Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut...

113
KONSULTAN PERIKANAN BUDIDAYA, PENANGANAN PASCA PANEN & PENGOLAHAN FUAD ANDHIKA RAHMAN, S.Pi, M.Sc Riwayat Pendidikan 1. SDN 8 Mataram (1988 - 1994) 2. SMPN 1 Mataram (1994 1997) 3. SMAN 1 Mataram (1997 2000) 4. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (2000 2005) 5. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (2007 2009) Riwayat Magang dan Pelatihan 1. Magang Pembenihan Kerapu Tikus : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Agustus 2001) 2. Magang Pengalengan Ikan : PT Blambangan Muncar Banyuwangi (Februari Maret 2002) 3. Magang Pembenihan Udang Windu : Balai Budidaya Air Payau Jepara (Juli Agustus 2002) 4. Magang Pembenihan Udang Galah : Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (15 Juli 04 Agustus 2003) 5. International Symposium On Ecology And Health Safety Aspects Of Genetically Modified Agricultural Products (Brawijaya University, Malang 20 May 2002) 6. Pelatihan Pengukuran Kualitas Air (Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya 11 12 Mei 2002) 7. Pelatihan Best Management Practices Budidaya Udang Vanamei (BBAP Situbondo, 4 9 Juni 2007) Riwayat Organisasi 1. Presiden Junior Achievement International (JAI) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 2004 2. KaDiv Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 - 2004 3. Ketua Forum Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat Perikanan (FPMMP) Periode 2004 2005 4. Koordinator Asisten Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2004 - 2005 Riwayat Publikasi dan Karya Tulis 1. Gynogenesis, Menciptakan Koi Seperti Indukan (Tabloid IndoFish Edisi 15/Oktober 2004) 2. Mengantisipasi Saat Virus Mewabah (Tabloid IndoFish Edisi18/Januari 2005) 3. Skripsi : Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Yang Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Menggunakan Metode Rakit Apung (2005) 4. Tesis : Perancangan Klaster Aquabisnis Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Lombok Timur (2009) Head Office : Perumahan Puncang Hijau Blok R-06 Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat NTB Telp. (0370) 634234 – HP. 08175774979 Email : [email protected] Instansi : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB – Jl. Udayana No. 3 Mataram

description

KONSULTAN PERIKANAN BUDIDAYA, PENANGANAN PASCA PANEN & PENGOLAHANFUAD ANDHIKA RAHMAN, S.Pi, M.ScRiwayat Pendidikan 1. SDN 8 Mataram (1988 - 1994) 2. SMPN 1 Mataram (1994 – 1997) 3. SMAN 1 Mataram (1997 – 2000) 4. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (2000 – 2005) 5. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (2007 – 2009) Riwayat Magang dan Pelatihan 1. Magang Pembenihan Kerapu Tikus : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Agustus 2001) 2. Magang Pengalengan Ikan : PT Blambangan

Transcript of Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut...

Page 1: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

KONSULTAN PERIKANAN

BUDIDAYA, PENANGANAN PASCA PANEN & PENGOLAHAN

FUAD ANDHIKA RAHMAN, S.Pi, M.Sc

Riwayat Pendidikan

1. SDN 8 Mataram (1988 - 1994)

2. SMPN 1 Mataram (1994 – 1997)

3. SMAN 1 Mataram (1997 – 2000)

4. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (2000 – 2005)

5. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (2007 – 2009)

Riwayat Magang dan Pelatihan

1. Magang Pembenihan Kerapu Tikus : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Agustus 2001)

2. Magang Pengalengan Ikan : PT Blambangan Muncar Banyuwangi (Februari – Maret 2002)

3. Magang Pembenihan Udang Windu : Balai Budidaya Air Payau Jepara (Juli – Agustus 2002)

4. Magang Pembenihan Udang Galah : Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (15 Juli – 04 Agustus 2003)

5. International Symposium On Ecology And Health Safety Aspects Of Genetically Modified Agricultural Products (Brawijaya University,

Malang 20 May 2002)

6. Pelatihan Pengukuran Kualitas Air (Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya 11 – 12 Mei 2002)

7. Pelatihan Best Management Practices Budidaya Udang Vanamei (BBAP Situbondo, 4 – 9 Juni 2007)

Riwayat Organisasi

1. Presiden Junior Achievement International (JAI) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 – 2004

2. KaDiv Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 - 2004

3. Ketua Forum Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat Perikanan (FPMMP) Periode 2004 – 2005

4. Koordinator Asisten Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2004 - 2005

Riwayat Publikasi dan Karya Tulis

1. Gynogenesis, Menciptakan Koi Seperti Indukan (Tabloid IndoFish Edisi 15/Oktober 2004)

2. Mengantisipasi Saat Virus Mewabah (Tabloid IndoFish Edisi18/Januari 2005)

3. Skripsi : Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Yang Berbeda Terhadap Laju

Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Menggunakan Metode Rakit Apung (2005)

4. Tesis : Perancangan Klaster Aquabisnis Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Lombok Timur (2009)

Head Office : Perumahan Puncang Hijau Blok R-06 Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat NTB

Telp. (0370) 634234 – HP. 08175774979

Email : [email protected]

Instansi : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB – Jl. Udayana No. 3 Mataram

Page 2: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) AGROGIBB YANG BERBEDA

TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT ( Eucheuma cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAKIT

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN BUDIDAYA PERAIRAN

OLEH : FUAD ANDHIKA RAHMAN

0001080237 – 085

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERIKANAN

MALANG 2004

Page 3: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN AGROGIBB YANG BERBEDA TERHADAP LAJU

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT ( Eucheuma cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAKIT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang

OLEH : FUAD ANDHIKA RAHMAN

0001080237 – 085

MENGETAHUI, MENYETUJUI, KETUA JURUSAN MSP DOSEN PEMBIMBING I Ir. ABDUL QOID, MS Ir. MAHENO SRI WIDODO, MS Tanggal : Tanggal : DOSEN PEMBIMBING II Ir. M. RASYID FADHOLI, MS Tanggal :

Page 4: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan perikanan di Indonesia pada masa mendatang lebih difokuskan

pada bidang budidaya dimana tujuan utamanya adalah peningkatan produksi guna

pemenuhan kebutuhan protein masyarakat serta peningkatan devisa negara. Titik berat

budidaya perikanan terletak pada pemanfaatan perairan laut secara maksimal melalui

intensifikasi dan ekstensifikasi lahan budidaya serta diversifikasi komoditas yang

dihasilkan, terutama komoditas berorientasi ekspor seperti rumput laut (Sediadi et.al.,

2000).

Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memberi

peluang kepada Pemerintah Tingkat Propinsi untuk lebih mengoptimalkan potensi

sumberdaya wilayah pesisir dan wilayah laut sepanjang 12 mil yang diukur dari garis

pantai (Trisakti et.al., 2003).

Salah satu usaha untuk memanfaatkan lahan perairan adalah dengan melakukan

pembudidayaan rumput laut, yang merupakan komoditi perairan non ikan yang terbukti

mampu memberikan kesejahteraan terhadap petani dan nelayan. Rumput laut dinilai

ekonomis karena bahan yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan untuk

berbagai kegiatan industri seperti kosmetik, makanan, minuman, cat, tekstil dan lain-

lain. Selain itu rumput laut juga merupakan komoditi yang teknologi produksinya

relatif murah dan sederhana, memiliki daya serap pasar yang tinggi serta mudah dalam

pelaksanaan pasca panen (Meiyana et.al., 2001).

Sampai saat ini rumput laut yang bisa tumbuh di perairan Indonesia tercatat

kurang lebih 555 jenis. Dari seluruh jenis hasil ekspedisi tersebut hanya 55 jenis yang

Page 5: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

2

telah digunakan secara tradisional sebagai pangan, obat dan keperluan lain. Penelitian

lebih lanjut menunjukkan bahwa diantara 55 jenis tersebut hanya beberapa jenis tertentu

yang sampai sekarang mempunyai nilai ekonomis penting, yakni jenis-jenis yang

termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae atau alga merah. Tiga marga penting dari alga

tersebut yaitu Eucheuma, Gracillaria dan Gelidium, sejak lama menjadi komoditi ekspor

Indonesia (Mubarak, 1990).

Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 1990 tercatat

sebesar 10.779 ton dengan nilai (FOB) US $ 7,16 juta dan terus meningkat hingga

mencapai 28.104 ton pada tahun 1995 dengan nilai (FOB) US $ 21,30 juta. Jumlah

ekspor ini turun pada periode tahun 1996-1998 dengan laju penurunan mencapai 50%

(Anonymous, 2004). Volume ekspor rumput laut kering Indonesia sendiri pada akhir

tahun 2000 hanya mencapai 2.648,71 ton/tahun (Djazuli 2002).

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan volume ekspor

tersebut adalah produksi rumput laut yang sering mengalami kegagalan terutama yang

disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai aspek-aspek teknis seperti pemilihan

lokasi, metode budidaya, manajemen produksi, pemilihan dan pengadaan bibit, musim

serta tata letak (Sunaryat et.al., 2001).

Atas dasar permasalahan tersebut maka perlu dilakukan adanya perbaikan

berkaitan dengan metode budidaya rumput laut. Salah satunya adalah dengan

memaksimalkan laju pertumbuhan rumput laut sehingga nantinya diharapkan dapat

mempercepat saat panen. Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

meningkatkan laju pertumbuhan rumput laut Euheuma cottonii yaitu melalui

penggunaan umur bibit yang sesuai serta pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan

frekuensi yang tepat.

Page 6: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

3

1.2 Perumusan Masalah

Reproduksi secara stek (vegetatif) sering disebut pula reproduksi secara

fragmentasi. Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih

produktif untuk dilakukan (Aslan, 1998). Umur bibit sendiri merupakan salah satu faktor

internal yang mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut (Mubarak, 1990).

Kriteria bibit rumput laut yang baik menurut Sunaryat (2001) antara lain :

1. Bercabang banyak dan rimbun

2. Tidak terdapat bercak merah dan tidak terkelupas

3. Warna cerah (spesifik)

4. Umur antara 25-35 hari

Agrogibb pada dasarnya merupakan zat pengatur tumbuh yang mengandung

hormon tumbuh berupa giberellin (GA3). Giberellin sudah lama dipergunakan untuk

meningkatkan produksi tanaman budidaya, seperti pengendalian pembungaan serta

penggalakan pertumbuhan dan produktivitas (Gardner, 1991). Giberellin juga diketahui

mempengaruhi panjang batang sehingga mendorong pertumbuhan tanaman (Heddy,

1983).

Penggunaan Agrogibb dengan dosis 0,0549 ml/l ternyata mampu memberikan

laju pertumbuhan yang maksimal pada budidaya rumput laut Eucheuma cottonii

(Saputra, 2004). Dilanjutkan oleh Iswahyudi (2004), dengan lama perendaman Agrogibb

selama 2,5 jam juga memberikan laju pertumbuhan yang serupa.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya penelitian tentang

pengaruh penggunaan umur bibit dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh

(ZPT) Agrogibb yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cotonii

dengan menggunakan metode rakit.

Page 7: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan umur bibit

dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Agrogibb yang berbeda

terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii, serta mengetahui kombinasi

keduanya yang memberikan laju pertumbuhan maksimal.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pihak-pihak

yang memerlukannya sebagai upaya untuk meningkatkan produksi rumput laut

Eucheuma cottonii.

1.5 Hipotesis

H0 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb

yang berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut

Eucheuma cottonii.

H1 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb

yang berbeda berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma

cottonii.

1.6 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Pantai Serewe, Kecamatan Keruak, Kabupaten

Lombok Timur NTB pada bulan Januari sampai Maret 2005.

Page 8: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

5

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut (Eucheuma cottonii)

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi

Menurut Meiyana et.al. (2001), taksonomi dari Eucheuma cottonii dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Sub Kelas : Florideophycidae

Ordo : Gigartinales

Family : Soliericeae

Genus : Eucheuma

Species : Eucheuma cottonii Lin

Rumput laut (seaweed) termasuk salah satu anggota alga yang merupakan

tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni,

hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau

berpasir dan berlumpur, daerah pasang surut, jernih dan biasanya menempel pada karang

mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah

atau buatan (artificial). Alga mempunyai bentuk bermacam-macam seperti benang atau

tumbuhan tinggi. Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung

makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sendiri sangat tergantung pada intensitas

sinar matahari untuk melakukan proses respirasi maupun fotosintesis (Sediadi, 2000).

Dari segi morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan

antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi

Page 9: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

6

yang mirip walaupun sebenarnya disebabkan karena thallus yang mempunyai beragam

bentuk, diantaranya bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut

dan sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun uniselluler (satu sel) atau multiselluler

(banyak sel), percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus),

pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada

sepanjang thallus utama secara berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat

melingkari sumbu utama) dan ada juga yang bentuknya sederhana dan tidak bercabang.

Sifat substansi thallus juga beraneka ragam yaitu ada yang lunak seperti gelatin

(gelatinous), koraks mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan

(cartilagenous), berserabut (spongius) dan sebagainya (Aslan, 1998).

Menurut Hidayat (2000) dalam Meiyana et.al. (2001), rumput laut jenis

Eucheuma sp tergolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Ciri-ciri umum antara

lain : terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) dan duri (spines), thalus berbentuk silindris

atau pipih, bercabang-cabang tidak teratur, berwarna hijau kemerahan bila hidup dan

bila kering berwarna kuning kecoklatan.

Menurut Sulistyo (1987), rumput laut terbagi atas empat kelas yaitu :

1. Chlorophyceae

Umumnya berwarna hijau karena sel-selnya mengandung khlorofil a dan b serta

sedikit karoten. Tumbuh di daerah pasang surut yang sering mengalami kekeringan,

daerah dangkal dengan penetrasi cahaya matahari tinggi hingga ke dasar.

2. Phaeophyceae

Tumbuhan berwarna kuning kecoklatan karena sel-selnya banyak mengandung

klorofil a dan c. Tumbuh pada daerah pasang surut yang lebih dalam dari daerah

tumbuh Chlorophyceae.

Page 10: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

7

3. Rhodophyceae

Berwarna merah, coklat, nila, hijau. Sel-selnya banyak mengandung fikoeritrin.

4. Cyanophyceae

Umumnya berwarna ungu. Sel-selnya terdiri dari pigmen fikosianin. Mudah tumbuh

pada daerah yang lembab.

2.1.2 Ekologi dan Daerah Penyebaran

Umumnya rumput laut banyak dijumpai di daerah yang mempunyai perairan

agak dangkal (ketinggian air pada surut terendah ± 60 cm). Kondisi dasar perairan yang

sangat disukai rumput laut adalah berpasir, berlumpur atau campuran antara pasir dan

lumpur. Banyak pula rumput laut yang dapat tumbuh dengan cara menempel pada batu

karang yang telah mati, kerang maupun benda-benda yang mengandung kapur. Kondisi

perairan yang cocok bagi pertumbuhan rumput laut adalah perairan yang jernih dengan

ombak dan arus yang tidak terlalu besar (Afrianto dan Liviawaty, 1993).

Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai habitat yang khas, yaitu daerah yang

memperoleh aliran air laut yang tetap dan mempunyai variasi suhu harian yang kecil.

Alga jenis ini tumbuh mengelompok dengan beberapa jenis rumput laut lainnya.

Pengelompokan ini tampaknya sangat penting dan saling menguntungkan, diantaranya

dalam hal penyebaran spora (Aslan, 1991).

Rumput laut jenis Eucheuma cottonii Lin berasal dari perairan Sabah (Malaysia)

dan Kepulauan Sulu (Filipina). Kemudian dikembangkan ke berbagai negara sebagai

tanaman budidaya. Penyebarannya hampir merata di seluruh Indonesia khususnya di

daerah Lampung, Maluku, dan Selat Alas Sumba (Meiyana, 2001). Untuk lebih jelasnya

mengenai daerah-daerah penyebaran rumput laut kelas Rhodophyceae di Indonesia

tertera pada tabel 1 berikut.

Page 11: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

8

Tabel 1. Daerah Penyebaran Rumput Laut Kelas Rhodophyceae di Indonesia (Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya, 2001).

Jenis Lokasi

Acanthophora sp. Kep. Kangean, Lombok, Sumatera Utara, Kep. Seribu, Dobo, Bawean.

Corallopsis minor Bali Eucheuma cottonii Bali, Maluku, Sulawesi Tengah, Selat Alas, Sumba Eucheuma edule Kep. Seribu, Jawa Tengah, Bali, Madura, Sumatera

Utara, Riau, Sulawesi, Maluku, Lombok, P. Komodo Eucheuma muricatum Seram, P. Komodo, Bali, Sulawesi, Kep. Seribu Eucheuma spinosum Sumatera Utara, Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi

Tengah, Kep. Seribu, Maluku, Jawa Tengah, Bali, NTT, NTB

Eucheuma striatum Kep. Seribu Gelidiopsis rigida Lingga Gelidium sp. Jawa, Ambon, Riau, Sumatera Utara, Bali, NTB, NTT Gracillaria coronopifolia Sumatera Utara, Jawa Tengah Gracillaria lichenoides Bangka, Maluku, NTB Gracillaria sp. Pantai Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Sulawesi, Kep. Seribu, Kep. Tukang Besi, Bali, NTT Gracillaria taenoides Bangka Gymnogongrus javanicus Bangka Hypnea cerviorni Riau, Jawa Tengah, NTT, Maluku, Bali Hypnea sp. Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, NTT, NTB Sarcodia montegneana Lombok

2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput Laut

Menurut Anonymous dalam http://www.lablink.co.id (2004) dinyatakan bahwa

pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran sel atau organisme yang berlangsung

secara kuantitatif atau terukur. Sementara perkembangan (diferensiasi) adalah proses

menuju kedewasaan pada organisme, merupakan perubahan dari keadaan sejumlah sel

membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Terdapat

dua macam pertumbuhan yaitu :

1. Pertumbuhan primer

Merupakan hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung

pada embrio, bagian ujung-ujung tumbuhan seperti akar dan batang. Daerah

Page 12: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

9

pertumbuhan pada akar dan batang dibedakan menjadi 3 (tiga) yakni daerah

pembelahan, daerah pemanjangan dan daerah diferensiasi.

2. Pertumbuhan sekunder

Merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium

gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil, gymnospermae dan

menyebabkan membesarnya ukuran (diameter) tumbuhan.

Pertumbuhan rumput laut terjadi karena rumput laut melakukan proses respirasi

dan fotosintesis. Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan antara lain jenis, bagian thallus dan umur, sedangkan faktor eksternal yang

berpengaruh antara lain keadaan lingkungan fisika dan kimia yang dapat berubah

menurut ruang dan waktu, penanganan bibit, perawatan tanaman dan metode budidaya.

Laju pertumbuhan yang dianggap menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat

per hari (Mubarak, 1990).

2.1.4 Reproduksi Rumput Laut

Meiyana et.al., (2001) menjelaskan, reproduksi pada rumput laut dapat terjadi

melalui dua cara yaitu :

1. Reproduksi Generatif

Rumput laut dapat berkembangbiak secara generatif atau kawin. Pada peristiwa

perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid (2n) menghasilkan spora yang

haploid (n). Spora ini kemudian menjadi dua jenis rumput laut yaitu jantan dan betina

yang masing-masing bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak.

Selanjutnya rumput laut jantan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan

menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat akan

Page 13: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

10

menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zygot yang akan tumbuh

menjadi tanaman rumput laut.

2. Reproduksi Vegetatif

Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan,

setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut muda yang

mempunyai sifat seperti induknya, atau perkembangbiakannya bisa dilakukan dengan

cara stek dari cabang-cabang rumput laut dengan syarat potongan rumput laut tersebut

merupakan thallus muda, masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan

yang banyak, tidak tercampur lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari

penyakit.

Reproduksi secara stek (vegetatif) sering disebut pula reproduksi fragmentasi.

Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih produktif

untuk dilakukan (Aslan, 1998). Bibit yang umum dipergunakan pada metode stek adalah

yang masih muda (ujung tanaman) karena terdiri dari sel dan jaringan yang baik untuk

pertumbuhan yang optimal (Tim Penulis PS, 2001).

Dasar dari metode stek pada dasarnya identik dengan kultur jaringan pada

tanaman. Sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu kemampuan sel untuk tumbuh

dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium yang sesuai. Bagian

tanaman yang diambil (inokulum) dapat diambil dari jaringan tanaman dewasa yang

mengandung jaringan meristem (Kartha, 1975 dalam Nirmala, 2003).

2.1.5 Kandungan dan Manfaat

Rumput laut mengandung agar-agar, karaginan dan alginat. Agar-agar adalah

asam sulfanik yaitu ester dari galakto linier yang diperoleh dari ekstrak ganggang,

sedangkan karagenan adalah senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa

Page 14: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

11

dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosidik.

Setiap unit galaktosa mengikat gugusan sulfat. Berdasarkan strukturnya karagenan

dibagi menjadi tiga jenis yaitu Kappa, iota dan lamda karagenan. Kapa karagenan

tersusun dari (1 - >3) D-galaktosa-4 sulfat dan (1 - >4) 3,6 anhydro-D-galaktosa. Iota

karagenan mengandung 4-sulfat ester pada setiap residu D-galaktosa dan gugusan 2

sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhydro-D-galaktosa. Sedangkan lamda karagenan

memiliki sebuah residu disulphated (1-4) D-galaktosa (Akbar et.al., 2001). Rumput laut

juga mengandung beberapa mineral seperti yang tertera dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jenis dan Kandungan Mineral Pada Rumput Laut

Jenis Mineral Kandungan Dalam % Berat Kering Ganggang Merah Ganggang Coklat

Klor 1,5 – 3,5 9,8 – 15,0 Kalium 1,0 – 2,2 6,4 – 7,8

Magnesium 0,3 – 1,0 1,0 – 1,9 Belerang 0,5 – 1,8 0,7 – 2,1 Silikon 0,2 – 0,3 0,5 – 0,6 Fosfor 0,2 – 0,3 0,3 – 0,6

Kalsium 0,4 – 1,5 0,2 – 0,6 Besi 0,1 – 0,15 0,1 – 0,2

Iodium 0,1 – 0,15 0,1 – 0,8 Bron 0,005 0,03 – 0,14

Natrium 1,0 – 7,9 2,6 – 3,8 Suptijah (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa, pemberian nama karaginan

didasarkan atas persentase kandungan ester sulfatnya. Pada jenis Kappa mengandung

ester sulfat 25-30%, Iota 28-35% dan lambda 32 –39%. Karaginan juga mempunyai

sifat larut dalam air panas (70oC), air dingin, susu dan larutan gula sehingga sering

digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai minuman atau makanan.

Karaginan dapat membentuk gel dengan baik sehingga banyak digunakan sebagai

penggel dan thichemen.

Page 15: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

12

Soegiarto (1987) menjelaskan bahwa enzim di dalam sistem pencernaan manusia

secara umum kurang mampu untuk menguraikan karbohidrat yang ada. Sehingga

manfaat rumput laut yang sebenarnya adalah bukan sebagai bahan makanan manusia,

tetapi sebagai bahan tambahan industri makanan, obat-obatan dan kosmetik serta untuk

tambahan pakan ternak. Dilanjutkan oleh Sunarmi (1989), agar dan karaginan serta algin

banyak digunakan sebagai stabilisator dan pengental pada industri makanan, media

kultur pada mikrobiologi, pengemulsi pada industri kosmetik, farmasi dan kedokteran

serta bahan tambahan untuk industri kertas dan tekstil.

2.2 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Menurut Heddy (1983), faktor pertumbuhan merupakan bahan-bahan yang

dibutuhkan oleh sel tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup tetapi bahan-

bahan tersebut tidak diproduksi oleh sel itu sendiri, melainkan didatangkan dari luar sel.

Ditinjau dari asalnya, faktor pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Pengatur tumbuh (growth regulator) yaitu senyawa-senyawa yang datang dari

luar tumbuhan, biasanya berupa vitamin dan mineral

2. Hormon yaitu senyawa yang dihasilkan dalam tubuh tumbuhan, yang paling

utama berupa grup senyawa auxin, giberellin dan kinin.

Giberellin secara alamiah terdapat pada berbagai jaringan tumbuhan. Selain

terlibat dalam pertumbuhan batang, giberellin juga merupakan perangsang utama pada

pertumbuhan akar, tunas, kecambah dan bunga. Pemberian giberellin dalam dosis rendah

diketahui juga mampu merangsang pertumbuhan tanaman kerdil, dalam arti

menanggulangi sifat penurunan bawaan (Kimball, 1983).

Page 16: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

13

Giberellin sebagai hormon tumbuhan pada tanaman sangat berpengaruh terhadap

sifat genetic (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, pathenocarpy, mobilisasi

karbohidrat dan aspek fisiologi lainnya. Giberellin mempunyai peran dalam mendukung

perpanjangan sel, pembentukan enzym protease sehingga membebaskan tryptophan

sebagai bentuk awal auxin, menstimulasi sintesis ribonukleas, meningkatkan aktivitas

kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesis protein. Mekanisme

lain menjelaskan bahwa giberellin mendukung terbentuknya enzym α-amylase sehingga

meningkatkan kandungan gula melalui hidrolisa pati/amilum dan secara otomatis

meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, sel memiliki kecenderungan untuk

berkembang. Selain itu, gula yang dihasilkan dapat ditranslokasikan ke tunas/embrio

sebagai sumber energi pada tahap awal pertumbuhan (Anonymous dalam

http://www.google.com, 2004). Mekanisme giberellin dalam mendorong pertumbuhan

disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Mekanisme Giberellin Dalam Mendorong Pertumbuhan Pada Embrio Biji

(Sumber : http://www.google.com/Biology123/Chapter 35, 2004).

Menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2004), saat ini telah banyak ditemukan

senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan

hormon tanaman. Semua hormon tanaman sintetik atau senyawa sintetik yang

mempunyai sifat fisiologis dan biokimia yang serupa dengan hormon tanaman disebut

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Hormon tanaman dan ZPT pada umumnya mendorong

Page 17: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

14

terjadinya suatu pertumbuhan dan perkembangan. Perbedaan diantara senyawa hormon

tanaman dan ZPT antara lain sebagai berikut :

1. Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang

aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada

umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman dimana senyawa tersebut

menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.

2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-

sentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif

mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum

dan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan.

Gambar 2. Struktur Kimia Asam Giberellin

2.3 Sistem Transportasi Pada Tumbuhan

2.3.1 Dinding dan Membran Sel

Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi

dan strukturnya yaitu dinding sel dan membran sel. Dinding sel tersusun dari dua lapis

senyawa selulosa dan diantara keduanya terdapat rongga yang dinamakan lamela tengah

yang berisi zat-zat penguat seperti lignin, chitine, pektin dan suberine. Oleh karena itu,

dinding sel dapat memberi kekakuan dan bentuk pada sel. Pada dinding sel juga terdapat

celah yang disebut plasmodesmata yang berfungsi sebagai saluran sel dan dapat dilalui

Page 18: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

15

oleh molekul dengan berat 1000 dalton seperti hormon. Membran sel tersusun dari

senyawa lipoprotein yaitu gabungan dari senyawa lemak khususnya fosfolipid dan

protein. Membran sel terdiri dari dua lapis fosfolipid. Lapis pertama dengan asam lemak

(bagian ekor) mengarah kedalam dan bersifat hidrofobik (non polar) sedangkan lapis

kedua dengan protein (bagian kepala) bersifat hidrofilik (polar) dan mengarah keluar.

Oleh karena itu membran sel bersifat selektif permeabel yang berarti hanya dapat

dilewati oleh molekul tertentu saja. Fungsi dari membran sel adalah mengatur

transportasi zat yang masuk dan keluar dari sel (Anonymous dalam

hhtp://www.lablink.co.id, 2001).

Gambar 3. Struktur Penyusun Lipoprotein Pada Membran Sel

2.3.2 Transpor Pasif

Proses transportasi pada membran sel tumbuhan baik pasif maupun aktif

dipengaruhi oleh polaritas molekul yang akan diserap, perbedaan konsentrasi, suhu,

fluiditas inti hidrofobik maupun aktivitas protein pengangkutnya. Air, gas maupun

molekul hidrofobik (polar) seperti hormon dapat melewati membran secara transpor

pasif. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein

pengangkut untuk dapat melalui membran sehingga prosesnya disebut difusi terbantu

(Anonymous dalam http://www.omega.ilce.edu, 2001).

Page 19: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

16

Pada dasarnya transpor pasif hampir sama dengan difusi biasa, yaitu berlangsung

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perbedaan terletak pada adanya

senyawa yang terdapat dalam membran yang berfungsi mengikat molekul kemudian

diangkut ke pihak lain dan dilepaskan lagi dalam benuk senyawa semula. Senyawa yang

mengangkut zat yang berdifusi dinamakan pengangkut, biasanya berupa protein yang

bekerja secara spesifik dengan memiliki bagian khas untuk berikatan dengan zat yang

diangkut (Poedjiadi, 1994).

Lebih lanjut diterangkan oleh Poedjiadi (1994), terdapat beberapa karakteristik

pada proses transpor pasif diantaranya :

1. Proses transport pasif memperlihatkan adanya kecepatan maksimum pada

konsentrasi tertentu. Ini berarti bahwa pada konsentrasi yang lebih besar lagi,

kecepatan awal difusi tidak bertambah besar. Sedangkan pada difusi biasa,

kecepatan difusi awal bertambah besar apabila konsentrasi diperbesar. Pada

konsentrasi yang sama, kecepatan awal transport pasif lebih besar daripada difusi

biasa. Kecepatan difusi maksimum terdapat pada konsentrasi besar, karena

pengangkut sudah jenuh sehingga tidak mungkin menampung atau mengikat

senyawa lagi.

2. Proses difusi atau transpor pasif ini mempunyai kekhasan bagi zat yang

berdifusi. Sebagai contoh : sel eritrosit beberapa vertebrata mempunyai sistem

transpor melalui membran yang dapat mempermudah atau mempercepat

masuknya D-glukosa atau monosakarida yang strukurnya mirip glukosa, tetapi

tidak mempunyai aktivitas semacam itu terhadap D-fruktosa atau suatu

disakarida laktosa. Kekhasan lain bersifat kekhasan ruang. Sebagai contoh :

sistem transpor pada membran sel hewan lebih aktif terhadap L-asam amino

Page 20: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

17

daripada isomer D-asam amino. Dengan adanya karakteristik ini, dikemukakan

anggapan bahwa pada molekul pengangkut terdapat bagian yang khas untuk

berikatan dengan zat yang diangkut berdifusi. Hal ini analog dengan

pembentukan kompleks enzim-substrat.

Gambar 4. Kinetika Sistem Transpor Melalui Membran Sel

3. Transpor pasif dapat dihambat secara khas. Apabila terdapat zat yang strukturnya

mirip dengan zat yang berdifusi, maka ada kemungkinan terjadi hambatan. Zat

yang menghambat dapat membentuk ikatan dengan molekul pengangkut

sehingga bagian yang khas terpakai oleh inhibitor. Dengan demikian tidak terjadi

ikatan antara zat yang berdifusi dengan molekul pengangkut.

2.3.3 Transpor Aktif

Transpor aktif berlangsung dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

Perpindahan zat yang bertentangan dengan gradien konsentrasi menggunakan energi

yang diperoleh dari dalam sel yang berasal dari molekul ATP. Energi ini diperlukan oleh

protein pengangkut untuk bekerja. Contoh dari transpor aktif adalah pertukaran ion (ion

exchange) antara Na+ dan K+ yang berperan dalam menjaga keseimbangan tekanan

turgor sel (Anonymous dalam http://www.omega.ilce.edu, 2001).

Menurut Poedjiadi (1994), terdapat beberapa kemungkinan mekanisme transpor

yang terjadi diantaranya :

Page 21: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

18

1. Zat (A) masuk ke dalam membran dari luar, kemudian didalam membran terjadi

proses kimia seperti fosforilasi, tetapi kembali seperti keadaan semula (A) pada

waktu masuk ke dalam sel. Reaksi fosforilasi melibatkan ATP sebagai sumber

energi dan gugus fosfat yang diikat pada molekul A akan dilepas lagi sebagai

gugus fosfat anorganik seperti ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 5. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Pertama

2. Ada molekul X yang berfungsi sebagai pengakut zat A. Sebelum berikatan

dengan molekul A, zat X mengalami perubahan konformasi menjadi Xo.

Perubahan ini menggunakan energi dari ATP yang berubah menjadi ADP.

Setelah terjadi Xo maka zat A yang masuk ke dalam membran sel bergabung

dengan Xo membentuk komplek AXo. Setelah melalui membran sel maka zat A

dilepaskan dari kompleks AXo dan masuk ke dalam sel, sedangkan bentuk Xo

berubah lagi menjadi X. Demikian seterusnya X akan menjadi Xo dengan

menggunakan energi.

Gambar 6. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Kedua

Page 22: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

19

3. Proses transpor aktif glukosa melalui membran bakteri menunjukkan bahwa gula

setelah berada di bagian dalam sel diubah menjadi derivat fosfat atau

glukosafosfat. Yang berperan sebagai perantara dalam hal ini adalah suatu

protein dengan bobot molekul rendah dan yang mengandung histidin (HPr). Zat

ini tahan terhadap panas, tidak mengandung karbohidrat dan fosfat. Reaksi yang

dikemukakan adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Ketiga

Dari reaksi tersebut tampak bahwa HPr tidak berperan sebagai pengangkut. Pada

tepi luar membran sel, glukosa membentuk kompleks dengan enzim II (EII glukosa).

Pada tepi bagian dalam membran terjadi reaksi dengan P-HPr dan membentuk glukosa-

6-fosfat yang tidak dapat keluar dari dalam sel.

2.4 Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Metode Rakit

Sistem budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdiri dari tiga sistem yaitu

sistem dasar, sistem lepas dasar dan sistem apung. Metode rakit merupakan salah satu

bagian dari sistem apung. Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari

Page 23: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

20

empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5-

4 x 5-7 m (Sunaryat, 2001).

Metode rakit cocok diterapkan untuk lokasi dengan kedalaman waktu surut lebih

dari 60 cm. Cara ini digunakan bila tidak terdapat perairan yang memenuhi syarat untuk

metode lepas dasar. Metode ini juga sering digunakan sebagai perbanyakan bibit

tanaman (Tim Penulis PS, 2001).

Page 24: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

21

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Bahan

� Rumput Laut (Eucheuma cottonii)

� Air laut

� Aquades

� Agrogibb

3.1.2 Alat

� Bambu diameter 8-12 cm

� Bambu penyiku berdiameter 5-10 cm

� Gergaji

� Parang

� Terpal

� Perahu

� Dayung

� Sarung tangan

� Penggaruk rumput laut

� Karung

� Tali ris diameter 4 mm

� Tali bambu diameter 6 mm

� Tali jangkar diameter 12-15 mm

� Tali rafia

� Termometer

Page 25: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

22

� Kertas pH

� Kaca pembesar

� Kertas saring

� Oven

� Kertas aluminium

� Desikator

� Timbangan sartorius

� Refraktometer

� Secchi disk

� Botol aqua

� Timbangan

� Jangkar/pemberat beton

� Stopwatch

� Meteran kain

� Penggaris

� Beaker Glass

� Kain Lap

� Pipet tetes

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yang

pada dasarnya mengadakan percobaan untuk melihat hasil. Hasil percobaan akan

menegaskan bagaimana kedudukan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki.

Page 26: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

23

Teknik pengambilan data adalah pengamatan secara langsung. Adapun pengambilan

data dimaksudkan dalam rangka pengujian hipotesis (Yitnosumarto, 1993).

Tujuan dari penelitian eksperimen adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan

sebab akibat dengan cara mengabaikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen

(Nazir, 1988). Teknik pengambilan data dilakukan secara pengamatan. Data diperoleh

melalui pengamatan terhadap laju pertumbuhan Eucheuma cottonii dengan melakukan

pengukuran berat, volume dan penghitungan jumlah thallus.

3.3 Rancangan Penelitian

Adapun perlakuan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) Faktorial yang mempunyai model sebagai berikut :

Y = µ + R + α + β + α,β + ε

Dimana : Y = nilai pengamatan

µ = nilai rata-rata harapan

R = pengaruh kelompok

α = pengaruh faktor perlakuan I

β = pengaruh faktor perlakuan II

α,β = pengaruh interaksi faktor perlakuan I dan II

ε = galat percobaan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial pada penelitian ini terdiri dari dua

faktor perlakuan dan tiga kelompok. Faktor perlakuan tersebut meliputi :

Faktor Perlakuan I (Penggunaan umur bibit yang berbeda)

A = umur bibit 20 hari C = umur bibit 30 hari E = umur bibit 40 hari

B = umur bibit 25 hari D = umur bibit 35 hari

Page 27: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

24

Faktor Perlakuan II (Penggunaan frekuensi perendaman Agrogibb yang berbeda)

K = Kontrol (Tanpa Perendaman) c = 3 kali (Minggu 0, 1 dan 2)

a = 1 kali (Minggu 0) d = 4 kali (Minggu 0, 1, 2 dan 3)

b = 2 kali (Minggu 0 dan 1)

Jumlah perlakuan sebanyak 25 kombinasi, yang kemudian diacak pada tiga

kelompok yang berfungsi sebagai ulangan seperti tertera pada gambar 8.

Gambar 8. Denah Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan (variabel bebas) terhadap respon

parameter yang diukur (variabel tak bebas) digunakan analisa keragaman uji F. Apabila

nilai F berbeda sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Untuk

perlakuan yang memberikan respon terbaik pada taraf 0,05 dengan derajat kepercayaan

95%. Untuk mengetahui hubungan antara perlakuan dengan hasil yang dipengaruhi,

digunakan analisa regresi yang bertujuan untuk menentukan sifat dan fungsi regresi yang

memberikan keterangan mengenai pengaruh perlakuan yang terbaik pada respon

(Gaspersz, 1991).

Page 28: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

25

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Penelitian

A. Pembuatan Rakit

Menurut Sunaryat et.al. (2001), metode rakit sudah banyak dikembangkan

dilapangan. Metode ini lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan di perairan

yang memiliki kedalaman waktu surut terendah lebih dari 60 cm sampai perairan

agak dalam. Proses pembuatan rakit dapat adalah sebagai berikut :

• Disiapkan potongan bambu berdiameter 8-12 cm dengan panjang 5 dan 3,5 meter

serta potongan bambu penyiku berdiameter 5-10 cm. Disiapkan pula tali pengikat

bambu berdiameter 6 mm, tali ris berdiameter 4 mm, tali jangkar berdiameter 12-

15 mm serta jangkar dari karung yang diisi pasir.

• Potongan-potongan bambu dilubangi untuk memasang pantek selanjutnya

dilakukan pengikatan. Untuk memperkuat rakit disetiap sudut dipasang siku dari

potongan bambu.

• Potongan-potongan bambu dirangkai dan diikat hingga menjadi empat persegi

panjang dengan posisi bambu untuk dipasang tali ris berada dibagian bawah agar

thallus agak tenggelam pada saat ditanam. Pada bagian tengah rakit juga

dipasangi bambu pada sisi bambu rakit yang tenggelam sebagai penyeimbang.

• Jangkar dipasang pada sisi bambu yang tenggelam serta bambu bagian tengah

dengan panjang tali jangkar antara 2,5-3 kali kedalaman perairan. Kemudian

rakit ditarik pada posisi lokasi yang diinginkan dengan menggunakan perahu

motor.

Page 29: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

26

• Penempatan rakit dilakukan dengan memperhatikan kepentingan aktivitas lain

seperti jalur lalu lintas nelayan maupun lahan rakit milik petani yang lain.

B. Pembuatan Stok Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii

• Rumput laut untuk keperluan pembibitan ditanam pada rakit dengan jarak tanam

25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm..

• Rumput laut ditanam dengan menggunakan perhitungan waktu sesuai dengan

umur yang diinginkan, sehingga diharapkan dapat ditanam secara serentak pada

hari ke-40. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Waktu Tanam Rumput Laut Untuk Keperluan Pembibitan

No Umur Bibit Yang Diinginkan (Hari) Waktu Tanam (Hari) 1. 40 H0 2. 35 H+5 3. 30 H+10 4. 25 H+15 5. 20 H+20

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

A. Perendaman Bibit Dengan ZPT Agrogibb

• Bibit rumput laut dipisahkan sesuai dengan kombinasi perlakuan kemudian

ditimbang seberat 60 gram sebagai berat bibit awal (W0).

• Bibit kemudian direndam dalam larutan ZPT Agrogibb dengan dosis 0,0549 ml/l

selama 2,5 jam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu 1 kali, 2 kali, 3

kali dan 4 kali.

• Penimbangan berat bibit total dilakukan untuk menentukan volume perendaman,

yakni menggunakan perbandingan rasio 1 liter : 100 gram bibit. Interval untuk

perlakuan perendaman adalah 1 minggu dengan asumsi bahwa usia tanam

rumput laut selama 30 hari.

Page 30: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

27

• Perendaman dilakukan di dalam lambung perahu untuk semua perlakuan dengan

waktu perendaman dilakukan pada pagi hari untuk mencegah terjadinya fluktuasi

suhu yang tinggi.

B. Penanaman Bibit

• Bibit rumput laut dipisahkan menurut kombinasi perlakuan dan diberi kode

sebagai penanda.

• Kotoran, lumut dan teritip yang menempel pada rakit dibersihkan terlebih dahulu

dengan menggunakan parang. Bibit rumput laut kemudian ditanam pada rakit

dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm.

• Kotoran dan lumut yang menempel pada rumput laut dibersihkan setiap hari

dengan menggoyang secara teratur dan perlahan didalam air.

C. Pengamatan Laju Pertumbuhan

• Pengamatan terhadap pertambahan berat dilakukan setiap minggu dengan cara

menimbang berat rumput laut beserta tali kemudian dikurangi berat tali.

Pengamatan berat sekaligus dilakukan untuk menentukan volume dan dosis

perendaman Agrogibb.

• Pengamatan terhadap volume rumput laut Eucheuma cottonii dilakukan pada

awal, tengah dan akhir penelitian dengan menggunakan sampling sebanyak 30%

untuk setiap kombinasi perlakuan kemudian dirata-rata.

D. Pengamatan Jumlah Tunas

• Pengamatan terhadap jumlah tunas dengan menggunakan sampling sebanyak

30% untuk setiap kombinasi perlakuan kemudian dirata-rata. Penghitungan

jumlah tunas dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

Page 31: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

28

( )WoWn=α

( )VoVn=α

n/1

n/1

3.5 Parameter Uji

3.5.1 Parameter Utama

A. Variabel Berat

Menurut Sunaryat et.al. (2001), untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut

yang ditanam dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

- 1 x 100 %

Dimana : α = Laju pertumbuhan (%/hari)

Wn = Berat rata-rata akhir (gr)

W0 = Berat tanaman mula-mula (gr)

n = Waktu pengujian (hari)

B. Variabel Volume

Pertumbuhan rumput laut yang ditanam dapat dihitung melalui pertambahan

volume dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

- 1 x 100 %

Dimana : α = Laju pertumbuhan (%/hari)

Vn = Volume rata-rata akhir (ml)

V0 = Volume tanaman mula-mula (ml)

n = Waktu pengujian (hari)

C. Jumlah Tunas

Jumlah tunas dihitung dengan melakukan sampling sebanyak 30% dari setiap

perlakuan kemudian dihitung jumlah tunas rata-rata.

Page 32: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

29

3.5.2 Parameter Penunjang

A. Derajat Keasaman (pH)

• Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH paper yaitu dengan cara

mencelupkan pH paper kedalam air sampel hingga terjadi perubahan warna

kemudian dibandingkan dengan standar warna pada kotak pH paper.

B. Kecerahan Air

• Pengukuran kecerahan air dilakukan dengan menggunakan secchi disk (piringan

secchi). Piringan secchi diturunkan secara perlahan kedalam air hingga didapat

batas tidak nampak dari permukaan (H0) kemudian diangkat kembali hingga

didapat batas pertama kali tampak (H1). Hasil kemudian dirata-rata untuk

mendapatkan angka kecerahan total.

C. Salinitas

• Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer, yaitu

dengan cara meneteskan air sampel pada membran refraktometer kemudian

diteropong menghadap sinar hingga didapatkan nilai salinitas yang tertera pada

skala.

D. Suhu

• Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer, yaitu dengan cara

mencelupkan termometer kedalam air sampel kemudian melihat angka yang

tertera pada skala termometer.

E. Kecepatan Arus

• Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan botol aqua yang

diikatkan pada tali rafia dengan panjang tertentu kemudian dihanyutkan

Page 33: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

30

( )C

xBA 1000−

mengikuti arah arus hingga mencapai suatu jarak pada waktu tertentu. Kecepatan

dinyatakan dalam satuan m/dtk.

F. Total Suspended Solid (TSS)

Cara pengukuran Total Suspended Solid menurut Greenberg et.al. (1990) adalah

sebagai berikut :

• Kertas saring dicuci dengan 20 ml aquadest sebanyak 3 kali dan dikeringkan

dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian disimpan dalam

desikator agar suhu dan beratnya seimbang.

• Proses diatas diulangi kembali hingga didapatkan berat kertas saring konstan

atau hingga berat yang hilang mencapai kurang dari 0,5 mg pada beberapa kali

penimbangan. Berat kertas saring sebelum digunakan ditimbang kembali sebagai

berat awal (B).

• Kertas saring dibasahi dengan aquadest secukupnya. Air sampel sebanyak 1 liter

(C) dilewatkan pada kertas saring. Kertas saring dan residunya (A) dikeringkan

dalam oven pada suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam

desikator hingga suhu dan beratnya stabil. Proses tersebut diulangi hingga

didapatkan berat kertas saring dan residu konstan atau kehilangan berat pada

kertas saring dan residu mencapai kurang dari 4% dari berat sebelumnya.

• Dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus :

TSS (mg/L) =

Dimana : TSS = Total Suspended Solid (mg/L)

A = Berat kertas saring dan residu kering (mg)

B = Berat kertas saring awal (mg)

C = Volume air sampel (ml)

Page 34: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

31

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Pembuatan Stok Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii

Bibit yang digunakan dalam penelitian berasal dari lokasi setempat dan diperoleh

dari hasil berkebun (patok dasar). Penanaman lanjutan untuk memperoleh umur bibit

yang berbeda serta perbanyakan stok dilakukan pada media rakit berukuran 10x10 m

sebanyak 1 buah dengan interval penanaman 5 hari untuk setiap perlakuan. Total waktu

penanaman mencapai 40 hari.

Jumlah bibit yang dipergunakan untuk setiap perlakuan sebesar 30 kg sehingga

jumlah total mencapai 1,5 kw. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 25 cm dan

jarak antar tali ris 20 cm seperti ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Sketsa Penanaman Lanjutan Untuk Pembuatan Umur Bibit Yang Berbeda

dan Perbanyakan Stok

Secara umum bibit yang dihasilkan dengan media rakit mempunyai bentuk

thallus yang relatif besar dibandingkan dengan bibit dari hasil berkebun (patok dasar).

Bentuk thallus terbesar didapatkan pada umur 40 hari dan semakin mengecil seiring

penurunan umur. Warna thallus didominasi kuning kecoklatan sementara tekstur agak

rapuh dan mudah patah. Tunas terlihat sebagai tonjolan berwarna putih dan tersebar

secara merata di sepanjang thallus.

Page 35: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

32

4.2 Perendaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan ZPT Agrogibb

Perendaman bibit rumput laut menggunakan ZPT Agrogibb dengan dosis 0.0549

ml/liter selama 2,5 jam. Rasio berat yang digunakan adalah 1 liter : 100 gram. Penentuan

dosis disesuaikan dengan berat bibit rumput laut dan volume perendaman seperti tertera

pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Penentuan Dosis Agrogibb Berdasarkan Rasio Berat

No. Perlakuan Berat Bibit (Gram)

Volume Perendaman (Liter)

Dosis Agrogibb (ml)

1. Perendaman 1 54.000 540 29,6460 2. Perendaman II 48.775,05 487,7510 26,7775 3. Perendaman III 31.166,90 311,6690 17,1106 4. Perendaman IV 9.275,05 92,7510 5,0920

TOTAL 78,6261

Pertumbuhan suatu tanaman meliputi tumbuh dan berkembang (diferensiasi) dari

sel-sel atau jaringan. Proses tumbuh dan diferensiasi terdiri dari pembentukan atau

penambahan massa sel yang belum berdiferensiasi maupun regenerasi dari massa sel

yang belum berdiferensiasi tersebut menjadi jaringan lengkap (Winata, 1992 dalam

Nirmala, 2004 ). Hal ini berarti bahwa semakin besar suatu tanaman maka semakin besar

pula massa sel penyusunnya. Oleh karena itu perhitungan rasio berat dalam perendaman

bibit menggunakan ZPT Agrogibb merupakan penyesuaian terhadap massa sel yang

terlibat dalam aktifitas transportasi hormon ke dalam sel tumbuhan. Transportasi yang

dimaksud dalam hal ini berupa proses transpor melalui dinding dan membran sel

tumbuhan.

Pengamatan yang dilakukan pasca perendaman menunjukkan bahwa warna

thallus mengalami perubahan dari semula kuning kecoklatan menjadi coklat kehitaman.

Menurut Soegiarto (1978), perubahan warna dapat terjadi karena pengaruh lingkungan

Page 36: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

33

yang berubah, dimana perubahan tersebut merupakan modifikasi dari bentuk dan sifat

luar (fenotip).

4.3 Penanaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii

Bibit rumput laut yang telah direndam kemudian ditanam pada media rakit secara

serentak dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm seperti ditunjukkan

pada gambar 10.

Gambar 10. Penanaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Media Rakit

Jarak tanam berhubungan dengan lalu lintas pergerakan air yang membawa unsur

hara sehingga proses fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut dapat

berlangsung. Selain itu pergerakan air yang lancar juga mencegah adanya fluktuasi yang

besar terhadap salinitas maupun suhu air. Jarak tanam yang ideal tidak boleh kurang dari

20 cm (Afrianto dan Liviawaty, 1993).

Dilanjutkan oleh Harjadi (1990) bahwa jarak tanam berpengaruh terhadap ruang

tumbuh, cahaya yang diterima, tingkat persaingan untuk memperoleh zat makanan baik

makro maupun mikro serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya sehingga jarak tanam juga

mempengaruhi ukuran baik seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman.

Page 37: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

34

4.4 Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii

4.4.1 Variabel Berat

Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan setiap minggu sekali

selama 30 hari masa tanam (Lampiran 1 dan 2), didapatkan nilai rata-rata dari laju

pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat (%)

Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 5) didapatkan daftar sidik ragam

seperti yang ditunjukkan dalam tabel 6.

Tabel 6. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 65.5017 32.7509 11.6684** 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II

24 4 4 16

187.1775 90.5310 42.5270 54.1195

7.7991 22.6328 10.6318 3.3825

- 8.0636** 3.7879** 1.2051ns

2.56 2.56 1.86

3.74 3.74 2.40

Acak 48 134.7265 2.8068 Total 74 387.4057

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, perlakuan

umur dan frekuensi perendaman lebih besar dibandingkan dengan F1% dan F5%,

sehingga didapatkan hasil highly significant yang artinya perbedaan lokasi penanaman,

Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d

A 17.8819 28.5858 19.9317 28.9563 22.6177 117.9734 7.8649 B 20.5360 30.2717 29.5086 30.6033 30.9716 141.8912 9.4594 C 25.6982 25.6591 10.0859 25.9219 23.2645 110.6296 7.7115 D 16.9761 18.0002 17.7128 22.3464 17.0713 92.1068 6.1405 E 21.6751 11.1814 18.7104 16.2766 15.6295 83.4730 7.6248

Total 102.7673 113.6982 95.9494 124.1045 109.5546 546.074 Rata 6.8512 7.6331 6.4447 8.3511 7.3781

Page 38: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

35

perbedaan umur serta frekuensi perendaman rumput laut memberikan pengaruh yang

sangat nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni.

Karena kelompok, perlakuan umur dan frekuensi perendaman memberikan hasil

berbeda sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT seperti terdapat pada tabel 7 dan

8 dan 9 berikut.

Tabel 7. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Kelompok Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat

Rata-rata III=6.8671 I=7.1179 II=8.9869 Notasi

III=6.8671 - - - a I=7.1179 0.2508ns - - a II=8.9869 2.1198** 1.8690** - b

Tabel 8. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Umur Yang Berbeda

Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat

Rata-rata D=6.1405 E=7.6248 C=7.7115 A=7.8649 B=9.4594 Notasi D=6.1405 - - - - - a E=7.6248 1.4843ns - - - - ab C=7.7115 1.5710* 0.0867ns - - - bc A=7.8649 1.7244* 0.2401ns 0.1534ns - - c B=9.4594 3.3189** 1.8346* 1.7479* 1.5945* - d

Tabel 9. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Frekuensi Perendaman

Yang Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat

Rata-rata b=6.4447 K=6.8512 d=7.3781 a=7.6331 c=8.3511 Notasi b=6.4447 - - - - - a K=6.8512 0.4065ns - - - - a d=7.3781 0.9334ns 0.5269ns - - - a a=7.6331 1.1884ns 0.7819ns 0.2550ns - - a c=8.3511 1.9064* 1.4999ns 0.9730ns 0.7180ns - b

4.4.2 Variabel Volume

Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan pada awal, tengah dan

akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 9 dan 10), didapatkan nilai rata-

Page 39: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

36

rata dari laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel

10 berikut.

Tabel 10. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Volume (%)

Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 13) didapatkan daftar sidik ragam

seperti yang ditunjukkan dalam tabel 11.

Tabel 11. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Volume

db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 0.8530 0.4265 0.0879ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II

24 4 4 16

99.2586 32.9895 11.3135 54.9556

- 8.2474 2.8284 3.4347

- 1.6999ns 0.5830ns 0.7079ns

- 2.56 2.56 1.86

- 3.74 3.74 2.40

Acak 48 232.8866 4.8518 Total 74 332.9982

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, faktor

perlakuan I, faktor perlakuan II maupun interaksi faktor I dan II lebih kecil

dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang

artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan

frekuensi perendaman maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii.

Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d

A 7.8743 23.7411 7.3085 18.1067 9.4498 66.4804 5.9840 B 6.3462 24.2549 20.6032 18.4620 26.5209 96.1872 7.2586 C 19.8310 16.9930 0.0000 20.2003 15.2000 72.2243 5.3216 D 14.8725 13.9512 14.9585 9.7162 13.0696 66.568 5.6931 E 15.5803 3.0907 17.0297 9.9910 13.4468 59.1385 5.1359

Total 64.5043 82.0309 59.8999 76.4762 77.6871 360.598 Rata 5.9047 5.8808 3.9933 5.7553 6.8847

Page 40: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

37

4.5 Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Dari hasil pengukuran jumlah tunas rumput laut yang dilakukan pada awal dan

akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 14), didapatkan nilai rata-rata

dari jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel 12.

Tabel 12. Data Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii

Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 17) didapatkan daftar sidik ragam

seperti yang ditunjukkan dalam tabel 13.

Tabel 13. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 1.5025 0.7513 2.1853ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II

24 4 4 16

6.7727 1.9570 1.2188 3.5969

0.2822 0.4893 0.3047 0.2248

- 1.4232ns 0.8863ns 0.6539ns

- 2.56 2.56 1.86

- 3.74 3.74 2.40

Acak 48 16.5025 0.3438 Total 74 24.7777

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, faktor

perlakuan I, faktor perlakuan II maupun interaksi faktor I dan II lebih kecil

dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang

artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan

Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata a b c d K

A 8.6891 7.5110 8.1282 7.6544 7.8017 39.7844 2.6523 B 8.6049 8.1530 7.3723 7.9278 7.6443 39.7023 2.6468 C 8.1509 7.4162 4.9077 5.4141 7.9692 33.8581 2.2572 D 8.0566 7.6598 7.7547 7.7621 7.4959 38.7291 2.5819 E 7.3615 5.4415 7.7429 7.3582 7.4716 35.3757 2.3584

Total 40.8630 36.1815 35.9058 36.1166 38.3827 187.4496 Rata 2.7242 2.4121 2.3937 2.4078 2.5588

Page 41: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

38

A B C D E K1 K2 K3 K4 K5

-5.0000

-4.0000

-3.0000

-2.0000

-1.0000

0.0000

1.0000

2.0000

3.0000

4.0000

5.0000

6.0000

Laj

u P

ertu

mbu

han

(%)

H7 H14 H21 H30

frekuensi perendaman maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii.

4.6 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap Laju Pertumbuhan (Variabel Berat)

Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada penelitian ini mengalami

kenaikan secara signifikan pada hari pertama hingga hari ke-14. Memasuki hari ke-15

laju pertumbuhan mengalami penurunan hingga mencapai kematian pada hari ke-30.

Untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar 11 berikut.

Gambar 11. Grafik Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Waktu Pengamatan.

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa laju pertumbuhan terbaik

didapatkan pada perlakuan umur 25 hari disusul dengan umur 20, 30, 35 dan 40 hari.

Pada gambar 11 terlihat bahwa pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur

Page 42: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

39

Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3 r = 0.4162

-8

-7

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

20 25 30 35 40

Umur Bibit

Laj

u P

ertu

mbu

han

(%)

yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii adalah

persamaan kubik dengan persamaan Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3.

Laju pertumbuhan maksimum sebesar % didapatkan pada perlakuan umur seperti

terlihat pada gambar 12 berikut.

Gambar 12. Grafik Persamaan Kubik Hubungan Antara Perlakuan Umur dan Laju

Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.

Perlakuan umur 25 hari memberikan laju pertumbuhan terbaik dikarenakan pada

perlakuan umur tersebut jaringan meristem primer yang tersedia lebih banyak sehingga

mampu mengadakan pembelahan sel secara optimal. Menurut Anonymous dalam

http://www.lablink.co.id (2004), sel-sel jaringan meristem primer banyak ditemui pada

embrio, bagian ujung-ujung muda dari tumbuhan seperti batang atau thallus pada

rumput laut. Berdasarkan aktifitasnya, daerah pertumbuhan pada pertumbuhan primer

meliputi :

1. Daerah pembelahan, merupakan daerah yang sel-selnya aktif membelah secara

mitosis (meristematik).

2. Daerah pemanjangan, merupakan daerah yang berada di belakang daerah

pembelahan.

Page 43: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

40

3. Daerah diferensiasi, merupakan bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan

dan merupakan daerah yang mengalami diferensiasi yaitu daerah yang sel-selnya

mengalami perubahan membentuk jaringan dan organ yang mempunyai struktur

dan fungsi berbeda.

Kendati demikian, rata-rata laju pertumbuhan dari seluruh perlakuan yang

dihasilkan dari penelitian ini masih berada dibawah ambang batas yang dianggap

menguntungkan yaitu 3% (Mubarak, 1990). Hal tersebut terutama disebabkan oleh

faktor eksternal, yang terlihat dari nilai koefisien determinasi (r) sebesar 0.4162.

Faktor eksternal yang berperan terutama kecepatan arus yang rendah serta

adanya parasit berupa lumut sehingga berdampak pada rontoknya thallus. Pada hari ke-

26 hingga hari ke-30 banyak ditemui rumput laut yang mati, ditandai dengan perubahan

warna dari coklat kekuningan menjadi putih serta bentuk thallus yang layu (tekanan

turgor hilang).

Gambar 13. Bentuk Thallus Yang Mengalami Kematian

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa frekuensi perendaman

terbaik didapatkan pada perlakuan perendaman 3 kali. Pada gambar 14 terlihat bahwa

pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur yang berbeda terhadap laju

pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii adalah persamaan kuartik dengan

Page 44: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

41

Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4 r = 0.3980

0

0.5

1

1.5

2

2.5

K a b c d

Frekuensi Perendaman

Laj

u P

ertu

mbu

han

(%)

persamaan Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4. Laju pertumbuhan

maksimum sebesar % didapatkan pada perlakuan seperti terlihat pada gambar 14

berikut.

Gambar 14. Grafik Persamaan Kuartik Hubungan Antara Frekuensi Perendaman dan

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.

Frekuensi perendaman ZPT Agrogibb memberikan pengaruh yang sangat nyata

terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii. Hal tersebut dapat ditinjau

dari beberapa aspek diantaranya :

1. Konsentrasi ZPT Agrogibb secara eksogen pada perendaman pertama belum

mencapai kecepatan transpor pasif maksimum sehingga penambahan ZPT

Agrogibb lebih lanjut pada perendaman berikutnya belum mempengaruhi tingkat

kejenuhan pengangkut pada membran sel (Poedjiadi, 2004).

2. Kondisi sintesis karbohidrat yang rendah akibat fotosintesis yang terhambat

terutama memasuki hari ke-15 (memasuki perlakuan perendaman ketiga), diduga

mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi glukosa di dalam sel. Hal ini

mengakibatkan terjadi pengikatan protein reseptor pada bagian promotor DNA

sehingga sintesis mRNA sebagai pengkode terbentuknya enzim digesti

khususnya α-amilase berlangsung. Pemberian ZPT Agrogibb secara eksogen

Page 45: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

42

pada perendaman ketiga (perlakuan c) berperan dalam menunjang pembentukan

mRNA pengkode enzim α-amylase yang berperan dalam hidrolisis cadangan

makanan (pati) menjadi senyawa karbohidrat sederhana (Anonymous dalam

http://www.google.com/Biology 123/Chapter 35, 2004).

Proses enzimatik hidrolisis cadangan makanan bermula dari pembentukan

protein Myb sebagai bentuk respon sel terhadap adanya hormon giberellin. Adanya

protein Myb menyebabkan terjadinya pengikatan protein reseptor pada bagian promotor

DNA yang mengkode enzim α-amilase sehingga aktivitas transkripsi RNA berlangsung.

RNA yang dihasilkan (m-RNA) berperan dalam proses translasi asam amino pada

ribosom hingga menyebabkan terbentuk protein spesifik sesuai kode yang diberikan

pada m-RNA (enzim α-amilase). Adapun proses pengikatan dan pelepasan protein pada

promotor DNA sangat erat kaitannya dengan konsentrasi glukosa dalam sel dimana

glukosa berperan sebagai faktor pembatas. Dengan katan lain konsentrasi glukosa

menentukan kapan dimulai dan diakhirinya proses sintesis enzim (Paul, 1992).

Gambar 15. Mekanisme Giberellin Dalam Sintesis mRNA α-amilase (Sumber : http://www. google.com/Biology123/Chapter 35, 2004)

Proses hidrolisis cadangan makanan (pati) memberikan bentuk respon berupa

perpanjangan pada batang (stem elongation) akibat tercukupinya nutrisi, sehingga pada

akhirnya akan menaikkan berat akhir tanaman. Hal tersebut identik dengan peningkatan

Page 46: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

43

- 8

- 6

- 4

- 2

0

2

4

2 0 2 5 3 0 3 5 4 0

U m u r B i b i t

P e rla kua n Umur Kont rol

jumlah tandan (fruit set) pada tanaman berbuah ataupun percepatan panen (Anonymous

dalam http://www.google.com, 2004).

Interaksi antara perlakuan umur dan frekuensi perendaman secara statistik tidak

berbeda nyata. Kendati demikian, bibit rumput laut yang direndam tetap memiliki laju

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kontrol seperti disajikan dalam gambar 15.

Gambar 16. Grafik Perbandingan Antara Perlakuan dan Kontrol

Dari hasil perhitungan (Lampiran 8) didapatkan persamaan garis singgung antara

perlakuan umur dengan kontrol pada titik. Artinya hwa bibit rumput laut yang direndam

dengan ZPT Agrogibb memiliki waktu panen lebih cepat hari dibandingkan kontrol.

4.7 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap Laju Pertumbuhan (Variabel Volume)

Volume adalah besar ruang tiga dimensi yang dimiliki oleh suatu benda. Volume

dapat diukur melalui penggunaan tabung berisi air (tabung limpah). Apabila sebuah

benda dibenamkan ke dalam tabung berisi air maka benda tersebut akan menggeser air

sebesar volume benda itu sendiri. Yang berpengaruh besar dalam proses tersebut adalah

luas permukaan benda yang menekan air (Godman, 1996).

Page 47: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

44

Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da Db Dc Dd Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5

-7.0000

-6.2000

-5.4000

-4.6000

-3.8000

-3.0000

-2.2000

-1.4000

-0.6000

0.2000

1.0000

1.8000

2.6000

3.4000

4.2000

5.0000

5.8000

Laj

u P

ertu

mbu

han

(%)

H15 H30

Aktivitas pembesaran volume thallus diatur sepenuhnya oleh pertumbuhan

sekunder yakni aktivitas dari jaringan-jaringan meristem sekunder, dalam hal ini

aktivitas kambium dan kambium gabus (Anonymous dalam http://www.lablink.co.id,

2004).

Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada variabel volume mengalami

penurunan seperti tertera pada gambar 17 berikut.

Gambar 17. Grafik Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Waktu Pengamatan.

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi

perendaman ZPT Agrogibb maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan

variabel volume. Hal tersebut mengindikasikan beberapa hal :

1. Pola pertumbuhan yang digambarkan dengan pertambahan ruang tiga dimensi

(volume) relatif sama untuk semua perlakuan dan kombinasinya.

2. Pola pertumbuhan yang terjadi lebih terkonsentrasi pada pertambahan berat

(gravimetrik) dibandingkan pertambahan volume (volumetrik). Hal ini berarti

bahwa rumput laut cenderung mengalami perpanjangan thallus (stem elongation)

Page 48: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

45

dibandingkan pembesaran volume (stem enlargement). Dinyatakan oleh

Anonymous dalam http://www.rusnahbuah.or.id (2004), bahwa giberellin

berpengaruh lebih besar terhadap proses pemanjangan batang dibandingkan

dengan auxin. Giberellin biasanya terkonsentrasi pada jaringan meristem yang

berisi sel-sel muda yang aktif membelah sementara konsentrasi auxin tertinggi

justru terdapat pada bagian pucuk terendah (basal) dari tanaman.

3. Pemberian giberellin mampu meningkatkan jumlah auxin secara tidak langsung

melalui sintesis enzim proteolitik yang akan membebaskan triptofan sebagai

bahan dasar penyusun auxin (Anonymous dalam http://www.google.com, 2004).

Apabila dilihat dari pola pertumbuhan yang dihasilkan maka diduga bahwa

nisbah giberellin dalam sel rumput laut lebih tinggi dibandingan auxin.

4. Pola pertumbuhan berat (gravimetrik) menyebabkan terjadinya penambahan

jumlah massa sel penyusun thallus sehingga meningkatkan nilai kerapatan sel

yang dnyatakan dengan massa per satuan volume (Godman, 1996). Hal ini

berarti bahwa perlakuan umur 25 hari memiliki kerapatan sel yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan umur lainnya.

4.8 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap Jumlah Tunas

Menurut Godman (1996), tunas adalah suatu struktur kecil menonjol pada batang

yang nantinya akan berkembang menjadi daun atau benda dengan fungsi tertentu.

Merupakan suatu bentuk pertumbuhan menyerupai diri sel induknya dan menjadi sel

baru. Dilanjutkan oleh Nirmala (2004), tunas pada dasarnya merupakan massa sel yang

dinamakan kalus yang telah mengalami regenerasi. Tunas yang tumbuh ke arah samping

Page 49: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

46

Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da Db Dc Dd Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5

0.0000

200.0000

400.0000

600.0000

800.0000

1000.0000

1200.0000

1400.0000

1600.0000

Jum

lah

Tun

as

Waktu Pengamatan

H0 H30

dinamakan tunas lateral dan biasanya terjadi karena adanya faktor penghambat untuk

tumbuh ke arah atas, biasanya disebabkan oleh adanya pemotongan/stek. Fenomena ini

disebut apical dominance.

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi

perendaman ZPT Agrogibb maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap pertambahan jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii. Dari

grafik pada gambar 18 terlihat bahwa jumlah rata-rata tunas selama pengamatan

mengalami penurunan.

Gambar 18. Grafik Laju Pertambahan Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Waktu Pengamatan

Pemberian giberellin mampu mendorong terbentuknya enzym proteolitik yang

akan membebaskan triptofan sebagai bahan dasar penyusun auxin. Giberellin dan auxin

memberikan respon yang berlainan dalam pembentukan tunas. Auxin cenderung

menghambat pembentukan tunas sementara giberellin justru memacu terbentuknya tunas

baru. Proses ini sangat tergantung pada nisbah/perbandingan antara keduanya.

Mekanisme antagonistik antara giberellin dan auxin terjadi karena adanya kompetisi

pada pengikatan tempat di DNA terutama di sekitar gen yang berfungsi dalam

Page 50: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

47

pengaturan tunas (Anonymous dalam http://www.google.com, 2004). Meskipun nisbah

auxin lebih rendah dari giberellin namun diduga dalam konsentrasi yang rendah tersebut

telah cukup untuk menyebabkan terjadinya respon penghambatan pembentukan tunas

baru pada rumput laut.

4.9 Kualitas Air

4.9.1 Derajat Keasaman (pH)

Dari hasil penelitian didapatkan nilai pH rata-rata berkisar antara 6.67-7.67

sehingga cenderung mendekati basa. Menurut Soeseno (1985) bahwa perairan yang

bersifat basa dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran bahan organik menjadi

garam mineral seperti amonia, nitrat dan fosfat yang akan digunakan oleh tumbuhan air

sebagai makanan. pH ideal untuk menunjang pertumbuhan rumput berkisar antara 7.3-

8.2 (Tim Penulis PS, 2000).

4.9.2 Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat kejernihan perairan dimana cahaya matahari masih

dapat menembus ke dalam perairan sampai pada kedalaman tertentu. Dalam budidaya

rumput laut Eucheuma cottonii, kecerahan merupakan salah satu faktor yang penting

bagi pertumbuhan rumput laut karena cahaya matahari yang dibutuhkan dapat diserap

dengan baik jika kondisi perairan jernih. Tetapi apabila kondisi perairan keruh akan

sangat mengganggu pertumbuhan rumput laut karena penetrasi cahaya matahari yang

dibutuhkan untuk fotosintesis menjadi terganggu (Afrianto dan Liviawaty, 1993). Dari

hasil pengukuran didapatkan nilai kecerahan rata-rata berkisar antara 292-322 cm

Page 51: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

48

sehingga penetrasi cahaya matahari dianggap masih layak untuk berlangsungnya proses

fotosintesis.

4.9.3 Salinitas

Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas.

Banyaknya zat terlarut disebut salinitas. Menurut Rahardjo (1982), salinitas

didefinisikan sebagai jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam satu kilogram air laut,

dengan anggapan bahwa semua karbonat telah diubah menjadi oksida-oksidanya, brom

dan iodium digantikan chlor dan semua bahan organik telah dioksidasi dengan

sempurna.

Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii bersifat euryhalin, hidup

dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar antara 30-37 promil.

Dilanjutkan oleh Herianti dan Parwati (1988), pada kondisi salinitas yang tinggi air

bersifat hipertonik terhadap sel sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisis yaitu

protoplas yang kehilangan air dan menyusut volumenya sehingga terlepas dari dinding

sel. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai kisaran rata-rata salinitas antara 31-33

promil.

4.9.4 Suhu

Suhu air meskipun tidak bersifat mematikan namun dapat menghambat

pertumbuhan rumput laut. Perbedaan suhu yang terlalu besar antara siang dan malam

hari dapat mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini sering ditemui pada perairan yang

terlalu dangkal (Afrianto dan Liviawaty, 1993).

Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik pada

kisaran suhu antara 26-33oC tetapi terhambat pada kombinasi suhu rendah dan intensitas

Page 52: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

49

cahaya tinggi. Adapun pengamatan suhu selama penelitian berlangsung menunjukkan

rata-rata kisaran 29.67-30oC sehingga dianggap masih layak untuk pertumbuhan rumput

laut.

4.9.5 Kecepatan Arus

Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air.

Sistem arus laut dihasilkan oleh daerah angin yang berbeda satu sama lain dan di

masing-masing daerah ini angin secara terus menerus bertiup dengan arah yang tidak

berubah-ubah (Nybakken, 1985).

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa kecepatan arus rata-rata berkisar antara

11.82-19.98 cm/detik. Hal ini mengindikasikan kondisi yang kurang layak untuk

pertumbuhan rumput laut. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1993), kecepatan arus yang

dianggap baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 20-40 cm/detik. Arus

yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan sehingga kesempatan untuk penyerapan

nutrisi dan proses fotosintesis tidak terganggu. Arus yang kurang dari kisaran tersebut

berpotensi memunculkan lumut yang beradaptasi pada kondisi arus tenang.

4.9.6 Total Suspended Solid (TSS)

Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya didalam air yang disebabkan oleh

partikel-partikel koloid dan suspensi yang terkandung. Kekeruhan mempengaruhi

penetrasi cahaya matahari sehingga dapat membatasi proses fotosintesa dan

produktivitas primer perairan (Wirawan, 1995).

Dari hasil pengamatan didapatkan nilai rata-rata Total Suspended Solid berkisar

antara

Page 53: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

50

Page 54: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

51

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data hasil penelitian, hasil perhitungan data dan hasil analisa data penelitian,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Umur bibit yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan

rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan variabel pertambahan berat.

Hubungan yang dihasilkan berupa grafik kubik dengan persamaan Y = 10.7138 +

0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3 dengan Y maksimal sebesar 5.5202 pada

perlakuan umur 16.0476 hari.

2. Dari hasil analisa regresi antara perlakuan kontrol umur dengan laju

pertumbuhan rumput laut berdasarkan variabel berat didapat hubungan berupa

grafik kubik dengan persamaan Y = 7.8629 + 0.0352x - 0.0314x2 + 0.0007x3

dengan Y maksimal sebesar 3.7092% pada perlakuan umur 14.9524 hari.

3. Perlakuan umur yang direndam dengan ZPT Agrogibb menghasilkan laju

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol sehingga dapat

mempercepat pemanenan.

4. Frekuensi perendaman ZPT Agrogibb yang berbeda berpengaruh sangat nyata

terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan variabel

pertambahan berat. Hubungan yang dihasilkan berupa grafik kuartik dengan

persamaan Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4 dengan Y

maksimal sebesar pada perlakuan frekuensi perendaman.

Page 55: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

52

5. Perlakuan umur bibit, frekuensi perendaman ZPT Agrogibb serta interaksi

keduanya tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma

cottonii berdasarkan variabel pertambahan volume.

6. Pola pertumbuhan yang terjadi akibat perendaman ZPT Agrogibb lebih

terkonsentrasi pada pertambahan panjang dibandingkan pertambahan volume

thallus

7. Perlakuan umur bibit, frekuensi perendaman ZPT Agrogibb serta interaksi

keduanya tidak berpengaruh terhadap laju pertambahan tunas rumput laut

Eucheuma cottonii.

8. Kualitas air selama penelitian berupa pH (6.67-7.67), kecerahan (292-322),

salinitas (31-33 promil) dan suhu (29.67-30oC) masih layak untuk pertumbuhan

rumput laut Eucheuma cottonii. Sedangkan kecepatan arus (11.82-19.98

cm/detik) tidak layak untuk pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii.

5.2 Saran

1. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut

Eucheuma cottonii sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kondisi

lingkungan yang berbeda.

2. Umur bibit dan frekuensi perendaman yang disarankan untuk memberikan hasil

pertumbuhan yang maksimal adalah 16.0476 hari dan .

Page 56: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

53

DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E. dan E, Liviawaty. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara

Pengolahannya. Penerbit Bhratara. Jakarta. 58 hal. Akbar, S., B. Kurnia dan Istiqomah. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis No.

8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 9-12 Anonymous. 2001. Permeabilitas Membran Sel. http://www.omega.ilce.edu. Anonymous. 2004. Anatomi Sel Tumbuhan. http://www.lablink.co.id Anonymous. 2004. Hormon Tumbuhan. http;//www.google.com. Anonymous. 2004. Pembungaan dan Pembuahan Di Luar Musim Pada Mangga.

http://www.rusnahbuah.or.id Anonymous. 2004. Permintaan Hasil Rumput Laut. http:\\www.bi.go.id. Anonymous. 2004. Pertumbuhan Pada Tumbuhan. http://www.lablink.co.id. Anonymous. 2004. Seeds Plants And Hormone. http;//www.google.com/Biology

123/Chapter 35 Aslan. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut dan Kerang Darah. Dinas

Perikanan Propinsi Tingkat I Jawa Barat. 12 hal. Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 97 hal. Djazuli, N. 2002. Penanganan dan Pengolahan Produk Perikanan Budidaya Dalam

Menghadapi Pasar Global : Peluang dan Tantangan. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3 IPB. Bogor. 15 hal.

Gardner, F. P. Pearce, R. B and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. 472 hal.

Godman, A. 1996. Kamus Sains Bergambar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

331 hal. Greenberg, A.E., R.R. Trussell and L.S. Clesceri. 1990. Standart Methods For The

Examination Of Water And Wastewater. Sixteen Edition. American Public Health Association. 1268 hal.

Page 57: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

54

Harjadi, S. 1989. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. Hal 124-125. Heddy, S. 1983. Hormon Pertumbuhan. Universitas Brawijaya Malang Fakultas

Pertanian. Malang. 39 hal. Herianti, I. dan M.D. Parwati. 1988. Pengaruh Media Kultur Pada Pertumbuhan

Populasi Dunaleila sp. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.44. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 93 hal.

Iswahyudi. 2004. Pengaruh Lama Perendaman Agrogibb Terhadap Laju

Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Kimball, J. W. 1983. Biologi. Edisi Kelima Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. 755

hal. Meiyana, M., Evalawati dan A. Prihaningrum. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk

Teknis No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 3-7. Mubarak, H. et.al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Departemen Pusat

Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 93 hal. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta. Nirmala, R. 2003. Pengaruh 2,4 D Dan Kombinasi NAA Dengan Kinetin Terhadap

Pertumbuhan Dan Perkecambahan Kalus Tomat (Lycopersicon esculentum MILL) Varietas Kemir. http;//www.google.com/search

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.

Jakarta. 459 hal. Poedjiadi, A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta. 472 hal. Rahardjo, S. 1982. Oseanografi Perikanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta 143 hal. Saputra, I. H. 2004. Pengaruh Pemberian Agrogibb Dengan Dosis Yang Berbeda

Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Sediadi, A. dan U. Budiharjo. 2000. Proyek Sistem Informasi Iptek Nasional Guna

Menunjang Pembangunan. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Jakarta. 20 hal.

Soegiarto, A. 1978. Rumput Laut (Algae). Lembaga Oceanologi Nasional – Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia (LON-LIPI). Jakarta.

Page 58: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

55

Soelistyo. 1987. Rumput Laut (Algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya.

Lembaga Oceanologi Nasional. LIPI. Jakarta. 89 hal. Soeseno, S. 1985. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak. PT Gramedia. Jakarta.

51 hal. Sunarmi, P. 1989. Budidaya Rumput Laut. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.

Malang. Sunaryat, N. Runtuboy dan T.W. Aditya. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis

No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 19-22. Suptijah, P. 2002. Rumput Laut : Prospek Dan Tantangannya. Makalah Pengantar

Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3 IPB. Bogor. 7 hal. Tim CoData Indonesia. 2004. Daftar Jenis Alga Merah. http:\\www.iptek.net.id.

Jakarta. Tim Penulis PS. 2001. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar

Swadaya. Jakarta. 99 hal. Trisakti, B., U. Hadi dan J. Sari. 2003. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk

Pengembangan Perikanan dan Pariwisata Wilayah Pesisir Nusa Tenggara Barat. Unit Instalasi Lingkungan dan Cuaca PPPTPJ. Jakarta.

Widyastuti, N. dan Tjokrokusumo, D. 2004. Peranan Beberapa Zat Pengatur

Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Tekhnologi V3.n5.08. http://www.iptek.net.id

Wirawan, I. 1995. Limnology. Jurusan Perikanan Universitas DR. Soetomo. Surabaya.

156 hal. Yitnosumarto. 1993. Perencanaan Analisis dan Interpretasinya. Program MIPA.

Univers itas Brawijaya. Malang. 299 hal.

Page 59: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

56

Lampiran 1. Data Rata-rata Pertambahan Berat Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii (Gram) Setiap Minggu Selama 30 Hari Masa Tanam

Perlakuan Pengamatan

I II III Aa 84.1650 104.5825 87.9175 Ab 69.5850 93.3350 85.0025 Ac 88.3325 100.0000 94.1675 Ad 72.5000 93.7500 76.6675 Ba 73.7500 109.5850 120.4150 Bb 93.3350 98.3325 98.3350 Bc 86.8325 100.0025 96.2525 Bd 87.5800 103.7500 109.5825 Ca 76.2500 96.2500 77.9150 Cb 64.5850 83.7500 67.9150 Cc 77.9150 87.9150 76.6675 Cd 70.8325 82.9175 81.6675 Da 68.3325 90.4150 70.8325 Db 72.5000 81.6675 61.6675 Dc 79.5850 82.6675 76.6675 Dd 81.2525 86.6675 68.3325 Ea 65.0025 75.8325 50.8350 Eb 78.7500 73.3325 55.0000 Ec 72.5000 82.4200 67.5000 Ed 58.3325 67.7525 66.6675 K1 82.9175 77.0825 79.1675 K2 78.3325 77.0825 84.1675 K3 76.0 85.4150 81.2475 K4 72.5000 74.1675 65.8325 K5 70.9175 71.2525 65.0000

Page 60: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

57

Lampiran 2. Data Rata-rata Laju Pertumbuhan Tiap Minggu (Berdasarkan Variabel Berat) Rumput Laut Eucheuma cottonii Selama 30 Hari Masa Tanam (%)

Perlakuan Pengamatan

I II III Aa 2.2723 3.6381 2.4042 Ab 0.7657 3.1481 0.6690 Ac 2.5163 3.5150 2.4596 Ad 1.0164 2.7851 1.5816 Ba 1.5765 3.7881 4.2068 Bb 2.9373 2.9794 2.8392 Bc 2.1586 4.2423 3.1777 Bd 2.5102 3.6395 3.5482 Ca 1.7112 3.2096 1.8522 Cb -0.6147 1.8987 0.1428 Cc 1.6920 2.4603 2.6808 Cd 0.7472 3.2988 1.8612 Da 1.0762 2.5263 0.2560 Db 1.0701 1.8512 0.4758 Dc 1.7634 2.2337 1.1366 Dd 0.9056 2.3384 0.2411 Ea 0.4606 1.6101 -1.8714 Eb 1.7709 1.4163 0.5436 Ec -0.3686 2.0977 1.9124 Ed -1.1372 1.8137 1.8842 K1 2.2077 1.9978 0.0447 K2 1.7141 1.5990 1.0032 K3 1.8190 2.3760 2.4905 K4 1.2027 0.3781 1.5512 K5 1.3839 2.4121 1.0870

Page 61: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

58

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000

Rata-rata Data

Ren

tang

/Sel

isih

Dat

a M

ax-M

in

Lampiran 3. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA

Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan

fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan

oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya

hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).

2. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak

tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi

perlakuan.

Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data berbentuk persen

seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.

Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.

Page 62: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

59

Lampiran 4. Transformasi ArcSin√Persentase Dari Data Rata-rata Laju Pertumbuhan Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Selama 30 Hari Masa Tanam (Variabel Berat)

Perlakuan Pengamatan

I II III Aa 8.6699 10.9959 8.9200 Ab 5.0201 10.2200 4.6916 Ac 9.1273 10.8060 9.0230 Ad 5.7862 9.6068 7.2247 Ba 7.2130 11.2231 11.8356 Bb 9.8684 9.9396 9.7006 Bc 8.4486 11.8862 10.2685 Bd 9.1161 10.9980 10.8575 Ca 7.5166 10.3205 7.8220 Cb 0.0001 7.9202 2.1657 Cc 7.4740 9.0243 9.4236 Cd 4.9589 10.4645 7.8411 Da 5.9546 9.1456 2.900 Db 5.9376 7.8199 3.9553 Dc 7.6310 8.5954 6.1200 Dd 5.4607 8.7961 2.8145 Ea 3.8915 7.2899 0.0011 Eb 7.6473 6.8349 4.2282 Ec 0.0000 8.3277 7.9489 Ed 0.0004 7.7398 7.8897 K1 8.5448 8.1256 1.2115 K2 7.5230 7.2646 5.7484 K3 7.7511 8.8671 9.0800 K4 6.2962 3.5253 7.1546 K5 6.7559 8.9347 5.9845

Page 63: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

60

( )

4*2+3*21

0740.546 2( ) 2

n

G

( ) ( ) ( ) ( )9845.5+........+9200.8+9959.10+669.8 2222

3

6751.21+...+

2

0859.10+...+

3

9317.19+

3

5858.28 2222

Lampiran 5. Perhitungan Statistik (Berdasarkan Variabel Berat) Dari Data Laju Pertumbuhan Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii

Umur Frekuensi

Perendaman Kelompok Total Rata-rata

I II III A K 8.5448 8.1256 1.2115 17.8819 5.9606

a 8.6699 10.9959 8.9200 28.5858 9.5286 b 5.0201 10.2200 4.6916 19.9317 6.6439 c 9.1273 10.8060 9.0230 28.9563 9.6521 d 5.7862 9.6068 7.2247 22.6177 7.5392

B K 7.5230 7.2646 5.7484 20.5360 6.8453 a 7.2130 11.2231 11.8356 30.2717 10.0906 b 9.8684 9.9396 9.7006 29.5086 9.8362 c 8.4486 11.8862 10.2685 30.6033 10.2011 d 9.1161 10.9980 10.8575 30.9716 10.3239

C K 7.7511 8.8671 9.0800 25.6982 8.5661 a 7.5166 10.3205 7.8220 25.6591 8.5530 b - 7.9202 2.1657 10.0859 5.0430 c 7.4740 9.0243 9.4236 25.9219 8.6406 d 4.9589 10.4645 7.8411 23.2645 7.7548

D K 6.2962 3.5253 7.1546 16.9761 5.6587 a 5.9546 9.1456 2.900 18.0002 6.0001 b 5.9376 7.8199 3.9553 17.7128 5.9043 c 7.6310 8.5954 6.1200 22.3464 7.4488 d 5.4607 8.7961 2.8145 17.0713 5.6904

E K 6.7559 8.9347 5.9845 21.6751 7.2250 a 3.8915 7.2899 - 11.1814 3.7271 b 7.6473 6.8349 4.2282 18.7104 6.2368 c - 8.3277 7.9489 16.2766 8.1383 d - 7.7398 7.8897 15.6295 7.8148

Total 156.5928 224.6717 164.8095 546.0740 Rata-rata 7.1179 8.9869 6.8671

Faktor Koreksi (FK) = = = 4199.9551

JK Total = - - FK

= 4587.3608 - 4199.9551 = 387.4057

JK Perl. Kombinasi = - FK

= 4387.1326 - 4199.9551 = 187.1775

Page 64: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

61

24

8095.164+

25

6717.224+

22

5928.156 222

12

4730.83+

15

1068.92+

14

6296.110+

15

8912.141+

15

9734.117 22222

14

5546.109+

14

1045.124+

14

9494.95+

14

6982.113+

15

7673.102 22222

Lampiran 5. (Lanjutan)

JK Kelompok = - FK

= 4265.4568 - 4199.9551 = 65.5017

Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii

JK Faktor Perlakuan Umur

= - FK

= 4290.4861 - 4199.9551

= 90.531

JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman

= - FK

= 4242.4821 - 4199.9551

= 42.5270

JK Interaksi = 187.1775 - 90.531 - 42.5270

= 54.1195

JK Acak = 387.4057 - 65.5017 - 187.1775

= 134.7265

Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d

A 17.8819 28.5858 19.9317 28.9563 22.6177 117.9734 7.8649 B 20.5360 30.2717 29.5086 30.6033 30.9716 141.8912 9.4594 C 25.6982 25.6591 10.0859 25.9219 23.2645 110.6296 7.7115 D 16.9761 18.0002 17.7128 22.3464 17.0713 92.1068 6.1405 E 21.6751 11.1814 18.7104 16.2766 15.6295 83.4730 7.6248

Total 102.7673 113.6982 95.9494 124.1045 109.5546 546.074 Rata 6.8512 7.6331 6.4447 8.3511 7.3781

Page 65: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

62

)15

1+

15

1(KTAcak2 )

15

1+

15

1(8068.2*2

)rIII

1+

rII

1+

rI

1(KTAcak )

24

1+

25

1+

22

1(8068.2

)14

1+

15

1(KTAcak2 )

14

1+

15

1(8068.2*2

Lampiran 5. (Lanjutan)

Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 65.5017 32.7509 11.6684** 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II

24 4 4 16

187.1775 90.5310 42.5270 54.1195

7.7991 22.6328 10.6318 3.3825

- 8.0636** 3.7879** 1.2051ns

2.56 2.56 1.86

3.74 3.74 2.40

Acak 48 134.7265 2.8068 Total 74 387.4057

Kelompok Berbeda Sangat Nyata

SED = = = 0.5973

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.5973 = 1.1707

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.5973 = 1.5386

Tabel BNT Kelompok

Rata-rata III=6.8671 I=7.1179 II=8.9869 Notasi III=6.8671 - - - a I=7.1179 0.2508ns - - a II=8.9869 2.1198** 1.8690** - b

Kelompok terbaik : II – I/III

Perlakuan I (Umur) Berbeda Sangat Nyata Perlakuan A-B, A-D, B-D SED = = = 0.7485

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7485 = 1.4671

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7485 = 1.9281

Perlakuan A-C, B-C, C-D

SED = = = 0.7752

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7752 = 1.5194

Page 66: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

63

)12

1+

15

1(KTAcak2 )

12

1+

15

1(8068.2*2

)12

1+

14

1(KTAcak2 )

12

1+

14

1(8068.2*2

)14

1+

15

1(KTAcak2 )

14

1+

15

1(8068.2*2

)14

1+

14

1(KTAcak2 )

14

1+

14

1(8068.2*2

Lampiran 5. (Lanjutan)

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7752 = 1.9970

Perlakuan A-E, B-E, D-E

SED = = = 0.8420

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8420 = 1.6503

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8420 = 2.1690

Perlakuan C-E

SED = = = 0.8688

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8688 = 1.7028

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8688 = 2.2380

Tabel BNT Faktor I (Umur)

Rata-rata D=6.1405 E=7.6248 C=7.7115 A=7.8649 B=9.4594 Notasi D=6.1405 - - - - - a E=7.6248 1.4843ns - - - - ab C=7.7115 1.5710* 0.0867ns - - - bc A=7.8649 1.7244* 0.2401ns 0.1534ns - - c B=9.4594 3.3189** 1.8346* 1.7479* 1.5945* - d

Perlakuan terbaik : B – A – C – E - D

Perlakuan II (Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb) Berbeda Sangat Nyata

Perlakuan K-a, K-b, K-c, K-d SED = = = 0.7752

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7752 = 1.5194

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7752 = 1.9970

Perlakuan a-b, a-c, a-d, b-c, b-d, c-d SED = = = 0.8019

Page 67: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

64

Lampiran 5. (Lanjutan)

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8019 = 1.5717

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8019 = 2.0657

Tabel BNT Faktor II (Frekuensi Perendaman)

Rata-rata b=6.4447 K=6.8512 d=7.3781 a=7.6331 c=8.3511 Notasi b=6.4447 - - - - - a K=6.8512 0.4065ns - - - - a d=7.3781 0.9334ns 0.5269ns - - - a a=7.6331 1.1884ns 0.7819ns 0.2550ns - - a c=8.3511 1.9064* 1.4999ns 0.9730ns 0.7180ns - b

Perlakuan terbaik : c – a/d/K/b

Page 68: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

65

Lampiran 6. Uji Polinomial Orthogonal Perlakuan Umur (Variabel Berat)

Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci) Linier Kuadratik Kubik Kuartik

A 117.9734 -2 +2 -1 +1 B 141.8912 -1 -1 +2 -4 C 110.6296 0 -2 0 +6 D 92.1068 +1 -1 -2 -4 E 83.4730 +2 +2 +1 +1

Q = ∑CiTi -118.7852 -52.3644 65.0684 -70.7680 K.r = (∑Ci)2 *r*LII 150 210 150 1050

JK = Q2/K*r 94.0662 13.0573 28.2260 4.7696 JK Total Regresi = 700.5952 Sidik Ragam Regresi

Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1% 1. Perlakuan

- Linier - Kuadratik - Kubik - Kuartik

4 1 1 1 1

- 94.0662 13.0573 28.2260 4.7696

- 94.0662 13.0573 28.2260 4.7696

- 33.5137** 4.6520*

10.0563** 1.6993ns

- 4.04 4.04 4.04 4.04

- 7.19 7.19 7.19 7.19

2. Acak 48 134.7265 2.8068 3. Total 74 387.4057

Regresi Linier Tabel Regresi

X Y X2 X3 X4 XY X2Y 20 1.8725 400 8000 160000 37.4500 749 25 2.7010 625 15625 390625 67.5250 1688.1250 30 1.8006 900 27000 810000 54.0180 1620.5400 35 1.1442 1225 42875 1500625 40.0470 1401.6450 40 1.7605 1600 64000 2560000 70.4200 2816.8000 150 9.2788 4750 157500 5421250 269.4600 8276.1100

Bentuk Persamaan : Y = a + bx

∑Y = na + b∑X

∑XY = a∑X + b∑X2

9.2788 = 5a + 150b (1) …………………. x 30

269.4600 = 150a + 4750b (2)

Page 69: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

66

134.7265+94.0662

94.0662

Lampiran 6. (Lanjutan)

Dari (1) dan (2)

278.3640 = 4500b

269.4600 = 4750b -

8.9040 = -250b

b = -0.0356 ……………………(3)

Nilai (3) dimasukkan ke persamaan (1)

9.2788 = 5a + 150 (-0.0356)

a = 2.9242

Persamaan Linier : Y = 2.9242 - 0.0356x

Nilai X Nilai Y 20 2.2122 25 2.0342 30 1.8562 35 1.6782 40 1.5002

R2 = = 0.4111

r = √0.4111 = 0.6412

Regresi Kubik

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y 20 1.8725 400 8000 160000 3200000 64000000 37.4500 749 14980 25 2.7010 625 15625 390625 9765625 244140625 67.5250 1688.1250 42203.125 30 1.8006 900 27000 810000 24300000 729000000 54.0180 1620.5400 48616.2 35 1.1442 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 40.0470 1401.6450 49057.575 40 1.7605 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 70.4200 2816.8000 112672 150 9.2788 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 269.4600 8276.1100 267528.9

∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3

∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4

∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5

Page 70: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

67

Lampiran 6. (Lanjutan)

∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6

9.2788 = 5a + 150b + 4750c + 157500d (1) …………………. x 30

269.4600 = 150a + 4750b + 157500c + 5421250d (2)………………..... x 4750

8276.1100 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d (3) ...………….

267528.9 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d (4) ……...

Dari (1) dan (2)

278.3640 = 4500b + 142500c + 4725000d

269.4600 = 4750b + 157500c + 5421250d -

8.9040 = -250b - 15000c – 696250d ………..(5)

Dari (2) dan (3)

1279935 = 22562500b + 748125000c + 25750937500d

1241416.5 = 23625000b + 813187500c + 28828125000d -

38518.5 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d …………(6)

Dari (5) dan (6)

8.9040 = -250b - 15000c – 696250d ……….. x 4250

38518.5 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d

didapatkan

37842 = -63750000c - 2959062500d

9629625 = -16265625000c - 769296875000d -

-9591783 = 16201875000c + 766337812500d …… (7)

Dari (3) dan (4)

8276.1100 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d ….. x 157500

267528.9 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d …… x 4750

Page 71: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

68

Lampiran 6. (Lanjutan)

didapatkan

1303487325 = 24806250000b + 853846875000c + 30269531250000d

1270762275 = 25750937500b + 912890625000c + 33114179687500d -

32725050 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d ….. (8)

Dari (5) dan (8)

8.9040 = -250b - 15000c – 696250d …………. x 3778750

32725050 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d

Didapatkan

33645990 = -56681250000c - 2630954687500d

32725050 = -14760937500000c - 711162109375000d -

920940 = 14704256250000c + 708531154687500d …… (9)

Dari (7) dan (9)

-9591783 = 16201875000c + 766337812500d ……. x 1470425625000

920940 = 14704256250000c + 708531154687500d … x 16201875000

didapatkan

-141040035126393750000 = 11268427569064453125000000d

14920954762500000 = 11479533201852539062500000d -

-141025114171631250000 = -211105632788085937500000d

d = 0.0007

Dari (7)

-9591783 = 16201875000c + 766337812500 (0.0007)

c = -0.0337

Page 72: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

69

Lampiran 6. (Lanjutan)

Nilai c dan d dimasukkan ke persamaan (1) dan (2)

59.1038 = 5a + 150b …….. x 30

1782.335 = 150a + 4750b -

didapatkan

1773.114 = 4500b

1782.335 = 4750b -

-9.221 = - 250b

b = 0.0369

Dari (1)

9.2788 = 5a + 150 (0.0369) + 4750 (-0.0337) + 157500 (0.0007)

a = 10.7138

Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3

Nilai X Nilai Y 20 -7.1420 25 1.5113 30 0.3908 35 0.7353 40 -7.644

Titik optimum pada Y’ = 0

0 = 0.0369 - 0.0674x + 0.0021x2

x =

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =

Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0

0 = -0.0674 + 0.0042x

Page 73: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

70

134.7265+28.2260

2260.28

Lampiran 6. (Lanjutan)

x = 16.0476

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y = 5.5202

R2 = = 0.1732

r = √0.1732 = 0.4162

Page 74: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

71

Lampiran 7. Uji Polinomial Orthogonal Perlakuan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb (Variabel Berat)

Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci)

Linier Kuadratik Kubik Kuartik K 102.7673 -2 +2 -1 +1 a 113.6982 -1 -1 +2 -4 b 95.9494 0 -2 0 +6 c 124.1045 +1 -1 -2 -4 d 109.5546 +2 +2 +1 +1

Q = ∑CiTi 23.9809 -5.0577 -14.0253 -163.1925 K.r = (∑Ci)2 *r*LI 150 210 150 1050

JK = Q2/K*r 3.8339 0.12181 1.3114 25.3636 JK Total Regresi = 30.6307 Sidik Ragam Regresi

Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1% 1. Perlakuan

- Linier - Kuadratik - Kubik - Kuartik

4 1 1 1 1

- 3.8339 0.12181 1.3114 25.3636

- 3.8339 0.12181 1.3114 25.3636

- 1.3659ns 0.0434ns 0.4672ns 9.0365**

- 4.04 4.04 4.04 4.04

- 7.19 7.19 7.19 7.19

2. Acak 48 134.7265 2.8068 3. Total 74 387.4057

Tabel Regresi

X Y X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 XY X2Y X3Y X4Y 0 1.4230 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.7644 1 1 1 1 1 1 1 1.7644 1.7644 1.7644 1.7644 2 1.2599 4 8 16 32 64 128 256 2.5198 5.0396 10.0792 20.1584 3 2.1094 9 27 81 243 729 2187 6561 6.3282 18.9846 56.9538 170.8614 4 1.6491 16 64 256 1024 4096 16384 65536 6.5964 26.3856 105.5424 422.1696 10 8.2058 30 100 354 1300 4890 18700 72354 17.2088 52.1742 174.3398 614.9538

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3 + ex4

∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3 + e∑X4

∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4 + e∑X5

∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5 + e∑X6

∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6 + e∑X7

∑X4Y = a∑X4 + b∑X5 + c∑X6 + d∑X7 + e∑X8

Page 75: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

72

Lampiran 7. (Lanjutan)

8.2058 = 5a + 10b + 30c + 100d + 354e (1) …………………. x 2

17.2088 = 10a + 30b + 100c + 354d + 1300e (2)………………..... x 3

52.1742 = 30a + 100b + 354c + 1300d + 4890e (3)

174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e (4)

614.9538 = 354a + 1300b + 4890c + 18700d + 72354e (5)

Dari (1) dan (2)

16.4116 = 20b + 60c + 200d + 708e

17.2088 = 30b + 100c + 354d + 1300e -

-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e ……. (6)

Dari (2) dan (3)

51.6264 = 90b + 300c + 1062d + 3900e

52.1742 = 100b + 354c + 1300d + 4890e -

-0.5478 = -10b – 54c – 238d – 990e ……. (7)

Dari (6) dan (7)

-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e

-0.5478 = -10b – 54c – 238d – 990e -

-0.2494 = 14c + 84d + 398e …………...... (8)

Dari (3) dan (4)

52.1742 = 30a + 100b + 354c + 1300d + 4890e ….. x 10

174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e … x 3

didapat

521.7420 = 1000b + 3540c + 13000d + 48900e

523.0194 = 1062b + 3900c + 14670d + 56100e -

Page 76: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

73

Lampiran 7. (Lanjutan)

-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e ……(9)

Dari (4) dan (5)

174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e ….. x 354

614.9538 = 354a + 1300b + 4890c + 18700d + 72354e ... x 100

didapat

61716.2892 = 125316b + 460200c + 1731060d + 6619800e

61495.3800 = 130000b + 489000c + 1870000d + 7235400e -

220.9092 = -4684b – 28800c – 138940d - 615600e ….. (10)

Dari (9) dan (10)

-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e …… x 2342

220.9092 = -4684b – 28800c – 138940d - 615600e ….. x 31

didapat

-2991.6708 = -843120c – 3911140d – 16862400e

6848.1852 = -892800c – 4307140d – 19083600e -

-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e ….. (11)

Dari (8) dan (11)

-0.2494 = 14c + 84d + 398e ……. x 24840

-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e …. x 7

didapat

-6195.096 = 2086560d + 9886320e

-68878.992 = 2772000d + 15548400e -

62683.896 = -685440d - 5662080e ……………………….. (12)

Page 77: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

74

Lampiran 7. (Lanjutan)

Dari (6) dan (9)

-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e ……. x 31

-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e …… x 5

didapat

-24.7132 = -1240c – 4774d – 18352e

-6.387 = -1800c – 8350d – 36000e -

-18.3262 = 560c + 3576d + 17648e …. (13)

Dari (11) dan (13)

-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e …… x 7

-18.3262 = 560c + 3576d + 17648e ……….. x 621

didapat

-68878.992 = 2772000d + 15548400e

-11380.5702 = 2220696d + 10959408e -

-57498.4218 = 551304d + 4588992e …… (14)

Dari (12) dan (14)

62683.896 = -685440d - 5662080e ……. x 68913

-57498.4218 = 551304d + 4588992e …… x -85680

didapat

4319735325.048 = - 390190919040e

4926464779.824 = - 393184834560e -

-606729454.776 = 2993915520e

e = -0.2027

Page 78: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

75

134.7265+25.3636

25.3636

Lampiran 7. (Lanjutan)

Dari (12) didapatkan

62683.896 = -685440d – 5662080 (-0.2027)

d = 1.5830

Dari (11) didapatkan

-9839.856 = 49680c + 396000 (1.5830) + 2221200 (-0.2027)

c = -3.7534

Dari (6) didapatkan

-0.7972 = -10b – 40 (-3.7534) – 154 (1.5830) – 592 (-0.2027)

b = 2.7150

Dari (1) didapatkan

8.2058 = 5a + 10 (2.7150) + 30 (-3.7534) + 100 (1.5830) + 354 (-0.2027)

a = 1.4227

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3 + ex4

Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4

Nilai X Nilai Y 0 1.4227 1 1.7646 2 1.2599 3 2.1094 4 1.6491

R2 = = 0.1584

r = √0.1584 = 0.3980

Titik optimum pada Y’ = 0

0 = 2.7150 - 7.5068x + 4.7490x2 - 0.8108 x3

x =

Page 79: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

76

Lampiran 7. (Lanjutan)

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =

Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0

0 = -7.5068 + 9.498x - 2.4324x2

x =

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =

Page 80: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

77

Lampiran 8. Uji Polinomial Orthogonal Kontrol (Variabel Berat)

Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci) Linier Kuadratik Kubik Kuartik

K 17.8819 -2 +2 -1 +1 a 20.5360 -1 -1 +2 -4 b 25.6982 0 -2 0 +6 c 16.9761 +1 -1 -2 -4 d 21.6751 +2 +2 +1 +1

Q = ∑CiTi 4.0265 -9.7945 10.9130 43.6978 K.r = (∑Ci)2 3 14 3 70 JK = Q2/K*r 5.4042 6.8523 39.6979 27.2785

JK Total Regresi = 79.2329 Sidik Ragam Regresi

Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1% 1. Perlakuan

- Linier - Kuadratik - Kubik - Kuartik

4 1 1 1 1

- 5.4042 6.8523 39.6979 27.2785

- 5.4042 6.8523 39.6979 27.2785

- 1.9254ns 2.4413ns

14.1435** 9.7187**

- 4.04 4.04 4.04 4.04

- 7.19 7.19 7.19 7.19

2. Acak 48 134.7265 2.8068 3. Total 74 387.4057

Regresi Kubik

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y 20 1.0784 400 8000 160000 3200000 64000000 21.5680 431.3600 8627.2000 25 1.42060 625 15625 390625 9765625 244140625 35.5150 887.8750 22196.8750 30 2.2186 900 27000 810000 24300000 729000000 66.5580 1996.7400 59902.2000 35 0.9722 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 34.0270 1190.9450 41683.0750 40 1.5817 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 63.2680 2530.7200 101228.8000 150 7.2715 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 220.9360 7037.6400 233638.1500

∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3

∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4

∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5

∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6

7.2715 = 5a + 150b + 4750c + 157500d (1) …………………. x 30

Page 81: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

78

Lampiran 8. (Lanjutan)

220.9360 = 150a + 4750b + 157500c + 5421250d (2)………………..... x 4750

7037.6400 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d (3) ...………….

233638.1500 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d (4) ……...

Dari (1) dan (2)

218.145 = 4500b + 142500c + 4725000d

220.9360 = 4750b + 157500c + 5421250d -

-2.791 = -250b - 15000c – 696250d ………..(5)

Dari (2) dan (3)

1049446 = 22562500b + 748125000c + 25750937500d

7037.6400 = 23625000b + 813187500c + 28828125000d -

1042408.36 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d …………(6)

Dari (5) dan (6)

-2.791 = -250b - 15000c – 696250d ……….. x 4250

1042408.36 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d

didapatkan

-11861.75 = -63750000c - 2959062500d

1042408.36 = -16265625000c - 769296875000d -

-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500d …… (7)

Dari (3) dan (4)

7037.6400 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d ….. x 157500

233638.1500 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d …… x 4750

Page 82: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

79

Lampiran 8. (Lanjutan)

didapatkan

1108428300 = 24806250000b + 853846875000c + 30269531250000d

1109781212.5 = 25750937500b + 912890625000c + 33114179687500d -

-1352912.5 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d ….. (8)

Dari (5) dan (8)

-2.791 = -250b - 15000c – 696250d …………. x 3778750

-1352912.5 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d

Didapatkan

-10546491.25 = -56681250000c - 2630954687500d

-1352912.5 = -14760937500000c - 711162109375000d -

-9193578.75 = 14704256250000c + 708531154687500d …… (9)

Dari (7) dan (9)

-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500d ……. x 1470425625000

-9193578.75 = 14704256250000c + 708531154687500d … x 16201875000

didapatkan

-1550225785415568750 = 11268427569064453125000000d

-148953213710156250 = 11479533201852539062500000d -

-1401272571705412500 = -211105632788085937500000d

d = 6.6378

Dari (7)

-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500 (6.6378)

c = -313.9635

Page 83: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

80

Lampiran 8. (Lanjutan)

Nilai c dan d dimasukkan ke persamaan (1) dan (2)

445880.3965 = 5a + 150b …….. x 30

13464298.936 = 150a + 4750b

didapatkan

13376411.895 = 4500b

13464306.811 = 4750b -

-87894.916 = - 250b

b = 351.5797

Dari (1)

7.2715 = 5a + 150 (351.5797) + 4750(-313.9635) + 157500 (6.6378)

a = 78628.6883

Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

Y = 78628.6883 + 351.5797x - 313.9635x2 + 6.6378x3

Y = 7.8629 + 0.0352 x - 0.0314x2 + 0.0007x3

Nilai X Nilai Y 20 1.6069 25 0.0554 30 -0.4411 35 0.6424 40 3.8309

Titik optimum pada Y’ = 0

0 = 0.0352 - 0.0628x + 0.0021x2

x =

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =

Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0

Page 84: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

81

134.7265+39.6979

39.6979

Lampiran 8. (Lanjutan)

0 = -0.0628 + 0.0042x

x = 14.9524

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y = 3.7092

R2 = = 0.2276

r = √0.2276 = 0.4771

Page 85: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

82

Lampiran 9. Data Rata-rata Pertambahan Volume Rumput Laut Eucheuma cottonii (ml) Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Perlakuan Pengamatan

I II III Aa 70.0000 95.0000 60.0000 Ab 47.5000 72.5000 40.0000 Ac 75.0000 70.0000 55.0000 Ad 47.5000 67.5000 50.0000 Ba 10.0000 20.0000 35.0000 Bb 25.0000 27.5000 12.5000 Bc 45.0000 37.5000 25.0000 Bd 57.5000 80.0000 30.0000 Ca 25.0000 27.5000 10.0000 Cb 8.0000 25.0000 8.0000 Cc 12.5000 22.5000 10.0000 Cd 17.5000 10.0000 12.5000 Da 10.0000 25.0000 27.5000 Db 32.5000 20.0000 12.5000 Dc 12.5000 20.0000 15.0000 Dd 12.5000 30.0000 22.5000 Ea 22.5000 25.0000 10.0000 Eb 20.0000 10.0000 7.5000 Ec 18.0000 20.0000 20.0000 Ed 8.0000 7.5000 15.0000 K1 65.0000 55.0000 40.0000 K2 30.0000 20.0000 15.0000 K3 12.5000 17.5000 12.5000 K4 15.0000 8.0000 15.0000 K5 20.0000 17.5000 7.5000

Page 86: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

83

Lampiran 10. Data Rata-Rata Laju Pertumbuhan (Berdasarkan Variabel Volume) Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam (%)

Perlakuan Pengamatan

I II III Aa 1.8971 2.9943 1.0423 Ab -1.2887 1.6183 -2.3230 Ac 1.8755 1.8558 0.1762 Ad -0.8101 1.8166 0.0884 Ba 0.2288 3.8315 3.1512 Bb 1.2240 1.8888 1.2240 Bc 0.1082 3.1512 1.2240 Bd 2.0983 2.6361 2.3659 Ca 1.2240 1.8888 0.2288 Cb -2.3230 -0.6123 -2.3230 Cc 1.2240 0.7597 2.3659 Cd -0.8870 2.3659 1.2240 Da 0.2288 1.3707 0.6118 Db 1.5923 0.2288 0.7498 Dc 1.3707 0.2726 -0.0648 Dd 1.3707 1.2218 -1.0192 Ea -0.3691 0.2907 -1.7977 Eb 1.7330 0.2288 1.3707 Ec -2.8497 0.2288 1.5923 Ed -2.3230 1.3707 1.3707 K1 1.5923 0.0119 -2.5589 K2 1.2218 -0.3561 -0.0648 K3 1.2240 1.0618 1.7330 K4 2.0093 -2.3230 1.3707 K5 0.2288 1.1348 1.3707

Page 87: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

84

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

-1.5000 -1.0000 -0.5000 0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000

Rata-rata Data

Ren

tang

/Sel

isih

Dat

a M

ax-M

in

Lampiran 11. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA

Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

3. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan

fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan

oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya

hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).

4. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak

tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi

perlakuan.

Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data berbentuk persen

seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.

Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.

Page 88: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

85

Lampiran 12. Transformasi ArcSin√Persentase Dari Data Rata-rata Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam (Variabel Volume)

Perlakuan Pengamatan

I II III Aa 7.9168 9.9646 5.8597 Ab - 7.3085 - Ac 7.8713 7.8296 2.4058 Ad - 7.7460 1.7038 Ba 2.7417 11.2881 10.2251 Bb 6.3519 7.8994 6.3519 Bc 1.8850 10.2251 6.3519 Bd 8.3289 9.3439 8.8481 Ca 6.3519 7.8994 2.7417 Cb - - - Cc 6.3519 5.0003 8.8481 Cd - 8.8481 6.3519 Da 2.7417 6.7234 4.4861 Db 7.2493 2.7417 4.9675 Dc 6.7234 2.9928 - Dd 6.7234 6.3462 - Ea - 3.0907 - Eb 7.5646 2.7417 6.7234 Ec - 2.7417 7.2493 Ed - 6.7234 6.7234 K1 7.2493 0.6250 - K2 6.3462 - - K3 6.3519 5.9145 7.5646 K4 8.1491 - 6.7234 K5 2.7417 6.1152 6.7234

Page 89: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

86

2

4468.13+....+

1

3085.7+

3

7411.23+

2

8743.7 2222

( ) 2

n

G ( )

3*1+8*2+13*3

5984.360 2

( ) ( ) ( ) ( )7234.6+........+9168.7+6250.0+2493.7 2222

Lampiran 13. Perhitungan Statistik (Berdasarkan Variabel Volume) Dari Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Umur Frekuensi

Perendaman Kelompok Total Rata-rata

I II III A K 7.2493 0.6250 - 7.8743 3.9372

a 7.9168 9.9646 5.8597 23.7411 7.9137 b - 7.3085 - 7.3085 7.3085 c 7.8713 7.8296 2.4058 18.1067 6.0356 d - 7.7460 1.7038 9.4498 4.7249

B K 6.3462 - - 6.3462 6.3462 a 2.7417 11.2881 10.2251 24.2549 8.0850 b 6.3519 7.8994 6.3519 20.6032 6.8677 c 1.8850 10.2251 6.3519 18.4620 6.1540 d 8.3289 9.3439 8.8481 26.5209 8.8403

C K 6.3519 5.9145 7.5646 19.8310 6.6103 a 6.3519 7.8994 2.7417 16.9930 5.6643 b - - - 0.0000 0.0000 c 6.3519 5.0003 8.8481 20.2003 6.7334 d - 8.8481 6.3519 15.2000 7.6000

D K 8.1491 - 6.7234 14.8725 7.4363 a 2.7417 6.7234 4.4861 13.9512 4.6504 b 7.2493 2.7417 4.9675 14.9585 4.9862 c 6.7234 2.9928 - 9.7162 4.8581 d 6.7234 6.3462 - 13.0696 6.5348

E K 2.7417 6.1152 6.7234 15.5803 5.1934 a - 3.0907 - 3.0907 3.0907 b 7.5646 2.7417 6.7234 17.0297 5.6766 c - 2.7417 7.2493 9.9910 4.9955 d - 6.7234 6.7234 13.4468 6.7234

Total 109.6400 140.1093 110.8491 360.5984 Rata-rata 6.0911 6.3686 6.1583

Faktor Koreksi (FK) = = = 2241.9173

JK Total = - FK

= 2574.9155 - 2241.9173

= 332.9982

JK Perl. Kombinasi = - FK

= 2341.1759 - 2241.9173 = 99.2586

Page 90: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

87

( )

18

8491.110+

22

1093.140+

18

6400.109 222

( )

11

1385.59+

12

5680.66+

11

2243.72+

13

1872.96+

11

4804.66 22222

11

6871.77+

13

4762.76+

10

8999.59+

13

0309.82+

11

5043.64 22222

Lampiran 13. (Lanjutan)

JK Kelompok = - FK

= 2242.7703 - 2241.9173 = 0.8530

Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii

JK Faktor Perlakuan Umur

= - FK

= 2274.9068 - 2241.9173

= 32.9895

JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman

= - FK

= 2253.2308 - 2241.9173

= 11.3135

JK Interaksi = 99.2586 - 32.9895 - 11.3135

= 54.9556

JK Acak = 332.9982 - 99.2586 - 0.8530

= 232.8866

Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d

A 7.8743 23.7411 7.3085 18.1067 9.4498 66.4804 5.9840 B 6.3462 24.2549 20.6032 18.4620 26.5209 96.1872 7.2586 C 19.8310 16.9930 0.0000 20.2003 15.2000 72.2243 5.3216 D 14.8725 13.9512 14.9585 9.7162 13.0696 66.568 5.6931 E 15.5803 3.0907 17.0297 9.9910 13.4468 59.1385 5.1359

Total 64.5043 82.0309 59.8999 76.4762 77.6871 360.598 Rata 5.9047 5.8808 3.9933 5.7553 6.8847

Page 91: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

88

Lampiran 13. (Lanjutan)

Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 0.8530 0.4265 0.0879ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II

24 4 4 16

99.2586 32.9895 11.3135 54.9556

- 8.2474 2.8284 3.4347

- 1.6999ns 0.5830ns 0.7079ns

- 2.56 2.56 1.86

- 3.74 3.74 2.40

Acak 48 232.8866 4.8518 Total 74 332.9982

Page 92: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

89

Lampiran 14. Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Perlakuan Kelompok

I II III Aa 910.0000 870.0000 617.5000 Ab 377.5000 285.0000 301.5000 Ac 402.5000 697.5000 478.5000 Ad 288.0000 747.5000 209.6150 Ba 605.0000 760.5700 875.0000 Bb 500.0000 660.0000 431.0000 Bc 158.1300 360.0000 414.0000 Bd 562.5000 315.0000 478.0000 Ca 760.0000 425.5100 437.6900 Cb 487.5000 117.5400 455.0000 Cc 360.7200 311.3100 0.7200 Cd 512.5000 0.7500 675.0000 Da 270.5400 738.0000 570.5700 Db 572.5000 332.5000 240.0000 Dc 495.6600 840.0000 136.5100 Dd 780.0000 460.6000 160.9600 Ea 225.5400 440.0000 231.6300 Eb 760.0000 449.0000 0.8100 Ec 429.0000 614.0000 210.0000 Ed 150.9000 420.0000 360.0000 K1 526.5000 286.5000 420.0000 K2 333.0000 356.0000 372.0000 K3 667.5000 443.0000 315.0000 K4 657.5000 346.5000 137.5000 K5 635.0000 278.5000 167.5000

Page 93: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

90

0

100

200

300

400

500

600

700

800

0.0000 100.0000 200.0000 300.0000 400.0000 500.0000 600.0000 700.0000 800.0000 900.0000 1000.0000Rata-rata Data

Ren

tang

/Sel

isih

Dat

a M

ax-M

in

Lampiran 15. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA

Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

5. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan

fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan

oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya

hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).

6. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak

tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi

perlakuan.

Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data diatas yang

mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA. Bentuk transformasi

yang ideal untuk data diatas adalah transformasi logaritma.

Page 94: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

91

Lampiran 16. Transformasi Logaritma Dari Data Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Perlakuan Pengamatan

I II III Aa 2.9590 2.9395 2.7906 Ab 2.5769 2.4548 2.4793 Ac 2.6048 2.8435 2.6799 Ad 2.4594 2.8736 2.3214 Ba 2.7818 2.8811 2.9420 Bb 2.6990 2.8195 2.6345 Bc 2.1990 2.5563 2.6170 Bd 2.7501 2.4983 2.6794 Ca 2.8808 2.6289 2.6412 Cb 2.6880 2.0702 2.6580 Cc 2.5572 2.4932 -0.1427 Cd 2.7097 -0.1249 2.8293 Da 2.4322 2.8681 2.7563 Db 2.7578 2.5218 2.3802 Dc 2.6952 2.9243 2.1352 Dd 2.8921 2.6633 2.2067 Ea 2.3532 2.6435 2.3648 Eb 2.8808 2.6522 -0.0915 Ec 2.6325 2.7882 2.3222 Ed 2.1787 2.6232 2.5563 K1 2.7214 2.4571 2.6232 K2 2.5224 2.5514 2.5705 K3 2.8245 2.6464 2.4983 K4 2.8179 2.5397 2.1383 K5 2.8028 2.4448 2.2240

Page 95: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

92

( ) ( ) ( )

3

4716.7+....+5110.7+6891.8 222

( ) ( ) ( )2240.2+.......+9395.2+9590.2 222

( ) 2

n

G ( )2

3x5x5

4496.187

Lampiran 17. Perhitungan Statistik Dari Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Umur Frekuensi

Perendaman Kelompok Total Rata-rata

I II III A a 2.9590 2.9395 2.7906 8.6891 2.8964

b 2.5769 2.4548 2.4793 7.5110 2.5037 c 2.6048 2.8435 2.6799 8.1282 2.7094 d 2.4594 2.8736 2.3214 7.6544 2.5515 K 2.7214 2.4571 2.6232 7.8017 2.6006

B a 2.7818 2.8811 2.9420 8.6049 2.8683 b 2.6990 2.8195 2.6345 8.1530 2.7177 c 2.1990 2.5563 2.6170 7.3723 2.4574 d 2.7501 2.4983 2.6794 7.9278 2.6426 K 2.5224 2.5514 2.5705 7.6443 2.5481

C a 2.8808 2.6289 2.6412 8.1509 2.7170 b 2.6880 2.0702 2.6580 7.4162 2.4721 c 2.5572 2.4932 -0.1427 4.9077 1.6359 d 2.7097 -0.1249 2.8293 5.4141 1.8047 K 2.8245 2.6464 2.4983 7.9692 2.6564

D a 2.4322 2.8681 2.7563 8.0566 2.6855 b 2.7578 2.5218 2.3802 7.6598 2.5533 c 2.6952 2.9243 2.1352 7.7547 2.5849 d 2.8921 2.6633 2.2067 7.7621 2.5874 K 2.8179 2.5397 2.1383 7.4959 2.4986

E a 2.3532 2.6435 2.3648 7.3615 2.4538 b 2.8808 2.6522 -0.0915 5.4415 1.8138 c 2.6325 2.7882 2.3222 7.7429 2.5810 d 2.1787 2.6232 2.5563 7.3582 2.4527 K 2.8028 2.4448 2.2240 7.4716 2.4905

Total 66.3772 63.2580 57.8144 187.4496 Rata-rata 2.6551 2.5303 2.3126

Faktor Koreksi (FK) = = = 468.4980

JK Total = - FK

= 493.2757 - 468.4980 = 24.7777

JK Perl. Kombinasi = - FK

= 475.2707 - 468.4980 = 6.7727

Page 96: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

93

( ) ( ) ( )

25

8144.57+2580.63+3772.66 222

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

15

3757.35+.....7291.38+8581.33+7023.39+7844.39 222

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

15

3827.38+1166.36+9058.35+1815.36+8630.40 2222

Lampiran 17. (Lanjutan)

JK Kelompok = - 468.4980

= 470.0005 - 468.4980

= 1.5025

Data Jumlah Tunas Rata-rata Rumput Laut Eucheuma cottonii

JK Faktor Perlakuan Umur

= - FK

= 470.4550 - 468.4980

= 1.9570

JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman

= - FK

= 469.7168 - 468.4980

= 1.2188

JK Interaksi = 6.7727 - 1.9570 - 1.2188

= 3.5969

JK Acak = 24.7777 - 6.7727 - 1.5025

= 16.5025

Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata a b c d K

A 8.6891 7.5110 8.1282 7.6544 7.8017 39.7844 2.6523 B 8.6049 8.1530 7.3723 7.9278 7.6443 39.7023 2.6468 C 8.1509 7.4162 4.9077 5.4141 7.9692 33.8581 2.2572 D 8.0566 7.6598 7.7547 7.7621 7.4959 38.7291 2.5819 E 7.3615 5.4415 7.7429 7.3582 7.4716 35.3757 2.3584

Total 40.8630 36.1815 35.9058 36.1166 38.3827 187.4496 Rata 2.7242 2.4121 2.3937 2.4078 2.5588

Page 97: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

94

Lampiran 17. (Lanjutan)

Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 1.5025 0.7513 2.1853ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II

24 4 4 16

6.7727 1.9570 1.2188 3.5969

0.2822 0.4893 0.3047 0.2248

- 1.4232ns 0.8863ns 0.6539ns

- 2.56 2.56 1.86

- 3.74 3.74 2.40

Acak 48 16.5025 0.3438 Total 74 24.7777

Page 98: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

95

Lampiran 18. Pembuatan dan Penempatan Rakit

Pembuatan Rakit

Kelompok I

Kelompok II

Kelompok III Penempatan Rakit

Page 99: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

96

Lampiran 19. Perendaman, Penanaman dan Penimbangan Berat Rumput Laut Eucheuma cottonii

Perendaman Rumput Laut

Penanaman Rumput Laut

Penimbangan Berat Rumput Laut

Page 100: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

97

Lampiran 20. Pemanenan Rumput Laut Eucheuma cottonii

Pengangkutan Menggunakan Perahu

Pemisahan Rumput Laut Dari Tali Ris

Page 101: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

98

Lampiran 21. Alat dan Bahan

Alat Pengukuran Kualitas Air

Alat Pengukuran Berat, Volume dan Jumlah Tunas

Keseluruhan Alat dan Bahan Yang Dipergunakan Selama Penelitian

Page 102: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

99

Lampiran 22. Cara Pembuatan Rakit

Page 103: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

100

Lampiran 23. Peta Sebaran Kecerahan Di Wilayah Perairan Nusa Tenggara Barat (Trisakti et.al., 2003).

Page 104: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

101

Lampiran 24. Jenis Jenis Rumput Laut Kelas Rhodophyceae Yang Termasuk Ekonomis Penting (Sumber : http:\\www.iptek.net.id, 2004)

Eucheuma edule Koetzing Eucheuma edule

Eucheuma serra Eucheuma alvarezii

Eucheuma denticulatum (a) Eucheuma denticulatum (b)

Page 105: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

102

Lampiran 24. (Lanjutan)

Kappaphycus cottonii (a) Kappaphycus cottonii (b)

Kappaphycus striatum Gracilaria arcuata Zanardini

Gracilaria coronopofilia Gracilaria eucheumoides (a)

Page 106: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

103

Lampiran 24. (Lanjutan)

Gracilaria eucheumoides (b) Gracilaria foliifera

Hypnea asperi Bory Hypnea cervicornis

Hypnea cornuta Gelidium latifolium

Page 107: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

104

Lampiran 25. Hasil Pengamatan Laju Pertumbuhan Dari Percobaan Rumput Laut Dengan Metode Rakit Pada Beberapa Lokasi Di Indonesia (Sumber : Tim Penulis PS, 2001)

Nama Jenis Tempat

Penanaman Laju

Pertumbuhan (%/hari)

Sumber

Eucheuma spinosum P. Ari

P. Aru

P. Bali

Batu Nampar

2,08 – 3,71

2,38

4,34

5,4 – 8

Sulistijo et.al. 1978

Mubarak. 1978

Atmadja. 1981

Sulistijo. 1984

Eucheuma edule P. Pari 4,2 Sulistijo. 1978

Eucheuma serra P. Bali 1,38 Atmadja. 1981

Gracilaria lichenoides

P. Bari

P. Bali

1,22

3,00

Sulistijo et.al. 1978

Sulistijo et.al. 1984

Gracilaria converfoides

P. Pari 0,99 Sulistijo et.al. 1978

Gracilaria gigas (tambak)

P. Bali

P. Sumbawa

Bonteng

1,14

5,08

5,63

Sulistijo et.al. 1984

Djalaluddin et.al. 1984

Djalaluddin et.al. 1984

Page 108: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

105

Lampiran 26. Persyaratan Umum Lokasi Budidaya Rumput Laut (Sediadi, 2000)

No Persyaratan Teknis Keterangan 1. Keterlindungan Lokasi harus terlindung untuk menghindari

kerusakan fisik rumput laut dari terpaan angin dan gelombang yang besar.

2. Dasar Perairan Dasar perairan yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut (Eucheuma spp.) adalah dasar perairan yang stabil yang terdiri dari potongan karang mati bercampur dengan pasir karang, adanya sea grass. Ini menunjukkan adanya gerakan air yang baik.

3. Kedalaman Air Berkisar antara 30-50 cm pada surut terendah, supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan karena terkena sinar matahari secara langsung dan masih memperoleh penetrasi sinar matahari pada waktu pasang. Kedalaman maksimal adalah setinggi orang berdiri dengan mengangkat tangannya.

4. Salinitas Salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28-34 ppt dengan nilai optimum 32 ppt. Untuk itu hindari lokasi dari sekitar muara sungai.

5. Suhu Air Suhu perairan berkisar 27-30 o C. Untuk itu harus diperhatikan keadaan musim yang terjadi.

6. Kecerahan Kondisi yang ideal dengan angka transparansi sekitar 1,5 m.

7. Keasaman (pH) Kisaran pH antara 6-9. Nilai optimal diharapkan pada kisaran 7,5-8,0. Perubahan pH akan mempengaruhi keseimbangan kandungan karbon dioksida (CO2) yang secara umum dapat membahayakan kehidupan biota laut dari tingkat produktivitas primer perairan.

8. Angin & Arus Kecepatan arus yang dianggap baik berkisar antara 20-40 cm/detik.

Page 109: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

106

Lampiran 27. Data pH Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata I II III

1 7 8 7 22 7.33 2 7 7 7 21 7.00 3 8 7 7 22 7.33 4 8 8 7 23 7.67 5 7 7 7 21 7.00 6 7 8 7 22 7.33 7 6 7 7 20 6.67 8 8 7 7 22 7.33 9 8 8 7 23 7.67 10 7 8 7 22 7.33 11 7 7 7 21 7.00 12 7 7 7 21 7.00 13 8 7 7 22 7.33 14 7 7 7 21 7.00 15 7 8 8 23 7.67 16 7 7 6 20 6.67 17 7 7 7 21 7.00 18 8 7 7 22 7.33 19 7 7 8 22 7.33 20 7 7 6 20 6.67 21 6 7 7 20 6.67 22 7 7 7 21 7.00 23 7 7 7 21 7.00 24 7 7 8 22 7.33 25 8 8 7 23 7.67 26 7 6 7 20 6.67 27 8 8 7 23 7.67 28 8 7 6 21 7.00 29 7 7 8 22 7.33 30 7 7 7 21 7.00

Page 110: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

107

Lampiran 28. Data Kecerahan Air Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata I II III

1 1.90 3.95 2.90 8.75 2.92 2 2.15 3.90 2.55 8.60 2.87 3 2.02 3.55 3.10 8.67 2.89 4 2.15 3.45 2.82 8.42 2.81 5 1.86 3.45 2.65 7.96 2.65 6 1.76 3.75 3.04 8.55 2.85 7 2.20 4.45 3.00 9.65 3.22 8 2.14 4.05 3.15 9.34 3.11 9 1.85 3.85 2.85 8.55 2.85 10 1.90 3.75 3.15 8.80 2.93 11 2.00 4.05 3.05 9.10 3.03 12 2.15 4.00 2.90 9.05 3.02 13 1.75 3.75 3.00 8.50 2.83 14 1.88 3.80 2.85 8.53 2.84 15 1.75 4.05 2.86 8.66 2.89 16 1.60 4.15 3.00 8.75 2.92 17 2.25 3.85 2.75 8.85 2.95 18 2.20 3.90 3.20 9.30 3.10 19 1.22 4.00 3.15 8.37 2.79 20 1.90 3.86 3.25 9.01 3.00 21 2.00 4.06 2.65 8.71 2.90 22 1.65 4.00 3.20 8.85 2.95 23 1.72 3.85 3.15 8.72 2.91 24 1.86 4.05 2.98 8.89 2.96 25 2.05 4.25 2.78 9.08 3.03 26 1.90 4.40 3.00 9.30 3.10 27 1.95 3.85 2.75 8.55 2.85 28 2.05 4.05 2.80 8.90 2.97 29 2.10 3.75 2.85 8.70 2.90 30 1.90 4.25 3.00 9.15 3.05

Page 111: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

108

Lampiran 29. Data Salinitas Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata I II III

1 32 34 33 99 33.00 2 32 34 32 98 32.67 3 31 32 34 97 32.33 4 30 33 34 97 32.33 5 32 34 32 98 32.67 6 31 34 32 97 32.33 7 30 34 32 96 32.00 8 32 31 34 97 32.33 9 32 32 33 97 32.33 10 30 34 34 98 32.67 11 31 33 33 97 32.33 12 33 33 33 99 33.00 13 30 32 32 94 31.33 14 32 32 32 96 32.00 15 31 32 33 96 32.00 16 30 32 33 95 31.67 17 30 30 33 93 31.00 18 30 32 34 96 32.00 19 32 34 34 100 33.33 20 32 33 31 96 32.00 21 31 33 32 96 32.00 22 30 31 32 93 31.00 23 32 31 33 96 32.00 24 33 31 34 98 32.67 25 33 31 34 98 32.67 26 32 32 34 98 32.67 27 32 31 32 95 31.67 28 31 31 34 96 32.00 29 31 32 34 97 32.33 30 30 33 34 97 32.33

Page 112: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

109

Lampiran 30. Data Suhu Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata I II III

1 29 30 30 89 29.67 2 30 31 29 90 30.00 3 32 32 31 95 31.67 4 29 30 32 91 30.33 5 30 31 31 92 30.67 6 32 30 31 93 31.00 7 30 31 31 92 30.67 8 30 30 30 90 30.00 9 29 32 31 92 30.67 10 30 30 32 92 30.67 11 32 32 31 95 31.67 12 31 31 32 94 31.33 13 32 30 31 93 31.00 14 32 30 31 93 31.00 15 31 31 32 94 31.33 16 29 30 31 90 30.00 17 30 31 32 93 31.00 18 32 32 31 95 31.67 19 29 30 31 90 30.00 20 32 31 31 94 31.33 21 30 31 31 92 30.67 22 32 32 31 95 31.67 23 31 31 32 94 31.33 24 32 32 31 95 31.67 25 31 31 31 93 31.00 26 30 32 30 92 30.67 27 30 31 31 92 30.67 28 32 31 31 94 31.33 29 30 31 32 93 31.00 30 30 30 31 91 30.33

Page 113: Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii)

110

Lampiran 31. Data Kecepatan Arus Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata I II III

1 18.90 21.25 19.80 59.95 19.98 2 18.00 20.25 19.75 58 19.33 3 18.70 19.00 19.25 56.95 18.98 4 18.00 18.25 18.75 55 18.33 5 18.25 18.00 17.75 54 18.00 6 18.75 17.30 18.00 54.05 18.02 7 17.25 18.25 18.00 53.5 17.83 8 16.10 17.25 15.00 48.35 16.12 9 17.25 18.00 17.45 52.7 17.57 10 15.70 16.25 17.00 48.95 16.32 11 16.00 16.45 14.80 47.25 15.75 12 16.70 15.75 15.80 48.25 16.08 13 15.75 15.00 15.30 46.05 15.35 14 14.25 15.00 14.75 44 14.67 15 12.30 12.00 11.75 36.05 12.02 16 12.30 11.45 11.70 35.45 11.82 17 13.45 12.75 11.80 38 12.67 18 12.50 11.50 11.75 35.75 11.92 19 11.25 12.50 13.75 37.5 12.50 20 11.90 12.75 13.00 37.65 12.55 21 12.75 11.90 12.80 37.45 12.48 22 13.20 12.75 11.80 37.75 12.58 23 15.45 13.25 18.75 47.45 15.82 24 12.15 13.00 11.75 36.9 12.30 25 13.40 13.25 14.60 41.25 13.75 26 14.50 13.25 14.75 42.5 14.17 27 14.45 12.25 13.00 39.7 13.23 28 15.30 17.20 13.45 45.95 15.32 29 12.45 12.70 13.60 38.75 12.92 30 12.50 13.75 20.10 46.35 15.45