zaman purba

download zaman purba

of 17

Transcript of zaman purba

Kebudayaan paleolitikum pertama kali ditemukan di Jawa oleh Ralph Von Koenigswald dan M.W.F. Tweedie pada tahun 1935. Kebudayaan paleolitikum dikenal juga dengan kebudayaan Pacitan, karena peralatan yang ada banyak ditemukan di daerah Pacitan. Corak Kehidupan: - Pada masa ini manusia purba hidup dengan cara nomaden yaitu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. - Tergantung pada alam. Mereka mencari binatang buruan dan meramu artinya mencari dan mengumpulkan makanan dari alam bebas (food gathering). Di samping berburu binatang darat, manusia juga mulai menangkap ikan. Dengan akalnya manusia mampu menciptakan alat-alat seperti tuba untuk memabukkan ikan, membuat kail untuk meperoleh ikan-ikan kecil, dan memakai tombak untuk ikan yang besar. - Apabila binatang buruan atau bahan makanan di sekitarnya telah menipis, mereka segera mencari tempat baru yang masih banyak menyimpan makanan. - Mereka hidup secara berkelompok dalam jumlah kecil. Alat-alat yang digunakan: 1) Batu inti, yaitu kapak perimbas (chopper), kapak penetak, kapak genggam (pebble) yang berguna untuk memotong pohon, merimbas kayu, memotong tulang, dan menguliti binatang. Kebanyakan dari alat-alat saksi budaya ini ditemukan di Pacitan-Jawa Timur. 2) Alat serpih (flakes), yaitu merupakan pecahan dari batu inti/induj (kalsedon) yang berguna untuk gurdi mata panah, mengiris daging atau memotong umbi-umbian dan buah-buahan ataupun peraut pisau. Salah satunya adalah Serut, yang proses pembuatannya berasal dari serpihan bongkahan-bongkahan batu rijang, atau sisa pembuatan alat-alat lain dengan fungsi sebagi alat pemotong atau penyayat daging. 3) Alat tulang dan tanduk, yang digunakan sebagai ujung tombak, menggali ubi-ubian, juga berburu. Kebanyakan dari alat-alat ini ditemukan di Ngandong. Alat yang digunakan sebagai alat bantu untuk berburu dan meramu masih sederhana (masih kasar). Manusia yang hidup pada masa ini, yaitu: Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Wajakenis, dan Homo Soloensis. Menurut penelitian, kapak corong berasal dari kebudayaan zaman neolitikum. Zaman ini disebut pula Zaman Batu Muda, yaitu masa kehidupan bercocok tanam di persawahan dan memelihara hewan. Masa ini berlangsung sekitar 4000-2000 SM. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Hal ini disebabkan terjadinya migrasi secara bergelombang penduduk Proto-Melayu dari Yunan, Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pendatang baru tersebut membawa kebudayaan kapak persegi. Peninggalan kebudayaan zaman neolitikum ditemukan hampir di seluruh Kepulauan Nusantara. Menurut R. Soekmono, kebudayaan Neolitikum inilah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang. Corak kehidupan: - Manusia telah mempunyai tempat untuk menetap (sedenter). Diperkirakan mereka bertempat tinggal menetap di desa-desa kecil dalam komunitas petani. - Pertanian dengan bersawah/pengairan, juga sudah mulai beternak (food producing). - Sudah mengenal organisasi masyarakat dengan kepemimpinan yang ditaati oleh warganya. - Telah mengenal kepercayaan yang saat itu masih berupa animisme dan dinamisme. Alat-alat yang digunakan: 1) Kapakpersegi/beliung persegi, adalah kapak yang penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Sebutan kapak persegi diberikan oleh Von Heine Geldern. Untuk

ukuran yang besar, beliung ini difungsikan sebagai cangkul dan keberadaannya banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara. 2) Kapak bahu, yaitu sejenis kapak persegi namun pada tangkai diberi leher sehinga menyerupai bentuk botol persegi. Menurut pencariannya, kapak jenis ini hanya ditemukan di daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Di lua Indonesia ditemukan di jepang, Formosa, Filipina, ke barat sampai Sunai Gangga, bagian tengah di Malaysia Barat. 3) Kapak lonjong, adalah kapak dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat telor. Banyak ditemukan di Maluku, Irian, Sulawesi Utara. 4) Mata panah, yang digunakan untuk berburu, banyak ditemukan di Papua. 5) Gerabah dari tanah liat, ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa (antara YogyakartaPacitan), Kaliumpang (Sulawesi), Melolo (Sumba). 6) Alat pemukul kayu, ditemukan di Kalimantan Selatan. 7) Pahat Neolitik, berfungsi sebagai alat memahat kayu yang bahannya terbuat dari batu dengan jenis Rijang, dan pembuatan bentuk ini dengan teknis mengasah/mengupam. 8) Perhiasan, jenis perhiasan dari zaman ini antara lain berwujud gelang, kalung, anting-anting yang bahan bakunya adalah batu indah dan kaseledon. 9) Tembikar, pecahan-pecahan kebudayaan ini di temkan pada lapisan atas kjokkenmoddinger di Sumatera, bukit pasir pantai selatan Jawa. Tembikar ini mepunyai hiasan motif tenun. 10) Pakaian, hiasan tembikar yang bermotif tenunan membuktikan bahwa masyarakat prasejarah sudah mengenal pakaian. Diperkirakan pakaian ini dibuat dari kulit kayu. Hal ini dibuktikan dengan penemuan alat pemukul kayu yang biasa digunakan unuk memukul kulit kayu. Dari kulit kayu ini dihailkan serat-serat yang kemudian ditenun. Alat yang digunakan memang masih dari batu, tetapi berbeda dengan masa paleolitikum, batubatu ini sudah diasah/halus. Peralatan yang menonjol dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi menyebar ke Indonesia melalui jalur barat, sedangkan kapak lonjong melalui jalur timur. Kapak lonjong sendiri memiliki dua ukuran, yaitu walzeinbeil (untuk ukuran besar) dan kleinbeil (untuk ukuran kecil) yang umumnya digunakan sebagai benda wasiat.

1) Zaman batu tua (Palaeolithikum) Zaman bath tua merupakan suatu masa di mana hasil buatan alat-alat dari batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana. Misalnya, kapak genggam. Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah

Pacitan dan Ngandong Jawa Timur. 2) Zaman batu madya (Mesolithikum) Zaman batu madya merupakan masa peralihan dirmana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Misalnya pebble/kapak Sumatera. 3) Zaman batu muda (Neolithikum) Zaman batu muda merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang ini sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Misalnya, kapak perseg dan kapak lonjong.

A. Zaman Batu Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3 periode, yaitu: 1. Batu Tua/Palaeolithikum

Merupakan suatu masa di mana alat-alat hidup terbuat dari batu kasar dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana. Contohnya: kapak genggam. 2. Batu Tengah Madya/Mesolithikum Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. 3. Batu Muda/Neolithikum Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong.

B. Zaman Logam Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian. Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.

Pada zaman ini penduduk di Nusantara telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian ini diperoleh setelah menerima pengaruh dari kebudayaan Dongson (Vietnam). a. Hasil-hasil kebudayaan Hasil-hasil kebudayaan dari zaman logam berupa nekara, kapak corong, candrasa,bejana perunggu, arca-arca, gerabah dan benda-benda dari besi. 1) Nekara Nekara adalah gendering besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan tertutp di bagian atasnya. Nekara dengan berhiaskan patung katak berfungsi untuk upacara

meminta hujan. Sedangkan nekara yang terdapt lukisan perahu digunakan untuk menghantarkan jenazah. Banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Selayar, Roti, dan Kepulauan Kei. 2) Kapak corong Kapak corong adalah kapak yang bagian atasnya berbentuk corong yang berguna untuk memasukkan tangkai kayu. Banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Selayar dan dekat danau Sentani, Papua. 3) Candrasa Candrasa adalah kapak corong yang satu sisinya memanjang. Candrasa ini biasanya digunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Banyak ditemukan di Yogyakarta dan Roti. 4) Bejana Perunggu Bejana perunggu berbentuk bulat panjang, ditemukan di Sumatra dan Madura. 5) Arca-arca perunggu Arca-arca dari zaman perunggu ini berupa arca manusia dan binatang. Arca-arca tersebut ditemukan di Bangkinang (Riau) dan di Limbangan (Bogor) 6) Gerabah Pada zaman logam telah mencapai tingkat yang lebih maju dengan macam-macam hiasan. Gerabah sering digunakan untuk menyimpan hasil panen dan keperluan rumah tangga. Gerabah di temukan di Gilimanuk (Bali), Leuwiliang (Bogor), Anyer (Jawa Barat), dan Kalumpang (Sulawesi Selatan 7) Benda-benda besi Penemuan benda-benda besi berbeda dengan benda perunggu lainnya. Jumlah benda ini sangat terbatas. Seringkali benda-benda besi di temukan sebagai bekal kubur. Benda-benda besi yang ditemukan tersebut berupa: mata kapak, pisau, sabit, pedang, gelang-gelang besi, mata tombak, dan sebagainya. Ditemukan di Besuki (Jawa Timur)

b. Teknologi Benda-benda perunggu yang ditemukan dari zaman logam dibuat dengan menggunakan 2 teknik, yaitu: 1. Teknik Bivalve (Setangkap) Teknik ini menggunakan 2 cetakkan yang dirapatkan. Cetakan terbuat dari tanah liat yang dikeringkan,dibakar, dan diberi lubang yang berfungsi untuk memasukkan cairan logam. Setelah cairan logam dingin, cetakkan dibuka. Cetakan ini dapat dipergunakan berkali-kali. 2. Teknik A cire Perdue (Cetakan lilin) Teknik ini diawali dengan membuat bentuk benda logam dari lilin yang berisi tahah liat sebagai

intinya. Setelah itu diberi lubang dan dijemur agar mengeras kemudian dibakar. Masukkan cairan logam tunggu hingga dingin. Cara mengeluarkannya dipecah. Sehingga cetakan tadi hanya bisa dipakai satu kali saja. Hasil kebudayaan Cara hidup Pendukung Kapak corong Candrasa Nekara Bejana perunggu Arca-arca perunggu Gerabah Benda-benda besi Hidup menetap diperkampungan Berladang Ada pembagian kerja Menguasai ilmu perbintangan, Pelayaran, Perdagangan dan Pertanian Menguasai pelayaran dengan perahu bercadik

Deutro Melayu 500 SM. Keturunannya: Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis, Suku Madura

Zaman ini terbagi menjadi 4 zaman yaitu : Palaeolithikum (Zaman Batu Tua) Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tsb adalah : 1. Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat ini biasanya disebut Chopper (alat penetak/pemotong). 2. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa yaitu alat penusuk (belati), ujung tombak bergerigi. 3. Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.

Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi Kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Manusia pendukung kebudayaan ini adalah : 1. Pacitan : Pithecanthropus dan 2. Ngandong : Homo Wajakensis dan Homo soloensis. Mesolithikum (Zaman Batu Tengah) Ciri zaman Mesolithikum : Alat-alat pada zaman ini hampir sama dengan zaman Palaeolithikum. Ditemukannya bukit-bukit kerang dipinggir pantai yang disebut kjoken modinger (sampah dapur) Kjoken =dapur, moding = sampah). Alat-alat zaman Mesolithikum : Kapak genggam (peble) Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) Kapak-kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah Alat-alat di atas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Flores Alat-alat Kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua-gua yang disebut Abris Sous Roche Adapun alat-alat tersebut adalah : Flaces (alat serpih) , yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu dan berguna untuk mengupas makanan. Ujung mata panah, Batu penggilingan (pipisan), Kapak, Alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, Alat-alat ini ditemukan di gua lawa Sampung Jawa Timur (Istilahnya: Sampung Bone Culture = kebudayaan Sampung terbuat dari Tulang) Tiga bagian penting Kebudayaan Mesolithikum,yaitu : Peble-Culture (alat kebudayaan Kapak genggam) didapatkan di Kjokken Modinger Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang) Flakes Culture (kebudayaan alat serpih) didapatkan di Abris sous Roche Manusia Pendukung Kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua Melanosoid.

1. 2.

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

1. 2. 3.

Neolithikum (Zaman Batu Muda) Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan. Contoh alat tersebut :

1. Kapak Persegi, misalnya Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan di Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan 2. Kapak Bahu, sama seperti kapak persegi ,hanya di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Hanya di temukan di Minahasa 3. Kapak Lonjong, banyak ditemukan di Irian, Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak 4. Perhiasan ( gelang dan kalung dari batu indah), ditemukan di jawa 5. Pakaian (dari kulit kayu) 6. Tembikar (periuk belanga), ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Melolo(Sumba) Manusia pendukung Kebudayaan Neolithikum adalah bangsa Austronesia (Austria) dan Austro-Asia (Khmer Indochina).

1. 2. 3. 4. 5.

Megalithikum (Zaman Batu Besar ) Hasil kebudayaan zaman Megalithikum adalah sebagai berikut : Menhir, adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang, Adapu;a yang digunakan untuk kuburan Sarchopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkattingkat Cara manusia purba mengumpulkan makanan bagi mereka sendiri : FOOD GATHERING Ciri zaman ini adalah : Mata pencaharian berburu dan mengumpulkan makanan Nomaden, yaitu Hidup berpindah-pindah dan belum menetap Tempat tinggalnya di gua-gua Alat-alat yang digunakan terbuat dari batu kali yang masih kasar, tulang dan tanduk rusa. Zaman ini hampir bersamaan dengan zaman batu tua (Palaeolithikum) dan zaman batu tengah (Mesolithikum). FOOD PRODUCING Ciri zaman ini adalah : Telah mulai menetap Pandai membuat rumah sebagi tempat tinggal Cara menghasilkan makanan dengan bercocok tanam atau berhuma Mulai terbentuk kelompok-kelompok masyarakat Alat-alat terbuat dari kayu,tanduk,tulang, bambu,tanah liat dan batu Alat-alatnya sudah diupam/diasah

1. 2. 3.

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Zaman bercocok tanam ini bersamaan dengan zaman Neolithikum (zaman batu muda) dan Zaman Megalithikum (zaman batu besar). Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Arkeologi Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman, seperti pada uraian materi berikut ini : A. Zaman Batu Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3 periode, yaitu: 1. Batu Tua/Palaeolithikum Merupakan suatu masa di mana alat-alat hidup terbuat dari batu kasar dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana. Contohnya: kapak genggam. 2. Batu Tengah Madya/Mesolithikum Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. 3. Batu Muda/Neolithikum Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong. B. Zaman Logam Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian. Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.

A. Zaman Batu Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat d ari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3 periode, yaitu: 1. Batu Tua/Palaeolithikum

Merupakan suatu masa di mana alat-alat hidup terbuat dari batu kasar dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana. Contohnya: kapak genggam. 2. Batu Tengah Madya/Mesolithikum Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera. 3. Batu Muda/Neolithikum Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong. B. Zaman Logam Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian. Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu. ZAMAN MEGALITIKUM 1. Menhir

MenhirMenhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode Neolitikum (6000/4000 SM2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men(batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi. Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang. 2. Dolmen

DolmenDolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan. Bendabenda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik dan gerabah. pada umumnya dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sumatera Selatan. 3. Sarkofagus

SarkofagusSarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. daging. Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk Kata sarkofaus berasal dari bahasa Yunani (sarx, daging) dan (phagein,memakan), dengan demikian sarkofagus bermakna memakan

disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang dipahat dengan alabaster Sarkofagus kadang-kadang dari logam atau batu kapur juga digunakan oleh orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk dikubur di dalam tanah. 4. Kubur batu

Kubur batuBerupa peti-peti kubur yang terbuat dari batu dan tidak ditanam dalam tanah, tapi diletakkan di atas tanah lapang. Bentuknya bisa persegi panjang atau kubus, dengan ketinggian berkisar 150 cm di atas tanah. Pada bagian atapnya dipahat aneka ragam hias yang menggambarkan wajah pria, dewa-dewa maupun atap rumah. Menurut kepercayaan setempat di masa itu, orang wafat harus dipulangkan ke alam baka sebagaimana posisinya dalam rahim. Hingga mereka tidak berbaring telentang, tapi dibuat dalam kondisi seperti janin, yaitu meringkuk atau disebutfoetal position. 5. Waruga

Waruga

Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang. 6. Punden Berundak

Punden Berundak-undakPunden berundak-undak adalah beberapa balok batu yang disusun secara berundak-undak. Satu buah balok batu berukuran 40 x 40 cm. Panjangnya sekitara enam meter. Pada lapisan bawah disusunlah balok sebanyak delapan buah. Pada lapisan kedua disusun pula balok batu sebanyak tujuh buah, pada lapisan ketiga disusun enam buah, pada lapisan ke empat disusun sebanyak lima buah dan seterusnya. Hingga pada puncaknya diletakkan sebuah balok. Punden berundak-undak berfungsi sebagai tempat mengadakan saji-sajian bagi masyarakat purba yang masih beragama animisme dan dinamisme. Dengan tujuan untuk menolak bahaya atau semacam bencana seperti gempa bumi, angin rebut, penyakit menular dan sebagainya. Dan juga bisa sebagai meminta rahmat dari sang ESA. Seperti minta hujan, minta kesuburan tanah dan sebagainya. 7. Arca

ArcaArca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan dalam memuja tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari):, atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti penubuhan, murti adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau sesaji. Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan

ZAMAN NEOLITHIKUM

A

da dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang sangat

besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka selenggarakan mulamula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan. Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada kedua belah mukanya. A. CARA HIDUP Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar, karena pada zaman itu manusia mulai hidup berkelompok kemudian menetap dan tinggal bersama dalam kampung. Berarti pembentukan suatu masyarakat yang memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan kerjasama itu. Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan manusia sebagai manusia, sebagaimana kita dapatkan sekarang. B. ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHICUM Pada zaman neolithicum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.Pahat Segi Panjang Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.

Kapak Persegi

Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat. Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.

Kapak Lonjong

Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.

Kapak Bahu Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi ,hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.

Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.

Pakaian dari kulit kayu Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman neolithikum sudah berpakaian.

Tembikar (Periuk belanga)

Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia.