Warisan dalam islam

17
F I Q I H M U A M A L A H ( W A R I S A N ) Disusun oleh : Syamsul Fajry Rizal Zamal Misran Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Jurusan Syariah Perbandingan Mazhab Banda Aceh 2013

description

 

Transcript of Warisan dalam islam

Page 1: Warisan dalam islam

F I Q I H M U A M A L A H( W A R I S A N )

Disusun oleh :

Syamsul Fajry

Rizal Zamal

Misran

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam

Jurusan Syariah Perbandingan Mazhab

Banda Aceh

2013

Page 2: Warisan dalam islam

WARISANPENDAHULUAN

 

Membicarakan faraidh atau kewarisan berarti membicarakan hal ihwal peralihan harta dari orang yang telah mati kepada orang yang masih hidup. Dengan demikian fiqh mawarits mengandung arti ketentuan yang berdasar kepada wahyu Allah yang mangatur hal ihwal peralihan harta dari seseorang yang telah mati kepada orang yang masih hidup.

Ketentuan agama berkenaan dengan hal tersebut disebut dengan beberapa nama, baik dalam literatur yang berbahasa Arab maupun dalam bahasa indonesia ; mawarist, tirkah, warists, faraidh dalam bahasa Arab. Perbedaan dalam penamaan tersebut tergantung pada apa yang di jadikan titik pandang dalam pembahasan. Bila yang di pandang adalah orang orang yang berhak menerima harta dari mayyit itu, ia di sebut hukum waris dalam bahasa indonesia atau Fiqh Al-Warits dalam bahasa arab. Bila yang dijadikan titik pandang adalah harta yang akan beralih kepada ahli waris , maka ia disebut hukum warisan atau hukum harta pusaka ; atau mirats (jamaknya mawarits) atau tirkah. Bila yang jadikan titik pandang adalah bagian bagian yang diterima ahli waris, ia disebut faraidh.

Page 3: Warisan dalam islam

PEMBAHASAN

 

Definisi Warisan

Hukum kewarisan yang disebut faraidh itu dalam pandangan islam juga disebut sebagai ilmu yang mesti dipelajari dan diajarkan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi dalam hadist dari Abu Hurairah menurut riwayat ibnu Majah dan Dar al-Quthniy :

“pelajarilah faraidh dan ajarkanlah dia, karena dia merupakan separuh dari ilmu.”

Menyelesaikan harta orang yang sudah mati sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan Allah itu hukumnya adalah wajib. Kewajiban ini dapat di pahami di satu sisi dalam pujian Allah terhadap orang orang yang melaksanakan penyelesaian harta warisan sesuai dengan ketentuan Allah; dan di sisi lain dari celaan Allah tersebut. Pujian dan ancaman Allah tersebut terdapat dalam surat An-Nisa’ ayat 13 dan 14 :

(hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan Allah. Barang siapa taat kepada Allah Dan Rasul-Nya niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedangkan mereka kekal didalamnya itulah kemenangan yang besar. Barang siapa yang mendurhakai Allah Dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuannya, niscaya allah akan memasukkannya ke dalam neraka yang mereka kekal di dalamnya dan baginya siksaan yang menghinakan.

Faraidh dalam istilah mawaris dikhususkan untuk suatu bagian ahli waris yang telah ditentukan besar kecilnya oleh syara’. Sedangkan ilmu faraidh oleh sebagian faradhiyun dita’rifkan dengan : “ ilmu fiqh yang berpautan dengan pembagian harta pusaka, pengetahuan tentang cara perhitungan yang dapat menyampaikan kepada pembagian harta pusaka dan pengetahuan tentang bagian-bagian yang wajib dari harta peninggalan untuk setiap pemilik hak pusaka.

 

Prinsip-prinsip Hukum Kewarisan Islam

Setelah mempelajari definisi Hukum Kewarisan Islam, untuk lebih mendalaminya, perlu mempelajari prinsip-prinsipnya. Beberapa prinsip dalam Hukum Kewarisan Islam adalah sebagai berikut :

.

Page 4: Warisan dalam islam

1.      Prinsip Ijbari

Yang dimaksud dengan Prinsip Ijbari adalah bahwa peralihan harta seseorang yang telah meninggal dunia kepada yang masih hidup, berlaku dengan sendirinya.

Dalam Hukum Kewarisan Islam, dijalankannya Prinsip Ijbari ini berarti, peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli warisnya, berlaku dengan sendirinya sesuai dengan kehendak Allah, tanpa bergantung kepada kehendak pewaris atau ahli waris.

2.      Prinsip Individual

Secara singkat dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan Prinsi Individual adalah warisan dapat dibagi-bagikan kepada ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Ini berati setiap ahli waris berhak atas bagian warisan yang didapatkan tanpa terikat oleh ahli waris yang lain. Ada perbedaan yang sangat mencolok, jika Prinsip Individual dalam Hukum Kewarisan Islam dibandingkan dengan salah satu prinsip dalam Hukum Kewarisan Adat, yakni Prinsip Kolektif. Menurut prinsip ini, ada harta peninggalan yang tidak dapat dibagi-bagikan kepada para ahli waris. Di beberapa daerah di Indonesia terdapat suatu adat, harta peninggalan yang turun-temurun diperoleh dari nenek-moyang, tidak dapat dibagi-bagi, jadi ahli waris harus menerimanya secara utuh. Misalnya adalah Harta Pusaka di Minangkabau da Tanah Dati di Hitu Ambon. Tiap-tiap anak, turut menjadi anggota (deelgenot) dalam kompleks famili yang mempunyai barang-barang keluarga (harta pusaka) itu. Apabila kompleks famili itu menjadi terlalu besar, maka kompleks famili itu dipecah menjadi dua, masing-masing berdiri sendiri dan menguasai Harta Pusaka.

Page 5: Warisan dalam islam

3.      Prinsip Bilateral

Yang dimaksud dengan Prinsip Bilateral adalah bahwa baik laki-laki maupun perempuan dapat mewaris dari kedua belah pihak garis kekerabatan, yakni pihak kekerabatan laki-laki dan pihak kekerabatan perempuan. Tegasnya, jenis kelamin bukan merupakan penghalang untuk mewaris atau diwarisi dan baik dalam garis lurus ke bawah, ke atas serta garis ke samping, Prinsip Bilateral tetap berlaku.

4.      Prinsip Kewarisan hanya berlaku karena kematian

Hukum Kewarisan Islam menetapkan, bahwa peralihan harta seseorang kepada orang lain dengan sebutan kewarisan berlaku setelah yang mempunyai harta tersebut meninggal dunia. Dengan demikian, tidak ada pembagian warisan sepanjang pewaris masih hidup. Segala bentuk peralihan harta seseorang yang masih hidup, baik secara langsung maupun tidak langsung, tidak termasuk ke dalam persoalan kewarisan menurut Hukum Kewarisan Islam

Hukum Kewarisan Islam hanya mengenal satu bentuk kewarisan, yaitu kewarisan akibat kematian yang dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebut kewarisan ab intestato dan tidak mengenal kewarisan atas dasar wasiat yang dibuat pada saat pewaris masih hidup.

 

Pembagian-pembagian ahli waris

Para ahli waris dari Pihak Laki-laki

Yang berhak menjadi ahli waris dari kalangan lelaki ada sepuluh orang:

 

1 dan 2. Anak laki-laki dan puteranya dan seterusnya ke bawah

3 dan 4. Ayah dan bapaknya dan seterusnya ke atas.

5 dan 6. Saudara dan puteranya dan seterusnya ke bawah.

7 dan 8.Paman dan anaknya serta seterusnya.

9. Suami. 10. laki-laki yang memerdekakan budak.

Page 6: Warisan dalam islam

Perempuan-perempuan yang Mendapat Warisan

 

1 dan 2. Anak perempuan dan puteri dari anak laki-laki dan seterusnya.

3 dan 4. Ibu dan nenek.

5. Saudara perempuan.

6. Istri.  

7. Perempuan yang memerdekakan budak.

Golongan Ahli Waris

Ahli waris terbagi dua golongan, yaitu :

Dzu fardlin

Dzu fardlin artinya yang mempunyai pembagian tertentu. Pembagian tertentu menurut alquran :

a.       1/2 (setengah)

b.      1/4 (seperempat)

c.       1/8 (seperdelapan)

d.      1/3 (sepertiga)

e.       2/3 (dua pertiga)

f.       1/6 (seperenam)       

Page 7: Warisan dalam islam

Orang-orang yang berhak mendapat ahli waris :

Bagian-bagian yang telah ditetapkan dalam Kitabullah Ta’ala ada enam: (pertama) separuh, (kedua) seperempat, (ketiga) seperdelapan, (keempat) dua pertiga, (kelima) sepertiga, dan (keenam) seperenam.

 

Ø  . Yang dapat 1/2:

1. Suami yang dapat seperdua (dari harta peninggalan isteri), bila si mayyit tidak meninggalkan anak.

2. Seorang anak perempuan.

3. Cucu perempuan

4 dan 5 Saudara perempuan seibu dan sebapak dan saudara perempuan sebapak.

Page 8: Warisan dalam islam

 

Ø  Yang dapat 1/4 ; dua orang:

 

1. Suami dapat seperempat

2.  Isteri

 

Ø  Yang dapat 1/8; hanya satu (yaitu):

Istri

dapat seperdelapan, jika suami meninggalkan anak. Firman-Nya: "Tetapi jika kamu tinggalkan anak, maka isteri-isteri kamu dapat seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan." (QS An Nisaa’: 12).

 

Ø  Yang dapat 2/3; empat orang

1 dan 2. Dua anak perempuan dan cucu perempuan (dari anak laki-laki).Firman-Nya: "Tetapi jika anak-anak (yang jadi ahli waris) itu perempuan (dua orang) atau lebih dari dua orang, maka mereka daat dua pertiga dari harta yang ditinggalkan (oleh bapaknya)." (QS An Nisaa’: 11).

3 dan 4. Dua saudara perempuan seibu sebapak dan dua saudara perempuan sebapak.Firman-Nya: "Tetapi jika adalah (saudara perempuan) itu dua orang, maka mereka dapat dua pertiga dari harta yang ia tinggalkan." (QS An Nisaa’: 176).

Page 9: Warisan dalam islam

Ø  Yang dapat 1/3; dua orang:

1. Ibu, jika ia tidak mahjub

2. Saudara seibu (saudara tiri) dan seterusnya

 

Ø  Yang dapat 1/6; ada tujuh orang:

 

3. Ibu dapat seperenam, jika si mayyit meninggalkan anak atau saudara lebih dari seorang.

4. Nenek, bila si mayyit tidak meningalkan ibu.

5. Seorang saudara seibu, baik laki-laki ataupun perempuan.

6. Cucu perempuan

7. Saudara perempuan sebapak

8. Bapak dapat seperenam

9. Kakek dapat seperenam

Page 10: Warisan dalam islam

Pengertian 'Ashabah

Menurut bahasa, kata ’ashabah adalah bentuk jama’ dari kata ’aashib, seperti kata thalabah adalah bentuk jama’ dari kata thaalib, (kata ’ashabah) yang berarti anak-anak laki-laki seorang dan kerabatnya dari ayahnya Segenap orang yang termasuk ’ashabah berhak juga mendapatkan harta warisan seluruhnya, bila tidak didapati seorangpun dari ashabul furudh.

Sebab-sebab menerima warisan

Sebab-sebab menerima warisan ada tiga :

A. Nasab (keturunan)

B. Wala’ (memerdekakan budak)

C. Pernikahan

Rukun dan syarat kewarisan

1. Seseorang baru berhak menerima warisan bila telah terpenuhi rukun dan syarat kewarisan.Adapun rukun kewarisan itu adalah :

2. Orang yang tela mati dan meninggalkan harta yang akan beralih kepada orang yang masih hidup disebut pewaris atau al-muwarrist.

3. Harta yang beralih dari orang yang mati kepada yang masih hidup yang disebut harta warisan atau mawruts.

4. Orang yang berhak menerima harta yang ditinggalkan oleh orang yang mati tersebut yang disebut ahli waris atau al-warist.

Page 11: Warisan dalam islam

Syarat Pembagian Waris

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembagian warisan, yaitu:

a) Meninggal dunianya pewarisb) Hidupnya ahli waris

c) Mengetahui status kewarisan Agar seseorang dapat mewarisi harta orang meninggal dunia, haruslah jelas hubungan antara keduanya. Misalnya, hubungan suami-isteri, hubungan orangtua-anak dan hubungan saudara, baik sekandung, sebapak maupun seibu.

Page 12: Warisan dalam islam

Penghalang-Penghalang Menerima Warisan

1. Pembunuhan

2. Perbedaan Agama

3. Perbudakan

Page 13: Warisan dalam islam
Page 14: Warisan dalam islam
Page 15: Warisan dalam islam

KESIMPULAN waris berasal dari Bahasa Arab, yang artinya mewariskan,

pusaka-pusaka dan warisan. Sedangkan menurut istilah para Ulama Fiqih, kata waris atau ilmu waris diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang ketentuan orang-orang yang diwarisi, orang-orang yang tidak mewarisi besar yang diterima oleh masing-masing ahli waris serta cara pembagiannya.

Istilah waris sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, sehingga kebanyakan masyarakat Indonesia mengartikan Ilmu Waris sebagai suatu perpindahan hak dan kewajiban serta harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada orang lain yang masih hidup. 

Page 16: Warisan dalam islam

DAFTAR PUSTAKAProf. Dr. Amir syarifuddin, garis-garis besar Fiqih, kencana,

jakarta,2003.

Fatchur rahman, ilmu waris, PT Almarif, Bandung, 1971.

Abdul azim bin badawi al-khalafi, panduan fiqih lengkap, pustaka ibnu katsir, bogor, 2006.

Ahmad Rofiq, fiqh mawaris, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2002.

A.Rachmad Budiono, Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, PT.CitraAditya Bakti, Bandung, 1999.

 http://hukumzone.blogspot.com/2011/05/waris-menurut-hukum-islam.html

Page 17: Warisan dalam islam

Sekian Dari Makalah Kami