purnamaratihpilliang.files.wordpress.com€¦ · Web viewSecara psikologi, seorang ibu akan...
Transcript of purnamaratihpilliang.files.wordpress.com€¦ · Web viewSecara psikologi, seorang ibu akan...
Konsep dan Prinsip Penanganan Kegawatdaruratan Maternal pada Masa Nifas
Dosen Pembimbing : Syukrianti Syahda, SST, M. Kes
Disusun Oleh :
Purnama Ratih
Atik Watil
Desi Rahmayani
Hilda Sasmita
Nurhidra Islami
Wirda Wati
PROGRAM DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
TUANKU TAMBUSAI BANGKINANG
T.A. 2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Saat persalinan merupakan saat-saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para ibu
namun, ini juga merupakan saat yang paling meneganggangkan dimana pada saat itu ibu
harus berjuang hidup dan mati demi kelahiran sang bayi. Setiap ibu yang melahirkan pasti
menginginkan kelahiran yang normal, sehingga sang ibu bisa seakan menjadi ibu yang
seutuhnya. Pada saat persalinan ibu memiliki resiko terjadinya perdarahan bisa akibat
robekan jalan lahir (biasanya robekan serviks/leher rahim), atau karena kontraksi rahim
kurang baik (atonia uteri). Jika ibu mengalami perdarahan pasca bersalin sebaiknya ibu harus
di beri penanganan khusus apalagi jika perdarahan tersebut terjadi begitu banyak karena ini
bisa mengakibatkan kematian ibu. Penanganan setiap keadaan (robekan jalan lahir atau
atonia uteri), memerlukan pengelolaan yang berlainan. Apabila ternyata perdarahan yang
terjadi bukan akibat robekan jalan lahir, maka harus diperiksa kembali plasentanya apakah
sudah lahir atau belum. Perdarahan pada kala III (kala uri) sebelum atau sesudah lahirnya
plasenta, merupakan penyebab utama kematian ibu bersalin. Salah satu upaya mengatasi
perdarahan pasca persalinan ini adalah dengan obat. Namun bila perdarahan terjadi sebelum
plasenta lahir (Retensia plasenta), bidan harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit
terdekat. Untuk mengurangi adanya luka yang tidak bagus pasca persalinan biasanya bidan
akan melakukan episiotomi, tujuan melakukan episiotomy ini adalah untuk memperlebar
jalan lahir sehingga mempermudah persalinan pervaginam. Namun episiotomi tidak boleh
dilakukan rutin tapi hanya pada ibu dengan indikasi tertentu saja yang boleh dilakukan
tindakan episiotomi.
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada organ
reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ibu, juga mengalami
perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil
nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri
dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami
akan mengalami gejala - gejala psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian
dibutuhkan oleh oleh seorang wanita dalam dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik
maupun fisik. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada sebagian
lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan – gangguan
psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh yang oleh para peneliti dan klinisi
disebut Depresi Post Partum.
2. Rumusan Masalah
A. Kompikasi apa saja yang terjadi pada masa nifas? Dan bagaimana cara penanganannya?B. Apa saja masalah dalam menyusui? Dan bagaimana cara penanganannya?C. Apa saja gangguan psikologi pada masa nifas? Dan bagaimana cara penanganannya?
3. Tujuan
A. Untuk melengkapi tugas mata kuliah KegawatdaruratanB. Agar mengetahui apa-apa saja komplikasi pada masa nifas, serta penanganannya.C. Agar Mengetahui apa-apa saja masalah dalam menyusui, serta penanganannya.D. Agar mengetahui gangguan psikologi pada masa nifas, serta penanganannya.
BAB IIPEMBAHASAN
A. Komplikasi Masa Nifas
1. Infeksi Masa Nifas
A. Definisi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yg disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-genital genital pd wktu persalinan dan nifas. Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC yg terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kuman2 penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman2nya seperti streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
B. Faktor Predisposisi
Perdarahan Trauma persalinan Partus lama Retensio plasenta KU ibu (anemia dan malnutrition)
C. Macam-Macam Infeksi :
1. Endometritis
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pd luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada batas antara daerah yg meradang & daerah sehat trdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akn membuat pagar pertahanan & disamping itu akan keluar serum yg mengandung zat anti.Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeometra, hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu Pada endometritis yg tdk meluas, penderita pd hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 mggu keadaan akan menjadi normal.
2. Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dlm uterus langsung mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis, Peritonitis yg hanya terbatas pd daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pd peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan pd peritonitis umum suhu meningkat mjd tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata cekung dan kulit muka dingin.
Penanganan: Lakukan nasogastric suction Berikan infus (NaCl atau RL) Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
- Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam.
Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)
3. Thrombophlebitis
Yaitu penjalaran infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua golongan vena yg memegang peranan yaitu:
Vena-vena dinding rahim lig. Latum (vena ovarica, vena uterina, dan vena hipogastrika) atau disebut tromboplebitis pelvic
Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut tromboplebitis femoralis
2. Perdarahan Postpartum
A. Defenisi Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir.
Macam-Macam Perdarahan Postpartum :
1. Atonia Uteri
Yaitu gagalnya uterus berkontraksi dgn baik setelah persalinan.
Penyebab :
Umur yg terlalu muda/terlalu tua Paritas (multipara dan grandemulti) Partus lama Uterus terlalu regang atau besar (pd gemelli,bayi besar) Kelainan uterus Faktor sosial ekonomi
Penanganan
Segera lakukan massage uterus dan suntikan ergometrin scr IV. jika tindakan ini tdk berhasil lakukan kompresi bimanual pd uterus.
2. Inversio Uteri
Inversio uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit .
Pada inversion uterus, kalau hanya fundus melekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri disebut inversion uterus inkomplit/parsial. Iversio uterus yang berputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar, keadaan ini disebut inversion uteri komplit/total, sedangkan uterus yang berputar balik, keluar dari vulva disebut inversion prolaps Inversion uteri jarang terjadi berkisar antara 1: 2000 s/d 20000 kehamilan akan tetapi merupakan komplikasi kala tiga persalinan jika terjadi dapat menimbulkan shock berat dan berpotensi membahayakan jiwa.
Penyebab : Penatalaksanaan yang salah pada kala tiga persalinan termasuk penarikan tali pusat yang
berlebihan untuk pelahiran plasenta secara aktif. Perlekatan plasenta yang patologis Tali pusat pendek Terjadinya secara spontan tidak diketahui penyebabnya
Penatalaksaan : Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan/darah penggantian dan
pemberian obat Beberapa senter memberikan tokolitik/ MgSO4 untuk melemaskan uterus yang ter balik
sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas atau tidak.
Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil di keluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infuse atau intra muscular tangan tetap di pertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru dilepaskan.
Pemberian antibiotika dan tranfusi darah sesuai dengan keperluannya Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan maneuver di
atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomibila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis .
3 .Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.
Penyebab :
His yang kurang kuat Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan Penarikan tali pusat yang terlalu kuat
Penanganan
Yaitu melakukan manual plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan insisi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.
4.Robekan Jalan Lahir
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika.
Penyebab :
Faktor Maternal
1. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
4. Edema dan kerapuhan pada perineum
5. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
6. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
7. menekan kepala bayi ke arah posterior.
8. Peluasan episiotomi
Faktor-faktor janin :
1. Bayi yang besar
2. Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
3. Kelahiran bokong
4. Ekstrasksi forceps yang sukar
5. Dystocia bahu
6. Anomali congenital, seperti hydrocephalus.
Penatalaksanaan
Robekan perineum yang melebihi tingkat satu harus dijahit. Hal ini dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dilakukan secara manual,
tetapi lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Pasien dianjurkan untuk berbaring
dalam posisi litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptic dan luas robekan
ditentukan dengan seksama.
Pada robekan perineum tingkat dua, setelah di beri anestesi local otot-otot diafragma
urogenetalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan
kulit perineum ditutup.
B. Masalah Dalam Menyusui
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui, terjadi hubungan yang erat antara ibu dan anak. Seorang ibu, tentu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui yaitu:
1. Payudara Bengak Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak), yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri, lalu memberi prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh, karena sekresi ASI terus berlangsung, sementara bayi tidak disusukan, sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan. Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand atau sesuka bayi). Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih
mudah ditangkap/diisap oleh bayi. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara. Berikan kompers hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayimengisap (menangkap)
putting susu. Lakukan pengurutan (massage) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara, untuk
mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara.
2. Kelainan Putting Susu Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan anatomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui. Misalnya, puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
Puting susu datar yaitu, apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi. Meskipun demikian, pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
Puting susu terpendam (tertarik ke dalam) yaitu, jika sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola, atau tertarik ke dalam. Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya, sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui, tidak semua kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa, kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
3. Putting Susu Nyeri dan Putting Susu Lecet Puting susu nyeri pada ibu menyusui, biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut :
Posisi bayi saat menyusu yang salah. Yaitu puting susu tidak masuk ke dalam mulut bayi sampai pada areola, sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan atau tekanan terus-menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu. Tali lidah (frenulum linguae) bayi pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap
sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap)
Puting susu nyeri, biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi. Yaitu bibir bayi menutup areola, sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi
Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya, atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
4. Saluran Susu Tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructive duct), adalah suatu keadaan terjadinya sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui, atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut, yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini, pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct), ada beberapa hal yang dianjurkan :
Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur, agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis).
Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh. Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi, karena dapat berlanjut menjadi radang
payudara. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara, dapat diberikan kompres hangat dan dingin. Yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu, dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
5. Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini, biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara, antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri, dan berbenjol-benjol.
Untuk mengatasi hal tersebut, ibu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya, supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri), serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam).
Bila mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui). Yaitu menggerakkan lengan secara berputar, sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara, sehingga statis dapat dihindari. Yang berarti dapat mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
6. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut, dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini, maka perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlagesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit, dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Jadi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
7. Air Susu Ibu Berkurang
Banyak di kalangan para ibu yang mengira, bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI, sebenarnya bukan dari hal tersebut, tetapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya, maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Untuk mengetahui tingkat kenaikan berat ini, dapat dilihat, misalnya dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya, biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi, sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
8. Bayi Bingung Puting
Istilah bingung puting dipakai untuk menggambarkan keadaan bayi yang mengalami nipple confusion, karena diberi susu formula dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol sangat berlainan. Untuk menyusui bayi memerlukan usaha yang "lebih" dari minum susu dari botol.
Untuk mengatasi hal-hal yang bisa mencegah terjadinya bingung putting, perlu dilakukan langkah-langkah:
ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu saja, ibu harus menerapkan cara menyusui yang benar, ibu sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (sesuka bayi), ibu perlu lebih sabar dan lebih telaten ketika menyusui bayi, sebaiknya ibu melaksanakan perawatan payudara setelah melahirkan secara sistemik dan
teratur
9. Bayi Enggan Menyusui
Bayi enggan menyusu perlu mendapat perhatian secara khusus terutama terhadap bayi dengan gumoh, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang. Bayi dengan gejala tersebut perlu dibawa ke dokter ahli untuk mendapatkan tindakan medis.
Penyebab lain bayi enggan menyusu antara lain :
Hidung tertutup lendir atau ingus karena pilek sehingga sulit mengisap/bernafas. Bayi dengan sariawa n/moniliasis, nyeri untuk mengisap. Terlambat dimulainya menyusu waktu di Rumah Sakit karena tidak dirawat gabung antara
ibu dan anak. Bayi ditinggal lama karena ibu sakit atau bekerja.
Bayi juga mendapat susu dari botol selain dari menyusu ibunya. Bayi dengan prelacteal feeding atau mendapatkan makanan tambahan terlalu dini. Tehnik menyusui ibu yang salah. ASI kurang lancar atau terlalu deras (memancar)
Penanggulangan Bayi Enggan Menyusu Sebagai Berikut :
Apabila bayi pilek, ibu diajarkan cara membersihkan lubang hidung. Berikan pengobatan bila mulut bayi sakit sariawan/moniliasis. Berikan lebih banyak kesempatan kepada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih
mengenal sifat/cirinya Ibu perlu tahu tehnik menyusu yang benar. Sebaiknya ibu tidak memberi prelacteal feeding (makanan tambahan) yang terlalu dini pada
bayi. Apabila ASI keluar terlalu deras/memancar, keluarkan ASI sedikit sebelum menyusu baru
kemudian bayi disusukan dengan posisi agak tegak/berdiri. Bila ASI kurang lancar, sebaiknya menyusui lebih lama dan lebih sering (sesuka bayi) serta
pada waktu menyusui posisi kepala bayi lebih didekatkan pada payudara, tangan ibu menahan kepala bayi agar tetap pada posisinya. Dengan begitu, ASI bisa keluar lebih sempurna.
C. Gangguan Psikologi Masa Nifas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dan keluarga untuk membantu ibu beradaptasi pada masa nifas adalah peran dan fungsinya ibu menjadi orang orang tua, respond dan dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwayat, dan pengalaman masa kehamilan dan persalinannya,harapan,keinginan dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan. Semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi nifas. Ketidakbahagiaan masa kehamilan akan memperburuk adaptasi fase nifasnya.
Adapun gangguan psikologi masa nifas yaitu :
1. Postpartum Bluess
Postpartum blues merupakan prasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi. keadaan ini disebabkan oleh perubahan prasaan yang dialami ibu saat ibu hami sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan prasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu,juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Postpartum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan labilitas perasaan dan depresi pada ibu. diperkirakan hamper 50-70 % seluruh wanita pasca melahirkan akan menglami postpartum blues yang terjadi pada harike 4-10 pasca persalinan.
Adapun Gejalanya Sebagai Berikut :
Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering menangis. mudah tersinggung,cemas,labilitas perasaan, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. kelelahan ,mudah sedih,cepat marah, mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat
menjadi gembira. Perasaan terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya,perasaan bersalah,dan sangat pelupa.
Faktor Penyebab :
Ibu belum siap mengahadapi persalinan,
Adanya perubahan hormone progesterone yang ketika masa kehamilan meningkat kemudian
turun secara tiba-tiba pasca persalinan.
Payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum sembuh.
Ketidaknyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti
payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas.
Ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks;
Pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan.
Penanganan :
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami
post partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di penuhi.
Cara untuk mengatasinya,antara lain :
Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan.
Bicarakan rasa cemas yang di alami.
Bersikap tulus ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran baru setelah melahirkan.
Bersikap fleksible dan tidak terlalu perfectsionis mengurs bayi dan rumah tangga .
Belajar tenang dan menarik nafas panjang
Kebutuhan istrahat yang cukup, tidurlah ketika bayi sedang tidur.
Beri dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman sesama ibu.
Konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir
factor risiko lainnya dan melakukan pengwasan .
2. Depresi PostPartum
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu
baru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban
terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk
menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih
dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di
samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai
seorang ibu.
Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang usia tengan
baya (usia 35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang telah di rencanakan
anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini bisa menyebabkan depresi.Menurut
catatan psikiater orang-prang yang menikah lebih banyak mengalami depresi dari pada yang
yang tidak menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik interpersonal
yang timbul dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Faktor Penyebab :
Kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman
Kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat
Kesulitan selama persalinan dan melahirkan;merasa terasing dan tidak mampu
Masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan;kehamilan yang tidak di inginkan
Penanganan
Lakukan konseling pada keluarga
Bila bidan tidak mampu menangani, maka kolaborasikan dengan dokter ataupun tenaga
kesehatan lainnya
BAB IIPEMBAHASAN
B. Komplikasi Masa Nifas
3. Infeksi Masa Nifas
B. Definisi
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yg disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-genital genital pd wktu persalinan dan nifas. Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC yg terjadi selama 2 hari berturut-turut. Kuman2 penyebab infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman2nya seperti streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
B. Faktor Predisposisi
Perdarahan Trauma persalinan Partus lama Retensio plasenta KU ibu (anemia dan malnutrition)
D. Macam-Macam Infeksi :
4. Endometritis
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman memasuki endometrium biasanya pd luka bekas insersio plasenta & dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada batas antara daerah yg meradang & daerah sehat trdapat lapisan terdiri atas leukosit. Leukosit akn membuat pagar pertahanan & disamping itu akan keluar serum yg mengandung zat anti.Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokeometra, hal ini dapat menyebabkan kenaikan suhu Pada endometritis yg tdk meluas, penderita pd hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya meningkat, nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 mggu keadaan akan menjadi normal.
5. Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dlm uterus langsung mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis, Peritonitis yg hanya terbatas pd daerah pelvis, gejalanya tidak seberat pd peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Sedangkan pd peritonitis umum suhu meningkat mjd tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata cekung dan kulit muka dingin.
Penanganan: Lakukan nasogastric suction Berikan infus (NaCl atau RL) Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
- Ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam.
Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)
6. Thrombophlebitis
Yaitu penjalaran infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua golongan vena yg memegang peranan yaitu:
Vena-vena dinding rahim lig. Latum (vena ovarica, vena uterina, dan vena hipogastrika) atau disebut tromboplebitis pelvic
Vena-vena tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut tromboplebitis femoralis
4. Perdarahan Postpartum
B. Defenisi Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir.
Macam-Macam Perdarahan Postpartum :
2. Atonia Uteri
Yaitu gagalnya uterus berkontraksi dgn baik setelah persalinan.
Penyebab :
Umur yg terlalu muda/terlalu tua Paritas (multipara dan grandemulti) Partus lama Uterus terlalu regang atau besar (pd gemelli,bayi besar) Kelainan uterus Faktor sosial ekonomi
Penanganan
Segera lakukan massage uterus dan suntikan ergometrin scr IV. jika tindakan ini tdk berhasil lakukan kompresi bimanual pd uterus.
2. Inversio Uteri
Inversio uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum yang dapat bersifat inkomplit sampai komplit .Pada inversion uterus, kalau hanya fundus melekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri disebut inversion uterus inkomplit/parsial. Iversio uterus yang berputar balik sehingga fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar, keadaan ini disebut inversion
uteri komplit/total, sedangkan uterus yang berputar balik, keluar dari vulva disebut inversion prolaps Inversion uteri jarang terjadi berkisar antara 1: 2000 s/d 20000 kehamilan akan tetapi merupakan komplikasi kala tiga persalinan jika terjadi dapat menimbulkan shock berat dan berpotensi membahayakan jiwa.
Penyebab : Penatalaksanaan yang salah pada kala tiga persalinan termasuk penarikan tali pusat yang
berlebihan untuk pelahiran plasenta secara aktif. Perlekatan plasenta yang patologis Tali pusat pendek Terjadinya secara spontan tidak diketahui penyebabnya
Penatalaksaan : Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan/darah penggantian dan
pemberian obat Beberapa senter memberikan tokolitik/ MgSO4 untuk melemaskan uterus yang ter balik
sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas atau tidak.
Didalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil di keluarkan dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infuse atau intra muscular tangan tetap di pertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru dilepaskan.
Pemberian antibiotika dan tranfusi darah sesuai dengan keperluannya Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan maneuver di
atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomibila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis .
3 .Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.
Penyebab :
His yang kurang kuat Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan Penarikan tali pusat yang terlalu kuat
Penanganan
Yaitu melakukan manual plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan insisi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri.
4.Robekan Jalan Lahir
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa,
kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika.
Penyebab :
Faktor Maternal
1. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
4. Edema dan kerapuhan pada perineum
5. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
6. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
7. menekan kepala bayi ke arah posterior.
8. Peluasan episiotomi
Faktor-faktor janin :
1. Bayi yang besar
2. Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan occipitoposterior
3. Kelahiran bokong
4. Ekstrasksi forceps yang sukar
5. Dystocia bahu
6. Anomali congenital, seperti hydrocephalus.
Penatalaksanaan
Robekan perineum yang melebihi tingkat satu harus dijahit. Hal ini dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dilakukan secara manual,
tetapi lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Pasien dianjurkan untuk berbaring
dalam posisi litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptic dan luas robekan
ditentukan dengan seksama.
Pada robekan perineum tingkat dua, setelah di beri anestesi local otot-otot diafragma
urogenetalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan
kulit perineum ditutup.
B. Masalah Dalam Menyusui
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui, terjadi hubungan yang erat antara ibu dan anak. Seorang ibu, tentu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui yaitu:
1. Payudara Bengak Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak), yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Jika dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri, lalu memberi prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh, karena sekresi ASI terus berlangsung, sementara bayi tidak disusukan, sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan.
Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
Susukan bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan. Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand atau sesuka bayi). Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih
mudah ditangkap/diisap oleh bayi. Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara. Berikan kompers hangat sebelum menyusui untuk memudahkan bayimengisap (menangkap)
putting susu. Lakukan pengurutan (massage) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara, untuk
mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudara.
2. Kelainan Putting Susu Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan anatomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui. Misalnya, puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
Puting susu datar yaitu, apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi. Meskipun demikian, pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.
Puting susu terpendam (tertarik ke dalam) yaitu, jika sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola, atau tertarik ke dalam. Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya, sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui, tidak semua kelainan tersebut dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa, kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
3. Putting Susu Nyeri dan Putting Susu Lecet Puting susu nyeri pada ibu menyusui, biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut :
Posisi bayi saat menyusu yang salah. Yaitu puting susu tidak masuk ke dalam mulut bayi sampai pada areola, sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan atau tekanan terus-menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu. Tali lidah (frenulum linguae) bayi pendek, sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap
sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap)
Puting susu nyeri, biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi. Yaitu bibir bayi menutup areola, sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi
Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya, atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
4. Saluran Susu Tersumbat
Saluran susu tersumbat (obstructive duct), adalah suatu keadaan terjadinya sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui, atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut, yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini, pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct), ada beberapa hal yang dianjurkan :
Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur, agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis).
Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh. Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi, karena dapat berlanjut menjadi radang
payudara. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara, dapat diberikan kompres hangat dan dingin. Yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu, dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
5. Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini, biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara, antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri, dan berbenjol-benjol.
Untuk mengatasi hal tersebut, ibu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya, supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri), serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam).
Bila mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui). Yaitu menggerakkan lengan secara berputar, sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara, sehingga statis dapat dihindari. Yang berarti dapat mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.
6. Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut, dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini, maka perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan anlagesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit, dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Jadi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).
7. Air Susu Ibu Berkurang
Banyak di kalangan para ibu yang mengira, bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar. Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis, ingin selalu menyusu pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI, sebenarnya bukan dari hal tersebut, tetapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya, maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Untuk mengetahui tingkat kenaikan berat ini, dapat dilihat, misalnya dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya, biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi, sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
8. Bayi Bingung Puting
Istilah bingung puting dipakai untuk menggambarkan keadaan bayi yang mengalami nipple confusion, karena diberi susu formula dalam botol bergantian dengan menyusu pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol sangat berlainan. Untuk menyusui bayi memerlukan usaha yang "lebih" dari minum susu dari botol.
Untuk mengatasi hal-hal yang bisa mencegah terjadinya bingung putting, perlu dilakukan langkah-langkah:
ibu harus mengusahakan agar bayi hanya menyusu pada ibu saja, ibu harus menerapkan cara menyusui yang benar, ibu sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (sesuka bayi), ibu perlu lebih sabar dan lebih telaten ketika menyusui bayi, sebaiknya ibu melaksanakan perawatan payudara setelah melahirkan secara sistemik dan
teratur
9. Bayi Enggan Menyusui
Bayi enggan menyusu perlu mendapat perhatian secara khusus terutama terhadap bayi dengan gumoh, diare, mengantuk, kuning, dan kejang-kejang. Bayi dengan gejala tersebut perlu dibawa ke dokter ahli untuk mendapatkan tindakan medis.
Penyebab lain bayi enggan menyusu antara lain :
Hidung tertutup lendir atau ingus karena pilek sehingga sulit mengisap/bernafas. Bayi dengan sariawa n/moniliasis, nyeri untuk mengisap. Terlambat dimulainya menyusu waktu di Rumah Sakit karena tidak dirawat gabung antara
ibu dan anak. Bayi ditinggal lama karena ibu sakit atau bekerja.
Bayi juga mendapat susu dari botol selain dari menyusu ibunya. Bayi dengan prelacteal feeding atau mendapatkan makanan tambahan terlalu dini. Tehnik menyusui ibu yang salah. ASI kurang lancar atau terlalu deras (memancar)
Penanggulangan Bayi Enggan Menyusu Sebagai Berikut :
Apabila bayi pilek, ibu diajarkan cara membersihkan lubang hidung. Berikan pengobatan bila mulut bayi sakit sariawan/moniliasis. Berikan lebih banyak kesempatan kepada ibu untuk merawat bayinya sendiri agar lebih
mengenal sifat/cirinya Ibu perlu tahu tehnik menyusu yang benar. Sebaiknya ibu tidak memberi prelacteal feeding (makanan tambahan) yang terlalu dini pada
bayi. Apabila ASI keluar terlalu deras/memancar, keluarkan ASI sedikit sebelum menyusu baru
kemudian bayi disusukan dengan posisi agak tegak/berdiri. Bila ASI kurang lancar, sebaiknya menyusui lebih lama dan lebih sering (sesuka bayi) serta
pada waktu menyusui posisi kepala bayi lebih didekatkan pada payudara, tangan ibu menahan kepala bayi agar tetap pada posisinya. Dengan begitu, ASI bisa keluar lebih sempurna.
C. Gangguan Psikologi Masa Nifas
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dan keluarga untuk membantu ibu beradaptasi pada masa nifas adalah peran dan fungsinya ibu menjadi orang orang tua, respond dan dukungan psikososial dari keluarga, sejarah riwayat, dan pengalaman masa kehamilan dan persalinannya,harapan,keinginan dan aspirasi pada saat hamil dan melahirkan. Semuanya saling berkaitan selama proses adaptasi nifas. Ketidakbahagiaan masa kehamilan akan memperburuk adaptasi fase nifasnya.
Adapun gangguan psikologi masa nifas yaitu :
3. Postpartum Bluess
Postpartum blues merupakan prasaan sedih yang dialami oleh seorang ibu berkaitan dengan bayinya. Biasanya muncul sekitar 2 hari sampai 2 minggu sejak kelahiran bayi. keadaan ini disebabkan oleh perubahan prasaan yang dialami ibu saat ibu hami sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan prasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu,juga karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan. Postpartum blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan labilitas perasaan dan depresi pada ibu. diperkirakan hamper 50-70 % seluruh wanita pasca melahirkan akan menglami postpartum blues yang terjadi pada harike 4-10 pasca persalinan.
Adapun Gejalanya Sebagai Berikut :
Reaksi depressi / sedih/ disporia. Sering menangis. mudah tersinggung,cemas,labilitas perasaan, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. kelelahan ,mudah sedih,cepat marah, mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat
menjadi gembira. Perasaan terjebak,marah kepada pasangan dan bayinya,perasaan bersalah,dan sangat pelupa.
Faktor Penyebab :
Ibu belum siap mengahadapi persalinan,
Adanya perubahan hormone progesterone yang ketika masa kehamilan meningkat kemudian
turun secara tiba-tiba pasca persalinan.
Payudara membengkak dan menyebabkan rasa sakit atau jahitan yang belum sembuh.
Ketidaknyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan pada emosional seperti
payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas.
Ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks;
Pengalaman dalam proses persalinan dan kehamilan.
Penanganan :
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami
post partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan
dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga di penuhi.
Cara untuk mengatasinya,antara lain :
Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin di ungkapkan.
Bicarakan rasa cemas yang di alami.
Bersikap tulus ikhlas dlam menerima aktifitas dan peran baru setelah melahirkan.
Bersikap fleksible dan tidak terlalu perfectsionis mengurs bayi dan rumah tangga .
Belajar tenang dan menarik nafas panjang
Kebutuhan istrahat yang cukup, tidurlah ketika bayi sedang tidur.
Beri dukungan suami ,keluaraga ,teman, teman sesama ibu.
Konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir
factor risiko lainnya dan melakukan pengwasan .
4. Depresi PostPartum
Depresi post partum merupakan tekanan jiwa sesudah melahirkan mungkin seorang ibu
baru akan merasa benar-benar tidak berdya dan merasa serba kurang mampu,tertindih oleh beban
terhadap tangung jawab terhadap bayi dan keluarganya,tidak bisa melakukan apapuan untuk
menghilangakan perasaan itu.Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih
dan berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan.Gejalanya sama saja tetapi di
samping itu,ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan kemampuanya sebagai
seorang ibu.
Jadi pada dasarnya depresi menyerang siapa aja,tetapi terutama orang-orang usia tengan
baya (usia 35-50 tahun) .Misalnya gagalnya mencapai sasaran-sasaran yang telah di rencanakan
anak-anak mulai meningalkan rumah dan lain-lain,semua ini bisa menyebabkan depresi.Menurut
catatan psikiater orang-prang yang menikah lebih banyak mengalami depresi dari pada yang
yang tidak menikah.Para ahli mengatakan hal ini di sebabkan oleh konflik-konflik interpersonal
yang timbul dalam relasi yang dekat didalam perkawinan.
Faktor Penyebab :
Kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman
Kekhawatiran akan bayi yang sebetulnya sehat
Kesulitan selama persalinan dan melahirkan;merasa terasing dan tidak mampu
Masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan;kehamilan yang tidak di inginkan
Penanganan
Lakukan konseling pada keluarga
Bila bidan tidak mampu menangani, maka kolaborasikan dengan dokter ataupun tenaga
kesehatan lainnya