Tolak Kenaikan BBM Tolak Liberalisasi Migas Kebijakan Khiyanat dan Dzalim
TRADISI DOA DANA (TOLAK BALA) PADA MASYARAKAT LANTA...
Transcript of TRADISI DOA DANA (TOLAK BALA) PADA MASYARAKAT LANTA...
TRADISI DOA DANA (TOLAK BALA) PADA MASYARAKAT LANTA BARAT
KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA
(TINJAUAN AKIDAH ISLAM)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Agama Prodi Aqidah Filsafat Islam (AFI) Jurusan Aqidah Filsafat
Pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik
UIN Alauddin Maakassar
Oleh:
SYARIFUDIN
NIM: 30100113005
FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Syarifudin
NIM : 30100111005
Tempat/Tgl. Lahir : Sumi, 04 februari 1994
Jur/Prodi/Konsentrasi : Jurusan Aqidah Filsafat Islam (AFI)
Fakultas/Program : Ushuluddin Filsafat dan Politik
Alamat : Desa Lanta Barat Kec. Lambu Kab. Bima
Judul : Tradisi Doa Dana (Tolak Bala) Pada
Masyarakat Lanta Barat Kec. Lambu Kab.
Bima (Tinjauan Akidah Islam)
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa, 09 November 2018
Penyusun,
Syarifudin
NIM: 30100113005
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak terhingga penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt,
yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, rahmat, karunia dan hidayah-Nya,
yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran untuk penulis dalam
mengerjakan skripsi ini. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
Nabi Muhammad Saw, yang telah menuntun umatnya dari zaman perbudakan
menuju zaman yang tampa penindasan, beserta keluarga, sahabat dan umat Islam
di seluruh dunia Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tampa adanya bantuan, bimbingan, motivasi dan do,a dari berbagai
pihak. Dari itu penulis lanturkan terima kasih yang tak terhingga kepada Allah
Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dan untuk alm ibu tercinta St. Mardianah semoga beliau tersenyum
bahagia melihat anaknya sukses dan semoga beliau mendoakan anaknya di sini,
bapakku Juraiddin yang tersayang, kakakku Supriaddin S.fil.i, dan adik saya
Syam Wahyu, yang memberikan do,a, dorongan moral, material serta perhatian
dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
dan yang paling utama kepada ayahanda Dr, Abdullah Thalib M.Ag sebagai orang
tua di kampung orang yang selama ini banyak pengaruhnya terhadap kuliah dan
kehidupan sehari-hari sehingan skripsi ini selesai, dan terima kasih untuk rekan-
rekan seperjuangan penulis di jurusan Aqidah Filsafat yang sudah memberikan
dorogan untuk mengerjakan skripsi sampai selesai dan terima kasih pula kepada
rekan-rekan satu kampung saya yang beradi di mesjid Nurul Mujaddid dan mesjid
Asokra lima dan terima kasih kepada.
v
1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M. Si selaku rektor Universitas Islam Negeri
Alauddi Makassar.
2. Prof. Natsir Siola, M. Ag selaku Dekan beserta Wakil Dekan I, II, dan III,
Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar.
3. Dr. Abdullah Thalib, M.Ag selaku wadek 3 bagian kemahasiswaan.
4. Dr. Hj. Darmawati, M. Hi, Selaku ketua jurusan Aqidah Filsafat Islam (AFI)
5. Dr. Angriani Alamsyah, S.IP, M selaku sekretaris jurusan Aqidah Filsafat
Islam (AFI)
6. Dr. H. Ibrahim, M.pd pembimbing I dan Dra. Andi Nurbaety, MA
pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyusun skripsi ini hingga selesai.
7. Bapak / ibu pada staf dan pengajar Fakultas Ushuluddi, Filsafat dan Politik,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar khususnya jurusan Aqidah
Filsafat Islam (AFI), yang telah mengajar kami dengan penuh kesabaran,
memberikan do,a dan dorongan moral serta perhatian dan kasih sayang yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Suluruh pihak-pihak yang tidak disebutkan satu persatu, terima kasih atas
do,a dan motivasinya.
Akhirnya hanya kepada Allah Swt, penulis memohon rahmat dan hidayah-
Nya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi agama, bangsa dan Negara. Amin.
Wasalamu’alaikum Wr. Wb.
Samata-Gowa, 09 November 2018
Penulis
Syarifudin
NIM : 30100113005
vi
DAFTAR ISI
JUDUL .. ………………………………………………………………………..i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI . …………………………………….ii
PENGESAHAN ………………………………………………………………iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….….iv
DAFTAR ISI . ………………………………………………………………....vi
DAFTAR INFORMAN . …………………………………………………….viii
ABSTRAK ... ………………………………………………………………….ix
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………...1-17
A. Latar Belakang . ………………………………………………..1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus . ………………………11
C. Rumusan Masalah .. …………………………………………..13
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian. …………………………….13
E. Kajian Pustaka . ………………………………………………14
BAB II TINJAUAN TEORITIS . …………………………………….17-35
A. Selayang Pandang Desa Lanta Barat……..…………………18
B. Tinjauan Umum Tentang Tradisi Dan Budaya………………21
C. Aqidah Islam .. ………………………………………………..25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………36-39
A. Jenis dan Lokasi penelitian . ………………………………….36
B. Metode Pendekatan . ………………………………………….36
C. Metode Pengumpulan Data . ………………………………….37
vii
D. Jenis dan Sumber Data . ………………………………………38
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data . …………………38
BAB IV HASIL PENELITIAN . ………………………………………40-58
A. Makna tradisi Doa Dana (tolak bala) …………………….…..40
B. Prosesi tradisi Doa Dana (tolak bala)…………………….….45
C. Tinjauan Aqidah Islam Terhadap Tradisi Doa Dana (tolak
bala)……………………………………………………….…53
BAB V PENUTUP . ……………………………………………………59-60
A. Kesimpulan.. ………………………………………………….59
B. Implikasi .. ……………………………………………………60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………62-64
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………..………65-77
A. Instrumen Penelitian……………………………….……,…...65
B. Dokumentasi………………………………………………....67
C. Riwayat Hidup ……………………………………………….77
ix
ABSTRAK
Nama : Syarifudin
NIM : 30100113005
Judul : TRADISI DOA DANA (TOLAK BALA) PADA MASYARAKAT
LANTA BARAT KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA
(TINJAUAN AKIDAH ISLAM)
Pokok permasalahan penelitian ini adalah membahas tentang tradisi doa
dana (tolak bala) pada masyarakat Lanta Barat Kec. Lambu Kab. Bima (Tinjauan
Aqidah Islam). Pokok permasalahan tersebut dibagi atas beberapa sub masalah
atau pertanyaan, yaitu: 1) Bagaimana prosesi pelaksanaan ritual doa dana pada
masyarakat Lanta Barat. 2) Bagaimana pandangan akidah Islam terhadap tradisi
doa dana pada masyarakat Lanta Barat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengunakan
pendekatan fenomenologis dan teologis. Data penelitian ini adalah data primer,
yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan, data
tersebut diperoleh dari berbagai kalangan masyarakat. Data sekunder yaitu data
yang diperoleh melalui telaah kepustakaan. Oleh karena itu, metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Kemudian teknik
analisis data dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu: verifikasi data, reduksi
data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prosesi pelaksanaan tradisi doa
dana yaitu: pilih tempat di Desa Lanta Barat pada bagian sudut kampung yang
rata dan luas, siapkan tarpal, tarpal yang disiapkan untuk menyimpan makanan-
makanan dan sesajen, kalau semua syarat sudah lengkap maka ritual bisa di mulai,
bakar kemenyan dan doa mulai dipanjatkan, sambil melempar-lempar beras
kuning, ini di yakini sebagai salah satu cara untuk mengusir roh-roh jahat, selesai
berdoa semua masyarakat yang hadir dan anak-anak diharuskan berebutan
makanan yang di kumpul seraya bersorak dan bergembira ini menunjukan bahwa
kebersamaan dan kebahagian yang dirasakan olah orang-orang yang merebut
makanan berbanding lurus dengan kebahagiaan arwah nenek moyang yang
menyaksikan. Sehingga tradisi ini memiliki beberapa pengaruh, yang pertama
pengaruh positif adalah mereka masih mengingat dan menghargai para ruh nenek
moyang dan yang kedua pengaruh negatif bahwa mereka mempercayai hal-hal
yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam akidah yang salah.
Penulis mencoba memberikan saran–saran seperti: Memberikan
pemahaman bagi masyarakat bahwa dalam kehidupan ini yang harus dijadikan
pondasi dan landasan adalah al-Quran dan as-Sunnah, pentingnya pendidikan
agama dalam suatu masyarakat dalam hal ini penulis menyarankan agar
meningkatkan pendidikan agama antara agama dan tradisi harus sejalan, karena
agama memuat aturan-aturan serta petunjuk dari Allah Swt, sedangkan tradisi
merupakan perbuatan lama yang di ulang-ulang berdasarkan persepsi manusia.
Jadi, agama harus dijadikan sebagai pedoman hidup yang dapat dipresentasikan
dalam nilai-nilai tradisi yang berlaku.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bicara mengenai tradisi doa dana (tolak bala), berarti membicarakan masalah
akidah, sebab doa dana, adalah sesuatu yang diyakini oleh sebahagian masyarakat
Desa Lanta Barat kec. Lambu kab. Bima. Tradisi doa dana, diyakini dapat
memberikan manfaat, dapat menolak mudharat dan juga mereka percaya bahwa ada
yang tinggal di bumi ini sama dengan kita manusia yaitu roh-roh nenek moyang.
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin sangat menjaga hubungan baik
sesama manusia (hablum minannas) di tengah-tengah kehidupan umatnya agar
terjaganya persatuan dan persaudaraan.
Bidang muamalah hubungan sesamanya umat Islam harus menghargai
berbagai kearifan lokal yang tidak melanggar syariat Islam dan wajib meluruskannya
mana kala bertentangan dengan syariat Islam, sehingga kearifan lokal tetap harus
tunduk kepada aturan Allah Swt dan tidak sebaliknya.
Islam tidak bisa dimaknai sebagai ajaran eksklusif, yang tidak memisahkan
ruang dan waktu untuk kearifan lokal. Islam itu bukan profokatif tapi inovatif seperti
yang dibawakan oleh rasulullah saw, hingga kepada kita hari ini. Salah satu unsur
untuk menjaga kearifan lokal, kita harus lihat budaya dan kebiasaan setempat seperti
halnya perintah dalam Islam menutup aurat itu wajib, tetapi bagaimana menutup aurat
2
itu normatif sesuai dengan kearifan lokal setempat. Al-qur’an diturunkan kepada
umat manusia sebagai pedoman hidup agar manusia bisa mencapai kebahagian di
dunia dan di akhirat, hal ini senada dengan semangat Islam yakni Islam sebagai
rahmatan lil alamin.
Tradisi umat Islam, perbedaan pendapat bukanlah hal yang buruk. Tidak
terhitung jumlahnya kitab-kitab yang ditulis ulama Islam yang disusun khusus untuk
merangkum, mengkaji, membandingkan dan kemudian mendiskusikan berbagai
pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasinya masing-masing.
Manusia memiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang Maha Esa,
yaitu dimensi lain di luar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu
mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidak
mampuan manusia dalam menghadapi tantangan-tantangan hidup, hanya yang Maha
kuasa saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari jalan keluar dari
permasalahan hidup dan kehidupan.1
Kehidupan masyarakat Indonesia sebelum mengenal bercocok tanam, mereka
telah memiliki tradisi menghormati orang tua yang mempunyai peranan pemimpin.
Tradisi ini kemudian berkembang menjadi semacam kultus yang kelak melahirkan
konsepsi keagamaan yang telah dimanifestasikan dalam pendirian bangunan-
bangunan megalithic. Tradisi mendirikan bangunan-bangunan megalithic (batu
1Elly M Setiadi, Kama A. dan Ridwan Effendi, Ilmu sosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta:
Kencana, 2011), h. 32.
3
besar), selalu mendasarkan pada kepercayaan tentang adanya hubungan antara yang
hidup dan yang mati.2
Mereka juga percaya akan eksistensi roh dari manusia, yang bila seorang
meninggal dunia, maka rohnya akan tetap tinggal di Desa tempat tinggalnya dan tetap
memerhatikan kehidupan keluarga yang ditinggalkannya. Dr. Soeroto dalam bukunya
Indonesia ditengah-tengah dunia dari Abad ke Abad menerangkan bahwa menurut
kepercayaan nenek moyang, roh-roh yang telah meninggal itu akan tinggal di pohon-
pohon besar, di batu-batu besar di gunung-gunung, di pintu gerbang Desa,
dipersimpangan jalan, dan sebagainya. Roh itu disebut “Hyang”. Hyang di samping
suka memberi perlindungan, dan juga suka menganggu dan mencelakakan.3
Allah berfirman dalam (QS al-Baqarah/2:170), tentang mengikuti nenek
moyang.
Terjemahnya:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang
telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka
2Suwarno Imam S, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa,
(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 1. 3Suharjo, Mistik Dalam Upacara Tero Wadu di Pulau Satonda Di Kec.Tambora, Bima,
(Tinjauan Aqidah Islam), (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Pilotik Uin Alauddin
Makassar, 2014), h. 2-3.
4
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk”.4
Masa sekarang masih banyak kepercayaan-kepercayaan yang masih kental
dan masih dipercayai oleh masyarakat awam, oleh karena ketidaktahuwan atau tidak
mengerti tentang apa yang dia yakini tentang Tuhan yang Maha Esa dan masih ada
juga yang faham dan mengerti tentang Tuhan tapi masih mempercayai sesuatu yang
memiliki kekuatan yang lebih, seperti percaya kepada ruh nenek moyang, batu-batu
besar, pohon-pohon besar dan lain sebagainya. Seperti kepercayaan masyarakat
terhadap doa dana, masyarakat awam maupun masyarakat yang mengerti dan fahan
tentang agama masih juga mempercayai sesuatu yang memiliki kekuatan selain dari
Tuhan.
Namun, jika di amati kebanyakan masyarakat, mereka telah mendahulukan
tradisi meskipun harus bertentangan dengan larangan Allah. Fenomena ini adalah
fenomena lama yang telah digambarkan oleh Allah dalam Q,S Al-Baqarah/2:170.
Ayat ini dapat kita pahami bahwa kebiasaan masyarakat adalah mengikuti kebiasaan
yang turun temurun meskipun kadang mereka tidak mengetahui sumber dan dasar
pemikiran awalnya.
Mengikuti orang tua adalah sesuatu yang wajar, bahkan merupakan suatu
yang tidak dapat di hindari manusia, khususnya ketika ia masih kecil. Saat itu boleh
jadi ia mengikuti atau meniru sebagian dari apa yang dilakukan ayah, ibunya, atau
bahkan kakek dan neneknya. Tetapi orang tua itu tidak mustahil keliru dalam
4Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, (Cet; XIV, Banjarsari Solo: CV
ABYAN, 2014), h. 26.
5
tindakannya, baik akibat kelengahan, kebodohan, atau keterpedayaan oleh setan.
Buktinya, ada yang dilakukan kakek dan nenek moyang yang tidak dilakukan oleh
ayah dan ibu. Saat itu, seorang anak bisa binggung. Nah, dari sini Allah swt, dari saat
ke saat mengutus para Nabi membawa petunjuk-petunjuk-Nya untuk meluruska
kekeliruan serta mengantar kejalan yang benar. Dari sini juga, setiap ajaran yang
dibawa oleh para Nabi tidak membatalkan semua tradisi masyarakat, tetapi ada
sekedar diluruskan kekeliruannya, disamping ada juga yang dilestarikan. Pembatalan,
pelurusan, dan pelestarian itu, ketiganya termaksud dalam apa yang di namai “apa
yang diturunkan Allah”.5
Menurut ajaran Islam, mempercayai sesuatu selain Allah swt, yang mampu
memberikan manfaat adalah termasuk kategori khurafat. Oleh karena itu, Rasulullah
Saw dalam perjuangan membangun suatu umat, pertama-tama membersihkan dulu
akidah masyarakat dari segala kepercayaan yang sifatnya penghambaan diri kepada
selain Allah Swt, sekaligus membangun suatu umat yang berdasarkan segala sifat dan
pandangan hidupnya di atas tauhid kepada Allah Swt.
Demikian pula tidak ada yang mampu memberikan manfaat dan menolak
mudharat melainkan Allah Swt. Dalam (QS al-Hajj/22:12).
Terjemahnya:
5M.Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.1, (Jakarta: lengtera hati,2002), h. 458-459.
6
“Ia menyeru kepada selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat
dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. yang demikian itu adalah
kesesatan yang jauh”.6
Pada saat sang munafik meninggalkan agama Islam, ketika itu ia kembali
kepada keyakinannya yang lama, yakni terus menerus menyeru dan menyembah
selain Allah Swt, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat walaupun ia tidak
menyembahnya dan tidak pula memberi manfaat walau ia menyembahnya.7
Dan dalam ayat yang lain Allah Swt berfirman (QS Yunus/10:106).
Terjemahnya:
“Dan janganlah engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat
dan tidak pula memberi mudarat kepadamu selain Allah sebab jika engkau
berbuat yang demikian itu maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang
zalim.”8
Kepercayaan telah menjadi bagian yang melekat dalam kehidupan manusia,
bahkan di era modern sekarang ini, banyak orang yang beragama tetapi tetap
memegang teguh pada kepercayaan tertentu yang merupakan bagian dari kebudayaan
atau tradisi bangsanya. Munculnya kepercayaan bersifat dari proses pengalaman
hidup yang di alami manusia berkaitan dengan alam lingkungan sekitarnya.
Keterbatasan ilmu pengetahuan yang dikuasai manusia menumbuhkan pola perilaku
yang berlandaskan pada kepasrahan manusia terhadap alam lingkungan tempat ia
6Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, h. 333.
7M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.8, (Jakarta: lentera hati, 2002), h. 156.
220.
7
menggantungkan hidupnya. Dengan demikian kepercayaan merupakan bagian dari
kebudayaan manusia.
Ayat ini Allah Swt melarang Nabi Muhammad dan larangan ini berlaku juga
bagi umatnya untuk memohon pertolongan kepada selain Allah, karena tidak ada
yang bisa memberikan manfaat atau mudharat kepada manusia selain Allah.
Kemudian Allah menjelaskan kepada Nabi Muhammad bahwa jika beliau melakukan
hal tersebut Dia termasuk orang yang zalim.9
Ayat ini mengukuhkan larangan itu sambil menjelaskan mengapa sikap
mempersekutukan Allah merupakan hal yang sangat tercela, dengan
menyatakan: dan janganlah engkau dalam bentuk apa pun menyembah
sesuatu selain Allah Yang Maha Esa dan maha kuasa itu apa yang tidak
memberi manfaat padamu walau menyembahnya dan tidak pula memberi
mudarat padamu walau engkau mengabaikan dan tidak menyembahnya;
sebab, jika engkau melakukan yang demikian itu, maka sesungguhnya engkau
kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim yang menempatkan sesuatu
bukan pada tempatnya.10
Untuk menunjukan akidah yang murni sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah Saw. Diperlukan adanya pelaksanaan ceramah intensif sehingga
diharapkan fitrah beragama yang dibawa oleh manusia sejak lahirnya dapat tetap
dipertahankan. Maka akidah sangat diperlukan dalam hal ini, itulah sebabnya kenapa
Rasulullah Saw, selama 13 tahun periode mekkah memusatkan dakwanya untuk
membangun akidah yang benar dan kokoh. Sehingga bangunan Islam dengan mudah
9Imam Muhammad Ibn Abdu Wahab, Tauhid, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), h .91.
10M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 5, (Jakarta: lentera hati, 2002), h. 525.
8
bisa berdiri di periode Madinah dan bangunan itu akan bertahan terus sampai hari
kiamat.11
Menganut agama Islam berarti menjalankan seluruh ibadah yang merupakan
syariat Islam. Golongan umat Islam yang tidak merasa puas dengan cara formal yang
terdapat dalam ibadah untuk mendekati Tuhan. Dengan kata lain, hidup spiritual yang
diperoleh melalui ibadah biasa belum memuaskan kebutuhan spiritual mereka. Atas
dasar tersebut, mereka mencari jalan yang membawa lebih dekat kepada Tuhan
sehingga mereka merasa dapat melihat Tuhan dengan hati sanubari, bahkan merasa
bersatu dengan Tuhan. Ajaran-ajaran mengenai ini terdapat dalam mistisisme Islam
yang dalam istilah Arabnya disebut Tasawuf.
Tradisi doa dana, dimaksudkan adalah ritual yang dilaksanakan setelah ada
masalah-masalah yang ada di Desa tersebut, doa dana dilaksanakan dalam kurun
waktu satu tahun sekali, selama 5 hari berturut-turut di mulai dari sudut ke sudut dan
terakhir di mesjid dengan mempersiapkan sesajen-sesajen. Ritual tersebut di pimpin
oleh orang yang berpengalaman dan orang yang mengetahui bacaan-bacaan yang
disebutkan sebagai suatu rangkaian acara dari ritual tersebut. Selesai acara diharapkan
semua yang hadir untuk saling merebut makanan yang dikumpulkan dan apa yang di
dapat tidak boleh di bawa kembali ke rumah karena menurut masyarakat di Desa
Lanta Barat pamali. Tetapi ada juga yg membawa pulang dengan satu syarat makanan
yang di bawa pulang adalah makanan orang lain.
11
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Cet; VIII, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI), 2004), h. 10.
9
Sistem kebudayaan, Nooryan Bahari menyebutkan tentang hubungan timbal
balik antara masyarakat dengan kebudayaan. Hubungan manusia sebagai anggota
masyarakat dengan kebudayaan sangat erat, karena tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan, demikian pula sebaliknya, tidak mungkin ada kebudayaan
yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. pengertian kebudayaan sangat berfariasi,
dan setiap batasan arti yang diberikan bergantung pada sudut pandang masing-masing
orang berdasarkan pola pikirnya.12
Perbincangan tentang agama dan budaya adalah perbincamgan tentang
sesuatu hal yang memiliki dua sisi. Agama disatu sisi memberikan kontribusi
terhadap nilai-nilai budaya, sehingga agama bisa berdampingan atau bahkan
berasimilasi dan melakukan akomodasi dengan nilai-nilai budaya masyarakat. Pada
sisi yang lain, agama sebagai wahyu dan memiliki kebenaran yang mutlak (terutama
agama-agama samawi), maka agama tidak bisa disejajarkan dengan nilai-nilai budaya
lokal, bahkan agama harus menjadi sumber nilai bagi kelangsungan nilai-nilai
budaya. Hal yang kemudian menjadi problem adalah apakah nilai-nilai agama lebih
dominan dalam kehidupan masyarakat tersebut.13
Pandangan sosial budaya yang berdasarkan agama bertolak dari kesadaran
bahwa pada hakikatnya seburuk apapun yang bernama manusia pasti memiliki Tuhan.
Ketika kapal di tengah lautan lepas diombang-ambingkan badai dan gelombang yang
12
Dharsono (Soni Kartika), Budaya Nusantara, (Bandung: Rekayasa Sains Bandung, 2007), h.
25 13
Nurkhaidah, Budaya A’je’ne Ri Karaeng Ngilang Masyarakat Kecamatan Turatea
Kabupaten Jeneponto (Tinjauan Aqidah Islam), (Skipsi Sarjan, Fakultas Ushuluddin, Filsafat Dan
Politik uin alauddin, Makassar, 2015), h. 1.
10
dasyat, ketika gempa mengguncang bumi, ketika angin putting beiung
menumbangkan pohon-pohon yang kokoh, disitulah nama Tuhan banyak di sebut.
Bahkan hanya mereka yang sehari-hari bergulat mesra dengan Tuhanya, tadinya tak
percaya akan adanya Tuhan pun merintih-rintih ditengah badai dilautan memanggil-
manggil Tuhan.14
Kebiasaan adalah perbuatan ekspresi atau manifestasinya dapat bervariasi.
Jadi, biasanya suatu jenis perilaku perbuatan tertentu, yang melahirkan perilaku
perbuatan. Apabila kebiasaan dijalankan dengan serba tepat, lambat laun ia tumbuh
menjadi adat. Adat adalah kebiasaan yang normatif mendarah daging membetuk sifat,
sifat membentuk kepribadian adalah kesatuan tabiat rohaniah, yang mengatakan diri
dalam perilaku dan perbuatan.15
Tradisi masyarakat dengan cirinya yang tumbuh dan berkembang secara turun
temurun, biasanya tidak disertai aturan-aturan yang baku. Namun secara lisan dan
terwujud pada perilaku kebiasaan, sebagai tatanan yang tetap terjaga.16
Masalahnya,
bagi orang diluar sistem tradisi masyarakat tersebut, sulit untuk mengetahui apalagi
memahaminya secara mendalam jika tidak melalui proses pembelajaran secara
langsung dan bahkan ikut serta dalam ritualnya barulah terasa nilainya yang sangat
mendalam.
14
Esti Ismawati. Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Ombak, 2012), h. 156. 15
Sidi Gazalba, Pengantar Budaya Sebagai Ilmu, (Cet: 111, Jakarta: Pustaka Antara, 1968), h.
35. 16
Goenawan Monoharto, ddk, Seni Tradisional Sulawesi-Selatan, (Makassar: Lamacca Press,
2005), h. 15-16.
11
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkajinya lebih
dalam bagaimana prosesi pelaksanaan dan bagaimana pandangan akidah Islam
tentang tradisi doa dana, sehingga bisa mendarah daging di masyarakat sampai saat
ini.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
Skripsi ini berjudul tradisi doa dana (tolak bala) pada masyarakat di Desa
Lanta Barat kec, Lambu kab, Bima (Tinjauan Akidah Islam).
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam pemaknaan judul di atas, maka
berikut ini dikemukakan variabel-variabel penting yang terkait langsung dengan judul
skripsi, dan untuk menjaga pula agar tidak terjadi salah pengertian dalam memahami
arti judul penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan dan pengertian dari beberapa
istilah yang digunakan dalam judul tersebut, penulis menyimpulkan dalam dua kosa
kata, sebagai berikut:
1. Tradisi
Tradisi adalah adat kebiasaan masyarakat secara turun temurun yang masih
dijalankan dalam masyarakat dan diwariskan ke generasi berikutnya. Maka, tradisi
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tradisi doa dana yang telah lama
dilakukan oleh masyarakat Desa Lanta Barat.
2. Doa dana
Secara etimologi doa dana dibagi menjadi dua kata yaitu doa dan dana, doa
artinya meminta hajat dan keberkahan dan dana artinya tanah.
12
Secara terminologi doa dana adalah ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat
dalam waktu satu kali dalam satu tahun, yang bertujuan untuk mengusir bala yang
ada di Desa Lanta Barat, oleh karena ritual ini sangatlah penting bagi masyarakat di
Desa Lanta Barat supaya terhindar dari bala seperti hama yang ada di sawah, di
kebun maupun penyakit-penyakit lainya.
Tradisi doa dana merupakan, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
setempat dengan tujuan untuk mengusir bala, memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat yang berada di Desa Lanta Barat dan juga bisa membuat warga saling
berkumpul kembali yang dulu sibuk dengan urusan pribadi. Tradisi doa dana ini
adalah tradisi yang merupakan peninggalan nenek moyang yang dilanjutkan oleh
masyarakat yang hidup sekarang, sepuya lebih mudah di pahami oleh pembaca
penulis menyimpulkan deskripsi fokus di dalam sebuah tabel sebagai berikut:
Matriks fokus penelitian
Fokus penelitian Deskripsi fokus
Tradisi doa dana pada masyarakat
Lanta Barat.
1. Acara ritual tradisi doa dana,
2. Tata cara pelaksanaan tradisi
doa dana
13
Pandangan akidah Islam tentang tradisi
doa dana pada masyarakat Lanta Barat.
1. Kepercayaan masyarakat
bahwa doa dana dapat
menolak bala
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi doa dana pada masyarakat Lanta Barat.?
2. Bagaimana pandangan akidah Islam terhadap tradisi doa dana pada masyarakat
Lanta Barat.?
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah tersebut maka dapat ditetapkan tujuan penulisannya
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pelaksanaan tradisi doa dana pada masyarakat Lanta Barat.
b. Untuk mengetahui bagaimana pandangan akidah Islam terhadap tradisi doa dana
pada masyarakat Lanta Barat.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
a. Kegunaan ilmiah
14
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan terkhusus pada
bidang ilmu pengetahuan akidah Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk penelitian kedepannya yang dapat menjadi salah satu sumber
referensi dalam mengkaji suatu tradisi khususnya Kepercayaan masyarakat terhadap
tradisi doa dana, yang lebih mendalam dan untuk kepentingan ilmiah lainnya.
b. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para budayawan dan masyarakat
umum untuk senantiasa menjaga dan melestarikan kebudayaannya yang sesuai
dengan ajaran agama Islam. terkhusus bagi pemerintah setempat agar memberikan
perhatiannya pada aspek-aspek tertentu demi perkembangan budaya masyarakat
sebagai kearifan lokal.
E. Kajian Pustaka
Bagian ini penulis tidak menemukan satu pun referensi yang berkaitan secara
khusus dengan penelitian yang dilakukan, dengan demikian penulis hanya bisa
mencantumkan literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,
karena penelitian ini merupakan karya pertama yang membahas seputar tradisi doa
dana pada masyarakat Lanta Barat.
Kajian pustaka merupakan usaha untuk menemukan tulisan atau tahap
pengumpulan literatur-literatur yang berkaitan atau relevan dengan objek atau
permasalahan yang akan di teliti. Kajian pustaka ini bertujuan untuk memastikan
bahwa permasalahan yang akan diteliti dan dibahas belum ada yang meneliti dan
15
ataupun ada namun berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti
selanjutnya.
Pembahasan skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa literatur yang
berkaitan sebagai bahan acuan. Adapun literatur yang diangga relevan dengan obyek
penelitian ini diantaranya;
Rahmat Subagya dalam bukunya, Kepercayaan, Kebatinan, Kejiwaan dan
Agama, mengemukakan kepercayaan masyarakat terhadap suatu yang di anggap
keramat dan memiliki kekuatan gaib merupakan pola budaya primitiv dan tradisional
yang mewarnai sebagai masyarakat dewasa ini.17
Pengantar Antropologi karangan Koentjaraningrat, Jakarta: Penerbit
Universitas, 1965, membahas tentang manusia sebagai pelaku dan pencipta
kebudayaan.18
Membahas tentang hubungan atau interaksi sosial manusia atau
masyarakat Jakarta: Yayasan Obor, 2005.19
Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan karangan Irwan Abdullah. Cet l;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, membahas tentang perilaku individu-individu dan
masyarakat dalam kebudayaan dan lingkungannya.20
Ma’mun Rauf dalam bukunya Akidah dan Aliran Kepercayaan, membahas
mengenai akidah islam yang berpangkat dalam keyakinan “tauhid” yakni tentang
17
Rahmat subagya, kepercayaan, kebatinan, kerohanian, kejiwaan dan agama, (Yogyakarta:
konisus, 2002), h.56. 18
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakarta: Penerbit Universitas, 1965), h. 56.
19Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Ed. l; Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 76.
20Irwan Abdullah. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, (Cet l; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), h. 55.
16
keyakinan wujud Allah, Tuhan yang Maha Esa, tidak ada yang mengutukan-Nya.
Akidah menentukan jalan kita, menurut Syeh Mahmud Syaltut mantan rektor
universitas al-azhar mengibarkan akidah sebagai: akidah laksana pondasi bagi
bagunan bertingkat tinggi sehingga merupakan akses teoritis mengutamakan iman
kepada-Nya, sebelum segala sesuatu dengan keimanan yang tidak mengandung
keraguan dan tidak dipengaruhi syubhat.21
Antropologi Kontenporer Suatu Pengantar Kritis mengenai Paradigma.
Karangan Fedyani Saifuddin Anhmad. Edisi 1. Cet. II; Jakarta: Kencana, 2006,
membahas tentang memahami cara hidup manusia dalam pola-pola tindakan dan
kelakuan sebagai objek penting penelitian.22
Beberapa literatur yang menjadi bahan acuan dalam penelitian ini, dari hasil
penelusuran sumber yang dilakukan sehingga peneliti sangat tertarik untuk mengkaji
dan meneliti tradisi doa dana, dikarenakan banyak terdapat permasalahan-
permasalahan akidah yang muncul sehingga penulis ingin mengkaji lebih dalam
apakah ini bertentangan dengan akidah Islam ataukah tidak sama sekali. Penulis ingin
memberikan sebuat penjelasan secara ilmiah bagaimana pandangan akidah Islam
tentang tradisi doa dana supaya penulis dan pembaca bisa mengetahuinya lebih jauh.
21
A.Ma’mun Rauf, aqidah dan aliran kepercayaan, (Ujung Pandang: LSI-UMI,1993), h. 46. 22
Fedyani Saifuddin Ahmad, Antropologi Kontenporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai
Paradigma, (Edisi 1. Cet. II; Jakarta: Kencana, 2006), h. 75.
17
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Selayang Pandang Desa Lanta Barat
1. Petah wilayah Lanta Barat kec. Lambu Kab. Bima1
1pemerintah Desa Lanta Barat, Peta Desa Lanta Barat, h, 1.
18
Desa Lanta Barat merupakan salah satu dari desa yang berada di bagian barat pusat
kota Kecamatan Lambu Kabupaten Bima Propinsi Nusa Tenggar Barat, dengan luas wilayah
807,50 Ha dengan jumlah penduduk 2.323 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 1.148 orang,
sedangkan perempuan berjumlah 1.175 orang dan memiliki 511 KK.
Batas wilayah desa Lanta Barat.2
Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
Sebelah Utara Melayu Lambu
Sebelah Selatan Rato Lambu
Sebelah Timur Lanta Lambu
Sebelah Barat Simpasai Lambu
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat Desa Lanta Barat pada
umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani yang lebih terarah pada bidang
pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, penghasil air lontar dan lain sebagainya.
2. Gambar Umum Demograsi
Desa Lanta Barat memiliki jumlah penduduk 2.323 jiwa yang terdiri dari 1.148 laki-
laki dan 1.175 perempuan yang tergabung kedalam 511 KK. Angka kemiskinan di Desa
Lanta Barat dan yang pindah ketempat lain dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 belum
ada data yang didapat dari kantor Desa Lanta Barat.
Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan Desa Lanta Barat3
2Pemerintah Desa Lanta Barat, Potensi Desa Lanta Barat, h, 2.
3Pemerintah Desa Lanta Barat, Data perkembangan Desa Lanta Barat, h, 46.
Jumlah
Tahun
2015 2016
Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Jumlah penduduk 1.102 orang 1.128 orang 1.148 orang 1.175 orang
19
a. Struktur Penduduk
Jumlah penduduk Desa Lanta Barat pada tahun 2015 laki-laki sebanyak 1.102 orang,
perempuan sebanyak 1.128 orang dan pada tahun 2016 bertambah jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 1.148 orang dan perempuan sebanyak 1.175 orang. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki
b. Agama dan Budaya
Penduduk Desa Lanta Barat mayoritas beragama Islam, hidup dalam suasana tolong
menolong sudah menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari di Desa Lanta Barat. Nilai-nilai
solidaritas sosial dan kebersamaan masyarakat seperti saling membantu, gotong royong untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Selain itu, saling mengunjungi dalam rangka memupuk tali
silaturahim, dan saling menghormati antara satu sama lain. Keyakinan terhadap adat istiadat
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Desa Lanta Barat sangat dihormati dan
dilaksanakan sejalan dengan nilai-nilai agama.
Jumlah penduduk menurut agama4
Agama
Tahun
2015 2016
Laki-laki Perempuan Laki –Laki Perempuan
Islam 1.102
Orang
1.128 Orang 1.148 Orang 1.175 Orang
Kristen -orang -orang -orang -orang
Katholik - orang -orang - orang -orang
Hindu - orang -orang - orang -orang
Budha - orang - orang - orang - orang
Khonghucu - orang - orang - orang - orang
Aliran Kepercayaan
lainnya - orang - orang - orang - orang
Jumlah 1.102 Org 1.128 Org 1.148 orang 1.175 orang
4Pemerintah Desa Lanta Barat, Data potensi Desa Lanta Barat, h, 22.
20
Struktur Perekonomian Desa Tahun 2015 – 2016.5
A.1. PERTANIAN Tahun
2015 2016
1. Jumlah rumah tangga petani 396 Keluarga 374 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga petani 1.834 orang 1.922
orang
3. Jumlah rumah tangga buruh tani 103 Keluarga 137 Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh petani 396 orang 401 orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari sektor
pertanian untuk setiap rumah tangga pertanian
Rp.10.803.203 Rp 13.045.295.
A.2. PERKEBUNAN
Tahun
2015
2016
1. Jumlah total anggota rumah tangga
perkebunan
58 keluarga
62 Keluarga
2. Jumlah rumah tangga buruh
perkebunan
174 orang
186 orang
3. Jumlah anggota rumah tangga
buruh perkebunan
- keluarga
- Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga
buruh perkebunan
- Orang
- Orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari
sektor per -kebunan untuk setiap
rumah tangga perkebunan.
Rp 1.305.387
Rp. 1.380.846
5Pemerintah Desa Lanta Barat, Data Perkembangan Desa Lanta Barat, h. 56-58.
21
A.3. PETERNAKAN
Tahun
2015 2016
1. Jumlah rumah tangga peternakan
145 Keluarga
148 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga peternakan
290 orang
296 orang
3. Jumlah rumah tangga buruh peternakan
- Keluarga
- Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh peternakan
- orang
- orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari sektor peternakan
untuk setiap rumah tangga peternakan
Rp 507.947
Rp. 609.495
A.4. KERAJINAN Tahun
2015 2016
1. Jumlah rumah tangga pengrajin
5 Keluarga
5 Keluarga
2. Jumlah total anggota rumah tangga pengrajin
13 orang
17 orang
3. Jumlah rumah tangga buruh pengrajin
- Keluarga
- Keluarga
4. Jumlah anggota rumah tangga buruh pengrajin
- orang
- orang
5. Jumlah pendapatan perkapita dari sektor pengrajin untuk
setiap rumah tangga pengrajin
Rp1.538.461
Rp. 1.647.058
22
B. Tinjauan Umum Tentang Tradisi Dan Budaya
1. Pengertian Tradisi
Tradisi adalah suatu informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi
baik secara lisan maupun tertulis, karena tampa adanya suatu tradisi maka segala
sesuata yang dilakukan manusia akan punah.
Tradisi adalah adat istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih
dijalankan dalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dalam
masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi
oleh masyarakat. Tradisi dalam bahasa Arab A‟datun; sesuatau yang terulang-
ulang atau isti‟adah; adat atau istiadat yang berarti sesuatu yang terulang-ulang
dan diharapkan akan terulang lagi.6
Adat atau kebiasaan adalah tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, olahraga dan sebagainya. Perbuatan
yang telah menjadi adat-kebiasaan, tidak cukup hanya diulang-ulang saja, tetapi
harus disertai kesukaan dan kecenderungan hati terhadapnya.7
Tradisi atau adat istiadat bukan suatu kebiasaan yang tidak dapat diganggu
gugat, karena dipandang sebagai bagian yang utuh dari yang sakral. Sebaliknya
tradisi sebagaimana pemikiran yang melandasi bagian-bagiannya, senantiasa
berkembang dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman dan kreativitas
kaum yang menjadi pendukung tradisi tersebut.
6Zuhairi Misrawi, Menggugat Tradisi Pergulatan Pemikiran Anak Muda NU Dalam
Nurhalis Madjid Kata Pengantar, h. 151. 7Indo Santalia, Akhlak Tasawuf (Makassar: Alauddi University Press, 2011),h. 30-31.
23
2. Pengertian Budaya
Kebudayaan (cultuur) dalam bahasa belanda dan (culture) dalam bahasa
inggris, berasal dari perkataan latin “colere” yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari
segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam.
Dalam bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sansekreta
“buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti buddhi atau akal.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, dan kebudayaan
adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.8
Budaya atau kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia dengan
budhinya berupa segenap sumber jiwa, yakni cipta, rasa dan karsa. Adapun kultur
berasal dari kata latin colere, yang dapat berarti mengolah tanah, menggarapa
sesuatu, menanam, memelihara, menghuni, menghormati, menyucikan.9
Istilah budaya menurut Koentjaraningrat kata tersebut berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk plural (jamak) dari buddhi
yang berarti budi atau akal, sehingga kebudayaan dapat diartikan dengan hal-hal
yang bersangkutan dengan budi dan akal.10
Antropolog Sir Edward B. Taylor dari Inggris sebagaimana dikemukakan
oleh Hans J. Daeng, mendefenisikan budaya sebagai the complex whole of ideas
and things produced by men in their historical experience (keseluruhan ide dan
8Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h.18.
9Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar , h.27.
10Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Cet. XXIII. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka, 2008), h. 9.
24
barang yang dihasilkan oleh manusia dalam pengalaman sejarahnya). Selanjutnya,
Antropolog Ruth Benedict menyebut bahwa budaya adalah 'as pattern of thinking
and doing that runs through activities of people and distinguished them from all
other peoples (pola pikir dan tindakan orang yang tercermin melalui aktifitasnya
dan yang membedakannya dari orang lain).11
Definisi budaya yang dikemukakan
tersebut di atas menggambarkan suatu jalinan dan cakupan kebudayaan yang
sangat luas dan kompleks sebagaimana yang telah disinggung bahwa budaya
berarti adat istiadat, tabiat asli, atau kebiasaan suatu masyarakat.12
Ruang-ruang kebudayaan adalah tempat mengacu nilai untuk hidup sehari-
hari, kebudayaan adalah potensi yang ada di setiap orang mulai dari kemampuan
kognitif yaitu potensi untuk merangkum pengetahuan tentang realitas secara akal
budi.13
Ruang lingkup konsepsi kebudayaan sangat bervariasi, dan setiap
pembatasan arti yang diberikan akan sangat dipengaruhi oleh dasar pemikiran
tentang azas-azas pembentukan masyarakat dan kebudayaan. Manusia dan
kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu pendukung
kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia
akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunanya,
demikian seterusnya.14
11
Hans J. Daeng, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropologi
(Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 48. 12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 168. 13
Mudji Sutrisno, Ranah-Ranah Kebudayaan (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2009), h.
43. 14
Hari Purwanto, kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 50-51.
25
Kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan sistem nilai tertentu yang
dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung kebudayaan tersebut.
Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan bertingkah laku maka
kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu masyarakat. Tradisi adalah
sesuatu yang sulit berubah, karena sudah menyatu dalam kehidupan masyarakat
pendukungnya. Bahkan menurut Prof. Dr. Kasmiran Wuryo, tradisi masyarakat
merupakan bentuk norma yang terbentuk dari bawah, sehingga sulit untuk
diketahui sumber asalnya. Oleh karena itu, tampaknya tradisi sudah terbentuk
sebagai norma yang dibakukan dalam kehidupan masyarakat.15
Agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya
terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai
ketaatan kepada Tuhan, kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya
manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata
lain, agama memerlukan kebudayaan tetapi keduanya perlu dibedakan. Agama
adalah suatu yang final, universal, abadi dan tidak mengenal perubahan (absolut)
sedangkan kebudayaan bersifat pratikular, relatif dan temporer16
C. Akidah Islam
1. Pengertian akidah
Secara etimologis, akidah berasal dari bahasa Arab kata „aqada-ya‟qidu,
aqdan-„aqidata. „Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah
terbentuk menjadi akidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata „aqdan dan
15
Jalaluddin. Psikologi Agama. (Cet. 13 Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 223-224. 16
St. Maryam R. Salahuddin. Dkk, Aksara Bima Peradaban Lokal yang Sempat Hilang, (mataram: Alam Tara Institute, 2013), h. 100.
26
aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian.17
Akidah adalah kepercayaan yang tersimpul di hati. Aqaid adalah jama‟
dari aqidah. I‟tiqad berarti kepercayaan (keimanana) yang tersimpul dalam
hati.18
Akidah ialah suatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya. Akidah
muslim atau akidah mukmin ialah suatu agama yang dianut oleh orang muslim
atau orang mukmin dengan perantaraan dalil-dalil yang yakin (al-Quran dan as-
Sunnah).19
Pengertian akidah secara istilah, dapat dilihat dari beberapa pandangan
tokoh berikut ini. Menutut Hasab Al-Banna, akidah adalah beberapa perkara yang
wajib diyakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi
keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. Menurut Abu
Bakar Al-Jazairi, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara
mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan, fitrah. Kebenaran itu
dipatrikan dalam hati dan menolak segala seuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu Dan menurut Yusuf Al-Qardhawi, akidah Islam bersifat syumuliyah
(sempurna) karena mampu menginterpretasikan semua masalah besar dalam
wujud ini, tidak pernah membagi manusia di antara dua Tuhan (Tuhan kebaikan
dan Tuhan kejahatan), bersandar pada akal, hati dan kelengkapan manusia
lainya.20
17
Yunahar Ilyas, Lc, MA, Kuliah Aqidah Islam (Cet. VIII; Yogyakarta: LPPI, 2004), h. 1. 18
Nurnaningsih, Aqidah Islam: Pilar Utama Manusia Beramal Ikhlas (Makassar: Alauddi
University Press, 2011), h. 9. 19
Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah & Syari‟ah (Jakarta: Srigunting, 1990), h. 19. 20
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 86.
27
Akidah pokok yang perlu dipercayai oleh tiap-tiap muslimin, yang
termasuk unsur pertama dari unsur-unsur keimanan ialah mempercayai:
a. Wujud (Ada) Allah dan wahdaniat (keesaan-Nya). Sendiri dalam menciptakan,
mengatur dan mengurus segala sesuatu. Tiada bersekutu dengan siapapun tentang
kekuasaan dan kemuliaan. Tiada yang menyerupain-Nya tentang Zat dan sifat-
Nya. Hanya Dia saja yang berhak disembah, dipuja dan dimuliakan secara
istimewa. Kepada-Nya saja boleh menghadapkan permintaan dan menundukkan
diri. Tidak ada pencipta dan pengatur selain dari Pada-Nya. Dalam firman Allah
(QS. al-Ikhlas/112:1-4).
Terjemahnya:
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."21
Tujuan utama kehadiran al-Qur‟an adalah memperkenalkan Allah dengan
mengajak manusia untuk mengesankan-Nya serta patuh kepada-Nya. Surah ini
memperkenalkan Allah dengan memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk
menyampaikan sekaligus menjawab pertanyaan sementara orang tentang Tuhan
yang beliau sembah. Ayat di atas menyatakan: Katakanlah wahai Nabi
Muhammad kepada yang bertanya kepadamu bahkan kepada siapa pun bahwa Dia
21
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnyanya, h. 604.
28
yang wajib wujud-Nya dan yang berhak disembah adalah Allah Tuhan Yang
Maha Esa.22
b. Bahwa Tuhan memilih diantara hamba-Nya, yang dipandangnya layak untuk
memikul risalat-Nya (perutusan-Nya). Kepada Rasul-Rasul itu disampaikan
wahyu dengan perantara malaikat. Mereka berkewajiban menyeru manusia kepada
keimanan dan mengajak mengerjakan amal saleh (perbuatan baik). Karena itu,
wajiblah beriman kepada segenap Rasul-Rasul yan disebutkan dalam al-Qur‟an.
Sejak Nabi Nuh sampai kepada NabiMuhammad swt.
c. Adanya malaikat yang membawa wahyu dari Allah kepada Rasul-Rasulnya. Juga
mempercayai kitab-kitab suci yang merupakan kumpulan wahyu ilahi dan isi
Risalat Tuhan.
d. Selanjutnya mempercayai apa yang terkandung dalam rislat itu, diantaranya iman
dengan hari berbangkit dan pembalasan (kampong akhirat). Juga iman kepada
pokok-pokok syari‟at dan peraturan-peraturan yang telah dipilih Tuhan sesuai
dengan keperluan hidup manusia dan selaras dengan kesanggupan mereka.
Sehingga tergambarlah dengan nyata keadilan, rahmat, kebesaran, dan hikmah
kebijaksanaan Ilahi.23
2. Pengertian Islam
Secara generik kata Islam berasal dari bahasa Arab terambil dari kata
“salima‟‟ yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk kata “aslama” yang
berarti “menyerah, tunduk, patuh, dan taat”. Kata “aslama” menjadi pokok kata
Islam, mengandung segala arti yang terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu
22
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 15, (Jakarta: lengtera hati,2002), h. 607. 23
Syekh Mahmud Syaltut, Aqidah dan Syari‟ah Islam(Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara,
1884), h. 3-4.
29
orang yang melakukan “aslama” atau masuk Islam dinamakan muslim.24
Sentuhan Islami mewarnai dalam berbagai ritual dan tradisi yang dilaksanakan
oleh masyarakat Indonesia, sebagai bukti keberhasilan dakwah Islam yang
berwajah rahmatan lil‟alamin. Namun terlepas dari kontroversi tersebut, realitas
menunjukan bahwa ritual dan tradisi tersebut menyebar ke pelosok nusantara yang
kemudian bermukim di berbagai pulau Nusantara, dan kemudian dilakukan oleh
kalangan muslim tradisional.25
Islam adalah agama samawi yang diturunkah oleh Allah swt. Melalui
utusanya, yakni Muhammad saw. Ajaran agama Islam terdapat dalam kitab suci
al-Qur‟an dan as-Sunnah dalam bentuk perintah, larangan, dan petunjuk, untuk
kebaikan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Intisari Islam terkandung
dalam kata Islam yang berasal dari kata aslama, yuslimu, Islaman, yang memiliki
beberapa arti sebagai berikut:
a. Melepaskan diri dari segala penyakit lahir dan batin
b. Berserah diri, menundukkan diri atau taat sepenuh hati, dan
c. Masuk ke dalam salam, yakni selamat sejahtera, damai, hubungan yang harmonis,
atau keadaan tampa noda dan cela.26
Secara garis besar berbicara tentang akidah Islam tidak terlepas dari rukun
iman dan rukun Islam. Yakni kepercayaan kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kita suci-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, qada dan qadar, serta seluruh isi
al-Qur‟an dan al-Hadis yang merupakan pedoman. Dalam agama Islam adalah
24
Didiek Ahmad Supadie dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam (Cet. I;,Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 71. 25
Muhamad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa (Cet. I; Yogyakarta: Narasi,2010),
h. 25. 26
Abdul Karim, Islam Nusantara, (cet. I; Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007), h. 26.
30
pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenaranya oleh setiap muslim
berdasarkan dalil naqli dan aqli (nash dan akal).27
Hal tersebut berdasarkan dari
hadis Rasulullah saw, sebagai berikut yang artinya:
Dari Umar ra. Berkata: Rasulullah saw. Bersabda: iman ialah beriman
kepada Allah, dan para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir, dan hendaklah engkau beriman akan qada‟ dan qadar-Nya (ketentuan baik
dan buruk), (HR. Muslim).28
Sesuai dengan hadis di atas dapat dipahami bahwa dalam agama Islam
pokok utama yang perlu dilakukan adalah kita harus mengenal Allah. Yakni kita
wajib percaya bahwasanya dialah Tuhan yang sesungguhnya, tidak ada Tuhan lain
yang patut disembah kecuali dia. Tiada sesuatupun yang setara dengan-Nya.
Islam adalah agama yang diambil dari hakikat atau substansi ajaran yang
terkandung didalamnya. Nama Islam sudah ada sejak sejak awal kelahiranya,
Allah sendiri yang menberikan nama risalah yang dibawah oleh Nabi Muhammad
saw. Tersebut. Seperti dalam firman Allah (QS. Ali-Imran/3:19).
Terjemahnya:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
27
A. Zainuddin dan M. Jamhari, Aqidan dan Ibadah, (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia,
1999), h. 49. 28
Al-Marhum Ash Shayyid Ahmad hasyimy Bik, Mukhtarul al-Hadis An-nabawiyyah,
(Bungkul Indah, [t.th.]), h. 60.
31
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.29
Ayat ini, menurut Ibn Katsir, mengandung pesan dari Allah bahwa tiada
agama di sisi-Nya dan yang diterima-Nya dari seorang pun kecuali Islam, yaitu
mengituti rasul-rasul yang di utus-Nya setiap saat hingga berakhir dengan Nabi
Muhammad saw.30
3. Pengertian Akidah Islam
Menurut bahasa, aqidah berasal dari bahasa Arab: aqada-yaqidu-uqdatan-
wa ‟aqidatan. Artinya ikatan atau perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi
tempat bagi hati dan hati nurani terikat kepadaya.31
Akidah Islam adalah kepercayaan yang mantap kepada Allah, para
malaekat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, qadar yang baik
dan yang buruk, serta seluruh muatan al-Qur;an al-Karim dan as-Sunnah ash-
Shahiha berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya, serta
apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih (ijma‟) dan kepasrahan
total kepada Allah Ta‟ala dalam hal keputusan hukum, perintah, takdir, maupun
Syara‟, serta ketundukan kepada Rasulullah saw. dengan cara mematuhi,
menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya. Dengan kata lain, akidah
Islam adalah pokok kepercayaan yang harus di yakini kebenarannya oleh setiap
muslim berdasarkan dalil naqli dan aqli (nash dan akal).32
29
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnyanya, h. 52. 30
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 2, (Jakarta: lengtera hati,2002), h. 48. 31
Rosihon Anwar, Akidah Ahlak (Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 13. 32
Rosihon Anwar, Akidah Ahlak (Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 14.
32
Dasar dari akidah Islam ini adalah al-Qur‟an dan al-Hadis. Di dalam al-
Qur‟an terdapat banyak ayat yang menjelaskan pokok akdah, yang dalam al-
Qur‟an, akidah ini identik dengan keimanan, karena keimanan merupakan pokok-
pokok dari aqidah Islam.33
Ayat-ayat al-Qur‟an yang memuat kandungan aqidah Islam, yaitu (QS. al-
Baqarah/2:285).
Terjemahnya:
“Rasul telah beriman kepada al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-
Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah
Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."34
Dalam sebuah Hadis riwaya Muslim yang artinya,
Terjemahnya:
“Hendaklah engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan hendaklah kau beriman kepada
qadar ketentuan baik dan buruk”.(H.Riwayat Muslim).
33
Rosihon Anwar, Akidah Ahlak (Cet. 1; Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 14. 34
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 68.
33
4. Tujuan Akidah Islam
a) Memupuk dan mengembangkan potensi-potensi ketuhanan yang ada sejak lahir
Hal ini karena manusia sejak di alam roh sudah mempunyai fitrah
ketuhanan, sebagai firman Allah (QS al-Araf/7:172-173).
Terjemahnya:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)". Atau agar kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah mempersekutukan Tuhan
sejak dahulu, sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang)
sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami karena
perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"35
Kalau ada orang yang mengingkari wujud dan keesaan Allah,
pengingkaran tersebut bersifat sementara. Dalam arti bahwa pada akhirnya
sebelum ruhnya berpisah dengan jasadnya ia akan mengakui-nya. Memang,
kebutuhan manusia dan pemenuhan bertingkat-tingkat, ada yang harus di penuhi
segera, seperti kebutuhan pada udara, ada yang dapat ditangguhkan beberapa saat,
35
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 173.
34
seperti kebutuhan minuman, makanan, dan seks. Kebutuhan yang paling lama
dapat ditangguhkan adalah kebutuhan tentang keyakinan akan wujud dan keesaan
Allah.36
Maksud dari ayat tersebut agar orang-orang musyrik itu jangan
mengatakan bahwa bapak-bapak mereka dahulu telah mempersekutukan Tuhan,
sedang mereka tidak tahu menahu bahwa mempersekutukan Tuhan itu salah, tak
ada lagi jalan bagi mereka, hanyalah meniru orang-orang tua mereka yang
mempersekutukan Tuhan itu. Karena itu mereka menganggap bahwa mereka tidak
patut disiksa karena kesalahan orang-orang tua mereka itu.
b) Menjaga manusia dari kemusyrikan
Kemungkinan manusia untuk terperosok dalam kemusyrikan terbuka lebar,
baik secara terang-terangan (syirik jaly), yakni berupa perbuatan atau ucapan
maupun kemusyrikan yang bersifat sembunyi-sembunyi (syirik khafi) yang berada
dalam hati. Untuk mencegah manusia dari kemusyrikan tersebut, diperlukan
tuntutan yang jelas tentang kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.37
c) Menghindari dari pengaruh akal yang menyesatkan
Walaupum manusia diberi oleh Allah kelebihan berupa akal pikiran,
manusia sering tersesat oleh akal pikirannya, sehingga akal pikiran manusia perlu
di bombing oleh aqidah Islam.38
36
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 4, (Jakarta: lentera hati,2002), h. 172. 37
Rosihon Anwar, Akidah Ahlak, h. 15-16. 38
Rosihon Anwar, Akidah Ahlak, h. 15-16.
35
Akidah Islam adalah wahyu yang tidak bisa dimasuki oleh kebatilan dari
arah manupun datangnya. Sebab, kebenaran itu tidak mungkin rancu, paradoks
maupun kabur, melainkan serupa satu sama lain dan saling menguatkan. Allah
Ta‟ala berfirman dalam (QS. an-Nisa/4:82).
Terjemahnya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al
Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan
yang banyak di dalamnya”.39
Ayat ini dipahami bahwa al-Quran adalah kitab yang dapat di mengerti
dengan baik oleh mereka yang mempelajari dan memperhatikannya, dan bahwa
ayat-ayat al-Quran saling tafsir menafsirkan dan dukung mendukung, tidak ada
satupun ayat yang perlu direvisi, disempurnahkan, apalagi dibatalkan, dan dengan
demikian ajaran-ajarannya bersifat langgeng dan abadi.40
39
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h. 91. 40
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 2, (Jakarta: lentera hati,2002), h. 505.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan tentang akidah masyarakat di
Desa Lanta Barat terkait tradisi doa dana yang merupakan salah satu tradisi yang
masih dilakukan sampai saat ini oleh masyarakat di Desa Lanta Barat. Untuk
mengetahui permasalahan tersebut, penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan dan mendeskripsikan suatu fenomena di tengah lingkungan
sosial.1
Lokasi penelitian secara umum bertempat di Desa Lanta Barat kecamatan
Lambu Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat.
B. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Pendekatan fenomenologis
Fenomenologi yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mengungkap dan
memahami keadaan masyarakat dengan melihat gejala-gejala atau kejadian yang
nampak di masyarakat Lanta Barat kec. Lambu kab. Bima, dengan berusaha
mengetahui perilaku masyarakat dalam tata hidupnya dalam tradisi doa dana.
1Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Cet. III; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009), h. 47.
37
2. Pendekatan Teologis
Banyak penulisan yang memandang bahwa teologi bertalian erat dengan
agama dan mendefinisikan sebagai uraian yang bersifat tentang agama.
Kepercayaan tentang Tuhan dengan segala segi-seginya, yang berarti termasuk
didalamnya soal-soal wujud-Nya, keesaan-Nya, sifat-sifat-Nya, pertalian dengan
alam semesta, yang berarti termasuk didalamnya, persoalan terjadinya alam,
keadilan dan kebijak sanaan Tuhan qadha dan qadar.2
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Adapun
metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Wawancara
Yaitu penulis mengadakan wawancara dengan informan yang dianggap
berkompoten dan mampu memberikan keterangan terhadap penelitian yang
dilakukan. Wawancara bermakna berhadapan langsung antara interview dengan
informan yang dilakukan secara lisan dan tertulis dengan menggunakan rekaman
dengan catatan yang bersifat deskriptif situsional.
Informan dalam penelitian ini adalah Tokoh adat, tokoh agama, pemuda
dan masyarakat pelaku yang dipilih secara purposive (secara sengaja orang-orang
yang akan di wawancarai).
2A.Hanafi, penganntar teologi islam, (Jakarta: pustaka Al-husna, 2002), h. 11-12.
38
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan peneliti sebagai sumber data yang dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Digunakan
tehnik kajian isi yaitu tehnik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan
melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dilakukan secara objektif dan
sistematis.
D. Sumber Data
1. Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber
yang diamati dan di catat untuk pertama kalinya. Dalam penelitian ini, sumber
data primer adalah langsung dari lokasi penelitian yaitu tokoh-tokoh adat di
Desa Lanta Barat serta masyarakat yang ikut serta dalam pelaksanaan tradisi
doa dana sekaligus sebagai objek penelitian ini.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui telaah kepustakaan.3
E. Teknis Pengolahan Data dan Analisis Data
Teknik analisis data untuk menganalisis data yang terkumpul nanti agar
memperoleh kesimpulan yang valid maka akan digunakan teknik pengolahan dan
analisis data dengan metode kualitatif. Adapun teknis dan interpretasi data yang
akan digunakan yaitu sebagai berikut:
1. Seleksi data, yaitu data yang diperoleh penulis dari tempat penelitian secara
langsung dan dirinci secara sistematis setiap selesai pengumpulan data, lalu
laporan-laporan atau data-data tersebut direduksi yaitu dengan memilih,
3Bagon Suyanto, dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekata
(Cet; 1, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2005), h. 55.
39
menyederhanakan dan mengabstraksikan hal-hal pokok yang sesuai dengan
titik fokus penelitian dari berbagai sumber data misalnya dari catatan di
lapangan, arsip atau data-data dan sebagainya.
2. Penyajian data, yaitu menyusun data kemudian penulis menyajikan data yang
telah direduksi dengan baik agar lebih mudah dipahami untuk dipaparkan
sebagai hasil penelitian. Penyajian biasa berupa matrik, gambar, skema,
jaringan kerja, tabel dan lain-lain.
3. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam hal ini penulis memberikan kesimpulan
dan memverifikasi hasil dari penelitian.
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Makna Tradisi Doa dana
Zaman dahulu masyarakat Bima telah melakukan semacam ritual dalam
rangka menyembuhkan, bilamana terdapat orang atau sanak famili yang sakit
mereka akan melakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan ritual oro paki
supu aka oi (membuang penyakit pada air yang mengalir)1. hampir sama juga
dengan tradisi doa dana yang memberikan kesan untuk menghilangkan supu ro
lalehe (sakit dan huru hara) dalam masyarakat.
Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut tentang makna tradisi doa dana
pada masyarakat di Desa Lanta Barat Kecamatan Lambu Kabupaten Bima, ada
baiknya bila penulis mengemukakan makna berdasarkan dari istilah tersebut,
“doa” dalam bahasa Indonesia berarti doa, meminta kebaikan.”dana” dalam
bahasa Indonesia mengandung arti Tanah, yang bermakna Tanah yang
memberikan kehidupan bagi seluruh mahluk.
Tokoh adat Desa Lanta Barat berpendapat bahwa doa dana yang berarti
Dou labo Dana yang artinya “manusia dan tanah” tidak mungkin ada manusia
kalau tidak ada tanah buat tempat tinggal, manusia diciptakan dari tanah oleh
Allah yang Maha Esa dan akan kembali ke tanah2. Pendapat ini memberi arti
bahwa manusia berasal dari tanah, yang menghasilkan tumbuhan-tumbuhan
1St. Maryam R. Salahuddin. Dkk, Aksara Bima Peradaban Lokal yang Sempat Hilang,
(mataram: Alam Tara Institute, 2013), h. 110 2Fandi Ama Juwae, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, Tanggal, 18 Oktober
2017.
41
adalah tanah, tempat tinggal adalah tanah sehingga semua yang hidup bergantung
di tanah dan semua itu akan kembali ke tanah,
Sebagaimana dalam firman Allah dalam (QS Al-Mu'minun/32:12-14).
Terjemahnya:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami balut dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha suci Allah, Pencipta Yang PalingBaik.”
3
Setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan keberuntungan orang-orang
mukmin dengan anekah sifat mereka yang terpuji, kini ayat-ayat di atas
menjelaskan proses kejadian manusia. Uraian tentang proses tersebut yang
demikian mengagumkan membuktikan perlunya beriman dan tunduk kepada
Allah yang Maha Esa, serta keharusan mengikuti jejak orang-orang mukmin yang
disebut pada ayat-ayat kelompok pertama. Hal itulah yang dapat mengatar
manusia mencapai kesempurnaan hidup duniawi dan ukhrawi.4
Hal ini sejalan juga dengan bagaimana menurut pandangan ilmu
pengetahuan tentang asal kejadian manusia itu? Menurut ilmu biologi, manusia,
hewan, dan tumbuh-tumbuhan asal kejadian adalah dari tanah. Hal itu telah
3Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, h. 342.
4M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 9, (Jakarta: lengtera hati,2002), h. 164.
42
dibuktikan dengan menggunakan metode abu bekas bakaran dari makhluk hidup
tersebut. Hasil penelitian abu bekas bakaran tersebut diketahui bahwa unsur-unsur
asli yang terdapat dalam diri manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan sama
dengan unsur-unsur yang terdapat dalam tanah.
Menurut saya tradisi doa dana ini adalah berasal dari kebiasaan orang
Hindu yang di ubah oleh orang Islam tapi dengan cara orang Islam itu sendiri,
adanya doa dana di Desa Lanta barat ini karena adanya penyakit yang tidak bisa
disembuhkan oleh dokter dan kematian yang menular sehingga dilakukanlah
tradisi ini, tradisi ini dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali dan di mulai
dari sudut ke sudut untuk membentengi masyarakat dari berbagai penyakit yang
ada di Desa Lanta Barat.5
Pak jamaluddin sebagai kepala Desa Lanta Barat mengungkapkan
pengertian tradisi doa dana dalam bahasa Bima
“Tradisi doa dana ededu tradisi ra karawi ba dou matua-tua mauluna,
ededu ra batu bandai sampe saake dan wati loana moda dei rasa Lanta
Barat ake, akeke berdampak langsung labo dou saraana dei dana ra rasa
lanta barat ake”.
Artinya:
Tradisi doa dana adalah tradisi yang dilakukan secara turun temurun
sampai sekarang yang tidak pernah hilang di Desa Lanta Barat, oleh
karena tradisi ini berdampak langsung dengan masyarakat yang ada di
Desa Lanta Barat.6
Sebelum dilaksanakan tradisi ini masyarakat banyak yang merasakan
ketidaknyamanan dalam hidup yang disebut kolera (bera-bera dan di sertai
muntah-muntah), gonggongan anjing yang tidak biasanya dan ketika tradisi ini
5Marten, Tokoh Masyarakat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18 Oktober 2017.
6Jamaluddin, Kepala Desa Lanta Barat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18
Oktober 2017.
43
selesai dilaksanakan yang disebut kolera (bera-bera dan di sertai muntah-muntah)
dan gongongan anjing tadi akan hilang.7
Tradisi doa dana ini memiliki nilai historis dan membawa berbagai
makna. Tradisi ini tetap dijaga dan dipelihara secara utuh oleh masyarakat, serta
dipercaya sebagai salah satu cara ampuh untuk menolak bala yang masuk di Desa
Lanta Barat Kec. Lambu Kab. Bima.
Kebiasaan orang Bima khususnya di Desa Lanta Barat adalah suatu
kewajiban untuk melaksanakan tradisi doa dana tersebut. Apabila tidak dilakukan
tradisi doa dana maka sesuatu yang tidak diiginkan akan terjadi, dengan
melakukan tradisi ini maka masyarakat yang berada di Desa Lanta Barat tersebut
terhindar dari mala petaka dan dijauhkan dari segala mara bahaya8
Ketika tradisi doa dana tidak dilakukan maka akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan seperti hasil panen berkurang, gongongan anjing tidak berhenti,
dan penyakit lainya akan mudah masuk di Desa Lanta Barat, oleh sebab itu kami
senantiasa melakukan tradisi doa dana ini dalam rangka untuk kesejahteraan
masyarakat yang berada di Desa Lanta Barat.9
Kami mempercayai bahwa ketika tidak dilaksanakan tradisi doa dana ini,
kami merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidup oleh karena kehidupan yang
kami peroleh sekarang adalah jerih payah nenek moyang kami yang terdahulu,
upaya yang dilakukan sebagai tanda bersukur atas pengorbanan yang diberikan
7Jamaluddin, Kepala Desa Lanta Barat, Wawancara,di Desa Lanta Barat, tanggal 18
Oktober 2017. 8Yasin bin Bani, Tokoh Agama, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 20 Oktobet
2017. 9Fandi Ama Juwae, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, Tanggal 18 Oktober
2017.
44
oleh nenek moyang terhadap tanah kelahiran ini dan supaya bisa menjauhkan atau
terhindar dari segala mara bahaya yang tidak diinginkan dalam kehidupan sehari-
hari10
Ketika tradisi doa dana tidak dilaksanakan oleh masyarakat di Desa Lanta
Barat, penyakit-penyakit yang masuk tadi tidak akan hilang malahan bertambah
banyak, sehingga dilakukanlah tradisi ini untuk mengantisipasi penyakit yang
datang, dan tujuan diadakan tradisi ini untuk menolak bala sehingga penyakit
yang sudah ada diharapkan hilang di Desa tersebut, dan diharapkan tidak akan
kembali lagi.11
Bagi masyarakat yang mempercayai dan melaksanakan tradisi doa dana
adalah suatu acara yang sangat sakral dan memberi dampak yang sangat besar
bagi semua masyarakat di Desa Lanta Barat, Dengan demikian, tradisi doa dana
ini bertujuan untuk memohon pada Allah Swt supaya diberikan kesehatan,
kebaikan dan mengusir bala di Desa Lanta Barat dan ritual tersebut sebagai jalan
untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Siapa saja yang menjadikan sesuatu sebagai pelindung, pembela,
penyelamatnya, menganggapnya benar-benar mampu memenuhi kebutuhannya,
mengabulkan permintaanya dan melimpahkan manfaat atasnya, semua itu dengan
cara-cara berada di luar lingkup hukum-hukum alamiah, maka penyebab adanya
10Marten s.pd, Tokoh Pemuda, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18 Oktober
2017. 11
Muhammad Don, Tokoh Masyarakat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18
Oktober 2017.
45
I,tiqad seperti itu ialah angapannya bahwa orang (atau sesuatu itu) itu memiliki
sejenis kekuasaan atas sistim alam semesta ini.12
Tradisi doa dana yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Lanta Barat
memang sudah ada sejak dulu, oleh karena mereka sangat menjujung tinggi orang
yang lebih tua sehingga pengorbanan yang dilakukan oleh orang- orang yang dulu
terhadap dana ra rasa (tanah atau kampung) memberikan kesukuran kepada orang
yang hidup sekarang, sehingga dengan jalan melakukan tradisi doa dana ini
sebagai tanda hormat dan menghormati para leluhur.
B. Prosesi Tradisi Doa dana
Salah satu bentuk kebudayaan daerah yang tetap dijaga kelestariannya oleh
setiap suku untuk melakukan adat istiadat atau kebiasaan secara turun temurun di
Desa Lanta Barat Kecamatan Lambu Kabupaten Bima, diantaranya adalah
melakukan tradisi doa dana tradisi ini dipercaya dan dilaksanakan oleh sebagian
masyarakat di Desa Lanta Barat.
Tradisi doa dana adalah tradisi yang sudah lama kami lakukan dan inilah
yang diajarkan oleh nenek moyang kami yang terdahulu, maka sebagai bukti
kepatuhan kami terhadap nenek moyang, kami senantiasa melakukannya setiap
tahun.13
Tradisi doa dana ini dalam perkembanganya mempunyai arti tersendiri
yang cukup penting, dianggap membawa berbagai keberkahan pada masyarakat
12
Syaikh Ja’far Subhani, Studi Kritis Faham Wahabi Jauhid dan Syiri, (Bandung: mizan,
1987), h. 120 13
M. Husen Papa Tima, Tokoh Masyarakat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 20
Oktober 2017.
46
di Desa Lanta Barat. Ia tetap dijaga dan dipelihara secara utuh, serta masih
dipercayai warisan kepercayaan dari nenek moyangnya.
Pak mustamin sebagai toko adat menyampaikan dalam bahasa Bima
tentang tradisi doa dana.
Tradisi doa dana ake wati loa dei nefa karena tradisi ake langsung dei
iuba masyarakat ma warancau dei dana Lanta Barat baik dei masalah
kesehatan labo masalah ngudara ntedi, tradisi ake rakarawi ba dou
maulu-uluna, ra karawi ba nami sebagai tanda hormat dei dou ma berjasa
aipu jaman mauluni.
Artinya:
Tradisi doa dana tidak bisa kami tinggalkan oleh karena tradisi ini
dirasakan langsung dalam kehidupan masyarakat baik dari segi kesehatan
maupun dari segi pertanian, dan tradisi ini dilakukan secara turun temurun
dari nenek moyang kami yang dulu dan ketika tidak dilaksanakan kami
merasa tidak menghormati orang yang berjasa di Desa kami.14
Tradisi doa dana dilakukan ketika ada sesuatu yang terjadi di kampung,
seperti gonggongan anjing yang berbeda yang gogongannya panjan sekali, supu
ro lalehe ( sakit dan huru hara), dan mimpi yang dimimpikan oleh kepala adat
bahwa ada roh-roh jahat yang mau masuk di kampung sehinga dilaksanakanlah
tradisi doa dana tersebut.15
Tradisi doa dana dilaksanakan satu kali setahun bisanya dilaksanakan
pada awal atau pertengahan tahun, yang dilakukan di setiap sudut-sudut kampung
di Desa Lanta Barat selama empat hari dan terakhir sebagai acara penutup yang
14
Mustamin, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 19 Oktober 2017. 15
Fandi Ama Juwae, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18 Oktober
2017.
47
merampungkan semua ritual yang ke empat yaitu dilakukan di mesjid besar Desa
Banta Barat16
,
Untuk melaksanakan tradisi doa dana. Perlu disiapkan bahan-bahan
sebagai berikut:
1. Dupa (kemenyan).
2. Karodo bura (terbuat dari beras putih yang dihaluskan dan dipadatkan menjadi
bulatan kecil)
3. Rongko upa tako ra woku kakui labo ra eko kai kafa bura (rokok empat batang
yang di gulung ke arah kiri dan dililitkan dengan benang putih).
4. Dolu jangga rasa (telur ayam kampung).
5. Bonggi monca (beras yang di beri warna kuning).
6. Nahi (daun sirih).
7. Ua (buah pinang).
8. Avu (kapur sirih).
9. Tambaku (tembakau).
10. Niu dori (kelapa muda).
11. Janga rasa ma bura (ayam putih).17
Sesajen yang dipersiapkan ini dipersembahkan untuk arwah nenek
moyang, walaupun kami tidak melihat mereka makan minum dan merokok tapi
16
Fandi Ama Juwae, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18 Oktober
2017. 17
Fandi Ama Juwae, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18 Oktober
2017.
48
kami yakin mereka melakukannya, dan tujuan kami siapkan ini supaya mereka
senang dan tidak mengganggu kami yang ada di desa Lanta Barat.18
Adapun makna yang terkandung didalam bahan-bahan yang digunakan
dalam tradisi doa dana tersebut yaitu: Dupa (kemenyan) sebagai wangi-wangian
untuk para roh-roh leluhur atau nenek moyang supaya mereka bisa tahu bahwa
ada acara ritual yang di persembahkan untuk mereka dan mereka pun berkumpul
dan ikut andil. Karodo bura (yang terbuat dari beras putih yang digiling halus dan
dipadatkan menjadi bulatan-bulatan kecil), Dolu janga rasa (telur ayam
kampung), Bonggi monca (beras yang diberi warna kuning) dipesembahkan untuk
para leluhur sebagai makanan mereka dan Niu dori (kelapa muda). Sebagai air
minum para leluhur. Rongko upa tako ra wiku ka kui labo ra eko kai kafa bura
(rokok empat batang yang di lipat ke kiri dan dililitkan dengan benang putih).
Yang bermakna bahwa ini adalah suatu ke biasaan nenek moyang yang laki-laki
yang merokok selesai makan dan Nahi (daun sirih), Ua (buah pinang), Avu
(kapur sirih), Tambaku (tembakau), untuk pengganti rokok bagi kaum perempuan
yang tdk merokok dan Janga rasa (ayam kampung) ini disembeli di mesjid, darah
ayam kampung sebagai hujan bagi nenek moyang.19
Adapun makna secara simbolik atau simiotik yang terkandung di dalam
bahan-bahan yang digunakan dalam tradisi doa dana tersebut yaitu:
Dupa (kemenyan) adalah sebagai wangi-wangian dan untuk memanggil
roh nenek moyang sehingga memberikan keharuman dalam kehidupan
18
Muhammad Don, 44 thn, Wawancara pada tanggal, 19-10-2017. 19
Fandi Ama Juwae, 70 thn, Wawancara pada Tanggal, 18-10-2017.
49
bermasyarakat supaya kesejahteraan akan bisa di peroleh selesai ritual ini
dilaksanakan.
Karodo bura (terbuat dari beras putih yang dihaluskan dan dipadatkan
menjadi bulatan-bulatan kecil), ini bermakna bahwa beras yang berpisah antara
satu sama lain akan bersatu padu jika dihaluskan dan di beri air, begitu pula dalam
kehidupan kita bermasyarakat walaupun kita berbeda-beda tetapi kita disatukan
dalam tradisi doa dana ini, sehingga kita bisa hidup bersama dan tidak ada
perbedaan antara tua dengan yang muda, si kaya dan si miskin, tuan dan budak.
Rongko upa tako ra wiku ka kui labo ra eko kai kafa bura (rokok empat
batang yang di lipat ke kiri dan dililitkan dengan benang putih), ini bermakna
bahwa rokok bisa menyambungkan silaturahim dengan masyarakat di sekitarnya
dan sudah menjadi tradisi nenek moyang terdahulu. Empat adalah simbol yang
luar biasa, dunia mengenal empat musim, empat arah mata angin dan empat
elemen dasar (tanah, api, air udara).
Dolu jangga rasa (telur ayam kampung), telur bermakna sebagai bulatnya
kehidupan mengajarkan kita supaya bersukur atas kehidupan yang diberikan oleh
Allah, dalam kehidupan ini kadang di atas dan kadang di bawah, kadang sakit
kadang sehat, kadang bahagia dan kadang sedih.
Bongi monca (beras yang di beri warna kuning), melambangkan suatu
pengharapan dalam kehidupan dan kedamaian, dimana kemudian beras adalah
sumber dari kehidupan, jadi dalam tradisi doa dana diharapkan mampu untuk
memberikan keselamatan dalam kehidupan bermasyarakat.
50
Nahi (daun sirih), pohon sirih meskipun hidup menumpang di dahan-dahan
pohon lain, dia tidak menyerap nutrisi-nutrisi yang ada dalam pohon yang di
tumpanginya bahkan daun indahnya yang berbentuk hati itu memberikan
keindahan pula pada tanaman yang di tumpangi nya. Begitupun dalam kehidupan
ini walaupun kita membutuhkan bantuan orang lain, kita tidak boleh iri terhadap
apa yang mereka miliki dan bersukurlah kepada Allah atas rizki yang di peroleh.
Ua (buah pinang), bermakna bahwa dalam kehidupan ini kita harus jujur
dan lurus seperti lurusnya pohon pinang sehingga bisa memetik hasil yang baik
pula dan dalam falsafat hidup kita harus memiliki sifat yang lurus selurus pohon
pinang sehingga membuahkan hasil yang dibutuhkan oleh orang banyak.
Tambaku (tembakau), bermakna sebagai gambaran kehidupan, pohon
ibarat dunia tempat hidup manusia dan daunnya adalah manusia itu sendiri, jika
sudah menguning siap untuk dipetik, berarti waktu manusia hidup di dunia telah
habis dia meninggal dan berpindah tempat. Dari masa pengimbuan (didiamkan)
ini kita bisa belajar bahwa manusia harus senantiasa berkontemplasi untuk
mengevaluasi diri hingga menjadi matang seperti daun – daun tembakau.
Niu dori (kelapa muda). Bermakna dalam kehidupan ini harus manis
semanis air kelapa muda dan semakin tua semakin banyak santan yang dibutuhkan
dalam kehidupan seperti itu pula dalam suatu hubungan persaudaraan yang
semakin lama maka akan semakin harmonis.
Proses pelaksanaan tradisi Dao Dana (tolak bala) yaitu:
“Kaboro weki dei kamporamporo sanai dua nai sawatipu ba karawi loaku
bade bune ai labo tabe dei karawikai, waude pengumuman ama sidi dei
sigi loaku bade badou dei rasa bahwa pea sambiasi ndaita ta doa dana
tampuu kaina aka sudut timur”.
51
Artinya:
Pertama-tama masyarakat dikumpul satu atau dua hari sebelum
melakukan tradisi doa dana untuk memutuskan kapan kita akan memulai
dan dimana tempat yang pertama untuk melakukan ritual doa dana ini,
kemudian pagi hari diumumkan di masjid supaya semua masyarakat tau
bahwa sebentar sore kita akan melakukan ritual doa dana yang akan
dimulai pada sudut timur di Desa Lanta Barat dan bisa menyediakan
sesajen lebih awal.20
Yang memimpin tradisi doa dana ini adalah: lebe (pak imam Desa) H.
Abdul Gani, Bila (bilal) Yasin ama San’a, robo (yang memukul gendang) Usman
ama Nurani dan mereka yang memangil orang-orang yang ada di kampung supaya
bisa ikut andil dalam tradisi doa dana ini.21
Adapun prosesi pelaksanaan tradisi doa dana yaitu:
1. Pilih tempat di Desa Lanta Barat pada bagian sudut kampung yang rata dan
luas
2. Siapkan tarpal, tarpal yang disiapkan untuk menyimpan makanan-makanan dan
sesajen yang di bawa oleh masyarakat setempat
3. Kalau sudah tidak ada yang di tunggu dan semua syarat sudah lengkap maka
ritual bisa di mulai
4. Bakar kemenyan dan doa mulai dipanjatkan, sambil melempar-melempar beras
kuning
5. Selesai berdoa semua masyarakat yang hadir dan anak-anak diharuskan
berebutan makanan yang di kumpul tadi seraya bersorak dan bergembira.
20
A.Wahab, tokoh Pemuda, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 20 Oktober 2017. 21
Fandi Ama Juwae, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18 Oktober
2017.
52
6. Yang terakhir makanan yang didapat dari hasil rebutan tadi sebenarnya tidak
bisa di bawa pulang, oleh karena mereka mempercayai bahwa ketika di bawa
pulang roh-roh yang goib akan ikut kerumah, tatapi sekarang ada yang
berpendapat bisa bawa pulang asalkan cuci kaki dulu baru masuk di rumah.22
Dalam ritual yang ke empat menunjukan bahwa kebersamaan dan
kebahagian yang dirasakan olah orang-orang yang merebut makanan berbanding
lurus dengan kebahagiaan arwah-arwah nenek moyang yang menyaksikan.
Kenapa diharuskan untuk saling berebutan makanan yang tadi di simpan di wadah
yang sama karena ini salah satu ritual yang terakhir yang sangat berkesan supaya
kita tidak saling berrmusuhan antara satu sama lain dan memupuk tali
silaturrahim.
Melihat langkah-langkah dan syarat yang dibutuhkan dalam proses tradisi
doa dana di atas, penulis berpendapat bahwa ritual atau tradisi doa dana tersebut
masih termasuk dalam ritual tradisional, yang masih dilestarikan oleh masyarakat
setempat dan sudah berdarah daging di Desa Lanta Barat dan dengan tujuan
meminta keselamatan kepada Tuhan yang Maha Esa dengan perantara nenek
moyang yang dekat dengan Tuhan dengan cara tradisi tersebut.
Masyarakat di Desa Lanta Barat patuh terhadap tradisi nenek moyang
mereka, ini dapat dilihat dari ketekunan untuk melaksanakan tradisi doa dana.
Masyarakat Lanta Barat melaksanakan tradisi doa dana ini disebabkan oleh
kesadaran akan hormatnya terhadap nenek moyang yang terdahulu. Tradisi atau
22
Fandi Ama Juwae, Tokoh Adat, Wawancara, di Desa Lanta Barat, tanggal 18 Oktober
2017.
53
kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang, merupakan suatu hal yang patut
dilestraikan.
C. Tinjauan Akidah IslamTerhadap Tradisi Doa Dana
Pengaruh kepercayaan masyarakat di Desa Lanta Barat terhadap
kepercayaan mengenai tradisi doa dana masih sangat kental, sebagian besar
masyarakat masih mencampuradukkan antara tradisi primitif dengan syari’at
Islam. Ini terlihat saat masyarakat Lanta Barat melakukan tradisi doa dana yang di
mana ada ayat-ayat al-Quran yang dibaca dan ada sesajen-sesajen yang
dipersiapkan dan sesajen-sesajen tersebut dimaksudkan untuk mereka yang goib-
goib yaitu arwah nenek moyang.
Agama dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang sukar dipisahkan
didalamnya tersimpul sejumlah pengetahuan yang terpadu dengan kepercayaan
dan nilai, yang menentukan situasi dan kondisi perilaku anggota masyarakat.
Kebudayaan dalam suatu masyarakat secara umum adalah sistem nilai tertentu
yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat pendukunnya, dijadikan dasar
dalam berperilaku.
Kedatangan Islam seperti halnya juga agama-agama lainnya di tengah-
tengah masyarakat membawa misi mewujudkan kehidupan yang damai dan
sejahtera lahir dan batin. Islam memperkenalkan ajaran yang bertujuan untuk
menuntun umat manusia agar mampu membangun tatanan kehidupan yang
memposisikan manusia sebagai makhluk yang mulia. Sebagai agama yang
menekan pentingnya membangun kehidupan sosial yang mengedepankan
kehidupan bersama yang harmonis, Islam mengajarkan kepada penganutnya untuk
54
berbuat baik dan menghindari perbuatan buruk. Sebagaimana Firman Allah Swt,
(QS. ali- Imran/3:104).
Terjemahnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.23
Tidak dapat di sangkal bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang,
bahkan kemampuannya mengamalkan sesuatu akan berkurang, bahkan terlupa dan
hilang, jika tidak ada yang mengingatkannya atau tidak dia ulang-ulangi
mengerjakannya.24
Agama dan perilaku keagamaan tumbuh dan berkembang dari adanya rasa
kebergantungan manusia terhadap kekuatan gaib agar mendapatkan kehidupan
yang aman, selamat dan sejahtera. Konsep ajaran menyampaikan bahwa segala
sesuatu yang ada di bumi dan di langit semuanya merupakan ciptaan Allah Swt.
Dan tidak ada yang diciptakan itu dengan sia-sia. Dialah Allah yang Maha Esa
yang patut disembah dan disucikan tidak ada kekuatan yang dapat menolong dan
memberi reski selain dari padanya. Sebagaimana Firman Allah dalam (QS
Ibrahim/14:32).
23
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, h. 63. 24
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol.2, (Jakarta: lengtera hati,2002), h. 208.
55
Terjemahnya :
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu
berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-
sungai”.25
Dapat juga dikatakan bahwa ini adalah beberapa perincian dari nikmat
anuhgerah Allah yang tidak di syukuri oleh banyak manusia serta, mengubahnya
dengan kekufuran26
Ayat tersebut dapat juga dipahami bahwa Allah lah yang mendatangkan
segalanya, baik yang berupa kesejateraan maupun kebutuhan umat manusia.
Dialah yang menurunkan air hujan, lalu tumbuhlah berbagai macam buah-buahan
maupun tanaman lainnya sebagai reski untuk umat manusia. Oleh karena itu Allah
lah satu-satunya sebagai tempat meminta dan menggantungkan diri. Dialah satu-
satu tempat untuk menyembah.
Allah menyampaikan ajaran umat Islam kepada umat manusia melalui
proses yang panjang, melalui serangkaian urutan Rasul-Rasul. Seorang Rasul
diutus oleh Allah, hakekatnya adalah untuk menyempurnakan dan meluruskan
kembali ajaran Islam yang telah diselewengkan atau ditinggalkan oleh
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 259. 26
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 6, (Jakarta: lengtera hati,2002), h. 377.
56
penganutnya. Seorang Rasul yang diutus, berfungsi menyempurnakan dan
meluruskan ajaran Islam yang dibawah oleh Rasul sebelumnya. Sedangkan
rangkaian ajaran Allah tersebut menjadi sempurna dengan diutusnya Nabi
Muhammad saw sebagai Rasul terakhir, dan ajaran yang dibawanya (Islam) telah
sempurna dan diridoi oleh Allah sebagai agama yang benar dan diabadikan dalam
kitab suci al-qur;an. Sebagiamana Firman Allah dalam (QS al-Ma’idah/5:3).
…
...
Terjemahnya:
“…pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islamitu Jadi
agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang…”.27
Dengan demikian, Islam dalam artian yang sudah sempurna dan lengkap,
adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Sebagaimana yang
tertuang dalam al-Qur’an dan dalam pelaksanaanya itu dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw selama hidupnya.28
Tradisi doa dana adalah tradisi yang dilakukan dengan niat yg baik kepada
Allah Swt untuk kesejahteraan masyarakat dan menolak bala pada masyarakat di
Desa Lanta Barat dan bacaan-bacaan yang dibaca adalah dari ayat al-Quran dan
Tradisi ini hanya jalan untuk sampai kepada Tuhan.
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h.107. 28
Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan Islam: Pertumbuhan dan Perkembangan Masa
Awal (Makassar: Alauddin University Press, 2012), h. 22-24.
57
Terjemahnya:
“Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia.
Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan
angin ke tempat yang jauh”.29
(QS. Al-Hajj/22:31).
Ayat di atas menggambarkarkan betapa buruk dan membinasakan sikap
syirik. Ia memberikan perumpaan tentang keadaan seorang musyrik yang pasti
binasa dan tidak kuasa melakukanya sesuatu yang dapat mengelakkanya dari
kebinasaan, seperti halnya yang terjatuh dari ketinggian, disambar burung, lalu
diterkam dan dipotong berkeping-keping atau diterbangkan angin sedemikian jauh
lalu dicampakkan kedaratan sehingga hancur binasa.30
Tradisi doa dana pada masyarakat Lanta Barat apabila dilihat dari segi
akidah Islam maka hal tersebut tidak sejalan dengan konsep ajaran Islam itu
sendiri dan jika seorang muslim tersebut mempercayai atau meyakini tradisi doa
dana itu dapat memberikan kebahagiaan dan apa bila tidak melakukan tradisi ini
maka akan mendatangkan masalah di dalam kehidupan bermasyarakat, maka hal
tersebut dapat berpengaruh kepada akidah seseorang sehingga tidak bisa
membedakan mana sunah Rasul dan mana tradisi yang di bawa oleh nenek
moyang, karena itu perlu adanya kesadaran beragama dengan meningkatkan
pengetahuan tentang ilmu agama dan pengamalan ajaran Islam secara kaffah, serta
meningkatkan keimanan serta ketakwaan kepada Allah Swt.
29
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 336. 30
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 9, (Jakarta: lengtera hati,2002), h. 50.
58
Menghormati nenek moyang adalah hal yang lumrah di setiap daerah
begitu pula halnya di Desa Lanta Barat, mereka meyakini bahwa arwah nenek
moyang mereka masih hidup layaknya kita manusia, ada yang baik dan ada yang
buruk mereka membutuhkan makanan, minuman dan lain-lainnya.
Masyarakat yang penulis wawancarai tidak ada yang berbeda pendapat
tentang pandangan akidah Islam terhadap tradisi doa dana, mereka berpendapat
bahwa tradisi ini tidak bertolak belakang dengan ajaran agama Islam oleh karena
pelaksanaan yang dilakukan hanya semata-mata untuk mendapatkan kebaikan
baik dari kesehatan, kesejahteraan kampung maupun dari hasil pertanian, dan niat
yang mereka tunjukan hanya kepada Allah Swt.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengemukakan beberapa uraian tentang tradisi doa dana pada
masyarakat di Desa Lanta Barat Kec. Lambu, Kab. Bima. Maka penulis akan
memikirkan beberapa kesimpulan yang dianggap penting mengenai judul skripsi “Tradisi
doa dana (tolak bala) pada masyarakat Lanta Barat Kecamatan Lambu Kabupaten Bima
(Tinjauan Aqidah Islam)” yaitu sebagai berikut:
1. Prosesi pelaksanaan tradisi doa dana yaitu: Pilih tempat di Desa Lanta Barat pada
bagian sudut kampung yang rata dan luas, siapkan tarpal, tarpal yang disiapkan untuk
menyimpan makanan-makanan dan sesajen yang di bawa oleh masyarakat setempat,
kalau sudah tidak ada yang di tunggu dan semua syarat sudah lengkap maka ritual bisa
di mulai, bakar kemenyan dan doa mulai dipanjatkan, sambil melempar-melempar
beras kuning, ini di yakini sebagai salah satu cara untuk mengusir roh-roh jahat,
selesai berdoa semua masyarakat yang hadir dan anak-anak diharuskan berebutan
makanan yang di kumpul seraya bersorak dan bergembira, yang terakhir makanan
yang di dapat dari hasil rebutan tadi sebenarnya tidak bisa di bawa pulang, oleh
karena mereka mempercayai bahwa ketika di bawa pulang roh-roh yang goib akan
ikut kerumah, tatapi sekarang ada yang berpendapat bisa bawa pulang asalkan cuci
kaki dulu baru masuk di rumah. Dalam ritual yang ke empat menunjukan bahwa
kebersamaan dan kebahagian yang dirasakan olah orang-orang yang merebut
makanan berbanding lurus dengan kebahagiaan arwah-arwah nenek moyang yang
60
menyaksikan. Ritual yang terakhir sangat berkesan supaya kita tidak saling
berrmusuhan antara satu sama lain dan memupuk tali silaturrahim.
2. Mereka beranggapan bahwa ketika mereka melaksanakan tradisi doa dana maka
mereka menghargai arwah nenek moyang dan juga bisa memberikan kesejahteraan
bagi masyarakat yang berada di Desa Lanta Barat, tradisi doa dana apabila dilihat dari
segi akidah Islam maka hal tersebut tidak sejalan dengan konsep ajaran Islam itu
sendiri dan jika seorang muslim tersebut mempercayai atau meyakini tradisi doa dana
itu dapat memberikan kebahagiaan dan apa bila tidak dilaksanakan tradisi ini maka
akan mendatangkan masalah di dalam kehidupan bermasyarakat, maka hal tersebut
dapat berpengaruh kepada akidah Islam, mereka tidak bisa membedakan antara as-
Sunnah dan mana tradisi yang di bawa oleh nenek moyang.
B. Implikasi
Setelah menguraikan beberapa kesimpulan, maka penulis mencoba memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Perlu adanya kesadaran beragama dengan meningkatkan pengetahuan tentang ilmu
agama dan pengamalan ajaran Islam secara kaffah, serta meningkatkan keimanan
serta ketakwaan kepada Allah Swt, memberikan pemahaman bagi masyarakat, bahwa
dalam kehidupan ini yang harus dijadikan pondasi dan landasan adalah al-Quran dan
as-Sunnah.
2. Mengingat pentingnya pendidikan agama Islam dalam suatu masyarakat, dalam hal ini
penulis menyarankan agar meningkatkan pendidikan agama dan pengetahuan agama
kepada masyarakat supaya mereka menyadari penting ilmu agama baik di dunia
maupun di akhirat.
3. Antara agama dan tradisi harus selalu sejalan karena agama memuat aturan-aturan
serta petunjuk dari Allah Swt, sedangkan tradisi merupakan perbuatan lama yang terus
61
di ulang-ulang berdasarkan persepsi manusia. Jadi, agama harus dijadikan sebagai
pedoman hidup yang dapat dipresentasikan dalam nilai-nilai tradisi yang berlaku.
4. Memberikan Pencerahan kepada generasi muda untuk membina ahlak dengan
menggunakan pendekatan individual maupun perkelompok misalnya dengan
membuat acara kesenian, ta’lim, tarbyah dan lain sebagainya.
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwa, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Cet.1; Yogyakarta:
Putaka Pelajar, 2006.
A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, Jakarta: pustaka Al-husna, 2002.
Anhmad, Fedyani Saifuddin, Antropologi Kontenporer Suatu Pengantar Kritis
mengenai Paradigma, Edisi 1. Cet. II; Jakarta: Kencana, 2006.
Anwar, Rosihon, Akidah Ahlak, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Ahmad hasyimy Bik, Al-Marhum Ash Shayyid, Mukhtarul al-Hadis An
nabawiyyah, Bungkul Indah, [t.th.].
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, Cet; XIV, Banjarsari
Solo:Cv Abyan, 2014.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002.
Dharsono (Soni Kartika), Budaya Nusantara, Bandung: Rekayasa Sains Bandung,
2007.
Djamaris, Zainal Arifin, Islam Aqidah & Syari’ah, Jakarta: Srigunting, 1990.
Dwi, Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapa, Cet.
III; Jakarta: Kencana, 2007.
Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi, Ilmu Sosial dan Budaya
Dasa, Cet. V; Jakarta: Kencana, 2009.
Gajalba, Sidi, Pengantar Budaya Sebagai Ilmu, Cet. 111; Jakarta: Pustaka Antara,
1968.
Haryono, Daniel, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, Jakarta: PT Media
Pustaka Phoenix, 2013.
63
Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI), Cet; VIII, 2004.
Ismawati, Esti, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Yogyakarta: Ombak, 2012.
Imam S, Suwarno, Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan
Jawa, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Jalaluddin. Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Ja’far Syaikh Subhani, Studi Kritis Faham Wahabi Jauhid dan Syiri, Bandung:
mizan, 1987
J. Daeng, Hans, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan
Antropologi, Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Cet. VIII; Jakarta: PT Rineka
CBPTA, 1990.
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Cet. 1; Jakarta: Universitas
Indonesia, 1990.
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka, 2008.
Karim, Abdul, Islam Nusantara, Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007.
Monoharto, Goenawan ddk, Seni Tradisional Sulawesi-Selatan, Makassar:
Lamacca Press, Cet. 111, 2005.
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Makbuloh, Deden, Pendidikan Agama Islam Arah Baru Pengembangan Ilmu dan
Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013.
Muhammad, Imam Ibn Abdu Wahab, Tauhid, Yogyakarta: mitra pustaka, 2004.
Misrawi, Zuhairi, Menggugat Tradisi Pergulatan Pemikiran Anak Muda NU
Dalam Nurhalis Madjid Kata Pengantar, Jakarta:PT Kompas Media
Nusantara, 2004.
Nurnaningsih, Aqidah Islam: Pilar Utama Manusia Beramal Ikhlas, Makassar:
Alauddi University Press, 2011.
64
Nurkhaidah, Budaya A’je’ne Ri Karaeng Ngilang Masyarakat Kecamatan
Turatea Kabupaten Jeneponto (Tinjauan Aqidah Islam), Skipsi Sarjana,
Fakultas Ushuluddin, Filsafat Dan Politik Uin Alauddin, Makassar, 2015.
Purwanto, Hari, kebudayaan dan Lingkungan Dalam Perspektif Antropologi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Rauf A.Ma’mun, aqidah dan aliran kepercayaan, Ujung Pandang: LSI-UMI,
1993.
Rama, Bahaking, Sejarah Pendidikan Islam: Pertumbuhan dan Perkembangan
Masa Awal ,Makassar: Alauddin University Press, 2012.
R. Salahuddin St. Maryam. Dkk, Aksara Bima Peradaban Lokal yang Sempat
Hilang, Mataram: Alam Tara Institute, 2013.
Santalia, Indo, Akhlak Tasawuf , Makassar: Alauddi University Press, 2011.
Sutrisno, Mudji, Ranah-Ranah Kebudayaan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2009.
Supadie, Didiek Ahmad dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
Sholikhin, Muhammad, Ritual & Tradisi Islam Jawa, Yogyakarta: PT. Suka
Buku, 2010.
Shihab, M.Quraish. Tafsir Al-Misbah, vol.1. Jakarta: lengtera hati, 2002.
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Ed. l; Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
Sulaiman M. Munandar, Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar, Bandung: PT
Refika Aditia, 1998.
Suharjo, Mistik Dalam Upacara Tero Wadu di Pulau Satonda Di Kec.Tambor,
Bima (Tinjauan Aqidah Islam), Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin
Filsafat Dan Politik Uin Alauddin Makassar, 2014.
Subagya Rahmat, kepercayaan, kebatinan, kerohanian, kejiwaan dan agama,
Yogyakarta: konisus, 2002.
Syaltu, Syekh Mahmud, Aqidah dan Syari’ah Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1884.
Widianto Bambang dan Iwan Meulia Pirous, Perspektif Budaya, Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2009.
65
Widagdho, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
Zainuddin, A. dan M. jamhari, Aqidan dan Ibadah, Bandung: Pustaka Setia, 1999.
65
DAFTAR LAMPIRAN
1. INSTRUMEN PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui bagaimana prosesi tradisi doa dana,
dan bagaimana pandangan Islam tentang tradisi doa dana
B. Responden : Masyarakat Desa Lanta Barat
C. Pertanyaan :
1. Bagaimana sejarah singkat tentang kemunculan tradisi doa dana?
……………………………………………………………………………….....
2. Apa pengertian tradisi doa dana?
……………………………………………………………………………….....
3. Apakah ada makna yang terkandung dalam tradisi doa dana tersebut?
…………………………………………………………………………………
4. Kapan dilakukan tardisi doa dana ini?
…………………………………………………………………………………
5. Apa tujuan utama dilaksanakan tradisi doa dana?
…………………………………………………………………………………
66
6. Apa yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan tradisi doa dana?
…………………………………………………………………………………
7. Bagaimana Prosesi pelaksanaan dari tradisi doa dana?
…………………………………………………………………………………
8. Apakah ada sesuatu yang berubah atau menjadi lebih baik yang bisa langsung
dirasakan oleh masyarakat ketika tradisi doa dana ini dilakukan?
…………………………………………………………………………………
9. Apakah ada musibah yang di alami oleh masyarakat setempat ketika tradisi
doa dana ini tidak dilaksanakan?
…………………………………………………………………………………
10. Apakah semua masyarakat di Desa Lanta Barat percaya pada tradisi doa dana
ini?
…………………………………………………………………………….........
viii
DAFTAR INFORMAN
No Nama Jabatan Umur Tempat Tinggal
1 Jamaluddin Kepala Desa Lanta Barat 58 Thn Dusun Jamangko
2 Fandi Ama Juwae Tokoh Adat 70 Thn Dusun Kore
3 Mustamin Tokoh Adat 59 Thn Dusun Lanco
4 H. Agani Tokoh Agama 73 Thn Dusun Lanco
5 Yasin bin Bani Tokoh Agama 67 Thn Dusun Kore
6 A.Wahab Tokoh Pemuda 47 Thn Dusun Lanco
7 Marten S.pd Tokoh Pemuda 30 Thn Dusun Lanco
8 M. Husen Papa Tima Tokoh Mayarakat 71 Thn Dusun Jamangko
9 Muhammad Don Tokoh Masyarakat 44 Thn Dusun Jamangko
67
A. Prosesi ritual Doa Dana (tolak bala)
Foto di atas menunjukan pada saat melakukan ritual doa dana pada sudut
kampung Desa Lanta Barat
68
Foto di atas menunjukan pada saat melaksakan tradisi doa dana dalam mesjid
sebagai ritual terakhir dari tradisi doa dana
B. Sesajen-sesajen yang dibutuhkan pada acara Doa Dana (Tolak Bala)
1) Rongko upa tako ra wiku ka kui labo ra eko kai ero bura (rokok
empat batang yang digulung ke kiri dan dililitkan dengan benang
putih).
69
2) Karodo bura (terbuat dari beras putih yang dihaluskan dan dipadatkan
menjadi bulatan kecil).
3) Dolu jangga rasa (telur ayam kampung).
70
4) Bonggi monca (beras yang diberi pewarna kuning).
5) Nahi (daun sirih).
71
6) U’a (buah pinang).
7) Avu (kapur sirih).
72
8) Tambaku (tembakau).
9) Janga kampung(ayam kampug)
10) Niu dori (kelapa muda).
73
C. Masyarakat-Masyarakat yang di Wawanncarai Antara Lain:
1) Kepala Desa Lanta Barat
2) Tokoh adat
3) Tokoh adat
74
4) Tokoh agama
5) Tokoh agama
75
6) Tokoh pemuda
7) Tokoh pemuda
76
8) Tokoh masyarakat
9) Tokoh masyarakat
77
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap Syarifudin lahir di desa Sumi 04
Februari 1994, kec Lambu kabupaten Bima, dilahirkan dari
Rahim ibunda tercinta yang bernama St.Mardianah
(Almah) beliau wafat pada tahun 1999 semoga beliau
bangga dengan gelar yang penulis raih. semoga
almarhumah tenang disisi Allah swt. dan dari seorang
bapak yg bernama Juraeddin, terima kasih telah membesarkan anakmu sampai
sekarang dan bisa meraih gelar sarjana, semoga panjang umur dan sehat selalu
Amin.
Umur 5 tahun saya sudah masuk SD yaitu di SDN 1 Lanta, Bima NTB.
kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Lambu, Bima NTB setelah itu lanjut
kesekolah SMAN 1 Lambu, Bima NTB
Tahun 2013 alhamdulillah lulus di prodi Ilmu Aqidah Jurusan Aqidah
Filsafat yang sekarang menjadi Aqidah Filsafat Islam (AFI) Fakultas Ushuluddin
Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, Rasa syukur bisa melanjutkan studi
karena tidak banyak orang apalagi di kampung yang bisa melanjutkan studi
hingga ke perguruan tinggi. Selain menimba ilmu di bangku perkuliahan
organisasi ekstra juga memberikan sumbangsi keilmuan dalam diri penulis,
Sebagai kewajiban umat manusia adalah menuntut ilmu yang tidak ada batasnya,
maka penulis sangat berkeinginan untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya,
semoga diberikan rezeki dan kemudahan Amin ya Rabb.