Suku Sunda

51
SUKU SUNDA Sistem keagamaan Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan gaib. Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya. Organisasi sosial/kemasyarakatan Dilihat dari sudut sejarah, organisasi sosial yang hidup dalam masyarakat di jawa barat ada yang mempunyai ciri-ciri lembaga/organisasi tradisional dan organisasi modern. Yang di maksud organisasi tradisional adalah organisasi yang muncul sebagai hasil inisiatif dan kreatif masyarakat desa, yang didorong oleh kebutuhan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,sedangkan organsasi modern adalah lahir karena sengaja di bentuk, biasanya dari piahk atas desa dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Pada umumnya organisasi modern mulai ada pada awal abad ke-20, tatkala pemerintah kolonial secara formal memperkenalkannya kepada masyarakat desa, lembaga perkreditan,pegadaian dan susunan pemerintahan. Oganisasi tradisional yang masih banyak ditemui dan dilakukan masyarakat sunda adalah :

Transcript of Suku Sunda

SUKU SUNDASistem keagamaan Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama. Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan gaib. Terdapat juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya. Organisasi sosial/kemasyarakatanDilihat dari sudut sejarah, organisasi sosial yang hidup dalam masyarakat di jawa barat ada yang mempunyai ciri-ciri lembaga/organisasi tradisional dan organisasi modern. Yang di maksud organisasi tradisional adalah organisasi yang muncul sebagai hasil inisiatif dan kreatif masyarakat desa, yang didorong oleh kebutuhan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,sedangkan organsasi modern adalah lahir karena sengaja di bentuk, biasanya dari piahk atas desa dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya. Pada umumnya organisasi modern mulai ada pada awal abad ke-20, tatkala pemerintah kolonial secara formal memperkenalkannya kepada masyarakat desa, lembaga perkreditan,pegadaian dan susunan pemerintahan. Oganisasi tradisional yang masih banyak ditemui dan dilakukan masyarakat sunda adalah :1. Organisasi tradisional yang merupakan ikatan hubunga antara pemilik tanah dengan penggarap tanah seperti :a) Memaro yaitu bagian hasil panen samab) Mertelu yaitu bagian hasil panen 1 berbanding 2c) Mlayang yaitu bagian hasil panen 10 sangga untuk 3 bau sawahd) Hejoan yaitu peminjaman uang yang dibayar dengan hasil panen2. Organisasi tradisional yang erat hubungannya dengan kehidupan desa di priangan :a) Hiras/ngahiras, biasanya ada dalam mendirikan ruah, tandur dan hajatanb) Liliuran yaitu saling tukar tenaga dalam sesuatu pekerjaan A : B atau B : Ac) Kondangan/Ondangan/Uleman, biasanya terjdi dalam acara syukuran.

3. Organisasi tradisional didasarkan atas kepentingan ekonomi, seperti :a) Sistem ijon yaitu peminjaman padi pada musim paceklik dan di bayar pada musim panen dengan bunga tinggib) Sistem nyambat yaitu permintaan bantuan tenaga dari tetangga dengan imbalan materic) Sistem ceblokan yaitu sistem kontrak penggarap sawah oleh satu kelompok petani sampai panen dan hasil panen di bagi sesuai kesepakatand) Sistem pajegan yaitu siste kontrak tidak sampai panene) Sistem sewa tanah yaitu menyewakan tanah kepada pemilik modal karena kebutuhan tertentuPada abad 19 di banten masyarakat desa dibedakan atas dua lapisan sosial yaiu :1. Golongan elit pada lapisan atas, seperti pemuka agama, pamong desa dan jawara2. Golongan rakyat biasa pada lapisan bawah, seperti petani kecil, buruh tani dan bujangDalam kehidupan masyarakat desa di masyarakat sunda pada umumnya ada dua kelompok masyarakat yaitu:1. Jalma beunghar/jalma jagud aau jalama sugih2. Jalma miskin/jalma masakat/jalma malarat atau jalma leutik.Penerapan tenggang rasa dapat kita rasakan ketika melihat realitas di atas. Namun, dalam beberapa kasus, masih ada peran pemuda yang memporsikan lebih dari perang orang tua. Misalnya, seorang anak menjadi penanggungjawab keutuhan dan kebutuhan hidup keluarga dengan bekerja lebih dari pekerjaan orang tua. Terlepas dari hal ini, etika dalam sistem organisasi kemasyarakat Sunda merupakan potret ideal dalam menjalani kehidupan yang lebih dinamis. Kehidupan bersama dalam balutan gotong royong tampak terasa dalam kebiasaan nguyang, yaitu memberikan sesuatu (biasanya palawija) kepada orang lain dengan mengharap balasan yang lebih besar. Hubungan dalam masyarakat Sunda sifatnya subjektif. Artinya, kepentingan individu adalah kepentingan bersama dan kepentingan kelompok juga merupakan kepentingan individu (perseorangan)Menyangkut masalah internal keluarga, dalam masyarakat Sunda, ayah biasa dipanggil abah dan ibu dipanggil ema. Kakek dipangil aki dan nenek dipanggil nini. Adik ayah dan ibu yang laki-laki dipanggil amang sedangkan adik ayah dan ibu yang perempuan dipanggil bibi. Dalam perkawinan, suami biasa panggil salaki dan istri dipanggil pamajikan.Kampong bukanlah satu-satunya tempat tinggal masyarakat Sunda di desa. Pada masyarakat Baduy dan beberapa kelompok masyarakat di daerah Banten dan Sukabumi Selatan yang mayoritas berprofesi sebagai peladang (ngahuma) terdapat paling sedikit dua macam pola organisasi tempat tinggal, yaitu saung huma (dangau ladang) dan kampung. Di Jawa Barat sebenarnya hampir tidak ada desa yang perumahannya terkonsentrir di bangunan dan rumah-rumah yang terkumpul dan berkelompok pada satu tempat saja. Desa tersebar dalam satu area tertentu dengan memiliki batas desa atau batas secara historis dan administratif disetujui oleh bersama. Biasanya batas ini ditandai dengan gapura dan patok vertikal dari beton yang terdapat tulisan nama desa tersebut.Di daerah datar, jarak antara rumah makin besar, begitu juga pekarangannya. Pola kampung seperti ini lebih diperlukan untukmenjaga tanaman pekarangan dari gangguan binatang. Berdasarkan pengelompokan rumah-rumah dan sarana lainnya dihubungkan dengan jalan raya, sungai dan lembah, pantai sebagai indikator, maka pola desa di Jawa Barat (Sunda) dapat dibagi menjadi:1. Desa linier; kampung desa yang berkelompok memanjang mengikuti alur jalan desa.2. Desa radial; kampung desa yang berkelompok pada persimpangan jalan.3. Desa di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka; pola ini dianggap imitasi dalam bentuk kecil dari kota kabupaten atau kota kecamatan.Dalam pola desa yang menyebar, yang letaknya tersebar, biasanya penyediaan fasilitas desa terpusat di sekitar bale desa. Hal ini mengakibatkan warga desa memerlukan waktu yang cukup lama bila akan pergi ke sekolah, pasar, masjid, desa atau puskesmas. Selain itu, biasanya letak rumah penduduk berjauhan, sehingga hidup bertetangga agak terbatas pada rumah yang saling berdekatan.

Baik kampong ataupun desa adalah suatu pemukiman yang mencakup sejumlah rumah dan bangunan-bangunan lainnya sebagai pelengkap dengan fungsi tertentu bagi kehidupan masyarakat dalam permukiman. Tempat bermukim yang terkecil ialah rumah dan yang terbesar adalah alam luar. Rumah dalam bahasa Sunda disebut imah, dan nu di imah berarti istri yang memiliki wewenang sebagai pengelola rumah. Umpi atau rumah tangga merujuk pada suatu keluarga inti, terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya yang belum menikah. Anak-anak yang sudah berkeluarga kemudian akan membentuk umpi baru yang dalam bahasa Sunda disebut bumen-bumen atau imah sorangan, rarabi atau kurenan jika kemudian pasangan tersebut beranak. Itulah gambaran umum mengenai sistem organisasi kemasyarakatan pada masyarakat Sunda.Bahasa Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :a) Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang dituakan atau disegani.b) Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status sosialnya.c) Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status sosialnya lebih rendah. Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa.Sistem Pengetahuan Fasilitas yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan maupun informasi memudahkan masyarakat dalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965 bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak 544%. Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang universitas.

Kesenian Budaya SundaBudaya sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah kesenian sisngaan, tarian khas sunda, wayang golek,permainan anak kecil yang khas,alat musik sunda yang bisanya digunakan pada pagelaran kesenian.1. Sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2 4 boneka singa yang diusung oleh para pemainnya sambil menari sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acra khitanan.2. Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita perwayangan. Wayang diamainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang di mainkan.3. Jaipongan adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik . Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go'ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra' dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan4. Tarian Ketuk Tilu , sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah. Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.5. Pencak Sialat Cikalong. Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya "Maempo Cikalong". Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.6. Seni Musik dan Suara. Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda : Bubuy Bulan,Es Lilin, Manuk Dadali , Tokecang ,Warung Pojok7. Wayang Golek. Jepang boleh terkenal dengan 'Boneka Jepangnya', maka tanah Sunda terkenal dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 - 21.00 hingga pukul 04.00 pagi. Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek, ada 'tokoh' yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan, seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.8. Alat Musik. Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian local atau tradisional9. Seni Bangreng. Seni Bangreng adalah pengembangan dari seni "Terbang" dan "Ronggeng". Seni terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan "Terbang", yaitu semacam rebana tetapi besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang penabu gendang besar dan kecil.10. Rengkong. Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya11. Kuda Renggong. Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.12. Kecapi Suling. Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang) Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.

Mata PencaharianMata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah1) Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.2) Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran3) Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.Teknologi Hasil-hasil teknologi terkini sangat mudah didapatkan seperti alat-alat yang digunakan untuk pertanian yang dasa jaman dulu masih menggunakan alat-alat tradisional, kini sekarang telah berubah menggunakan alat-alat modern, seperti traktor dan mesin penggiling padi. Disamping itu juga sudah terdapat alat-alat telekomunikasi dan barang elektronik modern.

UNSUR BUDAYASUKU BATAKSistem Peralatan Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.Mata Pencaharian Suku BatakPada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.Sistem Kemasyarakatan Suku BatakKelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.

1. KekerabatanNilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.2. HagabeonNilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik3. HamoraanNilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.4. Uhum dan ugariNilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.5. PengayomanPengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.6. MarsisarianSuatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantuBahasaSuku BatakDalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.Kesenian Suku BatakSeni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang.PengetahuanSuku BatakOrang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.ReligiSuku BatakPada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal

B.UNSUR BUDAYASUKU ASMAT

Sistem Peralatan Hidup Teknologi (atau teknologi)Suku AsmatOrang Asmat telah memiliki peralatan serta cara untuk mempertahankan hidupnya. Mereka telah memiliki kemampuan untuk membuat jaring sendiri yang terbuat dari anyaman daun sagu. Jaring tersebut digunakan untuk menjaring ikan di muara sungai. Caranya pun sederhana sekali, yaitu dengan melemparkan jaring tersebut ke laut untuk kemudian ditarik bersama-sama. Pekerjaan ini tidaklah mudah karena di muara sungai terdapat lumpur yang sangat banyak dan memberatkan dalam penarikan jaring.Oleh karena itu, jala ditambatkan saja pada waktu air pasang dan kemudian ditarik pada air surut.Untuk membuat suatu karya kesenian, orang Asmat juga mengenal alat-alat tertentu yang memang sengaja digunakan untuk membuat ukir-ukiran. Alat-alat sederhana seperti kapak batu, gigi binatang dan kulit siput yang bisa digunakan oleh wow-ipits untuk mengukir. Kapak batu merupakan benda yang sangat berharga bagi orang Asmat sehingga kapak yang hanya bisa didapatkan melalui pertukaran barang itu diberi nama sesuai dengan nama leluhurnya, bisanya nama nenek dari pihak ibu. Dengan masuknya pengaruh dari luar, orang Asmat sekarang sudah menggunakan kapak besi dan pahat besi.Kulit siput diganti dengan pisau. Untuk menghaluskan dan memotong masih digunakan kulit siput.Mata Pencaharian Suku AsmatKebiasaan bertahan hidup dan mencari makan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya di wilayah Distrik Citak-Mitak ternyata hampir sama. suku asmat darat, suku citak dan suku mitak mempunyai kebiasaan sehari-hari dalam mencari nafkah adalah berburu binatang hutan separti, ular, kasuari< burung< babi hitan< komodo dll. mereka juga selalu meramuh / menokok sagu sebagai makan pokok dan nelayan yakni mencari ikan dan udang untuk dimakan. kehidupan dari ketiga suku ini ternyata telah berubah..

Sistem Kemasyarakatan Suku AsmatDalam kehidupan orang Asmat, peran kaum laki-laki dan perempuan adalah berbeda. Kaum laki-laki memiliki tugas menebang pohon dan membelah batangnya. Pekerjaan selanjutnya, seperti mulai dari menumbuk sampai mengolah sagu dilakukan oleh kaum perempuan. Secara umumnya, kaum perempuan yang bertugas melakukan pencarian bahan makanan dan menjaring ikan di laut atau di sungai. Sedangka kaum laki-laki lebih sibuk dengan melakukan kegiatan perang antar clan atau antar kampung. Kegiatan kaum laki-laki juga lebih terpusat di rumah bujang.Sistem kekerabatan/ keluargaDasar kekerabatan masyarakat Asmat adalah keluarga inti monogami, atau kadang-kadang poligini, yang tinggal bersama-sama dalam rumah panggung (rumah keluarga) seluas 3 m x 5 m x 4 m yang sering disebut dengan tsyem. Walaupun demikian, ada kesatuan-kesatuan keluarga yang lebih besar, yaitu keluarga luas uxorilokal (keluarga yang sesudah menikah menempati rumah keluarga istri), atau avunkulokal (keluarga yang dudah menikah menempati rumah keluarga istri dari pihak ibu). Karena itu, keluarga-keluarga seperti itu, biasanya terdiri dari 1 keluarga inti senior dan 2-3 keluarga yunior atau 2 keluarga senior, apabila ada 2 saudara wanita tinggal dengan keluarga inti masing-masing dalam satu rumah. Jumlah anggota keluarga inti masyarakat Asmat biasanya terdiri dari 4-5 atau 8-10 orang.Lembaga PernikahanSistem kekerabatan orang Asmat yang mengenal sistem clan itu mengatur pernikahan berdasarkan prinsip pernikahan yang mengharuskan orang mencari jodoh di luar lingkungan sosialnya, seperti di luar lingkungan kerabat, golongan sosial, dan lingkungan pemukiman (adat eksogami clan). Garis keturunan ditarik secara patrilineal (garis keturunan pria), dengan adat menetap sesudah menikah yang virilokal. Adat virilokal adalah yang menentukan bahwa sepasang suami-istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami. Dalam masyarakat Asmat, terjadi juga sistem pernikahan poligini yang disebabkan adanya pernikahan levirat. Pernikahan levirat adalah pernikahan antara seorang janda dengan saudara kandung bekas suaminya yang telah meninggal dunia berdasarkan adat-istiadat yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Pernikahan seorang anak dalam masyarakat Asmat, biasanya diatur oleh kedua orang tua kedua belah pihak, tanpa diketahui oleh sang anak. Peminangan biasanya dilakukan oleh pihak kerabat perempuan. Namun, dalam hal pencarian jodoh, mereka juga mengenal kawin lari, yang artinya seorang laki-laki melarikan gadis yang disenanginya. Kawin lari ini biasanya berakhir dengan pertikaian dan pembunuhan.Perkawinan dalam masyarakat Asmat sebanyak lebih dari 25% adalah poligini, dan di antara perkawinan-perkawinan poligini itu hampir separuhnya adalah perkawinan yang telah diatur (perse tsyem).BahasaSuku AsmatBahasa-bahasa yang digunakan orang Asmat termasuk kelompok bahasa yang oleh para ahli linguistik disebut sebagai Language of the Southern Division, bahasa-bahasa bagian selatan Irian Jaya. Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Irian (Papua) Non-Melanesia.KesenianSuku AsmatRagam kesenian suku Asmat yang banyak dilakukan adalah seni pahat/ ukir. Benda-benda kesenian hasil ukiran Asmat yang menarik adalah perisai-perisai, tiang-tiang mbis (patung bis/ leluhur), dan tifa. Aneka warna gaya kesenian Asmat berdasarkan bentuk dan warna dapat diklasifikasikan ke dalam 4 daerah :a. Gaya seni Asmat hilir maupun hulu sungai-sungai yang mengalir ke dalam Teluk Flamingo dan arah pantai Casuarina (Central Asmat)Benda seni yang termasuk dalam golongan ini, telah terkenal sejak jaman ekspedisi militer Belanda pada tahun 1912. Ciri-ciri perisai dalam golongan ini adalah berbentuk persegi panjang dan agak menyempit ujungnya. Di ujung atas ada hiasan ukiran phallus atau gambar burung tanduk atau topeng. Motif-motif ukiran dalam golongan ini juga terdiri dari motif burung kakatua, burung kasuari, kepala ular, kaki kepiting, dll.Hiasan ukiran simbolis ini juga terdapat di ujung perahu lesung, di bagian belakang perahu, datung perahu, dinding tifa, ujung tombak, ujung panah, dll.b. Gaya Seni Asmat Barat Laut (Northwest Asmat)Perisai pada golongan ini berbentuk lonjong dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dari pada perisai-perisai lainnya. Bagian kepala terpisah dengan jelas dari bagian lainnya dan berbenruk kepala kura-kura atau ikan. Kadang-kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepal, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, katak, kepala burung tanduk, ular, dll.c. Gaya seni Asmat Timur (Citak)Kekhususan seni pada golongan ini tampak pada bentuk hiasan perisai yang biasanya berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang Asmat yang berdiri tegak. Bagian-bagian atasnya tidak terpisah secara jelas dari bagian badan perisai dan sering terisi dengan garis-garis hitam atau merah yang diberi titik-titik putih.d. Gaya seni Asmat daerah sungai BrazzaPerisai pada golongan ini hampir sama besar dan tinggi dengan perisai pada golongan asmat Timur. Bagian kepala juga biasanya terpisah dari bagian badannya. Walaupun motif sikulengan sering dipakai untuk hiasan perisai, motif yang biasa digunakan adalah motif geometri, lingkaran, spiral, siku-siku, dll.e. Seni musikOrang Asmat memiliki alat musik khusus yang biasa digunakan dalam upacara-upacara penting. Tifa adalah alat musik yang paling umum digunakan oleh masyarakat Asmat dalam kehidupannya. Tifa-tifa ini biasa diukir dan dipahat oleh wow-ipits setempat.f. Seni tariOrang-orang Asmat kerapkali melakukan gerakan-gerakan tarian tertentu saat upacara sakral berlangsung. Adanya gerakan-gerakan erotis dan dinamis yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan perempuan di depan rumah bujang (Je) dalam rangka upacara mbis.

Pengetahuan Suku AsmatOrang Asmat berdiam di lingkungan alam terpencil dan ganas dengan rawa-rawa berlumpur yang ditumbuhi pohon bakau, nipah, sagu dan lainnya. Perbedaan pasang dan surut mencapai 4-5 meter. Pengetahuan itu dimanfaatkan oleh orang Asmat untuk berlayar dari satu tempat ke tempat lain. Pada waktu pasang surut, orang berperahu ke arah hilir atau pantai dan kembali ke hulu ketika pasang sedang naik.a. Pengetahuan mengenai alam flora dan fauna di daerah tempat tinggalPohon sagu banyak tumbuh di daerah dimana orang Asmat tinggal. Oleh karena itu, makanan pokok orang Asmat adalah sagu dengan makanan tambahan seperti ubi-ubian dan berbagai jenis daun-daunan. Mereka juga memakan berbagai jenis binatang seperti, ulat sagu, tikus hutan, kuskus, babi hutan, burung, telur ayam hutan, dan ikan. Sagu diibaratkan sebagai wanita. Kehidupan dianggap keluar dari pohon sagu sebagaimana kehidupan keluar dari rahim ibu. Selain itu, gigi-gigi anjing yang telah mati biasa digunakan sebagai perhiasan.b. Pengetahuan mengenai zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannyaOrang-orang Asmat hanya mengenal 3 warna dalm kehidupannya, yaitu warna merah, putih, dan hitam.Warna merah didapatkan dari campuran tanah merah dengan air. Untuk warna putih, orang Asmat membakar semacam kerang yang kemudian ditumbuk dan dicampur dengan air. Sedangkan warna hitam diperoleh dengan cara mencampurkan arang dengan air. Ketiga warna ini biasa terlihat pada hasil ukiran dan juga cara berhias yang dilakukan oleh orang-orang Asmat.c. Pengetahuan mengenai sifat dan tingkah laku (kebutuhan) antar manusiaTempat tinggal suku Asmat yang berada di daerah dataran rendah membuat mereka perlu mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya. Seperti misalnya batu sangat langka di daerah-daerah lumpur berawa-rawa tempat dimana suku Asmat tinggal. Oleh karena itu, mereka telah mengatahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh masyarakat merekas sendiri maupun masyarakat di luar daerahnya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, suku Asmat telah mengenal sistem barter. Mereka telah biasa melakukan barter dengan masyarakat lain yang tinggal di daerah dataran tinggi untuk mendapatkan alat-alatseperti kapak, batu, dsb yang memudahkan mereka dalam kehidupannya.d. Pengetahuan mengenai ruang dan waktuUntuk memeperoleh bahan makanan di hutan, orang-orang Asmat pun berangkat pergi pada hari Senin dan kembali ke kampung pada hari Sabtu.Selama di hutan, mereka tinggal di rumah sementara yang bernama bivak.Apabila orang-orang Asmat ingin mengambil air minum, maka air minum diambil pada saat air surut, sewaktu air sungai tidak terlalu asin.Air tersebut disimpan dalam tabung bambu yang diperoleh dari hasil penukaran dengan penduduk desa di lereng-lereng gunung.ReligiSuku Asmata) Simbol manusia dan burung pada perahuOrang Asmat biasa membuat ukiran di ujung perahu yang digunakannya.Ukiran tersebut bersimbol manusia dan burung. Ukiran yang berbentuk manusia itu melambangkan keluarga yang sudah meninggal. Mereka percaya bahwa almarhum akan senang karena diperhatikan, dan kemanapun perahu dan penumpangnya pergi akan selalu dilindunginya. Ukiran burung dan binatang terbang lainnya dianggap melambangkan orang yang gagah berani dalam pertempuran dan lambang burung juga digunakan sebagai lambang pengayauan, terutama burung atau binatang terbang yang berwarna gelap atau hitamb) HiasanUntuk hiasan kepala, menggunakan simbol burung kasuari atau kuskus. Sekeliling matanya diwarnai merah bagaikan mata burung kakatua hitam bila sedang marah. Hiasan dahi yang terbuat dari kulit kuskus merupakan lambang dari si pengayau kepala yang perkasa.c) PohonOrang Asmat menyebut dirinya Asmat-ow, yang berarti manusia pohon. Pohon merupakan benda yang amat luhur dalam pandangan orang Asmat. Dalam pandangan mereka, pohon adalah manusia dan manusia adalah pohon. Akar pohon melambangkan kaki manusia, batangnya adalah tubuh manusia, dahan-dahannya adalah tangan manusia, dan daun-daun adalah kepala manusia. Semua anggapan itu memiliki alasan yang mendasar. Keadaan lingkungan alam yang ganas, berawa-rawa dan berlumpur menyebabkan pohon atau kayu menjadi penting bagi kehidupan orang Asmat.Unsur budaya suku jawaMata Pencaharian Suku JawaPada umumnya masyarakat bekerja pada segala bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang didominasi oleh orang Jawa. Selain itu, mereka bekerja pada sektor pelayanan umum, pertukangan, perdagangan dan pertanian dan perkebunan. Sektor pertanian dan perkebunan, mungkin salah satu yang paling menonjol dibandingkan mata pencaharian lain, karena seperti yang kita tahu, baik Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak lahan-lahan pertanian yang beberapa cukup dikenal, karena memegang peranan besar dalam memasok kebutuhan nasional, seperti padi, tebu, dan kapas.

1.PertanianYang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan), tanaman utama adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau, tebu dan rosella.2.PerikananAdapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala dan jarring3.PeternakanBinatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.4.KerajinanKerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan peralatan pertanian.

Dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani, baik bertani disawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat pantai.

2.Sistem KemasyarakatanDalam sistem kemasyarakatan, akan dibahas mengenai pelapisan sosial. Dalam sistem kemasyarakatan Jawa, dikenal 4 tingkatan yaitu Priyayi, Ningrat atau Bendara, Santri dan Wong Cilik.

Priyayi ini sendiri konon berasal dari dua kata bahas Jawa, yaitu para dan yayi atau yang berarti para adik. Dalam istilah kebudayaan Jawa, istilah priyayi ini mengacu kepada suatu kelas sosial tertinggi di kalangan masyarakat biasa setelah Bendara atau ningrat karena memiliki status sosial yang cukup tinggi di masyarakat. Biasanya kaum priyayi ini terdiri dari para pegawai negeri sipil dan para kaum terpelajar yang memiliki tingkatan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang disekitarnya

Ningrat atau Bendara adalah kelas tertinggi dalam masyarakat Jawa. pada tingkatan ini biasanya diisi oleh para anggota keraton, atau kerabat-kerabatnya, baik yang memiliki hubungan darah langsung, maupun yang berkerabat akibat pernikahan. Bendara pu memiliki banyak tingkatan juga di dalamnya, mulai dari yang tertinggi, sampai yang terendah. Hal ini dapat dengan mudah dilihat dari gelar yang ada di depan nama seorang bangsawan tersebut.

Yang ketiga adalah golongan santri. Golongan ini tidak merujuk kepada seluruh masyarakat suku Jawa yang beragama muslim, tetapi, lebih mengacu kepada para muslim yang dekat dengan agama, yaitu para santri yang belajar di pondok-pondok yang memang banyak tersebar di seluruh daerah Jawa.

Terakhir, adalah wong cilik atau golongan masyarakat biasa yang memiliki kasta terendah dalam pelapisan sosial. Biasanya golongan masyarakat ini hidup di desa-desa dan bekerja sebagai petani atau buruh. Golongan wong cilik pun dibagi lagi menjadi beberapa golongan kecil lain yaitu:1. Wong Baku: golongan ini adalah golongan tertinggi dalam golongan wong cilik, biasanya mereka adalah orang-orang yang pertama mendiami suatu desa, dan memiliki sawah, rumah, dan juga pekarangan.2. Kuli Gandok atau Lindung: masuk di dalam golongan ini adalah para lelaki yang telah menikah, namun tidak memiliki tempat tinggal sendiri, sehingga ikut menetap di tempat tinggal mertua.3. Joko, Sinoman, atau Bujangan: di dalam golongan ini adalah semua laki-laki yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tua, atau tinggal bersama orang lain. Namun, mereka masih dapat memiliki tanah pertanian dengan cara pembelian atau tanah warisan.

Desa-desa di Jawa umumnya dibagi-bagi menjadi bagian-bagian kecil yang disebut dengan dukuh, dan setiap dukuh dipimpin oleh kepala dukuh. Di dalam melakukan tugasnya sehari-hari, para pemimpin desa ini dibantu oleh para pembantu-pembantunya yang disebut dengan nama Pamong Desa. Masing-masing pamong desa memiliki tugas dan perananya masing-masing. Ada yang bertugas menjaga dan memelihara keamanan dan ketertiban desa, sampai dengan mengurus masalah perairan bagi lahan pertanian warga.Religi Suku Jawa1.Kepercayaan/ AgamaMayoritas orang Jawa menganut agama Islam, sebagian yang lainya menganuti agamaKristian,ProtestandanKatolik, termasuknya dikawasan luar bandar, dengan penganutagama BuddhadanHindujuga ditemukan dikalangan masyarakat Jawa. Terdapat juga agama kepercayaan suku Jawa yang disebut sebagai agamaKejawen. Kepercayaan ini pada dasarnya berdasarkan kepercayaananimismedengan pengaruh agama Hindu-Buddha yang kuat. Masyarakat Jawa terkenal kerana sifat asimilasi kepercayaannya, dengan semua budaya luar diserap dan ditafsirkan mengikut nilai-nilai Jawa.

Suku Jawa berbeda dengan suku-suku lain dalam hal pandangan hidup, jika suku lain selalu melabelkan agama tertentu sebagai identitas kesukuannya, atau bukanlah bagian dari suku tertentu jika bukan beragama tertentu, maka suku jawa merupakan suku yang universal identitas sukunya tidak dibangun oleh agama maupun ras tertentu walaupun setiap individu jawa wajib beragama dan dituntun untuk melaksanakan syariat agamanya yang mesti dilaksanakan dengan taat oleh pribadi jawa yang memeluknya sebagai konsekwensi hidup sebagai hamba tuhan.

Suku jawa memposisikan diri sebagai suku universal dan sebagian mengatakan jawa bukanlah sebuah suku namun dia adalah Jiwa dari setiap individu baik dia muslim maupun non-muslim sehingga dapat kita lihat pandangan hidupnya yang mengayomi semua agama dan muslim sebagai pemimpinnya karena memang sebagai mayoritas bisa dilihat kesultanan-kesultanan yang dibangun oleh suku jawa yang bercorakkan islam, namun tetap menghargai suku jawa non-muslim yang tidak beragama islam karena agama adalah iman dan keyakinan pilihan jiwa, dan jika orang jawa mayoritasnya adalah non muslim maka ia juga berkewajban mengayomi hak-hak suku jawa yang beragama lainnya karena memang itu pandangan hidup yang ditanamkan kepada orang-orang jawa hal sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Mumtahanah (80:8).

Selain itu masyarakat Jawa percaya terhadap hal-hal tertentu yang dianggap keramat, yang dapat mendatangkan mala petaka jika di tintang atau diabaikan. Kepercayaan itu diantaranya : Kepercayaan terhadap Nyi roro kidul Kepercayaan kepada hari kelahiran (Wathon) Kepercayan terhadap hari-hari yang dianggap baik Kepercayaan kepada Nitowong Kepercayaan kepada dukun prewanganKesenian Suku JawaOrang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang ataulakonsebagian besar berdasarkanwiracaritaRamayanadanMahabharata. Selain pengaruh India, pengaruhIslamdanDunia Baratada pula. Senibatikdankerismerupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musikgamelan, yang juga dijumpai diBalimemegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.Sistem kesenian masyarakat jawa memiliki dua tipe yaitu, tipe jawa tengah dan jawa timur.

1.Kesenian tipe jawa tengahWujud kesenian tipe jawa tengah bermacam-macam misalnya sebagai berikut:1. Seni Tari Contoh: Seni tari tipe jawa tengah adalah tari serimpi dan tari bambang cakil, tari jaipong.2. Seni Tembang berupa lagu-lagu daerah jawa, misalnya lagu-lagu dolanan suwe ora jamu, gek kepiye dan pitik tukung.3. Seni pewayangan merupakan wujud seni teater di jawa tengah.4. Seni teater tradisional wujud seni teater tradisional di jawa tengah antara lain adalah ketoprak.2.Kesenian tipe jawa timurWujud kesenian dari pesisir dan ujung timur serta madura juga bermacam-macam, misalnya sebagai berikut:1. Seni tari dan teater antara lain tari ngremo, tari tayuban, dan tari kuda lumping.2. Seni pewayangan antara lain wayang beber.3. Seni suara antara lain berupa lagu-lagu daerah seprerti tanduk majeng (dari Madura) dan ngidung (dari Surabaya).4. Seni teater tradisional antara lain ludruk dan kentrung.Sistem Pengetahuan Suku Jawa

Salah satu bentuk sistem pengetahuan yang ada, berkembang, dan masih ada hingga saat ini, adalah bentuk penanggalan atau kalender. Bentuk kalender Jawa adalah salah satu bentuk pengetahuan yang maju dan unik yang berhasil diciptakan oleh para masyarakat Jawa kuno, karena penciptaanya yang terpengaruh unsur budaya islam, Hindu-Budha, Jawa Kuno, dan bahkan sedikit budaya barat. Namun tetap dipertahankan penggunaanya hingga saat ini, walaupun penggunaanya yang cukup rumit, tetapi kalender Jawa lebih lengkap dalam menggambarkan penanggalan, karena didalamnya berpadu dua sistem penanggalan, baik penanggalan berdasarkan sistem matahari (sonar/syamsiah) dan juga penanggalan berdasarkan perputaran bulan (lunar/komariah).

Pada sistem kalender Jawa, terdapat dua siklus hari yaitu siklus 7 hari seperti yang kita kenal saat ini, dan sistem panacawara yang mengenal 5 hari pasaran. Sejarah penggunaan kalender Jawa baru ini, dimulai pada tahun 1625, dimana pada saat itu, sultan agung, raja kerajaan mataram, yang sedang berusaha menytebarkan agama islam di pulau Jawa, mengeluarkan dekrit agar wilayah kekuasaanya menggunakan sistem kalender hijriah, namun angka tahun hijriah tidak digunakan demi asas kesinambungan. Sehingga pada saat itu adalah tahun 1025 hijriah, namun tetap menggunakan tahun saka, yaitu tahun 1547.

Dalam sistem kalender Jawa juga terdapat dua versi nama-nama bulan, yaitu nama bulan dalam kalender Jawa matahari, dan kalender Jawa bulan. Nama- nama bulan dalam sistem kalender Jawa komariah (bulan) diantaranya adalah suro, sapar, mulud, bakdamulud, jumadilawal, jumadil akhir, rejeb, ruwah, poso, sawal, sela, dan dulkijah. Namun, pada tahun 1855 M, karena sistem penanggalan komariah dianggap tidak cocok dijadikan patokan petani dalam menentukan masa bercocok tanam, maka Sri Paduka Mangkunegaran IV mengesahkan sistem kalender berdasarkan sistem matahari. Dalam kalender matahari pun terdapat dua belas bulan

Peralatan Hidup Masyarakat Suku JawaSebagai suatu kebudayaan, suku Jawa tentu memiliki peralatan dan perlengkapan hidup yang khas diantaranya yang paling menonjol adalah dalam segi bangunan. Masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jawa memiliki ciri sendiri dalam bangunan mereka, khususnya rumah tinggal. Ada beberapajenis rumah yang dikenal oleh masyarakat suku Jawa, diantaranya adalah rumah limasan, rumah joglo, dan rumah serotong. Rumah limasan, adalah rumah yang paling umum ditemui di daerah Jawa, karena rumah ini merupakan rumah yang dihuni oleh golongan rakyat jelata. Sedangkan rumah Joglo, umumnya dimiliki sebagai tempat tinggal para kaum bangsawan, misalnya saja para kerabat keraton.

Umumnya rumah di daerah Jawa menggunakan bahan batang bambu, glugu (batang pohon nyiur), dan kayu jati sebagai kerangka atau pondasi rumah. Sedangkan untuk dindingnya, umum digunakan gedek atau anyaman dari bilik bambu, walaupun sekarang, seiring dengan perkembangan zaman, banyak juga yang telah menggunakan dinding dari tembok. Atap pada umumnya terbuat dari anyaman kelapa kering (blarak) dan banyak juga yang menggunakan genting.Dalam sektor pertanian, alat-alat pertanian diantantaranya: bajak (luku), grosok, bakul besar tenggok, garu..Perubahan/ Pemikiran IndividuIndonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. suku Jawa adalah penduduk asli pulau Jawa bagian tengah dan timur, kecuali pulau Madura. Selain itu, mereka yang menggunakan bahasa Jawa dalam kesehariannya untuk berkomunikasi juga termasuk dalam suku Jawa, meskipun tidak secara langsung berasal dari pulau Jawa. Secara keseluruhan penduduk suku Jawa tersebar diberbagai penjuru nusantara, bahkan sampai keluar negeri.Secara umum suku Jawa memiliki mata pencaharian yang dominan dibidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Memiliki sistem kekerabatan yang jelas dan erat, bersosial baik, dan bermasyarakat dengan rukun meski memiliki tingkatan stratifikasi sosial.

Dalam kepercayaan atau keagamaan dalam suku Jawa, suku Jawa lebih bersifat universal dan memiliki toleransi yang tinggi, yaitu tidak menekan kepada masyarakatnya untuk memeluk agama tertentu, meski masyarakat diwajibkan memeluk salah satu agama.

Suku Jawa memiliki banyak kesenian yang beranekaragam diantaranya adalah seni tari, seni tembang, seni pewayangan, seni teater tradisional dan lai sebagainya. Kesenian-kesenian tersebut telah menjadi budaya yang sangat beranekargam, budaya Jawa merupakan salah satu faktor utama berdirinya kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat mempengaruhi budaya nasional.

Bahasa Bahasa Jawa, sebagai bahasa ibu dan bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat suku Jawa, ternyata di dalamnya pun dikenal berbagai macam tingkatan dan undhak-undhuk basa. Sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu asing, mengingat beberapa bahas lain yang berada dalam rumpun austronesia pun dikenal undhak-undhuk dalam berbahasa.Terdapat tiga bentuk utama tingkatan variasi bahasa Jawa, yaitu ngoko (kasar), madya (biasa), dan krama (halus). Namun , pada tingkat yang lebih spesifik lagi, terdapat 7 (tujuh) tingkatan dalam berbahasa Jawa, diantaranya: ngoko, ngoko andhap, madhya, madhyantara, kromo, kromo inggil, bagongan, kedhaton. Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk penghormatan (ngajengake, honorific) dan perendahan (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, namun ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa semacam ini.Selain undhak-undhuk atau tingkatan bahasa, dikenal juga dialek yang berbeda-beda diantara orang-orang Jawa itu sendiri. Dalam hal ini, perbedaan dialek, dibagi menjadi 3 daerah, yaitu kelompok barat, tengah dan timur. Kelompok barat terdiri dari dialek Banten, Cirebon, Tegal, Banymas, dan Bumiayu. Kelompok tengah terdiri dari Pekalongan, kedu, bagelen, Semarang, Pantai Utara Timur (jepara,Demak, Rembang, Kudus, Pati), Blora, Surakarta, Yogyakarta, Madiun. Sedangkan, Kelompok dialek timur terdiri dari Pantura Timur (Tuban, dan Bojonegoro), Surabaya, Malang, Jombang, Tengger, Banyuwangi.Selain memiliki bahasa tersendiri, masyarakat suku Jawa pun memiliki huruf tersendiri yang pada umunya mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari

UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN ACEH

A.BahasaDiantara bahasa-bahasa daerah yang terdapat di provinsi NAD, bahasa Aceh merupakan bahasa daerah terbesar dan yang paling banyak penuturnya, yakni sekitar 70 % dari total penduduk provinsi NAD. Penutur bahasa Aceh tersebar di wilayah pantai Timur dan Barat provinsi NAD. Penutur asli bahasa Aceh adalah mereka yang mendiami kabupaten Aceh Besar, kota Banda Aceh, kabupaten Pidie, kabupaten Aceh Jeumpa, kabupaten Aceh Utara, kabupaten Aceh Timur, kabupaten Aceh Barat dan kota Sabang. Penutur bahasa Aceh juga terdapat di beberapa wilayah dalam kabupaten Aceh Selatan, terutama di wilayah Kuala Batee, Blang Pidie, Manggeng, Sawang, Tangan-Tangan, Meukek, Trumon dan Bakongan.Bahkan di kabupaten Aceh Tengah, Aceh Tenggara dan Simeulue, kita dapati juga sebahagian kecil masyarakatnya yang berbahasa Aceh. Selain itu, di luar provinsi NAD, yaitu di daerah-daerah perantauan, masih ada juga kelompok-kelompok masyarakat Aceh yang tetap mempertahankan bahasa Aceh sebagai bahasa ibu mereka. Hal ini dapat kita jumpai pada komunitas masyarakat Aceh di Medan, Jakarta, Kedah dan Kuala Lumpur di Malaysia serta Sydney di Australia. Selain Bahasa Aceh ada juga Bahasa yang lain seperti Bahasa Gayo, Bahasa Alas, Bahasa Tamiang, Bahasa Aneuk Jamee, Bahasa Kluet, Bahasa Singkil, Bahasa Haloban, dan Bahasa Simeulue.

B.Sistem ReligiAceh termasuk salah satu daerah yang paling awal menerima agama Islam. Oleh sebab itu propinsi ini dikenal dengan sebutan "Serambi Mekah", maksudnya "pintu gerbang" yang paling dekat antara Indonesia dengan tempat dari mana agama tersebut berasal. Meskipun demikian kebudayaan asli Aceh tidak hilang begitu saja, sebaliknya beberapa unsur kebudayaan setempat mendapat pengaruh dan berbaur dengan kebudayaan Islam. Dengan demikian kebudayaan hasil akulturasi tersebut melahirkan corak kebudayaan Islam-Aceh yang khas. Di dalam kebudayaan tersebut masih terdapat sisa-sisa kepercayaan animisme dan dinamisme.C.Sistem Mata PencaharianSetiap orang yang hidup memerlukan makanan untuk menyambung hidupnya. Dalam suku Aceh, untuk mendapatkan makanan sebagian besar dari mereka bekerja sebagai petani dan beternak. Namun, masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai pada umumnya menjadi nelayan, dan tidak sedikit juga yang berdagang.Mata pencaharian pokok suku aceh adalah bertani di sawah dan ladang dengan tanaman pokok berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa dan lain-lain. Disamping bertani, masyarakat suku aceh juga ada yang beternak kuda, kerbau, sapi dan kambing yang kemudian untuk dipekerjakan di sawah atau di jual.Untuk masyarakat yang hidup di sepanjang pantai, umumnya mereka menjadi nelayan dengan mencari ikan yang kemudian untuk menu utama makanan sehari-hari atau dijual ke pasar. Bagi masyarakat yang berdagang, mereka melakukan kegiatan berdagang secara tetap (baniago), salah satunya dengan menjajakan barang dagangannya dari kampung ke kampung.

D.Organisasi Sosial1.Sistem KekerabatanDalam sistem kekerabatan, bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orangtua istri selama beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah sepenuhnya.Dalam sistem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara budaya Minangkabau dan Aceh. Garis keturunan diperhitungkan berdasarkan prinsip bilateral, sedangkan adat menetap sesudah nikah adalah uxorilikal (tinggal dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihakayah mempunyai kedudukan yang kuat dalam hal pewarisan dan perwalian, sedangkan ninik mamak berasal dari kerabat pihak ibu. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang disebut rumah tangga. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama adalah mengasuh anak dan mengatur rumah tangga.Pada orang Alas garis keturunan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal atau menurut garis keturunan laki-laki. Sistem perkawinan yang berlaku adalah eksogami merge, yaitu mencari jodoh dari luar merge sendiri. Adat menetap sesudah menikah yang berlaku bersifat virilokal, yang terpusat di kediaman keluarga pihak laki-laki. Gabungan dari beberapa keluarga luas disebut tumpuk. Kemudian beberapa tumpuk bergabung membentuk suatu federasi adat yang disebut belah (paroh masyarakat).Pada masyarakat gayo, garis keturunan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal. Sistem perkawinan yang berlaku berdasarkan tradisi adalah eksogami belah, dengan adat menetap sesudah nikah yang patrilokal (juelen) atau matriokal (angkap). Kelompok kekerabatan terkecil disebut saraine (keluarga inti). Kesatuan beberapa keluarga inti disebut sara dapur. Pada masa lalu beberapa sara dapur tinggal bersama dalam sebuah rumah panjang, sehingga disebut sara umah. Beberapa buah rumah panjang bergabung ke dalam satu belah (klen).Dalam sistem kekerabatan masyarakat Tamiang digunakan prinsip patrilineal, yaitu menarik garis keturunan berdasarkan garislaki-laki. Adat menetap sesudah nikah yang umum dilakukan adalah adat matrilokal, yaitu bertempat tinggal di lingkungan kerabat wanita.2.Sistem Pelapisan SosialPada masa lalu masyarakat Aceh mengenal beberapa lapisan sosial. Di antaranya ada empat golongan masyarakat, yaitu golongan Keluarga Sultan, Golongan Uleebalang, Golongan Ulama, dan Golongan Rakyat Biasa. Golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang pernah berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan ini adalah ampon untuk laki-laki, dan cut untuk perempuan. Golongan uleebalang adalah orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai daerah-daerah kecil di bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar Teuku. Sedangkan para ulama atau pemuka agama lazim disebut Teungku atau Tengku.Pada masa masyarakat Tamiang dikenal penggolongan masyarakat atas tiga lapisan sosial, yakni ughang bangsawan, ughang patoot, dan ughang bepake. Golongan pertama terdiri atas raja beserta keturunannya. yang menggunakan gelar Tengku untuk laki-laki dan Wan untuk perempuan; golongan kedua adalah orangorang yang memperoleh hak dan kekuasaan tertentu dari raja, yang memperoleh gelar Orang (Kaya); dan golongan ketiga merupakan golongan orang kebanyakan.

3.Sistem KemasyarakatanBentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

E.Sistem PengetahuanSuku Aceh memiliki sistem pengetahuan yang mencangkup tentang fauna, flora, bagian tubuh manusia, gejala alam, dan waktu. Mereka mengetahui dan memiliki pengetahuan itu dari dukun dan orang tua adat.Pengetahuan yang terdapat dalam suku aceh, yaitu tentang tradisi bahasa tulisan yang ditulis dalam huruf Arab-Melayu yang disebut bahasa Jawi atau Jawoe, Bahasa Jawi ditulis dengan huruf Arab ejaan Melayu (gambar terlampir). Pada masa Kerajaan Aceh banyak kitab ilmu pengetahuan agama, pendidikan, dan kesusasteraan ditulis dalam bahasa Jawi. Pada makam-makam raja Aceh terdapat juga huruf Jawi. Huruf ini dikenal setelah datangnya Islam di Aceh. Banyak orang-orang tua Aceh yang masih bisa membaca huruf Jawi.F.Sistem Tekhnologi dan Peralatan Hidup1.PersenjataanOrang Aceh terkenal sebagai prajuri-prajurit tangguh penentang penjajah, dengan bersenjatakan rencong, ruduh (kelewang), keumeurah paneuk (bedil berlaras pendek), peudang (pedang), dan tameung (tameng). Senjata-senjata tersebut umumnya dibuat sendiri.

G.Kesenian1.Seni Lukis : Kaligrafi ArabSeni kaligrafi Arab merupikan salah satu kesenian yang ada dalam suku aceh. Melukis kaligrafi ini biasanya dilukis di atas kanvas yang bertujuan sebagai hiasan dinding di dalam rumah atau mesjid dengan melukiskan Asmaul Husna dan sebagainya. Kesenian ini banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan sebagainya.2.Seni Pahat : Memahat Rumah Adat dan NisanSeni pahat yang ada pada suku aceh adalah memahat hiasan pada rumah adat atau nisan. Seni pahat yang diaplikasikan pada rumah adat menunjukkan kepemilikan dan status sosial pemiliknya. Sedangkan seni pahat yang diaplikasikan pada nisan menunjukkan status sosial yang dikuburkan, dan juga memberikan informasi nama dan tahun serta tanggal wafat dari tokoh yang dikuburkan.3.Seni Musik : Rapai GelengRapai geleng merupakan seni musik yang dilakukan oleh tiga belas laki-laki/perempuan yang duduk berbanjar, seperti duduk diantara dua sujud ketika melaksanakan shalat. Masing-masing memegang alat tabuh sambil bernyanyi bersama. Antara musik dan gerak yang dimainkan bersenyawa. Awalnya lambat, sedang, setelah beberapa detik berubah cepat diiringi dengan gerakan kepala yang digelengkan ke kiri dan kekanan. Mereka menepuk-nepuk tangan dan dada, juga menepuk tangan dan paha. Ada yang bertindak sebagai pemain biasa, syech dan aneuk dhiek.4.Seni Tari : Tari SamanTarian ini merupakan salah satu media untuk pencapaian dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. dilakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama dan gerak yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam.

TIMORKepercayaanKepercayaan asli Timor adalah penghormatan kepada dewa langit mengendalikan disebut UIS Neno, dan Dewi Bumi disebut UIS Afu.Selain itu mereka juga belive tentang keberadaan roh dan roh leluhur yang tak terlihat.Roh tak terlihat kontrol sungai, hutan sumber air, dan lain-lain yang merupakan konsep sejati dunia modern dalam upaya melestarikan alam.Ritual dilakukan di rumah mereka.Meskipun Timor mayoritas Kristen, tradisi lama mereka masih dipraktekkan.Organisasi Organisasi tradisional orang di Timor dibagi menjadi beberapa kerajaan seperti kerajaan Kupang, Belu, Timor Tengah Utara, dan Timor Tengah Selatan.Setiap kerajaan dibagi menjadi beberapa unit kecil yang disebut Kafettoran mungkin berasal dari sistem marga Feto sebagaimana disebutkan di atas, di bawah Kafettoran ada unit Desa dipimpin oleh Kepala Desa.Setelah kemerdekaan kerajaan menjadi Kapupaten dan Kafeetoran menjadi Kecamatan.Di bawah adalah Desa Kecamatan.Masih kekuasaan antara desa-desa sistem Desa baru yang dibangun setelah kemerdekaan dan Desa tradisional yang didasarkan pada Kwantif, kadang-kadang masih mengalami kesulitan koordinasi.

Bahasa1. Roti dan Belu Orang; Roti orang adalah penduduk pulau Roti, sedangkan Belu mendiami tanah Timor.Mereka memiliki kesamaan dalam unsur-unsur fisik dan budaya.Karakteristik fisik mereka menunjukkan campuran antara Melayu dan Melanesia, hanya menunjukkan karakteristik Melayu Rotinese lebih besar, sementara Belu menunjukkan karakteristik yang lebih Melanesia seperti rambut keriting, coklat gelap untuk warna kulit hitam, ukuran tubuh lebih pendek.Bahasa berbicara memiliki banyak kesamaan, meskipun mereka tidak saling memahami.2. Orang Helon, mereka tinggal di sekitar kota Kupang dan memiliki bahasa mereka sendiri, karakteristik fisik menunjukkan lebih dekat dengan Melanesia.3. Orang-orang Atoni, hidup bertetangga dengan orang Helon, dan di Kupang mereka disebut Orang Gunung atau aborigin, karena mereka Melanesia karakteristik kuat, seperti ukuran tubuh pendek, warna kulit cokelat gelap, rambut ikal, dan kepala brachepal.Para Atoni Nama itu berasal dari diri mereka sendiri yang berarti manusia.Mereka juga memiliki bahasa mereka sendiri yang tidak dimengerti oleh etnis lainnya.4. Orang Kemak dan Marae Orang; Ada 2 kelompok memiliki beberapa kesamaan dalam bahasa mereka dan karakteristik fisik.Karakteristik fisik mereka gelap warna kulit coklat sampai hitam, kepala dan rambut keriting dolichepal, ukuran tubuh lebih tinggi dari rata-rata Timor.Orang Marae berbicara bahasa mereka sendiri yang disebut Huna5. Orang Kupang; Di Kota Kupang hidup orang campuran antara lokal, bagian Cina, Arab, dan lainnya di Indonesia.Jadi ada variasi besar dalam karakteristik fisik tetapi tidak menunjukkan afinitas kelompok.Komunikasi mereka adalah bahasa Indonesia dengan intonasi sangat Timor.KesenianBerhubungan dengan seni dan kesenian,Kabupaten Timor Tengah Selatan Memiliki berbagai macam Alat music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari tarian yang berlaku dan berkembang dalam masyarakatnya.Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah,seperti beberapa desa terpencil dan khususnya di Desa Boti, setiap akan membangun bagunan maupun saat panen dan saat akan menanam harus melakukan upacara adat dan lainnya sebagai symbol yang arti bahwa masyarakat memohon dan bersyukur dalam situasi apapun. disetiap desa atau perkampungan memiliki tata cara yang berbedaMATA PENCAHARIAN Mata pencaharian dari sebagian besar orang Timor di daerah pedesaan adalah bercocok tanam di ladang. Suatu terkecualian ada di daerah Belu Selatan, dimana orang sudah mulai mengerjakan sawah. Bila sebidang tanah telah dipilih untuk dijadikan ladang, maka pengerjaan penggarapan dilakukan oleh satu keluarga batih.Suatu keluarga batih, dengan menggunakan alat yang sangat sederhana yaitu sebuah tongkay yang ujungnya diberi berlapis besi yang runcina dan tajam dan dengan sebuah parang. Selain bercocok tanam, peternakan pada masa sekarang merupakan suatu mata pencaharian yang penting bagi orang Timor. Suatu mata pencaharian lain yang pentin terutama bagi orang-orang yang tinggal di daerah pantai adalah menangkap-menangkap ikan-ikan kecil,kerang dan teripang. Kerajinan tangan yang terutama dikerjakan oleh orang Timor menenun kain dan menganyam keranjang-keranjang. Kerajinan mengukir. Terutama dipakai untuk menghiasi tiang rumah, kulit kerbau, tanduk kerbau, tempurung kalapa,dan bambu.