Wawancara Mandis Sunda Kelapa

6
Hasil wawancara dengan Bang Kin, seorang ABK ABK (Anak Buah Kapal) yang bekerja di sebuah perusahaan penyewaan kapal di pelabuhan Sunda Kelapa ternyata tidak hanya berasal dari Jakarta saja, namun juga perantau dari beberapa daerah diluar Jakarta. Salah satunya adalah Bang Kin, seorang ABK yang mengaku berasal dari Riau. Bang Kin sudah bekerja sebagai ABK kapal sejak ia duduk di bangku SMP hingga saat ini. Saat ini Bang Kin bekerja pada perusahaan penyewaan kapal Sinar Padaelo, dan telah bekerja selama 8 bulan. Perusahaan penyewaan kapal tempat Bang Kin bekerja mempunyai total 8 kapal yang bisa disewakan. Setiap perusahaan penyewaan kapal rata-rata mempunyai 7-11 kapal yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa. Dalam setiap pelayaran, sebuah kapal memerlukan paling tidak 9 ABK, sudah termasuk dengan kapten, bagian mesin, juru mudi, dan juru masak. Bang Kin sendiri bekerja di bagian mesin. Ternyata untuk menjadi ABK di di sebuah perusahaan penyewaan kapal ini tidak harus memiliki pendidikan yang tinggi. Cukup hanya dengan memiliki keahlian yang diperlukan di kapal dan tahan dengan gelombang air laut. Karena menurut Bang Kin, seorang ABK dapat tinggal berhari-hari di lautan. Dan melalukan segala aktivitas di atas kapal. Untuk dapat memasuki pelabuhan Sunda Kelapa, pertama-tama kapal harus menghubungi bagian sabandan di pelabuhan, komunikasi dilakukan dari atas kapal melalui radio. Jika ternyata pelabuhan sudah penuh, maka kapal harus menunggu berdasarkan nomor urut antrian. Begitupun untuk keluar dari pelabuhan, kapal tidak bisa keluar sembarangan. Ada jam yang mengatur kapan kapal masuk dan kapan kapal keluar. Pergantian jam ini ditentukan berdasarkan tinggi air di pelabuhan. Namun, menurut Bang Kin, menunggu antrian ini paling lama hanya 1 hari. Hal ini dikarenakan begitu sibuknya aktivitas di pelabuhan Subnda Kelapa, sehingga setiap ada kapal masuk pasti ada kapal yang keluar juga.

description

hasil wawancara manajemen distribusi tugas lapangan di sunda kelapa

Transcript of Wawancara Mandis Sunda Kelapa

Hasil wawancara dengan Bang Kin, seorang ABK

ABK (Anak Buah Kapal) yang bekerja di sebuah perusahaan penyewaan kapal di pelabuhan Sunda Kelapa ternyata tidak hanya berasal dari Jakarta saja, namun juga perantau dari beberapa daerah diluar Jakarta. Salah satunya adalah Bang Kin, seorang ABK yang mengaku berasal dari Riau. Bang Kin sudah bekerja sebagai ABK kapal sejak ia duduk di bangku SMP hingga saat ini. Saat ini Bang Kin bekerja pada perusahaan penyewaan kapal Sinar Padaelo, dan telah bekerja selama 8 bulan.

Perusahaan penyewaan kapal tempat Bang Kin bekerja mempunyai total 8 kapal yang bisa disewakan. Setiap perusahaan penyewaan kapal rata-rata mempunyai 7-11 kapal yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa.

Dalam setiap pelayaran, sebuah kapal memerlukan paling tidak 9 ABK, sudah termasuk dengan kapten, bagian mesin, juru mudi, dan juru masak. Bang Kin sendiri bekerja di bagian mesin. Ternyata untuk menjadi ABK di di sebuah perusahaan penyewaan kapal ini tidak harus memiliki pendidikan yang tinggi. Cukup hanya dengan memiliki keahlian yang diperlukan di kapal dan tahan dengan gelombang air laut. Karena menurut Bang Kin, seorang ABK dapat tinggal berhari-hari di lautan. Dan melalukan segala aktivitas di atas kapal.

Untuk dapat memasuki pelabuhan Sunda Kelapa, pertama-tama kapal harus menghubungi bagian sabandan di pelabuhan, komunikasi dilakukan dari atas kapal melalui radio. Jika ternyata pelabuhan sudah penuh, maka kapal harus menunggu berdasarkan nomor urut antrian. Begitupun untuk keluar dari pelabuhan, kapal tidak bisa keluar sembarangan. Ada jam yang mengatur kapan kapal masuk dan kapan kapal keluar. Pergantian jam ini ditentukan berdasarkan tinggi air di pelabuhan. Namun, menurut Bang Kin, menunggu antrian ini paling lama hanya 1 hari. Hal ini dikarenakan begitu sibuknya aktivitas di pelabuhan Subnda Kelapa, sehingga setiap ada kapal masuk pasti ada kapal yang keluar juga.

Kapal tempat Bang Kin bekerja adalah Kapal Bagan. Kapal Bagan adalah kapal kayu, namun berbeda dengan Kapal Pinisi yang merupakan kapal tradisional Indonesia yang hanya ada di pelabuhan Sunda Kelapa. Berdasarkan pembagian gajinya, Bang Kin mengatakan ada 2 jenis kapal, yaitu kapal bagan (kapal gaji) dan kapal bagi hasil. Perbedaannya adalah, kapal bagan menanggung biaya makan ABK-nya sedangkan kapal bagi hasil walaupun gaji yang diberikan lebih besar namun biaya makan setiap ABK ditanggung masing-masing awak. Namun dari segi muatan antara kapal bagan kapal bagi hasil tidak ada perbedaan. Setiap kapal dapat memuat paling sedikit 200 ton, dan maksimal memuat 2000 ton. Di pelabuhan Sunda Kelapa sendiri terdapat 3 kapal yang paling besar hingga dapat memuat 2000 ton, yaitu kapal Bina Mulya, Bina Abadi, dan Bina Setia. Untuk biaya penyewaan kapal sendiri dihitung berdasarkan berat muatan per ton.

Bang Kin menjelaskan beberapa perbedaan yang terjadi di pelabuhan Sunda Kelapa selama ia bekerja. Dulu saat pertama kali Bang Kin datang ke pelabuhan Sunda Kelapa, kapal-kapal yang ada belum menggunakan mesin. Masih berupa kapal layar sederhana. Sebelum menggunakan mesin, pengiriman barang melalui jalur laut dapat memakan waktu hingga satu bulan bahkan lebih. Namun, sekarang setelah menggunakan kapal bermesin pengiriman barang menjadi lebih cepat, sekitar 4 hari 4 malam.

Setelah tiba di pelabuhan maka selanjutnya dilakukan bongkar muat barang. Bongkar muat ini dilakukan oleh buruh yang sudah menunggu di sekitar pelabuhan. Buruh ini berasal dari orang-orang yang tinggal di sekitar pelabuhan. Barang-barang dari atas kapal dipindahkan ke dalam truk-truk kontainer yang sudah menunggu barang datang. Truk-truk kontainer ini tidak disediakan oleh perusahaan penyewaan kapal, melainkan disediakan sendiri oleh perusahaan penyewa kapal. Jika ketika kapal datang namun truk kontainernya sendiri belum datang, maka barang yang telah dibongkar muat biasanya akan disimpan di gudang hingga kapal truk datang. Barang-barang yang biasanya diinapkan adalah barang-barang klontongan.

Selama kapal singgah di pelabuhan, biasanya Bang Kin akan melakukan pengecekan terhadap mesin kapal. Sedangkan beberapa ABK lain juga membersihkan kapal dan mengecek kondisi kapal. Jika terdapat beberapa bagian kapal yang rusak, atau misalnya bagian kayu dari kapal sudah harus diganti, maka dilakukan perbaikan di tempat.

Hasil wawancara dengan pengurus perizinan di pelabuhan Sunda Kelapa

Bagian perizinan di pelabuhan Sunda Kelapa ini bertugas mencatat kapal yang keluar dan masuk pelabuhan. Berikut ini hasil uraian singkat mengenai perizinan keluar masuk pelabuhan yang diungkapkan oleh salah seorang pengurus perizinan di pelabuhan Sunda Kelapa.

Sebelum kapal keluar dari pelabuhan, ada beberapa prosedur yang harus dilakukan. Pertama kapal harus melapor dan membuat surat permohonan SPB. Setelah itu dilakukan,

Pemeriksaan surat atau dokumen kapal, pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek apakah surat atau dokumen kapal itu ada yang mati atau tidak. Jika ada maka harus dilakukan perpanjangan surat atau dokumen tersebut terlebih dahulu.

Pengecekkan surat ukur, laut, kesempurnaan kapal, keterangan perwira, dan keterangan radio.

Tahap selanjutnya adalah pihak pelabuhan akan mencatat data-data tersebut di memorandum. Lalu selanjutnya adalah pihak kapal melapor ke bagian SOP untuk membayar biaya PUP. Biaya PUP ini dihitung berdasarkan berapa lama kapal singgah di pelabuhan, termasuk biaya gudang jika ada. Setiap kapal memiliki tarif yang berbeda-beda sesuai dengan kode kapal tersebut atau biasa disebut GT. Setelah membayar biaya PUP, pihak pelabuhan akan melakukan cek fisik untuk ABK. Pengecekan bahan bakar kapal. Dan pengecekan banker.

Kapal yang baru datang pun harus segera melapor. Karena biaya PUP ini dihitung sejak pertama kali kapal singgah di pelabuhan hingga meninggalkan pelabuhan.

Proses perizinan ini tidak memakan waktu lama, dan bisa diselesaikan dalam hitungan jam sejak permohonan diajukan atau ketika kapal ingin meninggalkan pelabuhan. Surat izin SPB ini berlaku 1x24 jam selama kapal belum meninggalkan pelabuhan. Jika kapal telah meninggalkan pelabuhan namun terjadi masalah sehingga kapal harus kembali ke pelabuhan, maka kapal harus kembali melaporkan kedatangan. Dan membuat SPB yang baru ketika kapal tersebut ingin meninggalkan pelabuhan sesuai prosedur.

Selain mengurus perizinan, dilakukan juga pengawasan bagi kapal-kapal yang singgah di pelabuhan Sunda Kelapa.

Wawancara dengan seorang pemilik kapal dan anggota komunitas Sunda Kelapa Heritage

Menurut salah satu pemilik kapal, usaha penyewaan kapal ini merupakan usaha yang turun-temurun. Perusahaan penyewaan kapal sendiri dapat berupa perusahaan individu atau perusahaan patungan yang dibangun dan dikelola bersama keluarga. Usaha penyewaan kapal ini merupakan usaha yang membutuhkan modal besar, sedangkan ubtung dan ruginya tidak bisa diprediksi. Memang bayaran yang diterima perusahaan dalam satu kali sewa ini terhitung besar dapat mencapai milyaran rupiah, namun pemilik kapal juga harus ikhlas jika sutu saat terjadi musibah yang mennyebabkan kapal karam, aku pemilik kapal ini. Setiap pemilik kapal telah dilatih untuk memiliki mental yang kuat.

Untuk membeli kapal baru membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun setiap kapal dapat digunakan hingga puluhan tahun. Sekitar 20-25 tahun. Semuanya tergantung dari perawatan kapal. Biasanya perawatan kapal ini dilakukan 1 tahun sekali. Perawatan kapal sendiri bisa dilakukan di pelabuhan tempat kapal bersandar, namun jika kapal mengalami kerusakan dan perbaikannya tidak dapat dilakukan di pelabuhan, maka mesin harus dibawa ke tempat khusus untuk perbaikan.

Dalam setiap pelayaran, kapal tidak hanya mengangkut satu jenis barang. Menurut pemilik kapal ini, hal itu dilakukan agar kapal tidak mudah terbalik jika terkena ombak. Untuk pengaturan jenis barang bisanya akan dilakukan oleh perusahaan ekspedisi. Perusahaan yang akan mengirimkan barang antar pulau menyerahkan urusan penyewaan kapal ke perusahaan ekspedisi, berikutnya perusahaan ekspedisi inilah yang akan mencarikan kapal. Pemilik kapal sendiri hanya bertugas menyediakan kapal.

Hingga saat ini, belum ada asuransi untuk ABK yang bisa diberikan oleh pemilik kapal. Selain karena belum ada perusahaan asuransi yang bersedia, hal ini juga disebabkan karena kebiasaan para ABK yang sering berpindah-pindah kapal. Namun untuk kebiasaan ini sudah bisa diatasi dengan adanya buku saku bagi para ABK. Buku saku ini akan dipegang oleh pemilik kapal selama orang yang bersangkutan menjadi ABK di kapalnya. Sementara untuk kapal pun tidak ada asuransinya. Jika terjadi suatu kecelakaan, maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik kapal juga perusahaan penyewa kapal tersebut.

Pelabuhan Sunda Kelapa ini selain berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat barang, juga merupakan lokasi wisata.s

Kemudian sebagai salah satu anggota dari komunitas Sunda Kelapa Heritage, komunitas ini mengharapkan adanya pengembangan pelabuhan Sunda Kelapa sebagai salah satu lokasi objek wisata di Jakarta. Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, bahwa pelabuhan Sunda Kelapa ini banyak menarik perhatian turis asing dengan keunikan yang dimilikinya. Salah satu yang menarik minat para turis ini adalah aktivitas bongkar muat barang yang dilakukan di pelabuhan Sunda Kelapa yang masih sangat tradisonal. Selain itu juga keunikan dari Kapal Pinisi yang merupakan kapal tradisional Indonesia yang terbuat dari kayu memiliki daya tarik tersendiri.

Para turis yang berkunjung ke pelabuhan Sunda Kelapa ini biasanya datang pada sore hari dan menyaksikan aktivitas bongkar muat barang. Selain itu di pelabuhan ini juga terdapat beberapa museum yang bisa dikunjungi.

Komunita ini berharap agar suasana tradisonal yang ada di pelabuhan Sunda Kelapa ini dipertahankan. Dan dikembangkan agar dapat menarik lebih banyak turis asing.