taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam...

56
Bab I Indonesia Zaman Praaksara: Awal Kehidupan Manusia Indonesia Sumber: http://www.ancient-origins.net/sites/default/files/statue-in-Bada.jpg Jauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia menjadi tempat berbagai kegiatan manusia di dunia. (Indonesian Heritage-Sejarah Awal, 2002) Tanah air yang kita huni ini memiliki masa lalu yang panjang, bahkan jauh sebelum masyarakatnya mengenal tulisan. Perubahan demi perubahan telah terjadi seiring dengan bergantinya waktu. Namun, pernahkah timbul pertanyaan di benak kita mengenai asal-usul munculnya kepulauan Indonesia beserta manusia-manusia yang mendiaminya? Apakah itu semua ada dengan sendirinya? Nah, pada bab ini kita akan mencoba menelusurinya dengan lebih dalam.

Transcript of taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam...

Page 1: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Bab I Indonesia Zaman Praaksara: Awal Kehidupan Manusia Indonesia

Sumber: http://www.ancient-origins.net/sites/default/files/statue-in-Bada.jpg

Jauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia menjadi tempat berbagai kegiatan manusia di dunia.

(Indonesian Heritage-Sejarah Awal, 2002)

Tanah air yang kita huni ini memiliki masa lalu yang panjang, bahkan jauh sebelum masyarakatnya mengenal tulisan. Perubahan demi perubahan telah terjadi seiring dengan bergantinya waktu. Namun, pernahkah timbul pertanyaan di benak kita mengenai asal-usul munculnya kepulauan Indonesia beserta manusia-manusia yang mendiaminya? Apakah itu semua ada dengan sendirinya? Nah, pada bab ini kita akan mencoba menelusurinya dengan lebih dalam.

Page 2: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Peta Konsep

Awal Kehidupan Manusia

Indonesia

Asal-usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

(Terbentuknya kepulauan Indonesia, manusia purba di Indonesia, persebaran migrasi nenek moyang bangsa Indonesia)

Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara

(masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, masa

perundagian)

Hasil Budaya Masyarakat Praaksara

(zaman batu tua, zaman batu tengah, zaman batu muda, zaman batu besar,

zaman perunggu, zaman besi)

Kata Kunci

Praaksara, budaya, Pleistosen, manusia purba, berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, perundagian

Nilai-nilai Budaya Masyarakat Praaksara

(sisa-sisa kehidupan masyarakat prasejarah)

Page 3: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

A. Asal-usul Nenek Moyang Bangsa IndonesiaSetiap makhluk pasti memiliki asal-usul. Tak terkecuali sebuah bangsa. Bahkan, daratan sebagai tempat tinggal mereka pun memiliki asal-usul atau setidaknya proses pembentukan. Pada subbab ini, kita akan mendalami berbagai hal yang berkaitan dengan penghuni mula-mula tanah air kita beserta bagaimana proses terbentuknya kepulauan Indonesia sebagai tempat yang kita huni. Dengan mendalaminya, gambaran mengenai asal-usul yang kita bincangkan di atas akan menjadi jelas.

1. Terbentuknya Kepulauan IndonesiaDalam bentangan ruang dan waktu, kepulauan Indonesia bagaikan butiran debu yang hinggap di permukaan alam semesta ini. Kita memerlukan sebuah “mikroskop” untuk menjadikannya terlihat besar sehingga segala yang berkaitan dengannya dapat diamati dengan jelas, terutama mengenai awal keterbentukannya. Yang menjadi “mikroskop” tersebut adalah ilmu pengetahuan, salah satunya adalah geologi.

Para ahli geologi menyebut masa dua juta tahun terakhir sebagai periode kuarternair/kuarternar (John Micksic, 2002). Kuarternar dibagi menjadi kala Pleistosen (2 juta-10.000 tahun yang lalu) dan kala Holosen (10.000 tahun yang lalu hingga sekarang). Berdasarkan perkiraan, pada masa itulah manusia baru muncul pertama kali di dunia, tepatnya pada kala Pleistosen. Namun, sebelum kita lebih lanjut membahasnya, mari perhatikan tabel di bawah ini.<Tabel Kronologi. Sumber gambar Memahami Planet Bumi hlm 15/ >

Setelah memerhatikan tabel di atas, kita mengetahui bahwa ilmuwan membagi evolusi bumi menjadi beberapa tahap berdasarkan perubahan besar yang terjadi. Dari sini, dibuatlah interval yang dinamakan sebagai kronologi bumi. Eon merupakan satuan terbesarnya. Eon dibagi menjadi beberapa era, era dibagi menjadi beberapa periode (masa), periode dibagi menjadi beberapa epoch (kala), dan seterusnya. Pada tabel di atas, semakin ke kanan maka intervalnya semakin kecil. Dan semakin ke bawah maka semakin dulu/ke masa lalu/semakin tua.

Kembali ke pembahasan semula, kala Pleistosen merupakan bagian interval geologi yang paling dekat dengan masa kita (kala Holosen) dan berada dalam periode Kuarternar. Tetapi bagi sejarah umat manusia, kala ini merupakan bagian yang paling tua karena, sebagaimana yang telah disebutkan, manusia baru muncul pada kala tersebut (lihat Poesponegoro dkk. , 2010). Kala Pleistosen ditandai dengan berbagai peristiwa seperti meluasnya es ke sebagian permukaan bumi, perubahan iklim, perubahan permukaan air laut, kemunculan berbagai daratan baru dari bawah

Page 4: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

permukaan laut, dan letusan gunung berapi. Tentu, berbagai peristiwa ini memiliki pengaruh terhadap kehidupan manusia yang hidup di kala itu. Bahkan, berbagai peristiwa alam ini melahirkan evolusi fisik dan akal budinya. Dengan kemampuan yang terbatas, manusia berupaya mempertahankan hidupnya.Kala Pleistosen adalah masa terpanjang yang pernah dilalui manusia sejauh ini. Menurut para ahli, pada kala ini muka bumi sering mengalami perubahan akibat gerakan dari tenaga dalam (endogen) dan luar permukaan bumi (eksogen) maupun perubahan iklim. Pada kala ini, ragam hewan dan tetumbuhan telah tersebar di seluruh permukaan bumi. Sedangkan manusia baru tersebar di beberapa tempat seperti Afrika, Eropa, dan Asia (termasuk Kepulauan Indonesia).

Kepulauan Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Asia di sebelah barat laut dan Australia di sisi tenggara. Letak geografis ini membawa pengaruh pada iklim maupun penyebaran hewan, manusia, dan kebudayaan di kepulauan ini pada kala Pleistosen. Berbagai gerakan pengangkatan dan penurunan (epirogenesis) dan aktivitas gunung-gunung berapi menyebabkan perubahan daratan menjadi lautan ataupun sebaliknya. Salah satu proses epirogenesis yang besar terjadi pada periode Kapur (Kretasius) hingga periode Tersier (sebelum periode Kuarternar). Epirogenesis ini menyebabkan sebagian wilayah Indonesia terangkat ke permukaan menjadi daratan dan sebagian besar lainnya masih berada di bawah permukaan laut selama periode berikutnya (Tersier).

Pada awal periode Tersier, hampir seluruh wilayah Indonesia masih berupa lautan sehingga hewan darat dari Asia dan Australia belum ditemukan sebagai fosil pada sebagian besar wilayahnya, kecuali di Papua dan Kalimantan yang sebagian besar sudah berupa daratan. Perhatikanlah gambar berikut ini. <Asia Tenggara pada permulaan periode Tersier. Sumber gambar Sejarah Nasional Indonesia I hlm46/ >

Epirogenesis terjadi lagi pada akhir periode Tersier. Kali ini menyebabkan lebih banyak lagi wilayah Indonesia yang berubah dari lautan menjadi daratan. Indikasinya adalah ditemukannya hewan daratan di daerah-daerah seperti Bumiayu (Pulau Jawa) dan Soppeng (Pulau Sulawesi).

Pada kala Pleistosen, perubahan bentuk daratan (paleogeografi) Kepulauan Indonesia tak hanya disebabkan oleh epirogenesis dan kegiatan gunung api (vulkanisme), tetapi juga dipengaruhi oleh turunnya permukaan laut. Turunnya permukaan laut ini disebabkan oleh membekunya bagian air terbesar dunia sehingga jumlah air laut berkurang dan permukaannya turun sekitar 60-70 meter di bawah permukaan sebelumnya. Masa ini dikenal sebagai zaman Glasial/zaman es, yaitu zaman ketika suhu bumi menurun dalam jangka waktu yang lama sehingga menyebabkan peningkatan keluasan es di kawasan kutub dan gletser gunung. Zaman Glasial merupakan masa yang dingin bagi bumi bagian utara dan selatan. Sedangkan di

Warta Sejarah

Sumber: http://www.tokoalvabet.com/419-large_default/kamus-sejarah-indonesia.jpg

Menurut Kamus Sejarah Indonesia yang ditulis oleh dua sejarawan, Robert Cribb dan Audrey Kahin, topografi (keadaan permukaan bumi) umum Indonesia saat ini terutama merupakan hasil pecahnya benua selatan masa lalu yang sangat besar, yaitu Gondwana. Sejumlah bagian dari Gondwana bergerak secara terpisah ke utara menuju lambung selatan daratan Laurasia masa lalu. Sebuah bagian dari Gondwana, yang sekarang menjadi Nusa Tenggara, sebagian Maluku, Sulawesi barat, Jawa, Kalimantan, Sumatra, Semenanjung Melayu, Thailand, dan Burma, sepertinya telah mulai bergerak ke utara sekitar 200 juta tahun yang lalu.

(Kamus Sejarah Indonesia, hlm 407)

Page 5: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

sekitar khatulistiwa terjadi banyak hujan dengan iklim yang lembap. Pada zaman Glasial, laut-laut yang dangkal berubah menjadi daratan sehingga muncul Paparan Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan dengan daratan Asia Tenggara. Paparan ini menjadi penghubung bagi manusia dan hewan yang berada di Asia Tenggara ke pulau-pulau tersebut pada kala Pleistosen. Pada wilayah Indonesia bagian timur dalam waktu yang sama muncul Paparan Sahul yang menghubungkan Pulau Papua dengan benua Australia. Hal ini menyebabkan hewan pada kala Holosen (setelah kala Pleistosen) yang terdapat di daerah Paparan Sunda memiliki persamaan dengan hewan yang terdapat di daratan Asia. Sementara, hewan yang terdapat di Pulau Papua dan sekitarnya memiliki kesamaan dengan hewan yang ada di Australia.

Wallace, seorang yang dikenal sebagai penyelidik persebaran hewan, berpendapat bahwa di Kepulauan Indonesia terdapat perbedaan daerah persebaran hewan yang lebih mencolok dibandingkan dengan seluruh persebaran hewan di dunia. Ia menyimpulkan bahwa Selat Lombok merupakan garis pembagi dua jenis daerah persebaran hewan di Indonesia. Di bagian barat garis tersebut terdapat hewan Asia, sedangkan bagian timurnya merupakan hewan Australia. Garis demarkasi ini disebut “Garis Wallace” yang membujur dari Selat Lombok hingga Selat Makassar dan terus ke utara melewati selat antara Kepulauan Sangir dan Mindanao.

2. Manusia Purba Di IndonesiaSebelum kita mendalami persoalan tentang manusia purba di Indonesia, ada baiknya kita memerhatikan terlebih dahulu tabel sejarah kemunculan manusia berikut ini yang diambil dari buku “A Brief History of Humankind-Sapiens” karya seorang sejarawan Israel, Yuval Noah Harari.

Sekian Tahun dari Sekarang Peristiwa13,5 miliar Materi dan energi muncul. Permulaan

kimiawi.4,5 miliar Pembentukan planet bumi.3,8 miliar Kemunculan organisme. Awal mula

makhluk hidup.6 juta Nenek moyang terakhir dari manusia dan

simpanse.

Kegiatan Siswa 1: Individu

Selain Garis Wallace, ada pula Garis Weber yang merupakan garis pemisah persebaran fauna di Indonesia. Jelaskanlah apa yang menjadi perbedaan di antara kedua garis tersebut.

Page 6: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

2,5 juta Evolusi jenus Homo/manusia di Afrika. Alat batu pertama.

2 juta Manusia menyebar dari Afrika ke Eurasia. Evolusi dari spesies manusia yang berbeda.

500.000 Manusia Neanderthal berkembang di Eropa dan Timur Tengah.

300.000 Pemakaian api dalam kehidupan sehari-hari.

200.000 Homo sapien berkembang di Afrika Timur.70.000 Revolusi kognitif. Kemunculan bahasa

fiktif. Sapien menyebar dari Afrika. Dimulainya kebudayaan.

45.000 Sapien menghuni benua Australia.30.000 Punahnya manusia Neanderthal.16.000 Sapien menghuni benua Amerika.

Kepunahan hewan-hewan raksasa di Amerika.

Page 7: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

13.000 Punahnya Homo floresiensis. Homo sapiens adalah satu-satunya spesies manusia yang bertahan.

12.000 Revolusi dalam bercocok tanam. Pembudidayaan tanaman dan beternak. Manusia mulai benar-benar hidup menetap.

5.000 Kerajaan , tulisan, dan uang pertama. Agama politeis.

Setelah membaca tabel di atas, apa yang muncul dalam benak kalian? Dari miliaran tahun usia alam semesta, mengapa manusia diperkirakan baru muncul pada 2,5 juta

Warta Sejarah

Eugene Dubois adalah seorang ilmuwan asal Belanda. Setelah ia menjalani pelatihan kesehatan, ia melakukan penelitian anatomi tentang evolusi otak. Ia menyertakan penelitian ini dengan melakukan penelitian terhadap fosil-fosil purba di Indonesia. Dubois menjadi terkenal pada akhir abad ke-19 karena penemuannya berupa fosil leluhur manusia yang dinamakan Pithecanthropus erectus (dikenal juga sebagai “Manusia Jawa”).

Sumber: http://www.eugenedubois.org/en/about-dubois/

Page 8: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

tahun yang lalu? Lantas, apakah benar bahwa manusia memiliki nenek moyang yang sama dengan simpanse? Tentu hal ini masih dan akan terus menjadi persoalan yang hangat untuk didiskusikan. Namun, untuk saat ini, tahan dulu keinginan kalian untuk memperoleh jawaban yang final. Kita membutuhkan proses untuk memperoleh jawaban dari berbagai macam persoalan di dunia ini. Karena itu, ketekunan untuk terus belajar menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin memperoleh kebenaran. Anggaplah ini sebagai pancingan yang menarik diri kalian untuk mempelajarinya secara lebih mendalam.

Mari kita persempit cakupan persoalan ini ke dalam konteks Indonesia. Masa praaksara di Indonesia relatif tidak diketahui. Untuk menyelidikinya, kita bisa mulai dari berbagai penemuan fosil manusia purba di Indonesia. Berbagai fosil manusia purba seperti Pithecanthropus mojokertensis serta Meganthropus paleojavanicus diperkirakan telah berusia 1,9 juta tahun. Sedangkan Manusia Jawa (Homo/Pithecanthropus erectus) dan Pithecanthropus soloensis diperkirakan hidup di Jawa Tengah 1 juta tahun yang lalu atau lebih. Sementara itu, Homo sapiens yang pertama dikenal yaitu Manusia Wajak yang tinggal di Jawa Timur sekitar 40.000 tahun yang lalu (Audrey Kahin & Robert Cribb, 2012). Fosil Homo sapiens lainnya terdapat di Indonesia bagian timur yang diperkirakan berasal dari 30.000 tahun yang lalu. Mereka diperkirakan telah mendiami hampir semua wilayah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia dan Australia.

Penelitian ilmiah mengenai fosil manusia baru dimulai pada akhir abad ke-19. Bisa dikatakan, penelitian tentang asal-usul manusia melalui fosil yang membatu (paleoantropologi) di Indonesia terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. 1889-1909b. 1931-1941c. 1952-sekarang

Penelitian ini dimulai oleh Eugene Dubois. Ia menduga bahwa hidup manusia purba berada di daerah tropis, dengan alasan perubahan iklim sepanjang sejarah tidak banyak, dan di situ pula hewan primata masih banyak hidup. Ia memulai penyelidikannya di gua-gua Sumatra Barat hingga ke pelosok Jawa. Penemuan tengkorak manusia di Tulungagung dan Kediri pada tahun 1889 yang menyebabkan Dubois memindahkan penelitiannya dari Sumatra ke Jawa. Pada 1891, ia menemukan fosil atap tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil. Penelitian lainnya dilakukan oleh von Koenigswald yang menemukan fosil-fosil rahang, gigi, dan tengkorak manusia, di samping banyak fosil binatang di sangiran antara tahun 1936 sampai dengan 1941. Beberapa bagian rahang dan gigi yang ditemukan berukuran besar dan digolongkan oleh von Koenigswald ke dalam Meganthropus paleojavanicus.

Tautan Sejarah

Sebelum melanjutkan pembahasan di atas, ada baiknya kita baca artikel mengenai von Koenigswald berikut ini dengan rileks.

G.H.R. von KOENIGSWALD (1902 – 1981)

Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, keturunan Jerman-Denmark yang lahir di Berlin, adalah seorang ahli

Page 9: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Tautan Sejarah

Sebelum melanjutkan pembahasan di atas, ada baiknya kita baca artikel mengenai von Koenigswald berikut ini dengan rileks.

G.H.R. von KOENIGSWALD (1902 – 1981)

Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, keturunan Jerman-Denmark yang lahir di Berlin, adalah seorang ahli

Pada tahun 1931 Von Koenigswald tiba di Hindia Belanda (Nusantara) dan langsung melakukan

penelitian-penelitian yang terarah pada stratigrafi Pliosen-Plistosen di P. Jawa. Antara tahun

1932-1933 dia melakukan penggalian untuk penyelidikan paleontologi di daerah Ngandong,

Blora, Jawa Tengah, dan menemukan fosil manusia purba yang diberi nama Homo erectus

soloensis. Penyelidikan selanjutnya dilakukan di daerah situs Sangiran, Sragen, Jawa Tengah

antara tahun 1934-1941. Di daerah itu von Koenigswald menemukan gigi rahang yang sudah

lepas yang kemudian diketahui dari spesies Homo modjokertensis, tengkorak dari spesies

Pithecanthropus erectus, serta rahang atas dan bawah dari spesies Meganthropus

palaeojavanicus.

Di bidang prasejarah, von Koenigswald dikenal dengan penemuannya yang berupa perkakas

manusia purba berupa serpihan obsidian di dataran tinggi Bandung (1931). Pada tahun 1933 Di

daerah Punung, Pacitan, Jawa Tengah (sekarang masuk wilayah Jawa Timur) dia menemukan

piranti yang digolongkan sebagai Pacitanan, dan di daerah Sangiran (1934) menemukan

serpihan rijang.

Von Koenigswald adalah ahli paleontologi yang sangat banyak berkarya. Karya ilmiahnya yang

berjumlah lebih dari 300 judul, sebagian besar membahas tentang hasil penemuannya di P.

Jawa.

Dalam tulisannya perihal manusia purba, ia membahas tentang: taksonomi, morfologi, bahan

Page 10: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Setelah kalian rehat sejenak sambil membaca profil dari von Koenigswald di atas, berikut ini kita akan lebih memperrinci berbagai jenis manusia purba yang fosil-fosilnya ditemukan di Indonesia.

1. PithecanthropusTahukah kalian bahwa fosil manusia purba yang terbanyak ditemukan di Indonesia adalah fosil Pithecanthropus? Pithecanthropus, yang berarti “Manusia Kera”, diperkirakan hidup pada masa Pleistosen Awal dan Tengah, meskipun juga diperkirakan hidup di masa Pleistosen Akhir. Pada masa itu, iklim selalu berubah sejalan dengan penurunan dan kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia. Mereka tiba di Pulau Jawa dari Asia Tenggara melalui “jembatan” daratan yang terbentuk akibat turunnya permukaan air laut pada zaman Glasial/es. Fosil-fosilnya ditemukan di Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Ciri-cirinya antara lain bertubuh tegap dan memiliki tinggi badan antara 165-180 cm. Pithecanthropus bergraham besar, rahang yang

Pada tahun 1931 Von Koenigswald tiba di Hindia Belanda (Nusantara) dan langsung melakukan

penelitian-penelitian yang terarah pada stratigrafi Pliosen-Plistosen di P. Jawa. Antara tahun

1932-1933 dia melakukan penggalian untuk penyelidikan paleontologi di daerah Ngandong,

Blora, Jawa Tengah, dan menemukan fosil manusia purba yang diberi nama Homo erectus

soloensis. Penyelidikan selanjutnya dilakukan di daerah situs Sangiran, Sragen, Jawa Tengah

antara tahun 1934-1941. Di daerah itu von Koenigswald menemukan gigi rahang yang sudah

lepas yang kemudian diketahui dari spesies Homo modjokertensis, tengkorak dari spesies

Pithecanthropus erectus, serta rahang atas dan bawah dari spesies Meganthropus

palaeojavanicus.

Di bidang prasejarah, von Koenigswald dikenal dengan penemuannya yang berupa perkakas

manusia purba berupa serpihan obsidian di dataran tinggi Bandung (1931). Pada tahun 1933 Di

daerah Punung, Pacitan, Jawa Tengah (sekarang masuk wilayah Jawa Timur) dia menemukan

piranti yang digolongkan sebagai Pacitanan, dan di daerah Sangiran (1934) menemukan

serpihan rijang.

Von Koenigswald adalah ahli paleontologi yang sangat banyak berkarya. Karya ilmiahnya yang

berjumlah lebih dari 300 judul, sebagian besar membahas tentang hasil penemuannya di P.

Jawa.

Dalam tulisannya perihal manusia purba, ia membahas tentang: taksonomi, morfologi, bahan

Page 11: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

kuat, tonjolan kening yang tebal, dan tonjolan belakang kepalanya nyata. Isi tengkoraknya berkisar antara 750-1.300 cc. Berdasarkan penelitian pada jejak-jejak guratan mikroskopis di gigi, menunjukkan bahwa makanan mereka sebagian besar adalah tumbuhan. Perhatikan gambar di bawah ini.<Ciri-ciri Pithecanthropus. Sumber gambar Sejarah Nasional Indonesia I hlm 79>

Pithecanthropus mojokertensis atau robustus merupakan Pithecanthropus tertua dan berasal dari formasi Pucangan di Kepuhklagen, di sebelah utara Perning dan Mojokerto. Pithecanthropus tersebut ditemukan pada tahun 1936 dalam bentuk tengkorak anak-anak. Temuan lainnya yang masih tergolong sebagai Pithecanthropus mojokertensis berasal dari Sangiran, berupa atap tengkorak, rahang, dan gigi-gigi (Francois Semah dkk., 1990). Sedangkan fosil Pithecanthropus yang lebih dulu ditemukan dan lebih luas penyebarannya adalah Pithecanthropus erectus /Homo erectus. Fosil yang ditemukan berupa atap tengkorak dan tulang paha dari Trinil (Kabupaten Ngawi) yang ditemukan pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois. Nama tersebut diberikannya, yang menunjukkan bahwa pemiliknya berjalan tegak (erect). Pithecanthropus erectus hidup sekitar 1 juta hingga 500.000 yang lalu. Perbedaan Pithecanthropus erectus dengan Pithecanthropus mojokertensis terdapat pada isi tengkorak, tebal atap tengkorak, bentuk tonjolan belakang kepala dan kening, dan daerah telinga. Pengumuman penemuan Dubois ini adalah awal dari suatu polemik panjang. Polemik ini mempertanyakan apakah Pithecanthropus erectus apakah gambaran nenek moyang manusia kini, ataukah hanya merupakan seekor monyet besar (Tony Djubiantono dkk., 1990).

Pithecanthropus yang bisa bertahan hidup hingga akhir Pleistosen Tengah yaitu Pithecanthropus soloensis yang fosilnya ditemukan di Sangiran dan Sambungmacan, Sragen, serta Ngandong, Blora. Fosil yang awal sekali ditemukan adalah di Ngandong, tepi Bengawan Solo. Isi tengkorak Pithecanthropus soloensis berkisar antara 1.000 sampai dengan 1.300 cc dengan bentuk tengkorak lonjong dan tebal. Tonjolan keningnya masih cukup rata meskipun mulai menyusut di tengah-tengah. Tengkoraknya lebih tinggi daripada Pithecanthropus erectus maupun Pithecanthropus mojokertensis. Pithecanthropus soloensis memiliki akar hidung yang lebar dan rongga mata yang amat panjang. Lewat ciri-ciri yang terdapat pada dasar tengkoraknya, dapat kita simpulkan bahwa letak kepalanya di atas tulang belakang belumlah benar-benar seperti manusia masa kini. Diperkirakan, tinggi badannya sekitar 165 hingga 180 cm.

Barangkali kalian bertanya-tanya mengenai bagaimana Pithecanthropus melangsungkan kehidupannya kala itu. Berdasarkan perkiraan, mereka hidup

Page 12: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

di padang rumput dengan pohon-pohon yang jarang. Di sekitarnya hidup pula berbagai hewan yang dapat dimakan seperti rusa, kerbau, banteng, ataupun gajah. Di samping itu pula, hewan-hewan buas seperti harimau dan buaya mengancam keselamatan mereka. Untuk berburu hewan-hewan tersebut, diperlukan kerja sama. Berburu seperti itumemerlukan kemampuan berpikir, komunikasi, daya ingat, serta kemampuan merancang. Dalam kegiatan seperti itu diperlukan sarana komunikasi, dan diduga bahasa dalam bentuk sederhana telah dimiliki oleh Pithecanthropus. Munculnya kemampuan berbahasa berkaitan dengan tingkat perkembangan otak dan bentuk tengkorak serta saluran suara di atasnya.

Ancaman hidup yang dihadapai oleh Pithecanthropus terutama berkaitan dengan kehidupan berburu. Binatang buas relatif banyak ketika itu sehingga dapat menjadi sumber ancaman bagi mereka. Berbagai penyakit lainnya, seperti radang pada otot dan sakit gigi turut menyumbangkan ancaman bagi kehidupan mereka.

<Ilustrasi kehidupan manusia purba. Sumber gambar: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 11>

2. Meganthropus paleojavanicusMeganthropus paleojavanicus juga disebut Manusia Raksasa dari Jawa. Manusia purba jenis ini diperkirakan hidup 2 sampai dengan 1 juta tahun yang lalu. Fosil Meganthropus paleojavanicus ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah, dan diberi nama demikian oleh G.H.R von Koenigswald. Fosil tersebut berupa rahang bawah yang sangat tegap dengan gigi-gigi besar. Di tahun 1962, ditemukan pula bagian-bagian rahang bawah dan atas serta gigi-gigi lepas di lapisan terbawah formasi Kabuh, Sangiran. Dan pada tahun 1978, ditemukan pula tengkorak yang diduga pula sebagai Meganthropus dengan gigi besar, tulang pipi besar, dan tempat pelekatan otot yang nyata pada atap tengkorak (Teuku Jacob, 1988). Fosil Meganthropus paleojavanicus merupakan fosil manusia purba yang paling primitif yang pernah ditemukan di Indonesia.

Page 13: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Rahang Meganthropus paleojavanicus. Sumber gambar: http://www.tandapagar.com/manusia-purba-di-indonesia/

Rahang bawah Meganthropus memiliki batang yang sangat tegap dan geraham yang besar-besar. Otot-otot kunyahnya dipastikan sangat kokoh sehingga diperkirakan masif dengan tulang pipi tebal, kening menonjol, tonjolan belakang kepala tajam, dan tempat perlekatan yang besar bagi otot-otot tengkuk yang kuat. Manusia purba ini tak berdagu dan bertubuh tegap. Diperkirakan, makanan utamanya adalah tumbuhan.

Penemuan fosil-fosil Meganthropus masih sangat sedikit, sehingga sukar menempatkannya dengan pasti dalam evolusi manusia serta hubungannya dengan Pithecanthropus. Bahkan, sebagian pakar memasukkannya ke dalam golongan Pithecanthropus.

3. HomoManusia purba yang hidup di kala Pleistosen adalah dari genus Homo. Spesiesnya antara lain Homo sapiens, Homo africanus, dan Homo erectus. Homo sapiens, yang baru muncul sekitar 40.000 tahun lalu, telah menyebar ke berbagai wilayah di muka bumi lewat jembatan-jembatan darat yang timbul di zaman Glasial. Di Indonesia, Homo diwakili oleh Homo wajakensis (Homo sapiens dari Wajak/manusia Wajak) yang ditemukan di Wajak, Tulungagung (lihat Slamet Sujud Purnawam Jati dalam Prasejarah Indonesia-Tinjauan Kronologi dan Morfologi, 2013, hlm 5). Homo memiliki karakteristik yang lebih maju daripada Pithecanthropus. Otaknya lebih berkembang dan isi tengkoraknya bervariasi antara 1.000-2.000 cc. Kulit otaknya telah berkembang lebih lanjut. Tinggi tubuhnya antara 130-210 cm. Berikut ini

Page 14: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

adalah gambar perbandingan antara tengkorak Pithecanthropus erectus dengan Homo wajakensis. Di Indonesia, kedua jenis manusia purba ini hidup dengan berburu dan meramu makanan secara sederhana selama kala Pleistosen.<Pithecanthropus erectus (sebelah kiri) dan Homo wajakensis sebelah kanan. Sumber gambar: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 91>

Rangka Homo wajakensis pertama kali ditemukan di Tulungagung, Jawa Timur oleh van Rietschoten pada 1889 yang merupakan fosil manusia pertama yang pertama dilaporkan dari Indonesia (sebelum Dubois menemukan fosil Pithecanthropus di Trinil sekitar dua tahun kemudian). Penemuan ini kemudian diselidiki oleh Dubois dan terdiri dari tengkorak, termasuk bagian rahang bawah dan beberapa buah ruas leher. Rangka yang kedua ditemukan pada tahun berikutnya di tempat yang sama dan terdiri dari bagian-bagian tulang tengkorak, rahang atas dan bawah, serta tulang paha dan tulang kering. Mereka memiliki ciri Mongoloid dan Australomelanesid. Perlu kita mengerti, adalah sulit untuk memasukkan fosil mereka ke dalam ras yang ada saat ini karena masa hidup ras-ras sapiens tidak sama dengan yang sekarang. Barangkali, dari ras Wajak ini subras Melayu Indonesia berasal dan dari situ pula ras Australomelanesid berevolusi.

Temuan-temuan tersebut mengindikasikan pada kita bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu, di Indonesia sudah terdapat Homo sapiens yang tergolong ras Wajak, yang tidak sepenuhnya sama dengan manusia sekarang. Sulit untuk dipastikan apakah Homo wajakensis langsung berevolusi dari Pithecanthropus karena antara keduanya memiliki selisih waktu sepanjang 250.000 tahun. Sebagai informasi tambahan, beberapa tahun yang lalu, tepatnya tahun 2001, ditemukan fosil manusia purba mini di Liang Bua, Pulau Flores. Penemu fosil makhluk ini adalah Panji Sujono dan Mike Morwood. Manusia purba ini dinamakan Homo floresiensis dengan ciri-ciri tinggi badan sekitar 3 kaki 6 inci, berotak kecil, gigi yang relatif besar untuk ukuran tubuhnya yang kecil.

Page 15: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

<Perbandingan fosil Homo floresiensis (kiri) dengan fosil Homo sapiens (kanan). Sumber gambar: http://www.slate.com/content/dam/slate/blogs/wild_things/2015/11/20/homo_floresiensis_hobbits_evolved_from_homo_erectus/19729_web.jpg.CROP.promo-xlarge2.jpg >

3. Persebaran Migrasi Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Literasi Sejarah

Untuk menambah wawasan kalian tentang manusia purba dan perkembangannya, khususnya Homo sapiens, bacalah buku berikut ini di waktu senggang.

Sapiens: Sejarah Ringkas Umat Manusia

Planet Bumi telah berusia 4,5 miliar tahun. Namun, hanya dalam waktu singkat, satu spesies di antara banyak spesies lain telah menaklukkannya. Seratus ribu tahun silam, setidaknya ada enam spesies manusia yang menghuni Bumi. Dan hari ini, hanya tinggal satu spesies—Homo sapiens. Itulah KITA! Apa yang terjadi dengan spesies lain? Dan apa yang mungkin terjadi kelak pada kita?Kita adalah hewan paling maju dan paling merusak yang pernah ada. Apa yang membuat kita cemerlang? Dan apa yang membuat kita mematikan? Buku ini mengeksplorasi siapa diri kita, bagaimana kita sampai di sini, dan ke mana kita kelak pergi. Sapiens adalah kisah menakjubkan tentang sejarah luar biasa umat manusia—dari Zaman Batu sampai Zaman Silikon—dan perjalanan kita dari kera yang tak penting menjadi penguasa dunia.Dengan kognisi modern yang menggabungkan pendekatan sejarah dan sains, Yuval Noah Harari mereview kembali narasi-narasi yang telah baku,

Kegiatan Siswa 2: Kelompok

Makhluk-makhluk seperti Pithecanthropus, Meganthropus, Homo, dan sejenisnya disebut sebagai “manusia purba”. Menurut kalian, apakah definisi dari “manusia”? Apakah manusia purba juga manusia sebagaimana kita hari ini, ataukah mereka termasuk ke dalam kelompok hewan? Dan apakah manusia purba memiliki rantai hubungan evolusi dengan manusia kini? Buatlah kelompok dan diskusikan. Catatlah hasil diskusi kalian dalam bentuk tulisan, minimal satu halaman folio penuh. Kemudian, utarakan hasil diskusi kalian di depan kelas.

Page 16: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Bangsa yang bermigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia, tepatnya Yunan Utara, bergerak menuju selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam/Indocina) dan terus ke kepulauan Indonesia.

Bangsa tersebut adalah bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoid yang merupakan rumpun bangsa Melanosoid/ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang bermigrasi ke Indonesia.

Bangsa Melanesia tersebar dalam berbagai jenis suku dan sejak 70000 SM sudah menghuni Papua, Nugini, Australia, dan pulau-pulau di Pasifik. Pada masa lalu, nenek moyang bangsa Melanesia menghuni Pulau Jawa, yaitu ras Proto Melanesia yang disebut Homo wajakensis. Sebagian dari mereka berbaur dengan para pendatang baru. Sebagian yang lain mengungsi ke timur, dan yang belum sempat sampai ke Papua melakukan perkawinan campur. Keturunan mereka yang kemudian menghuni kepulauan di Nusa Tenggara Timur, Timor, dan Maluku.

Sedangkan bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia termasuk golongan ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang berikut ini.

Gelombang pertama, yaitu bangsa Proto Melayu yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 2000-1500 SM. Kedatangannya melalui dua jalur, yaitu jalur barat (melalui Semenanjung Malaka lalu ke Sumatra), dan jalur timur (melalui Filipina hingga tiba di Sulawesi). Bangsa Proto Melayu yang melalui jalur barat membawa kebudayaan kapak persegi. Sedangkan yang melalui jalur timur membawa kebudayaan kapak lonjong. Keturunan bangsa Proto Melayu adalah suku Batak, Toraja, dan Dayak.

Gelombang kedua, yaitu bangsa Deutro Melayu masuk ke Indonesia sekitar tahun 500-400 SM melalui Semenanjung Malaka hingga tiba di Sumatra. Bangsa Deutro Melayu membawa kebudayaan perunggu dan besi yang berasal dari Dong Son. Hasil kebudayaan yang dibawa ke Indonesia berupa kapak corong, bejana perunggu, dan nekara. Keturunan bangsa Deutro Melayu adalah suku Jawa, Minang, Melayu, dan Bugis. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).

Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kepulauan Indonesia secara umum dihuni oleh populasi dua ras utama, yaitu ras Melanesia dan ras Austronesia.

Literasi Sejarah

Untuk menambah wawasan kalian tentang manusia purba dan perkembangannya, khususnya Homo sapiens, bacalah buku berikut ini di waktu senggang.

Sapiens: Sejarah Ringkas Umat Manusia

Planet Bumi telah berusia 4,5 miliar tahun. Namun, hanya dalam waktu singkat, satu spesies di antara banyak spesies lain telah menaklukkannya. Seratus ribu tahun silam, setidaknya ada enam spesies manusia yang menghuni Bumi. Dan hari ini, hanya tinggal satu spesies—Homo sapiens. Itulah KITA! Apa yang terjadi dengan spesies lain? Dan apa yang mungkin terjadi kelak pada kita?Kita adalah hewan paling maju dan paling merusak yang pernah ada. Apa yang membuat kita cemerlang? Dan apa yang membuat kita mematikan? Buku ini mengeksplorasi siapa diri kita, bagaimana kita sampai di sini, dan ke mana kita kelak pergi. Sapiens adalah kisah menakjubkan tentang sejarah luar biasa umat manusia—dari Zaman Batu sampai Zaman Silikon—dan perjalanan kita dari kera yang tak penting menjadi penguasa dunia.Dengan kognisi modern yang menggabungkan pendekatan sejarah dan sains, Yuval Noah Harari mereview kembali narasi-narasi yang telah baku,

Kegiatan Siswa 3: Individu

Pernahkah kalian mendengar wacana tentang Teori Out of Africa? Setelah kalian mencari informasi yang cukup tentangnya, simpulkan secara singkat masing-masing. Kemudian, diskusikan bersama teman-teman sekelas dengan guru bertindak sebagai moderator.

Page 17: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

B. Corak Kehidupan Masyarakat PraaksaraSebelum media tulis menulis ditemukan, atau kita kenal sebagai masa praaksara, bukan berarti suatu masyarakat tidak melakukan aktivitas apa-apa. Mereka telah melakukan berbagai aktivitas untuk bisa melangsungkan hidupnya. Pada subbab ini kita akan menjelajahi corak kehidupan masyarakat praaksara yang pernah berlangsung di Indonesia setahap demi setahap.

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Pada masa ini, kemampuan manusia masih sangat terbatas dalam berinteraksi dengan alam. Kehidupan mereka masih berpindah-pindah (nomaden) dan bergantung kepada alam melalui berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering). Menurut buku Sejarah Nasional Indonesia jilid I, jenis-jenis manusia purba yang hidup di Indonesia telah meninggalkan jejak mereka pada Pleistosen Awal, yang umurnya untuk tingkat atasnya 1,9 juta tahun. Dari jenis-jenis manusia purba tadi, hanya ditemukan bagian-bagian tengkoraknya di dalam endapan-endapan gunung berapi tanpa ada tanda-tanda lain yang ditemukan bersamanya seperti hasil budaya. Pada masa berikutnya, mulai ditemukan hasil-hasil budaya pertama berupa alat-alat batu jenis serpih bilah dan kapak perimbas serta beberapa alat dari tulang dan tanduk. Alat-alat seperti ini menjadi petunjuk dasar suatu corak budaya pertama yang berkembang secara umum.

Kehidupan manusia praaksara di Indonesia, sejak Pithecanthropus hingga Homo wajakensis, sangat bergantung pada keadaan alam. Karena itu, tempat yang mereka duduki mesti mampu untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Tempat-tempat itu ialah yang mampu menyediakan bahan-bahan makanan dan sumber air. Bentuknya bisa berupa padang rumput hingga hutan kecil yang berdekatan dengan berbagai sumber air seperti sungai dan danau (Poesponegoro dkk., 2010).

Di daerah sumber-sumber air tersebut, berbagai hewan juga mencari makan, baik yang karnivora maupun herbivora. Di sekitar tempat-tempat tersebut, manusia melakukan perburuan secara berpindah-pindah (kehidupan mereka saat itu masih nomaden). Mereka hidup secara berkelompok.

Page 18: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Kondisi alam, terutama letusan gunung berapi, mengancam keselamatan mereka. Kondisi alam yang liar ini menjadi penghambat perkembangan penduduk pada waktu itu. Kematian anak-anak pada waktu dilahirkan dan berbagai penyakit turut memperlambat perkembangan mereka. Menurut perhitungan, jumlah Pithecanthropus selama Pleistosen adalah 500.000 orang.

Ilustrasi kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan pada masa prasejarah. Sumber gambar: https://i2.wp.com/www.sejarah-indonesia.com/wp-content/uploads/2017/03/zaman-berburu.jpg?resize=499%2C382

Dalam melakukan perburuan, mereka menggunakan alat-alat yang diciptakan secara sederhana seperti batu-batu yang diikat. Pembuatan peralatan manusia pada waktu itu (kala Pleistosen) merupakan kegiatan tersendiri yang makin lama makin menuju penyempurnaan bentuk dan fungsi. Penyempurnaan ini berbanding lurus dengan kemajuan yang dialami dalam tingkat kehidupan. Peningkatan kehidupan berburu di sini dialami oleh Homo sapiens. Alat-alat batu yang diciptakan oleh Pithecanthropus pada masa hidupnya berupa kapak perimbas dan serpih bilah yang tidak mengalami perekembangan lebih lanjut dalam bentuk dan teknik pembuatannya. Sedangkan alat-alat tulang dan tanduk dari Pithecanthropus soloensis di Ngandong merupakan barang bukti pembuatan perkakas dari bahan-bahan tersebut di kala Pleistosen.

Page 19: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Penemuan api pada masa berburu dan dan mengumpulkan makanan memiliki pengaruh yang signifikan bagi kehidupan manusia. Api yang semula dikenal sebagai bagian dari gejala alam mulai dimanfaatkan untuk keperluan sehari hari seperti memanasi makanan, mencegah serangan hewan buas, pencahayaan di malam hari, dan sebagainya. Diperkirakan, api dihasilkan manusia melalui alat-alat batu sehingga tercipta percikan api. Percikan tersebut kemudian ditampung dengan sejenis lumut kering sehingga bara api muncul. Penggunaan kayu sebagai bahan penggosok untuk menghasilkan api dikembangkan kemudian. Di Indonesia, bentuk kayu yang sudah terbakar ditemukan di sekitar temuan Pithecanthropus erectus di Trinil.

Bahasa sebagai alat komunikasi manusia sudah mulai terbentuk pada tingkat hidup berburu. Kemungkinan ini diperkuat melalui penelitian endokranial pada Pithecanthropus. Sedangkan pada Homo sapiens sudah tercipta bahasa yang menjadi sarana komunikasi utama dalam kehidupan sosial.

Pada kala pasca-Pleistosen, corak hidup berburu dan mengumpulkan makanan masih berlanjut meskipun kondisi lingkungannya tidak jauh berbeda dengan masa sekarang. Di Indonesia sudah ada upaya untuk bertempat tinggal di dalam gua-gua yang pada suatu waktu dapat ditinggalkan jika diperkirakan tidak dapat meneruskan hidup di sana. Ini dibuktikan dengan adanya berbagai lukisan di dinding gua atau dinding karang. Mereka juga telah melakukan penguburan bagi mereka yang meninggal beserta perhiasan-perhiasan dari kulit kerang. Selain di gua-gua, sebagian mereka ada yang hidup di tepi pantai. Hal ini dibuktikan dengan penemuan-penemuan kulit kerang dan siput dalam jumlah banyak, di samping tulang belulang manusia dan alat-alatnya dalam timbunan kulit kerang dan siput yang membukit.

<Lulisan cap tangan pada gua sebagai bukti adanya kehidupan dari masa purba. Sumber gambar : Sejarah Nasional Indonesia I hlm 201>

Cara hidup manusia di masa berburu tingkat lanjut masih dipengaruhi oleh cara hidup pada masa sebelumnya. Mereka masih amat bergantung terhadap alam. Bercocok tanam dilakukan dengan amat sederhana dan dilakukan secara berpindah-pindah berdasarkan keadaan kesuburan tanah. Lukisan-lukisan dalam gua yang telah disebutkan sebelum ini menggambarkan kehidupan sosial-ekonomis dan kepercayaan masyarakat saat itu. Menurut Roder dan Galis, yang melakukan penyelidikan terhadap lukisan-lukisan di Papua, lukisan-lukisan tersebut bertalian dengan upacara-upacara penghormatan nenek moyang, pemakaman, inisiasi, dan mungkin juga untuk keperluan ilmu dukun, untuk meminta hujan dan kesuburan, atau memperingati suatu kejadian yang penting. Selain berbagai lukisan di dinding gua atau dinding karang, alam kepercayaan masyarakat waktu itu terlihat juga pada berbagai peristiwa atau upacara-upacara pemakaman. Bukti-bukti tentang penguburan ditemukan di Gua Lawa, Sampung, serta di bukit kerang di Sumatra Utara. Cara hidup berburu tingkat lanjut masih diikuti oleh kelompok-kelompok di

Warta Sejarah

Situs Museum Trinil dalam penelitian merupakan salah satu tempat hunian kehidupan purba pada zaman Pleistosen Tengah, kurang lebih 1,5 juta tahun yang lalu. Situs Trinil ini amat penting sebab di situs ini selain ditemukan data manusia purba juga menyimpan bukti konkrit tentang lingkungannya, baik flora maupun faunanya.Museum Trinil terletak di Jalan Raya Solo – Surabaya, Pedukuhan Pilang, Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, kurang lebih 13 kilometer arah barat pusat kota Ngawi, dan untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh dengan semua jenis kendaraan. 

Sumber: http://www.navigasi.net/nnprg/php/nnvim.php?w=300&h=240&f=mutrinil&i=3

Page 20: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

masa selanjutnya. Misalnya, unsur-unsur dari masa berikutnya ditemukan bercampur dengan sejumlah benda peninggalan milik masyarakat berburu.

2. Masa Bercocok Tanam

Masa ini muncul setelah kebutuhan sudah makin meningkat dan alam sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan itu. Karena itu, manusia mulai memikirkan bagaimana mereka dapat menghasilkan makanan (food producing). Diperkirakan, masa bercocok tanam di Indonesia dimulai bersamaan dengan berkembangnya kemahiran mengasah alat-alat batu serta dikenalnya teknologi pembuatan gerabah. Alat-alat yang diasah antara lain beliung dan kapak batu, dan di beberapa tempat pengasahan juga dilakukan pada mata panah dan mata tombak.

Menurut John Miksic dkk. dalam Indonesian Heritage-Sejarah Awal, antara 4.500 dan 5.000 tahun yang lalu, kegiatan cocok tanam perladangan dan peternakan sudah dilakukan di Indonesia Timur. Padi sudah mulai ditanam di Sulawesi Selatan. Butir padi yang hangus dari Ulu Leang mungkin berasal dari 6.000 tahun yang lalu. Lebih lanjut, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa bercocok tanam tampaknya diperkenalkan di Indonesia oleh masyarakat yang sudah mengenal padi, jewawut (sejenis biji-bijian—pen), dan tanaman subtropis lain, seperti ubi jalar, keladi, dan tebu.

Masa bercocok tanam lahir setelah melewati proses yang panjang dan tak terpisahkan dari upaya manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Beratnya manusia untuk bertahan hidup pada kala Pleistosen dan pasca-Pleistosen tercermin dari berkembangnya budaya secara lambat/memakan waktu yang panjang. Setelah melampaui fase berburu dan mengumpulkan makanan, mereka memasuki fase kehidupan yang dikenal sebagai masa bercocok tanam. Berbagai macam tumbuhan dan binatang mulai dipelihara dan dijinakkan. Manusia pada masa ini mulai memanfaatkan hutan belukar dengan menebang dan membakar pepohonan dan belukar untuk menciptakan ladang-ladang yang digunakan untuk bertani secara sederhana.

Kegiatan Siswa 4: Kelompok

Menurut kalian, apakah masa berburu makanan, dan masa-masa lainnya, di setiap belahan dunia berlangsung serentak? Buatlah kelompok diskusi kemudian ajukan pendapat kalian di depan kelas.

Warta Sejarah

Menurut John Miksic dkk. dalam Indonesian Heritage-Sejarah Awal, antara 4.500 dan 5.000 tahun yang lalu, kegiatan cocok tanam perladangan dan peternakan

sudah dilakukan di Indonesia Timur.

Sumber: Indonesian Heritage-Sejarah Awal

Page 21: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

<Banyak tanaman pangan penting diyakini telah dikembangkan di Indonesia, namun data mengenai proses budi dayanya hampir tidak ada. Kelapa, misalnya, merupakan salah satu pohon yang tersebar dari Indonesia ke banyak daerah Asia tropis pada zaman prasejarah. Sumber gambar: Indonesian Heritage-Sejarah Awal hm 37>

Pada masa ini, mulai ditemukan kehidupan yang bersifat menetap di suatu perkampungan berupa tempat tinggal sederhana yang didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga. Jumlah manusia mulai meningkat dan mulai ada pembagian tugas dalam masyarakat. Unsur kepercayaan mulai berperan penting terkait dengan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dalam hidup bersama. Cara hidup dengan mengumpulkan makanan dan berburu secara berangsur-angsur ditinggalkan.

Di beberapa tempat, kehidupan berburu dan menangkap ikan masih dilanjutkan. Ada yang meneruskan hidup lama ini sebagai suatu pencaharian hidup yang pokok dan ada yang melakukannya sebagai kerja sambilan (Poesponegoro, 2010). Hewan-hewan yang penting pada masa ini ialah anjing dan babi. Anjing dipelihara untuk berburu, sedangkan babi digunakan untuk makanan dan persembahan.

Mulai dikenalnya teknik-teknik bercocok tanam menghasilkan dua hal penting bagi tumbuhnya masyarakat dan berkembangnya peradaban, yaitu munculnya masyarakat yang bertempat tinggal dengan agak menetap dan munculnya ikatan-ikatan sosial antarindividu dan antarkeluarga ataupun kelompok yang lebih luas. Kerja sama merupakan keharusan yang harus dilakukan oleh setiap anggota masyarakat. Meskipun begitu, pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin telah muncul. Misalnya, kegiatan berburu dilakukan oleh laki-laki dan membuat gerabah dilakukan oleh wanita. Kepentingan masyarakat ditempatkan di atas kepentingan individu. Dan suatu masyarakat dipimpin oleh seorang kepala yang dipatuhi bersama.

Perlu kita ingat bahwa alam tak selamanya menyediakan tanah yang subur ataupun hewan buruan yang banyak. Akibatnya, tanah yang kurang subur akan ditinggalkan dan lahan yang baru akan dibuka dengan jalan menebangi hutan-hutan dan membakar semak belukar yang telah mengering. Di tempat-tempat yang tandus karena alamnya berbatu akan muncul aktivitas menghasilkan peralatan kerja untuk kepentingan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat-alat tersebut di Wonogiri (Jawa Tengah), sekitar Bogor (Jawa Barat), Purwakarta (Jawa Barat), dan sekitar Lahat (Sumatra Selatan).

Pada masa ini, diperkirakan telah muncul bentuk perdagangan barter. Perahu dan rakit bambu memegang peranan penting bagi sarana transportasi perdagangan. Barang yang dibarter ketika itu adalah hasil bercocok tanam, gerabah, perhiasan, bahkan mungkin pula garam dan ikan yang telah dikeringkan.

Page 22: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Dari segi konsep kepercayaan, manusia pada masa ini sudah memiliki tradisi upacara penguburan bagi mereka yang meninggal, khususnya untuk mereka yang dianggap terkemuka di masyarakat. Si mati biasanya diberi “bekal” berbagai macam barang seperti perhiasan dan periuk yang dikubur bersamanya. Si mati ditempatkan di dalam wadah berbentuk susunan batu besar seperti peti batu, bilik batu, dan sarkofagus, baik yang diukir maupun yang dilukis dengan berbagai lambang kehidupan dan lambang kematian. Selain yang berkaitan dengan upacara kematian, pada masyarakat bercocok tanam terdapat konsepsi pemujaan nenek moyang yang melahirkan tata cara yang menjaga perilaku masyarakat seiring dengan keteraturan pengorganisasian masyarakat. Batas antara yang bersifat duniawi dengan yang bersifat suci dalam kehidupan tak bergitu jelas. Rasa satu dengan alam melahirkan karya yang sekarang dipandang sebagai hasil seni yang berarti. Pendirian candi-candi di masa Hindu-Buddha (akan kita bahas di bab lain) merupakan kelanjutan dari tradisi tersebut.

<Contoh lukisan pada dinding bilik kubur di Kutaraya, Lembak, Lahat, Sumatra Selatan. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 260>

3. Masa PerundagianApa yang dimaksud dengan “undagi”? Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, “undagi” adalah “tenaga ahli”. Kata yang diambil dari bahasa Bali ini berarti seseorang atau sekelompok atau golongan masyarakat yang memiliki kepandaian atau keterampilan tertentu seperti membuat gerabah, perhiasan, sampan, dsb. Masa ini disebut juga Zaman Logam (pada subbab berikutnya akan kita bahas lagi dengan pembagian zaman perunggu dan besi) dan dicirikan antara lain dengan penemuan berbagai macam artefak logam, benda dari tanah liat yang telah dibuat dengan

Kegiatan Siswa 5: Individu

Tentu kalian telah selesai membaca pemaparan tentang masa bercocok tanam. Di masa ini, sebagaimana kita ketahui, mulai muncul berbagai macam keteraturan dalam kehidupan manusia seperti dalam bermasyarakat maupun mengekspresikan kepercayaan. Menurut kalian, mengapa manusia mendambakan keteraturan? Kemukakan jawaban kalian berikut argumen yang kuat dalam selembar kertas. Kemudian, kumpulkan kepada guru sejarah kalian.

Page 23: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

menggunakan roda pemutar dalam berbagai bentuk dan ukuran, dan masyarakat yang telah menetap dengan pembagian keahlian kerja. Di Indonesia, masa ini diperkirakan dimulai sejak 500 sebelum Masehi.

Pada masa ini, manusia Indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan terpimpin. Berbagai bukti dari masa ini ditemukan antara lain di Sumatra, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumba, serta beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Di berbagai tempat tersebut ditemukan sisa-sisa benda perunggu, benda besi, serta gerabah yang sudah maju bentuk dan hiasannya. Berbagai kemajuan yang dicapai dalam teknologi telah meningkatkan kesejahteraan hidup. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah penduduk. Kemudian muncullah desa-desa besar yang merupakan gabungan dari kampung-kampung kecil.

Dalam kehidupan yang lebih teratur seperti itu, aktivitas berburu binatang liar masih dilakukan. Perburuan dilakukan dengan menggunakan tombak, panah, dan jerat bambu dengan dilakukan secara perorangan maupun bersama. Pertanian dalam bentul perladangan atau persawahan menjadi mata pencaharian yang tetap. Untuk menunjang itu, diciptakan peralatan dari logam, terutama untuk mengolah sawah. Pengairan juga sudah dilakukan sehingga tak sepenuhnya lagi bergantung kepada hujan.

Yang sangat menonjol pada masa ini yaitu kepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakat. Karena itu, arwah nenek moyang harus selalu diperhatikan dan dipuaskan melalui berbagai upacara. Demikian pula bagi orang-orang yang sudah meninggal diberikan penghormatan dan sesaji dengan tujuan mengantarkan mereka ke tempat tujuan mereka. Penguburan orang yang meninggal dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Pada penguburan langsung, jenazah langsung dikuburkan di tanah atau diletakkan dalam suatu wadah dalam tanah. Sedangkan pada penguburan tidak langsung, dilakukan dengan mengubur jenazah terlebih dahulu di tempat sementara sebelum diadakan sebuah upacara. Setelah persiapan untuk upacara siap, maka jenazah yang telah menjadi rangka diambil lagi dan dikuburkan di tempat yang telah disediakan. Mayoritas kuburan terdapat di pantai ( Anyer, Plawangan, Gilimanuk, Melolo, Lewoleba), di tepi sungai (Lambanapu), dan dalam gua (Liang Bua). Wadah kubur dibuat dari batu, tanah liat, dan logam.<Gambar bentuk wadah kubur yang terbuat dari batu. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 419>

Kondisi pada masyarakat di masa perundagian menunjukkan rasa setia kawan yang kuat. Kesetiakawanan ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan yang berlaku hingga kini. Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat

Page 24: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

dalam mewujudkan sifat tersebut. Konsekuensinya, kebebasan individu agak terhambat karena pelanggaran yang dilakukan dianggap membahayakan masyarakat.Pada masa ini sudah terdapat kultus kepemimpinan dan pembedaan golongan tertentu seperti golongan pengatur upacara atau yang berhubungan dengan kepercayaan, petani, pedagang, dan pembuat benda-benda logam atau gerabah.

Masa perundagian disebut juga zaman logam. Di Indonesia terdiri dari dua zaman, yaitu perunggu dan besi. Sebagaimana telah disebutkan di atas, hal tersebut nanti akan kita bahas pada subbab berikutnya, yaitu yang membahas hasil budaya masyarakat praaksara.

Tautan Sejarah

Mari kita rehat sejenak sambil membaca artikel berikut ini. Semoga dengan membacanya, wawasan kesejarahan kalian akan bertambah.

Terkuak, Penduduk Jakarta Sudah Ada Sejak 3000 SM! Ini Buktinya

Setidaknya, terdapat 50-60 situs prasejarah itu membentang sepanjang DAS Ciliwung dari daerah Karawang hingga Bogor, meliputi situs Pejaten, Pasar Minggu; Situs Balekambang, Cililitan; situs Lenteng Agung; situs Kelapa Dua, Depok; dan situs Buni, Bekasi. Salah satu tempat hunian yang ditempati masyarakat prasejarah adalah Balekembang, Condet. Ini artinya, pada zaman prasejarah sudah ada orang yang bertempat tinggal di Condet. pertama kali disurvei pada 1976 oleh Dinas Museum dan Sejarah Jakarta, yang kemudian berlanjut dengan usaha penggalian pada 1979. Dari upaya itu, seperti dikutip dari National Geographic, ditemukan pecahan gerabah berhias dan yang tak berhias, pecahan beliung persegi, pecahan cetakan, serpihan batu, batu fosil, terakota, dan sebuah alat besi berbentuk parang. Menurut para pakar dapat disimpulkan bahwa kemungkinan masyarakat Condet telah memasuki fase bercocok tanam dan lalu perundagian sejak 3000 SM-1000 SM. Sementara itu, berdasarkan fosil yang ditemukan di situs sepanjang Sungai Ciliwung, nenek moyang orang Betawi berasal dari ras Mongoloid. Konon, manusia dari ras inilah yang, membangun hubungan dengan Kerajaan Tarumanegara, lalu menerima pengaruh Hindu atau Buddha.

Dikutip dan diadaptasi dari: https://jadiberita.com/105810/terkuak-penduduk-jakarta-sudah-ada-sejak-3000-sm-ini-buktinya.html

Evaluasi 1

1. Sejak kapankah manusia mulai muncul di permukaan bumi? Coba jelaskan secara singkat mengenai asal-usul persebarannya!

2. Jelaskan proses kemunculan Paparan Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan dengan daratan Asia Tenggara!

3. Sebutkan minimal 3 lokasi penemuan fosil manusia purba di Indonesia berikut jenisnya!4. Jelaskan bagaimana Pithecanthropus erectus di Indonesia mempertahankan dan memenuhi

kebutuhan hidupnya!5. Apa saja dua hal penting bagi masyarakat yang muncul setelah dikenalnya teknik-teknik

bercocok tanam?

Page 25: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

C. Hasil Budaya Masyarakat Praaksara

Seperti yang sudah dituturkan pada subbab sebelumnya, belum ditemukannya berbagai hal yang bersifat tertulis bukan menandakan kehidupan manusia belum ada. Dan juga bukan berarti kehidupan manusia pada itu sama sekali tidak bisa kita selidiki. Karena tidak ditemukannya sumber tertulis mengenai zaman praaksara, kita dapat mengetahui keberadaan manusia di masa itu lewat hasil-hasil kebudayaan yang tersisa. Apa saja hasil-hasil kebudayaan tersebut? Kita dapat mempelajarinya dengan cara membaginya menjadi 6 zaman sebagai berikut.

1. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)

Paleolitikum merupakan istilah untuk zaman batu yang tertua. Zaman ini dicirikan oleh peradaban silih-berganti dari pemanfaatan batu yang dilakukan oleh tipe-tipe manusia yang kini telah punah. Zaman ini juga dicirikan oleh seni lukisan pada gua (lihat Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 12). Periode zaman ini berlangsung antara tahun 50.000 SM sampai dengan 10.000 SM.

Tradisi paleolitik berkembang pada tingkat kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, juga disebut tradisi batu awal. Peralatan yang dihasilkan dari zaman ini masih sangat kasar. Kapak genggam (chopper) yang ditemukan di Pacitan dan Ngandong adalah di antaranya. Alat ini disebut sebagai kapak genggam karena berupa kapak tanpa tangkai. Selain kapak genggam, juga ditemukan alat-alat lain yang terbuat dari tulang, tanduk rusa, dan batu-batu kecil/alat serpih (flake). Selain di Pacitan dan Ngandong, alat-alat ini juga ditemukan di Sulawesi Selatan. Ada lagi hasil kebudayaan yang tak boleh kita lewatkan dari zaman ini, yaitu kapak perimbas. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam meskipun berbeda dengan kapak genggam. Kapak perimbas berfungsi untuk memahat tulang dan senjata. Teknik pembuatannya secara umum masih kasar dan tidak mengalami perubahan dalam waktu yang panjang. Pithecanthropus diduga sebagai penemunya. Kapak perimbas di Indonesia memiliki persebaran yang luas dan khusus berkembang di tempat-tempat yang banyak mengandung bahan batuan yang cocok untuk membuat berbagai perkakas batu.

Page 26: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

<Kapak Perimbas. Sumber: http://www.sridianti.com/wp-content/uploads/2016/04/kapak-perimbas.jpg >

Penelitian terhadap tradisi paleolitikum di Indonesia diawali pada tahun 1935, ketika von Koenigswald menemukan alat-alat batu di daerah Punung, Kabupaten Pacitan, di dasar Kali Baksoko. Alat-alat yang ditemukan itu bercorak kasar dan masih sederhana. Oleh von Koenigswald alat-alat tersebut digolongkan sebagai alat paleolitik yang bercorak Chellean, yaitu suatu tradisi yang berkembang pada tingkat awal paleolitik di Eropa, meskipun pendapat tersebut dinilai kurang tepat setelah Hallam L. Movius, seorang ahli arkeologi asal Amerika, berhasil menyatakan bahwa temuan tersebut merupakan salah satu corak perkembangan kapak perimbas di Asia Tenggara. Tradisi kapak perimbas yang ditemukan oleh von Koenigswald ini kemudian dikenal dengan sebutan Budaya Pacitan dan dianggap sebagai tingkat perkembangan budaya batu terawal di Indonesia. Penelitian Budaya Pacitan diteruskan pada tahun 1953 dan 1954 oleh Heekeren, Soejono, dan Basoeki. Wilayah lembah Kali Baksoko diteliti kembali dan tempat-tempat baru yang mengandung alat-alat Budaya Pacitan telah ditemukan di sekitar Desa Tabuhan, yang terletak kurang lebih 6 km barat laut Punung.

Penemuan penting lainnya yang perlu dikemukakan di sini adalah penemuan beberapa alat paleolitikum di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen). Di sana ditemukan kapak perimbas dan semacam alat serut dari sejenis batuan andesit basaltik. Kapak perimbas yang berukuran panjang 9,5 cm, lebar 12,2 cm, dan tebal 5,4 cm memperlihatkan penyerpihan-penyerpihan terjal ke arah tajaman dan memiliki pangkal yang rata. Sedangkan alat semacam serut barusan menunjukkan ciri-ciri sederhana, yaitu pemangkasan bersusun di

Page 27: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

salah satu sisinya. Sedangkan penemuan di Sumatra terletak di Sungai Mungup, Bengkulu yang oleh Movius digolongkan dalam jenis kapak genggam awal berdasarkan foto yang disiarkan.

<Kapak Genggam. Sumber: https://www.eduspensa.id/wp-content/uploads/2017/06/Gambar-Kapak-Genggam.jpg >

Di samping yang sudah kita kemukakan, alat-alat serpih (flake) juga seringkali ditemukan bersama-sama dengan kapak perimbas atau alat batu lainnya. Di beberapa tempat, alat serpih bahkan menjadi unsur dominan ataupun menjadi unsur pokoknya. Alat serpih pertama kali ditemukan oleh von Koenigswald pada tahun 1934. Alat-alat dikumpulkan dari permukaan tanah barat laut Desa Ngebung.

<Alat serpih dari Pacitan. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 125>

Berbagai lokasi penting di Indonesia yang mengandung alat-alat serpih dalam jumlah yang menonjol adalah Punung, Sangiran, dan Ngandong di Jawa; Cabbenge di Sulawesi Selatan; Mengeruda di Flores; serta Gassi Liu dan Sagadat di Timor. Selain itu, alat ini juga ditemukan di Lahat (Sumatra Selatan), dan Gombong (Jawa Tengah).

Kegiatan Siswa 6: Individu

Ada satu lagi jenis peninggalan dari Zaman Paleolitikum yang belum disebutkan, yaitu alat tulang. Buatlah ulasan disertai gambar secara individu mengenai alat tulang di Indonesia yang kalian ambil dari berbagai sumber. Kemudian, sampaikan dengan bahasa kalian sendiri dan kumpulkan kepada guru.

Page 28: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

2. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)

Zaman ini berlangsung sekitar 10.000 SM. Zaman ini ditandai dengan peralatan-peralatan yang lebih halus. Peninggalan-peninggalan zaman ini antara lain kjokkenmoddinger (sampah dapur dari zaman mesolitikum), abris sous roche (gua yang menyerupai ceruk batu karang sebagai tempat tinggal), dll. Tradisi mesolitik berkembang pada tingkat kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut dan disebut juga sebagai tradisi batu madya (pertengahan) sebagai kelanjutan dari tradisi paleolitik.

<Kjokkenmoddinger, sampah dapur zaman mesolitikum. Sumber: https://images.detik.com/content/2010/12/09/1032/detik_BukitKerang.jpg>

Van Stein Callenfels membedakan kebudayaan mesolitikum menjadi tiga corak, yaitu kebudayaan pebble, kebudayaan tulang, dan kebudayaan flakes.

a. Kebudayaan Pebble di Sumatra Timur

Ditemukan kapak genggam yang disebut pebble atau kapak genggam Sumatra (sumatralith), kapak pendek (hache courte) dengan bentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam, dan panah bergerigi dari tulang-tulang. Pada kapak genggam Sumatra (sumatralith), bagian yang mempunyai tajaman hanya pada salah satu sisi, sedangkan pada sisi lainnya dibiarkan halus (lihat Bambang Budi Utomo dalam Treasures of Sumatra, hlm

Page 29: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

19). Sejumlah kapak genggam Sumatra tersebut berasal dari Asia Tenggara dan ditemukan di Tiongkok Selatan, Vietnam, Kamboja, Laos, Thailand, dan Semenanjung Malaya. Sedangkan di Indonesia, temuan kapak genggam Sumatra tersebar di di pantai timur Sumatra Utara, yaitu Lhokseumawe (Aceh) dan Binjai.

<Kapak Genggam Sumatra (Sumatralith). Sumber: http://www.andrewcollins.com/pics/Sumatralith.jpg >

b. Kebudayaan Tulang di Sampung (Sampung Bone Culture)

Kebudayaan tulang di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur ditemukan di dalam abris sous roche. Selain menemukan banyak alat dari tulang dan tanduk rusa, ditemukan pula alat-alat dari batu seperti ujung panah dan flakes, yaitu kapak yang sudah diasah.

c. Kebudayaan Flakes di Toala (Toala Flakes Culture)

Selain di Gua Lawa, abris sous roche juga banyak ditemukan di Sulawesi Selatan, terutama di daerah Lomocong, yaitu di Gua Leang Pattae. Di dalamnya ditemukan flakes dan pebble.

Page 30: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Abris sous roche di Gua Lawa. Sumber: http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/552841b76ea83485288b456c.jpeg?t=o&v=700

3. Zaman Batu Muda (Neolitikum)

Zaman ini berlangsung sekitar 2000 SM. Menurut Dr. R. Soekmono (seorang arkeolog Indonesia dan pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1971-1983), kebudayaan inilah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Zaman ini merupakan zaman termuda dari urutan zaman batu. Alat-alat yang digunakan telah diasah lebih halus dengan bentuk yang semakin baik. Tradisi neolitik berkembang pada tingkat kehidupan bercocok tanam, juga disebut tradisi batu akhir sebagai lanjutan tradisi mesolitik.

Kapak lonjong dan kapak persegi merupakan peninggalan zaman ini. Kapak persegi/beliung persegi tersebar di daerah Sumatra, Jawa, Bali, dan sebagian Kalimantan Barat. Sedangkan kapak lonjong ditemukan di Papua.

Beliung persegi merupakan alat batu yang paling menonjol dari masa bercocok tanam di Indonesia. Pada umumnya, beliung ini berbentuk memanjang dengan penampang lintang persegi. Ukurannya bermacam-macam, tergantung pada kegunaannya. Yang paling kecil adalah semacam pahat yang berukuran panjang sekitar 4 cm dan yang terpanjang sekitar 25 cm dipakai untuk mengerjakan kayu.

<Beliung Persegi dari Tangerang, Banten. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 210>

Sedangkan, tradisi kapak lonjong diduga lebih tua daripada tradisi beliung persegi. Kapak ini berbentuk lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajam. Bagian yang tajam diasah dari dua arah dan menghasilkan bentuk tajaman yang simetris. Di sinilah letak perbedaannya

Page 31: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

dengan beliung/kapak persegi yang tidak pernah memiliki tajaman yang simetris. Daerah penemuan kapak lonjong di Indonesia terbatas di daerah bagian timur, yaitu Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua.

<Kapak Lonjong dari Sentani, Papua. Sumber Sejarah Nasional Indonesia I hlm 220>

Penelitian arkeologi dan paleontologi hingga saat ini belum berhasil mengungkapkan jenis manusia pendukung tradisi kapak lonjong ini. Manusia pendukung kapak lonjong ini telah mengenal cara pembuatan gerabah dengan teknik pilin serta mengonsumsi keladi. Mereka juga telah menjinakkan hewan-hewan seperti babi, anjing, dan unggas.

4. Zaman Batu Besar (Megalitikum)

Kebudayaan ini bukan merupakan suatu zaman yang berkembang terpisah, melainkan suatu hasil budaya yang muncul pada zaman neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Sebutan ini berdasarkan pada ukuran-ukuran batu besar yang digunakan. Karena itu, tradisi megalitik juga berkembang pada masa bercocok tanam--dan juga perundagian. Bangunan megalitik tersebar luas di Asia Tenggara. Tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik (mega artinya besar, lithos berarti batu)selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya relasi antara kita yang hidup di dunia dengan mereka yang telah meninggal dunia. Kepercayaan itu berupa adanya keyakinan terhadap pengaruh dari mereka yang telah mati terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Bangunan-bangunan megalitikum dijadikan sebagai sarana penghormatan, tempat singgah, sekaligus lambang bagi yang sudah meninggal tadi.

Menurut sebagian ilmuwan, misalnya van der Hoop, Vroklage, dan Quaritch Wales, zaman ini dibagi dua, yaitu Zaman Megalitikum Tua (2.500-1.500 SM) dan Zaman Megalitikum Muda (1.000 SM). Pada masa ini, organisasi masyarakat telah teratur dan pengetahuan tentang teknologi yang berguna dan nilai-nilai hidup terus berkembang, antara lain pembiakan ternak,

Kegiatan Siswa 7: Kelompok

Bentuklah sebuah kelompok kemudian buatlah oleh kalian peta persebaran beliung persegi dan kapak lonjong di Indonesia dalam satu peta!

Page 32: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

pemilihan benih-benih tanaman, dan penemuan alat-alat baru yang cocok untuk keperluan sehari-hari.

Sebagaimana telah sedikit disinggung di atas, bangunan megalitik tersebar luas di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Bentuknya bermacam-macam. Berikut ini akan kita bahas satu persatu.

a. MenhirMenhir merupakan sebuah batu tegak, yang sudah atau belum dikerjakan, dan diletakkan dengan sengaja di suatu tempat untuk memperingati orang yang telah wafat. Menhir dianggap sebagai sarana penghormatan, menampung kedatangan roh, dan sekaligus menjadi lambang orang-orang yang diperingati. Di Indonesia, menhir kita temukan di Pasemah (Sumatra Selatan), Karangdalam (Sumatra Selatan), Mingkik (Sumatra Selatan), Badui (Banten), Tugugede (Jawa Barat), Lembah Besoa (Sulawesi Tengah), dan Toraja (Sulawesi Selatan).<Menhir dari Toraja, Sulawesi Selatan. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 256>

b. DolmenDolmen merupakan peninggalan Zaman Megalitikum berupa meja batu yang digunakan sebagai tempat meletakkan sesaji untuk arwah nenek moyang. Dolmen juga digunakan untuk tempat duduk oleh kepala suku atau raja-raja, dan dipandang sebagai tempat keramat dalam melakukan pertemuan-pertemuan maupun upacara-upacara dalam hubungan pemujaan arwah leluhur.Di bawah dolmen, biasanya juga terdapat kubur. Di Indonesia, dolmen berasal dari Pasemah (Sumatra Selatan), Tegurwangi (Sumatra Selatan), Pakisan (Jawa Timur), dan Sumba Timur (Nusa Tenggara Timur.

<Dolmen di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 463>

c. SarkofagusSarkofagus merupakan kubur batu yang pada umumnya terdiri atas wadah dan tutup yang bentuk dan ukurannya simetris. Di Indonesia, Sarkofagus ditemukan di Pulau Samosir (Sumatra Utara), Nangkaan (Jawa Timur), Bali, Kalimantan, dan Sumbawa Barat.

Page 33: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

<Sarkofagus yang dipamerkan di halaman Museum Geologi Bandung. Sumber: http://garutnews.com/wp-content/uploads/2014/01/peti1.jpg >

Tautan Sejarah

Untuk memperkaya wawasan kalian akan sejarah Indonesia di masa prasejarah, khususnya Zaman Megalitikum, simaklah profil Museum Geologi Bandung berikut ini. Semoga suatu hari kalian dapat mengunjunginya.

Sejarah Singkat Museum Geologi

Keberadaan Museum Geologi sangat erat kaitannya dengan sejarah penyelidikan geologi di Indonesia yang telah dimulai sejak 1850-an. Pada saat itu, lembaga yang mengkoordinasikan penyelidikkan geologi adalah “Dienst van het Mijnwezen”. Museum Geologi untuk pertama kalinya diresmikan pada saat pembukaan gedung “Dienst van den Mijnbouw” yaitu pada 16 Mei 1929. Peresmian ini bertepatan dengan pembukaan kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-IV yang diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung. Gedung ini berfungsi sebagai perkantoran yang dilengkapi dengan sarana laboratorium geologi dan museum untuk menyimpan dan memperagakan hasil survei geologi.

Sejalan dengan dinamika sejarah, secara kelembagaan Museum Geologi

terus mengalami perubahan. Pada zaman pemerintahan Belanda (1929-

1941), Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan merupakan

unit kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi

“Dienst van den Mijnbouw”. Kemudian pada zaman pendudukan Jepang

(1942-1945). “Dienst van den Mijnbouw” diganti namanya menjadi “Kogyoo

Zimusho” yang kemudian berganti nama menjadi “Tisitutyosazyo” dimana

Museum Geologi sebagai bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia.

Setelah Indonesia

Page 34: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

d. Punden BerundakPunden berundak merupakan bangunan megalitikum yang memiliki undak-undakan (beranak tangga) yang digunakan sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang. Bentuk bagunan ini turut mewarnai corak candi di masa Hindu-Buddha. Punden berundak ditemukan di beberapa tempat di Jawa Barat, yaitu di Arca Domas, Lebak Sibedug, Leles, Kuningan, Cianjur, dan Pasirangin.

Sejalan dengan dinamika sejarah, secara kelembagaan Museum Geologi

terus mengalami perubahan. Pada zaman pemerintahan Belanda (1929-

1941), Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan merupakan

unit kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi

“Dienst van den Mijnbouw”. Kemudian pada zaman pendudukan Jepang

(1942-1945). “Dienst van den Mijnbouw” diganti namanya menjadi “Kogyoo

Zimusho” yang kemudian berganti nama menjadi “Tisitutyosazyo” dimana

Museum Geologi sebagai bagian dari Laboratorium Paleontologi dan Kimia.

Setelah Indonesia

Page 35: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

<Punden Berundak Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Sumber: http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/20130317_Situs_Megalitikum_Gunung_Padang_8576.jpg

e. Kubur Peti BatuKubur peti batu merupakan sebuah peti yang dibentuk dari enam buah papan batu sebagai sebuah tempat penguburan. Papan-papan batu tersebut disusun secara langsung dalam lubang yang telah disiapkan terlebih dahulu. Peninggalan megalitikum ini ditemukan di Tegurwangi (Sumatra Selatan), Sindanglaut (Jawa Barat), Cibuntu (Jawa Barat), Lampung, Tuban (Jawa Timur, Gunung Kidul (DI Yogyakarta), dan Wonosari (DI Yogyakarta).

<Kubur Peti Batu dari Wonosari, DI Yogyakarta. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia hlm 426>

5. Zaman Perunggu

Indonesia mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman tembaga terlebih dahulu. Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda

Kegiatan Siswa 8: Individu

Carilah informasi lebih lanjut mengenai peninggalan-peninggalan Zaman Megalitikum di Indonesia. Bila ada, sebutkan dan deskripsikan berbagai peninggalan megalitikum yang belum diulas dalam buku ini. Kemudian, apakah pola hasil kebudayaan tersebut masih memiliki pengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia kini? Salinlah jawabanmu secara tertulis dalam selembar polio!

Page 36: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

dengan Eropa. Eropa mengalami tiga fase, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda).

Waktu dimulainya zaman perunggu berbeda-beda pada setiap kebudayaan. Menurut perkiraan, Indonesia memasuki zaman perunggu pada tahun 500 SM. Hasil temuan yang lebih dominan pada zaman ini adalah alat-alat dari perunggu. Peninggalan zaman ini antara lain sebagai berikut.

1. Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Papua. Secara tipologis, kapak perunggu dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu kapak corong dan kapak upacara.

<Kapak Corong. Sumber: http://www.sejarah-negara.com/2014/09/peninggalan-barang-antik-bersejarah.html>

<Kapak Upacara dari Pulau Rote. Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I hlm 371>

Page 37: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

2. Nekara Perunggu (Moko),sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatra, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti. Nekara perunggu yang ditemukan di Indonesia ada dua tipe, yaitu tipe Pejeng dan tipe Heger. Tipe Pejeng diambil dari nama tempat ditemukannya nekara tipe ini yang terbesar dan pertama. Sedangkan tipe Heger diambil dari nama F.Heger yang mengklasifikasi nekara ini. Nekara tipe Pejeng dianggap berasal dari Indonesia, sedangkan tipe Heger berasal dari luar Indonesia.

<Nekara Perunggu. Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpcbm/wp-content/uploads/sites/5/2015/05/Nekara-Jateng.jpg>

3. Bejana Perunggu, ditemukan di Madura dan Sumatra. Bejana perunggu berbentuk bulat panjang seperti keranjang untuk tempat ikan yang diikatkan di pinggang di kala orang mencari ikan. Bejana perunggu terbuat dari lempengan perunggu yang cembung, yang dilekatkan dengan pacuk besi pada sisi-sisinya.

<Bejana Perunggu.Sumber: http://www.sejarah-negara.com/2014/09/peninggalan-barang-antik-bersejarah.html >

Page 38: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

4. Arca/patung Perunggu,ditemukan di Bangkinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat). Patung-patung perunggu yang ditemukan di Indonesia memiliki bentuk yang bermacam-macam, misalnya berbentuk orang atau hewan.

<Arca Perunggu dari Bangkinang. Sumber: http://www.wacana.co/wp-content/uploads/2009/03/wacana.co_Patung-Perunggu.jpg >

6. Zaman Besi

Zaman besi merupakan tahap akhir dari masa praaksara di Indonesia. Pada zaman ini, orang sudah memiliki teknik peleburan besi. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi ditemukan pada zaman sejarah. Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti zaman batu telah berakhir. Pada zaman logam pun alat-alat dari batu terus berkembang, bahkan hingga sekarang. Sebutan zaman logam hanya untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut, alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan.

Berbeda dengan penemuan benda perunggu, penemuan benda besi terbatas jumlahnya. Peninggalan berbahan besi sering kali ditemukan sebagai bekal kubur. Jenis benda besi dapat digolongkan sebagai peralatan sehari-hari atau senjata. Benda-benda besi yang ditemukan antara lain mata kapak di kubur peti batu Gunung Kidul (DI Yogyakarta), alat bermata panjang dan gepeng di Gunung Kidul (DI Yogyakarta) dan Tuban (Jawa Timur), gelang besi, dll.

Sebelum kita melanjutkan pembahasan ke subbab selanjutnya, terlebih dahulu kita perlu mengetahui keterkaitan hasil kebudayaan purbakala

Kegiatan Siswa 9: Individu

Ditemukannya mata kapak di kubur peti mengindikasikan adanya hubungan antara benda hasil kebudayaan dengan peristiwa kematian. Ajukan pendapatmu dengan disertai argumen yang kuat mengenai hubungan antara benda hasil kebudayaan tersebut dengan kepercayaan manusia ketika itu terkait dengan kematian!

Page 39: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Indonesia yang telah kita bahas di atas dengan negeri Vietnam. Sebagaimana telah kita ketahui, migrasi manusia ke Indonesia terkait erat dengan asal-usul penyebaran mereka dari daratan Asia. Kedatangan mereka ke Indonesia membawa pengaruh terhadap benda-benda hasil kebudayaan yang kemudian hari ditemukan di negeri ini. Kebudayaan yang membawa pengaruh tersebut dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Dongson, dan Kebudayaan Sa Huynh.

Kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkirakan berlangsung dari 18.000 sampai dengan 3.000 tahun yang lalu. Pusat kebudayaan Bacson-Hoabinh terletak di pegunungan Bacson dan di Provinsi Hoabinh, dekat Hanoi. Bacson-Hoabinh adalah istilah untuk menyebutkan tempat penemuan alat-alat batu yang khas, yaitu batu yang memiliki bekas penyerpihan pada satu atau kedua permukaannya. Sering kali seluruh tepian batu tersebut tajam dan hasil penyerpihan ini menunjukkan bermacam-macam bentuk, seperti lonjong, segiempat, segitiga, dan lain-lain. Di Indonesia, alat-alat batu yang serupa dengan hasil kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, Flores, hingga Papua.

Kebudayaan Dongson terkait dengan kebudayaan perunggu telah dimulai di Vietnam Utara pada tahun 2500 SM. Nama Dong Son sendiri diambil dari nama situs yang berada di Provinsi Thanh Hoa, di pantai wilayah Annam (Vietnam bagian utara). Hasil-hasil artefak perunggu yang bercirikan ornamen Dong Son ditemukan tersebar meluas di hampir seluruh kawasan Asia Tenggara, dari Myanmar hingga kepulauan Kei di Indonesia timur. Benda perunggu dari Dong Son adalah kapak corong, ujung tombak, mata panah, pisau, patung, bejana, dan yang paling terkenal adalah nekara. Nekara-nekara yang berhasil ditemukan di Indonesia tidak kurang dari 56 buah yang tersebar di seluruh Indonesia dengan motif yang beragam. Misalnya nekara yang ditemukan di Pulau Sangeang memuat motif hiasan bergambar orang berseragam pada masa Dinasti Han. Sementara itu, nekara dari Pulau Selayar, Sulawes Selatan, menampilkan motif gambar gajah, dan dari kepulauan Kei bermotif gambar kijang dan macan.

Sedangkan Kebudayaan Sa Huynh terkait dengan daerah Sa Huynh yang berada di kampung pesisir di selatan Da Nang, di antara Thua Thien dan delta Sungai Dong Nai di Provinsi Quang Nam. Kebudayaan ini berkembang sekitar tahun 600 SM-1 M. Hasil kebudayaan Sa Huynh yang dikenal dewasa ini adalah tempayan kubur. Tempayan kubur ini digunakan sebagai penyimpan jenazah sebelum dimasukkan ke dalam tanah. Di wilayah Laut Sulawesi dan

Page 40: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

NTT, ditemukan tempayan kubur yang memiliki kemiripan dengan Kebudayaan Sa Huynh.

D. Nilai-nilai Budaya Masyarakat PraaksaraBerakhirnya masa praaksara di Indonesia tidak berarti menghilangkan semua jejaknya dalam kehidupan manusia setelah itu. Jejak-jejak tersebut di antaranya adalah nilai-nilai budaya masyarakatnya. Yang dimaksud dengan nilai-nilai budaya masyarakat, dalam hal ini, adalah pola-pola kehidupan/tradisi yang masih dilestarikan selepas masa praaksara tersebut berakhir. Di Indonesia masih terlihat berbagai tanda bertahannya tradisi masa praaksara hingga jauh memasuki masa aksara, bahkan hingga sekarang. Beberapa unsur dari masa praaksara tersebut mengendap dalam beberapa bidang kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan.

Di Indonesia masih bisa ditemukan berbagai pembuatan gerabah yang mengingatkan kita kepada teknik yang dikenal pada masa bercocok tanam. Pembuatan gerabah ini hingga sekarang bisa dijumpai di Toraja (Sulawesi Selatan), Soppeng (Sulawesi Selatan), Tuban (Jawa Timur), Bantul (DI Yogyakarta), dll. Di Papua, kapak lonjong masih dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk menebang kayu dan merambah belukar.

<Kasongan, Bantul (DI Yogyakarta) salah satu pusat pengrajin gerabah di Indonesia. Sumber: http://santapjogja.com/wp-content/uploads/2014/05/kasongan.jpg >

Demikian pula, tradisi megalitik yang muncul setelah tradisi bercocok tanam mulai meluas, ikut masuk ke dalam corak kebudayaan yang datang ke Indonesia. Bentuk-bentuk menhir serta susunan batu berundak masih terlihat pada kuburan-kuburan muslim maupun kristiani seperti yang terdapat di Sulawesi Selatan, Flores, dan Timor. Selain itu, masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang tetap melestarikan tradisi megalitik, baik dalam upacara penguburan maupun bentuk perkampungannya.

Tugas Siswa 10: Kelompok

Tentu kalian telah selesai membaca subbab “Nilai-nilai Budaya Masyarakat Praaksara” di atas dan telah mengetahui berbagai peninggalan tradisi masyarakat praaksara di Indonesia. Bagilah kelas kalian ke dalam beberapa kelompok. Kemudian, masing-masing kelompok mengulas salah satu peninggalan tradisi masyarakat prasejarah dan pengaruhnya terhadap kehidupan saat ini, boleh berdasarkan yang sudah disebutkan di atas maupun yang belum disebutkan. Ulaslah secara mendalam dalam bentuk makalah.

Page 41: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Tugas Siswa 10: Kelompok

Tentu kalian telah selesai membaca subbab “Nilai-nilai Budaya Masyarakat Praaksara” di atas dan telah mengetahui berbagai peninggalan tradisi masyarakat praaksara di Indonesia. Bagilah kelas kalian ke dalam beberapa kelompok. Kemudian, masing-masing kelompok mengulas salah satu peninggalan tradisi masyarakat prasejarah dan pengaruhnya terhadap kehidupan saat ini, boleh berdasarkan yang sudah disebutkan di atas maupun yang belum disebutkan. Ulaslah secara mendalam dalam bentuk makalah.

Rangkuman

1. Sebelum tulisan ditemukan sebagai media pencatat berbagai peristiwa, bukan berarti kehidupan manusia belum ada. Zaman ketika manusia belum menggunakan tulisan ini disebut sebagai Zaman Praaksara.

2. Para ilmuwan membagi evolusi bumi menjadi beberapa tahap berdasarkan perubahan besar yang terjadi. Dari sini, dibuatlah interval yang dinamakan sebagai kronologi bumi. Eon merupakan satuan terbesarnya. Eon dibagi menjadi beberapa era, era dibagi menjadi beberapa periode (masa), periode dibagi menjadi beberapa epoch (kala), dan seterusnya.

3. Kala Pleistosen merupakan bagian interval geologi yang paling dekat dengan masa kita (kala Holosen) dan berada dalam periode Kuarternar. Tetapi bagi sejarah umat manusia, kala ini merupakan bagian yang paling tua karena, sebagaimana yang telah disebutkan, manusia baru muncul pada kala tersebut.

4. Berbagai fosil manusia purba seperti Pithecanthropus mojokertensis serta Meganthropus paleojavanicus diperkirakan telah berusia 1,9 juta tahun. Sedangkan Manusia Jawa (Homo/Pithecanthropus erectus) dan Pithecanthropus soloensis diperkirakan hidup di Jawa Tengah 1 juta tahun yang lalu atau lebih. Sementara itu, Homo sapiens yang pertama dikenal yaitu Manusia Wajak yang tinggal di Jawa Timur sekitar 40.000 tahun yang lalu.

5. Bangsa yang bermigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia, tepatnya Yunan Utara, bergerak menuju selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam/Indocina) dan terus ke kepulauan Indonesia. Bangsa tersebut adalah bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoid yang merupakan rumpun bangsa Melanosoid/ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang bermigrasi ke Indonesia.

6. Berdasarkan corak kehidupan masyarakatnya, masyarakat praaksara dapat dibagi menjadi tiga masa, yaitu 1) masa berburu dan mengumpulkan makanan; 2) masa bercocok tanam; 3) masa perundagian.

7. Berdasarkan hasil kebudayaannya, zaman praaksara dapat dibagi menjadi: a) Zaman Batu Tua (Paleolitikum); b) Zaman Batu Tengah (Mesolitikum); c) Zaman Batu Muda (Neolitikum); d) Zaman Batu Besar (Megalitikum); e) Zaman Perunggu; f) Zaman Besi.

8. Berakhirnya masa praaksara di Indonesia tidak berarti menghilangkan semua jejaknya dalam kehidupan manusia setelah itu. Jejak-jejak tersebut di antaranya adalah nilai-nilai budaya masyarakatnya.

Refleksi

Berilah tanda centang (√) pada kolom Ya atau Tidak sesuai kemampuan Anda!

No. Aspek yang Diukur Tidak Ya1. Menganalisis kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

2. Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnyadalam kehidupan lingkungan terdekat.

3. Menyajikan informasi mengenai kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

Page 42: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

Evaluasi Bab I

I. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Berikut ini yang termasuk kala di dalam zaman kuarter adalah…A. HolosenB. PaleosenC. EosenD. OligosenE. Pliosen

2. Garis pemisah satwa Asia dengan satwa Australia yang membujur dari Selat Lombok hingga Selat Makassar dan terus ke utara melewati selat antara Kepulauan Sangir dan Mindanao adalah…

A. Garis WeberB. Garis katulistiwaC. Garis WallaceD. Garis bujurE. Garis lintang

3. Jenis fosil manusia purba yang pertama kali ditemukan di Indonesia pada akhir abad ke-19 adalah…

A. Homo wajakensisB. Homo soloensisC. Meganthropus paleojavanicusD. Pithecanthropus erectusE. Hobit

Refleksi

Berilah tanda centang (√) pada kolom Ya atau Tidak sesuai kemampuan Anda!

No. Aspek yang Diukur Tidak Ya1. Menganalisis kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

2. Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan pengaruhnyadalam kehidupan lingkungan terdekat.

3. Menyajikan informasi mengenai kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia.

Page 43: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

4. Pada 1941, von Koenigswald menemukan fosil manusia purba di Sangiran. Jenis manusia purba tersebut adalah…

A. Meganthropus paleojavanicusB. Pithecanthropus erectusC. Homo sapiensD. Homo soloensisE. Hobit

5. Bangsa Deutro Melayu menurunkan beberapa suku bangsa, di antaranya adalah…A. Papua B. MinangC. TorajaD. DayakE. Batak

6. Alat-alat tulang dan tanduk dari Pithecanthropus soloensis di Ngandong merupakan barang bukti pembuatan perkakas dari bahan-bahan tersebut di kala…

A. HolosenB. PleistosenC. PaleosenD. EosenE. Miosen

7. Berdasarkan corak kehidupan manusia pada masa praaksara, dikenal masa perundagian yang tidak lain juga dikenal sebagai…

A. Zaman batu tuaB. Zaman batu mudaC. Zaman batu besarD. Masa bercocok tanamE. Zaman logam

8. Ditinjau dari hasil budaya masyarakat praaksara, berikut ini yang tidak pernah dialami oleh masyarakat Indonesia ketika itu adalah…

A. Zaman batu tuaB. Zaman batu mudaC. Zaman tembagaD. Zaman perungguE. Zaman besi

9. Wujud peninggalan Zaman Megalitikum berupa meja batu yang digunakan sebagai tempat meletakkan sesaji untuk arwah nenek moyang…

A. MenhirB. DolmenC. Punden berundakD. ArcaE. Sarkofagus

Page 44: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia

10. Kebudayaan Indocina yang berpengaruh kepada kebudayaan di Indonesia dan merupakan yang paling dahulu muncul adalah…

A. Kebudayaan Bacson-HoabinhB. Kebudayaan DongsonC. Kebudayaan Sa HuynhD. Kebudayaan PacitanE. Kebududayaan Sampung

II. Isilah pertanyaan berikut ini dengan tepat dan lengkap!

1. Sebutkan dan jelaskan interval pembagian evolusi yang dialami oleh planet bumi!2. Kala Pleistosen berada dalam periode Kuartenar, tetapi merupakan kala tertua bagi

kehidupan manusia di bumi. Mengapa?3. Sebutkan dan jelaskan seluruh pembagian masyarakat praaksara berdasarkan corak

kehidupannya secara singkat dan tepat!4. Van Stein Callenfels membedakan kebudayaan mesolitikum menjadi tiga corak.

Jelaskan masing-masing!5. Mengapa dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti zaman batu telah berakhir?

Poesponegoro, Marwati Djoened. 2007. Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Groslier, Bernard Phillipe. 2007. Indocina Persilangan Kebudayaan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Forestier, Hubert. 2007. Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu: Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Utomo, Bambang Budi dkk. Tanpa Tahun. Treasures of Sumatra. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Soekmono, R. 1981. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.

Page 45: taufanharimurtiblog.files.wordpress.com€¦  · Web viewJauh di dalam bumi Indonesia terpendam tulang belulang berbagai jenis manusia purba. Selama lebih dari satu juta tahun, Indonesia