Waspada Terhadap Bahaya Futur

download Waspada Terhadap Bahaya Futur

of 13

description

rE

Transcript of Waspada Terhadap Bahaya Futur

Waspada terhadap bahaya futur

Waspada terhadap bahaya futur

MuqadimahBa'da tahmid wa shalawatSesungguhnya mendiagnosa suatu penyakit dan mengatahui sumber kerusakan bukanlah suatu sikap tercela. Bahkan ini adalah suatu indikasi kesehatan dan kesadaran. Maka seorang yang teliti, waspada, dan tekun terhadap aktivitas hariannya untuk dapat beramal adalah yang dapat memperkecil bahaya dan mengurangi kesalahan, mengetahui sumbernya kemudian segera mengobati bagian yang sakit, agar dapat sehat dan kuat kembali. Mendiagnosa suatu penyakit dan menanggulanginya adalah konsekuensi dari perjuangan dan hal yang utama dalam sebuah strategi. Bagaimana tidak, karena aksioma mengatakan:Kapankah akan sempurna suatu bangunan jika engkau membangunnya, dan orang lain menghancurkannya. Bila ada seribu orang yang membangun, cukuplah dihancurkan oleh satu orang penghancur. Bagaimana jika halnya satu orang yang membangun? Sedangkan di belakangnya ada beribu-ribu orang penghancur.Suatu penghancuran dapat timbul dari dalam dan dari luar, sedangkan penghancuran yang berasal dari dalam akan menimbulkan efek yang lebih dahsyat.Untuk itu diperlukan adanya suatu persiapan yang harus kita lakukan agar dapat tetap menjaga keutuhan bangunan kita dari dalam. Adalah dengan meletakkan sebuah alarm peringatan seperti yang terpasang pada sebuah gedung yang bertujuan agar memberikan sinyal waspada terhadap sesuatu yang dapat membahayakan gedung tersebut. Dari analogi di atas maka sudah sepatutnya kita berbicara tentang futurnya unsur-unsur yang bekerja menegakkan Islam, dengan penuh kehati-hatian. Hal ini tidak lain demi kemaslahatan mereka dan kemaslahatan dakwah yang mereka komitmen dengannya. Dengan syarat, mereka harus mau menanggung pahitnya obat dan sulitnya pengabdian. Keberadaan ikhwah yang futur tidaklah hanya dilandasi faktor ketiadaan tsiqoh, ada yang merupakan kejadian temporal dan ada pula yang terus menerus hingga hilang dari radar dakwah. Demikian pula tingkat pengaruhnya yang akan berlainan satu sama lain. Serta begitu juga metode pengobatannya dan waktu yang dibutuhkannya akan berbeda juga satu sama lain.Selanjutnya kita memohon kepada Allah SWT agar Ia melimpahkan taufiq-Nya kepada kita agar kita dapat menuntun tangan para saudara kita, menggabungkan kekuatan kita dengan mereka, dan mereka dapat teguh bersama kita... Landasan Hukum Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (Asy Syams:8)Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya. (H.R. Muslim)DefinisiSecara etimologis futur adalah diam setelah giat dan lemah setelah semangat, sedangkan menurut istilah bisa berarti letih, malas, atau bosan. Sedangkan menurut teminologis futur ialah sebuah kendala yang menimpa aktivis dakwah yang dapat meimbulkan efek terburuknya berupa terputusnya aktivitas dakwah setelah istimrar (kontinyu) dilaksanakan. Sedangkan efek minimalnya adalah timbulnya sikap acuh, berkembangnya rasa malas, berlambat-lambat dan santai, dimana sikap tersebut datang setelah sikap giat bergerak. Fenomena futur sebenarnya masalah yang pasti hadir tanpa ada seorang pun yang dapat mengelaknya. Seorang dai sekalipun ia akan mengalami masa-masa futur, namun saat-saat itu bak saat turun minumnya seorang prajurit yang berjuang di medan laga, dimana setelah itu ia akan kembali terjun berjuang. Rasulullah SAW pernah bersabda:Setiap amal itu ada masa semangat dan masa lemahnya. Barangsiapa yang pada masa lemahnya ia tetap dalam sunnahku, maka dia telah beruntung. Namun barangsiapa yangberalih kepada selain itu, berarti dia telah celaka (HR Imam Ahmad)Ibnu Qayyim berkata: Saat-sat futur bagi seorang yang beramal adalah hal wajar yang pasti terjadi. Seseorang yang masa futurnya lebih membawa ke arah muraqabbah dan pembenahan langkah, selama dia tidak keluar dari amalan fardhu dan tidak melaksanakan sesuatu yang dilarang Allah, diharapkan ketika pulih dia akan berada pada kondisi yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya. Sekalipun sebenarnya, aktivitas/amalan yang disukai Allah adalah yang dilakukan secara rutin dan tidak terputus/kontinyu. Amal yang kontinyu lebih disukai karena sikap kontinyu dalam melakukan amal/ibadah/kebaikan adalah tuntutan suatu pengabdian manusia kepada Rabbnya. PenyebabBerikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya futur, futur yang dimaksud bukan turun minumnya prajurit dakwah dari peperangan, tetapi futur yang terjadi setelah semangat tinggi yang mengakibatkan suatu sikap yang kontradiktif, yang menyebabkan seseorang merasa nyaman/tentram dan berhenti dari aktivitas dakwahnya atau bahkan berhenti dari amal islami.Lemahnya aspek tarbiyah

Lemahnya aspek tarbiyah dalam suatu pergerakan dapat menjadi penyebab utama seorang menjadi futur. Aspek tarbiyah terkadang hanya mendapat porsi yang terbatas dibandingkan dengan hal-hal yang lainnya seperti organisasi, politik, administrasi dll. Sehingga membuat mereka putus hubungan atau tidak mempunyai keterikatan dengan tarbiyah serta segala urusan yang berkaitan dengannya. Pada gilirannya, hubungan-hubungan, pertemuan-pertemuan, dan aktivitas-aktivitas mereka menjadi kering dan sepi dari kehidupan Rabbani. Situasi yang kering dan beku selalu menimbulkan ketegangan dan perasaan sensitif. Berbeda dengan kondisi ruhiyah dan tarbawiyah yang dibahasi dengan zikir kepada Allah dan muraqabbah-Nya. Hal ini yang yang menyebabkan timbulnya tarbiyah semu yang produknya berupa ikhwah yang seolah-olah atau hanya lakon saja. Idealnya seseorang yang tertarbiyah maka kepribadiannya adalah kepribadian dai, mulai dari dia bangun tidur sampai dia tidur kembali, dan dimanapun dia berada (dimanapun dan kapanpun). Untuk itu diperlukan adanya Tarbiyah Jaaddah (Pembinaan dengan serius dan sungguh-sungguh) dalam membina kader-kader dakwah. Penjelasan lebih lanjut tentang Tarbiyah Jaaddah silahkan baca bukunya. Langkah awal yang lemah dan sikap yang labil (gejolak jiwa)Ragu-ragu dalam menempuh jalan dakwah iniKurang memiliki tanggung jawabLebih ambisi terhadap dunia dibandingkan akhirat

Istijal (tergesa-gesa) sehingga dapat menimbulkan kejenuhanTidak memiliki tujuan utama yang jelas

Poin ke 2 s/d 7 merupakan penyebab yang berasal dari masing-masing individu. Untuk itu diperlukan suatu kearifan, kejujuran, kepekaan/kebersihan hati dalam mengenali diri sendiri. Untuk mengatasi hal ini saya sarankan agar memahami dan mengerti hakikat dari Tarbiyah Dzatiyah & Tazkiyatun Nafs. Faktor lain (eksternal & pergerakan). Seperti tekanan fisik, tekanan keluarga, tekanan lingkungan, pergerakan lain, dll.

Akibat 1. Akibat yang akan timbul dari permasalahan ini yaitu dapat memperpanjang perjalanan dakwah karena tidak terlaksananya suatu amal dan memperlambat jalannya amal, hal ini disebabkan:a. Tidak terlaksananya suatu amal tidak pada waktunya. Akibat dari hal itu adalah terlambatnya pencapaian tujuan yang telah dikehendaki sebelumnya. Ini adalah akibat yang timbul dari para duat yang futur, bagaimana bila qiyadah yang futur?b. Melemahnya tingkat produktifitas dan menimbulkan hasil-hasil yang tidak memuaskan.c. Melemahnya semangat, pemikiran dan pertolongan terhadap dakwahd. Mengendurnya semangat juang dalam barisan dakwah. Ibnu Taimiyyah berkata: Tidak diperkenankan para penghalang ikut keluar berperang. Unsur yang lemah, yang lebih berambisi kepada dunia adalah unsur pemberat dan pembuat kekalahan e. Penghindaran terhadap amanah dakwah2. Sia-sianya potensi dakwah, yang mulanya telah mengeluarkan tenaga yang cukup banyak.3. Memperburuk citra Dakwah Islamiyah di masyarakat umum. Hal ini disebabkan adanya unsur-unsur dakwah yang pada mulanya tampil sebagai qudwah bagi masyarakat, namun kemudian menjadi berbalik. Mencegah & MengobatiUntuk mengobati penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.Pertama, jauhi kemaksiatan Kemaksiatan akan mendatangkan kemungkaran Allah. Dan pada akhirnya membawa kepada kesesatan. Allah berfirman:Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa musibah oleh kemurkaan-Ku, maka binasalah ia. (Thaha: 81)Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang akan lebih berkah. Dengan keberkahan ini orang dapat terhindar dari penyakit futur. Allah berfirman:Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi. (Al-Araf: 96)Kedua, tekun mengamalkan amalan yaumiyah/harian Amalan siang dan malam dapat melindungi dan menjaga pelaku dakwah untuk selalu berhubungan dengan Allah swt. Hal ini dapat menjauhkannya dari perbuatan yang tidak mendapat restu dari Allah.Allah berfirman:Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu, ialah orang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang (mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. (Al-Furqan: 63-64)Ketiga, mengintai waktu-waktu yang baikDalam banyak hadits Rasulullah saw. banyak menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu dimana Allah swt. lebih memperhatikan doa hamba-Nya. Sepertiga malam terakhir, hari Jumat, antara dua khutbah, bada Ashar hari Jumat, bulan Ramadhan, bulan Zulqaedah, Zulhijjah, Muharram, rajab dll. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat mengangkat derajat seseorang di hadapan Allah.Keempat, menjauhi hal-hal yang berlebihan.Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan bijaksana. Apalagi berlebihan dalam keburukan. Allah memerintah manusia sesuai dengan kemampuannya.Firman Allah:Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu! (At-Taghabun: 6)Islam adalah Din tawazun (keseimbangan). Disuruhnya pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan dunia. Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya masing-masing yang harus ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman:Demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil) dan pilihan. (Al-Baqarah: 143)Kelima, melazimi JamaahBerjamaah itu rahmat, Firqah (perpecahan) itu azab. demikian sabda Rasulullah. Dalam hadits yang lain beliau bersabda: Barangsiapa yang menghendaki tengahnya surga, hendaklah ia melazimi jamaah.Dengan jamaah seorang muharrik akan selalu berada dalam majelis dzikir dan pikir. Hal ini membuatnya selalu terikat dengan komitmennya semula. Juga jamaah dapat memberikan program dan kegiatan yang variatif (rihlah, muqoyam, tafakur alam, dll). Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan rutinitas.Keenam, mengenal kendala yang akan menghadangPengetahuan pelaku dakwah dan pejuang akan tabiat jalan yang hendak dilalui serta rambu-rambu yang ada, akan membuatnya siap, minimal tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang akan datang. Allah berfirman:Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)Ketujuh, teliti dan sistemik dalam kerja.Dengan perencanaan yang baik, Pembagian tugas yang jelas, serta kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, dapat membuat harakah menjadi harakatul muntijah (harakah yang berhasil). Perencanaan akan menyadarkan pejuang, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang. Tujuan yang akan dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan percobaan yang besar. Jika ini semua telah dimengerti, insya Allah akan tercapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan.Kedelapan, memilih teman yang shalihRasulullah bersabda:Seseorang tergantung pada sahabatnya, maka hendaklah ia melihat dengan siapa ia berteman. (H.R. Abu Daud)Kesembilan, menghibur diri dengan hal yang mubahBercengkerama dengan keluarga, mengambil secukupnya kegiatan rekreatif serta memberikan hak badan secara cukup mampu membuat diri menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal yang sedang dikerjakan.Kesepuluh, mengingat mati, surga dan nerakaRasulullah bersabda: Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.KhotimahYa allah, Dzat yang membolak-balikan hati, dan penglihatan, tetapkanlah hatiku di atas agama Mu. Ya Allah, limpahkanlah keridhaan atas segenap sahabat dan siapa saja yang berjalan di atas jalan mereka serta teguhkanlah mereka di atas jalannya. Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadaMu permohonan yang terbaik, kesuksesan yang terbaik, amal yang terbaik, pahala yang terbaik, kehidupan yang terbaik, kematian yang terbaik. Teguhkanlah aku dan beratkanlah timbanganku, benarkanlah keimananku, angkatlah derajatku, terimalah shalatku, ampunilah dosa-dosaku. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu derajat syurga yang tertinggi. Ya Allah sesungguhnya aku momohon kepada-Mu awal kebaikan dan akhir kebaikan, yang terbaik dari yang aku datangkan, yang terbaik dari yang aku kerjakan, yang terbaik dari yang tersembunyi, yang terbaik dari yang tampak. Ya Allah aku memohon kepada-Mu agar menghapus dosaku, memperbaiki urusanku, mensucikan hatiku, melimpahkan barokah dalam jiwaku, pendengaranku, penglihatanku, ruhku, penciptaanku, perilakuku, saudaraku, hidupku, matiku, dan amal ibadahku, serta terimalah seluruh kebaikan dan ibadah yang aku lakukan. Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar menumbuhkan rasa cinta kepada-Mu dalam dadaku, kecintaan terhadap orang-orang yang mencintaimu dan kecintaan terhadap amal yang mendekatkan aku kepada cinta-Mu. Ya Allah aku memohon kepada-Mu rasa nikmatnya melihat wajah-Mu, rasa rindu untuk bertemu dengan-Mu tanpa kesulitna yang menyulitkan, dan tanpa fitnah yang menyesatkan. Ya allah hiasilah kami dengan perhiasan iman dan jadikanlah kami petunjuk bagi orang-orang yang mendapatkan hidayah.Ya Allah periharalah aku dalam keislaman ini baik ketika berdiri, duduk, atau berbaring. Dan janganlah kau legakan hati musuh-musuh kami. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan agar aku senantiasa istiqomah selalu dijalan-Mu. AminWallahu alam bis showabWal hamdulillahi Rabbil alamin

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH FUTUR

OlehAl-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.

Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para dai, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.

2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.

3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [1]

Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.

Di antara sebab-sebab itu adalah:1). Hilangnya keikhlasan.2). Lemahnya ilmu syari.3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).9). Lemahnya iman.10). Menyendiri (tidak mau berjamaah).11). Lemahnya pendidikan. [2]

Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.

Di antara obat penyakit futur adalah:1). Memperbaharui keimanan.

Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjamaah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.

2). Merasa selalu diawasi Allah Taala dan banyak berdzikir kepada-Nya.

3). Ikhlas dan takwa.

4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bidah dan maksiyat).

5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syariyyah.

6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.

7). Mencari teman yang baik (shalih).

8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).

9). Sabar dan belajar untuk sabar.

10). Berdoa dan memohon pertologan Allah. [3]

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN

Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.

Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.

Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan?

Demikian pula dengan Abdullah bin Abil Hasan al-Jubbai. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.

Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.

Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,. setahun, dua tahun, dan seterusnya[4]

Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syari. Menuntut ilmu syari tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga Panduan Menuntut Ilmu, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 Bogor 16001 Jawa Barat Indonesia, Cetakan Pertama Rabiuts Tsani 1428H/April 2007M]

Re: [assunnah]>>Tanya : menghilangkan futur