jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan...

63
LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING FENOMENOLOGICARING BALAPADA BUDAYA MASYARAKAT MADURA TERHADAP KONDISI SAKIT KELUARGA Oleh : Asnani, S.Kep. Ns., M.Ked Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SUTOPO JURUSAN KEPERAWATAN

Transcript of jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan...

Page 1: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HIBAH BERSAING

FENOMENOLOGICARING BALAPADA BUDAYA MASYARAKAT MADURA TERHADAP KONDISI SAKIT KELUARGA

Oleh :

Asnani, S.Kep. Ns., M.Ked

Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SUTOPO

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

TAHUN 2018

Page 2: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

LAPORAN HASIL PENELITIAN

HIBAH BERSAING

FENOMENOLOGI CARING BALAPADA BUDAYA MASYARAKAT MADURA TERHADAP KONDISI SAKIT KELUARGA

Oleh :

Asnani, S.Kep. Ns., M.Ked

Dr. Yessy Dessy Arna, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SUTOPO

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA

TAHUN 2018

ii

Page 3: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

ABSTRAK

Kuatnya nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dianut oleh masyarakat Madura, juga mempengaruhi aspek hubungan emosional yang kuat antar masyarakat dan keluarga. Apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka merasa memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena caring bala pada budaya Madura terhadap kondisi sakit keluarga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Depp Interview pada Key Informance. Konsep keluargabagimasyarakat Maduradikategorikanmenjadiduayaitukeluargadekat dan keluargajauh. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) pada budaya masyarakat Madura sangaterat pada kepedulianuntuksaling bantu membantu dan tolongmenolongdiantaramereka.Nilai perhatian (caring) dalam hubungan sosial dan keluarga masyarakat Madurabentukkehadirananggotakeluarga yang lain di saatmerekamembutuhanmerupakannilai yang paling berhargabagikehidupanmereka.Konsep sakit menurut masyarakat Maduraadaduamacamyaitusakitkarenapenyakit dan sakitkarena “dibuat/di tenung” oleh orang lain.Konsep dukungan sosial dan dukungankeluarga pada anggota keluarga yang sakit adalahkehadiran dan perhatiandari orang terdekat, kebutuhan di dampingisaatdalamkondisisakitselaludirasakan, halinidikarenakankehadirankeluarga, bantuanmotivasi, materiil dan spiritual dapatmempercepat proses kesembuhan. Mengedepankanaspekkebutuhanpendampingankeluarga pada kliendarisuku Madura saatsedangmengalamisakit dan dirawat di RumahSakit.

Kata kunci : Caring, Bala, Keluarga

iii

Page 4: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

RINGKASAN

Kuatnya nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dianut oleh masyarakat

Madura, juga mempengaruhi aspek hubungan emosional yang kuat antar

masyarakat dan keluarga.Sebagian besar masyarakat di Madura menyatakan

bahwa diantara mereka masih saling kenal dan sangat dekat antara keluarga

hingga tiga generasi, yang dikenal dengan istilah “telo popo”.

Kedekatan antar keluarga pada tiga generasi tersebut atau yang dimaksud

dengan “telo popo” membuat mereka merasa bertanggung jawab untuk memberi

perhatian satu dengan yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, terhadap

si kaya maupun si miskin, perhatian diantara mereka tetap dijaga dengan baik.

Terbukti apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka merasa

memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut

mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di

antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota

keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

Fenomena tersebut mengharuskan tenaga medis dan petugas kesehatan

memahami fenomena “bala” dan caring yang ditunjukkan oleh masyarakat

Madura pada anggota keluarga mereka yang sedang sakit. Hal ini bermanfaat

untuk menjalin kolaborasi yang positif antara klien, keluarga, dan petugas

kesehatan.Penilitian kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui fenomenologi

budaya caring yang dilakukan masyarakat Madura yang biasa disebut dengan

Bala. Perhatian petugas kesehatan saat merawat klien tidak hanya pada aspek

psikologi klien tetapi juga care terhadap kebutuhan psikologis keluarga sebagai

support sistem klien selama sakit.

iv

Page 5: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................ ii

Lembar Pengesahan ..............................................................................................iii

Ringkasan................................................................................................................iv

Daftar Isi...................................................................................................................v

Daftar Tabel ...........................................................................................................vi

Daftar Gambar ......................................................................................................vii

Daftar Lampiran....................................................................................................viii

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………. .1

1.2 Identifikasi Penyebab Terjadinya Masalah …………………………………... 2

1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.4Tujuan Penelitian.............................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian............................................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Caring .................................................................................................. 5

2.2 Struktur dan Fungsi Keluarga ...........................................................................7

2.3 Konsep Budaya..................................................................................................8

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................12

3.2Partisipan...........................................................................................................12

3.3 Instrumen Penelitian / alat Pengumpulan Data................................................12

3.4Tehnik Pengumpulan Data................................................................................13

3.5 Pengolahan Data dan Analisa Data..................................................................14

3.6 Keabsahan Data...............................................................................................16

3.7 Etika Penelitian................................................................................................18

BAB 4 HASIL PENELITIAN / KEMAJUAN ..................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21

v

Page 6: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Acuan analisis data hasil penelitian ................................................... 15

Tabel 4.1 Ringkasan Kemajuan Penelitian ...................................................... 19

vi

Page 7: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model “Matahari Terbit” dariMadeleine M. Leininger (1961)............. 9

vii

Page 8: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pengorganisasian Kerja Peneliti ................................................ Lampiran 2 : Biodata peneliti ..........................................................................Lampiran 3 : Pernyataan keaslian penelitian ...................................................Lampiran 4 : Panduan wawancara ...................................................................Lampiran 5 : Informed Consent .......................................................................Lampiran 6 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Provinsi Jatim .............Lampiran 7 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Bangkalan ...........Lampiran 8 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Sampang .............Lampiran 9 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Pamekasan ..........Lampiran 10 : Surat ijin penelitian dari Bakesbangpol Kab. Sumenep .............Lampiran 11 : Surat Persetujuan Etik Penelitian ...............................................

viii

Page 9: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

BAB I

1.1 Latar belakang

Suku Madura merupakan etnis dengan populasi besar di Indonesia, jumlahnya

sekitar 7 juta jiwa.Mereka berasal dari Pulau Madura dan pulau-pulau

sekitarnya.Populasi penduduk Madura hingga awal tahun 2017tercatat sebanyak

4.097.393 jiwa.Pulau Madura berbentuk seakan mirip badan Sapi, terdiri dari

empat Kabupaten, yaitu : Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep.

Karakteristik masyarakat Madura pada dasarnya adalah orang yang

mempunyai etos kerja yang tinggi, suka merantau karena keadaan wilayahnya

yang tidak baik untuk bertani. Orang perantauan asal Madura umumnya

berprofesi sebagai pedagang, misalnya: berjual-beli besi tua, pedagang asongan,

dan pedagang pasar.

Mayoritas masyarakat suku Madura adalah penganut Islam. Suku Madura

terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang

temperamental dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat,

disiplin, dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti

menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang

Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan

ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan larung sesaji).

Kuatnya nilai-nilai budaya dan keagamaan yang dianut oleh masyarakat

Madura, juga mempengaruhi aspek hubungan emosional yang kuat antar

masyarakat dan keluarga.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti pada beberapa orang asli Madura (lahir, besar, dan bekerja di Bangkalan)

tentang hubungan antar keluarga dan saudara pada suku Madura, sebagian besar

menyatakan bahwa diantara mereka masih saling kenal dan sangat dekat antara

keluarga hingga tiga generasi, yang dikenal dengan istilah “telo popo”.

1

Page 10: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Kedekatan antar keluarga pada tiga generasi tersebut atau yang dimaksud

dengan “telo popo” membuat mereka merasa bertanggung jawab untuk memberi

perhatian satu dengan yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, terhadap

si kaya maupun si miskin, perhatian diantara mereka tetap dijaga dengan baik.

Terbukti apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka merasa

memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut

mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di

antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota

keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

Fenomena tersebut mengharuskan tenaga medis dan petugas kesehatan

memahami fenomena “bala” dan caring yang ditunjukkan oleh masyarakat

Madura pada anggota keluarga mereka yang sedang sakit. Hal ini bermanfaat

untuk menjalin kolaborasi yang positif antara klien, keluarga, dan petugas

kesehatan.Hubungan persaudaraan diantara keluarga itu disebut dengan

“bala”.Bagaimana hubungan persaudaraan atau “bala” dan fenomena tingginya

perhatian “caring” antar masyarakat Madura terhadap kondisi sakit keluarga perlu

di lakukan penelitian kualitatif pada fenomena tersebut.

1.2 Identifikasi Penyebab Terjadinya Masalah

Kedekatan antar keluarga pada tiga generasi pada budaya Madura atau yang

disebut dengan “telo popo” membuat mereka merasa bertanggung jawab untuk

memberi perhatian satu dengan yang lain, baik dalam keadaan sehat maupun sakit,

terhadap si kaya maupun si miskin, perhatian diantara mereka tetap dijaga dengan

baik. Terbukti apabila salah satu anggota keluarga mereka sakit dan mereka

merasa memiliki “bala” pada orang tersebut, semua anggota keluarga akan ikut

mengantarkan si sakit ke rumah sakit dan secara bersama-sama rasa “bala” di

antara mereka mengharuskan mereka untuk tinggal dan menemani anggota

keluarga yang sedang sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

2

Page 11: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Fenomena tersebut terkadang menimbulkan kesalahpahaman antara keluarga

dari suku Madura dengan petugas kesehatan yang ada di Rumah Sakit. Perbedaan

cara pandang terkait bala dan caring anatara masyarakat Madura dan petugas

kesehatan menjadi pencetus kurang baiknya hubungan kolaboratif antara klien,

keluarga, dan petugas kesehatan. Kajian fenomena bala dan caring pada

masyarakat Madura seyogyanya menjadi pemahaman baru bagi petugas kesehatan

dalam memberikan pelayanan kesehatan yang mencakup aspek Bio, Psiko, Sosio,

dan Spiritual. Aspek kultural merupakan aspek lain yang perlu menjadi perhatian

petugas kesehatan sebagai bagian dari etnografi kelompok masyarakat tertentu.

Hal tersebut mengharuskan tenaga medis dan petugas kesehatan memahami

fenomena “bala” dan caring yang ditunjukkan oleh masyarakat Madura pada

anggota keluarga mereka yang sedang sakit.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapat

dirumuskan masalah penelitian “bagaimanakah fenomenologicaring bala pada

budaya masyarakat Madura terhadap kondisi sakit keluarga?”

1.4 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Mengkaji fenomenomenologicaring bala pada budaya masyarakat Madura

terhadap kondisi sakit keluarga.

2. Tujuan Khusus:

a. Mendiskripsikan konsep keluarga menurut masyarakat madura

b. Mendiskripkanfaktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social

factors) pada budaya masyarakat Madura

c. Mendiskripsikan nilai perhatian (caring) dalam hubungan sosial dan

keluarga masyarakat Madura

d. Mendiskripsikan konsep sakit menurut masyarakat Madura

3

Page 12: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

e. Mendiskripsikan konsep dukungan sosial dan keluarga pada anggota

keluarga yang menderita sakit pada masyarakat Madura

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Profesi Keperawatan

Digunakan sebagai bahan masukan pada pengembangan intervensi

keperawatan pada layanan rawat inap tentang pentingnya memahami

budaya bala dan caring pada suku Madura untuk menambah

kemampuan pemberian pelayanan keperawatan yang komprehensif

pada klien dan keluarga dengan mengedepankan aspek sosio pada

pemberian Asuhan keperawatan.

1.5.2 Bagi Ilmu Keperawatan

Dapat mengenal lebih dekat budaya suku Madura dan strategi intervensi

keperawatan yang akan digunakan dengan mamasukkan hasil penelitian

ini pada mata kuliah Transcultural Nursing.

1.5.3 Bagi masyarakat Madura

Diharapkan masyarakat memiliki kesempatan untuk menyampaikan

fenomena psikologis dan emosional tentang bala dan caring pada salah

satu anggota keluarga yang sakit dan mampu menciptakan hubungan

yang harmonis antara petugas kesehatan dan masyarakat selama mereka

berada di rumah sakit.

4

Page 13: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Berikut ini akan diuraikan tinjauan teori sebagai acuan kajian fenomena budaya

bala dan caring pada suku Madura di Jawa Timur, antara lain :

2.1 Konsep caring

Konsep caring dikemukakan oleh Teori Jean Watson (1988) yang telah

dipublikasikan dalam keperawatan adalah “Human Scince and Human

Care”.Watson mengatakan bahwa fokus utama dalam keperawatan adalah pada

carative factor yang bermula dariperspektif humanistic yang dikombinasikan

dengan dasar pengetahuan ilmiah.Oleh karena itu, perawat perlu mengembangkan

filosofi humanistic dan sistem nilai serta seni yang kuat.Filosofi humanistic dan

sistem nilai ini memberi pondasi yang kokoh bagi ilmu keperawatan, sedangkan

dasar seni dapat membantu perawat dalam mengembangkan visi mereka serta

nilai – nilai dunia dan keterampilan berpikir yang kritis.Pengembangan

keterampilan berpikir kritis dibutuhkan dalam asuhan keperawatan, namun

fokusnya lebih pada peningkatan kesehatan, bukan pengobatan penyakit.

Beberapa asumsi dasar tentang teori Watson adalah sebagai berikut :

1. Asuhan keperawatan dapat dilakukan dan dipraktikkan secara interpersonal.

2. Asuhan keperawatan terlaksana oleh adanya factor carative yang

menghasilkan kepuasan pada kebutuhan manusia.

3. Asuhan keperawatan yang efektif dapat meningkatkan kesehatan dan

perkembangan individu dan keluarga.

Respons asuhan keperawatan tidak hanya menerima kondisi seseorang saat ini

saja, tetapi juga hal-hal lain yang mungkin terjadi padanya di kemudian hari .

Lingkungan asuhan keperawatan adalah sesuatu yang menawarkan kemungkinan

5

Page 14: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

perkembangan potensi dan memberi keleluasaan bagi seseorang untuk memilih

kegiatan yang terbaik bagi dirinya dalam waktu yang telah ditentukan.

Asuhan keperawatan lebih bersifat healthgenic (menyehatkan) daripada curing

(mengobati).Praktik keperawatan mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan

perilaku manusia untuk menigkatkan kesehatan danmembantu individu yang

sakit.Ilmu caring melengkapi ilmu curing.Praktik caring merupakan inti dari

intervensi keperawatan.

Dalam penilaian Watson, penyakit mungkin saja teratasi dengan upaya

pengobatan. Akan tetapi, tanpa perawatan, penyakit itu akan tetap ada dan kondisi

sehat tidak akan tercapai. Caring merupakan intisari keperawatan dan

mengandung arti responsive antara perawat dank klien.Caring dapat membantu

seseorang lebih terkontrol, lebih berpengetahuan, dan dapat membantu

meningkatkan kesehatannya.

Struktur ilmu caring dibangun dari sepuluh factor carative`yaitu :

1. Membentuk system nilai humanistik-altruistik.

2. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-hope ).

3. Mengembangkan sensitifitas diri sendiri dan orang lain.

4. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu.

5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan posotif dan negative.

6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam

pengambilan keputusan.

7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal.

8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memperbaiki

mental sosiokultural dan spiritual.

9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial fenomenologis.

6

Page 15: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

2.2Struktur dan Fungsi Keluarga

Menurut Burgess dkk. (1963, dalam Friedman, 1998) : keluarga berorientasi pada

tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas, yaitu : (1).keluarga terdiri dari

orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan adopsi, (2). para

anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga,

atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga

tersebut sebagai rumah mereka, (3). anggota keluarga berinteraksi dan

berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami

isteri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari, (4).

keluarga sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari

masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri. Berbagai bentuk keluarga secara

umum dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Keluarga Inti (konjugal) : keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau

pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, isteri, dan anak mereka

(anak kandung, anak adopsi, atau keduanya).

b. Keluarga Orientasi (keluarga asal) : unit keluarga yang di dalamnya

seseorang dilahirkan.

c. Keluarga besar : Keluarga inti dan orang-orang yang ada hubungan darah,

yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu : salah satu

teman keluarga inti, termasuk sanak saudara (kakek, nenek, tante, paman,

dan sepupu) (Friedman, 1998).

Konsep struktural-fungsional memandang struktur keluarga yang meliputi : (1)

struktur peran keluarga, (2) sistem nilai dalam keluarga, (3) proses komunikasi

dalam keluarga, dan (4) struktur kekuasaan. Sedangkan fungsi dasar keluarga

adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota individu dalam keluarga

maupun masyarakat secara luas. Pada tahap pengkajian 5 fungsi keluarga yang

harus dikaji, adalah : (1) fungsi afektif, (2) Sosialisasi dan fungsi penempatan

sosial, (3) Fungsi reproduktif, (4) Fungsi ekonomi, (5) Fungsi perawatan

kesehatan.

7

Page 16: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

2.3 Konsep Budaya

Pandangan pendekatan Budaya pada pemberian Asuhan Keperawatan

dikemukakan oleh Madeleine M. Leininger adalah pendiri keperawatan

transkultural.Ilmu transcultural Nursing bertujuan untuk menemukan keragaman

budaya pada pemberian perawatan manusia dan universalities dalam kaitannya

dengan pandangan budaya dari berbagai wilayah di dunia, meningkatkan dan

memberikan perawatan budaya kongruen yang bermanfaat untuk orang lain.

Pengkajian budaya merupakan pengkajian yang sistematik dan

komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktek

individual, keluarga, dan komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk

mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat

menerapkan kesamaan pelayanan budaya (Leininger dan McFarland, 2002).

Model “Matahari Terbit” dari Leininger menggambarkan keberagaman

budaya dalam kehidupan sehari-hari dan membantu menjelaskan alasan mengapa

pengkajian budaya harus dilakukan secara komprehensif. Model tersebut

beranggapan bahwa nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik

merupakan hal yang tidak dapat diubah dalam budaya dan dimensi struktur sosial

masyarakat, termasuk di dalamnya konteks lingkungan, bahasa, dan riwayat etnik.

Berikut ini akan disajikan gambar 2.1. Model “Matahari Terbit” dariMadeleine M.

Leininger (1961)

8

Page 17: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Gambar 2.1.Model “Matahari Terbit” dariMadeleine M. Leininger (1961)

9

Page 18: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Berdasarkan 7 komponen yang adapada "Sunrise Model" yaitu :

a. Faktor tehnologi (technological factors)

Tehnologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih ataumendapat

alternatif penyelesaian masalah dalam pelayanankesehatan. Perawat perlu

mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau cara mengatasi masalah

kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan klien memilih pengobatan

alternatif dan persepsi kliententang penggunaan dan pemanfaatan tehnologi

untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat

realistis bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi yangsangat kuat

untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya

sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang

dianut, status pernikahan, cara pandang klienterhadap penyebab penyakit, cara

pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social factors)

Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama

panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala

keluarga.

Status klien dalam hirarki sosial biasanya berhubungan dengan kualitas seperti

usia dan gender, dan status kesuksesan seperti pendidikan dan kedudukan.

Perawat menentukan siapa yang berhak membuat keputusan dalam keluarga

dan bagaimana cara membicarakannya dengan individu yang bersangkutan.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh

penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.Norma-normabudaya adalah

suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbataspada penganut budaya

terkait.Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang

10

Page 19: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan,

makanan yang dipantang dalam kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan

aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang

mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya

(Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap iniadalah :

peraturan dan kebijakan yang berkaitan denganjam berkunjung, jumlah

anggota keluarga yang boleh menunggu, carapembayaran untuk klien yang

dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)

Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumbermaterial

yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi

yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaanklien, sumber biaya

pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,biaya dari sumber lain

misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantoratau patungan antar anggota

keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)

Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalammenempuh

jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.Semakin tinggipendidikan klien

maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-buktiilmiah yang rasional

dan individu tersebut dapat belajar beradaptasiterhadap budaya yang sesuai

dengan kondisi kesehatannya.Hal yangperlu dikaji pada tahap iniadalah :

tingkat pendidikan klien, jenispendidikan serta kemampuannya untuk belajar

secara aktif mandiritentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang

kembali.

11

Page 20: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji

fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura terhadap kondisi sakit

keluarga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Depp Interview pada

Key Informanceyaitu sumber informasi dari salah satu masyarakat asli Madura

yang lahir, besar, bekerja, dan bertempat tinggal di Madura. Key Informanceyang

dimaksud adalah tokoh masyarakat atau sesepuh yang diakui oleh masyarakat

sekitar pada kemampuan dan pemahamannya tentang budaya bala di Madura.

3.2 Partisipan

Partisipan / subyek penelitian pada penelitian kualitatif ini adalah masyarakat asli

Madura yang lahir, besar, bekerja, dan bertempat tinggal di Madura. Jumlah

Menurut Yusuf Ah, dkk (2017) pada penelitian fenomenologi dapat menggali 10-

30 orang atau kurang bila telah mencapai saturasi.Partisipan yang akan diambil

pada penelitian ini minimal 12 partisipan sampai diperoleh saturasi data penelitian

yang diperoleh dari wawancara dengan Key Informancedan masyarakat Madura,

dimana Pulau Madura terdiri dari empat Kabupaten, yaitu :Bangkalan, Sampang,

Pamekasan dan Sumenep

3.3 Instrumen Penelitian / Alat Pengumpulan Data

Pada Penelitian ini, Peneliti sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data,

Alat pengumpulan data yang digunakan adalah HandPhone sebagai perekam

suaradan telephone interviews, serta pedoman wawancara.

12

Page 21: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif ini adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi verbal jadi

semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi atau dapat

diartikan suatuteknikpengumpulandatayangdilakukandengan

tanyajawabantarapenelitidenganobyekyangditeliti. Wawancaradilakukan

dangan secaraterbuka, diawali dengan peneliti bisa mengajukan pertanyaan

yangtidakberstrukturdimanapartisipanmendapat kebebasan dan kesempatan

untuk mengemukakanpikiran,pandangan,danperasaannya tanpadiaturketat

oleh peneliti.Setelah peneliti memperoleh sejumlah keteranganmakapeneliti

dapat mengadakan wawancarayanglebihberstruktur berdasarkan

apayangtelah disampaikanpartisipantersebut.

Tujuanwawancaraialahuntuk mengetahuiapa yangterkandungdalam

pikirandanhati oranglain, bagaimana pandangannya tentangdunia,yaituhal-

hal yangtidakpenelitiketahuimelaluiobservasi.

D

atayangdiperolehdalamwawancaradapatdiperhalus,dirincidandiperdalam(dis

ebutsoft data) karenamasihdapatmengalamiperubahan.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif

diutamakandatayangdiperoleh melalaui percakapan atau tanyajawab(verbal).

b. Observasi

Observasiadalah teknikpengumpulandatayang dilakukan secarasistematisdan

disengajamelalui pengamatandanpencatatan terhadapgejalayang diteliti.

Adabermacam-macamobservasiyaitu:

1. ObservasiPartisipatifadalahpenelititerlibatdengan kegiatanseharihari

orangyangsedangdiamati atau yang digunakan sebagai

sumberdatapenelitian.

13

Page 22: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

2. Observasi terus terang atau samar samar adalah peneliti dalammelakukan

pengumpulan data menyatakanterus terangkepadasumberdata.

3. Observasitakberstukturadalahobservasiyangtidak dipersiapkansecara

sistimatis tentangapayangakan diobservasi.

J.P Spradley (dalam Nasution1988),tiap situasi terdapattigakomponenyakni

ruang(tempat), pelaku(aktor)dan kegiatan (aktivityas).

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalahmencari data mengenaihal-hal

atauvariabelberupacatatan,transkrip, buku-

buku,suratkabar,majalah,prasasti,notulen rapat, legger,agendadan

sebagainya.Dokumentasiini digunakanuntuk melengkapidata yang

diperolehdari hasil wawancaradan observasi yangbersumberdari

dokumendanrekaman, foto- fotodan lain lain.

Dokumentasiadalah salah satumetode pengumpulandatakualitatif

denganmelihatatau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh

subjeksendiriatauolehoranglaintentangsubjek.

Jawaban informan kunci(key informance)dan informan umum (general

informance) akan dilakukan saturasi data dengan menganalisis beberapa

jawaban dari responden penelitian dengan teknik Snowball Sampling.

3.5 Pengolahan data dan Analisa Data

Pengolahaan dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama

proses penelitian. Pengolahan data pada penelitian ini tidak harus dilakukan

setelah data terkumpul atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah

pengolahan data selesai. Dalam hal ini sementara data dikumpulkan,

peneliti dapat mengolah dan melakukan analisis data secara bersamaan.

Sebaliknya, pada saat menganalisis data, peneliti dapat kembali lagi

kelapangan untuk memperoleh tambahan data yang dianggap perlu dan

mengolahnya kembali sampai didapatkan saturasi data.

14

Page 23: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Analisis data mengacu pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Acuan analisis data hasil penelitian

Tema Sub Tema Kategori Kata KunciPendekatan budaya dalam pemberian asuhan keperawatan berdasar model “matahari terbit” (M. Leininger, 2002) berkaitan dengan fenomena Caring Bala pada budaya masyarakatMadura terhadap kondisi sakit keluarga

1.Faktor tehnologi (technological factors)

2.Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

3.Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)

4.Faktor Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)

5.Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)

Persepsi sehat sakit. Kebiasaan berobat atau cara

mengatasi masalah kesehatan Alasan mencari bantuan kesehatan Alasan memilih pengobatan

alternatif

Agama yang dianut Status pernikahan Cara pandang terhadap penyebab

penyakit Cara pengobatan dan kebiasaan

agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

Biodata partisipan (nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga),

Pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan partisipan dengan kepala keluarga.

Posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga

Bahasa yang digunakan Kebiasaan makan makanan yang

dipantang dalam kondisi sakit. Persepsi sakit berkaitan dengan

aktivitas sehari-hari Kebiasaan membersihkan diri.

Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

Pekerjaan partisipan

Pemanfaatan tehnologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan

Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya

Status klien dalam hirarki sosial biasanya berhubungan dengan kualitas seperti usia dan gender, dan status kesuksesan seperti pendidikan dan kedudukan.

Norma budaya mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganutnya.

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya.

Pemanfaatan

15

Page 24: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

6.Faktor ekonomi (economical factors)

7.Faktor pendidikan (educational factors)

.

Sumber biaya pengobatan Biaya dari sumber lain misalnya

asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga

Tingkat pendidikan Jenis pendidikan serta

kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali

sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh

Latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap adaptasi budaya sesuai dengan kondisi kesehatannya

3.6 Keabsahan Data

Untukmenetapkan keabsahan datadiperlukan teknik pemeriksaan dan

pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkanatas

sejumlahkriteriatertentu.Adaempatkriteria yang

digunakanyaitu:derajadkepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability),kebergantungan (dependability)

dankepastian(confrimability).

1. Kredibilitas(credibility).

NoengMuhadjir(2000) mengemukakan adalimateknikyangdipakai

untukmenguji kredibilitas suatustudidalampenelitiankualitatifyaitu;

a. Mengujiterpecayanyatemuan

b. Pertemuan pengarahan dengan kelompok peneliti

untukmengatasibias,danlain-lain

c. Analisiskasusnegatif yangfungsinyauntukmerevisi hipotesis

d. Menguji hasil temuan tentative dan penafsiran dengan rekaman

video,audio,photoatau semacamnya

e. Mengakaji temuan pada kelompok-kelompokdarimanakita

memperolehdatanya(Noeng Muhadjir,2000).

Page 25: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Sedangkan menurutLexy J.Maleong (2002)teknik

pemeriksaandatatersebutterdiridari:

a. PerpanjanganWaktuPenelitian

Pertama,peneliti dengan perpanjanganwaktupenelitianakandapat

menguji ketidakbeneraninformasiyang disebabkan oleh

distorsi,baikyangberasaldari dirisendiri,maupun dari

respondendanmembangunkepercayaansubjek. Kedua,perpanjangan

waktu penelitian juga dimaksudkan untukmembangun kepercayaan para

subjekterhadappeneliti danjugakepercayaandiri peneliti sendiri.

b. KetekunanPengamatan

Ketekunan pengamatanbermaksudmenemukan ciri- ciridan

unsurdalamsituasiyangsangatrelevan denganpersoalanatau isu yang

sedang dicaridan kemudianmemusatkandiri padahal-hal tersebut

secararinci.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknikpemeriksaan datayang memanfaatkan

sesuatuyanglain diluardataitu untuk keperluan pengecekanatausebagai

pembanding

terhadapdataitu.Denzimdalam(LexyJ.Maleong,2002),membedakan

empatmacam triagulasisebagai teknikpemeriksaan

penggunaansumber,metode, penyidik,danteori.

d. Pengecekanmelaluidatarekaman

Film, video tape, video kamera, tape recorder, kamera

photoatauhandycammisalnya dapat digunakansebagai alatperekam

yangdatanya dimanfaatkan untukmengujikredibilitashasil penelitian. Jadi

bahan-bahan yang tercatatatau terekam itu dapatdigunakansebagai

patokan untuk mengujisewaktu-waktudiadakan analisisdan

penafsirandata.

2. Transferbilitas(transferability)

Teknik ini menuntut peneliti agar

melaporkanhasilpenelitiannyasehinggauraiannya itu dilakukan seteliti

mungkin yang menggambarkan konteks

17

Page 26: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

tempatpenelitiandiselenggarakan.Uraiannya harus mengungkapkan

secara khusus sekali segala sesuatuyangdibutuhkan oleh

pembacaagardapat memahamipenemuan-penemuanyangdiperoleh.

3. Dependendabilitas(dependability).

Untukmenyakinkanbahwahasil penelitianyang dilakukan itu realiabel

sebagaimanadalam konsep penelitian kuantitatif,makadilakukandengan

cara auditing kebergantungan.

4. Confirmabilitas(confrimability).

Untukmendapatkan datayang obyektif,jugadilakukan

dengancaraauditingkepastian data.Pertama-tama

auditorperlumemastikanapakahhasil penemuannyaitu benar-

benarberasal dari data.Sesudahituauditor berusahamembuatkeputusan

apakahsecaralogis kesimpulanituditarikdanberasaldaridata.

3.7 Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian, Peneliti mengajukan permohonan ijin

penelitian ke Bakesbangpol Propinsi Jawa Timur dan Bakespangpol

Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenepserta mengurus Surat Tugas

dari Direktur Poltekkes Kemenkes Surabaya. Selanjutnya dilakukan

perlakuan sesuai penelitian peneliti dengan menekankan masalah etika yang

meliputi :

1 Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Partisipan ditetapkan setelah terlebih dahulu mendapatkan penjelasan tentang

kegiatan penelitian, tujuan penelitian, setelah partisipan menyatakan setuju

untuk dijadikan partisipan serta tertulis melalui informed consent. Calon

partisipan yang tidak menyetujui untuk dijadikan partisipan tidak akan

dipaksa.

2 Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, penelitian tidak

mencantumkan nama partisipan pada lembar persetujuan.

3 Confidentiality (Kerahasiaan)

18

Page 27: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Partisipan yang dijadikan subyek dalam penelitian akan dirahasiakan identitas

spesifiknya (nama, gambar atau foto, ciri-ciri fisik) dan hanya informasi

tertentu saja yang disampaikan.

Page 28: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Hasil penelitianfenomenologi caring bala pada budayamasyarakat Madura

terhadapkondisisakitkeluargaakandiuraikansebagaiberikut :

A. DistribusiInforman

Pada penelitian ini memilih informan sebanyak 23 orangasli Madura dan

bertempattinggal di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Key

informanterdiridari 8 orang adalahpemuka agama di 4 wilayah penelitian, 12

orang dianggaptokohmasyarakat di wilayah penelitian, dan 3 orang

lainnyaadalahgenerasimuda yang dianggapmemilikiprestasi di

sekitartempattinggalinforman. Dari 23 informanhampirseluruhnya 20 orang

(87%) adalahlaki-laki. Seluruhmasyarakat yang menjadikey

informanberagamaislam.

Data yang diambildilakukan denganteknikwawancara mendalam (indepth

interview).

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin(n=23)

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki 20 87

Perempuan 3 13

Total 23 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 23 informan yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (87%) dan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 3 orang (13%).

19

Page 29: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi InformanBerdasarkan Umurdi Madura (n=23)

Umur Frekuensi %

15-35 3 13

36-55 8 35

56-75 12 52

Total 23 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 23 informan masyarakat

Madura sebagianbesarinformanberusia56-75tahunyaitusebanyak12orang

(52%).

B. Hasil Analisis Kualitatif

Deskripsi hasil dan analisis penelitian dimaksudkan untuk menyajikan

datayang dimiliki sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji pada

penelitian yaitu :

1. Diskripsikonsepkeluargamenurutmasyarakat Madura

Saatpenelitimenanyakantentangpengertiankeluarga,

beberapainformanmenyatakankeluargamarupakankerabatdekat yang

memilikiartipentingbagikehidupannya.

Keluargadapatdikategorikanmenjadiduayaitukeluargadekat dan

keluargajauh. Keluarga dekat adalah saudara sedarah atau saudara dari

istri/suami yang tempat tinggalnya berdekatan, sedangkan keluarga jauh

adalah keluarga yang tempat tinggalnya jauh.

Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan argumen yang

serupa, hamper seluruhnya mengatakan ketika mendengar kata

keluargabiasanya pikiran mereka langsung tertuju pada hubungan

kekerabatan antara saudara sedarah atau sanak family yang tinggal

berdekatan dengan tempat tinggal informan atau berada jauh dengan

informan.

20

Page 30: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

“Keluargamemilikiartipentingbagikehidupansaya,

keluargabagisayaadalahkerabatdekat dan kerabatjauh(I/2)”

“Keluargaadalahhartabagihubungankekerabatan(I/7)”

“Keluargapentinguntukkehirupansayakarenakeluargaharta paling

berharga (I/12)”

Kedekatanhubungankeluargabagimasyarakat Madura sangaterat.

Keluargabagimasyarakat Madura berada pada urutanpertama dan

utamabagikehidupanmereka. Bagimasyarakat Madura

keluargatidakhanyamemilikihubungandarahsajatetapikekerabatan dan

kedekatandiantaramereka. Keluargadekatbagimerekaadalahsiapapun yang

bertempattinggaldekatdenganlokasirumahmerekaataupun yang

jauhdengantempattinggalmereka, namunmemilikikedekatan dan

kekerabatandenganmereka.

Tetanggasebelahrumahsayasudahsayaanggapkeluargakarenamerekamemi

likiartipentingbagikehidupansaya(I/5)”

“Tetanggabagisayasudahsayaanggapkeluargasayasendiri(I/3)”

Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)

yang dikemukakan olehMadeleine M. Leininger (1961) bahwaAgama

adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis

bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi yangsangat kuat

untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas

kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh

perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang

21

Page 31: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

klienterhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama

yangberdampak positif terhadap kesehatan.

Masyarakat Madura sebagianbesarsejakkecilterbiasasekolah di

pondokpesantren dan sekolahberbasis Islam. Pendidikan agama dari para

ustad dan

ustadzahsangatmempengaruhipolamikirmerekatentangartipentingkeluargab

agikehidupanmereka. Masyarakat di

mintauntukselaluberperilakubersihuntukmenjagakesehatanmereka.

Pahamtersebutdikenaldenganbersihadalahbagiandariiman. Sehingga orang

yang

berimansudahseharusnyahidupbersihuntukmenjagatubuhnyadariseranganp

enyakit.

2. Diskripsifaktorsosial dan keterikatankeluarga

Faktorsosial dan keterikatankeluargabagimasyarakat Madura pada

beberapainformanmenyatakanhubungankeluargabagimerekabertujuanuntu

ksaling bantu membantu dan tolongmenolong,

tidakhanyadalamkondisikesusahanatauberdukasajatetapi juga

dalamkondisihajatankelurga.

Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan

pernyataanyang sama, sebagian besar mengatakan hubungansosial dan

keterikatanantarkeluargasangaterat pada kepedulianuntuksaling bantu

membantu dan tolongmenolongdiantaramereka. Apabila salah

satudiantaramerekadianggaptidakpedulidengankeluarga yang lain,

merekatetapmemilikitanggungjawab moral untuksaling bantu membantu

dan tolongmenolong.

“Keluargasebagaipelindung dan parembhekdeyyeh (bermusyawarah)(I/1)”

22

Page 32: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

“Keluargapunya tanggungjawabuntuksalingbantu membantu dan

tolongmenolong(I/7)”

“Sudahmenjadikewajibankeluargauntuksalingbantu membantu dan

tolongmenolong(I/4)”

Hubungansosial dan keterikatandiantarakeluargabagimasyarakat Madura

sangaterat. Prinsip bantu membantu dan

tolongmenolongitumerekawujudkandengankehadiranmerekadisaaatadakelu

arga lain yang

sedangmengalamikesusahanatauhajatanpernikahandenganmembawauangat

aubarang yang dibutuhkan oleh keluarga. Pihakkeluarga yang

menerimabantuandalambentukuangataubarangakanmencatatapasajabentukb

antuan yang pernahmerekaterimadarikeluargalain.

Sudahmenjaditanggungjawabmerekauntukmelakukanhalsamaapabiladikem

udianharikeluargatersebutmengadakanhajatanataukesusahan, minimal

uangataubarang yang diberikansamadengan yang pernahditerima.

Apabilabesarannyatidaksamamakakeluargaakanmenganggapkepeduliansipe

mberi pada keluarga lain tidakseimbang, halituakanmenimbulkan rasa

bersalah dan rasa malubagikeluarga yang

tidakmampumembalasbantuananggotakeluarga lain pada dirinya.

“apabila kami

sedanghajatanataukesusahankeluargaakandengansenaghatidatangmember

ibantuan. Bantuan yang diberikanbisadalambentukuangataubarang(I/8)”

“Bantuan yang diberikan oleh keluargaakan kami

catatsupayadikemudianharikitadapatmengembalikanbantuantersebut

minimal samadengan yang pernahkitaterima(I/3)”

“Kami merasamaluapabilabantuan yang pernah kami

terimadarikelurgakelak di kemudianhari kami

tidakmampumembalasnya(I/9)”

23

Page 33: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

“Apabilakeluargamaumembantu kami

makakamipunharusmaumembantumereka(I/11)”

3. Diskripsitentangnilaicaring (perhatian)

dalamhubungansosialkeluargamasyarakat Madura

Caring (Perhatian) dalamhubungansosialkeluarga pada masyarakat

Madura, beberapainformanmenyatakanbentukperhatianmereka yang

dilakukan oleh keluargaadalahkehadiranmerekasaatkeluarga lain

sedangmengalamikesusahan

(sakitataumeninggal)ataupunhajatanpernikahan.

Bentukkehadirananggotakeluarga yang lain di

saatmerekamembutuhanmerupakannilai yang paling

berhargabagikehidupanmereka.

Merekatidakpernahmerasahidupsendirikarenabanyakkeluarga lain yang

selaluhadir di saatmerekamembutuhkan.

Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan

pernyataanyang sama, hampirseluruhnyamengatakan perhatian yang

diberikan oleh keluargadekatataupunkeluargajauhadalahkehadiran. Arti

kehadirankelurgadekat dan

keluargajauhbagimerekasangatpentingsebagaibentukdukungan dan

motivasidalammengadapiberbagaikeadaandalamkehidupannya.

Apabilaadakeluarga yang sakitataumeninggal dunia

karakteristikmasyarakat Madura

adalahtidakpuasapabilainformasitentangkondisisakitataumeninggal dunia

keluarga yang lain tersebuthanyadariceritaataukabardari orang lain.

Merekaakandatanglangsunguntukmelihatbagaimanakeadaan dan

kondisianggotakeluarganya yang sakitatau yang sedangmengalami proses

berduka.

Upayatersebutdilakukankarenamenurutpendapatmerekaitulahbentukperhati

24

Page 34: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

an yang sebenarnya.

Apabilamerekaberhalanganhadirkarenakondisikeluargamereka yang

tidakmemungkinkanuntukdatangsaatitumaka di

kemudianharimerekaakantetapmengusahakanuntukdatang pada keluarga

yang sedangmengalamikesusahanatauhajatan yang lain.

“Bentukperhatiankeluarga yang kami rasakanadalahkehadirannya yang

terpenting(I/2)”

“Perhatian kami pada keluarga yang sedangsakit kami

selaludatangmenjenguk(I/7)”

“Kami datanguntukmemastikankondisikeluarga kami (I/6)”

Bentukcaring (perhatian) dalamhubungansosialkeluargamasyarakat

Madura adalahkehadiran. Kehadiranadalahhal yang

sangatpentingbagikehidupanhubungansosial di antaramereka.

Bentukkehadiran yang

merekalakukansebagaibuktibahwamerekapeduliataskesusahan dan

kebahagiaan yang dirasakan oleh keluargadekatataupunkeluargajauh.

Masyarakat Madura merasabahwadengankehadirankeluarga di

sampingmerekasemuamasalahbisateratasidenganbaik.

Keadaantersebutmerupakanwarisanturuntemurundari orang tuamereka dan

akanterusmerekapertahankan. Apabilamerekatidakpedulidengankeluarga

yang lain mereka juga

khawatirbiladikemudianharimerekaakanmendapatkanperlakuan yang

samadarikeluarga.

“Kebiasaanberkunjung pada keluarga yang sakit, hajatan, atau yang

lainadalahwarisandari orang tua(I/8)”

25

Page 35: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Kalaukitamendapatperhatiandarikeluargayasudahsewajarnyakitamembala

sperhatianmereka(I/4).

“Kalau kami dengankeluargakitaada yang sakit, meninggal, atauhajatan,

kami akandatang, tidakpedulijarak, waktu, dan biaya” (I/12).

Teori Jean Watson (1988) yang dikenaldengan“Human Scince and Human

Care”. Caring (perhatian) dibangun dari sepuluh factor carative`yaitu

membentuk sistem nilai humanistik-altruistik, menanamkan keyakinan dan

harapan ( faith-hope ), mengembangkan sensitifitas diri sendiri dan orang

lain, membina hubungan saling percaya dan saling bantu, meningkatkan

dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif, menggunakan metode

pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan keputusan,

meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal, menyediakan

lingkungan yang mendukung, melindungi, dan memperbaiki mental

sosiokultural dan spiritual, membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar

manusia, dan mengembangkan faktor kekuatan eksistensial

fenomenologis.

4. Diskripsikonsepsakitmenurutmasyarakat Madura

Konsepsakitmenurutmasyarakat Madura

adaduamacamyaitusakitkarenapenyakit dan sakitkarena “dibuat/di tenung”

oleh orang lain. Informasi yang

diperolehdaribeberapainformanmenyatakansakit yang umumdirasakan

oleh orang lain itumerupakansakitbiasakarenapenyakit, namunapabilasakit

yang dialamimenimbulkangejala yang aneh yang tidakbiasadialami oleh

orang lain itudisebabkan oleh “ilmuhitam/tenung” yang di kirim oleh

orang lain.

Dari hasil wawancara, beberapa informan memberikan

pernyataanyang sama, sebagianbesarmengatakan penyakitumum yang

26

Page 36: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

dideritabiasanyagejala yang munculumum di rasakan juga oleh orang lain,

namunapabilagejala yang muncul di rasa aneh dan berbedadengan yang

lain,

itudianggapbukanpenyakitbiasakarenakumantetapikarenakirimanilmuhita

m/Tenung. Di Madura ilmuhitam/tenungmasihada dan

dipercayabisamembuatseseorangsakitbahkansampaimeninggal.

“sakit yang wajarkalaugejala yang munculsamadengan yang

dialamibanyak orang, kalaugejalanyaanehitukarenailmuhitam(I/2)”

“Tenung yang bisabikin orang sakit di Madura masihada(I/6)”

“Sakitbiasaitubisadiobatidengandoktertapikalausakitkarena “ditiup”

orang itutidakbisasembuhkalauberobatkerumahsakittetapiharuske

kyai(I/14)”

Masyarakat beranggapanbahawabilaadaanggotakeluarga yang sakit dan

sembuhsetelahberobatkedokterataumantri/perawatituberartisakitbiasa,

namunapabilatidakkunjungsembuhberartiitukarenailmuhitam yang dikirim

oleh orang lain.

Kalausakitgejalanyamuntahdarahwarnahitamituberartikarenailmuhitamta

pikalomuntahdarahnyawarnamerahitupenyakitbiasa(I/3)”

sakitbiasaberobatkedokterpastisebuhtapikalausakitkarenailmuhitamharus

kepak kyai (I/5)”

“Ada keluargasaya yang sakitmuntahpaku, jarum,

itupastibukanpenyakitbiasa(I/7)”

Madeleine M. Leininger (1961) mengatakan faktor teknologi

(technological factors)kesehatan memungkinkan individu untuk memilih

27

Page 37: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

ataumendapat alternatif penyelesaian masalah dalam pelayanankesehatan.

Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau cara

mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan

klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi kliententang penggunaan

dan pemanfaatan tehnologi untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat

ini.

Dapatdisimpulkanbahwapersepsimasyarakattentangpenyebabsakits

angatmempengaruhikeputusanmerekadalammemanfaatkanfaktorteknologi

pemanfaatanfasilitaspelayanankesehatan. Perlupendampingan dan

penjelasan yang tepat pada masyarakatbahwasetiappenyakit di sebabkan

oleh perununansistemkekebalantubuh dan invasikumanpenyakit.

5. Diskripsikonsepdukungansosial dan dukungankeluarga pada

anggotakeluarga yang sakit

Dukungansosial dan dukungankeluarga pada anggotakeluarga yang sakit

pada masyarakat Madura merupakankewajiban yang harusdilakukan.

Menurutmasyarakat Madura keluargaitutidakhanyaadalanyaikatan dan

pertaliandarahsajatetapi orang lain pun yang tinggal di

sekitarrumahmerekasudahmerekaanggapsebagaisaudara.

Peranpentingtetanggasebagaisaudaradekatsamapentingnyadengansaudarase

pertaliandarah.

Dari hasil wawancarayang dilakukan oleh peneliti pada beberapa informan

memberikan pernyataanyang sama, sebagianbesarmengatakan

dukungandaritemansekitartempattinggalmerekasangatmerekaperlukan dan

berartipentingbagikehidupanmereka.

Merekatidakpeduliapakahadahubunganpertaliandarahatautidak, siapapun

yang perhatian dan

pedulidenganmerekasecaraotomatismerekaanggapsebagaisaudara.

28

Page 38: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

“saudaramenurutsaya orang yang peduli dan perhatiandengankita(I/20)”

“Dukungandaritemansamasajadengandukungandarikeluarga(I/23)”

“Dukungan orang sekitar dan dukungandarikeluargasedarah di

hatisayasamapentingnya(I/14)”

Masyarakat beranggapanbahawabilaadaanggotakeluarga yang

sakitkehadiran dan perhatiandari orang terdekatsangatdiperlukan. Keluarga

yang lain menyadaribahwakebutuhan di

dampingisaatdalamkondisisakitselaludirasakan,

halinidikarenakankehadirankeluarga, bantuanmotivasi, materiil dan

spiritual dapatmempercepat proses kesembuhan.

“yakalausakitkeluargatidakada yang datangsedihlah(I/22)”

“saatsakit yang

menyembuhkanitutidakhanyaobatsajatapikehadirankeluargasangatpenting

(I/21)

“kalausakit di tunggubanyakkeluargaitutenang, butuhsewaktu-

waktumerekaada (I/19)

“ Tidakadaharta yang paling berhargaselainkehadirankeluarga (I/16)

Faktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social

factors)yang dikemukakan oleh Madeleine M. Leininger

(1961)adalahstatus klien dalam hirarki sosial biasanya berhubungan

dengan kualitas seperti usia dan genderdan status kesuksesan seperti

pendidikan dan kedudukan. Perawat menentukan siapa yang berhak

membuat keputusan dalam keluarga dan bagaimana cara

membicarakannya dengan individu yang bersangkutan.

29

Page 39: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan1. Konsep keluargabagimasyarakat

Madurakeluargadapatdikategorikanmenjadiduayaitukeluargadekat dan

keluargajauh.

Keluargadekatadalahsaudarasedarahatausaudaradariistri/suami yang

tempattinggalnyaberdekatan, atausiapapun yang

bertempattinggaldekatdenganlokasirumahmerekasedangkankeluargajauhad

alahkeluarga yang tempattinggalnyajauh.

2. Faktor sosial dan keterikatan keluarga(kinship and social factors) pada

budaya masyarakat Madura sangaterat pada kepedulianuntuksaling bantu

membantu dan tolongmenolongdiantaramereka.

Page 40: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

3. Nilai perhatian (caring) dalam hubungan sosial dan keluarga masyarakat

Madurabentukkehadirananggotakeluarga yang lain di

saatmerekamembutuhanmerupakannilai yang paling

berhargabagikehidupanmereka.

4. Konsep sakit menurut masyarakat

Maduraadaduamacamyaitusakitkarenapenyakit dan sakitkarena “dibuat/di

tenung” oleh orang lain.

5. Konsep dukungan sosial dan dukungankeluarga pada anggota keluarga

yang menderita sakit pada masyarakat Maduraadalahkehadiran dan

perhatiandari orang terdekat, kebutuhan di

dampingisaatdalamkondisisakitselaludirasakan,

halinidikarenakankehadirankeluarga, bantuanmotivasi, materiil dan

spiritual dapatmempercepat proses kesembuhan.

B. Saran

1. BagiProfesiKeperawatan

Mengedepankanaspekkebutuhanpendampingankeluarga pada

kliendarisuku Madura saatsedangmengalamisakit dan dirawat di

RumahSakit.

2. BagiIlmuKeperawatan

PengembangankonsepKeperawatankeluargabahwakeluargatidakhanyame

milikipertaliandarah dan atauhubunganperkawinansaja,

namunlebihluasdariituyaitukeluargaadalah orang terdekat dan

memilikiperhatian dan kepedulianbagikeluargaklien.

3. Bagi Masyarakat Madura

Budayakekerabatan dan

kepeduliandiantaramerekasebagaisebuahkeluargaharustetapdipertahankan

sebagaikekayaanbudaya yang sangatbaikbagikehidupanmasyarakat

Madura.

30

31

Page 41: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

DAFTAR PUSTAKA

Ary,Donald,Lucy CheserJacobs,dan ChristineK.Sorensen (2010)., IntroductiontoResearchinEducation, EightEdition,USA: WadsworthCengageLearning.

Badan Pusat Statistik. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia - Hasil Sensus Penduduk 2011 2012. ISBN 9789790644175.

Basis data direkomendasi oleh D. Bambang Sudarsono (2012).http://www.hamline.edu/ apakabar/basisdata/1997/01/30/0097.html, diperoleh tanggal 10 Januari, 2018).

Bodgan,RobertC.dan SariKnoppBiklen (2006).,QualitativeResearchfor Education:anIntroductionto TheoriesandMethods, Fifth Edition,USA:

Bomar, Perri J. (2004). Promoting Health in Families : Applying Family Research and Theory to Nursing Practice, Third Edition. Philadelphia : Saunders

Chandra, Budiman. (2005). Pengantar Statistik Kesehatan.Jakarta : EGC Friedman. (2008). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Alih Bahasa Ina Debora, Yoakim Asy. Jakarta : EGC

Friedman, Bowden, & Jones.(2003). Family Nursing, Research, Theory, & Practice.Jersey : Prentice Hall

Helvie.(2008). Advance Practice Nursing in The Community.California : Sage Publication, inc

Page 42: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

Moleong, Lexy. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muslihati, Jurnal studi sosial, Th. 6, No. 2, Nopember 2014, 120-125, Nilai-nilai Psychological Well-Being dalam Budaya Madura dan Kontribusinya Pada Pengembangan Kesiapan Karier Remaja Menghadapi Bonus Demografi http://lp2m.um.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/g.pdf diakses 1 Agustus 2018

Nursalam&Pariani, (2011). PendekatanPraktisMetodologiRisetKeperawatan. Jakarta: CV. Sagung Seto

Saryono,2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam BidangKesehatan. Yogyakarta: NuhaMedika

Syeh, Mirzal. (2013). Teori Health Belief Model (https://syehaceh.wordpress.com/2013/09/18/ teori-health-belief-model/, diakses pada tanggal 3 Januari 2018)

Stanhope, Marcia. 1997. Perwatan Kesehatan Masyarakat Suatu Proses dan Praktek untuk Peningkatan Kesehatan.Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan, Pajajaran.

Stuart & Sundeen (1998).Principle and Practice of Psychiatric Nursing. 6 th. Ed. Philadelphia: The C V Mosby.

Yusuf Ah, Fitryasari R, dkk (2017) Riset Kualitatif Dalam Keperawatan. Jakarta : Mitra Wacana Media

33

32

Page 43: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

PEDOMAN WAWANCARA

FENOMENA CARING BALAPADA BUDAYA MADURA TERHADAP KONDISI SAKIT KELUARGA

1. Apakah saudara orang asli Madura ?

2. Berapa lama anda tinggal dan menetap di Madura ?

3. Agama yang dianut ?

4. Menurut anda apa arti penting dari keluarga ?

5. Pentingkah Saudara dalam kehidupan anda ?

6. Seberapa dekat hubungan persaudaraan anda dengan keluarga ?

7. Apakah anda kenal dengan sepupu dan keponakkan anda ?bila kenal

gambarkan garis keturunan keluarga besar saudara ?

8. Bila dalam keluarga besar anda ada yang menderita sakit, apa yang anda

rasakan ?

9. Kemana saudara membawa keluarga atau kerabat bila menderita sakit ?

10. Apa alasan saudara membawa keluarga berobat ke tempat tersebut ?

11. Menurut saudara apa saja yang dapat menyebabkan sakit ?

12. Cara mencari bantuan pengobatan seperti apa yang paling tepat menurut

saudara ?

13. Apakah aktifitas keagamaan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan

seseorang ?apa alasannya ?

14. Siapakah yang paling bertanggung jawab bila ada anggota keluarga yang

sakit ?

Page 44: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura

15. Keputusan siapakah yang paling didengar oelh keluarga pada saat mencari

bantuan kesehatan ?

16. Bagaimanakah cara keluarga dalam mengambil keputusan ?

17. Apakah pendapat saudara tentang arti pentingnya kebersihan bagi kesehatan ?

18. Seperti apakah kebiasaan makan dan minum yang dianut dalam keluarga ?

19. Berikan pendapat saudara tentang aktifitas sehari-hari yang dapat

menyebabkan kondisi sakit pada keluarga ?

20. Sebagai bentuk perhatian atas sakit yang diderita saudara anda biasanya hal apa

saja yang anda lakukan ?

21. Bila anda tidak memiliki waktu untuk mengantar saudara yang sakit ke rumah

sakit, hal apa yang anda lakukan selanjutnya ?

22. Bila harus memilih antara pekerjaan dan mengantar saudara ke rumah sakit,

mana yang akan anda dahulukan ?

23. Seringkah anda melakukan pertemuan keluarga ?bila ya, bentuk pertemuan

keluarga seperti apa yang sering dilakukan oleh keluarga ?

24. Apa tujuan dari pertemuan keluarga tersebut ?seberapa besar manfaatnya ?

25. Bila anggota keluarga yang sakit tidak memiliki biaya untuk membayar jasa

perawatan di Rumah Sakit, apa yang dilakukan oleh anggota keluarga yang lain

?

26. Apakah saudara nyaman dengan kondisi Rumah Sakit saat mengantar atau

menunggu saudara anda yang sedang sakit ?kemukakan alasannya !

27. Apa yang saudara harapkan dari perilaku petugas kesehatan dalam hal ini

perawat, pada saat merawat saudara anda yang sedang sakit ?

28. Apa yang saudara harapkan dari fasilitas pelayanan kesehatan di rumah Sakit,

pada saat anda sedang menemani saudara anda yang sedang sakit ?

29. Apa yang dilakukan oleh keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit

berulang /kambuh ?

30. Bagaimana cara keluarga mengatasi biaya pengobatan bagi keluarga yang

sakit ?

38

39

Page 45: jurusankebidanan.poltekkesdepkes-sby.ac.id · Web viewDalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif untuk mengkaji fenomena fenomena caring bala pada budaya Madura