who dm

26
(KODE : KEPRAWTN-0006) : SKRIPSI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI RS X BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) dapat diartikan sebagai suatu penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi kadar gula darah yang disertai ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, protein, lemak serta adanya komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular (Inzucchi, 2004). Peningkatan kadar gula darah ini dipengaruhi oleh kerja insulin secara absolut maupun relatif (Suryono, 2004). Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000 menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia sekitar 171 juta dan diprediksikan akan mencapai 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia tenggara terdapat 46 juta dan diperkirakan meningkat hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2008). Indonesia merupakan urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang, Brazil (Rahmadilayani, 2008). Diabetes adalah penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dan menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian. Diabetes menjadi penyakit yang cukup serius dan mendapat perhatian karena diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang seluruh tubuh (Yumizone, 2008). Peningkatan jumlah penderita diabetes sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat. Diabetes juga memberikan pengaruh beban ekonomi yang

description

dzvsv

Transcript of who dm

(KODE : KEPRAWTN-0006) : SKRIPSI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS DI RS X

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar BelakangDiabetes melitus (DM) dapat diartikan sebagai suatu penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi kadar gula darah yang disertai ketidaknormalan metabolisme karbohidrat, protein, lemak serta adanya komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular (Inzucchi, 2004). Peningkatan kadar gula darah ini dipengaruhi oleh kerja insulin secara absolut maupun relatif (Suryono, 2004).Prevalensi diabetes melitus di dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Data statistik organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2000 menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia sekitar 171 juta dan diprediksikan akan mencapai 366 juta jiwa tahun 2030. Di Asia tenggara terdapat 46 juta dan diperkirakan meningkat hingga 119 juta jiwa. Di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 diperkirakan menjadi 21,3 juta pada tahun 2030 (WHO, 2008). Indonesia merupakan urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak setelah India, Cina, Uni Soviet, Jepang, Brazil (Rahmadilayani, 2008).Diabetes adalah penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya dan menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian. Diabetes menjadi penyakit yang cukup serius dan mendapat perhatian karena diabetes dapat menyebabkan komplikasi yang menyerang seluruh tubuh (Yumizone, 2008). Peningkatan jumlah penderita diabetes sebagian besar dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat. Diabetes juga memberikan pengaruh beban ekonomi yang besar untuk pengobatannya (Tandra, 2007).Diabetes Melitus menjadi penyebab kematian keempat terbesar di dunia. Setiap tahunnya ada 3,2 juta kematian yang diakibatkan langsung oleh diabetes (Tandra, 2008). Diabetes juga sering membunuh penderitanya dengan mengikutsertakan penyakit-penyakit lainnya. Diabetes dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi (Nabil, 2009).Pada periode tahun 1990-an angka kematian komplikasi akut yaitu ketoasidosis (24,9%) dan hipoglikemia (10%) (Santoso, 2004). Sedangkan komplikasi kronik dapat berupa komplikasi makrovaskular seperti penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak dan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Dari data statistik terbaru yang diperoleh diabetes merupakan penyebab utama kebutaan bagi orang dewasa. Setiap 90 menit ada satu orang di dunia yang buta akibat komplikasi diabetes. Diabetes juga menyebabkan amputasi paling sering di luar kecelakaan. Setiap 19 menit ada satu orang di dunia yang diamputasi kakinya. Penyakit jantung dan kerusakan pembuluh darah menjadi 2-4 kali lipat lebih besar akibat diabetes, setiap 19 menit ada satu orang di dunia yang terkena stroke akibat komplikasi diabetes, dan setiap 90 menit juga ada satu orang di dunia yang harus cuci darah akibat komplikasi diabetes (Nabil, 2009).Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh umur, obesitas, kurangnya pengetahuan, kebiasaan hidup yang kurang sehat (Rahmadilayani, 2008). Sebenarnya 95 % kesembuhan diabetes tergantung pada pasien diabetes. Senjata yang paling ampuh adalah mengenali dan memahami diabetes. Pasien yang memiliki pengetahuan tentang diabetes dan komplikasinya akan berhasil melawan diabetes (Tandra, 2008).Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan pasien diabetes melitus dapat diartikan sebagai hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan memahami pencegahan, pengobatan maupun komplikasinya.Peneliti telah melaksanakan survei awal di RS X dan mendapatkan data jumlah pasien diabetes melitus pada bulan September-Oktober sebanyak 648 orang dan beberapa telah mengalami komplikasi. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi akut dan kronik penyakit diabetes di RS X.

2. Tujuan PenelitianMengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi akut dan kronik penyakit diabetes di RS X.

3. Pertanyaan PenelitianBagaimana tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi akut dan kronik penyakit diabetes melitus di RS X.

4. Manfaat Penelitian1. Pelayanan KeperawatanHasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data dasar, sumber informasi dalam usaha peningkatan pelayanan, terutama untuk pemberian pendidikan kesehatan berupa pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi diabetes.2. Penelitian KeperawatanHasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang berharga bagi penelitian berikutnya. Terutama bagi penelitian yang menyangkut pengetahuan tentang komplikasi diabetes.

Diabetes melitus tipe 2Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasDiabetes melitus tipe 2

Klasifikasi dan rujukan eksternal

Simbol universal lingkaran biru untuk diabetes.[1]

ICD-10E11.

ICD-9250.00, 250.02

OMIM125853

DiseasesDB3661

MedlinePlus000313

eMedicinearticle/117853

MeSHD003924

Diabetes melitus tipe 2 yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes onset dewasa merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.[2] Penyakit diabetes melitus jenis ini merupakan kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana terdapat defisiensi insulin mutlak akibat rusaknya sel islet di pankreas.[3] Gejala klasiknya antara lain haus berlebihan, sering berkemih, dan lapar terus-menerus. Diabetes tipe 2 berjumlah 90% dari seluruh kasus diabetes dan 10% sisanya terutama merupakan diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional. Kegemukan diduga merupakan penyebab utama diabetes tipe 2 pada orang yang secara genetik memiliki kecenderungan penyakit ini.Diabetes tipe 2 pada mulanya diatasi dengan meningkatkan olahraga dan modifikasi diet. Bila kadar glukosa darah tidak turun melalui cara ini, pengobatan misalnya dengan metforminatau insulin, mungkin diperlukan. Pasien yang menggunakan insulin harus memeriksa kadar glukosa darah secara rutin.Angka penderita diabetes selama 50 tahun terakhir meningkat pesat seiring dengan meningkatnya angka kegemukan. Pada tahun 2010, diperkirakan ada 285juta orang mengalami penyakit ini, dibandingkan hanya ada 30juta pasien pada tahun 1985. Komplikasi jangka panjang yang mungkin terjadi akibat kadar glukosa darah tinggi antara lain penyakit jantung, stroke, retinopati diabetes yang mempengaruhi penglihatan mata, gagal ginjal yang memerlukan dialisis, dan kurangnya sirkulasi darah di bagian tungkai yang mengharuskan dilakukannya amputasi. Komplikasi akut berupa ketoasidosis, yang merupakan salah satu ciri diabetes tipe 1, jarang terjadi.[4] Namun pasien dapat mengalami koma hiperosmolar nonketotik.Daftar isi 1 Tanda dan gejala 1.1 Komplikasi 2 Penyebab 2.1 Gaya hidup 2.2 Genetik 2.3 Kondisi Medis 3 Patofisiologi 4 Diagnosis 5 Skrining 6 Pencegahan 7 Tata laksana 7.1 Gaya Hidup 7.2 Pengobatan 7.3 Pembedahan 8 Epidemiologi 9 Sejarah 10 Referensi 11 Pranala luarTanda dan gejala

Tinjauan gejala diabetes paling utama.Gejala klasik diabetes antara lain poliuria (sering berkemih), polidipsia (sering haus),polifagia (sering lapar), dan berat badan turun.[5] Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat diagnosis antara lain: adanya riwayat penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi vagina berulang, dan kelelahan. Meskipun demikian, banyak orang tidak mengalami gejala apapun pada beberapa tahun pertama dan baru terdiagnosis pada pemeriksaan rutin.Pasien dengan diabetes melitus tipe 2 jarang datang dalam keadaan koma hiperosmolar nonketotik (yaitu kondisi kadar glukosa darah sangat tinggi yang berhubungan dengan menurunnya kesadaran dan tekanan darah rendah).[3]KomplikasiDiabetes tipe2merupakan penyakit kronik yang berhubungan dengan harapan hidup sepuluhtahun lebih pendek.[6] Hal ini sebagian disebabkan oleh berbagai komplikasi yang menyertai penyakit ini seperti: dua sampai empat kali lipat risiko penyakit kardiovaskular, antara lain penyakit jantung iskemik dan stroke, 20kali lipat kemungkinan amputasi tungkai bawah, dan meningkatnya angka perawatan rumah sakit.[6] Di negara maju, dan mulai diikuti di negara lainnya, diabetes tipe2merupakan penyebab utama kebutaan non-traumatik dan gagal ginjal.[7] Penyakit ini juga banyak dihubungkan dengan meningkatnya risiko disfungsi kognitif dan demensia melalui proses penyakit seperti penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.[8] Komplikasi lain meliputi: akantosis nigrikans, disfungsi seksual, dan sering mengalami infeksi.[5]PenyebabDiabetes tipe 2 tejadi akibat kombinasi antara gaya hidup dan faktor genetik.[7][9] Terdapat beberapa hal yang dapat dikendalikan, misalnya diet dan kegemukan, namun terdapat hal-hal lain yang tidak dapat dikendalikan seperti pertambahan usia, jenis kelamin wanita, dan genetik.[6] Kurang tidur juga dikaitkan dengan diabetes tipe 2.[10] Hal ini diduga terjadi melalui efek kurang tidur terhadap metabolisme.[10] Status gizi seorang ibu selama perkembangan janin dalam kehamilan juga dapat berperan melalui suatu mekanisme yang masih merupakan dugaan yaitu perubahan metilasi DNA.[11]Gaya hidupBanyak faktor gaya hidup yang diketahui berperan penting dalam menimbulkan penyakit diabetes tipe2 termasuk:kegemukan (yang ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh yang lebih besar dari tiga puluh), kurangnya kegiatan fisik, asupan gizi yang tidak baik, stres, dan urbanisasi.[6] Kelebihan lemak tubuh dikaitkan dengan 30% kasus diabetes pada pasien keturunan China dan Jepang, 60-80% kasus pada pasien keturunan Eropa dan Afrika, dan 100% kasus pada pasien Indian Pima dan Kepulauan Pasifik.[3] Pasien yang tidak gemuk biasanya memiliki rasio pinggang-pinggulyang besar.[3]Faktor diet juga mempengaruhi risiko munculnya penyakit diabetes tipe2. Konsumsi minuman yang mengandung pemanis gula berlebihan juga berhubungan dengan peningkatan risiko.[12][13] Tipe lemak dalam diet juga berpengaruh penting, dengan lemak jenuh dan asam lemak trans bisa meningkatkan risiko, sebaliknya tidak jenuh ganda dan lemak tidak jenuh tunggal menurunkan risiko.[9] Konsumsi beras putih yang terlalu banyak juga tampaknya berperan dalam meningkatkan risiko.[14] Kurang olahraga diyakini menyebabkan 7% kasus.[15]GenetikSebagian besar kasus diabetes melibatkan banyak gen yang masing-masing menyumbangkan pengaruh yang kecil terhadap meningkatnya kemungkinan terjadi diabetes tipe 2.[6] Bila salah satu dari pasangan kembar identik menderita diabetes maka peluang seumur hidup saudara kembarnya terkena diabetes adalah lebih dari 90% sedangkan untuk pasangan kembar tidak identik hanya 25-50%.[3] Hingga tahun 2011, lebih dari 36 gen telah diketahui memberikan pengaruh terhadap munculnya risiko diabetes tipe 2.[16] Gabungan semua gen tersebut baru memberikan kontribusi 10% dari seluruh komponen keturunan dari penyakit ini.Sebagai contoh, alel TCF7L2 meningkatkan risiko timbulnya diabetes sebesar 1,5kali lipat dan merupakan risiko terbesar varian genetik yang sering dijumpai. Sebagian besar gen yang berhubungan dengan diabetes terlibat dalam fungsi sel beta.[3]Ada banyak kasus diabetes langka yang muncul akibat abnormalitas satu gen saja (yang dikenal dengan bentuk diabetes monogenik atau "jenis diabetes spesifik lainnya").[3][6] Antara lain maturity onset diabetes of the young (MODY), sindrom Donohue, dan sindrom Rabson-Mendenhall.[6] MODY berjumlah sekitar 15% dari semua kasus diabetes pada kaum muda.[17]Kondisi MedisTerdapat banyak pengobatan dan masalah kesehatan lainnya yang merupakan predisposisi terjadinya diabetes.[18] Beberapa pengobatan tersebut antara lain: glukokortikoid, tiazid, beta blocker, antipsikotik atipikal,[19] dan statin.[20] Orang yang pernah mengalami diabetes gestasional mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami diabetes tipe 2.[5] Masalah kesehatan lain yang berhubungan antara lain: akromegali, sindrom Cushing's, hipertiroidisme,feokromositoma, dan kanker tertentu seperti glukagonoma.[18] Defisiensi testosteronjuga berhubungan dengan diabetes tipe 2.[21][22]PatofisiologiDiabetes tipe 2 disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh sel beta pada keadaan resistensi insulin.[3] Resistensi insulin merupakan ketidakmampuan sel untuk berespon terhadap kadar insulin normal, terutama di dalam otot, hati, dan jaringan lemak.[23] Di hati, insulin biasanya bertugas menekan pelepasan glukosa. Namun, pada keadaan resistensi insulin, hati melepaskan glukosa secara tidak normal ke dalam darah.[6] Proporsi resistensi insulin versus disfungsi sel beta berbeda-beda pada masing-masing individu. Sebagian pasien dapat mengalami resistensi insulin yang nyata dengan hanya sedikit cacat dalam sekresi insulin sementara yang lain dapat mengalami hanya sedikit resistensi insulin namun berkurangnya sekresi insulin secara nyata.[3]Mekanisme penting lain mungkin berhubungan dengan diabetes tipe 2 dan resistensi insulin antara lain: meningkatnya perombakan lipid di dalam sel lemak, resistensi dan kekurangan inkretin, tingginya kadar glukagon di dalam darah, peningkatan retensi garam dan air oleh ginjal, dan gangguan pengaturan metabolisme olehsistem syaraf pusat.[6] Meskipun demikian, tidak semua orang yang mengalami resistensi insulin kemudian terkena diabetes, karena keadaan ini harus juga disertai oleh gangguan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.[3]DiagnosisDefinisi diabetes menurut Organisasi Kesehatan Dunia (untuk tipe 1 dan tipe 2) adalah peningkatan kadar glukosa darah pada satu kali pemeriksaan dengan disertai terdapatnya gejala klinis, atau peningkatan kadar glukosa darah pada dua kali pemeriksaan, dapat berupa:[24] glukosa plasma puasa 7.0mmol/l (126mg/dl)atau dengan suatu tes toleransi glukosa, dua jam setelah pemberian glukosa secara oral, kadar glukosa plasma 11.1mmol/l (200mg/dl)Kadar glukosa darah sewaktu yang lebih besar dari 11.1mmol/l (200mg/dL) disertai dengan gejala yang khas[5] atau kadar glycated hemoglobin (HbA1c) yang lebih besar dari 6.5% adalah metoda lain untuk mendiagnosis diabetes.[6] Pada tahun 2009, Komite Para Ahli Internasional (International Expert Committee) yang terdiri dari perwakilan dari American Diabetes Association (ADA), the International Diabetes Federation (IDF), dan European Association for the Study of Diabetes (EASD) merekomendasikan ambang batas HbA1c 6.5% digunakan untuk mendiagnosis diabetes. Rekomendasi ini kemudian diadopsi oleh American Diabetes Association pada tahun 2010.[25] Hasil tes positif harus diulang kecuali pasien menunjukkan adanya gejala yang khas dan kadar glukosa darah >11.1mmol/l (>200mg/dl).[26]Ambang batas untuk diagnosis diabetes didasarkan oleh hubungan antara hasil tes toleransi glukosa, glukosa puasa atau HbA1c dan komplikasi seperti masalah retina.[6] Pemeriksaan glukosa darah puasa atau sewaktu lebih dipilih dibandingkan tes toleransi glukosa karena lebih nyaman bagi pasien.[6] Pemeriksaan HbA1c mempunyai kelebihan karena pasien tidak perlu puasa dan hasilnya lebih stabil, namun terdapat kekurangan berupa harga yang lebih mahal dibandingkan pemeriksaan glukosa darah.[27] Diperkirakan sejumlah 20% dari penderita diabetes di Amerika Serikat tidak menyadari bahwa mereka mengalami penyakit ini.[6]Diabetes melitus tipe 2 mempunyai karakterisitk kadar glukosa darah yang tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.[2] Hal ini bertolak belakang dengan diabetes melitus tipe 1 yang mana terjadi defisiensi insulin absolut akibat kerusakan sel islet di pankreas dan diabetes melitus gestasional yaitu onset baru kadar glukosa darah tinggi yang berhubungan dengan kehamilan.[3] Diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat dibedakan berdasarkan keadaan yang dimunculkan.[26] Apabila terdapat keraguan diagnosis, pemeriksaan antibody dapat membantu untuk memastikan diagnosis diabetes tipe 1 dan kadar C-peptide dapat membantu untuk memastikan diabetes tipe 2.[28]SkriningTidak terdapat organisasi besar yang merekomendasikan skrining universal untuk diabetes karena belum ada bukti yang menunjukkan bahwa program ini dapat memperbaiki luaran.[29] Skrining direkomendasikan oleh United States Preventive Services Task Force pada orang dewasa yang tidak menunjukkan gejala namun mempunyai tekanan darah lebih tinggi dari 135/80mmHg.[30] Untuk mereka yang mempunyai tekanan darah lebih rendah, belum terdapat bukti yang cukup kuat untuk merekomendasikan ataupun menolak skrining.[30] Organisasi Kesehatan Dunia hanya merekomendasikan skrining untuk kelompok dengan risiko tinggi.[29] Kelompok dengan risiko tinggi di Amerika Serikat adalah: usia diatas 45tahun, terdapat saudara pada level pertama dengan diabetes, kelompok etnik tertentu seperti keturunan Amerika Latin, Amerika keturunan Afrika, dan penduduk asli Amerika, riwayat diabetes gestasional,sindrom ovarium polikistik, kelebihan berat badan, dan kondisi yang berhubungan dengan sindrom metabolik.[5]PencegahanOnset diabetes tipe 2 dapat ditunda atau dicegah melalui pengaturan nutrisi dan olahraga yang teratur.[31][32] Perubahan gaya hidup yang intensif dapat menurunkan risiko menjadi setengahnya.[7] Manfaat berolahraga akan tetap terjadi tanpa melihat berapa berat awal seseorang ataupun berapa berat badan yang hilang.[33] Namun, bukti manfaat akibat perubahan diet saja masih terbatas,[34] dengan terdapat sejumlah bukti pada diet tinggi sayuran hijau [35] dan pembatasan konsumsi minuman mengandung gula.[12] Pada mereka yang mengalami gangguan toleransi glukosa, diet dan olahraga saja atau dikombinasikan dengan metformin atau acarbose dapat menurunkan risiko terjadinya diabetes.[7][36] Intervensi gaya hidup lebih efektif dibandingkan metformin.[7]Tata laksanaTata laksana diabetes tipe 2 berfokus pada intervensi gaya hidup, menurunkan faktor risiko kardiovaskular lainnya, dan menjaga kadar glukosa darah di dalam kisaran normal.[7] Pemantauan mandiri kadar glukosa darah untuk pasien yang baru didiagnosis diabetes tipe 2 direkomendasikan oleh Pelayanan Kesehatan Nasional Inggris atau British National Health Service pada tahun 2008,[37] meskipun manfaat pemantaua mandiri bagi mereka yang tidak memakai insulin multi dosis masih dipertanyakan.[7][38] Tata laksana berbagai faktor risiko kardiovascular lain, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan mikroalbuminuria, akan memperbaiki harapan hidup seseorang.[7] Tata laksana tekanan darah tinggi secara intensif (kurang dari 130/80 mmHg) dan bukan hanya tekanan darah standar (kurang dari 140-160/85-100 mmHg) akan memberikan sedikit penurunan risiko stroke namun tidak mempengaruhi risiko kematian secara keseluruhan.[39]Penurunan gula darah secara intensif (HbA1C