· Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau...

92
APARATUR PEMERINTAH

Transcript of  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau...

Page 1:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

APARATUR PEMERINTAH

Page 2:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan
Page 3:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

BAB XXII

APARATUR PEMERINTAH

A.PENDAHULUAN

Kegiatan usaha pendayagunaan aparatur Pemerintah dalam Re-pelita IV diarahkan untuk terus-menerus memperbaharui sikap dan semangat pengabdian dan pelayanan aparatur Pemerintah kepada masyarakat. Dengan demikian diharapkan meningkatnya keikut-sertaan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan di segala bidang. Bersamaan dengan itu diusahakan pula untuk me-ningkatkan kemampuan aparatur Pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan.

Dalam tahun kedua Repelita IV kegiatan-kegiatan tersebut merupakan lanjutan dan peningkatan dari usaha-usaha yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Usaha peningkatan penda-yagunaan aparatur Pemerintah meliputi bidang-bidang kelembaga-an, ketatalaksanaan, pengawasan dan penertiban, serta bidang kepegawaian baik pada aparatur Pemerintah di tingkat Pusat mau-pun Daerah. Usaha-usaha ini khususnya ditujukan kepada pening-katan dayaguna dan hasilguna dalam merencanakan dan melak-sanakan berbagai kebijaksanaan, program, proyek dan kegiatan-kegiatan pemerintahan umum dan pembangunan sehingga aparatur Pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan mem-berikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Pendayagunaan aparatur Pemerintah ditujukan pula pada usaha penyempurnaan administrasi perencanaan dan pelaksanaan pemba-ngunan. Usaha ini khususnya menyangkut segi-segi penyederhanaan prosedur pembiayaan pembangunan, rasionalisasi satuan kegiatan dalam setiap proyek, penentuan harga satuan dalam pembiayaan kegiatan, penajaman prioritas dalam program dan proyek, serta peningkatan kemampuan teknis dan manajerial dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek. Upaya pendayagunaan melalui peningkatan efisiensi dan penghematan juga meliputi penataan kembali or-ganisasi proyek, menserasikan antara sentralisasi dan desentra-lisasi dalam pengambilan keputusan serta peningkatan dayaguna pemantauan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan.

XXII/3

Page 4:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

B. SASARAN KEBIJAKSANAAN PENDAYAGUNAAN APARATUR PEMERINTAH

Sasaran usaha pendayagunaan aparatur Pemerintah dalam tahun kedua Repelita IV meliputi :

a. Peningkatan hubungan fungsional yang makin mantap antara lembaga-lembaga perwakilan rakyat dengan Pemerintah, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah, terutama dalam rangka penyusunan undang-undang dan APBN/APBD;

b. Pendayagunaan aparatur Pemerintah untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerin-tahan dan pembangunan. Peningkatan antara lain meliputi kemampuan dalam perumusan kebijaksanaan, penyusunan rencana dan program, pelaksanaan dan pengendalian;

c. Penyempurnaan ketatalaksanaan dengan peningkatan hubungan kerjasama antar lembaga serta koordinasi untuk keberhasilan secara optimal dalam pencapaian tujuan program-program pem-bangunan;

d. Peningkatan pendayagunaan aparatur Pemerintah Daerah agar lebih mampu dalam melaksanakan otonomi yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab, dan lebih mampu dalam menggali po-tensi daerah untuk pelaksanaan ekonomi tersebut, serta le-bih mampu dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisi-pasi dalam pembangunan;

e. Pengembangan keserasian hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan di daerah;

f. Peningkatan kemampuan Pemerintah Desa agar lebih mampu da-lam menyelenggarakan administrasi pembangunan desa secara lebih berdayaguna dan berhasilguna, dan lebih berhasil da-lam menggerakkan peranserta masyarakat desa dalam pemba-ngunan menuju desa Pancasila;

g. Peningkatan penertiban dan penyempurnaan aparat dan meka-nisme pengawasan dalam rangka penanggulangan masalah-masa-lah korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pembo-rosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lainnya yang menghambat pelaksanaan pembangunan;

XXII/4

Page 5:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

h. Peningkatan penyempurnaan aparatur ekonomi negara. Upaya ini meliputi penyempurnaan administrasi kebijaksanaan un-tuk memberi rangsangan dan kemudahanan kepada dunia usaha dalam rangka upaya meningkatkan kegiatan ekonomi dan perda-gangan. Peningkatan penyempurnaan juga menyangkut berbagai kebijaksanaan dalam bidang perbankan, perpajakan, investa-si, dan perdagangan. Penyempurnaan aparatur ekonomi negara termasuk juga usaha-usaha penyempurnaan administrasi dan pembinaan badan-badan usaha milik Negara dan milik Daerah, agar dapat bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat dan efisien. Dengan demikian upaya tersebut dapat membantu meningkatkan penerimaan Negara, meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat serta secara aktif menunjang kebijaksanaan Pemerintah dalam pengembangan sektor swasta dan koperasi dalam rangka mensukseskan pelak-sanaan pembangunan nasional;

i. Peningkatan pendayagunaan aparatur Pemerintah di bidang kepegawaian. Upaya ini dilaksanakan dengan pengembangan program-program peningkatan kemampuan aparatur Pemerintah, pemantapan kode etik dan jiwa korsa pegawai negeri yang lebih mendukung pelaksanaan tugas-tugasnya;

J. Peningkatan pendayagunaan sistem perencanaan, pembiayaan, pengendalian pelaksanaan, dan pengawasan keuangan negara. Upaya ini ditujukan untuk penajaman prioritas dan pening-katan efisiensi pengeluaran serta efektivitas pelaksanaan rencana, program dan proyek pembangunan serta pengawasan pemanfaatan keuangan negara.

C. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKSANAAN DAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PENDAYAGUNAAN APARATUR PEMERINTAH

1. Aparatur Pemerintah Pusat

Penyempurnaan kelembagaan yang telah dilakukan bagi Lemba-ga-lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, adalah berupa perubahan susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD yang tertuang dalam Undang-undang No. 2/1985 sebagai penyempurnaan atas Undang-undang No. 16/1969 yang telah diubah dengan Undang-undang No. 5/1975. Di samping itu telah diadakan penyempurnaan beberapa organisasi Sekretariat Lembaga Tinggi Negara yaitu Sekretariat Jenderal Dewan Pertimbangan Agung dengan Keppres No. 49 Tahun 1985 dan organisasi Kepaniteraan/Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung dengan Keppres No. 75 Tahun 1985, untuk dapat lebih mem-

XXII/5

Page 6:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

berikan dukungan administratif bagi kelancaran pelaksanaan tugas kedua Lembaga Tinggi Negara tersebut. Perlu dikemukakan pula bahwa dengan Undang-undang No. 14 Tahun 1985 telah diatur kembali Kedudukan, Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung serta Hukum Acara yang berlaku bagi Mahkamah Agung.

Pendayagunaan organisasi Kantor Menteri Koordinator, Mente-ri Negara dan Menteri Muda telah dilakukan dengan berbagai penyempurnaan dalam hal kedudukan, tugas pokok, fungsi dan tata kerjanya masing-masing yang disesuaikan dengan susunan Kabinet Pembangunan IV. Penyempurnaan juga dimaksudkan untuk lebih. meningkatkan koordinasi antara semua Menteri dalam Kabinet Pembangunan IV, baik dalam tingkat perumusan kebijaksanaan, tingkat perencanaan maupun tingkat pelaksanaan berbagai kebi-jaksanaan pemerintahan.

Penyempurnaan organisasi Departemen telah dilakukan dengan penggantian Keppres No. 45 Tahun 1974 dengan Keppres No. 15 Tahun 1984. Prinsip-prinsip pokok mengenai organisasi Departe-men yang baru tetap didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Keppres No. 44 Tahun 1974. Dikeluarkannya Keppres No. 15 Tahun 1984 dimaksudkan untuk mengatur kembali kedudukan, tugas pokok dan susunan organisasi Departemen sesuai dengan susunan Kabinet Pembangunan IV.

Sebagai tindak lanjut dari Keppres tersebut di atas, ma-sing-masing Departemen setelah berkonsultasi dengan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, telah mengatur susunan organisasi lebih lanjut sampai kesatuan organisasinya yang terkecil, termasuk organisasi Kantor-kantor serta Unit Pelaksa-na Teknisnya.

Dalam tahun kedua Repelita IV dengan Keppres No. 47 Tahun 1985 telah diadakan perubahan untuk pertama kali terhadap Kep-pres No. 15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan dan Perdagangan untuk menam-pung perkembangan tugas sesuai dengan meningkatnya beban pemba-ngunan. Selanjutnya dengan Keppres No. 70 Tahun 1985 telah dibentuk Lembaga Pemilihan Umum (LPU) dan Panitia Pemilihan Indonesia (PPI) sebagai lembaga bersifat permanen yang secara administratif bernaung di bawah Departemen Dalam Negeri. Lemba-ga Pemilihan Umum yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri terdiri dari Dewan Pimpinan, Dewan Pertimbangan dan Sekretariat Umum, sedangkan Panitia Pemilihan Indonesia sebagai unsur pe-nyelenggara pemilihan umum di tingkat Pusat terdiri dari anggo-ta Dewan Pimpinan LPU dan anggota Dewan Pertimbangan LPU ditam-

XXII/6

Page 7:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

bah 4 orang anggota. Pada PPI dibentuk Panitia Pengawas Pelak-sanaan Pemilihan Umum Pusat yang diketuai oleh Jaksa Agung.

Demikian pula dengan Keppres No. 76 Tahun 1985 telah diada-kan penyempurnaan terhadap Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Departemen Keuangan; antara lain dengan pembentukan Pusat Pene-litian dan Pengembangan Keuangan, Pusat Pembukuan Keuangan Negara, Pusat Penyusunan dan Analisa APBN serta Pusat Sarana Perkembangan Bea Cukai. Lebih lanjut Menteri Keuangan dengan Keputusan No. 998 Tahun 1985 telah menyederhanakan Direktorat Jenderal Bea Cukai menjadi 4 Direktorat (semula 5) pada ting-kat Pusat, 9 kantor Wilayah (semula 14), 126 Kantor Inspeksi dan 16 Kantor Bantu serta ditambah dengan 348 pos yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam hubungan ini Kanwil Ditjen diubah fungsinya menjadi koordinatif, yaitu hanya melaksanakan koordinasi pengendalian dan memberikan bimbingan atas pelaksa-naan tugas pokok Ditjen Bea dan Cukai yang dilaksanakan Kantor-kantor Inspeksi di wilayah kerjanya. Selain itu dibentuk pula Kantor Pengolahan Data dan Informasi sebagai unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dan secara teknis fungsional dibina dan dikoordinasikan oleh Pusat Analisa dan Informasi Keuangan Departemen Keuangan.

Dengan pembaharuan struktur organisasi Ditjen Bea dan Cukai diharapkan instansi vital tersebut dapat bergerak secara lincah dan lancar dalam peningkatan kegiatan usaha swasta dan koperasi sehingga peranan dunia usaha tersebut menjadi semakin besar dalam pembangunan ekonomi nasional seperti yang menjadi sasaran Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985 tentang Kelancaran Arus Barang.

Usaha penyempurnaan aparatur Pemerintah tingkat Pusat juga telah secara terus-menerus dilakukan terhadap Lembaga-lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) sesuai dengan perkembangan tugas masing-masing. Dalam tahun kedua Repelita IV usaha-usaha penyempurnaan LPND yang telah dilakukan meliputi :

a. Organisasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dengan Keppres No. 43 Tahun 1985 telah diadakan perubahan terhadap Keppres No. 128 Tahun 1967 tentang Pembentukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia serta dicabut pula Kep-pres No. 162 Tahun 1967 tentang Susunan Anggota Dewan Pembina Ilmu Pengetahuan Indonesia. Selanjutnya sejalan dengan tahap perkembangan kemampuan nasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi maka dengan Keppres No. 1 Tahun 1986 telah diadakan penyesuaian Tugas Pokok, Fungsi dan

XXII/7

Page 8:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Susunan Organisasi LIPI.

b. Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).Dalam rangka lebih meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan peningkatan tugas pengolahan dan penelaahan secara keahlian atas masa-lah dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal maka dengan Keppres No. 35 Tahun 1985 telah diadakan penyempurnaan terhadap Keppres No. 33 Tahun 1981 tentang Kedudukan, Tu-gas, Fungsi dan Susunan Organisasi BKPM.

Langkah-langkah penyempurnaan di bidang tatalaksana dan hubungan kerja antar instansi juga ditingkatkan. Dalam kaitan ini berdasarkan Inpres No. 6 Tahun 1985 tentang Sensus Ekonomi 1986 kepada Menteri Koordinator Bidang EKUIN dan WASBANG, Men-teri-menteri Dalam Negeri, Perdagangan, Perindustrian, Keuang-an, Pertambangan dan Energi, Pekerjaan Umum, Kesehatan, Keha-kiman, Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi serta Kepala Biro Pusat Statistik ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan secara terpadu agar Sensus Ekonomi dapat terseleng-gara pada waktunya dengan aman dan tertib sehingga ketelitian-nya dapat dipertanggungjawabkan.

Sensus Ekonomi berdasarkan PP No. 29 Tahun 1985 ialah usaha pengumpulan, pengolahan, penyajian, analisa dan evaluasi data tentang jumlah dan sifat setiap perusahaan/unit usaha Indone-sia. Sensus ini diselenggarakan sekali dalam 10 tahun dan dilakukan secara terpadu. Tujuannya antara lain ialah untuk mendapatkan data statistik di bidang ekonomi yang meliputi kegiatan pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik, gas, air, bangunan/konstruksi, perdagangan, pengang-kutan, komunikasi dan jasa. Sensus juga bertujuan mendapatkan direktori perusahaan yang berbadan hukum, mendapatkan kerangka industri semua perusahaan/ usaha ekonomi serta mendapatkan data statistik yang terperinci mengenai potensi desa.

Dari Sensus Ekonomi 1986 yang pertama ini diharapkan dapat diperoleh bahan-bahan dasar bagi penyusunan statistik sektoral secara lebih teratur sehingga dalam menyongsong Repelita V, sudah tersedia data perusahaan yang lengkap dan dapat diperca-ya.

Selama ini Indonesia telah melaksanakan berbagi Sensus; seperti Sensus Penduduk 3 kali (1961, 1971 dan 1980), Sensus Pertanian 3 kali (1963, 1973 dan 1983), Sensus Industri 2 kali (1963 dan 1974) dan Sensus Bangunan/Konstruksi 1 kali (1977).

XXII/8

Page 9:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

2. Aparatur Pemerintah Tingkat Daerah

Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah telah dikeluarkan keputusan-keputusan tentang susunan organisasi dan tata kerja serta hubungan kerja antar aparatur Pemerintah yang ada di Daerah. Beberapa keputusan penting diantaranya ialah perbaikan organisasi Sekretariat Wilayah Daerah, penyempurnaan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I dan pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II, dan pengaturan kem-bali perangkat pengawasan di Daerah dengan penetapan organisasi dan tata kerja Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Kabupaten/ Kotamadya. Di samping itu dikeluarkan pula keputusan pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah serta pembentukan Badan Pembinaan Pelaksanaan Pedoman Pengha-yatan dan Pengamalan Pancasila.

Demikian pula peranan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagai penguasa tunggal dan administrator pembangunan serta administrator kemasyarakatan dalam penyelenggaraan berbagai urusan pemerintahan dan pembangunan di Daerah telah dimantapkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Dengan langkah-langkah ini koordinasi dan sinkronisasi kegiatan aparatur Peme-rintah Pusat di Daerah dan aparatur Pemerintah Daerah itu sendiri serta kegiatan seluruh masyarakat dapat dilakukan de-ngan lebih baik.

Usaha-usaha pendayagunaan aparatur Pemerintah Daerah juga meliputi peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan desa. Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan Desa telah dikeluarkan serangkaian Keputusan Men-teri Dalam Negeri, antara lain tentang Susunan dan Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Desa dan Lembaga Musyawarah Desa, peng-ambilan keputusan Desa, pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa serta perangkat lainnya, penyempurnaan susunan organisasi dan tata kerja Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyempurnaan wadah Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Dalam pada itu telah banyak upaya dilakukan untuk mening-katkan taraf hidup masyarakat desa melalui berbagai penyediaan pelayanan kebutuhan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pertanian, peningkatan keterampilan dan sebagainya. Salah satu keberhasilan ialah tercapainya tingkat produksi beras yang telah memenuhi kebutuhan dalam negeri sejak tahun 1984 dan berlangsung juga untuk tahun 1985. Pencapaian swasembada beras ini telah mendapat penghargaan tinggi dari Organisasi Pangan

XXII/9

Page 10:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Dunia dalam rangka peringatan 40 tahun badan dunia tersebut. Sukses tersebut adalah hasil dari berbagai faktor dan di anta-ranya yang penting ialah faktor-faktor intensifikasi dan bim-bingan terhadap aparat pedesaan, perkreditan serta irigasi, di samping juga kebijaksanaan Pemerintah dalam menjaga harga pupuk dan gabah.

Mengingat pentingnya pembangunan daerah dan desa dalam rangka pemerataan dan memperkuat daerah dan desa agar dapat terus berkembang serta sekaligus memperluas kesempatan kerja, maka dalam tahun kedua Repelita IV bantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah berdasarkan Instruksi Presiden telah mendapat kenaikan-kenaikan cukup berarti. Program bantuan tersebut yang lebih dikenal sebagai program/proyek Inpres meliputi :

a. Program Bantuan Pembangunan Desa dimaksudkan untuk merang-sang usaha yang produktif dengan jalan memanfaatkan potensi kegotong-royongan masyarakat pedesaan, yang mencakup pemba-ngunan prasarana produksi desa, prasarana perhubungan desa, prasarana pemasaran desa, dan sarana-sarana penunjang lainnya. Bantuan ini telah dinaikkan jumlahnya dari Rp 1.250.000,- menjadi Rp 1.350.000,- untuk setiap desa, ter-masuk di dalamnya untuk PKK sebesar Rp 250.000,-. Seluruh anggaran untuk Inpres Desa ini berjumlah lebih dari Rp 98,6 milyar;

b. Program Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat II dilak-sanakan sejak tahun kedua Repelita I dan dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi daerah dalam pelaksanaan pemban-gunan, memperbaiki prasarana ekonomi pedesaan, meningkatkan perekonomian daerah dan untuk memperluas lapangan kerja di masing-masing daerah. Jumlah bantuan untuk setiap Daerah Tingkat II ditetapkan berdasarkan jumlah penduduknya, dan untuk Daerah Tingkat II yang penduduknya sangat sedikit ditetapkan suatu jumlah minimum. Bantuan ini telah dinaik-kan jumlahnya dari Rp 1.150,- menjadi Rp 1.250,- setiap penduduk, sedangkan bantuan minimumnya dinaikkan dari Rp 160.000.000,- menjadi Rp 170.000.000,- untuk setiap Daerah Tingkat II. Anggaran yang tersedia untuk Inpres ini selu-ruhnya berjumlah lebih dari Rp 215,9 milyar;

c. Program Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat I dilak-sanakan sejak tahun pertama Repelita II sebagai pengganti bantuan yang didasarkan pada Alokasi Devisa Otomatis (ADO) dan dimaksudkan untuk mendorong usaha-usaha pembangunan di daerah serta menyerasikan laju perkembangan antar daerah.

XXII/10

Page 11:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Dana tersebut dibagi menjadi dua bagian. Pertama adalah bagian yang penggunaannya ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yaitu untuk penunjangan jalan dan jembatan, untuk pening-katan dan penyempurnaan irigasi dan untuk biaya eksploitasi dan pemeliharaan pengairan. Kedua adalah bagian lain yang penggunaannya diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kepentingan pembangunan daerah, antara lain untuk membangun proyek-proyek yang bersifat ekonomis produktif, pengembangan daerah minus, pembangunan perkota-an, pendayagunaan aparatur Pemerintah Desa, pembinaan gene-rasi muda, pembinaan golongan ekonomi lemah, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kegiatan lain yang diperlukan bagi pembangunan daerah yang bersangkutan. Dalam bantuan pembangunan kepada Daerah Tingkat 1 ini juga ditetapkan suatu jumlah minimum. Jumlah bantuan minimum ini telah dinaikkan dari Rp 9 milyar menjadi Rp 10 milyar, sedangkan bantuan maksimumnya dinaikkan dari Rp 11 milyar menjadi Rp 12 milyar. Seluruh anggaran yang disediakan untuk Inpres Dati I ini berjumlah Rp 280 milyar;

d. Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar yang dimaksudkan sebagai perluasan kesempatan belajar guna mempercepat ke-ikutsertaan anak usia 7 - 12 tahun pada pendidikan dasar dalam rangka mewujudkan kewajiban belajar. Bantuan biaya yang disediakan ialah Rp 617,0 milyar;

e. Program Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan dengan tujuan utama untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama penduduk pedesaan dan daerah perkotaan yang penduduknya berpenghasilan rendah. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehat- an rakyat dengan peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang lebih baik bagi masyarakat. Ban- tuan biaya yang disediakan ialah Rp 29.673,0 milyar;

f. Program Bantuan Penunjangan Jalan untuk penunjangan dan peningkatan jalan yang telah ada serta membangun jalan baru di daerah Kabupaten sehingga dapat merangsang usaha pening-katan produksi di daerah pedesaan serta memperlancar dis-tribusi dan pemasarannya. Seluruh anggaran tersedia Rp 87.469,0 milyar;

g. Program Bantuan Penghijauan dan Reboisasi yang bertujuan untuk mencegah kemerosotan produktivitas tanah dan air dan merupakan usaha rehabilitasi lahan kritis dalam daerah aliran sungai yang penting. Bantuan biaya yang disediakan

XXII/11

Page 12:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

berjumlah Rp 42.267,0 milyar;

Sejak tahun anggaran 1984/85, tidak seperti pada tahun-ta-hun sebelumnya, dasar hukum bagi penyelenggaraan program-pro-gram bantuan tersebut (berupa Instruksi Presiden), tidak lagi diperbaharui setiap tahunnya, melainkan cukup menunjuk pada Inpres No. 6 Tahun 1984.

3. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah

Pemerintah Daerah telah banyak dilibatkan dalam pelaksanaan berbagai kebijaksanaan seperti dalam peningkatan pelaksanaan perjanjian bagi hasil penggarapan tanah, inventarisasi tanah yang dikuasai oleh instansi-instansi vertikal, pencetakan areal pertanian, pelaksanaan catur tertib di bidang pertanahan, pe-ngembangan ekspor non migas, peningkatan peranan Koperasi Unit Desa, dan lain sebagainya. Dalam tahun anggaran 1985/86 Peme-rintah Daerah telah dilibatkan dalam pelaksanaan sistem perpa-jakan baru yang menghapus 7 jenis pajak, antara lain Ipeda, menjadi satu jenis, yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Dengan meningkatnya penerimaan PBB itu berarti meningkat pula peneri-maan Pemerintah Daerah, karena sebagian besar hasil PBB diberi-kan kepada daerah. Pemerintah Pusat memperoleh 10% dari hasil PBB, sedangkan sisanya, 16,2% untuk Pemerintah Daerah Tingkat I, 64,8% untuk Pemerintah Daerah Tingkat II dan 9% lagi untuk upah pungut PBB yang dilaksanakan oleh aparat Pemerintah Daerah sendiri. Di samping itu Pemerintah Daerah diturutsertakan dalam usaha peningkatan budidaya tambak ikan/udang melalui Proyek Tambak Inti Rakyat. Selanjutnya pelibatan Pemerintah Daerah diperlukan dalam Proyek Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) sebagai suatu pola pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan mempergunakan perkebunan besar sebagai inti yang memban-tu dan membimbing perkebunan rakyat di sekitarnya sebagai plas-ma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan. Demikian pula dalam kegiatan promosi pariwisata yang diseleng-garakan oleh instansi Pemerintah maupun swasta kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I diberi tugas untuk pembinaannya.

Berbagai usaha untuk meningkatkan hubungan antara aparatur Pemerintah Pusat dan Daerah juga secara terus-menerus dan sera-si dilakukan dalam kegiatan perencanaan pembangunan di daerah, baik sektoral maupun regional, khususnya dalam perencanaan operasional tahunan yang terkait dengan penyusunan RAPBN dan RAPBD. Atas dasar kebijaksanaan penerapan prinsip perencanaan dari bawah yang terkoordinasikan sesuai dengan ketentuan yang digariskan dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun

XXII/12

Page 13:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

1981 kepada jajaran peringkat Pemerintah Daerah tingkat I dan tingkat II di seluruh Indonesia dan Surat Edaran Bappenas No. 1979 Tahun 1981 maka sejak dalam diskusi di tingkat Kecamatan sampai diskusi dan konsultasi di tingkat Wilayah Pembangunan Utama disusun rencana terpadu oleh dinas-dinas Daerah bersama dengan instansi-instansi Pemerintah Pusat yang ada di Daerah. Dengan demikian perencanaan menjadi lebih rail dengan skala prioritas yang tepat serta terhindar dari kemungkinan merenca-nakan sesuatu yang tidak layak. Telah disadari bahwa setiap gerak langkah pembangunan di suatu daerah tidaklah berdiri sendiri, tapi Baling kait-mengkait dengan pembangunan di daerah lainnya dalam konteks keterpaduan secara nasional. Keterpaduan demikian tercermin dalam hasil Konsultasi Nasional Bappeda seluruh Indonesia yang diselenggarakan pada bulan Oktober yaitu menjelang waktu penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

4. Aparatur Perekonomian Negara

Dalam tahun kedua Repelita IV, telah ditingkatkan langkah-langkah penyempurnaan administrasi kebijaksanaan secara terpadu khususnya di bidang ekonomi, keuangan, dan perdagangan, yaitu terutama dengan dikeluarkannya beberapa Undang-undang Perpa-jakan Baru, penyederhanaan prosedur perdagangan, kepelabuhanan dan tata niaga; serta penyederhanaan prosedur perizinan pena-naman modal.

Dalam upaya meningkatkan penerimaan devisa, terutama dari ekspor komoditi non migas, Pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi berbagai hambatan yang menge-kang perekonomian guna mencegah terjadinya ekonomi biaya ting-gi. Untuk itu Pemerintah melalui Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1985 telah melancarkan debirokratisasi perdagangan, khususnya yang menyangkut arus barang guna menunjang kegiatan ekonomi dan perdagangan. Inpres No. 4 Tahun 1985 pada pokoknya bersasaran untuk menurunkan biaya produksi dengan menghilangkan biaya-biaya yang tidak perlu serta meningkatkan efisiensi pelayanan kepada dunia usaha sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan penerimaan Negara karena kemampuan pembayaran pajak dari perusahaan-perusahaan tersebut akan me-ningkat pula. Kebijaksanaan Pemerintah tersebut menyangkut penyederhanaan tatalaksana ekspor dan impor barang, pelayaran antar pulau, biaya angkutan laut, pengurusan barang dan doku-

XXII/13

Page 14:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

men, keagenan umum perusahaan pelayaran dan tatalaksana opera-sional pelabuhan.

Inpres No. 4 Tahun 1985 yang pada hakekatnya merupakan paket program nasional bersama dengan PP No. 1 Tahun 1982 tentang peningkatan ekspor non migas dan Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang penyederhanaan prosedur perizinan dan larangan dikenakannya pungutan yang tidak perlu dalam upaya meningkatkan daya saing produksi Indonesia di pasaran internasional, bertu-juan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan aparatur Pemerintah guna menggairahkan dunia usaha. Sebagai kelanjutan Inpres No. 4 Tahun 1985 Pemerintah secara serentak mengeluarkan 29 Keputus-an, 3 di antaranya merupakan Peraturan Pemerintah, 3 Keputusan Presiden, 1 Instruksi Presiden dan lain-lainnya merupakan kepu-tusan-keputusan para Menteri, yaitu Menteri-menteri Perhubung-an, Keuangan, Perdagangan serta Gubernur Bank Indonesia.

Sehubungan dengan itu Menteri Keuangan telah memberikan instruksi kepada Pimpinan Ditjen Bea dan Cukai, baik di Pusat maupun di Daerah, untuk mengambil langkah-langkah penertiban dan penyederhanaan tatacara penyelesaian dokumen dan barang impor dan ekspor, antara lain melalui penghapusan saluran yang tidak penting. Selain itu juga dengan jalan mempersingkat pe-nyelesaian dokumen pabean pada tingkat/eselon sebawah mungkin, setinggi-tingginya sampai kepada Kepala Bidang. Menteri Keuang-an juga menginstruksikan agar aparat pimpinan Ditjen Bea dan Cukai menghapus kewajiban-kewajiban sampingan yang tidak efek-tif. Bertalian dengan itu maka berdasarkan prosedur baru jalan-nya dokumen tidak akan bolak-balik, atau dengan perkataan lain suatu meja tidak akan dilalui dua kali atau lebih seperti yang berlaku sebelumnya, bahkan jumlah meja yang harus didatangipun dikurangi.

Berkenaan dengan itu Ditjen Bea dan Cukai telah mengadakan penyederhanaan tatalaksana penyelesaian dokumen pabean dengan menghapus mata rantai yang dipandang kurang penting dan dapat dirangkap oleh unit lain. Perlu diketahui bahwa Menteri Koordi-

nator Bidang EKUIN dan WASBANG telah diserahi tugas untuk pengendalian pelaksanaan ketentuan-ketentuan dalam Inpres ter-sebut.

Ditjen Bea dan Cukai telah dapat menyelesaikan rata-rata 200 buah dokumen Pemberitahuan Pemasukan Barang Untuk Dipakai (PPUD) sehari, sedangkan sebelum Inpres No. 4 Tahun 1985 jumlah PPUD yang masuk rata-rata 90 buah dan yang selesai dalam satu

XXII/14

Page 15:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

hari sangat kecil jumlahnya. Ini merupakan indikasi tercapainya maksud dan tujuan Inpres No. 4 Tahun 1985, yaitu kelancaran barang dan dokumen sudah tampak. Indikasi lainnya ialah banyak-nya barang impor dan ekspor yang dimuat atau dibongkar dari kapal tidak melalui gudang. Indikasi lain yang cukup menggembi-rakan adalah dapat ditekannya waktu tunggu kapal menjadi rata-rata dua jam sekali, sedangkan sebelum Inpres No. 4 Tahun 1985 waktu tunggu kapal adalah jauh lebih lama.

Pada tahun anggaran 1985/86 telah dikeluarkan Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan dua peraturan pelaksanaannya, yaitu PP No.6 Tahun 1985 tentang penetapan besarnya persentase nilai jual kena pajak pada PBB serta PP No. 47 Tahun 1985 tentang pembagian hasil penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Penerimaan PBB yang merupakan Jenis pajak baru sebagai pengganti pajak kekayaan dan iuran pembangunan daerah (Ipeda) dalam tahun 1986/87 direncanakan akan mencapai Rp 284 milyar, yaitu naik 47% dari tahun-tahun sebelumnya. Jenis pajak baru ini sekaligus ditujukan untuk menunjang pemerataan dan untuk meningkatkan pembangunan semua daerah, karena hasil PBB ini 90% diperuntuk-kan Pemerintah Daerah Tingkat I dan Tingkat II, sedangkan 10% merupakan pemasukan bagi penerimaan Negara. Dalam hubungan ini perlu dikemukakan bahwa dalam mengatur kembali penerimaan Nega-ra dari sektor pajak, Pemerintah akan mengatur lebih lanjut agar perpajakan daerah menjadi lebih sinkron dengan tatalaksana perpajakan baru.

Di samping itu, dalam tahun anggaran 1985/86 telah dilaku-kan pula berbagai langkah perpajakan lainnya, antara lain beru-pa pengampunan pajak yang telah berakhir pada 30 Juni 1985, dan dilaksanakannya Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai mulai 1 April 1985. Pelaksanaan undang-undang ini disertai pula dengan peningkatan penyuluhan dan penerangan perpajakan, peningkatan dan penyempurnaan pengawasan atas administrasi perpajakan, serta peningkatan keterampilan aparat perpajakan.

Dalam rangka penyempurnaan aparatur ekonomi negara yang di arahkan pula pada usaha untuk menciptakan iklim penanaman modal yang lebih baik dan mendorong minat para calon investor mena-namkan modalnya di Indonesia, maka BKPM mulai 1 April 1985 telah melakukan penyederhanaan prosedur perizinan. Persyaratan prosedur perizinan aplikasi yang harus dipenuhi para calon investor sebelumnya berjumlah sekitar 36 buah, kemudian pada bulan Oktober 1984 disederhanakan menjadi 15, dan pada bulan April 1985 disederhanakan lagi menjadi 14 persyaratan. Dengan

XXII/15

Page 16:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

April 1985 disederhanakan lagi menjadi 14 persyaratan. Dengan adanya langkah-langkah penyederhanaan tersebut diharapkan pe-ngurusan dan persetujuan perizinan penanaman modal dapat diper-mudah dan dipersingkat waktunya, sehingga dapat memberikan keleluasaan kepada para calon investor untuk mempersiapkan dan melaksanakan proyeknya dengan sebaik-baiknya. Tindakan ini juga akan mengurangi frekuensi hubungan pengusaha dengan BKPM dalam mengurus izin. Bersamaan dengan penyederhanaan izin tersebut BKPM membantu pengusaha memperoleh tanah dari Pemerintah Daerah melalui BKPM Daerah, di samping juga mengadakan kerjasama de-ngan Departemen Luar Negeri untuk meningkatkan promosi pena-

naman modal asing di Indonesia.

Pembinaan administrasi perusahaan-perusahaan Negara diarah-kan agar badan-badan usaha milik negara dapat bekerja atas dasar prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat dan efisien sehingga dapat lebih menguntungkan bagi Bangsa dan Negara, di samping dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta mampu menjadi pendorong kegiatan-kegiatan usaha produksi bagi swasta juga diharapkan dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bags penerimaan negara. Demikian pula perusahaan-perusa-haan Negara dituntut untuk turut aktif dalam melaksanakan dan menunjang pelaksanaan berbagai kebijaksanaan Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan dengan pelibatan secara langsung dalam pelaksanaan serangkaian kebijaksanaan Pemerintah di bi-dang ekonomi seperti Paket 1 April 1976 tentang penurunan atau penghapusan pajak-pajak ekspor, Kebijaksanaan 15 Nopember 1978 tentang usaha menggalakkan ekspor non migas, PP No.1 Tahun 1982 tentang pelaksanaan impor-ekspor dan lalu lintas devisa, Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang penyederhanaan perizinan serta Inpres No. 4 Tahun 1985 tentang tata laksana impor dan ekspor.

Pentingnya peranan badan-badan usaha milik Negara dapat dilihat dari besarnya penerimaan Negara sebagai hasil pajak perseroan badan-badan usaha milik Negara yang rata-rata seta-hun, sebagaimana terlihat dalam Tabel XXII-1, adalah sebesar 507 dari seluruh pajak perseroan yang diterima oleh Negara. Mengingat besarnya peranan tersebut maka Pemerintah secara terus-menerus melakukan berbagai usaha guna meningkatkan efek-tivitas dan efisiensi badan-badan usaha milik negara tersebut antara lain dengan menata kembali pola pembinaan dan pengawas-an, reorganisasi dalam bentuk penggabungan, pengalihan dari bentuk satu ke bentuk lainnya, penggantian pimpinan serta pe-ningkatan pengendalian. Demikian pula penerimaan badan-badan usaha milik Negara diusahakan dapat ditingkatkan melalui inten-sifikasi, penertiban dan pengawasan atas pungutan dan penyetor-

XXII/16

Page 17:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

TABEL XXII - 1

HASIL PAJAK DARI BADAN USAHA MILIK NEGARA,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

Repelita IV

1983/84 1984/85 1985/86

Pajak Perseroan 757,4 1.210,7 1.668,1Total

Pajak Perseroan/ 357,0 681,3 601,1Penghasilan BUMN

Penerimaan Non Tax 519,0 469,7 731,9

Dividen/BLP 171,2 265,7 625,0

Page 18:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

XXII/17

Page 19:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

annya sehingga dengan demikian diharapkan meningkat pula pema-sukan penerimaan Negara melalui laba perusahaan yang bersang-kutan. Diusahakan seterusnya agar badan usaha milik Negara dalam tahun 1986 harus sudah mempunyai administrasi pertang-gungjawaban yang lebih baik sehingga akan jelas berapa laba dan setoran pajak yang disumbangkan kepada Negara.

Angka-angka total aktiva, penjualan dan laba dapat dilihat pada Tabel XXII-2. Tabel tersebut perlu diberi catatan tentang tingkat laba tahun kedua Repelita IV yang berkurang dengan Rp. 216 milyar atau 8,2% dibanding dengan tingkat laba tahun perta-ma Repelita IV. Turunnya tingkat laba tersebut terutama dise-babkan oleh situasi perekonomian yang menyebabkan hasil penju-alan beberapa BUMN menurun. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pertanian, disusul sektor perindustrian dan sektor per-tambangan.

Perincian penerimaan Negara berupa dividen/bagian laba Pemerintah adalah sebagaimana disajikan pada Tabel XXII-3.

Dari data yang disebutkan di atas jelas terlihat bahwa BUMN mempunyai sumbangan cukup besar di dalam memacu roda pembangun-an nasional. Usaha peningkatan pembinaan dan pengawasan terha-dap BUMN terus memperoleh perhatian Pemerintah.

Sementara itu dalam tahun kedua Repelita IV dalam rangka pembinaan badan-badan usaha milik Negara telah dilakukan antara lain :

a. Pengaturan kembali Perum Pengembangan Keuangan Koperasi (PP No. 27 Tahun 1985);

b. Penyempurnaan organisasi Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (PP No. 30 Tahun 1985);

c. Penyertaan modal Negara ke dalam modal saham PT Indocement Tunggal Prakarsa (PP No. 32 Tahun 1985);

d. Pengalihan bentuk PN Perkebunan XXVIII menjadi Persero (PP No. 41 Tahun 1985);

e. Perluasan organisasi Perum Sang Hyang Seri (PP No. 44 Tahun 1985);

f. Pengalihan bentuk PN Penerbitan dan Pencetakan Balai Pusta-ka menjadi Perum (PP No. 48 Tahun 1985);

g. Penyertaan modal Negara untuk pendirian Persero dalam bi- dang usaha kawasan industri Cilacap (PP No. 3 Tahun 1986);

h. Penyertaan modal Negara untuk pendirian Persero dalam bidangusaha kawasan industri Ujung Pandang (PP No. 4 Tahun 1985);

XXII/18

Page 20:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

TABEL XXII - 2

. PERKEMBANGAN KEGIATAN BADAN USAHA MILIK NEGARA, 1983 – 1985 (dalam m i l y a r r up i a h )

R e p e l i t a IV

1983 1984 1985

T o ta l Aktiva 70.185 86.594 99.249

Pe n jua l an 20.891 26.487 28.669

Laba 2.296 2.642 2.426

XXII/19

Page 21:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

TABEL XXII - 3REALISASI PENERIMAAN NEGARA BERUPA DIVIDEN/BLP,

1983/84 - 1985/86(dalam milyar rupiah)

Repelita IV

Se k t o r 1983/84 1984/85 1985/86

1. Pertanian dan Kehutanan 11,3 25,2 37,9

2. Industri 27,7 24,2 48,7

3. Jasa Umum 39,4 33,4 58,2

4. Jasa Keuangan Non Bank 11,4 25,6 42,6

5. Perdagangan 0,4 0,5 0,5

6. Pertambangan 16,4 3,8 7,6

7. Perbankan 64,6 153,0 429,5

Jumlah : 171,2 265,7 625,0

XXII/20

Page 22:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

i. Pembentukan Perum Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (PP No. 8 Tahun 1986);

j. Perubahan nama Persero PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (Keppres No. 5 Tahun 1986).

Selanjutnya dalam hal pembukuan Pertamina, salah satu peru-sahaan Negara yang sangat vital, telah ditetapkan bahwa penge-luaran-pengeluarannya dapat diperiksa dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan norma-norma akuntansi. Dapat ditambahkan bahwa hutang pokok Pertamina termasuk kepada Bank Indonesia sebagai akibat krisis Pertamina tahun 1975 sebesar Rp 1,471 trilyun per 30 April 1985 telah dilunasi. Kemampuan Pertamina untuk melunasi hutang-hutangnya dan mengelola dana yang cukup besar serta memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada Negara adalah merupakan perwujudan dari tertib administrasi yang semakin baik.

Sampai tahun anggaran 1985/86 jumlah badan usaha milik Negara yang berkedudukan Persero, terdiri dari Persero tunggal 123 buah dan Persero patungan 33 buah. Sedang yang berstatus Perum 32 buah dan yang berstatus Perjan tetap 2 buah, yaitu Perjan Pegadaian dan Perjan Kereta Api. Kedua Perjan tersebut masing-masing di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri Departemen Keuangan dan Direktorat Jenderal Perhu-bungan Darat Departemen Perhubungan. Sedangkan yang mempunyai status khusus, karena pembentukannya didasarkan pada Undang-undang tersendiri berjumlah 9 buah, yaitu 8 Bank Pemerintah dan Pertamina. Yang belum dikonversikan ke dalam bentuk yang dite-tapkan dengan Undang-undang No. 9 Tahun 1969 tinggal 9 buah PN dan 7 buah PT lama. (Lihat Tabel XXII-4).

Pendayagunaan aparatur perekonomian negara juga meliputi penyertaan modal Pemerintah (PMP). Hal ini terus dilakukan sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah yang telah ditetapkan, yaitu di arahkan kepada usaha-usaha produktif yang penting. Selama tahun kedua Repelita IV telah dikeluarkan dana PMP sebesar Rp 412,3 milyar. Jumlah ini adalah lebih rendah dari dana PMP yang dikeluarkan pada akhir tahun Repelita III yang mencapai Rp 591,7 milyar, antara lain sehubungan dengan kebi-jaksanaan penajaman prioritas. Perincian tentang realisasi PMP per sektor dapat dilihat pada Tabel XXII-5.

Usaha pendayagunaan Aparatur Perekonomian juga terus di-tingkatkan di Daerah. Dalam usaha mendorong ekspor non migas maka dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 48 Tahun 1984

XXII/21

Page 23:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

TABEL XXII - 4

PERKEMBANGAN PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA MILIK NEGARA,Per 1 April 1986

XXII/22

Page 24:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

TABEL XXII - 5

PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA,1983/84 - 1985/86

(dalam milyar rupiah)

Repelita IV

S e k t o r 1983/84 1984/85 1985/86

1. Pertanian dan 10,0 12,6 -

2.

Kehutanan

Industri 250,7 145,0 301,6

3. Jasa Umum 49,6 50,6 46,0

4. Jasa Keuangan 67,9 71,8 10,9

5.

Non Bank

Pertambangan 128,1 19,1 5,7

6. Perbankan 65,2 15,4 13,5

7. Lain-lain 20,2 21,7 34,6

Jumlah : 591,7 336,2 412,3

XXII/23

Page 25:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

telah ditetapkan penghentian pelaksanaan pungutan oleh Pemerin-tah atas 11 jenis komoditi, di samping penghentian pelaksanaan pungutan-pungutan yang tidak diatur dan ditetapkan dengan Per-aturan Daerah serta penghentian pungutan-pungutan restribusi daerah yang tidak terdapat jasa dari Pemerintah Daerah. Selan-jutnya dalam rangka penggairahan penanaman modal di Daerah, dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 1984 telah ditetapkan tatacara penyediaan tanah dan pemberian izin bangun-an serta izin Undang-undang Gangguan untuk keperluan perusaha-an-perusahaan yang mengadakan penanaman modal di Daerah. Hal ini sesuai dengan Inpres No. 5 Tahun 1984 tentang Pedoman Penyederhanaan dan Pengendalian Perizinan di Bidang Usaha.

Dalam pada itu dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1985 telah ditetapkan tatacara pengendalian pencemaran yang ditimbulkan oleh proyek-proyek PMA/PMDN. Usaha pengendali-an pencemaran lingkungan hidup baik secara preventif maupun represif perlu dikelola oleh BKPM-D dari segi teknologisnya dan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II diselesaikan dampak sosialnya dengan membina masyarakat yang dirugikan de-ngan pemberian ganti rugi seadil-adilnya sehingga tidak menim-bulkan kerawanan sosial, tetapi masih dalam batas-batas pencip-taan iklim usaha yang menunjang pembangunan. Selanjutnya untuk menunjang peningkatan pembangunan pertanian maka dengan Per-aturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1985 telah ditetapkan prosedur yang lebih sederhana dan biaya yang ringan bagi pen-sertifikatan tanah untuk program dan proyek Departemen Perta-nian. Hal ini sangat diperlukan untuk mempertahankan keadaan swasembada beras serta usaha swasembada pangan lainnya. Keter-libatan Aparatur Pemerintah Daerah juga diperlukan dalam pe-ngembangan tanaman perkebunan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi (PIR-TRANS) sebagaimana ditentukan Dalam Inpres No. 1 Tahun 1986.

5. Pengawasan dan Penertiban Operasional

Pada tahun kedua Repelita IV pengawasan dan penertiban operasional semakin ditingkatkan sejalan dengan kelancaran gerakan efisiensi nasional, semakin meningkatnya pertumbuhan kehidupan konstitusinal dan demokrasi serta pemantapan stabili-tas nasional.

Peningkatan pendayagunaan aparatur Pemerintah selama tahun kedua Repelita IV dilakukan secara terus-menerus antara lain berupa pemeriksaan serta penindakan untuk membantu Departemen/ Lembaga serta Pemerintah Daerah dalam mengadakan penertiban di

XXII/24

Page 26:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

lingkungan masing-masing. Sebagai hasil penertiban yang telah dilancarkan sejak Operasi Tertib mulai bulan April 1979 sampai dengan Maret 1986 telah ditindak sebanyak 15.102 orang yang tersangkut dalam 11.637 kasus. Di antara yang ditindak terse-but, 14.466 orang dikenakan tindakan administratif, 621 orang dikenakan tindakan hukum, dan 15 orang dikenakan tindakan lain. Ikhtisar hasil operasi tertib periode April 1979 sampai dengan Maret 1986 dapat dilihat pada Tabel XXII - 6.

Di samping usaha penertiban dalam rangka Operasi Tertib serta penertiban yang dilakukan secara fungsional dan operasio-nal oleh atasan langsung terhadap bawahan, dalam tahun pertama dan kedua Repelita IV dilaksanakan pula operasi penertiban gabungan sebagai berikut :

a. Operasi Bima Jaya II, III dan IV dengan tujuan membantu Departemen Pekerjaan Umum cq. Direktorat Jenderal Bina Marga untuk membebaskan dan melancarkan pelaksanaan ganti rugi tanah dan bangunan yang terkena proyek jalan tol dan arteri serta jalan lingkar Jakarta di daerah Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Oknum yang terlibat meliputi 13 orang anggota ABRI, 46 orang pegawai negeri sipil dan 4 orang swasta, kesemuanya dikenakan tindakan disiplin maupun hu-kum.

b. Operasi Artha Reksa dengan tujuan membantu Departemen Keu-angan cq. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menertib-kan penyimpangan dalam realisasi Sertifikat Ekspor. Oknum yang terlibat meliputi 3 orang eksportir yang diajukan ke Pengadilan Negeri dan 31 orang pegawai negeri sipil yang dikenakan tindakan disiplin.

c. Operasi Pura Yaqsa dengan tujuan membantu Departemen Keha-kiman di dalam penertiban terhadap penyimpangan pengeluaran paspor RI. Oknum yang terlibat meliputi 249 orang pegawai negeri sipil dan 5 orang swasta, kesemuanya dikenakan tin-dakan disiplin maupun hukum.

d. Operasi Tanah Kalimantan Selatan dengan tujuan membantu Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam Negeri dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan untuk menertibkan adanya sertifikat-sertifikat tanah yang menca-kup tanah Negara yang perolehannya adalah di luar prosedur yang berlaku. Kasus ini melibatkan 29 oknum pegawai negeri, 3 orang diantaranya diajukan ke Pengadilan Negeri sedangkan lainnya dikenakan tindakan disiplin.

XXII/25

Page 27:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan
Page 28:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

XXII/26

Page 29:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

e. Operasi Kasus Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan Kese-hatan (BPDPK) dengan tujuan membantu Departemen Kesehatan untuk melakukan penertiban terhadap manipulasi dalam admi-nistrasi keuangan BPDPK/Asuransi Kesehatan Pegawai. Oknum yang terlibat meliputi seorang anggota ABRI, 19 orang pegawai negeri sipil dan 2 orang swasta yang dikenakan tindakan disiplin dan administrasi.

f. Operasi Kasus LBN/LIPI Bogor untuk menertibkan penyeleweng-an dalam pengelolaan keuangan lembaga tersebut. Kasus ini melibatkan 15 orang pegawai negeri sipil dan 2 orang swasta yang masing-masing dikenakan tindakan disiplin dan sanksi administratif.

g. Operasi Kasus Pembebasan Tanah Kalideres dengan tujuan mem-bantu Departemen Keuangan dan Gubernur/KDKI Jakarta guna pemeriksaan adanya manipulasi harga tanah guna pembangunan pool bis kota di Kalideres. Oknum yang terlibat meliputi 15 orang pegawai negeri sipil dan seorang swasta yang dikena-kan tindakan disiplin dan administrasi.

h. Operasi Kasus Pembangunan Gedung Puskesmas Cianjur dengan tujuan membantu Departemen Penerangan untuk mengungkapkan adanya manipulasi harga tanah. Oknum yang terlibat adalah sebanyak 17 orang yang dikenakan tindakan disiplin.

i. Operasi Kasus Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara dengan tujuan membantu Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Utara untuk melakukan pemeriksaan terhadap adanya manipula-si pemungutan pajak (BBN) kendaraan bermotor yang melibat-kan seorang anggota ABRI dan 13 orang pegawai negeri sipil. Terhadap oknum-oknum tersebut dikenakan tindakan disiplin.

Dalam pada itu operasi-operasi untuk menangani bermacam kasus tetap dijalankan secara rutin baik oleh staf Inspektorat Jenderal Departemen maupun oleh Inspektorat Wilayah Propinsi.

Seterusnya sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran MENPAN No. 07/SE/MENPAN/1980 serta sesuai dengan Surat Edaran Kepala BAKN No. 10/SE/1981 tentang penertiban terhadap pemilikan dan penggunaan ijazah palsu serta ijazah asli tetapi palsu untuk kepentingan karier kepegawaian, sampai dengan akhir bulan Maret 1986 telah ditindak sebanyak 583 orang pegawai dalam lingkungan Departemen/Lembaga dengan perincian 98 orang tingkat sarjana, 59 orang tingkat sarjana muda dan 426 orang tingkat sekolah lanjutan tingkat atas ke bawah. Sedangkan yang masih dalam

XXII/27

Page 30:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

proses penelitian meliputi 2.029 orang pemilik ijazah sebagai-mana dimaksud di atas.

Dalam hubungan dengan penertiban-penertiban tersebut maka berdasarkan Inpres No. 14 Tahun 1981 tentang Penyelenggaraan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih pada setiap tanggal 17 di semua instansi Pemerintah telah ditetapkan kebijaksanaan agar para Menteri/Ketua Lembaga atau pejabat eselon I yang ditunjuk sebagai inspektur upacara pada kesempatan tersebut dapat antara lain mengumumkan tindakan-tindakan atau langkah-langkah penertiban yang telah diambil dalam lingkungan masing-masing. Hasil-hasil dari usaha ini tampak pada Tabel XXII-7. Di samping langkah-langkah tersebut, dilakukan juga pengumuman tentang hal-hal yang baik atau positif seperti penghargaan yang diberikan kepada yang berprestasi. Pengumunan tersebut tidak lain dimaksudkan sebagai langkah edukatif agar aparatur Peme-rintah berbuat semakin tertib, berdisiplin dan makin berpresta-si.

6. Penyempurnaan Di Bidang Kepegawaian

Peningkatan pembinaan pegawai negeri sipil atas dasar kese-rasian sistem karier dan sistem prestasi kerja secara berencana dan terarah terus dilakukan dalam tahun kedua Repelita IV. Tujuannya adalah agar segenap pegawai negeri mempunyai kesetia-an dan ketaatan yang penuh kepada cita-cita perjuangan Bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta bersatu-padu, bermental baik, berwibawa, berdayaguna, bersih, berkecakapan tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat dalam menjalankan tugas pemerintahan dan pembangunan.

Usaha ini merupakan kelanjutan dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sejak pemerintahan Orde Baru. Dalam tahun kedua Repelita IV usaha-usaha pembinaan meliputi : (a) penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian; (b) penyem-purnaan dasar-dasar penyusunan formasi pegawai; (c) pengadaan dan pengangkatan pegawai serta penyelesaian kepangkatan; (d) penetapan angka kredit bagi jabatan fungsional; (e) penyusunan jenjang pangkat jabatan pimpinan pada proyek Pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara; (f) komputerisasi dan penyempurnaan tata usaha kepegawaian; (g) peningkatan disiplin pegawai; (h) peningkatan kemampuan manajemen para pejabat, peningkatan kete-rampilan dan produktivitas kerja, kemudian (i) penataran pelak-sanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

XXII/28

Page 31:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan
Page 32:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Dengan berbagai peningkatan pembinaan di atas diharapkan akan mendorong pegawai negeri untuk bekerja dengan lebih pro-duktif, tertib dan teratur sehingga pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dapat terselenggara dengan lebih lancar.

a. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian

Sebagai lanjutan usaha untuk lebih memantapkan pembinaan pegawai negeri maka sampai dengan tahun kedua Repelita IV telah ditetapkan peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan UU No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, yaitu 90 buah Peraturan Pemerintah dan 79 buah Keputusan Presiden. Peraturan perundang-undangan yang penting dalam periode 1984/85 dan 1985/86 di antaranya dapat dilihat pada Tabel XXII-8.

b. Penyempurnaan dasar-dasar penyusunan formasi

Dalam tahun kedua Repelita IV telah disusun formasi pegawai negeri sipil Kecamatan sebagaimana ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 62 dan No. 63 Tahun 1985. Unsur-unsur yang menentukan Kecamatan termasuk dalam salah satu tipe dari 5 tipe formasi Kecamatan ialah jumlah penduduk, jumlah desa/kelurahan, luas wilayah serta keadaan komunikasi fisik. Untuk tahun 1985/86 telah ditetapkan penambahan pegawai negeri sipil untuk kecamatan seluruh Indonesia sebanyak 22.739 orang.

c. Pengadaan, pengangkatan dan penyelesaian kepangkatan

Dalam tahun-tahun terakhir ini penambahan pegawai negeri sipil mengutamakan tenaga pendidik serta tenaga kesehatan tanpa mengesampingkan kebutuhan pada sektor-sektor lainnya. Hal ini didasarkan pada kebijaksanaan Pemerintah untuk pemerataan ke-sempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. Dalam tahun anggaran 1985/86 pengangkatan calon pegawai negeri sipil meliputi jumlah 284.699 orang. Perbandingan pengangkatan calon pegawai negeri sipil (CPNS) antara tahun kelima Repelita III dengan tahun pertama dan kedua Repelita IV masing-masing adalah sebagai berikut; 204.972 orang dalam tahun 1983/84, 193.566 orang dalam tahun 1984/85, dan 284.699 orang dalam tahun 1985/86.

Mengenai kenaikan pangkat dapat dikemukakan bahwa dalam tahun anggaran 1985/86 jumlah pegawai negeri yang bekerja pada

XXII/30

Page 33:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan
Page 34:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Departemen/Lembaga/Daerah Otonom yang mendapat kenaikan pangkat berjumlah 492.953 orang. Jumlah pegawai negeri yang mengalami kenaikan pangkat dalam tahun kelima Repelita III, tahun pertama dan kedua Repelita IV masing-masing adalah 265.733 orang dalam tahun 1983/84, 587.487 orang dalam tahun 1984/85 (termasuk kenaikan pangkat guru, tenaga medis dan para medis sebanyak 294.286 orang), dan 492.953 orang dalam tahun 1985/86 (termasuk kenaikan pangkat guru, penilik, pengawas, tenaga medis dan para medis sebanyak 274.000 orang).

Untuk memperlancar proses kenaikan pangkat bagi pegawai negeri yang menjabat sebagai guru/guru agama/penjaga sekolah/ penilik dan pengawas pada TK/Raudlatul Afdal, SD/Madrasah Ibti-daiyah, SMTP/Madrasah Tsanawiyah, SMTA/Madrasah Aliyah serta tenaga medis dan paramedic pada unit-unit pelayanan kesehatan, maka kepada BAKN telah diberi wewenang untuk menyelesaikan kenaikan pangkat terhitung mulai 1 April 1984 dan seterusnya. Sebagai pelaksanaan dari wewenang tersebut maka BAKN telah me-nyelesaikan kenaikan pangkat bagi pegawai negeri tersebut seba-nyak 274.000 orang.

d. Penetapan angka kredit bagi jabatan fungsional

Pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional didasarkan pada persyaratan yang berlaku bagi pegawai negeri lainnya serta kriteria atau angka kredit yang ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara setelah mendengar pertim-bangan Kepala BAKN berdasarkan pasal 12 PP No. 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil. Sehu-bungan dengan itu untuk menggairahkan pegawai negeri dalam melaksanakan tugas fungsionalnya maka sejak tahun 1982/83 telah disusun rancangan keputusan Menpan tentang angka kredit dari berbagai jabatan fungsional.

Sampai tahun anggaran 1985/86 yang telah ditetapkan adalah angka kredit bagi jabatan Peneliti dengan Keputusan Menpan No. 01 Tahun 1983, angka kredit bagi Jabatan Widyaiswara dengan Keputusan Menpan No. 68 Tahun 1985 dan angka kredit bagi Jabat-an Penyuluh Pertanian (Keputusan Menpan No. 73 Tahun 1985).

e. Penyusunan jenjang pangkat jabatan pimpinan pada proyek Pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara

Berdasarkan pasal 30 PP No. 3 Tahun 1980 tentang Pengang-katan Dalam Pangkat Pegawai Negeri. Sipil ditentukan bahwa Men-teri Pendayagunaan Aparatur Negara menetapkan jenjang pangkat

XXII/32

Page 35:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

jabatan pimpinan pada proyek Pemerintah, perusahaan milik Nega-ra, organisasi profesi dan badan swasta setelah mendengar per-timbangan Kepala BAKN.

Sebagai pelaksanaan ketentuan tersebut telah diterbitkan Keputusan Menpan No. 52 Tahun 1982 yang menetapkan jenjang pangkat jabatan pimpinan pada proyek-proyek Pemerintah yang dipandang vital dan menuntut tanggung jawab besar dari pimpin-annya. Jenjang pangkat jabatan pimpinan telah ditetapkan dalam tahun 1984/85 pada 4 proyek di lingkungan Departemen Perhubungan dan 1 proyek di lingkungan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, sedangkan dalam tahun 1985/86 pada 12 proyek di lingkungan Departemen Pertambangan dan Energi, 1 proyek di lingkungan Departemen Pertanian serta 16 proyek di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menpan No. 66 Tahun 1984 telah disusun rancangan keputusan tentang jenjang pangkat ja-batan pimpinan pada 4 Perum Pelabuhan di lingkungan Departemen Perhubungan dan Perum Perhutani di lingkungan Departemen Kehu-tanan.

Penyelesaian usul penetapan jenjang pangkat jabatan, baik pada proyek Pemerintah maupun pada BUMN serta BUMD terus dila-kukan.

f. Penyempurnaan tata usaha kepegawaian dan komputerisasi

Tata usaha kepegawaian yang tersusun dan terpelihara baik sangat diperlukan karena adanya data kepegawaian yang lengkap, dapat dipercaya dan mudah ditemukan kembali merupakan sarana penting bagi peningkatan pembinaan pegawai negeri atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja. Dalam rangka penyem-purnaan tata usaha kepegawaian maka bersamaan waktu dengan diterbitkannya UU No. 8 tentang Pokok-pokok Kepegawaian pada tahun 1974 Pemerintah telah mengadakan Pendaftaran Ulang Pega-wai Negeri Sipil untuk mendapatkan data kepegawaian yang leng-kap dan dapat dipercaya agar dapat digunakan sebagai landasan bagi pembinaan pegawai secara tertib dan teratur. Sejak itu maka setiap mutasi kepegawaian yang mengakibatkan perubahan data kepegawaian dicatat dengan teliti.

Untuk penyusunan tata usaha kepegawaian yang tertib dan teratur, maka telah dilakukan kegiatan-kegiatan antara lain penetapan Nomor Induk Pegawai (NIP), pemberian Kartu Pegawai (Karpeg), perekaman data setiap pegawai negeri berikut perkem-

XXII/33

Page 36:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

bangannya ke dalam pita magnetik, penyusunan berkas pegawai negeri pada almari khusus yang dipergunakan untuk itu, penyu-sunan nama-nama pegawai negeri menurut abjad dan pemberian Kartu Isteri/Kartu Suami pegawai negeri (Karis/Karsu).

Untuk, dapat meningkatkan pelayanan administrasi berhubung dengan meningkatnya beban tugas BAKN yang harus diselesaikan secara cepat dan tepat, maka perangkat komputer berupa terminal yang dipasang pada tahun 1983, pada akhir tahun anggaran 1985/86 telah ditingkatkan. menjadi komputer secara lengkap dengan central,. processing unit (CPU). Sejalan dengan program komputerisasi itu BAKN telah mengadakan seleksi secara bertahap untuk memperoleh pegawai terdidik baik sebagai tenaga operator, programmer maupun tenaga analis.

g. Peningkatan disiplin pegawai

PP No. 30 Tahun 1980 pada pokoknya menetapkan kewajiban dan larangan bagi pegawai negeri serta sanksi apabila kewajiban tidak ditaati dan larangan dilanggar. Terdapat 26 kewajiban dan 18 larangan serta 3 tingkatan sanksi yang berupa hukuman disip-lin ringan, sedang dan berat. PP No. 30 inilah yang digunakan Pemerintah sebagai dasar penindakan terhadap pegawai negeri yang tidak taat kepada peraturan disiplin tersebut.

Untuk menyelesaikan keberatan pegawai negeri yang dijatuhi hukuman disiplin, maka dengan Keppres No. 67 Tahun 1980 telah dibentuk Badan Pertimbangan Kepegawaian. Badan ini diketuai oleh Menpan dan Kepala BAKN sebagai sekretaris. Anggota-anggo-tanya adalah Sekretaris Kabinet, Direktur Jenderal Pembinaan Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman, Jaksa Agung Muda Bidang Pembinaan, Direktur Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri dan Ketua Pengurus Kor-pri Pusat.

Dalam tahun anggaran 1985/86 Badan Pertimbangan Kepega-waian telah memeriksa dan mengambil keputusan serta memberikan pertimbangan atas 201 keberatan yang diajukan oleh pegawai negeri. Sejak pembentukannya sampai dengan akhir Maret 1986 Badan tersebut telah menyelesaikan 516 keberatan.

h. Peningkatan kemampuan manajemen, keterampilan teknis dan produktivitas kerja pegawai

Dalam tahun kedua Repelita IV latihan pra jabatan yang diselenggarakan berdasarkan Keppres No. 30 Tahun 1981 dan Pedo-

XXII/34

Page 37:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

man Pelaksanaan yang dibuat LAN, dan BAKN serta Ditjen Anggar-an, telah diikuti oleh 49.653 orang calon pegawai yang terdi- ri dari tingkat I 7.600, tingkat II 41.005 dan tingkat III 968 orang. Latihan pra jabatan dimaksudkan untuk memberikan orien-tasi kepada calon pegawai negeri agar dalam kedudukannya seba-gai pegawai negeri mengerti dan menghayati kewajiban-kewajiban-nya.

Pendidikan dan latihan pegawai negeri sesudah memegang jabatan (dalam jabatan) mencakup antara lain pendidikan dan latihan penjenjangan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan pega-wai agar mampu menduduki jabatan struktural yang lebih tinggi. Program pendidikan dan latihan penjenjangan yang terutama ialah Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi (SESPA). Ini adalah program pendidikan dan latihan administrasi tingkat atas yang bersifat regular untuk pegawai negeri yang memegang jabatan penting dalam aparatur Pemerintah. Tujuan-tujuan penting SESPA ialah memperluas cakrawala pandangan, membina kesatuan bahasa, kesatuan sikap, dan kesatuan pola berpikir di kalangan pejabat pimpinan sehingga terwujud kelancaran jalannya pemerintahan dan pembangunan.

Sejak tahun 1984/85 telah diselenggarakan SESPA Nasional (SESPANAS) yang mengarah kepada penyelenggaraan satu SESPA oleh LAN sendiri untuk seluruh Departemen dan instansi Pemerintah lainnya. Kurikulum SESPANAS lebih menitikberatkan pada masalah-masalah kebijaksanaan dan manajemen pembangunan yang bersifat lintas sektoral dan antar Departemen/Lembaga. Dalam tahun kedua Repelita IV telah selesai diselenggarakan 3 angkatan SESPANAS dengan jumlah 141 orang lulusan. Di samping itu masih diseleng-garakan SESPA oleh Departemen-departemen dengan tetap dikoordi-nasikan oleh LAN. Dapat dikemukakan bahwa dalam masa Repelita jumlah alumni SESPA adalah sebanyak 4.878 orang, yaitu dalam Repelita I 681 orang, Repelita II 2.075 orang dan Repelita III 1.835 orang, dalam tahun pertama dan kedua Repelita IV masing-masing 287 dan 389 orang. Hasil penyelenggaraan SESPA sampai tahun kedua Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XXII-9.

Pendidikan dan latihan penjenjangan lainnya adalah Sekolah-sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Dasar (SEPADA), Tingkat Lanjutan (SEPALA) serta Tingkat Madya (SEPADYA) yang penyeleng-garaannya didesentralisasikan kepada Departemen/Lembaga ma- sing-masing berdasarkan pedoman dan koordinasi LAN. Jumlah lulusan SEPADA, SEPALA dan SEPADYA selama tahun kedua Repelita IV adalah masing-masing 1.576 orang, 3.018 orang dan 867 orang lulusan.

XXII/

Page 38:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan
Page 39:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Perlu dikemukakan kembali di sini adanya Program Perencanaan Nasional (PPN) sebagai salah satu jenis pendidikan dan la-tihan untuk memberikan keterampilan dalam perencanaan nasional, sektoral, regional dan proyek-proyek pembangunan. Kursus PPN ini terdiri dari dua program, yaitu program jangka panjang dan program jangka pendek. Program jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para perencana pada instansi-instansi penting Pemerintah baik di Pusat maupun Daerah. Melalui kursus ini diharapkan agar peserta dapat menghayati hakekat dan permasalahan pembangunan Indonesia, dan dapat mengembangkan kemampuannya di dalam perumusan dan pelaksanaan kebijaksanaan, rencana, program dan proyek pembangunan melalui penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengenai berbagai teknik dan manajemen pembangunan yang diperlukan. Adapun jumlah peserta Kursus PPN sejak tahun 1983 sampai dengan tahun 1985 adalah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel XXII-10.

Selanjutnya berbagai program pendidikan dan latihan lainnya adalah berupa pendidikan dan latihan teknik dan manajemen pembangunan pada bidang-bidang tertentu misalnya manajemen rumah sakit, transmigrasi, kependudukan, manajemen proyek dan sebagainya.

Di samping program-program pendidikan dan latihan jangka pendek, kesempatan juga tersedia bagi pegawai negeri untuk mengikuti program pendidikan kesarjanaan yang diselenggarakan oleh instansi di luar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seperti Institut Ilmu Pemerintahan (Departemen Dalam Negeri), Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (LAN) dan Sekolah Tinggi Akutansi Negara (Departemen Keuangan). Dewasa ini sedang dilakukan penelitian dan pemikiran mengenai kemungkinan mengembangkan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi menjadi Institut Ilmu Administrasi.

Sebagai pelengkap dari semua ini maka sehubungan dengan makin banyaknya tenaga ahli yang diperlukan untuk mempercepat laju pembangunan telah ditugasbelajarkan para pegawai negeri yang potensial pada program-program pasca sarjana S-2 dan S-3 di perguruan-perguruan tinggi di dalam negeri maupun luar nege-ri.

i. Penyelenggaraan penataran pelaksanaan Pedoman Penghayat-an dan Pengamalan Pancasila (P-4)

Penataran telah dilaksanakan secara bertingkat dan serta-hap. Jumlah pegawai negeri yang telah mengikuti penataran P-4

XXII/37

Page 40:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

TABEL XXII - 1O

JUMLAH PESERTA KURSUS—KURSUSPROGRAM PERENCANAAN NASIONAL,

1983 — 1985

Kursus Perencanaan Kursus Perencanaan Kursus PerencanaanTahun Jangka Panjang Proyek2 Pembangunan Proyek2 Pertanian Kursus Perencanaan

dan Agro Industri Proyek2 Transportasi

Angkatan Peserta Angkatan Peserta Angkatan Peserta Angkatan Peserta

1983 XII 37 XI 29 IX 29 V 32

1984 XIII 37 XII 32 X 29 VI 29

1985 XIV 38 XIII 29 XI 32 VII 34

XXII/38

Page 41:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

sejak dimulainya pada tahun 1979/80 sampai dengan bulan Maret 1986 berjumlah 3.222.058 orang dengan perincian sebagai berikut- Tipe A sebanyak 379.355 orang;- Tipe B sebanyak 1.501.538 orang; dan- Tipe C sebanyak 1.341.165 orang.

Perlu dikemukakan bahwa dengan mulai dilaksanakannya latih-an pra jabatan berdasarkan Keppres No. 30 Tahun 1981, maka pegawai negeri yang telah mengikuti latihan pra jabatan terse-but tidak perlu mengikuti penataran P-4 lagi mengingat dalam kurikulum latihan pra jabatan tersebut telah tercakup penataran P-4.

Dalam tahun kedua Repelita IV sebagai lanjutan usaha pada tahun-tahun sebelumnya, BP-7 telah melakukan berbagai langkah dan kebijaksanaan penting antara lain memperluas jangkauan, seperti penataran mahasiswa baru, pemberian penghargaan kepada Kepala Daerah yang berjasa dalam pembinaan BP-7 Daerah Tingkat I dan II, penyelenggaraan lomba desa pelopor P-4, penyelengga-raan forum komunikasi dan konsultasi bagi pejabat BP-7 Pusat dan Daerah baik Tingkat I maupun Tingkat II untuk menilai hasil pelaksanaan serta menyusun program pemasyarakatan P-4 serta penertiban majalah Mimbar BP-7 sebagai forum komunikasi antara manggala, penatar dan masyarakat.

Akhirnya dapat dikemukakan bahwa sampai dengan akhir tahun anggaran 1985/86 telah diselenggarakan 59 kali penataran ting-kat Nasional, 19 kali penataran Pemuda, 6 kali penataran Alim ulama, 18 kali penataran pelatih inti simulasi, 31 kali pena-taran Fasilator, 92 kali penyegaran penataran di daerah,13 kali penyegaran Fasilator dan pelatihan inti simulasi P-4, 13kali penataran luar negeri, 4 kali penataran kewaspadaan nasio-nal dan 98 kali penataran bagi organisasi kemasyarakatan (Or-mas).

7. Penyempurnaan Administrasi Bidang-bidang lain

Kegiatan-kegiatan dalam rangka usaha pembinaan dan pengem-bangan kearsipan, baik statis maupun dinamis, terus ditingkat-kan pada tahun kedua Repelita IV untuk mendukung sistem infor-masi di tiap badan-badan pemerintahan di tingkat Pusat maupun Daerah sehingga dapat berfungsi sebagai pusat informasi menge-nai segala permasalahan pemerintahan dan pembangunan. Pada tahun pertama Repelita IV kegiatan pembinaan kearsipan dinamis mulai ditujukan kepada lingkungan perbankan Pemerintah serta BUMN dan pada tahun kedua kegiatan tersebut terus diperluas.

XXII/

Page 42:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Pada akhir tahun 1985/86 telah tercatat 10 BUMN dan Perbankan yang telah menerapkan sistem kearsipan sebagai dipolakan oleh Arsip Nasional.

Di samping itu pada tahun kedua Repelita IV dilanjutkan pula usaha pemantapan penerapan sistem kearsipan pada instansi-instansi tingkat Pusat dan Daerah baik melalui bimbingan secara langsung maupun melalui pemantauan. Dapat dikemukakan di sini bahwa 27 Propinsi telah menerapkan sistem kearsipan sebagaimana telah dianjurkan oleh Arsip Nasional.

Selain bidang arsip dinamis aktif, pada tahun kedua Repeli-ta IV ditingkatkan pula penanganan arsip dinamis inaktif, yaitu arsip-arsip yang frekuensi penggunaannya sudah berkurang. Seja-lan dengan kegiatan penanganan arsip inaktif maka dewasa ini sedang disusun pedoman bagi penyusutan arsip, khususnya pedoman untuk penyusunan jadwal retensi arsip sebagaimana digariskan dalam PP No. 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip.

Program kerja Arsip Nasional di bidang pengembangan arsip statis antara lain ialah penyediaan prasarana penyimpanan ar-sip-arsip statis berupa depot arsip lengkap dengan segala per-alatannya. Pada waktu ini Arsip Nasional memiliki 3 depot arsip masing-masing terdiri dari bangunan bertingkat 4, 8 dan 10 yang diperhitungkan dapat menampung arsip sebanyak lebih kurang 19.000 ml (meter lari) dan diperuntukkan bukan saja untuk penyimpanan arsip dalam bentuk tekstual (tulisan) tetapi juga arsip-arsip pandang-dengar (audio-visual) seperti arsip film, foto, rekaman dan lain sebagainya. Selain itu telah dibangun pula ruangan-ruangan untuk keperluan kegiatan pengolahan arsip, restorasi arsip, reprografi, mikrofilm, laboratorium dan lain sebagainya selain juga ruangan untuk perkantoran. Pada tahun kedua Repelita IV telah dilanjutkan pembangunan depot arsip 8 lantai yang dimaksudkan untuk menyimpan arsip-arsip pindahan dari depot jalan Gajah Mada. Pada tahun kedua Repelita IV telah dapat diselesaikan pula pembangunan kantor dan depot arsip dari Perwakilan Arsip Nasional di Sulawesi Selatan (Ujung Pandang).

Dengan tersedianya depot-depot arsip tersebut kegiatan di bidang kearsipan statis semakin meningkat. Dalam waktu yang relatif singkat koleksi arsip film telah berkembang cepat dan kini mencapai jumlah 27.919 rol film berukuran 16 dan 35 mm, di mana di antaranya 11.282 rol diterima pada tahun kedua Repelita IV. Demikian koleksi arsip foto telah mencapai lebih dari 1.500.000 eksemplar.

XXII/4O

Page 43:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

D SISTEM PERENCANAAN, PEMBIAYAAN, PENGENDALIAN PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN KEUANGAN NEGARA

1. Administrasi Perencanaan Tahunan

Dalam tahun anggaran 1985/86 administrasi perencanaan ta-hunan telah mengalami berbagai perbaikan, terutama dalam hal perencanaan proyek-proyek. Perencanaan proyek tersebut penyu-sunannya didasarkan pada pokok-pokok petunjuk Presiden dalam Sidang Kabinet Paripurna tanggal 29 Desember 1984 yang kemudian diperinci lebih lanjut dalam surat Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas tanggal 19 Januari 1985. Petunjuk tersebut pada pokoknya menegaskan perlu-nya penajaman prioritas dan penghematan; tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan sehingga dana yang tersedia benar-benar mencapai sasaran. Di antara langkah-langkah penajaman dan penghematan itu, seperti pada tahun sebelumnya, ialah tidak diperkenankannya pembangunan gedung kantor baru dan perumahan dinas, pembelian kendaraan dinas serta pembatasan frekuensi perjalanan dinas, rapat-rapat kerja, seminar, lokakarya, widyakarya dan sejenisnya. Demikian pula tidak dibenarkan untuk mengumpulkan kegiatan proyek yang sama dan atau sejenis yang lokasinya tersebar di berbagai daerah dan memusatkannya dalam satu DIP karena hal tersebut akan mengakibatkan biaya overhead proyek menjadi besar. Juga beberapa proyek yang dalam tahun 1984/85 masing-masing berdiri sendiri dan dibiayai melalui beberapa DIP, padahal dalam kenya-taannya mempunyai satu sasaran dalam satu program, perlu diin-tegrasikan sehingga beberapa DIP untuk proyek tersebut dapat disederhanakan menjadi satu DIP.

Proyek-proyek pembangunan tetap dituangkan dalam Daftar Isian Proyek (DIP) yang terdiri dari 3 halaman. Walaupun DIP hanya memuat kegiatan-kegiatan pokok yang akan dilaksanakan beserta penyediaan biayanya, namun cukup terarah dan mempertim-bangkan segi pengawasan karena di samping DIP ada Lembaran Kerja (LK) yang berisikan uraian pengeluaran yang dijadikan dasar penilaian bagi pemberian persetujuan oleh Bappenas dan Ditjen Anggaran. LK ini hanya diperlukan untuk rancangan DIP dan tidak merupakan bagian dari DIP yang final. Di samping itu untuk mempermudah dan memperlancar pelaksanaan proyek, DIP sekaligus diberlakukan sebagai Surat Keputusan Otorisasi (SKO).

Program kerja proyek untuk mencapai hasil tertentu dalam waktu satu tahun secara lebih jelas dan terperinci termuat dalam Petunjuk Operasional (P0) yang merupakan dokumen yang

XXII/41

Page 44:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

tidak terpisahkan dari DIP bersangkutan. PO yang merupakan uraian lebih lanjut dari DIP diterbitkan oleh Direktur Jenderal atau pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga, berisi petunjuk umum dan khusus yang perlu diperhatikan oleh Pemimpin Proyek dalam pelaksanaan proyeknya. PO juga berfungsi sebagai sarana pengawasan terhadap pelaksanaan proyek bersangkutan, baik yang dilakukan oleh aparat pengawasan fungsional maupun pengawasan melekat yang dilakukan oleh atasan langsung dalam Departemen/ Lembaga yang bersangkutan.

Perbaikan koordinasi perencanaan proyek dalam suatu paket program memperoleh perhatian. Misalnya koordinasi antara hu-bungan DIP Bimas dengan DIP Koperasi, DIP Perdagangan, DIP Pengairan dan sebagainya, hubungan DIP Peningkatan Keselamatan Lalu Lintas Departemen Perhubungan dengan DIP Jalan dan Jembat-an Departemen Pekerjaan Umum; hubungan proyek Reboisasi/Penghi-jauan (Inpres) dengan Proyek Pengamanan Daerah Aliran Sungai; hubungan proyek Pusat Latihan Kerja Departemen Tenaga Kerja dengan proyek Pendidikan Masyarakat/Pendidikan Non Formal De-partemen Pendidikan dan Kebudayaan; hubungan proyek Resettle-ment Departemen Dalam Negeri dengan proyek serupa yang dise-lenggarakan oleh Departemen Sosial dan seterusnya. Tujuan dari semua ini ialah supaya penyediaan biaya menjadi lebih terarah dan serasi satu sama lain.

Hambatan pelaksanaan proyek yang berpangkal dari perencana-an pada umumnya adalah disebabkan adanya perubahan/penyesuaian rencana/desain, perlunya perencanaan ulang yang disebabkan oleh karena dijumpai keadaan lapangan yang sudah berbeda dengan hasil survai terdahulu, dan lain sebagainya. Dalam hubungan ini untuk peningkatan kemampuan perencanaan proyek, Pemerintah telah mengadakan Kursus Program Perencanaan Nasional yang dise-lenggarakan oleh Bappenas dan Universitas Indonesia, kursus Proyek Manajemen oleh Lembaga Administrasi Negara, Serta kur-sus-kursus semacam itu yang diselenggarakan oleh Departemen/ Lembaga lainnya.

2. Penyusunan Anggaran

Sebagaimana telah dikemukakan anggaran 1985/86 khususnya anggaran pembangunan merupakan rencana operasional tahunan sebagai penjabaran Repelita IV tahun kedua. Di tengah pengaruh resesi perekonomian internasional, sesuai dengan Ketetapan GBHN penyusunan anggaran 1985/86 tetap diarahkan kepada pencapaian Trilogi Pembangunan berupa pemerataan, pertumbuhan dan stabili-tas ekonomi nasional dengan 8 Jalur Pemerataannya, dan tetap

XXII/42

Page 45:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

berpedoman pada anggaran berimbang dan dinamis. Atas dasar sikap realistik terbatasnya penerimaan Negara maka segala ren-cana pengeluaran diarahkan agar dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi tujuan-tujuan pembangunan.

Jumlah APBN 1985/86 adalah Rp 23 trilyun lebih atau naik dengan sekitar 12,1% dari anggaran tahun 1984/85 sesuai dengan prinsip anggaran berimbang maka pengeluaran Negara adalah sama dengan penerimaan Negara, yaitu sebesar Rp 23 trilyun lebih. Pengeluaran rutin diperkirakan mencapai hampir Rp 12,4 trilyun atau naik dengan 22,7%, sedangkan pengeluaran pembangunan jum-lahnya mencapai Rp 10,6 trilyun lebih atau naik dengan hanya 1,8% dari tahun anggaran 1984/85. Angka-angka penerimaan dan pengeluaran dalam APBN 1985/86 tersebut adalah lebih kecil daripada angka-angka perkiraan yang terdapat dalam tahun kedua Repelita IV. Ini disebabkan oleh keadaan resesi dunia yang ternyata belum, membaik dan juga karena harga dan permintaan dunia akan minyak bumi sangat menurun.

Klasifikasi penyediaan biaya dilakukan secara fungsional menurut program-program yang lebih lanjut diperinci dalam pe-nyediaan biaya untuk proyek yang disusun menurut penajaman prioritas tertentu yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan pelaksanaan Trilogi Pembangunan. Penyediaan biaya antara lain juga ditujukan untuk terus membina aparatur Pemerintah agar lebih mampu melaksanakan tugas pembangunan yang makin mening-kat. Untuk menjamin pelaksanaannya secara berdayaguna dan ber-hasilguna, penyusunan anggaran 1985/86 berpedoman pada prinsip penghematan, kecermatan, efisiensi pengeluaran, dan efektivitas pelaksanaan.

Dalam penyelenggaraan proyek-proyek tetap diberlakukan asas fleksibilitas yang tercermin pada pemberian kelonggaran yang luas untuk perubahan (revisi DIP) berupa penurunan atau kenaik-an volume tolok ukur apabila perkembangan pelaksanaan memerlu-kannya. Pemerintah melalui Keppres No. 29 Tahun 1984 telah menetapkan mekanisme dan tatacara merevisi DIP, yaitu revisi DIP yang menyangkut perubahan 10% dapat dilakukan oleh Pemimpin Proyek, revisi sampai 15% dilakukan oleh Pemimpin Proyek dengan konsultasi dengan Kanwil Ditjen Anggaran setempat, revisi sam-pai dengan 20% dilakukan oleh Menteri/Ketua Lembaga, sedangkan revisi DIP di atas 20% diputuskan oleh Bappenas dan Ditjen Anggaran. Dengan pelimpahan wewenang revisi tersebut maka diha-rapkan revisi DIP segera dapat diselesaikan dan tidak perlu memakan waktu yang lama.

XXII/43

Page 46:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Selanjutnya dalam penyusunan Anggaran Pembangunan terus ditingkatkan usaha agar hubungan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan dapat lebih serasi dan konsisten serta dapat saling menunjang. Dalam usaha tersebut secara terus-menerus ditingkatkan hubungan institusional antara Bappenas dan Departemen Keuangan serta dengan Departemen/Lembaga lainnya. Demikian pula dalam rangka peningkatan keserasian antara peren-canaan sektoral dengan perencanaan regional secara terus-mene-rus diadakan peningkatan hubungan konsultatif antara Bappenas dan Departemen/Lembaga di satu pihak dengan Bappeda Tingkat I di lain pihak. Keserasian hubungan tersebut tercermin secara lebih jelas dalam Konsultasi Nasional Bappeda Tingkat I seluruh Indonesia yang berlangsung menjelang penyusunan RAPBN.

Kemudian dalam usaha untuk lebih menyerasikan pembangunan yang bersifat nasional maupun yang akan dilaksanakan oleh Dae-rah, telah disempurnakan tatacara pembiayaan pembangunan pada tingkat Daerah. Program bantuan Pemerintah Pusat kepada Daerah dalam tahun anggaran 1985/86 telah mendapat kenaikan-kenaikan jumlah penyediaan anggaran yang cukup berarti. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya maka sejak tahun pertama pelaksanaan Repelita IV untuk pelaksanaan semua program bantuan pembangunan kepada Daerah yang lebih dikenal dengan sebutan proyek-proyek Inpres diterbitkan hanya satu Instruksi Presiden, yaitu Inpres No. 6 Tahun 1984. Dengan demikian penyelenggaraan bantuan pem-bangunan tersebut tidak lagi diperbaharui setiap tahun, baik untuk macam atau jenisnya maupun untuk dasar hukum induknya, melainkan cukup menunjuk kepada Inpres tersebut.

Dalam pada itu proses penyelesaian DIP tahun 1985/86 telah dilakukan lebih awal dibanding tahun-tahun sebelumnya. Demikian pula penyampaian DIP yang disertai dengan PO-nya ke Daerah. Penetapan harga standar pembangunan gedung Pemerintah dilakukan pada waktu penyusunan anggaran.

3. Prosedur Pelaksanaan Anggaran Pembangunan

RAPBN sebagai rencana operasional tahunan yang disahkan oleh DPR menjadi Undang-undang APBN pelaksanaannya diatur de-ngan Keputusan Presiden. Undang-undang serta Keputusan Presiden untuk tahun 1985/86 adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1985 dan Keputusan Presiden No. 29 Tahun 1984 sebagai hasil penyempurna-an dari tahun-tahun sebelumnya. Keputusan Presiden tersebut dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan anggaran yang tidak terikat hanya untuk tahun tertentu saja.

XXII/44

Page 47:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Prosedur pelaksanaan APBN 1985/86 didasarkan pada Keputusan Presiden No. 29 Tahun 1984. Di samping bertujuan untuk mening-katkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran, Keppres No. 29 Tahun 1984 juga bersasaran untuk melaksanakan kebijaksa-naan pemerataan melalui tiga pengutamaan dalam pembelian ba-rang/peralatan dan pemborongan pekerjaan, yaitu :

a. pengutamaan produksi dalam negeri dengan maksud untuk pengembangan industri dalam negeri;

b. pengutamaan pengusaha golongan ekonomi lemah dalam rangka pemerataan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha; pengutamaan pengusaha setempat untuk menunjang sasaran-sasaran pemerataan kegiatan pembangunan dan kesempatan berpartisipasi dalam pelaksanaan proyek-proyek di daerah.

Dengan adanya keterbatasan-keterbatasan dana pembangunan khususnya sebagai akibat menurunnya penerimaan dari minyak bumi, maka di samping penajaman prioritas dalam pengeluaran di segala sektor, diperlukan juga tatacara penggunaan yang lebih baik. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan APBN 1985/86 sangat tergantung pada kemampuan aparatur Pemerintah untuk berpegang teguh pada disiplin pembangunan, suatu bentuk disiplin yang mengharuskan aparatur Pemerintah untuk bekerja keras, hemat, produktif, jujur di samping mengutamakan sikap hidup sederhana. Yang penting adalah bagaimana agar gerak maju pembangunan dapat dilaksanakan tanpa mengorbankan stabilitas dan usaha pemerataan pembangunan.

Dalam hubungan ini Keppres No. 29 Tahun 1984 cukup memberi-kan pedoman bagi keterlibatan dan keamanan pelaksanaan pembia-yaan, di samping juga menjamin kelancaran dengan adanya penyem-purnaan-penyempurnaan di enam bidang, yaitu : (a) Lebih adanya kejelasan dan ketertiban pengaturan terutama mengenai sistem dan persyaratan pelelangan; (b) Penekanan pada usaha pemerataan dengan perhatian kepada perusahaan golongan ekonomi lemah, antara lain dengan adanya satu Daftar Rekanan Mampu (DRM) Saja pada tiap Propinsi Daerah Tingkat I yang berlaku untuk seluruh instansi Pemerintah, termasuk Badan-badan Usaha Milik Negara dan Daerah di daerah bersangkutan; (c) Penekanan pada pengguna-an produksi dalam negeri, dan apabila sebagian dari bahan untuk menghasilkan barang produksi dalam negeri berasal dari impor maka diutamakan barang yang komponen impornya paling kecil; (d) Peningkatan pengendalian pengadaan barang/peralatan Pemerintah guna meningkatkan efisiensi dan peniadaan kebocoran; (e) Pende-legasian wewenang pada tingkat Daerah bagi persetujuan revisi DIP yang mempunyai pagu sampai dengan Rp 100 juta untuk proyek-

XXII/45

Page 48:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

proyek fisik yang dapat diukur, persetujuan mana diputuskan oleh Kakanwil Departemen/Lembaga/Ditjen yang bersangkutan dan Ketua Bappeda sepanjang tidak menyangkut DIP yang mendapat bantuan proyek atau yang tidak menyebut syarat-syarat tertentu; dan (f) Lebih meningkatkan usaha pembauran dengan meniadakan istilah pribumi dan non pribumi yang diarahkan pada pembauran dalam kegiatan ekonomi.

Pelaksanaan proyek tetap dilakeanakan atas dasar Petunjuk Operasional yang disusun oleh Direktur Jenderal atau Pejabat setingkat pada Departemen/Lembaga yang membawahi proyek untuk mempertegas tanggung jawab atasan langsung terhadap bawahan adalah sangat konstruktif. Selanjutnya Pejabat Eselon I dan Eselon II serta Kepala Kantor tidak diperkenankan ditunjuk sebagai Pemimpin Proyek dan/atau Bendaharawan Proyek. Penunjuk- an Pemimpin Proyek oleh Menteri/Ketua Lembaga didasarkan pada kemampuan pegawai yang bersangkutan serta peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai negeri sehingga diharapkan Pemimpin Proyek adalah pegawai yang menguasai benar-benar bi-dangnya. Salah satu ketentuan menyebutkan bahwa Pemimpin Proyek bertanggung jawab atas penyelesaian proyek tepat pada waktunya. Bendaharwan Proyek didudukan sebagai pejabat komtabel murni dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Perbedaharaan Negara. Bendaharawan dalam pengurusan keuangan harus mengadakan pembukuan yang lebih tertib dan teratur sesuai dengan petunjuk Menteri Keuangan.

Dalam Keppres No. 29/1984 tentang pelaksanaan APBN ditetap- kan kepada para pengusaha golongan ekonomi lemah diberikan ber- bagai kelonggaran dan fasilitas, yaitu mereka yang memperoleh kontrak dapat menggunakannya sebagai bahan untuk memperoleh fasilitas pembayaran uang muka dari nilai perjanjian dan/ atau fasilitas kredit dari bank Pemerintah untuk membiayai pelaksa- naan kontrak tersebut. Apabila dalam pemborongan/pembelian yang terpilih adalah pemborong/rekanan yang tidak termasuk golongan ekonomi lemah, maka dalam surat perjanjian/kontrak dicantumkan antara lain bahwa pemborong/rekanan wajib bekerjasama dengan pemborong/rekanan golongan ekonomi lemah setempat, yaitu dengan sub kontrak atau leveransir barang, bahan dan jasa.

Dalam pelelangan, baik umum maupun terbatas, yang memegang peranan ialah :

a. Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah (TPPBPP) yang lebih dikenal dengan sebutan Tim Keppres 10 yang diketuai oleh Menteri/Sekretaris Negara dan bertu-

XXII/46

Page 49:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

gas mengendalikan dan mengkoordinasikan pengadaan barang/ peralatan serta pemborongan pekerjaan yang diperlukan oleh Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah dan badan-badan usaha milik Negara yang bernilai di atas Rp 500 juta. Tim antara lain mempunyai~wewenang mene-tapkan standar surat perjanjian/kontrak untuk berbagai pem-borongan/pembelian termasuk pengadaan tanah serta pedoman penggunaan standar kontrak.

b. Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah di Departemen/Lembaga yang dibentuk dengan Keppres No. 30 Tahun 1984. Tim Pengendali ini diketuai oleh Menteri yang bersangkutan pada Departemen dan diketuai oleh Menteri/ Sekretaris Negara bagi Lembaga Pemerintah Non Departemen. Tugasnya ialah mengendalikan dan mengkoordinasikan penye-lenggaraan pengadaan barang/peralatan dan jasa di lingkung- an Departemen/Lembaga yang bernilai di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 500 juta.

c. Panitia Prakualifikasi yang dibentuk di masing-masing Dae- rah yang diketuai oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan anggotanya terdiri dari pejabat instansi vertikal dan ins- tansi Daerah Otonom yang bersangkutan. Tugasnya ialah me- nyelenggarakan prakualifikasi untuk menyusun Daftar Rekanan mampu(DRM) yang secara berkala dadakan peninjauan kembali. Bertalian dengan ini bupati/walikotamadya kepada daerah tingkat II menyusun daftar pemborong /rekanan golongan eko- nomi lemah dan bekerja sama dengan KADIN daerah dan diterus- kan kepada gubernur kepala daerah tingkat I untuk disusun dalam DRM. DRM berlaku untuk seluruh departemen/lembaga, usaha milik negara/daerah yang ada didaerah yang bersang- kutan.

d. Panitia perlelangan yang dibentuk oleh pimpinan proyek dan

beranggotakan sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari un- sur-unsur perencana, penanggungjawab keuangan dan penang- gungjawab perlengkapan. Tugasnya ialah pengadaan barang/pe- ralatan dan jasa untuk proyek bersangkutan yang bernilai sampai dengan Rp 100 juta.

Untuk kontrak pelaksanaan pekerjaan yang melibatkan penye-diaan dana anggaran lebih dari satu tahun anggaran diadakan ketentuan perlunya dibuat suatu kontrak induk yang meliputi seluruh pekerjaan, sedangkan pembiayaan tahunannya disesuaikan dengan anggaran dalam masing-masing tahun bersangkutan.

XXII/47

Page 50:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Untuk meningkatkan kelancaran, dayaguna dan hasilguna dalam pengadaan barang/peralatan serta pemborongan pekerjaan oleh Pemerintah, maka Tim Pengendali Pengadaan Barang/Peralatan Pemerintah yang lebih dikenal dengan sebutan Tim Keppres 10 berdasarkan pembentukannya dengan Keppres No. 10 Tahun 1980 dan yang selama ini disempurnakan berturut-turut dengan Keppres No. 1 Tahun 1981, No. 7 Tahun 1982, No. 17 Tahun 1983 dan No. 40 Tahun 1984 telah mendapat penyempurnaan lagi dengan Keppres No. 40 Tahun 1985. Demikian pula Team Pengendali Pengadaan Barang/ Peralatan Pemerintah di Departemen/Lembaga yang dibentuk berda-sarkan Keppres No. 30 Tahun 1984 telah disempurnakan dengan Keppres No. 41 Tahun 1985.

Di samping itu untuk mengatasi hambatan-hambatan pokok da-lam pelaksanaan, telah diterbitkan Keppres No. 4 Tahun 1985 yang menetapkan pembentukan Tim Pertanahan untuk menangani masalah pertanahan yang selama ini sering menjadi sebab tertun-danya pelaksanaan proyek yang mengakibatkan timbulnya Sisa Anggaran Pembangunan (SIAP) yang besar.

Dalam rangka penertiban penyampaian SPJP dan LKKP serta efisiensi penggunaan anggaran maka dalam tahun anggaran 1985/86 telah diadakan larangan bagi KPN untuk memberikan tambahan uang untuk dipertanggungjawabkan (UUDP) kepada proyek yang sampai tanggal 10 belum menyampaikan SPJP dan LKKP dari UUDP yang diterimanya pada bulan terdahulu. Demikian pula KPN dilarang melakukan pembayaran untuk keperluan rapat kerja, rapat dinas, lokakarya, seminar, pertemuan, widyakarya dan sejenis serta upacara perletakan batu pertama, pembukaan, penutupan, peresmi-an proyek/kantor dan sejenisnya. Larangan juga berlaku untuk pembayaran untuk keperluan tim/panitia yang tidak ditetapkan dengan surat keputusan Menteri/Ketua Lembaga sesuai dengan pasal 33 ayat (3) Keppres No. 29 Tahun 1984.

4. Pengendalian Pelaksanaan Proyek

Dalam Keppres No. 29 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan APBN pada pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa tahun anggaran berlaku dari tanggal 1 April sampai dengan tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Dihubungkan dengan bunyi pasal 70 ayat (1) yang menetapkan bahwa Pemimpin Proyek bertanggung jawab baik dari segi keuangan maupun dari segi fisik untuk proyek yang dipim-pinnya sesuai dengan DIP dan PO untuk proyek tersebut, serta ayat (4) yang menentukan bahwa Pemimpin Proyek bertanggung jawab atas penyelesaian proyek tepat pada waktunya maka secara jelas berarti bahwa dalam pelaksanaan proyek Pemimpin Proyek

XXII/48

Page 51:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

berkewajiban untuk selalu berusaha melakukan kegiatan-kegiatan menurut tahapan-tahapan sebagaimana dijadwalkan dalam PO dari DIP proyek bersangkutan. Namun demikian terdapat kemungkinan bahwa dalam perkembangan pelaksanaan timbul masalah-masalah yang semula tidak diperkirakan yang menghambat kelancaran pe-laksanaan.

Untuk hal tersebut diperlukan adanya sistem pengendalian pelaksanaan proyek, yaitu sistem pemantauan dan penilaian ter-hadap perkembangan pelaksanaan proyek melalui pelaporan untuk dapat ditemukenali masalah atau hambatan secara dini guna di-adakan langkah-langkah tindak lanjut berupa tindakan korektif atau pemecahan secepatnya.

Dalam rangka peningkatan efektivitas pengendalian proyek telah diadakan usaha perbaikan sistem pengisian DIP dan Lembar-an Kerja (LK) yang telah berhasil merumuskan batasan dan arti proyek, bagian proyek serta tolok ukur untuk dituangkan dalam Petunjuk Penyusunan DIP dan Petunjuk Penilaian DIP sehingga lebih memudahkan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan proyek karena adanya kriteria yang lebih jelas untuk mengukur kemajuan proyek yang bersangkutan.

Di samping sistem pengendalian proyek secara nasional ter-sebut terdapat pula berbagai kegiatan pelaporan yang ditentukan oleh Departemen/Lembaga masing-masing dalam rangka pengendalian program dan proyek yang menjadi tanggung jawabnya.

Laporan bulanan yang dibuat oleh Pemimpin Proyek dalam bentuk Surat Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pembangun-an (SPJP) kepada Direktur Jenderal atau pejabat setingkat yang membawahkan proyek bersangkutan, demikian pula Laporan Keadaan Kas Pembangunan (LKKP) kepada Kantor Perbendaharaan Negara tidak dapat dilepaskan dan merupakan bagian integral dari sis-tem pengendalian proyek yang dilaksanakan berdasarkan Keppres No. 29 Tahun 1984.

Tujuan dari semua pelaporan tersebut di atas dalam rangka pengendalian proyek-proyek pembangunan ialah supaya pelaksanaan proyek terselenggara secara lebih baik dan dapat memberi masuk-an dan dukungan bagi adanya kepastian pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana dan jadwal waktu yang telah ditetapkan.

Dari kegiatan-kegiatan pemantauan proyek yang pada tahun kedua Repelita IV meliputi 5.433 proyek. Dari jumlah tersebut

XXII/49

Page 52:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

telah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menem-pati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan 7,55%, masalah pelelangan/penawaran 9,06%, masalah koordinasi dalam/ antar Departemen/Lembaga 7,28%, masalah DIP 12,52% dan masalah-masalah lain 20,21%. Dari kegiatan pemantauan ini diketahui bahwa terdapat kemajuan yang cukup berarti, antara lain dengan adanya kecenderungan makin berkurangnya masalah-masalah yang banyak meminta perhatian seperti masalah tanah. Namun demikian, usaha peningkatan sistem pengendalian secara terus-menerus dilakukan agar lebih menjamin efisiensi dan efektivitas penge-lolaan proyek dalam pencapaian tujuan dan sasaran.

5. Pengawasan Keuangan Negara

Pengawasan keuangan Negara tetap ditempuh dengan dua Cara pendekatan, yaitu pendekatan pre-audit dan post-audit. Dalam hal ini secara terus-menerus diusahakan perbaikan-perbaikan petunjuk pelaksanaan pengawasan, peningkatan koordinasi pelak-sanaan pengawasan di bawah Menteri Koordinator Bidang EKUIN dan WASBANG, peningkatan kemampuan para pejabat pengawasan, pening-katan mutu inspeksi, serta pengaturan tindak lanjut pengawasan.

Sejak memasuki mass Repelita IV Pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan baru di bidang pengawasan yang dituangkan dalam beberapa Keputusan dan Instruksi Presiden seperti, (1) Keppres No. 31 Tahun 1983 tentang Pembentukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang antara lain bertugas menyelenggara-kan pengawasan umum atas penguasaan dan pengurusan keuangan serta pengawasan pembangunan; (2) Keppres No. 32 Tahun 1983 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Menteri Koordinator Bidang EKUIN dan WASBANG serta Susunan Organisasi yang dalam melaksanakan tugas pokok pengawasan antara lain berfungsi untuk mengkoordinasikan para Menteri/Pimpinan Lembaga dalam menyusun kebijaksanaan pengawasan dan pelaksanaannya serta; (3) Inpres No. 15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan yang menggariskan petunjuk dalam rangka peningkatan pengawasan yang dilakukan pimpinan/atasan terhadap bawahan serta peningkatan pengawasan fungsional yang dilakukan oleh aparatur pengawasan untuk menunjang pengawasan oleh pimpinan/ atasan. Dengan adanya Keppres dan Inpres tersebut maka landasan operasional bagi pengembangan pengawasan menjadi semakin kuat dan terarah.

Selanjutnya upaya koordinasi pengawasan telah dilembagakan seperti berikut :

XXII/50

Page 53:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

a. Pengintegrasian secara struktural kebijaksanaan pengawasan dalam satu tangan, yaitu di tangan Presiden yang sehari-harinya dilaksanakan oleh Wakil Presiden.

b. Penyusunan rencana pemeriksaan seluruh aparat pengawasan fungsional dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) agar pemeriksaan-pemeriksaan dapat diarahkan mendukung kebijaksanaan pengawasan dan menghindarkan sejauh mungkin tumpang tindih pelaksanaan pengawasan. Hal ini dimungkinkan karena dalam PKPT dimuat nama satuan organisasi yang akan diperiksa termasuk tempat kedudukannya dan jadwal waktu pemeriksaannya.

c. Penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi secara berkala, yaitu pada tingkat nasional dipimpin oleh Wakil Presiden, pada tingkat Pusat dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang EKUIN dan WASBANG atau oleh Kepala BPKP dan pada tingkat Daerah dipimpin oleh Kepala Perwakilan BPKP yang membahas dan memecahkan berbagai masalah dalam bidang pengawasan.

Dengan adanya upaya koordinasi tersebut diharapkan tercapai keterpaduan pengawasan dari segi sasaran dan waktu pemeriksaan karena aparatur pengawasan fungsional tidak lagi bekerja sendi-ri-sendiri melainkan bekerja atas dasar PKPT nasional yang disusun oleh BPKP dan disahkan oleh Menteri Koordinator Bidang EKUIN dan WASBANG. Mutu rencana kerja tersebut ditingkatkan terus-menerus setiap tahunnya sehingga dapat ditekan sekecil mungkin pemborosan di bidang pengawasan seperti terjadinya tumpang tindih pemeriksaan, frekuensi pemeriksaan yang sering dilakukan terhadap suatu obyek pemeriksaan tetapi tiap kali pemeriksaan hanya dengan ruang liput yang sangat sempit.

Gambaran PKPT seluruh aparatur pengawasan fungsional dalam tahun pertama dan kedua Repelita IV dapat dilihat pada Tabel XXII-11.

Tabel tersebut menunjukkan gambaran menurunnya jumlah ke-giatan pemeriksaan selama tahun 1985/86 terutama disebabkan oleh rencana pemeriksaan yang makin diarahkan lebih kepada peningkatan pemeriksaan yang bersifat kualitatif daripada pe-ningkatan yang bersifat kuantitatif. Dalam hubungan ini dapat ditambahkan bahwa BPKP setiap triwulan sekali melaporkan hasil pelaksanaan PKPT dan perkembangan pengawasan seluruh aparatur pengawasan fungsional kepada Wakil Presiden dan Menteri Koordi-nator Bidang EKUIN dan WASBANG. Seterusnya setiap triwulan sekali Menteri/ Pimpinan Lembaga menerima laporan tiga bulanan

XXII/51

Page 54:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

TABEL XXII - 11

KEGIATAN PEMERIKSAAN,1984/85 - 1985/86

Tahun Satuan Kerja ProyekPembangunan

BUMN &BUMD

Jumlah

1984/85 45.240 20.205 3.165 68.610

1985/86 34.061 16 .390 3 .630 54.081

XXII/52

Page 55:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

mengenai hasil-hasil pemeriksaan yang penting-penting dalam periode yang bersangkutan, terutama yang belum dilakukan tindak lanjutnya dari Inspektorat Jenderal Departemen/unit pengawasan Lembaga dan dari BPKP.

Demikian pula Gubernur Kepala Daerah Tingkat I di samping menerima laporan tiga bulanan hasil pemeriksaan Inspektorat Wilayah Propinsi juga menerima laporan tiga bulanan dari Perwa-kilan BPKP di Daerah bersangkutan mengenai hasil pemeriksaan instansi/proyek Pemerintah Pusat yang ada di Daerah maupun instansi/proyek Pemerintah Daerah. Dengan penyampaian laporan berkala ini maka hasil-hasil pengawasan aparatur pengawasan fungsional dapat secara teratur dikomunikasikan kepada para pejabat yang bertanggung jawab agar dapat menjadi masukan dalam proses pengambilan keputusan atau tindak lanjut yang diperlukan.

Dalam tahun kedua Repelita IV pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung telah ditingkatkan dan sistemnya disempur-nakan. Pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat meli-puti kegiatan pengawasan sebelum, pada saat atau setelah suatu tindakan dilakukan. Untuk itu telah dikembangkan sistem pengen-dalian manajemen melalui penggarisan struktur organisasi yang jelas, pembinaan personil secara terus-menerus kebijaksanaan pelaksanaan secara tertulis, rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan dan sasaran yang harus dica-pai, prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan, penca-tatan hasil kerja, dan keharusan untuk memberikan laporan me-ngenai berbagai kegiatan yang telah dilakukan serta hasil-hasil yang telah dicapai.

Dalam rangka peningkatan pengawasan yang tercermin pula pada meningkatnya tindak lanjut, dalam tahun 1984/85 dan 1985/86 di samping Kepala BPKP juga para pejabat lainnya yang berwenang telah menyampaikan kasus-kasus kepada Kejaksaan Agung. Jumlah kasus yang disampaikan berjumlah yaitu 53 kasus dengan nilai Rp 11,337 milyar pada tahun 1984/85 dan 59 kasus dengan nilai Rp 40,611 milyar pada tahun 1985/86. Kasus-kasus tersebut meliputi antara lain manipulasi rekening, penggelapan uang kas, pemalsuan dokumen, ketekoran uang kas, pembayaran fiktif, penggunaan uang kas untuk kepentingan pribadi dan seba-gainya. Secara terus-menerus BPKP juga telah mengembangkan sistem management audit, yaitu pemeriksaan atas efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Management audit juga dilaksanakan terhadap badan-badan usaha milik Negara.

XXII/53

Page 56:  · Web viewtelah berhasil ditemukan 2.196 masalah di lapangan yang menempati urutan 5 besar atau 56,62% dari seluruh masalah yang ada antara lain masalah kelembagaan dan peraturan-peraturan

Langkah-langkah peningkatan dan penyempurnaan pengawasan yang telah dilakukan tersebut berlandaskan sistem pengawasan yang terpadu dan akan terus lebih didayagunakan melalui pening-katan mutu aparatur pengawasan, penyempurnaan petunjuk maupun prosedur dan metode pemeriksaan, perencanaan yang sistematis, serta lebih mengfungsikan pengawasan atasan langsung.

XXII/54