Materi Psikologi Pendidikan.docx

63
KUMPULAN MATERI PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN KELAS B SEMESTER I Oleh : Nama : I Komang Cahya Trianandika NIM : 1211031166 No Absen : 35 JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Tugas Psikologi Pendidikan Oleh : I Komang Cahya TrianandikaPage 1

Transcript of Materi Psikologi Pendidikan.docx

Page 1: Materi Psikologi Pendidikan.docx

KUMPULAN MATERI PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

KELAS B SEMESTER I

Oleh :

Nama : I Komang Cahya Trianandika

NIM : 1211031166

No Absen : 35

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Tahun 2012

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 1

Page 2: Materi Psikologi Pendidikan.docx

BAB I

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BELAJAR

1. Calon Guru Perlu Mempelajari Psikologi Pendidikan

Sebagai calon guru sangat perlu mempelajari psikologi pendidikan,

mengingat psikologi pendidikan mempunyai manfaat yang sangat besar. Dengan

mempelajari psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-

pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :

a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

c. Mampu memberikan bimbingan atau bahkan konseling.

d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

f. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

g. Menilai hasil pelajaran yang adil.

Karena pentingnya psikologi pendidikan maka setiap mata kuliah mencoba

atau berusaha memberikan seperangkat pengetahuan atau keterampilan yang harus

dimiliki oleh guru atau calon guru untuk memangku jabatan atau tugas pokoknya

sebagai guru. Seperangkat pengetahuan atau keterampilan sering disebut

kompetensi guru. Ada empat kompetensi guru antara lain adalah sebagai berukut:

1. Kompetensi pribadi atau kepribadian

2. Kompetensi Pedagogik (kompeten dalam bidang pendidikan).

3. Kompetensi profesional.

4. Kompetensi sosial.

Tugas pokok guru adalah bukan sekadar mengajar melainkan mendidik

(mengajar dan membimbing).

1. Kompetensi Pribadi atau kepribadian

Kompentensi Pribadi adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan

yanng harus dimiliki oleh guru atau calon guru secara pribadi dengan ciri-ciri:

menunjukkan pribadi yang dewasa, bertanggungjawab, menjunjung tinggi

falsafah negara (Pancasila dan UUD 1945) dan mampu menerapkan nilai-nilai

budaya, bangsa kepada generasi penerus demi kemajuan bangsa dan negaranya.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 2

Page 3: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Dewasa adalah pribadi yang mampu menunjukkan prilakunya secara

verbal, prilaku secara verbal yaitu

- mampu berbicara yang baik, sopan, dan santun.

- mampu menceritakan atau menyampaikan idenya melalui bahasa yang

baik,

sementara non verbal yaitu mampu menampilkan diri sesuai dengan norma yang

ada (cara berpakaian, prilaku, dan kesopanan).

Dalam kaitannya dengan menjunjung tinggi falsafah, maka mengingat

guru dianggap figur model bagi peseta didik, guru diharapkan mampu

mengajarkan peserta didik pada proses pendidikan moral seperti bertegur sapa.

2. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan

yang haru dimiliki oleh guru atau calon guru untuk mendukung tugas pokoknya

sebagai guru dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mampu nguasai konsep-konsep pendidikan secara umum (Sains, Ilmu

Pengetahuan Sosial, dan Ilmu Humaniora)

2) Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era

globalisasi.

3) Mampu menguasai karakteristik perkembangan peserta didik.

4) Menguasai secara utuh faktor-faktor atau komponen-komponen interaksi

dalam proses pendidikan.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah seperangkat pengetahuan keterampilan

yang harus dimiliki oleh guru atau calon guru untuk mendukun pelaksanaan

tugas-tugas pokok sebagai guru dengan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Guru harus menguasai bahan atau materi ajar.

2) Guru harus mampu memahami atau meguasai karakteristik perkembangan

siswanya.

3) Guru harus mampu memahami atau menguasai prinsip-prinsip

pembelajaran, serta strategi, metode, dan teknik pembelajaran (belajar-

mengajar).

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 3

Page 4: Materi Psikologi Pendidikan.docx

4) Guru harus mampu memahami, menguasai, serta mengimplementasikan

prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.

5) Guru harus mampu menguasai dan mengimplementasikan prinsip-prinsip

evaluasi dan penilaian pendidikan.

6) Guru harus mampu memahami dan dan menerapkan cara-cara untuk

membimbing kelompok kecil.

7) Guru harus mampu menguasai dan melaksanakan penelitia dibidang

pendidikan untuk kemajuan dalam dunia pendidikan.

4. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan atau

kemampuan guru atau calon guru yang dapat mendukung pribadinya sebagai guru

atau calon guru adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Menunjukkan sikap toleran terhadap atasannya, sejawatnya atau kolega,

dan anak didiknya.

2) Menunjukkan rasa hormat, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap tugas

yang diampunya kepada pimpinan atau atasan, anak didiknya, dan orang

tua.

3) Mampu bersosialaisasi dengan masyarakat sekitar.

2. Psikologi dan Psikologi Pendidikan

Berdasarkan etimologinya kata psikologi dapat dibagi menjadi dua kata

yaitu

Psyche artinya jiwa.

Logos artinya ilmu.

Jadi secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang

jiwa. Psikologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari tentang jiwa individu

melalui manifestasi prilaku, baik prilaku yang tampak maupun yang tidak tampak.

Contoh prilaku yang tampak adalah menangis, berbicara, berjalan dan lain

sebagainya, sementara perilaku yang tidak tampak yaitu menahan perasaan ketika

diejek oleh teman.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 4

Page 5: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Karena banyaknya perilaku tampak dan tidak tampak serta kompleksnya

prilaku tersebut maka psikologi umum membuat cabang-cabang baru atau

psikologi khusus, diantaranya :

a. Psikologi Pendidikan: mengkaji permasalahan dalam dunia pendidikan.

b. Psikologi Sosial: mengkaji hal yang terkait dengan masalah bidang sosial.

c. Psikologi Abnormal: mengkaji keabnormalan indovidu (gangguan jiwa).

d. Psikologi Kepribadian: psikologi yang mengkaji atau mempelajari

keprebadian manusia atau individu.

e. Psikologi Kriminologi adalah ilmu psikologi yang digunakan untuk

menganalisis permasalahan-permasalahan individu dalam kejahatan.

f. Psikologi Phatologi adalah ilmu psikologi yang diterapkan dalam dunia

kedokteran.

Sementara, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendapat para ahli mengenai psikologi pendidikan yaitu

a. H. C. Whiterington

Psikologi pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses-

proses dan fakta-fakta yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

b. Lester D. Crow, Ph.D

Psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis,

yang berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip

yang ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku

manusia.

c. Carter V. Good

Psikologi pendidikan adalah suatu studi tentang hakikat belajar.

d. W.S Winkel

Psikologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari prasyarat atau faktor-

faktor bagi pelajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam

semua proses belajar.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 5

Page 6: Materi Psikologi Pendidikan.docx

e. Drs. M. Dimyati Mahmud

- Psikologi pendidikan ialah aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip

psikologi dalam dunia pendidikan. Batas ini bersifat abstrak dan umum

atau belum begitu jelas.

- Psikologi pendidikan ialah aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip

ilmiah tentang tingkah laku manusia dalam dunia pendidikan.

- Psikologi pendidikan ialah aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip

ilmiah tentang tingkah laku yang mempengaruhi proses mengajar dan

proses belajar.

f. Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12)

Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi

yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna

dalam hal-hal sebagai berikut :

- Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.

- Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.

- Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.

- Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan

pendayagunaan ranah kognitif.

- Penyenggaraan pendidikan keguruan.

g. Muhibbin Syah

Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi

dalam dunia pendidikan.

h. Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)

Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset

psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk

membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses

belajar mengajar secara efektif.

i. Tardif (Syah, 1997 / hal. 13)

Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang

berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia

untuk usaha-usaha kependidikan.

j. Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13)

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 6

Page 7: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors

involved in the education of human being.

Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan

faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.

k. Ensiklopedia Amerika, psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih

berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-

penemuan dan menerapkan prisip-prinsip dan cara untuk meningkatkan

keefesien dalam pendidikan.

Dari pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli di atas, untuk

menguraikan pengertian psiologi pendidikan dapat ditentukan kata kuncinya

yaitu:

Disiplin psikologi

Riset ilmiah dan abstrak

Implementasi dalam bidang pendidikan

Bidang proses pembelajaran

Peserta didik/siswa

Pendidik/guru

Kurikulum/internasional (silabus, RPP, kelas)

Jadi, psikologi pendidikan adalah disiplin psikologi yang bersifat ilmiah

atau abstrak yang diimplementasikan dalam bidang pendidikan melalui interaksi

antara komponen siswa, guru, instrumental pembelajaran, dll atau dapat

dikatakan, Psikologi Pendidikan adalah sebagai salah satu cabang atau disiplin

psikologi yang telah memiliki atau menemmukan hasil atau riset-riset yang

bersifat ilmiah dan hasil atau riset ilmiah inilah diimplementasikan (diterapkan)

dalam bidang pendidikan dengan kajian interaksi antara komponen-komponen

pendidikan (proses pembelajaran, siswa, guru/pendidik, instrumental, kondisi

social dan non social pembelajaran). Kondisi sosial adalah lingkungna yang

bergerak (manusia) dan kondisi non sosial adalah lingkungan yang tidak memiliki

hubungan dengan manusia.

Sedangkan pengertian pendidikan menurut UU no 20 tahun 2003:

Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari masalah psikologis

dalam dunia pendidikan seperti:

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 7

Page 8: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Tingkah laku belajar siswa

Tingkah laku mengajar oleh guru

Dan interaksi antara keduanya

Adapun metode yang dapat digunakan untuk mempelajari individu dan

interkasinya yaitu sebagai berikut:

1. Metode observasi

2. Metode interview/wawancara

3. Metode pencatatan dokumen

4. Metode studi kasus

5. Metode biografi (sejarah hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain)

6. Metode autobiografi (sejarah hidup seseorang yang ditulis oleh orang itu

sendiri)

7. Metode eksperimen

8. Metode kuisioner/angket

3. Pengertian Belajar

a. Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah

tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

b. Pengertian belajar menurut beberapa ahli

1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi

Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Winkel

Belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

3. Cronchbach

Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari pengalaman.

4. Howard L. Kingskey

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 8

Page 9: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah

melalui praktek atau latihan.

5. Drs. Slameto

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam interaksi dengan

lingkungannya.

6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)

Belajar adalah  serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotor.

7. R. Gagne

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam

pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku

8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan

pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui

hafaln

9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning

mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or

capacity, wich persists over a period time, and which is not simply

ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi

dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan

hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan

bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri

dan keduanya saling berinteraksi.

10. Lester D. Crow and Alice Crow

Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar

adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,

pengetahuan dan sikap.

11. Ngalim Purwanto (1992)

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 9

Page 10: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku,

yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.

12. Nasution

Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau

berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon utama,

dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya perilaku baru itu bukan

disebabkan oleh adanya kematangan atau adanya perubahan sementara

karena suatu hal.

13. Ernest H. Hilgard

Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia

belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi

sesuatu situasi daripada sebelum itu

14. Whiterington

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian sebagaimana

dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respontingkah

laku yang baru nyata dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan,

kesanggupan, dan sikap

Berdasarkan pengertian belajar di atas dapat disimpulkan, belajar ialah

usaha sadar dan sengaja, dilakukan secara terus menerus dari orang dewasa (guru,

orang tua, masyarakat, dan lain-lain) yang bertanggung jawab kepada individu

yang belum dewasa agar tercapai perubahan prilau yang relatif bersifat tetap atau

permanen, untuk menuju kedewasaan baik secara kognitif (pemikiran), afektif

(perasaan dan emosi), dan faktor psikomotorik (prilaku).

4. Ciri-ciri belajar

Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut

Djamarah(2002:15) belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.

3. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.

4. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

5. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 10

Page 11: Materi Psikologi Pendidikan.docx

6. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

7. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, secara singkat dapat diamati

dari bagan berikut,

Dari bagan diatas, dapat diamati bahwa keberhasilan seseorang dalam

mengikuti kegiatan belajar sangat ditentukan oleh banyak faktor. Adapun faktor-

faktornya, yaitu sebagai berikut:

1) Faktor internal

Adalah faktor yang mempengaruhi belajar yang berasal dari dalam siswa.

Faktor ini dapat dibagi dari dua aspek, yaitu:

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 11

Page 12: Materi Psikologi Pendidikan.docx

a. Aspek fisiologis yagn meliputi: kesehatan, keadaan, fungsi-fungsi jasmani

(mata dan telinga)

b. Aspek psikologis yang meliputi intelegensi, bakat, minata, motivasi.

2) Faktor eksternal

Adalah faktor yang mempengaruhi belajar yang berasal dari luar siswa.

Adapun faktor eksternal ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu sebagai

berikut:

a. Faktor lingkungan

Lingkungan social, yang meliputi keluarga (orang tua, saudara),

sekolah (guru, teman, dll), masyarakat (tetangga, teman permainan)

Lingkungan non social yang meliputi: suhu, cuaca, waktu, tempat

belajar, alat-alat belajar

b. Faktor-faktor metode, yang meliputi:

Metode belajar

Metode mengajar

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 12

Page 13: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 13

Page 14: Materi Psikologi Pendidikan.docx

BAB II

TEORI BELAJAR BERDASARKAN KELOMPOK

2.1 Seorang Guru Harus Mempelajari Teori Belajar

Teori belajar akan sangat membantu guru, supaya memiliki kedewasaan

dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan

prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.

Dengan demikian, tujuan mempelajari teori belajar adalah

1. Untuk membantu para guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya

membimbing murid dalam proses pertumbuhan belajar.

2. Agar para guru memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik,

sehingga murid bisa bertambah baik dalam cara belajamya.

3. Agar para guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien

dan efektif dengan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku murid

dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses

pendidikan yang berlangsung, guna meningkatkan ke arah yang lebih baik.

Seorang guru dikatakan kompeten bila ia memiliki khasanah cara

penyampaian yang kaya, memiliki pula kriteria yang dapat dipergunakan untuk

memilih cara-cara yang tepat di dalam menyajikan pengalaman belajar mengajar,

sesuai dengan materi yang akan disampaiakan. Kesemuanya itu hanya akan

diperoleh jika guru menguasai teori-teori belajar.

2.2 Teori Belajar

2.2.1 Teori Belajar Humanistik.

a. Pengertian Teori Belajar Humanistik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara 

pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari

proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang

pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata

lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal

dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 14

Page 15: Materi Psikologi Pendidikan.docx

keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan

manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar

memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya

harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan

sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut

pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk

mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk

mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam

mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Menurut hemat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam

pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta

peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.

b. Tokoh Teori Humanistik

1. Carl Rogers

Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses

belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka

berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak

ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu,

menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada

diri peserta didik.

Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan

(2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses

pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar

yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek

pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.

Bagaimana proses belajar dapat terjadi  menurut teori belajar humanisme?.

Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk

dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya

sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 15

Page 16: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut

pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam :

(1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif

terhadap belajar, (2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan

memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar, (3) membantu siswa untuk

memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong

belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa, dan (5) menerima

pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.

2. Arthur Combs

Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa

memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan

mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi

karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan

penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain

hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak

akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku

siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila

ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau

pandangan siswa yang ada.

Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs

berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa

siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana

mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang

penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi

pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan

kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti

dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1)

adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi

dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang

pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit

hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 16

Page 17: Materi Psikologi Pendidikan.docx

3. Bloon dan Krathowl

Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang  mungkin

dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut;

1). Kognitif

         Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu :

a) Pengetahuan (mengingat, menghafal)

b)   Pemahaman(menginterprestasikan)

c)   Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu

masalah)

d)  Analisis (menjabarkan suatu konsep).

e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu

konsep utuh).

f) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)

2). Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:

a) Peniruan (menirukan gerak).

b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak).

c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).

d) Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar).

e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

3).  Afektif

      Afektif terdiri dari lima tingkatan;

                                         a).   Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)

                                        b). Merespons (aktif berpartisipasi)

                                      c). Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu)

                                      d). Pengorganisasisan

                                       e).  Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagi bagian dari pola hidup).

4. Kolb

Sementara itu, seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar

menjadi empat tahap, yaitu;

1).       Pengalaman konkret

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 17

Page 18: Materi Psikologi Pendidikan.docx

2).       Pengamatan aktif dan reflektif

3).       Konseptualisasi

4).       Ekperimen aktif

Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu

sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang

hakikat kejadian tersebut.

Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan

observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan

memahaminya.

Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau

“teori” tentang suatu hal yang diamatinya.

Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu

mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi yang baru.

5. Honey dan Mumford

Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan

siswa. Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu;

1). Aktivis

2). Reflector

3). Teoris

4). Pragmatis

6. Habermas

Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa

belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan

sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar

menjadi tiga bagian, yaitu;

1). Belajar teknis (technical learning)

2). Belajar praktis (practical learning)

3). Belajar emansipatoris (emancipatory learning).

c. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik

Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:

1. Manusia mempunyai belajar alami

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 18

Page 19: Materi Psikologi Pendidikan.docx

2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid

mempuyai relevansi dengan maksud tertentu

3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.

4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila

ancaman itu kecil

5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh

cara.

6. Belajar yang bermakna  diperolaeh jika siswa melakukannya

7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar

8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang

mendalam

9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan

untuk mawas diri

10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa

prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah

untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan

yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar

akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan

kebutuhan siswa, (3)  belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman

dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara

pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5)

belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan  pribadi, pikiran

maupun perasaan akan lebih baik  dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas,

dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang

lain tidak begitu penting.

d. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama

proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru

dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa

sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 19

Page 20: Materi Psikologi Pendidikan.docx

kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan

mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai

proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,

mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri

yang bersifat negatif.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.

Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat

jelas , jujur dan positif.

3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk

belajar atas inisiatif sendiri

4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses

pembelajaran secara mandiri

5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih

pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung

resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran

siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk

bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya

8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan.

Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam

belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh

pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab

tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau

etika yang berlaku.

2.2.2 Teori Belajar Behavioristik

a. Pengertian Teori belajar behavioristik

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 20

Page 21: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori

ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap

arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal

sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku

yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan

stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang

pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau

pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan

penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat

adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang

dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus

dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru

kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar

terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara

stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati

dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh

karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh

pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan

pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi

atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.Faktor lain yang dianggap penting

oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan

ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu

pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga

semakin kuat.

b. Tokoh-tokoh Teori Behavioristik

1) Ivan P. Pavlov

Ivan P. Pavlov lahir pada tahun 1849 di kota Rayasan Rusia. 1. Pavlov

menyumbangkan gagasan dan pikirannya dalam bidang ilmu psikologi. Teori

belajar classical conditioning kadang-kadang disebut juga respont conditioning

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 21

Page 22: Materi Psikologi Pendidikan.docx

atau Pavlovian Conditioning, merupakan teori belajar katagori Stimulus-Respon

(S-R) tipe S. Esensi berlakunya classical conditioning adalah adanya dua stimulus

yang berpasangan. Satu stimulus yang dinamakan conditioned stimulus (CS) atau

kita sebut saja stimulus yang berkondisi. Stimulus ini dinamakan stimulus netral

sebab kecuali untuk menjaga respon yang pertama kalinya diberikan dalam

beberapa saat, tidak menghasilkan respon khusus. Stimulus lainnya adalah

unconditioned stimulus (US) atau kita sebut saja stimulus yang tidak berkondisi.

Stimulus ini menghasilkan respon yang sipatnya reflek yang kita namakan

unconditioned response (UR) atau kita sebut saja respon yang tidak berkondisi.

Pasangan kedua stimulus ini yakni stimulus berkondisi dan tidak berkondisi (CS

dan US) biasanya terjadi di mana stimulus berkondisi (CS) timbul atau datang

pada waktu yang relatif singkat sebelum stimulus yang tidak berkondisi (US)

diberikan. Selang waktu antara stimulus berkondisi dengan stimulus tidak

berkondisi dinamakan interstimulus interval.

Hasil daripada pasangan stimulus ini, di mana stimulus yang tidak

berkondisi yang didahului oleh stimulus berkondisi adalah dimulainya respon

yang sama yakni respon tidak berkondisi (unconditioned respon atau UR). Setelah

terjadi proses belajar stimulus berkondisi menghasilkan respon. Respon tersebut

dinamakan respon berkondisi(CR). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

situasi atau classical conditioning adalah sebagai berikut:apabila stimulus

berkondisi dan stimulus tak berkondisi dipasangkan dalam jumlah waktu dan

interval waktu dengan benar, stimulus berkondisi yang asli dan netral akan

memulai menghasilkan respon yang sama dengan respon yang dihasilkan oleh

stimulus tak berkondisi sebelum dipasangkan. Respon-respon khusus yang

dihasilkanoleh stimulus berkondisi yang asli dan netral adalah apa yang

dinamakan belajar classical conditioning. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa stimulus takl bersarat/tak berkondisi dapat menghasilkan respon atau

tanggapan tak bersarat/berkondisi dan stimulus tambahan yakni stimulus

berkondisi akan menghasilkan respon baru yakni respon atau tanggapan

berkondisi. Dengan konsep ini maka stimulus biasa yang asli dan netral sewaktu-

waktu akan menghasilkan respon atau tanggapan asli atau respon berkondisi.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 22

Page 23: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Konsep lain yang perlu dijelaskan adalah pelenyapan dan penyembuhan

spontan dalam teori classical conditioning dari percobaan Pavlov. Setelah respon

berkondisi tercapai, apakah yang akan terjadi bila stimulus berkondisi diulang

atau diberikan kembali tanpa diikuti oleh stimulus tak berkondisi ? Dalam hal ini

akan terjadi pelenyapan atau padam atau hilang. Dengan kata lain pelenyapan

adalah tidak terjadinya respon atau menurunnya kekuatan respon pada saat

diberikan kembali stimulus berkondisi tanpa diikuti stimulus tak berkondisi

setelah terjadinya respon. Sedangkan penyembuhan spontan adalah suatu

tindakan/usaha nyata untuk menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya

ialah melalui rekonditioning atau mengkondisi kembali melalui pemberian kedua

stimulus secara berpasangan.

Konsep lain dari classical conditioning adalah stimulus generalisasi dan

diskriminasi. Dalam hal ini Pavlov menyatakan bahwa respon berkondisi timbul

terhadap stimulus yang tidak berpasangan atau tidak dipasangkan dengan stimulus

tak berkondisi. Ini berarti ada semacam kecenderungan untuk

menggeneralisasikan respon berkondisi terhadap stimulus lain apabila dalam

beberapa hal memiliki kesamaan dengan stimulus berkondisi atau asli. Makin

tinggi tingkat kesamaannya semakin tinggi pula generalisasinya.

Diskriminasi adalah proses belajar untuk membuat satu respon tcrhadap

satu stimulus dan membedakan respon atau bukan respon terhadap stimulus

lainnya. Dengan demikian diskriminasi merupakan lawan dari generalisasi atau

kebalikan generalisasi.

Dalam praktek sehari-hari adanya generalisasi banyak ditemukan. Dalam

pengertian setelah respon khusus terjadi akibat suatu stimulus, maka rangsangan

yang sama akan menghasilkan respon yang sama. Contohnya, jika seekor anjing

telah dilatih membengkokan kaki kirinya, maka ia juga akan memberikan respon

membengkokan kaki kanannya seandainya respon yang asli (kaki kiri) menjadi

penghalang. Konsep lain yang juga penting adalah perjumlahan. Artinya

kombinasi dari stimulus sering mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada

rangsangan atau stimulus yang terpisah-pisah. Sebagai contoh kedua penglihatan

dan penciuman akan bereaksi kuat pada anjing untuk menghasilkan tanggapan

terhadap makanan.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 23

Page 24: Materi Psikologi Pendidikan.docx

2) Menurut Edward Lee Thorndike

Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus

adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,

atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon

adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula

berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku

akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau

tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat

mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara

mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula

dengan teori koneksionisme.

Adapun tiga hukum dasar (primer) dari Thorndike adalah sebagai berikut:

-       law of readiness; jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk

bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.

-       law of exercise; makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan

stimulasi respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan

“reward”.

-       law of effect”; bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon dan

dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu

menjadi lebih kuat. Bila mana hubungan dibarengi “state of affairs” yang

mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.

3) Teori Burhuss Frederic Skinner

Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaannya

bahwa prinsip-prinsip kondisioning klasik hanya sebagian kecil dari perilaku yang

bisa dipelajari. Banyak perilaku manusia adalah operan, bukan responden.

Kondisioning klasik hanya menjelaskan bagaimana perilaku yang ada

dipasangkan dengan rangsangan atau stimuli baru, tetapi tidak menjelaskan

bagaimana peilaku operan baru dicapai. Pada dasarnya, Skinner mendefinisikan

belajar sebagai proses perubahan perilaku (Gredler, 1986). Perubahan perilaku

yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru

yang muncul, yang biasanya disebut dengan kondisioning operan (operant

conditioning). Dalam teori ini memfokuskan pada 3 M:

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 24

Page 25: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Memunculkan tingkah laku (bentuk atau ciftaan)

Mengembangkan tingkah laku

Memodifikasi tingkah laku

c. Kelebihan dan kekurangan Teori Behavioristik:

Setiap teori pasti akan mempunyai kekurangan maupun kelebihannya.

Teori Behavioristik mempunyai kekurangan yaitu,

Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),

bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan

diukur

Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan

menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar

yang efektif.Penggunaan hukuma sebagai salah satu cara untuk

mendisiplinkan

siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata

kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.

Kelebihan dari teori behavioristik yaitu,

Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek

dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan,

spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

Contoh : percakapan bahasa asing,mengetik,menari,berenang,olahraga.

Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan

dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,

suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung

seperti diberi hadiah atau pujian.

Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami

dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang

diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan

oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

2.2.3 Teori Belajar Kognitif

a. Pengertian Teori Belajar Kognitif

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 25

Page 26: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Menurut teori belajar kognitif hal yang lebih penting dari sekadar hasil

belajar yang berupa perubahan tingkah laku. Tingkah laku seseorang ditentukan

oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan

tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang

tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak dan melibatkan

proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi melalui pengaturan

stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah

dimiliki dan terbentuk dalam pikiran berdasarkan pemahaman dan pengalaman

sebelumnya.

Dalam penerapan teori belajar kognitif, kebebasan dan keterlibatan siswa

secara aktif dalam proses belajar mengajar amat diperhitungkan agar aktivitas

belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa. Prinsip-prinsip belajar yang dianut

adalah berikut ini.

1. Siswa mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu sampai

mencapai kematangan kognitif seperti orang dewasa.

2. Pembelajaran perlu dirancang agar sesuai dengan perkembangan kognitif

siswa.

3. Agar proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat

terjadi, siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam belajar.

4. Pengalaman atau informasi baru perlu dikaitkan dengan struktur kognitif

yang telah dimiliki oleh siswa untuk menarik minat dan meningkatkan

retensi.

5. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.

6. Perbedaan individual antarsiswa perlu diperhatikan dalam rangka mencapai

keberhasilan belajar.

b. Tokoh Teori Belajar Kognitif

1.      Piaget

Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga

tahapan, yaitu :

a.   Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur

kognitif  yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah

mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 26

Page 27: Materi Psikologi Pendidikan.docx

perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang

sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai  informasi

baru) itu yang disebut asimilasi.

b.    Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.

Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi)

prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang

disebut akomodasi.

c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara

asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang

dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental

dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam”

dan “dunia luar”.

Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motor tentu

lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-

operasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang

lebih tinggi (operasional kongrit dan operasional formal). Jadi, secara umum,

semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur (dan juga semakin

abstrak) cara berfikirnya

Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila

disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik

hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,

yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan

tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta

didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan

menemukan berbagai hal dari lingkungan.

2.      Ausubel

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan

(belajar)” atau advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik

dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi

umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan

kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif

yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 27

Page 28: Materi Psikologi Pendidikan.docx

kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel menggunakan istilah “pengatur

lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta

didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur

lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu

yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci

keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau

yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan

belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun

asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis

akan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Ausubel mengidentifikasikan empat

kemungkinan tipe belajar, yaitu (1) belajar dengan penemuan yang bermakna, (2)

belajar dengan ceramah yang bermakna, (3) Belajar dengan penemuan yang tidak

bermakna, dan (4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat

bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan

menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu

dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu

akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.

3.      Bruner

Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar

mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen

untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari

sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk

meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program

pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual

pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril,

yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan,

sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin

keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.

Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan

berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau

kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap.

Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 28

Page 29: Materi Psikologi Pendidikan.docx

pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap

memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta

mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal

yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada

tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak

informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak

hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu: (1) mengemukakan

pentingnya arti struktur pengetahuan, (2) kesiapan (readiness) siswa untuk

belajar, (3) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi, (4) motivasi atau

keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.

Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat

diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam

tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan

dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema

hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan

uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar

terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya

masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak

informasi, motivasi, dan minat siswa.

Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang

mengandung makna adanya alam semesta sebagai  realita, hanya dalam pikiran

manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental

yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin

bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas

seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan

itu banyak tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem

penyimpanan yang sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan. Teori

belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat

mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan

maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama

dan utama yang perlu dikembangkan oleh  para guru dalam membelajarkan

peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh 

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 29

Page 30: Materi Psikologi Pendidikan.docx

sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan

optimal melalui sentuhan proses pendidikan.

Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat

mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi

kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi

aktual oleh  proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui

dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah

melalui proses belajar mengajar di kelas.

Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari)

oleh  siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yang  diantaranya : Kognitif.

Kognitif  terdiri dari enam tingkatan, yaitu :

1.       Pengetahuan (mengingat, menghafal),

2.       Pemahaman (menginterpretasikan),

3.       Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu

masalah),

4.       Analisis (menjabarkan suatu konsep),

5.       Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep

utuh),

6.       Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).

Oleh karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan

bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses

pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh  peserta didik.

Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang

diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar

secara kelompok.

4. Mex Wertheimenr

Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak

dasar pisiologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr tahun1880-1943 yang meneliti

tentang pengamatan dalam problem solving. Dari pengamatannya ia sangat

menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah dan menghendaki agar

murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis (dalam Riyanto,2002).

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 30

Page 31: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Gestalt dalam bahasa Jerman, berarti “Whole Configuration” atau bentuk

yang utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan lebih dari bagian-bagian. Dalam

belajar, siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang

satu dengan bagian Yanng lainnya. Pemaknaan makna dari hubungan inilah yang

disebut memahami, mengerti atau insight. Menurut pandangan Gestalt, semua

kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap

hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Suatu

konsep yang terpenting dalam teori Gestalt adalah tentang pengamatan dan

pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam

suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt

guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran,

tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau

bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha

menemukan hubungan antar bagian.

Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat

global terhadap objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari

keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya

proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui

indra-indra seperti mata dan telinga.

5. Kohler

Teori yang disampaikan oleh Kohler berdasarkan pada penelitiannya pada

seekor monyetnya dipulau Cannary yang dikembangkan dari teori Gestalt. Kohler

menyatakan bahwa belajar adalah serta mencapainya, hasil adalah proses yang

didasarkan ada insight.

6. Kurt Lewin

Kurt Lewin, mengembangkan suatu teori belajar Conitive-Field dengan

menaruh perhatian kepada kepribadian dan pisikologi sosial. Menurut Lewin,

belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin

berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik

yang berasal dari individu seperti tujuan, kebutuhan tekanan kejiwaan maupun

yang berasal dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan.

c. Aplikasi Teori Belajar Kognitif

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 31

Page 32: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.   Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah

dalam proses berpikirnya.

2.   Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari

sederhana ke kompleks.

3.   Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.

4.   Guru memerhatikan perbedaan individual setiap siswa untuk mencapai

keberhasilan siswa.

2.2.4 Teori Belajar Psikodinamis

a. Tokoh Teori Psikodinamis

1. Sigmund Freud (1856-1939)

Sigmund Freud dia berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau

kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-

efektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ikut menentukan

dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya. Sehingga freud membagi struktur

kepribadian atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:

1. Id (das es) bisa dikaitkan dalam islam dengan nafsu.

2. Ego (das ich) bisa disebut juga dengan akal.

3. Superego (das ueber es) bisa disebut dengan hati nurani.

Setelah membagi struktur jiwa manusia kedalam tiga struktur, freud

membagi tahapan-tahan perkembangan manusia menjadi lima fase yang menjadi

dasar perkembangan manusia bagi teori psikodinamika. Adapun kelima fase

tersebut masuk ke dalam teori perkembangan psikoseksual.

Teori perkembangan psikoseksual yang dikemukakan oleh Freud

mengatakan bahwa setiap makhluk hidup pasti mengalami pertumbuhan dan

perkembangan, begitu pula manusia juga mengalaminya. Freud mengatakan

bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan

bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikkan dan kebutuhan

seksual.

Tahap perkembangan psikoseksual yang dikemukakan Freud adalah:

1. Tahap oral

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 32

Page 33: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Tahap Oral berlangsung pada usia 0 sampai 18 bulan dimana kesenangan

bayi terpusat disekitar mulut, seperti mengunyah, menghisap, dan menggigit yang

merupakan sumber kesenangan anak. Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari

mulut adalah makanan. Makan meliputi stimulasi terhadap bibir dan rongga mulut

serta menelan. Kemudian setelah gigi tumbuh maka mulut dipakai untuk

menggigit dan mengunyah. Dua aktifasi oral ini merupakan prototype bagi banyak

ciri karakter yang berkembang dikemudian karakter.

2. Tahap Anal

Tahap Anal berlangsung pada anak usia 1,5 tahun sampai 3 tahun. Libido

dipusatkan didaerah anal, dimana anal berfungsi sebagai alat pemuas kenikmatan

(baik dalam melepaskan atau mempertahankan feses).

Di fase ini terjadi sifat ambivalensi pada anak dimana anak berusaha

mempertahankan feses sedangkan ibunya memerintahkan untuk dibuang.

3. Tahap Phallic

Berlangsung pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Kenikmatan terletak pada

alat kelamin dan aktifitas yang paling nikmat adalah masturbasi. Pada tahap ini

anak menyadari jenis kelaminnya bertepatan pada kesadaran bahwa dirinya

dipisahkan dari beberapa aspek dari kehidupan orang tuanya.

4. Tahap Latency

Berlangsung pada anak usia 6 tahun sampai usia peberitas atau sekitar 12

tahun. Selam periode ini, anak menekan seluruh minat seksual dan

mengembangkan keterampilan dan intelektual. Di fase ini libido seksual relative

tenang dan anak beridentifikasi lebih luas lagi di luar objek orang tuanya seperti

teman, orang tua teman, dan guru.

5. Tahap Genital

Terjadi mulai dari masa puberitas dan seterusnya. Fase ini dibagi menjadi

tiga fase yaitu,

Fase pubertas yaitu usia 11 sampai 13 tahun

Fase adolecens yaitu usia 14 sampai 18 tahun

Fase dewasa yaitu usia 18 tahun keatas

Freud memberikan sumbangan kepada perkembangan psikodinamik diantaranya :

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 33

Page 34: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti

peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan

teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian

Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus

menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat

diramalkan

Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa,

seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi

sumbangan juga pada analisis karya seni

Selain menuai pujian teori ini juga menuai banyak kritik diantaranya :

Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara

sistematis dan sangat subyektif

Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga

diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi,

seperti Oedipus complex

Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari

intervening variable

Freud banyak memiliki murid. Tidak semuanya akan dibahas, hanya dua dari para

pengikut itu yang akan dibahas di sini, yaitu Adler dan Jung.

2.      Alfred Adler (1870-1937)

Adler mengembangkan yang disebut sebagai Individual Psychology.

Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran.

Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego . Teorinya banyak

menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga dikenal sebagai seorang

psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut Freud, Adler memilih

jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur

seksual sehingga kurang realistis.

Adler di Wina dari keluarga pedagang yang berada. Sejak kecil ia sakit-

sakitan dan hal ini menumbukan cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Pada

tahun 1895 ia lulus kedokteran dari Universitas Wina, lalu berpraktek sebagai

dokter mata sebelum akhirnya menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 34

Page 35: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya

tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia,

ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah

universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan

berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam

bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang

memungkinkannya mengatasi kelemahan tsb.

Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu

dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini

sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu

sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu

berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki

pandangn lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke

masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.

3.      Carl Gustav Jung (1875-1961)

Dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud,

Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang

menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan

Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun

keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku

manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi

tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah

faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak

setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah

warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras

Jung lahir di Swiss, ayahnya adalah pendeta dan unsur religius nantinya akan

banyak berperan dalam pemikiranpemikirannya. Ia belajar kedokteran di

Universitas Basel, lulus 1900. Kemudian ia ditunjuk bekerja di klinik psikiatri

Universitas Zurich tahun 1909. Ia adalah ketua pertama International

Psychoanalitic Association tahun 1911. Tahun 1914 ia mengundurkan diri dari

posisinya tersebut dan mendirikan analytical psychology. Pada tahun 1920an ia

banyak melakukan ekspedisi lapangan ke Afrika dan Amerika Selatan sambil

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 35

Page 36: Materi Psikologi Pendidikan.docx

meneliti dan mengembangkan teorinya. Ekspedisi ini secara signifikan

mempengaruhi teori-teorinya yang kental unsur budayanya. Tahun 1948 C.G.

Jung Institute didirikan di Zurich untuk mengembangkan teorinya dan teknik

terapinya.

Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya,

collective unconscious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh

manusia. Hal ini dpt dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah.

Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi

terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada

orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini

menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan

kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial

images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang

dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia,

yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective

unconsciousness.

2.2.5 Teori Belajar Sosial

a. Pengertian Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep

dari teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan

evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau

pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan

lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya. (Sihnu Bagus)

Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak

tentang perilaku melalui peniruan/modeling, bahkan tanpa adanya penguat

(reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut

“observational learning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Albert Bandura

(1971), mengemukakan bahwa teori pembelajaran sosial membahas tentang (1)

Bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat

(reinforcement) dan observational learning, (2) Cara pandang dan cara pikir yang

kita miliki terhadap informasi, (3) Begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 36

Page 37: Materi Psikologi Pendidikan.docx

kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan

observational opportunity.

Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses

pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari

perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang

diberikan kepada orang lain.

Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses

pengamatan atau modeling Proses yang terjadi dalam observational learning

tersebut antara lain :

1. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap

model dengan cermat.

2. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang

ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki

ingatan yang bagus terhadap perilaku model.

3. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian

untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang

telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba

menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.

4. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki

motivasi untuk belajar dari model.

Sosial adalah interaksi atau hubungan yang dilakukan dengan orang

banyak yang ditemukannya disekelilingnya dalam menjalankan kehidupan

individunya sehari-hari. Sosial membantu tiap anak untuk merasa diterima

didalam kelompok, membantu anak belajar berkomunikasi dan bergaul dengan

orang lain, mendorong empati dan saling menghargai terhadap anak-anak maupun

orang dewasa.

Pembentukan sikap sosial pada anak yang mengikuti Pendidikan Apresiasi

Seni, dipengaruhi oleh faktor orang tua dan guru, faktor kebudayaan di tempat

tinggal masing-masing, dan faktor lembaga pendidikan dan ajaran agama.

Masing-masingnya mengarahkan anak mempunyai sikap sosial yang baik melalui

penanaman pengetahuan dan contoh, adanya pembiasaan bersosialisasi dengan

orang lain baik yang memiliki kesamaan suku, agama, budaya dan lainnya

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 37

Page 38: Materi Psikologi Pendidikan.docx

maupun yang tidak. Serta pemberian penjelasan dari sekolah dan ajaran agama

tentang berkomunikasi, berhubungan dengan sesama manusia, termasuk

didalamnya didukung oleh kegiatan Pendidikan Apresiasi Seni yang diikuti anak

di sekolahnya.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial

Menurut Prasetyo dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan

bahwa: “Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut: (a)

Faktor Indogen: faktor pada diri anak itu sendiri seperti faktor imitasi, sugesti,

identifikasi, simpati dan (b) Faktor Eksogen; faktor yang berasal dari luar seperti

lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah” (Prasetyo,

1997 : 96).

Dari pendapat ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut: (a) Faktor Indogen;

faktor sugesti, identifikasi, dan imitasi  (b) Faktor Eksogen; faktor yang berasal

dari luar seperti lingkunga keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan

sekolah. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor yang mempengaruhi

sikap sosial tersebut.

a.       Faktor Endogen

Faktor indogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yang

datang dari dalam dirinya sendiri. Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi tiga

faktor yaitu: a) faktor sugesti,  b) faktor identifikasi, dan c) faktor imitasi. Berikut

ini akan dijelaskan secara singkat masing-masing faktor tersebut.

- Faktor Sugesti

Dalam buku Psikologi Kepribadian dijelaskan bahwa: “Sugesti adalah

proses seorang individu didalam berusaha menerima tingkah laku maupun prilaku

orang lain tanpa adanya kritikan terlebih dahulu” (Nawawi, 2000 : 72).

Dari pendapat ahli tersebut diatas, dapat dikatakan sugesti dapat

mempengaruhi sikap sosial seseorang sedangkan anak yang tidak mampu

bersugesti cenderung untuk tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak

merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerjasama dengan orang lain dan

sebagainya.

- Faktor Identifikasi

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 38

Page 39: Materi Psikologi Pendidikan.docx

Identifikasi dilakukan kepada orang lain yang dianggapnya ideal atau

sesuai dengan dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawawi dalam bukunya

Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Anak yang mengidentifikasikan dirinya

seperti orang lain akan mempengaruhi perkembangan sikap sosial seseorang,

seperti anak cepat merasakan keadaan atau permasalahan orang lain yang

mengalami suatu problema (permasalahan)” (Nawawi, 2000 : 82).

Menurut pendapat ahli tersebut diatas jelaslah bahwa seseorang yang

berusaha mengidentifikasikan diri dengan keadaan orang lain akan lebih mampu

merasakan keadaan orang lain, daripada seorang anak yang tidak mau

mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain yang cenderung mampu merasakan

keadaan orang lain.

- Faktor Imitasi

Imitasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Pada buku

Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa: “Sikap seseorang yang berusaha meniru

bagaimana orang yang merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru

bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini

penting didalam membentuk rasa kepedulian sosial seseorang” (Purwanto, 1999 :

65). Sedangkan ahli lain mengatakan pula bahwa: “Anak-anak yang meniru

keadaan orang lain, akan cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang tidak

mampu meniru keadaan orang lain” (Nawawi, 2000 : 42). 

Dari kedua pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa imitasi dapat

mempengaruhi sikap sosial seseorang, dimana seseorang yang berusaha meniru

(imitasi) keadaan orang lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain,

apakah orang sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.

b.      Faktor Eksogen

Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak dari

luar dirinya sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto dan Sjafioedin dalam

bukunya Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa: “Ada tiga faktor

yang mempengaruhi sikap sosial anak yaitu: ” a) faktor lingkungan keluarga, b)

faktor lingkungan sekolah dan c) faktor lingkungan masyarakat” (Soetjipto dan

Sjafiodin, 1994 : 22) . Berikut ini akan dijelaskan secara singkat masing-masing

faktor tersebut.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 39

Page 40: Materi Psikologi Pendidikan.docx

1).  Faktor Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak,  keluarga   merupakan

lingkungan yang pertama dari anak dari keluarga pulalah anak menerima

pendidikan karenanya keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam

perkembangan anak. Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang baik

terhadap perkembangan anak, demikian pula sebaliknya. Dalam buku Psikologi

Pendidikan dijelaskan bahwa: “Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang,

perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak memanjakan anak-anaknya

dapat mem-pengaruhi sikap sosial bagi anak-anaknya” (Purwanto, 1999 : 89).

Dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa keharmonisan dalam keluarga, anak

yang mendapatkan kasih sayang serta keluarga yang selalu memberikan perhatian

kepada anak-anaknya merupakan peluang yang cukup besar didalam

mempengaruhi timbulnya sikap sosial bagi anak-anaknya.

2). Faktor Lingkungan Sekolah

Dalam bukunya Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Keadaan sekolah

seperti cara penyajian materi yang kurang tepat serta antara guru dengan murid

mempunyai hubungan yang kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan yang

kurang baik bagi siswa yang akhirnya mempengaruhi sikap sosial seorang siswa”

(Ahmadi, 1996 : 65). Selanjutnaya dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa:

“Ada beberapa faktor lain di sekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa

yaitu tidak adanya disiplin atau peraturan sekolah yang mengikat siswa untuk

tidak berbuat hal-hal yang negatif ataupun tindakan yang menyimpang” (Nawawi,

2000 : 66).

Dari kedua pendapat ahli diatas, maka faktor lingkungan sekolah yang

dapat mempengaruhi sikap sosial siswa adalah cara penyajian materi, prilaku

maupun sikap dari para gurunya, tidak adanya disiplin atau peraturan-peraturan

sekolah yang betul-betul mengikat siswa.

3). Faktor Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak para remaja sebagai

makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari

masyarakat. Anak dibentuk oleh lingkungan masyarakat dan dia juga sebagai

anggota masyarakat, kalau lingkungan sekitarnya itu baik akan berarti sangat

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 40

Page 41: Materi Psikologi Pendidikan.docx

membantu didalam pembentukkan keperibadian dan mental seorang anak, begitu

pula sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik akan berpengaruh

kurang baik  pula terhadap sikap sosial  seorang anak, seperti tidak mau

merasakan keadaan orang lain. Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa:

“Lingkungan masyarakat yang bisa mempengaruhi timbulnya berbagai sikap

sosial pada anak seperti cara bergaul yang kurang baik, cara menarik kawan-

kawannya dan sebaginya” (Sarwono, 1997 : 59). Selanjutnya dalam buku

Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Pergaulan sehari-hari yang kurang baik bisa

mendatangkan sikap sosial yang kurang baik, begitu sebaliknya dimana suatu

lingkungan masyarakat yang baik akan mendatangkan sikap sosial yang baik pula

terhadap anak” (Nawawi, 2000 : 45).Dengan demikian dari uraian dan pendapat

ahli tersebut diatas, maka lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya

terhadap pembentukkan sikap sosial seorang anak, begitu pula sebaliknya

lingkungan masyarakat yang kurang baik akan menimbulkan sikap sosial yang

kurang baik pula terhadap anak.

Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 41