Waspadai Kandungan BKO Dalam Jamu Tradisional

2
Waspadai Kandungan BKO dalam Jamu Tradisional Jamu merupakan obat tradisional berbahan alami yang telah diwariskan secara turun- temurun dari generasi ke generasi untuk pemeliharaan kesehatan. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu karena dipercaya memberikan andil yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran. Namun hingga saat ini masih banyak jamu yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Sering kali obat tradisional yang beredar di masyarakat ditambahkan bahan kimia obat (BKO). Uji laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan bahwa ada begitu banyak obat atau jamu tradisional yang sengaja dicampur bahan kimia berkhasiat obat (BKO) yang umumnya termasuk daftar obat keras yang sebenarnya memerlukan resep dokter. BKO yang diidentifikasi dicampur dalam jamu tradisional tersebut didominasi oleh penghilang rasa sakit dan obat rematik seperti parasetamol dan fenilbutason serta obat penambah stamina seperti sildenafil. Selain itu, bahan kimia obat yang sering ditemukan adalah deksametason, CTM, allopurinol, ibuprofen, furosemid, piroksikam, teofilin, kafein, metiltestosteron, natrium diklofenak, dan asam mefenamat. Berdasarkan peraturan yang berlaku, obat tradisional sebenarnya tidak boleh mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat obat, serta bahan yang tergolong obat keras atau narkotika. Namun tetap saja banyak produsen yang menambahkan BKO tanpa resep dokter. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efek lebih pada pengkonsumsi. Dampak negatif yang ditimbulkan karena mengkonsumsi obat tradisional mengandung BKO antara lain, kerusakan hati, kerusakan ginjal, iritasi saluran cerna, kekurangan sel darah putih, gagal jantung, hingga menyebabkan kematian. Obat tradisional bercampur BKO umumnya diproduksi industri kecil obat tradisional yang belum berijin, belum bernomor registrasi, atau beregistrasi fiktif. Penyalahgunaan bahan kimia berkhasiat obat ternyata tidak hanya dilakukan di tingkat industri, tapi mungkin juga terjadi di tingkat pengecer dan konsumen yang menambahkan BKO pada

description

m

Transcript of Waspadai Kandungan BKO Dalam Jamu Tradisional

Page 1: Waspadai Kandungan BKO Dalam Jamu Tradisional

Waspadai Kandungan BKO dalam Jamu Tradisional

Jamu merupakan obat tradisional berbahan alami yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk pemeliharaan kesehatan. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu karena dipercaya memberikan andil yang cukup besar terhadap kesehatan baik untuk pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit maupun dalam hal menjaga kebugaran. Namun hingga saat ini masih banyak jamu yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Sering kali obat tradisional yang beredar di masyarakat ditambahkan bahan kimia obat (BKO).

Uji laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan bahwa ada begitu banyak obat atau jamu tradisional yang sengaja dicampur bahan kimia berkhasiat obat (BKO) yang umumnya termasuk daftar obat keras yang sebenarnya memerlukan resep dokter.

BKO yang diidentifikasi dicampur dalam jamu tradisional tersebut didominasi oleh penghilang rasa sakit dan obat rematik seperti parasetamol dan fenilbutason serta obat penambah stamina seperti sildenafil. Selain itu, bahan kimia obat yang sering ditemukan adalah deksametason, CTM, allopurinol, ibuprofen, furosemid, piroksikam, teofilin, kafein, metiltestosteron, natrium diklofenak, dan asam mefenamat.

Berdasarkan peraturan yang berlaku, obat tradisional sebenarnya tidak boleh mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat obat, serta bahan yang tergolong obat keras atau narkotika. Namun tetap saja banyak produsen yang menambahkan BKO tanpa resep dokter. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan efek lebih pada pengkonsumsi.

Dampak negatif yang ditimbulkan karena mengkonsumsi obat tradisional mengandung BKO antara lain, kerusakan hati, kerusakan ginjal, iritasi saluran cerna, kekurangan sel darah putih, gagal jantung, hingga menyebabkan kematian.

Obat tradisional bercampur BKO umumnya diproduksi industri kecil obat tradisional yang be-lum berijin, belum bernomor registrasi, atau beregistrasi fiktif. Penyalahgunaan bahan kimia berkhasiat obat ternyata tidak hanya dilakukan di tingkat industri, tapi mungkin juga terjadi di tingkat pengecer dan konsumen yang menambahkan BKO pada obat tradisional yang diramunya.  Oleh sebab itu, hendaknya kita harus selalu hati-hati dan selektif dalam memilih produk ramuan/jamu tradisional. Perhatikan selalu no registrasi yang ada. Jika ragu-ragu soal keasliannya, sebaiknya segera mengklarifikasi ke BPOM.