· Web viewLahan demplot adalah milik Petani dan Pencari Kayu Bakar yang menjadi anggota kelompok...

23
RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (ROPH) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN ENERGI DI SUMBERKLAMPOK DAN MELAYA – BALI BARAT YAYASAN SEKA Jl. Raya Banyubiru, No. 289, Banyubiru, Negara, Jembrana, Bali-82551 Juni 2009

Transcript of  · Web viewLahan demplot adalah milik Petani dan Pencari Kayu Bakar yang menjadi anggota kelompok...

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (ROPH)PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN ENERGI

DI SUMBERKLAMPOK DAN MELAYA – BALI BARAT

YAYASAN SEKA

Jl. Raya Banyubiru, No. 289, Banyubiru, Negara, Jembrana, Bali-82551

Juni 2009

RANGKUMAN EKSEKUTIF

Apa:

Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di Taman Nasional Bali Barat berupa pengambilan kayu bakar oleh 147 Petani dan Pencari Kayu Bakar di 9 desa khususnya 40 orang di Desa Sumberklampok dan Desa Melaya untuk kebutuhan subsisten dan untuk dijual, maka perlu dibuat demplot kebun energi seluas 10 hektar dengan memanfaatkan lahan milik masyarakat yang selama ini tidak dimanfaatkan/diterlantarkan. Kebun energi mengintegrasikan antara tanaman kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian. Jenis tanaman penghasil kayu bakar antara lain Sengon, Gamal, Kaliandra, Lamtoro dan Turi. Jenis tanaman pakan ternak adalah Rumput Gajah dan Rumput Raja. Jenis tanaman pertanian adalah Jagung dan Cabe.

Dengan model kebun energi ini diharapkan faktor utama yang mengancam target konservasi yaitu pengambilan kayu bakar di hutan hujan dataran rendah yang menjadi habitat Jalak Bali akan berkurang terutama oleh petani dan pencari kayu bakar di 2 desa target sehingga pada akhirnya mampu menurunkan tingkat pengambilan kayu bakar dari hutan TNBB.

Siapa:

Pihak-pihak yang akan terlibat dalam program kebun energi dan telah memberikan dukungan adalah RARE Bogor, Yayasan SEKA - Jembrana, Sekaha Tani Buleleng (STB), Sekaha Tani Jembrana (STJ), Balai

Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Dinas Kehutanan dan Perkebunan (DISHUTBUN) Kabupaten Buleleng, Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) Kabupaten Buleleng.

Khalayak sasaran utama yang akan dijangkau adalah 147 Petani dan pencari bakar di 9 desa dengan target khusus 40 orang yang berada di 2 desa, yaitu Sumberklampok dan Melaya. Alasan pemilihan lokasi target khusus di 2 desa ini didasarkan pada hasil survey yang menyatakan bahwa sebagian besar pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB dilakukan oleh petani dan pencari kayu bakar di Desa Sumberklampok (62.5%) dan Melaya (57.1%). Disamping itu, secara administrasi sebagian wilayah Desa Sumberklampok dan Desa Melaya adalah hutan konservasi TNBB, sedangkan 7 desa lainnya secara administrasi wilayahnya berbatasan dengan TNBB.

Dalam sehari, intensitas pengambilan kayu bakar oleh masyarakat Desa Sumberklampok dan Melaya rata-rata sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sore dengan total volume kayu bakar yang diambil ±0.75m 3. Tingkat kerusakan hutan yang menjadi habitat Jalak Bali secara riil belum diketahui secara pasti karena belum ada penelitian sebelumnya tentang luasan hutan yang rusak akibat pengambilan kayu bakar. Namun dari data pendahuluan yang didapat, diperkirakan tingkat kehilangan kayu harian untuk hutan TNBB minimal adalah 30 m3. Jika tidak segera dihentikan, diperkirakan potensi kehilangan kayu di TNBB sebesar 10.950 m3 per tahun.

Selama ini kayu bakar dijual langsung ke tetangga yang membutuhkan dan dijual ke luar desa melalui pengepul yang ada di Sumberklampok dan dari Jembrana yang secara berkala datang ke desa untuk membeli kayu bakar yang telah dikumpulkan oleh masyarakat. Pembelian dilakukan 2 kali dalam satu minggu dengan harga Rp 1.200 untuk setiap ikat. Penghasilan rata-rata dalam 1 minggu adalah Rp 350.000.

Kapan:

Untuk fase persiapan dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2009, berupa penentuan lokasi kebun energi, pelatihan pertanian dan pembibitan tanaman. Fase Pelaksanaan berupa pengolahan lahan dan Penanaman akan mulai dilakukan pada bulan November 2009 dengan pertimbangan bahwa pada bulan tersebut telah memasuki awal musim penghujan sehingga tingkat hidup tanaman cukup tinggi. Diperkirakan mulai Pebruari 2010 tanaman pakan ternak mulai dipanen, dan selanjutnya dilakukan pemanenan seminggu sekali. Untuk tanaman kayu bakar, diharapkan pada Juni 2010 mulai dilakukan pemangkasan terhadap tanaman kayu bakar.

Jumlah demplot untuk kebun energi adalah 10 hektar yang terbagi menjadi 20 plot, masing-masing plot seluas 0,5 hektar. Demplot akan dipusatkan di Desa Sumberklampok dan Melaya masing-masing 5 hektar, yang diharapkan menjadi pusat pembelajaran pengelolaan kebun energi bagi masyarakat di kawasan Taman Nasional Bali Barat. Masyarakat di 7 desa secara penuh akan mengikuti perkembangan proses kegiatan yang telah direncanakan, sehingga diharapkan pada pertengahan program, mulai terjadi replikasi di 6 desa. Khusus Kelurahan Gilimanuk tidak termasuk karena tidak mempunyai lahan/kebun. Lahan yang dikelola adalah lahan sosial forestry milik Dinas Kehutanan. Strategi yang telah berjalan dan dikembangkan oleh Yayasan Seka untuk Kelurahan Gilimanuk adalah melakukan pendampingan pertanian.

Bagaimana:

Peluang pendanaan diharapkan berasal dari RARE yang meliputi biaya pembuatan demplot, tenaga kerja penyiapan dan pengolahan lahan, pengadaan bibit, penanaman, perawatan dan pendampingan. TNBB diharapkan akan membantu pengadaan bibit tanaman kayu bakar, menyediakan ahli dibidang konservasi kawasan, melakukan monitoring kawasan dan menyediakan informasi secara kontinu tentang konservasi. Dinas Kehutanan Kabupaten Buleleng diharapkan untuk memberikan bantuan bibit tanaman kayu bakar. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Buleleng diharapkan memberikan bantuan bibit pakan ternak dan bantuan teknis berupa pelatihan dan penyuluhan kepada petani. Yayasan Seka akan melakukan monitoring dan pendampingan selama pelaksanaan program. Sekaha Tani Buleleng (STB) dan Sekaha Tani Jembrana (STJ) telah berkomitmen untuk membantu pelaksanaan dan monitoring kebun energi.

Nilai total strategi ini adalah sebesar USD 19,976. Sumber dana berasal dari swadaya adalah sebesar USD 10,560 dan RARE sebesar USD 8,000 serta kekurangannya sebesar USD 1,416 diharapkan dari Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB) dan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Buleleng.

Untuk memastikan kerjasama dengan pihak BTNBB, Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian, perlu dikuatkan dalam bentuk MoU untuk menjamin keberlangsungan kerjasama. Diharapkan pada pertengahan program telah terealisasi kerjasama dengan pihak-pihak tersebut.

OBJEKTIF-OBJEKTIF PROYEK DAN PELAKSANAAN

Tujuan

Untuk mengurangi ancaman utama di hutan hujan dataran rendah TNBB berupa pengambilan kayu bakar oleh Petani dan Pencari Kayu Bakar di 9 desa khususnya Desa Sumberklampok dan Desa Melaya untuk kebutuhan subsisten dan untuk dijual. Hasil yang diharapkan adalah menurunnya jumlah Petani dan Pencari kayu bakar yang mengambil kayu bakar di hutan hujan dataran rendah sebesar 40 orang dari 147 orang pada Juli 2009 menjadi 127 orang pada Juni 2010.

Objektif

Agustus 2009 Rare menyetujui dukungan Pendanaan untuk Program Kebun Energi

Agustus - Oktober 2009 Fase persiapan berupa penentuan lokasi kebun energi, pembagian peran dan tanggung jawab mengelola kebun energi, pelatihan teknis pertanian dan pembibitan tanaman kayu bakar.

November 2009 Fase pelaksanaan berupa pembuatan demplot kebun energi seluas 10 hektar yang dibagi menjadi 20 plot @ 0,5 hektar. Lokasi demplot dipusatkan di Desa Sumberklampok dan Melaya, masing-masing 5 hektar. Jenis tanaman penghasil kayu bakar yang ditanam antara lain Gamal, Kaliandra, Lamtoro, Sengon dan Turi. Tanaman pakan ternak berupa Rumput Gajah dan Rumput Raja. Tanaman pertanian adalah Jagung dan Cabe.

Pebruari 2010 Panen pertama tanaman pakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak sapi dan kambing serta dijual, dan selanjutnya dapat dipanen setiap seminggu sekali.

Juni 2010 Pemanfaatan kayu bakar dari demplot kebun energi yang bersumber dari pemangkasan tanaman Gamal, Lamtoro, Kaliandra dan Turi. Hasil pemangkasan dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar.

Metodologi yang digunakan dalam penilaian BROP

Pemilihan lokasi demplot kebun energi dipusatkan di 2 desa target, yaitu Desa Sumberklampok dan Desa Melaya, didasarkan pada hasil survey yang menyatakan bahwa sebagian besar pengambilan kayu bakar di dalam kawasan hutan TNBB dilakukan oleh petani dan pencari kayu bakar di Desa Sumberklampok (62.5%) dan Melaya (57.1%). Disamping itu, secara administrasi sebagian wilayah Desa Sumberklampok dan Desa Melaya adalah hutan konservasi TNBB, sedangkan 7 desa lainnya secara administrasi wilayahnya berbatasan dengan TNBB.

Penentuan besarnya demplot, yaitu seluas 10 hektar yang dijadikan 20 plot, masing-masing plot 0.5 hektar didasarkan pada jumlah petani dan pencari kayu bakar yang ada di desa Sumberklampok dan Melaya, yaitu sebanyak 40 orang. Dengan membuat demplot untuk 20 orang maka 50% dari pelaku pengambilan kayu bakar di hutan TNBB telah mulai melaksanakan strategi penyingkir halangan.

Sedangkan penentuan luas plot 0.5 hektar didasarkan pada kemampuan didalam mengelola lahan pertanian. Selama ini rata-rata petani mengelola lahan seluas 0.5 hektar di lahan milik Dinas Kehutanan (program sosial forestry).

Jika demplot kebun energi sebagai strategi penyingkir halangan diimplementasikan, maka akan mampu menekan laju kehilangan kayu untuk hutan TNBB sebesar 10.950 m3 per tahun. Perhitungan ini didasarkan pada intensitas pengambilan kayu bakar oleh masyarakat Desa Sumberklampok dan Melaya rata-rata sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pagi dan sore dengan total volume kayu bakar yang diambil ±0.75m3. Diperkirakan tingkat kehilangan kayu harian untuk hutan TNBB akibat pengambilan oleh 40 orang di 2 desa (Sumberklampok dan Melaya), minimal adalah 30 m3. Sehingga dalam setahun jumlah kehilangan kayu sebesar 10.950 m3.

Pemilihan jenis-jenis tanaman penghasil kayu bakar seperti Sengon, Gamal, Lamtoro, Kaliandra dan Turi didasarkan pada kesesuaian terhadap lokasi yang akan dijadikan demplot, dimana secara alami telah

terdapat jenis-jenis tanaman tersebut. Selain itu umur tanaman juga menjadi pertimbangan dimana pada umur 1 tahun telah mulai bisa dilakukan pemangkasan terhadap ranting dan beberapa cabang, sehingga bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar.

Diperkirakan untuk tanaman sengon akan menghasilkan 4m3 kayu bakar per pohon (batang, cabang dan ranting) dalam waktu 3 tahun. Sedangkan jenis tanaman gamal, kaliandra, lamtoro dan turi diperkirakan menghasilkan 1m3 per pohon dalam waktu 2 tahun. Total kayu bakar yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Sengon : 504 pohon x 4m3 = 2016 m3 per 3 tahun. Dalam 1 tahun akan menghasilkan kayu bakar sebanyak 672 m3

Gamal, kaliandra, lamtoro dan turi : 1.200 pohon x 1m3 = 1.200 m3 per 2 tahun. Dalam 1 tahun akan menghasilkan kayu bakar sebanyak 600 m3

Jumlah total kayu bakar yang dihasilkan dalam 1 tahun adalah 672 m3 + 600 m3 = 1.272 m3

Jumlah tersebut mampu memenuhi 11.6% dari kebutuhan kayu bakar dalam setahun.

Untuk menjangkau 7 desa lainnya strategi yang dilakukan ada 2, yaitu (1) melibatkan Masyarakat di 7 desa secara penuh untuk mengikuti perkembangan proses kegiatan yang telah direncanakan, sehingga diharapkan pada pertengahan program, mulai terjadi adopsi minimal di 3 desa. Proses adopsi ini diharapkan mulai terjadi pada pertengahan program, yaitu sekitar bulan Pebruari dimana pada waktu tersebut diharapkan dari kebun energi telah kelihatan hasilnya, sehingga dapat mendorong desa-desa lain untuk mengadopsi kebun energi. (2) Khusus untuk Kelurahan Gilimanuk strategi yang dilakukan berbeda dengan 6 desa lainnya karena tidak mempunyai lahan/kebun. Lahan yang dikelola adalah lahan sosial forestry milik Dinas Kehutanan. Strategi yang telah berjalan dan dikembangkan oleh Yayasan Seka untuk Kelurahan Gilimanuk adalah melakukan pendampingan pertanian.

Skema adopsi:

Metodologi implementasi yang diajukan

- Pembuatan Demplot Kebun energi seluas 10 hektar dibagi menjadi 20 plot @ 0,5 hektar dengan ukuran lahan 100m x 50m.

- Kebun energi menerapkan Sistem Tiga Strata (STS), yaitu sistem yang mengintegrasikan antara tanaman penghasil kayu bakar, pakan ternak dan tanaman pertanian. Dalam satu demplot kebun dibagi menjadi 3 strata, yaitu strata 1, strata 2 dan strata 3.

- Strata 1 terletak di bagian pinggir berisi tanaman kayu bakar utama adalah Sengon, sedangkan jenis tanaman kayu bakar lainnya (Gamal, Kaliandra, Lamtoro, Turi) ditanam sebagai pagar kebun. Jarak tanam untuk Sengon adalah 2 x 2 m sebanyak 4 baris. Luas tanaman kayu bakar adalah 2312 m2. Pemilihan jenis tanaman kayu bakar didasarkan pada penilaian terhadap lokasi yang akan dijadikan demplot, dimana secara alami telah terdapat jenis-jenis tanaman tersebut. Selain itu umur tanaman juga menjadi pertimbangan dimana pada umur 1 tahun telah mulai bisa dilakukan pemangkasan terhadap ranting dan beberapa cabang, sehingga bisa dimanfaatkan untuk kayu bakar.

- Strata 2 terletak di bagian tengah berisi tanaman pakan ternak yaitu Rumput Gajah dan Rumput Raja ditanam dengan jarak tanam 50 x 40cm seluas 1248 m2.

- Strata 3 terletak dibagian paling dalam dari kebun berisi tanaman Jagung dan Cabe, luasnya 1440 m2.

1. Tahap Persiapana. Menentukan lokasi demplot kebun energi

Lahan demplot adalah milik Petani dan Pencari Kayu Bakar yang menjadi anggota kelompok tani sehingga perlu disepakati mengenai pembagian peran dan tanggung jawab dalam mengelola demplot kebun energi. Tahap ini dilakukan dengan menggunakan metode pertemuan kelompok dan dilaksanakan pada Bulan Agustus 2009.

b. Pelatihan teknis pertanianTujuan dari pelatihan ini adalah membekali pelaksana kebun energi dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengelola kebun energi. Pelatihan yang diadakan meliputi pelatihan pembuatan pupuk organik dan penataan kebun. Pelaksanaan pelatihan pada Bulan September 2009. Pelatihan ini melibatkan peserta dari 9 desa yang ada di kawasan TNBB. Untuk 6 desa lainnya (Gilimanuk tidak termasuk, dengan alasan tidak mempunyai lahan untuk pengembangan kebun energi) akan mengikuti perkembangan setiap tahapan, mulai dari tahap persiapan (penentuan lokasi kebun energi, pembagian peran dan tanggung jawab mengelola kebun energi, pelatihan teknis pertanian dan pembibitan tanaman kayu bakar), pelaksanaan pembuatan demplot dan monitoring. Diharapkan pada pertengahan program telah mulai dilakukan replikasi di beberapa desa berupa pembuatan kebun energi. Khusus untuk Kelurahan Gilimanuk Strategi yang telah berjalan dan dikembangkan oleh Yayasan Seka adalah melakukan pendampingan pertanian.

c. Pengadaan bibitPengadaan bibit dilakukan pada Bulan Oktober 2009. Bibit Sengon dan cabe berasal dari pembibitan yang telah siap untuk ditanam. Bibit Gamal, Lamtoro, Kaliandra dan Turi berasal dari batang atau cabang. Tanaman pakan ternak (Rumput Gajah dan Rumput Raja) bibitnya adalah batang yang siap ditanam. Sedangkan untuk jagung bibitnya adalah biji yang siap ditanam. Kebutuhan bibit dalam 1 unit demplot seluas 0.5 hektar adalah sebagai berikut: 1) Strata 1 seluas 2312 m2 ditanami tanaman Sengon dengan Jarak tanam 2x2m. Bibit yang

dibutuhkan adalah 504 bibit ditambah dengan cadangan 10% (50 bibit) untuk mengantisipasi kematian di persemaian atau pada saat penanaman, jadi jumlahnya adalah 554 bibit. Bibit tanaman kayu bakar campuran (Gamal, Kaliandra, Lamtoro, Turi) ditanam sebagai pagar dengan jarak 25 cm, dibutuhkan bibit sebanyak 1200 bibit. Total jumlah bibit tanaman Sengon yang dibutuhkan untuk lahan demplot seluas 10 hektar adalah 554 x 20 = 11.080 bibit. Sedangkan bibit tanaman kayu bakar campuran yang dibutuhkan adalah 1200 x 20 = 24.000 bibit.

2) Strata 2 seluas 1248 m2 ditanami tanaman pakan ternak (Rumput Gajah dan Rumput Raja) dengan jarak tanam 0.5x0.5m. Bibit yang dibutuhkan adalah 1200 bibit ditambah dengan cadangan 5% (60 bibit) untuk mengantisipasi kerusakan pada saat pengangkutan, jadi jumlahnya adalah 1260 bibit. Total jumlah bibit tanaman pakan ternak yang dibutuhkan untuk lahan demplot seluas 10 hektar adalah 1260 x 20 = 25.200 bibit.

3) strata 3 seluas 1440 m2 ditanami dengan tanaman jagung dan cabe dengan sistem tumpangsari. Jumlah bibit jagung yang dibutuhkan adalah 1.5 kg dan bibit cabe sebanyak 150 bibit. Total jumlah bibit jagung yang dibutuhkan untuk lahan demplot seluas 10 hektar adalah 1.5 x 20 = 30 kg. Sedangkan bibit cabe 150 x 20 = 3000 bibit.

2. Pelaksanaana. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan meliputi pembersihan lahan, pembajakan dan pembuatan gulutan, dilaksanakan pada Minggu III Oktober 2009.

b. Penanaman1) Strata 1 luas 2312 m2

Penanaman tanaman kayu bakar campuran yang juga berfungsi sebagai pagar dilakukan pada Minggu IV Oktober dengan jarak tanam 25x25 cm. Untuk penanaman tanaman Sengon dilakukan pada Minggu I Nopember 2009 dengan jarak tanam 2x2 m. Tetapi seminggu sebelumnya yaitu pada Minggu IV Oktober 2009 dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 30x30x30 cm dan diberikan pupuk kompos.

2) Strata 2 seluas 1248 m2 Penanaman tanaman pakan ternak (Rumput Gajah dan Rumput Raja) dengan jarak tanam 0.5x0.5m dilakukan bersamaan dengan penanaman Sengon, yaitu pada Minggu I Nopember 2009. Cara penanamannya adalah bibit/batang ditancapkan langsung ke tanah dengan buku-buku batang menghadap ke atas.

3) Strata 3 seluas 1440 m2

Jagung dan Cabe ditanam pada Minggu II November 2009 dengan sistem tumpangsari. Untuk jagung penanaman dengan cara ditugal (dibuatkan lubang kecil) dan bijinya dimasukkan dalam tugal yang telah dibuat. Sedangkan untuk penanaman cabe, bibit yang telah siap langsung ditanam.

c. PerawatanPerawatan meliputi penyiraman, pemupukan, penyiangan dan melakukan penyulaman jika terdapat tanaman yang mati.

d. PemanenanPemanenan pertama kali dilakukan pada tanaman pakan ternak, yaitu Rumput Gajah dan Rumput Raja setelah tanaman berusia 3 bulan. Cara memanen adalah dengan memotong sebagian batang dan menyisakan batang pokok supaya dapat tumbuh lagi (bertunas). Selanjutnya setiap minggu bisa dilakukan pemanenan lagi. Untuk tanaman jagung panen dilakukan setelah tanaman berusia 3.5 bulan dan tanaman Cabe mulai dipanen pada umur 5 bulan.Pemangkasan tanaman kayu bakar campuran (pagar) mulai bisa dilakukan pada bulan ke 6. Hasil dari pemangkasan adalah daun untuk pakan ternak dan rantingnya untuk kayu bakar.

3. Monitoring dan EvaluasiMonitoring di lahan demplot dilakukan seminggu sekali untuk memantau perkembangan tanaman dan sebulan sekali melakukan pertemuan dengan kelompok target di 9 desa untuk membahas perkembangan program kebun energi. Evaluasi dilakukan tiap 3 bulan untuk melihat perkembangan perubahan perilaku terhadap khalayak target yang mengerjakan kebun energi dan melihat perkembangan di seluruh desa target.

4. Strategi Keberlanjutan

Untuk menjaga dan mengembangkan strategi penyingkir halangan, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk mencari dukungan dari berbagai pihak. Upaya yang akan dilakukan adalah (1) melakukan kerjasama dengan TNBB dan Dinas Kehutanan untuk pengembangan kebun energi, (2) mengembangkan biogas sebagai alternatif sumber energi pengganti kayu bakar.

PARA MITRA DAN PERANANNYA

NAMA MITRA PERAN YANG DIHARAPKAN

Istiyarto Ismu Campaign ManagerRARE – Sarilani Wirawan Dana dan supervisiYayasan Seka - Nurhadi Pendampingan selama Persiapan, Pelaksanaan dan pasca program

kebun energiSihabudin Rahman SupervisorSekaha Tani Buleleng (STB) – Relawan untuk persiapan, pelaksanaan dan monitoring program

Gde Sri Puspata kebun energiSekaha Tani Jembrana (STJ) – I Komang Warken

Relawan untuk persiapan, pelaksanaan dan monitoring program kebun energi

Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB) – Drs. P. Bambang Darmadja, M.S

Menyediakan bantuan bibit tanaman kayu bakar, Menyediakan ahli dibidang konservasi, pemberi informasi tentang konservasi, melakukan monitoring kawasan

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Buleleng – Joko Waluyo, S.Hut

Menyediakan bantuan bibit tanaman kayu bakar, Menyediakan ahli dibidang konservasi, pemberi informasi tentang konservasi, melakukan monitoring kawasan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan (DISHUTBUN) Kabupaten Buleleng – Drs. I Wayan Kawit

Menyediakan bantuan bibit tanaman kayu bakar

Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) Kabupaten Buleleng – Anang Setyobudi, SP

Menyediakan bantuan bibit tanaman pakan ternak, Menyediakan tenaga penyuluh dan pelatih pertanian

Kelompok Tani – Gde Kartika Membantu persiapan dan pelaksanaan program

TABEL RACI

Ism

u

Sarla

ni

Wira

wan

Nur

hadi

Siha

budi

n

Gde

Sri

Pusp

ata

I Kom

ang

War

ken

Bam

bang

Da

rmad

ja

Joko

W

aluy

o

I Way

an

Kaw

it

Anan

g Se

tyob

udi

Gde

Karti

ka

Keseluruhan Proyek

R A I A I I A C C C I

Pertemuan penentuan lokasi demplot

R I I A I I I C C C I

Pelatihan teknis pertanian

R I C A I I I C C R I

Pengolahan lahan

R I C A I I I C C R I

Pengadaan bibit

R I C A I II

R R R I

Penanaman R I C A I I I C C R I

Perawatan R I C A I I I C C C I

Pemanenan R I C A I I I C C R I

Monitoring R I I A I I I C C C I

Evaluasi R A I A I I I C C C I

JADWAL WAKTU PELAKSANAAN

LANGKAH- LANGKAH PELAKSANAAN (BULAN)1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Persiapan (Penentuan lokasi, pelatihan, pengadaan bibit)Penyiapan lahanPenanamanPerawatanPemanenan pakan ternakPemanenan kayu bakarPemanenan JagungPemanenan CabeMonitoring (biru) dan evaluasi (abu-abu)Laporan PerkembanganLaporan akhir

BIAYA-BIAYA

Fase Persiapan

NO KEGIATAN DETAIL JUMLAH BIAYA (Rp)SUMBER DANA (Rp)

DISTANAK SEKA SWADAYA

1 Pertemuan dengan Kelompok Tani Konsumsi 1 kali pertemuan x 50 orang @ 7.000 350,000 0 0 350,000

2 Pelatihan Teknis Pertanian : a Peralatan dan bahan praktek 2,500,000 0 2,500,000 0 b Tempat Pelatihan 500,000 0 500,000 0 c Honor Pelatih 2 orang x 5 hari @ 250.000 2,500,000 2,500,000 0 0 d Transport Pelatih 2 orang dari Denpasar @ 300.000 600,000 600,000 0 0 e Transport Panitia 3 orang selama 5 hari @ 50.000 750,000 0 750.000 0

Total 7,200,000 3,100,000 3,750,000 350,000Persentase 100% 43% 52% 5%

Fase Pelaksanaan (untuk lahan seluas 0.5 hektar atau 50 are)NO KEGIATAN DETAIL JUMLAH BIAYA (Rp)

SUMBER DANA (Rp)RARE SWADAYA

1 Penyediaan lahan Sewa lahan seluas 0.5 hektar/tahun 1,500,000 0 1,500,000 2 Pengadaan Bibit : a Pembelian bibit Sengon 554 bibit @ 2500 1,385,000 1,385,000 -

bPembelian bibit Gamal, Lamtoro, kaliandra, turi 1200 batang @ 300 360,000 360,000

-

cPembelian bibit Rumput Gajah dan Rumput Raja 1260 batang @ 200 252,000 252,000 -

d Pembelian bibit jagung 1.5 kg biji jagung 30,000 0 30,000 e Pembelian bibit cabe 150 bibit @ 300 45,000 0 45,000

3Pengolahan Lahan dan Penanaman

a Biaya pembersihan lahan 50 are @ 7.000 350,000 0 350,000 b Biaya pembajakan 50 are @ 20.000 1,000,000 400,000 600,000 c Biaya pembuatan gulutan 50 are @ 7.000 350,000 0 350,000 d Biaya penanaman seluas 50 are @ 20.000 1,000,000 400,000 600,000

e

Biaya pembuatan pagar dengan tanaman kayu bakar (Gamal, Lamtoro, kaliandra, Turi) 5 orang @ 30.000 x 1 hari 150,000 0

150,000

4 Pemupukan

aPembelian kompos 2 ton untuk lahan 0.5 hektar @750.000 1,500,000 750,000 750,000

b Pembelian mulsa organik (jerami) 1 ton 500,000 500,000 0 c Tenaga kerja pemupukan 5 orang @ 30.000 x 1 hari 150,000 0 150,000 5 Perawatan Biaya perawatan selama 30 HOK @ 30.000 900,000 0 900,000

Total Biaya Pelaksanaan Kebun Energi Seluas 0.5 hektar (1 demplot) 9,472,000 4,047,000 5,425,000 Total Biaya Pelaksanaan Kebun Energi Seluas 10 hektar adalah Rp 9,472,000 x 20 demplot 189,440,000 80,940,000 108,500,000 Persentase 100% 43% 57%

Catatan : 1 are = 100 m2; 0.5 hektar = 50 are

Fase Monitoring

NO KEGIATAN DETAIL

JUMLAH BIAYA SUMBER DANA (Rp)

(Rp) SEKA SWADAYA

1 Monitoring Kebun Terpadu

Transport ke/dari lokasi kebun energi selama fase monitoring (lokasi akan dimonitoring seminggu sekali selama 10 bulan), hanya bahan bakar

80 perjalanan motor @ 4500 360,000 360,000 0

Hari kerja 40 hari x 1 orang @ 30.0001,200,000 1,200,000 0

Konsumsi lapangan 40 hari x 1 orang @ 15.000600,000 600,000 0

2 Pertemuan kelompok target

Transport ke/dari lokasi pertemuan dengan kelompok target selama fase monitoring (pertemuan akan dilakukan sebulan sekali selama 10 bulan), hanya bahan bakar

20 perjalanan motor x 2 orang @ 9.000 360,000 360,000 0

Hari kerja 10 hari x 2 orang @ 30.000600,000 600,000 0

Total 3,120,000 3,120,0000

Persentase 100% 100%0

Biaya Total Program Kebun Energi Seluas 10 Ha

NO KEGIATAN DETAIL JUMLAH BIAYA (Rp)

SUMBER DANA (Rp)SEKA DISTANA

K RARE SWADAYA

1 Fase PersiapanBiaya pertemuan dengan kelompok tani dan pelatihan teknis pertanian

7,200,000 3,750,000

3,100,000 0 350,000

2 Fase Pelaksanaan

Biaya penyediaan lahan s/d perawatan lahan seluas 10 hektar

189,440,000 0 0 80,940,000 108,500,000

3 Fase MonitoringBiaya monitoring demplot kebun energi dan pertemuan kelompok target

3,120,000 3,120,000 0 0 0

Total (Rp) 199,760,000 6,870,000

3,100,000 80,940,000 108,850,000

USD 19,976 687 31 8,094 10,885

Persentase 100% 3.5% 1.5% 40.5% 54.5%

PEMASUKAN DAN PENGELUARAN KAS

Langkah-langkah

Implementasi Penyingkiran hambatan (biaya dalam juta rupiah)

2009 2010

Jul Agt Sep okt Novs Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul

Pemasukan Kas

Yayasan Seka 0 3.75 3.12

Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) 0 3.1 0

Rare 0 0 55.94 25

Swadaya 0.35 0 72.5 18 6 6 6

Pengeluaran Kas

Fase Persiapan

Pertemuan dengan kelompok tani 0.35

Pelatihan teknis pertanian 6.85

Fase Pelaksanaan

Penyediaan lahan (sewa lahan) 30

Pengadaan bibit 41.44

Pengolahan lahan dan penanaman 57

Pemupukan 43

Perawatan 6 6 6

Fase Monitoring

Monitoring 2.16

Pertemuan rutin dengan kelompok target 0.96

Balans Kas Netto 0 0 0 0 0 0 0 0

PENILAIAN DAMPAK DAN RESIKO

Penilaian Dampak

Program Kebun energi sangat mungkin merealisasi dampak konservasi. Aktivitas masyarakat secara bertahap akan beralih di kebun, pengambilan kayu bakar dan pakan ternak akan dilakukan di kebun sehingga intensitas masyarakat ke hutan untuk mengambil kayu bakar menurun. Jika ini terjadi secara berkelanjutan, maka hutan yang menjadi habitat Jalak Bali akan terselamatkan. Namun demikian proses ini akan mulai terjadi pada tahun ke 3. Untuk tahun pertama dan kedua pengambilan kayu bakar di hutan masih terjadi karena selama waktu tersebut kebutuhan kayu bakar belum bisa dipenuhi dari kebun energi. Strategi yang akan diterapkan adalah dengan mengembangkan biogas sebagai alternatif sumber energi pengganti kayu bakar. Strategi ini didasarkan pada potensi yang ada di desa, yaitu ternak sapi yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Untuk mendukung pencapaian strategi biogas tersebut, pada bulan Juli 2009 mulai diinisiasi kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan.

Tujuan dampak konservasi dapat bertahan dalam jangka panjang karena ketika kebutuhan kayu bakar telah terpenuhi di kebun sendiri, maka masyarakat akan merasakan manfaat dari kebun terpadu. Manfaat lainnya adalah kebutuhan pakan ternak tersedia sepanjang musim dan hasil dari tanaman pangan akan menambah pendapatan.

Faktor-faktor resiko

Faktor-faktor Resiko Konsekuensi Strategi-strategi MitigasiKepemilikan lahan/kebun (Desa Sumberklampok) masih dalam proses negosiasi dengan pemerintah kabupaten Buleleng

Tidak ada sumber pendanaan untuk melaksanakan proyek

Ketidaksesuaian antara jenis pohon yang ditanam dengan kondisi tanah

Tanah dikuasai oleh Pemkab Buleleng, masyarakat “diusir”

Pembuatan demplot kebun energi tertunda

Pertumbuhan tanaman lambat, bahkan mati

Saat ini proses kepemilikan lahan oleh masyarakat telah menemui titik terang, yaitu Pemkab akan memberikan hak milik kepada masyarakat, dan pemkab mulai mengadakan pengukuran tanah masing-masing Kepala Keluarga. Strategi mitigasinya adalah dengan melakukan lobby untuk mempercepat proses pembebasan lahan menjadi milik masyarakat

Mencari sumber pendanaan ke berbagai pihak

Konsultasi dengan ahli pertanian tentang kondisi tanah, sumber air

(jenis tanah dan tingkat kesuburan)

Ketidakpuasan anggota kelompok yang lahannya tidak dijadikan demplot

Mempengaruhi semangat kelompok dalam mengadopsi kebun terpadu

dan kecocokan terhadap jenis tanaman;Pemilihan lahan demplot yang kondisi air tanahnya tidak mengandung kadar garam yang tinggi. Pemilihan jenis pohon didasarkan pada jenis-jenis pohon yang telah tumbuh di sekitar lahan untuk demplot

Membuat kesepakatan bersama pada saat penentuan lokasi demplot, serta menegaskan pembagian peran dan tanggung jawab dalam kelompok