PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum...

133
PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN DALAM PEMBAGIAN WARISAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KECAMATAN TEBET JAKARTA SELATAN Oleh Taqwalloh NIM : 101044222209 Program Studi Ahwal Syakhsiyyah / Administrasi Keperdataan Islam Fakultas syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta 1431 H / 2010 M

Transcript of PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum...

Page 1: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN DALAM

PEMBAGIAN WARISAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KECAMATAN

TEBET JAKARTA SELATAN

Oleh Taqwalloh

NIM : 101044222209

Program Studi Ahwal Syakhsiyyah / Administrasi Keperdataan Islam

Fakultas syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri ( UIN )

Syarif Hidayatullah

Jakarta

1431 H / 2010 M

Page 2: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN DALAM

PEMBAGIAN WARISAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KECAMATAN

TEBET JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hudayatullah Jakarta

Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Sarjana Syariah ( S.Sy )

Oleh :

Taqwalah

NIM : 101044222209

Pembimbing :

Drs.H.Hamid Farihi,M.A.

NIP : 195811191986031001

Program Studi Ahwal Syakhsiyyah / Administrasi Keperdataan Islam

Fakultas syari’ah dan Hukum

Universitas Islam Negeri ( UIN )

Syarif Hidayatullah

Jakarta

1431 H / 2010 M

Page 3: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Almarhum Bapakku

Almarhumah Ibuku

Kakak-kakakku dan adikku

Keponakan-kaponakanku

Merekalah yang telah mengajariku arti “ semangat hidup”

Page 4: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Almarhum Bapakku

Almarhumah Ibuku

Kakak-kakakku dan adikku

Keponakan-kaponakanku

Merekalah yang telah mengajariku arti “ semangat hidup”

iii

Page 5: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam. Sholawat dan

salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, pembawa risalah

kedamaian.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik moril maupun spiritual. Merekalah yang

telah berjasa mengajar, mendidik, memberikan inspirasi, dan semangat hidup kepada

penulis.

Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, SH, MM, selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. H.

A. Basiq Djalil, SH, MA, selaku ketua program studi Ahwal Syahsiyyah / Administrasi

Keperdataan Islam, Bapak Kamarusdiana, Sag, MH, selaku sekretaris program studi

Ahwal Syahsiyyah / Administrasi Keperdataan Islam yang telah membantu penulis

menyelesaikan tugas akademik, juga kepada seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah mengajar dengan penuh semangat sehingga penulis mampu “sedikit”

mengenal seputar hukum syariah.

Bapak Drs. H. Hamid Farihi, MA, selaku Dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu serta memberikan arahan dan saran-saran yang membangun bagi

penulis dalam menyusun skripsi ini.

Kepada seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan yang baik, khusunya kepada ibu

Yanti staf program studi Ahwal Syahsiyyah yang banyak membantu penulis dalam

melengkapi data-data dengan sangat tulus.

iv

Page 6: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Persembahan terbesar dan terimakasih tak terhingga untuk keluarga tercinta, Ibu

Bapakku yang telah berpulang kerahmatullah, semoga Allah menempatkan keduanya

ditempat yang layak disisiNya, kakak-kakak, adik, kedua keponakanku atas semua

dorongan dan do’a.

Keluarga besar Mayang production, group Kapak Merah, Mas Slamet Bagio, serta

teman-teman seperjuangan di SAS/AKI yang tidak henti-hentinya memberi motivasi dan

informasi, terimakasih atas partisipasinya.

Demikian

Penulis

Jakarta, 30 Agustus 2010

v

Page 7: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

1

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

B. Pembatasan dan perumusan masalah .................................................. 5

C. Tujuan dan kegunaan penelitian ......................................................... 6

D. Metodologi penelitian ......................................................................... 6

E. Sistematika penulisan.......................................................................... 8

BAB II SISTEM PENILAIAN, KEWARISAN DAN PERTANAHAN DI

INDONESIA

A. Sistem penilaian tanah dan bangunan di Indonesia .............................

B. Hukum kewarisan di Indonesia............................................................

C. Hukum tanah di Indonesia ...................................................................

BAB III GAMBARAN UMUM PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

(PPAT) DI KECAMATAN TEBET

A. Letak geografis kecamatan Tebet ....................................................... 10

B. Sejarah dan perkembangan PPAT....................................................... 20

C. Struktur organisasai dan kewenangan PPAT...................................... 58

BAB IV PEMBAGIAN WARISAN ATAS TANAH DAN ATAU

BANGUNAN STUDI KASUS MASYARAKAT DI WILAYAH

KECAMATAN TEBET

Page 8: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

2

A. Pembagian warisan atas tanah dan bangunan menurut tradisi

masyarakat di kecamatan Tebet .......................................................... 90

B. Wewenang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam kaitannya

dengan pembagian harta warisan atas tanah dan atau bangunan yang

diperjual belikan.................................................................................. 97

C. Instansi atau pejabat yang berhak menentukan nilai harga atas tanah

dan atau bangunan............................................................................... 102

D. Sistem penentuan nilai harga atas tanah dan atau bangunan yang

akan di waris ....................................................................................... 112

E. Penentuan nilai harga terhadap pembagian warisan atas tanah dan

bangunan menurut tradisi masyarakat Tebet ...................................... 114

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 118

B. Saran-saran.......................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 122

Lampiran I

Lampiran II

Page 9: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan umatnya. Semua

pemeluk agama Islam sepenuhnya meyakini bahwa Islam adalah agama yang

rahmatan lil ‘alamin. Dasar teologis ini memberikan pemaknaan bahwa Islam

meliputi semua dimensi kehidupan manusia, dari yang berskala duniawi hingga

ukhrowi, dari yang bertalian dengan Allah ataupun sesama manusia. Bahkan cakupan

hukum yang berkaitan dengan pola hubungan antar manusia memiliki porsi yang jauh

lebih besar. Di dalamnya tercakup pola-pola hukum seputar muamalah atau pula

hudud. Di antara norma hukum yang melatarbelakangi penulisan ini adalah masalah

mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya

tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)1 serta dijadikan dasar hukum oleh

Pengadilan Agama di Indonesia.

Sebelum datang agama Islam, hukum kewarisan sudah dikenal dan dilakukan

oleh masyarakat jahiliyah dengan sistem sosial yang dianut oleh masyarakat yang ada

1 H. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2004), hal. 12

1

Page 10: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

dengan seperangkat aturan yang didominasi oleh laki-laki dewasa dan kuat, sehingga

kaum perempuan, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan tidak mendapatkan

bagian warisan.2 Namun setelah datangnya Islam sebagai pedoman sekaligus

pencerahan bagi umat manusia, tata aturan hukum yang bersifat diskriminatif ini

setahap demi setahap mulai diperbaiki oleh syari’at Islam, sekaligus mengubah

perilaku jahiliyah yang mengebiri hak-hak manusia lain, sampai disempurnakannya

hukum Islam melalui wahyu terakhir yang diterima Nabi Muhammad pada saat haji

wada’.

Dari deskripsi di atas terlihat bahwa Islam sangat menghargai hak-hak setiap

umatnya, bahkan bayi yang masih di dalam kandungan pun diperhitungkan hak

warisnya. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., yang artinya,

apabila bayi yang dilahirkan itu berteriak, maka ia diberi bagian warisan, (Riwayat

Ashab al-Sunan),

Di sini penulis mencoba mengkorelasikan sistematika aturan hukum tentang

kewarisan menurut syariat Islam dengan sistem aturan hukum yang berlaku di

Indonesia, khususnya dalam hal pembagian warisan atas barang tidak bergerak yakni

tanah dan atau bangunan oleh masyarakat muslim di kecamatan Tebet Jakarta

Selatan, di mana jika ahli warisnya hanya satu orang, maka hal ini tidak akan

menimbulkan suatu permasalahan, namun jika ahli warisnya lebih dari satu orang dan

harta warisannya dalam hal ini tanah dan atau bangunan berada pada tempat yang

berlainan maka akan menimbulkan masalah atau sengketa, sebab harta yang akan 2 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris edisi revisi, Cet.ke-4 (Jakarta:PT RajaGrafindo, 2001) hal.8

2

Page 11: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

dibagi adalah harta tidak bergerak serta memungkinkan memiliki nilai jual yang

berbeda, sebagaimana ungkapan Von Thunnen yang menyatakan bahwa perbedaan

sewa tanah disebabkan adanya perbedaan lokasi tanah terhadap pusat pasar.3 apalagi

jika di antara para ahli waris menganut sistem pembagian yang berlainan, sebab

walaupun sebagian besar masyarakat Indonesia beragama Islam, persoalan

keberadaan hokum adat di Indonesia yang telah “terlanjur” dianggap mengakar, akan

semakin sulit untuk memilih hokum waris Islam sebagai alternative. Ia terlahir sendiri

akibat adanya hubungan – hubungan hidup bersama dalam masyarakat yang secara

sosiologis telah lama melembaga.4

Hal inilah yang menjadikan permasalahan, mengapa homogenitas hukum

keluarga di Indonesia susah diwujudkan, bahkan dalam masyarakat yang seagama

sekalipun, terbukti dengan adanya orang Islam Indonesia yang cenderung membawa

permasalahan hukum keluarga ke dalam wilayah Pengadilan Umum. Dari deskripsi

ini, perlu dicari alternatif yang tepat untuk menyelesaikan masalah kewarisan dalam

bentuk barang tidak bergerak berupa tanah dan atau bangunan.

Di sini penulis akan mendeskripsikan sejauh mana pengaruh sistem penentuan

nilai harta warisan dalam bentuk tanah dan bangunan terhadap pembagian warisan

yang lebih efektif dan berkeadilan menurut syariat Islam, khususnya di wilayah

kecamatan Tebet Jakarta Selatan dan adakah peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah

3 Barlowe, R, Land Resourse Economic, (Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jersey, 1972), page 167 4 A. Sukris Sarmadi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Transformatif (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997). Hal 21

3

Page 12: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

(PPAT) kecamatan, serta sejauh mana kewenangan PPAT dalam hal ini, dan adakah

lembaga diluar PPAT yang bersifat independen yang mempunyai kewenangan dalam

menentukan nilai harta tidak bergerak berupa tanah dan atau bangunan, agar dalam

menentukan nilai harga atas tanah dan atau bangunan yanag akan diwaris lebih akurat

dan efisien sesuai standar nasional.

Hipotesa inilah yang menjadikan kerangka berfikir penulis dalam menyusun

penulisan ini. Selain itu penulis juga akan mendeskripsikan sistem hukum kewarisan

di Indonesia yang berlainan sistematika dan redaksinya. Seperti sistem hukum Islam

yang mengklasifikasikan ahli waris berdasarkan keturunan atau nasab dan hubungan

perkawinan5 serta ketentuan masing-masing ahli waris telah di tentukan kadarnya

berdasarkan al-Qur’an sebagai sumber hukumnya. Lain halnya dengan sistem hukum

adat dengan aturan mainnya didasarkan pada ketentuan yang telah disepakati oleh

masyarakat setempat, karena masng-masing daerah memiliki aturan yang berbeda,

seperti hukum adat Jawa berbeda dengan hukum adat Minangkabau, dan juga sistem

hukum Barat dengan sistem pembagiannya didasarkan pada BW.

Setelah diketahui pengaruh serta efek dari sistem penentuan nilai harga atas

tanah dan atau bangunan sebagai harta warisan, penulis berharap masyarakat tidak

mengalami kesulitan dalam menentukan nilai harta tidak bergerak yang akan dibagi

secara waris dan tidak salah menunjuk orang atau instansi untuk menilai harta

peninggalan keluarganya untuk segera dibagikan kepada para ahli warisnya dengan

sistem pembagian yang telah disepakati oleh para ahli waris, sebab di Indonesia ada 5 Ahmad Rofiq, op.cit., hlm. 59

4

Page 13: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

tiga sistem pembagian warisan yaitu sistem hukum Islam, sistem hukum adat, dan

sistem hukum BW. Serta masyarakat mengetahui bagaimana tata cara mendapatkan

akta otentik berupa Akta Jual Beli (AJB) dari harta warisan yang telah dilelang

kepada orang lain dihadapan PPAT agar memiliki kekuatan hukum sebab secara

administratif telah berpindah kepemilikannya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.

Studi ini akan membatasi kajian tentang pengaruh sistem penilaian terhadap

obyek warisan berupa harta tidak bergerak dalam hal ini tanah dan atau bangunan

terhadap pembagian warisan khususnya masyarakat muslim, yang diharapkan mampu

memenuhi rasa keadilan di antara para ahli waris diwilayah kecamatan Tebet Jakarta

Selatan.

Untuk lebih memfokuskan kajian ini, penulis membatasi studi ini dengan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara masyarakat muslim Tebet membagi harta warisan berupa

tanah dan atau bangunan dengan jumlah ahli waris lebih dari satu orang dan

harta warisannya berada di beberapa tempat terpisah.

2. Apa peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) jika pembagian harta

tersebut di atas dibagi dengan cara menjual terlebih dahulu kepada orang lain.

3. Perlukah lembaga atau instansi yang bersifat independen dilibatkan untuk

menilai harta warisan dalam bentuk tanah dan atau bangunan tersebut.

5

Page 14: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Melakukan studi deskriptif terhadap sistematika pembagian warisan menurut

syariat Islam diwilayah kecamatan Tebet.

2. Melihat peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam rangka

pembuatan akta otentik berupa Akta Jual Beli (AJB) atas pembagian harta

warisan berupa tanah dan atau bangunan yang diperjual-belikan oleh para ahli

waris.

3. Mencari solusi atas sengketa penentuan nilai harta waris berupa tanah dan

atau bangunan di wilayah kecamatan Tebet Jakarta Selatan.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, karena

penelitian kualitatif selalu berorientasi pada penemuan konsep-konsep atau

temuan evaluasi yang baru

2. Unit analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah para ahli yang mengerti dan

memahami tentang kebijakan dan implementasi hukum di bidang kewarisan

dan pertanahan. Sementara unit analisis teoritiknya adalah konsep-konsep

yang dikemukakan dalam rumusan permasalahan dan konseptualisasi di atas.

3. Tipe Penelitian

6

Page 15: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Penelitian ini bersifat descriptive-explanatory. Tipe penelitian ini bermaksud

melakukan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan

untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual

dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan-hubungan antar

konsep yang diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini adalah wawancara, observasi

dan kajian pustaka.

Wawancara; untuk mendapatkan informasi, peneliti akan melakukan

wawancara mendalam (depth interview), berbentuk terbuka, dan tidak

berstruktur (unstructured). Teknik ini dimaksudkan untuk memberikan

kebebasan berekspresi bagi informan sebagai unit analisis penelitian

sehingga dimungkinkan berbagai gagasan dan pemikiran berkaitan dengan

kebijakan dan implementasinya dapat tergali.

Observasi; teknik ini dilakukan untuk mengkonfrontir berbagai temuan

dalam wawancara dengan situasi riil lapangan. Obsrevasi juga sekaligus

merupakan teknik untuk membaca secara obyektif obyek-obyek praktis

lembaga-lenbaga yang terkait di dalamnya.

Penggunaan dokumen dan bahan pustaka; kedua bahan ini sebagai data

pijakan bagi proses penelitian sejak perencanaan hingga penulisan laporan.

5. Teknik Analisis Data

7

Page 16: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengikuti struktur gaya berfikir ilmiah. Data kualitatif akan dianalisis

dengan menggunakan metode deduktif, content analys, dan fenomenologi.

Kesemuanya itu dilakukan dengan menurut data yang disesuaikan dengan

sistematika penulisan laporan.

E. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Sistem penyusunan laporan penelitian ini secara umum memuat tiga hal

pokok, yaitu, pendahuluan , temuan-temuan dalam riset yang dilakukan, dan terakhir

kesimpulan serta saran atau rekomendasi. Secara garis besar sistematika penulisan

dalam studi ini adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan sebagai bagian pembuka, dalam bagian ini penulis akan

memaparkan proses awal perencanaan penelitian yang meliputi latar belakang

masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan signifikasi gagasan,

konseptualisasi, metodologi penelitian, dan terakhir sistematika penulisan

laporan.

b. Bagian kedua adalah seputar pengertian dan dasar hukum tentang sistem

penilaian, kewarisan, dan tanah.

c. Bagian ketiga adalah deskripsi tentang letak geografis wilayah kecamatan

Tebet yang menjadi obyek penelitian, sejarah adanya PPAT serta tugas dan

wewenangnya terhadap masalah tanah dan atau bangunan yang berkaitan

dengan pembuatan akta otentik berupa Akta Jual Beli (AJB) atas harta

8

Page 17: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

9

warisan berupa tanah dan atau bangunan yang diperjual belikan dari segi

administratif.

d. Bagian keempat akan dideskripsikan tentang kebiasaan masyarakat muslim

Tebet dalam membagi harta warisan berupa tanah dan atau bangunan,

kewenangan PPAT Kecamatan Tebet dalam keterkaitannya mendaftar serta

membuat akta otentik jual beli tanah, serta instansi atau lembaga independen

yang dianggap perlu untuk membantu menganalisa atau menilai jumlah harta

secara nominal dan pengaruh sistem penilaian harta warisan berupa tanah dan

atau bangunan dalam memudahkan para ahli waris dalam membagi harta

dalam bentuk barang tidak bergerak.

Page 18: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

BAB II

SISTEM PENILAIAN, KEWARISAN DAN

PERTANAHAN DI INDONESIA

A. Sistem Penilaian Tanah dan Bangunan di Indonesia

1. Nilai tanah

Secara fisik tanah dapat diartikan sebagai permukaan, termasuk bagian yang

berada di bawah permukaan bumi serta yang terletak di atas permukaan bumi. Di

dalam kehidupan manusia, tanah mempunyai peran yang sangat penting, karena tanah

menjadi tempat segala aktivitas kehidupan manusia berlangsung seperti kegiatan

bercocok tanam, mendirikan tempat tinggal, tempat rekreasi dan berbagai aktivitas

lainnya.

Dalam teori ekonomi tanah, konsep sewa tanah merupakan konsep yang

penting, karena merupakan dasar teoritis untuk menjelaskan mengapa tanah memiliki

nilai. Selain itu, konsep tersebut juga mempengaruhi alokasi tanah antar individu dan

antar berbagai jenis penggunaan yang saling berkompetisi serta mempengaruhi

kebijakan perpajakan.1 Menurut David Ricardo dan John H von Thunne tentang teori

sewa tanah yang menitikberatkan analisisnya pada sewa untuk tanah pertanian, hal ini

disebabkan oleh perbedaan kesuburan antara sebidang tanah dengan bidang tanah

lainnya. Asumsi yang dipergunakan David Ricardo dalam melakukan analisis adalah

1 Barlowe, R., Land Resources Economic, (Prentice Hall Englewood Cliffs, New Jersey, 1972), page 156.

10

Page 19: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

suatu daerah memiliki tanah subur yang luas, tetapi hanya sedikit tanah saja yang

dimanfaatkan untuk keperluan seluruh masyarakat di daerah tersebut.2

David Ricardo juga berpendapat bahwa hanya tanah yang paling subur saja

yang dimanfaatkan dan tidak ada sewa yang dikenakan terhadap penggunaan tanah

tersebut. Sewa dikenakan terhadap tanah hanya ketika peningkatan jumlah populasi

penduduk menyebabkan kenaikan kebutuhan tanah, sehingga tanah-tanah yang

kurang suburpun terpaksa dimanfaatkan.

Pemanfaatan tanah yang kurang subur menyebabkan peningkatan ongkos

produksi sehingga penggunaan tanah yang subur akan dikenai sewa sebagai

kompensasi ongkos produksi yang lebih rendah daripada tanah yang kurang subur.

Dengan demikian sewa tanah yang lebih subur akan lebih tinggi dibanding dengan

tanah yang kurang subur.

Berbeda dengan David Ricardo, von Thunnen menyatakan bahwa perbedaan

sewa tanah disebabkan adanya perbedaan lokasi tanah terhadap pusat pasar. Von

Thunnen berpendapat bahwa tanah yang terletak dekat pusat pasar memiliki sewa

tanah yang lebih tinggi daripada tanah yang terletak jauh dari pusat pasar. Perbedaan

sewa ini berkaitan dengan perbedaan ongkos transportasi diantara kedua bidang tanah

tersebut. Tanah yang terletak dekat pusat pasar membutuhkan ongkos transportasi

yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang terletak jauh dari pusat pasar.

Sewa tanah mempunyai pengaruh terhadap lokasi penggunaan tanah. Tanah

yang mempunyai kapasitas penggunaan potensi yang tinggi untuk menghasilkan

2 Id. at 163-167.

11

Page 20: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

pendapatan cenderung memiliki sewa yang tinggi. Jenis penggunaan tanah yang

dipilih ditentukan oleh kemampuan jenis penggunaan tanah tersebut untuk

menghasilkan keuntungan yang maksimum pada lokasi tanah tersebut.3

Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2000), Nilai adalah konsep

ekonomi yang merujuk pada hubungan finansial antara barang dan jasa yang tersedia

untuk dibeli dan mereka yang membeli atau menjual. Nilai bukanlah fakta tetapi lebih

merupakan perkiraan manfaat ekonomi atas barang dan jasa pada suatu waktu tertentu

dalam hubungannya dengan nilai tertentu. Harga adalah sejumlah uang yang diminta,

ditawarkan, atau dibayarkan untuk sesuatu barang atau jasa. Hubungannya dengan

penilaian, harga adalah fakta historis baik diumumkan maupun tidak.

Firdaus mengemukakan Ada dua pengertian nilai tanah dikemukakan oleh

Northam (1975) yakni nilai pasar (market value), yaitu harga jual beli tanah yang

terjadi pada suatu persil pada suatu waktu tertentu dan nilai taksiran (assessed value),

yaitu nilai yang diestimasi oleh seorang penilai. Nilai pasar merupakan data bagi

nilai taksiran.4 Wolcott menyebutkan secara umum bahwa nilai tanah tidak saja

dipengaruhi oleh karakteristik fisik tanah saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor sosial, ekonomi, pemerintah dan karakteristik lingkungan.5 Wolcott

memberikan definisi tentang harga, bahwa harga direpresentasikan oleh sejumlah

3 Id. at 179.

4Firdaus. Awang, Analisis Pengaruh Jalan Lingkar Luar Terhadap Nilai Jual Properti

Perumahan di Kecamatan Depok Sleman-Yogyakarta, (Yogyakarta, Tesis S2, Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta: 1999), hal. 18 (tidak dipublikasikan).

5 Wolcott, Richard C., The Appraisal of Real Estate, (American Institute of Real Estate Appraissers, 430 North Michigan Avenue,Chicago, Illinois: 1987), hal. 39-41.

12

Page 21: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

pembeli yang bersedia membayar dan penjual yang bersedia menerima transaksi

dalam keadaan tertentu.6

Nilai tanah mendasarkan pada prinsip penggunaan terbaik adalah sebagai

bentuk tolok ukur kemampuan tanah memproduksi sesuatu yang secara langsung

memberikan keuntungan ekonomis, sedangkan harga tanah adalah ukuran

nominalnya. Ciri-ciri tertentu yang harus dimiliki oleh suatu properti agar mempunyai

nilai menurut Eldred adalah demand (permintaan), utility (kegunaan), scarcity

(kelangkaan), dan transferability (dapat dialihkan).7

Secara khusus nilai properti di kawasan industri dipengaruhi oleh kondisi

alam wilayah, penawaran tenaga kerja, fasilitas transportasi, distribusi input dan

output yang ekonomis, iklim politik, ketersediaan utilitas dan energi dan efek kontrol

lingkungan.8 Hal ini secara garis besar dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tenaga

kerja, ketersediaan material dan faktor distribusi merujuk pada jarak ke tempat bahan

baku, pasar dan tenaga kerja. Jadi nilai properti industri terkait dengan ketersediaan

utilitas maupun fasilitas di kawasan tempatan (karakteristik geografis) yang ada

(establishment), dan aksesibilitas positif (transportasi) dan aksesibilitas negatif

(biaya) yang mengacu pada jarak.

6Wolcott, Richard C., The Appraisal of Real Estate, (American Institute of Real Estate

Appraissers, 430 North Michigan Avenue,Chicago, Illinois: 1987), hal. 15. 7 Eldred, Gary, Real Estate Analysis and Strategy, (Harper & Row, Publisher, New York;

1987), page. 24-25. 8 Appraisal Institute, The Appraisal of Real Estate, (Eleventh Edition, Chicago, Illinois: 1999),

page. 209-211 & AIREA, The Appraisal of Real Estate, (Ninth Edition, Chicago, Illinois: 1997), page. 179.

13

Page 22: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Lebih lanjut hubungan nilai tanah dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya sebagaimana dikemukakan Hoover bahwa lokasi adalah fungsi

dari aksesibilitas, karakteristik lingkungan dan biaya.9 Lusth mengemukakan, nilai

tanah adalah fungsi dari lokasi yang terkait dengan aksesibilitas yang diproxy dengan

jarak (distance) dan persekitaran (neighborhoods). Nilai tanah berkait dengan lokasi

dipengaruhi oleh hubungan keterkaitan lokasi dengan sistem transportasi dan

aksesibilitas (linkage), kedekatan dengan pelayanan umum (proximity to public

service) dan lingkungan /persekitaran (environmental/neighborhoods).10

2. Pemanfaatan tertinggi dan terbaik (highest and best use)

Definisi kegunaan tertinggi dan terbaik (highest and best use) adalah sebagai

penggunaan yang paling memungkinkan dan diijinkan dari suatu tanah kosong atau

tanah yang sudah dibangun, yang mana secara fisik memungkinkan, didukung atau

dibenarkan oleh peraturan, layak secara keuangan dan menghasilkan nilai tertinggi

AIREA.11 Nasucha mengatakan bahwa sumber daya tanah akan mencapai nilai

tertinggi dan terbaik bila dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga memperoleh

pendapatan optimum, baik untuk si pengguna maupun masyarakat. Konsep ini 9Hoover, Edgar M., The Evolving Form and Organization of the Metropolis : Principal Location Factors in William H. Leahy : Urban Economic, (The Free Press, New York: 1968), page.65-77.

10 Lusht, Kenneth M., Real Estate Valuation Principles and Applications, (Irwin. Chicago: 1997), page. 25-45.

11 AIREA, The Appraisal of Real Estate, (Ninth Edition, Chicago, Illinois: 1997), page. 269.

14

Page 23: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

seringkali dibatasi oleh peraturan peruntukan tanah (zoning) dan kebijaksanaan umum

lainnya. Pada konsep ekonomis, sumber daya tanah dapat menghasilkan pendapatan

lebih tinggi jika dimanfaatkan untuk tujuan komersil dan industri.12

3. Pendekatan Penilaian

Penilaian merupakan suatu proses penentuan nilai, baik nilai pasar, nilai

investasi, nilai asuransi atau jenis nilai lainnya, dari suatu properti pada suatu tanggal

penilaian tertentu. Penilaian suatu properti menurut American Institute Of Real Estate

Appraiser dan Eckert et al. dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu;

a. Pendekatan data pasar (sales comparison approach),

b. Pendekatan biaya (cost approach), dan

c. Pendekatan pendapatan (income capitalization approach).

Dalam pendekatan perbandingan yakni mengestimasi nilai suatu properti

dengan menggunakan rata-rata perbandingan dengan properti sejenis yang

mempunyai karakteristik yang hampir sama letaknya berdekatan dan fungsinya sama

dan telah diketahui harga jualnya obyek lain yang sejenis, dengan melakukan

beberapa penyesuaian (adjustment). Langkah-langkah secara sederhana dalam

melakukan penilaian adalah:

1) Mengumpulkan harga jual properti yang karakteristiknya sama dan telah terjual.

12 Nasucha, Chaizi, Politik Ekonomi Pertanahan dan Struktur Perpajakan atas Tanah, (Megapoint, Divisi Kesaint Blanct, Jakarta: 1995), hal. 12-13.

15

Page 24: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

2) Melakukan analisa dam penyesuaian-penyesuaian (adjustment) atas waktu

transaksi, konsisi fisik lainnya.

3) Melakukan pemilihan secara rata-rata atau diambil yang terbaik nilainya menurut

tujuan penilaian.

4) Membuat kesimpulan nilai.

Dalam pendekatan biaya, penentuan nilai jual suatu obyek pajak dengan cara

menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada

saat penilaian dilakukan, dikurangi dengan penyusutan kondisi fungsi, fisik dan

ekonomi.

1) Menghitung biaya yang digunakan untuk memperoleh nilai baru (dapat dilakukan

metode per unit pekerjaan, per meter2 maupun berdasarkan analisa detail

bangunan)

2) Menambahkan biaya konsultan dan keuntungan bagi kontraktor dalam analisa

tersebut.

3) Mengestimasi jumlah penyusutan fisik, fungsi dan ekonomi.

4) Membuat kesimpulan nilai.

Dalam pendekatan pendapatan, nilai properti adalah fungsi pendapatan, di

mana semakin tinggi pendapatan yang dapat dihasilkan oleh properti maka semakin

tinggi pula nilai properti tersebut. Untuk properti perumahan, pendapatan diperoleh

16

Page 25: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

dari sewa bersihnya, yaitu pemasukan sewa properti tersebut dikurangi biaya

operasionalnya melalui pendekatan pendapatan. Nilai suatu properti diperoleh dari

pengkapitalisasian pendapatan bersihnya (net operating income) dengan suatu tingkat

kapitalisasi tertentu. Pendekatan pendapatan ini sesuai untuk digunakan untuk menilai

properti yang menghasilkan pendapatan (income producing property).13

International Association Assessing Officers (IAAO) menyatakan bahwa

dalam aplikasi pendekatan pendapatan ini, terdapat beberapa langkah-langkah dasar

sebagai berikut:

1) Mengestimasi pendapatan kotor potensial (potential gross income).

2) Melakukan pengurangan pendapatan kotor potensial dengan tingkat

kekosongannya (vacancy and collection loss).

3) Melakukan penjumlahan antara pendapatan lain-lain dan pendapatan kotor

potensial setelah dikurangi dengan tingkat kekosongannya untuk mendapatkan

perkiraan pendapatan kotor efektif (effective gross income).

4) Menentukan biaya-biaya operasi (operating expenses).

5) Mengurangkan pendapatan kotor efektif dengan biaya-biaya operasional untuk

mendapatkan pendapatan bersih operasi sebelum bunga dan pajak.

6) Menentukan tingkat kapitalisasi yang sesuai.

7) Menentukan prosedur pengkapitalisasian yang sesuai untuk diterapkan.

13Eckert, Joseph K., Gloudemans and Almy Richard R., Property Appraisal and Assessment

Administration, (The International Association of Assesing Officer, Chicago, Illinois: 1990), page. 151.

17

Page 26: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

8) Melakukan pengkapitalisasian pendapatan bersih operasi (net operating income)

untuk mengestimasi nilai properti dengan formulasi umum sebagai berikut :

MV = I : R

di mana :

MV = estimasi nilai properti

I = pendapatan bersih operasi selama satu tahun

R = tingkat kapitalisasi.

Dalam penentuan tingkat kapitalisasi, terdapat dua metode yang lazim

dipakai, yaitu kapitalisasi langsung (direct capitalization) dan yield capitalization.

Perbedaan di antara keduanya adalah terletak pada asumsi yang dipakai. Kapitalisasi

langsung mengasumsikan bahwa pendapatan yang diterima pada tahun-tahun yang

akan datang adalah sama atau tercermin seperti pendapatan pada tahun penilaian,

sedangkan yield capitalization memasukkan asumsi-asumsi berkenaan dengan faktor-

faktor seperti tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan oleh investor,

sisa umur ekonomis, jangka waktu kepemilikan dan antisipasi terjadinya

depresiasi/apresiasi.14

14 International Association Assessing Officers (IAAO), Standard on Ratio Studies,

(Assessment Journal, Volume 6 Nomor 5: 1999), page. 204.

18

Page 27: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

4. Penilaian Tanah Menurut PBB (Nilai Jual Objek Pajak)

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan

terhadap bumi dan/atau bangunan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun

1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1994. Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata

yang diperoleh dari transaksi jual beli nilai jual obyek pajak yang ditentukan melalui

perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau

nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Obyek Pajak pengganti.

Pendekatan dalam penilaian:

a. Perbandingan dengan objek lain yang sejenis adalah suatu pendekatan/metode

penentuan nilai jual onyek pajak dengan cara membandingkan dengan yang

letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya obyek

lain yang sejenis.

b. Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu

obyek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, dikurangi dengan

penyusutan kondisi fungsi, fisik dan ekonomi.

c. Nilai jual pengganti adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu

objek pajak yang berdasarkan hasil produksi obyek pajak tersebut.

Nasucha (1995:59) menyatakan bahwa NJOP merupakan suatu kriterium yang

dipengaruhi banyak faktor yang saling berkorelasi (prediktor), maka analisis yang

19

Page 28: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

sesuai dengan penyelesaian model matematis adalah analisis regresi linier berganda.

NJOP dapat dinyatakan sebagai variabel terikat (kriterium),sedangkan faktor-faktor

penentunya dinyatakan sebagai variabel bebas atau prediktor.15

B. Hukum kewarisan di Indonesia

Sejak Indonesia merdeka, pemerintah telah mengeluarkan PP No. 45 tahun

1957 tentang pembentukan Mahkamah Syari’ah yang menetapkan salah satu

wewenang Pengadilan Agama adalah masalah kewarisan. Meskipun di Jawa dan

Madura Pengadilan Agama tidak menyelesaikan masalah warisan, tetapi Pengadilan

Agama mengeluarkan “Fatwa Waris” yang sangat dibutuhkan oleh para pencari

keadilan. Pada tahun 1989, pemerintah menetapkan UU No. 7 tahun 1989 yakni UU

Peradilan Agama (UUPA). Undang-Undang ini menetapkan wewenang Pengadilan

Agama untuk menyelesaikan hal-hal yang berhubungan dengan warisan atau faraid.

UUPA telah diamandemen menjadi UU No. 3 tahun 2006. Kewenangan Peradilan

Agama diperluas. Tidak hanya sebatas mengadili masalah perkawinan, waris, wasiat,

hibah, sedekah, wakaf orang Islam, tetapi juga bidang usaha ekonomi syari’ah.16

Selain itu, Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari beribu-

ribu pulau membentang luas dari timur sampai ke barat, dengan adanya perbedaan

15 Nasucha, Chaizi, Politik Ekonomi Pertanahan dan Struktur Perpajakan atas Tanah,

(Megapoint, Divisi Kesaint Blanct, Jakarta: 1995), hal. 59.

16 “ Kedudukan Hukum Waris Indonesia”artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari http://notary-herman.blogspot.com/2009/03/kedudukan-hukum-waris-indonesia.html

20

Page 29: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

tempat dan budaya sudah barang tentu akan mempengaruhi cara berfikir, tingkah laku

serta gaya hidup yang beraneka ragam. Dari deskripsi ini penulis akan memaparkan

sistem kewarisan di Indonesia dengan latar belakang masyarakatnya yang majemuk.

Di Indonesia terdapat tiga hukum waris yang biasa digunakan sebagai

landasan hukum dalam hal pembagian warisan, yaitu hukum waris Islam, hukum

waris Adat, dan hukum waris BW (Burgerlijk Weetbook).17

1. Hukum Waris Islam

Kata mawaris secara etimologis adalah bentuk jamak dari kata tunggal mirast

artinya warisan. Al-Qur’an banyak menggunakan kata kerja warasa seperti QS.-

Naml: 16 “wa warisa Sulaimanu Dawud” yang artinya “dan Sulaiman mewarisi

Dawud”, artinya “ Nabi Sulaiman menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Dawud

as. Serta mewarisi ilmu pengetahuannya. Dalam QS. Al-Zumar: 74 “wa aurasana al-

ardla” yang artinya “..dan telah memberi kepada kami tempat ini”. Demikian juga

dalam QS. Maryam:6 “yarisuni wa yarisu min ali ya’qub” artinya “…yang akan

mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub.18

Mawaris juga disebut faraid, bentuk jamak dari kata faridah, kata ini bersal

dari kata farada yang artinya ketentuan, atau menentukan. Kata faridah ini banyak

juga disebut dalam al-Qur’an QS. Al-Baqarah: 237 misalnya disebutkan “wa qad

17 Mengenai hukum Islam, hukum adat, hukum Eropa yang berlaku di Indonesia dewasa ini, vide Moch. Koesnoe, Perbandingan antara Hukum Islam, Hukum Eropa dan Hukum Adat. Seminar Pembinaan Kurikulum Hukum Islam di Perguruan Tinggi, Badan Kerjasama PTIS, Kaliurang, 1980, hlm. 1-20 18 Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1993:reprint, 2001), hal. 2

21

Page 30: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد قل ربي أعلم من جاء بالهدى )٨٥(ومن هو في ضالل مبين

Artinya :

Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran,

benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku

mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang

nyata".

dan al-Ahzab:38

ن ما آان على النبي من حرج فيما فرض الله له سنة الله في الذين خلوا م )٣٨(قبل وآان أمر الله قدرا مقدورا

22

Page 31: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah

baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-

nabi yang telah berlalu dahulu. dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang

pasti berlaku,

Dengan demikian kata faraid atau faridah artinya adalah ketentuan – ketentuan

tentang siapa-siapa yang termasuk ahli waris yang berhak mendapatkan warisan, ahli

waris yang tidak berhak mendapatkannya, dan berapa bagian yang dapat diterima

oleh mereka.19

Adapun unsur – unsur hukum kewarisan Islam dalam pelaksanaan hukum

kewarisan, terdiri atas tiga unsure yang perlu diuraikan, yaitu (1) pewaris, (2) harta

warisan, dan (3) ahli waris. Ketiga unsur tersebut saling berkaitan, dan masing-

masing mempunyai ketentuan tersendiri20

a. Pewaris

Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang

dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam,

meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan21. Istilah pewaris secara khusus

dikaitkan dengan suatu proses pengalihan hak atas harta dari seseorang yang

telah meninggal dunia kepada keluarganya yang masih hidup. Oleh karena itu,

seseorang yang masih hidup dan mengalihkan haknya kepada keluarganya tidak

19 Ibid. 20 H. Zainudin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia, (Jakarta:Sinar Grafika,2008), hal.

45 21 Pasal 171 huruf b, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia

23

Page 32: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

dapat disebut pewaris, meskipun pengalihan itu dilakukan pada saat menjelang

kematiannya.

Pewaris di dalam Alquran Surah An-Nisa’ ayat 7,11,12,33, dan 176

dapat diketahui bahwa “ Pewaris itu terdiri atas orang tua/ayah atau ibu (al-

walidain), dan kerabat (al-aqrabin). Al-walidain dapat diperluas pengertiannya

menjadi kakek atau nenek kalau ayah atau ibu tidak ada. Demikian pula

pengertian anak (al-walad) dapat diperluas menjadi cucu kalau tidak ada anak.

Begitu juga pengertian kerabat (al-aqrabin) adalah semua anggota keluarga

yang dapat dan sah menjadi pewaris, yaitu hubungan nasab dari garis lurus ke

atas, ke bawah, dan garis ke samping. Selain itu, hubungan nikah juga menjadi

pewaris, baik istri maupun suami.

Pewaris yang disebutkan di atas, perlu ditegaskan bahwa seseorang

menjadi pewaris bila telah nyata meninggal. Karena sepanjang belum jelas

meninggalnya seseorang, hartanya tetap menjadi miliknya sebagaimana halnya

orang yang masih hidup. Demikian juga, bila belum ada kepastian meninggal

seseorang itu dipandang masih hidup. Kepastian meninggal seseorang itu

dimungkinkan secara haqiqy, hukmy, dan taqdiry.22

- Mati haqiqy, yaitu kematian seseorang yang dapat diketahui tanpa harus

melalui pembuktian, bahwa seseorang telah meninggal dunia.

- Mati hukmi, adalah kematian seseorang yang secara yuridis ditetapkan

melalui keputusan hakim dinyatakan telah meninggal dunia. Ini biasa terjadi

22 H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 45.

24

Page 33: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

seperti dalam kasus seseorang yang dinyatakan hilang (al-mafqud) tanpa

diketahui dimana dan bagaimana keadaannya. Setelah dilakukan upaya

tertentu, melalui keputusan hakim orang tersebut dinyatakan meninggal

dunia. Sebagai suatu keputusan hakim, maka ia mempunyai kekuatan

hukum yang tetap, dan karena itu mengikat.

- Mati taqdiri, yaitu anggapan atau perkiraan bahwa seseorang telah

meninggal dunia. Misalnya, seseorang yang diketahui ikut berperang ke

medan perang, atau tujuan lain yang secara lahiriyah diduga dapat

mengancam keselamatan dirinya. Setelah beberapa tahun, ternyata tidak

diketahui kabar beritanya, dan patut diduga secara kuat bahwa orang

tersebut telah meninggal dunia, maka ia dapat dinyatakan telah meninggal.23

b. Harta warisan

Harta warisan adalah harta bawaan ditambah dengan bagian dari harta

bersama sesudah digunakan keperluan pewaris selama sakit sampai

meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran dan pemberian

untuk kerabat24.

Harta warisan atau harta peninggalan disebut oleh al-Quran Surah an-

Nisaa’ ayat 7 dengan istilah tarakah atau harta yang akan ditinggalkan (al-Quran

Surah an-Nisa’ ayat 180) beralih kepada orang yang berhak menerimanya (ahli

waris). Tarakah yang disebutkan oleh al-Quran Surah an-Nisa’ ayat 11 dan 12,

23 Ahamad Rofiq, Op.cit, 28-29.

24 Pasal 171 huruf e, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia

25

Page 34: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

yang kemudian diterjemahkan sebagai harta peninggalan terdiri atas benda dan

hak-hak yang pembagiannya dilakukan menurut bagian yang ditentukan sesudah

ditunaikan pembayaran utang dan wasiat pewaris. Sisa harta sesudah

ditunaikannya berbagai kewajiban tersebut, itulah yang harus dibagi-bagi oleh

para ahli waris sebagai harta warisan. Namun bila harta yang ditinggalkan oleh

pewaris jumlahnya hanya sedikit, ulama menetapkan urutan kewajiban yang harus

ditunaikan oleh para ahli waris terhadap harta peninggalan pewaris.

Sehubungan dengan hak ahli waris yang disebutkan di atas, jumhur

ulama golongan Sunni menetapkan tiga kewajiban yang harus dilakukan ahli

waris sebelum melakukan pembagian harta peninggalan pewaris, yaitu biaya

pengurusan jenazah, pelunasan utang pewaris, menunaikan wasiat pewaris.25

Uraian di atas menunjukkan bahwa tidak semua harta peninggalan

menjadi harta warisan yang dapat diwariskan kepada ahli waris, melainkan semua

harta warisan baik berupa benda maupun berupa hak-hak harus bersih dari segala

sangkut paut dengan orang lain. Dalam hukum kewarisan Islam terdapat

ketentuan mengenai beberapa hal yang perlu diselesaikan sebelum dilakukan

pembagian harta warisan, seperti penyelesaian urusan jenazah, pembayaran utang,

dan wasiat pewaris. Selain itu, perlu diketahui bahwa warisan yang berupa hak-

hak tidak berarti bendanya dapat diwarisi. Sebagai contoh, hak manfaat

penggunaan sebuah rumah kontrak dapat diwariskan kepada ahli waris, tetapi

rumahnya tetap menjadi hak bagi pemiliknya. 25 Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung:Al-ma’arif, 1981) hal. 121

26

Page 35: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

c. Ahli Waris

Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan

tidak terhalang karena hokum untuk menjadi ahli waris.26

Asas- asas hukum waris Islam terdiri atas: a. ijbari, b. bilateral, c.

individual, d. keadilan berimbang, dan e. akibat kematian.27

a. Ijbari

Asas ijbari yang terdapat dalam hukum kewarisan Islam mengandung

arti pengalihan harta dari seseorang yang meninggal dunia kepada ahli

warisnya berlaku dengan sendirinya menurut ketetapan Allah tanpa

digantungkan kepada kehendak pewaris atau ahli warisnya

b. Asas Bilateral

Asas bilateral dalam kewarisan Islam berarti seseorang menerima hak

atau bagian warisan dari kedua belah pihak; dari kerabat keturunan laki-laki

dan dari kerabat keturunan perempuan. Asas kebilateralan itu, mempunyai

2(dua) dimensi saling mewarisi dalam Al quran Surah An-Nisa’ ayat 7, 11,

12, dan 176, yaitu (1) antara anak dengan orang tuanya, dan (2) antara orang

yang bersaudara bila pewaris tidak mempunyai anak dan orang tua.

c. Asas Individual

26 Pasal 171 huruf c, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia 27 Amir, Syarifudin, Pelaksanaan Hujum Kewarisan Islam dalam Lingkungan Adat Minangkabau, (Jakarta: Gunung Agung, 1984), hal. 18

27

Page 36: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Asas individual dalam hukum kewarisan Islam berarti, harta warisan

dapat dibagi-bagi kepada ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Untuk

itu dalam pelaksanaannya, seluruh harta warisan dinyatakan dalam nilai

tertentu yang kemudian dibagikan kepada setiap ahli waris yang berhak

menerimanya menurut kadar bagian masing-masing.

d. Keadilan Berimbang

Asas keadilan berimbang dalam hukum kewarisan Islam berarti

keseimbangan antara hak yang diperoleh dengan keperluan dan kegunaan

dalam melaksanakan kewajiban. Perkataan adil banyak disebut dalam Alquran

yang kedudukannya sangat penting dalam system hukum Islam, termasuk

hukum kewarisan.

e. Asas Kematian

Asas akibat kematian dalam hukum kewarisan Islam berarti kewarisan

ada kalau ada yang meninggal dunia, kewarisan ada sebagai akibat dari

meninggalnya seseorang. Oleh karena itu, pengalihan harta seseorang kepada

orang lain yang disebut kewarisan, terjadi setelah orang yang mempunyai

harta itu meninggal dunia.Ini berarti harta seseorang tidak dapat beralih

kepada orang lain dan disebut harta warisan, selama orang yang mempunyai

harta itu masih hidup. Demikian juga, segala bentuk pengalihan harta

seseorang yang masih hidup kepada orang lain, baik secara langsung maupun

yang akan dilaksanakan kemudian sesudah meninggalnya, tidak termasuk ke

dalam kategori kewarisan menurut hukum Islam.

28

Page 37: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Ahli waris dalam sistem kewarisan Islam dibagi menjadi dua macam, yaitu:

1. Ahli waris nasabiyah, yaitu ahli waris yang hubungan kekeluargaannya timbul

karena hubungan darah.

2. Ahli waris sababiyah, yaitu hubungan kewarisan yang timbul karena suatu

sebab tertentu, yaitu:

- Perkawinan yang sah (al-musabarah)

- Memerdekakan hamba sahaya (al-wala) atau karena adanya perjanjian tolong

menolong28

Apabila dilihat dari segi bagian-bagian yang diterima mereka, ahli waris dapat

dibedakan kepada:

1. Ahli waris ashab al-furudh, yaitu ahli waris yang menerima bagian yang besar

kecilnya telah ditentukan dalam al-Qur’an, seperti 1/2, 1/3, atau 1/6

Adapun bagian ahli waris ashab al-furudh secara rinci adalah sebagai berikut :

a. Anak perempuan, berhak menerima bagian :

1. Setengah bila hanya seorang dan tidak disertai anak laki-laki,

2. Dua pertiga bila dua orang atau lebih dan tidak disertai anak laki-laki,

3. Bila bersama anak laki-laki, maka bagian anak laki-laki adalah dua

berbanding satu dengan anak perempuan (pasal 178 Kompilasi)

b. Ibu, berhak mendapat bagian :

1. Seperenam bila ada anak atau dua saudara atau lebih, 28 Ahmad Rofiq, op.cit, hal. 59

29

Page 38: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

2. Sepertiga bila tidak ada anak atau dua orang saudara atau lebih

3. Sepertiga dari sisa sesudah diambil oleh janda atau duda bila bersama-sama

dengan ayah (pasal 178 Kompilasi )

c . Ayah, berhak mendapat bagian:

1. Sepertiga, bila pewaris tidak meninggalkan anak,

2. Seperenam, bila pewaris meninggalkan anak (pasal 177 Kompilasi )

d. Duda, berhak mendapat bagian :

1. Setengah, bila pewaris tidak meninggalkan anak,

2. Seperempat, bila pewaris meninggalkan anak (pasal 179 Kompilasi )

e. Janda, berhak mendapat bagian :

1. Seperempat. Bila pewaris tidak meninggalkan anak,

2. Seperdelapan, bila pewaris meninggalkan anak (pasal 180 Kompilasi )

f. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu, berhak mendapat bagian :

1. Masing-masing seperenam, bila pewaris tidak meninggalkan anak dan

ayah,

2. Sepertiga secara bersama-sama, bila mereka dua orang atau lebih (pasal 181

Kompilasi)

g. Saudara perempuan kandung atau seayah, berhak mendapat bagian :

1. Setengah, bila sendiri tidak ada ayah dan anak,

2. Dua pertiga bagian, bila dua orang atau lebih,

3. Bila bersama-sama dengan saudara laki-laki kandung atau seayah maka

bagian saudara laki-laki adalah dua berbanding satu dengan saudara perempuan.

30

Page 39: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

h. Cucu perempuan dan laki-laki dari anak perempuan, berhak mendapat bagian

sama dengan akan perempuan (ibunya) dengan ketentuan :

1. Bila cucu perempuan bersama dengan cucu laki-laki, maka bagian cucu

laki-laki adalah dua berbanding satu dengan cucu perempuan.

2. Bila bersama ahli waris lain yang sederajat, bagiannya tidak boleh melebihi

dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti (pasal 178 jo. Pasal 185

Kompilasi ).

i. Kakek dan nenek dari ayah, berhak mendapat bagian yang sama dengan bagian

ayah, dan bagiannya tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat

dengan yang diganti (pasal 177 jo. Pasal 185 Kompilasi)

j. Kakek dan nenek dari ibu, berhak mendapat bagian yang sama dengan bagian

ibu dan bagiannya tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat

dengan yang diganti (pasal 178 jo. Pasal 185 Kompilasi)

k. Anak laki-laki dan perempuan dari saudara laki-laki dan saudara perempuan

seibu, berhak mendapat bagian yang sama dengan orang tuanya dan bagiannya

tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan yang diganti

(pasal 181 jo. Pasal 185 Kompilasi)

l. Anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara kandung atau seayah, berhak

mendapat bagian yang sama dengan orang tuanya yang diganti dan bagiannya

31

Page 40: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat dengan orang tuanya

(pasal 182 jo. Pasal 185 Kompilasi)29

2. Ahli waris “asabah, yaitu ahli waris bagian yang diterimanya adalah sisa setelah

harta warisan dibagikan kepada ahli waris ashab al-furudh.

Ahli waris ’asabah dibagi menjadi tiga, yaitu: ’asabah bi nafsih, ’asabah bi al-ghair

dan ’asabah ma’a al ghair.

1. Yang termasuk ’asabah bi nafsih adalah

(1). Anak laki-laki

(2). Cucu laki-laki dari garis laki-laki

(3) Bapak

(4) Kakek (dari garis bapak)

(5) Saudara laki-laki sekandung

(6) Saudara laki-laki seayah

(7) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung

(8) Anak laki-laki saudara laki-laki seayah

(9) Paman sekandung

(10) Paman seayah

(11) Anak laki-laki paman sekandung

(12) Anak laki-laki paman seayah

29 H. Idris Djakfar dan Taufiq Yahya, Kompilasi Hukum Kewarisan, (Jakarta:PT Dunia Pustaka

Jaya, 1995), h 62-64.

32

Page 41: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

(13) Mu’tiq dan atau mu’tiqah (orang laki-laki atau perempuan yang

memerdekakan hamba sahaya)

2. ’Asabah bi al ghair

(1) anak perempuan bersama-sama dengan anak laki-laki

(2) cucu perempuan garis laki-laki bersama dengan cucu laki-laki garis laki-laki

(3) saudara perempuan sekandung bersama saudara laki-laki sekandung

(4) saudara perempuan seayah bersama dengan saudara laki-laki seayah.

Ketentuan yang berlaku, apabila mereka bergabung menerima bagian ’asabah,

maka bagian ahli waris laki-laki adalah dua kali bagian perempuan. Dasarnya

adalah firman Allah surah an-nisa’:11 dan 176.

3. ’Asabah ma’a al-ghair

(1) saudara perempuan sekandung (seorang atau lebih) bersama dengan anak

perempuan atau cucu perempuan garis laki-laki (seorang atau lebih)

(2) saudara perempuan seayah (seorang atau lebih) bersama dengan anak atau

cucu perempuan (seorang atau lebih)30

Dasar hukum pembagian ’asabah ma’a al ghair adalah pelaksanaan pembagian

warisan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, dalam riwayat dar Ibn Mas’ud :

30 Ahmad rofiq,op.cit, hal.73-75.

33

Page 42: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

3. Ahli waris dzawil al-arham, yaitu ahli waris yang sesungguhnya memiliki

hubungan darah, akan tetapi menurut ketentuan al Qur’an, tidak berhak menerima

warisan.

Apabila ahli waris dilihat dari jauh dekatnya hubungan kekerabatannya, sehingga

yang dekat lebih berhak menerima warisan dari pada yang jauh, dapat dibedakan:

1. Ahli waris hajib, yaitu ahli waris yang dekat yang dapat menghalangi ahli waris

yang jauh, atau karena garis keturunannya yang menyebabkannya dapat menghalangi

ahli waris yang lain.

2. Ahli waris mahjub, yaitu ahli waris yang jauh yang terhalang oleh ahli waris

yang dekat hubungan kekerabatannya. Ahli waris ini dapat menerima warisan, jika

yang menghalanginya tidak ada.

d. Contoh-contoh Pembagian Harta Warisan

Sehubungan dengan pengelompokan ahli waris yang telah disebutkan, baik

ahli waris kelompok pertama, ahli waris kelompok kedua, maupun ahli waris

kelompok ketiga, maka dapat diuji melalui pembuktian ayat-ayat Alquran yang

menggambarkan ada pewaris yang meninggalkan anak, orang tua (ibu), janda saudara

laki-laki pewaris, dan ahli waris pengganti (cucu pewaris melalui anak perempuan

yang meninggal lebih dahulu dari pewarisnya); ada pewaris yang meninggalkan

anak, meninggalkan janda, dan meninggalkan saudara laki-laki (‘asabah); ada pewaris

yang meninggalkan anak, cucu melalui anak perempuan yang meninggal lebih dahulu

34

Page 43: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

dari pewarisnya, cucu yang melalui anak laki-laki yang meninggal lebih dahulu dari

pewarisnya, janda, dan saudara perempuan. Sebagai contoh dapat diungkapkan

sebagai berikut.

1. Contoh Pembagian Ahli Waris Kelompok Pertama

Contoh pembagian ahli waris kelompok pertama sebagai berikut

Pembagian:

I adalah ibu pewaris mendapat bagian = 1/6 X harta warisan (Alquran Surah An-Nisa’

ayat 11d, sebagai dzawul faraid). AP + AP adalah dua orang anak perempuan pewaris

bersama seorang anak perempuan melalui anak perempuan yang meninggal lebih

dahulu dari pewarisnya (AWP) mendapat bagian =2/3 X harta warisan (Alqurqn

Surah An-Nisa” ayat 11b, sebagai dzawul faraid) J adalah janda pewaris mendapat

bagian = 1/8 dari harta warisan (Alqur’an Surah An-Nisa’ ayat 12d, sebagai dzawul

faraid). SP adalah saudara perempuan pewaris yang terhijab dari ibunya.31

2. Contoh Pembagian harta warisan kelompok kedua

Pembagian:

AP + AP adalah dua orang anak perempuan pewaris memperoleh = 2/3 X harta

warisan (Alquran Surah An-Nisa ayat 11b, sebagai dzawul faraid). J adalah janda

pewaris memperoleh = 1/8 X harta warisan (Alquran Surah An-Nisa ayat 12d,

sebagai dzawul faraid). Ibu mendapat 1/6 harta warisan (Alquran Surah An-Nisa ayat

11d sebagai dzawul faraid). SL adalah saudara laki-laki pewaris memperoleh = sisa

31 H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 67

35

Page 44: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

(1-(2/3 + 1/8 = 1- 19/24 = 5/24) sebagai ‘asabah). Pembagian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa =2/3 atau 16/24 + 1/8 atau 3/24 + 5/24 = 24/24 = 1

3. Contoh-contoh Pembagian Harta Warisan Kelompok Ketiga

Pembagian:

AP adalah anak perempuan memperoleh = 1/4 X harta warisan (Alquran Surah An-

Nisa’ ayat 11). AWL adalah anak laki-laki melalui anak perempuan yang meninggal

lebih dahulu dari orang tuanya memperoleh =1/4 X harta warisan (Alquran Surah An-

Nisa’ ayat 33 dan al-Quran Surah An-Nisa ayat: 11). AWP adalah anak perempuan

melalui anak laki-laki yang meninggal lebih dahulu dari orang tuanya memperoleh

=2/4 X harta warisan (al-Quran Surah An-Nisa ayat 33 dan al-Quran Surah An-Nisa

ayat 11). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagian seorang anak

perempuan + bagian seorang anak laki-laki melalui anak perempuan yang meninggal

lebih dahulu dari pewarisnya + bagian seorang anak perempuan melalui anak laki-laki

yang lebih dahulu meninggal dari pewarisnya = 1/4 + 1/4 + 2/4 = 4/4 =1

4. Contoh-contoh Pembagian Harta Warisan Melalui Pemecahan Kasus-Kasus Awl

dan Radd

Selain contoh – contoh yang diungkapkan diatas, perlu juga diuraikan metode

pembagian harta warisan melalui metode pemecahan kasus – kasus awl dan rad. Awl

dan rad merupakan dua metode yang khas yang hanya dijumpai dalam kewarisan

Islam.32

a. Awl 32 H. Zainudin Ali, loc.cit, hal. 69

36

Page 45: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Awl adalah suatu cara penyelesaian kasus kewarisan bila terjadi ketekoran dalam

pembagian harta warisan, yaitu para ahli waris yang berhak menerima harta warisan,

jumlahnya lebih banyak dari harta warisan yang akan dibagi. Untuk menghilangkan

ketekoran itu supaya pembagiannya menjadi 1/1, dilakukan pengurangan terhdap

bagian masing-masing ahli waris secara berimbang.

Contoh:

Seorang istri meninggal dunia (P). Ia meninggalkan ahli waris yang terdiri atas

seorang suami (A) dan dua orang perempuan saudara kandung (B dan C). Harta

peninggalan pada saat meninggal dunia berjumlah Rp. 66.000.000,00. Selain itu, ia

meninggalkan biaya rumah sakit Rp. 1.500.000,00 dan wasiat yang senilai Rp

1.000.000 dan biaya penguburan Rp 500.000,00. Oleh karena itu, jumlah harta

peninggalan yang menjadi harta warisan berjumlah Rp. 63.000.000,00. Pembagian

harta dimaksud, sebagai berikut

A = 1/2 X Rp 63.000.000,00 = Rp 31.000.000,00

B dan C = 2/3 X Rp 63.000.000,00 = Rp 42.000.000,00

Jumlah = Rp 73.500.000,00

Menurut ketentuan Pasal 192 Kompilasi Hukum Islam, pembagian harta warisan

yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang ada di dalam Alquran tetapi tidak cukup

misalnya dalam kasus diatas, yaitu harta warisan berjumlah Rp 63.000.000 sedangkan

perhitungan bagia ahli waris yang ditetapkan bagiannya akan berjumlah Rp

31.500.000,00 + Rp 42.000.000,00 = Rp 73.000.500,00. Sehubungan kasus

dimaksud, dalam hal ini berlaku yang dinamakan AWL, yaitu suami seharusnya 1/2

37

Page 46: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

sama dengan 3/6 dan dua orang saudara perempuan seharusnya menerima 2/3 atau

4/6 sehingga menjadi: 3/6 + 4/6 = 7/6. Perbandingannya 3:4. Dengan demikian,

pembagiannya disesuaikan dengan perbandingan, yaitu

Suami menerima 3/7 X Rp 63.000.000,00 = Rp 27.000.000,00

Dua orang saudara pr 4/7 X Rp 63.000.000,00 = Rp 36.000.000,00

Jumlah = Rp 63.000.000,00

b. Rad

Rad adalah sisa dari harta warisan sesudah dikeluarkan bagian dzul faraid,

sisa itu disebut oleh Hazairin sisa kecil, maka sisa tersebut harus ditambahkan kepada

semua dzul faraid secara berimbang. Dengan perkataan lain, rad adalah pengembalian

sisa dibagi secara berimbang kepada semua dzul faraid.33

Contoh:

Pembagian:

a = 1/8 X h.w; Alquran Surah An-Nisa ayat 12d

b,c,d = 2/3 X h.w; Alquran Surah An-Nisa ayat 11b

e = 1/6 X h.w; Alquran Surah An-Nisa ayat 11d

f = 0 terhalang dari ibunya

a + b + c + d + e + f = 1/8 + 2/3 + 1/6 + 0 33 Hazairin dan Imam Syafie berpendapat bahwa janda atau duda, meskipun mempunyai status dzul faraid, dikecualikan memperoleh sisa bagi. Sebab, janda atau duda tidak mempunyai hubungan darah dengan si pewaris, yaitu berdasarkan Alquran Surah Al-Anfal ayat 75. dalam hubungan ini Sajuti Thalib berpendapat bahwa rad dapat diberikan kepada janda dan/atau duda, oleh karena : (1) dalam hal awl semua dzul faraid dikenakan pengurangan secara berimbang (termasuk janda atau duda). Kalau dalam hal rad janda atau duda tidak memperoleh pembagian maka jalan pikiran dimaksud, tidak konsisten; (2) dalam Alquran sudah digariskan bahwa anak, bapak/ibu, janda atau duda, dan saudara memperoleh bagian kewarisan, maka dalam hal rad semestinya juga diikuti.

38

Page 47: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

= 3/24 + 16/24 + 4/24 + 0

= 23/24

Jadi, ada sisa = 1-23/24 = 24/24 -23/24 = 1/24. Angka inilah yang di-rad-kan kepada

dzul faraid. Artinya dikembalikan kepada mereka secara berimbang. Oleh karena itu,

untuk menentukan berapa besar tambahan mereka masing-masing, harus dilihat

dahulu bagian perolehan mereka masing-masing dalam pembagian yang pertama,

yaitu

a = 3/24

b,c, dan d = 16/24

e = 4/24

Dengan demikian, perbandingan perolrhan mereka, yaitu 3: 16 : 4. Jumlahnya 3 + 16

+ 4 = 23. Angka ini dijadikan pembagi sehingga :

a mendapat tambahan = 3/23 X 1/24 = 3/552

b,c,dan d mendapat tambahan = 16/23 X 1/24 = 16/552

e mendapat tambahan = 4/23 X 1/24 = 4/552

Jadi, pembagian terakhir:

a = 1/8 + 3/552 = 69/552 + 3/552 = 72/552

b,c, dan d = 2/3 + 16/552 = 368/552 + 16/552 = 384/552

e = 1/6 + 4/552 = 92/552 + 4/552 = 96/552

a + b, c dan d + e = 72/552 + 384/552 + 96/552 = 552/552=1

contoh: seorang suami meninggal dunia tahun 2003. Ia meninggalkan seorang istri,

dua orang anak yang terdiri atas seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan,

39

Page 48: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

dua orang cucu yang terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan melalui

anak perempuan yang meninggal tahun 2002, dan seorang ibu. Harta warisan yang

ditinggalkan oleh pewaris adalah senilai Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta

rupiah)

Penentuan porsi pembagian harta warisan adalah sebagai berikut.

A + (B + C + d + e ) + F = 1/8 + (2/3) + 1/6 = 3/24 + 16/24 + 4/24 = 23/24

Jadi, ada sisa = 1-23/24 = 24/24-23/24 = 1/24. Angka inilah yang di-rad-kan kepada

dzul faraid. artinya dikembalikan kepada mereka secara berimbang. Oleh karena itu,

untuk menentukan berapa besar tambahan mereka masing-masing, harus dilihat

dahulu bagian perolehan mereka masing-masing dalam pembagian yang pertama,

yaitu

A = 3/24

B, C, d dan e = 16/24

F = 4/24

Dengan demikian, perbandingan perolehan mereka, yaitu 3:16 :4, jumlahnya 3 + 16 +

4 = 23. angka ini dijadikan pembagi sehingga

A mendapat tambahan = 3/23 X 1/24 = 3/552

B, C, d dan e mendapat tambahan = 16/23 X 1/24 = 16/552

F mendapat tambahan = 4/23 X 1/24 = 4/552

Jadi, pembagian terakhir:

A = 1/8 + 3/552 = 69/552 + 3/552 = 72/552

B, C, d, dan e = 2/3 + 16/552 = 368/552 + 16/552 = 384/552

40

Page 49: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

F = 1/6 + 4/552 = 92/552 + 4/552 = 96/552

A + B, C, d dan e +F = 72/552 + 384/552 + 96/552 = 552/552 =1

Berdasarkan rumusan porsi pembagian ahli waris tersebut, maka:

Istri mendapat = 72/552 XRp 75.000.000,00 = Rp 9.782.609,00

Anak dan Cucu + 384/552 X Rp 75.000.000,00 = Rp 52.173.913,00

Ibu mendapat = 96/552 X Rp 75.000.000,00 = Rp 13.043.478,00

Jumlah = Rp 75.000.000,00

Anak dan Cucu masing-masing mendapat bagian sebagai berikut

Anak laki-laki = Rp 26.086.957,00

Anak peremouan = Rp 13.043.478,00

Cucu laki-laki melalui anak perempuan = Rp 8.695.652,00

Cucu perempuan melalui anak perempuan = Rp 4.347.826,00

Jumlah = Rp 52.173.913,0034

2. Hukum Waris Adat

Menurut pendapat para ahli mengenai hukum waris adat adalah sebagai berikut.

a. Betrand Ter Haar

34 H. Zainuddin Ali,op.cit, hal. 66-72

41

Page 50: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Hukum waris adat adalah proses penerusan dan peralihan kekayaan materiil dan

immateriil dari turunan ke turunan.35

b. Soepomo

Hukum adat waris memuat peraturan –peraturan yang mengatur proses meneruskan

serta mengoper barang-barang benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda

(immateriele goederen) dari suatu angkatan manusia (generatie) kepada

turunannya.36

ng immaterial dari seseorang yang telah

eninggal dunia kepada ahli warisnya.37

ara Republik

Indonesia terdiri atas : (a) pewaris, (b) harta warisan, dan (c) ahli waris.

c. Soerojo Wignjodipoero

Hukum adat waris meliputi norma-norma hokum yang menetapkan harta kekayaan

baik yang bersifat meteriil maupun ya

m

a. Unsur – unsur Hukum Waris Adat

Unsur – unsur hukum waris adat masyarakat yang mendiami neg

1. Pewaris

35 Betrand Ter Harr, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Terjemahan K. Ng. Soebakti

Poesponoto. (Surabaya: Fajar, 1953), hal. 197. 36 Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, Cetakan ke-13, (Jakarta:Pradnya Paramita, 1993),

hal. 79. 37 Soerojo Wignjodipoero. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Cet. Ke-8, (Jakarta: Haji Masagung, 1989), hlm. 161.

42

Page 51: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Pewaris adalah orang yang telah meninggal dunia dan meninggalkan sesuatu

yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup, baik keluarga melalui

hubungan kekerabatan, perkawinan maupun keluarga melalui persekutuan hidup

dalam rumah tangga. Pengalihan harta kepada keluarga yang disebutkan terakhir

ini, biasanya bersifat jaminan keluarga yang diberikan oleh ahli waris melalui

pembagiannya. Oleh karena itu, yang tergolong sebagai pewaris adalah : (a) orang

tua (ayah dan ibu ), (b) saudara – saudara yang belum berkeluarga atau yang sudah

erkeluarga tetapi tidak mempunyai keturunan, dan (c) suami atau istri yang

an yang ditinggalkan oleh seseorang yang

meni gal d

en Donggala yang menetapkan harta bawaan atau

b

meninggal dunia.

2. Harta Warisan

Harta warisan adalah harta kekaya

ng unia kepada ahli warisnya. Harta warisan itu terdiri atas :

1. Harta Bawaan atau Harta Asal

Harta bawaan atau harta asal adalah harta yang dimiliki seseorang

sebelum kawin dan harta itu akan kembali kepada keluarganya bila ia

meninggal tanpa anak, Sebagai contoh, Putusan Pengadilan Agama dan

Pengadilan Negeri Kabupat

harta asal kembali kepada keluarga si pewaris bila ia meninggal tidak

mempunyai anak, yaitu38 :

38 Putusan pengadilan diambil dari registrasi Pengadilan Agama dan Pengadilan Negeri Kabupaten Donggala tahun 1990-1993. H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 4

43

Page 52: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

(1) Maryam versus Husen cs, putusan penetapan harta bawaan Nomor

79/Pdt.G/1993/PA. Palu, 28 Juli 1993

sus Erna Djempa, putusan Nomor 46/Pdt. G/1992/PN.

arang

nai harta bersama, yaitu:

1993;

s Husen cs, putusan penetapan harta bersama Nomor

runannya. Sebagai contoh, Harta pusaka tinggi diminang,

suku Kaili, alat rumah tangga, alat dapur dan

semacamnya.39

4. Harta yang Menunggu

(2) Marcopolo cs ver

Palu, 29 Maret 1993.

2. Harta Perkawinan

Harta bersama dalam perkawinan adalah harta yang diperoleh dari

hasil usaha suami-istri selama dalam ikatan perkawinan (waramp

sibalireso). Sebagai contoh dapat disebut putusan Pengadilan Agama dan

Pengadilan Negeri Kabupaten Donggala menge

(1) Abbas cs versus Drs. Damir Thalib, putusan penetapan harta bersama

Nomor 38/Pdt.G/1993/PA. Palu, 15 Juli

(2) Maryam versu

79/Pdt.G/1993/PA. Palu, 28 Juli 1993.

3. Harta Pusaka

Harta pusaka yang disebut mbara-mbara nimana adalah harta warisan

yang hanya diwariskan kepada ahli waris tertentu karena sifatnya tidak

terbagi, melainkan hanya dinikmati/dimanfaatkan bersama oleh semua ahli

waris dan ketu

pakaian adat perkawinan

39 Ibid.

44

Page 53: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Harta yang menunggu adalah harta yang akan diterima oleh ahli waris,

tetapi karena satu-satunya ahli waris yang akan menerimaharta itu tidak

diketahui di mana ia berada.

3. Ahli Waris

Ahli waris adalah orang yang berhak mewarisi harta peninggalan pewaris,

yakni anak kandung, orang tua, saudara, ahli waris pengganti (pasambei), dan orang

yang mempunyai hubungan perkawinan dengan pewaris (janda atau duda). Selain

itu dikenal juga anak angkat, anak tiri, dan anak luar kawin, yang biasanya

diberikan bagian harta warisan dari ahli waris bila para ahli waris membagi harta

warisan di antara mereka. Selain itu, biasa juga diberikan harta dari pewaris, baik

melalui wasiat maupun melalui hibah.40

b. Penetapan Harta Warisan

Penetapan harta peninggalan seseorang yang telah meninggal dunia sebagai

harta warisan terlebih dahulu memenuhi ketentuan sebagaimana berlaku dalam

ungkapan hukum adat sossora, yaitu apabila seseorang telah meninggal dunia dan

mempunyai utang, maka didahulukan pembayaran utangnya kemudian diselesaikan

penyelenggaraan pemakaman jenazahnya. Sesudah jenazah pewaris dikuburkan,

maka ditunaikan wasiat pewaris. Ungkapan hukum adat sassora diatas,

menunjukkan bahwa dalam harta peninggalan seseorang masih terkait dengan hak- 40 H. Zainudin Ali, loc.cit, hal. 6

45

Page 54: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

hak orang lain sehingga sebelum harta peninggalan seseorang dibagi oleh ahli

warisnya, terlebuh dahulu diselesaikan secara berurut hal – hal sebagai berikut.

(1) Melunasi Utang Pewaris

(2) Mengeluarkan Biaya Pengurusan Jenazah

(3) Menunaikan Wasiat Pewaris

c. Asas- Asas Hukum Waris Adat

1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian Diri

Asas ketuhanan dan pengendalian diri, yaitu adanya kesadaran bagi para ahli waris

bahwa rezeki berupa harta kekayaan manusia yang dapat dikuasai dan dimiliki

merupakan karunia dan keridhaan Tuhan atas keberadaan harta kekayaan.

2. Asas Kesamaan dan Kebersamaan Hak

Asas kesamaan dan kebersamaan hak, yaitu setiap ahli waris mempunyai

kedudukan yang sama sebagai orang yang berhak untuk mewarisi harta peninggalan

pewarisnya, seimbang antara hak dan kewajiban tanggung jawab bagi setiap ahli

waris untuk memperoleh harta warisan.

3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan

Asas kerukunan dan kekeluargaan, yaitu para ahli waris mempertahankan untuk

memelihara hubungan kekerabatan yang tenteram dan damai, baik dalam

46

Page 55: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

menikmati dan memanfaatkan harta warisan tidak terbagi maupun dalam

menyelesaikan pembagian harta warisan terbagi.

4. Asas Musyawarah dan Mufakat

Asas musyawarah dan mufakat, yaitu para ahli waris membagi harta warisannya

melalui musyawarah yang dipimpin oleh ahli waris yang dituakan dan bila terjadi

kesepakatan dalam pembagian harta warisan, kesepakatan itu bersifat tulus ikhlas

yang dikemukakan dengan perkataan yang baik yang keluar dari hati nurani pada

setiap ahli waris.

5. Asas Keadilan

Asas keadilan, yaitu para ahli waris membagi harta warisannya melalui

musyawarah yang dipimpin oleh ahli waris yang dituakan dan bila terjadi

kesepakatan dalam pembagian harta warisan, kesepakatan itu bersifat tulus ikhlas

maupun bagian sebagai bukan ahli waris, melainkan bagian jaminan harta sebagai

anggota keluarga pewaris.41

3. Hukum Waris Eropa (BW)

Hukum waris Eropa yang dimuat dalam Burgerlijk Wetboek (selanjutnya

disebut BW) adalah kumpulan peraturan yang mengatur mengenai kekayaan karena

wafatnya seseorang, yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si

41 H. Zainudin Ali, loc.cit, hal. 2-9

47

Page 56: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya, baik

dalam hubungan antara mereka denga pihak ketiga42

Kekayaan dalam pengertian waris di atas adalah sejumlah harta kekayaan

yang ditinggalkan seseorang yang meninggal dunia berupa kumpulan aktiva dan

pasiva. Namun, pada dasarnya proses beralihnya harta kekayaan seseorang kepada

ahli warisnya, yang dinamakan pewarisan, terjadi karena adanya kematian. Oleh

karena itu, unsure-unsur terjadinya pewarisan mempunyai tiga persyaratan sebagai

berikut :

a. Ada orang yang meninngal dunia;

b. Ada orang yang masih hidup, sebagai ahli waris yang akan memperoleh

warisan pada saat pewaris meninggal dunia

c. Ada sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh pewaris.

Hukum waris menurut BW berlaku asas: “ apabila seseorang meninggal

dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian

ahli warisnya “.43 Hak –hak dan kewajiban dimaksud, yang beralih kepada ahli waris

adalah termasuk ruang lingkup harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang

dapat dinilai dengan uang

Ciri khas hukum waris perdata Barat atau BW antara lain : adanya hak mutlak

dari para ahli waris masing – masing untuk sewaktu-waktu menuntut pembagian dari

42 Lihat, A. Pitlo, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-udang Hukum Perdata. Terjemahan

M. Isa Arief. Jakarta: Intermasa, 1979, hal. 1. 43 R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata:(Jakarta:Intermasa, 1997) hal. 79

48

Page 57: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

harta warisan. Hal itu berarti bila seseorang ahli waris menuntut pembagian harta

warisan dipengadilan, maka tuntutan dimaksud, tidak dapat ditolak oleh ahli waris

yang lainnya. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 1066 BW sebagai berikut:

1. Seseorang yang mempunyai hak atas sebagian dari harta peninggalan

tidak dapat dipaksa untuk membiarkan harta benda peninggalan dalam

keadaan tidak terbagi-bagi di antara para ahli waris yang ada.

2. Pembagian harta benda peninggalan itu selalu dapat dituntut walaupun ada

perjanjian yang melarang hal tersebut.

3. Perjanjian penangguhan pembagian harta peninggalan dapat saja

dilakukan hanya beberapa waktu tertentu.

4. Perjanjian penangguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama lima

tahun, namun dapat diperbarui jika masih dikehendaki oleh para pihak.

Hukum waris Perdata Barat diatur dalam Buku II Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (BW). Yaitu yang mengatur tentang Benda. Hal ini didasari oleh

pemikiran: (1) memperoleh warisan merupakan satu cara untuk memperoleh harta

benda, dan (2) falsafah hidup orang Barat pada umumnya bersifat marerialistis dan

individualistis.

Dalam Kitab Undang –Undang Hukum Perdata di Indonesia ada dua cara

untuk mendapatkan harta warisan, yaitu

1. Sebagai ahli waris menurut ketentuan undang-undang (ab intestato).

2. Karena seorang ditunjuk dalam surat wasiat (testamentair).

49

Page 58: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Pasal 834 BW mengungkapkan bahwa seorang ahli waris berhak untuk

menuntut segala apa saja yang termasuk harta peninggalan agar diserahkan

kepadanya, berdasarkan haknya sebagai ahli waris. Pemilik hak dimaksud mirip

dengan hak seorang pemilik benda.

Hak menuntut ahli waris dimaksud, hanya terbatas pada seseorang yang

menguasai suatu harta warisan dengan maksud untuk memilikinya. Jadi, penuntutan

ini tidak dapat dilakukan terhadap pelaksanaan wasiat (executeur testamentair),

seorang curator atas harta peniggalan yang tidak terurus dan penyewa dari benda

warisan.44

a. Harta Warisan dalam Sistem Hukum Waris Eropa

Harta warisan dalam sistem hukum waris Eropa atau sistem hukum perdata

yang bersumber pada BW meliputi seluruh harta benda beserta hak dan kewajiban

pewaris dalam lapangan hukum harta kekayaan yang dapat dinilai dengan uang.

Namun ketentuan tersebut ada beberapa pengecualian, yaitu hak dan kewajiban dalam

lapangan hukum harta kekayaan yang tidak dapat beralih kepada ahli waris antara

lain :

1. Hak untuk memungut hasil (vruchtgebruik).

2. Perjanjian perburuhan, dengan pekerjaan yang harus dilakukan bersifat

pribadi.

44 H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 83.

50

Page 59: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

3. Perjanjian perkongsian dagang, baik yang berbentuk maatcschap menurut BW

maupun firma menurut WvK, sebab perkongsian ini berakhir dengan

meninggalnya salah seorang anggota atau persero.

Pengecualian lain, yaitu ada beberapa hak yang terletak dalam lapangan

hukum keluarga, tetapi dapat diwariskan kepada ahli waris pemilik hak, yaitu

a. hak seorang ayah untuk menyangkal sahnya seorang anak

b. hak seorang anak untuk menuntut supaya ia dinyatakan sebagai anak sah dari

ayah atau ibunya.

Sistem hukum waris BW tidak mengenal harta asal dan harta perkawinan atau

harta gono – gini. Sebab, harta warisan dalam BW dari siapa pun juga merupakan

“kesatuan” yang secara bulat dan utuh dalam keseluruhan akan beralih dari tangan si

peninggal harta warisan atau pewaris kepada seluruh ahli warisnya. Hal ini berarti

dalam system pembagian harta warisan dalam BW tidak dikenal perbedaan

pengaturan atas dasar asal – usul harta yang ditinggalkan oleh pewaris seperti yang

diungkapkan dalam pasal 849 BW, “Undang-undang tidak memandang akan sifat

atau asal dari barang– barang dalam sesuatu harta peninggalan untuk mengatur

pewarisan terhadapnya”.

b. Pewaris dan Dasar Hukum dalam Sistem Hukum Waris BW

Pewaris adalah seseorang yang meninggal dunia, baik laki-laki atau

perempuan yang meninggalkan sejumlah harta kekayaan maupun hak-hak yang

51

Page 60: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

diperoleh beserta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan selama hidupnya,

baik dengan surat wasiat maupun tanpa surat wasiat.

Dasar hukum bagi ahli waris untuk mewarisi sejumlah harta pewaris menurut

sistem hukum waris BW adalah sebagai berikut :

a. Menurut ketentuan undang-undang.

b. Ditunjuk dalam surat wasiat45

Dasar hukum tersebut menetukan bahwa untuk melanjutkan kedudukan

hukum bagi harta seseorang yang meninggal, sedapat mungkin disesuaikan dengan

kehendak dari orang yang meninggal itu.Undang –undang berprinsip bahwa

seseorang bebas menentukan kehendaknya tentang harta kekayaannya setelah ia

meninggal dunia. Namun, bila orang dimaksud tidak menetukan sendiri ketika ia

masih hidup tentang apa yang akan terjadi terhadap harta kekayaannya, dalam hal

demikian undang-undang kembali akan menentukan perihal pengaturan harta yang

ditinggalkan oleh seseorang dimaksud.

Di samping itu, peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum

bagi seseorang yang akan menjadi ahli waris terhadap seseorang yang meninggal

dunia adalah surat wasiat. Surat wasiat atau testamen adalah suatu pernyataan dari

sesorang tentang apa yang dikehendaki setelah ia meninggal dunia. Sifat utama surat

wasiat adalah mempunyai kekuatan berlaku sesudah pembuat surat wasiat meninggal

dunia dan tidak dapat ditarik kembali.

45 R. Subekti, op.cit, hal. 78.

52

Page 61: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

c. Ahli Waris Sistem BW dan Porsi Bagiannya

Peraturan perundang-undangan di dalam BW telah menetapkan keluarga yang

berhak menjadi ahli waris, serta porsi pembagian harta warisannya.

Ahli waris menurut peraturan perundang-undangan, yaitu istri atau suami

yang ditinggalkan dan keluarga sah atau tidak sah dari pewaris. Ahli waris menurut

peraturan undang – undang atau ahli waris ab intestato berdasarkan hubungan darah

terdapat empat golongan sebagai berikut.

a. Golongan Pertama

Golongan pertama adalah keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak

– anak beserta keturunannya serta suami dan/atau istri yang ditinggalkan/

yang hidup paling lama. Bagian golongan pertama yang meliputi anggota

keluarga dalam garis lurus kebawah, yaitu anak-anak beserta keturunannya,

janda dan/atau duda yang ditinggalkan/ yang hidup paling lama, masing-

masing memperoleh satu bagian yang sama.oleh karena itu, bila terdapat

empat orang anak dan janda maka mereka masing-masing mendapat hak 1/5

bagian dari harta warisan. Apabila salah seorang anak telah meninggal dunia

lebih dahulu dari pewaris tetapi mempunyai lima orang anak. Yaitu cucu-cucu

pewaris, maka bagian anak yang seperlima dibagi di antara anak-anaknya

yang menggantikan kedudukan ayahnya yang telah meninggal (dalam sistem

hukum waris BW disebut plaatsvervulling dan dalam sistem hukum waris

Islam disebut ahli waris pengganti dan dalam sitem hukum waris adat disebut

ahli waris pasembai) sehingga masing-masing cucu memperoleh 1/25 bagian.

53

Page 62: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

b. Golongan kedua

Golongan kedua adalah keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tua

dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunannya. Bagi

orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian mereka tidak

akan kurang 1/4 (seperempat) bagian dari harta peninggalan, walaupun

mereka menjadi ahli waris bersama saudara pewaris. Oleh karena itu, bila

terdapat tiga orang saudara yang menjadi ahli waris bersama-sama dengan

ayah dan ibu, maka ayah dan ibu masing-masing akan memperoleh 1/4

bagian dari seluruh harta warisan; sedangkan separuh dari harta warisan itu

akan diwarisi oleh tiga orang saudara yang masing – masing memperoleh 1/6

bagian. Jika ibu atau ayah salah seorang sudah meninggal dunia maka yang

hidup paling lama akan memperoleh sebagai berikut.

(1) 1/2 (setengah) bagian dari seluruh harta warisan, jika ia menjadi ahli

waris bersama dengan seorang saudaranya, baik laki-laki maupun perempuan

sama saja.

(2) 1/3 (sepertiga) bagian dari seluruh harta warisan, bila ia menjadi ahli

waris bersama – sama dengan dua orang saudara pewaris.

(3) 1/4 ( seperempat) bagian dari seluruh harta warisan, bila ia menjadi

ahli waris bersama-sama dengan tiga orang atau lebih saudara pewaris

c. Golongan Ketiga

Golongan ketiga adalah ahli waris yang meliputi kakek, nenek dan leluhur

selanjutnya ke atas dari pewaris. Ahli waris golongan ketiga terdiri atas

54

Page 63: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

keluarga dari garis lurus ke atas setelah ayah dan ibu, yaitu kakek dan nenek

serta terus ke atas tanpa batas dari pewaris. Hal dimaksud, menjadi ahli waris.

Oleh karena itu, bila pewaris sama sekali tidak meninggalkan ahli waris

golongan pertama dan kedua. Dalam kondisi seperti ini sebelum harta warisan

dibagi, terlebih dahulu harus dibagi dua (kloving), selanjutnya separuh yang

satu merupakan bagian sanak keluarga dari garis ayah pewaris, dan bagian

yang separuhnya lagi merupakan bagian sanak keluarga dari garis ibu pewaris.

Bagian yang masing-masing separuh hasil kloving itu harus diberikan pada

kakek pewaris untuk bagian dari garis ayah; sedangkan untuk bagian dari

garis ibu harus diberikan kepada nenek.

d. Golongan Keempat

Ahli waris golongan keempat meliputi anggota keluarga dalam garis ke

samping dan sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam. Hal dimaksud,

terdiri atas keluarga garis samping, yaitu paman dan bibi serta keturunannya,

baik dari garis pihak ayah maupun garis dari pihak ibu. Keturunan paman dan

bibi sampai derajat keenam dihitung dari simayit atau yang meninggal (

pewaris),dan saudara kakek dan nenek beserta keturunannya sampai derajat

keenam dihitung dari simayit (yang meninggal). Apabila bagian dari garis ibu

sama sekali tidak ada ahli waris sampai derajat keenam maka bagian dari garis

ibu jatuh kepada para ahli waris dari garis ayah. Demikian pula sebaliknya.

Dalam pasal 832 ayat (2) BW disebutkan : “apabila ahli waris yang berhak

atas harta peninggalan sama sekali tidak ada, maka seluruh harta peninggalan

55

Page 64: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

jatuh menjadi milik negara, selanjutnya negara wajib melunasi utang-utang si

peninggal harta warisan, sepanjang harta warisan itu mencukupi”.

Cara pembagian harta warisan golongan keempat sama dengan ahli

waris golongan ketiga, yaitu harta warisan dibagi dua, satu bagian untuk paman

dan bibi serta keturunannya dari garis ayah dan satu bagian lagi untuk paman dan

bibi serta keturunannya dari garis ibu.46

1. Ahli Waris Karena Wasiat

Menurut pasal 874 s.d. pasal 894, pasal 913 s.d. pasal 929 dan pasal 930 s.d. pasal

1022 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata )

mengatur tentang seseorang, dua orang dan/atau beberapa orang untuk menjadi

ahli waris berdasarkan wasiat.

Menurut pasal 874 harta peninggalan seseorang yang meninggal dunia adalah

kepunyaan ahli waris menurut undang-undang, tetapi pewaris dengan surat wasiat

dapat menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang termuat dalam undang-undang.

Oleh karena itu, surat wasiat yang dilakukan oleh pewaris dapat menunjuk

seseorang atau beberapa orang menjadi ahli waris yang disebut erfstelling.

Erfstelling adalah orang yang ditunjuk melalui surat wasiat untuk menerima harta

peninggalan pewaris. Orang yang menerima wasiat itu disebut testamentaire

erfgenaam. Testamentaire erfgenaam adalah ahli waris menurut wasiat. Ahli waris

dimaksud, menurut undang-undang adalah ahli waris yang memperoleh segala

46 H. Zainudin Ali, op.cit, hal. 87-91.

56

Page 65: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

hak dan kewajiban si meninggal onder algemene titel47. Oleh karena itu, catatan

para ahli waris dalam garis lurus, baik ke atas maupun ke bawah tidak dapat

dikecualikan sama sekali. Menurut undang-undang, mereka dijamin dengan

adanya legitieme portie (bagian mutlak). Ahli waris yang menerima legitieme

portie disebut legitimaris.

Porsi bagian ahli waris karena wasiat mengandung asas bahwa apabila pewaris

mempunyai ahli waris yang merupakan keluarga sedarah, maka bagiannya tidak

boleh mengurangi bagian mutlak dari para legitimaris.

Dari keempat golongan ahli waris yang telah diuraikan dan dicontohkan diatas,

berlaku ketentuan bahwa golongan yang terdahulu menutup golongan yang

kemudian. Karena itu, jika ada golongan kesatu, maka golongan kedua, ketiga dan

keempat tidak menjadi ahli waris, dan seterusnya.

d. Ahli Waris yang Tidak Patut Menerima Harta Warisan

Ahli waris yang tidak patut menerima harta warisan menurut peraturan

perundang – undangan sebagai berikut :

a. Ahli waris yang dengan putusan hakim telah dihukum karena dipersalahkan

membunuh atau setidaknya mencoba membunuh pewaris.

b. Ahali waris yang dengan putusan hakim telah dihukum karena dipersalahkan

memfitnah dan mengadukan pewaris, bahwa pewaris melakukan kejahatan

yang diancam hukuman penjara empat tahun lebih.

47 R. Subekti, Op. cit, hlm. 107.

57

Page 66: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

c. Ahli waris yang dengan kekerasan telah nyata-nyata menghalangi atau

mencegah pewaris untuk membuat atau menarik kembali surat wasiat.

d. Ahli waris yang telah menggelapkan, memusnahkan, dan memalsukan surat

wasiat.48

Apabila ternyata ahli waris yang tidak patut ini mengasai sebagian atau

seluruh harta peninggalan dan ia berpura-pura sebagai ahli waris, ia wajib

mengembalikan semua harta yang dikuasainya termasuki hasil-hasil yang telah

dimanfaatkan atau dinikmatinya.

C. Hukum Tanah di Indonesia

Hukum tanah yang baru atau hukum tanah nasional mulai berlaku sejak 24

September 1960, dimuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

1960 dengan judul resmi “Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria”, atau yang lebih

dikenal dengan sebutan Undang-undang Pokok Agraria (UUPA).

UUPA mengakhiri berlakunya peraturan-peraturan hukum tanah kolonial, dan

sekaligus mengakhiri dualisme atau pluralisme hukum tanah di Indonesia, serta

menciptakan dasar-dasar bagi pembangunan hukum tanah nasional yang tunggal

berdasarkan hukum adat sebagai hukum nasional Indonesia yang asli.49

48 Erman Suparman, Intisari Hukum Waris Indonesia, (Bandung: Mandar Madju, 1991), hal.

25. 49 “Pembentukan UUPA dan Perkembangan Hukum Tanah Di Indonesia”,artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari http://image, ymfreaklawyers.multiply.multiplycontent.com

58

Page 67: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

1. Fungsi Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)

1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan menciptakan unifikasi

serta kodifikasi Hukum Agraria (Tanah) Nasional yang didasarkan pada

Hukum (Tanah) Adat

a. Penghapusan dualisme Hukum Tanah yang lama tersebut dilakukan

dengan cara sebagaimana yang tertuang di dalam diktum

“Memutuskan” dari UUPA, yakni mencabut:

b. Seluruh pasal 51 Indische Staatsregeling yang didalamnya termasuk

juga ayat-ayat yang merupakan Agrarische Wet (stbl. 1870-55);

c. Semua Domein Veklaring dari pemerintah Hindia Belanda baik

yang umum maupun yang khusus;

d. Peraturan mengenai Agrarische Eigendom yang dituangkan ke

dalam Koninklijk Besluit tanggal 16 April 1872 No. 29 (Stbl. 1872-

117 jo. Stbl. 1873-38);

e. Buku Kedua KUH-Perdata sepanjang yang mengenai bumi, air serta

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya kecuali ketentuan-

ketentuan mengenai hipotik.

59

Page 68: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

f. Dalam hal ini secara implisit ikut terhapus juga ketentuan-ketentuan

tentang larangan pengasingan tanah (Grond Vervreemding Verbod

Stbl. 1875-179).

2. Mengadakan unifikasi hak-hak atas tanah dan hak-hak jaminan atas tanah

melalui ketentuan-ketentuan konversi (Diktum ke-2 UUPA).

3. Meletakkan landasan hukum untuk pembangunan Hukum Agraria (Tanah)

Nasional, misalnya pasal 17 UUPA mengenai Landreform

2. Tujuan Undang- Undang Pokok Agraria

1. Menciptakan unifikasi Hukum Agraria dengan cara:

a. Menyatakan tidak berlaku lagi (mencabut/menghapus) produk peraturan-

peraturan hukum tanah yang lama

b. Menyatakan berlakunya Hukum Tanah Nasional berdasarkan Hukum Tanah

Adat yang tidak tertulis, sebagai bahan penyusunan hukum tanah nasional.

2. Menciptakan unifikasi hak-hak penguasaan atas tanah (hak-hak atas tanah dan hak

jaminan atas tanah) melalui ketentuan konversi:

a. Tanah-tanah hak barat maupun tanah-tanah hak Indonesia sebagai

hubungan konkrit, dikonversi (diubah) menjadi hak-hak atas tanah menurut

UUPA secara serentak dan demi hukum (rechtswege), terhitung mulai tanggal

24 September 1960.

60

Page 69: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

b. Hak-hak jaminan atas tanah, yaitu hipotik dan credietverband (pasal 1162

KUH-Perdata pasal 15 Stbl. 1908-542) diubah demi hukum terhitung mulai

tanggal 24 September 1960, menjadi Hak Tanggungan (pasal 51 UUPA &

pasal IV Ketentuan Konversi UUPA jo. UU no. 4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan dengan Tanah).

3. Hubungan Fungsional Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Sebagai

Hukum Tanah Nasional Dengan Hukum Adat

Hubungan fungsional tersebut dapat kita temukan di dalam ketentuan-ketentuan

UUPA sendiri, yaitu:

a. Konsiderans “Berpendapat”, huruf “a” :

“Bahwa perlu adanya Hukum Agraria Nasional yang berdasarkan Hukum Adat

tentang tanah”.

b. Pasal 5:

“Bahwa Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah

Hukum Adat”.

c. Penjelasan Umum III/1:

“Bahwa Hukum Agraria yang baru didasarkan pada ketentuan-ketentuan Hukum

Adat, sebagai hukum yang asli, yang disempurnakan dan disesuaikan dengan

kepentingan masyarakat dalam negara yang modern dan dalam hubungannya dengan

dunia Internasional, dan seterusnya....”

61

Page 70: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Hukum Adat yang Dimaksud di dalam Undang-Undang Pokok Agraria

a. Formal: “... bagian dari hukum positif Indonesia yang berlaku sebagai hukum

yang hidup dalam bentuk tidak tertulis di kalangan orang-orang Indonesia asli

yang mengandung ciri-ciri nasional, yaitu ...”

b. Material: “... sifat kemasyarakatan yang berasaskan keseimbangan dan diliputi

suasana keagamaan”.

4. Pengertian Substansi Hukum Adat

Dengan pengertian yang demikian, maka apa yang disebut Hukum Adat tidak

harus diartikan semata-mata sebagai rangkaian norma-norma hukum saja, akan tetapi

meliputi juga:

Konsepsi (ajaran, teori);

Asas-asas (yang merupakan perwujudan dari konsepsi);

Lembaga-lembaga hukum;

Sistem (tata susunan yang teratur).

Konsepsi Hak Penguasaan atas Tanah Menurut Hukum Tanah Nasional

62

Page 71: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Hak penguasaan atas tanah adalah suatu hubungan hukum yang memberi

wewenang untuk berbuat sesuatu kepada subyek hukum (orang/badan hukum)

terhadap obyek hukumnya, yaitu tanah yang dikuasainya

Berdasarkan kewenangannya, hak penguasaan tanah menurut UUPA dibagi

menjadi :

1. Hak Penguasaan atas tanah yang mempunyai kewenangan khusus yaitu

kewenangan yang bersifat publik dan perdata.

2. Hak Penguasaan atas tanah yang memberi kewenangan yang bersifat

umum yaitu kewenangan di bidang perdata dalam penguasaan dan

penggunaan tanah sesuai dengan jenis-jenis hak atas tanah yang diberikan

(Hak Perorangan atas Tanah)

Hak Penguasaan atas Tanah yang Mempunyai Kewenangan Khusus yaitu

Kewenangan yang Bersifat Publik dan Perdata

Dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Hak Bangsa Indonesia (Pasal 1 UUPA)

Adalah suatu hubungan yang bersifat abadi antara bangsa Indonesia dengan

tanah di seluruh wilayah Indonesia dengan subyeknya bangsa Indonesia. Hak Bangsa

Indonesia merupakan hak penguasaan atas tanah yang tertinggi di Indonesia.

b. Hak Menguasai Negara (Pasal 2 UUPA)

Negara sebagai organisasi kekuasaan tertinggi seluruh rakyat melaksanakan

tugas untuk memimpin dan mengatur kewenangan bangsa Indonesia (kewenangan

63

Page 72: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

publik). Melalui hak menguasai negara, negara akan dapat senantiasa mengendalikan

atau mengarahkan fungsi bumi, air, ruang angkasa sesuai dengan kebijaksanaan

pemerintah.

Adapun substansi kewenangan dalam Hak Menguasai Negara adalah:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan dan

pemeliharaan;

2. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai oleh subyek hukum

tanah;

3. Mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan

hukum yang mengenai tanah.

c. Hak Ulayat Pada Masyarakat Hukum Adat (Pasal 3 UUPA)

Hubungan hukum yang terdapat antara masyarakat hukum adat dengan tanah

lingkungannya. Hak Ulayat oleh pasal 3 UUPA diakui dengan ketentuan:

1. Sepanjang menurut kenyataannya masih ada;

2. Pelaksanaannya tidak bertentangan dengan pembangunan nasional.

Pada tanggal 24 Juni 1999 pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai

hak ulayat yaitu dengan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 5 tahun 1999, tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat

Masyarakat Hukum Adat.

Bahkan perkembangan terhadap pengakuan dan penghormatan terhadap Hak

Ulayat masyarakat hukum adat tersebut dikukuhkan di dalam perubahan ke dua UUD

64

Page 73: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

1945 oleh MPR-RI, para tanggal 18 Agustus 2000 di dalam Pasal 18B ayat (2)

disebutkan bahwa “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan

masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup sesuai

dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,

yang diatur dalam undang-undang”.

Hal itu tentunya akan memiliki implikasi yuridis dimasa mendatang terhadap

pengaturan mengenai tindakan, perbuatan hukum yang berkaitan dengan tanah Hak

Ulayat agar tidak berlanjut dampak-dampak negatif selama ini seperti dalam

berbagai kasus pelanggaran terhadap tanah Hak Ulayat di berbagai tempat.

65

Page 74: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

MACAM HAK PENGUASAAN ATAS TANAH (Berdasarkan Kewenangannya)

HAK PENGUASAAN ATAS TANAH YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN KHUSUS (Bersifat Publik dan Perdata)

HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT (Ps. 3 UUPA)

HAK MENGUASAI NEGARA (Ps. 2 UUPA)

HAK BANGSA INDONESIA (Ps. 1 UUPA)

66

HAK PERORANGAN ATAS TANAH

HAK ATAS TANAH

WAKAF

HAK MILIK ATAS SATUAN RUMAH SUSUN (uu No. 16 Th. 1985)

HAK JAMINAN ATAS TANAH (Hak Tanggungan) UU No.4/1996

HAK PENGUASAAN ATAS TANAH YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN UMUM (Bersifat Perdata)

HAT PRIMER

HAT SEKUNDER

Page 75: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

BAB III

GAMBARAN UMUM PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

DI KECAMATAN TEBET

A. Letak Geografis Kecamatan Tebet

Kecamatan Tebet terletak di Jakarta Selatan, Kecamatan ini memiliki luas

wilayah 9.53 km2. Untuk menyiapkan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade, maka

pada tahun 1960 pemerintah menyiapkan pembangunan Gedung Olahraga dan

Perkampungan Atlit di daerah Senayan. Waktu itulah penduduk didaerah Senayan

dipindahkan kedaerah Tebet.1

Sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251

Tahun 1986 Tanggal 29 Juli 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas,

Perubahan Nama Kelurahan yang sama atau kembar dan Penetapan luas wilayah

Kelurahan di DKI Jakarta, maka Kecamatan Tebet terbagi mejadi 7 (tujuh)

Kelurahan, 80 RW, 947 RT, dengan Jumlah Penduduk sampai dengan Bulan Maret

2007 adalah 238.387 Jiwa terdiri dari 125.027 laki-laki dan 113.360 perempuan, dan

59.682 Kepala Keluarga (KK) terdiri dari 48.170 laki-laki dan 10.972 perempuan,

jumlah pemegang KTP 141.677 jiwa dengan kepadatan penduduk 263 jiwa/Ha.2

1 Tebet, Jakarta Selatan, artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari:http//aby98.wordpress.com/Jakarta-selatan-tebet-kuningan. 2 Laporan penyelenggaraan pemerintah Wilayah kecamatan Tebet Jakarta Selatan, bulan Maret 2007, hal. 6

67

Page 76: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Tabel : Jumlah Penduduk

NO KELURAHAN LUAS

/ Ha RW RT

PENDUDUK

LAKI-LAKI

PENDUDUK

PEREMPUAN

JUMLAH

PENDUDUK

1 Menteng Dalam 264,1 13 139 19814 17825 37639

2 Tebet Barat 171,6 8 103 16619 16007 32626

3 Tebet Timur 138,9 11 110 13899 12897 26796

4 Kebon Baru 123,6 14 153 20185 16795 36980

5 Bukit Duri 107,4 12 152 21432 20825 42257

6 Manggarai Selatan 51,4 10 129 14857 13230 28087

7 Manggarai 95,3 12 161 18221 15781 34002

Jumlah 905,6 80 947 125027 113360 238387

Tabel : Prosentase Mata Pencaharian Penduduk

NO KELURAHAN PNS / TNI

POLRI SWASTA DAGANG LAINNYA

1 Menteng Dalam 35 40 14 11

2 Tebet Barat 29 38 16 17

3 Tebet Timur 32 35 21 12

4 Kebon Baru 35,11 44,11 11, 07 9,71

68

Page 77: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

5 Bukit Duri 33 32 19 16

6 Manggarai Selatan 21 27 16 36

7 Manggarai 25,25 28,28 12,78 33,69

Kecamatan 30,05 34,91 15,70 19,34

Batas-batas Wilayah Kecamatan Tebet :

• Utara : Kali Ciliwung (Jakarta Pusat) dan Jln. Menteng Pulo Kec. Setiabudi.

• Timur : Kali Ciliwung (Jakarta Timur).

• Selatan : Jl. Jend. Gatot Subroto dan Jln. MT. Haryono

• Barat : Kali Cideng, Kali Kuningan Timur Kec. Seiabudi3

Sedangkan Dinas Pemetaan melalui foto udara pada Tahun 1989 Wilayah

Kecamatan Tebet terletak pada 106 derajat 48,06o Bujur Timur dan 6 derajat 14,22 o

Lintang Selatan, dan berada di ketinggian 26,2 m diatas permukaan laut dengan rata-

rata curah hujan 7,3 mm/hari (sumber : BMG Jakarta Selatan). Berdasarkan RUTR

dan RBWK sampai pada tahun 2005, wilayah Kecamatan Tebet diperuntukkan

sebagai :

1. Perumahan : 51,2 %

2. Fasilitas Umum : 4,68 %

3. Jasa Komersil : 13,57 %

4. Pemerintahan : 0,04 %

5. Industri / Gudang : 3,15 %

3 Id at, hal. 7

69

Page 78: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

6. Bangunan Umum : 0,02 %

7. KDB Rendah : 0,07 %

8. Bangunan Umum : 0,04 %

9. Hijau Tanpa Bangunan : 5,05 %

10. Jalan / Saluran / Sungai : 18,64 %4

Pemeluk agama Wilayah Kecamatan Tebet sampai akhir Maret 2007

berjumlah 238.387 Jiwa, dengan perincian sebagai berikut :

Tabel : Prosentase Jumlah Pemeluk Agama

JUMLAH PEMELUK AGAMA (%) NO KELURAHAN

JUMLAH

PEND. ISLAM KATOLIK PROTESTAN HINDU BUDHA

1 Menteng Dalam 37,639 92,98 2,29 3,79 0,52 0,42

2 Tebet Barat 32,626 93,34 1,78 2,37 0,72 1,19

3 Tebet Timur 26,796 92,87 3,13 3,29 0,28 0,43

4 Kebon Baru 36,980 92,00 2,80 3,20 1,75 0,25

5 Bukit Duri 42,257 94, 95 1,54 2,25 0,35 0,91

6 Manggarai Selatan 28,087 97,13 1,08 1,42 0,13 0,24

7 Manggarai 34,002 79,13 3,97 7,5 5,1 4,4

JUMLAH 238,387 91,84 2,37 3,40 1,27 1,12

1. PENDIDIKAN

4 Ibid

70

Page 79: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Sarana Pendidikan adalah wadah untuk menciptakan insan yang cerdas

sebagai penerus dari generasi ke generasi. Tingkat SD dapat dikatakan sedah

memadai dibandingkan dengan anak usia sekolah. Hal ini disebabkan adanya

keikutsertaan dalam membangun sarana pendidikan Tingkat SD yang berstatus

swasta maupun Madrasah SDI yang pada umumnya mempunyai kurikulum dan mata

pelajaran disesuaikan dengan pendidikan pagi dan sore.5

Sarana pendidikan yang terdapat di Wilayah Kecamatan Tebet adalah seperti

tersaji dalam tabel dibawah ini :

SARANA PENDIDIKAN

SD SLTP SLTA AK /Univ.NO KELURAHAN SLB TK

N S N S N S N S

1 Menteng Dalam 1 7 2 2 1 3 - 1 . 1

2 Tebet Barat 2 8 6 5 - 5 2 4 - -

3 Tebet Timur 5 5 13 2 2 3 - 2 - -

4 Kebon Baru - 9 11 - 1 1 1 1 - -

5 Bukit Duri - 9 11 4 - 4 1 1 - 1

6 Manggarai Selatan - 6 4 1 - 1 - - - -

7 Manggarai 1 3 15 2 2 1 - 4 - -

JUMLAH 9 47 62 62 6 18 4 13 - 2

2. KESEHATAN

5 Loc.cit, hal. 17

71

Page 80: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Masalah kesehatan yang timbul akubat banjir / pasca banjir adalah

berjamgkitnya berbagai penyakit. Untuk menanggulanginya diadakan penyuluhan

tentang cara penanggulangan dan pencegahan dini oleh dokter puskesmas kepada

masyarakat.

Guna mendukung pelaksanaan Delapan Komitmenb Gubernur Pelayanan

puskesmas ditingkatkan dengan diadakannya klinik dokter jaga 24 jam dan pelayanan

kesehatan rutin yang dilaksanakan sejak pukul 08.00 s/d 15.00

WIB. Sebagai gambaran dari sarana kesehatanm yang ada diwilayah

Kecamatan Tebet sebagai berikut :

Tabel : Jumlah Sarana Kesehatan

SARANA KESEHATAN

NO KELURAHAN Rumah

Sakit

R.S.

Bersalin Puskesmas Posyandu

1 Menteng Dalam - 1 2 20

2 Tebet Barat 1 3 2 12

3 Tebet Timur - 1 1 12

4 Kebon Baru - - 1 18

5 Bukit Duri - 1 1 20

6 Manggarai Selatan - - 1 10

7 Manggarai - - 1 13

JUMLAH 1 6 9 105

72

Page 81: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Sedangkan jumlah tebaga kesehatan dapat dilihat seperti dibawah ini :

a. Tenaga Puskesmas

1. Dokter Puskesmas : 37 Orang

2. Perawat : 24 Orang

3. Bidan : 36 Orang

b. Praktek Dokter

1. Dokter Umum : 108 Orang

2. Dokter Anak : 5 Orang

3. Bidan : 50 Orang

4. Dokter Kulit / kelamin : 8 Orang

5. Dokter Spesialis : 35 Orang

6. Dokter Gigi : 68 Orang

7. Apotek / Apoteker : 21 Orang

8. Panti Pijat : 20 Orang

9. Perawat : 24 Orang

10. Klinik Bersalin : 6 Buah

11. Laboratorium : 9 Buah

12. Balai Kesehatan Masy. : 3 Buah

13. Prak. Bersama Dokter Spes. : 150 Orang

14. Balai Pengobatan Umum : 3 Buah

73

Page 82: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

15. Balai Pengobatan Gigi : 2 Buah6

B. Sejarah dan Perkembangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Baru pertama kali semenjak diterbitkannya Undang-Undang No. 5 Tahun

1960 Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA) diterbitkan

suatu Peraturan Pemerintah tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut

PPAT) dengan Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun 1998 (selanjutnya disebut PP

No. 37/1998), sebagai pelengkap dari Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran

Tanah dan telah dijanjikan pada Pasal 7 PP 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah (selanjutnya disebut PP No. 24/1997).

Menurut Prof. Dr A. P. Parlindungan7, hal ini merupakan hal yang positif

dalam pembangunan hukum keagrarian, karena keragu-raguan dan tidak teraturnya

dengan peraturan hukum tertentu telah banyak menimbulkan keributan dan kerusuhan

(chaos). Dalam kurun waktu 1961 hingga diterbitkannya PP No.37/1998 ini telah banyak

sekali kekacauan dan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pembuatan akta PPAT,

karena pelaksanaan tugas dari PPAT tidak tertuang dalam PMA No.18 Tahun 1961. PMA

No.10 Tahun 1961 yang terdiri atas 10 Pasal hanya mengatur tentang daerah kerja PPAT,

tentang kewenangan membuat akta tanah dalam daerah kerjanya dan keharusan meminta

izin jika melakukan pembuatan akta tanah di lain daerah kerjanya dan berkantor di daerah

6 Loc.cit, hal. 19

7 A.P. Parlindungan, Konversi Hak-Hak Atas Tanah (Bandung:Mandar Maju, 1990) hal. 25

74

Page 83: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

kerjanya, kemudian siapa yang dapat diangkat sebagai PPAT. Setelah dikeluarkannya PP

No.37/1998, tugas dan ruang lingkup jabatan PPAT lebih jelas dan rinci .

PP No.37/1998 ini telah dikeluarkan oleh pemerintah sudah 10 tahun

lamanya, namun dalam pelaksanaannya masih banyak masyarakat belum mengetahui

dan memahami secara seksama apa dan bagaimana isi PP No.37/1998 yang mengatur

tentang jabatan PPAT tersebut. Seringkali pula ditemui adanya tumpang tindih

pengetahuan antara jabatan Notaris dan PPAT. Padahal seperti diketahui keduanya

merupakan 2 (dua) jabatan yang berbeda tugas dan kewenangannya.

Oleh sebab itu kami mencoba untuk menguraikan ruang lingkup

pengangkatan, pemberhentian, daerah kerja, tugas dan kewenangan PPAT dalam

menjalankan jabatannya dalam laporan ini.

C. Struktur Organisasi dan Kewenangan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Pasal 1 PP No.37/1998, menyebutkan :

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat

umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik

mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak

Milik Atas Satuan Rumah Susun.

75

Page 84: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

2. PPAT Sementara adalah pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena

jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT

di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.

3. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk

karena jabatannya utnuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat

akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program atau tugas

Pemerintah tertentu.

4. Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah

dilaksanakan perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau atas

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.

5. Protokol PPAT adalah kumpulan dokumen yang harus disimpan dan

dipelihara oleh PPAT yang terdiri dari daftar akta, asli akta, warkah

pendukung akta, arsip laporan, agenda dan surat-surat lainnya.

6. Warkah adalah dokumen yang dijadikan dasar pembuatan akta PPAT.

7. Formasi PPAT adalah jumlah maksimum PPAT yang diperbolehkan

dalam satuan daerah kerja PPAT.

8. Daerah kerja PPAT adalah suatu wilayah yang menunjukan kewenangan

seorang PPAT untuk membuat akta mengenai hak atas tanah dan Hak

Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak didalamnya.

9. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab di bidang

agraria/pertanahan

76

Page 85: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Apa yang diuraikan pada Pasal 1 ini, telah memperjelas tentang perngertian

PPAT tersebut, sehingga kita mengenal beberapa PPAT. Disamping itu ada yang

disebut protokol PPAT yang terdiri dari daftar akta, akta-akta asli yang harus dijilid,

warkah pendukung data, arsip laporan, agenda dan surat-surat lainnya. Berbeda

dengan protokol Notaris masih ada yang tidak termasuk yaitu buku klapper yang

berisikan nama, alamat, pekerjaan, akta tentang apa dan singkatan isi akta, nomor dan

tanggal akta dibuat.

Formasi dari PPAT di sesuatu wilayah adalah maksimum boleh di tempatkannya

PPAT di sesuatu wilayah dan ini telah diatur oleh Pasal 14 PP No.24/1997 dan

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No.1 Tahun

1996 dan Surat Edaran Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No.640-679 tanggal 11

maret 1996.

Peraturan Menagria/KBPN no.1 tahun 1996 menyebutkan sebagai berikut :

Pasal 1 :

Formasi PPAT di Kabupaten/Kota daerah tingkat II ditetapkan berdasarkan

rumus sebagaimana tersebut dalam ayat (2) pasal ini.

Formasi tersebut pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :

y = a1×1 + a2×2 + b.

y = formasi PPAT di daerah tingkat II.

x1 = jumlah kecamatan dalam daerah tingkat II.

77

Page 86: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

x2 = jumlah sertipikat non-proyek (sporadis) di daerah tingkat II rata-rata tiga

tahun terakhir.

a1 = 4 untuk Kota di DKI Jakarta.

a1 = 3 untuk daerah tingkat II lainnya atau yang disamakan.

a2 = 1/1000

b = angka pembulatan ke atas sampai lipatan lima.

Formasi PPAT daerah tingkat II berdasarkan Peraturan ini berlaku sejak tanggal

ditetapkan dan berakhir pada tanggal 24 september tahun ketiga sejak tahun

penetapannya, dan ditetapkan kembali dengan mengikuti kemungkinan adanya

perubahan pada rumus dimaksud pada diktum pertama ayat (2) untuk selama tiga

tahun berikutnya dengan catatan apbila tidak ada perubahan maka rumus ini tetap

dipergunakan. Formasi PPAT dalam peraturan ini berlaku pula untuk PPAT

Sementara yang dijabat oleh Camat selama masih diangkat sebagai PPAT.

Pada Pasal 2 ayat (2), menyebutkan Kabupaten/Kota tingkat II yang jumlah PPAT-

nya telah mencapai jumlah sama atau lebih dari formasi yang ditetapkan dengan

rumus dimaksud pada pasal 1 di atas dinyatakan tertutup untuk pengangkatan PPAT

baru maupun pindahan dari daerah lain.

Daerah kerja suatu PPAT adalah yang menunjukan kewenangan dari PPAT tersebut

membuat akta-akta PPAT. Daerah ini pada umumnya meliputi satu kantor pertanahan

78

Page 87: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

tertentu, namun tidak tertutup kemungkinan PPAT ini mempunyai daerah kerja

lainnya. Banyak protes dari para Notaris maupun dari ikatan PPAT tentang wilayah

para PPAT, seperti di daerah Jakarta Raya, karena ada Notaris-PPAT yang

mempunyai wilayah se-Jakarta Raya, tetapi ada juga PPAT yang baru dilantik hanya

daerah tingkat II di daerah Jakarta Raya.

Pengangkatan Dan Pemberhentian PPAT

Dalam Pasal 5 PP No.37/1998, diatur tentang pengangkatan PPAT, sebagai

berikut :

1. PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.

2. PPAT diangkat untuk suatu daerah kerja tertentu.

3. Untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang belum

cukup terdapat PPA atau untuk melayani golongan masyarakat tertentu dalam

pembutan akta PPAT tertentu, Menteri dapat menunjuk pejabat-pejabat di

bawah ini sebagai PPAT Sementara atau PPAT Khusus, yaitu:

a. Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta di daerah yang

belum cukup terdapat PPAT sebagai PPAT Sementara;

79

Page 88: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

b. Kepala Kantor Pertanian untuk melayani pembuatan akta PPAT yang

diperlukan dalam rangka pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat

atau untuk melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi negara sahabat

berdasarkan asas reprositas sesuai pertimbangan dari Departemen Luar Negeri,

sebagai PPAT Khusus.

Dari rumusan diatas dapat dipahami, bahwa :

a. PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.

b. Untuk suatu wilayah belum dipenuhi formasi pengangkatan PPAT dapat

ditunjuk Camat sebagai PPAT sementara, malahan jika ada suatu desa yang

jauh sekali letaknya dan jauh dari PPAT yang terdapat di kabupaten/kota

dapat ditujunjuk Kepala desa sebagai PPAT sementara. Dengan ketentuan ini

maka Camat tidak otomatis diangkat sebagai PPAT Sementara (dapat terbukti

dari surat pengangkatannya dan telah disumpah sebagai PPAT).

c. PPAT Khusus ini bertugas untuk melaksanakan perbuatan hukum atas Hak

Guna Usaha (HGU), terutama dalam hal mutasi.

Pengangkatan, Pemberhentian dan Daerah Kerja PPAT

Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 PP No.37/1998, tentang syarat untuk

dapat diangkat menjadi PPAT adalah:

80

Page 89: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

1. Berkewarganegaraan Indonesia;

2. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun;

3. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh

Instansi Kepolisian setempat;

4. Belum pernah dihukum penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan

putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

5. Sehat jasmani dan rohani;

6. Lulusan program pendidikan spesialis notariat atau program pendidikan

khusus

PPAT yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi;

7. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Agraria/Badan

Pertanahan Nasional.

Dengan adanya persyaratan dari Pasal 6 ini, maka sudah jelas siapa yang

dapat diangkat sebagai PPAT, yaitu telah mendapat pendidikan khusus spesialis

notariat atau program pendidikan khusus PPAT yang diadakan oleh lembaga

pendidikan tinggi di samping harus pula lulus dari ujian yang diadakan oleh Kantor

Menteri Negara Agraria/Kantor Pertanahan Nasional.

Dengan demikian kemungkinan diangkat sebagai PPAT tanpa ujian ataupun

yang belum pernah mendapatkan pendidikan khusus tentang PPAT tidak akan

81

Page 90: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

mungkin. Kalaupun ada PPAT sementara Camat atau Kepala Desa maka tentunya

pemerintah perlu mengatur dengan suatu Peraturan Menteri atas dispensasi tersebut.

Didalam Pasal 8 PP No.37/1998, disebutkan PPAT berhenti menjabat karena:

a. Meninggal dunia; atau

b. Telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun; atau

c. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas

sebagai Notaris dengan tempat kedudukan di Kabupaten/Kota Daerah

Tingkat II yang lain daripada daerah kerjanya sebagai PPAT; atau

d. Diberhentikan oleh Menteri. Sementara dalam ayat (2) pasal tersebut

menyebutkan :

(1). PPAT Sementara dan PPAT Khusus berhenti melaksanakan tugas

PPAT apabila tidak lagi memegang jabatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 ayat (3) huruf a dan b, atau diberhentikan oleh Menteri.

(2) Ayat 1 huruf c merupakan suatu penyelesaian dari ada seseorang

diangkat sebagai PPAT, tetapi kemudian diangkat sebagai notaris di kota

lain, sehingga menurut ketentuan ini yang bersangkutan berhenti sebagai

PPAT, sungguh pun kalau masih ada lowongan di kota yang bersangkutan

diangkat kembali sebagai PPAT di tempat yang bersangkutan sebagai

notaris.

82

Page 91: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

(3) Hal ini sebagai solusi seseorang yang diangkat sebagai PPAT dan

kemudian sebagai notaris di kota lain tetap memegang kedua jabatan

tersebut dan tetap melakukan tugas-tugas PPAT dan notarisnya dan

usahanya untuk diangkat sebagai PPAT di tempat yang bersangkutan

sebagai notaris tidak dikabulkan oleh Kepala BPN hanya disuruh berhenti

saja sebagai PPAT atau dia diangkat saja sebagai notaris di tempat

ditunjuk sebagai PPAT.

Sedangkan ayat (2) merupakan ketegasan dari PPAT sementara ataupun

PPAT khusus yang tidak mungkin melanjutkan tugas-tugasnya kalau mereka

dipindahkan ataupun berhenti sebagai pejabat di daerah itu baik sebagai atau kepala

desa dan demikian pula PPAT khusus itu dipindah ke lain jabatan ataupun berhenti

ataupun pensiun sebagai pegawai negeri.

Pasal 10 PP No. 37/ 1998, menyebutkan:

(1). PPAT diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena:

a. Permintaan sendiri;

b. Tidak lagi menjalankan tugasnya karena keadaan kesehatan badan atau

kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa kesehatan yang

berwenang atas permintaan Menteri atau pejabat yang ditunjuk;

c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai

PPAT;

83

Page 92: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

d. Diangkat sebagai pegawai negeri sipil atau ABRI.

(2). PPAT diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya, karena :

a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban sebagai

PPAT;

b. Dijatuhi hukuman kurungan/penjara karena melakukan kejahatan perbuatan

pidana yang diancam dengn hukuman kurungan atau penjara selama-

lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat berdasarkan putusan pengadilan

yang sudah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(3). Pemberhentian PPAT karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

dan ayat (2) dilakukan setelah PPAT yang bersangkutan diberi kesempatan untuk

mengajukan pembelaan diri kepada Menteri.

(4) PPAT yang berhenti atas permintaan sendiri dapat diangkat kembali menjadi

PPAT untuk daerah kerja lain daripada daerah kerjanya semula, apabila formasi

PPAT untuk daerah kerja tersebut belum penuh.

Sementara Daerah kerja PPAT diatur dalam Pasal 12 PP No.37/1998, sebagai

berikut:

(1) Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

(2) Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus meliputi wilayah kerjanya

sebagai pejabat pemerintah yang menjadi dasar penunjukannya.

84

Page 93: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Untuk daerah yang terjadi pemekaran atau pemecahan menjadi 2 (dua) atau

lebih tentunya dapat mengakibatkan perubahan daerah kerja PPAT didaerah yang

terjadi pemekaran atau pemecahan tersebut. Hal ini telah diatur dalam Pasal 13 PP

No.37/1998, sebagai berikut :

(1) Apabila suatu wilayah Kabupaten/Kota dipecah menjadi 2 (dua) atau lebih

wilayah Kabupaten/Kota, maka dalam waktu 1 (satu) tahun sejak diundangkannya

Undang-Undang tentang pembentukan Kabupaten/Kota Daerah tingkat II yang baru

PPAT yang daerah kerjanya adalah Kabupaten/Kota semua harus memilih salah satu

wilayah Kabupaten/Kota sebagai daerah kerjanya, dengan ketentuan bahwa apabila

pemilihan tersebut tidak dilakukan pada waktunya, maka mulai 1 (satu) tahun sejak

diundangkannya Undang-Undang pembentukan Kabupaten/Kota Daerah Tingkat II

yang baru tersebut daerah kerja PPAT yang bersangkutan hanya meliputi wilayah

Kabupaten/Kota letak kantor PPAT yang bersangkutan.

(2) Pemilihan daerah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku dengan

sendirinya mulai 1 (satu) tahun sejak diundangkannya Undang-Undang pembentukan

Kabupaten/Kota daerah Tingkat II yang baru.

Dari rumusan diatas dapat dipahami bahwa dalam ayat (1) memberikan suatu

kemudahan kepada PPAT untuk memilih salah satu wilayah kerjanya, dan jika ada

kantor pertanahannya disitulah dianggap sebagai tempat kedudukannya dan

disamping itu diberi dia tenggang waktu satu tahun untuk memilih, dan jika dia tidak

85

Page 94: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

memilih salah satu dari daerah tersebut, maka dianggap dia telah memilih kantor

pertanahan di daerah kerjanya dan atas daerah kerja lainnya setelah satu tahun tidak

lagi berwenang. Sedangkan dalam masa peralihan yang lamanya 1 (satu) tahun PPAT

yang bersangkutan berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau Hak Milik

Atas satuan rumah Susun yang terletak di wilayah Daerah Tingkat II yang baru

maupun yang lama.

Tugas Pokok dan Kewenangan PPAT

Pasal 2 PP No.37/1998, sebagai berikut :

(1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan

membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai

hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar

bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan

hukum itu.

(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut:

a. jual beli;

b. tukar-menukar;

c. hibah;

d. pemasukan dalam perusahaan (inbreng);

e. pembagian harta bersama;

86

Page 95: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik;

g. pemberian Hak Tanggungan

h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Sementara Pasal 101 Peraturan Menagria/KBPN No.3 Tahun 1997,

menyebutkan sebagai berikut :

1. Pembuatan akta PPAT harus dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan

hukum yang bersangkutan atau orang yang dikuasakan olehnya dengan surat

kuasa tertulis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pembuatan akta PPAT harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang

saksi yang memuat ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam suatu perbuatan hukum,

yang memberi kesaksian antara lain mengenai kehadiran para pihak atau

kuasanya, keberadaan dokumen-dokumen yang ditunjukan dalam pembuatan

akta, dan telah dilaksanakannya perbuatan hukum yang bersangkutan.

3. PPAT wajib membacakan akta kepada para pihak yang bersangkutan dan

memberi penjelasan mengenai isi dan maksud pembuatan akta, dan prosedur

pendaftaran yang harus dilaksanakan selanjutnya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Atas ayat (1) maka tugas dari PPAT adalah melakukan perekaman perbuatan

hukum (recording of deeds of conveyance) sebagaimana diatur dalam ayat (2).

Dalam Pasal 3 PP No.37/1998, disebutkan :

87

Page 96: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

(1) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 seorang

PPAT mempunyai kewenangan membuat akta otentik mengenai semua perbuatan

hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan

Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang terletak di dalam daerah kerjanya.

(2) PPAT khusus hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang

disebut secara khusus dalam penunjukannya.

Demikian PPAT hanya berwenang untuk membuat akta-akta PPAT

berdasarkan penunjukannya sebagai PPAT, di sesuatu wilayah dan perbuatan-

perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) PP No.37/1998 tersebut.

Sedangkan kewenangan PPAT khusus tersebut adalah pembuatan akta PPAT yang

secara khusus ditentukan.

Mengenai bentuk akta PPAT ditetapkan oleh Menteri sebagaimana dalam

Pasal

21 PP No.37/1998, sebagai berikut :

(1) Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Semua jenis akta PPAT diberi satu nomor urut yang berulang pada tahun

pembuatan.

(3) Akta PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2 (dua) lembar, yaitu :

a. Lembar pertama sebanyak 1 (satu) rangkap disimpan oleh PPAT

bersangkutan, dan

88

Page 97: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

89

b. Lembar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap atau lebih menurut banyaknya

hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjasi obyek

perbuatan hukum dalam akta yang disampaikan kepada Kantor Pertanahan

untuk keperluan pendaftaran, atau dalam hal akta tersebut mengenai

pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan, disampaikan kepada

pemegang kuasa untuk dasar pembuatan akta Pemberian Hak Tanggungan,

dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dapat diberikan salinannya.

Yang mengherankan dalam penjelasan ayat (1) pasal diatas, bahwa untuk memenuhi

syarat otentiknya suatu akta, maka akta PPAT wajib ditentukan bentuknya oleh

Menteri. Penulis tidak sependapat dengan penjelasan tersebut, karena yang

menentukan keotentikan suatu akta yaitu kewenangan pejabat yang membuatnya,

komparisi, nama-nama dan tanggal akta dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada, hal

itulah yang membuat akta itu otentik.8

8 Tugas dan Wewenang PPAT, artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari :http://kuliah-

notariat. Blogspot.com/2009/03/tugas-dan-wewenang-ppat.html.

Page 98: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

BAB IV

PEMBAGIAN WARISAN ATAS TANAH DAN

ATAU BANGUNAN

STUDI KASUS MASYARAKAT TEBET

A. Pembagian Warisan atas Tanah dan Bangunan Menurut Tradisi

Masyarakat Tebet

Tebet merupakan sebuah kecamatan yang berada diwilayah Jakarta Selatan

dengan penduduknya mayoritas beragama Islam1. Dalam hal pembagian warisan,

sebagaimana kita ketahui bersama bahwa diIndonesia menganut tiga hukum

kewarisan, yakni Hukum kewarisan Islam, hukum kewarisan adat, dan hukum

kewarisan Eropa (BW)2, walupun mayoritas penduduknya beragama Islam namun

dalam hal pembagian warisan, masyarakat tebet tidak sepenuhnya memakai hukum

waris Islam. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya,

diantaranya sangat minimnya pemahaman masyarakat tentang hukum kewarisan,

khusunya hukum waris Islam, kurang adanya sosialisasi akan pentingnya hukum

waris Islam oleh Pemerintah, tokoh masyarakat dalam hal ini ulama’, yang memiliki

hubungan lebih dekat dengan masyarakat setempat secara keagamaan, serta tidak

1 Laporan penyelenggaraan Pemerintah Wilayah Bulan Maret 2007, hal. 16 2 Mengenai hukum Islam, hukum adat, hukum Eropa yang berlaku di Indonesia dewasa ini, vide Moch. Koesnoe, Perbandingan antara Hukum Islam, Hukum Eropa dan Hukum Adat. Seminar Pembinaan Kurikulum Hukum Islam di Perguruan Tinggi, Badan Kerjasama PTIS, Kaliurang, 1980, hlm. 1-20

90

Page 99: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

ا القرآن و علموه الناس وتعلموا الفرائض وعلمواها الناس فاءني وملعت ال فةضيرى الففن انثامرؤ مقبوض والعلم مرفوع ويوشك ان يختلف ا

)أخرجه احمد والنسائى والدارقطنى. (امهربخا يدح ااندجي

” Pelajarilah oleh kalian al-Qur’an, dan ajarkanlah kepada orang lain, dan pelajarilah

(pula) ilmu faraid dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku adalah orang yang

akan terenggut (mati) sedang ilmu akan dihilangkan. Hampir saja dua orang yang

bersengketa tentang pembagian warisan tidak mendapatkan seorang pun yang dapat

memberikan fatwa kepada mereka. ” (HR. Ahamad. Al-Nasa’i, dan al-Daruquthny)

Hadist di atas menempatkan perintah untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu faraid

sejalan dengan perintah untuk mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an. Ini tidak lain

dimaksudkan, untuk menunjukkan bahwa ilmu faraid merupakan cabang ilmu yang

cukup penting dalam rangka mewujudkan keadilan dalam masyarakat. Lagi pula,

tidak jarang dijumpai bahwa naluriah manusia memiliki kecenderungan materialistik,

serakah, tidak adil, dan kadang dengan mudah mengorbankan kepentingan orang lain

demi memenangkan hak-haknya sendiri. Maka, di sinilah letak pentingnya kegunaan

ilmu fiqh mawaris, karena itu wajib dipelajari dan diajarkannya kepada orang lain.

Maksudnya adalah, agar di dalam pembagian warisan, setiap orang menaati dan

melaksanakan ketentuan yang telah diatur dalam al-Quran secara detail.

91

Page 100: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Menurut beberapa nara sumber yang merupakan tokoh masyarakat dan

ulama’yang sering dijadikan rujukan dalam urusan pembagian warisan di wilayah

Tebet,3 sebagaimana penulis wawancarai secara dept interview (wawancara bebas)

menerangkan bahwa : masyarakat Tebet secara umum membagi harta warisan yang

berupa tanah dan atau bangunan berdasarkan kekeluargaan atau kesepakatan di antara

para ahli waris. Adapula di antara mereka yang membagi sama rata, adapula yang

menganut kaidah hukum waris Islam, namun demikian masalah kewarisan disini

seringkali menimbulkan konflik di antara para ahli waris, hal ini disebabkan ada

diantara para ahli waris yang tidak mau menerima hasil pembagian atas harta warisan

yang berupa tanah dan atau bangunan dikarenakan merasa kurang memenuhi rasa

keadilan bagi dirinya, walupun sudah ada ketentuan di masing – masing hukum waris

yang ada. Sebagai contoh, kasus pembagian warisan di kelurahan Bukit Duri

Kecamatan Tebet, yaitu keluarga Bpk Banin dan Ibu Sumiyah dengan dua orang

anaknya yang terdiri dari satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan.

Setelah bapak Banin meninggal dunia, dengan meninggalkan seorang istri dan dua

orang anak maka di antara ahli waris ini saling berebut harta warisan, dari pihak anak

laki-laki meminta harta warisannya dibagi secara Islami, namun dari pihak anak

perempuan tidak mau menerima dengan pembagian secara hukum Islam, karena

menurutnya anak perempuan ini lebih dominan dalam hal perhatiannya terhadap

keluarganya dibandingkan anak laki-laki yang tidak pernah mempedulikan urusan

keluarganya di masa pewaris masih hidup. Setelah berlarut – larut tidak menemui 3 KH. Masyhuri Shahid, KH.M Thoyib AR, KH. A Hanafi, Ustd Luqman Hakim (tokoh Ulama)

92

Page 101: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

hasil kesepakatan di antara ahli waris, akhirnya antara ahli waris sepakat membawa

masalah ini ke tokoh masyarakat setempat atau ulama’. Kemudian ulama’ yang

dimaksud disini adalah KH. M Thoyib AR. Pimpinan Majlis ta’lim Al-Husna Kebon

Baru, Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Setelah KH. M Thoyib mempelajari akar

masalahnya, ternyata anak perempuan ini merasa kurang banyak bagiannya jika

dibagi secara hukum waris Islam, pada tataran ini KH M. Thoyib memberikan

penjelasan dan pemahaman kepada para ahli waris tentang pentingnya hukum waris

Islam sebagai solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah kewarisan dan juga

sebagai umat Islam merupakan kewajiban bagi kita untuk mematuhi aturan hukum

Islam sebagaimana telah ditetapkan dalam Al-Quran, sebab di dalam Al-Qur’an

sendiri telah ditetapkan bagian masing – masing ahli waris, sebagaimana yang

termaktub dalam Surah An-Nisa ayat 7, 8, 11, 12, 33, dn 176. Untuk memenuhi rasa

keadilan disini, KH M. Thoyib meminta kesadaran dari ahli waris laki- laki untuk

membagi sebagaian hartanya kepada ahli waris perempuan setelah harta yang berupa

tanah dan atau bangunan disini dibagi secara waris Islam, sebagian harta yang

diberikan kepada ahli waris perempuan di sini diistilahkan oleh KH. M. Thoyib

sebagai ”kerohiman.”4 Dengan adanya cara pembagian harta warisan seperti ini, yaitu

tetap dibagi secara hukum waris Islam kemudian atas kesadaran diantara para ahli

waris, ahli waris yang merasa berkecukupan membagi sebagian bagaiannya kepada

ahli waris yang kurang mampu atau mendapat bagian yang lebih sedikit dengan

istilah kerohiman.

4 Wawancara pribadi dengan KH.M. Thoyib, Jakarta 01 Juli 2010

93

Page 102: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Di lain tempat pernah juga terjadi sengketa harta warisan berupa tanah dan

atau bangunan di wilayah kelurahan Menteng Dalam, tepatnya di Jl. Persada Raya

persis di samping lampu merah Saharjo, pewaris yaitu KH. Tabrani, merupakan

seorang tokoh agama di wilayah Menteng Dalam, namun demikian para ahli waris

mengindahkan norma-norma agama dalam hal pembagian warisan, sehingga di antara

para ahli waris tidak ada kesepakatan atau titik temu dalam rangka membagi harta

warisannya. Setelah berlarut-larut tidak ada kata sepakat akhirnya di antara para ahli

waris ada yang berinisiatif untuk melibatkan seorang ulama’ yang biasa dijadikan

rujukan jika ada masalah pembagian warisan, dalam hal ini almarhum KH. Mashuri

Syahid, MA yang tinggal di Jl. Tebet Barat dan juga pernah menjabat sebagai ketua

Komisi Fatwa MUI DKI. Namun demikian setelah diberikan pemahaman dan

pengertian tentang ilmu mawaris dan juga merupakan kewajiban bagi umat muslim

untuk mengaplikasikan nilai – nilai Islami dalam setiap lini kehidupan, khusunya

masalah kewarisan,ternyata para ahli waris tidak juga bisa menerima, hal ini kembali

kepada sifat manusia sendiri yang cenderung serakah, tidak adil, dan suka

mementingkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan orang lain. Setelah melihat

kenyataan seperti ini akhirnya KH. Masyhuri Syahid mengembalikan sepenuhnya

masalah ini kepada keluarga almarhum H. Tabrani.5 Setelah melalui jalur

kekeluargaan tidak bisa juga, di antara para ahli waris ada yang melibatkan jasa

pengacara, disisi lain akhirnya masing – masing ahli waris saling mengklaim melalui

pengacaranya masing – masing, setelah cukup lama bertikai , akhirnya para ahli

5 Wawancara Pribadi dengan Alm. KH. Masyhuri Syahid, Jakarta 4 Oktober 2007.

94

Page 103: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

waris harus mengeluarkan biaya besar untuk membayar para pengacara mereka,

naifnya, ternyata para ahli waris di sini tidak mampu membayar para pengacaranya,

sehingga sampai sekarang tanah dan atau bangunan yang diperebutkan tadi dikuasai

oleh pengacara sebagai jaminan dari para ahli waris untuk membayar jasanya.

Ada juga kasus pembagian warisan yang terjadi di daerah Pasar Pedok, masih

wilayah Menteng Dalam yaitu keluarga H. Yasin, masalahnya di sini adalah, semasa

hidupnya pewaris sudah membagi-bagi sebagian hartanya berupa tanah dan atau

bangunan kepada para ahli waris yang dianggap sudah dewasa, ketika pewaris

meninggal dunia masih ada salah satu anaknya yang belum dewasa, setelah ahli waris

yang satu ini sudah cukup umur, para ahli waris yang lain meminta harta yang

ditinggalkan pewaris dibagi lagi di antara mereka, secara otomatis pewaris yang

belum pernah mendapat bagian ini tidak bisa menerimanya, sehingga terjadilah

sengketa di antara ahli waris dan akhirnya para ahli waris sepakat untuk membawa

masalah ini kepada seorang tokoh agama yang biasa menyelesaikan masalah

pembagian warisan di daerah Pedok.

Menurut KH A. Hanfi LC. masalah yang terjadi pada keluarga H. Yasin ini

timbul akibat kurang adanya pemahaman terhadap ilmu mawaris oleh umat Islam,

jikalau umat Islam memahami betul dan mengamalkan al-Quran, maka hal-hal

semacam ini tidak akan terjadi, sebab di dalam hukum waris Islam, yang dikatakan

harta warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang telah meninggal dunia,

jadi jika ada orang yang telah membagi-bagi hartanya sebelum ia meninggal dunia

tidak bisa dikatakan sebagai pembagian warisan, kalau akadnya membagi warisan

95

Page 104: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

maka dianggap tidak sah. Dengan demikian para ahli waris dari H. Yasin akhirnya

menghitung kembali semua harta yang ada, termasuk yang telah dibagi-bagikan

semasa pewaris masih hidup dan dianggap sebagai harta warisan. Setelah semuanya

sepakat dan semua harta dihitung semua, KH A. Hanafi LC, membagi harta tersebut

sesuai dengan porsi masing-masing ahli waris yang terdiri dari 4 orang anak, satu

laki-laki dan tiga orang anak perempuan serta seorang istri sesuai dengan hukum

waris Islam, dan juga KH A. Hanafi menganjurkan kepada ahli waris yang mendapat

bagian lebih banyak, untuk mambagi sebagian hartanya kepada ahli waris lain yang

porsi bagiannya lebih sedikit dengan istilah kerohiman.6

Menurut para kyai yang penulis wawancarai di antaranya, KH M. Thoyib AR,

KH Masyhuri Syahid, MA, KH. A. Hanafi LC, Drs Ustd. Luqman Hakim (pimpinan

PonPes Ar-Rahmah Bojong Gede) yang berdomosili di Jl. Flamboyan Menteng

Dalam Tebet dan beberapa warga masyarakat menyatakan bahwa pada umumnya

masyarakat menyelesaikan masalah kewarisan secara kekeluargaan tanpa melibatkan

orang lain dengan cara menjual dalam hal ini tanah dan bangunan kepada orang lain,

kemudian dari hasil penjualan ini baru dibagi di antara para ali waris sesuai

kesepakatan bersama. Jika di dalam pembagian warisan ini timbul masalah yang tidak

bisa diselesaikan, baru tokoh agama atau ulama’ dilibatkan untuk memberikan

pengarahan dan pemahaman sesuai syari’at Islam, jika dengan cara ini masih ada di

antara para ahli waris yang tidak bisa menerima, biasanya masyarakat akan membawa

masalah ini ke meja hijau, dalam hal ini Pengadilan Agama. Adapula yang memakai

6 Wawancara Pribadi dengan A. Hanafi , Jakarta 01 Juli 2010.

96

Page 105: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

jasa pengacara, namun realita yang terjadi dibeberapa keluarga, seperti keluarga H.

Thabrani di Jl. Persada Raya, keluarga H. Jejen di Jl Palbatu Raya, Keluarga Hj.

Fatimah di Tebet Barat, yang semuanya dalam wilayah kecamatn Tebet, harta

warisan yang tadinya diperebutkan karena saling ingin menguasai akhirnya malah

jatuh ke tangan pengacara, disebabkan karena waktu yang dipakai untuk sengketa

terlalu lama dan biaya yang dibutuhkan untuk jasa pengacara sangatlah besar, sampai

para ahli waris tidak mampu membayar, sehingga harta yang berupa tanah dan

bangunan yang akan dibagi secara waris dibuat jaminan untuk membayar pengacara.7

B. Wewenang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Tebet dalam Kaitannya

dengan Pembagian Harta Warisan atas Tanah dan Bangunan yang di Perjual

Belikan.

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) merupakan pejabat yang berwenang

membuat akta otentik berupa Akta Jual Beli (AJB), jika diantara para ahli waris telah

sepakat untuk menjual harta warisannya berupa tanah dan atau bangunan kepada

pihak pembeli dengan kesepakatan harga tertentu serta keadaan tanah tidak dalam

sengketa atau ada tanggungan diatasnya.

Jual beli hak atas tanah merupakan proses peralihan hak yang sudah ada sejak

jaman dahulu. Jual beli ini didasarkan pada hukum Adat, dan harus memenuhi syarat-

syarat seperti: Terang, Tunai dan Rill. Terang artinya di lakukan di hadapan Pejabat

7 Wawancara Pribadi dengan Luqman Hakim, Jakarta 5 Agustus 2010.

97

Page 106: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Umum yang berwenang, Tunai artinya di bayarkan secara tunai, dan Rill artinya jual

beli dilakukan secara nyata. Jadi, apabila harga belum lunas, maka belum dapat

dilakukan proses jual beli sebagaimana dimaksud. Dewasa ini, yang diberi wewenang

untuk melaksanakan jual beli adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang

terdiri dari:

1. PPAT sementara yakni Camat yang oleh karena jabatannya dapat

melaksanakan tugas PPAT untuk membuat akta jual beli tanah. Camat di sini

diangkat sebagai PPAT untuk daerah terpencil atau daerah – daerah yang

belum cukup jumlah PPAT nya.

2. PPAT yakni Pejabat Umum yang diangkat oleh kepala Badan Pertanahan

Nasional yang mempunyai kewenangan membuat akta jual beli yang bertugas

untuk wilayah kerja tertentu.

Adapun prosedur jual beli tanah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan jual

beli tanah dan bangunan adalah sebagai berikut:

1. Akta Jual Beli (AJB) bila mana sudah tercapai kesepakatan mengenai harga

tanah termasuk didalamnya cara pembayaran dan siapa yang menangung

biaya pembuatan Akta Jual Beli (AJB) antara pihak penjual dan pembeli,

maka para pihak harus datang ke kantor PPAT untuk membuat akta jual beli

tanah.

98

Page 107: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

2. Persyaratan Akta Jual Beli (AJB) hal-hal yang diperlukan dalam membuat

Akta Jual Beli tanah di kantor PPAT adalah sebagai berikut:

a. Syarat-syarat yang harus dibawa penjual:

1. Asli sertifikat hak atas tanah yang akan dijual;

2. Kartu Tanda Penduduk;

3. Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sepuluh

tahun terakhir;

4. Surat persetujuan suami isteri serta kartu keluarga bagi yang

telah berkeluarga.

b. Syarat-syarat yang harus dibawa oleh Calon Pembeli:

1. Kartu Tanda Penduduk

2. Kartu Keluarga

3. Proses pembuatan AJB di Kantor PPAT

a. Persiapan pembuatan AJB sebelum dilakukan proses jual beli:

1. Dilakukan pemeriksaan mengenai keaslian dari sertipikat

termaksud di kantor Pertanahan untuk mengetahui status

sertifikat saat ini seperti keasliannya, apakah sedang

dijaminkan kepada pihak lain atau sedang dalam sengketa

kepemilikan, dan terhadap keterangan sengketa atau tidak,

maka harus disertai surat pernyataan tidak sengketa atas tanah

tersebut;

99

Page 108: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

2. Terkait status tanah dalam keadaan sengketa, maka PPAT akan

menolak pembuatan AJB atas tanah tersebut;

3. Calon pembeli dapat membuat pernyataan bahwa dengan

membeli tanah tersebut maka tidak lantas menjadi pemegang

hak atas tanah yang melebihi ketentuan batas luas maksimum;

4. Penjual diwajibkan membayar Pajak Penghasilan (PPh) yakni

sebesar 5% dari nilai transaksi atau Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP), sedangkan pembeli diwajibkan membayar Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yakni

sebesar 5% dari nilai transaksi atau Nilai Jual Objek Pajak

(NJOP) setelah dikurangi terlebih dulu dengan Nilai Jual Objek

Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

b. Pembuatan Akta Jual Beli

1. Dalam pembuatan akta harus dihadiri oleh penjual dan calon

pembeli atau orang yang diberi kuasa dengan surat kuasa

tertulis;

2. Dalam pembuatan akta harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya

dua orang saksi;

3. PPAT akan membacakan serta menjelaskan mengenai isi dan

maksud pembuatan akta, dan bila isi akta disetujui maka oleh

penjual dan calon pembeli akta tersebut akan ditandatangani

100

Page 109: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

oleh para pihak, sekaligus saksi dan pejabat pembuat akta

tanah sendiri;

4. Akta dibuat dua lembar asli, satu disimpan oleh di kantor

PPAT dan lembar lainnya akan disampaikan kepada kantor

pertanahan setempat untuk keperluan balik nama atas tanah,

sedangkan salinannya akan diberikan kepada masing-masing

pihak.

c. Setelah Pembuatan Akta Jual Beli

1. Setelah Akta Jual Beli selesai dibuat, PPAT menyerahkan

berkas tersebut ke kantor pertanahan untuk balik nama

sertifikat; dan

2. Penyerahan akta harus dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh)

hari kerja sejak ditandatangani, dengan berkas-berkas yang

harus diserahkan antara lain: surat permohonan balik nama

yang telah ditandatangani pembeli, Akta Jual Beli dari PPAT,

Sertipikat hak atas tanah, Kartu tanda penduduk kedua belah

pihak, Bukti lunas pembayaran Pph, serta bukti lunas

pembayaran bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

d. Proses di Kantor Pertanahan

1. Saat berkas diserahkan kepada kantor pertanahan, maka kantor

pertanahan akan memberikan tanda bukti penerimaan

101

Page 110: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

permohonan balik nama kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah

yang selanjutkan akan diberikan kepada pembeli;

2. Nama penjual dalam buku tanah dan sertifikat akan dicoret

dengan tinta hitam dan diberi paraf oleh kepala kantor

pertanahan atau pejabat yang ditunjuk;

3. Nama pembeli selaku pemegang hak atas tanah yang baru akan

ditulis pada halaman dan kolom yang terdapat pada buku tanah

dan sertipikat dengan dibubuhi tanggal pencatatan serta

tandatangan kepala kantor pertanahan atau pejabat yang

ditunjuk; dan

4. Dalam waktu 14 (empat belas) hari pembeli berhak mengambil

sertipikat yang sudah dibalik atas nama pembeli di kantor

pertanahan setempat.8

Demikian deskripsi peranan PPAT dalam kaitannya pembagian harta warisan

berupa tanah dan atau bangunan jika harta tersebut dijual kepada pihak orang lain.

C. Instansi Atau Pejabat yang Berhak Menentukan Nilai Harga Atas Tanah dan Bangunan

Sejak tahun 1960 (UUPA) terjadi kekosongan kolektif dalam kebijakan

pertanahan secara nasional, regional dan sektoral, antara lain dalam hal kebijakan

8, “Prosedur data yang diperlukan dan syarat-syarat penandatanganan akta jual beli (AJB),” artikel diakses pada 31 maret 2009 dari http://kuliah-notariat.blogspot.com/label/akta jual beli (AJB)

102

Page 111: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

penilaian tanah. Selama ini penilaian tanah dikenal untuk keperluan perpajakan

(NJOP), yang nilainya tidak mencerminkan nilai nyata atau sesungguhnya, karena

biasanya NJOP lebih rendah dari nilai pasaran, karena NJOP ditetapkan oleh Menteri

Keuangan pada dasarnya adalah 3 (tiga) tahun sekali kecuali untuk daerah yang

berkembang pesat yaitu setahun sekali, yakni per 1 Januari. Selain itu telah lama

berlangsung perdebatan apakah NJOP dapat digunakan untuk keperluan lain seperti:

pengadaan tanah untuk kepentingan umum, jual beli, penilaian aset

negara/pemerintah, dan lain sebagainya.

Dalam hal ini rakyat sering dirugikan, potensi pajak dan uang pemasukan

kepada negara juga terdegradasikan. Dan juga berkembangnya spekulan-spekulan

tanah serta tidak dihargainya nilai-nilai ekonomi sumber daya alam dan lingkungan,

semakin tertutupnya rakyat kelompok marginal untuk akses kepada sumber-sumber

kehidupan, yaitu tanah, sehingga tujuan tanah untuk keadilan dan kesejahteraan

rakyat semakin jauh.

Dengan melihat realita yang terjadi di lapangan sebagaimana kasus di atas

maka kebutuhan akan penilai harga tanah dan atau bangunan yang profesional dan

independen merupakan sesuatu yang sangat urgen. Pemerintah juga pernah

mengeluarkan:

1. Perpres No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional:

(a) BPN RI menjalankan tugas pemerintahan di bidang pertanahan secara

nasional, regional dan sektoral (Pasal 2).

(b) Menjalankan fungsi pembinaan teknis Lembaga Penilai Tanah (Pasal 14).

103

Page 112: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

2. Perpres No. 36 Tahun 2005 jo. Perpres No. 65 Tahun 2006 jo. Peraturan

Kepala BPN-RI No. 3 Tahun 2007 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum: “Lembaga Penilai

Harga Tanah adalah lembaga independen dan profesional yang sudah

mendapat lisensi dari BPN-RI.” (Pasal 25)

Pemberian Lisensi Lembaga Penilai Tanah

a. Sebelum Tahun 2003: Ijin Usaha Jasa Penilai diterbitkan oleh Direktorat Bina

Usaha dan Pendaftaran Perusahaan, DEPERINDAG.

b. Tahun 2004 – sekarang: Surat Ijin Jasa Penilaian (SIJP) diterbitkan oleh

Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, sekarang Pusat Pembinaan

Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP), Kementerian Keuangan..

c. Sertifikat Keahlian diterbitkan oleh Masyarakat Asosiasi Profesi Penilai Indonesia

(MAPPI).

d. Sesudah Perpres No. 10 Tahun 2006 dan Perpres No. 36 Tahun 2005 jo. Perpres

No. 65 Tahun 2006 jo. Peraturan Kepala BPN RI No. 3 Tahun 2007:

e. Kepala BPN-RI menerbitkan Lisensi Lembaga Penilaian Tanah,

f. SIJP diterbitkan oleh PPATK Kementrian Keuangan, masih menjadi salah satu

persyaratan untuk memperoleh lisensi,

g. Sertifikat Keahlian dari MAPPI, masih menjadi salah satu persyaratan untuk

memperoleh lisensi,

h. Sertifikat Keahlian dan Ijasah Pendidikan Spesialis I dari institusi/lembaga yang

berwenang lainnya dapat juga menjadi persyaratan untuk memperoleh lisensi.

104

Page 113: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Mekanisme dan Tata Cara Pemberian Lisensi Kepada Badan Pertanahan

Nasional (BPN)

1. Standar ini diterapkan bagi Penilai Tanah yang dipersyaratkan untuk memperoleh

lisensi dalam menjalankan usahanya di bidang penilaian tanah dan Penilai Tanah

Berlisensi dalam rangka memelihara pengetahuan, kemampuan dan

kompetensinya untuk bekerja secara obyektif, independen dan profesional;

2. Lisensi penilai tanah diberikan pada:

a. Penilai Tanah Internal melaksanakan penilaian tanah dan properti (aset

pertanahan) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. Lembaga Penilai Harga Tanah melakukan penilaian tanah dalam rangka

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Penilai Tanah Perorangan melakukan penilaian tanah baik dalam rangka

Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

maupun untuk kepentingan-kepentingan lainnya sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

3. Setiap Penilai Tanah sebelum menjalankan tugasnya wajib memiliki lisensi di

bidang penilaian tanah;

4. Badan Pertanahan Nasional bertanggung jawab dalam pemberian lisensi dan

memantau penggunaan lisensi oleh Penilai Tanah

105

Page 114: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

5. Lisensi diberikan untuk periode waktu selama-lamanya 3 (tiga) tahun dan

dimungkinkan untuk wilayah tertentu.9

Tata Cara Pemberian Lisensi

1. Pengumuman

a. Badan Pertanahan Nasional c.q. Deputi Bidang Survei Pengukuran dan

Pemetaan wajib menyebarluaskan pengumuman tentang tata cara dan

persyaratan pemberian lisensi melalui jalur struktural maupun situs resmi

Badan Pertanahan Nasional dan/atau media lainnya;

b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi wajib

menyebarluaskan pengumuman tentang tata cara dan persyaratan pemberian

lisensi di kantornya masing-masing dan melalui Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota serta media lainnya;

2. Tempat Pendaftaran

a. Penilai yang memiliki domisili di DKI Jakarta melakukan pendaftaran kepada

Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan c.q. Direktur Survei Potensi

Tanah dengan memberi tembusan pada Kepala Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional Provinsi setempat;

9 Ibid

106

Page 115: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

b. Penilai yang tidak memiliki kantor di DKI Jakarta mengajukan pendaftaran

kepada Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan melalui Kepala

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi setempat;

c. Penilai yang tidak memiliki kantor di DKI Jakarta dan Ibukota Provinsi

mengajukan pendaftaran pada Deputi melalui Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota setempat;

3. Syarat Pendaftaran

a. Penilai wajib menyampaikan persyaratan pendaftaran sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan ini dalam pengajuan pendaftarannya;

b. Lembaga penilai harga tanah yang belum dapat memenuhi persyaratan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf f wajib menyampaikan

surat pernyataan yang menyatakan kesanggupan untuk menyediakan Penilai

Tanah Eksternal berlisensi dimaksud dalam waktu selambat-lambatnya 1

(satu) tahun;

4. Seleksi

a. Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan c.q. Direktur Survei Potensi

Tanah wajib menyelenggarakan seleksi;

b. Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan mengusulkan Penilai Tanah

kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk memperoleh lisensi;

c. Kepala Badan Pertanahan Nasional berdasarkan usulan tersebut memberikan

lisensi kepada Penilai Tanah;

107

Page 116: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

d. Kepala Badan Pertanahan Nasional dapat mendelegasikan pemberian lisensi

kepada Deputi Bidang Survei Pengukuran dan Pemetaan;

Jenis-Jenis Penilai Tanah

1. Penilai Tanah Internal

a. Perseorangan PNS BPN RI.

b. Memiliki keahlian dalam penilaian tanah.

c. Memiliki Sertifikat Penilai yang diterbitkan oleh BPN RI.

2. Penilai Tanah Eksternal, yaitu:

a. Lembaga Penilai Harga Tanah:

- Lembaga profesional dan independen.

- Mempunyai keahlian di bidang penilaian harga tanah.

- Memiliki lisensi dari Badan Pertanahan Nasional, dan

- Terdaftar sebagai rekanan mampu (DRM) oleh Bupati/Walikota.

b. Pejabat Penilai Tanah:

- Perseorangan yang profesional dan independen.

- Mempunyai keahlian di bidang penilaian tanah.

- Memiliki Sertipikat Penilai oleh instansi/ lembaga/ organisasi profesi.

- Memiliki lisensi dari Badan Pertanahan Nasional.

Wewenang Penilai Tanah

108

Page 117: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Melaksanakan penilaian tanah di daerah kerjanya;

a. Lembaga Penilai Tanah melaksanakan penilaian tanah untuk luas tanah lebih dari

10 Ha.

b. Pejabat Penilai Tanah melaksanakan penilaian tanah untuk luas tanah hingga 10

Ha.

c. melakukan verifikasi atas dokumen objek penilaian.

d. melakukan survei, pemeriksaan dan pemetaan objek penilaian.

e. melakukan survei dan pemeriksaan objek non-fisik penilaian.

f. melaporkan hasil penilaian kepada:

- Panitia Pengadaan Tanah,

- Pemberi kerja dan

- Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Hak dan Kewajiban

a. Hak:

- Memperoleh dokumen yang diperlukan dalam rangka tugas penilaian;

- Melengkapi data/informasi mengenai objek penilaian demi kelancaran tugas

penilaian;

- Memperoleh honorarium/biaya balas jasa dalam penilaian tanah dari pemberi

kerja.

b. Kewajiban:

109

Page 118: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

- Melakukan surveidan pemetaan atas objek penilaian secara teliti berdasarkan

norma, standar, pedoman dan mekanisme yang berlaku;

- Melakukan tugas penilaian tanah secara profesional dan independen;

- Menyusun dan menandatangani laporan penilaian Tanah;

- Menjaga kerahasiaan hasil laporan penilaian tanah;

- Melaporkan hasil kegiatan secara periodik, 2 kali dalam setahun setiap tanggal

30 Juni dan 31 Desember.

Syarat Memperoleh Lisensi

a. Mengajukan permohonan lisensi kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia cq. Deputi Survei, Pengukuran dan Pemetaan:

- 2 (dua) kali setahun akhir Pebruari atau akhir Agustus;

- Sepanjang Tahun setiap akhir bulan.

b. Direktur Survei Potensi Tanah menetapkan kriterian evaluasi serta melaksanakan

evaluasi.

c. Lisensi diberikan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional RI cq. Deputi Survei,

Pengukuran dan Pemetaan untuk jangka waktu 4 tahun dengan wilayah kerja

seluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat diperbarui.

Pembaruan Lisensi

Penilai Tanah dicabut lisensinya apabila :

110

Page 119: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

a. Mendapat dua kali peringatan tertulis dari Kepala Kantor Wilayah; atau

b. Dijatuhi hukuman kurungan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap bagi pejabat penilai tanah; atau

c. Dijatuhi hukuman oleh pengadilan akibat kelalaian dalam melakukan penilaian

tanah; atau

d. Tidak memenuhi kewajiban untuk memperoleh lisensi tenaga ahli tetap bagi

lembaga penilai tanah; atau

e. Diberhentikan dengan tidak hormat dari keanggotaan asosiasi/organisasi profesi.

f. Mengajukan permohonan kepada Kepala BPN RI c.q. Deputi SPP, selambat-

lambatnya 2 (dua) bulan sebelum jangka waktu lisensi berakhir;

g. Apabila jangka waktu pada butir 1 (satu) tidak dipenuhi maka pemberian lisensi

diproses sesuai dengan permohonan pertama kali.

Pembinaan Penilai Tanah

Tugas Pembinaan diserahkan pada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi:

- Melakukan pembinaan terhadap lembaga/pejabat penilai tanah sesuai dengan

kedudukannya.

- Memberikan teguran dan peringatan secara tertulis apabila lembaga/pejabat

penilai tanah melanggar kewajiban.

Pemberhentian Penilai Tanah

Penilai Tanah dicabut lisensinya apabila :

111

Page 120: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

- Mendapat dua kali peringatan tertulis dari Kepala Kantor Wilayah; atau

- Dijatuhi hukuman kurungan dari pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap bagi pejabat penilai tanah; atau

- Dijatuhi hukuman oleh pengadilan akibat kelalaian dalam melakukan

penilaian tanah; atau

- Tidak memenuhi kewajiban untuk memperoleh lisensi tenaga ahli tetap bagi

lembaga penilai tanah; atau

- Diberhentikan dengan tidak hormat dari keanggotaan asosiasi/organisasi

profesi.

D. Sistem Penentuan Nilai Harta atas Tanah dan Bangunan yang Akan Diwaris Harta warisan yang berupa tanah dan atau bangunan merupakan aktiva yang

tidak bergerak dan sifatnya permanen, artinya tidak mudah untuk dibagi begitu saja,

selain itu jika harta warisannya ada beberapa rumah atau tanah yang tempatnya

berbeda dari nilai strategis suatu wilayah, sudah barang tentu akan mempengaruhi

harga suatu tanah atau rumah tersebut. Dengan demikian agar pembagian harta

warisan yang telah disepakati dapat memenuhi rasa keadilan diantara para ahli waris

dan tidak menimbulkan sengketa dikemudian hari, maka harta warisan yang berupa

tanah dan atau bagunan tersebut selayaknya dinilai dulu secara nominal, sehingga

akan memudahkan para ahli waris untuk membaginya. Adapun sistem penilaian harta

atas tanah dan bangunan di Indonesia ini sebenarnya telah ditentukan oleh undang-

112

Page 121: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

undang melalui Keputusan Menteri Keuangan, yaitu Peraturan Menteri Keuangan

nomor 125/PMK.01/2008 Tentang Jasa Penilai Publik. Dimana dengan melibatkan

jasa penilai tanah ini diharapkan lebih akurat penilaiannya dari pada penawaran harga

dipasaran yang sifatnya tidak tentu, tergantung pada kemampuan harga beli dari

pembeli dan kesepakatan dengan para ahli waris.

Tetapi kebanyakan masyarakat Tebet menentukan nilai harta atas tanah dan

bangunan berdasarkan harga pasar atau kebiasaan yang berlaku pada masyarakat,

karena dengan berpedoman pada harga pasar dianggapnya lebih ekonomis dan

efisien, hal ini disebabkan pihak ahli waris pada umumnya akan menawarkan harga

tanah atau bangunan yang akan diwaris kepada calon pembeli dengan harga setinggi-

tinginya untuk melihat sejauh mana hartanya ini akan dinilai oleh calon pembeli,

dengan mengindahkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menawarkan barang

berupa tanah dan atau bangunan, yang biasanya membutuhkan waktu yang lama

dalam menemukan calon pembeli, selain itu kadang – kadang dalam proses negosiasi

harga juga bisa memakan waktu yang cukup lama, karena antara penjual dan pembeli

biasanya tidak mempunyai standar harga yang pasti, melainkan berdasarkan perkiraan

harga pasar, dalam hal ini masyarakat dengan tetap berpegang pada harga tanah atau

bangunan pada umumnya didaerah tersebut. Setelah melalui proses tawar menawar

biasanya antara penjual dan pembeli mencari nilai yang dianggap wajar dengan

kesepakatan bersama, dengan metode inilah maka nilai akan harta warisan yang

berupa tanah dan bangunan tersebut dapat diketahui tanpa melibatkan pihak – pihak

113

Page 122: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

lain seperti lembaga penilai harga tanah yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri

Keuangan nomor 125/PMK.01/2008 Tentang Jasa Penilai Publik.

E. Pengaruh Penentuan Nilai Harga terhadap Pembagian Warisan atas Tanah

dan Bangunan

Sebagaimana tata cara masyarakat Tebet dalam membagi warisan berupa

tanah dan atau bangunan biasanya dilakukan dengan cara menjual semua harta

warisannya untuk mendapatkan nilai nominal. Dengan cara ini akan diperoleh angka-

angka yang konkrit serta rill untuk memudahkan pembagian harta warisan, selain itu

kadang-kadang masyarakat juga menjadikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai

tolok ukur dalam menentukan nilai harta berupa tanah dan atau bangunan, walaupun

hanya sebatas dijadikan standar penilaian menurut masyarakat umum. Sedangkan

untuk lembaga penilai sendiri yang telah ditetapkan didalam Keputusan Menteri

Keuangan No. 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik, yang merupakan

lembaga independen dan profesiaonal kurang begitu dikenal oleh masyarkat kalangan

bawah, hal ini menurut penulis disebabkan kurang adanya sosialisasi tentang

keberadaan Keputusan Menteri Keuangan itu sendiri terhadap masyarakat luas,

sehingga dalam menentukan penilaian terhadap tanah dan atau bangunan yang akan

diwaris, terutama yang tidak dijual kepada orang lain, melainkan akan dipakai atau

ditempati oleh salah satu ahli waris, masyarakat lebih mengandalkan nilai NJOP dan

menawarkan secara langsung kepada calon pembeli, serta peran serta spekulan-

spekulan tanah.

114

Page 123: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Dalam hal ini, secara eksplisit keberadaan lembaga penilai tanah yang

independen dan profesional sebagaimana yang telah ditetapkan melalui Keputusan

Menteri Keuangan No 125/KMK.01/2008 seharusnya menempati peranan utama

dalam penilaian tanah nasional. Di samping itu, keberadaan lembaga yang akurat dan

independen bisa dijadikan tolak ukur untuk menjaga stabilitas nilai atas suatu benda

tak bergerak berupa tanah dan atau bangunan, sehingga kasus-kasus yang terjadi di

lapangan, seperti sering berubah-rubahnya nilai harga atas tanah dan atau bangunan

yang hanya akan membuat para ahli waris dan pembeli mengalami kerepotan dalam

menentukan nilai tanah dan atau bangunan harta warisan yang akan dibagi, serta

kepentingan akan tanah untuk kelangsungan hidup manusia tidak hanya dapat

dinikmati oleh segelintir orang, dalam hal ini para pemodal dari kalangan menengah

ke atas. Sedangkan masyarakat marjinal semakin terpinggirkan karena kurang mampu

untuk membeli sebidang tanah, disebabkan harga tanah dari tahun ketahun semakin

melambung tinggi akibat ulah para spekulan dan masyarakat sendiri yang melelang

tanahnya terlalu tinggi tanpa mengindahkan nilai pasar. Kondisi ini mengakibatkan

orang lain juga akan berlomba-lomba meningkatkan harga jual atas tanah dan

bangunan yang dimilikinya. Fenomena ini dapat kita lihat pada masyarakat di

lingkungan kita, terutama masyarakat Tebet dan pada umumnya warga ibu kota, di

mana setiap ada harta warisan berupa tanah dan atau bangunan secara umum akan

dilelang, kemudian keluarga mereka akan pindah ke daerah yang harga tanahnya

lebih terjangkau. Seperti contoh, banyaknya masyarakat Jakarta yang pindah ke

daerah Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi atau daerah-daerah lain yang lebih murah

115

Page 124: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

harga beli tanahnya. Ironisnya setelah tanh-tanah mereka dijual habis, dan dimiliki

oleh sekelompok orang yang kaya, banyak warga masyarakat yang ingin bertahan

hidup di daerah lingkungan Tebet, sehingga ketimpangan sosial tidak bisa dielakkan

lagi, seperti orang yang kaya makin menguasai tanah-tanah yang ada, dan orang yang

miskin menempati tanah-tanah hijau atau tempat-tempat kumuh, yang otomatis akan

mengakibatkan dampak sosial yang besar. Seandainya nilai harga atas tanah di

Kecamatan Tebet pada khusunya bisa stabil, kemungkinan besar ketimpangan-

ketimpangan sosial sebagaimana deskripsi di atas dapat diminimalisir. Di sinilah

penekanan penelitian penulis, di mana pengaruh penentuan nilai harga atas tanah dan

bangunan yang merupakan harta warisan di Kecamatan Tebet sangat signifikan

terhadap stabilitas harga jual tanah atau bangunan, sehingga akan memudahkan

masyarakat luas yang akan membagi harta warisannya yang berupa tanah dan atau

bangunan tanpa harus menjualnya terlebih dahulu, karena keberadaan lembaga

penilai ini dapat dijadikan tolok ukur berdasarkan Standar Penilaian Indonesia (SPI),

apalagi jika harta warisannya tidak akan dijual kepada orang lain, sudah barang tentu

tim penilai menjadi suatu kebutuhan yang sangat urgen.

Selain itu dengan adanya stabilitas harga nilai jual atas tanah dan bangunan,

masyarakat yang akan membagi harta warisan (para ahli waris), tidak akan

mengalami kendala dalam menentukan nilai harta warisan, masalah-masalah yang

biasanya timbul akibat perselisihan antara para ahli waris dalam menentukan harga

jual juga akan terminimalisir, sebab masyarakat akan tahu dengan sendirinya dengan

melihat seberapa luas tanah dan atau bangunan yang dimilikinya, tanpa harus

116

Page 125: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

117

menawarkan terlebih dahulu kepada orang lain. Masyarakat marjinal yang selama ini

selalu terpinggirkan juga tidak akan mengalami nasib seburuk yang dialami,

sebagaimana kita ketahui bersama, karena nilai akan tanah yang merupakan

kebutuhan pokok setiap manusia dalam rangka menunjang kelangsungan hidup

terjangkau dengan adanya stabilitas harga jual. Tayangan-tayangan di media

elektronik maupun cetak yang setiap hari mewarnai berita-berita nasional seperti,

adanya penggusuran tanah, atau rumah, penyerobotan lahan hijau (tanah untuk

kepentingan umum), sengketa tanah akibat surat-surat tanah yang dimanipulasi,

sengketa tanah akibat hak kepemilikian yang tidak jelas, dan lain sebaginya itu semua

merupakan dampak dari terlalu tingginya nilai jual akan tanah dan atau bangunan di

ibu kota, walaupun di wilayah-wilayah lain yang nilai tanahnya tidak terlalu tinggi

juga sering kita dengar terjadi beberapa kasus sengketa tanah, namun tingkat

kejadiannya tidak sesering yang terjadi di wilayah ibukota ini, khusunya wilayah

Kecamatn Tebet.

Dari deskripsi di atas, tampak jelaslah bahwa penetuan nilai harga atas tanah

dan atau bangunan secara benar, dalam artian ditangani oleh orang – orang yang

profesional dan independen akan sangat berpengaruh dalam rangka meningkatkan

ketertiban sosial, stabilitas harga pasar, serta pemerataan akan manfaat tanah dan atau

bangunan bagi setiap orang.10

10 “Prosedur data yang diperlukan dan syarat-syarat penandatanganan akta jual beli (AJB),”

artikel diakses pada 31 maret 2009 dari http://kuliah-notariat.blogspot.com/label/akta jual beli (AJB)

Page 126: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di wilayah Kecamatan Tebet, akhirnya

penulis dapat membuat suatu konklusi bahwa :

1. Masyarakat di wilayah Kecamatan Tebet dalam membagi harta warisan

berupa tanah dan atau bangunan secara umum dilakukan dengan cara

kekeluargaan, sebagaimana sistem bilateral yang dianut oleh masyarakat

Jawa, namun demikian, jika terjadi sengketa dalam hal pembagian warisan

menurut sistem kekeluargaan ini, maka para ahli waris biasanya akan

melibatkan tokoh masyarakat atau tokoh agama yang memahami betul akan

hukum waris, tetapi kadang-kadang dengan terlibatnya seorang atau beberapa

orang tokoh ini pun masih terjadi perselisihan di antara para ahli waris,

akhirnya ada beberapa kasus keluarga ahli waris tidak mendapatkan harta

warisannya. Hal ini terjadi karena melibatkan pengacara serta kasusnya

berlarut-larut dan memakan waktu yang cukup lama, sehingga alih-alih untuk

dinikmati, untuk membayar pengacara saja masih kurang dan akhirnya harta

warisan yang akan dibagi malah jatuh ke tangan pengacara sebab dijadikan

jaminan pelunasan hutang para ahli waris.

2. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam hal pembagian harta warisan

berupa tanah dan atau bangunan, memiliki peranan yang cukup penting, yaitu

118

Page 127: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

jika tanah dan atau bangunan yang merupakan harta warisan dijual, serta

antara penjual dan pembeli telah mendapatkan kesepakatan harga, kemudian

tanah dan bangunan yang akan diperjual belikan tidak ada tanggungan di

atasnya atau sengketa, maka para penjual dan pembeli yang akan membuat

akta jual beli harus datang ke kantor PPAT setempat, dan PPAT akan

menerbitkan akta otentik berupa Akta Jual Beli (AJB), sebagaimana tugas dan

wewenang PPAT yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui PP

No.37/1998, tugas dan ruang lingkup jabatan PPAT .

3. Peranan lembaga penilai independen dan professional, sebagaimana Peraturan

Menteri keuangan No. 125/PMK.01/2008 Tentang Jasa Penilai Publik kurang

dipakai jasanya oleh masyarakat Tebet pada umumnya. Sehingga jika ada ahli

waris yang menghendaki tanah dan atau bangunan yang akan diwaris untuk

dijadikan tempat tinggal salah satu keluarga ahli waris, akan mencari

kepastian nilai harga jual tanah dan atau bangunan tersebut melalui penawaran

kepada orang lain dahulu atau berdasarkan perkiraan harga umum yang

disepakati antar ahli waris. Jadi peran dan pengaruh lembaga penilai di sini

sangat besar dalam rangka memudahkan masyarakat untuk menilai hartanya

yang akan diwaris secara mudah dan ekonomis, tanpa menimbulkan masalah

baru, seperti silang pendapat antar ahli waris dalam menentukan nilai harga

atas tanah dan atau bangunan yang merupakan harta warisan.

119

Page 128: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

B. Saran-Saran

1. Sebagai umat muslim, seharusnya dalam pembagian harta warisan memakai

hukum waris Islam, sebagaimana disyariatkan dalam Al Qur’an dan Sunnah.

Adapun jika para ahli waris menghendaki pembagiannya memenuhi rasa

keadilan dari sudut pandang banyak sedikitnya bagian, hendaknya tetap dibagi

secara hukum waris Islam, kemudian ahli waris yang mendapat bagian lebih

banyak membagi sebagian hartanya kepada ahli waris yang mendapatkan

bagian harta warisan lebih sedikit, yang diistilahkan oleh beberpa tokoh

masyarakat Tebet sebagai “kerohiman.”

2. Dalam menentukan nilai harga warisan atas tanah dan atau bangunan,

hendaknya melibatkan lembaga independen dan profesional yang telah

ditetapkan pemerintah melalui Peraturan menteri Keuangan nomor

125/PMK.01/2008 tentang jasa penilai publik, sebab dengan keterlibatan

lembaga independen ini diharapkan harga atas tanah dan atau bangunan akan

di dapat dengan mudah dalam waktu yang singkat dan akurat, sebab

berdasarkan Standar Penilaian Indonesia. Dan juga dalam rangka memenuhi

kebutuhan masyarakat banyak dalam menentukan nilai suatu property dalam

hal ini tanah dan atau bangunan yang akan dibagi secara waris tetapi tidak

dijual kepada orang lain, melainkan akan ditempati atau dimiliki oleh salah

satu ahli waris yang lain..

120

Page 129: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

121

3. Pemerintah seharusnya membuat perundang-undangan khusus dalam bidang

kewarisan, seperti undang-undang perkawinan misalnya, yang dikodifikasikan

dan dilembagakan seperti adanya Petugas Pencatat Nikah (PPN), sehingga

ketertiban dalam pelaksanaan pembagian kewarisan akan terjaga, serta

masalah – masalah tentang kewarisan bisa terselesaikan dengan baik dan

benar.

Page 130: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

DAFTAR PUSTAKA

AIREA, The Appraisal of Real Estate. Ninth Edition, Chicago, Illinois, 1997.

Ali, H. Zaenuddin, Pelaksanaan Hukum Waris di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika,2008.

A.P. Parlindungan, Konversi Hak-Hak Atas Tanah .Bandung:Mandar Maju, 1990 Appraisal Institute, The Appraisal of Real Estate. Eleventh Edition, Chicago, Illinois,

1999.

Barlowe, R., Land Resources Economic. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs,

1972.

Djakfar, Idris dan Yahya,Taufiq, Kompilasi Hukum Kewarisan, Jakarta: PT Dunia

Pustaka Jaya, 1995.

Eckert, Joseph K., Gloudemans and Almy Richard R., Property Appraisal and

Assessment Administration. Chicago, Illinois: The International Association of

Assesing Officer, 1990.

Eldred, Gary, Real Estate Analysis and Strategy. New York: Harper & Row,

Publisher, 1987.

Firdaus. Awang, “Analisis Pengaruh Jalan Lingkar Luar Terhadap Nilai Jual

Properti Perumahan di Kecamatan Depok Sleman-Yogyakarta.” Tesis S2

Program Pascasarjana, UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

122

Page 131: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

Harjanto, Budi, ”Analisis Tingkat Kapitalisasi Sektor Perumahan dan Faktor-faktor

yang Mempengaruhinya di Kotamadya Malang.” Tesis S2, Program Pasca

Sarjana, UGM, Yogyakarta (tidak dipublikasikan).

Hoover, Edgar M., The Evolving Form and Organization of the Metropolis :

Principal Location Factors in William H. Leahy : Urban Economic. New York:

The Free Press, 1970.

International Association Assessing Officers (IAAO), Improving Real Property

Assessment: A Reference Manual. Chicago, 1978.

International Association Assessing Officers (IAAO). 1990. Standard on Ratio

Studies. Chicago.

International Association Assessing Officers (IAAO). 1999. Standard on Ratio

Studies, Assessment Journal, Volume 6 Nomor 5.

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.

Laporan penyelenggaraan pemerintah Wilayah kecamatan Tebet Jakarta Selatan,

bulan Maret 2007.

Lusht, Kenneth M., Real Estate Valuation Principles and Applications. Chicago:

Irvin, 1997.

Nasucha, Chaizi, Politik Ekonomi Pertanahan dan Struktur Perpajakan atas Tanah.

Jakarta: Megapoint, Divisi Kesaint Blanct, 1975.

Pitlo, A., Hukum Waris Menurut Kitab Undang-udang Hukum Perdata. Terjemahan

M. Isa Arief. Jakarta: Intermasa, 1979.

123

Page 132: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

“Pembentukan UUPA dan Perkembangan Hukum Tanah Di Indonesia”,artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari http://image, ymfreaklawyers.multiply.multiplycontent.com

Prosedur data yang diperlukan dan syarat-syarat penandatanganan akta jual beli

(AJB),” artikel diakses pada 31 maret 2009 dari http://kuliah-

notariat.blogspot.com/label/akta jual beli (AJB)

Rofiq, Ahmad, Fiqh Mawaris. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, Reprint,

2001.

Subekti, R., Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 1977.

Suparman, Erman, Intisari Hukum Waris Indonesia. Bandung: Mandar Madju, 1991.

Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, Cetakan ke-13. Jakarta: Pradnya Paramita,

1993.

Tugas dan Wewenang PPAT, artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari:

http://kuliah-notariat. Blogspot.com/2009/03/tugas-dan-wewenang-ppat.html

Ter Harr, Betrand, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat. Terjemahan K. Ng. Soebakti

Poesponoto. Surabaya: Fajar, 1953.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994.

Wawancara pribadi dengan KH.M. Thoyib, Jakarta 01 Juli 2010

Wawancara Pribadi dengan Alm. KH. Masyhuri Syahid, Jakarta 4 Oktober 2007.

124

Page 133: PENGARUH SISTEM PENENTUAN NILAI HARTA WARISAN … · mawaris atau faraid, sebagai bagian dari hukum keluarga yang pelaksanaannya tertuang dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) 1. serta

125

Wawancara Pribadi dengan A. Hanafi , Jakarta 01 Juli 2010.

Wawancara Pribadi dengan Luqman Hakim, Jakarta 5Agustus 2010.

Wignjodipoero, Soerodjo, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Cet. Ke-8. Jakarta:

Haji Masagung, 1989.

Wolcott, Richard C., The Appraisal of Real Estate. Chicago, Illinois: American

Institute of Real Estate Appraisers, 430 North Michigan Avenue, 1987.