikatkan pada tali nylon monofilament
yang direntangkan pada patok kayu dengan jarak 2,5 meter. Jarak antara dasar
perairan dengan bibit yang akan diikatkan berkisar antara 20–30 cm. Ketinggian
tali pengikat disesuaikan dengan kedudukan air pada waktu surut terendah. Berat
bibit setiap rumput rata–rata 100 gram.
c. Metode Rakit Apung
Metode ini cocok digunakan pada laut dengan dasar perairan yang terdiri dari
karang dan pergerakan airnya didominasi oleh ombak. Penanaman menggunakan
rakit–rakit dari bambu. Untuk menahan rakit bambu dari arus digunakan tali
penahan berukuran 9 mm dan untuk menahan pada bagian dasar digunakan patok
sebagai jangkar.
Keuntungan metode ini adalah tingkat pertumbuhan lebih besar dibandingkan
dengan metode lainnya, disamping itu tanaman terhindar dari gangguan penyakit
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
bulu babi serta mudah pemeliharaannya, sedangkan kerugiannya adalah biaya
sarana budidaya relatif lebih mahal.
d. Metode Pertengahan
Secara umum metode ini hampir sama dengan metode rakit apung,
perbedaannya bibit diikat pada patok – patok.
Metode Penelitian
Pantai Ujung Genteng merupakan lokasi yang cocok untuk dijadikan
wilayah potensial rumput laut. Keberadaan karang menjadikan alasan utama
karena karang merupakan tempat yang cocok untuk dijadikan substrat sebagai
tempat hidup rumput laut. Selain itu, karang juga mendukung terhadap syarat
tumbuh rumput laut sebagai pelindung lokasi dan penghalang arus.
Dalam pengumpulan data karakteristik fisik pantai Ujunggenteng,
penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu pengumpulan data melalui data
penginderaan jauh dan melalui survey lapangan secara langsung. Data
penginderaan jauh digunakan untuk mengumpulkan data suhu permukaan laut,
muatan padatan tersuspensi (MPT), dan arus, sedangkan data survey lapangan
digunakan untuk mengumpulkan salinitas dan oksigen terlarut (DO). Data-data
yang dikumpulkan ini akan diolah dalam bentuk data statistik dan dalam bentuk
peta yang kemudian akan menghasilkan wilayah kesesuaian budidaya rumput laut.
Selain data-data karakteristik fisik pantai Ujunggenteng, penelitian ini juga
akan mengumpulkan data sebaran rumput laut yang dikumpulkan melalui survey
lapangan langsung dengan teknik pengumpulan data berupa ploting menggunakan
Global Positioning System (GPS). Hasil data sebaran rumput laut ini kemudian
akan diolah menjadi wilayah sebaran rumput laut.
Berdasarkan wilayah kesesuaian budidaya rumput laut, wilayah sebaran
budidaya rumput laut, serta wilayah budidaya rumput laut inilah kemudian akan
menghasilkan wilayah potensial pengembangan budidaya rumput laut.
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Gambar 1. Diagram alur pikir penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survey lapangan yang dilakukan pada
tanggal 20-23 Januari 2016 dan tanggal 25-28 April 2016. Survey lapangan
dilakukan untuk mengumpulkan data sebaran rumput laut dengan menggunakan
teknik plotting menggunakan GPS pada setiap rumput laut yang ada di lapangan,
sedangkan untuk data salinitas dan oksigen terlarut menggunakan teknik random
sampling dimana sampel yang diambil berjumlah 15 titik sampel yang tersebar di
perairan sekitar Pantai Ujunggenteng. Sedangkan data sekunder yang dibutukan
untuk mengumpulkan data suhu, muatan padatan tersuspensi, serta arah dan
kecepatan arus. Data suhu serta muatan padatan tersuspensi menggunakan data
citra satelit Landsat 8 yang didapat melalui website http:/earthexplorer.usgs.gov.
Data citra satelit yang diunduh yaitu citra Landsat 8 pada bulan Agustus dan
November 2015 untuk pengolahan data suhu serta citra Landsat 8 pada bulan Juni
2015 untuk pengolahan data muatan padatan tersuspensi. Sedangkan untuk data
Sebaran rumput laut Pantai Ujunggenteng
Pantai Ujung Genteng
Karakteristik Pantai Ujunggenteng
Syarat Tumbuh Rumput Laut
Wilayah Kesesuaian Budidaya Rumput Laut
Wilayah Sebaran Rumput Laut
Wilayah Potensial Pengembangan Budidaya Rumput Laut
Suhu Permukaa
MPT
Fisik
Arus Salinitas DO
Kimia
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
kecepatan dan arah arus didapatkan melalui website http:/earth.nullschool.net
dimana dalam website tersebut sudah tersedia arah dan kecepatan arus pada lokasi
penelitian dan dapat dikumpulkan data pada tiap bulannya.
Data-data primer dan sekunder yang sudah terkumpul kemudian akan diolah
dengan berbagai cara sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, berikut
pengolahan data yang akan dilakukan dalam penelitian kali ini :
Pengolahan Data Suhu dan Muatan Padatan Tersuspensi
Pengolahan data untuk suhu dan muatan padatan tersuspensi menggunakan
data penginderaan jauh dengan menggunakan data citra. Citra yang di gunakan
adalah citra landsat 8 yang di dapatkan melalui website
http://earthexplorer.usgs.gov/. Pengolahannya akan menggunakan software envy
5.1 dengan penggunaan fungsi band math. Fungsi band math merupakan
pengolahan citra dengan memasukan rumus-rumus berupa nilai algoritma
terhadap citra yang akan diolah. Rumus algoritma untuk setiap variabel berbeda-
beda, dimana untuk suhu permukaan laut, yang dicari terlebih dahulu adalah nilai
radiance spectral dari citra yang sebelumnya masih berupa digital number,
dengan rumus : Lχ = 0,0370588 * Digital Number + 32, dimana Lχ = nilai
radiance spectral
Setelah mendapatkan nilai radiance spectral, langkah selanjutnya adalah
mencari nilai temperatur, digunakan rumus : T = (!2 )/(!"(!!!"+ 1), dimana T =
Temperatur, K1 dan K2 = Nilai konstanta kalibrasi pada band 10, Lχ = nilai
radiance spectral.
Setelah mendapatkan nilai temperatur, kemudian barulah mencari nilai
suhu permukaan lautnya dengan menggunakan rumus : SST = 0,00684 !! +
137,59 T – 1161,2, dimana SST = Suhu Permukaan Laut, dan T = Temperatur.
Sedangkan untuk muatan padatan tersuspensi, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mencari nilai reflektan pada citra. Band yang digunakn adala
band 4 yang merupakan band merah. Untuk mencari nilai reflektan, rumus yang
digunakan adalah :
dimana Mp = Faktor skala band 4, Qcal = Nilai digital number, Ap = Faktor
Penambah.
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Setelah mendapatkan nilai reflektan barulah dicari nilai muatan padatan
tersuspensinya, digunakan rumus : TSM = A*exp(S*R(0-) red band) , dimana TSM =
Muatan Padatan Tersuspensi, A dan S = variabel persamaan, R(0-) red band =
Nilai reflektan pada band 4.
Pengolahan Data Arus
Data arus merupakan data sekunder yang didapatkan melalui
http://earth.nullschool.net. Dalam website tersebut sudah dapat dilihat dengan
jelas arah serta kecepatan arus laut di wilayah Pantai Ujunggenteng. Data yang
didapat kemudian ditampilkan berupa data statistik melalui tabel yang akan
ditampilkan pada bagian hasil dan pembahasan.
Pengolahan Data Salinitas dan Oksigen Terlarut
Data salinitas dan oksigen terlarut yang didapatkan melalui survey lapangan
akan menghasilkan data statistik berupa nilai salinitas dan nilai oksigen terlarut
yang diambil dari 15 titik sampel di Pantai Ujunggenteng. Pengambilan data
semua dilakukan di lapangan baru kemudian sampel tersebut dihitung.
Penghitungan nilai salinitas menggunakan refraktometer, sedangkan nilai oksigen
terlarut menggunakan DO meter. Data statistik ini kemudian diolah dengan
menggunakan software ArcGIS 10.1 dengan metode interpolasi yang kemudian
akan menghasilkan peta nilai salinitas dan oksigen terlarut dari pantai ini.
Pembuatan Peta Wilayah Potensial Budidaya Rumput Laut Pembuatan peta wilayah potensial budidaya rumput laut dengan
menggunakan software ArcGIS 10.1 dengan cara meng-overlay peta-peta yang
sudah dibuat yaitu peta sebaran suhu, peta muatan padatan tersuspensi, peta arus,
peta salinitas, serta peta oksigen terlarut dengan peta sebaran rumput laut yang
didapatkan dari plotting di lapangan langsung. Hasil dari peta dan data tersebut disesuaikan dengan kesesuaian dari syarat
tumbuh rumput laut, dimana syarat tumbuh rumput laut adalah sebagai berikut :
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Tabel 1. Kriteria kesesuaian budidaya rumput laut untuk jenis Eucheuma
Sumber: (Ratnasari, dkk, 2014)
Penentuan kesesuaian lokasi budidaya rumput laut dilakukan dengan
menentukan kesesuaiannya berdasarkan kriteria nilai parameter yang telah
terdapat di SNI (2010) dan Sulma et al. (2005). Data pada tabel diatas akan
digunakan untuk menganalisis data-data dari karakteristik fisik yang telah
dikumpulkan dan diolah seperti pada penjelasan sebelumnya.
Analisis yang digunakan adalah metode analisis spasial dengan data dasar
berupa peta-peta serta data statistik hasil pengolahan data. Analisisnya
menggunakan analisis overlay dengan menggabungkan peta-peta serta data
statistik dari karakteristik fisik karang untuk mendapatkan informasi spasial baru
berupa wilayah potensial budidaya rumput laut. Analisis ini juga bersifat
deskriptif yaitu penggambaran dari data-data karakteristik fisik karang yang
menjadi variabel-variabel dalam penelitian. Analisis ini digunakan untuk
menganalisis dan mendeskripsikan hasil pengolahan data untuk menentukan
wilayah yang memiliki potensi budidaya rumput laut.
Hasil dan Pembahasan
Sebaran dan Keanekaragaman Rumput Laut di Pantai Ujunggenteng.
Pantai Ujunggenteng adalah salah satu wilayah di Indonesia yang terkenal
memiliki produksi rumput laut yang banyak. Di pantai yang terletak di selatan
Jawa dan menghadap Samudra Hindia ini rumput laut tersebar hampir di seluruh
tiga karang besar yang ada di pantai ini. Sebarannya hampir tersebar merata
diseluruh karang yang merupakan substrat bagi tempat hidup rumput laut. Hal ini
No Parameter Sesuai (S1) Cukup Sesuai S2)
Tidak Sesuai (S3)
1 Suhu Permukaan Laut (oC) 26 -‐ 32 20 -‐ 26 < 20 & >32
2 Muatan Padatan Tersuspensi (mg/l) < 20 20 -‐ 80 > 80
3 Arus (m/s) 0,2 -‐ 0,4 0,1 -‐ 0,2
< 0,1 & > 0,4
4 Salinitas (ppt) 28 -‐ 32 32 -‐ 35 < 28 & >35
5 Oksigen terlarut (mg/l) 3 -‐ 8 1 -‐ 3 < 1
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
dikarenakan karang dan kondisi fisik di Pantai Ujunggenteng ini sesuai dengan
syarat tumbuh bagi rumput laut.
Keanekaragaman rumput laut di pantai ini juga cukup beragam, ada
banyak jenis rumput laut yang tersedia antara lain Eucheuma cottonii, sargassum,
rambu kasang, agar merah, dan agar hijau yang termasuk ke dalam jenis
Gracilliria, kades (Gelidium), dll. Jenis yang paling banyak ditemukan dan yang
paling banyak dikumpulkan adalah jenis sargassum yang bermanfaat untuk obat-
obatan, sedangkan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi adalah jenis
Eucheuma.
Bila melihat sebaran rumput laut berdasarkan jenisnya, maka secara umum
sebaran rumput laut di Pantai Ujunggenteng ini dapat dideliniasikan ke dalam 3
wilayah, yaitu wilayah yang paling dekat dengan pantai dimana rumput laut yang
dominan adalah jenis Gracillaria, wilayah di tengah karang dengan rumput laut
yang dominan adalah gelidium, serta wilayah yang terjauh yang dekat dengan
tubir karang dominannya adalah jenis Sargassum. Hasil sebaran rumput laut di
lapangan ini menunjukan bahwa jenis Eucheuma masih jarang ditemukan di
pantai ini meskipun memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi.
Gambar 2. Peta sebaran rumput laut berdasarkan jenis rumput laut
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Karakteristik Pantai Ujunggenteng. Karakteristik Pantai Ujunggenteng secara
umum cocok untuk pertumbuhan rumput laut. Kondisi fisik yang juga menjadi
variabel dalam penelitian ini adalah suhu permukaan laut, muatan padatan
tersuspensi, salinitas, oksigen terlarut, serta kecepatan arus.
Suhu Permukaan Laut.
Berdasarkan data hasil pengolahan citra landsat 8 pada bulan Agustus dan
November dapat dilihat bahwa di perairan pantai suhu permukaan laut termasuk
ke dalam wilayah yang sesuai untuk budidaya rumput laut pada bulan November
2015 yaitu pada kisaran 26-32 oC, sedangkan pada bulan Agustus 2015 masuk ke
dalam kategori cukup sesuai yaitu pada kisaran 20-26 oC berdasarkan kategori
SNI (2010).
Pada bulan November suhu permukaan laut terlihat lebih hangat
dibandingkan dengan suhu permukaan laut pada bulan Agustus, hal itu
disebabkan karna pada bulan November merupakan musim hujan dimana terjadi
angin musim barat yang membawa suhu lebih hangat dibandingkan dengan angin
musim timur yang terjadi pada musim kemarau di bulan Agustus 2015.
Gambar 3. Suhu Permukaan Laut bulan Agustus dan November 2015
Selain data dari pengolahan citra landsat, dilakukan juga validasi
dilapangan untuk mengukur suhu permukaan laut di Pantai Ujunggenteng. Survey
lapangan ini mengambil 15 titik sampel di perairan sekitar Pantai Ujunggenteng.
Hasil menunjukan rata-rata suhu berkisar antara 30-33 oC, dimana menurut
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
kategori SNI masih masuk ke dalam wilayah yang sesuai untuk budidaya rumput
laut.
Gambar 5.3 Grafik nilai suhu permukaan laut di perairan sekitar pantai Ujunggenteng.
Muatan Padatan Tersuspensi.
Berdasarkan data pengolahan citra landsat pada bulan Juni 2015, perairan
di sekitar Pantai Ujunggenteng memiliki nilai muatan padatan tersuspensi yang
beragam yang kemudian diklasifikasikan menjadi 3 kelas sesuai dengan nilai
kesesuaian untuk budidaya rumput laut. Hasil pengolahan data tersebut
menunjukan bahwa di wilayah karang nilai yang dominan adalah 20 – 80 mg/l.
Nilai ini masuk ke dalam kategori cukup sesuai untuk melakukan pembudidayaan
rumput laut, sedangkan nilai yang sesuai yaitu < 20 mg/l ada di wilayah laut lepas.
Hal ini disebabkan karena memang padatan akan berada lebih banyak di atas
karang, padatan-padatan tersebut dapat berupa pasir dan lumpur yang termasuk
kategori abiotik, serta banyak pula bakteri ataupun phytoplankton yang
merupakan komponen biotik yang berada di karang dibandingkan dengan yang
berada di laut lepas.
Gambar 3. Peta muatan padatan tersuspensi di sekitar perairan Pantai Ujunggenteng
28 29 30 31 32 33 34
1 3 5 7 9 11 13 15
Nilai Suhu
Permukaan laut (0C)
Ti6k Sampel
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Kecepatan dan Arah Arus.
Berdasarkan data penginderaan jauh yang didapatkan dari web
earth.nullschool.net, kecepatan arus di Pantai Ujunggenteng selama tahun 2015
berkisar antara 0,1 sampai dengan 0,3 m/s. Arus menjadi faktor yang cukup
penting dalam pembudidayaan rumput laut karena kecepatan arus yang tidak
sesuai dapat merusak rumput laut dan mengganggu pertumbuhan rumput laut.
Selama pengamatan di setiap bulan di tahun 2015, kecepatan arus terendah adalah
0,08 m/s yang terjadi di bulan Juli dan kecepatan tertinggi yaitu 0,36 m/s yang
terjadi pada bulan Oktober. Secara umum, rata-rata kecepatan arus di perairan
Pantai Ujunggenteng yaitu 0,2 m/s dimana menurut klasifikasi SNI terhadap
kesesuaian budidaya rumput laut, nilai kecepatan arus tersebut adalah sesuai.
Tabel 2. Data arah dan kecepatan arus di perairan Pantai Ujunggenteng Tahun 2015.
Salinitas
Berdasarkan SNI, nilai salinitas yang sesuai dalam pembudidayaan rumput
laut adalah 28 – 32 ppt, cukup sesuai dengan nilai 32-35 ppt, dan tidak sesuai bila
nilainya < 28 atau > 35. Berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan di
No Bulan Arah Kecepatan
(m/s)
1 Januari Barat Daya 0,30
2 Februari Barat Daya 0,20
3 Maret Tenggara 0,24
4 April Selatan 0,30
5 Mei Tenggara 0,16
6 Juni Barat Daya 0,15
7 Juli Tenggara 0,08
8 Agustus Tenggara 0,10
9 September Tenggara 0,10
10 Oktober Tenggara 0,36
11 November Timur 0,22
12 Desember Barat Daya 0,22
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
perairan sekitar Pantai Ujunggenteng, hasil survey menunjukan nilai salinitas di
pantai tersebut berkisar antara 29 – 31 ppt dengan rata-rata nilai salinitas yaitu
29,67 ppt. Kisaran nilai tersebut masuk ke dalam kategori yang sesuai untuk
melakukan pembudidayaan rumput laut. Kisaran nilai tersebut masih normal
karena memang rata-rata air laut memiliki kisaran nilai salinitas sebesar 30-35
ppt.
Gambar 4. Grafik Nilai Salinitas di Pantai Ujunggenteng
Oksigen Terlarut.
Berdasarkan survey lapang yang dilakukan, nilai rata-rata DO di perairan
sekitar Pantai ujunggenteng adalah 6.70 dimana nilai terendah adalah 4,2 mg/l di
titik ke tujuh dan nilai terbesar adalah 7,2 mg/l. Nilai-nilai tersebut merupakan
nilai yang masuk kedalam kategori sesuai berdasarkan SNI, yaitu nilainya adalah
3 – 8 mg/l. Gambar 5 menunjukan wilayah karang di Pantai Ujunggenteng
dengan nilai oksigen terlarut yaitu berkisar 4-7 mg/l. Sama sepert nilai salinitas,
nilai oksigen terlarut ini juga didapatkan melalui survey lapangan pada 15 titik
yang diambil secara acak.
Gambar 5.7. Nilai Oksigen Terlarut di Pantai Ujunggenteng
28 28.5 29
29.5 30
30.5 31
31.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Salinitas (PPT)
Ti6k ke-‐
0
5
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
DO (mg/l)
Ti6k ke-‐
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Wilayah Potensial Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Pantai
Ujunggenteng. Berdasarkan pada kondisi fisik serta sebaran rumput laut yang
telah dibahas, maka dapat ditentukan wilayah potensial pengembangan budidaya
rumput laut jenis Euceuma. Wilayah potensial ini merupakan wilayah memiliki
potensi untuk dilakukan pengembangan budidaya rumput laut yang di dapat
melalui analisis keadaan kondisi fisik pantai dengan melihat suhu, muatan padatan
tersuspensi, arus laut, salinitas, serta oksigen terlarut yang kemudian di cocokan
dengan keadaan dari sebaran rumput laut.
Gambar 5.8. Wilayah Potensial Pengembangan Budidaya Rumput Laut Jenis Eucheuma
Wilayah yang termasuk ke dalam karang adalah wilayah yang potensial
untuk dijadikan wilayah budidaya rumput laut, begitu pula pada wilayah teluk
yang berada diantara karang yang berada di selatan dengan karang yang berada di
tengah, masih termasuk ke dalam wilayah yang potensial. Wilayah lain yang
termasuk ke dalam wilaya potensial yaitu wilayah di dekat bibir pantai di sebelah
timur pantai. Wilayah yang berbatasan langsung dengan bibir pantai hingga pada
jarak 200 meter kea rah laut lepas masih termasuk ke dalam wilayah potensial.
Wilayah yang termasuk ke dalam wilayah yang cukup potensial adalah wilayah
yang berjarak sekitar 300-700 meter dari bibir pantai sampa dengan jarak sekitar
800 meter. Hal ini menunjukan bahwa pengembangan budidaya rumput laut akan
berpotensial sampai pada jarak 800 meter, sedangkan wilayah yang tidak potensial
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
berada 800 meter dari bibir pantai sampai dengan laut lepas. Hal ini memang
sesuai dengan kondisi fisik dari Pantai Ujunggenteng yang berdasarkan hasil
pengamatan melalui survey lapang dan pengamatan melalui data penginderaan
jauh pun memberikan data berupa hasil yang sesuai untuk wilayah yang
berpotensi dijadikan wilayah budidaya rumput laut di perairan sekitar karang
Pantai Ujunggenteng . Berdasarkan hasil penelitian dari kondisi fisik di perairan
sekitar karang Pantai Ujunggenteng, hampir semua variabel kondisi fisik pantai
menunjukan hasil yang masuk ke dalam kategori sesuai. Keberadaan karang serta
adanya teluk juga menjadi faktor penentu dalam menentukan wilayah potensial.
Karang dan teluk menjadi penghalang ombak sehingga memberikan
keterlindungan bagi rumput laut terhadap arus.
Kesimpulan.
Sebaran rumput laut hampir ada di seluruh karang di Pantai Ujunggenteng.
Sebarannya hampir merata dari karang pertama yang berada di selatan pantai
sampai dengan karang ketiga yang berada di timur pantai, yang membedakan
hanya keanekaragamannya dimana di karang pertama keanekaragaman rumput
lautnya lebih beragam. Kondisi fisik yang berupa suhu permukaan laut, muatan
padatan tersuspensi, kecepatan dan arah arus, salintas, serta oksigen terlarut yang
ada di pantai ini semuanya masuk ke dalam kategori yang sesuai ataupun cukup
sesuai pada bibir pantai sampai dengan jarak 500-1.000 meter, sedangkan pada
jarak lebih dari 1.000 meter masuk ke dalam wilayah yang tidak sesuai. Wilayah
yang termasuk kedalam wilayah potensial dan cukup potensial adalah wilayah
karang dan wilayah teluk pantai ini. Selain wilayah karang dan teluk wilayah yang
potensial adalah wilayah di timur pantai dengan jarak mencapai 200 meter dari
bibir pantai. Wilayah yang cukup potensial yaitu berjarak sekitar 300-700 meter
dari bibir pantai sampa dengan jarak sekitar 800 meter. Hal ini menunjukan bahwa
pengembangan budidaya rumput laut akan berpotensial sampai pada jarak 800
meter, sedangkan wilayah yang tidak potensial berada 800 meter dari bibir pantai
sampai dengan laut lepas.
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Daftar Pustaka
Ambas, I. (2006). Budidaya Rumput Laut. Pelatihan Budidaya Laut (Oremap Fase
II Kab. Selayar). Makassar: Yayasan Mattirotasi.
Anggadiredja, J, T., (2006). Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Anggraini, O. (2006). Kajian Restropektif Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir. Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik
10(1).Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada.
Ardiansyah. (2015). Pengolahan Citra Penginderaan Jauh Menggunakan ENVI
5.1 dan ENVI LiDAR. Jakarta : P.T. Labsig Inderaja ISLIM.
Atmadja, W.S. (2012).Apa Rumput Laut itu sebenarnya?, diunduh melalui
http://www.coremap.or.id/print/article.php?id=264 (diakses pada
18/02/2016, pukul 00:43 wib)
Bank Bumi Daya. (1991). Rumput Laut di Indonesia. Jakarta: BBD;Urusan
Perencanaan & Pengembangan
Dahuri, R. (2003). Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Effendi I. (2009). Pengantar akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hasriyanti. (2014). Pemetaan Wilayah Produksi Rumput Laut di Kecamatan
Tamalatea, Kabupaten Jeneponto. Makassar: Universtas Negeri Makassar.
Kadi, A dan S. Atmadja. (1988). Rumput Laut (Algae) Jenis, Reproduksi,
Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Proyek Studi Potensi Sumber Daya
Alam Indonesia. Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI.
Kalaka, Sri Rahayu .(2014) .PENGEMBANGAN PRODUK PERMEN SOBA
DENGAN PENAMBAHAN RUMPUT LAUT Eucheuma
cottonii. Unspecified thesis, Universitas Negeri Gorontalo.
Kusumawardhani, A.D. (2008). Wilayah Intensitas Budidaya Rumput Laut di
Pantai Karst Kabupaten Gunung Kidul. Jakarta:Universitas Indonesia.
Lillesand.T.M and R.W.Kiefer. (1979). Remote Sensing and Image Interpretation.
John Willey and sons. New York
Nordstrom, DK. (2000). Negative pH and extremely acidic mine waters from Iron
Mountain California. Journal Environ Sci Technol,34, 254-258.
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016
Ratnasari, Arlina. Nirmala, Kukuh. Budhiman, Syarif. Emiyati. Hasyim, Bidawi.
(2014). Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
Geografis Untuk Penentuan Lokasi Budidaya Rumput Laut di Peraran
Teluk Gerupuk, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
Standar Nasional Indonesia [SNI]. (2010). Produksi rumput laut kotoni
(Eucheuma cottoni) – Bagian 2: Metode Long-line. Badan Standarisasi
Nasional. SNI: 7579.2:2010.
Sulma S, Hasyim B, Susanto A, Budiono A. (2005). Pemanfaatan data
penginderaan
jauh untuk pengembangan budidaya laut. Pusat Pengembangan
Pemanfaatan
dan Teknologi PenginderaanJauh. Kedeputian Bidang Penginderaan Jauh.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional.
Sutanto. (1986). Penginderaan Jauh I. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Tuhumury RAN. (2011). Studi parameter oseanografi fisika dan kimia untuk
kesesuaian budidaya rumput laut di perairan Teluk Youtefa Kota Jayapura.
SAINS 11(2): 69-77.
Wahyudin, Yudi. (2011). Karakteristik Sumber Daya Pesisir dan Laut Kawasan
Teluk Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Bogor:PKSPL-
IPB.
Wibowo, Lukas dan Fitriyani, Evi. (2012). Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma
Cottoni) Menjadi Serbuk Minuman Instan. Pontianak:Politeknik Negeri
Pontianak.
Yudhi. (2009). Khasiat dan Manfaat Rumput Laut. Jakarta
Zada, Almira. (2009). Pengaru Diet Rumput Laut Eucheuma sp. Teradap Jumlah
Eritrosit Tikus Wistar Dengan Diabetes Aloksan. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Wilayah Potensial ..., Ahmad Rayhan Kamil, FMIPA UI, 2016