Web viewCara pengendalian yang terbaik ialah dengna jalan mengeringkan petakan tambak ... jantung...

21
BAHAN SUMBER BELAJAR Materi : Lingkungan Hidup Kelas : Pendidikan Non Formal Materi Pelajaran: Budi Daya Udang Windu

Transcript of Web viewCara pengendalian yang terbaik ialah dengna jalan mengeringkan petakan tambak ... jantung...

BAHAN SUMBER BELAJAR   

 Materi : Lingkungan Hidup Kelas : Pendidikan Non Formal

   Materi Pelajaran:

Budi Daya Udang Windu   

  

 

Latar Belakang   

      Beternak Udang Windu termasuk budi daya perikanan di air payau. Budi daya perikanan air payau di Indonesia telah lama dimulai, sejak beberapa ratus tahun yang lalu. Di samping ikan, akhir-akhir ini banyak petani tambak yang mengalihkan usahanya pada budi daya udang, hal ini dapat dimengerti karena usaha pemeliharaan udang lebih menguntungkan, terutama dalam hal pemasarannya. Meskipun demikian, tingkat produksi rata-rata udang yang dihasilkan para petani masih sangat rendah. Sebagai

perbandingan, di Taiwan produksi udang windu (Penacid) dapat mencapai 8 ton per ha tiap tahun, sedangkan di Indonesia produksi tertinggi yang dapat dicapai baru 1 ton tiap tahun.

      Beberapa faktor yang membatasi produksi udang di Indonesia ini, antara lain terbatasnya benih karena masih mengharapkan dari alam dan teknik budi daya yang masih menggunakan cara tradisional. 

      Dewasa ini telah dikembangkan teknik budi daya udang secara terkontrol, yaitu budi daya udang semi intensif dan secara intensif. Pada budi daya udang secara tradisional, jenis udang yang dipelihara merupakan campuran dari berbagai jenis dan ukuran yang berasal dari perairan sekitarnya yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tambakbersama air pasang. Pada budi daya udang terkontrol, benih yang dipelihara atau ditebarkan ialah dari jenis tertentu hasil penangkapan di alam atau hasil pembibitan dengan jumlah pula tertentu. Selama masa pemeliharan, udang-udang tersebut diberikan makanan tambahan baik berupa makanan buatan maupun makanan alami. Selain itu dilakukan pula teknik pengendalian hama. Dengan demikian produksi yang dicapai akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara tradisional.

 

Indikator   1. Apa yang dimaksud dengan teknik budi daya udang windu semi intensif dan intensif?

2. Bagaimana langkah-langkah produksi hingga pemanenan udang windu yang baik ?

 

 

 Tujuan Pembelajaran

1. Warga belajar dapat mengetahui tentang budi daya udang windu semi intensif dan intensif.

2. Warga Belajar dapat mengetahui langkah-langkah produksi hingga pemanenan udang windu yang baik serta mempraktekkannya.

 

 

 

Materi   

A. Pendahuluan

Dewasa ini telah dikembangkan teknik budi daya udang secara terkontrol, yaitu budi daya udang semi intensif dan secara intensif. Pada budi daya udang secara tradisional, jenis udang yang dipelihara merupakan campuran dari berbagai jenis dan ukuran yang berasal dari perairan sekitarnya yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tambak bersama air pasang. Pada budi daya udang terkontrol, benih yang dipelihara atau ditebarkan ialah dari jenis tertentu hasil penangkapan di alam atau hasil pembibitan dengan jumlah pula tertentu.

     Selama masa pemeliharan, udang-udang tersebut diberikan makanan tambahan baik berupa makanan buatan maupun makanan alami. Selain itu dilakukan pula teknik pengendalian hama. Dengan demikian produksi yang dicapai akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara tradisional 

B. Budi Daya Udang Windu Semi Intensif

Pembudidayaan udang windu secara semi intensif akan berhasil apabila dapat menentukan lokasi sesuai dengan habitat udang windu, konstruksi tambak yang baik, penyediaan bibit berkualitas, serta teknik pengolahan yang tepat. 

1. Penentuan Lokasi1) Keadaan populasi di perairan sekitarnya, populasi harus cukup padat dan tersedia sepanjang tahun.2) Keadaan perbedaan pasang surut harus cukup tinggi.

3) Jarak lokasi dari pantai maksimal 1 km, lokasi harus terlindung dari gangguan ombak. Hutan bakau selebar 15 meter dapat melindungi tambak dari gangguan ombak.4) Tekstur tanah dasar hendaknya terdiri dari tanah liat yang memadat dengan endapan debu diatasnya tidak terlalu tebal. Tekstur tanah dasar ini sangat penting dalam hubungannya dengan usaha penumbuhan klekap. Kemampuannya

menahan air untuk keperluan konstruksi tambak yaitu dalam pembuatan pematang dan pemeliharaan pematang.

5) Kadar garam (salinitas) air yang masuk ke dalam tambak harus tidak kurang dari 18 per mil, yang optimal ialah 24-30 per mil. 

2. Konstruksi Tambak     Tambak yang baik haruslah memenuhi persyaratan. Pematang harus mampu menahan tekanan air yang disebabkan oleh adanya perbedaan tinggi air di dalam dan di luar tambak. Pematang harus cukup tinggi untuk menghindarkan terjadinya peluapan air yang disebabkan oleh banjir atau pasang tertinggi.

    Pematang harus cukup lebar, untuk memudahkan kegiatan. Tambak harus mempunyai pintu pemasukan dan pengeluaran air yang cukup, baik dalam jumlah maupun lebarnya sehingga akan memudahkan dan mempercepat keluar masuknya air. Kecepatan pemasukan dan pengeluaran air akan mempersingkat waktu terjadinya perbedaan tekanan air di dalam dan di luar tambak.

    Pemasangan pintu air harus menjamin masuknya air secara leluasa tanpa menimbulkan terjadinya perputaran atau pergolakan air di sekitar pintu. Pergolakan/perputaran air akan mengganggu pertumbuhan udang sehingga dapat menyebabkan rendahnya produksi tambak.

    Saluran air harus bersih dari tumbuhan air dan kotoran lainnya. Dasar tambak harus melereng ke arah pintu air dan mempunyai saluran keliling yang dapat memudahkan mengalirnya air ke seluruh bagian tambak.

Pematang Tambak

Ada dua jenis pematang tambak dalam hal ini, yaitu pematang utama dan pematang antara. >> Pematang Utama

Pematang utama memiliki beberapa syarat, yaitu sebagai berikut:

1. Lebar bagian atas 2 meter atau lebih.2. Tinggi dilebihkan 1 meter di atas tinggi air pada waktu pasang tertinggi atau banjir rutin.3. Sudut lereng sebelah dalam tg=2/3 dan sudut lereng sebelah dalam tg=1/2

>> Pematang Antara Pematang antara memiliki beberapa syarat, yaitu sebagai berikut:1) Lebar bagian atas 0,7 m-1,5 meter2) Sudut lereng tg=2/3 atau tg=13) Pematang utama dan pematang antara harus terbuat dari tanah liat berpasir atau tanah liat berdebu yang telah memadat dan mengeras serta tidak tercampur ranting, batang, atau kayu yang sukar membusuk.

o> Pintu dan Saluran AirDi setiap unti tambak diperlukan dua macam pintu air, yaitu pintu air utama yang dipasang di depan saluran pembagi dan pintu air petakan untuk memasukkan air dari saluran pembagi ke dalam petakan tambak atau sebaliknya.

Letak saluran air dan petak-petak tambak harus diatur sehingga sistem pengairan tiap-tiap petakan tambak tidak tergantung satu sama lain. Dengan demikian, petakan tambak harus dapat dikeringkan atau diairi sendiri tanpa mengganggu petakan lainnya.

Pintu utama yang berfungsi mengatur pengairan ke seluruh unit tambak harus cukup kuat, kedap air dan mempunyai mulut yang cukup lebar sehingga dapat menjamin masuknya volume air yang diperlukan. Untuk satu unit tambak seluas 10 ha, lebar mulut pintu air utama antara 0,8 meter-1,2 meter, tinggi 2-3 meter dan panjang 5-6 meter tergantung

pada tingg dan lebar pematang.

Dasar pintu air utama sama tinggi atau sedikit lebih rendah dari tinggi air yang dicapai pada waktu air pasang terendah. Untuk menghindari terjadinya pengikisan oleh arus air, dasar pintu air harus diberi papan atau beton dengan lapisan penahan yang kuat. Di bawah pintu air diberi papan melintang untuk menghalangi lalu lintas hama pengganggu seperti belut dan ketam.

Setiap pintu harus dilengkapi dengan tempat pemasangan papan penutup air (2 buah), tempat pemasangan saringan (2 buah) dan sayap di muka belakang serta kiri kanan.

Bagian luar dan dalam dari pintu air harus dipasang saringan yang terbuat dari belahan bambu. Belahan bambu ini harus rapat tidak mempunyai celah sehingga tidak memungkinkan masuknya benih udang lain yang tidak dipelihara.

Saluran pembagi air berfungsi untuk membagikan air ke dalam petakan tambak. Saluran ini sekaligus berfungsi sebagai tempat penampungan air pada saat air surut. Lebar saluran pembagi antara 3-5 meter sedangkan dalamnya tergantung pada letak unit tambak. 

3. Penyediaan Benih Bibit udang windu dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu secara alami dan melalui hasil pembibitan yang sengaja dilakukan.

a. Benih udang alami

Berdasarkan pengalamn ternyata daerah-daerah penghasil nener bandeng sekaligus merupakan daerah penghasil benih udang windu. Tempat penangkapan meliputi tepi pantai, saluran-saluran air, sungai kecil dan sungai besar bahkan sungai yang jauhnya beberapa kilometer dari muara.

Musim penangkapan benih udang sama waktunya dengan musim penangkapan nener bandeng yaitu antara September-Januari dan bulan April-Mei.

Umumnya tepi pantai yang banyak terdapat benih udang ialah yang landai dengan dasar pasir atau pasir berlumpur di sekitar muara sungai. Hasil tangkapan di daerah ini lebih seragam ukurannya dan umumnya masih stadia post larva muda berukuran 9-15 mm berwarna merah kecoklat-coklatan.

Di saluran-saluran air dan sungai, benih yang tertangkap berukuran 0,15-70mm, merupakan campuran stadia post larva dan tokolan juve-nile.

Tangkaplah benih udang sewaktu terjadi air pasang dengan menggunakan seser atau seser berkantong. Penangkapan dapat pula menggunakan rumpon, yaitu daun-daun pisang atau rumput yang sudah kering yang diikat menjadi satu ikatan dan dipasang pada tonggak kayu di tepi sungai atau saluran air.

Hasil tangkapan ditampung di dalam tempat penampungan sementara. Selanjutnya lakukan seleksi atau pemisahan jenis udang windu saja yang nantinya akan dipelihara di tambak.

 

 

Lanjutan Materi   

b. Benih Udang Hasil Pembibitan 

Untuk mendapatkan benih udang yang bermutu baik dan jumlah yang banyak, ada dua tahapan kegiatan yang harus dilakukan, yaitu penangkapan induk-induk betina yang telah matang di laut dan pembibitan yang meliputi langkah-langkah persiapan penetasan, pemeliharaan larva, penetasan, perawatan larva dan pemungutan hasil.

1. Penyediaan Induk Matang Telur

Untuk memperoleh induk matang telur yang baik, perhatikan hal-hal berikut.

a. Induk betina dari berbagai tingkat kematangan dapat diperoleh dari laut.b. Daerah penangkapan, umumnya di perairan pantai dekat muara sungai

pada kedalaman 20-40 cm.c. Penangkapan di laut dilakukan dengan menggunakan gill net.d. Induk hasil tangkapan setelah diseleksi, ditampung ke dalam bak

penampungan induk.e. Menurut perkembangan gonadanya, induk betina udang dapat dibagi atas

lima tingkatan perkembangan, yaitu:1. Tingkat I, gonada belum berkembang, berbentuk benang bening halus dan sempit. Pada tingkatan ini telur belum terlihat dengan mata biasa;2. Tingkat II, gonada mulai berkembang halus dan sempit berisi telur berwarna kehijau-hijauan;3. Tingkat III, gonada berkembang agak lebar berisi telur berwarna hijau terang;4. Tingkat IV, gonada berkembang penuh sangat lebar memenuhi punggung, berwarna hijau gelap dan berbentuk segitiga pada segmen abdomen pertama;5. Tingkat V, gonada berkembang memenuhi punggung berwarna kekuning-kuningan. Pada tingkatan ini, telur-telur telah dilepaskan

f. Induk betina yang akan dipijahkan (dikawinkan) ialah yang perkembangan gonadanya telah mencapai tingkat V .

2. Pembibitan

Untuk mendapatkan benih udang yang baik perhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Bak-bak pemijahan yang dipergunakan haruslah bersih dan diisi air baru berkadar garam 200 per mil, setinggi 70-80 cm.

b. Pompakan udara bersih ke dalam air melalui pipa plastic dengan menggunakan kompresor atau blower.c. Induk yang sudah siap dipijahkan dimasukkan ke dalam bak

pemijahan. Untuk 10 meter kubik air, dapat dimasukkan 2-10 ekor induk betina udang windu.

d. Induk akan memijah pada malam pertama atau kedua setelah dimasukkan dan telur yang dibuahi akan menetas setelah 12-14 jam pembuahan.

e. Dengan aerasi udara yang cukup, tingkat kematian larva dapat ditekan mencapai 30-40%.

f. Telur akan menetas menjadi nauplius. Nauplius mendapatkan makanan dari cadangan makanan yang dikandungnya yaitu

kantong telur.  Selanjutnya nauplius berkembang menjadi zoea. Zoea harus diberi makanan hidup yang planktonis seperti Nitshia, Melosira, dan Skele tonema. Konsentrasi makanan hidup ini harus cukup tinggi yaitu 10.000 sel per cc karena zoea belum bisa aktif mencari makanan sehingga makana harus berada di sekelilingnya.

g. Cara menumbuhkan makanan hidup di dalam bak pemliharaan larva, dilakukan dengan jalan langsung memupuk air dengan menggunakan KNO3 dan NaHPO4

h. Dalam keadaan makanan hidup sukar didapat, untuk sementara dapat digunakan tepungkedelai sebagai pengganti.

i. Setelah berumur 5 hari, zoea berubah menjadi mysis yang sudah berbentuk udang. Makanan hidup Diatomeae masih merupakan makanan yang baik di samping plankton hewani seperti Rotifera.

j. Mysis setelah 5-6 hari akan berubah menjadi post larva.k. Post larva berlangsung dalam 5 tingkatan dan pada tingkatan ke V post larva sudah bisa dipanen.l. Untuk stadia post larva I dan II, berikanlah makanan hidup berupa Artemia, sedangkan mulai post larva III

berikanlah makanan buatan yang mengandung protein kuran lebih 47 %.m. Pekerjaan pemeliharaan/perawatan larva udang sejak nauplius sampai siap panen berkisar 25-30 hari.

Penampungan dan Pengangkutan Benih               Penampungan dan pengangkutan benih dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Tempat penampungan benih harus teduh. Air dangkal, bersih, dan tenang

2. Jangan menampung benih udang terlalu padat. Untuk bak penampungan seluas 1 meter persegi dapat ditampung 2000 ekor post larva selama 5 hari.

3. Untuk mengangkut benih, dapat menggunakan jerigen atau kantong plastic yang diisi oksigen. Untuk jarak dekat bisa juga menggunakan wadah sederhana yang terbuat dari tanah berbentuk bak.

4. Kepadatan benih yang diangkut antara 500-700 ekor per liter.

Lakukan pengangkutan pada malam hari untuk menjaga agar suhu air relative rendah.

4. Teknik Pengolahan

Teknik pengolahan dalam hal ini menyangkut tentang penumbuhan klekap, penebaran benih, dan pemberantasan hama.

a. Penumbuhan Klekap

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam menumbuhkan klekap agar berhasil dengan baik, yaitu sebagai berikut.

1. Sama halnya dengan memelihara ikan bandeng, pada pemeliharaan udang windu juga harus menumbuhkan klekap untuk makanan alami.

2. Setelah pengolahan tanah selesai, keringkanlah tambak sampai tanahnya retak-retak. Pengeringan dilakukkan selama 2-3 minggu tergantung pada jenis tanahnya.

3. Tingkat kekeringan dasar tambak, sangat menentukan berhasil tidaknya klekap tumbuh dengan baik. Usaha menumbuhkan klekap dikatakan berhasil, bila klekap yang tumbuh tetap menempel pada

dasar tambak.4. Setelah kering, taburkanlah pupuk organik. Pupuk yang digunakan yaitu urea atau ZA sebanyak 50-100 kg per

ha. Pemberian pupuk anorganik untuk mempercepat proses pembusukan pupuk organic.5. Bila pemupukan telah selesai, tambak diisi air baru. Pengisian dilakukan secara perlahan-lahan dan hati-hati

sampai pada ketinggian air di dalam tambak mencapai 10 cm. Kemudian pupuk kembali dengan urea sebanyak 45 kg dan TSP 45-55 kg per ha. Selanjutnya tambahkan air sampai pada ketinggian 20 cm.

b. Penebaran Benih

      Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat penebaran benih adalah sebagai berikut.

1. Penebaran benih dilakukan setelah klakap tumbuh subur diseluruh permukaan air (2-3 minggu setelah pemupukan) dan air dalam tambak telah mencapai kedalaman kurang lebih 50 cm.

2. Penebaran benih harus dilakukan secara merata di seluruh tambak agar tidak memadat di suatu tempat. Padatnya benihdi suatu tempat dapat menimbulkan sifat kanibalisme pada udang sehingga hal ini akan merugikan usaha pemeliharaan.

3. Lakukanlah penebaran pada sore atau pagi hari karena pada keadaan tersebut suhu air relatif rendah sehingga tidak menimbulkan gangguan tekanan pada udang.

4. Untuk lebih mencegah lagi terjadinya gangguan tekanan (stress), sebaiknya sebelum ditebarkan, benih-benih udang diaklimatisasikan dengan air tambah.

5. Untuk sistem pemeliharaan secra monokultur, pada penebaran yang sesuai ialah 1-2 ekor benih per meter persegi dengan lama pemeliharaan 4-5 bulan. Sedangkan bila sistem pemeliharaan secara polikultur dengan ikan bandeng, masing-masing padatpenebaran 5000 ekor udang muda dan 1000 ekor bandeng ukuran glondongan per ha. Lama pemeliharaan 4-5 bulan.

      c. Pemberantasan Hama

      Hal-hal yang mendapatkan perhatian dalam usaha pemberantasan adalah sebagai berikut.

1. Beberapa jenis hama yang sering merugikan adalah ikan buas baik sebagai predator atau penyaing makan: kepiting, ular air, ular kadut, burung bangau, anjing air, dan siput.

2. Cara pengendalian yang terbaik ialah dengna jalan mengeringkan petakan tambak sehingga semua hama harus mati..

3. Bila tambak sulit atau tidak bisa dikeringkan sama sekali maka pengendalian hama dapat dilakukan menggunakan bahan kimia seperti Brestan 60, Thiodan 35 EC. Dapat juga menggunakan tepung biji teh atau sisa-sisa tembakau.

Dosis Brestan 60 ialah 0,5-1 kg per ha, Thiodan 0,2 ppm sedangkan sisa-sisa tembakau dan tepung biji teh antara 300-400 kg per ha.

 

 

Lanjutan Materi   

C. Teknik Budi Daya udang Windu Intensif

Berikut ini akan diuraikan mengenai persiapan tambak dan penebaran benih dan pemeliharaannya dalam teknik budi daya udang windu intensif.

1. Persiapan TambakHal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan tambak diantaranya sebagai berikut.

a. Persiapan tambak meliputi langkah-langkah pekerjaan pengeringan, peracunan dan pengolahan tanah dasar.

b. Pemupukan tidak dilakukan.c. Pengeringan dan  pengolahan tanah dimaksudkan untuk

memperbaiki tata udara tanah.d. Peracunan hanya dilakukan terhadap genangan-genangan air untuk

memberantas ikan buas/liar.e. Persiapan tambak ini dilakukan pada petak peneneran/pembenihan

dan petak pembesaran.

1. Penebaran Benih dan PemeliharaanHal-hal yang perlu mendapatkan perhatian pada saat melakukan penebaran benih dan pemeliharaan udang windu intensif.

1. Pemeliharaan udang windu secara intensif dilalui melalui dua tahapan yaitu pembenihan post larva berumur 22 hari sampai juvenile dan pembesaran juvenile/tokolan sampai ukuran konsumsi.

2. Padat penebaran dalam petak peneneran/pembenihan berkisar antara 100-150 ekor post larva per meter persegi luas permukaan air. Penebaran dilakukan secara merata di seluruh permukaan tambak untuk menghindari timbulnya sifat kanibalisme.

3. Lama pemeliharaan benih 40-50 hari.4. Selama masa pemeliharaan berilah makanan tambahan berupa

daging kerang yang dipotong kecil-kecil sebanyak 200% dari berat total undang yang dipelihara. Persentase pemberian makanan ini dikurangi sesuai dengan kenaikan berat udang. Pada 15 hari pertama, makanan diberikan 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore. Selanjutnya hanya diberikan 1 kali pada sore hari.

5. Setelah 50 hari di petak peneneran/pembenihan, udang yang telah berukuran tokolan/juvenile dipindahkan dengan menggunakan alat sejenis bubu.

6. Padat penebaran di petak pembesaran, antara 15-20 ekor per meter persegi luas permukaan air.7. Selama masa pemeliharaan udang diberi makanan tambahan berupa cincangan daging ikan atau udang yang

murah sebanyak 60% dari berat total udang yang dipelihara. Makanan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah makanan ini dikurangi persentase sesuai dengan kenaikan berat badan.

8. Lama pemeliharaan 4-5 bulan.

Pemanenan/Pemungutan HasilUntuk memanen udang yang sudah mencapai ukuran konsumsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara bertahap dan secara sekaligus. Usahakanlah udang terpanen dalam keadaan hidup untuk memudahkan

terjaminnya pemasaran dan harga. Oleh karena itu pemanenan harus dilakukan secara hati-hati.

1. Pemanenan Secara Bertahap

Dengan cara ini pemanenan dilakukan menggunakan bubu atau perayang yang ter buat dari belahan-belahan bambu. Alat ini terbagi menjadi dua bagian yaitu perayang berbentuk jantung dan perayang yang berbentuk pagar memanjang. Lakukanlah penangkapan pada malam hari yaitu pada saat udang-udang besar sedang berusaha mencari jalan keluar untuk kembali ke laut dengan menyelusuri pematang. Alat penangkapan dipasang di tepi pematang dan ujung lainnya tepat berada di mulut perayang. Dengan alat ini, udang-udang kecil yang tertangkap dapat dilepaskan kembali. Cara lainnya ialah dengan menggunakan jala.

1. Pemanenan Sekaligus

Pemanenan sekaligus dimaksudkan untuk menangkap seluruh udang yang dipelihara, sehingga tambak dapat digunakan kembali untuk memelihara udang. Caranya dengan mengeringkan petakan tambak. Air yang ada hanya di bagian saluran keliling saja.

Giringlah udang dengan menggunakan jari atau wide (anyaman bambu) ke depan pintu air. Udang yang tertinggal atau membenamkan diri, ditangkap dengan tangan satu per satu. Sementara itu masukkan kembali air ke dalam tambak sedikit demi sedikit untuk mencegah kematian udang karena kekeruhan atau tertimbun lumpur.

Bila semua udang sudah terkurung dan berada di depan pintu air, masukkanlah air baru. Dengan menggunakan alat penyidik, tangkaplah udang dan segera tamping di dalam air yang bersih. Pemanenan sekaligus ini sebaiknya dilakukan pada saat yang tepat yaitu 2-3 hari setelah air pasang.

Dengan teknik pemeliharaan semi intensif, dapat dihasilkan 300-500 kg per ha untuk satu kali masa pemeliharaan. Sedangkan dengan cara pemeliharaan intensif, produksi rata-rata yang telah dicapai sekitar 1 kg per meter persegi luas permukaan tambak. Hasil ini akan lebih tinggi lagi bila sistem pemeliharaan secara polikultur dengan ikan bandeng.

 

 

Lanjutan Materi   E. Analisa Usaha Sebagai bahan perbandingan terhadap jenis usaha tani lainnya, berikut ini disajikan pula perhitungan biaya dan hasil yang diperoleh dari usaha pemeliharaan udang secara intensif.

1. Biaya investasiPemetaan, Profil tambak, dll     Rp.    100.000,00Pembuatan Pematang Rp. 2.052.000,00Pembuatan Pintu Air Rp.    410.000,00Peralatan Pematang, saluran keliling, dan pelataran Rp.       438.000,00 Jumlah dipindahkan Rp. 3.000.000,00

Gambar Pemanenan Udang dan Pemasarannya

2. Modal KerjaBenih udang Rp. 360.000,00Pupuk Rp. 117.000,00Pemberantasan Hama Rp.   20.000,00Perawatan dan panen Rp. 100.000,00Lain-lain pengeluaran Rp.         2.400,00 Jumlah Rp. 599.500,00Total Biaya (Biaya Investasi + Modal Kerja) Rp. 3.599.400,00

3. Hasil Setahun Hasil udang  3000 kg x Rp. 1000,00 Rp. 3.000.000,00Retribusi 5% x Rp. 3.000.000,00 Rp.    150.000,00Bagi hasil 30% x Rp. 3.000.000,00 Rp.       900.000,00 Jumlah Rp. 4.050.000,00

4. Keuntungan Bersih Setahun Hasil      Rp. 4.050.000,00Modal kerja Rp.    599.400,00Penyusutan investasi 1/7 x Rp. 3.000.000,00 Rp.    599.400,00Bunga Modal  Investasi 12% x Rp. 3.000.000,00 Rp.    360.000,00

Modal Kerja 15% x Rp. 599.400,00 Rp.      89.910,00Upah Manager/pemilik Rp.       120.000,00   Rp. 1.597.881,00Pendapatan kena pajak Rp. 2.452.119,00Pajak 10% Rp.       245.212,00 Keuntungan bersih/tahun Rp. 2.206.907,00Bila menggarap sendiri maka keuntungan bersih per tahun adalah sebagai berikut.Keuntungan sebagai pengusaha Rp. 2.206.907,00Upah manager/pemilik Rp.       120.000,00   Rp. 2.326.967,00Rate of-return  2.206.907 + 428.571 x 100% = 88%        3.000.000  

Semua perhitungan harga didasarkan atas harga-harga pada tahun 1973. Tambak yang dibangun pada tahun 1973 dengan investasi Rp.3.000.000,00 merupakan tambak lama yang dirombak total.

Evaluasi   

1. Apa yang anda ketahu tentang Budi daya udang windu? 

2. Jelaskan perbedaan antara teknik budi daya udang secara terkontrol dan tradisional?

3. Sebutkan dan Jelaskan secara singkat mengenai budi daya udang windu semi intensif dan budi daya udang windu intensif?

4. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi keberhasilan pembudidayaan udang windu secara semi intensif ?

5. Sebutkan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pembudidayaan udang windu secara semi intensif ?

6. Sebutkan perbedaan antara pematang utama dan pematang antara?

7. Kapan musim penangkapan benih udang berlangsung? Dimana kita bisa mendapatkan benih-benih udang tersebut ?

8. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan pada masa pembibitan, untuk mendapatkan benih udang yang baik?

9. Apa yang anda ketahui mengenai persiapan tambak dan penebaran benih dan pemeliharaannya dalam teknik budidaya udang windu intensif? Jelaskan! 

10. Sebutkan dan jelaskan cara-cara pemanenan udang windu yang Anda ketahui?

 

 

Daftar Pustaka   

1. AK, Soetarno . 2001. Budi Daya Udang . Semarang : Aneka Ilmu.2. Atmaja Harjamulia, dkk . 1976. Beberapa Aspek tentang Pemuliaan Ikan. Bandung : Fakultas

Pertanian Unpad 

3. Emmawati, L . 1981. Fisiologi Udang Galah . Jakarta : Sub Balai Penelitian Perikanan Darat Depok-Laboratorium Pembenihan Udang Galah Pasar Minggu 

4. Suyanto, R . 1975. Budi Daya Udang Galah . Bogor : Sekolah Usaha Perikanan Menengah Bogor, pp.5 

 

 

Pembuat Program   

Nama : Muhammad Totok Prabowo

Asal Instansi : Tutor Paket C PKBM Cinta Tanah Air Sanden

E-Mail : [email protected]

Website/Blog : http://muhammad_totok.php0h.com