pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio...

28
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN PERCOBAAN I DORMANSI KARENA KULIT BIJI YANG KERAS NAMA : JULIAR NUR NIM : H411 10 002 KELOMPOK : I (SATU) HARI/TGL PERC. : SELASA/22 NOVEMBER 2011 ASISTEN : JANNY JOVITA YUNIANTI TIMANG

Transcript of pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio...

Page 1: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

PERCOBAAN I

DORMANSI KARENA KULIT BIJI YANG KERAS

NAMA : JULIAR NUR

NIM : H411 10 002

KELOMPOK : I (SATU)

HARI/TGL PERC. : SELASA/22 NOVEMBER 2011

ASISTEN : JANNY JOVITA

YUNIANTI TIMANG

LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2011

Page 2: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dormansi pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim,

bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari

dormansinya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit

biji keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut.

Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya,

atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut

(Salisbury dan Ross, 1995).

Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau dengan kata

lain tunas yang yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya pertumbuhan) selama

periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji atau tunas

tersebut. Suatu biji dikatakan dorman apabila biji tersebut tidak dapat

berkecambah, setelah periode tertentu, meski faktor-faktor lingkungan yang

dibutuhkan tersedia (Salisbury dan Ross, 1995).

Ada beberapa penyebab dormansi pada biji yaitu eksternal dan internal.

Penyebab dormansi secara eksternal yaitu berasal dari lingkungan dari biji

sedangkan secara internal yaitu berasal dari biji itu sendiri. Salah satu penyebab

internal dari biji yaitu kulit biji yang keras yang menyebabkan imbibisi atau

masuknya air ke dalam biji sulit terjadi (Dwijoseputro, 1994).

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan mengenai

dormansi karena kulit biji yang keras ini.

Page 3: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mematahkan dormansi pada

biji Ki hujan Samania saman, jambu mete Anacardium occidentale dan biji asam

Tamarindus Indica dengan perlakuan fisik (digosok/diamplas) dan dengan

perlakuan kimia (di rendam pada air panas, HCl pekat, air dingin).

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan mengenai Dormansi karena Kulit Biji yang Keras ini

dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 22 November 2011, pukul 15.00-17.00

WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, dan pengamatan dilakukan

selama 4 minggu bertempat di halaman Canopy Biologi Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Page 4: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme

hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak

mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu

reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat

mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi (Anonim, 2011).

Dormansi juga dapat didefinisikan sebagai suatu pertumbuhan dan

metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh lingkungan yang tidak baik

atau oleh faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri. Seringkali jaringan yang dorman

gagal tumbuh meskipun berada dalam kondisi yang ideal (Latunra, 2011)

Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini.

Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya

sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan

dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi

pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku

dorman adalah kuncup (Anonim, 2011).

Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih

menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh

petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.

Dormansi sendiri mempunyai pengertian adalah suatu keadaan dimana

pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk

Page 5: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

terjadinya perkecambahan. Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh

(Anonim, 2011):

a. Rendahnya/tidak adanya proses imbibisi air

b. Proses respirasi tertekan/terhambat

c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan

d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.

Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis

ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut

terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh

keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan

kombinasi dari kedua keadaan tersebut (Agrica, 2010).

Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori

berdasarkan beberapa faktor, yaitu (Salisbury dan Ross, 1995):

a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi

Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena

keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan

Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi

di dalam organ-organ biji itu sendiri

b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji

Mekanisme fisik, merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya

disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:

- mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik

- fisik : penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel

- kimia : bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat

Page 6: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

Mekanisme fisiologis, merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya

hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:

- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan

cahaya

- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio

yang tidak/belum matang

- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu

c. Berdasarkan bentuk dormansi

- Kulit biji impermeabel terhadap air/O2

Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp,

endocarp

Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam

substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.

Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun

lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan

skarifikasi mekanik.

Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,

raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh

hilum.

Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.

Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat

dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.

Page 7: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

- Embrio belum masak (immature embryo)

Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu

untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.

Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih

belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon

(melinjo)

Embrio belum terdiferensiasi

Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan

temperatur rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen

(afterripening) dalam penyimpanan kering Dormansi karena kebutuhan akan

afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan

pengupasan kulit (Salisbury dan Ross, 1995).

- Biji membutuhkan suhu rendah

Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia

Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama

musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim

semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat

dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi

dan imbibisi (Salisbury dan Ross, 1995).

Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah (Anonim, 2011):

- Jika kulit dikupas, embrio tumbuh

- Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu

rendah

Page 8: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

- Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji

masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi

- Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh

kerdil

- Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi

berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)

Teknik Pematahan Dormansi Biji

Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi

klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan

memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk

mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk

mengatasi dormansi embryo (Lakitan, 2007).

Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal

pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat

terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa pemberian

perlakuan secara fisis, mekanis, maupun kimia, Hartmann (1997)

mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan

untuk mematahkannya (Lakitan, 2007).

Teknik skarifikasi pada berbagai jenis benih harus disesuaikan dengan

tingkat dormansi fisik. Berbagai teknik untuk mematahkan dormansi fisik antara

lain seperti (Anonim, 2011):

a. Perlakuan mekanis (skarifikasi)

Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara

penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan

Page 9: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah cara yang paling efektif

untuk mengatasi dormansi fisik (Anonim, 2011).

Setiap benih ditangani secara manual, maka dapat diberikan perlakuan

individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat

permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak

(Schmidt, 2002).

Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air. Pada

benih legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan proses pelunakan

menyebar dari titik ini keseluruh permukan kulit biji dalam beberapa jam. Pada

saat yang sama embrio menyerap air. Skarifikasi manual efektif pada seluruh

permukaan kulit biji, tetapi daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus

dihindari. Kerusakan pada daerah ini dapat merusak benih, sedangkan kerusakan

pada kotiledon tidak akan mempengaruhi perkecambahan (Schmidt, 2002).

b. Air Panas

Air panas mematahkan dormansi fisik padaleguminosae melalui tegangan

yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids. Metode ini paling efektif

bila benih direndam dengan air panas. Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk

mencegah kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, panas

yang diteruskan kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Suhu

tinggi dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu

berfariasi tiap jenis. Umumnya benih kering yang masak atau kulit bijinya relatif

tebal toleran terhadap perendaman sesaat dalam air mendidih (Anonim, 2011).

Page 10: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

c. Perlakuan kimia

Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk

memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah menjadikan agar

kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam

kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi

lunak sehingga dapat dilalui air dengan mudah (Anonim, 2011).

Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat pekat (H2SO4) asam

ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan pada legum

maupun non legume. Tetapi metode ini tidak sesuai untuk benih yang mudah

sekali menjadi permeable, karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan

larutan asam harus memperhatikan 2 hal, yaitu (Lakitan, 2007):

1). kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk memungkinkan imbibisi

2). larutan asam tidak mengenai embrio.

Tabel tipe-tipe dormansi dan pematahannya (Anonim, 2011) :

Tipe dormans

i

Karakteristik Contoh spesies

Metode pematahan dormansiAlami Buatan

Immature embryo

Benih secara fisiologis belum mampu berkecambah, karena embryo belum masak walaupun biji sudah masak

Fraxinus excelcior, Ginkgo biloba, Gnetum gnemon

Pematangan secara alami setelah biji disebarkan

Melanjutkan proses fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak (after-ripening)

Dormansi mekanis

Perkembangan embryo secara fisis terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras

Pterocarpus, Terminalia sp, Melia volkensii

Dekomposisi bertahap pada struktur yang keras

Peretakan mekanis

Dormansi fisis

Imbibisi/penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit

Beberapa Legum & Myrtaceae

Fluktuasi suhu

Skarifikasi mekanis, pemberian air

Page 11: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

biji/buah yang impermeable

panas atau bahan kimia

Dormansi chemis

Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang menghambat perkecambahan

Buah fleshy (berdaging)

Pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah

Menghilangkan jaringan buah dan mencuci bijinya dengan air

Foto

dormansi

Biji gagal berkecambah tanpa adanya pencahayaan yang cukup. Dipengaruhi oleh mekanisme biokimia fitokrom

Sebagian besar spesies temperate, tumbuhan pioneer tropika humida seperti eucalyptus dan Spathodea

Pencahayaan Pencahayaan

Thermo

dormansi

Perkecambahan rendah tanpa adanya perlakuan dengan suhu tertentu

Sebagian besar spesies temperate, tumbuhan pioneer daerah tropis-subtropis kering, tumbuhan pioneer tropika humida

Penempatan pada suhu rendah di musim dingin

Pembakaran

Pemberian suhu yang berfluktuasi

Stratifikasi atau pemberian perlakuan suhu rendah

Pemberian suhu tinggi

Pemberian suhu berfluktuasi

Page 12: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol/gelas sampel,

amplas, pinset, pipet tetes, polybag.

III.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji Ki hujan Samania

saman, air panas, air dingin, air biasa, larutan HCl, jambu mete Anacardium

occidentale, biji asam Tamarindus indica, tissue, dan kertas label.

III.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari percobaan ini adalah :

1. Membagi biji Ki hujan Samania saman, jambu mete Anacardium occidentale,

biji asam Tamarindus indica menjadi lima kelompok dengan perlakuan yang

beda masing-masing dengan 3 biji.

2. Perlakuan I, Menghilangkan sebagian kulit biji masing-masing buah pada

bagian yang tidak ada lembaganya dengan alat gosok kemudian merendam

dalam air selama 10 menit, kemudian menanam di dalam polybag telah diisi

tanah.

3. Perlakuan II, merendam biji dengan menggunakan air panas selama 10 menit,

kemudian menanam di dalam polybag yang telah berisi tanah dengan

kedalaman dan jarak yang sama.

Page 13: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

4. Perlakuan III, merendam biji dengan air dingin selama 10 menit, kemudian

menanam di dalam polybag yang telah berisi tanah dengan kedalaman dan

jarak yang sama.

5. Perlakuan IV, merendam biji dengan menggunakan larutan HCl selama 10

menit lalu dibilas dengan air, kemudian menanam di dalam polybag yang

telah berisi tanah dengan kedalaman dan jarak yang sama.

6. Perlakuan V, sebagai kontrol, merendam biji dalam air selama 10 menit

dengan menggunakan air biasa lalu menanam di dalam polybag yang berisi

tanah dengan kedalaman dan jarak yang sama.

7. Melakukan pengamatan minggu hari selama 4 minggu.

8. Melakukan pengamatan pada tinggi tanaman dan jumlah daun.

Page 14: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

a. Perlakuan dengan dikikir

Biji ke-Minggu ke- (cm)

I II III IV

I

II

III

-

0,2

-

0,8

1,5

0,7

1,7

2,2

1,6

3,4

4,2

3,4

Rata-rata 0,2 1 1,83 3,6

b. Perlakuan dengan air panas

Biji ke-Minggu ke- (cm)

I II III IV

I

II

III

-

-

-

-

0,1

0,2

-

2,4

1,8

-

3,8

3,2

Rata-rata - 0,15 2,1 3,5

c. Perlakuan dengan air dingin

Biji ke-Minggu ke- (cm)

I II III IV

I - 0,3 0,6 1,3

Page 15: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

II

III

-

-

0,1

0,2

0,3

0,6

1,5

1,8

Rata-rata - 0,33 0,5 1,5

d. Perlakuan dengan larutan HCl pekat

Biji ke-Minggu ke- (cm)

I II III IV

I

II

III

0,3

0,2

0,3

1,4

2

1,5

2,5

3

2,8

3,4

4,2

3,8

Rata-rata 0,26 1,63 2,76 3,8

e. Kontrol

Biji ke-Minggu ke- (cm)

I II III IV

I

II

III

-

-

-

0,4

0,6

0,2

1,2

1,9

1,4

2,3

3,1

2,4

Rata-rata - 0,4 1,5 2,6

IV.2 Pembahasan

Dengan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan fisik

dan kimia tertentu terhadap usaha pematahan dormansi Ki hujan Samania saman.

Adapun bentuk-bentuk perlakuan fisik yang diberikan pada biji yakni berupa

pengamplasan pada bagian kulit biji tempat keluarnya kotiledon dan perendaman

Page 16: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

biji dengan air panas dan air dingin. Pengamplasan yang dilakukan bertujuan

untuk membuat kulit biji yang tebal dan keras menjadi lebih tipis sehingga

memudahkan imbibisi air sehingga diharapkan kotiledon akan lebih cepat keluar

menembus kulit biji. Perlakuan dengan air panas dan air dingin bertujuan untuk

memberikan suhu yang ekstrim tinggi pada biji sehingga kulit biji yang tebal

dapat lebih mudah tembus oleh kotiledon. Perlakuan kimia yang diberikan ialah

perendaman biji dalam asam sulfat pekat. Hal ini diharapkan dapat merangsang

zat-zat kimia didalam biji sehingga mendorong kotiledon untuk lebih cepat keluar

menembus kulit biji yang keras.

Berdasarkan data yang diperoleh pada minggu I nampak bahwa biji-biji Ki

hujan Samania saman yang ditanam telah berkecambah. Dimana pada perlakuan

dengan HCl pekat yang tumbuh ada tiga dengan rata-rata tingginya sekitar 0,26

cm. Pada perlakuan dengan air panas yang tumbuh tidak ada. Pada perlakuan

dengan kikir yang tumbuh hanya satu dengan rata-rata tingginya sekitar 0,2 cm.

Pada perlakuan dengan air dingin yang tumbuh belum ada. Pada kontrol yang

tumbuh belum ada.

Pada minggu II diperoleh hasil yakni. Pada perlakuan dengan HCl pekat

dengan rata-rata tingginya sekitar 2 cm. Pada perlakuan dengan air panas yang

tumbuh ada dua biji dengan rata-rata tingginya sekitar 0,15 cm. Pada perlakuan

dengan kikir tumbuh tiga kecambah dengan rata-rata tingginya sekitar 1 cm. Pada

perlakuan dengan air dingin tumbuh tiga kecambah dengan tinggi rata-rata sekitar

0,33 cm. Pada kontrol tumbuh tiga kecambah dengan rata-rata tinggi sekitar 0,4

cm.

Page 17: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

Pada minggu III diperoleh hasil yakni. Pada perlakuan dengan HCl pekat

dengan rata-rata tingginya sekitar 2,76 cm dengan jumlah daun helai. Pada

perlakuan dengan air panas dengan rata-rata tingginya sekitar 2,1 cm dengan

jumlah daun rata-rata 2 helai. Pada perlakuan dengan kikir dengan rata-rata

tingginya sekitar 1,83 cm dengan jumlah daun rata-rata 2. Pada perlakuan dengan

air dingin dengan tinggi rata-rata sekitar 0,5 cm. Pada kontrol dengan rata-rata

tinggi sekitar 1.5 cm.

Pada minggu IV diperoleh hasil yakni. Pada perlakuan dengan HCl pekat

dengan rata-rata tingginya sekitar 3,8 cm dengan jumlah daun rata-rata 2 helai.

Pada perlakuan dengan air panas dengan rata-rata tingginya sekitar 3,5 cm dengan

jumlah daun rata-rata 2 helai. Pada perlakuan dengan kikir dengan rata-rata

tingginya sekitar 3,6 cm dengan jumlah daun rata-rata 2 helai. Pada perlakuan

dengan air dingin dengan tinggi rata-rata sekitar 1,5 cm dengan jumlah daun rata-

rata 2 helai . Pada kontrol dengan rata-rata tinggi sekitar 2,6 cm dengan jumlah

daun rata-rata 2 helai.

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan pada

mulainya perkecambahan, pada air panas semuanya berkecambah pada minggu

ke-2. pada HCl pekat berkecambah pada minggu pertama lalu pada kontrol

berkecambah pada minggu kedua lalu pada yang dikikir ada yang berkecambah

pada minggu pertama dan ada yang minggu kedua selanjutnya dari perlakuan air

dingin berkecambah pada minggu kedua.

Terjadinya perbedaan nilai dari beberapa variable diatas disebabkan oleh

perlakuannya yang berbeda. Berdasarkan teorinya, biji yang kulit luarnya dikikir

akan mengalami perkecambahan lebih cepat dikarenakan air yang akan memulai

Page 18: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

proses perkecambahan akan lebih mudah terimbibisi masuk kedalam biji. Pada air

panas, air dingin, dan HCl pekat merupakan salah satu perlakuan kimia yang akan

menyebabkan kulit luar pada biji Ki hujan Samania saman lebih mudah

mengalami imbibisi. Berdasarkan teorinya seharusnya perkecambahan pada biji

yang dikikir seharusnya lebih tinggi jauh dari kontrol.

Data yang diperoleh merupakan perhitungan secara kasar namun tetap

dapat menunjukkan bahwa dari data yang diperoleh menunjukkan hasil yang tidak

sesuai dengan yang diharapkan karena justru yang tidak mendapat perlakuan yang

pertumbuhannya tidak berbeda jauh dari pada yang mendapat perlakuan. Hal ini

dapat terjadi karena mungkin kelalaian dalam proses pengerjaannya yang salah

sehingga hasilnya pun tidak sesuai.

Page 19: pustakabiolog.files.wordpress.com …  · Web viewLAPORAN PRAKTIKUM . ... kerusakan pada embrio karena bila perendaman paling lama, ... seharusnya perkecambahan pada biji yang dikikir

DAFTAR PUSTAKA

Agrica, 2010, Dormansi Biji, http://agrica.wordpress.com, diakses pada tanggal 23 November 2011, pukul 22.17 WITA.

Anonim, 2011, Dormansi, http://id.wikipedia.org/wiki/Dormansi, diakses pada tanggal 23 November 2011, pukul 22.15 WITA.

Dwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lakitan, Benyamin, 2007, Dasr-dasar Fisiologi Tumbuhan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Latunra, A. Ilham, 2011, Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA UNHAS, Makassar.

Salisbury, F.R., dan C.W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid III, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Schmidt, A., 2002, An Introduction to Crop Physiology Second Edition, Cambridge University Press, Cambridge.