· Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber...

75
BAB 4 KERANGKA RENCANA DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Transcript of  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber...

Page 1:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

BAB 4KERANGKA RENCANA DAN

PEMBIAYAAN

Page 2:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

PEMBANGUNAN

Page 3:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99
Page 4:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

BAB 4

KERANGKA RENCANA DAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN

Perencanaan pembangunan nasional pada dasarnya adalah penjabaran arahan politik pembangunan yang ditetapkan oleh rakyat dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Penjabaran tersebut berisi sasaran yang ingin dicapai dan upaya untuk mencapainya dengan memperhitungkan segala tantangan dan kendala yang mempengaruhi tercapainya sasaran tersebut, serta hasil pembangunan selama ini sebagai modal bagi pembangunan selanjutnya dan potensi yang mungkin dikembangkan dengan memperhitungkan perkembangan situasi di dalam ataupun di luar negeri.

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa sasaran umum Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) adalah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin, dalam

225

Page 5:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

tata kehidupan masyarakat, bangsa, clan negara yang berdasarkan Pancasila, dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba berkeseimbangan dan selaras dalam hubungan antara sesama manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam dan lingkungannya, serta manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Berdasarkan hal tersebut, sasaran umum pembangunan pada Repelita VI adalah tumbuhnya sikap kemandirian dalam diri manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta, efisiensi, dan produktivitas rakyat dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan lahir batin.

Sasaran pembangunan yang digariskan dalam GBHN 1993 tersebut diterjemahkan dalam suatu skenario perencanaan, baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatif, yang diuraikan dalam bab ini ataupun bab lainnya dalam buku Repelita VI ini.

Pembangunan nasional diselenggarakan secara bertahap dalam jangka panjang 25 tahunan dan jangka menengah lima tahunan, dan dalam pelaksanaannya mendayagunakan seluruh sumber daya nasional untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional berdasarkan asas pembangunan berikut. Dalam kaitan dengan pembiayaan pembangunan, terutama diperhatikan asas kemandirian, yaitu bahwa pembangunan nasional berlandaskan kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta bersendikan kepribadian bangsa. Asas manfaat menghendaki bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat, dan pengembangan pribadi warga negara serta mengutamakan kelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam rangka pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Asas adil merata mengarahkan bahwa pembangunan nasional yang diselenggarakan sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat dan di seluruh wilayah tanah air, yang setiap warga negaranya berhak memperoleh kesempatan berperan dan

226

Page 6:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

menikmati hasilnya secara adil sesuai dengan nilai kemanusiaan dan darma baktinya yang diberikan kepada bangsa dan negara.

Seperti repelita-repelita sebelumnya, Repelita VI bersifat indikatif, yang memberikan arah umum yang dituju seperti yang diamanatkan GBHN 1993, sasaran yang hendak dicapai serta skala prioritas yang akan ditempuh. Sesuai dengan sifatnya yang indikatif, sasaran yang diperkirakan untuk dicapai tidaklah kaku, tetapi dapat berubah sesuai dengan perkembangan keadaan.

Perkiraan mengenai laju pertumbuhan, sektoral, regional dan nasional, laju pertumbuhan dan jumlah penduduk, angkatan kerja, jumlah investasi, tabungan, ekspor dan impor barang dan jasa beserta rinciannya, dan perkiraan mengenai unsur lainnya dilakukan dalam kerangka hubungan timbal balik dan keseimbangan yang serasi antara unsur-unsur tersebut.

Dalam menyusun perkiraan mengenai sasaran pembangunan dan sumber pembiayaan pembangunan telah diperhitungkan segala tantangan, kendala, dan peluang yang memungkinkan dan mempengaruhi tercapainya sasaran tersebut. Demikian pula, perkembangan situasi di dalam ataupun di luar negeri telah diperhitungkan dengan saksama. Perkembangan berbagai unsur penting, seperti kemampuan produksi dalam negeri, termasuk minyak bumi, nilai tukar beberapa mata uang utama dunia, dan harga komoditas ekspor, terutama minyak bumi, sangat mempenga-ruhi taksiran keadaan neraca pembayaran, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, laju pertumbuhan ekonomi dan besaran-besaran penting lainnya.

Repelita VI meliputi berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan bersama-sama antara Pemerintah dan masyarakat. Rencana pembangunan di sektor pemerintah secara operasional akan dituangkan dalam bentuk program kegiatan dan proyek pembangunan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai unsur pokok dari rencana setiap tahun. Rencana

227

Page 7:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

pembangunan pemerintah tersebut ditujukan agar saling menunjang, saling mengisi, dan saling melengkapi dengan kegiatan masyarakat yang peranannya dalam kegiatan pembangunan diupayakan makin meningkat.

II. KEBIJAKSANAAN MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DALAM PJP I

Sesuai dengan arahan GBHN 1978, sasaran utama dalam PJP I adalah menciptakan landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan sendiri menuju masyarakat adil dan makmur. Adapun prioritas dalam PJP I adalah pembangunan ekonomi dengan sasaran utama untuk mencapai struktur ekonomi yang makin seimbang, serta untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat. Selama 25 tahun pelaksanaan PJP I, pembangunan dilaksanakan secara terus-menerus, makin mening-kat, makin meluas, dan makin merata dalam kerangka Trilogi Pembangunan, yaitu perpaduan untuk mewujudkan pemerataan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan stabilitas nasional yang dinamis.

Berbagai upaya pembangunan tersebut telah berhasil mengatasi masalah mendasar dan telah mengantarkan bangsa Indonesia ke dalam taraf kemajuan seperti sekarang. Keberhasilan ini sekaligus telah menciptakan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, struktur ekonomi yang semakin seimbang, kestabilan ekonomi yang mantap, dan kebutuhan pokok rakyat yang semakin tercukupi, serta mengembangkan lembaga ekonomi yang mampu mendukung pembangunan sehingga telah tercipta landasan yang kuat untuk melaksanakan tahap pembangunan berikutnya.

Selama 25 tahun pertumbuhan ekonomi mencapai rata-rata 6,8 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut diiringi pula dengan terciptanya struktur ekonomi yang makin kukuh dan seimbang. Hal itu tercermin, antara lain, dari

228

Page 8:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

perubahan struktur dalam produksi nasional, ekspor, penerimaan pemerintah, pembiayaan pembangunan, dan investasi. Selama PJP I, peranan sektor industri dalam produksi nasional terus meningkat. Sejak tahun 1991 sumbangan sektor industri dalam produksi nasional sudah melampaui sumbangan sektor pertanian. Ketergantungan perekonomian Indonesia terhadap minyak bumi juga makin berkurang. Apabila pada tahun 1981 sumbangan sektor migas dalam produksi nasional mencapai 24 persen, dalam tahun 1992 sumbangan sektor migas telah menurun menjadi 13 persen.

Struktur perolehan devisa Indonesia makin kuat dengan berkurangnya ketergantungan Indonesia pada minyak bumi dan gas. Ekspor nonmigas meningkat dengan sangat pesat, terutama sejak dilancarkannya kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi mulai tahun 1983. Dalam tahun 1968, yaitu setahun sebelum PJP I mulai dilaksanakan, penerimaan ekspor nonmigas hanyalah US$569 juta selama satu tahun. Dewasa ini penerimaan ekspor nonmigas Indonesia telah mencapai lebih dari US$2 miliar setiap bulannya. Dengan perkembangan itu, peranan komoditas nonmigas dalam ekspor nasional sangat meningkat. Apabila dalam tahun 1981/82 peranannya baru mencapai 18,1 persen, dalam tahun 1993/94 diperkirakan meningkat menjadi 75,8 persen. Peningkatan ekspor nonmigas diiringi pula dengan diversifikasi jenis komoditas yang makin beragam dan pasarnya yang makin meluas.

Penerimaan dalam negeri pemerintah juga mengalami perubahan struktur yang serupa. Penerimaan dalam negeri nonmigas telah meningkat pesat sehingga sekarang sudah jauh melampaui penerimaan dalam negeri dari migas. Dalam tahun 1981/82 peranan penerimaan dalam negeri pemerintah yang berasal dari sumber nonmigas baru mencapai 29,4 persen dari seluruh penerimaan dalam negeri pemerintah. Dalam tahun 1993/94, peranan tersebut diperkirakan meningkat menjadi 71,3 persen. Meningkatnya peranan ekspor nonmigas dalam ekspor nasional dan peranan penerimaan dalam negeri nonmigas dalam penerimaan pemerintah telah memperkuat struktur neraca pembayaran dan struktur anggaran negara.

229

Page 9:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Dalam kaitan dengan pembiayaan pembangunan, terutama dalam dasawarsa 1980-an, dan lebih khususnya setelah rangkaian deregulasi dan debirokratisasi dilaksanakan, penanaman modal oleh dunia usaha, baik melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), meningkat cepat. Selama dasawarsa 1970-an bagian terbesar dari investasi dalam negeri berasal dari sektor pemerintah. Keadaan tersebut sekarang ini berbalik. Meskipun investasi sektor pemerintah terus meningkat, sejalan dengan terus meningkatnya kebutuhan akan prasarana, pelayanan dasar dan sebagainya, pada awal dasawarsa 1990-an ini sebagian besar dari investasi dalam negeri berasal dari dunia usaha dan masyarakat.

Dalam pembiayaan pembangunan selama PJP I telah terjadi peningkatan investasi yang pesat. Apabila pada awal PJP I total nilai investasi dalam harga konstan 1983 baru mencapai Rp3,7 triliun, pada tahun 1992 nilai investasi telah mencapai Rp34,7 triliun atau rata-rata setiap tahunnya naik sekitar 10 persen. Dalam kurun waktu tersebut peranan sektor swasta dalam keseluruhan investasi nasional berfluktuasi cukup tinggi. Dalam periode 10 tahun pertama peranan investasi swasta mengalami penurunan sejalan dengan pesatnya kenaikan investasi pemerintah. Dalam periode 1980-an sejalan dengan melemahnya penerimaan pemerintah dari minyak bumi dan melonjaknya pembayaran hutang luar negeri peranan investasi pemerintah sampai dengan tahun 1987 menurun sehingga peranan investasi swasta meningkat. Kemudian, sejalan dengan membaiknya penerimaan pemerintah, terutama karena pesatnya peningkatan penerimaan pajak, investasi pemerintah meningkat kembali hingga peranan investasi swasta sedikit menurun. Namun, sampai tahun 1992 peranan investasi swasta dalam total investasi telah mencapai sekitar 78 persen.

Selama PJP I peningkatan investasi tersebut telah melebihi pertumbuhan produksi nasional sehingga rasio investasi terhadap produksi nasional telah meningkat dari 18 persen menjadi 30,5

230

Page 10:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

persen. Ini menunjukkan meningkatnya kapasitas produksi perekonomian Indonesia.

Berbagai perkembangan tersebut menunjukkan perbaikan yang pesat dalam iklim investasi di Indonesia, terutama dalam dekade terakhir ini. Deregulasi di berbagai bidang khususnya di bidang investasi, perbankan dan perdagangan; yang didukung dengan stabilitas ekonomi yang mantap; serta penyediaan prasarana yang memadai seperti jalan, listrik, dan telekomunikasi merupakan faktor utama yang mendorong terjadinya peningkatan investasi yang pesat. Namun, cepatnya pertumbuhan investasi dalam periode 1988-1990 yang mengikuti serangkaian paket deregulasi di tahun-tahun 1988 dan 1989 tidak dapat dengan segera didukung oleh penyediaan prasarana yang memadai sehingga mengakibatkan memanasnya suhu perekonomian Indonesia.

Laju inflasi dalam tahun 1990-1991 meningkat pesat, rata-rata mencapai 9,5 persen. Keseimbangan neraca pembayaran juga terganggu, seperti tercermin pada defisit transaksi berjalan pada tahun 1991/92 yang melonjak mencapai US$4,3 miliar. Untuk mengamankan stabilitas ekonomi, pada pertengahan 1990 hingga tahun 1991 dilakukan kebijaksanaan pengetatan moneter; di bidang fiskal, dalam tahun 1991/92 dan 1992/93 disisihkan sebagian dana anggaran sebagai cadangan anggaran pembangunan; selanjutnya pada bulan September 1991 dibentuk Tim Koordinasi Pengelolaan Pinjaman Komersial Luar Negeri (Tim PKLN) yang bertugas untuk mengendalikan pinjaman komersial luar negeri agar secara keseluruhan beban pelunasan kembali utang luar negeri tetap dalam batas yang aman bagi neraca pembayaran.

Peningkatan investasi yang demikian pesat diiringi oleh peningkatan sumber pembiayaannya, baik dari tabungan dalam negeri maupun dana luar negeri. Tabungan domestik rata-rata meningkat dengan 12,6 persen setiap tahunnya. Peranan tabungan domestik dalam pembiayaan investasi telah meningkat dari sekitar 82 persen selama Repelita I menjadi sekitar 91 persen selama

231

Page 11:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Repelita V. Ini berarti ketergantungan terhadap dana luar negeri untuk membiayai investasi makin berkurang.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama ini disertai pula oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang menurun sehingga pendapatan per kapita meningkat dari US$70 pada tahun 1969 menjadi sekitar US$700 menjelang akhir PJP I. Lebih jauh lagi peningkatan pendapatan tersebut disertai pula dengan peningkatan kesejahteraan rakyat lainnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah kalori makanan yang tersedia bagi penduduk Indonesia dari 2.035 kilo kalori per kapita per hari dalam tahun 1968 menjadi 2.781 kilo kalori per kapita per hari pada akhir PJP I. Dalam periode yang sama penyediaan protein meningkat dari 43,3 gram per kapita per hari menjadi 61,8 gram per kapita per hari. Sementara itu, antara tahun 1968 dan tahun 1992, produksi beras per jiwa telah meningkat dari 105,8 kilogram menjadi 159,9 kilogram. Antara tahun 1968 dan tahun 1991, produksi daging per jiwa telah meningkat dari 2,7 kilogram menjadi 6,4 kilogram dan produksi tekstil per jiwa telah meningkat dari 2,8 meter menjadi 28,5 meter.

Meningkatnya taraf kesejahteraan rakyat membuktikan bahwa upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi telah didukung oleh berbagai kebijaksanaan untuk memperluas penyebaran manfaatnya. Hasilnya antara lain tercermin pada penurunan secara tajam jumlah penduduk miskin. Dalam tahun 1970 jumlah penduduk Indonesia yang tergolong miskin masih sekitar 70 juta orang atau 60 persen dari seluruh penduduk. Dalam tahun 1990 jumlah penduduk miskin tersebut telah menurun menjadi 27,2 juta orang atau sekitar 15 persen dari seluruh penduduk.

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Keberhasilan pembangunan dalam PJP I tidak menutup kenyataan bahwa masih banyak masalah yang belum dapat diatasi

232

Page 12:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

dan perlu terus dilanjutkan penyelesaiannya dalam masa pembangunan berikutnya. Bersamaan dengan itu, keberhasilan pembangunan juga telah menimbulkan masalah dan tantangan baru yang sebelumnya tidak diperhitungkan. Oleh karena itu, langkah kebijaksanaan dan program pembangunan yang akan dituangkan dalam Repelita VI akan diarahkan pada pendayagunaan dan pengembangan secara maksimal seluruh potensi pembangunan yang ada serta pemanfaatan setiap peluang yang terbuka, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, dengan tetap memperhatikan kendala yang harus dihadapi.

1. Tantangan

Pendapatan per kapita Indonesia saat ini masih rendah, yaitu sekitar US$700 dan jumlah penduduk miskin yang ada masih cukup besar, yaitu sebesar 27,2 juta orang. Sementara itu, GBHN 1993 mengamanatkan bahwa dalam PJP II bangsa Indonesia harus makin maju dan mandiri dan hidup sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju. Hal itu berarti bahwa taraf hidup bangsa Indonesia secara umum harus ditingkatkan, antara lain, melalui peningkatan pendidikan, kesehatan, dan pendapatan. Selain itu, peningkatan tersebut juga harus disertai dengan perbaikan lingkungan hidup dan pengkayaan kebudayaan. Hanya apabila hal tersebut tercapai, bangsa Indonesia dapat dikatakan hidup sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju. Oleh karena itu, tantangan pertama dalam pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup penduduk secara menyeluruh.

Pelaksanaan pembangunan selama PJP I telah dapat memecahkan berbagai permasalahan pembangunan, antara lain melalui peningkatan pendapatan yang cukup pesat; peningkatan tingkat pendidikan dan kesehatan, serta berbagai kemajuan di bidang lainnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut belum dinikmati oleh seluruh rakyat secara merata. Hal itu tercermin dari adanya ketimpangan dan kesenjangan, baik antardaerah, antar-sektor maupun antargolongan. Seperti diamanatkan oleh GBHN

233

Page 13:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

1993, ketimpangan dan kesenjangan tersebut harus dapat diatasi agar tidak menjurus ke arah kecemburuan sosial. Oleh karena itu, tantangan selanjutnya dalam pembangunan adalah memerata-kan pembangunan, baik antardaerah, antarsektor maupun antar-golongan.

Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi selama PJP I telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, sehubungan dengan masih banyak masalah pembangunan yang belum ter-selesaikan dan makin besar dan beragamnya tantangan yang harus dihadapi di masa depan, harus tetap diupayakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, akan merupakan suatu tantangan dalam pembangunan untuk tetap memelihara pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

Selama PJP I stabilitas nasional telah berhasil dipertahankan dengan baik sebagai hasil dari berbagai kebijaksanaan sosial, politik, dan ekonomi yang dilaksanakan secara konsisten. Pen-capaian stabilitas nasional tersebut, termasuk di dalamnya stabilitas ekonomi, telah memungkinkan bangsa Indonesia untuk memu-satkan perhatian pada pencapaian berbagai sasaran pembangunan lainnya, baik yang menyangkut aspek pemerataan maupun pertumbuhan. Perkembangan akhir-akhir ini menunjukkan makin terbukanya batas-batas ekonomi, sosial, dan politik negara di dunia sejalan dengan arus globalisasi. Hal ini berarti bahwa di masa depan, gejolak sosial, politik, dan ekonomi luar negeri akan dapat mempengaruhi stabilitas nasional. Padahal, stabilitas nasional harus dijaga terns agar pencapaian sasaran pemerataan dan pertumbuhan dapat dilakukan dengan mantap. Dengan demikian, menjaga stabi-litas nasional akan senantiasa merupakan tantangan dalam pem-bangunan.

Selanjutnya, dalam kaitan dengan pembiayaan pembangunan, GBHN 1993 menghendaki meningkatnya kemandirian. Hal itu berarti bahwa peran sumber pembiayaan dalam negeri hams makin meningkat. Oleh karena itu, tantangan selanjutnya dalam

234

Page 14:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

pembiayaan pembangunan adalah meningkatkan peran tabungan dalam negeri, baik tabungan pemerintah maupun tabungan masyarakat.

Lebih jauh lagi, jika dilihat kemampuan untuk memobilisasi tabungan dalam negeri pada umumnya dan tabungan pemerintah pada khususnya masih terbatas, pinjaman luar negeri masih tetap diperlukan walaupun peranannya diupayakan untuk terus menurun dan hanya sebagai pelengkap. Mengingat kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia dalam pembangunan dan juga makin banyaknya negara yang juga membutuhkan pinjaman luar negeri, diperkirakan di masa mendatang pinjaman luar negeri akan lebih sukar diperoleh terutama yang bersyarat lunak. Oleh karena itu, tantangan selanjutnya adalah mengupayakan pinjaman luar negeri sesuai dengan kebutuhan dengan menjaga kemampuan untuk mengembalikannya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaannya untuk mendukung program pembangunan.

Sumber pembiayaan luar negeri yang tidak menimbulkan beban utang adalah investasi langsung luar negeri. Persaingan untuk memperoleh modal langsung luar negeri akan makin ketat di masa depan dengan meningkatnya usaha untuk menarik investasi di negara tetangga, seperti di negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) lainnya, Cina, India, dan Vietnam. Oleh karena itu, merupakan tantangan pula untuk mendorong investasi langsung luar negeri guna memenuhi kebutuhan investasi yang tidak dapat dipenuhi oleh investasi dalam negeri.

2. Kendala

Untuk memecahkan tantangan tersebut di atas, di masa depan masih akan dihadapi beberapa kendala, antara lain sebagai berikut.

Kegiatan pembangunan yang terus meningkat memerlukan dana yang makin besar. Pembiayaannya harus diupayakan dari berbagai sumber, baik sumber dana dalam negeri yang belum

235

Page 15:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

digali secara optimal maupun sumber dana luar negeri, yang makin terbatas dan makin ketat persaingan untuk mendapatkannya. Keterbatasan dana pembangunan ini akan menjadi kendala utama dalam upaya memacu laju pembangunan. Upaya peningkatan laju pembangunan juga menghadapi kendala efisiensi investasi dan produksi serta produktivitas masyarakat yang masih rendah.

Dalam rangka meningkatkan kemandirian, upaya untuk meningkatkan pembiayaan pembangunan yang berasal dari sumber dana dalam negeri mendapatkan prioritas utama. Dalam kaitan itu, tabungan pemerintah diupayakan dengan meningkatkan penerimaan dalam negeri, terutama penerimaan pajak di samping mengendalikan pengeluaran rutin. Langkah peningkatan penerimaan dalam negeri tersebut menghadapi kendala, yaitu belum meluasnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan belum memadainya aparatur perpajakan. Adapun pengendalian pengeluaran rutin berhadapan dengan masalah tingginya pembayaran utang luar negeri yang peka terhadap perubahan nilai tukar yang merugikan, makin mendesaknya kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri yang masih rendah, dan makin mendesaknya kebutuhan belanja barang dalam rangka operasi dan pemeliharaan barang milik negara.

Tabungan masyarakat, sebagai sumber dana utama dana dalam negeri, diupayakan terus meningkat. Peningkatan tabungan masyarakat menghadapi masalah masih rendahnya pendapatan sebagian besar masyarakat dan masih tingginya kecenderungan konsumsi masyarakat yang berpendapatan lebih tinggi sehingga sisa pendapatan yang tidak dikonsumsikan yang merupakan potensi tabungan juga rendah. Selain itu, sebagian besar masyarakat, terutama di perdesaan, cenderung menyimpan dananya dalam bentuk natura, seperti emas dan tanah. Belum meluasnya pelayanan lembaga keuangan, khususnya untuk daerah terpencil, juga merupakan kendala bagi mobilisasi tabungan masyarakat dalam bentuk yang segera dapat disalurkan untuk pembiayaan kegiatan usaha dan investasi.

236

Page 16:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Kendala lainnya adalah masih terbatasnya perkembangan minat penanaman modal dalam negeri dan asing, terutama di daerah yang belum berkembang, antara lain sebagai akibat belum memadainya prasarana ekonomi, baik dari segi kuantitas, kualitas, maupun penyebarannya.

3. Peluang

Walaupun terdapat kendala tersebut di atas, dalam memecah-kan tantangan yang dihadapi, terdapat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan.

Hasil pembangunan di berbagai bidang dalam PJP I merupakan modal untuk pembangunan tahap berikutnya. Struktur ekonomi yang makin seimbang, yaitu peranan sektor industri yang terus meningkat diiringi dengan sektor pertanian yang makin tangguh, merupakan landasan yang kuat untuk memacu pertum-buhan ekonomi. Meningkatnya peranan sektor nonmigas dalam penerimaan negara dan penerimaan devisa makin memperkukuh ketahanan ekonomi Indonesia terhadap gejolak yang merugikan dalam perekonomian dunia.

Kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi yang dilak-sanakan di berbagai bidang telah mengurangi hambatan hingga tercipta kondisi perekonomian yang lebih sehat dan iklim usaha yang lebih baik. Di bidang keuangan negara, pembaharuan sistem perpajakan telah menghasilkan sistem perpajakan yang lebih sederhana sehingga memberikan kemudahan dalam menghimpun pajak. Serangkaian deregulasi perbankan telah meningkatkan mobilisasi dan penyaluran dana masyarakat. Demikian pula, deregulasi di sektor rill telah mendorong kelancaran kegiatan ekonomi hingga mengurangi biaya ekonomi tinggi.

Kinerja perekonomian dan kehidupan politik yang sehat telah meningkatkan kredibilitas Indonesia di dunia internasional. Hal itu

237

Page 17:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

memberikan peluang untuk menarik dana luar negeri, baik pinjaman maupun investasi langsung yang memang masih dibutuhkan dalam mendukung pembiayaan pembangunan.

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

Untuk mencapai tujuan dan sasaran umum Pembangunan Lima Tahun Keenam GBHN 1993 mengamanatkan bahwa prioritas Pembangunan Lima Tahun Keenam adalah pembangunan sektor di bidang ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan pertanian serta bidang pembangunan lainnya dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Adapun pembangunan bidang lainnya terus ditingkatkan selaras dan serasi serta saling memperkuat dengan pembangunan bidang ekonomi sehingga keseluruhan pembangunan nasional merupakan satu kesatuan gerak dalam mewujudkan masyarakat maju, mandiri, dan sejahtera.

Dana untuk pembiayaan pembangunan terutama digali dari sumber kemampuan sendiri. Sumber dana luar negeri yang masih diperlukan merupakan pelengkap, dengan prinsip peningkatan kemandirian dalam pelaksanaan pembangunan dan mencegah keterikatan serta campur tangan asing. Pembangunan nasional pada dasarnya diselenggarakan oleh masyarakat bersama Pemerintah. Oleh karena itu, peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban, dan tanggung jawab seluruh rakyat. Tabungan nasional yang meliputi tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat perlu ditingkatkan. Tabungan pemerintah ditingkatkan melalui peningkatan penerimaan negara, terutama yang berasal dari sumber nonmigas, diiringi dengan upaya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan dana tersebut untuk mencapai sasaran pembangunan. Semua upaya itu

238

Page 18:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

dilaksanakan dalam kerangka kebijaksanaan fiskal yang tetap didasarkan pada prinsip anggaran berimbang dan dinamis yang menjamin pemerataan pembangunan yang meluas, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis. Tabungan masyarakat terus ditingkatkan melalui kebijaksanaan moneter yang didukung kebijaksanaan di bidang lain yang menjamin kestabilan nilai mata uang dan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi, pengembangan lembaga keuangan dan perbankan yang efisien dan makin meluas jangkauannya.

Pembangunan sektor keuangan ditingkatkan, diperluas, dan diarahkan untuk memperbesar kemampuan sumber dana dalam negeri bagi pembiayaan pembangunan nasional. Peranan investasi asing terus didorong dan potensi peran serta pihak asing perlu lebih dikembangkan, terutama melalui pasar modal dalam negeri. Pajak sebagai sumber pendapatan negara yang penting ditingkatkan peranannya, terutama pajak langsung, secara bertahap sesuai dengan kemampuan masyarakat dan dirasakan adil agar mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban-nya dan mampu menunjang kegiatan ekonomi. Upaya menghimpun dana masyarakat terus ditingkatkan dan diarahkan untuk menye-diakan dana bagi pembangunan melalui lembaga keuangan yang efisien dan dipercaya oleh masyarakat serta makin dapat menjangkau segenap lapisan masyarakat di seluruh tanah air dengan menciptakan iklim yang mendukung agar mampu meningkatkan peran aktif masyarakat.

Penanaman modal dalam negeri dan modal asing makin didorong untuk memacu pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan ekonomi serta memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja. Kemudahan dan iklim investasi yang lebih menarik terus dikembangkan, antara lain dengan penyediaan sarana dan prasarana ekonomi yang memadai, peraturan perundang-undangan yang mendukung dan penyederhanaan prosedur pelayanan investasi serta kebijaksanaan ekonomi makro yang tepat.

239

Page 19:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

2. Sasaran

Berdasarkan arahan GBHN 1993 dengan memperhatikan tantangan, kendala, dan peluang yang dihadapi, disusun sasaran pembangunan PJP II dan Repelita VI yang dibuat sedemikian rupa sehingga menunjukkan hakikat pembangunan nasional sebagai pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia yang seutuhnya.

Pertumbuhan penduduk merupakan sumber awal dari berbagai tantangan yang akan dihadapi dalam rangka membangun manusia sebagai insan dan sebagai sumber daya manusia. Dengan menurunnya angka kelahiran kasar yang lebih cepat dari penurunan angka kematian kasar, pertambahan alamiah akan menurun dari 16,6 per seribu penduduk pada akhir Repelita V menjadi 15,1 per seribu penduduk pada akhir Repelita VI dan terus menurun menjadi 8,8 per seribu penduduk pada akhir PJP II. Dalam kaitan itu, laju pertumbuhan penduduk yang pada akhir Repelita V sekitar 1,7 persen, pada akhir Repelita VI diupayakan turun menjadi 1,5 persen dan pada akhir PJP II turun menjadi 0,9 persen.

Seiring dengan menurunnya laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya tingkat kesehatan dan gizi, tingkat harapan hidup penduduk Indonesia juga meningkat. Selama PJP II, rata-rata harapan hidup penduduk Indonesia diperkirakan meningkat dari sekitar (3 tahun pada akhir PJP I menjadi sekitar 71 tahun pada akhir PJ II.

Sementara itu, selama PJP II jumlah angkatan kerja diperkirakan meningkat lebih cepat dari laju pertumbuhan penduduk, yaitu rata-rata sekitar 3 persen per tahun dalam Repelita VI dan tata-rata sekitar 2 persen per tahun menjelang akhir PJP II. Ini berarti angkatan kerja diperkirakan meningkat sebesar 12,6 juta orang dalam Repelita VI dan 69,1 juta orang selama PJP II.

Perkiraan perkembangan parameter kependudukan selama PJP II tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 - 1.

240

Page 20:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Pertambahan angkatan kerja tersebut diupayakan untuk dapat diserap, melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam Repelita VI tingkat pertumbuhan ekonomi diproyeksikan sebesar 6,2 persen rata-rata per tahun, yaitu 6 persen pada tahun pertama Repelita VI, dan secara bertahap meningkat menjadi 6,6 persen pada tahun terakhir Repelita VI (Tabel 4 - 2). Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk seperti itu pada akhir Repelita VI pendapatan per kapita akan melampaui US$1.000 atau secara nyata pendapatan per kapita rata-rata meningkat sekitar 4,7 persen per tahun. Kemudian, dengan momentum dan kekuatan yang mampu dipupuk dalam Repelita VI sebagai awal PJP II diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan sehingga secara rata-rata mencapai di atas 7 persen per tahun selama PJP II, yaitu 6,2 persen pada Repelita VI, dan secara bertahap meningkat menjadi 8,7 persen pada Repelita X (Tabel 4 - 3). Berdasarkan sasaran tersebut, maka pendapatan per kapita pada akhir PJP II diperkirakan naik menjadi hampir empat kalinya yaitu sekitar US$2.600 (harga konstan 1989/90) dibandingkan dengan akhir PJP I, atau rata-rata meningkat sekitar 6,0 persen setiap tahunnya.

Sesuai dengan arahan GBHN 1993 bahwa penggerak utama pembangunan ekonomi adalah sektor industri pengolahan, selama PJP II sektor industri pengolahan diharapkan meningkat selalu lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu rata-rata lebih dari 9 persen per tahun. Selanjutnya, sektor pertanian juga diharapkan tetap tumbuh dengan mantap dan memadai agar swasembada pangan dapat terpelihara secara mantap dan dinamis serta menunjang ekspor. Untuk itu, sektor pertanian selama PJP II diperkirakan meningkat rata-rata di atas 3 persen setiap tahunnya. Adapun sektor lainnya; termasuk sektor jasa, rata-rata diharapkan tumbuh di atas 7 persen setiap tahunnya. (Tabel 4 - 3)

241

Page 21:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

to TABEL4-1N SASARAN PARAMETER

KEPENDUDUKAN DALAM PJP II

PJP IIJanis Sasaran Satuan Akhir Akhir Akhir Akhir Akhir Akhir

Repelita V 1)

Repelita VI

Repelita VII

Repelita VIII

Repelita IX

Repelita X

1. Jumlah penduduk jute prang 189,1 204,4 219,4 233,6 248,5 258,1

2. Tingkat kelahiran kasar per 1.000 penduduk

24,5 22,8 20,9 19,0 17,2 16,1

3. Tingkat kematian kasar per 1.000 penduduk

7,9 7,5 7,2 7,1 7,1 7,4 2)

4. Tingkat pertambahan alamiah

per 1.000 penduduk

16,6 15,1 13,7 12,0 10,1 8,8

5. Tingkat kematian bayi per 1.000 kelahiran

58 50 43 37 31 26

6. Harapan hidup rata-rata tahun 62,7 64,6 66,3 67,8 69,3 70,6

7. Angkatan kerja juta orang 78,8 91,4 105,2 119,7 133,9 147,9

Catatan : 1) Angka perkiraan realisasi (keadaan pada akhir Repelita V) 2) Angka kematian kasar meningkat lagi karena

Page 22:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

pengaruh susunan umur penduduk yang makin tua

Page 23:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

TABEL 4-2SASARAN PERTUMBUHAN PRODUKSI NASIONAL MENURUT SEKTOR

1994/95 -1998/99(person per tahun)

Janis SasaranRepelit

aRepelita VI

Rats-1993/94 rata 1994/95 1995/9

61996/9

71997/98 1998/9

9Rata-rata

Produk domestik bruto 6,1 6,6 6,0 6,0 6,2 6,4 6,6 6,2

1. Pertanian 3,0 2,4 3,3 3,4 3,5 3,5 3,5 3,4

2. Pertambangan 3,3 5,0 2,7 2,6 2,6 2,5 2,5 2,6

3. Industri pengolahan 8,8 10,0 9,4' 8,9 8,9 10,0 9,7 9,4Industri pengolahan nonmigas 10,0 11,0 10,0 10,1 10,3 10,5 10,7 10,3

4. Bangunan 8,2 11,7 7,6 7,8 8,0 8,2 8,4 8,0

5. Perdagangan 7,1 7,1 6,3 6,5 6,7 6,7 7,0 6,6

6. Pengangkutan dan komunikasi 7,2 9,0 7,0 7,4 7,7 8,0 8,4 7,7

7. Lain-lain 6,7 7,0 6,0 6,1 6,1 6,1 6,3 6,1

Catatan : •) Angka perkiraan realisasi

Page 24:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

TABEL 4-3SASARAN PERTUMBUHAN PRODUKSI NASIONAL MENURUT SEKTOR

DALAM PJP II(person per tahun)

Pertumbuhan rata-rataJanis Sasaran Akhir

Repelita V') Repelita VI Repelita VII

Repelita VIII Repelita IX Repelita X

Produk domestik bruto 6,6 6,2 6,6 7,1 7,8 8,7

1. Pertanian 2,4 3,4 3,5 3,5 3,5 3,5

2. Industri pengolahan 10,0 9,4 9,4 9,4 9,1 8,7Industri pengolahan nonmigas 11,0 10,3 10,2 10,0 9,5 9,0

3. Lain-lain 7,2 6,0 6,3 6,8 8,0 9,5

Catalan: ') Angka perkiraan realisasi (rata-rata selama Repelita V)

Page 25:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,2 persen per tahun selama Repelita VI tersebut, sumbangan sektor produksi nonmigas diharapkan makin meningkat. Produksi nasional di luar migas diperkirakan rata-rata tumbuh 6,9 persen setiap tahunnya, di antaranya sektor industri pengolahan nonmigas akan tumbuh dengan rata-rata sekitar 10 persen pertahun dan sektor pertanian akan tumbuh dengan rata-rata 3,4 persen per tahun. Sementara itu, sektor bangunan, perdagangan, serta pengangkutan dan komunikasi masing-masing diperkirakan akan meningkat rata-rata sekitar 8 persen, 6,6 persen, dan 7,7 persen per tahun. Sektor lain-lain secara keseluruhan diharapkan akan meningkat rata-rata sebesar 6,1 persen per tahun, di antaranya sektor pemerintahan rata-rata meningkat sebesar 4,6 persen. (Tabel 4 - 2)

Dengan perkembangan sektoral seperti itu, pada akhir Repelita VI peranan sektor industri dalam harga konstan 1989/90 akan meningkat menjadi 24,1 persen dari 20,8 persen pada akhir Repelita V. Dalam kurun waktu yang sama, peranan sektor pertanian menurun menjadi 17,6 persen dari 20,2 persen, sedang-kan peranan sektor lainnya secara keseluruhan akan menurun menjadi 58,3 persen dari 59,0 persen, di antaranya peranan sektor pemerintahan menurun menjadi 5,6 persen dari 6,0 persen.

Jika dilihat dari sisi permintaan, salah sate faktor utama yang dapat mendorong tercapainya sasaran pertumbuhan rata-rata 6,2 persen per tahun adalah peningkatan ekspor nonmigas. Selama Repelita VI, ekspor nonmigas diharapkan meningkat sekitar 16,3 persen hingga 17,5 persen atau rata-rata 16,8 persen per tahun, di antaranya ekspor industri pengolahan harus dapat tumbuh dengan rata-rata sekitar 17,8 persen per tahun. Wisata mancanegara diproyeksikan mencapai 6,5 juta orang pada akhir Repelita VI. Penerimaan devisa dari jasa pariwisata diharapkan meningkat dari sekitar US$4 miliar pada akhir Repelita V menjadi sekitar US$9 miliar pada akhir Repelita VI, atau meningkat dengan rata-rata 18,6 persen per tahun. Bersamaan dengan itu, selama Repelita VI

245

Page 26:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

penerimaan devisa dari tenaga kerja di luar negeri diperkirakan mencapai US$3 miliar.

Di samping itu, pasar dalam negeri untuk berbagai barang dan jasa diharapkan terus berkembang sehingga dapat mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang direncanakan. Peningkatan pendapatan masyarakat, pemerataan pembangunan yang makin meluas, serta pengembangan industri dalam negeri dengan mutu yang makin meningkat dan harga yang makin bersaing sehingga mampu merebut pasar dalam negeri, merupakan sumber pengembangan sisi permintaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang direncanakan.

Di masa datang penyediaan modal dan tenaga kerja terampil akan terus berpacu dengan permintaannya yang terus meningkat dengan pesat. Oleh karena itu, di samping pemanfaatan peningkatan modal dan tenaga kerja terampil yang tersedia, peningkatan efisiensi dan produktivitas masyarakat di segala bidang makin digalakkan untuk mendorong sasaran pertumbuhan ekonomi tersebut. Jika ditinjau dari sisi penawaran peningkatan produk-tivitas masyarakat sangat penting dalam mendorong peningkatan kapasitas perekonomian.

Dalam Repelita VI sumbangan peningkatan stok modal dan tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi secara rata-rata mencapai 52,6 persen dan 25,6 persen. Sisanya sebesar 21,8 persen berasal dari peningkatan produktivitas masyarakat yang setiap tahunnya meningkat rata-rata sebesar 1,4 persen (Tabel 4-4). Peningkatan produktivitas masyarakat itu antara lain, terutama berasal dari peningkatan produktivitas modal dan tenaga kerja, perubahan teknologi, dan peningkatan efisiensi kelembagaan.

Produktivitas tenaga kerja yang diukur dengan nisbah nilai tambah per pekerja selama Repelita VI rata-rata meningkat sebesar 3,3 persen per tahun. Produktivitas sektor pertanian, yang masih menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia,

246

Page 27:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

TABEL 4-4SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI

1994/95-1998/99

Repelita V `) Repelita VIJanis Sasaran

Rata-rata(%/tahun)

Andil(%)

Rata-rata(%Tahun)

Andil(%)

1. Pertumbuhan ekonomi 6,6 100,0 6,2 100,0

2. Sumber-sumber pertumbuhan

a. Peningkatan stok modal 3,9 58,1 3,3 52,6

b. Peningkatan tenaga kerja 1,7 25,0 1,6 25,6

c. Peningkatan produktivitas 1,1 16,9 1,4 21,8

3. Produktivitas tenaga kerja 3,5 - 3,3 -

Catatan : ") Angka perkiraan realisasi

247

Page 28:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

akan tumbuh rata-rata sebesar 2,4 persen per tahun. Dengan terus mengupayakan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan penguasaan teknologi, produktivitas sektor industri selama Repelita VI akan tumbuh rata-rata sebesar 3,7 persen per tahun. Adapun sektor lainnya, termasuk jasa, yang peranannya akan sangat penting di masa mendatang, produktivitasnya diperkirakan tumbuh dengan rata-rata sebesar 1,7 persen per tahun.

Upaya pemerataan terus ditingkatkan, antara lain melalui penciptaan lapangan kerja yang produktif dengan penyebaran yang lebih merata ke daerah-daerah. Dengan berbagai upaya di berbagai sektor yang dilakukan secara makin terpadu, diharapkan dapat diciptakan kesempatan kerja yang secara bertahap makin memperkecil tingkat pengangguran terbuka ataupun terselubung. Selama PJP II diharapkan sebagian besar angkatan kerja dapat diserap dalam berbagai sektor. Dalam Repelita VI, sektor pertanian akan menyerap 1,9 juta orang, sektor industri pengolahan menyerap 3 juta orang, dan sisanya sekitar 7 juta orang diserap sektor lainnya, termasuk sektor jasa.

Upaya pengentasan kemiskinan akan ditingkatkan dan dilakukan secara lebih efektif serta makin terarah dan terpadu yang meliputi peningkatan sarana, prasarana, dan kualitas sumber daya manusia. Pada akhir Repelita VI, diusahakan agar persentase orang miskin dapat turun menjadi sekitar 5-6 persen dari penduduk (dari tingkat 15,1 persen pada tahun 1990); atau secara absolut jumlah orang miskin turun dari 27 juta orang dalam tahun 1990 menjadi sekitar 11-12 juta orang dalam tahun 1998. Diharapkan dalam dua Repelita mendatang, masalah kemiskinan seperti diukur berdasarkan garis kemiskinan yang berlaku sekarang sebagian besar telah dapat teratasi.

Pembangunan daerah makin didorong melalui kebijaksanaan yang terarah pada pemerataan pembangunan antardaerah, dan keseimbangan pertumbuhan antardaerah, termasuk kawasan timur Indonesia (KTI). Hal itu tercermin antara lain dari peningkatan

248

Page 29:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

pangsa KTI dalam total produk domestik regional bruto selama PJP II, yaitu dari sekitar 9 persen pada akhir Repelita V menjadi sekitar 11 persen pada akhir Repelita X.

Sementara itu, stabilitas ekonomi diproyeksikan untuk tetap dapat dipertahankan, yang antara lain laju inflasi diupayakan pada tingkat rata-rata sekitar 5 persen per tahun. Keseimbangan neraca pembayaran akan terpelihara bahkan diupayakan makin membaik. Transaksi berjalan dapat dipertahankan dalam batas yang aman untuk menunjang kelancaran pembangunan, yaitu rasionya terhadap PDB diupayakan terus-menurun, yakni dari 2,0 persen pada akhir Repelita V menjadi 1,3 persen pada akhir Repelita VI. Adapun cadangan devisa tetap dipertahankan minimal sekitar lima bulan impor.

Selama PJP II bangsa Indonesia juga akan makin mandiri dalam upaya pembangunannya, antara lain ditunjukkan dengan peningkatan rasio pajak/PDB nonmigas serta penurunan ketergan-tungan terhadap cumber dana luar negeri dan penerimaan dari migas. Rasio pajak/PDB nonmigas akan meningkat dari 12,5 persen pada akhir Repelita V menjadi 15,6 persen pada akhir Repelita VI. Persentase stok utang terhadap PDB akan menurun menjadi sekitar 46 persen pada akhir Repelita VI dari sekitar 57 persen pada akhir Repelita V. Lebih jauh lagi, ekspor nonmigas meningkat jauh lebih cepat daripada ekspor migas sehingga pangsa ekspor nonmigas dalam total ekspor kita juga akan makin besar. Di samping itu, Debt Service Ratio (DSR) total (Pemerintah + swas- ta), yaitu rasio antara seluruh cicilan utang pokok dan bunga terha-dap ekspor barang dan jasa, juga diupayakan untuk terus menurun dari sekitar 30,5 persen pada akhir Repelita V menjadi sekitar 20,6 persen pada akhir Repelita VI. Dalam periode yang sama, cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri pemerintah secara relatif terhadap pengeluaran rutin dalam APBN diupayakan menurun dari 44,3 persen menjadi 32,0 persen.

249

Page 30:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

3. Kebijaksanaan

a. Pokok-Pokok Kebijaksanaan Ekonomi Makro

Kebijaksanaan ekonomi makro senantiasa akan berlandaskan pada Trilogi Pembangunan, yaitu mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi seiring dengan meningkatnya pemerataan pembangunan dan hasilnya yang makin meluas dan didukung stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis. Untuk itu, sisi permintaan dan penawaran dalam perekonomian diupayakan untuk berkembang secara serasi dan dinamis. Sisi penawaran dipengaruhi melalui kebijaksanaan sektor rill seperti deregulasi dan debiro-kratisasi ataupun program pengeluaran pembangunan. Dalam kaitan ini kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi akan terus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Adapun sisi permintaan dipengaruhi melalui sektor keuangan, yaitu melalui kebijaksanaan keuangan negara, moneter, dan nilai tukar mata.

uang. Dalam kaitan itu, kebijaksanaan keuangan negara, moneter dan lembaga keuangan, dan neraca pembayaran, diupayakan tetap seimbang dan saling mendukung dalam rangka pengelolaan permintaan agregat.

Kebijaksanaan di bidang penanaman modal diarahkan untuk makin mendorong penanaman modal, baik modal dalam negeri maupun modal asing, dalam rangka memacu pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, meningkatkan peran aktif masyarakat dalam kegiatan ekonomi, serta memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. Dalam kaitan itu, kebijaksanaan tersebut diarahkan pada sektor-sektor usaha yang produktif, menyerap banyak tenaga kerja, serta berorientasi ekspor. Kemudahan dan iklim investasi yang lebih menarik terus diupayakan, antara lain melalui langkah kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi dan langkah lainnya yang mendukung, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, serta kebijaksanaan ekonomi makro yang tepat.

Kebijaksanaan keuangan negara tetap didasarkan pada prinsip anggaran belanja berimbang dan dinamis dalam rangka memelihara

250

Page 31:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

dan memantapkan stabilitas moneter dan ekonomi pada umumnya. Dalam kaitan itu, anggaran pendapatan dan belanja negara senantiasa diupayakan agar mencerminkan keserasian antara penerimaan dan pengeluaran dengan memungkinkan dibentuknya cadangan anggaran pembangunan (CAP) pada masa penerimaan negara melebihi yang direncanakan. Selanjutnya, besarnya anggaran diupayakan terus meningkat untuk mendukung kegiatan pembangunan dan pencapaian sasarannya.

Kebijaksanaan moneter untuk mendukung upaya memelihara stabilitas ekonomi yang mantap dan dinamis, ditempuh melalui pengendalian uang beredar yang sejalan dengan sasaran pertum-buhan ekonomi dan pengendalian laju inflasi; suku bunga yang wajar, yang mendorong gairah masyarakat untuk menabung, tetapi tetap merangsang investasi; dan nilai tukar valuta asing yang realistis, berhati-hati, dan dinamis. Pengendalian moneter dilaksanakan secara tidak langsung, antara lain melalui kebijak-sanaan penentuan likuiditas wajib minimum, operasi pasar terbuka, dan fasilitas diskonto. Dalam rangka pemerataan, baik pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan kesempatan kerja, pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak maupun pemerataan penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air, kebijaksanaan moneter diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan kemampuan golongan ekonomi lemah antara lain dengan menciptakan kemudahan akses perkreditan yang lebih besar, mendorong usaha dan kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja, dan memantapkan kestabilan harga barang kebutuhan pokok di seluruh wilayah tanah air. Sementara itu, untuk mendukung pertumbuhan, kebijaksanaan moneter diupayakan dengan penghimpunan dana sebesar-besarnya melalui lembaga keuangan dan mendorong penyalurannya secara efisien dan produktif sesuai dengan prioritas pembangunan.

Peningkatan pembangunan tidak terlepas dari peningkatan hu-bungan ekonomi dengan luar negeri, yang seluruh transaksinya direkam dalam neraca pembayaran. Defisit dalam transaksi

251

Page 32:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

ekonomi dengan luar negeri yang terlalu besar, yang men-cerminkan pengeluaran devisa yang melebihi kemampuan menghasilkan penerimaannya, akan mengganggu kepercayaan dunia usaha. Oleh karena itu, kebijaksanaan pengendalian keseimbangan neraca pembayaran sangat penting untuk mengamankan kelancaran dan kegiatan pembangunan. Kebijaksanaan tersebut diupayakan melalui kebijaksanaan kurs devisa yang mendorong ekspor, pengembangan jasa pariwisata dan jasa tenaga kerja di luar negeri, pengelolaan pinjaman luar negeri agar tetap dalam batas kemampuan untuk membayarnya, peningkatan pemanaman modal asing dan pemantapan kelancaran lalu lintas modal dan pengembangan pasar valuta asing yang sehat. Sistem devisa bebas terus dilanjutkan, dengan didukung oleh cadangan devisa yang memadai, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sekitar lima bulan impor.

b. Kebijaksanaan Pembiayaan Pembangunan

Kegiatan pembangunan yang makin meningkat dalam Repelita VI akan memerlukan investasi yang besar. Pembiayaannya diupayakan dari berbagai sumber, baik sumber dalam negeri maupun sumber luar negeri. Namun, sesuai dengan arahan GBHN 1993, dalam PJP II dana pembiayaan pembangunan terutama akan makin digali dari kemampuan sendiri. Oleh karena itu, sumber dana pembangunan dalam negeri akan dikembangkan secara maksimal. Sumber dana dalam negeri tersebut terdiri atas tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat.

Pembangunan nasional pada dasarnya dilaksanakan oleh masyarakat bersama-sama dengan Pemerintah. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan dana pembangunan, tabungan nasional baik yang berasal dari tabungan masyarakat maupun tabungan pemerintah makin dikembangkan. Peranan masyarakat dalam pembiayaan pembangunan terus ditumbuhkan atas dasar pemahaman bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban, dan tanggung jawab seluruh rakyat.

252

Page 33:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Dalam rangka meningkatkan tabungan pemerintah ditempuh dua langkah sekaligus, yaitu meningkatkan penerimaan negara, terutama yang bersumber dari penerimaan nonmigas dan mengendalikan pengeluaran rutin. Penerimaan negara nonmigas terutama penerimaan pajak, dan lebih khusus lagi pajak langsung, makin digali dan dikembangkan. Kebijaksanaan di bidang perpajakan akan terus disempurnakan untuk meningkatkan pene-rimaan pajak yang peranannya makin besar dalam penerimaan negara dan menjadi kunci dari kemampuan negara dalam membiayai pembangunan dalam Repelita VI, seperti yang dikehendaki GBHN 1993. Upaya peningkatan penerimaan pajak ini dilaksanakan dengan memperhatikan asas keadilan, pemerataan, dan manfaat serta dengan tetap memperhatikan kemampuan pembiayaan pembangunan oleh masyarakat dan dunia usaha, serta peningkatan efisiensi perpajakan. Dalam hubungan itu, sistem dan prosedur perpajakan akan terus disempurnakan dan dise-derhanakan. Kesadaran masyarakat membayar pajak secara jujur dan bertanggung jawab terus ditumbuhkan melalui berbagai upaya seperti penerangan, penyuluhan, dan langkah keteladanan. Seiring dengan itu, mutu aparatur negara dan mutu pelayanannya kepada pembayar pajak makin ditingkatkan. Peningkatan sumber penerimaan nonmigas lainnya digalakkan antara lain dengan mendorong peningkatan efisiensi dan produktivitas badan usaha milik negara sehingga penerimaan negara dapat meningkat.

Sementara itu, walaupun peranannya dalam penerimaan negara terus menurun dan prospeknya tidak cerah, penerimaan migas tetap penting. Sumber dana migas memiliki sifat strategis, yaitu sebagai sumber dana devisa negara dan sebagai sumber penerimaan rupiah bagi anggaran belanja negara. Oleh karena itu, penerimaan migas terus diupayakan peningkatannya dengan memanfaatkan peluang yang tersedia, antara lain melalui peningkatan eksplorasi lahan baru, peningkatan efisiensi produksi dan pengolahannya, dan penghematan konsumsi BBM dalam negeri.

253

Page 34:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Langkah untuk makin mendorong tabungan masyarakat, termasuk dana yang dipupuk oleh dunia usaha, sebagai sumber utama dana dalam negeri, akan mendapatkan perhatian khusus. Untuk memelihara gairah masyarakat menabung, stabilitas ekonomi yang berperan penting dan menjadi salah satu prasyarat akan terus dipelihara dan dimantapkan. Selanjutnya, untuk meningkatkan hasrat masyarakat menabung diupayakan imbalan yang memadai bagi penabung, makin beragamnya dan efisiennya lembaga keuangan yang makin dipercaya oleh masyarakat, serta pengembangan jaringan lembaga keuangan yang makin dapat menjangkau segenap lapisan masyarakat di seluruh pelosok tanah air.

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan akan dana devisa juga makin meningkat. Dana devisa dapat diperoleh antara lain melalui ekspor barang dan jasa, penanaman modal asing dan bantuan luar negeri. Di tengah suasana persaingan internasional yang makin ketat, langkah terobosan terus diupayakan untuk meningkatkan ekspor barang terutama nonmigas dan jasa termasuk pariwisata dan ekspor tenaga kerja. Penanaman modal asing makin didorong melalui langkah penyempurnaan untuk memberikan kemudahan dan iklim investasi yang lebih menarik. Sementara itu, perolehan dan pemanfaatan bantuan luar negeri diupayakan sejalan dengan arahan GBHN 1993, yaitu bantuan luar negeri fungsinya sebagai pelengkap yang secara bertahap peranannya dalam pembiayaan pembangunan dikurangi dan yang diperoleh dengan syarat lunak, tidak memberatkan dan tanpa ikatan politik serta dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan yang produktif sesuai dengan prioritas dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.

Sesuai dengan arahan GBHN 1993, selama PJP II langkah untuk memperbaiki efisiensi investasi serta mengaktifkan peran serta masyarakat makin ditingkatkan dan diperluas di segala bidang. Langkah tersebut sangat penting dan mendasar untuk

254

Page 35:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

memacu laju pembangunan, terlebih lagi dalam suasana ketidakpastian dan keterbatasan dana di tahun yang akan datang.

Salah satu langkah penting dalam rangka peningkatan efisiensi investasi adalah upaya penurunan dana investasi yang dibutuhkan bagi setiap satuan peningkatan produksi yang ditargetkan. Upaya ini mencakup antara lain melanjutkan kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi untuk menghapuskan hambatan yang tidak perlu, serta bersama dengan upaya penyempurnaan dan pemantapan kelembagaan dan aparatur yang menyeluruh di semua sektor dan kegiatan, baik sektor pemerintah dari tingkat pusat sampai ke tingkat desa maupun di sektor swasta dan kemasyarakatan. Selain itu, kapasitas yang ada digunakan secara optimal didukung dengan penyediaan dana yang memadai bagi operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun.

Peningkatan peran serta aktif masyarakat sangat penting dalam meningkatkan potensi untuk memacu laju pembangunan di segala bidang. Sehubungan dengan itu, kegiatan investasi yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, termasuk dunia usaha makin didorong. Untuk itu, langkah menciptakan iklim yang sehat dan merangsang kegiatan investasi masyarakat akan terus dikembangkan agar tercapai tingkat investasi yang memadai dengan pola investasi yang sesuai dengan sasaran pembangunan, seperti pembangunan prasarana ekonomi, perluasan kapasitas industri nonmigas dan program peningkatan mutu sumber daya manusia. Seiring dengan itu dana investasi pemerintah akan dialokasikan atas dasar prioritasnya yang makin dipertajam serta dampaknya dalam mendorong kegiatan investasi masyarakat. Langkah tersebut antara lain berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Selain itu, juga dilakukan penyederhanaan prosedur pelayanan investasi, perluasan dan kemudahan akses terhadap sumber ekonomi dan faktor produksi serta kemudahan memasuki pasar, dan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Perhatian khusus diberikan kepada pengembangan usaha

255

Page 36:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

menengah dan kecil termasuk koperasi dalam rangka membangun tatanan ekonomi yang kukuh dan andal berdasarkan demokrasi ekonomi. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, kegiatan investasi baik pemerintah maupun swasta dilaksanakan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Untuk itu, penyediaan dana investasi pemerintah dan swasta guna meningkatkan mutu lingkungan hidup semakin didorong.

Selain itu, dalam pelaksanaan investasi tersebut perhatian dan prioritas utama akan diberikan kepada kegiatan ekonomi berskala kecil dan menengah. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan pemerataan kegiatan ekonomi berbagai skala untuk mencapai kondisi persaingan dan keadaan pasar yang lebih sehat yang akan mendukung pembangunan lebih lanjut.

V. RENCANA INVESTASI DALAM REPELITA VI

1. Umum

Dalam setiap Repelita, upaya mewujudkan sasaran pembangunan yang ingin dicapai dijabarkan ke dalam berbagai kebijaksanaan pembangunan. Kebijaksanaan tersebut dijabarkan lebih lanjut ke dalam program. Kebijaksanaan dan program pembangunan dilaksanakan, baik oleh masyarakat maupun oleh Pemerintah, ataupun oleh masyarakat bersama Pemerintah. Program yang meliputi berbagai kegiatan pembangunan tersebut dituangkan dalam rencana investasi yang meliputi baik investasi masyarakat maupun pemerintah.

Dana untuk membiayai kegiatan pembangunan tersebut digali secara optimal dari berbagai sumber dan dimanfaatkan secara maksimal untuk pencapaian sasaran pembangunan.

Dalam Repelita VI untuk mencapai sasaran pembangunan keseluruhan, yaitu laju pertumbuhan ekonomi sebesar rata-rata 6,2

256

Page 37:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

persen per tahun, .diperkirakan diperlukan dana investasi yang seluruhnya berjumlah Rp660,1 triliun pada harga yang berlaku (Tabel 4 - 5), atau rata-rata meningkat sebesar 12,5 persen per tahun. Dana investasi tersebut terdiri dari dana investasi masyarakat yang diperkirakan mencapai Rp484,2 triliun atau meningkat rata-rata 12,6 persen per tahun dan dana investasi pemerintah sebesar Rp175,9 triliun atau meningkat rata-rata 12,0 persen per tahun. Dengan perkiraan PDB selama Repelita VI mencapai sekitar Rp2.150 triliun, persentase investasi terhadap produksi nasional diharapkan mencapai sekitar 30,7 persen selama Repelita VI.

Seperti halnya dengan repelita sebelumnya, investasi yang akan dilaksanakan dalam Repelita VI khususnya investasi pemerintah, mempunyai cakupan yang luas yaitu meliputi seluruh pengeluaran untuk pembangunan nasional. Pengertian tersebut mencakup tidak hanya pengeluaran pembentukan modal fisik saja, tetapi juga pengeluaran investasi nonfisik seperti investasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Sesuai dengan arahan GBHN 1993, pengerahan investasi tersebut tidak hanya untuk pembangunan bidang ekonomi, tetapi juga untuk pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan, yang semuanya akan ditingkatkan sepadan dan agar saling mengait dan memperkuat dengan pembangunan bidang ekonomi sehingga lebih menjamin ketahanan nasional dan kesinambungan pembangunan.

2. Perkiraan Sumber-Sumber Pembiayaan

GBHN 1993 menggariskan bahwa pembiayaan investasi sedapat mungkin diupayakan dari sumber dana dalam negeri yang terdiri tabungan pemerintah dan masyarakat. Selama Repelita VI, sumber pembiayaan yang berasal dari tabungan dalam negeri akan mencapai Rp 623,5 triliun, sedangkan dana luar negeri hanya akan mencapai Rp 36,6 triliun (Tabel 4 - 6). Dana luar negeri di sini meliputi baik sektor swasta maupun pemerintah dan mempunyai

257

Page 38:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

TABEL 4-5PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI

1994/95 -1998/99(triliun rupiah)

Janis Sasaran Repelita V ') Repelita VI1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1996/9

71997/9

81998/99 Jumlah

Pembentukan modal domestik bruto

93,4 371,2 102,1 113,5 128,8 147,7 168,0 660,1

a. Pemerintah 25,2 100,9 27,4 30,4 34,5 39,1 44,5 175,9

b. Masyarakat 68,2 270,3 74,7 83,1 94,3 108,6 123,5 484,2

Catatan : ') Angka perkiraan realisasi

Page 39:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

TABEL 4-6SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

1994/95-1998/99(triliun rupiah)

Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99 Jumlah

1. Tabungan Dalam Negeri 87,3 341,5 95,3 106,4 120,8 140,1 160,9 623,5

a. Pemerintah (bruto) 26,0 95,1 27,9 30,4 32,5 38,4 42,2 169,4

b. Masyarakat 61,3 246,4 67,4 76,0 88,3 103,7 118,7 454,1

2. Dana Luar Negeri (neto) 6,1 29,7 6,7 7,1 8,0 7,8 7,1 36,6

Jumlah 93,4 371,2 102,1 113,5 128,8 147,7 168,0 660,1

Catatan : *) Angka perkiraan realisasi

Page 40:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

pengertian neto, yaitu setelah memperhitungkan pembayaran kembali hutang luar negeri. Dalam hubungan ini, peranan tabungan dalam negeri dalam pembiayaan investasi diperkirakan meningkat dari 92 persen selama Repelita V menjadi 94,5 persen selama Repelita VI. Sementara itu dalam periode yang sama, peranan dana luar negeri turun dari 8 persen menjadi 5,5 persen. Apabila dilihat dari persentase terhadap produksi nasional, tabungan dalam negeri selama Repelita VI mencapai 28,9 persen, sedangkan dana luar negeri hanya berkisar sekitar 1,8 persen. (Tabel 4 - 6)

a. Tabungan Pemerintah

Seperti dalam repelita sebelumnya, tabungan pemerintah di sini mempunyai pengertian bruto, yaitu merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin sebelum diperhitungkan pembayaran kembali pokok pinjaman luar negeri pemerintah, tetapi sudah dimasukkan pembayaran bunga utang. Atas dasar pengertian tersebut, tabungan pemerintah diperkirakan akan meningkat 10,3 persen per tahun sehingga selama Repelita VI peranannya dalam tabungan dalam negeri rata-rata mencapai 27,2 persen atau 7,9 persen dari produksi nasional. Peningkatan tersebut terutama berasal dari penerimaan dalam negeri yang rata-rata meningkat sekitar 13 persen per tahun. Dalam periode yang sama penerimaan pajak yang merupakan bagian terbesar dari penerimaan dalam negeri meningkatkan rata-rata 17,3 persen sedangkan bagian penerimaan minyak bumi dan gas alam cair rata-rata meningkat sekitar 0,5 persen setiap tahunnya.

b. Tabungan Masyarakat

Tabungan masyarakat mencakup tabungan oleh swasta, baik perusahaan, perseorangan maupun rumah tangga, tabungan perusahaan negara, dan tabungan pemerintah daerah. Tabungan tersebut digunakan untuk membiayai investasi yang dilakukan oleh pemiliknya sendiri atau pihak lain yang disalurkan melalui lembaga keuangan.

260

Page 41:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

Dalam rangka menggalakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, tabungan masyarakat diupayakan terus meningkat. Selama Repelita VI peranan tabungan masyarakat jauh lebih tinggi daripada peranan tabungan pemerintah, yaitu rata-rata mencapai 68,8 persen dibanding 25,7 persen dari seluruh sumber pembiayaan pembangunan. Jika dilihat dari Persentasenya terhadap produksi nasional, peranan tabungan masyarakat mencapai 21 persen sedangkan tabungan pemerintah hanya mencapai sekitar 7,9 persen.

c. Neraca Pembayaran dan Sumber Dana Luar Negeri

Dalam Repelita VI berbagai upaya untuk memperbaiki neraca perdagangan luar negeri Indonesia dikembangkan dan ditingkatkan sehingga ketergantungan akan sumber dana luar negeri secara keseluruhan dapat diturunkan. Dalam kaitan itu, ekspor barang secara keseluruhan diperkirakan meningkat rata-rata sekitar 13,7 persen per tahun, yang terutama berasal dari peningkatan ekspor di luar migas sekitar 16,8 persen per tahun, sedangkan ekspor migas diperkirakan meningkat rata-rata 0,8 persen per tahun.

Dalam periode yang sama impor barang secara keseluruhan meningkat rata-rata sekitar 14,3 persen per tahun, di antaranya impor nonmigas meningkat rata-rata sekitar 15,0 persen per tahun dan impor migas naik rata-rata sekitar 7,9 persen per tahun. Peningkatan impor nonmigas terutama adalah untuk memenuhi kebutuhan barang modal dan bahan baku serta bahan penolong bagi investasi yang terus meningkat.

Selama Repelita VI, pengeluaran devisa neto untuk jasa diperkirakan naik rata-rata sebesar 8,7 persen per tahun. Untuk sektor nonmigas kenaikannya rata-rata sebesar 10,5 persen per tahun, sedangkan sektor migas rata-rata 3,2 persen per tahun. Walaupun penerimaan jasa dari sektor pariwisata terus meningkat, namun transaksi berjalan untuk jasa masih mengalami defisit yang

261

Page 42:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

cukup besar, yaitu akan mencapai sekitar US$16,5 miliar pada akhir Repelita VI.

Atas dasar perkiraan ekspor dan impor barang dan jasa tersebut di atas, dalam Repelita VI secara keseluruhan defisit transaksi berjalan secara relatif terhadap produksi nasional menurun dari 2,0 persen menjadi 1,3 persen. Defisit tersebut merupakan cerminan dari selisih antara seluruh kebutuhan investasi dan kemampuan penyediaan tabungan dari dalam negeri. Selisih antara seluruh kebutuhan investasi dan kemampuan penyediaan tabungan dalam negeri yang makin mengecil tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia berkembang makin kukuh dan mandiri.

d. Program Pembiayaan Sektor Pemerintah

Dalam Repelita VI pembangunan di sektor pemerintah akan terus ditingkatkan, yang mencakup antara lain pembangunan sarana dan prasarana dasar di berbagai bidang, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik, pengembangan sumber daya manusia, serta upaya pembangunan lainnya untuk mendorong pertumbuhan, memperluas pemerataan dan meningkatkan stabilitas ekonomi. Upaya pembangunan untuk meningkatkan pemerataan termasuk pengentasan kemiskinan akan makin besar porsi dan intensitasnya dalam pembiayaan pembangunan selama Repelita VI. Dana untuk berbagai keperluan tersebut terutama diupayakan dari tabungan pemerintah (neto) yang setiap tahunnya diperkirakan rata-rata meningkat sekitar 14 persen, sedangkan sisanya diperoleh dari bantuan luar negeri yang diperkirakan meningkat rata-rata sekitar 8,5 persen per tahun. Dengan demikian, peranan tabungan pemerintah dalam dana pembangunan akan meningkat dari 62,1 persen pada akhir Repelita V menjadi 67,7 persen pada akhir Repelita VI.

Selma Repelita VI anggaran pembangunan negara seluruhnya diperkirakan berjumlah Rp175,9 triliun atau meningkat sebesar 74 persen dari perkiraan realisasi anggaran pembangunan negara

262

Page 43:  · Web viewTABEL 4-6 SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 1994/95-1998/99 (triliun rupiah) Sumber Pembiayaan Repelita V `) Repelita VI 1993/94 Jumlah 1994/95 1995/96 1998197 1997/98 1998/99

selama Repelita V yang berjumlah Rp100,9 triliun. Pada tahun pertama Repelita VI anggaran pembangunan negara diperkirakan berjumlah Rp27,4 triliun atau 8,6 persen lebih tinggi dari anggaran pembangunan negara pada tahun terakhir Repelita V yang mencapai sekitar Rp25,2 triliun.

263