Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut...
-
Upload
fuad-andhika-rahman-spi-msc -
Category
Documents
-
view
3.259 -
download
0
description
Transcript of Fuad AR - Skripsi (Pengaruh Frekuensi Perendaman Dan Umur Bibit Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut...
KONSULTAN PERIKANAN
BUDIDAYA, PENANGANAN PASCA PANEN & PENGOLAHAN
FUAD ANDHIKA RAHMAN, S.Pi, M.Sc
Riwayat Pendidikan
1. SDN 8 Mataram (1988 - 1994)
2. SMPN 1 Mataram (1994 – 1997)
3. SMAN 1 Mataram (1997 – 2000)
4. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (2000 – 2005)
5. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (2007 – 2009)
Riwayat Magang dan Pelatihan
1. Magang Pembenihan Kerapu Tikus : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Agustus 2001)
2. Magang Pengalengan Ikan : PT Blambangan Muncar Banyuwangi (Februari – Maret 2002)
3. Magang Pembenihan Udang Windu : Balai Budidaya Air Payau Jepara (Juli – Agustus 2002)
4. Magang Pembenihan Udang Galah : Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (15 Juli – 04 Agustus 2003)
5. International Symposium On Ecology And Health Safety Aspects Of Genetically Modified Agricultural Products (Brawijaya University,
Malang 20 May 2002)
6. Pelatihan Pengukuran Kualitas Air (Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya 11 – 12 Mei 2002)
7. Pelatihan Best Management Practices Budidaya Udang Vanamei (BBAP Situbondo, 4 – 9 Juni 2007)
Riwayat Organisasi
1. Presiden Junior Achievement International (JAI) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 – 2004
2. KaDiv Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 - 2004
3. Ketua Forum Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat Perikanan (FPMMP) Periode 2004 – 2005
4. Koordinator Asisten Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2004 - 2005
Riwayat Publikasi dan Karya Tulis
1. Gynogenesis, Menciptakan Koi Seperti Indukan (Tabloid IndoFish Edisi 15/Oktober 2004)
2. Mengantisipasi Saat Virus Mewabah (Tabloid IndoFish Edisi18/Januari 2005)
3. Skripsi : Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Menggunakan Metode Rakit Apung (2005)
4. Tesis : Perancangan Klaster Aquabisnis Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Lombok Timur (2009)
Head Office : Perumahan Puncang Hijau Blok R-06 Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat NTB
Telp. (0370) 634234 – HP. 08175774979
Email : [email protected]
Instansi : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB – Jl. Udayana No. 3 Mataram
PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) AGROGIBB YANG BERBEDA
TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT ( Eucheuma cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAKIT
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN BUDIDAYA PERAIRAN
OLEH : FUAD ANDHIKA RAHMAN
0001080237 – 085
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERIKANAN
MALANG 2004
PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN AGROGIBB YANG BERBEDA TERHADAP LAJU
PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT ( Eucheuma cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAKIT
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang
OLEH : FUAD ANDHIKA RAHMAN
0001080237 – 085
MENGETAHUI, MENYETUJUI, KETUA JURUSAN MSP DOSEN PEMBIMBING I Ir. ABDUL QOID, MS Ir. MAHENO SRI WIDODO, MS Tanggal : Tanggal : DOSEN PEMBIMBING II Ir. M. RASYID FADHOLI, MS Tanggal :
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengembangan perikanan di Indonesia pada masa mendatang lebih difokuskan
pada bidang budidaya dimana tujuan utamanya adalah peningkatan produksi guna
pemenuhan kebutuhan protein masyarakat serta peningkatan devisa negara. Titik berat
budidaya perikanan terletak pada pemanfaatan perairan laut secara maksimal melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi lahan budidaya serta diversifikasi komoditas yang
dihasilkan, terutama komoditas berorientasi ekspor seperti rumput laut (Sediadi et.al.,
2000).
Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memberi
peluang kepada Pemerintah Tingkat Propinsi untuk lebih mengoptimalkan potensi
sumberdaya wilayah pesisir dan wilayah laut sepanjang 12 mil yang diukur dari garis
pantai (Trisakti et.al., 2003).
Salah satu usaha untuk memanfaatkan lahan perairan adalah dengan melakukan
pembudidayaan rumput laut, yang merupakan komoditi perairan non ikan yang terbukti
mampu memberikan kesejahteraan terhadap petani dan nelayan. Rumput laut dinilai
ekonomis karena bahan yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan untuk
berbagai kegiatan industri seperti kosmetik, makanan, minuman, cat, tekstil dan lain-
lain. Selain itu rumput laut juga merupakan komoditi yang teknologi produksinya
relatif murah dan sederhana, memiliki daya serap pasar yang tinggi serta mudah dalam
pelaksanaan pasca panen (Meiyana et.al., 2001).
Sampai saat ini rumput laut yang bisa tumbuh di perairan Indonesia tercatat
kurang lebih 555 jenis. Dari seluruh jenis hasil ekspedisi tersebut hanya 55 jenis yang
2
telah digunakan secara tradisional sebagai pangan, obat dan keperluan lain. Penelitian
lebih lanjut menunjukkan bahwa diantara 55 jenis tersebut hanya beberapa jenis tertentu
yang sampai sekarang mempunyai nilai ekonomis penting, yakni jenis-jenis yang
termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae atau alga merah. Tiga marga penting dari alga
tersebut yaitu Eucheuma, Gracillaria dan Gelidium, sejak lama menjadi komoditi ekspor
Indonesia (Mubarak, 1990).
Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 1990 tercatat
sebesar 10.779 ton dengan nilai (FOB) US $ 7,16 juta dan terus meningkat hingga
mencapai 28.104 ton pada tahun 1995 dengan nilai (FOB) US $ 21,30 juta. Jumlah
ekspor ini turun pada periode tahun 1996-1998 dengan laju penurunan mencapai 50%
(Anonymous, 2004). Volume ekspor rumput laut kering Indonesia sendiri pada akhir
tahun 2000 hanya mencapai 2.648,71 ton/tahun (Djazuli 2002).
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan volume ekspor
tersebut adalah produksi rumput laut yang sering mengalami kegagalan terutama yang
disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai aspek-aspek teknis seperti pemilihan
lokasi, metode budidaya, manajemen produksi, pemilihan dan pengadaan bibit, musim
serta tata letak (Sunaryat et.al., 2001).
Atas dasar permasalahan tersebut maka perlu dilakukan adanya perbaikan
berkaitan dengan metode budidaya rumput laut. Salah satunya adalah dengan
memaksimalkan laju pertumbuhan rumput laut sehingga nantinya diharapkan dapat
mempercepat saat panen. Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
meningkatkan laju pertumbuhan rumput laut Euheuma cottonii yaitu melalui
penggunaan umur bibit yang sesuai serta pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan
frekuensi yang tepat.
3
1.2 Perumusan Masalah
Reproduksi secara stek (vegetatif) sering disebut pula reproduksi secara
fragmentasi. Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih
produktif untuk dilakukan (Aslan, 1998). Umur bibit sendiri merupakan salah satu faktor
internal yang mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut (Mubarak, 1990).
Kriteria bibit rumput laut yang baik menurut Sunaryat (2001) antara lain :
1. Bercabang banyak dan rimbun
2. Tidak terdapat bercak merah dan tidak terkelupas
3. Warna cerah (spesifik)
4. Umur antara 25-35 hari
Agrogibb pada dasarnya merupakan zat pengatur tumbuh yang mengandung
hormon tumbuh berupa giberellin (GA3). Giberellin sudah lama dipergunakan untuk
meningkatkan produksi tanaman budidaya, seperti pengendalian pembungaan serta
penggalakan pertumbuhan dan produktivitas (Gardner, 1991). Giberellin juga diketahui
mempengaruhi panjang batang sehingga mendorong pertumbuhan tanaman (Heddy,
1983).
Penggunaan Agrogibb dengan dosis 0,0549 ml/l ternyata mampu memberikan
laju pertumbuhan yang maksimal pada budidaya rumput laut Eucheuma cottonii
(Saputra, 2004). Dilanjutkan oleh Iswahyudi (2004), dengan lama perendaman Agrogibb
selama 2,5 jam juga memberikan laju pertumbuhan yang serupa.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya penelitian tentang
pengaruh penggunaan umur bibit dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) Agrogibb yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cotonii
dengan menggunakan metode rakit.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan umur bibit
dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Agrogibb yang berbeda
terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii, serta mengetahui kombinasi
keduanya yang memberikan laju pertumbuhan maksimal.
1.4 Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pihak-pihak
yang memerlukannya sebagai upaya untuk meningkatkan produksi rumput laut
Eucheuma cottonii.
1.5 Hipotesis
H0 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb
yang berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut
Eucheuma cottonii.
H1 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb
yang berbeda berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma
cottonii.
1.6 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Pantai Serewe, Kecamatan Keruak, Kabupaten
Lombok Timur NTB pada bulan Januari sampai Maret 2005.
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi
Menurut Meiyana et.al. (2001), taksonomi dari Eucheuma cottonii dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Sub Kelas : Florideophycidae
Ordo : Gigartinales
Family : Soliericeae
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma cottonii Lin
Rumput laut (seaweed) termasuk salah satu anggota alga yang merupakan
tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni,
hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau
berpasir dan berlumpur, daerah pasang surut, jernih dan biasanya menempel pada karang
mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah
atau buatan (artificial). Alga mempunyai bentuk bermacam-macam seperti benang atau
tumbuhan tinggi. Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung
makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sendiri sangat tergantung pada intensitas
sinar matahari untuk melakukan proses respirasi maupun fotosintesis (Sediadi, 2000).
Dari segi morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan
antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi
6
yang mirip walaupun sebenarnya disebabkan karena thallus yang mempunyai beragam
bentuk, diantaranya bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut
dan sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun uniselluler (satu sel) atau multiselluler
(banyak sel), percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus),
pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada
sepanjang thallus utama secara berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat
melingkari sumbu utama) dan ada juga yang bentuknya sederhana dan tidak bercabang.
Sifat substansi thallus juga beraneka ragam yaitu ada yang lunak seperti gelatin
(gelatinous), koraks mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan
(cartilagenous), berserabut (spongius) dan sebagainya (Aslan, 1998).
Menurut Hidayat (2000) dalam Meiyana et.al. (2001), rumput laut jenis
Eucheuma sp tergolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Ciri-ciri umum antara
lain : terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) dan duri (spines), thalus berbentuk silindris
atau pipih, bercabang-cabang tidak teratur, berwarna hijau kemerahan bila hidup dan
bila kering berwarna kuning kecoklatan.
Menurut Sulistyo (1987), rumput laut terbagi atas empat kelas yaitu :
1. Chlorophyceae
Umumnya berwarna hijau karena sel-selnya mengandung khlorofil a dan b serta
sedikit karoten. Tumbuh di daerah pasang surut yang sering mengalami kekeringan,
daerah dangkal dengan penetrasi cahaya matahari tinggi hingga ke dasar.
2. Phaeophyceae
Tumbuhan berwarna kuning kecoklatan karena sel-selnya banyak mengandung
klorofil a dan c. Tumbuh pada daerah pasang surut yang lebih dalam dari daerah
tumbuh Chlorophyceae.
7
3. Rhodophyceae
Berwarna merah, coklat, nila, hijau. Sel-selnya banyak mengandung fikoeritrin.
4. Cyanophyceae
Umumnya berwarna ungu. Sel-selnya terdiri dari pigmen fikosianin. Mudah tumbuh
pada daerah yang lembab.
2.1.2 Ekologi dan Daerah Penyebaran
Umumnya rumput laut banyak dijumpai di daerah yang mempunyai perairan
agak dangkal (ketinggian air pada surut terendah ± 60 cm). Kondisi dasar perairan yang
sangat disukai rumput laut adalah berpasir, berlumpur atau campuran antara pasir dan
lumpur. Banyak pula rumput laut yang dapat tumbuh dengan cara menempel pada batu
karang yang telah mati, kerang maupun benda-benda yang mengandung kapur. Kondisi
perairan yang cocok bagi pertumbuhan rumput laut adalah perairan yang jernih dengan
ombak dan arus yang tidak terlalu besar (Afrianto dan Liviawaty, 1993).
Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai habitat yang khas, yaitu daerah yang
memperoleh aliran air laut yang tetap dan mempunyai variasi suhu harian yang kecil.
Alga jenis ini tumbuh mengelompok dengan beberapa jenis rumput laut lainnya.
Pengelompokan ini tampaknya sangat penting dan saling menguntungkan, diantaranya
dalam hal penyebaran spora (Aslan, 1991).
Rumput laut jenis Eucheuma cottonii Lin berasal dari perairan Sabah (Malaysia)
dan Kepulauan Sulu (Filipina). Kemudian dikembangkan ke berbagai negara sebagai
tanaman budidaya. Penyebarannya hampir merata di seluruh Indonesia khususnya di
daerah Lampung, Maluku, dan Selat Alas Sumba (Meiyana, 2001). Untuk lebih jelasnya
mengenai daerah-daerah penyebaran rumput laut kelas Rhodophyceae di Indonesia
tertera pada tabel 1 berikut.
8
Tabel 1. Daerah Penyebaran Rumput Laut Kelas Rhodophyceae di Indonesia (Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya, 2001).
Jenis Lokasi
Acanthophora sp. Kep. Kangean, Lombok, Sumatera Utara, Kep. Seribu, Dobo, Bawean.
Corallopsis minor Bali Eucheuma cottonii Bali, Maluku, Sulawesi Tengah, Selat Alas, Sumba Eucheuma edule Kep. Seribu, Jawa Tengah, Bali, Madura, Sumatera
Utara, Riau, Sulawesi, Maluku, Lombok, P. Komodo Eucheuma muricatum Seram, P. Komodo, Bali, Sulawesi, Kep. Seribu Eucheuma spinosum Sumatera Utara, Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Kep. Seribu, Maluku, Jawa Tengah, Bali, NTT, NTB
Eucheuma striatum Kep. Seribu Gelidiopsis rigida Lingga Gelidium sp. Jawa, Ambon, Riau, Sumatera Utara, Bali, NTB, NTT Gracillaria coronopifolia Sumatera Utara, Jawa Tengah Gracillaria lichenoides Bangka, Maluku, NTB Gracillaria sp. Pantai Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, Kep. Seribu, Kep. Tukang Besi, Bali, NTT Gracillaria taenoides Bangka Gymnogongrus javanicus Bangka Hypnea cerviorni Riau, Jawa Tengah, NTT, Maluku, Bali Hypnea sp. Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, NTT, NTB Sarcodia montegneana Lombok
2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput Laut
Menurut Anonymous dalam http://www.lablink.co.id (2004) dinyatakan bahwa
pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran sel atau organisme yang berlangsung
secara kuantitatif atau terukur. Sementara perkembangan (diferensiasi) adalah proses
menuju kedewasaan pada organisme, merupakan perubahan dari keadaan sejumlah sel
membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Terdapat
dua macam pertumbuhan yaitu :
1. Pertumbuhan primer
Merupakan hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung
pada embrio, bagian ujung-ujung tumbuhan seperti akar dan batang. Daerah
9
pertumbuhan pada akar dan batang dibedakan menjadi 3 (tiga) yakni daerah
pembelahan, daerah pemanjangan dan daerah diferensiasi.
2. Pertumbuhan sekunder
Merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium
gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil, gymnospermae dan
menyebabkan membesarnya ukuran (diameter) tumbuhan.
Pertumbuhan rumput laut terjadi karena rumput laut melakukan proses respirasi
dan fotosintesis. Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang
bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan antara lain jenis, bagian thallus dan umur, sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh antara lain keadaan lingkungan fisika dan kimia yang dapat berubah
menurut ruang dan waktu, penanganan bibit, perawatan tanaman dan metode budidaya.
Laju pertumbuhan yang dianggap menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat
per hari (Mubarak, 1990).
2.1.4 Reproduksi Rumput Laut
Meiyana et.al., (2001) menjelaskan, reproduksi pada rumput laut dapat terjadi
melalui dua cara yaitu :
1. Reproduksi Generatif
Rumput laut dapat berkembangbiak secara generatif atau kawin. Pada peristiwa
perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid (2n) menghasilkan spora yang
haploid (n). Spora ini kemudian menjadi dua jenis rumput laut yaitu jantan dan betina
yang masing-masing bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak.
Selanjutnya rumput laut jantan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan
menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat akan
10
menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zygot yang akan tumbuh
menjadi tanaman rumput laut.
2. Reproduksi Vegetatif
Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan,
setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut muda yang
mempunyai sifat seperti induknya, atau perkembangbiakannya bisa dilakukan dengan
cara stek dari cabang-cabang rumput laut dengan syarat potongan rumput laut tersebut
merupakan thallus muda, masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan
yang banyak, tidak tercampur lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari
penyakit.
Reproduksi secara stek (vegetatif) sering disebut pula reproduksi fragmentasi.
Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih produktif
untuk dilakukan (Aslan, 1998). Bibit yang umum dipergunakan pada metode stek adalah
yang masih muda (ujung tanaman) karena terdiri dari sel dan jaringan yang baik untuk
pertumbuhan yang optimal (Tim Penulis PS, 2001).
Dasar dari metode stek pada dasarnya identik dengan kultur jaringan pada
tanaman. Sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu kemampuan sel untuk tumbuh
dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium yang sesuai. Bagian
tanaman yang diambil (inokulum) dapat diambil dari jaringan tanaman dewasa yang
mengandung jaringan meristem (Kartha, 1975 dalam Nirmala, 2003).
2.1.5 Kandungan dan Manfaat
Rumput laut mengandung agar-agar, karaginan dan alginat. Agar-agar adalah
asam sulfanik yaitu ester dari galakto linier yang diperoleh dari ekstrak ganggang,
sedangkan karagenan adalah senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa
11
dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosidik.
Setiap unit galaktosa mengikat gugusan sulfat. Berdasarkan strukturnya karagenan
dibagi menjadi tiga jenis yaitu Kappa, iota dan lamda karagenan. Kapa karagenan
tersusun dari (1 - >3) D-galaktosa-4 sulfat dan (1 - >4) 3,6 anhydro-D-galaktosa. Iota
karagenan mengandung 4-sulfat ester pada setiap residu D-galaktosa dan gugusan 2
sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhydro-D-galaktosa. Sedangkan lamda karagenan
memiliki sebuah residu disulphated (1-4) D-galaktosa (Akbar et.al., 2001). Rumput laut
juga mengandung beberapa mineral seperti yang tertera dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Jenis dan Kandungan Mineral Pada Rumput Laut
Jenis Mineral Kandungan Dalam % Berat Kering Ganggang Merah Ganggang Coklat
Klor 1,5 – 3,5 9,8 – 15,0 Kalium 1,0 – 2,2 6,4 – 7,8
Magnesium 0,3 – 1,0 1,0 – 1,9 Belerang 0,5 – 1,8 0,7 – 2,1 Silikon 0,2 – 0,3 0,5 – 0,6 Fosfor 0,2 – 0,3 0,3 – 0,6
Kalsium 0,4 – 1,5 0,2 – 0,6 Besi 0,1 – 0,15 0,1 – 0,2
Iodium 0,1 – 0,15 0,1 – 0,8 Bron 0,005 0,03 – 0,14
Natrium 1,0 – 7,9 2,6 – 3,8 Suptijah (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa, pemberian nama karaginan
didasarkan atas persentase kandungan ester sulfatnya. Pada jenis Kappa mengandung
ester sulfat 25-30%, Iota 28-35% dan lambda 32 –39%. Karaginan juga mempunyai
sifat larut dalam air panas (70oC), air dingin, susu dan larutan gula sehingga sering
digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai minuman atau makanan.
Karaginan dapat membentuk gel dengan baik sehingga banyak digunakan sebagai
penggel dan thichemen.
12
Soegiarto (1987) menjelaskan bahwa enzim di dalam sistem pencernaan manusia
secara umum kurang mampu untuk menguraikan karbohidrat yang ada. Sehingga
manfaat rumput laut yang sebenarnya adalah bukan sebagai bahan makanan manusia,
tetapi sebagai bahan tambahan industri makanan, obat-obatan dan kosmetik serta untuk
tambahan pakan ternak. Dilanjutkan oleh Sunarmi (1989), agar dan karaginan serta algin
banyak digunakan sebagai stabilisator dan pengental pada industri makanan, media
kultur pada mikrobiologi, pengemulsi pada industri kosmetik, farmasi dan kedokteran
serta bahan tambahan untuk industri kertas dan tekstil.
2.2 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
Menurut Heddy (1983), faktor pertumbuhan merupakan bahan-bahan yang
dibutuhkan oleh sel tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup tetapi bahan-
bahan tersebut tidak diproduksi oleh sel itu sendiri, melainkan didatangkan dari luar sel.
Ditinjau dari asalnya, faktor pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Pengatur tumbuh (growth regulator) yaitu senyawa-senyawa yang datang dari
luar tumbuhan, biasanya berupa vitamin dan mineral
2. Hormon yaitu senyawa yang dihasilkan dalam tubuh tumbuhan, yang paling
utama berupa grup senyawa auxin, giberellin dan kinin.
Giberellin secara alamiah terdapat pada berbagai jaringan tumbuhan. Selain
terlibat dalam pertumbuhan batang, giberellin juga merupakan perangsang utama pada
pertumbuhan akar, tunas, kecambah dan bunga. Pemberian giberellin dalam dosis rendah
diketahui juga mampu merangsang pertumbuhan tanaman kerdil, dalam arti
menanggulangi sifat penurunan bawaan (Kimball, 1983).
13
Giberellin sebagai hormon tumbuhan pada tanaman sangat berpengaruh terhadap
sifat genetic (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, pathenocarpy, mobilisasi
karbohidrat dan aspek fisiologi lainnya. Giberellin mempunyai peran dalam mendukung
perpanjangan sel, pembentukan enzym protease sehingga membebaskan tryptophan
sebagai bentuk awal auxin, menstimulasi sintesis ribonukleas, meningkatkan aktivitas
kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesis protein. Mekanisme
lain menjelaskan bahwa giberellin mendukung terbentuknya enzym α-amylase sehingga
meningkatkan kandungan gula melalui hidrolisa pati/amilum dan secara otomatis
meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, sel memiliki kecenderungan untuk
berkembang. Selain itu, gula yang dihasilkan dapat ditranslokasikan ke tunas/embrio
sebagai sumber energi pada tahap awal pertumbuhan (Anonymous dalam
http://www.google.com, 2004). Mekanisme giberellin dalam mendorong pertumbuhan
disajikan pada gambar 1.
Gambar 1. Mekanisme Giberellin Dalam Mendorong Pertumbuhan Pada Embrio Biji
(Sumber : http://www.google.com/Biology123/Chapter 35, 2004).
Menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2004), saat ini telah banyak ditemukan
senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan
hormon tanaman. Semua hormon tanaman sintetik atau senyawa sintetik yang
mempunyai sifat fisiologis dan biokimia yang serupa dengan hormon tanaman disebut
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Hormon tanaman dan ZPT pada umumnya mendorong
14
terjadinya suatu pertumbuhan dan perkembangan. Perbedaan diantara senyawa hormon
tanaman dan ZPT antara lain sebagai berikut :
1. Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang
aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada
umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman dimana senyawa tersebut
menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-
sentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum
dan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan.
Gambar 2. Struktur Kimia Asam Giberellin
2.3 Sistem Transportasi Pada Tumbuhan
2.3.1 Dinding dan Membran Sel
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi
dan strukturnya yaitu dinding sel dan membran sel. Dinding sel tersusun dari dua lapis
senyawa selulosa dan diantara keduanya terdapat rongga yang dinamakan lamela tengah
yang berisi zat-zat penguat seperti lignin, chitine, pektin dan suberine. Oleh karena itu,
dinding sel dapat memberi kekakuan dan bentuk pada sel. Pada dinding sel juga terdapat
celah yang disebut plasmodesmata yang berfungsi sebagai saluran sel dan dapat dilalui
15
oleh molekul dengan berat 1000 dalton seperti hormon. Membran sel tersusun dari
senyawa lipoprotein yaitu gabungan dari senyawa lemak khususnya fosfolipid dan
protein. Membran sel terdiri dari dua lapis fosfolipid. Lapis pertama dengan asam lemak
(bagian ekor) mengarah kedalam dan bersifat hidrofobik (non polar) sedangkan lapis
kedua dengan protein (bagian kepala) bersifat hidrofilik (polar) dan mengarah keluar.
Oleh karena itu membran sel bersifat selektif permeabel yang berarti hanya dapat
dilewati oleh molekul tertentu saja. Fungsi dari membran sel adalah mengatur
transportasi zat yang masuk dan keluar dari sel (Anonymous dalam
hhtp://www.lablink.co.id, 2001).
Gambar 3. Struktur Penyusun Lipoprotein Pada Membran Sel
2.3.2 Transpor Pasif
Proses transportasi pada membran sel tumbuhan baik pasif maupun aktif
dipengaruhi oleh polaritas molekul yang akan diserap, perbedaan konsentrasi, suhu,
fluiditas inti hidrofobik maupun aktivitas protein pengangkutnya. Air, gas maupun
molekul hidrofobik (polar) seperti hormon dapat melewati membran secara transpor
pasif. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein
pengangkut untuk dapat melalui membran sehingga prosesnya disebut difusi terbantu
(Anonymous dalam http://www.omega.ilce.edu, 2001).
16
Pada dasarnya transpor pasif hampir sama dengan difusi biasa, yaitu berlangsung
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perbedaan terletak pada adanya
senyawa yang terdapat dalam membran yang berfungsi mengikat molekul kemudian
diangkut ke pihak lain dan dilepaskan lagi dalam benuk senyawa semula. Senyawa yang
mengangkut zat yang berdifusi dinamakan pengangkut, biasanya berupa protein yang
bekerja secara spesifik dengan memiliki bagian khas untuk berikatan dengan zat yang
diangkut (Poedjiadi, 1994).
Lebih lanjut diterangkan oleh Poedjiadi (1994), terdapat beberapa karakteristik
pada proses transpor pasif diantaranya :
1. Proses transport pasif memperlihatkan adanya kecepatan maksimum pada
konsentrasi tertentu. Ini berarti bahwa pada konsentrasi yang lebih besar lagi,
kecepatan awal difusi tidak bertambah besar. Sedangkan pada difusi biasa,
kecepatan difusi awal bertambah besar apabila konsentrasi diperbesar. Pada
konsentrasi yang sama, kecepatan awal transport pasif lebih besar daripada difusi
biasa. Kecepatan difusi maksimum terdapat pada konsentrasi besar, karena
pengangkut sudah jenuh sehingga tidak mungkin menampung atau mengikat
senyawa lagi.
2. Proses difusi atau transpor pasif ini mempunyai kekhasan bagi zat yang
berdifusi. Sebagai contoh : sel eritrosit beberapa vertebrata mempunyai sistem
transpor melalui membran yang dapat mempermudah atau mempercepat
masuknya D-glukosa atau monosakarida yang strukurnya mirip glukosa, tetapi
tidak mempunyai aktivitas semacam itu terhadap D-fruktosa atau suatu
disakarida laktosa. Kekhasan lain bersifat kekhasan ruang. Sebagai contoh :
sistem transpor pada membran sel hewan lebih aktif terhadap L-asam amino
17
daripada isomer D-asam amino. Dengan adanya karakteristik ini, dikemukakan
anggapan bahwa pada molekul pengangkut terdapat bagian yang khas untuk
berikatan dengan zat yang diangkut berdifusi. Hal ini analog dengan
pembentukan kompleks enzim-substrat.
Gambar 4. Kinetika Sistem Transpor Melalui Membran Sel
3. Transpor pasif dapat dihambat secara khas. Apabila terdapat zat yang strukturnya
mirip dengan zat yang berdifusi, maka ada kemungkinan terjadi hambatan. Zat
yang menghambat dapat membentuk ikatan dengan molekul pengangkut
sehingga bagian yang khas terpakai oleh inhibitor. Dengan demikian tidak terjadi
ikatan antara zat yang berdifusi dengan molekul pengangkut.
2.3.3 Transpor Aktif
Transpor aktif berlangsung dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
Perpindahan zat yang bertentangan dengan gradien konsentrasi menggunakan energi
yang diperoleh dari dalam sel yang berasal dari molekul ATP. Energi ini diperlukan oleh
protein pengangkut untuk bekerja. Contoh dari transpor aktif adalah pertukaran ion (ion
exchange) antara Na+ dan K+ yang berperan dalam menjaga keseimbangan tekanan
turgor sel (Anonymous dalam http://www.omega.ilce.edu, 2001).
Menurut Poedjiadi (1994), terdapat beberapa kemungkinan mekanisme transpor
yang terjadi diantaranya :
18
1. Zat (A) masuk ke dalam membran dari luar, kemudian didalam membran terjadi
proses kimia seperti fosforilasi, tetapi kembali seperti keadaan semula (A) pada
waktu masuk ke dalam sel. Reaksi fosforilasi melibatkan ATP sebagai sumber
energi dan gugus fosfat yang diikat pada molekul A akan dilepas lagi sebagai
gugus fosfat anorganik seperti ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 5. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Pertama
2. Ada molekul X yang berfungsi sebagai pengakut zat A. Sebelum berikatan
dengan molekul A, zat X mengalami perubahan konformasi menjadi Xo.
Perubahan ini menggunakan energi dari ATP yang berubah menjadi ADP.
Setelah terjadi Xo maka zat A yang masuk ke dalam membran sel bergabung
dengan Xo membentuk komplek AXo. Setelah melalui membran sel maka zat A
dilepaskan dari kompleks AXo dan masuk ke dalam sel, sedangkan bentuk Xo
berubah lagi menjadi X. Demikian seterusnya X akan menjadi Xo dengan
menggunakan energi.
Gambar 6. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Kedua
19
3. Proses transpor aktif glukosa melalui membran bakteri menunjukkan bahwa gula
setelah berada di bagian dalam sel diubah menjadi derivat fosfat atau
glukosafosfat. Yang berperan sebagai perantara dalam hal ini adalah suatu
protein dengan bobot molekul rendah dan yang mengandung histidin (HPr). Zat
ini tahan terhadap panas, tidak mengandung karbohidrat dan fosfat. Reaksi yang
dikemukakan adalah sebagai berikut :
Gambar 7. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Ketiga
Dari reaksi tersebut tampak bahwa HPr tidak berperan sebagai pengangkut. Pada
tepi luar membran sel, glukosa membentuk kompleks dengan enzim II (EII glukosa).
Pada tepi bagian dalam membran terjadi reaksi dengan P-HPr dan membentuk glukosa-
6-fosfat yang tidak dapat keluar dari dalam sel.
2.4 Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Metode Rakit
Sistem budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdiri dari tiga sistem yaitu
sistem dasar, sistem lepas dasar dan sistem apung. Metode rakit merupakan salah satu
bagian dari sistem apung. Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari
20
empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5-
4 x 5-7 m (Sunaryat, 2001).
Metode rakit cocok diterapkan untuk lokasi dengan kedalaman waktu surut lebih
dari 60 cm. Cara ini digunakan bila tidak terdapat perairan yang memenuhi syarat untuk
metode lepas dasar. Metode ini juga sering digunakan sebagai perbanyakan bibit
tanaman (Tim Penulis PS, 2001).
21
3 MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.1 Bahan
� Rumput Laut (Eucheuma cottonii)
� Air laut
� Aquades
� Agrogibb
3.1.2 Alat
� Bambu diameter 8-12 cm
� Bambu penyiku berdiameter 5-10 cm
� Gergaji
� Parang
� Terpal
� Perahu
� Dayung
� Sarung tangan
� Penggaruk rumput laut
� Karung
� Tali ris diameter 4 mm
� Tali bambu diameter 6 mm
� Tali jangkar diameter 12-15 mm
� Tali rafia
� Termometer
22
� Kertas pH
� Kaca pembesar
� Kertas saring
� Oven
� Kertas aluminium
� Desikator
� Timbangan sartorius
� Refraktometer
� Secchi disk
� Botol aqua
� Timbangan
� Jangkar/pemberat beton
� Stopwatch
� Meteran kain
� Penggaris
� Beaker Glass
� Kain Lap
� Pipet tetes
3.2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yang
pada dasarnya mengadakan percobaan untuk melihat hasil. Hasil percobaan akan
menegaskan bagaimana kedudukan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki.
23
Teknik pengambilan data adalah pengamatan secara langsung. Adapun pengambilan
data dimaksudkan dalam rangka pengujian hipotesis (Yitnosumarto, 1993).
Tujuan dari penelitian eksperimen adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab akibat dengan cara mengabaikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen
(Nazir, 1988). Teknik pengambilan data dilakukan secara pengamatan. Data diperoleh
melalui pengamatan terhadap laju pertumbuhan Eucheuma cottonii dengan melakukan
pengukuran berat, volume dan penghitungan jumlah thallus.
3.3 Rancangan Penelitian
Adapun perlakuan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial yang mempunyai model sebagai berikut :
Y = µ + R + α + β + α,β + ε
Dimana : Y = nilai pengamatan
µ = nilai rata-rata harapan
R = pengaruh kelompok
α = pengaruh faktor perlakuan I
β = pengaruh faktor perlakuan II
α,β = pengaruh interaksi faktor perlakuan I dan II
ε = galat percobaan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial pada penelitian ini terdiri dari dua
faktor perlakuan dan tiga kelompok. Faktor perlakuan tersebut meliputi :
Faktor Perlakuan I (Penggunaan umur bibit yang berbeda)
A = umur bibit 20 hari C = umur bibit 30 hari E = umur bibit 40 hari
B = umur bibit 25 hari D = umur bibit 35 hari
24
Faktor Perlakuan II (Penggunaan frekuensi perendaman Agrogibb yang berbeda)
K = Kontrol (Tanpa Perendaman) c = 3 kali (Minggu 0, 1 dan 2)
a = 1 kali (Minggu 0) d = 4 kali (Minggu 0, 1, 2 dan 3)
b = 2 kali (Minggu 0 dan 1)
Jumlah perlakuan sebanyak 25 kombinasi, yang kemudian diacak pada tiga
kelompok yang berfungsi sebagai ulangan seperti tertera pada gambar 8.
Gambar 8. Denah Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan (variabel bebas) terhadap respon
parameter yang diukur (variabel tak bebas) digunakan analisa keragaman uji F. Apabila
nilai F berbeda sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Untuk
perlakuan yang memberikan respon terbaik pada taraf 0,05 dengan derajat kepercayaan
95%. Untuk mengetahui hubungan antara perlakuan dengan hasil yang dipengaruhi,
digunakan analisa regresi yang bertujuan untuk menentukan sifat dan fungsi regresi yang
memberikan keterangan mengenai pengaruh perlakuan yang terbaik pada respon
(Gaspersz, 1991).
25
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
A. Pembuatan Rakit
Menurut Sunaryat et.al. (2001), metode rakit sudah banyak dikembangkan
dilapangan. Metode ini lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan di perairan
yang memiliki kedalaman waktu surut terendah lebih dari 60 cm sampai perairan
agak dalam. Proses pembuatan rakit dapat adalah sebagai berikut :
• Disiapkan potongan bambu berdiameter 8-12 cm dengan panjang 5 dan 3,5 meter
serta potongan bambu penyiku berdiameter 5-10 cm. Disiapkan pula tali pengikat
bambu berdiameter 6 mm, tali ris berdiameter 4 mm, tali jangkar berdiameter 12-
15 mm serta jangkar dari karung yang diisi pasir.
• Potongan-potongan bambu dilubangi untuk memasang pantek selanjutnya
dilakukan pengikatan. Untuk memperkuat rakit disetiap sudut dipasang siku dari
potongan bambu.
• Potongan-potongan bambu dirangkai dan diikat hingga menjadi empat persegi
panjang dengan posisi bambu untuk dipasang tali ris berada dibagian bawah agar
thallus agak tenggelam pada saat ditanam. Pada bagian tengah rakit juga
dipasangi bambu pada sisi bambu rakit yang tenggelam sebagai penyeimbang.
• Jangkar dipasang pada sisi bambu yang tenggelam serta bambu bagian tengah
dengan panjang tali jangkar antara 2,5-3 kali kedalaman perairan. Kemudian
rakit ditarik pada posisi lokasi yang diinginkan dengan menggunakan perahu
motor.
26
• Penempatan rakit dilakukan dengan memperhatikan kepentingan aktivitas lain
seperti jalur lalu lintas nelayan maupun lahan rakit milik petani yang lain.
B. Pembuatan Stok Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii
• Rumput laut untuk keperluan pembibitan ditanam pada rakit dengan jarak tanam
25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm..
• Rumput laut ditanam dengan menggunakan perhitungan waktu sesuai dengan
umur yang diinginkan, sehingga diharapkan dapat ditanam secara serentak pada
hari ke-40. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Waktu Tanam Rumput Laut Untuk Keperluan Pembibitan
No Umur Bibit Yang Diinginkan (Hari) Waktu Tanam (Hari) 1. 40 H0 2. 35 H+5 3. 30 H+10 4. 25 H+15 5. 20 H+20
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
A. Perendaman Bibit Dengan ZPT Agrogibb
• Bibit rumput laut dipisahkan sesuai dengan kombinasi perlakuan kemudian
ditimbang seberat 60 gram sebagai berat bibit awal (W0).
• Bibit kemudian direndam dalam larutan ZPT Agrogibb dengan dosis 0,0549 ml/l
selama 2,5 jam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu 1 kali, 2 kali, 3
kali dan 4 kali.
• Penimbangan berat bibit total dilakukan untuk menentukan volume perendaman,
yakni menggunakan perbandingan rasio 1 liter : 100 gram bibit. Interval untuk
perlakuan perendaman adalah 1 minggu dengan asumsi bahwa usia tanam
rumput laut selama 30 hari.
27
• Perendaman dilakukan di dalam lambung perahu untuk semua perlakuan dengan
waktu perendaman dilakukan pada pagi hari untuk mencegah terjadinya fluktuasi
suhu yang tinggi.
B. Penanaman Bibit
• Bibit rumput laut dipisahkan menurut kombinasi perlakuan dan diberi kode
sebagai penanda.
• Kotoran, lumut dan teritip yang menempel pada rakit dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan parang. Bibit rumput laut kemudian ditanam pada rakit
dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm.
• Kotoran dan lumut yang menempel pada rumput laut dibersihkan setiap hari
dengan menggoyang secara teratur dan perlahan didalam air.
C. Pengamatan Laju Pertumbuhan
• Pengamatan terhadap pertambahan berat dilakukan setiap minggu dengan cara
menimbang berat rumput laut beserta tali kemudian dikurangi berat tali.
Pengamatan berat sekaligus dilakukan untuk menentukan volume dan dosis
perendaman Agrogibb.
• Pengamatan terhadap volume rumput laut Eucheuma cottonii dilakukan pada
awal, tengah dan akhir penelitian dengan menggunakan sampling sebanyak 30%
untuk setiap kombinasi perlakuan kemudian dirata-rata.
D. Pengamatan Jumlah Tunas
• Pengamatan terhadap jumlah tunas dengan menggunakan sampling sebanyak
30% untuk setiap kombinasi perlakuan kemudian dirata-rata. Penghitungan
jumlah tunas dilakukan pada awal dan akhir penelitian.
28
( )WoWn=α
( )VoVn=α
n/1
n/1
3.5 Parameter Uji
3.5.1 Parameter Utama
A. Variabel Berat
Menurut Sunaryat et.al. (2001), untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut
yang ditanam dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
- 1 x 100 %
Dimana : α = Laju pertumbuhan (%/hari)
Wn = Berat rata-rata akhir (gr)
W0 = Berat tanaman mula-mula (gr)
n = Waktu pengujian (hari)
B. Variabel Volume
Pertumbuhan rumput laut yang ditanam dapat dihitung melalui pertambahan
volume dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
- 1 x 100 %
Dimana : α = Laju pertumbuhan (%/hari)
Vn = Volume rata-rata akhir (ml)
V0 = Volume tanaman mula-mula (ml)
n = Waktu pengujian (hari)
C. Jumlah Tunas
Jumlah tunas dihitung dengan melakukan sampling sebanyak 30% dari setiap
perlakuan kemudian dihitung jumlah tunas rata-rata.
29
3.5.2 Parameter Penunjang
A. Derajat Keasaman (pH)
• Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH paper yaitu dengan cara
mencelupkan pH paper kedalam air sampel hingga terjadi perubahan warna
kemudian dibandingkan dengan standar warna pada kotak pH paper.
B. Kecerahan Air
• Pengukuran kecerahan air dilakukan dengan menggunakan secchi disk (piringan
secchi). Piringan secchi diturunkan secara perlahan kedalam air hingga didapat
batas tidak nampak dari permukaan (H0) kemudian diangkat kembali hingga
didapat batas pertama kali tampak (H1). Hasil kemudian dirata-rata untuk
mendapatkan angka kecerahan total.
C. Salinitas
• Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer, yaitu
dengan cara meneteskan air sampel pada membran refraktometer kemudian
diteropong menghadap sinar hingga didapatkan nilai salinitas yang tertera pada
skala.
D. Suhu
• Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer, yaitu dengan cara
mencelupkan termometer kedalam air sampel kemudian melihat angka yang
tertera pada skala termometer.
E. Kecepatan Arus
• Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan botol aqua yang
diikatkan pada tali rafia dengan panjang tertentu kemudian dihanyutkan
30
( )C
xBA 1000−
mengikuti arah arus hingga mencapai suatu jarak pada waktu tertentu. Kecepatan
dinyatakan dalam satuan m/dtk.
F. Total Suspended Solid (TSS)
Cara pengukuran Total Suspended Solid menurut Greenberg et.al. (1990) adalah
sebagai berikut :
• Kertas saring dicuci dengan 20 ml aquadest sebanyak 3 kali dan dikeringkan
dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian disimpan dalam
desikator agar suhu dan beratnya seimbang.
• Proses diatas diulangi kembali hingga didapatkan berat kertas saring konstan
atau hingga berat yang hilang mencapai kurang dari 0,5 mg pada beberapa kali
penimbangan. Berat kertas saring sebelum digunakan ditimbang kembali sebagai
berat awal (B).
• Kertas saring dibasahi dengan aquadest secukupnya. Air sampel sebanyak 1 liter
(C) dilewatkan pada kertas saring. Kertas saring dan residunya (A) dikeringkan
dalam oven pada suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam
desikator hingga suhu dan beratnya stabil. Proses tersebut diulangi hingga
didapatkan berat kertas saring dan residu konstan atau kehilangan berat pada
kertas saring dan residu mencapai kurang dari 4% dari berat sebelumnya.
• Dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus :
TSS (mg/L) =
Dimana : TSS = Total Suspended Solid (mg/L)
A = Berat kertas saring dan residu kering (mg)
B = Berat kertas saring awal (mg)
C = Volume air sampel (ml)
31
4 HASIL PENELITIAN
4.1 Pembuatan Stok Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii
Bibit yang digunakan dalam penelitian berasal dari lokasi setempat dan diperoleh
dari hasil berkebun (patok dasar). Penanaman lanjutan untuk memperoleh umur bibit
yang berbeda serta perbanyakan stok dilakukan pada media rakit berukuran 10x10 m
sebanyak 1 buah dengan interval penanaman 5 hari untuk setiap perlakuan. Total waktu
penanaman mencapai 40 hari.
Jumlah bibit yang dipergunakan untuk setiap perlakuan sebesar 30 kg sehingga
jumlah total mencapai 1,5 kw. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 25 cm dan
jarak antar tali ris 20 cm seperti ditunjukkan pada gambar 9.
Gambar 9. Sketsa Penanaman Lanjutan Untuk Pembuatan Umur Bibit Yang Berbeda
dan Perbanyakan Stok
Secara umum bibit yang dihasilkan dengan media rakit mempunyai bentuk
thallus yang relatif besar dibandingkan dengan bibit dari hasil berkebun (patok dasar).
Bentuk thallus terbesar didapatkan pada umur 40 hari dan semakin mengecil seiring
penurunan umur. Warna thallus didominasi kuning kecoklatan sementara tekstur agak
rapuh dan mudah patah. Tunas terlihat sebagai tonjolan berwarna putih dan tersebar
secara merata di sepanjang thallus.
32
4.2 Perendaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan ZPT Agrogibb
Perendaman bibit rumput laut menggunakan ZPT Agrogibb dengan dosis 0.0549
ml/liter selama 2,5 jam. Rasio berat yang digunakan adalah 1 liter : 100 gram. Penentuan
dosis disesuaikan dengan berat bibit rumput laut dan volume perendaman seperti tertera
pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Penentuan Dosis Agrogibb Berdasarkan Rasio Berat
No. Perlakuan Berat Bibit (Gram)
Volume Perendaman (Liter)
Dosis Agrogibb (ml)
1. Perendaman 1 54.000 540 29,6460 2. Perendaman II 48.775,05 487,7510 26,7775 3. Perendaman III 31.166,90 311,6690 17,1106 4. Perendaman IV 9.275,05 92,7510 5,0920
TOTAL 78,6261
Pertumbuhan suatu tanaman meliputi tumbuh dan berkembang (diferensiasi) dari
sel-sel atau jaringan. Proses tumbuh dan diferensiasi terdiri dari pembentukan atau
penambahan massa sel yang belum berdiferensiasi maupun regenerasi dari massa sel
yang belum berdiferensiasi tersebut menjadi jaringan lengkap (Winata, 1992 dalam
Nirmala, 2004 ). Hal ini berarti bahwa semakin besar suatu tanaman maka semakin besar
pula massa sel penyusunnya. Oleh karena itu perhitungan rasio berat dalam perendaman
bibit menggunakan ZPT Agrogibb merupakan penyesuaian terhadap massa sel yang
terlibat dalam aktifitas transportasi hormon ke dalam sel tumbuhan. Transportasi yang
dimaksud dalam hal ini berupa proses transpor melalui dinding dan membran sel
tumbuhan.
Pengamatan yang dilakukan pasca perendaman menunjukkan bahwa warna
thallus mengalami perubahan dari semula kuning kecoklatan menjadi coklat kehitaman.
Menurut Soegiarto (1978), perubahan warna dapat terjadi karena pengaruh lingkungan
33
yang berubah, dimana perubahan tersebut merupakan modifikasi dari bentuk dan sifat
luar (fenotip).
4.3 Penanaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii
Bibit rumput laut yang telah direndam kemudian ditanam pada media rakit secara
serentak dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm seperti ditunjukkan
pada gambar 10.
Gambar 10. Penanaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Media Rakit
Jarak tanam berhubungan dengan lalu lintas pergerakan air yang membawa unsur
hara sehingga proses fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut dapat
berlangsung. Selain itu pergerakan air yang lancar juga mencegah adanya fluktuasi yang
besar terhadap salinitas maupun suhu air. Jarak tanam yang ideal tidak boleh kurang dari
20 cm (Afrianto dan Liviawaty, 1993).
Dilanjutkan oleh Harjadi (1990) bahwa jarak tanam berpengaruh terhadap ruang
tumbuh, cahaya yang diterima, tingkat persaingan untuk memperoleh zat makanan baik
makro maupun mikro serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya sehingga jarak tanam juga
mempengaruhi ukuran baik seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman.
34
4.4 Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
4.4.1 Variabel Berat
Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan setiap minggu sekali
selama 30 hari masa tanam (Lampiran 1 dan 2), didapatkan nilai rata-rata dari laju
pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat (%)
Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 5) didapatkan daftar sidik ragam
seperti yang ditunjukkan dalam tabel 6.
Tabel 6. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat
Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 65.5017 32.7509 11.6684** 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II
24 4 4 16
187.1775 90.5310 42.5270 54.1195
7.7991 22.6328 10.6318 3.3825
- 8.0636** 3.7879** 1.2051ns
2.56 2.56 1.86
3.74 3.74 2.40
Acak 48 134.7265 2.8068 Total 74 387.4057
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, perlakuan
umur dan frekuensi perendaman lebih besar dibandingkan dengan F1% dan F5%,
sehingga didapatkan hasil highly significant yang artinya perbedaan lokasi penanaman,
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d
A 17.8819 28.5858 19.9317 28.9563 22.6177 117.9734 7.8649 B 20.5360 30.2717 29.5086 30.6033 30.9716 141.8912 9.4594 C 25.6982 25.6591 10.0859 25.9219 23.2645 110.6296 7.7115 D 16.9761 18.0002 17.7128 22.3464 17.0713 92.1068 6.1405 E 21.6751 11.1814 18.7104 16.2766 15.6295 83.4730 7.6248
Total 102.7673 113.6982 95.9494 124.1045 109.5546 546.074 Rata 6.8512 7.6331 6.4447 8.3511 7.3781
35
perbedaan umur serta frekuensi perendaman rumput laut memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni.
Karena kelompok, perlakuan umur dan frekuensi perendaman memberikan hasil
berbeda sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT seperti terdapat pada tabel 7 dan
8 dan 9 berikut.
Tabel 7. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Kelompok Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat
Rata-rata III=6.8671 I=7.1179 II=8.9869 Notasi
III=6.8671 - - - a I=7.1179 0.2508ns - - a II=8.9869 2.1198** 1.8690** - b
Tabel 8. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Umur Yang Berbeda
Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat
Rata-rata D=6.1405 E=7.6248 C=7.7115 A=7.8649 B=9.4594 Notasi D=6.1405 - - - - - a E=7.6248 1.4843ns - - - - ab C=7.7115 1.5710* 0.0867ns - - - bc A=7.8649 1.7244* 0.2401ns 0.1534ns - - c B=9.4594 3.3189** 1.8346* 1.7479* 1.5945* - d
Tabel 9. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Frekuensi Perendaman
Yang Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat
Rata-rata b=6.4447 K=6.8512 d=7.3781 a=7.6331 c=8.3511 Notasi b=6.4447 - - - - - a K=6.8512 0.4065ns - - - - a d=7.3781 0.9334ns 0.5269ns - - - a a=7.6331 1.1884ns 0.7819ns 0.2550ns - - a c=8.3511 1.9064* 1.4999ns 0.9730ns 0.7180ns - b
4.4.2 Variabel Volume
Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan pada awal, tengah dan
akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 9 dan 10), didapatkan nilai rata-
36
rata dari laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel
10 berikut.
Tabel 10. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Volume (%)
Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 13) didapatkan daftar sidik ragam
seperti yang ditunjukkan dalam tabel 11.
Tabel 11. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Volume
db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 0.8530 0.4265 0.0879ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II
24 4 4 16
99.2586 32.9895 11.3135 54.9556
- 8.2474 2.8284 3.4347
- 1.6999ns 0.5830ns 0.7079ns
- 2.56 2.56 1.86
- 3.74 3.74 2.40
Acak 48 232.8866 4.8518 Total 74 332.9982
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, faktor
perlakuan I, faktor perlakuan II maupun interaksi faktor I dan II lebih kecil
dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang
artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan
frekuensi perendaman maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii.
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d
A 7.8743 23.7411 7.3085 18.1067 9.4498 66.4804 5.9840 B 6.3462 24.2549 20.6032 18.4620 26.5209 96.1872 7.2586 C 19.8310 16.9930 0.0000 20.2003 15.2000 72.2243 5.3216 D 14.8725 13.9512 14.9585 9.7162 13.0696 66.568 5.6931 E 15.5803 3.0907 17.0297 9.9910 13.4468 59.1385 5.1359
Total 64.5043 82.0309 59.8999 76.4762 77.6871 360.598 Rata 5.9047 5.8808 3.9933 5.7553 6.8847
37
4.5 Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Dari hasil pengukuran jumlah tunas rumput laut yang dilakukan pada awal dan
akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 14), didapatkan nilai rata-rata
dari jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel 12.
Tabel 12. Data Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii
Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 17) didapatkan daftar sidik ragam
seperti yang ditunjukkan dalam tabel 13.
Tabel 13. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii
Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 1.5025 0.7513 2.1853ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II
24 4 4 16
6.7727 1.9570 1.2188 3.5969
0.2822 0.4893 0.3047 0.2248
- 1.4232ns 0.8863ns 0.6539ns
- 2.56 2.56 1.86
- 3.74 3.74 2.40
Acak 48 16.5025 0.3438 Total 74 24.7777
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, faktor
perlakuan I, faktor perlakuan II maupun interaksi faktor I dan II lebih kecil
dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang
artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata a b c d K
A 8.6891 7.5110 8.1282 7.6544 7.8017 39.7844 2.6523 B 8.6049 8.1530 7.3723 7.9278 7.6443 39.7023 2.6468 C 8.1509 7.4162 4.9077 5.4141 7.9692 33.8581 2.2572 D 8.0566 7.6598 7.7547 7.7621 7.4959 38.7291 2.5819 E 7.3615 5.4415 7.7429 7.3582 7.4716 35.3757 2.3584
Total 40.8630 36.1815 35.9058 36.1166 38.3827 187.4496 Rata 2.7242 2.4121 2.3937 2.4078 2.5588
38
A B C D E K1 K2 K3 K4 K5
-5.0000
-4.0000
-3.0000
-2.0000
-1.0000
0.0000
1.0000
2.0000
3.0000
4.0000
5.0000
6.0000
Laj
u P
ertu
mbu
han
(%)
H7 H14 H21 H30
frekuensi perendaman maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii.
4.6 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap Laju Pertumbuhan (Variabel Berat)
Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada penelitian ini mengalami
kenaikan secara signifikan pada hari pertama hingga hari ke-14. Memasuki hari ke-15
laju pertumbuhan mengalami penurunan hingga mencapai kematian pada hari ke-30.
Untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar 11 berikut.
Gambar 11. Grafik Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Waktu Pengamatan.
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa laju pertumbuhan terbaik
didapatkan pada perlakuan umur 25 hari disusul dengan umur 20, 30, 35 dan 40 hari.
Pada gambar 11 terlihat bahwa pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur
39
Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3 r = 0.4162
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
20 25 30 35 40
Umur Bibit
Laj
u P
ertu
mbu
han
(%)
yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii adalah
persamaan kubik dengan persamaan Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3.
Laju pertumbuhan maksimum sebesar % didapatkan pada perlakuan umur seperti
terlihat pada gambar 12 berikut.
Gambar 12. Grafik Persamaan Kubik Hubungan Antara Perlakuan Umur dan Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.
Perlakuan umur 25 hari memberikan laju pertumbuhan terbaik dikarenakan pada
perlakuan umur tersebut jaringan meristem primer yang tersedia lebih banyak sehingga
mampu mengadakan pembelahan sel secara optimal. Menurut Anonymous dalam
http://www.lablink.co.id (2004), sel-sel jaringan meristem primer banyak ditemui pada
embrio, bagian ujung-ujung muda dari tumbuhan seperti batang atau thallus pada
rumput laut. Berdasarkan aktifitasnya, daerah pertumbuhan pada pertumbuhan primer
meliputi :
1. Daerah pembelahan, merupakan daerah yang sel-selnya aktif membelah secara
mitosis (meristematik).
2. Daerah pemanjangan, merupakan daerah yang berada di belakang daerah
pembelahan.
40
3. Daerah diferensiasi, merupakan bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan
dan merupakan daerah yang mengalami diferensiasi yaitu daerah yang sel-selnya
mengalami perubahan membentuk jaringan dan organ yang mempunyai struktur
dan fungsi berbeda.
Kendati demikian, rata-rata laju pertumbuhan dari seluruh perlakuan yang
dihasilkan dari penelitian ini masih berada dibawah ambang batas yang dianggap
menguntungkan yaitu 3% (Mubarak, 1990). Hal tersebut terutama disebabkan oleh
faktor eksternal, yang terlihat dari nilai koefisien determinasi (r) sebesar 0.4162.
Faktor eksternal yang berperan terutama kecepatan arus yang rendah serta
adanya parasit berupa lumut sehingga berdampak pada rontoknya thallus. Pada hari ke-
26 hingga hari ke-30 banyak ditemui rumput laut yang mati, ditandai dengan perubahan
warna dari coklat kekuningan menjadi putih serta bentuk thallus yang layu (tekanan
turgor hilang).
Gambar 13. Bentuk Thallus Yang Mengalami Kematian
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa frekuensi perendaman
terbaik didapatkan pada perlakuan perendaman 3 kali. Pada gambar 14 terlihat bahwa
pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur yang berbeda terhadap laju
pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii adalah persamaan kuartik dengan
41
Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4 r = 0.3980
0
0.5
1
1.5
2
2.5
K a b c d
Frekuensi Perendaman
Laj
u P
ertu
mbu
han
(%)
persamaan Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4. Laju pertumbuhan
maksimum sebesar % didapatkan pada perlakuan seperti terlihat pada gambar 14
berikut.
Gambar 14. Grafik Persamaan Kuartik Hubungan Antara Frekuensi Perendaman dan
Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.
Frekuensi perendaman ZPT Agrogibb memberikan pengaruh yang sangat nyata
terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii. Hal tersebut dapat ditinjau
dari beberapa aspek diantaranya :
1. Konsentrasi ZPT Agrogibb secara eksogen pada perendaman pertama belum
mencapai kecepatan transpor pasif maksimum sehingga penambahan ZPT
Agrogibb lebih lanjut pada perendaman berikutnya belum mempengaruhi tingkat
kejenuhan pengangkut pada membran sel (Poedjiadi, 2004).
2. Kondisi sintesis karbohidrat yang rendah akibat fotosintesis yang terhambat
terutama memasuki hari ke-15 (memasuki perlakuan perendaman ketiga), diduga
mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi glukosa di dalam sel. Hal ini
mengakibatkan terjadi pengikatan protein reseptor pada bagian promotor DNA
sehingga sintesis mRNA sebagai pengkode terbentuknya enzim digesti
khususnya α-amilase berlangsung. Pemberian ZPT Agrogibb secara eksogen
42
pada perendaman ketiga (perlakuan c) berperan dalam menunjang pembentukan
mRNA pengkode enzim α-amylase yang berperan dalam hidrolisis cadangan
makanan (pati) menjadi senyawa karbohidrat sederhana (Anonymous dalam
http://www.google.com/Biology 123/Chapter 35, 2004).
Proses enzimatik hidrolisis cadangan makanan bermula dari pembentukan
protein Myb sebagai bentuk respon sel terhadap adanya hormon giberellin. Adanya
protein Myb menyebabkan terjadinya pengikatan protein reseptor pada bagian promotor
DNA yang mengkode enzim α-amilase sehingga aktivitas transkripsi RNA berlangsung.
RNA yang dihasilkan (m-RNA) berperan dalam proses translasi asam amino pada
ribosom hingga menyebabkan terbentuk protein spesifik sesuai kode yang diberikan
pada m-RNA (enzim α-amilase). Adapun proses pengikatan dan pelepasan protein pada
promotor DNA sangat erat kaitannya dengan konsentrasi glukosa dalam sel dimana
glukosa berperan sebagai faktor pembatas. Dengan katan lain konsentrasi glukosa
menentukan kapan dimulai dan diakhirinya proses sintesis enzim (Paul, 1992).
Gambar 15. Mekanisme Giberellin Dalam Sintesis mRNA α-amilase (Sumber : http://www. google.com/Biology123/Chapter 35, 2004)
Proses hidrolisis cadangan makanan (pati) memberikan bentuk respon berupa
perpanjangan pada batang (stem elongation) akibat tercukupinya nutrisi, sehingga pada
akhirnya akan menaikkan berat akhir tanaman. Hal tersebut identik dengan peningkatan
43
- 8
- 6
- 4
- 2
0
2
4
2 0 2 5 3 0 3 5 4 0
U m u r B i b i t
P e rla kua n Umur Kont rol
jumlah tandan (fruit set) pada tanaman berbuah ataupun percepatan panen (Anonymous
dalam http://www.google.com, 2004).
Interaksi antara perlakuan umur dan frekuensi perendaman secara statistik tidak
berbeda nyata. Kendati demikian, bibit rumput laut yang direndam tetap memiliki laju
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kontrol seperti disajikan dalam gambar 15.
Gambar 16. Grafik Perbandingan Antara Perlakuan dan Kontrol
Dari hasil perhitungan (Lampiran 8) didapatkan persamaan garis singgung antara
perlakuan umur dengan kontrol pada titik. Artinya hwa bibit rumput laut yang direndam
dengan ZPT Agrogibb memiliki waktu panen lebih cepat hari dibandingkan kontrol.
4.7 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap Laju Pertumbuhan (Variabel Volume)
Volume adalah besar ruang tiga dimensi yang dimiliki oleh suatu benda. Volume
dapat diukur melalui penggunaan tabung berisi air (tabung limpah). Apabila sebuah
benda dibenamkan ke dalam tabung berisi air maka benda tersebut akan menggeser air
sebesar volume benda itu sendiri. Yang berpengaruh besar dalam proses tersebut adalah
luas permukaan benda yang menekan air (Godman, 1996).
44
Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da Db Dc Dd Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5
-7.0000
-6.2000
-5.4000
-4.6000
-3.8000
-3.0000
-2.2000
-1.4000
-0.6000
0.2000
1.0000
1.8000
2.6000
3.4000
4.2000
5.0000
5.8000
Laj
u P
ertu
mbu
han
(%)
H15 H30
Aktivitas pembesaran volume thallus diatur sepenuhnya oleh pertumbuhan
sekunder yakni aktivitas dari jaringan-jaringan meristem sekunder, dalam hal ini
aktivitas kambium dan kambium gabus (Anonymous dalam http://www.lablink.co.id,
2004).
Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada variabel volume mengalami
penurunan seperti tertera pada gambar 17 berikut.
Gambar 17. Grafik Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Waktu Pengamatan.
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi
perendaman ZPT Agrogibb maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan
variabel volume. Hal tersebut mengindikasikan beberapa hal :
1. Pola pertumbuhan yang digambarkan dengan pertambahan ruang tiga dimensi
(volume) relatif sama untuk semua perlakuan dan kombinasinya.
2. Pola pertumbuhan yang terjadi lebih terkonsentrasi pada pertambahan berat
(gravimetrik) dibandingkan pertambahan volume (volumetrik). Hal ini berarti
bahwa rumput laut cenderung mengalami perpanjangan thallus (stem elongation)
45
dibandingkan pembesaran volume (stem enlargement). Dinyatakan oleh
Anonymous dalam http://www.rusnahbuah.or.id (2004), bahwa giberellin
berpengaruh lebih besar terhadap proses pemanjangan batang dibandingkan
dengan auxin. Giberellin biasanya terkonsentrasi pada jaringan meristem yang
berisi sel-sel muda yang aktif membelah sementara konsentrasi auxin tertinggi
justru terdapat pada bagian pucuk terendah (basal) dari tanaman.
3. Pemberian giberellin mampu meningkatkan jumlah auxin secara tidak langsung
melalui sintesis enzim proteolitik yang akan membebaskan triptofan sebagai
bahan dasar penyusun auxin (Anonymous dalam http://www.google.com, 2004).
Apabila dilihat dari pola pertumbuhan yang dihasilkan maka diduga bahwa
nisbah giberellin dalam sel rumput laut lebih tinggi dibandingan auxin.
4. Pola pertumbuhan berat (gravimetrik) menyebabkan terjadinya penambahan
jumlah massa sel penyusun thallus sehingga meningkatkan nilai kerapatan sel
yang dnyatakan dengan massa per satuan volume (Godman, 1996). Hal ini
berarti bahwa perlakuan umur 25 hari memiliki kerapatan sel yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan umur lainnya.
4.8 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap Jumlah Tunas
Menurut Godman (1996), tunas adalah suatu struktur kecil menonjol pada batang
yang nantinya akan berkembang menjadi daun atau benda dengan fungsi tertentu.
Merupakan suatu bentuk pertumbuhan menyerupai diri sel induknya dan menjadi sel
baru. Dilanjutkan oleh Nirmala (2004), tunas pada dasarnya merupakan massa sel yang
dinamakan kalus yang telah mengalami regenerasi. Tunas yang tumbuh ke arah samping
46
Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da Db Dc Dd Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5
0.0000
200.0000
400.0000
600.0000
800.0000
1000.0000
1200.0000
1400.0000
1600.0000
Jum
lah
Tun
as
Waktu Pengamatan
H0 H30
dinamakan tunas lateral dan biasanya terjadi karena adanya faktor penghambat untuk
tumbuh ke arah atas, biasanya disebabkan oleh adanya pemotongan/stek. Fenomena ini
disebut apical dominance.
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi
perendaman ZPT Agrogibb maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertambahan jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii. Dari
grafik pada gambar 18 terlihat bahwa jumlah rata-rata tunas selama pengamatan
mengalami penurunan.
Gambar 18. Grafik Laju Pertambahan Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Waktu Pengamatan
Pemberian giberellin mampu mendorong terbentuknya enzym proteolitik yang
akan membebaskan triptofan sebagai bahan dasar penyusun auxin. Giberellin dan auxin
memberikan respon yang berlainan dalam pembentukan tunas. Auxin cenderung
menghambat pembentukan tunas sementara giberellin justru memacu terbentuknya tunas
baru. Proses ini sangat tergantung pada nisbah/perbandingan antara keduanya.
Mekanisme antagonistik antara giberellin dan auxin terjadi karena adanya kompetisi
pada pengikatan tempat di DNA terutama di sekitar gen yang berfungsi dalam
47
pengaturan tunas (Anonymous dalam http://www.google.com, 2004). Meskipun nisbah
auxin lebih rendah dari giberellin namun diduga dalam konsentrasi yang rendah tersebut
telah cukup untuk menyebabkan terjadinya respon penghambatan pembentukan tunas
baru pada rumput laut.
4.9 Kualitas Air
4.9.1 Derajat Keasaman (pH)
Dari hasil penelitian didapatkan nilai pH rata-rata berkisar antara 6.67-7.67
sehingga cenderung mendekati basa. Menurut Soeseno (1985) bahwa perairan yang
bersifat basa dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran bahan organik menjadi
garam mineral seperti amonia, nitrat dan fosfat yang akan digunakan oleh tumbuhan air
sebagai makanan. pH ideal untuk menunjang pertumbuhan rumput berkisar antara 7.3-
8.2 (Tim Penulis PS, 2000).
4.9.2 Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat kejernihan perairan dimana cahaya matahari masih
dapat menembus ke dalam perairan sampai pada kedalaman tertentu. Dalam budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii, kecerahan merupakan salah satu faktor yang penting
bagi pertumbuhan rumput laut karena cahaya matahari yang dibutuhkan dapat diserap
dengan baik jika kondisi perairan jernih. Tetapi apabila kondisi perairan keruh akan
sangat mengganggu pertumbuhan rumput laut karena penetrasi cahaya matahari yang
dibutuhkan untuk fotosintesis menjadi terganggu (Afrianto dan Liviawaty, 1993). Dari
hasil pengukuran didapatkan nilai kecerahan rata-rata berkisar antara 292-322 cm
48
sehingga penetrasi cahaya matahari dianggap masih layak untuk berlangsungnya proses
fotosintesis.
4.9.3 Salinitas
Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas.
Banyaknya zat terlarut disebut salinitas. Menurut Rahardjo (1982), salinitas
didefinisikan sebagai jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam satu kilogram air laut,
dengan anggapan bahwa semua karbonat telah diubah menjadi oksida-oksidanya, brom
dan iodium digantikan chlor dan semua bahan organik telah dioksidasi dengan
sempurna.
Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii bersifat euryhalin, hidup
dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar antara 30-37 promil.
Dilanjutkan oleh Herianti dan Parwati (1988), pada kondisi salinitas yang tinggi air
bersifat hipertonik terhadap sel sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisis yaitu
protoplas yang kehilangan air dan menyusut volumenya sehingga terlepas dari dinding
sel. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai kisaran rata-rata salinitas antara 31-33
promil.
4.9.4 Suhu
Suhu air meskipun tidak bersifat mematikan namun dapat menghambat
pertumbuhan rumput laut. Perbedaan suhu yang terlalu besar antara siang dan malam
hari dapat mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini sering ditemui pada perairan yang
terlalu dangkal (Afrianto dan Liviawaty, 1993).
Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu antara 26-33oC tetapi terhambat pada kombinasi suhu rendah dan intensitas
49
cahaya tinggi. Adapun pengamatan suhu selama penelitian berlangsung menunjukkan
rata-rata kisaran 29.67-30oC sehingga dianggap masih layak untuk pertumbuhan rumput
laut.
4.9.5 Kecepatan Arus
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air.
Sistem arus laut dihasilkan oleh daerah angin yang berbeda satu sama lain dan di
masing-masing daerah ini angin secara terus menerus bertiup dengan arah yang tidak
berubah-ubah (Nybakken, 1985).
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa kecepatan arus rata-rata berkisar antara
11.82-19.98 cm/detik. Hal ini mengindikasikan kondisi yang kurang layak untuk
pertumbuhan rumput laut. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1993), kecepatan arus yang
dianggap baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 20-40 cm/detik. Arus
yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan sehingga kesempatan untuk penyerapan
nutrisi dan proses fotosintesis tidak terganggu. Arus yang kurang dari kisaran tersebut
berpotensi memunculkan lumut yang beradaptasi pada kondisi arus tenang.
4.9.6 Total Suspended Solid (TSS)
Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya didalam air yang disebabkan oleh
partikel-partikel koloid dan suspensi yang terkandung. Kekeruhan mempengaruhi
penetrasi cahaya matahari sehingga dapat membatasi proses fotosintesa dan
produktivitas primer perairan (Wirawan, 1995).
Dari hasil pengamatan didapatkan nilai rata-rata Total Suspended Solid berkisar
antara
50
51
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil penelitian, hasil perhitungan data dan hasil analisa data penelitian,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Umur bibit yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan
rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan variabel pertambahan berat.
Hubungan yang dihasilkan berupa grafik kubik dengan persamaan Y = 10.7138 +
0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3 dengan Y maksimal sebesar 5.5202 pada
perlakuan umur 16.0476 hari.
2. Dari hasil analisa regresi antara perlakuan kontrol umur dengan laju
pertumbuhan rumput laut berdasarkan variabel berat didapat hubungan berupa
grafik kubik dengan persamaan Y = 7.8629 + 0.0352x - 0.0314x2 + 0.0007x3
dengan Y maksimal sebesar 3.7092% pada perlakuan umur 14.9524 hari.
3. Perlakuan umur yang direndam dengan ZPT Agrogibb menghasilkan laju
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol sehingga dapat
mempercepat pemanenan.
4. Frekuensi perendaman ZPT Agrogibb yang berbeda berpengaruh sangat nyata
terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan variabel
pertambahan berat. Hubungan yang dihasilkan berupa grafik kuartik dengan
persamaan Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4 dengan Y
maksimal sebesar pada perlakuan frekuensi perendaman.
52
5. Perlakuan umur bibit, frekuensi perendaman ZPT Agrogibb serta interaksi
keduanya tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma
cottonii berdasarkan variabel pertambahan volume.
6. Pola pertumbuhan yang terjadi akibat perendaman ZPT Agrogibb lebih
terkonsentrasi pada pertambahan panjang dibandingkan pertambahan volume
thallus
7. Perlakuan umur bibit, frekuensi perendaman ZPT Agrogibb serta interaksi
keduanya tidak berpengaruh terhadap laju pertambahan tunas rumput laut
Eucheuma cottonii.
8. Kualitas air selama penelitian berupa pH (6.67-7.67), kecerahan (292-322),
salinitas (31-33 promil) dan suhu (29.67-30oC) masih layak untuk pertumbuhan
rumput laut Eucheuma cottonii. Sedangkan kecepatan arus (11.82-19.98
cm/detik) tidak layak untuk pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii.
5.2 Saran
1. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut
Eucheuma cottonii sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kondisi
lingkungan yang berbeda.
2. Umur bibit dan frekuensi perendaman yang disarankan untuk memberikan hasil
pertumbuhan yang maksimal adalah 16.0476 hari dan .
53
DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E. dan E, Liviawaty. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara
Pengolahannya. Penerbit Bhratara. Jakarta. 58 hal. Akbar, S., B. Kurnia dan Istiqomah. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis No.
8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 9-12 Anonymous. 2001. Permeabilitas Membran Sel. http://www.omega.ilce.edu. Anonymous. 2004. Anatomi Sel Tumbuhan. http://www.lablink.co.id Anonymous. 2004. Hormon Tumbuhan. http;//www.google.com. Anonymous. 2004. Pembungaan dan Pembuahan Di Luar Musim Pada Mangga.
http://www.rusnahbuah.or.id Anonymous. 2004. Permintaan Hasil Rumput Laut. http:\\www.bi.go.id. Anonymous. 2004. Pertumbuhan Pada Tumbuhan. http://www.lablink.co.id. Anonymous. 2004. Seeds Plants And Hormone. http;//www.google.com/Biology
123/Chapter 35 Aslan. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut dan Kerang Darah. Dinas
Perikanan Propinsi Tingkat I Jawa Barat. 12 hal. Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 97 hal. Djazuli, N. 2002. Penanganan dan Pengolahan Produk Perikanan Budidaya Dalam
Menghadapi Pasar Global : Peluang dan Tantangan. Makalah Pengantar Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3 IPB. Bogor. 15 hal.
Gardner, F. P. Pearce, R. B and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. 472 hal.
Godman, A. 1996. Kamus Sains Bergambar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
331 hal. Greenberg, A.E., R.R. Trussell and L.S. Clesceri. 1990. Standart Methods For The
Examination Of Water And Wastewater. Sixteen Edition. American Public Health Association. 1268 hal.
54
Harjadi, S. 1989. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. Hal 124-125. Heddy, S. 1983. Hormon Pertumbuhan. Universitas Brawijaya Malang Fakultas
Pertanian. Malang. 39 hal. Herianti, I. dan M.D. Parwati. 1988. Pengaruh Media Kultur Pada Pertumbuhan
Populasi Dunaleila sp. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.44. Balai Penelitian Perikanan Laut. Balai Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 93 hal.
Iswahyudi. 2004. Pengaruh Lama Perendaman Agrogibb Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Edisi Kelima Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. 755
hal. Meiyana, M., Evalawati dan A. Prihaningrum. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk
Teknis No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 3-7. Mubarak, H. et.al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Departemen Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 93 hal. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta. Nirmala, R. 2003. Pengaruh 2,4 D Dan Kombinasi NAA Dengan Kinetin Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkecambahan Kalus Tomat (Lycopersicon esculentum MILL) Varietas Kemir. http;//www.google.com/search
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.
Jakarta. 459 hal. Poedjiadi, A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta. 472 hal. Rahardjo, S. 1982. Oseanografi Perikanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta 143 hal. Saputra, I. H. 2004. Pengaruh Pemberian Agrogibb Dengan Dosis Yang Berbeda
Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Sediadi, A. dan U. Budiharjo. 2000. Proyek Sistem Informasi Iptek Nasional Guna
Menunjang Pembangunan. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI. Jakarta. 20 hal.
Soegiarto, A. 1978. Rumput Laut (Algae). Lembaga Oceanologi Nasional – Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LON-LIPI). Jakarta.
55
Soelistyo. 1987. Rumput Laut (Algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya.
Lembaga Oceanologi Nasional. LIPI. Jakarta. 89 hal. Soeseno, S. 1985. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak. PT Gramedia. Jakarta.
51 hal. Sunarmi, P. 1989. Budidaya Rumput Laut. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.
Malang. Sunaryat, N. Runtuboy dan T.W. Aditya. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis
No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 19-22. Suptijah, P. 2002. Rumput Laut : Prospek Dan Tantangannya. Makalah Pengantar
Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3 IPB. Bogor. 7 hal. Tim CoData Indonesia. 2004. Daftar Jenis Alga Merah. http:\\www.iptek.net.id.
Jakarta. Tim Penulis PS. 2001. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Jakarta. 99 hal. Trisakti, B., U. Hadi dan J. Sari. 2003. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk
Pengembangan Perikanan dan Pariwisata Wilayah Pesisir Nusa Tenggara Barat. Unit Instalasi Lingkungan dan Cuaca PPPTPJ. Jakarta.
Widyastuti, N. dan Tjokrokusumo, D. 2004. Peranan Beberapa Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Tekhnologi V3.n5.08. http://www.iptek.net.id
Wirawan, I. 1995. Limnology. Jurusan Perikanan Universitas DR. Soetomo. Surabaya.
156 hal. Yitnosumarto. 1993. Perencanaan Analisis dan Interpretasinya. Program MIPA.
Univers itas Brawijaya. Malang. 299 hal.
56
Lampiran 1. Data Rata-rata Pertambahan Berat Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii (Gram) Setiap Minggu Selama 30 Hari Masa Tanam
Perlakuan Pengamatan
I II III Aa 84.1650 104.5825 87.9175 Ab 69.5850 93.3350 85.0025 Ac 88.3325 100.0000 94.1675 Ad 72.5000 93.7500 76.6675 Ba 73.7500 109.5850 120.4150 Bb 93.3350 98.3325 98.3350 Bc 86.8325 100.0025 96.2525 Bd 87.5800 103.7500 109.5825 Ca 76.2500 96.2500 77.9150 Cb 64.5850 83.7500 67.9150 Cc 77.9150 87.9150 76.6675 Cd 70.8325 82.9175 81.6675 Da 68.3325 90.4150 70.8325 Db 72.5000 81.6675 61.6675 Dc 79.5850 82.6675 76.6675 Dd 81.2525 86.6675 68.3325 Ea 65.0025 75.8325 50.8350 Eb 78.7500 73.3325 55.0000 Ec 72.5000 82.4200 67.5000 Ed 58.3325 67.7525 66.6675 K1 82.9175 77.0825 79.1675 K2 78.3325 77.0825 84.1675 K3 76.0 85.4150 81.2475 K4 72.5000 74.1675 65.8325 K5 70.9175 71.2525 65.0000
57
Lampiran 2. Data Rata-rata Laju Pertumbuhan Tiap Minggu (Berdasarkan Variabel Berat) Rumput Laut Eucheuma cottonii Selama 30 Hari Masa Tanam (%)
Perlakuan Pengamatan
I II III Aa 2.2723 3.6381 2.4042 Ab 0.7657 3.1481 0.6690 Ac 2.5163 3.5150 2.4596 Ad 1.0164 2.7851 1.5816 Ba 1.5765 3.7881 4.2068 Bb 2.9373 2.9794 2.8392 Bc 2.1586 4.2423 3.1777 Bd 2.5102 3.6395 3.5482 Ca 1.7112 3.2096 1.8522 Cb -0.6147 1.8987 0.1428 Cc 1.6920 2.4603 2.6808 Cd 0.7472 3.2988 1.8612 Da 1.0762 2.5263 0.2560 Db 1.0701 1.8512 0.4758 Dc 1.7634 2.2337 1.1366 Dd 0.9056 2.3384 0.2411 Ea 0.4606 1.6101 -1.8714 Eb 1.7709 1.4163 0.5436 Ec -0.3686 2.0977 1.9124 Ed -1.1372 1.8137 1.8842 K1 2.2077 1.9978 0.0447 K2 1.7141 1.5990 1.0032 K3 1.8190 2.3760 2.4905 K4 1.2027 0.3781 1.5512 K5 1.3839 2.4121 1.0870
58
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000
Rata-rata Data
Ren
tang
/Sel
isih
Dat
a M
ax-M
in
Lampiran 3. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA
Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan
fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan
oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya
hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).
2. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak
tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi
perlakuan.
Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data berbentuk persen
seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.
Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.
59
Lampiran 4. Transformasi ArcSin√Persentase Dari Data Rata-rata Laju Pertumbuhan Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Selama 30 Hari Masa Tanam (Variabel Berat)
Perlakuan Pengamatan
I II III Aa 8.6699 10.9959 8.9200 Ab 5.0201 10.2200 4.6916 Ac 9.1273 10.8060 9.0230 Ad 5.7862 9.6068 7.2247 Ba 7.2130 11.2231 11.8356 Bb 9.8684 9.9396 9.7006 Bc 8.4486 11.8862 10.2685 Bd 9.1161 10.9980 10.8575 Ca 7.5166 10.3205 7.8220 Cb 0.0001 7.9202 2.1657 Cc 7.4740 9.0243 9.4236 Cd 4.9589 10.4645 7.8411 Da 5.9546 9.1456 2.900 Db 5.9376 7.8199 3.9553 Dc 7.6310 8.5954 6.1200 Dd 5.4607 8.7961 2.8145 Ea 3.8915 7.2899 0.0011 Eb 7.6473 6.8349 4.2282 Ec 0.0000 8.3277 7.9489 Ed 0.0004 7.7398 7.8897 K1 8.5448 8.1256 1.2115 K2 7.5230 7.2646 5.7484 K3 7.7511 8.8671 9.0800 K4 6.2962 3.5253 7.1546 K5 6.7559 8.9347 5.9845
60
( )
4*2+3*21
0740.546 2( ) 2
n
G
( ) ( ) ( ) ( )9845.5+........+9200.8+9959.10+669.8 2222
3
6751.21+...+
2
0859.10+...+
3
9317.19+
3
5858.28 2222
Lampiran 5. Perhitungan Statistik (Berdasarkan Variabel Berat) Dari Data Laju Pertumbuhan Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii
Umur Frekuensi
Perendaman Kelompok Total Rata-rata
I II III A K 8.5448 8.1256 1.2115 17.8819 5.9606
a 8.6699 10.9959 8.9200 28.5858 9.5286 b 5.0201 10.2200 4.6916 19.9317 6.6439 c 9.1273 10.8060 9.0230 28.9563 9.6521 d 5.7862 9.6068 7.2247 22.6177 7.5392
B K 7.5230 7.2646 5.7484 20.5360 6.8453 a 7.2130 11.2231 11.8356 30.2717 10.0906 b 9.8684 9.9396 9.7006 29.5086 9.8362 c 8.4486 11.8862 10.2685 30.6033 10.2011 d 9.1161 10.9980 10.8575 30.9716 10.3239
C K 7.7511 8.8671 9.0800 25.6982 8.5661 a 7.5166 10.3205 7.8220 25.6591 8.5530 b - 7.9202 2.1657 10.0859 5.0430 c 7.4740 9.0243 9.4236 25.9219 8.6406 d 4.9589 10.4645 7.8411 23.2645 7.7548
D K 6.2962 3.5253 7.1546 16.9761 5.6587 a 5.9546 9.1456 2.900 18.0002 6.0001 b 5.9376 7.8199 3.9553 17.7128 5.9043 c 7.6310 8.5954 6.1200 22.3464 7.4488 d 5.4607 8.7961 2.8145 17.0713 5.6904
E K 6.7559 8.9347 5.9845 21.6751 7.2250 a 3.8915 7.2899 - 11.1814 3.7271 b 7.6473 6.8349 4.2282 18.7104 6.2368 c - 8.3277 7.9489 16.2766 8.1383 d - 7.7398 7.8897 15.6295 7.8148
Total 156.5928 224.6717 164.8095 546.0740 Rata-rata 7.1179 8.9869 6.8671
Faktor Koreksi (FK) = = = 4199.9551
JK Total = - - FK
= 4587.3608 - 4199.9551 = 387.4057
JK Perl. Kombinasi = - FK
= 4387.1326 - 4199.9551 = 187.1775
61
24
8095.164+
25
6717.224+
22
5928.156 222
12
4730.83+
15
1068.92+
14
6296.110+
15
8912.141+
15
9734.117 22222
14
5546.109+
14
1045.124+
14
9494.95+
14
6982.113+
15
7673.102 22222
Lampiran 5. (Lanjutan)
JK Kelompok = - FK
= 4265.4568 - 4199.9551 = 65.5017
Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
JK Faktor Perlakuan Umur
= - FK
= 4290.4861 - 4199.9551
= 90.531
JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman
= - FK
= 4242.4821 - 4199.9551
= 42.5270
JK Interaksi = 187.1775 - 90.531 - 42.5270
= 54.1195
JK Acak = 387.4057 - 65.5017 - 187.1775
= 134.7265
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d
A 17.8819 28.5858 19.9317 28.9563 22.6177 117.9734 7.8649 B 20.5360 30.2717 29.5086 30.6033 30.9716 141.8912 9.4594 C 25.6982 25.6591 10.0859 25.9219 23.2645 110.6296 7.7115 D 16.9761 18.0002 17.7128 22.3464 17.0713 92.1068 6.1405 E 21.6751 11.1814 18.7104 16.2766 15.6295 83.4730 7.6248
Total 102.7673 113.6982 95.9494 124.1045 109.5546 546.074 Rata 6.8512 7.6331 6.4447 8.3511 7.3781
62
)15
1+
15
1(KTAcak2 )
15
1+
15
1(8068.2*2
)rIII
1+
rII
1+
rI
1(KTAcak )
24
1+
25
1+
22
1(8068.2
)14
1+
15
1(KTAcak2 )
14
1+
15
1(8068.2*2
Lampiran 5. (Lanjutan)
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 65.5017 32.7509 11.6684** 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II
24 4 4 16
187.1775 90.5310 42.5270 54.1195
7.7991 22.6328 10.6318 3.3825
- 8.0636** 3.7879** 1.2051ns
2.56 2.56 1.86
3.74 3.74 2.40
Acak 48 134.7265 2.8068 Total 74 387.4057
Kelompok Berbeda Sangat Nyata
SED = = = 0.5973
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.5973 = 1.1707
BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.5973 = 1.5386
Tabel BNT Kelompok
Rata-rata III=6.8671 I=7.1179 II=8.9869 Notasi III=6.8671 - - - a I=7.1179 0.2508ns - - a II=8.9869 2.1198** 1.8690** - b
Kelompok terbaik : II – I/III
Perlakuan I (Umur) Berbeda Sangat Nyata Perlakuan A-B, A-D, B-D SED = = = 0.7485
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7485 = 1.4671
BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7485 = 1.9281
Perlakuan A-C, B-C, C-D
SED = = = 0.7752
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7752 = 1.5194
63
)12
1+
15
1(KTAcak2 )
12
1+
15
1(8068.2*2
)12
1+
14
1(KTAcak2 )
12
1+
14
1(8068.2*2
)14
1+
15
1(KTAcak2 )
14
1+
15
1(8068.2*2
)14
1+
14
1(KTAcak2 )
14
1+
14
1(8068.2*2
Lampiran 5. (Lanjutan)
BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7752 = 1.9970
Perlakuan A-E, B-E, D-E
SED = = = 0.8420
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8420 = 1.6503
BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8420 = 2.1690
Perlakuan C-E
SED = = = 0.8688
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8688 = 1.7028
BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8688 = 2.2380
Tabel BNT Faktor I (Umur)
Rata-rata D=6.1405 E=7.6248 C=7.7115 A=7.8649 B=9.4594 Notasi D=6.1405 - - - - - a E=7.6248 1.4843ns - - - - ab C=7.7115 1.5710* 0.0867ns - - - bc A=7.8649 1.7244* 0.2401ns 0.1534ns - - c B=9.4594 3.3189** 1.8346* 1.7479* 1.5945* - d
Perlakuan terbaik : B – A – C – E - D
Perlakuan II (Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb) Berbeda Sangat Nyata
Perlakuan K-a, K-b, K-c, K-d SED = = = 0.7752
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7752 = 1.5194
BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7752 = 1.9970
Perlakuan a-b, a-c, a-d, b-c, b-d, c-d SED = = = 0.8019
64
Lampiran 5. (Lanjutan)
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8019 = 1.5717
BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8019 = 2.0657
Tabel BNT Faktor II (Frekuensi Perendaman)
Rata-rata b=6.4447 K=6.8512 d=7.3781 a=7.6331 c=8.3511 Notasi b=6.4447 - - - - - a K=6.8512 0.4065ns - - - - a d=7.3781 0.9334ns 0.5269ns - - - a a=7.6331 1.1884ns 0.7819ns 0.2550ns - - a c=8.3511 1.9064* 1.4999ns 0.9730ns 0.7180ns - b
Perlakuan terbaik : c – a/d/K/b
65
Lampiran 6. Uji Polinomial Orthogonal Perlakuan Umur (Variabel Berat)
Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci) Linier Kuadratik Kubik Kuartik
A 117.9734 -2 +2 -1 +1 B 141.8912 -1 -1 +2 -4 C 110.6296 0 -2 0 +6 D 92.1068 +1 -1 -2 -4 E 83.4730 +2 +2 +1 +1
Q = ∑CiTi -118.7852 -52.3644 65.0684 -70.7680 K.r = (∑Ci)2 *r*LII 150 210 150 1050
JK = Q2/K*r 94.0662 13.0573 28.2260 4.7696 JK Total Regresi = 700.5952 Sidik Ragam Regresi
Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1% 1. Perlakuan
- Linier - Kuadratik - Kubik - Kuartik
4 1 1 1 1
- 94.0662 13.0573 28.2260 4.7696
- 94.0662 13.0573 28.2260 4.7696
- 33.5137** 4.6520*
10.0563** 1.6993ns
- 4.04 4.04 4.04 4.04
- 7.19 7.19 7.19 7.19
2. Acak 48 134.7265 2.8068 3. Total 74 387.4057
Regresi Linier Tabel Regresi
X Y X2 X3 X4 XY X2Y 20 1.8725 400 8000 160000 37.4500 749 25 2.7010 625 15625 390625 67.5250 1688.1250 30 1.8006 900 27000 810000 54.0180 1620.5400 35 1.1442 1225 42875 1500625 40.0470 1401.6450 40 1.7605 1600 64000 2560000 70.4200 2816.8000 150 9.2788 4750 157500 5421250 269.4600 8276.1100
Bentuk Persamaan : Y = a + bx
∑Y = na + b∑X
∑XY = a∑X + b∑X2
9.2788 = 5a + 150b (1) …………………. x 30
269.4600 = 150a + 4750b (2)
66
134.7265+94.0662
94.0662
Lampiran 6. (Lanjutan)
Dari (1) dan (2)
278.3640 = 4500b
269.4600 = 4750b -
8.9040 = -250b
b = -0.0356 ……………………(3)
Nilai (3) dimasukkan ke persamaan (1)
9.2788 = 5a + 150 (-0.0356)
a = 2.9242
Persamaan Linier : Y = 2.9242 - 0.0356x
Nilai X Nilai Y 20 2.2122 25 2.0342 30 1.8562 35 1.6782 40 1.5002
R2 = = 0.4111
r = √0.4111 = 0.6412
Regresi Kubik
Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3
X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y 20 1.8725 400 8000 160000 3200000 64000000 37.4500 749 14980 25 2.7010 625 15625 390625 9765625 244140625 67.5250 1688.1250 42203.125 30 1.8006 900 27000 810000 24300000 729000000 54.0180 1620.5400 48616.2 35 1.1442 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 40.0470 1401.6450 49057.575 40 1.7605 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 70.4200 2816.8000 112672 150 9.2788 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 269.4600 8276.1100 267528.9
∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3
∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4
∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5
67
Lampiran 6. (Lanjutan)
∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6
9.2788 = 5a + 150b + 4750c + 157500d (1) …………………. x 30
269.4600 = 150a + 4750b + 157500c + 5421250d (2)………………..... x 4750
8276.1100 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d (3) ...………….
267528.9 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d (4) ……...
Dari (1) dan (2)
278.3640 = 4500b + 142500c + 4725000d
269.4600 = 4750b + 157500c + 5421250d -
8.9040 = -250b - 15000c – 696250d ………..(5)
Dari (2) dan (3)
1279935 = 22562500b + 748125000c + 25750937500d
1241416.5 = 23625000b + 813187500c + 28828125000d -
38518.5 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d …………(6)
Dari (5) dan (6)
8.9040 = -250b - 15000c – 696250d ……….. x 4250
38518.5 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d
didapatkan
37842 = -63750000c - 2959062500d
9629625 = -16265625000c - 769296875000d -
-9591783 = 16201875000c + 766337812500d …… (7)
Dari (3) dan (4)
8276.1100 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d ….. x 157500
267528.9 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d …… x 4750
68
Lampiran 6. (Lanjutan)
didapatkan
1303487325 = 24806250000b + 853846875000c + 30269531250000d
1270762275 = 25750937500b + 912890625000c + 33114179687500d -
32725050 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d ….. (8)
Dari (5) dan (8)
8.9040 = -250b - 15000c – 696250d …………. x 3778750
32725050 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d
Didapatkan
33645990 = -56681250000c - 2630954687500d
32725050 = -14760937500000c - 711162109375000d -
920940 = 14704256250000c + 708531154687500d …… (9)
Dari (7) dan (9)
-9591783 = 16201875000c + 766337812500d ……. x 1470425625000
920940 = 14704256250000c + 708531154687500d … x 16201875000
didapatkan
-141040035126393750000 = 11268427569064453125000000d
14920954762500000 = 11479533201852539062500000d -
-141025114171631250000 = -211105632788085937500000d
d = 0.0007
Dari (7)
-9591783 = 16201875000c + 766337812500 (0.0007)
c = -0.0337
69
Lampiran 6. (Lanjutan)
Nilai c dan d dimasukkan ke persamaan (1) dan (2)
59.1038 = 5a + 150b …….. x 30
1782.335 = 150a + 4750b -
didapatkan
1773.114 = 4500b
1782.335 = 4750b -
-9.221 = - 250b
b = 0.0369
Dari (1)
9.2788 = 5a + 150 (0.0369) + 4750 (-0.0337) + 157500 (0.0007)
a = 10.7138
Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3
Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3
Nilai X Nilai Y 20 -7.1420 25 1.5113 30 0.3908 35 0.7353 40 -7.644
Titik optimum pada Y’ = 0
0 = 0.0369 - 0.0674x + 0.0021x2
x =
dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =
Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0
0 = -0.0674 + 0.0042x
70
134.7265+28.2260
2260.28
Lampiran 6. (Lanjutan)
x = 16.0476
dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y = 5.5202
R2 = = 0.1732
r = √0.1732 = 0.4162
71
Lampiran 7. Uji Polinomial Orthogonal Perlakuan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb (Variabel Berat)
Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci)
Linier Kuadratik Kubik Kuartik K 102.7673 -2 +2 -1 +1 a 113.6982 -1 -1 +2 -4 b 95.9494 0 -2 0 +6 c 124.1045 +1 -1 -2 -4 d 109.5546 +2 +2 +1 +1
Q = ∑CiTi 23.9809 -5.0577 -14.0253 -163.1925 K.r = (∑Ci)2 *r*LI 150 210 150 1050
JK = Q2/K*r 3.8339 0.12181 1.3114 25.3636 JK Total Regresi = 30.6307 Sidik Ragam Regresi
Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1% 1. Perlakuan
- Linier - Kuadratik - Kubik - Kuartik
4 1 1 1 1
- 3.8339 0.12181 1.3114 25.3636
- 3.8339 0.12181 1.3114 25.3636
- 1.3659ns 0.0434ns 0.4672ns 9.0365**
- 4.04 4.04 4.04 4.04
- 7.19 7.19 7.19 7.19
2. Acak 48 134.7265 2.8068 3. Total 74 387.4057
Tabel Regresi
X Y X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 XY X2Y X3Y X4Y 0 1.4230 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1.7644 1 1 1 1 1 1 1 1.7644 1.7644 1.7644 1.7644 2 1.2599 4 8 16 32 64 128 256 2.5198 5.0396 10.0792 20.1584 3 2.1094 9 27 81 243 729 2187 6561 6.3282 18.9846 56.9538 170.8614 4 1.6491 16 64 256 1024 4096 16384 65536 6.5964 26.3856 105.5424 422.1696 10 8.2058 30 100 354 1300 4890 18700 72354 17.2088 52.1742 174.3398 614.9538
Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3 + ex4
∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3 + e∑X4
∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4 + e∑X5
∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5 + e∑X6
∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6 + e∑X7
∑X4Y = a∑X4 + b∑X5 + c∑X6 + d∑X7 + e∑X8
72
Lampiran 7. (Lanjutan)
8.2058 = 5a + 10b + 30c + 100d + 354e (1) …………………. x 2
17.2088 = 10a + 30b + 100c + 354d + 1300e (2)………………..... x 3
52.1742 = 30a + 100b + 354c + 1300d + 4890e (3)
174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e (4)
614.9538 = 354a + 1300b + 4890c + 18700d + 72354e (5)
Dari (1) dan (2)
16.4116 = 20b + 60c + 200d + 708e
17.2088 = 30b + 100c + 354d + 1300e -
-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e ……. (6)
Dari (2) dan (3)
51.6264 = 90b + 300c + 1062d + 3900e
52.1742 = 100b + 354c + 1300d + 4890e -
-0.5478 = -10b – 54c – 238d – 990e ……. (7)
Dari (6) dan (7)
-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e
-0.5478 = -10b – 54c – 238d – 990e -
-0.2494 = 14c + 84d + 398e …………...... (8)
Dari (3) dan (4)
52.1742 = 30a + 100b + 354c + 1300d + 4890e ….. x 10
174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e … x 3
didapat
521.7420 = 1000b + 3540c + 13000d + 48900e
523.0194 = 1062b + 3900c + 14670d + 56100e -
73
Lampiran 7. (Lanjutan)
-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e ……(9)
Dari (4) dan (5)
174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e ….. x 354
614.9538 = 354a + 1300b + 4890c + 18700d + 72354e ... x 100
didapat
61716.2892 = 125316b + 460200c + 1731060d + 6619800e
61495.3800 = 130000b + 489000c + 1870000d + 7235400e -
220.9092 = -4684b – 28800c – 138940d - 615600e ….. (10)
Dari (9) dan (10)
-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e …… x 2342
220.9092 = -4684b – 28800c – 138940d - 615600e ….. x 31
didapat
-2991.6708 = -843120c – 3911140d – 16862400e
6848.1852 = -892800c – 4307140d – 19083600e -
-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e ….. (11)
Dari (8) dan (11)
-0.2494 = 14c + 84d + 398e ……. x 24840
-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e …. x 7
didapat
-6195.096 = 2086560d + 9886320e
-68878.992 = 2772000d + 15548400e -
62683.896 = -685440d - 5662080e ……………………….. (12)
74
Lampiran 7. (Lanjutan)
Dari (6) dan (9)
-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e ……. x 31
-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e …… x 5
didapat
-24.7132 = -1240c – 4774d – 18352e
-6.387 = -1800c – 8350d – 36000e -
-18.3262 = 560c + 3576d + 17648e …. (13)
Dari (11) dan (13)
-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e …… x 7
-18.3262 = 560c + 3576d + 17648e ……….. x 621
didapat
-68878.992 = 2772000d + 15548400e
-11380.5702 = 2220696d + 10959408e -
-57498.4218 = 551304d + 4588992e …… (14)
Dari (12) dan (14)
62683.896 = -685440d - 5662080e ……. x 68913
-57498.4218 = 551304d + 4588992e …… x -85680
didapat
4319735325.048 = - 390190919040e
4926464779.824 = - 393184834560e -
-606729454.776 = 2993915520e
e = -0.2027
75
134.7265+25.3636
25.3636
Lampiran 7. (Lanjutan)
Dari (12) didapatkan
62683.896 = -685440d – 5662080 (-0.2027)
d = 1.5830
Dari (11) didapatkan
-9839.856 = 49680c + 396000 (1.5830) + 2221200 (-0.2027)
c = -3.7534
Dari (6) didapatkan
-0.7972 = -10b – 40 (-3.7534) – 154 (1.5830) – 592 (-0.2027)
b = 2.7150
Dari (1) didapatkan
8.2058 = 5a + 10 (2.7150) + 30 (-3.7534) + 100 (1.5830) + 354 (-0.2027)
a = 1.4227
Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3 + ex4
Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4
Nilai X Nilai Y 0 1.4227 1 1.7646 2 1.2599 3 2.1094 4 1.6491
R2 = = 0.1584
r = √0.1584 = 0.3980
Titik optimum pada Y’ = 0
0 = 2.7150 - 7.5068x + 4.7490x2 - 0.8108 x3
x =
76
Lampiran 7. (Lanjutan)
dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =
Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0
0 = -7.5068 + 9.498x - 2.4324x2
x =
dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =
77
Lampiran 8. Uji Polinomial Orthogonal Kontrol (Variabel Berat)
Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci) Linier Kuadratik Kubik Kuartik
K 17.8819 -2 +2 -1 +1 a 20.5360 -1 -1 +2 -4 b 25.6982 0 -2 0 +6 c 16.9761 +1 -1 -2 -4 d 21.6751 +2 +2 +1 +1
Q = ∑CiTi 4.0265 -9.7945 10.9130 43.6978 K.r = (∑Ci)2 3 14 3 70 JK = Q2/K*r 5.4042 6.8523 39.6979 27.2785
JK Total Regresi = 79.2329 Sidik Ragam Regresi
Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1% 1. Perlakuan
- Linier - Kuadratik - Kubik - Kuartik
4 1 1 1 1
- 5.4042 6.8523 39.6979 27.2785
- 5.4042 6.8523 39.6979 27.2785
- 1.9254ns 2.4413ns
14.1435** 9.7187**
- 4.04 4.04 4.04 4.04
- 7.19 7.19 7.19 7.19
2. Acak 48 134.7265 2.8068 3. Total 74 387.4057
Regresi Kubik
Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3
X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y 20 1.0784 400 8000 160000 3200000 64000000 21.5680 431.3600 8627.2000 25 1.42060 625 15625 390625 9765625 244140625 35.5150 887.8750 22196.8750 30 2.2186 900 27000 810000 24300000 729000000 66.5580 1996.7400 59902.2000 35 0.9722 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 34.0270 1190.9450 41683.0750 40 1.5817 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 63.2680 2530.7200 101228.8000 150 7.2715 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 220.9360 7037.6400 233638.1500
∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3
∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4
∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5
∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6
7.2715 = 5a + 150b + 4750c + 157500d (1) …………………. x 30
78
Lampiran 8. (Lanjutan)
220.9360 = 150a + 4750b + 157500c + 5421250d (2)………………..... x 4750
7037.6400 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d (3) ...………….
233638.1500 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d (4) ……...
Dari (1) dan (2)
218.145 = 4500b + 142500c + 4725000d
220.9360 = 4750b + 157500c + 5421250d -
-2.791 = -250b - 15000c – 696250d ………..(5)
Dari (2) dan (3)
1049446 = 22562500b + 748125000c + 25750937500d
7037.6400 = 23625000b + 813187500c + 28828125000d -
1042408.36 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d …………(6)
Dari (5) dan (6)
-2.791 = -250b - 15000c – 696250d ……….. x 4250
1042408.36 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d
didapatkan
-11861.75 = -63750000c - 2959062500d
1042408.36 = -16265625000c - 769296875000d -
-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500d …… (7)
Dari (3) dan (4)
7037.6400 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d ….. x 157500
233638.1500 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d …… x 4750
79
Lampiran 8. (Lanjutan)
didapatkan
1108428300 = 24806250000b + 853846875000c + 30269531250000d
1109781212.5 = 25750937500b + 912890625000c + 33114179687500d -
-1352912.5 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d ….. (8)
Dari (5) dan (8)
-2.791 = -250b - 15000c – 696250d …………. x 3778750
-1352912.5 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d
Didapatkan
-10546491.25 = -56681250000c - 2630954687500d
-1352912.5 = -14760937500000c - 711162109375000d -
-9193578.75 = 14704256250000c + 708531154687500d …… (9)
Dari (7) dan (9)
-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500d ……. x 1470425625000
-9193578.75 = 14704256250000c + 708531154687500d … x 16201875000
didapatkan
-1550225785415568750 = 11268427569064453125000000d
-148953213710156250 = 11479533201852539062500000d -
-1401272571705412500 = -211105632788085937500000d
d = 6.6378
Dari (7)
-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500 (6.6378)
c = -313.9635
80
Lampiran 8. (Lanjutan)
Nilai c dan d dimasukkan ke persamaan (1) dan (2)
445880.3965 = 5a + 150b …….. x 30
13464298.936 = 150a + 4750b
didapatkan
13376411.895 = 4500b
13464306.811 = 4750b -
-87894.916 = - 250b
b = 351.5797
Dari (1)
7.2715 = 5a + 150 (351.5797) + 4750(-313.9635) + 157500 (6.6378)
a = 78628.6883
Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3
Y = 78628.6883 + 351.5797x - 313.9635x2 + 6.6378x3
Y = 7.8629 + 0.0352 x - 0.0314x2 + 0.0007x3
Nilai X Nilai Y 20 1.6069 25 0.0554 30 -0.4411 35 0.6424 40 3.8309
Titik optimum pada Y’ = 0
0 = 0.0352 - 0.0628x + 0.0021x2
x =
dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =
Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0
81
134.7265+39.6979
39.6979
Lampiran 8. (Lanjutan)
0 = -0.0628 + 0.0042x
x = 14.9524
dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y = 3.7092
R2 = = 0.2276
r = √0.2276 = 0.4771
82
Lampiran 9. Data Rata-rata Pertambahan Volume Rumput Laut Eucheuma cottonii (ml) Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
Perlakuan Pengamatan
I II III Aa 70.0000 95.0000 60.0000 Ab 47.5000 72.5000 40.0000 Ac 75.0000 70.0000 55.0000 Ad 47.5000 67.5000 50.0000 Ba 10.0000 20.0000 35.0000 Bb 25.0000 27.5000 12.5000 Bc 45.0000 37.5000 25.0000 Bd 57.5000 80.0000 30.0000 Ca 25.0000 27.5000 10.0000 Cb 8.0000 25.0000 8.0000 Cc 12.5000 22.5000 10.0000 Cd 17.5000 10.0000 12.5000 Da 10.0000 25.0000 27.5000 Db 32.5000 20.0000 12.5000 Dc 12.5000 20.0000 15.0000 Dd 12.5000 30.0000 22.5000 Ea 22.5000 25.0000 10.0000 Eb 20.0000 10.0000 7.5000 Ec 18.0000 20.0000 20.0000 Ed 8.0000 7.5000 15.0000 K1 65.0000 55.0000 40.0000 K2 30.0000 20.0000 15.0000 K3 12.5000 17.5000 12.5000 K4 15.0000 8.0000 15.0000 K5 20.0000 17.5000 7.5000
83
Lampiran 10. Data Rata-Rata Laju Pertumbuhan (Berdasarkan Variabel Volume) Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam (%)
Perlakuan Pengamatan
I II III Aa 1.8971 2.9943 1.0423 Ab -1.2887 1.6183 -2.3230 Ac 1.8755 1.8558 0.1762 Ad -0.8101 1.8166 0.0884 Ba 0.2288 3.8315 3.1512 Bb 1.2240 1.8888 1.2240 Bc 0.1082 3.1512 1.2240 Bd 2.0983 2.6361 2.3659 Ca 1.2240 1.8888 0.2288 Cb -2.3230 -0.6123 -2.3230 Cc 1.2240 0.7597 2.3659 Cd -0.8870 2.3659 1.2240 Da 0.2288 1.3707 0.6118 Db 1.5923 0.2288 0.7498 Dc 1.3707 0.2726 -0.0648 Dd 1.3707 1.2218 -1.0192 Ea -0.3691 0.2907 -1.7977 Eb 1.7330 0.2288 1.3707 Ec -2.8497 0.2288 1.5923 Ed -2.3230 1.3707 1.3707 K1 1.5923 0.0119 -2.5589 K2 1.2218 -0.3561 -0.0648 K3 1.2240 1.0618 1.7330 K4 2.0093 -2.3230 1.3707 K5 0.2288 1.1348 1.3707
84
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
-1.5000 -1.0000 -0.5000 0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000
Rata-rata Data
Ren
tang
/Sel
isih
Dat
a M
ax-M
in
Lampiran 11. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA
Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :
3. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan
fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan
oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya
hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).
4. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak
tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi
perlakuan.
Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data berbentuk persen
seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.
Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.
85
Lampiran 12. Transformasi ArcSin√Persentase Dari Data Rata-rata Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam (Variabel Volume)
Perlakuan Pengamatan
I II III Aa 7.9168 9.9646 5.8597 Ab - 7.3085 - Ac 7.8713 7.8296 2.4058 Ad - 7.7460 1.7038 Ba 2.7417 11.2881 10.2251 Bb 6.3519 7.8994 6.3519 Bc 1.8850 10.2251 6.3519 Bd 8.3289 9.3439 8.8481 Ca 6.3519 7.8994 2.7417 Cb - - - Cc 6.3519 5.0003 8.8481 Cd - 8.8481 6.3519 Da 2.7417 6.7234 4.4861 Db 7.2493 2.7417 4.9675 Dc 6.7234 2.9928 - Dd 6.7234 6.3462 - Ea - 3.0907 - Eb 7.5646 2.7417 6.7234 Ec - 2.7417 7.2493 Ed - 6.7234 6.7234 K1 7.2493 0.6250 - K2 6.3462 - - K3 6.3519 5.9145 7.5646 K4 8.1491 - 6.7234 K5 2.7417 6.1152 6.7234
86
2
4468.13+....+
1
3085.7+
3
7411.23+
2
8743.7 2222
( ) 2
n
G ( )
3*1+8*2+13*3
5984.360 2
( ) ( ) ( ) ( )7234.6+........+9168.7+6250.0+2493.7 2222
Lampiran 13. Perhitungan Statistik (Berdasarkan Variabel Volume) Dari Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
Umur Frekuensi
Perendaman Kelompok Total Rata-rata
I II III A K 7.2493 0.6250 - 7.8743 3.9372
a 7.9168 9.9646 5.8597 23.7411 7.9137 b - 7.3085 - 7.3085 7.3085 c 7.8713 7.8296 2.4058 18.1067 6.0356 d - 7.7460 1.7038 9.4498 4.7249
B K 6.3462 - - 6.3462 6.3462 a 2.7417 11.2881 10.2251 24.2549 8.0850 b 6.3519 7.8994 6.3519 20.6032 6.8677 c 1.8850 10.2251 6.3519 18.4620 6.1540 d 8.3289 9.3439 8.8481 26.5209 8.8403
C K 6.3519 5.9145 7.5646 19.8310 6.6103 a 6.3519 7.8994 2.7417 16.9930 5.6643 b - - - 0.0000 0.0000 c 6.3519 5.0003 8.8481 20.2003 6.7334 d - 8.8481 6.3519 15.2000 7.6000
D K 8.1491 - 6.7234 14.8725 7.4363 a 2.7417 6.7234 4.4861 13.9512 4.6504 b 7.2493 2.7417 4.9675 14.9585 4.9862 c 6.7234 2.9928 - 9.7162 4.8581 d 6.7234 6.3462 - 13.0696 6.5348
E K 2.7417 6.1152 6.7234 15.5803 5.1934 a - 3.0907 - 3.0907 3.0907 b 7.5646 2.7417 6.7234 17.0297 5.6766 c - 2.7417 7.2493 9.9910 4.9955 d - 6.7234 6.7234 13.4468 6.7234
Total 109.6400 140.1093 110.8491 360.5984 Rata-rata 6.0911 6.3686 6.1583
Faktor Koreksi (FK) = = = 2241.9173
JK Total = - FK
= 2574.9155 - 2241.9173
= 332.9982
JK Perl. Kombinasi = - FK
= 2341.1759 - 2241.9173 = 99.2586
87
( )
18
8491.110+
22
1093.140+
18
6400.109 222
( )
11
1385.59+
12
5680.66+
11
2243.72+
13
1872.96+
11
4804.66 22222
11
6871.77+
13
4762.76+
10
8999.59+
13
0309.82+
11
5043.64 22222
Lampiran 13. (Lanjutan)
JK Kelompok = - FK
= 2242.7703 - 2241.9173 = 0.8530
Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
JK Faktor Perlakuan Umur
= - FK
= 2274.9068 - 2241.9173
= 32.9895
JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman
= - FK
= 2253.2308 - 2241.9173
= 11.3135
JK Interaksi = 99.2586 - 32.9895 - 11.3135
= 54.9556
JK Acak = 332.9982 - 99.2586 - 0.8530
= 232.8866
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata K a b c d
A 7.8743 23.7411 7.3085 18.1067 9.4498 66.4804 5.9840 B 6.3462 24.2549 20.6032 18.4620 26.5209 96.1872 7.2586 C 19.8310 16.9930 0.0000 20.2003 15.2000 72.2243 5.3216 D 14.8725 13.9512 14.9585 9.7162 13.0696 66.568 5.6931 E 15.5803 3.0907 17.0297 9.9910 13.4468 59.1385 5.1359
Total 64.5043 82.0309 59.8999 76.4762 77.6871 360.598 Rata 5.9047 5.8808 3.9933 5.7553 6.8847
88
Lampiran 13. (Lanjutan)
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 0.8530 0.4265 0.0879ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II
24 4 4 16
99.2586 32.9895 11.3135 54.9556
- 8.2474 2.8284 3.4347
- 1.6999ns 0.5830ns 0.7079ns
- 2.56 2.56 1.86
- 3.74 3.74 2.40
Acak 48 232.8866 4.8518 Total 74 332.9982
89
Lampiran 14. Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
Perlakuan Kelompok
I II III Aa 910.0000 870.0000 617.5000 Ab 377.5000 285.0000 301.5000 Ac 402.5000 697.5000 478.5000 Ad 288.0000 747.5000 209.6150 Ba 605.0000 760.5700 875.0000 Bb 500.0000 660.0000 431.0000 Bc 158.1300 360.0000 414.0000 Bd 562.5000 315.0000 478.0000 Ca 760.0000 425.5100 437.6900 Cb 487.5000 117.5400 455.0000 Cc 360.7200 311.3100 0.7200 Cd 512.5000 0.7500 675.0000 Da 270.5400 738.0000 570.5700 Db 572.5000 332.5000 240.0000 Dc 495.6600 840.0000 136.5100 Dd 780.0000 460.6000 160.9600 Ea 225.5400 440.0000 231.6300 Eb 760.0000 449.0000 0.8100 Ec 429.0000 614.0000 210.0000 Ed 150.9000 420.0000 360.0000 K1 526.5000 286.5000 420.0000 K2 333.0000 356.0000 372.0000 K3 667.5000 443.0000 315.0000 K4 657.5000 346.5000 137.5000 K5 635.0000 278.5000 167.5000
90
0
100
200
300
400
500
600
700
800
0.0000 100.0000 200.0000 300.0000 400.0000 500.0000 600.0000 700.0000 800.0000 900.0000 1000.0000Rata-rata Data
Ren
tang
/Sel
isih
Dat
a M
ax-M
in
Lampiran 15. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA
Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :
5. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan
fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan
oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya
hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).
6. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak
tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi
perlakuan.
Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data diatas yang
mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA. Bentuk transformasi
yang ideal untuk data diatas adalah transformasi logaritma.
91
Lampiran 16. Transformasi Logaritma Dari Data Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
Perlakuan Pengamatan
I II III Aa 2.9590 2.9395 2.7906 Ab 2.5769 2.4548 2.4793 Ac 2.6048 2.8435 2.6799 Ad 2.4594 2.8736 2.3214 Ba 2.7818 2.8811 2.9420 Bb 2.6990 2.8195 2.6345 Bc 2.1990 2.5563 2.6170 Bd 2.7501 2.4983 2.6794 Ca 2.8808 2.6289 2.6412 Cb 2.6880 2.0702 2.6580 Cc 2.5572 2.4932 -0.1427 Cd 2.7097 -0.1249 2.8293 Da 2.4322 2.8681 2.7563 Db 2.7578 2.5218 2.3802 Dc 2.6952 2.9243 2.1352 Dd 2.8921 2.6633 2.2067 Ea 2.3532 2.6435 2.3648 Eb 2.8808 2.6522 -0.0915 Ec 2.6325 2.7882 2.3222 Ed 2.1787 2.6232 2.5563 K1 2.7214 2.4571 2.6232 K2 2.5224 2.5514 2.5705 K3 2.8245 2.6464 2.4983 K4 2.8179 2.5397 2.1383 K5 2.8028 2.4448 2.2240
92
( ) ( ) ( )
3
4716.7+....+5110.7+6891.8 222
( ) ( ) ( )2240.2+.......+9395.2+9590.2 222
( ) 2
n
G ( )2
3x5x5
4496.187
Lampiran 17. Perhitungan Statistik Dari Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
Umur Frekuensi
Perendaman Kelompok Total Rata-rata
I II III A a 2.9590 2.9395 2.7906 8.6891 2.8964
b 2.5769 2.4548 2.4793 7.5110 2.5037 c 2.6048 2.8435 2.6799 8.1282 2.7094 d 2.4594 2.8736 2.3214 7.6544 2.5515 K 2.7214 2.4571 2.6232 7.8017 2.6006
B a 2.7818 2.8811 2.9420 8.6049 2.8683 b 2.6990 2.8195 2.6345 8.1530 2.7177 c 2.1990 2.5563 2.6170 7.3723 2.4574 d 2.7501 2.4983 2.6794 7.9278 2.6426 K 2.5224 2.5514 2.5705 7.6443 2.5481
C a 2.8808 2.6289 2.6412 8.1509 2.7170 b 2.6880 2.0702 2.6580 7.4162 2.4721 c 2.5572 2.4932 -0.1427 4.9077 1.6359 d 2.7097 -0.1249 2.8293 5.4141 1.8047 K 2.8245 2.6464 2.4983 7.9692 2.6564
D a 2.4322 2.8681 2.7563 8.0566 2.6855 b 2.7578 2.5218 2.3802 7.6598 2.5533 c 2.6952 2.9243 2.1352 7.7547 2.5849 d 2.8921 2.6633 2.2067 7.7621 2.5874 K 2.8179 2.5397 2.1383 7.4959 2.4986
E a 2.3532 2.6435 2.3648 7.3615 2.4538 b 2.8808 2.6522 -0.0915 5.4415 1.8138 c 2.6325 2.7882 2.3222 7.7429 2.5810 d 2.1787 2.6232 2.5563 7.3582 2.4527 K 2.8028 2.4448 2.2240 7.4716 2.4905
Total 66.3772 63.2580 57.8144 187.4496 Rata-rata 2.6551 2.5303 2.3126
Faktor Koreksi (FK) = = = 468.4980
JK Total = - FK
= 493.2757 - 468.4980 = 24.7777
JK Perl. Kombinasi = - FK
= 475.2707 - 468.4980 = 6.7727
93
( ) ( ) ( )
25
8144.57+2580.63+3772.66 222
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
15
3757.35+.....7291.38+8581.33+7023.39+7844.39 222
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
15
3827.38+1166.36+9058.35+1815.36+8630.40 2222
Lampiran 17. (Lanjutan)
JK Kelompok = - 468.4980
= 470.0005 - 468.4980
= 1.5025
Data Jumlah Tunas Rata-rata Rumput Laut Eucheuma cottonii
JK Faktor Perlakuan Umur
= - FK
= 470.4550 - 468.4980
= 1.9570
JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman
= - FK
= 469.7168 - 468.4980
= 1.2188
JK Interaksi = 6.7727 - 1.9570 - 1.2188
= 3.5969
JK Acak = 24.7777 - 6.7727 - 1.5025
= 16.5025
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata a b c d K
A 8.6891 7.5110 8.1282 7.6544 7.8017 39.7844 2.6523 B 8.6049 8.1530 7.3723 7.9278 7.6443 39.7023 2.6468 C 8.1509 7.4162 4.9077 5.4141 7.9692 33.8581 2.2572 D 8.0566 7.6598 7.7547 7.7621 7.4959 38.7291 2.5819 E 7.3615 5.4415 7.7429 7.3582 7.4716 35.3757 2.3584
Total 40.8630 36.1815 35.9058 36.1166 38.3827 187.4496 Rata 2.7242 2.4121 2.3937 2.4078 2.5588
94
Lampiran 17. (Lanjutan)
Tabel Sidik Ragam
Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1% Kelompok 2 1.5025 0.7513 2.1853ns 3.19 5.08 Perlakuan Kombinasi a. Faktor Perlakuan I b. Faktor Perlakuan II c. Interaksi I dan II
24 4 4 16
6.7727 1.9570 1.2188 3.5969
0.2822 0.4893 0.3047 0.2248
- 1.4232ns 0.8863ns 0.6539ns
- 2.56 2.56 1.86
- 3.74 3.74 2.40
Acak 48 16.5025 0.3438 Total 74 24.7777
95
Lampiran 18. Pembuatan dan Penempatan Rakit
Pembuatan Rakit
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III Penempatan Rakit
96
Lampiran 19. Perendaman, Penanaman dan Penimbangan Berat Rumput Laut Eucheuma cottonii
Perendaman Rumput Laut
Penanaman Rumput Laut
Penimbangan Berat Rumput Laut
97
Lampiran 20. Pemanenan Rumput Laut Eucheuma cottonii
Pengangkutan Menggunakan Perahu
Pemisahan Rumput Laut Dari Tali Ris
98
Lampiran 21. Alat dan Bahan
Alat Pengukuran Kualitas Air
Alat Pengukuran Berat, Volume dan Jumlah Tunas
Keseluruhan Alat dan Bahan Yang Dipergunakan Selama Penelitian
99
Lampiran 22. Cara Pembuatan Rakit
100
Lampiran 23. Peta Sebaran Kecerahan Di Wilayah Perairan Nusa Tenggara Barat (Trisakti et.al., 2003).
101
Lampiran 24. Jenis Jenis Rumput Laut Kelas Rhodophyceae Yang Termasuk Ekonomis Penting (Sumber : http:\\www.iptek.net.id, 2004)
Eucheuma edule Koetzing Eucheuma edule
Eucheuma serra Eucheuma alvarezii
Eucheuma denticulatum (a) Eucheuma denticulatum (b)
102
Lampiran 24. (Lanjutan)
Kappaphycus cottonii (a) Kappaphycus cottonii (b)
Kappaphycus striatum Gracilaria arcuata Zanardini
Gracilaria coronopofilia Gracilaria eucheumoides (a)
103
Lampiran 24. (Lanjutan)
Gracilaria eucheumoides (b) Gracilaria foliifera
Hypnea asperi Bory Hypnea cervicornis
Hypnea cornuta Gelidium latifolium
104
Lampiran 25. Hasil Pengamatan Laju Pertumbuhan Dari Percobaan Rumput Laut Dengan Metode Rakit Pada Beberapa Lokasi Di Indonesia (Sumber : Tim Penulis PS, 2001)
Nama Jenis Tempat
Penanaman Laju
Pertumbuhan (%/hari)
Sumber
Eucheuma spinosum P. Ari
P. Aru
P. Bali
Batu Nampar
2,08 – 3,71
2,38
4,34
5,4 – 8
Sulistijo et.al. 1978
Mubarak. 1978
Atmadja. 1981
Sulistijo. 1984
Eucheuma edule P. Pari 4,2 Sulistijo. 1978
Eucheuma serra P. Bali 1,38 Atmadja. 1981
Gracilaria lichenoides
P. Bari
P. Bali
1,22
3,00
Sulistijo et.al. 1978
Sulistijo et.al. 1984
Gracilaria converfoides
P. Pari 0,99 Sulistijo et.al. 1978
Gracilaria gigas (tambak)
P. Bali
P. Sumbawa
Bonteng
1,14
5,08
5,63
Sulistijo et.al. 1984
Djalaluddin et.al. 1984
Djalaluddin et.al. 1984
105
Lampiran 26. Persyaratan Umum Lokasi Budidaya Rumput Laut (Sediadi, 2000)
No Persyaratan Teknis Keterangan 1. Keterlindungan Lokasi harus terlindung untuk menghindari
kerusakan fisik rumput laut dari terpaan angin dan gelombang yang besar.
2. Dasar Perairan Dasar perairan yang paling baik bagi pertumbuhan rumput laut (Eucheuma spp.) adalah dasar perairan yang stabil yang terdiri dari potongan karang mati bercampur dengan pasir karang, adanya sea grass. Ini menunjukkan adanya gerakan air yang baik.
3. Kedalaman Air Berkisar antara 30-50 cm pada surut terendah, supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan karena terkena sinar matahari secara langsung dan masih memperoleh penetrasi sinar matahari pada waktu pasang. Kedalaman maksimal adalah setinggi orang berdiri dengan mengangkat tangannya.
4. Salinitas Salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28-34 ppt dengan nilai optimum 32 ppt. Untuk itu hindari lokasi dari sekitar muara sungai.
5. Suhu Air Suhu perairan berkisar 27-30 o C. Untuk itu harus diperhatikan keadaan musim yang terjadi.
6. Kecerahan Kondisi yang ideal dengan angka transparansi sekitar 1,5 m.
7. Keasaman (pH) Kisaran pH antara 6-9. Nilai optimal diharapkan pada kisaran 7,5-8,0. Perubahan pH akan mempengaruhi keseimbangan kandungan karbon dioksida (CO2) yang secara umum dapat membahayakan kehidupan biota laut dari tingkat produktivitas primer perairan.
8. Angin & Arus Kecepatan arus yang dianggap baik berkisar antara 20-40 cm/detik.
106
Lampiran 27. Data pH Perairan
Hari Kelompok Total Rata-rata I II III
1 7 8 7 22 7.33 2 7 7 7 21 7.00 3 8 7 7 22 7.33 4 8 8 7 23 7.67 5 7 7 7 21 7.00 6 7 8 7 22 7.33 7 6 7 7 20 6.67 8 8 7 7 22 7.33 9 8 8 7 23 7.67 10 7 8 7 22 7.33 11 7 7 7 21 7.00 12 7 7 7 21 7.00 13 8 7 7 22 7.33 14 7 7 7 21 7.00 15 7 8 8 23 7.67 16 7 7 6 20 6.67 17 7 7 7 21 7.00 18 8 7 7 22 7.33 19 7 7 8 22 7.33 20 7 7 6 20 6.67 21 6 7 7 20 6.67 22 7 7 7 21 7.00 23 7 7 7 21 7.00 24 7 7 8 22 7.33 25 8 8 7 23 7.67 26 7 6 7 20 6.67 27 8 8 7 23 7.67 28 8 7 6 21 7.00 29 7 7 8 22 7.33 30 7 7 7 21 7.00
107
Lampiran 28. Data Kecerahan Air Perairan
Hari Kelompok Total Rata-rata I II III
1 1.90 3.95 2.90 8.75 2.92 2 2.15 3.90 2.55 8.60 2.87 3 2.02 3.55 3.10 8.67 2.89 4 2.15 3.45 2.82 8.42 2.81 5 1.86 3.45 2.65 7.96 2.65 6 1.76 3.75 3.04 8.55 2.85 7 2.20 4.45 3.00 9.65 3.22 8 2.14 4.05 3.15 9.34 3.11 9 1.85 3.85 2.85 8.55 2.85 10 1.90 3.75 3.15 8.80 2.93 11 2.00 4.05 3.05 9.10 3.03 12 2.15 4.00 2.90 9.05 3.02 13 1.75 3.75 3.00 8.50 2.83 14 1.88 3.80 2.85 8.53 2.84 15 1.75 4.05 2.86 8.66 2.89 16 1.60 4.15 3.00 8.75 2.92 17 2.25 3.85 2.75 8.85 2.95 18 2.20 3.90 3.20 9.30 3.10 19 1.22 4.00 3.15 8.37 2.79 20 1.90 3.86 3.25 9.01 3.00 21 2.00 4.06 2.65 8.71 2.90 22 1.65 4.00 3.20 8.85 2.95 23 1.72 3.85 3.15 8.72 2.91 24 1.86 4.05 2.98 8.89 2.96 25 2.05 4.25 2.78 9.08 3.03 26 1.90 4.40 3.00 9.30 3.10 27 1.95 3.85 2.75 8.55 2.85 28 2.05 4.05 2.80 8.90 2.97 29 2.10 3.75 2.85 8.70 2.90 30 1.90 4.25 3.00 9.15 3.05
108
Lampiran 29. Data Salinitas Perairan
Hari Kelompok Total Rata-rata I II III
1 32 34 33 99 33.00 2 32 34 32 98 32.67 3 31 32 34 97 32.33 4 30 33 34 97 32.33 5 32 34 32 98 32.67 6 31 34 32 97 32.33 7 30 34 32 96 32.00 8 32 31 34 97 32.33 9 32 32 33 97 32.33 10 30 34 34 98 32.67 11 31 33 33 97 32.33 12 33 33 33 99 33.00 13 30 32 32 94 31.33 14 32 32 32 96 32.00 15 31 32 33 96 32.00 16 30 32 33 95 31.67 17 30 30 33 93 31.00 18 30 32 34 96 32.00 19 32 34 34 100 33.33 20 32 33 31 96 32.00 21 31 33 32 96 32.00 22 30 31 32 93 31.00 23 32 31 33 96 32.00 24 33 31 34 98 32.67 25 33 31 34 98 32.67 26 32 32 34 98 32.67 27 32 31 32 95 31.67 28 31 31 34 96 32.00 29 31 32 34 97 32.33 30 30 33 34 97 32.33
109
Lampiran 30. Data Suhu Perairan
Hari Kelompok Total Rata-rata I II III
1 29 30 30 89 29.67 2 30 31 29 90 30.00 3 32 32 31 95 31.67 4 29 30 32 91 30.33 5 30 31 31 92 30.67 6 32 30 31 93 31.00 7 30 31 31 92 30.67 8 30 30 30 90 30.00 9 29 32 31 92 30.67 10 30 30 32 92 30.67 11 32 32 31 95 31.67 12 31 31 32 94 31.33 13 32 30 31 93 31.00 14 32 30 31 93 31.00 15 31 31 32 94 31.33 16 29 30 31 90 30.00 17 30 31 32 93 31.00 18 32 32 31 95 31.67 19 29 30 31 90 30.00 20 32 31 31 94 31.33 21 30 31 31 92 30.67 22 32 32 31 95 31.67 23 31 31 32 94 31.33 24 32 32 31 95 31.67 25 31 31 31 93 31.00 26 30 32 30 92 30.67 27 30 31 31 92 30.67 28 32 31 31 94 31.33 29 30 31 32 93 31.00 30 30 30 31 91 30.33
110
Lampiran 31. Data Kecepatan Arus Perairan
Hari Kelompok Total Rata-rata I II III
1 18.90 21.25 19.80 59.95 19.98 2 18.00 20.25 19.75 58 19.33 3 18.70 19.00 19.25 56.95 18.98 4 18.00 18.25 18.75 55 18.33 5 18.25 18.00 17.75 54 18.00 6 18.75 17.30 18.00 54.05 18.02 7 17.25 18.25 18.00 53.5 17.83 8 16.10 17.25 15.00 48.35 16.12 9 17.25 18.00 17.45 52.7 17.57 10 15.70 16.25 17.00 48.95 16.32 11 16.00 16.45 14.80 47.25 15.75 12 16.70 15.75 15.80 48.25 16.08 13 15.75 15.00 15.30 46.05 15.35 14 14.25 15.00 14.75 44 14.67 15 12.30 12.00 11.75 36.05 12.02 16 12.30 11.45 11.70 35.45 11.82 17 13.45 12.75 11.80 38 12.67 18 12.50 11.50 11.75 35.75 11.92 19 11.25 12.50 13.75 37.5 12.50 20 11.90 12.75 13.00 37.65 12.55 21 12.75 11.90 12.80 37.45 12.48 22 13.20 12.75 11.80 37.75 12.58 23 15.45 13.25 18.75 47.45 15.82 24 12.15 13.00 11.75 36.9 12.30 25 13.40 13.25 14.60 41.25 13.75 26 14.50 13.25 14.75 42.5 14.17 27 14.45 12.25 13.00 39.7 13.23 28 15.30 17.20 13.45 45.95 15.32 29 12.45 12.70 13.60 38.75 12.92 30 12.50 13.75 20.10 46.35 15.45