sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang...

14
PR UJIAN BANGSAL 30/11/2019 ALTHAF DHAIFULLAH 1. Mean Aterial Pressure / MAP adalah ? Gambar diatas menunjukan Tekanan intra arteri dari arteri brachialis.Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan darah sistolik dengan diastolik. Pada daerah yang lebih gelap menunjukkan tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure = MAP). Tekanan darah arteri menunjukkan ejeksi ritmis darah dari ventrikel kiri ke aorta. Tekanan akan naik saat sistolik dan berkurang saat diastolik.Pada gambar 2.1 ditunjukkan perubahan tekanan arteri pembuluh darah besar di sirkulasi sistemik.Terdapat kenaikan yang tajam saat kontraksi ventrikel kiri mencapai puncak secara perlahan.Kira-kira 70% darah meninggalkan ventrikel kiri. Pada akhir sistolik tekanan akan turun membentuk suatu dicrotic notch atau takik saat tekanan ventrikel turun dibawah tekanan aorta. Saat katup aorta tertutup, tekanan sedikit meninggi yang merupakan kontraksi aorta dan pembuluh darah besar melawan penutupan katup. Ketika ventrikel relaksasi dan darah menuju ke pembuluh darah perifer saat diastolik, tekanan arteri turun tajam dan perlahan (Porth, 2011)

Transcript of sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang...

Page 1: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral

PR UJIAN BANGSAL 30/11/2019ALTHAF DHAIFULLAH

1. Mean Aterial Pressure / MAP adalah ?

Gambar diatas menunjukan Tekanan intra arteri dari arteri brachialis.Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan darah sistolik dengan diastolik. Pada daerah yang lebih gelap menunjukkan tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure = MAP).

Tekanan darah arteri menunjukkan ejeksi ritmis darah dari ventrikel kiri ke aorta. Tekanan akan naik saat sistolik dan berkurang saat diastolik.Pada gambar 2.1 ditunjukkan perubahan tekanan arteri pembuluh darah besar di sirkulasi sistemik.Terdapat kenaikan yang tajam saat kontraksi ventrikel kiri mencapai puncak secara perlahan.Kira-kira 70% darah meninggalkan ventrikel kiri. Pada akhir sistolik tekanan akan turun membentuk suatu dicrotic notch atau takik saat tekanan ventrikel turun dibawah tekanan aorta. Saat katup aorta tertutup, tekanan sedikit meninggi yang merupakan kontraksi aorta dan pembuluh darah besar melawan penutupan katup. Ketika ventrikel relaksasi dan darah menuju ke pembuluh darah perifer saat diastolik, tekanan arteri turun tajam dan perlahan (Porth, 2011)

Pada orang dewasa sehat, tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg.Selisih antara kedua tekanan disebut tekanan nadi (kira-kira 40 mmHg).Tekanan arteri rata-rata (MAP) normal sekitar 90-100 mmHg yang menunjukkan tekanan rata-rata sistem arteri saat kontraksi dan relaksasi ventrikel. Rumus MAP (Porth, 2011) :

Page 2: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral

2. Kelainan nervus VII dan XII pada pasien stroke ?

Pada manifestasi dari stroke terutama hemiparesis dapat dilihat adanya manifestasi kelumpuhan UMN dari nervus kranialis VII dan XII berupa disimetrisitas mulut ketika pasien diminta meringis dan adanya disartria.

Manifestasi ini timbul dikarenakan walau secara umum kebanyakan nervus kranialis motorik (N III, IV, V, VI, VII, IX, X, XII, XII) mendapatkan input motorik bilateral dari korteks serebri (Patestas&Gartner, 2006). Akan tetapi muskulus yang dipersarafi N. VII ada yang hanya mendapat input motorik kontralateral saja dari korteks serebri, Di lain pihak N.XII mendapatkan input motorik dominan dari hemisfer serebri kontralateral (Baehr, 2010).

Snell (2010) menyatakan bahwa koneksi kortikal bilateral ada untuk semua nuklei motorik nervus kranialis kecuali untuk bagian nukleus fasialis (VII) yang mensuplai muskulus wajah bagian bawah dan bagian nukleus hipoglossus (XII) yang mensuplai muskulus genioglossus.

Otot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral pada korteks motorik, kapsula interna ataupun jaras motorik desenden setelahnya. Proyeksi dari hemisferium serebri yang intak cukup untuk mengkompensasi. Bagaimanapun, untuk muskulus yang hanya menerima input kortikal kontralateral,jika terjadi lesi unilateral maka akan terlihat parese (Martin, 2003).

Divisi motorik N.VII menginervasi otot otot wajah. Otot-otot dahi yang mendapat input kortikal bilateral tidak terganggu karena masih ada kompensasi sehingga pasien masih dapat memejamkan mata danmenaikkanalis dengan kuat tetapi otot wajah bagian bawah yang hanya mendapat input kortikal kontralateral tampak lumpuh(Baehr, 2010). Sudut mulut pasien sisi yang parese tampak lebih rendah, lipatan nasolabial sisi yang lumpuh mendatar dan hanya sudut mulut yang sehat saja yang dapat terangkat (Sidharta &Mardjono, 2008).

Di lain pihak N.XII mendapatkan input terutama dari hemisfer serebri kontralateralsehingga bila terjadi lesi di korteks serebri motorik seperti yang terjadi pada stroke, selain hemiparesis ekstremitas sesisi juga sering didapatkan manifestasi disartria (pelo), deviasi lidah ke arah lesi ketika dijulurkan akibat akibat paresis m. Genioglosus sesisi yang berperan pada protusi lidah (Baehr, 2010).

3.Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis ?

A. PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS

Refleks adalah jawaban terhadap suatu perangsangan. Gerakan yang timbul namanya gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuaian diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan volunter, maupun untuk membela diri. Bila suatu perangsangan dijawab dengan bangkitnya suatu gerakan, menandakan bahwa daerah yang dirangsang dan otot yang bergerak secara reflektorik terdapat suatu hubungan.

DASAR TEORI

Refleks neurologik bergantung pada suatu lengkungan (lengkung refleks) yang terdiri atas jalur aferen yang dicetus oleh reseptor dan sistem eferen yang mengaktifasi organ efektor, serta hubungan antara kedua komponen ini. Bila lengkung ini rusak maka refleks akan hilang. Selain lengkungan tadi didapatkan pula hubungan dengan pusat-pusat yang lebih

Page 3: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral

tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat-pusat yang lebih tinggi di otak yang tugasnya memodifikasi refleks tersebut. Bila hubungan dengan pusat yang lebih tinggi ini terputus, misalnya karena kerusakan pada sistem piramidal, hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi.

Bila dibandingkan dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan sensibilitas, maka pemeriksaan refleks kurang bergantung kepada kooperasi pasien. Ia dapat dilakukan pada orang yang kesadarannya menurun, bayi, anak, orang yang rendah inteligensinya dan orang yang gelisah. Dalam sehari-hari kita biasanya memeriksa 2 macam refleks fisiologis yaitu refleks dalam dan releks superfisial.

Refleks dalam (refleks regang otot)

Refleks dalam timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Refleks dalam juga dinamai refleks regang otot (muscle stretch reflex). Nama lain bagi refleks dalam ini ialah refleks tendon, refleks periosteal, refleks miotatik dan refleks fisiologis.

Refleks superfisialis

Refleks ini timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau di sekitarnya. Jadi bukan karena teregangnya otot seperti pada refleks dalam. Salah satu contohnya adalah refleks dinding perut superfisialis (refleks abdominal).

Tingkat jawaban refleks

Jawaban refleks dapat dibagi atas beberapa tingkat yaitu :

-  (negatif) : tidak ada refleks sama sekali -  ± : kurang jawaban, jawaban lemah

-  + : jawaban normal -  ++ : jawaban berlebih, refleks meningkat

B. PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIK

Refleks patologik adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan pada orang-rang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defendif atau postural yang pada orang dewasa yang sehat terkelola dan ditekan oleh akifitas susunan piramidalis. Anak kecil umur antara 4 – 6 tahun masih belum memiliki susunan piramidal yang sudah bermielinisasi penuh, sehingga aktifitas susunan piramidalnya masih belum sepmpirna. Maka dari itu gerakan reflektorik yang dinilai sebagai refleks patologik pada orang dewasa tidak selamanya patologik jika dijumpai pada anak- anak kecil, tetapi pada orang dewasa refleks patologikselalu merupakan tanda lesi UMN.

Page 4: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral

Refleks-refleks patologik itu sebagian bersifat refleks dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisialis. Reaksi yang diperlihatkan oleh refleks patologik itu sebagian besar adalah sama, akan tetapi mendapatkan julukan yang bermacam-macam karena cara membangkitkannya berbeda-beda. Adapun refleks-refleks patologik yang sering diperiksa di dalam klinik antara lain refleks Hoffmann, refleks Tromner dan ekstensor plantar response atau tanda Babinski.

1. Reflek BabinskiCara : Goreskan ujung palu reflek pada telapak kaki bagian lateral dari posterior ke anterior. Goresan dibelokkan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki.Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

2. Reflek ChaddockCara : Goreskan ujung palu reflek pada kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar maleolus lateralis dari posterior ke anterior.Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya

3. Reflek GondaCara : Tekuk (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.

4. Reflek BingCara : berikan rangsang tusuk pada kulit yang menutupi metatarsal kelima. Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.

5. Reflek SchaeferCara : Pencet tendon achilles secara kerasRespon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.

6. Reflek OpenheimCara : urut krista anterior tibia dari proksiml ke distalRespon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.

7. Reflek GordonCara : Tekan betis secara kerasRespon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki lainnya.

8. Reflek MendelCara : Ketuk dorsum pedis pada daerah os coboideum Respon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal

9. Reflek RossolimoCara : Ketuk pada telapak kakiRespon : fleksi jari-jari kaki pada sendi interfalangeal

Reflek patologik yang dilakukan pada tangan adalah :

1. Reflek HoffmanCara : gores kuku jari tengah pasienRespon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi

2. ReflekTrommerCara : colek pada ujung jari tengah pasien Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi

Page 5: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral
Page 6: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral
Page 7: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral
Page 8: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral
Page 9: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral
Page 10: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral
Page 11: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral
Page 12: sarafambarawa.files.wordpress.com€¦  · Web viewOtot-otot yang diinervasi nukleus motorik yang mendapat input kortikal bilateral tidak menjadi lemah setelah terkena lesi unilateral

Daftar Pustaka

Baehr Mathias. 2010. Diagnosis Topik Neurologi Duss: Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala

Edisi 4; alih bahasa, Alifa Dimanti. EGC: Jakarta

Bahar, Wuysang dalam Manual CSL IV Sistem Neuropsikiatri , 2014

https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/08/MANUAL-CSL-

IV_2014-Pemeriksaan-Sistem-Motorik-Refleksi-Fisiologis-Patologis-Primitif.pdf

Martin, John H. 2003. Neuroanatomy: Text And Atlas, 3rd Edition. McGraw-Hill: New York

Patestas Maria A &Gartner Leslie P. 2006. A Textbook Of Neuroanatomy. Blackwell

Publishing: Australia

Sidharta Priguna, DR Prof dan Mardjono Mahar, DR Prof. 2008. Neurologi Klinis Dasar.

Penerbit Dian Rakyat: Jakarta

Snell, Richard S. 2010. Clinical Neuroanatomy, 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins :

Philadelphia