· Web viewJumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang...

35
LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH LAPANG “ ROGUING PADA KEDELAI ” Oleh: Kelas : Q2 (Kamis, 11.00 – 12.40) Asisten : Putri Dika Meinar Laili Bella 125040200111031 Arfia Puspa Ningrum 125040200111061 M. Abdi Guna W 125040201111029 Ayu Apri Leli Emi 125040201111123 Dwi Novia Sari 125040201111279 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Transcript of  · Web viewJumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang...

LAPORAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH LAPANG

“ ROGUING PADA KEDELAI ”

Oleh:

Kelas : Q2 (Kamis, 11.00 – 12.40)

Asisten : Putri

Dika Meinar Laili Bella 125040200111031

Arfia Puspa Ningrum 125040200111061

M. Abdi Guna W 125040201111029

Ayu Apri Leli Emi 125040201111123

Dwi Novia Sari 125040201111279

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2014

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kedelai termasuk suku polong-polongan (fabaceae) yang memiliki manfaat

sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Seiring dengan meningkatnya

pertambahan penduduk dan semakin beraneka ragam produk olahan yang berbahan baku

kedelai, maka kebutuhan akan kedelai akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Terdapat

kendala dalam membudidayakan tanaman ini terutama masalah lahan, padahal untuk

mencukupi kebutuhan permintaan kedelai dalam negeri sendiri dibutuhkan dalam jumlah

besar. Belum lagi jika terjadi gagal panen, yang berarti akan menururnkan hasil pertanian

pada komoditas tersebut.

Tanaman kedelai masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil tanaman

ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Keterbatasan lahan pertanian pada

komoditas kedelai merupakan salah satu masalah dalam upaya peningkatan produksi

Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lain, kedelai memiliki kelebihan ditinjau dari

segi agronomi maupun ekonomis seperti: lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit

lebih sedikit, dapat dipanen pada umur 55-60 hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang

subur, dan cara budidayanya mudah. Dengan demikian, kedelai mempunyai potensi yang

tinggi untuk dikembangkan. Untuk mempercepat perkembangan, ketersediaan benih yang

memadai dari varietas unggul yang sudah dilepas merupakan kunci keberhasiIan.Hal ini

karena melalui varietas yang unggul dapat diperoleh hasil yang baik, dilihat dari segi kualitas

maupun kuantutasnya. Untuk itu pengetahuan mengenai produksi benih lapang ini akan

sangat membantu dalam menghasilkan benih kedelai bermutu tinggi sehingga mampu

meningkatkan produksi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum produksi benih lapang ini adalah:

1. Mengetahui klasifikasi dan morfologi tanaman kedelai

2. Mengetahui cara budaya tanaman kedelai

3. Mengetahui teknologi produksi benih kedelai

4. Mengatahui cara penyimpanan benih kedelai setelah pemanenan .

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Hidayat (1985), tanaman kedelai memiliki klasifikasi:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Papilionaceae

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L) Merill

Gambar 1. Tanaman kedelai

a. Akar

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil.

Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon

yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang

cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar

tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai

juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada

umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang

terlalu tinggi. Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia

tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di

dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih

pada kondisi yang optimal, namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh

pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm.

Sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar

serabut ini mula-mula tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah

berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda

yang lain (Irawan, 2006).

b. Batang dan Cabang

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari

pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat

pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang

berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai

dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem

pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang.

Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi

pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate

dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah

mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe

batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi

indeterminate (Irawan, 2006).

Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan

periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar

15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan

batang determinate. Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung

dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang.

Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000

tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah batang tidak mempunyai

hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah

cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga banyak (Irawan, 2006).

c. Daun

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun

tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa

pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip

(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun

diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji.

Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk

varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata,

berjumlah antara 190-320 buah/m2. Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna

cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm.

Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3- 20 buah/mm2.

Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3- 4 kali lipat dari varietas yang

berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas

yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru (Irawan, 2006).

d. Bunga

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia

tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman

berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari

pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia yang

mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C),

sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk

peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga

kedelai menyerupai kupu-kupu (Irawan, 2006).

Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama

rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga,

tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang

terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi.

Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang

menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh

menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat

membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap

posisi buku pada 1-10 hari setelah mulai terbentuk bunga (Irawan, 2006).

e. Polong dan Biji

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya bunga

pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. Jumlah polong yang terbentuk pada setiap

ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 1-10 buah dalam setiap kelompok. Pada

setiap tanaman, jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50, bahkan ratusan. Kecepatan

pembentukan polong dan pembesaran biji akan semakin cepat setelah proses

pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk polong menjadi maksimal pada saat

awal periode pemasakan biji. Hal ini kemudian diikuti oleh perubahan warna polong, dari

hijau menjadi kuning kecoklatan pada saat masak.

Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai

mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13

g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas

tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji

berbentuk bulat telur.

Biji kedelai tidak mengalami masa dormansi sehingga setelah prosespembijian

selesai, biji kedelai dapat langsung ditanam. Namun demikian, biji tersebut harus

mempunyai kadar air berkisar 12-13% (Irawan, 2006).

2.2 Budidaya Tanaman

2.2.1 Pembibitan

a. Persyaratan Benih

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang

berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak

tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi

dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul yang

berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit.

b. Penyiapan Benih

Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur

dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di

media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya Rhizobium japonicum).

Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti

sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan

bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara. Selain itu, yang perlu diperhatikan

dalam hal memilih benih yang baik adalah kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut.

Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air

dalam biji ≥ 13% dan disimpan di ruangan bersuhu ≥ 25 derajat C, dengan kelembaban

nisbi ruang ≥ 80%.

c. Teknik Penyemaian Benih

Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi

dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam.

Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe pertumbuhan tegak dapat

diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang

banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan

lainnya tidak terganggu.

d. Pemindahan Bibit

Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan cara-cara

yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman,

sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam

pertumbuhan bahkan mati.

(Wiroatmodjo. dkk, 1991)

2.2.2 Pengolahan Media Tanam

a. Persiapan

Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan

tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan

pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan

sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin

5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan

membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan

waktu penanaman sekitar 3 minggu.

b. Pembentukan Bedengan

Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan bajak lebar

50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang

satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.

c. Pengapuran

Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus

dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan

dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam lapisan olah

tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis

2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan

pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan. Kapur halus memberikan

reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai sumber kapur dapat digunakan batu

kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi

setiap 3-4 tahun sekali. Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan

Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan

tingkat persediaan Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan

golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembangan

bintil akar.

(Wiroatmodjo. dkk, 1991)

2.2.3 Teknik Penanaman

a. Penentuan Pola Tanaman

Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40 cm. Jarak

tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm. Jarak tanam

hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah

disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman

yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya

pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.

b. Pembuatan Lubang Tanam

Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman benih

dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak antara alur

yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam

dibuat 20 cm.

c. Cara Penanaman

Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:

1) Sistem tanaman tunggal

Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh produksi

kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengan sistem ini,

membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas

ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan.

Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama dan penyakit. Kelemahan

sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga

penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam

kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.

2) Sistem tanaman campuran

Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Umur tanaman tidak jauh berbeda.

b. Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.

c. Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama dan

penyakit.

d. Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan kacang

tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon.

3) Sistem tanaman tumpangsari

Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terus menerus

sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis. Untuk

mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanam bersamaan.

d. Waktu Tanam

Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak

terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan

berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim

penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air. Waktu

tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila

ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila

ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim

penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai

pertengahan musim kemarau.

(Wiroatmodjo. dkk, 1991)

2.2.4 Pemeliharaan Tanaman

a. Penjarangan dan Penyulaman

Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji

yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk

menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera

diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu

dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu

penyulaman yang terbaik adalah sore hari.

b. Penyiangan

Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke-

2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam.

Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan

lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan

tangan atau kuret.

c. Pembubunan

Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak

perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

d. Pemupukan

Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada

tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak

diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil.

e. Pengairan dan Penyiraman

Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini

dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah

sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan

menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan

telah melalui batas toleransinya. kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian

polong dapat menyebabkan kegagalan panen. Di lahan sawah irigasi, pemberian air di

sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat

dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami

atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah.

Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang paling sering menyerang pertanaman kedelai: Aphis SPP (Aphis Glycine),

Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa), Cantalan (Epilachana Soyae), Ulat

polong (Etiela Zinchenella), Kepala polong (Riptortis Lincearis), Lalat kacang

(Ophiomyia Phaseoli), Kepik hijau (Nezara Viridula), Ulat grayak (Prodenia Litura).

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menerapkan konsep Pengendalian Hama

Terpadu (PHT). Penggunaan insektisida merupakan alternatif terakhir bila cara lain tidak

berhasil dalam mengendalikan hama. Untuk pengendalian penyakit sendiri, diantaranya

adalah Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum), Penyakit layu (Jamur tanah :

Sclerotium Rolfsii), Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori),

Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi), dilakukan dengan penyemprotan

fungisida atau juga dapat dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan.

(Wiroatmodjo. dkk, 1991).

2.3 Teknologi Produksi Benih

2.3.1 Persyaratan tanah

Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi

air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang

baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai. Kedelai tidak menuntut struktur tanah

yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang

subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang

akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah,

asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol,

grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang

mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi

tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Wiroatmodjo. dkk, 1991).

Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri

Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang).

Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik

hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal.

Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan

organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber

makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk

pertumbuhan tanaman. Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman

untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan

perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak

tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting

artinya. Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0

tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya

sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses

nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan

kurang baik.

Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi

tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul. Varietas kedelai berbiji

kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietasi

kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai

biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Wiroatmodjo. dkk,

1991).

2.3.2 Isolasi

Menurut Sadjad (1977) untuk tahap penanaman yaitu :

1. Jarak lubang tanam untuk tipe merambat adalah 20 x 50 cm, 40 x 60 cm, 30 x 40 cm.

2. Dan jarak tanam tipe tegak adalah 20 x 40 cm dan 30 x 60 cm.

3. Waktu tanam yang baik adalah awal musim kemarau/awal musim penghujan, tetapi

dapat saja sepanjang musim asal air tanahnya memadai

4. Benih dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 2 biji, tutup dengan tanah

tipis/dengan abu dapur.

Kemudian untuk tahap pemeliharaan tanaman menurut Sutopo (2002) antara lain :

1. Benih akan tumbuh 3-5 hari setelah tanam.

2. Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang

baik. Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).

3. Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu setelah tanam,

tergantung pertumbuhan rumput di kebun.

4. Penyiangan dengan cara mencabut rumput liar/membersihkan dengan alat kored.

5. Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman. Daun yang

terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.

6. Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di

siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya

dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan

pembuahan.

2.3.3 Roguing

2.3.3.1 Definisi Rouging

Salah satu langka penting yang harus dilakukan dalam kegiatan produksi benih

adalah rouging. Yang dimasud dengan rouging adalah proses pemeriksaan kondisi

tanaman dilapangan dan pembuangan tanaman yang tidak dikehendaki, yang memiliki

cirri berbeda yaitu gulma, tanaman species lain, tanaman varietas lain dalam satu

spesies dan tanaman tipe simpang (off type). Tanaman- tanaman ini disebut sebagai

rogues yang tidak dapat diterima kehadirannya di areal usaha produksi benih karena

benihnya akan mengotori produk benih yang akan dipanen karena ukuran dan

bentuknya sangat mirip sehingga tidak dapat dipisahkan atau dikenali. Adapun tujuan

dari dilakukannya rouging dalam produksi benih adalah untuk menjaga kemurnian

varietas yang dibudidayakan (Mugnisyah, 1995).

2.3.3.2 Pelaksanaan Rouging

Rouging dilakukan beberapa kali pada fase pertumbuhan yang berbeda secara

terus menerus sampai sebelum panen. Rouging sebaiknya dilakukan sepagi mungkin

sebelum matahari terlalu panas agar pengenalan terhadap ciri-ciri kritis yang ada dapat

lebih mudah dilakukan. Waktu terbaik dalam melakukan rouging adalah pada fase

pertanaman berbunga penuh karena pada fase ini sifat-sifat tanaman hamper

ditampilkan sepenuhnya dan perbedaan-perbedaan warna pada bunga akan tampak

nyata. Namun, untuk tanaman menyerbuk silang senaiknya rouging dilakukan pada

fase lebih awal yaitu sebelum pembungaan penuh atau pada saat pembungaan tetapi

sebelum serbuk sari matang dan belum dilepaskan oleh factor penyerbuk (Mugnisyah,

1995).

2.3.3.3 Teknik Pelaksanaan Roguing

Roguing merupakan pemeriksaan dan pembuangan tanaman-tanaman yang

memiliki ciri berbeda yang dilakukan dilahan produksi benih dengan tujuan untuk

menjaga kemurnian varietas yang diproduksi. Rouging dilaksanakan terhadap tanaman

species lain, tanaman varietas lain, tanaman tipe simpang, dan gulma berbahaya dengan

tujuan menjaga kemurnian benih sehingga persyaratan benih dapat terpenuhi

(Mugnisyah, 1995). Dalam produksi benih bersertifikat, rouging diikuti dengan

pemeriksaan lapangan oleh petugas sertifikasi benih. Pemerikasaan lapangan tersebut

dalam pelaksanaannya memerlukan keterampilan dalam membedakan tanaman-

tanaman yang mempunyai ciri yang berbeda dengan tanaman yang sedang diproduksi.

2.3.4 Panen dan pascapanen

Prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan untuk penanganan pasca panen benih

kacang hijau dalam rangka menghasilkan benih bermutu tinggi adalah sama seperti

untuk benih kedelai dan benih kacang tanah. Menurut Fatmawati (2007) Tahapan-

tahapannya yaitu:

1. Panen

Panen dilakukan bila sekitar 95% polong telah masak, yaitu berwarna coklat

jerami atau hitam.

Panen dilakukan dengan cara mengambil/memetik polong yang sudah masak.

2. Pengeringan polong

Polong hasil panen langsung dikeringkan (dihamparkan) di bawah sinar

matahari dengan ketebalan sekitar 2,5 cm selama 1-2 hari (tergantung cuaca).

menggunakan alas terpal, plastik, tikar, atau anyaman bambu, hingga kadar air biji

bekitar 14%.

3. Perontokan

Polong kacang_hiiau yang telah kering secepatnya dirontok. perontokan dapat

dilakukan secara manual (geblok).

Perontokan benih perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari banyaknya

benih pecah dan retak.

4. Pembersihan dan sortasi

Benih hasil perontokan dibersihkan dari kotoran antara lain potongan kulit

polong, pasir atau tanah, dll.

Sortasi dilakukan berdasarkan warna biji

5. Pengeringan benih

Benih yang sudah bersih selanjutnya segera dikeringkan lagi

hingga mencapai kadar air 8-9%.

Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari

Lakukan pembalikan setiap 2 jam agar benih kering secara merata. Akhiri

pengeringan pada sekitar pukul 12.00 siang untuk menghindari sengatan sinar

matahari yang terlalu panas.

Setelah dikeringkan, benih perlu diangin-anginkan sekitar setengah jam ditempat

teduh, (tidak terkena sinar matahari)

6. Pengemasan

Benih dikemas menggunakan bahan kedap udara untuk menghambat masuknya

uap air dari luas kemasan.

Kemasan harus ditutup rapat dengan cara diikat menggunakan tali plastik atau pres

listrik

Penggunaan kaleng/blek bertutup rapat dengan kapasitas 10 – 15 kg dapat juga

digunakan untuk wadah benih kacang hijau.

2.4 Penyimpanan Benih

Menurut Karno (2000) cara penyimpanan benih yang baik adalah sebagai berikut;

Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau pada rak-rak

kayu bertingkat agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan lantai ruangan

Benih dalam penyimpanan harus terhindar duri serangan tikus ataupun hewan

pengganggu lain yang mungkin dapat merusak kemasan maupun benih.

Usahakan menyimpan benih pada ruangan tersendiri, jangan menyimpan benih dalam

ruangan bersama pupuk ataupun bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan ruangan

menjadi lembab.

III. METODOLOGI

3.1 Alat, Bahan dan Fungsi

3.1.1 Alat

a. Cangkul : untuk mengolah lahan

b. Tugal : untuk membuat lubang tanam

c. Timba : untuk mengambil air

d. Kamera : dokumentasi

e. Alat tulis : mencatat hasil

f. Tali rafia : untuk mengukur jarak tanam

g. Meteran : untuk mengukur jarak tanam

3.1.2 Bahan

a. Benih kacang kedelai : bahan tanam

b. Air : untuk menyiram tanaman kangkung

c. Pupuk kandang : untuk memberi kebutuhan unsur hara tanaman

d. Pupuk anorganik : untuk menambah unsur hara yang belom tersedia didalam tanah

e. Tanah : sebagai media tumbuh tanaman

3.2 Keterangan Lahan

3.2.1 Ketinggian Tempat

Praktikum dilaksanakan di desa dawu yang termasuk daerah batu selatan. Daerah tersebut

memiliki tinggi 700-1300 mdpl.

3.2.2 Sejarah Penggunaan Lahan

Lahan yang digunakan untuk menanam kedelai. Sebelom ditanami kacang kedelai ditanami

sorgum penelitian dosen. Setelah itu baru ditanami kacang kedelai, kedelai dan disamping lahan

ditanami jagung.

3.3 Waktu Pelaksanaan

Praktikum lapang dlakukan pada hari minggu, 27 April 2014 dialkukan jam 08.00 –

selesei untuk penglohan tanah, penambahan pupuk kandang, dan pembuatan lubang tanam

serta penanaman.

IV. PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1: Pengamatan Tanaman

ParameterSampel Tanaman Ke-

1 2 3 4 5

A. Fase Vegetative- Tinggi Tanaman (cm)- Jumlah Daun (buah)- Jumlah Cabang (buah)

15 16 10 12 17

15 21 12 15 18

5 7 4 5 6

B. Fase Genetarive- Awal Berbunga (hst)- Berbunga 50% (hst)- Berbunga 75% (hst)- Jumlah bunga per

tanaman- Jumlah polong per

tanaman- Produksi buah/biji per

petak

- 36 36 36 36

- - - - -

- - - - -

- 4 2 3 7

- - - - -

Tabel 2: Pengamatan Roguing

Parameter Hasil rouguing Jumlah Tanaman Off Type

Jumlah Tanaman Volunter

Bentuk dan warna daun

- - -

Warna bunga- - -

Bentuk dan warna buah

- - -

Waktu berbungan - - -

4.2 Pembahasan Dibandingkan Literatur

4.2.1 Pembahasan

Pengamatan dilakukan dengan mengambil 5 sampel tanaman. Fase pertumbuhan tanaman

tertinggi pada sampel 5 dan terendah pada sampel 3 untuk parameter tinggi tanaman. Sedangkan

untuk parameter jumlah dau paling banyak pada tanaman 2 dan paling rendah pada tanaman 3. Untuk

jumlah cabang paling banyak pada tanaman 2 dan paling sedikit pada tanaman 3. Seharusnya

tanaman ketiga dapat dikategorikan sebagai tanaman tidak sehat dan dilakukan rouging. Menurut

Suhartina (2014) Tipe simpang yang paling mudah dikenali dan harus dibuang adalah tanaman lain,

tanaman tidak sehat dan gulma.

Dari hasil pengamatan diperoleh tidak dilakukan ada tanaman yang mengalami

penyimpangan, dan tidak ada volunter sehingga tidak dilakukan rouging. Hal ini terjadi dikarenakan

pengamat tidak mengenali tipe simpang. Menurut Suhartina (2014) untuk membedakan varietas

dapat digunakan untuk mengenali dan mengidentifikasi tipe simpang. Pelaksana rouging harus

mengenali karakteristik varietas dengan baik, termasuk faktor-faktor yang dapat berpengaruh

terhadap karakter tersebut.

Secara umum deskripsi tanaman kedelai adalah sebagai berikut :

Gambar deskripsi tanaman kedelai menurut fase tumbuh vegetatif dan generatif

Sumber: Suhartina (2014)

Parameter pengamatan seperti jumlah berbunga 50% dan 75%belum mencirikan tanaman

perlu dilakukan rouging atau tidak. Menurut Suhartina (2014) parameter yang digunakan dalam

rouging pada masa juvenile adalah warna hipokotil, pada fase berbunga adalah warna bunga,

sedangkan pada fase masak adalah warna polong. sehingga benih kedelai tersebut belum dapat

dimasukkan kedalam kategori benih bermutu.

IV.2.2 Kondisi Lapang (alasan berhasil / tidak berhasil)

Berdasarkan data hasil praktikum diatas dapat diketahui bahwa, fase vegetatif dan generatif

tanaman dari ke-5 sampel menunjukkan pertumbuhan yang hampir sama. Pertumbuhan tanaman

kedelai dapat dipengaruhi oleh genetik untuk faktor internal dan faktor eksternal terdiri dari

cahaya, kelembapan, suhu, air, dan hormon. Menurut Aziz (2013), Beberapa faktor yang

menyebabkan perbedaan pertumbuhan tumbuhan yaitu :

1. Faktor Cahaya

Cahaya bermanfaat bagi tumbuhan terutama sebagai energi yang nantinya digunakan untuk

proses fotosintesis. Cahaya juga berperan dalam proses pembentukan klorofil. Akan tetapi

cahaya dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses pertumbuhan, hal ini

terjadi karena cahaya dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya.

Sehingga, pada proses perkecambahan yang diletakkan di tempat yang gelap akan

menyebabkan terjadinya etiolasi dimana kedelai tumbuh lebih panjang namun tidak subur

pertumbuhannya.

2. Faktor Suhu

Suhu yang cukup (suhu ruangan) dapat mengoptimalkan kerja hormon-hormon tumbuhan

karena kerja enzim/hormon (faktor internal) tumbuhan sangat dipengaruhi oleh suhu

lingkungan. Semakin panas atau dingin suhu ruangan maka hormon tumbuhan semakin

tidak bekerja.

3. Faktor Air dan Nutrisi

Air sangat diperlukan oleh tumbuhan sebagai media terjadinya reaksi kimia, dan tanaman

hijau yang kekurangan air lambat laun akan layu.

Penanaman kedelai dikatakan berhasil. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah

satunya toleran terahdap kekeringan. Menurut Radjit dan Adisarwanto (1993) kedelai di

Indonesia umumnya ditanam pada musim tanam kedua atau ketiga setelah padi panen. Petani

menanam kedelai apabila diperkirakan air tidak cukup lagi untuk menanam padi atau palawija

lain. Di Jawa, umumnya kedelai ditanam di lahan sawah sesudah padi panen sebagai tanaman

palawija I, yaitu pada bulan Maret/April atau ditanam bulan Agustus setelah padi atau palawija

lain (kedelai atau jagung).Kedelai dikenal sebagai jenis tanaman kacang-kacangan yang relatif

toleran terhadap kekeringan, tetapi cekaman kekeringan akan menurunkan produktivitasnya.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan diperoleh tidak dilakukan ada tanaman yang mengalami

penyimpangan, dan tidak ada volunter sehingga tidak dilakukan rouging. Hal ini terjadi dikarenakan

pengamat tidak mengenali tipe simpang. Kondisi dilapang pada fase vegetatif dan generatif tanaman

dari ke-5 sampel menunjukkan pertumbuhan yang hampir sama. Pertumbuhan tanaman kedelai dapat

dipengaruhi oleh genetik untuk faktor internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan,

suhu, air, dan hormon. Tetapi Kedelai dikenal sebagai jenis tanaman kacang-kacangan yang relatif

toleran terhadap kekeringan, tetapi cekaman kekeringan akan menurunkan produktivitasnya.

5.2 Saran

- Untuk praktikum lapang

Semoga praktikum kedepan tempatnya bias lebih dekat agar tidak sulit masalah kendaraan.

- Saran untuk praktikum (bukan asisten)

Praktikum kedepan lebih baik lagi dari sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz,Abdul.2013. Mengamati Pertumbuhan Biji Kacang Hijau.

http://wwwabdulaziz8998.blogspot.com/ diakses pada 30 Mei 2014

Fatmawati, Andi Apryani. 2007. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Agronomi. Jurusan

Agronomi-Faperta Untirta. Serang.

Hidayat, O.D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S. Somaatmadja et al.,

(Eds). Bogor: Puslitbangtan

Irawan, Aep Wawan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Padjadjaran: Jatinangor.

Karno, Muh Zain. 2000. Teknologi Produksi Benih Kedelai. Departemen Pertanian Badan

Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Irian Jaya.

Mugnisyah, W.R. 1995. Produksi Benih. Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara

Proc. Kursus Singkat Pengujian Benih. Bogor: IPB.

Radjit, B.S. dan T. Adisarwanto. 1993. Budidaya tanaman kacang hijau di lahan sawah. hlm.50-

64. Dalam T. Adisarwanto dkk. (peny.) Monograf Kacang Hijau. Balittan Malang

Sadjad, S.  1977. Produksi Benih Berkualitas Tinggi untuk Menunjang Produksi Pangan

Suhartina.2014. Panduan Rouging Tanaman dan pemeriksaan benih polong: Bada Penelitian

Aneka Kacang dan Umbi

Sutopo, L., 2002. Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Tim Penyusun Kamus PS. 2001. Kamus Pertanian Umum. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wiroatmodjo; Sulistyono, Eko. (1991). Perbaikan Budidaya Basah Kedelai. Buletin Agronomi,

10 (1): 27-37

DOKUMENTASI