thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan...

24
ABSTRAK E-procurement adalah sistem pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan media elektronik seperti internet atau jaringan komputer. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana penerapan layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta?. Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian empiris. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam mencari informasi yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan kepustakaan. Teknik yang dipakai adalah mengembangkan suatu kerangka kerja deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus atau deskriptif kasus. Penganalisaan data hasil penelitian memakai metode analisa deskriptif kualitatif. Kesimpulan pertama penelitian ini adalah penerapan layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan baik. Kedua, peran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) terhadap sistem e- procurement di Indonesia sangat penting dalam menyelenggarakan, menerapkan, melaksanakan dan menjalankan proses pengadaan barang atau jasa. Ini akan membantu untuk menuju proses pengadaan barang/jasa yang efektif, efisien, terbuka, akuntabilitas, bersaing, dan mendukung praktek bebas KKN. Ketiga, terdapat keterkaitan antara manajemen sumber daya manusia dengan efektif dan efisiensi pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Yogyakarta. Unsur yang mempunyai nilai tertinggi yaitu unsur manajemen sumber daya manusia yaitu sebesar 3,07. Hal ini juga sesuai dengan nilai koefisien korelasi yang diperoleh antara manajemen sumber daya manusia dengan efektif dan efisiensi sebesar 0,448 dengan nilai p=0,013 (p<0,05). Selain manajemen sumber daya manusia, terdapat unsur lain yang juga berkorelasi dengan efektivitas dan efisiensi penerapan implementasi sistem E-Procurement yaitu unsur perundang- undangan dan peraturan serta sistem (sistem E-GP). Koefisien korelasi antara perundang-undangan dan peraturan dengan efektif dan efisiensi sebesar 0,464 dengan nilai 1

Transcript of thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan...

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

ABSTRAK

E-procurement adalah sistem pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan media elektronik seperti internet atau jaringan komputer. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana penerapan layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta?.

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian empiris. Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam mencari informasi yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan kepustakaan. Teknik yang dipakai adalah mengembangkan suatu kerangka kerja deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus atau deskriptif kasus. Penganalisaan data hasil penelitian memakai metode analisa deskriptif kualitatif.

Kesimpulan pertama penelitian ini adalah penerapan layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta sudah berjalan dengan baik. Kedua, peran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) terhadap sistem e-procurement di Indonesia sangat penting dalam menyelenggarakan, menerapkan, melaksanakan dan menjalankan proses pengadaan barang atau jasa. Ini akan membantu untuk menuju proses pengadaan barang/jasa yang efektif, efisien, terbuka, akuntabilitas, bersaing, dan mendukung praktek bebas KKN. Ketiga, terdapat keterkaitan antara manajemen sumber daya manusia dengan efektif dan efisiensi pelaksanaan pengadaan barang/jasa di Yogyakarta. Unsur yang mempunyai nilai tertinggi yaitu unsur manajemen sumber daya manusia yaitu sebesar 3,07. Hal ini juga sesuai dengan nilai koefisien korelasi yang diperoleh antara manajemen sumber daya manusia dengan efektif dan efisiensi sebesar 0,448 dengan nilai p=0,013 (p<0,05). Selain manajemen sumber daya manusia, terdapat unsur lain yang juga berkorelasi dengan efektivitas dan efisiensi penerapan implementasi sistem E-Procurement yaitu unsur perundang-undangan dan peraturan serta sistem (sistem E-GP). Koefisien korelasi antara perundang-undangan dan peraturan dengan efektif dan efisiensi sebesar 0,464 dengan nilai p=0,010 (p<0,05), yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara perundang-undangan dan peraturan dengan efektif dan efisiensi dalam efektifitas penerapan implementasi sistem E-Procurement. Koefisien korelasi antara sistem (sistem E-GP) dengan efektif dan efisiensi sebesar 0,374 dengan nilai p=0,042 (p<0,05), yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara sistem (sistem E-GP) dengan efektif dan efisiensi dalam efektifitas penerapan implementasi sistem E-Procurement.

Kata Kunci: Penerapan Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Secara Elektronik

PENDAHULUAN

Di Indonesia, pengadaan barang dan jasa harus melalui proses lelang yang

memakan waktu lebih dari 90 hari atau sekitar tiga bulan. Mulai dari pengumuman

lelang di media massa, pendaftaran calon penawar, pemilihan pemenang tender, sampai

banding jika ada peserta tender yang tidak terima. Proses yang berbelit dalam tender itu

1

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

berpotensi menimbulkan beragam penyelewengan. “Menurut Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), pada awal 2007, sekitar 75% kasus korupsi berasal dari proses

pengadaan barang dan jasa (procurement). Kemudian diteruskan lagi oleh Juru Bicara

KPK “Johan Budi SP” menyatakan hampir 80% kasus yang ditangani adalah korupsi

dari pengadaan barang dan jasa” (Jakarta, Rabu 18 April 2012).

E-Procurement merupakan salah satu pendekatan terbaik dalam mencegah

terjadinya koruspsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Adanya

e-procurement peluang untuk kontak langsung antara penyedia barang/jasa dengan

panitia pengadaan menjadi semakin kecil, lebih transparan, lebih hemat waktu dan biaya

serta dalam pelaksanaannya mudah untuk melakukan pertanggung jawaban keuangan.

Hal tersebut dikarenakan sistem elektronik tersebut mendapatkan sertifikasi secara

internasional. Sistem e-procurement merupakan sebagai wujud Good Governance.

Saat ini e-procurement merupakan salah satu pendekatan terbaik dalam

mencegah terjadinya KKN dalam pengadaanbarang dan jasa pemerintah. Dengan e-

procurement peluang untuk kontak langsung antara penyedia barang atau jasa dengan

panitia pengadaan menjadi semakin kecil, lebih transparan, lebih hemat waktu dan biaya

serta dalam pelaksanaannya mudah untuk dilakukan pertanggungjawaban. Namun

dalam pelaksanaannya, oleh karena prosese- procurement ini baru diterapkan, tentunya

banyak kendala-kendala yang dihadapi. Salah satu instansi yang telahmenerapkane-

procurement yaitu Kota Yogyakarta.

Proses pengadaan secara manual berimplikasi pada sulitnya informasi harga

satuan khusus, juga perbedaan perlakuan kepada calon penyedia barang dan jasa. Juga

lemahnya pertanggung jawaban terhadap proses pengadaan. Tidak adanya informasi

stok barang digudang menyebabkan sulitnya mencapai sasaran stok optimal. Aplikasi

E-Proc mampu membawa manfaat bagi perusahaan yakni adanya standarisasi proses

pengadaan berbasis IT. Manfaat yang diperoleh e-procurement meliputi menghemat

uang, waktu, dan beban kerja tambahan yang normalnya berhubungan dengan pekerjaan

tulis-menulis. Proses pengadaan konvensional biasanya melibatkan banyak pemrosesan

kertas-kertas, yang mana menghabiskan sejumlah besar waktu dan uang. Banyak

perusahaan telah menerapkan e-procurement dengan sukses, dan memperoleh.

Pemerintah kota Yogyakarta saat ini telah menerapkan e-procurement. Bentuk

kelambagaan LPSE adalah Sekretariat di Sub Bagian Pengendalian Administrasi pada

2

Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

Bagian Pengendalian Pembangunan Setda Kota Yogyakarta. Jumlah personil LPSE 15

orang, 5 orang diantaranya outshorching. Paket Pekerjaan wajib e-procurement yang

ada di pemerintah Yogyakarta pada tahun 2008 adalah 11 paket pekerjaan (sesuai

dengan MoU Bappenas), tahun 2009 sejumlah paket pekerjaan di atas 500 juta (sesuai

dengan Perwal No. 18 Tahun 2009), dan di tahun 2010 berupa paket pekerjaan di atas

100 juta melalui ULP (sesuai dengan Perwal ULP).

Penelitian yang berkaitan dengan penerapan layanan pengadaan barang dan jasa

secara elektronik di Kota Yogyakarta penting untuk dilakukan mengingak kota

Yogyakarta telah menerapkan e-procurement sementara belum ada penelitian yang

mengkaji efektivitas dari penerapannya. Penerapan e-procurement secara efektif akan

mewujudkan manfaat dari e-procurement secara maksimal. Berdasarkan latar belakang

di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan

layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta?

Kerangka Teori

Untuk menjelaskan permasalahan yang ada, maka penulis akan menggunakan

konsep E-Government, serta E-Procurement.

1. E-Government

1.1. E-Government dalam Governance

Istilah “Governance” menunjukkan suatu proses di mana rakyat dapat

mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak

hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi,

integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, bahwa kemampuan

suatu negara mencapai tujuan negara sangat tergantung pada kualitas tata

kepemerintahan di mana pemerintah melakukan interaksi dengan sektor swasta dan

masyarakat (Thoha; 2000, 12).

Good governance tidak hanya penting bagi eksistensi negara bangsa yang

berkeadilan dan berkemakmuran, namun juga penting juga diterapkan di daerah,

termasuk unit-unit politik yang lebih bawah lagi. Lebih-lebih ketika otoritas dan

kekuasaan negara banyak didesentralisasikan ke daerah. Konsep desentralisasi

sebenarnya tidak hanya berkaitan dengan pendelegasian masalah-masalah teknis

administratif, tetapi juga masalah-masalah kekuasaan. Melalui good governance, di

3

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

daerah akan ditemukan sebuah entitas atau kehidupan politik yang berkarakteristik

seperti adanya partisipasi, memiliki visi yang strategis, rule of  law, transparansi,

responsif, pertanggungjawaban dan efektivitas serta efisien. Karakteristik demikian

sangat diperlukan guna mencapai tujuan desentralisasi itu, yakni adanya

pengelolaan daerah yang sesuai dengan konteks kedaerahan.

Teori governance dengan salah satu pendekatannya yang disebut socio

cybernatics approach (Rhodes, 1996). Inti dari pendekatan ini adalah bahwa sejalan

dengan pesatnya perkembangan masyarakat dan kian kompleknya isyu yang harus

segera diputuskan, beragamnya institusi pemerintah serta kekuatan masyarakat

madani (civil society) yang berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan

(policy making), maka hasil akhir (outcome) yang memuaskan dari kebijakan

publik tidak mungkin dicapai jika hanya mengandalkan sektor pemerintah saja.

Berkaitan dengan hal tersebut Wahab (1999: 5) menyatakan bahwa “Kebijakan

publik yang efektif dari sudut teori governance adalah produk sinergi interaksional

dari beragam aktor atau institusi”.

World Bank memberikan definisi istilah governance sebagai cara kekuasaan

negara digunakan untuk mengatur sumber daya ekonomi dan sosial dalam

pembangunan masyarakat (the way state power is used in managing economic and

social resources for development of society). Sementara UNDP dalam LAN dan

BPKP (2000: 5) mendefinisikan sebagai berikut “the exercise of political,

economic, and administrative authority to manage a nation’s  affair at all levels”.

Menurut definisi terakhir ini, governance mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu

economic, political, dan administrative.  Economic governance meliputi proses-

proses pembuatan keputusan (decision-making processes) yang memfasilitasi

aktivitas ekonomi di dalam negeri dan interaksi diantara penyelenggara ekonomi.

Economic governance mempunyai implikasi terhadap keadilan, kesejahteraan, dan

kualitas hidup (equity, poverty and quality of live). 

Revitalisasi birokrasi melalui penataan kembali sistem manajemen publik

dalam mengantisipasi tuntutan sektor swasta dan masyarakat pada umumnya

menjadi sangat penting. Good governance mengarahkan kepada upaya untuk

memperbaiki dan meningkatkan proses manajemen pemerintahan sehingga

kinerjanya menjadi lebih baik. Pola dan gaya pemerintahan harus segera dibenahi

4

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

dan dikembangkan dengan menggunakan konsep good governance. Untuk

mewujudkan good governance, maka dapat didukung dengan diterapkannya

e-government.

1.2. E-Government dalam Birokrasi

Revolusi teknologi komunikasi dan teknologi informasi telah melahirkan

high-tech komunikasi dan informasi atau dikenal dengan singkatan ICT.

Keuntungan yang ditawarkan ICT sudah banyak dipraktekkan dalam administrasi

pembangunan dan pelayanan pemerintahan. Salah satu cara yang ditempuh dalam

aplikasi ICT dalam mekanisme birokrasi pemerintahan adalah melalui penerapan

electronic Government (e-government). Di Indonesia telah diterbitkan Instruksi

Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-government. Dengan diberlakukannya Inpres tersebut maka

semakin banyak daerah yang mempunyai kekuatan dan payung hukum untuk

berkiprah dalam menerapkan e-government.

Implementasi e-government system yang mendominasi di seluruh dunia saat

ini berupa integrasi data kependudukan secara nasional dan pelayanan pendaftaran

warga negara antara lain pendaftaran kelahiran, pernikahan, kematian, penggantian

alamat, dan perpajakan. Disinilah peran pemerintah sebagai koordinator utama

untuk menciptakan lingkungan penyelenggaraan pemerintahan. Agar pelayanan

publik berjalan lebih efektif, perlu ada dorongan pada pemerintah agar

menyegerakan penerapan e-government system (Shalahuddin dan Rusli, 2005).

Pemerintah dapat memanfaatkan peluang dari teknologi yang digunakan

dalam e-government system yaitu teknologi informasi dan komunikasi, mengingat

kelak masyarakat memiliki alternatif dalam mengakses pelayanan publik secara

tradisional maupun modern (Indrajit, 2002). Namun demikian, ada dua hal yang

harus diperhatikan oleh pemerintah saat menerapkan e-government system, yaitu:

a. Kebutuhan masyarakat menjadi prioritas utama dalam pelayanan pemerintah.

Pemerintah seyogyanya tidak lagi memposisikan sebagai pihak yang dominan,

tetapi mempertimbangkan posisinya sebagai penyedia layanan bagi

masyarakat.

b. Ketersediaan sumber daya, baik dari sisi warga negara maupun pihak

pemerintah. Sumber daya dimaknai sebagai sumber daya manusia yang

5

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

terampil dan ketersediaan sumberdaya teknologi yang merata.

Tujuan besar dari penerapan e-government system adalah untuk

meningkatkan kualitas pelayanan publik. E-government system dapat mendorong

terwujudnya tata kelola pemerintahan yang transaparan, akuntabel, bebas korupsi,

ramping birokrasi, dan  meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan.

Pelayanan publik yang baik, efektif, dan efisien, dapat menjadi tolok ukur

keberhasilan pembangunan di suatu negara. Pemerintah di Indonesia perlu

menyediakan secara proporsional tenaga ahli di bidang teknologi informasi dan

komunikasi dalam tubuh lembaga pemerintahan dan penyedia layanan publik, serta

menjembatani kesenjangan aksesibilitas teknologi di seluruh wilayah Indonesia.

Semenjak 2004, pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan

Informatika telah membuat blue-print untuk pengembangan aplikasi sistem e-

government. Dalam lembar cetak biru tersebut telah dijelaskan bagaimana

penggunaan dan pengkoneksian jaringan di tingkat daerah maupun pusat. Hal-hal

yang sudah tertuang dalam blue print itu seyogyanya dapat dimanfaatkan oleh

instansi pemerintah untuk menjawab tantangan pelayanan publik yang lebih

modern dan efektif.

Implementasi e-government system di Indonesia masih separuh jalan dan

masih jauh di bawah standar yang ideal dan yang diinginkan. Agar mencapai

kondisi yang ideal, harus dilakukan penyempurnaan konsep dan strategi

pelaksanaan e-government system dari berbagai sisi. Berkaca dari Kabupaten

Sragen yang sudah menerapkan e-government system dalam penyelenggaraan

pemerintahan dari tingkat Kabupaten hingga Desa, menjadi bukti jika teknologi

informasi dan komunikasi dapat diterapkan di Indonesia dan menjadi sarana

terpenting dalam perbaikan tata kelola pemerintahan.

2. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ)

Kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh lembaga, perangkat

daerah atau institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan

sampai diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh barang atau jasa. Proses

e-procurement ini akan menjadi transparan dan dapat mudah diawasi oleh

masyarakat sehingga proses pengadaan barang dan jasa pemerintah akan adil (fair).

Pemilihan penyedia barang dan jasa dengan menggunakan sistem e-procurement

6

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

diaplikasikan untuk mewujudkan tujuan pelaksanaan barang dan jasa pemerintah

yang efektif, efisien, transparan, adil atau tidak diskriminatif dan akuntabel.

E-procurement atau lelang secara elektronik adalah proses pengadaan barang atau

jasa dalam lingkup pemerintah yang menggunakan perangkat teknologi dan

komunikasi dalam setiap proses dan langkahnya. E-procurement dapat dilakukan

melalui dua cara, yaitu e-tendering dan e-purchasing. Instrumen ini memanfaatkan

fasilitas teknologi komunikasi dan informasi meliputi pelelangan umum secara

elektronik yang diselenggarkan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik

(LPSE).

Barang menurut Yamit (2001: 16) merupakan benda yang dapat digunakan

untuk keperluan tertentu, sedangkan jasa adalah pelayanan yang diberikan individu

atau organisasi kepada konsumen. Pengertian service (pelayanan) menurut Pendit

dan Sudarta (2004: 33) adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seorang

penyedia jasa untuk seseorang sebagai penerima pelayanan agar menikmati suatu

manfaat atau merasa puas dan senang.

Disimpulkan bahwa e-purchasing sebagai tata cara pembelian barang/jasa

melalui sistem katalog elektronik. Untuk mengatur pelaksanaan pengadaan barang

dan jasa di lingkungan BI, BHMN, BUMN atau BUMD yang sebagian atau

seluruhnya dibiayai dari APBN, APBD, pinjaman atau hibah. Tujuannya ialah agar

pelaksanaan pengadaan barang atau jasa dilakukan secara efisien, efektif,

transparan, terbuka, bersaing, adil atau tidak diskriminatif, dan akuntabel. Ini sesuai

dengan Peraturan Presiden No.54 Tahun 2010.

3. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

3.1. Pengertian LPSE

LPSE adalah unit kerja atau pelaksana yang menfasilitasi Panitia Pengadaan

atau Unit Layanan Pengadaan pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah

secara elektronik.Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang selanjutnya disebut

LPSE ini ialah unit kerja yang berada di lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan

Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I) yang dibentuk untuk menyelenggarakan

sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.

Sistem Pengadaan Secara Elektronik atau disingkat SPSE adalah aplikasi e-

procurement yang dikembangkan oleh LKPP untuk digunakan oleh LPSE di

7

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

instansi pemerintah seluruh Indonesia. Fungsi LPSE ialah Menyelenggarakan

Proses Lelang yang dimulai dari Informasi-infromasi terkait lelang. Seperti,

Informasi Pendaftaran sampai kepada informasi Pengumuman. Sistem pengadaan

secara elektronik inilah yang mengatur semua bentuk proyek atau tender dengan

sistem e-procurement. Artinya bahwa Sistem e-procurement merupakan proses

pengadaan barang/jasa pemrintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik

dan berbasis web atau internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi

komunikasi dan informasi dalam proses pengadaan barang atau jasa secara

elektronik yang diselenggarakan oleh layanan pengadaan secara elektronik (LPSE).

3.2. Unsur-Unsur LPSE

3.2.1. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).

Pada bulan Desember 2007, presiden mengeluarkan Keppres No.106

tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Lembaga

ini merupakan ‘pemekaran’ Pusat Pengadaan yang sebelumnya berada di Bappenas.

Dengan adanya Keppres ini, seluruh tugas menyangkut kebijakan pengadaan

barang dan jasa pemerintah menjadi tanggung jawab LKPP, termasuk di dalamya

pengembangan dan implementasi electronic government procurement.

3.2.2. Unit Layanan Pengadaan

Unit Layanan Pengadaan sebagaimana yang tercantum dalam Perpres

dimaksud, Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit

organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa di

K/L/D/I (Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya)

yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada

(pasal 1 angka 8). Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa fungsi

utama ULP adalah pelaksanaan pengadaan, artinya unit inilah yang melaksanakan

proses pengadaan mulai dari menyusun rencana pemilihan penyedia barang dan

jasa sampai dengan melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap

penawaran yang masuk. Unit ini bersifat permanen artinya bersifat tetap bukan

panitia atau unit ad-hoc, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah

ada, karena ULP merupakan unit dari K/L/D/I.

8

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

3.2.3. E-Procurement

Galliers (Croom and Jones, 2005: 371) menyatakan bahwa “...dengan

adanya sistem inter-organisasiona dan perdagangan secara elektronik

(e-commerce) khususya, maka jelas bahwa pertanyaan tentang suatu kejelasan

melampaui apa yang kita miliki untuk mengetahui kejelasan mengenai isu bisnis-

TI. Secara sederhana, tidak ada kasus internal yang bertahan lama. Saat ini,

beberapa isu meliputi kejelasan dengan mengkolaborasikan beberapa perusahaan

dan strategi TI serta perlengkapan pelanggan (baru-baru ini

menandai/megutamakan menajemen hubungan antar pelanggan). Terbukanya

organisasi terhadap e-business memiliki dampak yang signifikan terhadap strategi

suplier IT (Information Technologi) dan sistem informasi (Information System)

serta dampak terhadap bentuk pemerintahan, atau perjanjian, struktur yang dipakai

dalam penyediaan barang.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian yang ada di kerangka teori, maka kerangka pemikiran

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Input Proses Output Outcome

- Regulasi - Kontrak - Transparasi

Pekerjaan yang ditender - ULP - Pelaksanaan kontrak - Efisiensi

- Kelembagaan - Evaluasi kontrak - Efektivitas

e-government yang baik

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa input yang ada merupakan

pekerjaan yang ditender sedangkan prosesnya meliputi regulasi, ULP serta

kelembagaan. Output dari kegiatan yaitu kontrak, pelaksanaan kontrak dan

evaluasi. Outcome kegiatan yaitu transparasi, efisiensi maupun efektivitas.

9

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

Definisi Konsepsional dan Operasional

a. Definisi Konsepsional

1. LPSE

Implementasi LPSE adalah penerapan unit kerja atau pelaksana yang

menfasilitasi Panitia Pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan pada proses

pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik. LPSE ini ialah unit kerja

yang berada di lingkungan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Institusi (K/L/D/I) yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem

pelayanan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik.

2. ULP

Implementasi ULP adalah sistem dan unit organisasi pemerintah yang

berfungsi melaksanakan pengadaan barang/jasa, artinya unit inilah yang

melaksanakan proses pengadaan mulai dari menyusun rencana pemilihan

penyedia barang dan jasa sampai dengan melakukan evaluasi administrasi,

teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk.

b. Definisi Operasional

1. Penerapan LPSE

a. Mengelola sistem e-procurement.

b. Menyediakan pelatihan kepada PPK atau Panitia dan Penyedia barang

atau jasa.

c. Menyediakan sarna akses internet bagi PPK/Panitia dan Penyedia

barang atau jasa.

d. Melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap PPK atau Panitia dan

Penyedia barang atau jasa.

2. Penerapan ULP

a. Melaksanakan proses pengadaan mulai dari menyusun rencana pemilihan

penyedia barang dan jasa sampai dengan melakukan evaluasi

administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk.

b. Memberikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan pengadaan

barang/jasa kepada PA/KPA.

10

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian

empiris. Penelitian empiris yaitu metode penyusunan yang mendeskripsikan

fakta-fakta yang digali dari objek penelitian apakah sesuai atau tidak

pelaksanaannya dengan peraturan perundang-undangan.

b. Sumber Data

Mengenai sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu

dengan menggunakan:

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam (in-depth interview) dengan

pihak-pihak yang terkait yaitu LPSE dan ULP dengan obyek yang diteliti

serta memberikan pertanyaan lisan kepada yang terkait seperti Unit Layanan

Pengadaan.

2. Data Sekunder

Pemakaian data sekunder dalam penelitian merupakan keperluan utama,

karena penelitian ini berkaitan dengan data sekunder yang digunakan

diantaranya peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, dokumen-

dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah dan lain-lain yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti yaitu implementasi layanan pengadaan barang

dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta.

c. TeknikPengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam mencari

informasi yang dibutuhkan adalah:

1. Wawancara

Bungin (2008: 108) menjelaskan bahwa wawancara mendalam (in-depth

interview) secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan untuk mendapatkan data secara detail. Teknik ini

dipergunakan untuk mendapatkan informasi secara lisan dari pada informan

yang telah ditentukan.

Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara awal dengan anggota ULP

11

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

dan LPSE yang bernama Bapak “Sulistio Handoko, Bagian Administrasi

System. Berdasarkan dari wawancara tersebut dijadikan landasan untuk

memahami tentang implementasi pengadaan barang/jasa di Kota Yogyakarta,

kemudian melakukan secara luas dan mendalam mengenai segala sesuatu

informasi dengan mengajukan tanya jawab atau percakapan secara langsung

berdasarkan daftar pertanyaan sebagai panduan kepada informan.

2. Observasi

Teknik observasi ini dipergunakan untuk memperoleh gambaran tempat

penelitian, sejarahnya, keadaan penduduk dan pendapatnya tentang

pelaksanaan kebijakan. Pelaksanaan teknik ini adalah dengan cara penelitian

turun langsung ke dalam lingkungan subyek untuk membuat catatan lapangan

yang dikumpulkan secara sistematis.

3. Dokumentasi

Melalui teknik ini mempelajari berbagai sumber data melalui laporan

hasil penelitian, catatan, buku, agenda, surat kabar dan majalah. Tujuannya

adalah untuk mencari kebenaran ilmiah secara umum sebagai landasan

berpijak dalam menganalisa data dan menjawab permasalahan yang diajukan.

4. Quesioner

Quesioner digunakan untuk mengetahui pendapat tentang implementasi

pengadaan barang/jasa di Kota Yogyakarta. Quesioner disajikan dalam

bentuk pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek penelitian.

d. Validitas Data

Untuk mengukur derajat kepercayaan (kredibilitas) menggunakan teknik

pemeriksaan keabsahan data. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik triangulasi data. Triangulasi

data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data

tersebut.

5. Teknik Analisis Data

Teknik yang dipakai adalah mengembangkan suatu kerangka kerja

deskriptif untuk mengorganisasikan studi kasus atau deskriptif kasus.

Penganalisaan data hasil penelitian memakai metode analisa deskriptif kualitatif.

12

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

Jangkauan Penelitian

Jangkauan dalam penelitian ini, penulis akan membagi batasan-batasan yang

akan menyulitkan untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data. Sehingga

penulis membatasi cakupan itu. Penelitian ini akan merucut kepada pemerintah

Kota Yogyakarta. Kemudian Penelitian ini akan memetakan beberapa hal yang

terkait dengan penelitian seperti Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang sebagai

pihak pengelola Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Yogyakarta,

kemudian LPSE itu sendiri, baik LPSE Pusat yang sebagai sample. Seperti di

lingkungan Kementerian dan LPSE Daerah. Dan terakhir Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Sebagai Pusat pengendalian keseluruhan LPSE

di Indonesia.

Kesimpulan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan layanan pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota

Yogyakarta sudah berjalan dengan baik. Hal ini nampak dari nilai korelasi antara

aspek kepemimpinan pemerintahan, manajemen sumber daya manusia,

perencanaan dan manajemen, kebijakan, perundang-undangan dan peraturan,

infrastruktur dan web services, standar, swasta integrasi, sistem (e-Gp),serta

efisiensi dan efektifitas dianggap sudah berjalan dengan baik oleh responden.

Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang menanyakan tentang penerapan

implementasi pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta

sejumlah 22 responden menyatakan bahwa implementasinya sudah baik.

2. Peran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan Layanan Pengadaan Secara

Elektronik (LPSE) terhadap sistem e-procurement di Indonesia sangat penting

dalam menyelenggarakan, menerapkan, melaksanakan dan menjalankan proses

pengadaan barang atau jasa. Ini akan membantu untuk menuju proses pengadaan

barang/jasa yang efektif, efisien, terbuka, akuntabilitas, bersaing, dan

mendukung praktek bebas KKN. Selain itu, perannya dapat mengawal proses

pengadaan barang/jasa sehingga akan meminimalisir bentuk-bentuk

penyelewengan.

13

Page 14: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

3. Berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara peran

kepemimpinan pemerintah dengan efektif dan efisiensi pelaksanaan pengadaan

barang/jasa di Yogyakarta. Unsur yang mempunyai nilai tertinggi yaitu unsur

manajemen sumber daya manusia yaitu sebesar 3,07. Mayoritas responden

memberikan jawaban bahwa manajemen sumber daya manusia dalam proses

pengadaan barang/jasa merupakan unsur penting untuk memenuhi prinsip-

prinsip pengadaan barang/jasa yang baik. Hal ini juga sesuai dengan nilai

koefisien korelasi yang diperoleh antara manajemen sumber daya manusia

dengan efektif dan efisiensi sebesar 0,448 dengan nilai p = 0,013 (p<0,05), yang

berarti terdapat korelasi yang signifikan antara manajemen sumber daya manusia

dengan efektif dan efisiensi dalam efektifitas penerapan implementasi sistem E-

Procurement. Selain manajemen sumber daya manusia, terdapat unsur lain yang

juga berkorelasi dengan efektivitas dan efisiensi penerapan implementasi system

E-Procurement yaitu unsur perundang-undangan dan peraturan serta sistem

(sistem E-GP). Koefisien korelasi antara perundang-undangan dan peraturan

dengan efektif dan efisiensi sebesar 0,464 dengan nilai p = 0,010 (p<0,05), yang

berarti terdapat korelasi yang signifikan antara perundang-undangan dan

peraturan dengan efektif dan efisiensi dalam efektifitas penerapan implementasi

sistem E-Procurement. Koefisien korelasi antara sistem (sistem E-GP) dengan

efektif dan efisiensi sebesar 0,374 dengan nilai p = 0,042 (p<0,05), yang berarti

terdapat korelasi yang signifikan antara sistem (sistem E-GP) dengan efektif dan

efisiensi dalam efektifitas penerapan implementasi sistem E-Procurement.

Artinya nilai yang terendah yaitu sistem. Kondisi sumber daya manusia yang

sangat berkorelasi dengan dengan efektif dan efisiensi karena manusia adalah

unsur utama yang menggerakkan kegiatan termasuk sistem yang ada. Hal ini

dikarenakan sebaik apapun sistem yang ada tanpa adanya sumber daya manusia

yang baik dalam melaksanakan sistem yang ada, maka sistem tersebut tidak akan

berjalan dengan lancar.

4. Hubungan antara LPSE dan ULP adalah saling menguatkan. SKPD membuat

Rencana Umum Pengadaan (RUP), setelah itu RUP diumumkan melalui LPSE.

SKPD selanjutnya membuat rencana pelaksanaan pengadaan bersama dengan

ULP. Tahap selanjutnya adalah SKPD menyerahkan rencana pelaksanaan

14

Page 15: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t33631.doc · Web viewPeran dan fungsi Unit Layanan Pengadaan (ULP), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah (LKPP) dan

pengadaan ke ULP. Setelah itu ULP menyusun dokumen pengadaan. Kemudian

pokja pengadaan melakukan proses pengadaan. ULP selanjutnya menyerahkan

berita acara hasil pengadaan ke SKPD. Setelah itu PPK menerbitkan surat

penunjukan penyedia barang/jasa. Langkah berikutnya SKPD melaksanakan

kontrak pekerjaan, dan tahap terakhir adalah diketahuinya hasil pekerjaan

barang/jasa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti dapat

memberi saran sebagai berikut:

1. Meskipun Unit Layanan Pengadaan berupaya melakukan implementasi

pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Kota Yogyakarta dengan baik,

namun kaitannya dengan kebijakan dan standar yang jelas nampaknya masih

perlu ditingkatkan agar dapat memberikan hasil yang lebih optimal dan

berkualitas.

2. Berdasarkan hasil penelitian dan observasi lapangan yang telah dilakukan,

diperoleh informasi bahwa Unit Layanan Pengadaan Yogyakarta masih

menumpang dan satu kepemimpinan bersama dengan Bagian Administrasi

Yogyakarta. Maka dari itu, untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja Unit

Layanan Pengadaan ke depannya nanti, diharapkan Unit Layanan Pengadaan

dapat berdiri sendiri. Sehingga selain lebih mudah pengelolaannya, proses kerja

juga akan lebih fokus karena tidak ada lagi pegawai yang bekerja di dua tempat

sekaligus.

15