WAWASAN PERENCANA PENDIDIKAN.docx
-
Upload
ahmad-rois -
Category
Documents
-
view
223 -
download
4
Transcript of WAWASAN PERENCANA PENDIDIKAN.docx
WAWASAN PERENCANA PENDIDIKAN
A. Definisi Perencanaan Pendidikan
Sebelum lebih jauh kita mempelajari, membahas dan
mengembangkan Perencanaan Pendidikan maka akan timbul
pertanyaan...? maka terlebih dahulu kita mendefinisikan wawasan
Perencanaan Pendidikian, wawasan dalam Kamus Bahasa Indonesia
diartikan cara pandang, sedangkan Perencanaan merupakan suatu proyeksi
tentang apa yang harus dilaksanakan guna mencapai sasaran dan tujuan
yang telah ditetapkan sebagai suatu proyeksi, perencanaan memiliki unsur
kegiatan mengidentifikasi, menginventarisasi dan menyeleksi kebutuhan
berdasarkan skala prioritas, mengadakan spesifikasi yang lebih rinci
mengenai hasil yang akan dicapai, mengidentifikasi persyaratan atau
kriteria untuk memenuhi setiap kebutuhan, serta mengidentifikasi
kemungkinan alternatif, strategi, dan sasaran bagi pelaksanaannya.
Kebutuhan terhadap perencanaan pendidikan diakibatkan oleh adanya
kompleksitas masyarakat dewasa ini, seperti masalah jumlah penduduk,
kebutuhan akan tenaga kerja, masalah lingkungan, dan adanya
keterbatasan sumber daya alam. Hal tersebut antara lain dikemukakan
Banghart dan Trull (1973:5) dalam bukunya yang menyatakan bahwa:
“The need for planning arose with the intensified complexcities of modern
technological society. Problems such as population, manpower needs,
ecology, decreasing natural resources and haphazard aplication of
scientific developments all place demand on educational institutions for
solution”.1
Disamping itu pula ada beberapa definisi lain tentang perencanaan
yaitu :
1 Manap Somantri, Perencanaan Pendidikan,Kampus IPB Taman Kencana. Cetakan Pertama: Juli 2014. Halaman 1
1. Menurut Cunningham, kata perencanaan diartikan sebagai proses
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta,
imajinasi - imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk untuk masa yang
akan datang, untuk tujuan menvisualisasi dan memformulasi
hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima, yang akan
digunakan dalam penyelesaian.
2. Menurut C. Arnold Anderson dan Mary Yean Bowman kata
perencanaan didefinisikan dengan ungkapan yang cukup sederhana
namun jelas. Mereka mengatakan, Planning is a process of
preparing a set of decisions for action in the future. (Perencanaan
adalah proses menyiapkan seperangkat keputusan untuk tindakan
dikemudian hari).
3. Menurut Kaufman (1972) perencanaan diartikan sebagai suatu
proses untuk menetapkan “ke mana harus pergi” dan
mengidentifikasikan prasyarat untuk sampai ke “tempat” itu dengan
cara yang paling efektif dan efisien.
Sementara itu kata pendidikan memiliki banyak definisi yang
masing-masing definisi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan sudut
pandang tokoh atau yang mendefinisikannya, antara lain :
1. John Dewey : Pendidikan adalah proses pembentukkan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam
dan sesama manusia.
2. Langeveld : Pendidikan adalah usaha yang sadar untuk
mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi
dewasa.
3. Hoogveld : Pendidikan adalah proses membantu anak supaya ia cukup
cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya
sendiri.
4. Rousseau : Pendidikan adalah usaha memberi pembekalan yang tidak
ada pada masa anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
5. Ki Hajar Dewantara : Pendidikan adalah usaha menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak agar ia sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
B. Ruang Lingkup Perencanaan Pendidikan
Berdasarkan ruang lingkupnya, perencanaan pendidikan dapat
dibedakan atas (1) perencanaan makro, level nasional, meliputi seluruh
usaha pendidikan pada semua jenjang dan jenis pendidikan, kurikulum,
peserta didik, dan pendidik dalam suatu sistem pendidikan yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional; (2)
perencanaan meso, yaitu level regional atau lokal, meliputi semua jenis
dan jenjang pendidikan di suatu daerah; serta (3) perencanaan mikro,
biasanya bersifat institusional, meliputi berbagai kegiatan perencanaan
pada suatu lembaga atau satuan pendidikan tertentu atau pada beberapa
lembaga yang sama dan berdekatan lokasinya. Dalam konteks ini, kita
kenal adanya (1) Perencanaan Pendidikan Nasional; (2) Perencanaan
Pendidikan Provinsi; (3) Perencanaan Pendidikan Kabupaten
/Kota/Kecamatan; dan (4) Perencanaan Satuan Pendidikan atau
Perencanaan Kelembagaan atau Rencana Pengembangan Sekolah (RPS).
Rencana pembangunan pendidikan nasional merupakan “kumulatif” dari
perencanaan pendidikan provinsi. Rencana pembangunan pendidikan
provinsi merupakan kumulatif dari perencanaan pendidikan
kabupaten/kota. Rencana pembangunan pendidikan kabupaten/kota
merupakan kumulatif dari perencanaan pengembangan satuan-satuan
pendidikan.
Dari segi pendekatannya, perencanaan pendidikan dibedakan
atas: (1) perencanaan terintegrasi (integrated planning), yaitu
perencanaan yang mencakup keseluruhan aspek pendidikan sebagai
suatu sistem dalam pola pembangunan nasional; (2) perencanaan
komprehensif (comprehensive planning), yaitu perencanaan yang disusun
secara sistematis dan sistemik, sehingga membentuk suatu kesatuan yang
utuh dan menyeluruh; (3) perencanaan strategis (strategic planning),
yaitu perencanaan yang disusun berdasarkan skala prioritas, sehingga
berbagai sumber daya yang ada dapat diatur dan dimanfaatkan secermat
dan seefisien mungkin; serta (4) perencanaan operasional
(operational planning), yang mencakup kegiatan pengembangan
dari perencanaan strategis. Perencanaan terintegrasi dalam bidang
pendidikan mengandung makna bahwa pembangunan pendidikan
bukanlah penerapan konsep pembangunan yang parsial, tetapi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan (terintegrasi) dengan
pembangunan nasional di berbagai bidang. Pembangunan pendidikan
tidak dapat lepas dari program pembangunan: (1) ketenagakerjaan; (2)
teknologi; (3) industri; (4) transportasi; (5) lingkungan sosial- budaya;
(6) lingkungan geografis; serta (7) ekonomi dan keuangan.
Perencanaan pendidikan yang komprehensif adalah perencanaan
pendidikan yang disusun secara sistematis, sehingga membentuk satu
kesatuan yang utuh dan menyeluruh tentang perencanaan, tentang
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan pada suatu
wilayah tertentu, yang kegiatannya meliputi perencanan pengembangan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Perencanaan dan pengembangan pendidikan berkaitan
dengan substansi kesiswaan, ketenagaan (pendidik dan tenaga
kependidikan), kurikulum, sarana dan prasarana, biaya, metode,
isi/kurikulum, mutu kelembagaan pendidikan, kependudukan, dan hal
lain yang bermakna bagi pengembangan penyelenggaraan pendidikan.
Perencanaan strategis (strategic planning) di bidang pendidikan
mengutamakan pada adanya prioritas dalam penyelenggaraan dan
pembangunan pendidikan. Sebagai contoh, prioritas pendidikan
diletakkan pada pendidikan dasar. Sebagai bukti bahwa pendidikan dasar
mendapatkan prioritas dalam pembangunan pendidikan adalah besarnya
biaya pendidikan yang dialokasikan untuk membiayai penyelenggaraan
pendidikan dasar. Argumentasi bahwa pendidikan dasar dijadikan
prioritas didasarkan pada kenyataan bahwa mutu pendidikan dasar masih
belum menggembirakan, padahal mutu pendidikan dasar akan menjadi
fondasi bagi jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan dasar juga
merupakan hak setiap warga negara untuk mendapatkannya. Hal
tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya kebijakan wajib belajar
pendidikan dasar dan kebijakan pembebasan biaya pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar, yang pada sebagian kasus sering dijadikan
ikon unggulan cakada (calon kepala daerah) dalam meraih simpati
konstituennya dengan janji “pendidikan gratis”. Apabila prioritas
penyelenggaraan dan pembangunan pendidikan dasar telah terpenuhi,
maka prioritas akan bergeser pada perluasan dan peningkatan mutu
pendidikan menengah.
Perencanaan operasional (operational planning) merupakan
penjabaran dari perencanaan strategis. Perencanaan yang mampu
memberikan penjelasan secara detail tentang (what) apa yang harus
dikerjakan, (who) siapa yang mengerjakan, (how) bagaimana
mengerjakannya, (where) di mana akan dikerjakan, (when) bilamana hal
itu akan dilaksanakan. Perencanaan operasional secara dokumen
diwujudkan dalam bentuk program kerja atau kegiatan yang disusun
sedemikian rupa dan menjadi panduan bagi setiap orang yang terlibat
dalam melaksanakan program kerja tersebut. Dalam konteks
persekolahan, perencanaan operasional diwujudkan dalam bentuk
program kerja sekolah, agenda akademik sekolah, jadwal pembelajaran,
dan sejenisnya2.
C. Karakteristik Perencanaan Pendidikan
Karakteristik perencanaan pendidikan yang baik yaitu3:
2 Ibid, hlm 83 Syaefudin, Udin & Syamsuddin. PERENCANAAN PENDIDIKAN Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung, 2007 hlm.
Perencanaan pendidikan harus mengutamakan nilai-nilai manusiawi karena pendidikan itu membangun manusia yang harus mampu membangun dirinya dan masyarakatnya.
Perencanaan pendidikan harus dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai potensi anak didik seoptimal mungkin.
Perencanaan pendidikan harus memberikan kesempatan pendidikan yang sama bagi semua anak didik.
Perencanaan pendidikan harus komprehensif dan sistematis dalam arti tidak pasial atau sigemtaris tetapi menyeluruh, terpadu serta disusun secara logis dan rasional serta mencakup berbagai jenis dan jenjang pendidikan
Perencanaan pendidikan harus berorientasi kepada pembangunan dalam arti bahwa program pendidikan haruslah ditujukan untuk membantu mempersiapkan manpower yang dibutuhkan oleh berbagai sektor pembangunan.
Perencanaan pendidikan harus dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis.
Perencanaan pendidikan harus menggunakan resources secermat mungkin karena resources yang tersedia adalah langka.
Perencanaan pendidikan haruslah berorientasikan kepada masa datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk menghadapi masa depan.
Perencanaan pendidikan haruslah responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat tidak sttais tapi dinamis.
Perencanaan pendidikan haruslah merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan hingga pembaharuan terus-menerus berlangsung.