Mafqud Mawaris

download Mafqud Mawaris

If you can't read please download the document

Transcript of Mafqud Mawaris

1|Fikih

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

2|Fikih

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

Oleh : Ma'ruf Solihin .Dosen: Khaeron Sirin, M.A

Fak. Syari'ah Al-Ahwal Al-Syakhsiyah VII INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU ALQUR'AN (IPTIQ) 2009

PendahuluanHuuuh,,,,, Tarjo mengepulkan asap rokok yang sejak ba'da subuh tadi ia garap. Secangkir kopi tubruk yang tinggal setengah lagi ia coba teguk kembali. Sesekali ia membetulkan sarungnya bekas pemberian ayahnya ketika ia disunat dulu, hal itu ia lakukan untuk melawan dingin yang menyengat serta nyamuk-nyamuk kebun jagung di

3|Fikih

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

samping rumahnya yang membuat dia malas untuk melakukan aktifitas lain selain ngelamun. Embeeeee, embeee tiba-tiba suara kambing membuyarkan lamunannya. Darsimah, Darsimah!!! Dimana kau sekarang Dar? Abang dan anak kita kangeeeen sekali. (Tarjo berucap mengenang nasib istrinya, yang nama lengkapnya; Darsimah Silvia Aulia binti H. Mahmud). Aku ingin merantau Bang, ingin mencoba merobah nasib keluarga kita. Jaga anak-anak ya Bang!! Hik, hik, hik (Darsimah dan Tarjo menangis sesenggukan dalam pelukan). Itulah terakhir kali Tarjo dan istrinya bisa saling tegur sapa. Tak terasa sudah delapan tahun mereka berpisah, anak tunggalnya yang diberi nama Suminem Natali Glebora panggilannya Natali, yang dulu masih duduk di bangku kelas empat SD, sekarang sudah mau Ujian Akhir Nasional di salah satu SMA Negeri paforit di wilayah Kudus. Empat tahun awal-awal Darsimah berangkat ke Malaysia, dia masih suka memberi kabar kepada keluarganya di kampung, terutama suami dan anak perempuannya. Selain itu, dia juga yang menjadi tulang punggung keluarga karena usaha suaminya, Tarjo, yang berprofesi sebagai peternak ayam, akhirnya dipaksa gulung tikar karena permintaan pasar menurun yang disebabkan oleh isu flu burung. Namun demikian, Darsimah masih menyayangi keluarganya, hal itu terbukti dengan pengiriman uang yang ia lakukan setiap dua bulan sekali. Maka selama empat tahun itu, suaminya bisa merenovasi dan memperlebar rumahnya dengan gaya agak keeropaan dikit, sehingga apabila dibandingkan dengan rumah-rumah tetangganya, rumah Tarjo mungkin bisa dibilang Green Mansion-nya kampung itu. Selain itu, tanah di sekeliling rumahnya juga ia kuasai, beberapa ekor kambing, serta sawah milik H. Ipin juga dia beli. Maka tampilah Tarjo sebagai Bakrinya kapung tersebut. Namun demikian, kegalauan di hatinya tidak pernah sirna. Siang-malam hatinya terikat pada Darsimah, ketika mau tidur ia ingat Dar, mau makan inget Dar dan aktifitas apapun yang ia lakukan selalu terpaut denga istrinya itu. Sudah terlalu sering dia bolak-bailk ke Jakarta hanya sekedar untuk mengetahui keberadaan istrinya. Tak lupa pula KBRI yang ada di Malaysia juga ia

confirmasi per seminggu sekali. Selain itu, PT Sumber Makmur tempat penyaluranistrinya juga ia hinggapi, namun sampai saat ini hasilnya masih nihil. Pihak penyalur mengatakan bahwa Darsimah terakhir kali canfirmasi bahwa dia mau pindah kerja

4|Fikih

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

dari tempat awal dulu, namun tidak memberitahukan alamat yang mau dituju, sehingga mereka kehilangan jejak. Masalah lain juga timbul, intervensi dari pihak keluarga semakin hari semakin kuat; baik dari keluarganya maupun keluarga istrinya. Pihak keluarganya mendesak supaya Tarjo kawin lagi, sementara keluarga istrinya menuntut supaya Tarjo membagi harta yang dikelolanya kepada keluarga istrinya. Mereka berdalih itu semua adalah harta milik Darsimah selama ia bekerja di Malaysia. Posisi tarjo semakin hari bagaikan makan buah simalakama. Disatu sisi ia berada dalam kemelut keluarga Istrinya, disi lain ia juga harus menghadapi intervensi dari pihak keluarganya sendiri. Itu semua yang membuat Tarjo banyak ngelamun. Para pembaca yang budiman, itu adalah salah satu kasus yang ditemui dan mencuat ke permukaan. Kebingungan dan ketidaktahuan seseorang dalam mengambil sikap berdasarkan hukum dapat menjadikan permasalahan semakin rumit. Kasus-kasus seperti di atas sengaja pemakalah angkat untuk lebih memberikan stressing kepada para pembaca, bahwa seseorang yang bergelut dalam bidang hukum, dalam hal ini perdata Islam, dituntut untuk lebih proaktif dalam menyelesaikan kasus-kasus di atas. Apabila sebuah keluarga sudah bersitegang mengenai harta, ditambah orangorang yang faham terhadap hukum membiarkannya, maka akan terjadi perpecahan yang berujung pada dendam yang berkepanjangan.

Al-mafqud atau orang hilang yang tidak diketahui juntrungannnya merupakanhal yang banyak terjadi. Kebanyakan dari mereka adalah TKI/TKW korban diskriminatif dari suatu sistem hukum yang terjadi di suatu wilayah. Bagaimana cara penyelesaian harta al-mafqud? Dalam makalah ini akan dibahas mengenai al-mafqud, mulai dari definisi, keadaan al-mafqud, status al-mafqud dan contoh pembagianya dalam warisan.

Pembahasan A.Definisi Al-Mafqud Yang dimaksud mafqud adalah orang yang pergi meninggalkan kampung halamannya dalam tenggang waktu yang relatif lama, tidak diketahui lagi keadaannya, baik mengenai tempat tinggalnya maupun mengenai hidup dan5|Fikih

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

matinya. 1 Al-Bajuri mengatakan bahwa orang yang mafqud adaah orang yang telah lama meninggalkan kampung halamannya, tidak ada kabar beritanya, dan tidak diketahui apakah ia mash hidup atau sudah meninggal dunia.2 Al-Mafqud adalah orang yang tidak ada kabarnya, dan tidak diketahui apakah ia masih hidup atau sudah meninggal.3 Al-Mafqud adalah orang yang tidak diketahui kabar beritanya karena telah meninggalkan tempat tinggalnya, tidak diketahui domisilinya dan tidak diketahui pula apakah masih hidup atau sudah mati.4 Dalam keadaan yang serba tidak jelas demikian, sudah barang tentu perlu diambil langkah-langkah untuk mengetahuinya atau paling tidak mengetahui status hukumnya. Apakah ditempuh melalui pengumuman pada media massa atau melalui cara lain. B.Keadaan Al-Mafqud Al-mafqud memiliki dua keadaan: meninggal dan hidup, kedua keadaan tersebut mempunyai hukum tersendiri, yaitu hukum yang berkaitan dengan istrinya, hukum yang berkaitan dengan warisannya dari orang lain, warisan orang lain darinya, serta warisan bersama antara dia dengan ahli waris lainnya. jika tidak bisa dipastikan keadaannya apakah ia hidup atau mati, maka ditentukan batas waktu tertentu untuk untuk mencarinya, dan ketentuan waktu tersebut diserahkan kepada ijtihad hakim.5 C.Status Al-Mafqud dalam Warisan 1.Jika al-mafqud sebagai orang yang mewarisi, apabila waktu menunggu yang telah ditentukan habis dan keadaannya belum diketahui, maka dia1Suparman Usman dan Yusuf Somawinata, Fiqih Mawaris; Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama,2008), h. 143. 2Ibrahim Al-Bajuri, Sarah al-Syansuri 'ala Matan a-Rahbiyah (Mesir: Al-Jazariyah, 1929), h. 219. 3Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry, Hukum Waris. Penerjemah Team Indonesia (Riyad: Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), hal. 25. 3 Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijry, Hukum Waris. Penerjemah Team Indonesia (Riyad: Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007), hal. 25. 4Husaini Muhammad Mahluf, al-Muwaris fi al-Syari'ah al-Islamiyah (Kairo: Lajnah alBayan al-Arabiyah, 1958), t.h. 5 At-Tuwaijry, Hukum Waris, h. 26

5 6|FikihMawaris II: Al-Mafqud (Harta Orang Punah)

dihukumi telah meninggal, lalu harta pribadinya dibagikan, begitu pula dengan harta miliknya yang dihasilkan dari warisan orang lain terhadapnya, seluruhnya dibagikan kepada ahli warisnya yang ada ketika dia dihukumi meninggal, dan tidak diberikan kepada mereka yang telah meninggal pada masa penantian. Pendapat lain mengatakan, jika seseorang dinyatakan hilang, maka dalam pemilikan hartanya ia dianggap masih memiliki hartanya tersebut. Hartanya tidak boleh diwarisi seakan-akan ia masih hidup secara hakiki, dan ia masih tetap dalam kepemilikan hartanya. Harta tersebut harus tetap dijaga sampai jelas keadaannya. 6 2.Jika al-mafqud menjadi salah seorang yang mendapat waris dan tidak ada orang lain padanya, maka harta tersebut untuk sementara dibiarkan sampai ada kejelasan tentangnya, atau habis masa penantiannya, jika ada ahli waris lain bersamanya dan mereka menuntut agar harta tersebut dibagikan, hendaklah seluruhnya diperlakukan dengan mendapat bagian terkecil, sementara sisanya dibiarkan sampai ada kejelasan tentangnya, jika hidup maka dia akan mengambil bagiannya dan jika meninggal maka harta yang ada dibagikan kepada mereka yang berhak. Pertama kali hendaklah dibuat sebuah permasalahan yang dianggap padanya kalau mafqud hidup, kemudian dibuat sebuah permasalahan kedua dengan menganggapnya sebagai mayit, barang siapa yang mendapat waris pada dua keadaan tersebut dengan bagian berbeda, maka hendaklah diberikan kepadanya bagian terkecil, barang siapa yang pada keduanya mendapat bagian yang sama, maka diberikan haknya secara penuh, sedangkan dia yang hanya mendapat bagian pada salah satunya saja, maka dia tidak diberikan harta sedikitpun, lalu apa yang masih tersisa dari harta dibiarkan untuk sementara sampai ada kejelasan tentang keadaan almafqud. 7. Dalam menghaki harta orang lain ia dianggap sebagai orang yang telah6 Mahluf, al-Muwaris fi al-Syari'ah al-Islamiyah, h. 191 7 At-Tuwaijry, Hukum Waris, h. 26 8 Mahluf, al-Muwaris fi al-Syari'ah al-Islamiyah, h. 191

7|Fikih

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

meninggal dunia, ia tidak dapat mewarisi harta orang lain (ahli warisnya) seakan-akan ia telah meninggal secara hakiki, namun baigan yang seharusnya yang ia terima dari harta peninggalnnya itu ditangguhkan sampai jelas keadaannya.8 Dalam konteks pewarisan, al-mafqud dapat berkedudukan sebagai almuwarris apabila ternyata dalam kepergiannya itu meninggalkan harta, sementara ahli waris yang lain bermaksud untuk memanfaatkannya. Dapat juga bertidak sebagai ahli waris, manakala ada saudara atau keluarganya yang meniggal dunia. Bagaimana upaya dan cara-cara penyelesaiannya? Para ulama sepakat menetapkan bahwa harta al-mafqud ditahan terlebih dahulu sampai ada berita yang jelas. Persoalanya adalah sampai kapan penangguhan semacam ini dilakukan. Para ulama berbeda pendapat, apakah ditetapkan berdasarkan perkiraan waku saja, atau diserahkan kepada ijtihad hakim. Dan apabila diserahkan kepada hakim, kapan ia dapat memberi atau menjatuhkan putusan hukum. Ada dua pertimbangan hukum yang dapat digunakan di dalam mencari kejelasan status hukum al-mafqud, yaitu;1.Berdasarkan bukti-bukti autentik yang dapat diterima secara syar'i.

sebagaimana dalam kaidah; "Yang tetap berdasarkan bukti seperti yang tetap berdasarkan kenyataan." 9 Contoh: ada orang yang adil dan dapat dipercaya untuk memberikan kesaksian bahwa si fulan yang hilang telah meninggal dunia, maka hakim dapat menjadikan dasar persaksian tersebut untuk memutuskan status kematian al-mafqud. Dalam kapasitasnya sebagai al-muwaris, jika hakim telah memutuskan hukum, maka harta kekayaannya dapat dibagi kepada ahli warisnya. Karena keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap perlu dihornati dan dilaksanakan. 108 9 Fatchur Rahman, Ilmu Waris (Bandung: Al-Ma'arif, 1981), h. 507.10

Ahmad Rafiq. Fiqih Mawaris (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 167.

10 8|FikihMawaris II: Al-Mafqud (Harta Orang Punah)

2.Berdasarkan batas waktu lamanya kepergian al-mafqud. Pertimbangan dan upaya hukum demikian tidak cukup kuat secara hukum, akan tetapi sebagian dapat diterima dan mempunyai referensi atau acuan hukum sebagai berikut; a.Khalifah Umar bin Khattab pernah memutuskan perkara al-mafqud melalui perkataan beliau yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari yang artinya:

"Setiap perempuan yang ditinggalkan pergi suaminya, yang mana ia tidak mengetahui dimana suaminya berada, maka ia diminta menanti selama 4 (empat) tahun. Kemudian setelah itu, hendaklah ia menjalani masa tunggu (iddah) selama 4 bulan 10 hari, setelah itu ia menjadi halal (untuk meinikah dengan laki-laki lain)." (Riwayat al-Bukhari dan al-Syafi'i).

b.Imam Abu Hanifah dan muridnya Abu Yusuf, Imam al-Syafi'I dan

Muhammad Ibnu al-Hasan al-Syaibani berpendapat bahwa hakim dapat menjatuhkan vonis kematian al-mafqud dengan pertimbangan hukum apabila orang yang sebaya denganya tidak ada lagi yang masih hidup. Pertimbanganya adalah rata-rata maksimal usia manusia dimana al-mafqud hidup. Keputusan ini juga terletak pada ijtihad hakim. Pendapat ini sangat masuk akal, akan tetapi jika al-mafqud pada saat kepergiannya masih dalam usia muda, maka tentu memerlukan waktu untuk menunggu yang sangat lama. Baru setelah itu hakim dapat memutuskan status kematian al-mafqud.11 c.Hampir sama dengan pendapat di atas, yaitu maksimal rata-ata umur manusia yang berkisar antara 70-90 tahun. Abd al-Malik al-Majsyuni menetapkan 90 tahun dan Ibn 'Abd al-Hakam menetapkan 70 tahun. Hakim dapat memutuskan hukum setelah menunggu usia al-mafqud11 Ahmad Rafiq. Fiqih Mawaris, h. 168

9|Fikih

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

telah mencapai umur tersebut. Bahkan dalam kasus Indonesia, rata-rata kemampuan hidup tidak sampai pada umur tersebut. Tetapi pendapat di atas didasarkan pada sabda Rasul saw: "bahwa umur rata-rata umatku adalah antara 70-90 tahun." d.Imam Ahmad ibn Hambal berpendapat bahwa yang perlu lebih ditekankan adalah pertimbangan situasi hilangnya al-mafqud pada saat kepergian dan tempat yang menjadi tujuannya. Apakah situasi dan tujuannya dapat diduga mengancam keselamatan hidup al-mafqud atau tidak. Misanya al-mafqud pergi ke medan perang atau pergi mengembara ke suatu tempat yang semula diduga aman, tetapi perkembangan terakhir berubah menjadi medan perang sehingga kabarnya tidak diketahui. Jika demikian keadaannya, maka al-mafqud sangat patut diduga telah meninggal dunia. Maka hakim dapat memutuskan kematian al-mafqud. Dari beberapa pertimbangan di atas, pada akhirnya untuk menetapkan status hukum al-mafqud diserahkan kepada ijtihad hakim. Sudah barang tentu dalam perspektif hukum formil, maka ahli waris yang mengajukan permohonan tentang status al-mafqud, mengingat posisi hakim adalah pasif. Artinya menunggu inisiatif dari pihak yang berperkara, dalam hal ini ahli waris yang ada dan berkepentingan dengan keberadaan al-mafqud. 12. Dalam era informasi dan teknologi modern seperti sekarang ini, didukung dengan adanya perangkat negara yang memadai, pertimbangan-pertimbangan hukum di atas masih perlu diteliti kembali efektivitasnya. Fasilitas penerangan, alat komunikasi, baik media cetak maupun elektronik sudah barang tentu akan sangat membantu tugas-tugas hakim dalam upaya menetapkan status hukum almafqud. Persoalan yang muncul dan perlu diantisipasi adalah apabila hakim telah12 Ahmad Rafiq. Fiqih Mawaris, h. 169 13 Ahmad Rafiq. Fiqih Mawaris, h. 169 14 Ahmad Rafiq. Fiqih Mawaris, h. 169

10 | F i k i h

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

memberikan keputusan tentang status kematian al-mafqud, ternyata dikemudian hari al-mafqud muncul dalam keadaan sehat wal'afiat, padahal harta kekayaannnya telah dibagi oleh ahli warisnya. Menghadapi kenyataan demikian, mayoritas ulama yang diikuti oleh hukum waris Mesir menetapkan, apabila harta yang menjadi haknya masih utuh atau masih ada sebagiannya, maka ia berhak mengabil harta itu kembali. Tetapi apabila hartanya telah habis atau rusak di tangan ahli warisnya, al-mafqud tidak berhak menuntut. Alasannya adalah ahli waris memanfaatkan atau membagi hartanya itu didasarkan atas keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Karena bagaimanapun juga, keputusan hakim yang dihasilkan melalui ijtiad harus dihormati dan diindahkan 13 Keadaan al-mafqud memang perlu diperhatikan. Jika ternyata al-mafqud sangat membutuhkan harta, maka dalam hal ini keluarga atau ahli warisnya yang menerima bagian berkewajiban membantunya. Apakah dianggap sebagai ganti dari harta yang telah mereka pergunakan atau sekedar memberikan pertolongan untuk meringankan bebannya. Karena betapapun juga, al-mafqud sendiri secara rasional tidak menginginkan posisi dirinya seperti demikian.14 D.Contoh Penyelesaian Harta Al-Mafqud Seseorang meninggal dunia dengan meningglkan suami, ibu, seorang saudara laki-laki sebapak dan seorang saudara laki-laki sebapak lainnya (mafqud). Jumlah hartanya sebanyak Rp 6,000,000,00 Sebelum ada kejelasan mengenai hidup atau matinya mafqud, pembagiannya sbb;Ahli Waris suami Ibu Sdr. Lk. Sebapak Sdr Lk. Sebapak 1/6 A A Fard (Asal Masalah (6 Sahamnya=3 Sahamnya=1 Sahamnya= 1 Sahamnya=1 Penerimaannya 3/6 x Rp 6 jt = Rp 3 jt 1/6 x Rp 6 jt = Rp 1 jt 1/6 x Rp 6 jt = Rp 1 jt 1/6 x Rp 6 jt = Rp

13 14 11 | F i k i hMawaris II: Al-Mafqud (Harta Orang Punah)

(mafqud)

1 jt (ditangguhkan)15

Jika ada kejelasan mengenai hidup atau matinya mafqud tersebut, maka penyelesaiannya sbb; a.Jika saudara laki-laki sebapak (mafqud) itu hidup, maka bagian yang ditangguhkan tersebut (1/6) diberikan kepadanya sesuai dengan pembagian di atas. b.Jika saudara laki-laki sebapak (mafqud) itu meninggal atau dihukumi meninggal oleh hakim/pengadilan, maka bagian yang ditangguhkan tersebut menjadi hak ibu, sebab fard ibu jika hanya dengan seorang saudara laki-laki sebapak adalah 1/3. Jadi bagian merka masig-masing adalah;

Ahli Waris suami Ibu Sdr. Lk. Sebapak 1/3 A

Fard

(Asal Masalah (6 Sahamnya=3 Sahamnya=2 Sahamnya= 1

Penerimaannya 3/6 x Rp 6 jt = Rp 3 jt 2/6 x Rp 6 jt = Rp 2 jt 1/6 x Rp 6 jt = Rp 1 jt16

Kesimpulan Al-mafqud adalah orang yang tidak diketahui status keberadaannya, apakah dia masih hidup atau sudah meninggal. Al-mafqud bisa berstatus sebagai orang yang mewarisi (pewaris) dan juga bisa sebagai ahli waris (yang mendapat warisan). Untuk menentukan status keberadaannya (hidup atau matinya), seorang hakimlah yang harus memutuskanya dengan memperhatikan berberapa pertimbangan hukum yang dapat digunakan dalam mencari kejelasan status1 115 16

Suparman , Fiqih Mawaris; Hukum Kewarisan Islam, h. 144 Suparman , Fiqih Mawaris; Hukum Kewarisan Islam, h. 145

12 | F i k i h

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

hukum al-mafqud. Pertimbangan hukum tersebut diantaranya: 1.Berdasarkan bukti-bukti autentik yang dapat diterima secara syar'i. 2.Berdasarkan batas waktu lamanya kepergian al-mafqud. Selain kedua pertimbangan hukum di atas, seorang hakim juga bisa menggunakan fasilitas teknoloigi yang ada, misalnya: penyebaran pamflet, pengumuman lewat surat kabar, koran, majalah, siaran televisi, dan internet. Dari sekian pertimbangan hukum yang ada, maka ijtihad hakimlah yang menjadi rujukan mengenai status keberadaan al-mafqud. Apibila hakim sudah memutuskan, maka para ahli waris diwajibkan menjalankannya karena keputusan hakim mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Daftar Pustaka Al-Bajuri, Ibrahim. Sarah al-Syansuri 'ala Matan a-Rahbiyah. Mesir: AlJazariyah, 1929. Mahluf, Husaini Muhammad. Al-Muwaris fi al-Syari'ah al-Islamiyah. Kairo: Lajnah al-Bayan al-Arabiyah,1958. Rofiq, Ahmad. Fiqh Mawaris. Jakarta: PT Raja Grapindo, 2001. Rahman, Fatchur. Ilmu Waris. Bandung: Al-Ma'arif, 1981. At Tuwaijry, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah. Hukum Waris. Penerjemah Team Indonesia. Riyad: Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2007. Usman, Suparman dan Somawinata, Yusuf. Fiqih Mawaris; Hukum Kewarisan

13 | F i k i h

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)

Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008.

14 | F i k i h

Mawaris II: Al-Mafqud (Harta

Orang

Punah)