Materi Psikologi Pendidikan.docx
-
Upload
enzeruhato-to-akuma -
Category
Documents
-
view
179 -
download
1
Transcript of Materi Psikologi Pendidikan.docx
KUMPULAN MATERI PEMBELAJARAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KELAS B SEMESTER I
Oleh :
Nama : I Komang Cahya Trianandika
NIM : 1211031166
No Absen : 35
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
Tahun 2012
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 1
BAB I
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BELAJAR
1. Calon Guru Perlu Mempelajari Psikologi Pendidikan
Sebagai calon guru sangat perlu mempelajari psikologi pendidikan,
mengingat psikologi pendidikan mempunyai manfaat yang sangat besar. Dengan
mempelajari psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
b. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
c. Mampu memberikan bimbingan atau bahkan konseling.
d. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
e. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
f. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
g. Menilai hasil pelajaran yang adil.
Karena pentingnya psikologi pendidikan maka setiap mata kuliah mencoba
atau berusaha memberikan seperangkat pengetahuan atau keterampilan yang harus
dimiliki oleh guru atau calon guru untuk memangku jabatan atau tugas pokoknya
sebagai guru. Seperangkat pengetahuan atau keterampilan sering disebut
kompetensi guru. Ada empat kompetensi guru antara lain adalah sebagai berukut:
1. Kompetensi pribadi atau kepribadian
2. Kompetensi Pedagogik (kompeten dalam bidang pendidikan).
3. Kompetensi profesional.
4. Kompetensi sosial.
Tugas pokok guru adalah bukan sekadar mengajar melainkan mendidik
(mengajar dan membimbing).
1. Kompetensi Pribadi atau kepribadian
Kompentensi Pribadi adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan
yanng harus dimiliki oleh guru atau calon guru secara pribadi dengan ciri-ciri:
menunjukkan pribadi yang dewasa, bertanggungjawab, menjunjung tinggi
falsafah negara (Pancasila dan UUD 1945) dan mampu menerapkan nilai-nilai
budaya, bangsa kepada generasi penerus demi kemajuan bangsa dan negaranya.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 2
Dewasa adalah pribadi yang mampu menunjukkan prilakunya secara
verbal, prilaku secara verbal yaitu
- mampu berbicara yang baik, sopan, dan santun.
- mampu menceritakan atau menyampaikan idenya melalui bahasa yang
baik,
sementara non verbal yaitu mampu menampilkan diri sesuai dengan norma yang
ada (cara berpakaian, prilaku, dan kesopanan).
Dalam kaitannya dengan menjunjung tinggi falsafah, maka mengingat
guru dianggap figur model bagi peseta didik, guru diharapkan mampu
mengajarkan peserta didik pada proses pendidikan moral seperti bertegur sapa.
2. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan
yang haru dimiliki oleh guru atau calon guru untuk mendukung tugas pokoknya
sebagai guru dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mampu nguasai konsep-konsep pendidikan secara umum (Sains, Ilmu
Pengetahuan Sosial, dan Ilmu Humaniora)
2) Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
globalisasi.
3) Mampu menguasai karakteristik perkembangan peserta didik.
4) Menguasai secara utuh faktor-faktor atau komponen-komponen interaksi
dalam proses pendidikan.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional adalah seperangkat pengetahuan keterampilan
yang harus dimiliki oleh guru atau calon guru untuk mendukun pelaksanaan
tugas-tugas pokok sebagai guru dengan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
1) Guru harus menguasai bahan atau materi ajar.
2) Guru harus mampu memahami atau meguasai karakteristik perkembangan
siswanya.
3) Guru harus mampu memahami atau menguasai prinsip-prinsip
pembelajaran, serta strategi, metode, dan teknik pembelajaran (belajar-
mengajar).
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 3
4) Guru harus mampu memahami, menguasai, serta mengimplementasikan
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling.
5) Guru harus mampu menguasai dan mengimplementasikan prinsip-prinsip
evaluasi dan penilaian pendidikan.
6) Guru harus mampu memahami dan dan menerapkan cara-cara untuk
membimbing kelompok kecil.
7) Guru harus mampu menguasai dan melaksanakan penelitia dibidang
pendidikan untuk kemajuan dalam dunia pendidikan.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan atau
kemampuan guru atau calon guru yang dapat mendukung pribadinya sebagai guru
atau calon guru adalah dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Menunjukkan sikap toleran terhadap atasannya, sejawatnya atau kolega,
dan anak didiknya.
2) Menunjukkan rasa hormat, disiplin, dan bertanggung jawab terhadap tugas
yang diampunya kepada pimpinan atau atasan, anak didiknya, dan orang
tua.
3) Mampu bersosialaisasi dengan masyarakat sekitar.
2. Psikologi dan Psikologi Pendidikan
Berdasarkan etimologinya kata psikologi dapat dibagi menjadi dua kata
yaitu
Psyche artinya jiwa.
Logos artinya ilmu.
Jadi secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang
jiwa. Psikologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari tentang jiwa individu
melalui manifestasi prilaku, baik prilaku yang tampak maupun yang tidak tampak.
Contoh prilaku yang tampak adalah menangis, berbicara, berjalan dan lain
sebagainya, sementara perilaku yang tidak tampak yaitu menahan perasaan ketika
diejek oleh teman.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 4
Karena banyaknya perilaku tampak dan tidak tampak serta kompleksnya
prilaku tersebut maka psikologi umum membuat cabang-cabang baru atau
psikologi khusus, diantaranya :
a. Psikologi Pendidikan: mengkaji permasalahan dalam dunia pendidikan.
b. Psikologi Sosial: mengkaji hal yang terkait dengan masalah bidang sosial.
c. Psikologi Abnormal: mengkaji keabnormalan indovidu (gangguan jiwa).
d. Psikologi Kepribadian: psikologi yang mengkaji atau mempelajari
keprebadian manusia atau individu.
e. Psikologi Kriminologi adalah ilmu psikologi yang digunakan untuk
menganalisis permasalahan-permasalahan individu dalam kejahatan.
f. Psikologi Phatologi adalah ilmu psikologi yang diterapkan dalam dunia
kedokteran.
Sementara, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendapat para ahli mengenai psikologi pendidikan yaitu
a. H. C. Whiterington
Psikologi pendidikan ialah suatu studi yang sistematis tentang proses-
proses dan fakta-fakta yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
b. Lester D. Crow, Ph.D
Psikologi pendidikan dapat dipandang sebagai ilmu pengetahuan praktis,
yang berguna untuk menerangkan belajar sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ditetapkan secara ilmiah dan fakta-fakta sekitar tingkah laku
manusia.
c. Carter V. Good
Psikologi pendidikan adalah suatu studi tentang hakikat belajar.
d. W.S Winkel
Psikologi pendidikan ialah ilmu yang mempelajari prasyarat atau faktor-
faktor bagi pelajar di sekolah, berbagai jenis belajar dan fase-fase dalam
semua proses belajar.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 5
e. Drs. M. Dimyati Mahmud
- Psikologi pendidikan ialah aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip
psikologi dalam dunia pendidikan. Batas ini bersifat abstrak dan umum
atau belum begitu jelas.
- Psikologi pendidikan ialah aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip
ilmiah tentang tingkah laku manusia dalam dunia pendidikan.
- Psikologi pendidikan ialah aplikasi atau penerapan prinsip-prinsip
ilmiah tentang tingkah laku yang mempengaruhi proses mengajar dan
proses belajar.
f. Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12)
Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi
yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna
dalam hal-hal sebagai berikut :
- Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
- Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
- Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
- Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan
pendayagunaan ranah kognitif.
- Penyenggaraan pendidikan keguruan.
g. Muhibbin Syah
Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang terjadi
dalam dunia pendidikan.
h. Barlow (Syah, 1997 / hal. 12)
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset
psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk
membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses
belajar mengajar secara efektif.
i. Tardif (Syah, 1997 / hal. 13)
Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang
berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia
untuk usaha-usaha kependidikan.
j. Witherington (Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13)
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 6
Psikologi pendidikan sebagai “ A systematic study of process and factors
involved in the education of human being.
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan
faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
k. Ensiklopedia Amerika, psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih
berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-
penemuan dan menerapkan prisip-prinsip dan cara untuk meningkatkan
keefesien dalam pendidikan.
Dari pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli di atas, untuk
menguraikan pengertian psiologi pendidikan dapat ditentukan kata kuncinya
yaitu:
Disiplin psikologi
Riset ilmiah dan abstrak
Implementasi dalam bidang pendidikan
Bidang proses pembelajaran
Peserta didik/siswa
Pendidik/guru
Kurikulum/internasional (silabus, RPP, kelas)
Jadi, psikologi pendidikan adalah disiplin psikologi yang bersifat ilmiah
atau abstrak yang diimplementasikan dalam bidang pendidikan melalui interaksi
antara komponen siswa, guru, instrumental pembelajaran, dll atau dapat
dikatakan, Psikologi Pendidikan adalah sebagai salah satu cabang atau disiplin
psikologi yang telah memiliki atau menemmukan hasil atau riset-riset yang
bersifat ilmiah dan hasil atau riset ilmiah inilah diimplementasikan (diterapkan)
dalam bidang pendidikan dengan kajian interaksi antara komponen-komponen
pendidikan (proses pembelajaran, siswa, guru/pendidik, instrumental, kondisi
social dan non social pembelajaran). Kondisi sosial adalah lingkungna yang
bergerak (manusia) dan kondisi non sosial adalah lingkungan yang tidak memiliki
hubungan dengan manusia.
Sedangkan pengertian pendidikan menurut UU no 20 tahun 2003:
Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari masalah psikologis
dalam dunia pendidikan seperti:
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 7
Tingkah laku belajar siswa
Tingkah laku mengajar oleh guru
Dan interaksi antara keduanya
Adapun metode yang dapat digunakan untuk mempelajari individu dan
interkasinya yaitu sebagai berikut:
1. Metode observasi
2. Metode interview/wawancara
3. Metode pencatatan dokumen
4. Metode studi kasus
5. Metode biografi (sejarah hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain)
6. Metode autobiografi (sejarah hidup seseorang yang ditulis oleh orang itu
sendiri)
7. Metode eksperimen
8. Metode kuisioner/angket
3. Pengertian Belajar
a. Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
b. Pengertian belajar menurut beberapa ahli
1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi
Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Winkel
Belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3. Cronchbach
Belajar adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman.
4. Howard L. Kingskey
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 8
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan.
5. Drs. Slameto
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya.
6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.
7. R. Gagne
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah laku
8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan
pengetahuan dan pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui
hafaln
9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning
mengemukakan bahwa: Learning is change in human disposition or
capacity, wich persists over a period time, and which is not simply
ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan
hanya disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan
bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri
dan keduanya saling berinteraksi.
10. Lester D. Crow and Alice Crow
Belajar adalah acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar
adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap.
11. Ngalim Purwanto (1992)
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 9
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku,
yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
12. Nasution
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau
berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon utama,
dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya perilaku baru itu bukan
disebabkan oleh adanya kematangan atau adanya perubahan sementara
karena suatu hal.
13. Ernest H. Hilgard
Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia
belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi
sesuatu situasi daripada sebelum itu
14. Whiterington
Belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian sebagaimana
dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respontingkah
laku yang baru nyata dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan,
kesanggupan, dan sikap
Berdasarkan pengertian belajar di atas dapat disimpulkan, belajar ialah
usaha sadar dan sengaja, dilakukan secara terus menerus dari orang dewasa (guru,
orang tua, masyarakat, dan lain-lain) yang bertanggung jawab kepada individu
yang belum dewasa agar tercapai perubahan prilau yang relatif bersifat tetap atau
permanen, untuk menuju kedewasaan baik secara kognitif (pemikiran), afektif
(perasaan dan emosi), dan faktor psikomotorik (prilaku).
4. Ciri-ciri belajar
Hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku sehingga menurut
Djamarah(2002:15) belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
4. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
5. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 10
6. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
7. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, secara singkat dapat diamati
dari bagan berikut,
Dari bagan diatas, dapat diamati bahwa keberhasilan seseorang dalam
mengikuti kegiatan belajar sangat ditentukan oleh banyak faktor. Adapun faktor-
faktornya, yaitu sebagai berikut:
1) Faktor internal
Adalah faktor yang mempengaruhi belajar yang berasal dari dalam siswa.
Faktor ini dapat dibagi dari dua aspek, yaitu:
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 11
a. Aspek fisiologis yagn meliputi: kesehatan, keadaan, fungsi-fungsi jasmani
(mata dan telinga)
b. Aspek psikologis yang meliputi intelegensi, bakat, minata, motivasi.
2) Faktor eksternal
Adalah faktor yang mempengaruhi belajar yang berasal dari luar siswa.
Adapun faktor eksternal ini dapat dilihat dari dua aspek, yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor lingkungan
Lingkungan social, yang meliputi keluarga (orang tua, saudara),
sekolah (guru, teman, dll), masyarakat (tetangga, teman permainan)
Lingkungan non social yang meliputi: suhu, cuaca, waktu, tempat
belajar, alat-alat belajar
b. Faktor-faktor metode, yang meliputi:
Metode belajar
Metode mengajar
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 12
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 13
BAB II
TEORI BELAJAR BERDASARKAN KELOMPOK
2.1 Seorang Guru Harus Mempelajari Teori Belajar
Teori belajar akan sangat membantu guru, supaya memiliki kedewasaan
dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan
prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.
Dengan demikian, tujuan mempelajari teori belajar adalah
1. Untuk membantu para guru, agar menjadi lebih bijaksana dalam usahanya
membimbing murid dalam proses pertumbuhan belajar.
2. Agar para guru memiliki dasar-dasar yang luas dalam hal mendidik,
sehingga murid bisa bertambah baik dalam cara belajamya.
3. Agar para guru dapat menciptakan suatu sistem pendidikan yang efisien
dan efektif dengan jalan mempelajari, menganalisis tingkah laku murid
dalam proses pendidikan untuk kemudian mengarahkan proses-proses
pendidikan yang berlangsung, guna meningkatkan ke arah yang lebih baik.
Seorang guru dikatakan kompeten bila ia memiliki khasanah cara
penyampaian yang kaya, memiliki pula kriteria yang dapat dipergunakan untuk
memilih cara-cara yang tepat di dalam menyajikan pengalaman belajar mengajar,
sesuai dengan materi yang akan disampaiakan. Kesemuanya itu hanya akan
diperoleh jika guru menguasai teori-teori belajar.
2.2 Teori Belajar
2.2.1 Teori Belajar Humanistik.
a. Pengertian Teori Belajar Humanistik
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari
proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata
lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal
dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 14
keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya
harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut hemat kami, Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta
peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
b. Tokoh Teori Humanistik
1. Carl Rogers
Carl R. Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses
belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka
berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak
ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu,
menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada
diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan
(2) belajar yang tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar
yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?.
Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk
dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya
sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 15
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut
pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam :
(1) membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif
terhadap belajar, (2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan
memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar, (3) membantu siswa untuk
memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong
belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa, dan (5) menerima
pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.
2. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku
siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila
ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau
pandangan siswa yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang
penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi
pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti
dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 16
3. Bloon dan Krathowl
Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin
dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut;
1). Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu :
a) Pengetahuan (mengingat, menghafal)
b) Pemahaman(menginterprestasikan)
c) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah)
d) Analisis (menjabarkan suatu konsep).
e) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh).
f) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)
2). Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
a) Peniruan (menirukan gerak).
b) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak).
c) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar).
d) Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
e) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).
3). Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan;
a). Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b). Merespons (aktif berpartisipasi)
c). Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu)
d). Pengorganisasisan
e). Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagi bagian dari pola hidup).
4. Kolb
Sementara itu, seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar
menjadi empat tahap, yaitu;
1). Pengalaman konkret
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 17
2). Pengamatan aktif dan reflektif
3). Konseptualisasi
4). Ekperimen aktif
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu
sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang
hakikat kejadian tersebut.
Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan
observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan
memahaminya.
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau
“teori” tentang suatu hal yang diamatinya.
Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi yang baru.
5. Honey dan Mumford
Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan
siswa. Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu;
1). Aktivis
2). Reflector
3). Teoris
4). Pragmatis
6. Habermas
Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa
belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan
sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar
menjadi tiga bagian, yaitu;
1). Belajar teknis (technical learning)
2). Belajar praktis (practical learning)
3). Belajar emansipatoris (emancipatory learning).
c. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:
1. Manusia mempunyai belajar alami
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 18
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh
cara.
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang
mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan
untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa
prinsip belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah
untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan
yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar
akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan siswa, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman
dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara
pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri, (5)
belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran
maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas,
dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang
lain tidak begitu penting.
d. Aplikasi Teori Belajar Humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 19
kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan
mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran
siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk
bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan.
Keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau
etika yang berlaku.
2.2.2 Teori Belajar Behavioristik
a. Pengertian Teori belajar behavioristik
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 20
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori
ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal
sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus
dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.Faktor lain yang dianggap penting
oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu
pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga
semakin kuat.
b. Tokoh-tokoh Teori Behavioristik
1) Ivan P. Pavlov
Ivan P. Pavlov lahir pada tahun 1849 di kota Rayasan Rusia. 1. Pavlov
menyumbangkan gagasan dan pikirannya dalam bidang ilmu psikologi. Teori
belajar classical conditioning kadang-kadang disebut juga respont conditioning
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 21
atau Pavlovian Conditioning, merupakan teori belajar katagori Stimulus-Respon
(S-R) tipe S. Esensi berlakunya classical conditioning adalah adanya dua stimulus
yang berpasangan. Satu stimulus yang dinamakan conditioned stimulus (CS) atau
kita sebut saja stimulus yang berkondisi. Stimulus ini dinamakan stimulus netral
sebab kecuali untuk menjaga respon yang pertama kalinya diberikan dalam
beberapa saat, tidak menghasilkan respon khusus. Stimulus lainnya adalah
unconditioned stimulus (US) atau kita sebut saja stimulus yang tidak berkondisi.
Stimulus ini menghasilkan respon yang sipatnya reflek yang kita namakan
unconditioned response (UR) atau kita sebut saja respon yang tidak berkondisi.
Pasangan kedua stimulus ini yakni stimulus berkondisi dan tidak berkondisi (CS
dan US) biasanya terjadi di mana stimulus berkondisi (CS) timbul atau datang
pada waktu yang relatif singkat sebelum stimulus yang tidak berkondisi (US)
diberikan. Selang waktu antara stimulus berkondisi dengan stimulus tidak
berkondisi dinamakan interstimulus interval.
Hasil daripada pasangan stimulus ini, di mana stimulus yang tidak
berkondisi yang didahului oleh stimulus berkondisi adalah dimulainya respon
yang sama yakni respon tidak berkondisi (unconditioned respon atau UR). Setelah
terjadi proses belajar stimulus berkondisi menghasilkan respon. Respon tersebut
dinamakan respon berkondisi(CR). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
situasi atau classical conditioning adalah sebagai berikut:apabila stimulus
berkondisi dan stimulus tak berkondisi dipasangkan dalam jumlah waktu dan
interval waktu dengan benar, stimulus berkondisi yang asli dan netral akan
memulai menghasilkan respon yang sama dengan respon yang dihasilkan oleh
stimulus tak berkondisi sebelum dipasangkan. Respon-respon khusus yang
dihasilkanoleh stimulus berkondisi yang asli dan netral adalah apa yang
dinamakan belajar classical conditioning. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa stimulus takl bersarat/tak berkondisi dapat menghasilkan respon atau
tanggapan tak bersarat/berkondisi dan stimulus tambahan yakni stimulus
berkondisi akan menghasilkan respon baru yakni respon atau tanggapan
berkondisi. Dengan konsep ini maka stimulus biasa yang asli dan netral sewaktu-
waktu akan menghasilkan respon atau tanggapan asli atau respon berkondisi.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 22
Konsep lain yang perlu dijelaskan adalah pelenyapan dan penyembuhan
spontan dalam teori classical conditioning dari percobaan Pavlov. Setelah respon
berkondisi tercapai, apakah yang akan terjadi bila stimulus berkondisi diulang
atau diberikan kembali tanpa diikuti oleh stimulus tak berkondisi ? Dalam hal ini
akan terjadi pelenyapan atau padam atau hilang. Dengan kata lain pelenyapan
adalah tidak terjadinya respon atau menurunnya kekuatan respon pada saat
diberikan kembali stimulus berkondisi tanpa diikuti stimulus tak berkondisi
setelah terjadinya respon. Sedangkan penyembuhan spontan adalah suatu
tindakan/usaha nyata untuk menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya
ialah melalui rekonditioning atau mengkondisi kembali melalui pemberian kedua
stimulus secara berpasangan.
Konsep lain dari classical conditioning adalah stimulus generalisasi dan
diskriminasi. Dalam hal ini Pavlov menyatakan bahwa respon berkondisi timbul
terhadap stimulus yang tidak berpasangan atau tidak dipasangkan dengan stimulus
tak berkondisi. Ini berarti ada semacam kecenderungan untuk
menggeneralisasikan respon berkondisi terhadap stimulus lain apabila dalam
beberapa hal memiliki kesamaan dengan stimulus berkondisi atau asli. Makin
tinggi tingkat kesamaannya semakin tinggi pula generalisasinya.
Diskriminasi adalah proses belajar untuk membuat satu respon tcrhadap
satu stimulus dan membedakan respon atau bukan respon terhadap stimulus
lainnya. Dengan demikian diskriminasi merupakan lawan dari generalisasi atau
kebalikan generalisasi.
Dalam praktek sehari-hari adanya generalisasi banyak ditemukan. Dalam
pengertian setelah respon khusus terjadi akibat suatu stimulus, maka rangsangan
yang sama akan menghasilkan respon yang sama. Contohnya, jika seekor anjing
telah dilatih membengkokan kaki kirinya, maka ia juga akan memberikan respon
membengkokan kaki kanannya seandainya respon yang asli (kaki kiri) menjadi
penghalang. Konsep lain yang juga penting adalah perjumlahan. Artinya
kombinasi dari stimulus sering mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada
rangsangan atau stimulus yang terpisah-pisah. Sebagai contoh kedua penglihatan
dan penciuman akan bereaksi kuat pada anjing untuk menghasilkan tanggapan
terhadap makanan.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 23
2) Menurut Edward Lee Thorndike
Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku
akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau
tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara
mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula
dengan teori koneksionisme.
Adapun tiga hukum dasar (primer) dari Thorndike adalah sebagai berikut:
- law of readiness; jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk
bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
- law of exercise; makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan
stimulasi respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan
“reward”.
- law of effect”; bilamana terjadi hubungan antara stimulus dan respon dan
dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu
menjadi lebih kuat. Bila mana hubungan dibarengi “state of affairs” yang
mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
3) Teori Burhuss Frederic Skinner
Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaannya
bahwa prinsip-prinsip kondisioning klasik hanya sebagian kecil dari perilaku yang
bisa dipelajari. Banyak perilaku manusia adalah operan, bukan responden.
Kondisioning klasik hanya menjelaskan bagaimana perilaku yang ada
dipasangkan dengan rangsangan atau stimuli baru, tetapi tidak menjelaskan
bagaimana peilaku operan baru dicapai. Pada dasarnya, Skinner mendefinisikan
belajar sebagai proses perubahan perilaku (Gredler, 1986). Perubahan perilaku
yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru
yang muncul, yang biasanya disebut dengan kondisioning operan (operant
conditioning). Dalam teori ini memfokuskan pada 3 M:
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 24
Memunculkan tingkah laku (bentuk atau ciftaan)
Mengembangkan tingkah laku
Memodifikasi tingkah laku
c. Kelebihan dan kekurangan Teori Behavioristik:
Setiap teori pasti akan mempunyai kekurangan maupun kelebihannya.
Teori Behavioristik mempunyai kekurangan yaitu,
Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan
diukur
Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan
menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif.Penggunaan hukuma sebagai salah satu cara untuk
mendisiplinkan
siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata
kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
Kelebihan dari teori behavioristik yaitu,
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan,
spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh : percakapan bahasa asing,mengetik,menari,berenang,olahraga.
Cocok diterapkakn untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan,
suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
seperti diberi hadiah atau pujian.
Dapat dikendalikan melalui cara mengganti mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
2.2.3 Teori Belajar Kognitif
a. Pengertian Teori Belajar Kognitif
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 25
Menurut teori belajar kognitif hal yang lebih penting dari sekadar hasil
belajar yang berupa perubahan tingkah laku. Tingkah laku seseorang ditentukan
oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan
tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang
tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak dan melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar terjadi melalui pengaturan
stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang telah
dimiliki dan terbentuk dalam pikiran berdasarkan pemahaman dan pengalaman
sebelumnya.
Dalam penerapan teori belajar kognitif, kebebasan dan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar mengajar amat diperhitungkan agar aktivitas
belajar menjadi lebih bermakna bagi siswa. Prinsip-prinsip belajar yang dianut
adalah berikut ini.
1. Siswa mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu sampai
mencapai kematangan kognitif seperti orang dewasa.
2. Pembelajaran perlu dirancang agar sesuai dengan perkembangan kognitif
siswa.
3. Agar proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat
terjadi, siswa perlu dilibatkan secara aktif dalam belajar.
4. Pengalaman atau informasi baru perlu dikaitkan dengan struktur kognitif
yang telah dimiliki oleh siswa untuk menarik minat dan meningkatkan
retensi.
5. Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal.
6. Perbedaan individual antarsiswa perlu diperhatikan dalam rangka mencapai
keberhasilan belajar.
b. Tokoh Teori Belajar Kognitif
1. Piaget
Menurut Jean Piagiet, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga
tahapan, yaitu :
a. Asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Contoh, bagi siswa yang sudah
mengetahui prinsip penjumlahan, jika gurunya memperkenalkan prinsip
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 26
perkalian, maka proses pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang
sudah ada dalam benak siswa), dengan prinsip perkalian (sebagai informasi
baru) itu yang disebut asimilasi.
b. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Contoh, jika siswa diberi soal perkalian, maka berarti pemakaian (aplikasi)
prinsip perkalian tersebut dalam situasi yang baru dan spesifik itu yang
disebut akomodasi.
c. Equilibrasi (penyeimbangan) yaitu penyesuaian berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi. Contoh, agar siswa tersebut dapat terus berkembang
dan menambah ilmunya, maka yang bersangkutan menjaga stabilitas mental
dalam dirinya yang memerlukan proses penyeimbangan antara “dunia dalam”
dan “dunia luar”.
Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensori motor tentu
lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai tahap kedua (pra-
operasional) dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah sampai ke tahap yang
lebih tinggi (operasional kongrit dan operasional formal). Jadi, secara umum,
semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin teratur (dan juga semakin
abstrak) cara berfikirnya
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila
disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik,
yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan
tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
2. Ausubel
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan
(belajar)” atau advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik
dan tepat kepada siswa. Pengatur kemajuan belajar adalah konsep atau informasi
umum yang mewadahi (mencakup) semua isi pelajaran yang akan diajarkan
kepada siswa. David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif
yang berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 27
kebermaknaan bahan ajar yang dipelajari. Ausubel menggunakan istilah “pengatur
lanjut” (advance organizers) dalam penyajian informasi yang dipelajari peserta
didik agar belajar menjadi bermakna. Selanjutnya dikatakan bahwa “pengatur
lanjut” itu terdiri dari bahan verbal di satu pihak, sebagian lagi merupakan sesuatu
yang sudah diketahui peserta didik di pihak lain. Dengan demikian kunci
keberhasilan belajar terletak pada kebermaknaan bahan ajar yang diterima atau
yang dipelajari oleh siswa.. Ausubel tidak setuju dengan pendapat bahwa kegiatan
belajar penemuan lebih bermakna dari pada kegiatan belajar. Dengan ceramahpun
asalkan informasinya bermakna bagi peserta didik, apalagi penyajiannya sistimatis
akan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Ausubel mengidentifikasikan empat
kemungkinan tipe belajar, yaitu (1) belajar dengan penemuan yang bermakna, (2)
belajar dengan ceramah yang bermakna, (3) Belajar dengan penemuan yang tidak
bermakna, dan (4) belajar dengan ceramah yang tidak bermakna. Dia berpendapat
bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan
menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu
dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Dengan demikian bahwa belajar itu
akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.
3. Bruner
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar
mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen
untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya. Dari
sudut pandang psikologi kognitif, bahwa cara yang dipandang efektif untuk
meningkatkan kualitas output pendidikan adalah pengembangan program-program
pembelajaran yang dapat mengoptimalkan keterlibatan mental intelektual
pembelajar pada setiap jenjang belajar. Sebagaimana direkomendasikan Merril,
yaitu jenjang yang bergerak dari tahapan mengingat, dilanjutkan ke menerapkan,
sampai pada tahap penemuan konsep, prosedur atau prinsip baru di bidang disiplin
keilmuan atau keahlian yang sedang dipelajari.
Dalam teori belajar, Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau
kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap.
Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 28
pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap
memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta
mentransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal
yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada
tahap kedua tadi benar atau tidak. Bruner mempermasalahkan seberapa banyak
informasi itu diperlukan agar dapat ditransformasikan . Perlu Anda ketahui, tidak
hanya itu saja namun juga ada empat tema pendidikan yaitu: (1) mengemukakan
pentingnya arti struktur pengetahuan, (2) kesiapan (readiness) siswa untuk
belajar, (3) nilai intuisi dalam proses pendidikan dengan intuisi, (4) motivasi atau
keinginan untuk belajar siswa, dan curu untuk memotivasinya.
Dengan demikian Bruner menegaskan bahwa mata pelajaran apapun dapat
diajarkan secara efektif dengan kejujuran intelektual kepada anak, bahkan dalam
tahap perkembangan manapun. Bruner beranggapan bahwa anak kecilpun akan
dapat mengatasi permasalahannya, asalkan dalam kurikulum berisi tema-tema
hidup, yang dikonseptualisasikan untuk menjawab tiga pertanyaan. Berdasarkan
uraian di atas, teori belajar Bruner dapat disimpulkan bahwa, dalam proses belajar
terdapat tiga tahap, yaitu informasi, trasformasi, dan evaluasi. Lama tidaknya
masing-masing tahap dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain banyak
informasi, motivasi, dan minat siswa.
Bruner juga memandang belajar sebagai “instrumental conceptualisme” yang
mengandung makna adanya alam semesta sebagai realita, hanya dalam pikiran
manusia. Oleh karena itu, pikiran manusia dapat membangun gambaran mental
yang sesuai dengan pikiran umum pada konsep yang bersifat khusus. Semakin
bertambah dewasa kemampuan kognitif seseorang, maka semakin bebas
seseorang memberikan respon terhadap stimulus yang dihadapi. Perkembangan
itu banyak tergantung kepada peristiwa internalisasi seseorang ke dalam sistem
penyimpanan yang sesuai dengan aspek-aspek lingkungan sebagai masukan. Teori
belajar psikologi kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat
mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan
maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan faktor pertama
dan utama yang perlu dikembangkan oleh para guru dalam membelajarkan
peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 29
sejauhmana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan
optimal melalui sentuhan proses pendidikan.
Peranan guru menurut psikologi kognitif ialah bagaimana dapat
mengembangkan potensi kognitif yang ada pada setiap peserta didik. Jika potensi
kognitif yang ada pada setiap peserta didik telah dapat berfungsi dan menjadi
aktual oleh proses pendidikan di sekolah, maka peserta didik akan mengetahui
dan memahami serta menguasai materi pelajaran yang dipelajari di sekolah
melalui proses belajar mengajar di kelas.
Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari)
oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan yang diantaranya : Kognitif.
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu :
1. Pengetahuan (mengingat, menghafal),
2. Pemahaman (menginterpretasikan),
3. Aplikasi / penerapan (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah),
4. Analisis (menjabarkan suatu konsep),
5. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh),
6. Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode dan sebagainya).
Oleh karena itu para ahli teori belajar psikologi kognitif berkesimpulan
bahwa salah satu faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses
pembelajaran di kelas ialah faktor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik.
Faktor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang
diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri maupun kegiatan belajar
secara kelompok.
4. Mex Wertheimenr
Psikologi mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Peletak
dasar pisiologi Gestalt adalah Mex Wertheimenr tahun1880-1943 yang meneliti
tentang pengamatan dalam problem solving. Dari pengamatannya ia sangat
menyesalkan penggunaan metode menghafal disekolah dan menghendaki agar
murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis (dalam Riyanto,2002).
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 30
Gestalt dalam bahasa Jerman, berarti “Whole Configuration” atau bentuk
yang utuh, pola, kesatuan, dan keseluruhan lebih dari bagian-bagian. Dalam
belajar, siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang
satu dengan bagian Yanng lainnya. Pemaknaan makna dari hubungan inilah yang
disebut memahami, mengerti atau insight. Menurut pandangan Gestalt, semua
kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman mendadak terhadap
hubungan-hubungan, terutama hubungan antara bagian dan keseluruhan. Suatu
konsep yang terpenting dalam teori Gestalt adalah tentang pengamatan dan
pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antara bagian-bagian dalam
suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt
guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran,
tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.Guru memberikan suatu kesatuan situasi atau
bahan yang mengandung persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha
menemukan hubungan antar bagian.
Menurut teori Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya bersifat
global terhadap objek-objek yang dilihat, karena itu belajar harus dimulai dari
keseluruhan, baru kemudian berproses kepada bagian-bagian. Pengamatan artinya
proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui
indra-indra seperti mata dan telinga.
5. Kohler
Teori yang disampaikan oleh Kohler berdasarkan pada penelitiannya pada
seekor monyetnya dipulau Cannary yang dikembangkan dari teori Gestalt. Kohler
menyatakan bahwa belajar adalah serta mencapainya, hasil adalah proses yang
didasarkan ada insight.
6. Kurt Lewin
Kurt Lewin, mengembangkan suatu teori belajar Conitive-Field dengan
menaruh perhatian kepada kepribadian dan pisikologi sosial. Menurut Lewin,
belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin
berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan baik
yang berasal dari individu seperti tujuan, kebutuhan tekanan kejiwaan maupun
yang berasal dari luar individu seperti tantangan dan permasalahan.
c. Aplikasi Teori Belajar Kognitif
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 31
Aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah
dalam proses berpikirnya.
2. Guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana ke kompleks.
3. Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna.
4. Guru memerhatikan perbedaan individual setiap siswa untuk mencapai
keberhasilan siswa.
2.2.4 Teori Belajar Psikodinamis
a. Tokoh Teori Psikodinamis
1. Sigmund Freud (1856-1939)
Sigmund Freud dia berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau
kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar yang bersifat sosio-
efektif, yakni ketegangan yang ada di dalam diri seseorang itu ikut menentukan
dinamikanya ditengah-tengah lingkungannya. Sehingga freud membagi struktur
kepribadian atau jiwa seseorang menjadi tiga yaitu:
1. Id (das es) bisa dikaitkan dalam islam dengan nafsu.
2. Ego (das ich) bisa disebut juga dengan akal.
3. Superego (das ueber es) bisa disebut dengan hati nurani.
Setelah membagi struktur jiwa manusia kedalam tiga struktur, freud
membagi tahapan-tahan perkembangan manusia menjadi lima fase yang menjadi
dasar perkembangan manusia bagi teori psikodinamika. Adapun kelima fase
tersebut masuk ke dalam teori perkembangan psikoseksual.
Teori perkembangan psikoseksual yang dikemukakan oleh Freud
mengatakan bahwa setiap makhluk hidup pasti mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, begitu pula manusia juga mengalaminya. Freud mengatakan
bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan
bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikkan dan kebutuhan
seksual.
Tahap perkembangan psikoseksual yang dikemukakan Freud adalah:
1. Tahap oral
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 32
Tahap Oral berlangsung pada usia 0 sampai 18 bulan dimana kesenangan
bayi terpusat disekitar mulut, seperti mengunyah, menghisap, dan menggigit yang
merupakan sumber kesenangan anak. Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari
mulut adalah makanan. Makan meliputi stimulasi terhadap bibir dan rongga mulut
serta menelan. Kemudian setelah gigi tumbuh maka mulut dipakai untuk
menggigit dan mengunyah. Dua aktifasi oral ini merupakan prototype bagi banyak
ciri karakter yang berkembang dikemudian karakter.
2. Tahap Anal
Tahap Anal berlangsung pada anak usia 1,5 tahun sampai 3 tahun. Libido
dipusatkan didaerah anal, dimana anal berfungsi sebagai alat pemuas kenikmatan
(baik dalam melepaskan atau mempertahankan feses).
Di fase ini terjadi sifat ambivalensi pada anak dimana anak berusaha
mempertahankan feses sedangkan ibunya memerintahkan untuk dibuang.
3. Tahap Phallic
Berlangsung pada anak usia 3 sampai 6 tahun. Kenikmatan terletak pada
alat kelamin dan aktifitas yang paling nikmat adalah masturbasi. Pada tahap ini
anak menyadari jenis kelaminnya bertepatan pada kesadaran bahwa dirinya
dipisahkan dari beberapa aspek dari kehidupan orang tuanya.
4. Tahap Latency
Berlangsung pada anak usia 6 tahun sampai usia peberitas atau sekitar 12
tahun. Selam periode ini, anak menekan seluruh minat seksual dan
mengembangkan keterampilan dan intelektual. Di fase ini libido seksual relative
tenang dan anak beridentifikasi lebih luas lagi di luar objek orang tuanya seperti
teman, orang tua teman, dan guru.
5. Tahap Genital
Terjadi mulai dari masa puberitas dan seterusnya. Fase ini dibagi menjadi
tiga fase yaitu,
Fase pubertas yaitu usia 11 sampai 13 tahun
Fase adolecens yaitu usia 14 sampai 18 tahun
Fase dewasa yaitu usia 18 tahun keatas
Freud memberikan sumbangan kepada perkembangan psikodinamik diantaranya :
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 33
Sebagai orang pertama yang menyentuk konsep-konsep psikologi seperti
peran ketidaksadaran (unconsciousness), anxiety, motivasi, pendekatan
teori perkembangan untuk menjelaskan struktur kepribadian
Posisinya yang kukuh sebagai seorang deterministik sekaligus
menunjukkan hukum-hukum perilaku, artinya perilaku manusia dapat
diramalkan
Freud juga mengkaji produk-produk budaya dari kacamata psikoanalisa,
seperti puisi, drama, lukisan, dan lain-lain. Oleh karenanya ia memberi
sumbangan juga pada analisis karya seni
Selain menuai pujian teori ini juga menuai banyak kritik diantaranya :
Metode studinya yang dianggap kurang reliabel, sulit diuji secara
sistematis dan sangat subyektif
Konstruk-konstruk teorinya juga sulit diuji secara ilmiah sehingga
diragukan keilmiahannya. Beberapa konsepnya bahkan dianggap fiksi,
seperti Oedipus complex
Bagi aliran behaviorist, yang dilakukan Freud adalah mempelajari
intervening variable
Freud banyak memiliki murid. Tidak semuanya akan dibahas, hanya dua dari para
pengikut itu yang akan dibahas di sini, yaitu Adler dan Jung.
2. Alfred Adler (1870-1937)
Adler mengembangkan yang disebut sebagai Individual Psychology.
Banyak konsep Freud yang diikutinya, antara lain mengenai level kesadaran.
Namun Adler menekankan pada faktor kesadaran/unsur ego . Teorinya banyak
menyentuh unsur lingkungan sosial sehingga ia juga dikenal sebagai seorang
psikoanalis sosial yang pertama. Sebagai seorang pengikut Freud, Adler memilih
jalan berbeda dari Freud dan menganggap teori Freud sangat menekankan unsur
seksual sehingga kurang realistis.
Adler di Wina dari keluarga pedagang yang berada. Sejak kecil ia sakit-
sakitan dan hal ini menumbukan cita-cita untuk menjadi seorang dokter. Pada
tahun 1895 ia lulus kedokteran dari Universitas Wina, lalu berpraktek sebagai
dokter mata sebelum akhirnya menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 34
Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari teorinya
tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha diatasi manusia,
ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa perasaan inferior adalah
universal. Setiap manusia pasti punya perasaan inferior karena kekurangannya dan
berusaha melakukan kompensasi atas perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam
bentuk menyesuaikan diri ataupun membentuk pertahanan yang
memungkinkannya mengatasi kelemahan tsb.
Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving for superiority, yaitu
dorongan untuk mengatasi inferiority dengan mencapai keunggulan. Dorongan ini
sifatnya bawaan dan merupakan daya penggerak yang kuat bagi individu
sepanjang hidupnya. Adanya striving for superiority menyebabkan manusia selalu
berkembang ke arah kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki
pandangn lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke
masa depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.
3. Carl Gustav Jung (1875-1961)
Dikenal mengembangkan Analytical Psychology. Sebagai murid Freud,
Jung juga mengajukan keberatan terhadap beberapa konsep utama Freud yang
menyebabkan hubungan keduanya renggang dan retak. Perbedaan utama Jung dan
Freud terletak pada pandangan mereka tentang ketidaksadaran. Meskipun
keduanya sama-sama menekankan ketidaksadaran sebagai penentu perilaku
manusia (bahkan Jung lebih kuat dalam hal ini), tapi mereka berbeda posisi
tentang asal ketidaksadaran ini. Freud mengatakan bahwa unsur seksual adalah
faktor utama dan dominan dalam ketidaksadaran sementara Jung sangat tidak
setuju dgn pandangan ini dan menyatakan bahwa sumber ketidaksadaran adalah
warisan dari nenek moyang sehingga sifatnya sosial dan tergantung kelompok ras
Jung lahir di Swiss, ayahnya adalah pendeta dan unsur religius nantinya akan
banyak berperan dalam pemikiranpemikirannya. Ia belajar kedokteran di
Universitas Basel, lulus 1900. Kemudian ia ditunjuk bekerja di klinik psikiatri
Universitas Zurich tahun 1909. Ia adalah ketua pertama International
Psychoanalitic Association tahun 1911. Tahun 1914 ia mengundurkan diri dari
posisinya tersebut dan mendirikan analytical psychology. Pada tahun 1920an ia
banyak melakukan ekspedisi lapangan ke Afrika dan Amerika Selatan sambil
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 35
meneliti dan mengembangkan teorinya. Ekspedisi ini secara signifikan
mempengaruhi teori-teorinya yang kental unsur budayanya. Tahun 1948 C.G.
Jung Institute didirikan di Zurich untuk mengembangkan teorinya dan teknik
terapinya.
Jung menekankan pada aspek ketidaksadaran dengan konsep utamanya,
collective unconscious. Konsep ini sifatnya transpersonal, ada pada seluruh
manusia. Hal ini dpt dibuktikan melalui struktur otak manusia yang tidak berubah.
Collective unconscious terdiri dari jejak ingatan yang diturunkan dari generasi
terdahulu, cakupannya sampai pada masa pra-manusia. Misalnya, cinta pada
orangtua, takut pada binatang buas,dan lain-lain. Collective unconscious ini
menjadi dasar kepribadian manusia karena didalamnya terkandung nilai dan
kebijaksanaan yang dianut manusia. Ide-ide yang diturunkan atau primordial
images disebut sebagai archetype. Terbentuk dari pengalaman yang berulang
dalam kurun waktu yang lama. Ada beberapa archetype mendasar pada manusia,
yaitu persona, anima, shadow, self. Archetype inilah yang menjadi isi collective
unconsciousness.
2.2.5 Teori Belajar Sosial
a. Pengertian Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep
dari teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan
evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau
pengamatan (mencontoh model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan
lihat di media, dan juga dari orang lain dan lingkungannya. (Sihnu Bagus)
Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak
tentang perilaku melalui peniruan/modeling, bahkan tanpa adanya penguat
(reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam ini disebut
“observational learning” atau pembelajaran melalui pengamatan. Albert Bandura
(1971), mengemukakan bahwa teori pembelajaran sosial membahas tentang (1)
Bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat
(reinforcement) dan observational learning, (2) Cara pandang dan cara pikir yang
kita miliki terhadap informasi, (3) Begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 36
kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan
observational opportunity.
Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses
pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari
perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang
diberikan kepada orang lain.
Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses
pengamatan atau modeling Proses yang terjadi dalam observational learning
tersebut antara lain :
1. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap
model dengan cermat.
2. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang
ditampilkan oleh model yang diamati maka seseorang perlu memiliki
ingatan yang bagus terhadap perilaku model.
3. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian
untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang
telah ditampilkan oleh modelnya maka berikutnya adalah mencoba
menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.
4. Motivasional, tahapan berikutnya adalah seseorang harus memiliki
motivasi untuk belajar dari model.
Sosial adalah interaksi atau hubungan yang dilakukan dengan orang
banyak yang ditemukannya disekelilingnya dalam menjalankan kehidupan
individunya sehari-hari. Sosial membantu tiap anak untuk merasa diterima
didalam kelompok, membantu anak belajar berkomunikasi dan bergaul dengan
orang lain, mendorong empati dan saling menghargai terhadap anak-anak maupun
orang dewasa.
Pembentukan sikap sosial pada anak yang mengikuti Pendidikan Apresiasi
Seni, dipengaruhi oleh faktor orang tua dan guru, faktor kebudayaan di tempat
tinggal masing-masing, dan faktor lembaga pendidikan dan ajaran agama.
Masing-masingnya mengarahkan anak mempunyai sikap sosial yang baik melalui
penanaman pengetahuan dan contoh, adanya pembiasaan bersosialisasi dengan
orang lain baik yang memiliki kesamaan suku, agama, budaya dan lainnya
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 37
maupun yang tidak. Serta pemberian penjelasan dari sekolah dan ajaran agama
tentang berkomunikasi, berhubungan dengan sesama manusia, termasuk
didalamnya didukung oleh kegiatan Pendidikan Apresiasi Seni yang diikuti anak
di sekolahnya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Sosial
Menurut Prasetyo dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan
bahwa: “Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut: (a)
Faktor Indogen: faktor pada diri anak itu sendiri seperti faktor imitasi, sugesti,
identifikasi, simpati dan (b) Faktor Eksogen; faktor yang berasal dari luar seperti
lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah” (Prasetyo,
1997 : 96).
Dari pendapat ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap sosial adalah sebagai berikut: (a) Faktor Indogen;
faktor sugesti, identifikasi, dan imitasi (b) Faktor Eksogen; faktor yang berasal
dari luar seperti lingkunga keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan
sekolah. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing faktor yang mempengaruhi
sikap sosial tersebut.
a. Faktor Endogen
Faktor indogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak yang
datang dari dalam dirinya sendiri. Dalam hal ini dapat dibedakan menjadi tiga
faktor yaitu: a) faktor sugesti, b) faktor identifikasi, dan c) faktor imitasi. Berikut
ini akan dijelaskan secara singkat masing-masing faktor tersebut.
- Faktor Sugesti
Dalam buku Psikologi Kepribadian dijelaskan bahwa: “Sugesti adalah
proses seorang individu didalam berusaha menerima tingkah laku maupun prilaku
orang lain tanpa adanya kritikan terlebih dahulu” (Nawawi, 2000 : 72).
Dari pendapat ahli tersebut diatas, dapat dikatakan sugesti dapat
mempengaruhi sikap sosial seseorang sedangkan anak yang tidak mampu
bersugesti cenderung untuk tidak mau menerima keadaan orang lain, seperti tidak
merasakan penderitaan orang lain, tidak bisa bekerjasama dengan orang lain dan
sebagainya.
- Faktor Identifikasi
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 38
Identifikasi dilakukan kepada orang lain yang dianggapnya ideal atau
sesuai dengan dirinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawawi dalam bukunya
Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Anak yang mengidentifikasikan dirinya
seperti orang lain akan mempengaruhi perkembangan sikap sosial seseorang,
seperti anak cepat merasakan keadaan atau permasalahan orang lain yang
mengalami suatu problema (permasalahan)” (Nawawi, 2000 : 82).
Menurut pendapat ahli tersebut diatas jelaslah bahwa seseorang yang
berusaha mengidentifikasikan diri dengan keadaan orang lain akan lebih mampu
merasakan keadaan orang lain, daripada seorang anak yang tidak mau
mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain yang cenderung mampu merasakan
keadaan orang lain.
- Faktor Imitasi
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk berbuat baik. Pada buku
Psikologi Pendidikan dijelaskan bahwa: “Sikap seseorang yang berusaha meniru
bagaimana orang yang merasakan keadaan orang lain maka ia berusaha meniru
bagaimana orang yang merasakan sakit, sedih, gembira, dan sebagainya. Hal ini
penting didalam membentuk rasa kepedulian sosial seseorang” (Purwanto, 1999 :
65). Sedangkan ahli lain mengatakan pula bahwa: “Anak-anak yang meniru
keadaan orang lain, akan cenderung mampu bersikap sosial, daripada yang tidak
mampu meniru keadaan orang lain” (Nawawi, 2000 : 42).
Dari kedua pendapat tersebut diatas, jelaslah bahwa imitasi dapat
mempengaruhi sikap sosial seseorang, dimana seseorang yang berusaha meniru
(imitasi) keadaan orang lain akan lebih peka dalam merasakan keadaan orang lain,
apakah orang sekitarnya itu dalam keadaan susah, senang ataupun gembira.
b. Faktor Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang mempengaruhi sikap sosial anak dari
luar dirinya sendiri. Dalam hal ini menurut Soetjipto dan Sjafioedin dalam
bukunya Metodologi Ilmu Pengetahuan Sosial dijelaskan bahwa: “Ada tiga faktor
yang mempengaruhi sikap sosial anak yaitu: ” a) faktor lingkungan keluarga, b)
faktor lingkungan sekolah dan c) faktor lingkungan masyarakat” (Soetjipto dan
Sjafiodin, 1994 : 22) . Berikut ini akan dijelaskan secara singkat masing-masing
faktor tersebut.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 39
1). Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak, keluarga merupakan
lingkungan yang pertama dari anak dari keluarga pulalah anak menerima
pendidikan karenanya keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam
perkembangan anak. Keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang baik
terhadap perkembangan anak, demikian pula sebaliknya. Dalam buku Psikologi
Pendidikan dijelaskan bahwa: “Anak yang tidak mendapatkan kasih sayang,
perhatian, keluarga yang tidak harmonis, yang tidak memanjakan anak-anaknya
dapat mem-pengaruhi sikap sosial bagi anak-anaknya” (Purwanto, 1999 : 89).
Dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa keharmonisan dalam keluarga, anak
yang mendapatkan kasih sayang serta keluarga yang selalu memberikan perhatian
kepada anak-anaknya merupakan peluang yang cukup besar didalam
mempengaruhi timbulnya sikap sosial bagi anak-anaknya.
2). Faktor Lingkungan Sekolah
Dalam bukunya Psikologi Sosial dijelaskan bahwa: “Keadaan sekolah
seperti cara penyajian materi yang kurang tepat serta antara guru dengan murid
mempunyai hubungan yang kurang baik akan menimbulkan gejala kejiwaan yang
kurang baik bagi siswa yang akhirnya mempengaruhi sikap sosial seorang siswa”
(Ahmadi, 1996 : 65). Selanjutnaya dalam buku Interaksi Sosial dijelaskan bahwa:
“Ada beberapa faktor lain di sekolah yang dapat mempengaruhi sikap sosial siswa
yaitu tidak adanya disiplin atau peraturan sekolah yang mengikat siswa untuk
tidak berbuat hal-hal yang negatif ataupun tindakan yang menyimpang” (Nawawi,
2000 : 66).
Dari kedua pendapat ahli diatas, maka faktor lingkungan sekolah yang
dapat mempengaruhi sikap sosial siswa adalah cara penyajian materi, prilaku
maupun sikap dari para gurunya, tidak adanya disiplin atau peraturan-peraturan
sekolah yang betul-betul mengikat siswa.
3). Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan tempat berpijak para remaja sebagai
makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari
masyarakat. Anak dibentuk oleh lingkungan masyarakat dan dia juga sebagai
anggota masyarakat, kalau lingkungan sekitarnya itu baik akan berarti sangat
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 40
membantu didalam pembentukkan keperibadian dan mental seorang anak, begitu
pula sebaliknya kalau lingkungan sekitarnya kurang baik akan berpengaruh
kurang baik pula terhadap sikap sosial seorang anak, seperti tidak mau
merasakan keadaan orang lain. Dalam buku Psikologi Sosial dijelaskan bahwa:
“Lingkungan masyarakat yang bisa mempengaruhi timbulnya berbagai sikap
sosial pada anak seperti cara bergaul yang kurang baik, cara menarik kawan-
kawannya dan sebaginya” (Sarwono, 1997 : 59). Selanjutnya dalam buku
Interaksi Sosial dijelaskan bahwa: “Pergaulan sehari-hari yang kurang baik bisa
mendatangkan sikap sosial yang kurang baik, begitu sebaliknya dimana suatu
lingkungan masyarakat yang baik akan mendatangkan sikap sosial yang baik pula
terhadap anak” (Nawawi, 2000 : 45).Dengan demikian dari uraian dan pendapat
ahli tersebut diatas, maka lingkungan masyarakat sangat besar pengaruhnya
terhadap pembentukkan sikap sosial seorang anak, begitu pula sebaliknya
lingkungan masyarakat yang kurang baik akan menimbulkan sikap sosial yang
kurang baik pula terhadap anak.
Tugas Psikologi PendidikanOleh : I Komang Cahya Trianandika Page 41